Upload
yusuf-rakanda
View
33
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pelatihan menjadi tukang kayu
Citation preview
FURNITURE ATAU MEBEL
Oleh: M Yusuf Ismatullah
A. Latar Belakang
Industri kayu olahan untuk pasar ekspor mulai dikembangkan oleh perusahaan
di Indonesia pada tahun 1986. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah yang
melarang ekspor kayu bulat dan hanya mengizinkan ekspor kayu gergaji maupun kayu
olahan lainnya, seperti "furniture, laminating board, wood panel" dan lain sebagainya.
Pengembangan industri mebel dapat dilihat dari nilai ekspor barang jadi kayu yang pada
tahun 1986 berjumlah US $ 99 juta dan pada setiap tahun berikut baik menjadi US $ 527
juta pada tahun 1997.
Permintaan di luar negeri atas perabot rumah tangga maupun barang
komponen dari kayu, cukup mantap dan meningkat dari tahun ke tahun. Pada periode
krisis ekonomi yang melanda Indonesia masa kini, peningkatan ekspor barang-barang
dengan nilai tambah tinggi adalah salah satu langkah untuk mengatasi krisis. Industri
kayu olahan yang padat tenaga kerja dapat menciptakan peluang kerja dan dapat pula
menahan daya beli (konsumsi) di daerah di mana perusahaan ekspor tersebut berada.
Subsektor industri kayu olahan yang memproduksi perabot maupun komponen kayu
untuk pasar ekspor mempunyai prospek bisnis yang sangat baik, karena bahan baku,
tenaga kerja maupun sebagian besar dari faktor produksi lain berasal dari dalam negeri.
Hampir seluruh hasil produksi barang ekspor dari industri kayu tersebut dikirim ke para
pembeli di luar negeri dari pelabuan-pelabuhan di kota besar pulau Jawa, yaitu dari
Jakarta, Cirebon, Semarang dan Surabaya. Sasaran utama pasar domestik produk kayu
olahan tersebut adalah rumah tangga serta perusahaan dan lembaga di pulau Jawa.
Sebagian besar dari perusahaan yang bergerak di subsektor kayu olahan adalah
perusahaan skala kecil dan menengah. Sekitar 80 % dari perusahaan tersebut berada di
pulau Jawa bagian utara, karena tenaga kerja tersedia dengan jumlah besar dan biaya
upah memadai. Oleh karena kapasitas produksi terbatas dan peluang pasar lebih besar
dari kapasitas produksinya, produsen barang jadi kayu olahan skala UM/UB yang
1
mengekspor produksinya, sudah lama bekerjasama dengan kelompok-kelompok
pengarajin kayu.
Sejak pemerintah meluncurkan Program Kemitraan antara usaha menengah
atau besar dengan usaha kecil, peluang untuk menciptakan proyek kemitraan terpadu
antara kedua pihak menjadi fokus instansi pemerintah maupun dunia usaha industri kayu
olahan.. Menjadi kendala, industri kayu di Indonesia masih mengandalkan mesin impor
dari berbagai negara, terutama Jepang, Taiwan, China, Malaysia, Jerman, dan Italia,
karena industri mesin pengolahan kayu di Indonesia masih lemah. Dengan demikian,
Indonesia harus mengelola hutannya dengan baik dengan prinsip kelestarian lingkungan
dan kesinambungan, mengingat negara tujuan ekspor seperti Uni Eropa dan Amerika
Serikat, konsumennya sangat memperhatikan pengelolaan hutan lestari.
B. Usaha Kerajinan Kayu
Usaha kerajinan kayu bagi masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di
daerah pariwisata, umumnya merupakan usaha yang telah lama di tekuni dan merupakan
usaha turun temurun dari generasi sebelumnya. Daerah kunjungan wisata yang menonjol
untuk usaha ini antara lain adalah Bali, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan,
Irian Jaya dan Nusa Tenggara.
Barang-barang kerajinan kayu tersebut banyak diminati oleh wisatawan asing
yang berkunjung ke Indonesia. Bahkan, ada beberapa produk mainan yang sudah
diekspor ke manca negara, meskipun secara volume dan nilai ekspor belum dapat
bersaing dengan komoditi andalan yang lainnya, baik di sektor migas maupun non migas.
Khususnya barang-barang ekspor Indonesia di luar non migas yang berbahan kayu lebih
di dominasi oleh ekspor kayu lapis dan kayu olahan lainnya. Oleh karena itu, data ekspor
yang khusus kerajinan kayu dari BPS belum dapat di observasi secara langsung, masih
dikaitkan dengan ekspor barang-barang dari kayu laiinya. Bahan baku kayu bagi industri
kerajinan bisa dikatakan hampir tidak mempunyai batasan jenis dan ukuran. Bahkan,
limbah kayu pun dapat dimanfaatkan. Secara nasional, pengembangan usaha ini akan
memberikan dampak positif terhadap kenaikan efisiensi sumber daya alam Indonesia.
2
Secara umum jenis produk kerajinan kayu terdiri dari "art product" (Sebagian
besar pengerjaan tangan/seni), dan "mass product" (sebagian besar pengerjaan mesin dan
seni). Ketiga jenis pokok produk tersebut bentuk dan jenisnya sangat variatif dengan
jumlah yang relatif banyak. Ada yang berbentuk binatang, bunga-bungaan, buah-buahan,
ikan-ikanan, perabot rumah tangga, aksesoris, mainan anak dan jenis lainnya. Dari sisi
fungsinya, dibedakan menjadi barang seni (pajangan) dan barang seni sekaligus
fungsional seperti untuk perabotan rumah tangga.
Desain produk kerajinan kayu memerlukan inovasi dan kreativitas yang
dinamis, karena dari waktu ke waktu desain produk sangat cepat berubah sesuai dengan
selera pasar, khususnya dengan pasar orientasi ekspor. Desain dengan tujuan ekspor bisa
berasal dari order importir atau atas kreatifitas seniman/pengrajin kayu lokal. Bahan baku
yang di gunakan dalam pembuatan berbagai macam jenis produk kerajinan kayu
diantaranya adalah kayu sengon, jabon dan kayu jati. Sumber bahan baku tersebut
didapatkan secara lokal atau didatangkan dari luar daerah. Sedangkan bahan pembantu
yang digunakan biasanya terdiri dari berbagai jenis cat tembok, pewarna, semir.
Proses pembuatan kerajinan kayu merupakan gabungan proses mekanik
(pemotongan dan pemolaan kayu) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk
jadi secara manual). Ini merupakan hasil kerajinan yang mempunyai kandungan seni (art)
dan fungsional. Dalam proses pembuatannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :
pemotongan kayu gelondongan, pemotongan kayu sesuai dengan ukuran model produk,
pembentukan model-model produk dengan mesin bubut, pengukiran (pembentukan
produk jadi), pengamplasan, pewarnaan dan finishing.
Mesin dan peralatan yang digunakan untuk dalam pembuatan kerajinan kayu
dalam setiap tahapan sebagai berikut :
1. Tahap penyiapan bahan baku kayu umumnya menggunakan mesin potong kayu
dan alat pengering.
2. Tahap pembentukan di bantu oleh band saw kecil dan mesin potong handy
seperti gergaji dan pahat.
3
3. Tahap pembentukan halus atau pengukiran dengan menggunakan pahat.
4. Tahap penghalusan biasanya menggunakan amplas dan banyak menggunakan
tenaga manusia.
5. Tahap finishing biasanya di bantu dengan mesin semprot cat dan kuas untuk
mewarnai.
6. Tahap pengepakan untuk keperluan pengiriman.
C. Penentuan Jenis Jenis Kayu
Identifikasi jenis-jenis kayu merupakan salah satu bagian dari rangkaian
kegiatan pengujian dalam arti luas yaitu menentukan jenis kayu, mengukur dimensi kayu
untuk mendapatkan volume serta menetapkan mutu. Dari sisi produsen, kepastian suatu
jenis-jenis kayu penting artinya dalam proses produksi dan pemasaran. Masing-masing
jenis kayu mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda sehingga dalam
pengolahannya pun memerlukan penanganan yang berbeda pula. Sedangkan bagi
konsumen, ini akan lebih memudahkan untuk memilih kayu-kayu yang cocok untuk
kepentingannya. Untuk menentukan jenis-jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara
memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan
memeriksa sepotong kecil kayu. Pada umumnya dengan memerhatikan sifat kayu yang
mudah dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah,
dsb.
Penentuan jenis-jenis kayu dalam bentuk olahan mudah dilakukan dengan
memerhatikan sifat kasar yang mudah dilihat. Misalnya, kayu jati memiliki gambar
lingkaran tumbuh yang jelas. Namun, apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang
jadi, dimana sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat,
maka cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan
memeriksa sifat anatomi atau strukturnya.
4
Pada dasarnya terdapat 2 sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk
mengenal kayu, yaitu sifat fisik (sifat kasar atau makroskopis) dan sifat struktur (sifat
mikroskopis). Secara obyektif, sifat struktur lebih dapat diandalkan daripada sifat fisik
dalam mengenal atau menentukan jenis-jenis kayu. Namun untuk mendapatkan hasil
yang lebih dapat dipercaya, lebih baik kedua sifat dipergunakan secara bersama-sama,
karena sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam menentukan jenis.Menurut
Sunaryo (1997: 93) sifat fisik jenis-jenis kayu dapat diketahui secara jelas melalui panca
indera, baik dengan penglihatan, penciuman, perabaan, dsb tanpa menggunakan alat
bantu Diantaranya :
1. Warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,
2. Tekstur, penampilan sifat struktur pada bidang lintang,
3. Arah serat, arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,
4. Gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial
5. Berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis
6. Kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,
7. Lingkaran tumbuh,
8. Bau,
D. Konsep Dasar Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga
mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan
tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut.
Keuntungan utama mengeringkan kayu sebelum dijadikan produk, antara lain :
5
1. Membebaskan kayu dari serangan jamur.
2. Menstabilkan dimensi kayu, sehingga kayu tidak akan lagi mengalami
perubahan bentuk, retak maupun pecah.
3. Menjadikan warna kayu lebih cerah/terang.
4. Rendemen produk berkualitas baik meningkat.
5. Memudahkan kayu untuk dicat dan dipelitur (finishing).
Tiga syarat utama yang harus dipenuhi dalam mengeringkan kayu, yaitu:
1. Cukup energi panas
Energipanas digunakanuntuk memanaskan/menguapkan air dari dalam kayu, terutama
pada kayu yang kadar airnya sudah mencapai 30 %. Untuk mengeringkan kayu tersebut
hingga ke kadar air di bawah 15 % memerlukan penambahan panas.
2. Cukup kelembaban
Kelembaban ini disesuaikan dengan tingkat kadar air kayu.
3. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara yang baik dapat menghantarkan panas secara merata mengenai seluruh
permukaan kayu dari setiap tumpukan. Makin cepat peredaran udara semakin cepat kayu
mengering dan semakin merata tingkat kekeringannya. Sirkulasi udara yang normal
untuk pengeringan adalah 2 m/detik.
6
II. Kadar Air
A. Keseimbangan
Kadar airkeseimbangan (KA.k)adalah kadar air kayu pada kondisi dimana kayu tidak
akan mengeluarkan atau menyerap air kembali ke/dari lingkungannya. Kadar air kayu
kering yang dipersyaratkan tidak sama untuk setiap tujuan pemakaian. Dasar penentuan
kekeringan kayu adalah dengan mempertimbangkan KA.k tempat tujuan produk kayu
nantinya, agar dimensi kayu tetap stabil selama pemakaian. Nilai kadar air untuk setiap
tujuan penggunaan kayu dapat dilihat pada Tabel 1,sedangkan kadar air keseimbangan
kayu di beberapa wilayah di Pulau Jawa, dalam Tabel 2.
Tabel 1. Batas kadar air kayu untuk setiap tujuan pemakaian
Kadar air Tujuan pemakaian
20%
17 – 16%
15%
13 – 11%
12 – 10%
10% - 9%
9 - 7%
Kayu terhindar dari serangan jamur pewarna dan bubuk kayu basah
Pintu luar, alat pertanian, kursi kebun
Kayu untuk kegunaan umum
Mebel kayu, pintu dalam ruangan yang kadang dipanasi/ berpendingin
Produk kayu dan lantai kayu dalam ruangan yang terus menerus
dipanasi atau berpendingin
Produk kayu yang dekat dengan sumber panas atau berpendingin
Lantai kayu yang di atasnya ada pemanas
Peralatan musik
7
5 – 7%
10 – 8%
Bahan kemasan
Tabel 2. Kadar air keseimbangan berbagai daerah di Pulau Jawa
No. Lokasi Kadar air Keseimbangan
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Bandung
Bogor
Cepu, Bojonegoro
Cirebon Garut
Jember
Jombang
Madiun
Majalengka
Malang
Ngawi
Probolinggo
Purwokerto
11 – 17
12 – 19
10 – 16
11 – 16
11 – 16
11 – 17
10 – 14
10 – 15
10 – 16
11 – 17
11 – 15
11 – 13
8
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Salatiga
DKI. Jakarta, Semarang, Jepara
Sukabumi
Surabaya
Tasikmalaya
Tuban
Yogyakarta
10 – 16
12 – 19
11 – 15
11 – 19
13 - 16
11 – 16
10 – 13
10 – 17
B. Pengukuran Kadar Air Kayu di Lapangan
Kadar air kayu dapat ditetapkan secara langsung dan cepat dengan menggunakan
alat pengukur kadar air (Gambar 1).
9
Gambar 1. Alat pengukur kadar air
II. Teknik Pengeringan
Kayu dapat mengering dengan cepat tanpa menurunkan kualitasnya bergantung pada : 1)
kondisi alat pengeringan, 2) teknik penumpukan, 3) penggunaan bagan pengeringan. Cara
mempertahankan tingkat kekeringan dan kualitas kayu yang sudah kering sangat
bergantung pada kondisi gudang penyimpanan dan penataan kayu tersebut.
Pelaksanaan pengeringan meliputi kegiatan persiapan, pengamatan proses pengeringan
dan pencegahan cacat.
10
A. Persiapan pengeringan kayu
Kayu yang akan dikeringkan sebaiknya disusun secara horizontal menggunakan ganjal
dengan kriteria seperti tercantum pada Tabel 3, serta permukaan tumpukan yang paling
atas diberi beban pemberat. Sticker atau ganjal sebaiknya dibuat dari kayu sejenis
dengan kayu yang akan dikeringkan, lurus, bebas mata kayu, kering dan awet agar kayu
dapat mengering tanpa mengalami cacat bentuk dan noda warna. Agar sirkulasi udara
dapat bebas dan merata, maka tumpukan diberi ganjal pembatas dengan tumpukan di
atasnya (Gambar 2) dan harus ada ruang kosong antara kayu dengan dinding dan langit-
langit ruang pengering.
Sebaiknya kayu dikelompokkan menurut ketebalan yang sama, kemudian apabila
memungkinkan sesuaikan lebar dan panjang kayu. Kayu paling tebal sebaiknya
diletakkan di bawah dan kayu yang lebih tipis di atasnya. Siapkan tumpukan ini di luar
pintu dapur pengeringan. Apabila terdapat keterbatasan alat kerja, penumpukan bisa
dilakukan langsung di dalam ruang pengering secara manual.
Tabel 3. Hubungan antara tebal kayu dengan tebal dan jarak ganjal
Tebal kayu (cm) Tebal ganjal (cm) Jarak antar ganjal (cm)
2,0 2,0 30 – 50
2,5 2,5 30 – 50
3,0 2,5 60
4,0 3,0 60
11
5,0 3,5 60
6,0 3,5 90
Gambar 2 a. Cara penumpukan kayu dengan lebar papan tidak seragam
12
Gambar 2 b. Sirkulasi udara pada tumpukan yang tidak lurus bagian pinggirnya
13
Gambar 2 c. Teknik penumpukan kayu secara benar
Gambar 2d. Teknik penumpukan kayu yang salah
14
B. Proses Pengeringan
Distribusi panas bisa mulai dilakukan setelah pintu pengering tertutup. Pada awal proses
gunakan suhu rendah, berkisar antara 40 - 50°C (bergantung pada jenis dan kondisi
kayu). Suhu dinaikkan secara perlahanlahan dan disesuaikan dengan tingkat penurunan
kadar air. Jika kayu tahan terhadap panas, setelah kadar air mencapai di bawah 20%, suhu
bisa dinaikkan hingga 80°C atau lebih.
Yang penting diperhatikan adalah menjaga kualitas kayu hingga level MC memenuhi
syarat.Untuk itu selama proses pengeringan perlu pengawasan selama 24 jam. Agar udara
bisa terdistribusi secara merata ke seluruh bagian kayu, penting memperhatikan cara
penumpukan di dalam ruang pengering (Gambar 3). Kapasitas ruangan untuk dapur
pengeringan yang ideal, sekitar 25 M3.
Pengamatan jalannya pengeringan penting dilakukan agar perkembangan kadar air
dan cacat yang terjadi dapat diketahui. Suhu dan kelembaban ruangan dipantau secara
berkala agar kualitas kayu yang sedang dikeringkan tetap terjaga. Untuk memudahkan
pengontrolan suhu dalam ruangan, dapat digunakan alat thermocouple yang bisa dipasang
di luar ruangan. Bila suhu ruangan terlalu kering, maka perlu segera dilakukan
penyemprotan dengan air. Demikian pula bila panas ruangan tidak terpenuhi di musim
15
hujan atau di malam hari, bisa dinyalakan tungku. Suhu tungku yang diinginkan dapat
dicapai dan dipertahankan dengan cara mengatur volume bahan bakar atau besar
kecilnya pengapian tungku.
Untuk mengetahui perkembangan kadar air kayu setiap saat, maka dari sejumlah
sortimen yang akan dikeringkan dipilih beberapa contoh secara acak untuk diamati kadar
airnya secara berkala. Pengeringan dihentikan apabila kadar air dari contoh-contoh uji
terpilih telah memenuhi persyaratan yang diminta. Untuk mendapatkan data yang akurat,
hasil pengukuran kadar air akhir pengeringan menggunakan alat dibandingkan juga
dengan hasil pengukuran menggunakan metode oven.
C. Cacat pengeringan kayu dan pencegahannya
Pencegahan terjadinya retak, pecah dan perubahan bentuk terhadap jenisjenis kayu yang
kadar resinnya tinggi atau mengandung tilosis dalam lumennya dapat ditanggulangi
dengan melakukan penumpukan yang benar seperti telah dijelaskan sebelumnya, serta
mengukusi kayu selama beberapa waktu, kemudian menutupi kedua ujungnya dengan
flinkut. Kegiatan ini dilakukan sebelum kayu dikeringkan. Selama pengeringan, suhu dan
kelembaban ruangan selalu dipantau agar tidak terjadi perubahan suhu dan kelembaban
yang tidak terkendali.
Untuk jenis-jenis kayu yang peka terhadap jamur, supaya dikeringkan sesegera
mungkin menggunakan suhu minimum 55oC.
16
Gambar 4. Perubahan bentuk kayu karena pengeringan
III. Penanganan Kayu Setelah Dikeringkan
Penanganan kayu/sortimen yang telah kering perlu dilakukan agar kualitas kayu tidak
mengalami penurunan. Seperti diketahui, kayu adalah bahan yang bersifat higroskopis,
yaitu dapat menyerap dan mengeluarkan air kembali sesuai dengan suhu dan kelembaban
lingkungannya, hingga tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kayu yang sudah
kering bila ditempatkan di lingkungan luar yang tidak terlindungi dari curah hujan dan
panas atau penempatannya di atas lantai yang tergenang air, lama kelamaan kadar airnya
akan naik kembali. Oleh karena itu, penanganan terhadap kayu yang telah dikeringkan
perlu dilakukan secara hati-hati agar kualitasnya tetap terjaga.
17
Beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mempertahankan kadar air kayu agar tidak
berubah setelah dikeringkan, antara lain adalah :
1. Kayu kering setelah keluar ruang pengeringan harus diletakkan di area
yang terlindung dari panas dan hujan. Jangan disatukan dengan tumpukan kayu
basah karena akan menyerap air kembali.
2. Cara menumpuk kayu kering sama seperti cara menumpuk kayu ketika
proses pengeringan berlangsung (Gambar 5).
3. Atap bangunan terbuat dari seng dan terdapat dinding dengan ventilasi
udara yang baik. Sirkulasi udara dijaga agar tetap merata dan akan lebih baik lagi
kalau terdapat fan/kipas di dalam bangunan tersebut.
4. Apabila penyimpanan dilakukan di musim penghujan, maka sebaiknya di
dalam bangunan dipasang alat pemanas ruangan.
5. Menutupi permukaan kedua ujung sortimen dengan flinkut atau cat agar
air tidak masuk kembali melalui kedua ujung tersebut.
6. Kayu olahan yang akan diekspor, dibungkus rapat dengan bahan atau
plastik yang kedap air.
18
Gambar 5a. Cara penumpukan kayu kering secara benar
19
Gambar 5b. Cara penumpukan kayu kering yang salah
D. Assembling
(di video dan format ppt)
E. Pengertian Finishing Kayu
Finishing merupakan lapisan paling akhir pada permukaan kayu. Proses ini
bertujuan untuk (1)memberikan nilai estetika yang lebih baik pada perabot kayu dan juga
berfungsi untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna, tekstur atau
kualitas ketahanan permukaan pada material tertentu. Tujuan kedua adalah (2) untuk
melindungi kayu dari kondisi luar (cuaca, suhu udara dll) ataupun benturan dengan
barang lain (Crump, 1993: 79). Dengan kata lain untuk menambah daya tahan dan
keawetan produk kayu.Material yang digunakan untuk finishing bisa bermacam-macam.
20
Cara aplikasinya pun berbeda-beda. Dilihat dari jenis material, pada dasarnya ada 2
macamjenis finishing,yaitu:
1. Finishing bahan padat, material ini 100% menutupi permukaan kayu dan
menyembunyikan tampak aslinya. Fisik bahan ini berupa lembaran atau rol. Paling baik
dengan aplikasi secara masinal 100% dan populer untuk pemakaian furniture indoor
dengan bahan dasar plywood, MDF, hardboard, softboard dan jenis lembaran lainnya.
2. Finishing bahan cairan, sangat banyak jenis dan variasi aplikasinya. Paling
populer digunakan pada hampir seluruh jenis furniture kayu. Bersifat lebih fleksibel
daripada finishing dari jenis bahan yang padat. Sangat baik untuk finishing permukaan
bidang lebar ataupun yang melengkung. Pada teknologi terbaru sekarang ini, jenis
finishing akhir cairan bisa memiliki kualitas yang sama kuatnya pada permukaan yang
lebar. Jenis bahan finishing cair yang telah digunakan saat ini antara lain Oil, Politur,
Nitro Cellulose (NC), Melamine, PolyUrethane (PU), dan yang sedang populer saat ini
adalah Waterbased Lacquer.Semua bahan finishing cair di atas membutuhkan minyak
sebagai bahan pencair kecuali WaterBased Lacquer, menggunakan air sebagai bahan
pencairnya.
E. Finishing Kayu
1. Pengertian Finishing
Finishing untuk kayu (wood finish) adalah suatu proses pelapisan akhir pada
permukaan kayu atau material lain yang berbahan dasar kayu dengan tujuan untuk :
1. Meningkatkan nilai estetika
2. Melindungi permukaan kayu dari kerusakan
3. Memberi lapisan yang mudah untuk pemeliharaan/perawatan.
Wood finish dapat dibedakan dalam 2 golongan besar, yaitu :
1. Opaque finish
21
Wood finish golongan ini akan menyebabkan permukaan kayu menjadi tertutup
sama sekali sehingga tepat digunakan untuk kayu/material wood base dengan nilai
dekoratif yang rendah.
Opaque finish dapat dilakukan dengan menggunakan cat minyak (synthetic
enamel), cat duco, atau pigmented-paint lainnya.
2. Clear finish
Clear finish sifatnya akan memunculkan keindahan alami dari kayu, sehingga
serat kayu akan terlihat menambah keindahan kayu tersebut.. Dengan demikian
pekerjaan clear finish akan lebih baik menggunakan bahan cat yang non-
pigmented seperti pernis (synthetic varnish), sirlak (shellac), politur,dan lacquer,
misalnya cat melamik, cat NC, dll.
Penggunaan bahan cat dalam kedua golongan wood finish di atas sangat tergantung dari :
1. Penempatan benda yang akan difinishing, yaitu eksterior atau interior
2. Kesan akhir yang diharapkan, misalnya natural atau lux. Kesan natural biasanya
menggunakan cat 1 komponen yang bersifat low-build sehingga lapisan catnya
mengikuti kontur dan tekstur kayu, sedangkan kesan lux bisa didapat dengan
menggunakan cat 2 komponen yang bersifat high-build sehingga membentuk
lapisan cat yang lebih tebal, rata dan halus.
3. Alat aplikasi yang tersedia, misalnya jika hanya memiliki kuas, maka kita mencari
cat yang lebih lambat kering agar hasil pengecatan tetap rata dan tidak ada jejak
bekaskuas(brush-mark).
2. Aplikasi Finishing Kayu
Bahan yang mahal tidak menjamin hasil finishing yang baik dan berkualitas.
Banyak faktor yang ikut menentukan kualitas hasil finishing. Cara aplikasi merupakan
salah satu faktor yang penting menentukan kualitas hasil. Ada beberapa cara aplikasi
22
finishing menyesuaikan dengan jenis bahan dan kualitas akhir yang diinginkan. Satu jenis
bahan finishing tidak menutup kemungkinan untuk memakai lebih dari satu cara aplikasi.
Berikut ini beberapa cara aplikasi finishing.
a. Dipping (celup) .Lebih dikenal juga dengan istilah perendaman. Bahan
finishing diletakkan dalam suatu bejana/tangki kemudian benda kerja dicelupkan ke
dalam tangki tersebut. Proses in bertujuan agar seluruh permukaan benda kerja, terutama
pada bagian sudut & tersembunyi bisa terlapisi bahan finishing..
b. Wiping (pemolesan dengan kain) Proses ini sebaiknya tidak dipakai sebagai
proses awal/dasar. Walaupun demikian beberapa bahan finishing tertentu hanya bisa
diaplikasikan dengan cara ini, misalnya politur. Kualitas permukaan lebih baik dari
proses celup tapi membutuhkan waktu lebih lama.
c.Brush (kuas).Merupakan cara paling murah dan mudah di antara yang lain.
Hanya saja harus hati-hati dalam memilih kuas yang berkualitas. Bahan finishing yang
cocok untuk cara ini termasuk cat, varnish dan pewarna. Sebagaimana ujung kuas, hasil
permukaan finishing tidak sehalus dan serata aplikasi spray atau poles.
d. Spray (semprot) Membutuhkan beberapa alat tambahan khusus tapi tidak
terlalu mahal. Alat utama yang diperlukan adalah kompressor untuk membuat tekanan
udara dan spray gun, suatu alat untuk menyemprotkan bahan finishing bersamaan dengan
udara bertekanan ke bidang kerja. Dengan pengaturan tertentu pada kekuatan tekanan,
jumlah material yang disemprotkan, cara ini menghasilkan bidang permukaan yang
sangat baik, halus dan cepat. Saat ini metode spray menjadi dasar dari hampir semua jenis
bahan finishing lacquer dengan berbagai variasi jenis alat semprot (sprayer), dari yang
manual hingga otomatis.Proses yang bisa dilakukan dengan cara spray meliputi lapisan
dasar, pewarnaan (lapisan kedua) hingga lapisan akhir.
e.Shower (curah) Metode ini diimplementasikan pada mesin finishing curtain
(tirai), bahan finishing dicurahkan ke permukaan benda kerja dengan volume dan
kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan tipis di atas permukaan benda kerja. Cara
23
pengeringannya tergantung bahan finishing yang digunakan. Kebanyakan digunakan oleh
pabrik flooring (parket) atau furniture indoor lainnya yang memakai papan buatan.
f. Rolling. Prinsipnya sama dengan roller yang dipakai untuk mengecat tembok,
tetapi yang dimaksud disini adalah alat aplikasi sebuah mesin roller yang seluruh
permukaannya terbalut dengan bahan finishing cair dan benda kerja (papan) mengalir di
bawahnya. Hanya roller bagian atas yang terbalut dengan bahan finishing, sedangkan
roller bagian bawah hanya berfungsi untuk mengalirkan benda kerja ke dalam mesin.
Jenis bahan finishing yang digunakan adalah UV lacquer, melamine, NC lacquer.
3. Jenis Bahan Finishing Kayu
Sebelum menentukan jenis bahan finishing, perlu melihat dan menentukan hasil
seperti apakah diinginkan. Dengan kata lain alasan mana yang paling menjadi prioritas
menerapkan finishing pada sebuah produk kayu. Apakah (1) keawetan, (2) estetika, (3)
kemudahan aplikasi, (4) biaya atau (5) lingkungan.Bahan finishing dikategorikan pada
beberapa jenis sebagai berikut:
a. Oil .
Merupakann jenis finishing paling sederhana dan mudah aplikasinya. Bahan
ini tidak membentuk lapisan 'film' pada permukaan kayu. Oil meresap ke dalam pori-pori
kayu dan tinggal di di dalamnya untuk mencegah air keluar atau masuk dari pori-pori
kayu. Cara aplikasinya mudah dengan cara menyiram, merendam atau melumuri benda
kerja dengan oil kemudian dibersihkan dengan kain kering.Bahan ini tidak memberikan
keawetan pada aspek benturan, goresan ataupun benturan fisik lainnya.
b.Politur
Bahan dasar finishing ini adalah Shellac yang berwujud serpihan atau
batangan kemudian dicairkan dengan alkohol. Anda juga bisa memperolehnya dalam
bentuk siap pakai (sudah dicampur alkohol pada proporsi yang tepat). Di sini alkohol
24
bekerja sebagai pencair (solvent). Setelah diaplikasikan ke benda kerja, alkohol akan
menguap. Aplikasi dengan cara membasahai kain (sebaiknya yg mengandung katun) dan
memoleskannya secara berkala pada permukaan layu hingga mendapatkan lapisan tipis
finishing (film) pada permukaan kayu. Semakin banyak polesan akan membuat lapisan
semakin tebal.
c.NCLacquer
Jenis yang saat ini populer dan mudah diaplikasikan adalah NC
(NitroCellulose) lacquer. Bahan finishing ini terbuat dari resin Nitrocellulose/alkyd yang
dicampur dengan bahan 'solvent' yang cepat kering, yang kita kenal dengan sebutan
thinner. Bahan ini tahan air (tidak rusak apabila terkena air) tapi masih belum kuat
menahan goresan. Kekerasan lapisan film NC tidak cukup keras untuk menahan benturan
fisik. Bahkan walaupun sudah kering, NC bisa 'dikupas' menggunakan bahan pencairnya
(solvent/thinner). Cara aplikasinya dengan system spray (semprot) dengan tekanan udara.
d.Melamine
Sifatnya hampir sama dengan bahan lacquer. Memiliki tingkat kekerasan
lapisan film lebih tinggi dari lacquer akan tetapi bahan kimia yang digunakan akhir-akhir
ini menjadi sorotan para konsumen karena berbahaya bagi lingkungan. Melamine
mengandung bahan Formaldehyde paling tinggi di antara bahan finishing yang lain.
Formaldehyde ini digunakan untuk menambah daya ikat molekul bahan finishing.
e.PU(Poly Urethane)
Lebih awet dibandingkan dengan jenis finishing sebelumnya dan lebih tebal
lapisan filmnya. bahan finishing membentuk lapisan yang benar-benar menutup
permukaan kayu sehingga terbentuk lapisan seperti plastik. Memiliki daya tahan terhadap
air dan panas sangat tinggi. Sangat baik untuk finishing produk outdoor, kusen dan pintu
luar atau pagar.Proses pengeringannya juga menggunakan bahan kimia cair yang cepat
menguap.
f.UV Lacquer
Satu-satunya aplikasi yang paling efektif saat ini dengan 'curtain method'.
25
Suatu metode aplikasi seperti air curahan yang membentuk tirai. Benda kerja diluncurkan
melalui 'tirai' tersebut dengan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan yang
cukup tipis pada permukaan kayu. Disebut UV lacquer karena bahan finishing ini hanya
bisa dikeringkan oleh sinar Ultra Violet (UV).Paling tepat untuk benda kerja dengan
permukaan lebar papan atau plywood.
g.Waterbased Lacquer
Jenis finishing yang paling populer akhir-akhir ini bagi para konsumen di
Eropa. Menggunakan bahan pencair air murni (yang paling baik) dan resin akan
tertinggal di permukaan kayu. Proses pengeringannya otomatis lebih lama dari jenis
bahan finishing yang lain karena penguapan air jauh lebih lambat daripada penguapan
alkohol ataupun thinner. Namun kualitas lapisan film yang diciptakan tidak kalah baik
dengan NC atau melamine. Tahan air dan bahkan sekarang sudah ada jenis waterbased
lacquer yang tahan goresan.Keuntungan utama yang diperoleh dari bahan jenis ini adalah
lingkungan dan sosial. Di samping para karyawan ruang finishing lebih sehat, reaksi
penguapan bahan kimia juga lebih kecil di rumah konsumen.
Daftar Pustaka
Agus Sunaryo, (1995). Peningkatan Produktivitas Bagian Finishing Melalui Aspek
Aplikasi. Semarang: Pusat Pengembangan & Pelatihan Industri Kayu (PPPIK-
PIKA).
Agus Sunaryo. ( 1997).Reka Oles Mebel Kayu, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Derrick, Crump (1993). The Complete Guide to Wood Finishes. Australia: Simon&
Shuster
http://www.tentangkayu.com/2008/01/jenis-bahan-finishing-kayu.htm
http://www.anneahira.com/kayu/kerajinan-kayu.htm
26
http://www.tentangkayu.com/2008/01/aplikasi-finishing-kayu-saat-ini.html
TEKNIK FINISHING KAYU
Oleh: Dr. Tri Hartiti Retnowati
Makalah disampaikan dalam rangka Pengabdian Pada Masyarakat
Pelatihan Teknik Finishing Dengan Menerapkan
Berbagai Macam Warna Pada Karya Kerajinan Kayu
di Home Industri ”Agung Handicraft”
Prambanan Sleman Yogyakarta.
27
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
2009
28