30
EXTIRPASI KISTA DUKTUS TIROGLOSUS (PROSEDUR SISTRUNK ) (ICOPIM 5-066) HUSNUL GHAIB Bedah Umum UNAIR

Modul Sistrunk

  • Upload
    hghaib

  • View
    523

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modul Sistrunk

EXTIRPASI KISTA DUKTUS TIROGLOSUS

(PROSEDUR SISTRUNK ) (ICOPIM 5-066)

HUSNUL GHAIBBedah Umum UNAIR

Page 2: Modul Sistrunk

TUJUAN

Mampu menjelaskan embriologi & anatomi dari kista duktus tiroglosus

Mampu menjelaskan patofisiologi, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis, dan terapi

Mampu menjelaskan tehnik dan komplikasi operasi

Mampu melakukan work-up penderita Mampu merawat penderita kista duktus

tiroglosus pre dan pasca operasi, serta mampu mengatasi komplikasi operasi

Page 3: Modul Sistrunk

DEFINISI

Kista Duktus Tiroglosus merupakan kista yang terbentuk dari duktus tiroglosus yang menetap sepanjang alur penurunan kelenjar tiroid, yaitu dari foramen sekum sampai kelenjar tiroid bagian superior di depan trakea

Page 4: Modul Sistrunk

DEFINISI

Extirpasi Kista Duktus Tiroglosus (Prosedur Modifikasi Sistrunk) adalah Pengangkatan kista duktus tiroglossus beserta salurannya, hanya memotong sebagian kartílago hyoid pada tempat menempelnya duktus tiroglosus, sampai ke pangkalnya di pangkal lidah (Foramen Sekum).

Page 5: Modul Sistrunk

INDIKASI & KONTRA INDIKASI

Indikasi operasiSemua Kista duktus tiroglossus.

Kontra indikasi OperasiDidapatkan Ko-morbiditas berat

Page 6: Modul Sistrunk

EMBRIOLOGI & ANATOMI

Minggu ke-4 : Alur penurunan kelenjar tiroid berawal dari dasar faring yaitu foramen cecum.

Semakin besar dan turun di sepanjang garis median leher di bawah os hyoid .

Bila dalam proses tersebut terbentuk patent diverticulum disebut duktus tiroglosus.

Schwartz. Principle of Surgery 7th ed 1998Wright ST et al. UTMB Dept of Otolaryngology Grand Rounds 2005

Page 7: Modul Sistrunk

Pada proses normal duktus diresorbsi pada kehamilan usia 10 minggu .

Bila tersisa sebagian atau seluruh duktus terbentuk sinus atau kista duktus tiroglosus.

EMBRIOLOGI & ANATOMI

Schwartz. Principle of Surgery 7th ed 1998

Page 8: Modul Sistrunk

EMBRIOLOGI & ANATOMI

Page 9: Modul Sistrunk

EPIDEMIOLOGI

Posisi Kista Duktus Tiroglosus Dasar Lidah : 2,1% Suprahioid :

24,1% Infrahioid : 60,9% Suprasternal :

12,9%

Hafni. Cermin Dunia Kedokteran 2004; 12:144

Page 10: Modul Sistrunk

Patogenesis

Beberapa teori yang menjelaskan terbentuknya kista duktus tiroglosus :

Infeksi tenggorok berulang akan merangsang sisa epitel traktus, sehingga mengalami degenerasi kistik

Sumbatan duktus tiroglosus mengakibatkan terjadinya penumpukan sekret sehingga membentuk kista

Duktus tiroglosus terletak di antara beberapa kelenjar limfe di leher, jika sering terjadi peradangan, maka epitel duktus juga ikut meradang

Hafni. Cermin Dunia Kedokteran 2004; 12:144

Page 11: Modul Sistrunk

GAMBARAN KLINIS

Keluhan Utama: Benjolan/massa di tengah leher, baik supra atau infra os hioid

Benjolan membesar dan tidak menimbulkan rasa tertekan di tempat timbulnya kista

Teraba kistik, berbatas tegas, bulat, tidak nyeri, mobile, warna sama dengan kulit sekitr, ikut terangkat saat menelan atau saat menjulurkan lidah.

Page 12: Modul Sistrunk

Pada kondisi infeksi Nyeri saat

menelan Warna kulit

kemerahan. Fluktuasi +

GAMBARAN KLINIS

Diagnosis Banding - Kista desmoid- Struma nodosa

ismus

Page 13: Modul Sistrunk

DIAGNOSIS BANDING

Kista dermoidStruma Nodusa ismus

Page 14: Modul Sistrunk

PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG sebagai gold standard massa kistik di garis median leher (hyperechoic, isoechoic bervariasi)

FNAB

Page 15: Modul Sistrunk

TEKNIK OPERASI

MENJELANG OPERASI Penjelasan kepada penderita dan

keluarganya mengenai tindakan operasi yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan permohonan dari penderita untuk dilakukan operasi. ( Informed consent ).

Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.

Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.

Page 16: Modul Sistrunk

TEKNIK OPERASI

TAHAPAN OPERASI Dilakukan di kamar operasi, dengan

anestesi umum, intubasi orotrakeal. Posisi penderita telentang, hiperekstensi

dengan ganjal bantal di pundaknya. Desinfeksi lapangan operasi dengan

lar. Hibitane – alkohol 70% 1 : 1000 Lapangan operasi dipersempit dengan

kain steril.

Page 17: Modul Sistrunk

TEKNIK OPERASI

Insisi kolar, sesuai garis Langens tepat di atas tumor, sepanjang 5 cm, diperdalam sampai fasia koli superfisialis. Perdarahan dirawat.

Page 18: Modul Sistrunk

TEKNIK OPERASI

Dibuat flap ke atas sampai submental, dan flap ke bawah sampai 2 cm di kaudal tepi bawah kista .

Flap atas dan bawah diteugel dengan menjahitkan ke kain dengan benang sutera 2/0.

Page 19: Modul Sistrunk

TEKNIK OPERASI

Dengan dobel pinset, fasia koli superfisialis dibuka pada garis median. Dengan menyisihkan otot pretrakealis ke kanan-kiri akan tampak dinding kista.

Kista dibebaskan secara tajam dari jaringan sekitar.

Page 20: Modul Sistrunk

Origo m.hioglossus bagian tengah dibebaskan dari kartilago hioid dengan pisau. Demikian juga bagian- bagian medial dari m.tirohioid yang menempel di hioid.

Dengan pemotong tulang, kartilago hioid dipotong kurang lebih 1 – 1,5 cm pada bagian tengah dimana saluran kista tiroglossus melekat kartilago hioid.

TEKNIK OPERASI

Page 21: Modul Sistrunk

TEKNIK OPERASI

Page 22: Modul Sistrunk

Kista beserta kartilago hioid dielevasi ke kranial sehingga dapat dilihat dan diikuti salurannya yang menuju ke arah dasar lidah. Bila perlu isi kista diaspirasi sebagian, kemudian dimasukkan metilin biru ke dalamnya sehingga saluran bisa nampak lebih jelas.

Saluran kista diikuti dan dibebaskan keproksimal sampai ujung. Bila perlu menggunakan tuntunan jari tangan asisten operator yang dimasukkan kedalam orofaring

Dibuat ligasi dengan benang sutera 2/0 pada ujung saluran, dan dipotong pada distal dari ligasi tersebut.Kontrol perdarahan

TEKNIK OPERASI

Page 23: Modul Sistrunk

Pasang drain handschoen. Untuk penderita yang rawat inap maka dipasang drain Redon .

Fasia koli dan lemak dijait lapis demi lapis dengan dexon atau vicryl 3/0, kulit dijahit simpul dengan dermalon atau ethilon 4/0 atau 5/0 drain difiksasi pada kulit.

TEKNIK OPERASI

Page 24: Modul Sistrunk

TEKNIK OPERASI

Page 25: Modul Sistrunk

Insisi s.d memotong ⅓ tengah tulang hioid sebagaimana prosedur Sistrunk

Diseksi secara hati-hati pada jaringan otot daerah suprahioid, untuk menemukan sisa duktus

Duktus proksimal dari tulang hioid diikuti secara makroskopis, dan dilakukan ligasi seproksimal mungkin sebelum dieksisi

MODIFIKASI PROSEDUR SISTRUNK

Page 26: Modul Sistrunk

KOMPLIKASI OPERASI

Komplikasi dini pasca operasi: Perdarahan

Infeksi. Fistel Residif

Page 27: Modul Sistrunk

PERAWATAN POST OPERASI

Infus dilanjutkan dari sisa kamar operasi, bila sudah sadar baik boleh minum sedikit-sedikit dan bila tidak ada gangguan bisa minum bebas, dan boleh makan.

Hari ke-3 handschoen drain dilepas, dan bisa dilanjutkan kontrol poliklinis.

Hari ke-7 jahitan kulit angkat.

Page 28: Modul Sistrunk

FOLLOW UP

Kontrol tiap tiga bulan selama 3 bulan

Kontrol tiap tiga bulan selama 3 bulan

Page 29: Modul Sistrunk

CECKLIST PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPERASI

No Daftar cek penuntun belajar prosedur operasiSudah

dikerjakanBelum

dikerjakan

PERSIAPAN PRE OPERASI1 Informed consent2 Laboratorium3 Pemeriksaan tambahan4 Antibiotik propilaksis5 Cairan dan Darah6 Peralatan dan instrumen operasi khusus

ANASTESI1 Narcose dengan general anesthesia

PERSIAPAN LOKAL DAERAH OPERASI1 Penderita diatur dalam posisi terlentang, pundak diganjal dengan bantal

(hiperekstensi)

2 Lakukan desinfeksi dan tindakan asepsis / antisepsis pada daerah operasi.

3 Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.TINDAKAN OPERASI

1 Insisi sesuai dengan indikasi operasi 2 Selanjutnya irisan diperdalam menurut jenis operasi tersebut diatas

3 Prosedur operasi sesuai kaidah bedahPERAWATAN PASCA BEDAH

1 Komplikasi dan penanganannya2 Pengawasan terhadap ABC3 Perawatan luka operasi

Page 30: Modul Sistrunk

MATOR SAKALANGKONG

Semoga Bermanfaat