MoU

Embed Size (px)

Citation preview

Thursday, June 17, 2010Joint Committee and Logistic Meeting XVII, RI Korea Selatan

JA KARTA Sejak ditandatanganinya deklarasi bersama kemitraan Strategis antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea Selatan (Korsel) oleh Presiden kedua negara pada tahun 2006, masing-masing pihak berkomitmen untuk mengembangkan kerjasama di berbagai bidang. Khusus kerjasama dibidang pertahanan, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI dan Kementerian Pertahanan Nasional Republik Korsel juga terus memantapkan diri untuk meningkatkan program kerjasama yang sudah ada maupun yang belum terjalin. Oleh karena itu, Kementerian Pertahanan kedua negara ini kembali menyelenggarakan forum pertemuan tahunan Joint Committee and Logistic Meeting yang Ke XVII tahun 2010, Rabu, (16/6) di Kantor Kemhan RI, Jakarta. Sebelumnya pada bulan Juli tahun 2009 yang lalu Kemhan RI dan Kemhan Republik Korea Selatan juga telah berhasil menyelengarakan pertemuan Logistic Meeting XVI di Kota Seoul, Korea Selatan. Forum Joint Committee and Logistic Meeting yang Ke XVII yang di adakan saat ini langsung dibuka oleh sambutan tertulis Sekretaris Jenderal Kemhan RI, Marsdya TNI Eris Herryanto, M.A, yang dibacakan oleh Sesditjen Ranahan Kemhan RI, Laksma TNI Susilo. Kerjasama Pertahanan

Dalam sambutannya, Sekjen Kemhan mengatakan didalam deklarasi bersama kemitraan strategis tahun 2006, khusus menyangkut bidang pertahanan telah menitik beratkan kepada pentingnya untuk mempromosikan dan memfasilitasi kerjasama dalam produksi, alih teknologi dan bentuk rencana kerjasama lainnya. Sekjen menambahkan, hal tersebut yang pada prosesnya juga dapat dilakukan masing-masing pihak baik melalui imbal beli, maupun pemasaran bersama antar kedua negara.

Pesanana CN-235MPA dari AL Korea Selatan tengah dikerjakan PTDI Diutarakan juga oleh Sekjen Kemhan RI, bahwa melalui logistic meeting sebelumnya kedua kementerian pertahanan, telah berhasil melaksanakan beberapa kegiatan kerjasama pertahanan. Hal tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya kerjasama produksi, pemeliharaan, hibah dan proses alih teknologi alutsista. Terkait pentingnya proses kerjasama alih teknologi atau Transfer Of Technology (ToT) kedua negara, Sekjen Kemhan RI menjelaskan proses tersebut akan dapat mendorong peningkatan kemampuan industri pertahanan dalam negeri untuk menghasilkan produk yang sesuai spesfikasi yang diajukan oleh TNI sebagai user. Sekjen Kemhan berharap melalui kegiatan pertemuan Joint Committee and Logistic Meeting kali ini lebih dapat meningkatkan kerjasama yang sudah ada, sehingga lebih berimbang dalam hal volume produksi bersama, alih teknologi maupun nilai ekonomisnya sehingga membawa hasil yang bermanfaat bagi kedua negara.

Saya mengharapkan dalam logistic meeting ini terdapat interaksi dan komunikasi yang dapat dilakukan kedua pihak agar dapat kita jadikan wahana untuk saling membangun inspirasi dan selanjutnya mengembangkan dan meningkatkan kerjasama yang konstruktif antara pemerintah dan industri pertahanan kedua negara, Harap Sekjen Kemhan RI. Kerjasama Pengembangan KF-X, Ranpur dan Radio Komunikasi

PENINGKATAN KEMAMPUAN LITBANG PADA INDUSTRI PERTAHANAN (INDHAN) GUNA MENDUKUNG EFEKTIFITAS PEMBINAAN INDHAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN SARANA PERTAHANANOleh : Tim Puslitbang Indhan Balitbang DephanPENDAHULUAN Eksistensi NKRI yang sangat luas secara geografis merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia, memerlukan sarana pertahanan (Ranahan) yang disamping cukup jumlah/ kuantitasnya juga harus memadai secara kualitas. Kita ketahui bersama bahwa saat ini Ranahan yang dimiliki TNI di ketiga Angkatan jumlahnya sangat terbatas, berasal dari berbagai negara dan usianya rata-rata sudah tua. Di satu sisi pada program Pembangunan Nasional, pembangunan Pertahanan bukan merupakan prioritas utama; di sisi lain juga adanya keterbatasan anggaran yang dialokasikan ke Departemen Pertahanan. Untuk memecahkan permasalahan ini Kemandirian Sarana Pertahanan yang sudah jadi tekad Pemerintah perlu diwujudkan secara nyata. Untuk mewujudkan kemandirian sarana pertahanan seperti tersebut di atas, perlu peran serta berbagai pihak dan diperlukan waktu dan pentahapan yang jelas dan rinci. Berbagai pihak disini dimaksudkan adalah Bappenas, Departemen Keuangan yang membidangi Perencanaan dan penyediaan anggaran. Departemen Pertahanan yang menjembatani kepentingan TNI, Departemen Perindustrian yang merupakan pembina teknis seluruh Industri dan terutama Industri-industri yang mampu atau berpotensi memproduksi Ranahan/Alutsista yang selanjutnya disebut Indhan. Sesuai arti Pembinaan Indhan maka arahnya adalah agar dapat menghasilkan Alutsista yang dapat memenuhi kebutuhan pertahanan. Dalam pengelolaan dan pem-berdayaan secara terpadu, pihak-pihak yang terkait dalam Pembinaan Indhan adalah Lembaga Litbang,Perguruan Tinggi, Dephan/TNI serta dukungan komitmen Pemerintah dalam penggunaannya. LANDASAN PEMIKIRAN a. Pancasila sebagai Landasan Idiil. Walaupun kaitannya terlalu jauh, menelaah kemampuan Litbang pada Indhan dengan Pancasila yang telah kita akui sebagai pandangan hidup bangsa, dasar/ideology negara serta sumber kaidah hukum, namun secara tidak langsung Pancasila mendasari semua aktivitas aparatur negara dan penduduk NKRI. b. UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional.

1) Pasal 27 ayat 2, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan peng-hidupan yang layak bagi kemanusiaan juga ayat 3 (amandemen ke II) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Disini Sumber Daya Manusia yang dengan suka rela memilih profesi sebagai Tenaga Peneliti pada Litbang Pertahanan. 2) Pasal 31 ayat 5 Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Dalam pasal ini terkandung fungsi Litbang pada Indhan. c. Wawasan Nusantara Sebagai Landasan Visional. Wawasan Nasional Indonesia yang selanjutnya dinyatakan sebagai Wawasan Nusantara diartikan sebagai : Cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya dalam semua aspek kehidupannya yang beragam dan dinamis,dengan mengutamakan persatuan bangsa serta wilayah Indonesia, yang tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita nasional. Mengupayakan adanya Litbang pada Indhan sejalan dengan landasan visional tersebut karena dapat menumbuhkan rasa dan semangat kebangsaan, menumbuhkan perekonomian daerah dan menumbuh-kembangkan hasil produksi bangsa sendiri, mewujudkan budaya nasional yang mengembangkan Iptek serta dengan semangat cinta tanah air yang kelak dapat mempengaruhi kualitas Indhan yang dapat mendukung upaya bela negara. Ketahanan Nasional sebagai Landasan Konsepsional. Ketahanan Nasional diartikan sebagai Kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang secara langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas dan kelangsungan hidup bangsa. Dalam ketahanan nasional mengandung segenap aspek kehidupan seperti unsur geografis, demografis, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan keamanan sebagai Asta gatra. d. 1) Peraturan Perundang-undangan yang terkait sebagai Landasan Operasional Undang-undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

a) Pada Bab V tentang Pembinaan Kemampuan Pertahanan pasal 20 ayat (2) menyatakan bahwa Segala sumberdaya nasional yang berupa SDM, sumberdaya alam dan buatan,nilainilai,teknologi dan dana dapat didayaguna-kan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Dalam ayat tersebut dapat diartikan bahwa teknologi sebagai salah satu sumber daya nasional, dapat didayagunakan untuk meningkatkan Pertahanan Negara. b) Pasal 23 ayat (1): Dalam rangka meningkatkan kemampuan pertahanan negara, pemerintah melakukan penelitian dan pengembangan industri dan teknologi di bidang pertahanan. Ayat (2) : Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri mendorong dan memajukan pertumbuhan Indhan.

2) Undang-undang no. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. a) Pada pasal 4 menyebutkan Sistem Nasional Penelitian Pengembang-an dan Penerapan Iptek bertujuan memperkuat daya dukung Iptek bagi keperlu-an mempercepat pencapaian tujuan Negara, serta meningkatkan daya saing dan kemandirian memperjuangkan kepentingan Negara dalam pergaulan Internasional. Dengan memahami pasal ini maka Litbang Indhan sebagai salah satu lembaga yang dimaksud dalam Undang-undang tersebut untuk mempercepat pencapaian tujuan Negara, meningkatkan daya saing dan kemandirian sesuai yang dimaksud pada pasal tersebut. b) Pasal 15 ayat (2):. Perguruan Tinggi, lembaga Litbang, badan usaha dan lembaga penunjang wajib mengusahakan kemitraan dalam hubungan yang saling mengisi, melengkapi,memperkuat dan menghindarkan terjadinya tumpang-tindih yang merupakan pemborosan. Pasal tersebut mengisyaratkan untuk mendapatkan hasil Litbang yang optimal antara unsur-unsur Litbang perguruan tinggi,lembaga Litbang, Litbang badan usaha (R & D) dan lembaga-lembaga lain yang terkait diwajibkan untuk menjalin kerjasama Litbang, sehingga diharapkan dapat menghasilkan temuan atau inovasi teknologi yang unggul. c) Pasal 27 ayat (3) : Perguruan Tinggi, lembaga Litbang, badan usaha, lembaga penunjang, organisasi masyarakat dan inventor mandiri berhak atas dukungan dana dari anggaran Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan penguasaan, pemanfaatan dan pemajuan Iptek sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

KEMAMPUAN LITBANG PADA INDHAN SAAT INI Diera Orde Baru yang lalu dikenal adanya pengelompokan Industri Strategis di-bawah pengawasan Menteri Riset dan Teknologi dalam suatu wadah yang disebut BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis). BPIS ini membawahi sepuluh Industri Strategis yakni PT. PAL Indonesia, IPTN yang selanjutnya berubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia, PT.Pindad, PT.Krakatau Steel, PT. LEN, PT. INTI, PT. INKA, PT.Dahana, PT. Boma Bisma Indra (BBI) dan PT. Barata Indonesia. Pengelompokan kesepuluh Industri Strategis tersebut diharapkan dapat mendukung terpenuhinya Ranahan/Alutsista yang dibutuhkan TNI yakni PT. PAL Indonesia diharapkan dapat membuat kapal perang, IPTN dapat membuat pesawat terbang militer, PT. Pindad dapat membuat Ranpur dan Senjata, PT. Dahana diarahkan berproduksi Handak dan bahan munisi. Sedangkan Industri pendukung adalah PT. Krakatau Steel (Baja) PT. LEN (peralatan elektronika, Deteksi, kontrol sistem), PT. INTI (Telekomunikasi), PT. BBI dan PT. Barata (Permesinan dan alat berat) dan PT. INKA khusus bergerak di Industri Perkeretaapian. Kebijaksanaan Pemerintah waktu itu memberikan program On Top kepada PT. PAL Indonesia dan IPTN masing-masing untuk memproduksi Kapal Perang FPB-57 beberapa tipe dan pesawat udara dan hellycopter versi militer yakni CN-235, Cassa 212, BO-105 dan Super Puma. Keberadaan Alutsista ini masih berperan bagi TNI ketiga Angkatan. Namun karena waktu itu Industri Strategis terkait dalam ber-produksi sebatas hanya kerjasama atau lisensi dengan Lurssen Werft (Jerman) dan Cassa (Spanyol) maka peran Litbang Indhan tidak begitu diikutsertakan. Sesudah tahun 1997 terjadi krisis Ekonomi dan 1998 dilanjutkan dengan Era Reformasi, keberadaan Industri Strategis dan BPIS itu tidak ada lagi.

Kondisi kemampuan Litbang Indhan saat ini : a. PT. Pindad (Persero) 1) Organisasi yang menangani produksi untuk keperluan militer dibawah Direktorat Produksi Militer (Ditprodmil) 2) Produk yang telah dipasarkan : a) Amunisi kaliber kecil, granat dan mortar b) Senjata ringan SS1, SS2 dan pistol P1 dan revolver c) Meriam 20 mm (dalam pengembangan) d) Ranpur dan Rantis 3) Keberadaan Litbang, semacam Deputi Direktur Litbang di bawah Dirprodmil yang telah mendukung produk-produk di atas telah digunakan yang sebagian besar oleh TNI/ketiga Angkatan dan Polri. Kebutuhan anggaran Litbang sebagian besar didukung oleh Perusahaan. Kebutuhan yang lain bekerja sama dengan Balitbang Dephan dan Dislitbang Angkatan. 4) Adanya keterbatasan alat uji dan alat ukur tertentu serta SDM yang berkompetensi di bidang metalurgi.

b.

PT. PAL Indonesia (Persero) 1) Organisasi yang menangani produksi untuk keperluan militer adalah Divisi Kapal Perang dan yang menangani perbaikan kapal, termasuk KRI adalah Divisi Pemeliharaan. 2) Produk yang telah digunakan oleh Polri/TNI adalah : a) FPB-28 oleh Polri b) FPB-57 oleh TNI AL Karena tidak ada lagi pesanan pembuatan kapal perang dengan pengalaman pembuatan kapal niaga seperti Caraka Jaya 1000 ton,2.000 ton, 3.000 ton, kapal tanker 65.000 ton, Bulk Carrier 50.000 ton saat ini sedang berkonsentrasi untuk memproduksi Tanker 30.000 ton dan kapal Cargo dengan bobot 18.500 ton. Tawaran untuk memproduksi Korvet Nasional diantisipasi akan mengajak Industri Nasional sesuai bidangnya. PT. PAL juga berusaha menggandeng Galangan Kapal Asing yang sudah pernah membuat kapal korvet seperti Italia atau Rusia. 3) Keberadaan Litbang. Dalam pembuatan kapal perang, Litbang PT.PAL belum banyak berpengalaman karena pembuatan 12 FPB-57 yang diperuntukkan TNI AL kapal tipe tersebut merupakan lisensi dari Lurzzen Werf Jerman. Litbang justru banyak menangani kapal-kapal niaga yang saat ini sedang dalam pengerjaan. 4) Kebutuhan Litbang diantaranya adalah tenaga-tenaga di bidang peralatan elektronika, navigasi, senjata dan pengendalian senjata, dan sistem anti ranjau yang diperuntukkan untuk kapal perang.

c.

PT. Dirgantara Indonesia (Persero). 1) Pada jaman keemasannya (waktu itu masih disebut IPTN) bekerja sama dengan Cassa Spanyol lahirlah pesawat-pesawat angkut CN-212, CN-235 dan waktu itu dikembangkan CN-250. Ada beberapa versi untuk CN-235 baik untuk kepentingan militer seperti angkut pasukan,

penerjunan, ambulans dan patroli maritim juga untuk kepentingan transportasi udara (umum). Produksi kerjasama yang lain adalah Hellycopter BO-105, Bell-412 serta Super Puma NAS-330 dan NAS-332. Bidang produksi yang lain adalah menangani senjata seperti Rocket FFAR 2,75, Rocket Artileri 130 mm serta pemeliharaan Torpedo SUT. 2) Keberadaan Litbang juga belum berpengalaman betul karena waktu itu juga masih berdasarkan kerjasama produksi dengan Cassa. Lebih-lebih semenjak 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi dilanjutkan dengan era reformasi yang juga ikut berpengaruh terhadap perusahaan tersebut beserta Litbangnya. 3) Kebutuhan Litbang, banyaknya tenaga ahli yang bekerja di luar negeri sesudah terjadinya krisis ekonomi menjadikan perusahaan ini kekurangan tenaga Litbang. Juga keterbatasan alokasi anggaran untuk Litbang (hanya " 25 %) membuat ruang gerak Litbang di Industri ini menjadi terbatas).

d.

PT. Dahana (Persero) 1) Perusahaan ini memproduksi bahan peledak dan propellant. Saat ini produk utamanya adalah bahan peledak untuk keperluan komersial, sedangkan untuk TNI sekedar untuk memenuhi latihan/pendidikan dan dukungan operasi untuk kepentingan bahan baku amunisi kaliber kecil. Litbang yang dimiliki PT. Dahana adalah Litbang untuk produk Handak dan Litbang peralatan dan proses pembuatan Handak. Sedangkan Litbang aplikasi Handak sedang dalam perencanaan/belum terwujud. 2) Dalam melaksanakan Litbang bekerja sama dengan Dislitbang AU dalam penelitian Blast Effect Bomb and Propellant Rocket FFAR. Kerjasama dengan Tekmira PPTM melaksanakan Litbang Penentuan Strandard Ground Vibration dan Air Blast. 3) Kemampuan Litbang saat ini, kekurangan SDM terutama yang mempunyai kompetensi bahan peledak, sehingga hal ini menghambat alih teknologi, Peralatan laboratorium juga masih terbatas, seperti masih dibutuhkannya Deferential Thermal Analyzer, Gas Chromatography/Mass Spectroscopy.

e.

PT. Krakatau Steel (Persero). 1) Litbang yang dimiliki PT. Krakatau Steel adalah Litbang proses produksi, laboratorium dan simulasi. Kegiatan Litbangnya masih dititik beratkan agar hasil-hasil produksinya diterima untuk keperluan umum seperti konstruksi dan prasarana yang lain. 2) Produk plat baja tertentu sudah diakui oleh BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) untuk keperluan pembangunan dan pemeliharaan kapal, namun untuk kepentingan pembuatan komponenkomponen senjata, masih perlu Litbang lebih lanjut. 3) Bahan baku masih didatangkan dari luar dan biaya produksinya juga cukup tinggi karena tanur peleburan baja panasnya menggunakan energi batubara yang harus didatangkan dari daerah Indonesia yang lain. Keter-

batasan sumber daya manusia, peralatan laboratorium dan juga anggaran.

f.

PT. LEN Industri. 1) Untuk Litbang sarana pertahanan/militer berada pada unit Bisnis Informasi Pertahanan (Infohan). 2) Hasil-hasil Litbangnya yang sudah digunakan untuk kepentingan militer antara lain : a) Alat komunikasi ditingkat regu s.d batalyon. b) Bridge Simulator sebagai sarana pelatihan bagi Perwira Navigasi KRI. c) Multi Function Display yang diaplikasikan pada Sonar KRI kelas Parchim. d) Penelitian bersama dengan TNI AL dalam hal peralatan sensor/ radar dan sistem kendali senjata/fire control system. 3) Keterbatasan Litbang pada PT LEN adalah keterbatasan peralatan laboratorium; kemampuan Litbangnya baru muncul apabila disodori kasus-kasus atau permasalahan pemeliharaan yang muncul pada Alutsista TNI. Juga keterbatasan anggaran untuk melaksanakan Litbang secara mandiri.

g.

PT. INTI 1) PT ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi dan informatika. Litbangnya diperuntukan pada telekomunikasi publik, telekomunikasi perorangan dan produkproduk telekomunikasi dan informatika yang bersifat khusus. 2) Permasalahan Litbang PT ini antara lain keterbatasan SDM yang berkompetensi di bidang peralatan komunikasi, peralatan laboratorium serta keterbatasan anggaran Litbang. 3) Banyaknya perusahaan asing yang memproduksi peralatan komunikasi sejenis dengan produk PT. Inti ini, membuat berat bagi PT ini untuk bersaing di pasaran bebas.

h.

PT. Bharata, PT. BBI, dan PT. INKA 1) Ketiga industri ini merupakan industri pendukung bagi industri yang memproduksi suatu sarana pertahanan/Alutsista. Di luar negeri industri yang bergerak di bidang seperti ini juga cukup banyak. 2) Kondisi PT. Bharata dan PT. BBI sedang mengalami krisis sehingga terancam bangkrut, yang memerlukan upaya penyelamatan.

i.

PT. Pupuk Kaltim. Produk ikutan selain produk utama pupuk, adalah amoniak. Amoniak ini merupakan bahan baku untuk Amonium Nitrat yang merupakan unsur pembuat bahan peledak, yang saat ini belum dimanfaatkan secara efektif.

Implikasi Kemampuan Litbang Indhan terhadap Pembinaan Indhan serta Keman-dirian Sarana Pertahanan. Memperhatikan kondisi Litbang yang terdapat pada industri-industri di atas, akan menyulitkan dalam pembinaan Indhan. Karena arah pembinaan Indhan sendiri adalah : a. b. c. d. e. Dapat memenuhi kebutuhan sarana pertahanan yang dikehendaki oleh Dephan/ TNI. Mampu meningkatkan produktifitas secara efisien. Dapat memperluas lapangan kerja/kesempatan kerja. Dapat membuat diversifikasi antara produk komersial dengan produk Ranahan disesuaikan dengan tingkat ancaman. Didukung SDM yang dapat menguasai/alih teknologi.

Padahal kondisi Indhan seperti yang telah diuraikan belum didukung SDM yang memadai, produktifitas belum efisien dan belum tentu dapat memenuhi kebutuhan Ranahan sesuai spesifikasi teknis pengguna/TNI dan sesuai permintaan Dephan. Apabila pembinaan Indhan sulit dilaksanakan maka akan sulit pula untuk mewujudkan kemandirian sarana pertahanan. Hal ini disebabkan karena adanya unsur-unsur dalam kemitraan strategis yang kurang memenuhi syarat yakni Lembaga Litbang yang belum mampu mendukung industri nasional/strategis atau industri nasional tersebut yang belum mendapatkan pembinaan sebagaimana mestinya.

Permasalahan yang Dihadapi. Dari penyebaran daftar pertanyaan ke industri-industri di atas diperoleh informasi permasalahan sebagai berikut : a. Pelit/enggannya Negara berteknologi maju memberikan pengalaman atau transfer teknologi yang berkaitan dengan produksi Ranahan/Alutsista. Di sisi lain, SDM bangsa Indonesia juga kurang minat terhadap teknologi pertahanan/militer. Persaingan antara Indhan negara berteknologi maju yang menawarkan kemudahan kredit ekspor (KE) dengan Indusri Pertahanan Dalam Negeri yang penganggarannya belum sepenuhnya dapat didukung dari APBN Industri yang memproduksi Ranahan/Alutsista berada di bawah Menteri Perindustrian. Disini Departemen Pertahanan hanya memfasilitasi peng-guna (dalam hal ini TNI/Angkatan). Belum terwujudnya kegiatan Litbang Nasional yang terpadu dan nyata di bawah kendali Pemerintah untuk mendukung kebutuhan Ranahan/Alutsista bagi keperluan TNI/Angkatan. Biaya Litbang untuk Indhan adalah sangat mahal, dengan demikian akan berpengaruh terhadap biaya produksi, sehingga pihak Indhan enggan menganalisis hasil produksi yang sudah dipakai oleh pengguna/TNI.

b.

c.

d.

e.

PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS Kemajuan Iptek yang sangat pesat, terutama teknologi telekomunikasi dan transportasi telah mengakibatkan semakin meningkatnya intensitas komunikasi serta mobilitas manusia dan barang antar Negara, sehingga seolah-olah batas antar Negara menjadi semakin kabur. Kemajuan Iptek di atas juga

mempengaruhi teknologi militer, sehingga negara-negara yang sudah mapan/maju dapat memanfaatkan teknologi militer ini untuk memperkuat sistem pertahanannya guna menjaga kepentingan nasionalnya. Hal-hal di atas berdampak bahwa semua pengaruh dan kepentingan Negara luar dapat masuk dengan bebasnya tanpa dapat disaring lagi. Pengaruh tersebut telah memasuki segenap aspek kehidupan, ada yang bersifat positif tetapi ada pula yang bersifat negatif. Pengaruh yang negatif dapat dikategorikan sebagai ancaman terhadap identitas, integritas dan kelangsungan hidup bangsa.

Pengaruh Perkembangan Lingkungan Global a. Seiring dengan kemajuan Iptek Iran disamping telah mampu membuat Rudal Shahab-4 dan Shahab-5 yang dikhawatirkan A.S dapat diberi hulu ledak Nuklir, pada tanggal 20 September 2007 telah berhasil melaksanakan uji coba pesawat tempur Jet Saegheh. Inilah contoh hasil pemanfaatan Litbang Indhan Iran yang dapat mendukung kemandirian sarana pertahanannya guna melindungi kepentingan nasional Iran. b. Konflik Israel-Palestina masih tetap memanas. Bahkan Menlu AS Condoleezza Rice menyatakan pendapatnya terhadap Israel yang menganggap Jalur Gaza sebagai entitas musuh merupakan hal yang kontra produktif ditengah upaya AS ingin menciptakan situasi kondusif menjelang konferensi Timur Tengah yang bertujuan mendamaikan Israel-Palestina. Konflik Palestina-Israel inilah yang memacu persaingan produk Indhan Negara maju. Dan negara maju yang mempunyai kekuatan besar berusaha menanamkan pengaruhnya ke kedua Negara yang sedang bermusuhan tersebut. c. Adanya rencana Kosovo ingin memerdekakan diri terlepas dari Serbia hal ini berakibat : Rusia yang sahabat dekat Serbia menolak keras upaya kemerdekaan Kosovo tersebut, sebaliknya AS mendukung kemerdekaan tersebut karena bermaksud memper-luas area Sistem Pertahanan Tameng Rudal yang sudah direncanakan di Chechnya dan Polandia untuk menangkal ancaman Rudal dari Iran dan Korea Utara terhadap sekutunya di Uni Eropa.

D.

Rencana Sistem Pertahanan Tameng Rudal. 1) Mengantisipasi ancaman Rudal-rudal Iran yang bisa menjangkau Eropa Barat (sampai Inggris),AS bermaksud menggelar Sistem Pertahanan Tameng Rudal di Republik Ceko untuk instalasi Radar Peringatan Dini (Early Warning Radar) dan di Polandia sebagai tempat peluncuran Rocket penghadang. 2) Rusia merasa terancam karena negara-negara Ceko dan Polandia tersebut merupakan bekas sekutunya dan merasa bahwa kemungkinan Rocket Penghadang bisa saja diarahkan ke Rusia. 3) Rusia menawarkan stasiun Radar Peringatan Dini miliknya yang berada di Azerbaijan untuk digunakan kepentingan pengamatan AS, namun AS menolak usulan ini. 4) Rusia juga berencana menolak Sistem Pertahanan Tameng Rudal AS tersebut yang akan diaktifkan Tahun 2012. Bahkan Rusia akan membatal-kan Pakta Kekuatan Konvensional (CFE) dengan Uni Eropa yang rencana-nya akan berlaku efektif pertengahan Desember 2007. Rusia saat ini telah mengaktifkan Patroli Pengebom Strategis di Angkatan Udaranya.

Pengaruh Perkembangan Regional a. Hubungan diplomatik Indonesia dengan Malaysia sesudah peristiwa Ambalat mengalami pasangsurut yang sewaktu-waktu cenderung memanas. Selanjutnya dengan adanya kasus-kasus TKI yang bekerja di Malaysia dan terakhir dengan kasus penangkapan dan pemukulan terhadap WNI yang sedang bertugas sebagai wasit karate dalam Turnamen Karate Internasional di Malaysia, menunjukkan sikap arogan Malaysia dan dapat memprediksi kemampuan pertahanan Indonesia. b. Pada akhir April 2007 di Bali Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Singapura telah menandatangani perjanjian Ekstradisi dan perjanjian kerja-sama Pertahanan (DCA). DPR di Indonesia mempolemikkan hal tersebut terutama DCA pada pasal ketiga DCA menyebutkan akan membangun, menggunakan bersama selanjutnya menyerahkan kepada pihak Indonesia fasilitas latihan perang yang di dalamnya terdapat fasilitas canggih oleh pihak Singapura. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah: Air Combat Manuvering Range, Air Weapon Range, Overland Flying Training Area, dan Naval Gunfire Scoring System.

Pengaruh Perkembangan Nasional a. Semakin intensnya kerjasama pertahanan antara Indonesia dengan Rusia, berpotensi mengurangi ketergantungan dengan AS dan Eropa Barat. Teknologi Rusia lebih mudah diakses dan dikuasai karena tidak ada syarat-syarat yang mengikat ke depan. Untuk hal yang sama akan dijajagi kerjasama dengan China terutama pada industri elektronika dan penginderaan jarak jauh (Radar). Apabila hal ini dapat direalisasikan maka merupakan suatu kesempatan bagi SDM Litbang Indhan untuk mempelajari bagaimana dan sejauhmana Rusia dan China menguasai teknologi Alutsistanya. b. Dipilihnya Biak yang karena lokasinya dekat dengan Samudera Pasifik Khatulistiwa sebagai tempat peluncuran rocket (Air Launch System/ALS) oleh Rusia. Di Bandara Frans Kaisiepo Biak dengan panjang landasan pacu lebih dari 3000 m dapat didarati dan dijadikan lepas landas bagi pesawat Antonov An 124/10 AL yang di dalamnya membawa rocket Polyot untuk meluncurkan satelit. Pada ketinggian 11.000 m Antonov An 124/10 AL akan melepas rocket Polyot dengan parasut, setelah posisi Polyot vertikal daya dorong rocket akan berfungsi untuk menghantar satelit yang dibawa. c. Rusia akan memberikan pinjaman lunak sebesar satu milyard USD untuk pengadaan Alutsista TNI. Dalam kurun waktu 2007-2010 pinjaman lunak tersebut akan dimanfaatkan untuk pengadaan 10 (sepuluh) Helycopter MI 17-V5 dan 5 (lima) Helycopter MI 35 P untuk keperluan TNI AD, 2 (dua) kapal selam Kilo Class dan 20 (dua puluh) Ranpur Infantri BMP-3F untuk TNI AL serta 6 (enam) packet peralatan Avionik dan persenjataan pesawat Sukhoi untuk TNI AU. d. Kedatangan pertama korvet SIGMA Class (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) pesanan Dephan dari galangan kapal Royal Schelde Belanda untuk TNI AL. Selanjutnya akan datang secara berturut-turut tiga kapal sejenis yang dijadwalkan s.d Maret 2009. Kalau pada tahun 1980 an TNI AL mengadakan kapal-kapal perang baru dari Belanda, Jerman dan Korea selatan, waktu itu diharapkan usia pakainya bisa mencapai 20 tahun. Tapi ternyata usia itu telah dilampaui, bahkan saat ini masih dapat dioperasikan dengan baik. Menjadi tantangan bagi komunitas Litbang Indhan, berapa tahun korvet-korvet baru tersebut dapat dipertahankan pengoperasiannya.

e. Pemerintah dalam hal ini Departemen Hukum dan HAM tengah membahas RPP RI tentang Pembinaan Tekindhan, pembahasan masih dalam taraf inter departemen. Peran Litbang dalam rancangan RPP ini sebagai inisiator dan perantara pembinaan Tekind-han melalui kegiatan Litbang. Juga akan dibentuknya Komite Kebijakan Indhan (KKIP) yang berbentuk kementerian Negara dengan tugas dan tanggung jawab pembinaan tekindhan dengan mensinkronkan dan mensinergikan kepentingan Dephan, Depperind, Depperdag, Depkeu,Bappenas, KNRT, BUMN, TNI dan Polri.

Peluang dan kendala Dari pengaruh perkembangan lingkungan strategis maka dapat diinventarisasi peluang dan kendalanya terhadap upaya pemecahan permasalahan untuk meningkat-kan kemampuan Litbang pada Indhan. a. Peluang. 1) Telah timbulnya kesadaran bahwa untuk menjaga dan mempertahan-kan NKRI yang wilayahnya merupakan negara kepulauan, keberadaan Ranahan/Alut-sista yang ada saat ini dirasa kurang memenuhi syarat baik dinilai dari segi kuantitas maupun kualitas. 2) Tekad Pemerintah untuk mewujudkan kemandirian Indhan.Untuk mewujudkan hal ini, telah membangkitkan semangat bagi Pengguna (Dephan/TNI), Pelaku (Industri) dan Ilmuwan (Perguruan Tinggi & Lembaga Litbang) terbukti beberapa Alutsista yang sederhana telah berhasil diciptakan dan dipakai di TNI. 3) Adanya tawaran dari Negara asing untuk dapat menanam investasinya di Indonesia, juga bantuan lunak untuk pengadaan Ranahan/Alutsista TNI serta tawaran bantuan serupa melalui KE. Dalam mengelola dan merencanakan hal ini harus ada local contain (komponen lokal) dan transfer of technology. Persyaratan ini sebetulnya merupa-kan tantangan dan kesempatan bagi SDM Litbang Indhan, dan personel TNI sebagai operator dan pemeliharaan (maintenance). 4) Telah disusunnya RPP tentang Pembinaan Indhan dengan didalamnya men-cantumkan keberadaan KKIP (Komite Kebijakan Indhan). Apabila hal ini nanti disahkan akan memperjelas fungsi tiap-tiap elemennya yakni Dephan, Indhan, Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang dan bagaimana penganggarannya.

b.

Kendala 1) Penerapan Iptek didalam Ranahan/Alutsista di Negara luar yang sudah maju dengan pesat.

Sementara kita untuk mengejar ketertinggalan tersebut dirasakan sangat berat karena masih perlu peningkatan SDM, sarana prasarana dan dukungan anggaran. 2) Wilayah Negara yang dipertahankan dan dijaga sangat luas,jumlah dan kualitas Ranahan/Alutsista sangat kurang, sementara itu strategi Pertahanan Negara yang selanjutnya dijabarkan ke dalam strategi masing-masing Angkatan belum bisa menentukan kebutuhan Alutsistanya. Kekuatan inti minimal (minimal essential force) masih sekedar wacana, belum menjabarkan postur dan struktur kekuatan Angkatan.

3) Aturan yang berlaku, belum berpihak terhadap keberadaan Litbang Nasional, sehingga Litbang Indhan belum dapat mendukung Indhan tersebut. 4) Indhan belum mampu sepenuhnya menyerap persyaratan teknis yang ber-sumber dari persyaratan operasi sesuatu Alutsista yang dikehendaki oleh Pengguna/TNI. Sementara TNI berkeinginan Alutsista hasil pengadaan langsung bisa digunakan. Hal ini yang menyebabkan prototipe Alutsista hasil Litbang langsung dalam negeri dinilai belum dapat digunakan oleh TNI. 5) Bantuan atau kredit ringan yang ditawarkan oleh Negara asing dalam bentuk Kredit Eksport (KE), dipersyaratkan harus membeli barang/Alutsista ke Negara pemberi kredit tersebut. Komponen lokal (local contain) yang diberi kesempatan kepada kita, dalam produksi Alutsista volumenya belum signifikan.

KEMAMPUAN LITBANG PADA INDHAN YANG DIHARAPKAN Dari pembahasan-pembahasan di depan telah diketahui bersama bahwa apabila kita betul-betul akan meningkatkan kemampuan Litbang pada Indhan maka di satu sisi memang akan berhadapan dengan berbagai persoalan seperti sulitnya memperoleh transfer teknologi, persaingan produk Indhan dengan Negara maju, Dephan yang tidak dapat membina secara langsung terhadap Indhan, belum terwujudnya Litbangnas untuk mendukung kebutuhan Alutsista, Pembangunan Nasional masih dititikberatkan di sektor ekonomi serta TNI yang masih lebih suka menggunakan Alutsista produk Luar Negeri. Di sisi lain apabila kita dapat mencermati peluang dan kendala dari pengamatan perkem-bangan lingkungan strategis, maka kemampuan Litbang pada Indhan dapat ditingkatkan. Dengan memperhatikan hal-hal di atas, akan seperti apa kemampuan Litbang pada Indhan yang diharapkan. Kemampuan Litbang dapat dinilai meningkat apabila suatu kondisi atau adanya indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan ini merupakan tanda-tanda melemahnya atau berkurangnya beberapa persoalan yang telah disebutkan di atas.

Kemampuan Litbang Yang Diharapkan. Disini diperlukan Litbang yang lebih fokus untuk melaksanakan fungsinya, dapat mendukung Indhan yang jelas arah produksinya, didukung SDM yang berwawasan teknologi pertahanan dan tidak terkendala dengan pembiayaan Litbangnya, sehingga harapan-harapan ini dapat terwujud apabila : a. Bidang usaha Indhan harus dapat dispesialisasikan/ dikelompokkan menurut fungsi dan bidang teknologi pertahanan, yaitu : 1) Industri yang memproduksi sarana-prasarana/Alutsista yang memfokuskan daya gerak (rantis, ranpur, kapal, pesawat udara). 2) Industri yang dapat memproduksi senjata, amunisi dan bahan peledak atau yang memfokuskan daya tempur 3) Indusri yang memproduksi peralatan elektronika untuk keperluan produk K4I (komando, kendali, komunikasi, komputer dan informasi). 4) Industri yang bergerak di bidang sistem senjata yang terintegrasi (Fire Control System) 5) Industri yang bergerak di bidang perbekalan baik yang mempunyai spesiali-sasi bekal makanan maupun bekal perlengkapan perorangan/prajurit.

b. Indhan yang Litbangnya mampu melaksanakan upaya-upaya deversifikasi produk industrinya baik untuk keperluan militer maupun non militer. Hal ini untuk mengantisipasi apabila Negara dalam keadaan damai tentunya permintaan produk militer berskala kecil. Apabila produk non militernya diakui dan bisa diterima oleh pasar, maka hal ini akan memperkuat Litbangnya untuk produk militer. c. Indhan juga berusaha mengembangkan kemampuan SDMnya dalam rangka penguasaan teknologi dan investasi teknologi sehingga mempunyai spesialisasi atau kompetensi sesuai tersebut titik a di atas. Hal ini perlu dilaksanakan, karena akan memperkuat SDM Litbang pada Indhan itu sendiri.

Indikator Keberhasilan Peningkatan Kemampuan Litbang pada Indhan. Kemampuan Litbang pada Indhan menunjukkan peningkatan apabila persoalan-persoalan pada Litbang tersebut sebelumnya menjadi berkurang atau mengecil volumenya. Indikator peningkatan kemampuan tersebut atau indikator keberhasilannya adalah : a. Unit Litbang Indhan dapat menjadi sarana untuk mengejar ketertinggalan teknologi militer dengan berperan aktif memenuhi persyaratan teknis Alutsista TNI dengan meng-ukur kemampuan Litbang yang dimiliki serta menjajagi kemampuan Litbang Angkatan/ Dephan serta perguruan tinggi. b. Munculnya produk-produk Indhan dimulai dengan teknologi sederhana namun telah melewati proses Litbang yang dapat dipercaya dan dapat digunakan TNI sendiri bahkan dapat di eksport untuk digunakan di Angkatan Bersenjata Negara berkembang. c. Adanya sinergi yang saling mendukung/menguntungkan antara Dephan dengan Depperin. Sehingga Dephan dapat menyampaikan keinginannya untuk mengajak Indhan dalam memproduksi Ranahan/Alutsista yang dapat memenuhi persyaratan teknis pengguna/TNI dan sesuai dengan kelaikan militer. Depperin atau Indhan sendiri dapat memahami persyaratan teknis dan persyaratan kelaikan militer tersebut dalam merancang Ranahan/Alutsista yang dikehendaki pengguna dengan memberdayakan unit Litbangnya. d. Adanya perangkat lunak yang bersifat mengatur dari Pemerintah mengenai fungsi, peran, tugas dan tanggung jawab Litbang di BPPT/KNRT, Depperin, Dephan, TNI/ Angkatan, Perguruan Tinggi dan LPND yang lain serta mekanisme perencanaan dan penganggarannya untuk melaksanakan pembuatan prototipe Ranahan/Alutsista yang dibutuhkan pengguna /TNI sesuai skala prioritas. e. Indhan dapat menangkap dan memahami jabaran skala prioritas Ranahan/ Alutsista yang dibutuhkan TNI dalam rangka pembangunan kekuatan pertahanan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan keuangan Negara. f. Memperjuangkan alih teknologi dan kandungan lokal (local contain) yang sebanyak mungkin dalam setiap kontrak pengadaan Ranahan/Alutsista untuk kepentingan TNI dengan memberi kesempatan kepada SDM Litbang Angkatan/Dephan dan lembaga Litbang yang lain untuk ikut berperan dalam alih teknologi dan menyediakan sesuatu yang dimaksud dalam kandungan lokal tersebut. Kontribusi Peningkatan Kemampuan Litbang pada Indhan terhadap Efektivitas Pembinaan Indhan dalam rangka Mendukung Kemandirian Sarana Pertahanan.

Apabila indikator-indikator keberhasilan yang telah disebutkan secara bertahap mulai terwujud, maka Litbang Indhan mulai menampakkan peningkatan kemampuannya, sehingga hal ini akan berkontribusi terhadap : a. Meningkatnya efektivitas pembinaan Indhan dengan semakin mantapnya arah pembinaan untuk mewujudkan Indhan yang memiliki criteria sebagai berikut : 1) Indhan dapat memenuhi kebutuhan Ranahan dalam negeri, meskipun dimulai dari Ranahan yang berteknologi sederhana. 2) Mampu meningkatkan produktifitasnya dengan efisien 3) Dapat memberikan kesempatan kerja/memperluas lapangan kerja sehingga dapat membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat. 4) Mampu membuat diversifikasi produk Ranahan dan produk komersial dengan menyesuaikan intensitas terjadinya ancaman ketika Negara dalam keadaan darurat atau dalam keadaan damai. 5) Didukung oleh SDM yang mampu menyerap alih teknologi sesuai dengan perkembangan teknologi Alutsista di Negara maju.

b. Dengan meningkatnya efektivias pembinaan Indhan seperti yang telah dikemukakan tadi maka akan mendukung terwujudnya kemandirian Ranahan. Kemandirian Ranahan ini bercirikan : 1) Indhan yang mampu memfungsikan Litbangnya guna menjabarkan persyarat-an teknis Alutsista yang akan dibangun/ diproduksi sesuai permintaan pengguna/ TNI. 2) Pelibatan Perguruan Tinggi, profesional dan institusi Litbang sebagai perancang yang dapat menjembatani persyaratan teknis Alutsista tertentu yang diinginkan pengguna/TNI dengan perkembangan teknologi terkait dengan Alutsista tersebut, sehingga dapat memberi masukan yang positif kepada Indhan (produsen) dalam proses pembuatannya. 3) TNI/Angkatan sebagai pengguna, yang dapat menterjemahkan persyaratan/ tuntutan pengoperasian suatu Alutsista yang akan dibuat menjadi persyaratan teknis yang disesuaikan pula dengan situasi dan kondisi medan operasi di tanah air kita ini. Persyaratan teknis Alutsista inilah kemudian yang disodorkan kepada Perancang dan kemudian dibuat oleh produsen seperti yang dikemukakan di atas. Tiga mitra seperti yang telah dikemukakan tersebut di atas harus terus dijaga dan diusahakan kelangsungan kerjasamanya untuk mewujudkan kemandirian dalam pengadaan dan pengembangan Ranahan yang diinginkan.

KONSEPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN LITBANG INDHAN Peningkatan kemampuan Litbang Indhan, merupakan salah satu cara untuk mengefektivkan pembinaan Indhan. Dengan terbinanya Indhan, maka arah produksinya dalam mendukung penyediaan Ranahan/Alutsista menjadi semakin jelas. Dengan demikian dapat mendukung cita-cita menuju kemandirian sarana Pertahanan.

Kebijakan. Mewujudkan peningkatan kemampuan Litbang Indhan melalui percepatan alih teknologi pertahanan, meningkatkan kualitas produk Indhan, menciptakan mekanisme pembinaan Indhan yang

baik, mendorong diterbitkannya peraturan tentang sinergitas Litbang Nasional, membudayakan cinta produk dalam negeri serta membuat prioritas sesuai kemampuan anggaran Litbang yang ada guna efektivitas pembinaan Indhan dalam rangka mewujudkan kemandirian sarana pertahanan.

Strategi. a. Percepatan alih teknologi pertahanan, dengan memanfaatkan dan meng-efektifkan hubungan diplomatik dengan negara berteknologi maju untuk menyerap teknologi tersebut baik secara resmi maupun secara intelijen. b. Meningkatkan kualitas produk Indhan, melalui proses Litbang dan uji fungsi di pengguna/TNI dan dapat dipasarkan ke negara berkembang. c. Menciptakan mekanisme pembinaan Indhan yang baik, dengan menginten-sifkan kerjasama antara Dephan dengan Depperin yang muaranya Litbang Indhan dapat lebih leluasa menyerap persyaratan teknis Alutsista yang dikehendaki oleh Dephan dan pengguna/TNI. d. Mendorong diterbitkannya peraturan tentang sinergitas Litbang Nasional, dengan memacu rancangan peraturan tersebut agar dibahas secara mendalam dan rinci serta antar Departemen terkait dituntut peran aktif yang koordinatifnya. e. Membudayakan cinta produk dalam negeri terutama produk Indhan dimulai dari produk yang sederhana untuk mendukung kebutuhan pengguna/TNI dan adanya evaluasi/umpan balik produk Ranahan dijadikan bahan Litbang industri tersebut. f. ada. Membuat prioritas Alutsista yang dibutuhkan pengguna/TNI sesuai kemampuan anggaran yang

Upaya a. Upaya percepatan alih teknologi pertahanan : 1) Perlu dikembangkannya staf Kedutaan Besar terutama di Negara-negara maju dengan menambahkan Atase Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2) Perlu peningkatan peran Atase Pertahanan terutama di Negara-negara maju dalam percepatan alih teknologi ini dengan menggali informasi teknologi khususnya teknologi pertahanan. 3) Dari titik 1) dan 2) perlu dibuat laporan secara periodik dan diteruskan ke Litbang Indhan di tanah air serta Departemen/LPND terkait. b. Upaya meningkatkan kualitas produk Indhan : 1) Mengoptimalkan institusi Litbang baik Litbang pengguna/TNI; profesional maupun Litbang Indhan sebelum melaksanakan proses produksi. 2) Memotivasi Indhan agar bersedia menyempurnakan hasil produknya berdasarkan hasil evaluasi dari pengguna/TNI

3) Mempromosikan produk Indhan yang sudah dipakai oleh pengguna/ TNI ke Negaranegara berkembang dengan bantuan Atase Perdagangan, Atase Pertahanan yang berdinas di Negara tersebut serta aktif berperanserta/hadir dalam pameran produk Indhan. c. Upaya menciptakan mekanisme pembinaan Indhan yang baik : 1) Membuat nota kesepakatan (MoU) yang ditindaklanjuti dengan Piagam kerjasama antara Dephan dengan Depperind, agar Dephan dapat menjembatani kepentingan TNI dengan Indhan. 2) Mensosialisasikan kepentingan Dephan dalam pembinaan Indhan ke Depperind dan Industri-industri binaannya agar arah pembinaan Indhan dapat dipahami dan dilaksanakannya. d. Upaya mendorong diterbitkannya peraturan tentang sinerginya Litbang Nasional. 1) Mendorong segera dituntaskannya RPP tentang Pembinaan Teknologi dan Indhan untuk diberlakukan, yang didalamnya juga ada ketentuan pembentukan KKIP. 2) Titik 1) diperlukan sebagai payung untuk dijabarkan kedalam aturan-aturan teknis di lembaga yang ada di bawahnya. e. Upaya membudayakan cinta produk dalam negeri : 1) Memprioritaskan pemenuhan kebutuhan Kaporlap dan atau Alutsista pengguna/TNI dari produksi Indhan dalam negeri. 2) Mengusahakan porsi kandungan local (local contain) dalam setiap kontrak pengadaan Alutsista dari luar negeri semaksimal mungkin untuk dapat dikerjakan Indhan dalam negeri. f. Upaya membuat prioritas tajam sesuai kebutuhan dan kemampuan anggaran Litbang 1) Koordinasi antar lembaga-lembaga Litbang yang mendukung kinerja Indhan agar lebih intens terutama pada saat-saat perencanaan sehingga meniadakan/ mengurangi program Litbang yang duplikasi atau tumpang tindih. 2) Mendukung program-program Litbang yang saling memperkuat dalam proses terbentuknya prototipe perlengkapan perorangan prajurit dan atau Alutsista yang diperlukan pengguna/TNI.

PENUTUP Kesimpulan a. Peningkatan kemampuan Litbang Indhan akan terjadi sesuai apa yang diharapkan, apabila percepatan alih teknologi pertahanan menjadi prioritas dan didukung dengan SDM yang memadai serta dapat diserap oleh lembaga-lembaga Litbang terkait. b. Peningkatan kualitas produk Indhan yang telah melalui proses Litbang dan peman-faatannya oleh pengguna/TNI dengan dasar mencintai produk dalam negeri, akan mendorong peningkatan kemampuan Litbang pada Indhan. c. Dengan meningkatnya kemampuan Litbang Indhan, efektivitas pembinaan Indhan menjadi bertambah, dimana industri tersebut semakin memahami dan mengikuti arah pembinaan Indhan. Selanjutnya akan mendukung terwujudnya kemandirian Ranahan akan memperkokoh kerjasama tiga komponen kemandirian (Dephan, TNI dan Indhan) sesuai fungsi masing-masing. Saran

a. Mohon dibuat program-program percepatan alih teknologi pertahanan dari Negara maju, diantaranya dengan menambah Atase Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada Organisasi Kedutaan Besar RI di Negara-negara maju. b. Mohon dituntaskannya RPP tentang Pembinaan Tekindhan serta konsep KKIP sehingga segera dapat diberlakukan. Dengan demikian fungsi-fungsi pada tiap komponen menjadi jelas termasuk lembaga-lembaga Litbang yang mendukung Indhan. c. Perlu sosialisasi yang lebih intens tentang pentingnya kemandirian sarana pertahanan kepada DPR/Komisi I, Bappenas, Depku dan Depperind untuk mendukung program-program tiga komponen yang terlibat dalam memproduksi Ranahan yakni Dephan sebagai penentu kebijakan,Indhan sebagai produsen dan TNI/Angkatan sebagai pengguna.

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Adik A. Sudarsono, Ir, MSIE,Ph.D, Peningkatan Kemampuan Teknologi dan Industri Pertahanan Nasional, Jakarta, 2007. BAPPENAS, Dirhankam, Industri Pertahanan Nasional dan Pendanaan Dalam Negeri, Jakarta, 2007 Biro Hukum, Setjen Dephan, Buku Himpunan Perundang-Undangan yang Terkait Dengan Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pertahanan, Jakarta, 2004. Budi Susilo Supanji, Kebijakan Strategis dan Komitmen Pemerintah Dalam Pemanfaatan Produk Alutsista Dalam Negeri, Dephan, 2007. Depperind, Kebijakan Pengembangan dan Kemampuan Industri Dalam Negeri dalam rangka Memenuhi Kebutuhan Alutsista Dalam Negeri, Jakarta, 2007. Dephan, Ditjen Ranahan Dephan, Strategi dan Program Pengembangan Alutsista Nasional, Jakarta, 2007 Dephan, Dittekind, Ditjen Ranahan Dephan, Kebijakan Pembinaan Teknologi dan Industri Pertahanan Tahun Anggaran 2007, Jakarta, 2007. Kementrian Negera Riset dan Teknologi, Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta, 2002. Pokja Geostrategi dan Ketahanan Nasional Indonesia, 2003 Mabesal, Staf Perencanaan dan Anggaran, Peranan Industri Alutsista Dalam Negeri dalam Pengamanan Wilayah Perairan Indonesia, 2007. M. Moenir, Prakarsa PT. PAL Indonesia dalam Peningkatan Kemampuan Teknologi dan Industri Alutsista Nasional, Peta Rencana Kolaboratif dan Membangun Aliansi Strategis, Jakarta, 2007. PT. PANN (Persero), Kontribusi Perbankan/Lembaga Pembiayaan dalam Pengembangan Industri Alutsista, Jakarta 2007. PT. Sinar Grafika, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004 2009, Jakarta, 2005. Rizki Ferianto, Ir, MA, Dirhankam, Bappenas, Kebijaksan Industri Pemerintahan dan Alternatif Pembiayaannya.Jakarta, 2007. Harian Kompas : a. Tanggal 21-8-2007, hal , Rusia Bantu 1 M US$ b. Tanggal 4-9-2007, hal , Rusia Keras Tidak Mendukung Kemerdekaan Kosovo c. Tanggal 4-9-2007, hal 8, Biak Menjadi Tempat Peluncuran Roket Antariksa d. Tanggal 5-9-2007, hal 4, Kerjasama Pertahanan dengan Rusia e. Tanggal 5-9-2007, hal 15, Target Indonesia menjadi Negara Maju f. Tanggal 10-9-2007, hal 45, Kedatangan Korvet Sigma Class g. Tanggal 21-9-2007, hal 9, Iran Uji Coba Jet Tempurnya H. Tanggal 21-9-2007, hal 11, Tameng Rudal AS.

Adapun beberapa perhatian yang menjadi agenda dalam pertemuan Logistic Meeting XVII mencakup pembahasan draft Memorandum of Understanding MoU terkait beberapa kerjasama bidang industri pertahanan. Salah satunya adalah, draft MoU kerjasama pengembangan produksi pesawat Fighter KF-X, Draft MoU Mutual Logistic Support dan draft MoU Jaminan Kualitas Asuransi dari pada sistem pengadaan barang dan jasa. Disamping pembahasan draft MoU, Forum Joint Committee and Logistic Meeting yang Ke XVII juga membahas rencana kerjasama terkait sistem pengadaan melalui alih teknologi atau Transfer Of Technology (ToT), dan maintenance beberapa peralatan sistem senjata seperti Ranpur Amphibi, Panser Kanon dan Kapal Selam. Kerjasama ToT ini juga mencakup sistem alat komunikasi (Radio System Project) antara PT. LEN Indonesia dengan LIG Net 1. Pada kesempatan pertemuan Joint Committee and Logistic Meeting yang Ke XVII tahun ini, Delegasi Kementerian Pertahanan Korea Selatan diketuai oleh Direktur Jenderal Biro Promosi Industri Pertahanan, Program Akuisisi Pertahanan Administrasi (Director General For Defense industry Promotion of Defense Acquisition Program Administration / DAPA ) Dr. CHOI Changgon. Sedangkan delegasi Kementerian Pertahanan RI di ketuai oleh Sekjen Kemhan, Marsdya TNI Eris Herryanto, M.A. Turut hadir dalam Joint Committee and Logistic Meeting yang Ke XVII RI Korsel, beberapa perwakilan dari industri pertahanan strategis dari kedua negara, diantaranya PT, Pindad, PT. Dirgantara Indonesia, PT. LEN, Doosan DST, LIG Next 1, dan Daewoo. Sumber : DMC