35
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penataan kurikulum SMA didasarkan pada kebijakan nasional yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010-2014 dan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional (Renstra Kemendiknas) 2010-2014. Mengacu pada kebijakan nasional tersebut, Pusat Kurikulum pada tahun 2010 ini melakukan detailing penataan ulang kurikulum sekolah yang diamanatkan dalam kedua kebijakan tersebut. Detailing ini merupakan penugasan dari Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional. Pendidikan merupakan usaha mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Pemerintah senantiasa berusaha agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah melakukan pembaharuan kurikulum secara berkala. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sejak 2004 merupakan kurikulum yang menuntut adanya inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran. Dokumen KTSP yang dimiliki saat ini masih perlu disempurnakan. Lebih- lebih setelah diberlakukannya Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran aktif telah dintegrasikan ke dalam RPP. Di sinilah letak masalah utama, RPP yang memberi pedoman bagi guru dalam membelajarkan siswa belum banyak dipahami guru. 1

Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penataan kurikulum SMA didasarkan pada kebijakan nasional yang

dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010-2014

dan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional (Renstra Kemendiknas)

2010-2014. Mengacu pada kebijakan nasional tersebut, Pusat Kurikulum pada tahun

2010 ini melakukan detailing penataan ulang kurikulum sekolah yang diamanatkan

dalam kedua kebijakan tersebut. Detailing ini merupakan penugasan dari Badan

Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional.

Pendidikan merupakan usaha mewujudkan masyarakat yang berkualitas.

Pemerintah senantiasa berusaha agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan. Salah

satu usaha yang dilakukan adalah melakukan pembaharuan kurikulum secara berkala.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sejak 2004 merupakan

kurikulum yang menuntut adanya inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran.

Dokumen KTSP yang dimiliki saat ini masih perlu disempurnakan. Lebih-

lebih setelah diberlakukannya Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa

melalui pembelajaran aktif telah dintegrasikan ke dalam RPP. Di sinilah letak

masalah utama, RPP yang memberi pedoman bagi guru dalam membelajarkan siswa

belum banyak dipahami guru.

1

Page 2: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

2

Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS) Unesa telah menghasilkan

berbagai RPP yang dapat digunakan oleh guru. Sekurang-kurangnya melalui contoh

yang dibuat di PSMS dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk mengembangkan

dalam mata pelajaran biologi. Usaha ini merupakan inovasi dibidang pendidikan.

Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan menyediakan berbagai

pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses kehidupan. Dasar Keterampilan

yang diperlukan untuk memahami fenomena dan proses kehidupan tersebut meliputi

keterampilan mengamati, mengumpulkan fakta, menganalisis dan menyimpulkan fakta

serta menggunakan hasil temuan itu untuk memecahkan masalah yang dihadapi

Berdasarkan pengalaman mengajar beberapa guru SMA, banyak peserta didik

yang mempunyai nilai tugas, nilai ulangan harian dan nilai semester yang belum

optimal. Peserta didik dalam belajar biologi enggan membaca buku, dan kurang

bergairah belajar. Akibatnya hasil belajar biologi di sekolah masih relatif rendah.

Hasil belajar merupakan resultante interaksi guru dan siswa. Pemahaman dan

penguasaan guru terhadap materi ajar dan kurikulum akan sangat menentukan hasil

akhir proses pembelajaran. Masih banyak guru mengalami kesulitan untuk

memahami kompetensi dasar (KD) dan isi kurikulum yang berdampak pada kesulitan

siswa untuk mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) yang diharapkan.

Penyajian materi mengenai konsep “Jenis dan Daur Ulang Limbah” dapat

dilakukan dengan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang mungkin dapat

meningkatkan proses dan hasil belajar siswa tentang konsep jenis dan daur ulang

limbah adalah pendekatan problem solving. Problem solving sebagai salah satu

pendekatan pada umumnya digunakan di dalam pembelajaran matematika, fisika, dan

kimia. Akan tetapi pada hakikatnya pendekatan ini juga dapat digunakan dalam

Page 3: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

3

pembelajaran biologi, meskipun hanya dalam batas-batas tertentu sesuai dengan

konteks pembelajaran.

Problem solving dalam pembelajaran Biologi masih belum banyak

dipublikasikan. Ajij (2008) melaporkan ada peningkatan prestasi belajar yaitu

berdasarkan nilai pretest yang diperoleh kelompok siswa yang telah memenuhi

standar ketentuan dari siklus I dan siklus II sebesar 27,3%, hasil nilai posttest

kelompok siswa yang memenuhi standar ketentuan dari siklus I ke siklus II sebesar

18,2%. Berdasarkan uraian di atas, maka dikemukakan pertanyaan penelitian

bagaimana implementasi pendekatan problem solving dalam pembelajaran konsep

jenis dan daur ulang limbah dan pengaruhnya terhadap hasil belajar kognitif dan

berpikir kritis siswa SMA Negeri 3 Banjarbaru?

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah berkaitan dengan penelitian penerapan perangkat

pembelajaran konsep jenis dan daur ulang limbah menggunakan pendekatan problem

solving terhadap hasil belajar dan keterampilan berpikir siswa sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran melalui pendekatan problem solving berpengaruh positif

terhadap hasil belajar kognitif produk?

2. Apakah pembelajaran melalui pendekatan problem solving berpengaruh terhadap

hasil belajar kognitif proses?

3. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran melalui

pendekatan problem solving?

Page 4: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

4

C. BATASAN MASALAH

Batasan masalah berkaitan dengan penelitian pada konsep jenis dan daur

ulang limbah menggunakan pendekatan problem solving sebagai berikut:

1. Hasil belajar kognitif produk dan hasil belajar kognitif proses diuji secara

kuantitatif dengan membandingkan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas dimaksudkan untuk

memperoleh sumber belajar.

3. Keterampilan berpikir kritis siswa diukur dari keterlaksanaan sintak-sintak

pembelajaran.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4. Mengukur pengaruh pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving

terhadap hasil belajar kognitif produk?

5. Mengukur pengaruh pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving

terhadap hasil belajar kognitif proses?

6. Menjelaskan kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan problem solving?

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti yang bersangkutan dapat memperoleh pengalaman yang berharga

untuk menerapkan ilmu pengetahuan tentang pembelajaran menggunakan

pendekatan problem solving.

Page 5: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

5

2. Bagi guru, dapat memberikan wawasan pengetahuan dalam menggunakan metode

pembelajaran untuk pelaksanaan proses belajar mengajar terutama pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan problem solving.

3. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan belajar selama proses pembelajaran

khususnya pada materi jenis dan daur ulang limbah.

4. Bagi sekolah, dapat memperoleh kesempatan mengembangkan ragam penelitian

dan dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan dan mutu proses

pembelajaran, khususnya pada materi jenis dan daur ulang limbah.

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Berkaitan dengan tujuan penelitian maka dikemukakan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

Ho = tidak ada pengaruh penggunaan pendekatan problem solving pada

pembelajaran konsep jenis dan daur ulang limbah terhadap hasil

belajar kognitif produk?

Ha = ada pengaruh pendekatan problem solving pada pembelajaran konsep jenis

dan daur ulang limbah terhadap hasil belajar kognitif produk?

Ho = tidak ada pengaruh penggunaan pendekatan problem solving pada

pembelajaran konsep jenis dan daur ulang limbah terhadap hasil

belajar kognitif proses?

Ha = ada pengaruh pendekatan problem solving pada pembelajaran konsep jenis

dan daur ulang limbah terhadap hasil belajar kognitif proses?

Page 6: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan Strategi Pembelajaran

Berbasis Masalah (SPBM). John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan yang

kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan

dipecahkan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari

berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan

pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil

pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan (Sanjaya, 2006).

Menurut Gulo (2004) Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah adalah

bagian dari strategi belajar mengajar inkuri. Strategi belajar mengajar penyelesaian

6

Page 7: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

7

masalah memberi tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.

Pentingnya strategi belajar mengajar ini pada prinsipnya adalah suatu proses interaksi

antara manusia dan lingkungannya. Proses ini dapat juga disebut sebagai proses

internalisasi oleh karena didalam interaksi tersebut manusia aktif memahami dan

mengahayati makna dari lingkungannya. mengemukakan enam langkah dalam proses

problem solving yaitu (1) penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa

lampau, (2) penyelesaian masalah secara intuitif, (3) penyelesaian masalah dengan

cara trial dan eror, (4) penyelesaian masalah secara otoritas, (5) penyelesaian masalah

metafisik, (6) penyelesaian masalah ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional

melalui proses deduksi dan induksi.

Strategi inkuiri sering juga disebut strategi penyelesaian masalah atau strategi

discovery. Inkuiri lebih memberi tekanan pada keyakinan atas diri sendiri terhadap

apa yang ditemukan, prolem solving pada terselesaikannya masalah itu sendiri, dan

discovery pada penemuan itu sendiri. Menurut Dewey problem solving dilakukan

enam tahap seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tahapan dalam Pendekatan Problem Solving

No Tahap-tahap Kemampuan yang diperlukan

1 Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.

2 Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci,

menganalisis masalah dari berbagai sudut.

3 Merumuskan hipotesis Berimajinasi menghayati ruang lingkup, sebab-akibat

dan alternatif penyelesaian.

4 Mengumpulkan dan

mengelompokkan data

sebagai bahan pembuktian

hipotesis

Kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan

data dalam bentuk diagram, gambar dan tabel.

5 Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data. Kecakapan

menghubung-hubungkan dan menghitung.

Keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.

6 Menentukan pilihan

penyelesaian

Kecakapan membuat alternatif penyelesaian.

Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan

akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

Page 8: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

8

Problem solving menurut Johnson dan Johnson, yaitu dengan melakukan

secara berkelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan pokok bahsan dalam pelajaran

diberikan kepada siswa untuk diselesaikan. Masalah yang dipilih mempunyai sifat

conflic issue atau kontroversial, masalahnya dianggap penting (important), urgen dan

dapat diselesaikan (solutionable). Bahan-bahan ini dapat diambil dari kliping atau

peristiwa-peristiwa disekitar siswa. Prosedur penyelesaiannya dilakukan secara : (1)

mendifinisikan masalah, (2) mendiagnosis masalah, (3) merumuskan alternatif

strategi, (4) menentukan dan menerapkan strategi, (5) mengevaluasi keberhasilan

strategi, dan (6) skenario kegiatan belajar mengajar.

Menurut Blosser (1988) problem solving memiliki banyak makna, termasuk

sikap atau kecenderungan terhadap inkuiri sebagai proses yang actual untuk

mendapatkan pengetahuan. Ketika para guru menggunakan pendekatan problem

solving di depan kelas, Dia mengharapkan agar siswa terlibat dalam berpikir analisis,

sintesis, dan evaluasi. Operasi-operasi ini tergolong kemampuan berpikir tinggi).

Penelitian melalui problem solving di dalam pembelajaran biologi SMA,

termasuk dalam pmbelajaran genetika. Menurut Stewart (1988) dalam Blosser (1988)

beragam cara menyelesaikan masalah yang mungkin akan menghasilkan

pembelajaran yang berbeda pula. Stewart membedakan 2 tipe utama dalam berpikir

menyelesaikan masalah-masalah genetika. Ada 2 jenis pemikiran yang terlibat dalam

memcahkan masalah genetika: 1) penalaran dari sebab-sebab efek, dan 2) penalaran

dari efek penyebab. Hal yang penting bagi siswa adalah memperoleh efe pemecahan

yang menyebabkan masalah mungkin merupakan hasil pemahaman sains sebagai

aktivitas intelektual.

Page 9: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

9

Gowan (2008) mengemukakan enam langkah dalam proses problem solving

yaitu (1) mengidentifikasi masalah, (2) mencari informasi, (3) mengembangkan

kriteria, (4) memilih solusi yang mungkin, (5) menganalisis dan (6) memadukan

solusi yang mungkin, dan mengimplementasikan solusi. Polya (1983) menetapkan 4

langkah/tahap yaitu (1) memahami masalah, (2) membuat rencana pemecahan

masalah, (3) menjawab masalah, dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Secara rinci keempat langkah ini dan merupakan langkah-langkah problem solving

dalam pembelajaran sebagai berikut:

1) Memahami masalah, siswa dianggap memahami masalah bila dapat menentukan

apa syarat yang diketahui, apa yang tidak diketahui/ditanyakan dan bagaimana

syarat-syaratnya.

2) Membuat rencana pemecahan masalah, dalam membuat pertanyaan siswa perlu

menentukan terlebih dahulu apa yang diketahui dengan apa yang akan ditanyakan.

3) Menjawab masalah, menjawab masalah dari pertanyaan yang telah dibuat pada

tahap sebelumnya. Setiap langkah diperiksa apakah sudah benar atau belum.

Dengan cara ini siswa diharapkan dapat mencari penyelesaian sendiri.

4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, hasil penyelesaian yang diperoleh pada

tahap sebelumnya dievaluasi kembali. Pada tahap ini diajukan pertanyaan-

pertanyaan apakah hasil yang lain ataukah dengan cara yang berbeda namun tetap

memperoleh hasil yang sama.

Menurut Brown dan Walter (1993) sebagai suatu pendekatan pembelajaran,

problem solving mempunyai beberapa kelebihan yakni dapat meningkatkan

kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan pengertian dan perspektif

yang lebih baik, serta membantu mengurangi rasa cemas dalam pembelajaran. Polya

Page 10: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

10

(1983) mengutarakan bahwa siswa yang mengajukan rumusan soal mereka sendiri

lebih termotivasi untuk memecahkan soal tersebut dari pada jika mereka diberikan

soal dari buku teks yang disusun guru.

Pembelajaran yang disesuaikan dengan konteks pembelajaran di mana siswa

dapat menggunakan waktu secara efektif. Kegiatan-kegiatan seperti mengumpulkan

sampah, memilah, menimbang, dan melaporkannya dapat mengefektifkan

pembelajaran . Para siswa juga dapat menemukan jawaban tentang jenis-jenis limbah

dan daur ulang limbah. Dengan menggunakan pendekatan problem solving, semua

kegiatan ini dapat dilakukan siswa di lingkungan sekitar sekolah.

B. TEORI-TEORI BELAJAR YANG MENDUKUNG PENDEKATAN

PROBLEM SOLVING

Pendekatan problem solving, pendekatan kooperatif, maupun pendekatan

lingkungan dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme. Hein (1996) istilah

konstruktivisme mengacu pada gagasan bahwa siswa membangun pengetahuan bagi

diri mereka sendiri.

Teori belajar konstruktivisme didefinisikan sebagai membangun pengetahuan

baru berdasarkan pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh siswa (Koohang, 2009).

Tuncer (2006) mengemukakan prinsip-prinsip yang menggambarkan bagaimana

konstruksi pengetahuan dapat difasilitasi melalui:

1) menyediakan beberapa representasi realitas

2) merupakan kompleksitas alami dari dunia nyata

3) fokus pada konstruksi pengetahuan

4) terdapat tugas otentik (mengkontekstualisasikan bukan instruksi abstrak)

Page 11: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

11

5) menyediakan keadaan sebenarnya, lingkungan belajar berbasis kasus daripada

urutan instruksional yang telah ditetapkan

6) praktik reflektif

7) mengaktifkan konstruksi pengetahuan konteks dan konten

8) mendukung kostruksi pengetahuan kolaboratif melalui negosiasi sosial

Teori Piaget mengemukakan bahwa minat sebagai "bahan bakar" dari

proses konstruktif, merupakan pusat tindakan mental di mana siswa membangun

pengetahuan dan intelegensi. Bilamana tidak terjadi ketertarikan pada siswa, maka

upaya konstruktif untuk masuk ke dalam pengalaman terdahulu. Begitu juga tanpa

pengalaman baru, maka tidak bisa kemampuan bernalar (De Fries, 2006). Kondisi

seperti ini siswa mengharuskan guru untuk menyediakan suatu pengalaman baru yang

dapat membantu untuk mengkonstruksi pengetahuan yang telah ada di dalam benak

siswa. Didalam pembelajaran lingkungan perumahan di dekat sekolah dan cara

mereka mengelola sampah dapat membantu siswa untuk membangun pengetahuan

yang telah mereka miliki tentang materi jenis dan daur ulang limbah.

C. PENDEKATAN LINGKUNGAN

Agar tujuan utama tercapai, ini merupakan tugas berat yang harus dipikul

oleh para pendidik formal sehingga mereka perlu dicarikan strategi yang tepat.

Perubahan mental ini akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengubah dan

membentuk nilai masyarakat yang berwawasan lingkungan.

Pendidikan lingkungan akan mampu memberikan informasi yang akurat

sehingga program kepedulian lingkungan akan lebih efektif. Dengan pendidikan

lingkungan juga diharapkan agar manusia atau masyarakat dapat mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan motivasi yang mengarah kepada

Page 12: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

12

pemerolehan sikap, nilai-nilai, dan mentalitas yang sangat diperlukan secara efektif

dalam memecahkan berbagai isu dan masalah lingkungan. Salah satu cara yang

mungkin dapat dicapai agar pendidikan lingkungan tertanam dalam diri setiap siswa

adalah menggunakan pendekatan lingkungan.

Pendekatan lingkungan yang telah dikenalkan sejak tahun tujuh puluhan

digunakan sebagai media untuk memperkenalkan lingkungan. Saat ini tidak sekedar

media, akan tetapi digunakan dengan tujuan supaya orang mau terlibat, mau

menangani dan mau memelihara lingkungan. Pembelajaran biologi yang berorientasi

pada lingkungan siswa akan memberi kesempatan siswa memahami proses biologi

yang berkaitan dengan lingkungannya menumbuhkan kesadaran keberadaannya

dalam ekosistemnya.

Lingkungan hidup sebagai sarana pendidikan akan memberikan keuntungan

1) pengamatan langsung akan memberi dorongan untuk memiliki pengetahuan lebih

jauh tentang masalah yang dihadapi, 2) alat tidak perlu dibeli dengan biaya mahal,

dan 3) dapat digunakan setiap waktu dan terdapat di mana-mana. Pendekatan

lingkungan dalam pembelajaran akan melahirkan beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Istilah lingkungan mencakup semua benda dan keadaan yang mempengaruhi

siswa.

2. Isi pelajaran disesuaikan dengan keadaan lingkungan siswa dalam menerapkan

prinsip-prinsip biologi

3. Penyusunan bahan bacaan berkisar pada suatu tema atau topik.

4. Pengamatan di dalam laboratorium alam yang akan memberikan kesan dan

pengertian yang lebih dalam dibanding secara verbal.

Page 13: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

13

5. Melalui pengamatan siswa berkesempatan melakukan pekerjaan ilmiah

(membuat hipotesis, mengumpulkan data, menguji kebenaran hipotesis yang

dibuat).

D. PENELITIAN YANG RELEVAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM

SOLVING

Ajij (2008) menyampaikan hasil secara lisan dan menjawab pertanyaan

mengalami peningkatan pada kriteria baik (100%). Yulinda (2011) melaporkan 1)

rata-rata hasil belajar kognitif produk mengalami peningkatan dari 54 pada kelas

kontrol menjadi 67 pada kelas perlakuan. Peningkatan ini berbeda secara signifikan

(Fo = 13,33 > Pr 0,0001). Pembelajaran menggunakan proses-proses problem solving

berpengaruh terhadap hasil belajar produk. 2) Rata-rata hasil belajar kognitif proses

juga mengalami peningkatan dari 58 pada kelas kontrol menjadi 73 pada kelas

perlakuan. Peningkatan ini berbeda secara signifikan (Fo = 15,79 > Pr 0,0001).

Pembelajaran menggunakan proses-proses problem solving berpengaruh terhadap

hasil belajar proses. Hasil LKS berupa pengetahuan (produk) tergolong sedang,

sedangkan proses tergolong baik. 3) Hasil kinerja siswa selama kegiatan

pembelajaran meliputi terdiri atas 20 parameter, hanya 6 parameter yang mengalami

peningkatan. Jadi, kinerja siswa dalam pembelajaran belum menunjukkan

peningkatan. 4) Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, semua mengalami

peningkatan.

Hanifah (2010) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan

bahwa pembelajaran materi “Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup”

dengan penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas

belajar dan mengoptimalkan hasil belajar siswa SMP Negeri 40 Semarang.

Page 14: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

14

E. PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER

Pendekatan kooperatif tipe Learning Together adalah pembelajaran yang

melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok beranggotakan 4-5 orang

heterogen dari aspek kemampuan, jenis kelamin, etnis, dan agama dalam tiap

kelompoknya. Kelompok-kelompok tersebut akan menyelesaikan tugas-tugas tertentu

dan kemudian menyerahkan hasil kerja dari kelompoknya. Pendekatan ini

menekankan pada kegiatan-kegiatan pembinaan kerjasama dalam kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran Learning Together menurut Slavin (1997)

adalah sebagai berikut:

1) menyampaikan tujuan pembelajaran diiringi dengan memotivasi siswa.

2) menyajikan informasi kepada siswa tentang materi pelajaran.

3) membagi kelompok-kelompok belajar secara heterogen, di mana tiap kelompok

beranggotakan tidak lebih dari 4-5 orang.

4) membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.

5) mengevaluasi hasil kerja siswa tentang materi yang dipelajari atau

mempresentasikan hasil kerja dan memberikan penghargaan pada siswa baik

individu atau kelompok.

6) guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan.

F. KONSEP JENIS DAN DAUR ULANG LIMBAH DALAM KURIKULUM

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Pada KTSP konsep “Jenis dan Daur Ulang Limbah” ini merupakan materi

IPA Biologi untuk SMA/MA kelas X (BNSP: 2006). Standar kompetensi dan

kompetensi dasar serta indikator sebagai berikut:

Page 15: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

15

Standar Kompetensi : 4. Mmenganalisis hubungan antara komponen

ekosistem, perubahan materi, dan energy serta

peranan manusia dalam keseimbangn ekosistem.

Kompetensi Dasar : 4.3. Menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah.

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas maka

dikembangkan indikator-indikator sebagai panduan untuk mencapai tujuan

pembelajaran sebagai berikut:

Indikator:

Kognitif:

a. Produk

1. Menjelaskan pengertian limbah.

2. Mengidentifikasi jenis-jenis limbah.

3. Menjelaskan pemanfaatan Limbah Organik dan Anorganik.

4. Menjelaskan pengetahuan dasar tentang jenis dan daur ulang limbah

b. Proses

1. Menyelidiki jenis-jenis limbah yang dihasilkan kegiatan rumah tangga.

2. Menganalisis jenis-jenis limbah.

3. Menilai jenis-jenis limbah rumah tangga.

c. Psikomotor

1 Melakukan pengamatan ekosistem di lingkungan sekitarnya dan

mengidentifikasi jenis dan daur ulang limbah.

Page 16: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

16

Afektif:

a. Karakter

Menunjukan perilaku berkarakter, meliputi: Bekerja sama dan Menghargai

Pendapat teman.

b. Keterampilan Sosial

Menunjukkan kemampuan keterampilan sosial, meliputi: meliputi: Bertanya dan

dan menyumbang ide atau pendapat.

Konsep : Jenis dan Daur Ulang Limbah

Alokasi waktu : 4 x 45 menit (2 kali pertemuan)

Materi :

1. Pengertian limbah

2. Jenis-jenis limbah

3. Manfaat limbah organik dan anorganik.

Page 17: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian penggunaan pendekatan problem solving dalam pembelajaran

Konsep Jenis dan Daur Ulang Limbah terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 3

Banjarbaru dilaksanakan dengan menggunakan rancangan kuasi eksperimen (quasi

experiment) yang melibatkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk rancangan

kuasi eksperimen yang dipilih adalah nonequivalent control group design. Bentuk

desain dari eksperimen ini terdapat dua kelompok yang telah dipilih diberi pretest

untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol (Sugiyono, 2010).

Kelas A O1 X O2

------------------------ n

Kelas B O1 O2

Keterangan:

A : Kelas eksperimen

B : Kelas kontrol

O1 : Tes (Pre-test)

O2 : Tes (Post-test)

X : Pembelajaran dengan pendekatan Problem Solving

n : Banyaknya pertemuan

Gambar 1. Model Rancangan Penelitian The Nonequivalent Control Group Design

17

Page 18: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

18

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan

pendekatan Problem Solving. Variabel terikat adalah hasil belajar kognitif produk

dan hasil belajar kognitif proses.

C. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian ini meliputi RPP, LKS, dan bahan ajar. Langkah-langkah

penyusunan instrumen penelitian dirincikan sebagai berikut:

(1) Membuat silabus perencanaan pembelajaran.

(2) Menyusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, LKS, bahan ajar.

(3) Melaksanakan pembelajaran.

D. VALIDITAS INSTRUMEN

Menurut Arikunto (1998) instrumen penelitian memenuhi syarat sebagai alat

pengumpul data apabila instrumen tersebut valid dan reliabel. Uji validitas instrumen

penelitian dengan tujuan dan isi materi pembelajaran. Soal-soal tes yang diuji

validitasnya dengan memberikan kepada para siswa SMA di luar populasi penelitian.

Uji validitas isi RPP dan LKS dilakukan oleh guru Mata Pelajaran Biologi dan

peneliti sendiri. Uji soal menggunakan table Fan.

E. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 3 Banjarbaru.

Tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian adalah siswa kelas X. Untuk

menentukan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobality sampling

yaitu pengambilan sampel yang dipilih dengan non random dengan teknik

Page 19: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

19

pengambilan sampel sistematis (Systematic Sampling) di mana sampel yang diambil

berdasarkan urutan kelas yang sudah ditentukan yaitu kelas dengan satu lompatan

kelas paralel.

F. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian lapangan dilakukan selama 2 bulan (Oktober-Nopember 2013) di

SMA Negeri 3 Banjarbaru.

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

Teknik pengumpulan dan analisis data dibedakan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian berupa data kuantitatif (hasil belajar kognitif produk dan hasil

belajar kognitif proses) yang diperoleh dari nilai pretes dan postes di kelas kontrol

dan eksperimen dianalisis menggunakan teknik analisis kovarian (ANACOVA).

2. Data kuantitatif proses pembelajaran yang diperoleh dari LKS untuk mengukur

keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan kategori yakni baik (76-100%),

sedang (56-75%), kurang (40-55%), dan buruk (< 40%) (Arikunto, 1998).

Page 20: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

20

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Hasil belajar kognitif produk dan hasil belajar kognitif proses kelas perlakuan

disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Belajar Kognitif Produk dan Kognitif Proses Kelas Perlakuan

No.

Nama

Soal Produk Soal Proses

Pretest Post tes Pretest Post tes

skor nilai skor nilai skor nilai skor nilai

1 A. Baini 6 40 11 73 4 40 8 80

2 Ahmad Madani 3 20 10 67 3 30 6 60

3 Aminah 5 33 11 73 5 50 8 80

4 Amrullah 5 33 10 67 6 60 9 90

5 Andy Ariyadi 2 13 9 60 3 30 6 60

6 Arifin 6 40 11 73 4 40 8 80

7 Elly Farahesti 3 20 9 60 3 30 7 70

8 Faisal Akbar 9 60 9 60 7 70 7 70

9 Hapsari 4 27 9 60 6 60 9 90

10 Husni Fadillah 2 13 10 67 3 30 8 80

11 Jahrah Panupus 5 33 12 80 5 50 8 80

12 Kaspariman 4 27 10 67 4 40 8 80

13 M. Akmal Firdaus 5 33 8 53 6 60 6 60

14 M. Ananda Pratama Putra 8 53 12 80 5 50 6 60

15 M. Fiqrian Maulana 6 40 9 60 2 20 6 60

16 M. Noor 6 40 9 60 4 40 7 70

17 M. Saukani 3 20 9 60 1 10 5 50

18 M. Zaki 3 20 12 80 4 40 9 90

19 Munawarah 4 27 10 67 3 30 9 90

20 Ria Khairi Juraida 5 33 14 93 3 30 9 90

21 Rusdi 6 40 6 40 5 50 5 50

22 Siti Aisyah 3 20 10 67 5 50 7 70

23 Syahdani 3 20 9 60 3 30 7 70

20

Page 21: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

21

24 Syamsuri 5 33 9 60 5 50 6 60

25 Zainuddin 6 40 12 80 4 40 8 80

skor rata-rata

31

67 41

73

Hasil belajar kognitif produk dan hasil belajar kognitif proses kelas kontrol

disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Belajar Kognitif Produk dan Kognitif Proses Kelas Kontrol

Soal Produk Soal Proses

No.

Nama

Pre test Post test Pre test Post test

Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai

1 Mentari Ruthma 9 60 11 73 7 70 7 70

2 Yuniati Hidayah 5 33 7 47 4 40 5 50

3 Rizka Silviana 5 33 8 53 6 60 7 70

4 Haposan h 7 47 9 60 8 80 6 60

5 Mahendra Sh 9 60 12 80 7 70 5 50

6 Oneal 7 47 8 53 6 60 6 60

7 Nurahmat s 8 53 8 53 6 60 4 40

8 Fahmi r 7 47 7 47 7 70 5 50

9 M agvi 9 60 11 73 4 40 5 50

10 Rizki Wulandari 4 27 8 53 5 50 5 50

11 Yunita sh 4 27 6 40 2 20 5 50

12 Catur Bayu n 5 33 9 60 2 20 6 60

13 Yana Listiana 8 53 11 73 6 60 6 60

14 Dwi Kariana Putri 3 20 5 33 6 60 7 70

15 Intania Hidayati 3 20 5 33 4 40 7 70

16 Jamaludin Arif 9 60 8 53 7 70 6 60

17 Firman N 6 40 8 53 7 70 7 70

18 Fauzah F 5 33 7 47 5 50 7 70

19 Chintia Ds 4 27 4 27 3 30 5 50

20 Fitriani 8 53 9 60 5 50 5 50

21 Dewi Permata Sari 7 47 8 53 9 90 6 60

22 Pembyun 4 27 6 40 5 50 6 60

23 Eni Maulida 4 27 7 47 4 40 5 50

24 Dewi Sulistaw 8 53 13 87 6 60 6 60

25 Anggia Sd 4 27 10 67 4 40 5 50

26 Gusti Aprianti s 5 33 6 40 7 70 6 60

27 Rusliana 7 47 8 53 7 70 7 70

28 Shellawati 8 53 8 53 5 50 6 60

29 Siti Rahmah R 9 60 8 53 6 60 6 60

30 St. Munawarah 6 40 7 47 7 70 6 60

Page 22: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

22

31 Susi 8 53 8 53 5 50 7 70

32 Wahyudi 7 47 10 67 5 50 5 50

skor rata-rata

42

54 55 58

Ringkasan hasil belajar kognitif produk dan kognitif proses kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Produk dan Kognitif Proses

Variabel Terikat

Kelas Kontrol (N = 32) Kelas Perlakuan (N = 25)

pretest Post tes pretest Post tes

Kognitif Produk 42 54 31 67

Kognitif Proses 55 58 41 73

Tabel 4.3 memperlihatkan ada peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif

produk dari 54 pada kelas kontrol menjadi 67 pada kelas perlakuan. Begitu juga rata-

rata hasil belajar kognitif proses dari 58 pada kelas kontrol menjadi 73 pada kelas

perlakuan. Perolehan hasil belajar kognitif produk lebih rendah dibandingkan hasil

belajar kognitif proses hal ini dapat dijelaskan bahwa produk diperoleh melalui

proses. Hal ini berdasarkan kaidah bahwa dalam pembelajaran biologi, ada dua

standar yakni standar yang berhubungan dengan kerja ilmiah (working Scientificcally)

dan standar yang berhubungan dengan konten (content standard).

Keterampilan berpikir kritis siswa diperoleh melalui kemampuan

menyelesaikan LKS. Dalam penelitian ini menggunakan 2 buah percobaan.

Pertemuan pertama membuktikan fotosintesis menghasilkan oksigen. Data hasil

pengamatan disajikan pada Tabel 4.4.

Page 23: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

23

Tabel 4.4 Ringkasan Kinerja Proses Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis

Keterangan RTK:

1. Merumuskan hipotesis

2. Mengidentifikasi variabel control

3. Mengidentifikasi variabel manipulasi

4. Mengidentifikasi variabel respon

5. Mendefinisikan secara operasional

variabel manipulasi

6. Mendefinisikan secara operasional

variabel respon

7. Menentukan prosedur penelitian

8. Melaksanakan penelitian

9. Mencatat seluruh hasil pengamatan

dalam tabel data

10. Menarik kesimpulan

Pertemuan kedua melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

peristiwa fotosintesis. Data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Ringkasan Kinerja Proses fotosintesis menghasilkan amilum

Keterangan RTK:

RTK

Nama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Andy Ariyadi 8 8 8 9 8,5 7 7,5 8 8,5 9

Arifin 8,5 8 8 9,25 8 7,75 7,5 8,5 8 9,25

Elly Farahesti 8 9,5 9,5 9,5 8 8 8 8,5 9 9

Faisal Akbar 7,75 9 9 9,5 7,75 7,5 7 8 9,25 9

Rata-rata

RTK

Nama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Andy Ariyadi 8 8 8 9 8,5 8 7,5 8 8,5 9

Arifin 8,5 8 8,5 9,5 8 7,5 7,5 8,5 8 9,25

Elly Farahesti 9,5 8 8 8 8 8 8 8,5 9 9,5

Faisal Akbar 9,5 7,5 7,75 7,5 8 7,75 8 8 8 8,5

Rata-rata

1. Merumuskan hipotesis

2. Mengidentifikasi variabel control

3. Mengidentifikasi variabel manipulasi

4. Mengidentifikasi variabel respon

5. Mendefinisikan secara operasional variabel

manipulasi

6. Mendefinisikan secara operasional

variabel respon

7. Menentukan prosedur penelitian

8. Melaksanakan penelitian

9. Mencatat seluruh hasil pengamatan

dalam tabel data

10. Menarik kesimpulan

Page 24: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

1. Hasil Belajar Kognitif Produk

Ada peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif produk dari 54 pada kelas

kontrol menjadi 67 pada kelas perlakuan. Perbedaan hasil rata-rata selanjutnya

dianalisis menggunakan anacova. Ringkasan hasil analisis statistik seperti Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Signifikansi Hasil Belajar Kognitif Produk

Sumber DB/DF JK/SS RK/MS F-rasio Pr > F Keterangan

Regresi 2 0.24 0.119 13,33 0,0001 Signifikan

Residual 54 0,48 0.008

Total 56 0,72

Keterangan: R-kuadrat = 0,33, c.v. = 5,35, n = 57, F =13,33; P = 0,0001.

Tabel 4.6 menunjukkan ada perbedaan secara signifikan hasil belajar kognitif produk

(F = 13,33; P = 0,0001). Berdasarkan temuan ini hipotesis penelitian yang berbunyi

ada pengaruh pendekatan problem solving pada pembelajaran konsep jenis dan daur

ulang limbah terhadap hasil belajar kognitif produk dapat diterima. Jadi

pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving berpengaruh terhadap hasil

belajar kognitif produk.

2. Hasil Belajar Kognitif Proses

Ada peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif proses dari 58 pada kelas

kontrol menjadi 73 pada kelas perlakuan. Ringkasan hasil analisis statistik terhadap

hasil belajar kognitif proses disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Signifikansi Hasil Belajar Kognitif Proses

Sumber DB/DF JK/SS RK/MS F-rasio P r > F Keterangan

Regresi 2 0.14 0.070 15,79 0,0001 Signifikan

Residual 54 0,24 0.004

Total 56 0,38

Keterangan: R-kuadrat = 0,37, c.v. = 3,68, n = 57, F =15,79; P = 0,0001.

Page 25: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

Pada Tabel 4.7 ada perbedaan secara signifikan hasil belajar kognitif proses (F =

15,79; P = 0,0001). Berdasarkan temuan ini, hipotesis penelitian yang berbunyi ada

pengaruh pendekatan problem solving pada pembelajaran konsep jenis dan daur

ulang limbah terhadap hasil belajar kognitif proses dapat diterima. Jadi dikatakan

pula pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving berpengaruh terhadap

hasil belajar kognitif proses.

3. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Hasil kinerja siswa sebagai pencerminan keterampilan berpikir kritis

diperoleh dari hasil mengerjakan LKS seperti pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Ringkasan Kinerja Proses Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis

Keterangan:

76-100% = Baik; 56-75% = Cukup baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk (Arikunto. 1998)

Keterangan RTK:

Pertemuan kedua melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

peristiwa fotosintesis. Data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4.9.

RTK

Nama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

Andy Ariyadi 8 8 8 9 8,5 7 7,5 8 8,5 9 81,5

Arifin 8,5 8 8 9,25 8 7,75 7,5 8,5 8 9,25 82,75

Elly Farahesti 8 9,5 9,5 9,5 8 8 8 8,5 9 9 77,5

Faisal Akbar 7,75 9 9 9,5 7,75 7,5 7 8 9,25 9 83,75

Rata-rata 81,375

1. Merumuskan hipotesis

2. Mengidentifikasi variabel control

3. Mengidentifikasi variabel manipulasi

4. Mengidentifikasi variabel respon

5. Mendefinisikan secara operasional

variabel manipulasi

6. Mendefinisikan secara operasional

variabel respon

7. Menentukan prosedur penelitian

8. Melaksanakan penelitian

9. Mencatat seluruh hasil pengamatan

dalam tabel data

10. Menarik kesimpulan

Page 26: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

Tabel 4.9 Ringkasan Kinerja Proses fotosintesis menghasilkan amilum

Keterangan:

76-100% = Baik; 56-75% = Cukup baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk (Arikunto. 1998)

Keterangan RTK:

Berdasarkan Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 keterampilan berpikir kritis sudah

tergolong baik, hal ini sejalan dengan hasil penilaian selama proses yang juga

tergolong baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses selama pembelajaran pada

siklus 2 ini sudah tergolong kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan rumusan tujuan

penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Rata-rata hasil belajar produk mengalami peningkatan dari 54 pada kelas kontrol

menjadi 67 pada kelas perlakuan. Peningkatan ini berbeda terlihat secara

signifikan (Fo = 13,33 > Pr 0,0001). Dikatakan pula pembelajaran menggunakan

pendekatan problem solving berpengaruh terhadap hasil belajar produk.

2. Rata-rata hasil belajar proses juga mengalami peningkatan dari 58 pada kelas

kontrol menjadi 73 pada kelas perlakuan. Peningkatan ini berbeda secara

RTK

Nama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

Andy Ariyadi 8 8 8 9 8,5 8 7,5 8 8,5 9 82,5

Arifin 8,5 8 8,5 9,5 8 7,5 7,5 8,5 8 9,25 83,25

Elly Farahesti 9,5 8 8 8 8 8 8 8,5 9 9,5 84,5

Faisal Akbar 9,5 7,5 7,75 7,5 8 7,75 8 8 8 8,5 80,5

Rata-rata 82,69

1. Merumuskan hipotesis

2. Mengidentifikasi variabel control

3. Mengidentifikasi variabel manipulasi

4. Mengidentifikasi variabel respon

5. Mendefinisikan secara operasional variabel

manipulasi

6. Mendefinisikan secara operasional

variabel respon

7. Menentukan prosedur penelitian

8. Melaksanakan penelitian

9. Mencatat seluruh hasil pengamatan

dalam tabel data

10. Menarik kesimpulan

Page 27: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

signifikan (Fo = 15,79 > Pr 0,0001). Dikatakan pula pembelajaran menggunakan

pendekatan problem solving berpengaruh terhadap hasil belajar proses.

3. Keterampilan berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui pembelajaran

menggunakan pendekatan problem solving tergolong baik

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh dari pembelajaran konsep

jenis dan daur ulang limbah melalui pendekatan problem solving selanjutnya

digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.

1. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Solving terhadap Hasil Belajar

Kognitif Produk

Hasil belajar kognitif produk merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang

pertama yaitu menguji signifikansi hasil belajar siswa. Hasil penelitian pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan problem solving dapat meningkatkan hasil belajar

kognitif produk dan peningkatan ini berpengaruh secara signifikan. Temuan ini

sejalan dengan penelitian yang telah dilaporkan sebelumnya bahwa pembelajaran

problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Nur, 2008; Lanjar, 2009;

Alkusaer, 2009; Novianti, 2011; Kirschner, 2011). Akan tetapi berbeda dengan

penelitian menggunakan pembelajaran kooperatif saja (Wibowo, 2007) menemukan

tidak terdapat pengaruh strategi pembelajaran terhadap keterampilan metakognitif

siswa.

Setiap materi yang disajikan memiliki makna dengan kualitas yang beragam.

Makna yang berkualitas adalah dengan menghubungkan materi ajar dengan

lingkungan personal dan sosial (Johnson, 2009). Materi jenis limbah dan daur ulang

limbah yang diajarkan melalui pendekatan problem solving berarti mendekatkan

Page 28: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

materi limbah (dalam hal ini sampah) dengan lingkungan personal mereka sehingga

siswa bukan hanya belajar mengenai pengertian sampah melainkan juga belajar

mengenai lingkungan di sekitar mereka. Dengan kata lain lingkungan fisik dan psikis

siswa juga di fasilitasi untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan problem solving di

kombinasikan dengan pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama. Pembelajaran

dengan setting kooperatif dimaksudkan agar siswa dapat saling membantu sesama

anggota kelompoknya apabila mengalami kesulitan, sehingga pemecahan masalah

lebih mudah diselesaikan. Hasil pembelajaran pendekatan problem solving pernah

dilaporkan dengan mengkombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif (Nur,

2008). Perpaduan ini dapat juga dilakukan dengan setting lingkungan (Saudah,

2007). Kombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran dimaksudkan untuk

memenuhi 3 unsur yakni 1) sintak pembelajaran, 2) tujuan pembelajaran, dan 3)

sarana belajar.

Pendekatan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran kooperatif pada

hakikatnya memberikan penekanan sosial dalam belajar dan penggunaan kelompok.

Penekanan sosial dan kelompok sejawat untuk memodelkan cara berpikir yang sesuai

dan saling mengemukakan dan meluruskan pengertian atau miskonsepsi-miskonsepsi

diantara mereka sendiri (Nur dan Wikandari, 2000). Penggunaan pembelajaran

kooperatif yang dipadukan dengan pendekatan problem solving dapat memudahkan

siswa di dalam memahami materi pelajaran dan berdampak pada signifikansi hasil

belajar.

Pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving dikondisikan akrab

dengan lingkungan belajar siswa, yakni memanfaatkan lingkungan sebagai sarana

Page 29: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

belajar. Pembelajaran dilaksanakan dengan setting lingkungan, artinya pembelajaran

dikondisikan terjadi interaksi langsung para siswa dengan lingkungan alami.

Pengajaran konsep Jenis dan Daur ulang limbah melalui pendekatan problem solving

dirancang untuk mendekatkan siswa dengan lingkungan mereka sendiri. Kegiatan

pengumpulan sampah, memilah, dan menimbang sampah merupakan kegiatan yang

mendekatkan siswa dengan lingkungan. Hasil positif dari penelitian ini adalah hasil

pembelajaran kognitif produk kelas perlakuan signifikan terhadap hasil belajar

kognitif produk pada kelas kontrol. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan bahwa

pembelajaran berbasis lapangan menunjukkan pemahaman kognitif yang lebih besar

dari kelas berbasis peserta (Carrier, 2010). Hal ini beralasan kegiatan lapangan

mendorong timbulnya sikap positif yang berbeda dibandingkan kegiatan dikelas.

Bierle dan Singletary (2008) mengimplikasikan pembelajaran di lingkungan

alami. Mereka mengemukakan tujuan pendidikan lingkungan hendaknya berangkat

dari isi kurikulum. Ini dapat difasilitasi dengan pembelajaran outdoor, berpetualang,

maupun eksperimental. Selain itu, hasil analisis KTSP sains, matematika SD dan

buku yang memuat nuansa lingkungan cukup besar (Zaini dkk., 2008b).

2. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Solving terhadap Hasil Belajar

Kognitif Proses

Pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving dapat meningkatkan

hasil belajar kognitif proses dan peningkatan ini berpengaruh secara signifikan.

Seperti hasil belajar produk, pengaruh model pembelajaran juga dikuatkan dengan

setting kooperatif dan pemanfaatan lingkungan sebagai sarana belajar. Pembelajaran

menggunakan model yang tergolong konstruktivis ini dapat meningkatkan hasil

belajar proses. Ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang pernah dilaporkan

Page 30: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

melalui perpaduan pendekatan problem solving dengan pendekatan kooperatif yang

berbeda (Sulistiana, 2008). Peneliti ini menemukan pendekatan problem solving yang

dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

hasil belajar dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD semata.

Penelitian lain memadukan pembelajaran problem solving dengan pendekatan

kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan proses belajar (Nur, 2008). Problem

solving dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Kirschner, 2011).

Hasil belajar kognitif proses pada pembelajaran konsep Jenis dan Daur Ulang

Limbah melalui pendekatan problem solving yang dipadukan dengan pembelajaran

kelompok tipe belajar bersama signifikan terhadap hasil belajar kognitif proses kelas

kontrol. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran kelompok terdapat tugas yang harus

diselesaikan bersama sehingga perlu dilakukan pembagian kerja. Komunikasi yang

efektif akan memudahkan kerjasama dalam kelompok (Hasibuan, 2002). Sehingga,

kesempatan untuk memahami materi pembelajaran akan lebih baik.

Pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving berpengaruh secara

signifikan terhadap hasil belajar kognitif proses. Temuan ini berbeda dengan hasil

penelitian yang menggunakan pendekatan problem solving dan problem posing yakni

kualitas proses kognitif siswa tergolong cukup (Novianti, 2011). Begitu juga dengan

hasil penelitian yang menggunakan keterampilan metakognitif sebagai variabel

terikat yang mengarah pada keterampilan berpikir lebih tinggi dibanding hasil belajar

kognitif proses (Wibowo, 2007; Sugiharto, 2007; Purwandari, 2007). Dalam konteks

pembelajaran di lingkungan alami, hasil penelitian ini sejalan dengan temuan bahwa

hasil belajar siswa pada 3 daerah penelitian (Kota Banjarbaru, Kota Banjarmasin, dan

Kabupaten Tanah Laut) yang dianalisis dengan anacova menunjukkan signifikansi

Page 31: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

yakni penggunaan pendekatan PBM dan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Zaini dkk., 2008a).

3. Kemampuan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran

Menggunakan Pendekatan Problem Solving

Hasil Lembar Kerja Siswa berupa pengetahuan (produk) tergolong sedang,

sedangkan proses tergolong baik. Hasil ini sejalan dengan temuan yang pernah

dilaporkan bahwa proses belajar yang diukur melalui LKS dan dianalisis secara

deskriptif tergolong baik (Zaini dkk., 2008b; Saudah, 2007; Nur, 2008; Dwindiasih,

2011). Lembar Kerja Siswa memberikan kesempatan kepada siswa dan kelompok

untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperolah perubahan tingkah laku yang baru

secarakeseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi dengan

lingkungan (Slameto, 2003).

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang menyatakan bahwa ada

korelasi antara kemampuan kognitif dengan sikap pada pembelajaran bioetika

(Minarno, 2009). Pendekatan problem solving ini dalam pembelajaran melibatkan

siswa dalam suatu tugas yang jawabannya belum diketahui, jadi, dalam rangka

mencari jawaban permasalahan siswa harus memanfaatkan pengetahuan mereka, dan

melalui proses ini para siswa akan mengembangkan pemahaman baru (Polya, 1983).

Page 32: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan beberapa

disimpulkan:

1. Ada perbedaan secara signifikan hasil belajar kognitif produk (F = 13,33; P =

0,0001). Ini menunjukkan pembelajaran menggunakan pendekatan problem

solving berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif produk.

2. Ada perbedaan secara signifikan hasil belajar kognitif proses (F = 15,79; P =

0,0001). Dikatakan pula pembelajaran menggunakan pendekatan problem

solving berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif proses.

3. Keterampilan berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui pembelajaran

menggunakan pendekatan problem solving tergolong baik

B. SARAN-SARAN

Berkaitan dengan kesimpulan, maka dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Kinerja siswa sebagai pencerminan keterampilan berpikir kritis merupakan hasil

rata-rata kelompok, oleh karena itu diperlukan penelitian yang memerinci

masing-masing keterampilan berpikir kritis siswa dan diukur dari semua siswa.

Page 33: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

2. Populasi penelitian pada kelas kontrol kurang dari 30 siswa, hal ini

mengakibatkan keragaman data, oleh karena itu sebaiknya menggunakan jumlah

siswa yang lebih besar.

Page 34: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta, Jakarta.

Ajij, Abdul. 2008. Peningkatan Kemandirian Belajar Biologi Dengan Pendekatan

Problem Solving Terhadap Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas X Ma Wahid

Hasyim Sleman Yogyakarta. http://digilib.uin-

suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--abdulajijn-

813, diakses 22 Februari 2012.

Blosser, Patricia E. 1988. Teaching Problem Solving--Secondary School Science.

ERIC/SMEAC Science Education Digest No. 2, 1988.

Borich, Gary. D. 2005. Observation Skills for Effective Teaching. Merrill Publishing

Company : New York.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi. Depdiknas:Jakarta.

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 tentang

Standar Proses. Depdiknas:Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha

Nasional;Surabaya.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. PT Gresindo. Jakarta.

Hein, George E. 1996. Constructivist Learning Theory. The Museum and the Needs

of People. Jerusalem, Israel;CECA (International Committee of Museum

Educators) Conference 15-22 October 1991. 1996 Exploratorium, 3601 Lyon

St., San Francisco, CA94123 http://www.exploratorium.edu/IFI/

resources/constructivistlearning .html diakses 22 Februari 2012.

Huitt, W. 2003. Constructivism. Education Psychology Interactive. Valdosa, GA.

Valdosa State.

Koohang, Alex. Liz Riley, and Terry Smith. 2009. E-Learning and

Constructivism:From Theory to Application. Interdisciplinary Journal of E-

Learning and Learning Objects Volume 5, 2009. Editor; Janice Whatley.

Macon State College;Macon, Georgia, USA.

Page 35: Naskah Penelitian BOPTN.doc.pdf

Polya, George. 2001. Teaching Problem Solving Strategies in the 5 – 12 Curriculum .

Reardon Problem Solving Gifts, Inc.

Sanjaya, Wira. 2006. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan.

Kencana. Jakarta.

Sanjaya, Wira. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Perdana Media Group.

Jakarta.

Slavin, R. 1997. Educational Psychology Theory and Practice. Boston: Allyn.

Slavin, R. 2010. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Nusa

Media:Bandung.

Sulistiana, Devita. 2008. Keefektifan Model Pembelajaran Paduan Problem Solving

dan Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan

Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Kelas XI IPA. Tesis. Program Studi

Pendidikan Kimia UM; Malang.

Yager, Robert, E.(ed).1996. The Science/Technology/Society as Reform in Science

Education. State University of New York Press. New York

Yulinda, Ratna. 2011. Hasil Belajar, Kinerja, Dan Keterampilan Berpikir Tingkat

Tinggi Siswa SMA Pada Pembelajaran Konsep Jenis Dan Daur Ulang

Limbah Melalui Proses-Proses Problem Solving. Tesis (tidak dipublkasikan)