16
MOTIVASIBERAG AMA SECARA TOLERAN MASYARARAT DUSUN SOROWAJAN B ANGUNTAPAN BANJUL YOGYAKARTA Karwadi Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Abstract In Indonesia, there are many religions, such as Islam, Christiani- ty, Hinduism and Buddhism. Therefore, the plurality of religion is a fact and one of the social phenomenon. Sometimes, it brings about social conflict, if we do not manage them proportionally. Actually, the conflict is avoidable when all adherents of a religion be tolerant of others in their daily life. This work comes to explain and analyze some motivations of religious tolerant. This writing focus on Sorowajan Banguntapan Bantul, where people who lives there has shown us that the plurality of religion does not arise that problems. There are not any pshycological any problems in their daily life although there are many different religions. I. Pendahuluan Sejarah sosial masyarakat di berbagai belahan dunia tidak pernah lepas dari konflik. Konflik itu ada yang bersumber dari perbedaan agama maupun non keagamaan, seperti perbedaan etnis, perbedaan afiliasi politik, per- bedaan budaya, ekonomi dan sebagainya. Akhir-akhir ini telah terjadi ber- bagai peristiwa kerusuhan sosial di tanah air yang nuansa keagamaannya cukup kentara. Memang, perbedaan agama bukan merupakan f aktor utama bagi terjadinya kerusuhan. Tetapi dengan mengamati perilaku para perusuh yang tidak segan-segan merusak tempat-tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura, dapat disimpulkan bahwa pada gilirannya, sentimen keagama- an tidak bisa dipandang sebelah mata sebagai salah satu variabel penting yang dapat memicu terjadinya kerusuhan sosial. Motivasi Beragama Secara Toleran (Karwadi) 1

Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

MOTIVASIBERAG AMA SECARA TOLERANMASY ARARAT DUSUN SOROWAJAN

B ANGUNTAPAN BANJUL YOGYAKARTA

KarwadiFakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga

Abstract

In Indonesia, there are many religions, such as Islam, Christiani-ty, Hinduism and Buddhism. Therefore, the plurality of religionis a fact and one of the social phenomenon. Sometimes, it bringsabout social conflict, if we do not manage them proportionally.Actually, the conflict is avoidable when all adherents of areligion be tolerant of others in their daily life.This work comes to explain and analyze some motivations ofreligious tolerant. This writing focus on Sorowajan BanguntapanBantul, where people who lives there has shown us that theplurality of religion does not arise that problems. There are notany pshycological any problems in their daily life although thereare many different religions.

I. Pendahuluan

Sejarah sosial masyarakat di berbagai belahan dunia tidak pernah lepasdari konflik. Konflik itu ada yang bersumber dari perbedaan agama maupunnon keagamaan, seperti perbedaan etnis, perbedaan afiliasi politik, per-bedaan budaya, ekonomi dan sebagainya. Akhir-akhir ini telah terjadi ber-bagai peristiwa kerusuhan sosial di tanah air yang nuansa keagamaannyacukup kentara. Memang, perbedaan agama bukan merupakan f aktor utamabagi terjadinya kerusuhan. Tetapi dengan mengamati perilaku para perusuhyang tidak segan-segan merusak tempat-tempat ibadah seperti masjid,gereja, pura, dapat disimpulkan bahwa pada giliranny a, sentimen keagama-an tidak bisa dipandang sebelah mata sebagai salah satu variabel pentingyang dapat memicu terjadinya kerusuhan sosial.

Motivasi Beragama Secara Toleran (Karwadi) 1

Page 2: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

Tidaklah mengherankan jika kini banyak kalangan mulai memper-tanyakan kerukunan beragama di Indonesia. Sebab, kerukunan beragamayang selama ini diklaim pemerintah berjalan baik, ternyata menurut penilai-an pengamat, tidak lebih dari sekedar penampakan semu (virtual reality).1

Berbagai tindakan kekerasan dan kerusuhan massa yang terjadi secaraberuntun dengan mengatas-namakan agama adalah salah satu indikatorbahwa upaya menciptakan kerukunan antar umat beragama belum ter-wujud secara sempurna. Dalam konteks ini, kemajemukan agama patutmemperoleh perhatian khusus. Karena agama-agama, dengan seluruhkonsep ajarannya, belum dapat diterapkan untuk mencegah tindak ke-kerasan dan kerusuhan massa. Bahkan, agama sendiri sering terlibat ataudilibatkan di dalamnya.

Sebagai sebuah fenomena sosiologis, pluralitas agama merupakankenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Mengingat keragaman danpluralitas agama adalah fakta, maka untuk mengelolanya diperlukan upayake arah pemahaman sistem sosial dari masyarakat yang majemuk, agarkemajemukan tersebut tidak menjadi sumber konflik. Di sinilah letaksignifikansi dan relevansi studi-studi tentang konflik dan integrasi sosial.Karena ia berusaha mengetahui faktor-faktor yang secara laten dapatmenyebabkan konflik dan juga menelusuri faktor-faktor yang menyebabkankelompok-kelompok yang ada tetap bersatu dan menunjukkan sikaptoleran.

Salah satu fenomena toleransi beragama yang menarik untuk dicermatiadalah yang dikembangkan oleh warga masyarakat Dusun Sorowajan DesaBanguntapan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta.Pluralitas agama dapat disikapi dan diletakkan secara proporsional, se-hingga tidak menjadi sumber konflik.

Ditinjau dari sudut agama, masyarakat Dusun Sorowajan adalahmasyarakat plural. Semua agama yang disahkan pemerintah: Islam, Kristen,Katholik, Protestan, Hindu, Budha dan Aliran Kepercayaan dapat di-ketemukan di Dusun ini. Berdasarkan data, penganut Islam berjumlah 1483orang, Katholik sebanyak 856 orang, Protestan sebanyak 114 orang, Hindusebanyak 134 orang dan Budha sebanyak 2 orang.2 Bahkan, tidak jarang dijumpai satu keluarga memeluk agama secara berbeda.

'Penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini dapat dibaca dalam Syamsul Arifin, MerambahJalan Baru dalam Beragama, Rekonstruksi Perrenial dalam Masyarakat Madani dan Pluralitas Agama,(Yogyakarta : ITTAQA Press, 2000), p. 73.

lumber data dokumentasi penduduk Dusun Sorowajan berdasarkan agama tahun 2000.

Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. V, No. 1 Juni 2004:1-16

Page 3: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

Yang menarik, perbedaan agama tersebut tidak menimbulkan konfliksosial. Bahkan sering mendapat pujian dan dijadikan contoh.3 Beberapakali stasiun TVRI Yogyakarta datang secara khusus untuk mengabadikankegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang melibatkan para penganutagama yang berbeda. Perbedaan agama tidak menjadi hambatan psikologisbagi warga, sehingga mereka dapat bahu membahu membangun desa, bebasmenjalankan agamanya, bahkan banyak kegiatan yang bernuansa agamadilakukan serta dihadiri oleh berbagai pemeluk agama.4

Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapatokoh masyarakat,5 diperoleh informasi bahwa kondisi ini terwujud bukan-lah tanpa proses. Dijelaskan, sekitar tahun 50-an hingga pecahnya pem-berontakan G. 30 S/PKI tahun 1965 dan beberapa tahun setelahnya, konflikantar pemeluk agama cukup sering terjadi. Salah satu penyebabnya adalahterjadinya saling tuduh di antara mereka tentang keterlibatan salah satupihak dalam pemberontakan tersebut. Setelah itu, tahun 70-an hingga per-tengahan 80-an, pertentangan antar pemeluk agama pun sering terjadi,terutama antara pemeluk Islam dan Kristen. Untuk kasus terakhir ini, di-sebabkan oleh maraknya program kristenisasi yang kemudian mendapat-kan reaksi dari penganut Islam. Barulah menjelang tahun 90-an hinggasekarang, ketegangan-ketegangan tersebut dapat dicairkan, sehinggatoleransi beragama terlihat nyata.

Sebagai sebuah proses, perubahan kondisi seperti digambarkan di atasdapat dipastikan terjadi karena ada beberapa faktor penyebab. Dari sudutwarga pemeluk agama, boleh jadi, karena mereka memiliki motivasi tertentuyang mendorongnya berusaha menciptakan kerukunan di antara mereka,meskipun berbeda agama. Dari sinilah muncul beberapa permasalahan,yakni pertama, apa motivasi warga Dusun Sorowajan dalam mewujudkantoleransi beragama, dan kedua, apa bentuk manifestasi toleransi beragamatersebut.

3Fenomena kerukunan agama di Dusun Sorowajan telah didokumentasikan dalambentuk film dokumenter oleh LkiS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial) yang berkantor diDusun tersebut dan merupakan lembaga yang memiliki komitmen kuat bagi terjadinyatoleransi beragama. Film tersebut diputar secara rutin setiap malam peringatan HariKemerdekaan RI, baik di Sorowajan maupun dusun-dusun Iain di sekitarnya.

4Pemahaman awal yang diperoleh karena keterlibatan penulis selama hampir enamtahun sebagai anggota masyarakat Dusun Sorowajan Banguntapan Bantul D.I. Yogyakarta.

3Beberapa tokoh masyarakat yang diwawancarai antara Iain adalah Slamet JabariHarjosutrisno (Islam), Pawiro Sadi (Kristen), Adisumarto (Islam), dan Mbah Darmo (Hindu).

Motivasi Beragama Secara Toleran (Karwadi)

Page 4: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

Dengan permasalahan di atas, maka tujuan tulisan ini adalah meng-ungkap dan mendeskripsikan hal-hal yang menjadi sumber motivasi wargaDusun Sorowajan dalam mewujudkan kehidupan bersama secara toleranserta fenomena yang ada di tengah kehidupan masyarakat sebagai per-wujudan toleransi tersebut. Sedangkan kegunaannya, dari sisi teoritis dapatdijadikan sumber informasi ilmiah berkaitan dengan masalah sosialkemasyarakatan, khususnya toleransi beragama. Dari sisi praktis, bergunabagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalammengelola pluralitas yang ada agar tidak menjadi sumber konflik.

Istilah umat beragama dalam tulisan ini dibatasi pada umat Islam danKristen, baik Katholik maupun Protestan. Alasannya, pertama, secarakuantitas dua agama ini memiliki penganut yang relatif besar sehingga perandan pengaruhnya dalam kehidupan sosial cukup menonjol. Kedua, penganutdua agama ini pernah terlibat konflik, khususnya pada tahun 70-an hinggapertengahan 80-an.6

II. Motivasi Beragama secara Toleran Masyarakat Dusun Sorowajan

Secara sederhana, motivasi dapat didefinisikan sebagai sebab-sebabyang menjadi dorongan tindakan dan sikap seseorang.7 Dalam kaitannyadengan kehidupan sosial, motivasi muncul dalam diri seseorang terutamakarena didorong oleh kebutuhan atau keinginan terhadap sesuatu, baikberwujud materi maupun psikologis. Motivasi ini berfungsi sebagai pen-dorong yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu.

Abraham Maslow dengan teori kebutuhannya, sebagaimana dikutipoleh Muhammad As'ad, menyatakan bahwa manusia itu selalu berusahamemenuhi kebutuhannya. Bila seseorang sedang berusaha mencapai ke-butuhan, maka saat itulah meningkat motivasinya.8

6Data yang diperlukan dikumpulkan melalui metode dokumentasi, observasi danwawancara. Selama proses pengumpulan data telah dilakukan wawancara sebanyak 23 kaliterhadap 19 orang informan (10 orang Islam dan 9 orang Kristen), terdiri dari 13 kali denganpenganut Islam dan 10 kali dengan penganut Kristen. Hasil wawancara tidak keseluruhan ditampilkan, mengingat ada beberapa informasi dari informan yang berbeda tetapi senada,sehingga menampilkan salah sarunya dianggap telah mewakili yang lain. Tampilan hasilwawancara tidak seperti penuturan asli dari informan, tetapi telah dimodifikasi dandisederhanakan dengan tidak merubah makna dasarnya.

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1976), p.655.

•Muhammad As'ad, Psikdogi Industri, (Yogyakarta: AMP Management, 1980), p.76.

Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. V, No. 1 Juni 2004:1-16

Page 5: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

Sementara itu, wujud serta implementasi kongkrit dari motivasi di-pengaruhi oleh banyak faktor, antara lain politik, ekonomi, budaya, pen-didikan, pengalaman-pengalaman dan sebagainya. Oleh karena itu, suatukajian yang bertujuan mengetahui motivasi seseorang dalam melakukansesuatu tidak bisa mengabaikan faktor-faktor tersebut.

Sedangkan toleransi berarti sikap atau sif at menenggang (menghargai,membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercaya-an, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda dengan pendirian-nya.9

Di samping toleransi, ada istilah kerukunan antar umat beragama.Hidup rukun berarti orang harus saling tenggang rasa dan lapang dadaantara satu dengan lainnya dalam masyarakat dan kelompok-kelompokini tergabung dalam umat. Sedangkan umat beragama merupakan kelompokmanusia yang secara sadar menyatu dan memeluk agama tertentu danhidup di daerah tertentu pula.10 Kemudian, yang dimaksud dengan ke-rukunan hidup umat beragama adalah bahwa dalam masyarakat itu terdiridari bermacam-macam penganut agama yang berlainan, di situ terjadi salingtoleransi dan hormat menghorman' terhadap keyakinan yang dianut oranglain dan hidup saling berdampingan dalam masyarakat.11

Satu hal yang harus diingat, pada dasarnya toleransi beragama, me-nurut Robertson,12 tidak berarti ajaran agama yang satu dengan ajaranagama yang lain dicampur-adukkan. Tetapi, dengan dasar hidup rukundan toleran dalam kehidupan berkelompok dan bermasyarakat, tradisi-tradisi keagamaan yang dimiliki tiap individu menjadi komulatif dan kohesifyang menyatukan keragaman interpretasi dan sistem keyakinan keagama-an.

Secara spesif ik, Tim Penyusun Depag RI dalam Agama dan PembangunanNasifjnal,13 menggambarkan suasana kerukunan umat beragama. Kerukun-an umat beragama merupakan keadaan di mana antara penganut agamadapat hidup dalam suasana damai, tanpa mengurangi hak-hak diri-

''WJS.Poerwadarminta, Kamus Umum..., p. 1084. Lihat juga Umar Hasyim, Toleransi danKttnerdekaan Beragama, (Surabaya : Bina Ilmu, 1978), p. 22.

10Lihat Martyn Sardi, Agama Multidimensional, (Bandung: Alumni, 1983), p. 63-64."Panitia Peiaksana Dialog, Hasil Musyawarah Antar Ummat Beragama, (Jakarta: Depag RI,

1985), p. 4. Lihat juga, A. Mukti All, Agama dan Pembangunan di Indonesia, 0akarta : Depag RI,1978), p. 83.

"Donald Robertson, Agama Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, penterjemah FedyaniSaefuddin, (Jakarta : Rajawali Press, 1988), p. ix.

1JTim Penyusun, Agama dan Pembangunan Nasional, (Jakarta : Depag RI, 1979), p.121.

Motivasi Beragama Secara Toleran (Karwadi)

Page 6: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

nya dan orang lain. Dengan demikian, seseorang tidak terganggu dalammemeluk agama. Pada tahap selanjumya akan tercipta ketenangan dansifat terbuka serta lapang dada yang pada gilirannya akan muncul salingpengertian yang bisa dibuktikan dengan tenggang rasa dan saling meng-hargai.

Dari rumusan di atas, dapat diketahui ada beberapa indikator ke-rukunan umat beragama yaitu, pertama, adanya kedamaian di masyarakat,kedua, tetap terpeliharanya hak-hak tiap anggota masyarakat, ketiga, tiappemeluk agama tidak terganggu dalam memeluk dan menjalankan ajaranagamanya, dan keempat, terwujudnya ketenangan, keterbukaan, salingpengertian, tenggang rasa dan saling menghargai.

Sejalan dengan pemikiran di atas, toleransi beragama dalam suatumasyarakat akan terwujud bila segi-segi toleransi dipenuhi, pertama, salingmenghargai, kedua, mengakui hak-hak orang lain, ketiga, meletakkan per-bedaan agama dalam bingkai agree in disagreement, keempat, kesadaran dankejujuran, dan kelima, memahami secara benar falsafah Pancasila.14

Pendapat yang cukup filosofis tentang kunci terwujudnya toleransiberagama dikemukan oleh YB. Mangunwijaya.15 Menurutnya, yang harusdiperhatikan dalam beragama bukan to have religion, akan tetapi beingreligious. Dalam to have religion yang dipentingkan adalah formalismeagama sebagai kata benda. Sedang dalam being religiusitas yang dipentingkanadalah penghayatan dan aktualisasi terhadap substansi nilai-nilai luhuragama.

Beberapa pemikiran di atas cukup memberikan dasar bahwa terwujud-nya kerukunan atau toleransi beragama di suatu tempat tidak bisa dilepaskandari adanya motivasi yang kuat dari pemeluk agama. Motivasi ini bolehjadi, kemudian berjalin dengan religiusitas dan kesadaran bahwa secarauniversal semua agama memiliki pesan yang sama. Atau, karena dalamkehidupan riel, masyarakat menyadari pentingnya ketenangan, salingmenghargai, kedamaian dan sebagainya sehingga mereka berusaha me-rubah suasana konflik menjadi toleransi.

Toleransi beragama masyarakat Dusun Sorowajan merupakan sebuahfenomena kemasyarakatan yang telah dijadikan rujuan oleh segenap warga.

14Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama, p. 32.15YB.Mangunwijaya, "Pergeseran Titik Berat dari Keragaman ke Religiusitas", dalam

Ahmad Suaedy, (ed.), Spiritualitas Baru: Agama dan Aspirasi Ratyat, (Seri Dian II, Tahun 1,1994),p.2.

Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. V, No. 1 Juni 2004:1-16

Page 7: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

Beberapa indikator dapat dijadikan sebagai bukti, antara lain adanya kese-pakatan tidak tertulis dari warga agar tidak menjadikan perbedaan agamasebagai sumber perpecahan. Kesepakatan ini dapat diketahui dari inf ormasiyang disampaikan oleh para informafi saat ditanya masalah toleransi ter-sebut. Umumnya mereka mengomentari dengan mengatakan bahwa semuawarga telah memiliki komitmen yang sama dan kuat untuk menjaga persatu-an dan kesatuan serta tidak mempersoalkan perbedaan yang ada, termasukperbedaan agama.

Sebagai sebuah fenomena sosial, kenyataan tersebut mengisyaratkanadanya faktor-faktor yang melatarbelakangi terwujudnya toleransi ber-agama dalam kehidupan masyarakat Dusun Sorowajan yang kemudianmenjadi sumber motivasi. Secara umum, motivasi tersebut dapat dike-lompokkan menjadi tiga, yaitu motivasi sejarah, sosial politik dan agama.

A. Motivasi Sejarah

Istilah motivasi sejarah, boleh jadi kurang tepat untuk melihat latarbelakang masyarakat Dusun Sorowajan mewujudkan toleransi ber-agama. Istilah ini dimaksudkan untuk memberi gambaran bahwaperistiwa yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu telah menjadisebuah pelajaran berharga dan dijadikan salah satu pendorong agarsemuanya tidak terulang.

Kondisi tidak menguntungkan selama tahun 60-an dan 70-ansampai pertengahan 80-an, telah meninggalkan trauma bagi warga,terutama para sesejnth yang secara langsung mengalaminya. Olehkarena itu, para sesepuh dusun selalu memberi peringatan kepadaanggota masyarakat agar berupaya tidak mengulangi kesalahan masalalu yang sebenarnya tidak diketahui secara pasti penyebabnya danmerugikan semua pihak.

Kami yang tua-tua ini selalu memberikan informasi bahwa selamaterjadinya konflik tidak ada yang diuntungkan. Bahkan, kehidupanterasa tidak aman, saling curiga. Kegotong-royongan sulit diwujudkan.Oleh karena itu, pengalaman ini harus menjadi pelajaran. Sebenarnya,dari dulu warga tidak menghendaki terjadinya konflik, karena merekatidak tahu penyebabnya. Hanya saja kami tidak tahu apa yang haruskami lakukan, sehingga terpaksa terbawa dalam arus konflik yangterjadi.16

16Hasil wawancara dengan Adisumarto, FX. Abdullah, Drs.Sumito, 4 dan 6 Agustus 2001.

Motivasi Beragama Secara Toleran (Karwadi) 7

Page 8: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

Dari penjelasan di atas, ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi, yaitu keinginan dari warga untuk menjadikan masa lalu se-bagai pelajaran. Selain itu, adanya kesadaran bahwa menghindarisuasana hidup yang mencekam merupakan keharusan serta semangatmereka untuk mencegah konflik. Semua itu tampaknya telah ada dalamdiri anggota masyarakat sejak dulu. Terbukti saat ada konflik, sebenar-nya, mereka ingin melakukan suatu perlawanan, tetapi tidak memilikikemampuan.

6. Motivasi Kehidupan Sosial Politik

Pengertian motivasi kehidupan sosial politik dalam tulisan iniadalah sebuah motivasi yang muncul disebabkan adanya usaha-usahasistematis untuk mewujudkan toleransl beragama karena terkaitdengan kepentingan kehidupan sosial kemasyarakatan dan pem-bangunan sistem politik. Oleh karena itu, motivasi tersebut ber-hubungan dengan program pemerintah secara umum, misalnyaperwujudan stabilitas, kerukunan dan memperlancar proses pem-bangunan. Motivasi kehidupan sosial politik terdiri atas beberapa jenis,yaitu:1. Mentaati Anjuran Pemerintah

Salah satu program pembanguan yang digalakkan oleh peme-rintah adalah kerukunan antar umat beragama. Program ini di-sosialisasikan melalui berbagai cara, antara lain penerangan-penerangan, pemutaran firm, pamflet, iklan di media massa dansebagainya. Pemerintah sangat berkepentingan terhadap per-wujudan toleransi beragama dalam masyarakat, agar stabilitasnegara dan kelancaran pembangunan terjaga dengan baik.

Sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia, masyarakatDusun Sorowajan juga sering menjadi sasaran pemasyarakatantoleransi beragama. Bahkan, mereka menjadi salah satu targetutama dari pemerintah Kecamatan Banguntapan, karena dianggapmemiliki potensi konflik seperti pernah terjadi pada masa lalu.Berbagai upaya dilakukan secara serius dan berkelanjutan olehpemerintah setempat.

Upaya-upaya tersebut memiliki fungsi ganda. Di satu sisi, iamenjadi salah satu jalan yang mengantar masyarakat memahamipentingnya toleransi baik dalam lingkup Dusun maupun Ungkuplebih luas. Di sisi lain, ia berimplikasi bagi kelancaran program

8 Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. V, No. 1 Juni 2004:1-16

Page 9: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

pembangunan yang dicanangkan pemerintah. Hal ini menjadisalah satu indikator penting, bahwa program pemerintah tentangtoleransi beragama telah dapat diterima dengan baik oleh masya-rakat. Bagi mereka, rnenjaga kerukunan beragama sama penting-nya dengan membayar pajak atau menjalankan program-programlainnya.

2. Rumangsa HandarbeniIstilah rumangsa handarbeni bermakna rasa saling memiliki dan

tanggung jawab setiap anggota masyarakat terhadap dusun(tempat) di mana mereka tinggal.17 Rasa memiliki dan tanggungjawab tersebut dimanifestasikan ke dalamberbagai tindakan positif,misalnya semangat gotong royong, persatuan dan kesatuananggota masyarakat tanpa membedakan status sosial, etnis, agamadan sebagainya. Setiap orang yang tinggal di Dusun Sorowajanberarti saudara yang hams diperlakukan secara baik. Selain itu,orang tersebut juga mempunyai kewajiban sebagaimana wargayang lain.

Falsafah rumangsa handarbeni, memang bukan hanya terlihatpada warga Dusun Sorowajan. Secara umum, masyarakat Jawamengenal dan mengaplikasikan falsafah tersebut dalam kehidupan.Oleh karena itu, dari sisi ini, apa yang dilakukan oleh masyarakatSorowajan bukanlah hal yang luar biasa. Tetapi, bila dikaitkandengan upaya perwujudan toleransi beragama, bisa dikatakanmemiliki arti tersendiri. Sebab, bagaimanapun, agama bagi sebagi-an orang sering diletakkan sebagai persoalan pribadi, sehinggatidak tepat dimasukkan dalam agenda kerja masyarakat secaraumum. Di sinilah signifikansi falsafah tersebut bagi masyarakatDusun Sorowajan karena menjadi salah satu dorongan bagimereka dalam mengembangkan semangat toleransi beragama.

3. Menghindari Perpecahan dan PermusuhanMasih berkaitan dengan falsafah hidup rumangsa handarbeni

di atas, motivasi lain warga Dusun Sorowajan dalam toleransiagama adalah untuk menghindari perpecahan dan permusuhan.

17HasiI wawancara dengan Bardiman, Sihono, Yohanes Yatino dan Antonius Jumeno, 8AgustusZOOl,

Motivasi Beragama Secara Toleran (Karwadi)

Page 10: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

Masyarakat cukup sadar terhadap dampak negatif permusuhan.Semangat warga untuk menghindari perpecahan dan permusuhancukup tinggi. Sebagai contoh, saat terjadi ketegangan antara duakeluarga yang berbeda agama (Islam dan Kristen) disebabkan anakmereka terlibat skandal hamil pra nikah. Pada awalnya kedua ke-luarga tersebut bersikeras agar anaknya dinikahkan dengan syaratpasangannya masuk dalam agama yang mereka anut. Keadaanini akhirnya menimbulkan ketegangan. Sebab kedua keluarga ber-usaha mempertahankan agamanya masing-masing. Sebagai jalankeluar, dilakukan kompromi. Pernikahan tetap dilaksanakankarena hal ini telah menjadi "hukum" bagi masyarakat Sorowajan.Sedang masalah beda agama tetap dipertahankan. Artinya,pasangan tersebut tetap memeluk agamanya masing-masing.

Fenomena nikah antar agarna di Sorowajan bukanlah hal yanganeh, sebab masalah tersebut sering dan banyak dilakukan. Salahsatu alasannya adalah keinginan warga untuk menghindari per-pecahan dan permusuhan disebabkan adanya perbedaan agama.Boleh jadi, kenyataan tersebut sebagai sikap yang tidak tepat olehorang lain, mengingat agama adalah persoalan mendasar yangberimplikasi kepada semua aspek kehidupan manusia. Lebih-lebihberumah tangga tidak hanya sebatas hidup serumah, saling cintadan seterusnya. Tetapi juga menyangkut nasib keturunan yangakan dilahirkan, pendidikannya, status agamanya dan Iain-lain.Oleh karena itu, kebiasaan membiarkan nikah antar agama akanmenimbulkan banyak masalah.

Pandangan tersebut dari satu sisi ada benarnya. Tetapi, masya-rakat Dusun Sorowajan mempunyai alasan sendiri, yakni demimenghindari perpecahan dan permusuhan antar sesama. Dengandemikian, persatuan dan kesatuan masyarakat lebih diutamakandaripada masalah yang dianggap pribadi, seperti masalah agama.Kenyataan ini menjadi salah satu sumber motivasi bagi masyarakatDusun Sorowajan dalam pembinaan kerukunan umat beragama.

4. Menunjang Pelaksanaan Pembangunan Desa.Masyarakat Dusun Sorowajan sadar bahwa salah satu modal

pembangunan adalah suasana kondusif, persatuan semua warga,tolong menolong dan semangat kebersamaan. Sebagai bagian tidakterpisahkan dari pembangunan, masyarakat harus mengupayakanterbentuknya suatu kondisi yang memberikan peluang bagi ber-

10 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. V, No. 1 Juni 2004:1-16

Page 11: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

kembangnya iklim saling pengertian. Hal ini penting, mengingatbetapapun besarnya modal material pembangunan, bila suasanasosial kemasyarakatan tidak mendukung, maka pelaksanaan sertakeberhasilannya tidak akan optimal. Kesadaran ini juga menjadisalah satu pendorong bagi upaya perwujudan toleransi beragama.Dengan toleransi ini, diharapkan terwujud kerjasama yang harmo-nis antara seluruh warga.

Berkaitan dengan motivasi menunjang pelaksanaan pem-bangunan desa ini, seorang informanbemama Walijan (Wakil KetuaRW) menerangkan:

Suasana saling pengertian antara pemeluk agama yang berbedadi dusun ini tercipta lantaran adanya semangat membangun desadari semua anggota masyarakat. Mereka menyadari, bahwapembangunan desa adalah tanggung jawab bersama danakhirnya akan dirasakan manfaatnya oleh semua anggotamasyarakat.18

Berdasarkan penjelasan tersebut, ada kesan cukup kuat bahwasecara umum masyarakat Dusun Sorowajan memiliki rasatanggung jawab yang cukup tinggi. Kesan ini dapat dibuktikandalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembangunan fasilitasumum, misalnya pengaspalan jalan, kebersihan lingkungan,konblokisasi dan sebagainya dilakukan atas swadaya masyarakat.Dalam hal ini seluruh anggota masyarakat memikul beban yangsama sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bahkan beberapabangunan yang ada kaitannya dengan kepentingan agama ter-tentu, juga dikerjakan secara bersama oleh umat agama lain.

C. Motivasi Agama

Yang dimaksud dengan motivasi agama adalah motivasi unrukmembangun toleransi beragama di kalangan anggota masyarakatDusun Sorowajan yang didasarkan kepada ajaran agama dan persepsipemeluk agama terhadap eksistensi agama. Motivasi agama ini terdiridari:

18 Wawancara tanggal 12 Agustus 2001.

Motivasi Beragama Secara Toleran (Karwadi)

Page 12: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

1. Kesadaran bahwa semua agama inempunyai pesan universal yangsama.

Beberapa informan, khususnya kalangan tokoh agama, me-mahami bahwa semua agama memiliki misi sama, yakni meng-antarkan pemeluknya kepada kehidupan yang baik, damai, me-larang kejahatan, menganjurkan kebaikan dan sebagainya.Pemahaman ini menjadikan mereka memiliki pandangan bahwaagama, apapun namanya, bertujuan sama. Oleh karena itu tidaktepat menganggap agama yang dipeluknya paling baik dan agamaorang lain salah. Mengenai tatacara beribadah yang berbeda-bedaadalah sebuah kewajaran yang tidak boleh dipertentangkan. Bagimasyarakat Dusun Sorowajan, hal ini menjadi salah satu motivasiuntuk mewujudkan toleransi beragama.

Dengan mengacu pada pandangan dj atas, tesis YB.Mangunwijaya yang mengatakan bahwa kunci toleransi adalahapabila pemeluk agama menjadi being religious menjadi terbukti.Dari beberapa penjelasan yang dikemukakan, jelas mencerminkanpandangan substantif mengenai agama.

Dalam kaitan ini, Muhammad Badroni (Rois umat Islam) danHadi Waluyo (Kristen) mengatakan, "tidak ada agama yangmenyuruh pemeluknya berbuat jahat dan melarang kebaikan.Semuanya sama, menyuruh kepada kebaikan dan melarangperbuatan jahat. Mengenai caranya terserah masing-masing".19

Pandangan seperti ini adalah cukup mendasar. Dari satu sisimenunjukkan, bahwa tokoh agama di Dusun Sorowajan melihatagama secara substantif, tidak hanya sebatas simbol-simbol formalseperti terlihat dari ritual yang dilaksanakan. Dari sisi lain, dapatdiketahui adanya pemahaman agama yang cukup mendalam.Agama bagi mereka memiliki esensi sama, meskipun tampilannyaberbeda.

Pandangan bahwa tiap agama yang dipeluk masyarakat rnem-punyai tujuan yang sama, tampaknya memberikan pegaruh positifdan signifikan terhadap usaha perwujudan toleransi beragama.Hal ini tercermin, misalnya dari statemen-statemen penganut agama,"untuk apa kita mempersoalkan perbedaan agama, toh semuaagama itu bertujuan sama".20 Pernyataan ini dapat dimaknai se-

"Wawancara, 10 Agustus 2001."Wawancara dengan Wintolo, 12 Agustus 2001.

12 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. V, No. 1 Juni 2004:1-16

Page 13: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

bagai adanya kesadaran dalam diri warga untuk menghindarisikap menonjolkan perbedaan agama yang pada gilirannya dapatmenimbulkan konflik horizontal.

2. Agama adalah masalah pribadiSalah satu motivasi yang turut menentukan iklim toleransi di

Dusun Sorowajan adalah pandangan yang meletakkan agamasebagai masalah pribadi. Karena persoalan pribadi, maka tidakbisa dibawa-bawa kepada hal yang berhubungan dengan sosialkemasyarakatan. Dari sudut toleransi agama, hal ini memberikanpengaruh positif, sebab mereka merasa "tidak berhak" mencampuripersoalan agama yang merupakan masalah pribadi seseorang.Hasilnya, sejauh menyangkut persoalan agama, maka dikembali-kan kepada masing-masing individu.

Di samping itu, ada yang memandang bahwa agama bukan-lah hal yang cukup signifikan untuk dipertahankan mati-matian.Kelompok ini berpendapat yang penting mereka hidup cukupsecara ekonomi dan dapat bekerja dengan tenang sesuai denganprof esinya. Bahkan dengan ungkapan yang cukup radikal ada yangmengatakan, "agama itu masalah pribadi, apa salahnya pagi me-meluk Islam, nanti sore menganut Kristen atau yang lain?".21

Pendapat yang memandang agama seperti di atas, umumnyadikemukakan oleh penganut agama yang nilai relijiusitasnyarendah. Indikatornya, jika Islam jarang melakukan sholat, puasa,zakat dan kewajiban-kewajiban lainnya. Sedangkan bagi yangberagama Kristen, ia tidak pernah pergi ke Gereja pada hariMinggu, mengikuti Kebaktian rutin dan sebagainya. Di sampingitu, latar belakang pendidikan mereka relatif terbatas, antara laintidak sekolah dan sebagian tidak tamat SD. Bagaimanapun,kenyataan ini menjadi salah satu faktor pembentuk sikap mereka,termasuk pandangannya kepada masalah agama.

Hal lain yang diduga mempengaruhi pandangan dan sikap apriori terhadap agama adalah latar belakang pengalaman ke-agamaan yang beragam. Dari beberapa anggota masyarakat yangmemiliki pandangan tersebut diketahui adalah orang-orang yangpernah mengalami konversi agama. Contoh paling akurat adalah

21 Wawancara dengan Kuwat (samaran), 13 Agustus 2001.

Motivasi Beragama Secara Toleran (Karwadi) 13

Page 14: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

dua orang yang sebelumnya memeluk agama Hindu kemudianmemeluk agama Islam dan dua orang yang sebelumnya penganutIslam kemudian beralih ke Kristen. Dengan demikian, ada ke-mungkinan proses perpindahan agama yang mereka lakukan,sebenarnya tidak dilandasi oleh kesadaran bahwa dalam agamabaru yang mereka anut terdapat ajaran-ajaran tertentu yang selamaini mereka cari. Tetapi lebih dipengaruhi oleh pandangan bahwamemeluk agama merupakan masalah yang sederhana dan kapansaja bisa dilakukan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kelompok masyarakat yangmemandang agama sebagai persoalan pribadi cenderung me-mandang segala sesuatu secara pragmatis, baik kebutuhan riel,misalnya ekonomi, kesenangan dan sebagainya. Oleh karena iru,mereka cukup merasa senang bila secara ekonomis kehidupannyacukup, tidak diganggu dan tidak mengganggu. Sementara ituagama tidak begitu penting, bahkan naif, jika dijadikan sebagaisumber pertikaian. Dengan bahasa sederhana seorang informanmenyatakan, "untuk apa mempersoalkan agama kalau kita susahmencari uang?"22

Dari kenyataan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsiseseorang yang menyederhanakan persoalan agama, terbukti turutmemberikan andil terciptanya toleransi beragama. Dengan demiki-an, seseorang yang hanya sampai pada level to have religion (secaraformal memeluk agama) juga bisa memiliki motivasi khusus untukmengembangkan sikap menenggang kepercayaan orang lain yangberbeda dengan kepercayaannya.

III. Manifestasi Toleransi Beragama

Toleransi beragama yang dibangun oleh masyarakat Dusun Sorowajantermanifestasi dalam berbagai aspek kehidupan sosial kemasyarakatan.Bahkan juga kegiatan-kegiatan yang cukup kental nuansa keagamaannya.Kegiatan sosial kemasyarakatan seperti membangun fasilitas umum, kenduri,resepsi, peringatan hari-hari besar, kematian dan sebagainya dilakukansecara bersama-sama tanpa ada hambatan psikologis karena ada perbedaanagama. Toleransi beragama menurut anggota masyarakat tidak hanya di-

22Wawancara dengan Dadap (samaran), 14 Agustus 2001.

14 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. V, No. 1 Juni 2004:1-16

Page 15: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

terapkan pada masalah-masalah yang secara langsung berkaitan denganagama, tetapi juga hams ntewarnai aspek-aspek lainnya. Dengan cara ini,toleransi beragama dapat memberikan kontribusi positif dan makna kongkritbagi kehidupan masyarakat.

Oleh sebab itu, tidak aneh jika acara-acara keagamaan seperti peringat-an Isra' Mi'raj dan Maulid Nabi Muhammad Saw juga dihadiri oleh pemelukKristen. Bahkan pada saat kerja bakti mempersiapkan penyelenggaraanacara tersebut mereka juga banyak yang terlibat. Contoh lain adalah pe-nyelenggaraan bersama acara Syawalan dan Natal yang telah beberapakali dilakukan.

Khusus pada acara Syawalan dan Natal bersama, nuansa toleransicukup terasa. Panitia penyelenggara terdiri dari para pemeluk kedua agama.Demikian juga rangkaian acaranya. Pada kegiatan tersebut disampaikanceramah tentang hikmah syawalan, setelah itu disampaikan pula pen-jelasan tentang hikmah natal. Selain itu, do'a juga dibacakan oleh tokohdari agama Islam dan Kristen. Hal yang menarik adalah ketika disampaikanceramah dan do'a oleh salah satu penganut agama, pemeluk agama yangberbeda memberikan perhatian secara baik. Mereka hening di saat berdoadan cukup antusias mendengarkan ceramah dari salah seorang tokohagama.

Beberapa contoh yang telah disebutkan, merupakan indikator pentinguntuk mengatakan bahwa toleransi beragama di Dusun Sorowajan telahterbina secara baik dan termanifestasi dalam berbagai aspek kehidupansosial kemasyarakatan. Lebih-lebih ada semangat cukup tinggi dari anggotamasyarakat untuk mempertahankan kondisi tersebut, bahkan meningkat-kannya.

IV. Simpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.Pertama, Beberapa hal yang menjadi sumber motivasi masyarakat DusunSorowajan dalam mengembangkan toleransi beragama adalah motivasiyang berasal dari pengalaman sejarah, motivasi sosial dan politik yangmencakup mentaati anjuran pemerintah, rumongso handarbeni, menghindariperpecahan dan permusuhan dan menunjang pembangunan desa. Disamping dua sumber motivasi tersebut, motivasi ketiga adalah motivasiagama yang muncul dari pandangan bahwa agama sebenarnya memilikitujuan yang sama dan merupakan masalah pribadi. Kedua, Sikap toleransi

Motivasi Beragama Secara Toleran (Karwadi) 15

Page 16: Motivasi Beragama Secara Toleran Masyarakat Dusun Surowajan

yang telah dibangun tersebut dimanifestasikan dalam semua aspekkehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan kegiatan-kegiatan yang cukupkental nuansa keagamaannya, seperti peringatan hari besar agama dando'a bersama berkaitan dengan momen-momen tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

A. Mukti All, 1978, Agama dan Pembangunan di Indonesia, Jakarta : DepagRI.

Departemen Agama RI, 1979, Agama dan Pembangunan Nasional, Jakarta :Depag RI.

Departemen Agama RI, 1985, Hasil Musyawarah Antar Ummat Beragama,Jakarta : Panitia Pelaksana Dialog antar Umat Beragama.

Martyn Sardi, 1983, Agama Multidimensional, Bandung : Alumni.Moh.As'ad, 1985, Psikologi Industri, Yogyakarta : AMP Management.Robertson, Donald, 1988, Agama Dalam Analisa dan Interpretas Sosiologis,

Penerjemah : Ahmad Fedyani, Jakarta : Rajawali Press.Strauss, Anselm, dan Juliet Corbin, 1997, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif,

disadur oleh Djunaedi Ghony, Surabaya : Bina Ilmu.Suharsimi Arikunto, 1994, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.Syamsul Arifin, 2000, Merambah Jalan Baru Dalam Beragama, Yogyakarta :

ITTAQA Press.Umar Hasyim, 1978, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama, Surabaya : Bina

Ilmu.WJS. Poerwadarminta, 1976, Kamits Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai

Pustaka.YB.Mangunwijaya, 1994, "Pergeseran Titik Berat dari Keragaman ke

Religiusitas", dalam Ahmad Suaedy, (ed.), Spiritualitas Baru :Agama dan Aspirasi Rakyat, Yogyakarta : Seri Dian II Tahun I.

16 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. V, No. 1 Juni 2004:1-16