33
Muskuloskeletal 1: Sakit dan Pegal Sekujur Tubuh Novita Dewy 10.2010.110 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta

Muskuloskeletal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Muskuloskeletal

Citation preview

Page 1: Muskuloskeletal

Muskuloskeletal 1:

Sakit dan Pegal Sekujur Tubuh

Novita Dewy

10.2010.110

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta

Page 2: Muskuloskeletal

Pendahuluan

Pada tubuh manusia, terdapat suatu sistem yang memungkinkan adanya pergerakan

pada setiap organ tubuh manusia. Sistem tersebut adalah muskuloskeletal yang meliputi

tulang, persendian, dan otot. Secara umum, otot dapat menghasilkan gerakan pada tulang

tempat otot tersebut melekat sekaligus otot mampu menopang rangka dan mempertahankan

postur tubuh, selain itu otot juga melakukan gerakan dalam bagian-bagian organ dalam tubuh.

Pada manusia dapat dibedakan tiga jenis jaringan otot secara morfologis dan fungsional, yaitu

otot rangka (skelet), otot jantung, dan otot polos. Otot rangka merupakan otot yang berada

pada setiap bagian anggota gerak tubuh (rangka) yang dapat digerakkan secara sadar

(volunter) atau dengan kata lain dapat digerakkan sesuai kehendak sendiri, berbeda dengan

otot jantung dan otot polos yang mampu bekerja di luar sadar (involunter).

Gerakan anggota tubuh manusia yang dipengaruhi otot, selalu berkaitan dengan proses

kontraksi dan relaksasi. Jaringan otot yang mencapai hampir setengah berat tubuh, pada

umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel

otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. Kontraksi dan relaksasi yang

dilakukan otot tentunya memiliki mekanisme tersendiri yang berperan penting sehingga

apabila ada suatu kesalahan atau kelainan pada mekanisme tersebut tentunya mampu

menimbulkan gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Pembahasan

1. Tulang

Tulang berfungsi untuk: (1) memberikan topangan dan bentuk pada tubuh; (2)

pergerakan; (3) perlindungan; (4) pembentukan sel darah (hematopoiesis); dan (5) tempat

penyimpanan mineral.1

Tulang sebagai suatu jaringan terdiri dari sel-sel tulang (osteosit, osteoblas, dan

osteoklas)1, substansi dasar (proteoglikan), serabut kolagen, substansi semen, dan bermacam-

1

Page 3: Muskuloskeletal

macam garam. Substansi dasar dan serabut-serabut kolagen membentuk substansi interselular,

osteoid. Serabut-serabut merupakan bagian zat organik. Garam-garam merupakan unsur-unsur

anorganik. Beberapa garam yang sangat penting seperti kalsium fosfat, magnesium fosfat, dan

kalsium karbonat. Selain itu terdapat senyawa-senyawa kalsium, kalium, dan natrium dengan

klorin dan fluorin juga ditemukan.2

Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang. Ia juga

bertanggung jawab dalam pembentukan tulang.3 Dekomposisi komponen anorganik dari

tulang juga bergantung pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada

permukaan tulang, dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis.

Osteosit (berasal dari osteoblas) terletak di dalam lakuna yang terletak di antara

lamela-lamela matriks. Hanya ada satu osteosit di dalam satu lakuna. Kanalikuli matriks

silindris yang tipis, mengandung tonjolan-tonjolan sitoplasma osteosit.

Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang

melebar mengandung 5 sampai 50 inti (atau lebih).4

Garam-garam menentukan kekerasan dan kekuatan tulang. Tulang yang tidak

mengandung kalsium atau dekalsifikasi bersifat lentur. Kadar kalsium yang rendah dapat

akibat dari kekurangan vitamin atau gangguan hormonal. Kekurangan vitamin dapat

meningkat, sebagai contoh, bila tidak terpapar sinar ultraviolet mengakibatkan kegagalan

perubahan provitamin menjadi vitamin. Kekurangan kalsium menyebabkan pelunakkan tulang

seperti pada riketsia.2

Unsur-unsur organik juga berperan dalam menentukan kelenturan tulang. Bila terjadi

kekurangan zat organik, kelenturan tulang hilang mengakibatkan tulang tidak tahan terhadap

tekanan karena rapuh. Persenyawaan antara kolagen dengan garam-garam anorganik

bertanggung jawab atas daya regang dan daya tekan tulang yang besar.1 Perbandingan antara

garam-garam anorganik dengan serabut-serabut kolagen berubah-ubah selama hidup. Pada

bayi jumlah garam anorganik lebih kurang 50% dan meningkat sampai 70% pada usia lanjut

yang disertai kehilangan elastisitas, seperti kelenturan dan daya tahan terhadap kejtan

menurun. Kerusakan zat organik dapat juga dilakukan secara buatan dengan pembakaran.2

Jaringan tulang ada dua, yaitu tulang cancellus (berongga) dan tulang kompak. Kedua

jenis tulang ini memiliki komposisi yang sama, namun porositasnya berbeda. Tulang

2

Page 4: Muskuloskeletal

kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama ditemukan sebagai lapisan di atas

jaringan tulang cancellus, porositasnya bergantung pada saluran mikroskopik (kanalikuli)

yang mengandung pembuluh darah (berhubungan dengan saluran Havers). Tulang cancellus

tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguler yang bercabang dan saling bertumpang

tindih untuk membentuk jaring-jaring spikula tulang dengan rongga-rongga yang

mengandung sumsum.

Tulang diklasifikasikan menurut bentuknya menjadi: (1) tulang panjang; (2) tulang

pendek; (3) tulang pipih; (4) tulang ireguler; dan (5) tulang sesamoid.

Tulang panjang ditemukan di tungkai. Tulang berelongasi dan berbentuk silindris,

serta terdiri dari: (1) diafisis (batang) dan (2) epifisis. Diafisis tersusun dari tulang kompak

silinder tebal yang membungkus rongga sumsum sentral yang besar, sementara epifisis adalah

ujung-ujung tulang yang membesar sehingga rongga-rongga sumsum dengan mudah

bersambungan. Fungsi tulang ini adalah untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam

pergerakan.

Tulang pendek adalah tulang-tulang karpal dan tarsal. Tulang tersebut berstruktur

kuboidal atau bujur, dan biasanya ditemukan berkelompok untuk memberikan kekuatan dan

kekompakan pada area yang pergerakannya terbatas. Sebagian besartulang pendek adalah

tulang cancellus, yang dilapisi lapisan tipis tulang kompak.

Tulang pipih ada pada tulang tengkorak, iga, dan tulang dada. Struktur tulang yang

mirip lempeng ini memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan

memberikan perlindungan. Dua lempeng tulang kompak (dikenal sebagai tabula luar dan

tabula dalam pada kranium) membungkus lapisan berongga (diploe).

Tulang ireguler adalah tulang yang bentuknya tidak beraturan dan tidak termasuk

kategori di atas; meliputi tulang vertebra dan tulang osikel telinga. Strukturnya sama dengan

struktur tulang pendek-yaitu tulang cancellus yang ditutupi lapisan tulang kompak yang tipis.

Tulang sesamoid adalah tulang kecil bulat yang masuk ke formasi persendian atau

bersambung dengan kartilago, ligament atau tulang lainnya. Salah satu contohnya adalah

patella, yang merupakan tulang sesamoid terbesar.

Rangka manusia dewasa terdiri dari kurang lebih 206 tulang, yang terbagi menjadi: (1)

rangka aksial dan (2) rangka apendikular.

3

Page 5: Muskuloskeletal

Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan

melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso. Bagian rangka aksial meliputi kolumna

vertebra, tengkorak, tulang hyoid, osikel auditori, sternum, dan tulang iga.

Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkai, dan

tulang pektoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai

pada rangka aksial.1

2. Tulang Rawan

Tulang rawan ditandai dengan suatu matriks ekstrasel yang banyak mengandung

glikosaminoglikan dan proteoglikan, yaitu makromolekul yang berinteraksi dengan serat

kolagen dan elastin. Variasi komposisi komponen matriks ini menghasilkan 3 jenis tulang

rawan, yang sesuai dengan kebutuhan biomekanika setempat.

Tulang rawan merupakan bentuk khusus jaringan ikat dengan konsistensi matriks

ekstrasel yang “keras” sehingga memungkinkan jaringan ini menahan stress mekanik tanpa

terbentuknya distorsi yang permanen. Fungsi lainnya adalah menyangga jaringan lunak.

Karena permukaannya licin dan lentur, tulang rawan merupakan peredam benturan dan daerah

pergeseran bagi sendi serta memudahkan pergerakan tulang.4

Tulang rawan dapat dimampatkan selenturnya, walaupun tahan terhadap tekanan dan

pembengkokkan, dan cukup lunak untuk dipotong. Tulang rawan terdiri dari sel-sel dan

substansi intersel yang hampir tidak mengandung pembuluh darah dan saraf. Sifat substansi

interselular menentukan jenis tulang rawan yang dapat dibagi atas bentuk hialin, elastin, dan

fibrosa.

Sel-sel tulang rawan (kondrosit) merupakan sel yang tetap dan mengandung banyak

air, glikogen, dan lemak. Bentuknya vesikular, seperti bola dan bentuk inti yang sama.

Substansi interselular sangat banyak mengandung air (sampai 70%), membentuk dasar fungsi

pelindung tulang rawan. Tulang rawan hampir selalu avaskular, tidak mengandung saraf dan

dibentuk oleh serabut-serabut dan substansi dasar yang tak berbentuk yang mengandung

proteoglikan, glikoprotein, lemak, dan elektrolit.2

4

Page 6: Muskuloskeletal

2.1 Tulang Rawan Hialin2

Tulang rawan hialin agak biru dan seperti susu, mengandung serabut-serabut kolagen

dan jala-jala elastin yang terpisah-pisah di dalam substansi interselular. Dalam tulang rawan

sendi, serabut-serabut kolagen selalu mengarah ke tekanan yang kuat. Sel-sel yang menempati

lacuna tulang rawan yang dibungkus oleh kapsul yang dipisahkan dari substansi interselular

oleh yang disebut halo sel. Sel-sel ini dapat bergabung dalam deretan-deretan dan kolom

bersama halo sel membentuk suatu kondron atau wilayah. Pada keadaan ini sel tesebut selalu

membelah membentuk beberapa sel lain. Di luar tulang rawan diliputi oleh jaringan

penyambung penutup disebut perikondrium yang lebih kurang bersambungan dengan tulang

rawan.

Tulang rawan hialin yang menanggung beban mengandung lebih banyak

glikosaminoglikan (chondroitin sulfate) daripada tempat yang kurang menanggung beban.

Karena tulang rawan tidak atau kurang mengandung pembuluh darah maka bagian dalamnya

mudah mengalami proses degenerasi yang dipicu oleh “pembukaan selubung (demasking)”

serabut-serabut kolagen seperti yang terlihat serabut-serabut kolagen pada mikroskop. Bila

kandungan air dan glikosaminoglikan berkurang sesuai dengan bertambahnya umur,

kemampuan menahan tekanan juga akan berkurang.

2.2 Tulang Rawan Elastin2

Sangat berbeda dengan kartilago hialin yang berwarna agak biru, maka kartilago

elastin berwarna kuning. Substansi interselular ini mengandung banyak serabut-serabut elastin

dan sedikit serabut kolagen. Besarnya perbandingan serabut elastin ini membuat jenis tulang

rawan ini lentur dan elastis. Tulang rawan ini tidak mengandung endapan kalsifikasi.

2.3 Tulang Rawan Fibrosa2

Tulang rawan fibrosa juga dikenal sebagai jaringan penyambung tulang rawan, yang

berisi lebih sedikit sel daripada jenis lain, tetapi lebih banyak mengandung berkas serabut

kolagen.

5

Page 7: Muskuloskeletal

3. Sistem Muskular

Jaringan otot, yang mencapai 40% sampai 50% berat tubuh, pada umumnya tersusun

dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan

pergerakkan dan melakukan pekerjaan.

Sistem muskular memiliki 3 fungsi, yaitu: pergerakkan, penopang tubuh dan

mempertahankan postur, dan produksi panas. Selain itu, otot yang menyusun sistem itu

sendiri memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu: kontraktilitas, eksitabilitas, ekstensibilitas, dan

elastisitas.

Otot diklasifikasikan secara struktural berdasarkan ada tidaknya striasi silang (lurik),

dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya, volunter atau involunter, dan juga

berdasarkan lokasi, seperti otot jantung, yang hanya ditemukan di jantung. Berdasarkan dasar

pengklasifikasian ini, ada 3 jenis otot, yakni: (1) otot rangka; (2) otot polos, dan; (3) otot

jantung.1

Otot rangka adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut ototnya

sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris, dengan lebar berkisar antara 10 mikron

sampai 100 mikron. Tiap serabutnya memiliki banyak inti, yang tersusun di bagian perifer.1

Kontraksi otot ini cepat, kuat, volunter, dan tidak bersambung.4.

Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan

pada dinding organ berongga. Serabut ototnya berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron

sampai 0,5 mm, berbentuk spindel dengan nukleus sentral yang terelongasi.1 Kontraksinya

lamban, lemah, dan involunter.

Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.

Serabutnya terelongasi dengan panjang berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron dan

diameternya sekitar 15 mikron. Serabutnya juga membentuk cabang dengan satu nukleus

sentral, di ujung yang bersentuhan dengan sel-sel tetangga ada sambungan kuat khusus yang

bernama diskus interkalaris.1 Kontraksi otot ini cepat, kuat, involunter, dan berirama.4

6

Page 8: Muskuloskeletal

3.1 Otot Rangka

3.1.1 Organisasi

Otot rangka terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut

fasikel dan lapisan jaringan ikat fibrosa. Lapisan jaringan ikat fibrosa membungkus setiap otot

dan masuk ke bagian dalam untuk melapisi fasikel dan serabut individual. Jaringan ini

menyalurkan impuls saraf dan pembuluh darah ke dalam otot dan secara mekanis

mentransmisikan daya kontraksi dari satu ujung otot ke ujung lainnya. Tiap serabut otot

dilapisi oleh endomisium, tiap berkas fasikel dilapisi oleh perimisium, dan keseluruhan otot

ilapisi oleh epimisium.4 Semakin besar otot maka semakin banyak jumlah serabutnya.1

3.1.2 Organisasi Mikroskopik Serabut Otot Rangka5,6

Sejumlah organel sel otot memiliki nama yang berbeda dari padanannya di dalam sel

lain. Sitoplasma sel otot (tidak termasuk miofibril) disebut sarkoplasma, dan reticulum

endoplasma halus yang disebut reticulum sarkoplasma. Sarkolema atau plasmalema adalah

membran sel.4

Miofibril adalah unit kontraktil yang mengalami spesialisasi, volumenya mencapai

80% volume serabut. Tiap miofibril silindris terdiri dari miofilamen tebal dan miofilamen

tipis. Miofilamen tebal terutama terdiri dari protein miosin yang molekulnya disusun untuk

membentuk ekor berbentuk cambuk dengan dua kepala globular, mirip dengan tongkat golf

berkepala dua. Miofilamen tipis tersusun dari protein aktin, dan tropomiosin serta troponin

yang melekat pada aktin.1 Komposisi miosin bersama aktin sebesar 55% dari komposisi

protein total otot rangka.4

Susunan miofilamen yang membentuk pola terang-gelap menentukan pemitaan. Pita A

yang lebih gelap (anisotropik) terdiri dari susunan vertikal miofilamen tebal yang berselang-

seling dengan miofilamen tipis. Pita I yang lebih terang (isotropik) terbentuk dari miofilamen

aktin tipis, yang memanjang ke dua arah dari garis Z ke dalam susunan filamen tebal. Garis Z

terbentuk dari protein penunjang yang menahan miofilamen tipis tetap menyatu di sepanjang

miofibril. Zona H adalah area yang lebih terang pada pita A miofilamen miosin yang tidak

tertembus filamen tipis. Garis M membagi dua pusat zona H; pembagian ini merupakan kerja

protein penunjang lain yang menahan miofilamen tebal tetap bersatu dalam susunan.1 Protein

7

Page 9: Muskuloskeletal

utama garis M adalah keratin kinase. Kreatin kinase mengatalisis pemindahan sebuah gugus

fosfat dari fosfokreatin (yakni suatu bentuk simpanan gugus fosfat berenergi tinggi) ke ADP

sehingga ATP tersedia bagi kontraksi otot. Sarkomer adalah jarak antara garis Z ke garis Z

lainnya, panjangnya sekitar 2,5 mikron pada otot yang sedang beristirahat.

Aktin dijumpai sebagai polimer berfilamen (aktin-F) panjang yang terdiri atas 2 untai

monomer globular (aktin-G), berdiameter 5,6 nm, yang saling berpilin dalam bentuk spiral

ganda. Karakteristik yang terlihat pada semua molekul aktin-G adalah strukturnya yang

asimetris. Bila molekul aktin-G berpolimerisasi membentuk aktin-F, molekul tersebut akan

terikat dari depan ke belakang dan menghasilkan suatu filamen dengan polaritas yang dapat

dikenali. Setiap monomer aktin-G memiliki satu tempat pengikatan bagi miosin. Filamen

aktin, yang tertambat secara tegak luruspada garis Z, memperlihatkan polaritas yang

berlawanan pada masing-masing sisi garis.4

Tropomiosin, yakni suatu molekul halus dengan panjang sekitar 40 nm, memiliki 2

rantai polipetida. Molekul ini tergabung dari kepala sampai ekor, yang membentuk filamen

yang berjalan di atas subunit aktin di sepanjang tepian luar alur yang berada di antara 2 untai

aktin yang terpilin.

Troponin merupakan kompleks dari 3 subunit; TnT, yang melekat erat pada

tropomiosin; TnC, yang terikat pada ion kalsium; dan TnI, yang menghambat interaksi aktin-

miosin. Sebuah kompleks troponin melekat pada tempat khusus di setiap molekul

tropomiosin.

Pada filamen tipis, setiap molekul tropomiosin merentangi 7 molekul aktin-G dan

memiliki satu kompleks troponin yang terikat pada permukaannya.

Miosin merupakan kompleks yang berukuran lebih besar. Miosin dapat diuraikan

menjadi 2 rantai berat yang identik dan 2 pasang rantai ringan. Rantai berat miosin adalah

molekul berbentuk batang halus dan terdiri atas 2 rantai berat yang terpilin bersama. Tonjolan

globulus kecil pada satu ujung setiap rantai berat membentuk kepala, yang memiliki tempat

penggabungan ATP, selain kapasitas enzimatik untuk menghidrolisis ATP (aktivitas ATPase)

dan kemampuan untuk mengikat aktin. Keempat rantai ringan berhubungan dengan kepala.

Beberapa ratus molekul miosin tersusun di setiap filamen tebal dengan bagian mirip-

batangnya yang saling bertumpuk dan kepala globularnya yang terarah ke salah satu ujung.1

8

Page 10: Muskuloskeletal

3.1.3 Otot yang Sekiranya Terlibat pada saat Berlari

Otot posterior yang menggerakkan kolumna vertebra: kuadratus pinggang, illiokostalis

pinggang, illiokostalis dada, illiokostalis leher, longisimus dada, longisimus leher, longisimus

kepala, dan spinalis dada.

Otot dinding abdomen terdiri dari: rektus dinding perut, oblikus eksternus, oblikus

internus, dan transversus dinding perut.

Otot leher, dada, dan bahu (otot yang menggerakkan girdel pektoral), yaitu: (otot

posterior) trapezius, romboideus mayor, romboideus minor, levator scapula; (otot anterior)

pektoralis minor, subklavius, dan serratus anterior.

Otot panggul (otot yang menggerakkan paha), terdiri dari: (pada girdel pelvis) psoas

mayor, illiakus, psoas minor; (otot anterior) pektineus, aduktor longus, aduktor brevis,

aduktor magnus, grasilis, tensor fasia lata; (otot posterior) gluteus maksimus, gluteus medius,

gluteus minimus, piriformis, obturatius internus, obturatius eksternus, dan kuadratus femoris.

Otot paha (otot yang menggerakkan tungkai dan persendian lutut), yaitu: (otot

anterior) rektus tungkai, vastus lateralis, vastus medialis, vastus intermedius, sartorius,

grasilis; (otot posterior) biseps femur, semitendinosus, dan semi membranosus.

Otot tungkai (otot yang menggerakkan lutut dan kaki): (otot superficial anterior)

tibialis anterior, ekstensor ibu jari kaki longus, ekstensor jari kaki longus, peroneus tersier:

(otot superficial lateral) peroneus longus, peroneus brevis; (otot superficial posterior)

gastroknemius, soleus, plantaris; (otot dalam posterior) popliteus, tibialis posterior, fleksor ibu

jari kaki longus, dan fleksor jari kaki longus.1

4. Mekanisme Kerja Otot7

Otot dapat berkontraksi dan berelaksasi karena adanya pengahantaran impuls saraf

dari saraf ke otot. Dalam penghantaran impuls saraf ini terlibat beberapa ion dan enzim yang

membantu jalannya impuls saraf. Setelah impuls saraf sampai pada otot, maka otot akan

9

Page 11: Muskuloskeletal

mengubah energy kimia menjadi energy mekanis. Penghantaran impuls saraf dimulai dengan

adanya potensial membrane dan potensial aksi pada saraf. 6

4.1 Potensial Membrane Istirahat

Potensial membrane pada serabut saraf besar ketika tidak mentransmisikan sinyal

saraf adalah sekitar -90 milivolt. Artinya potensial di dalam serabut adalah 90 milivolt lebih

negative daripada potensial ekstrasel di luar serabut. Pada saat potensial membrane istirahat

ini, ion Na+ dan Cl- berada di luar membrane sel, sedangkan K+ dan protein terdapat di dalam

sel.

4.2 Potensial Aksi Saraf

Sinyal saraf dihantarkan oleh potensial aksi, yang merupakan perubahan cepat pada

potensial membrane yang menyebar secara cepat di sepanjang membrane serabut saraf. Setiap

potensial aksi dimulai dengan perubahan mendadak dari potensial membrane negative

istirahat normal menjadi potensial positif dan kemudian berakhir dengan kecepatan yang

hampir sama dan kembali ke potensial negative. Untuk menghantarkan impuls saraf, potensial

aksi bergerak di sepanjang serabut saraf sampai tiba di ujung serabut saraf. Urutan tahap

potensial aksi adalah sebagai berikut:

Tahap Istirahat. Ini adalah potensial membrane istirahat sebelum terjadinya potensial

aksi. Membran dikatakan menjadi “terpolarisasi” selama tahap ini karena adanya potensial

membrane negative sebesar -90 milivolt.

Tahap Depolarisasi. Pada saat ini membrane tiba-tiba menjadi sangat permeable

terhadap ion natrium, sehingga sejumlah besar ion natrium bermuatan positif berdifusi ke

dalam akson. Ketika potensial membrane lebih besar dari -90 milivolt, semakin banyak kanal

natrium terbuka dan semakin banyak pula natrium masuk ke dalam sel. Proses ini merupakan

lingkaran setan umpan balik positif yang, ketika umpan balik ini cukup kuat, terus berlanjut

sampai seluruh kanal natrium bergerbang voltase menjadi teraktivasi. Keadaan terpolarisasi

normal sebesar -90 milivolt segera dinetralisasi oleh natrium bermuatan positif yang mengalir

masuk, dan potensial meningkat dengan cepat kearah positif. Keadaan ini disebut

10

Page 12: Muskuloskeletal

depolarisasi. Saat potensial aksi mencapai nilai 30 milivolt, pintu natrium tidak dapat terbuka

lagi, sehingga natrium tidak dapat masuk ataupun keluar dari sel. Selanjutnya yang terjadi

ialah tahap repolarisasi.

Tahap Repolarisasi. Dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik sesudah membrane

menjadi sangat permeable terhadap ion natrium , kanal natrium mulai tertutup dan kanal

kalium terbuka dari biasanya. Selanjutnya, difusi ion kalium yang berlangsung cepat ke

bagian luar akan membentuk kembali potensial membrane istirahat negative yang normal.

Peristiwa ini disebut repolarisasi membrane.

4.3 Kanal Natrium dan Kalium Bergerbang Voltase

Pelaku utama yang menyebabkan peristiwa depolarisasi dan repolarisasi membrane

saraf selama potensial aksi adalah kanal natrium bergerbang voltase. Kanal kalium

bergerbang voltase juga berperan penting dalam meningkatkan kecepatan repolarisasi

membrane. Kedua kanal dengan gerbang voltase ini akan menunjang pompa Na+-K+.

Aktivasi kanal natrium. Bila potensial membrane menjadi kurang negative

ketimbang pada keadaan istirahat, meningkat dari -90 milivolt menjadi nol, dan akhirnya

mencapai suatu voltase biasannya antara -70 samapai -50 milivolt yang menyebabkan

perubahan bentuk pada gerbang aktivasi, yang akan membalikkan gerbang seluruhnya

menjadi posisi terbuka. Keadaan ini disebut keadaan teraktivasi.; pada keadaaan ini, ion

natrium dapat tertuang ke dalam melalui kanal, yang akan meningkatkan permeabilitas

natrium membrane sebesar 500 sampai 5000 kali lipat.

Inaktivasi kanal natrium. Kenaikan voltase yang sama besarnya membuka gerbang

aktivasi juga menutup gerbang inaktivasi. Walaupun begitu, gerbang inaktifasi menutup

dalam waktu seperberapa puluh ribu detik sesudah gerbang aktivasi terbuka. Dengan kata lain

perubahan bentuk yang membalikkan gerbang inaktivasi menjjadi tertutup merupakan proses

yang lebih lambat dari proses perubahan bentuk yang membuka gerbang aktivasi. Karena itu,

sesudah kanal natrium tetap terbuka seperbeberapa puluh ribu detik, gerbang inaktivasi

menutup dan ion natrium tidak dapat lagi tertuang ke dalam membrane. Pada saat ini,

potensial membrane mulai pulih kembali ke keadaan membrane istirahat, yang merupakan

proses polarisasi. Sifat penting lain dari proses inaktivasi kanal natrium adalah bahwa gerbang

11

Page 13: Muskuloskeletal

yang inaktif tidak akan terbuka lagi sampai potensial membrane kembali ke atau mendekati

nilai potensial membrane istirahatnya.

Kanal kalium bergerbang voltase. Selama istirahat gerbang kanal kalium tertutup,

dan ion kalium terhalangi melalui kanal ini keluar. Bila potensial membrane meningkat dari -

90 milivolt menuju nol, perubahan voltase ini menyebabkan perubahan bentuk yang

membuka gerbang dan memudahkan peningkatan difusi kalium ke luar melalui kanal. Namun,

karena terjadi sedikit perlambatan pada pembukaan kanmal kalium ini, pada banyak bagian,

kanal kalium hanya terbuka pada saat yang bersamnaan ketika kanal natrium mulai tertutup

karena inaktivasi. Jadi menurunnya jumlah natrium yang masuk ke dalam sel dan

peningkatanm pengeluaran kalium yang bersamaan waktunya dari sel secara bersama-sama

mempercepat proses repolarisasi, dan menimbulkan pemulihan sempurna pada potensial

membrane istirahat dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik kemudian.

Selain ion natrium dan kalium yang berperan, juga terdapat ion lain yang juga ikut

berperan dalam potensial aksi. Ion-ion bermuatan negative (anion) yang tidak permeable di

dalam akson. Ion-ion ini meliputi anion dari molekul protein dan banyak komponen fosfat

organic, senyawa sulfat dan sebagainya. Karena ion-ion ini tidak permeable, maka ketika

terjadi deficit ion positif akan menyebabkan kelebihan ion negative dalam sel. Selain anion

dari protein, ion kalsium turut berperan. Hampir seluruh membran sel tubuh mempunyai

pompa kalsium yamg mirip dengan pompa natrium, kalsium bekerja bersama dengan (atau

menggantikan) natrium di beberapa sel untuk menghasilkan sebagian besar potensial aksi.

Potensial aksi menyebar sampai ke ujung saraf selama saraf yang terlibat dalam

keadaan utuh dan baik. Dalam penghantaran potensial aksi terdapat hukum all or none. Di

mana begitu suatu potensial aksi timbul pada titik manapun dalam membrane serabut normal,

proses depolarisasi berjalan sepanjang membrane jika kondisinya memungkinkan, atau tidak

berjalan sama sekali jika keadaan tidak memungkinkan. Keadaan ini disebut prinsip all or

none dan prinsip tersebut berlaku di semua jaringan normal yang mudah tereksitasi. Selain itu,

ketika potensial aksi telah sampai pada trigger zone, maka besarnya potensial aksi yang

diteruskan sampai pada ujung saraf adalah sama.5

5. Kontraksi Otot1,4-7

12

Page 14: Muskuloskeletal

Pada keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen aktin yang memanjang dari dua lempeng

Z yang berurutan sedikit saling tumpang tindih satu sama lain. Sebaliknya, pada keadaan

kontraksi, filamen aktin ini telah tertarik ke dalam diantara filamen miosin, sehingga ujung-

ujungnya sekarang saling tumpang tindih satu sama lain dengan pemanjangan yang maksimal.

Lempeng Z juga telah ditarik oleh filamen aktin sampai ke ujung filamen miosin. Jadi,

kontraksi otot terjadi tersebut merupakan mekanisme pergeseran filamen. Pergeseran filamen-

filamen aktin ke dalam filamen-filamen miosin disebabkan oleh kekuatan yang dibentuk oleh

jembatan silang dari filamen aktin dengan filamen miosin.

Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan sebagai berikut: (1) suatu

potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serabut

otot; (2) bila suatu impuls saraf tiba di taut neuromuscular, sekitar 125 vesikel asetilkolin

dilepaskan dari terminal dan masuk ke dalam ruangan sinaps. Dengan terlepasnya asetil kolin

ke dalam ruang sinaps, maka kanal asetilkolin akan membuka dan memungkinkan sebagian

besar ion natrium untuk berdifusi ke dalam membrane serabut otot. Peristiwa ini akan

menimbulkan suatu potensial aksi pada membran; (3) potensial aksi akan berjalan di

sepanjang membran serabut otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di

sepanjang membran serabut saraf; (4) potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran

otot, dan banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini,

potensial aksi menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium,

yang telah tersimpan di dalam reticulum ini; (5) ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan

menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser

satu sama lain, dan menghasilkan proses kontraksi; dan (6) setelah kurang dari satu detik, ion

kalsium dipompa kembali ke dalam reticulum sarkoplasma oleh pompa membran Ca2+, dan

ion-ion ini tetap disimpan dalam reticulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi.

Pengeluaran ion kalsium akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.5 Proses inilah yang

disebut dengan relaksasi.4

Bila sebuah otot berkontraksi, timbul suatu kerja dan energi diperlukan. Sejumlah

besar ATP dipecah membentuk ADP selama proses kontraksi; semakin besar jumlah kerja

yang dilakukan oleh otot, semakin besar jumlah ATP yang dipecahkan, yang disebut efek

Fenn. Berikut ini adalah rangkaian peristiwanya: (1) sebelum kontraksi terjadi, kepala miosin

berikatan dengan ATP. Aktivitas ATPase di kepala miosin segera memecah ATP menjadi

ADP dan ion fosfat yang tetap terikat pada kepala. Pada keadaan ini, bentuk kepala

13

Page 15: Muskuloskeletal

memanjang secara tegak lurus kea rah filamen aktin tetapi masih belum melekat pada aktin;

(2) bila kompleks troponin-tropomiosin berikatan dengan ion-ion kalsium, bagian aktif pada

filamen aktin menjadi tersingkap, dan kepala miosin kemudian berikatan dengan bagian ini;

(3) ikatan antara kepala miosin dan bagian aktif filamen aktin menyebabkan perubahan

bentuk kepala, yaitu kepala menekuk kearah lengan miosin.5 Kedudukan ini memberikan

power stroke untuk menarik filamen aktin menuju pita H.1 Energi yang mengaktifkan power

stroke adalah energi yang disimpan, seperti senjata “terkokang” oleh perubahan bentuk pada

kepala bila molekul ATP telah dipecahkan sebelumnya; (4) begitu kepala jembatan silang

menekuk, keadaan ini menyebabkan pelepasan ADP dan ion fosfat yang sebelumnya melekat

pada kepala. Di tempat pelepasan ADP, terikat molekul ATP yang baru. Ikatan ATP baru ini

kemudian menyebabkan terlepasnya kepala miosin dari aktin; (5) setelah kepala terpisah dari

aktin, molekul ATP yang baru dipecah untuk memulai siklus baru, yang menimbulkan suatu

power stroke yang baru. Artinya, energi sekali lagi “mengokang” kepala kembali ke

kedudukan tegak lurusnya dan siap untuk memulai siklus power stroke yang baru; (6) bila

kepala yang terkokang (disertai dengan energi simpanannya yang berasal dari pemecahan

ATP) berikatan dengan bagian aktif yang baru pada filamen aktin, kepala menjadi tidak

terkokang dan sekali lagi menyediakan power stroke.

Proses ini akan berlangsung terus sampai filamen aktin menarik membran Z

menyentuh ujung akhir filamen miosin atau sampai beban pada otot menjadi terlalu besar

untuk terjadinya tarikan lebih lanjut.

5.1 Hubungan antara Kecepatan Kontraksi dan Beban

Sebuah otot rangka akan berkontraksi sangat cepat bila ia berkontraksi tanpa melawan

beban- mencapai keadaan kontraksi penuh kira-kira dalam 0,1 detik untuk otot rata-rata. Bila

beban diberikan, kecepatan kontraksi akan menurun secara progresif seiring dengan

penambahan beban. Jadi, bila beban telah ditingkatkan sampai sama dengan kekuatan

maksimum yang dapat dilakukan otot tersebut, kecepatan kontraksi menjadi nol dan tidak

terjadi kontraksi sama sekali, walaupun terjadi aktivasi serabut otot. Penurunan kecepatan

kontraksi dengan beban ini disebabkan oleh kenyataan bahwa beban pada otot yang

berkontraksi adalah kekuatan yang berlawanan arah yang melawan kekuatan kontraksi akibat

14

Page 16: Muskuloskeletal

kontraksi otot. Oleh karena itu, kekuatan netto yang tersedia untuk menumbulkan kecepatan

pemendekan akan berkurang secara sesuai.

5.2 Sumber Energi untuk Kontraksi Otot

Kontraksi otot bergantung pada energy yang disediakan oleh ATP. Sebagian besar

energy ini dibutuhkan untuk menjalankan “walk-along mechanism” ketika jembatan silang

menarik filament-filamen aktin, tetapi sejumlah kecil energy dibutuhkan untuk (1) memompa

ion kalsium dari sarkoplasma ke dalam reticulum sarkoplasma setelah kontraksi berakhir, dan

(2) memompa ion-ion natrium dan kalium melalui membrane serabut otot untuk

mempertahankan lingkungan ionic yang cocok untuk pembentukan potensial aksi serabut otot.

Sumber energy pertama yang digunakan untuk menyusun kembali ATP adalah

substansi keratin fosfat, yang membawa ikatan fosfat berenergi tinggi yang serupa dengan

ikatan ATP. Ikatan fosfat berenergi tinggi dari keratin fosfat memiliki jumlah energy bebas

yang sedikit l;ebih tinggi daripada yang dimiliki oleh ATP. Karena itu, keratin fosfat segera

dipecahkan, dan pelepasan energinya menyebabkan terikatnya sebuah ion fosfat baru pada

ADP untuk menyusun kembali ATP. Namun, jumlah total keratin fosfat pada serabut otot

juga sangat kecil hanya sekitar limakali lebih besar daripada jumlah ATP. Karena itu,

kombinasi energy dari ATP cadangan dan keratin fosfat ydi dalam otot dapat menimbulkan

kontraksi otot maksimal hanya untuk 5 sampai 8 detik.5

Sumber energy penting kedua, yang digunakan untuk menyusun kembali keratin fosfat

dan ATP, adalah glikolisis dari glikogen yang sebelumnya tersimpan dalam sel otot.

Pemecahan glikogen secara enzimatik menjadi asam piruvat dan asam laktat yang

berlangsung dengan cepat akan membebaskan energy yang digunakan untuk mengubah ADP

menjadi ATP; ATP kemudian dapat digunakan secara langsung untuk memberi energy untuk

kontraksi otot tambahan dan juga untuk membentuk kembali simpanan keratin fosfat.Otot

dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan menggunakan ATP yang

dihasilkan melaui glikolisis anaerob, langkah pertama dalam respirasi anaerob.glikolisis

berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan oksigen, dan melibatkan pengubahan satu

molekul glukosa menjjadi dua molekul asam piruvat. 5,1

15

Page 17: Muskuloskeletal

Sumber energy ketiga ialah reaksi aerob (memakai oksigen). Saat aktivitas

berlangsung, asam piruvat yang terbentuk melalui glikolisis anaerob mengalir ke mitokondria

sarkoplasma untuk masuk dalam siklus asam sitrat (trikarboksilat) untuk oksidasi. Jika ada

oksigen, glukosa terurai dengan sempurna menjadi karbon dioksida, air, dan energy (ATP).

Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi efisien, menghasiilkan energy samapai 36 mol ATP

per mol glukosa.1

Sumber energy keempat adalah metabolisme oksidatif. Hal ini berarti

mengombinasikan okjsigen dengan produk akhir glikolisis dan berbagai zat makanan untuk

membebaskan ATP. Lebih dari 95% energy yang digunakan oleh otot untuk kontraksi jangka

panjang yang berkesinambungan berasal dari sumber ini. Zat makanan yang dikonsumsi

adalah karbohidrat, lemak dan protein. Untuk aktivitas otot maksimal yang berlangsung

sangat lama-lebih dari berjam-jam-proporsi energy yang terbesar berasal dari lemak, tetapi

untuk periode kontraksi selama 2 sampai 4 jam, separuh dari energinya berasal dari

karbohidrat.5

5.2.1 Fosfat Berenergi-Tinggi Berfungsi Sebagai “Alat Tukar Energi” Sel

ATP mampu berfungsi sebagai donor fosfat berenergi-tinggi untuk membentuk

senyawa- senyawa seperti ADP dan AMP. Demikian juga dengan enzim yang sesuai, ADP

dapat menerima fosfat berenergi-tinggi untuk membentuk ATP. Pada akhirnya, siklus

ATP/ADP menghubungkan proses-proses yang menghasilkan P dengan proses-proses yang

menggunakan P, yang secara terus menerus menggunakan dan membentuk kembali ATP.

Terdapat 3 sumber utama P yang ikut serta dalam konservasi energi atau penangkap

energi: (1) fosforilasi oksidatif: Sumber P yang secara kuantitatif terbanyak dalam organisasi

aerob. Energi bebas berasal dari oksidasi rantai pernapasan yang menggunakan O2 molekular

di dalam mitokondria; (2) glikolisis: Pembentukan netto dua P berasal dari pembentukan

laktat dari satu molekul glukosa yang dihasilkan dalam dua reaksi yang masing-masing

dikatalisis oleh fosfogliserat kinase dan piruvat kinase, dan; (3) siklus asam sitrat: Satu P

dihasilkan secara langsung dalam siklus di tahap suksinil tiokinase.

Fosfagen berfungsi sebagai bentuk simpanan fosfat berenergi-tinggi dan mencakup

keratin fosfat dan arginin fosfat. Bila ATP dengan cepat digunakan sebagai sumber energi

16

Page 18: Muskuloskeletal

untuk kontraksi otot maka fosfogen memungkinkan kosentrasi ATP tersebut dipertahankan,

tetapi jika rasio ATP/ADP tinggi, konsentrasi ATP dapat meningkat untuk berfungsi sebagai

simpanan fosfat berenergi-tinggi.

5.2.2 Metabolisme Karbohidrat8

Glukosa adalah bahan bakar utama bagi kebanyakkan jaringan. Glukosa

dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis. Jaringan aerob memetabolisme piruvat

menjadi asetil-KoA yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk dioksidasi sempurna

menjadi CO2 dan H2O yang berkaitan dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi

oksidatif. Glikolisis juga dapat berlangsung secara anaerob, dengan produk akhir berupa

laktat.

5.2.2.1 Glikolisis

Glukosa + 2 ADP + 2 P 2 Laktat + 2 ATP + 2 H2O

Pada mulanya, glukosa difosforilasi oleh ATP dengan bantuan enzim heksokinase

(glukokinase di hati) menjadi Glukosa 6-Fosfat (G6P). G6P kemudian diubah ke fruktosa 6-

fosfat (F6P) yang dikatalisis oleh enzim fosfoheksosa isomerase. F6P membutuhkan enzim

fosfofruktokinase dan fosfat lain dari ATP untuk memproduksi fruktosa 1,6-bisfosfat (F1,6-

BP). Kemudian, dengan bantuan aldolase, F1,6-BP diubah menjadi 2 molekul fosfat triosa,

yakni dihidroksiaseton fosfat (DHAP) dan gliseraldehid 3-fosfat (G3P). DHAP akan diubah

menjadi G3P oleh triose phosphate isomerase.10 Sehingga pada akhirnya terbentuklah 2

molekul G3P dari satu molekul F1,6-BP.

Oksidasi dan fosforilasi G3P secara simultan dengan bantuan gliseraldehida-3-fosfat

dehidrogenase memproduksi 1,3-bisfosfogliserat (1,3-BPG) dan NADH. Fosforilasi ini

menggunakan fosfat inorganic daripada fosfat yang berasal dari ATP. Lalu, 1,3-BPG dengan

bantuan fosfogliserat kinase akan mentransfer fosfat ke ADP, sehingga ADP menjadi ATP.

Karena kehilangan satu fosfat, 1,3-BPG berubah menjadi 3-fosfogliserat (3GP). Dengan

bantuan enzim fosfogliserat mutase, 3GP diubah menjadi 2-fosfogliserat (2GP). Penghilangan

sebuah molekul air mengubah 2GP menjadi fosfoenolpiruvat (PEP); fluoride menginhibisi

17

Page 19: Muskuloskeletal

enolase dengan cara bergabung dengan Mg2+. Fosfat pada PEP dipindahkan ke ADP oleh

piruvat kinase untuk membentuk dua molekul ATP per satu molekul glukosa yang

dioksidasi.10

5.2.2.2 Oksidasi Piruvat

Piruvat + NAD+ + KoA Asetil KoA + NADH + H+ +CO2

Piruvat yang terbentuk di sitosol diangkut ke dalam mitokondria. Di dalam

mitokondria, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-KoA oleh suatu

kompleks multienzim yang terdapat di membran dalam mitokondria. Piruvat mengalami

dekarboksilasi oleh komponen piruvat piruvat dehidrogenase pada kompleks enzim tersebut

menjadi turunan hidroksietil cincin tiazol tiamin difosfat (yang terikat enzim), yang kemudian

bereaksi dengan lipoamida teroksidasi, yakni gugus prostetik pada dihidrolipoil transasetilase,

untuk membentuk asetil lipoamida. Asetil lipoamida bereaksi dengan koenzim A untuk

membentuk asetil KoA dan lipoamida tereduksi. Reaksi ini tuntas jika lipoamida yang

tereduksi tersebut direoksidasi oleh suatu flavoprotein, yaitu dihidrolipoil dehidrogenase,

yang mengandung FAD. Akhirnya flavoprotein tereduksi mengalami oksidasi oleh NAD+,

yang kemudian memindahkan ekuivalen pereduksi ke rantai respiratorik.

5.2.2.3 Siklus Asam Sitrat9

Reaksi awal antara asetil KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dikatalisis

oleh sitrat sintetase yang membentuk ikatan karbon-ke-karbon antara karbon metal pada asetil

KoA dan karbon karbonil pada oksaloasetat. Ikatan tioester pada sitril KoA yang terbentuk

mengalami hidrolisis dan membebaskan sitrat dan KoASH.

Sitrat mengalami isomerasi menjadi isositrat oleh enzim akonitase. Isositrat

mengalami dehidrogenasi yang dikatalisis oleh isositrat dehidrogenase untuk membentuk,

oksalosuksinat pada awalnya, yang tetap terikat pada enzim dan mengalami dekarboksilasi

menjadi α-ketoglutarat. Dekarboksilasi ini memerlukan ion Mg2+ atau Mn2+. Terdapat 3

isoenzim isositrat dehidrogenase. Salah satunya yang menggunakan NAD+, hanya terdapat di

mitokondria. Dua lainnya menggunakan NADP+ dan ditemukan di mitokondria dan sitosol.

18

Page 20: Muskuloskeletal

Oksidasiisositrat terkait-rantai respiratorik berlangsung hampir sempurna melalui enzim yang

dependen-NAD+.

α-ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi suksinil KoA. Kemudian

suksinil KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase. Metabolisme suksinat

yang menyebabkan terbentuknya oksaloasetat, mengalami: dehidrogenasi untuk membentuk

ikatan rangkap karbon-ke-karbon, penambahan air untuk membentuk gugus hidroksil, dan

dehidrogenasi lebih lanjut untuk menghasilkan gugus okso pada oksaloasetat.

5.2.2.4 Rantai Transpor Elektron dan Fosforilasi Oksidatif10

NADH-Q reduktase mentransfer elektron dari NADH di matriks mitokondria ke

koenzim Q melalui flavin mononukleotida (FMN), lalu suksinat-Q reduktase mentransfer

elektron dari FADH2 ke koenzim Q. Koenzim Q atau ubikuinon berdifusi membawa elektron

yang telah diterima ke dalam membran mitokondria menuju sitokrom c reduktase. Kemudian

elektron tersebut akan ditransfer kembali menuju sitokrom c. Sitokrom c akan berdifusi ke

ruang intermembran untuk mentransfer elektron dari sitokrom c reduktase menuju sitokrom

oksidase. Sitokrom oksidase kemudian mentransfer elektron ke O2.

NADH-Q reduktase, sitokrom c reduktase, dan sitokrom oksidase memompa beberapa

proton ke ruang intermembran untuk setiap pasang elektron yang mereka transfer ke O2.

Kompleks ATP sintetase membiarkan proton untuk kembali ke matriks dan meggunakan

perubahan energi gratis dari proses ini untuk mensintesis ATP dari ADP dan fosfat inorganik.

19

Page 21: Muskuloskeletal

Penutup

Ternyata, semua pergerakkan anggota tubuh yang menunjang kehidupan kita sehari-

hari tidak lepas dari serangkaian proses yang rumit. Proses tersebut berjalan dengan

pengaturan yang sedemikian rupa dan berlangsung dengan sangat cepat sehingga kita tidak

menyadarinya. Akan tetapi apabila proses tersebut terganggu-entah karena kekurangan O2

atau lain sebagainya-kegiatan sehari-hari kita pun juga akan terganggu dan dapat membuat

kita tidak nyaman.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC,

2004.h.92-150.

2. Platzer W. Color atlas of human anatomy: Locomotor system 6 th edition. New York:

Thieme, 2009.

3. Bulstrode C, Swales C. The musculoskeletal system at a glance. Oxford: Blackwell

Publishing, 2008.p.9-35.

4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar: Teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2007.h.128-96

5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2007.h.74-92.

6. Murray RK. Otot & sitoskeleton. Dalam: Murray RK, Granner DK, Rodwell VW,

penyunting. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009.h.582-

604.

7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2001.h.77-245.

8. Bender DA, Mayes PA. Glikolisis & oksidasi piruvat. Dalam: Murray RK, Granner DK,

Rodwell VW, penyunting. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC, 2009.h.158-65.

20

Page 22: Muskuloskeletal

9. Bender DA, Mayes PA. Siklus asam sitrat: Katabolisme asetil-KoA. Dalam: Murray RK,

Granner DK, Rodwell VW, penyunting. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2009.h.152-7.

10. Pelley JW. Elsevier’s integrated biochemistry. Philadelphia: Elsevier Inc, 2007.p.47-64.

21