37
FURNITURE ATAU MEBEL Oleh: M Yusuf Ismatullah A. Latar Belakang Industri kayu olahan untuk pasar ekspor mulai dikembangkan oleh perusahaan di Indonesia pada tahun 1986. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah yang melarang ekspor kayu bulat dan hanya mengizinkan ekspor kayu gergaji maupun kayu olahan lainnya, seperti "furniture, laminating board, wood panel" dan lain sebagainya. Pengembangan industri mebel dapat dilihat dari nilai ekspor barang jadi kayu yang pada tahun 1986 berjumlah US $ 99 juta dan pada setiap tahun berikut baik menjadi US $ 527 juta pada tahun 1997. Permintaan di luar negeri atas perabot rumah tangga maupun barang komponen dari kayu, cukup mantap dan meningkat dari tahun ke tahun. Pada periode krisis ekonomi yang melanda Indonesia masa kini, peningkatan ekspor barang- barang dengan nilai tambah tinggi adalah salah satu langkah untuk mengatasi krisis. Industri kayu olahan yang padat tenaga kerja dapat menciptakan peluang kerja dan dapat pula menahan daya beli (konsumsi) di daerah di mana perusahaan ekspor tersebut berada. Subsektor industri kayu olahan yang memproduksi perabot maupun komponen kayu untuk pasar ekspor mempunyai prospek bisnis yang sangat baik, karena bahan baku, tenaga kerja maupun sebagian besar dari faktor 1

Modul Industri Kayu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pelatihan menjadi tukang kayu

Citation preview

Page 1: Modul Industri Kayu

FURNITURE ATAU MEBEL

Oleh: M Yusuf Ismatullah

A. Latar Belakang

Industri kayu olahan untuk pasar ekspor mulai dikembangkan oleh perusahaan

di Indonesia pada tahun 1986. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah yang

melarang ekspor kayu bulat dan hanya mengizinkan ekspor kayu gergaji maupun kayu

olahan lainnya, seperti "furniture, laminating board, wood panel" dan lain sebagainya.

Pengembangan industri mebel dapat dilihat dari nilai ekspor barang jadi kayu yang pada

tahun 1986 berjumlah US $ 99 juta dan pada setiap tahun berikut baik menjadi US $ 527

juta pada tahun 1997.

Permintaan di luar negeri atas perabot rumah tangga maupun barang

komponen dari kayu, cukup mantap dan meningkat dari tahun ke tahun. Pada periode

krisis ekonomi yang melanda Indonesia masa kini, peningkatan ekspor barang-barang

dengan nilai tambah tinggi adalah salah satu langkah untuk mengatasi krisis. Industri

kayu olahan yang padat tenaga kerja dapat menciptakan peluang kerja dan dapat pula

menahan daya beli (konsumsi) di daerah di mana perusahaan ekspor tersebut berada.

Subsektor industri kayu olahan yang memproduksi perabot maupun komponen kayu

untuk pasar ekspor mempunyai prospek bisnis yang sangat baik, karena bahan baku,

tenaga kerja maupun sebagian besar dari faktor produksi lain berasal dari dalam negeri.

Hampir seluruh hasil produksi barang ekspor dari industri kayu tersebut dikirim ke para

pembeli di luar negeri dari pelabuan-pelabuhan di kota besar pulau Jawa, yaitu dari

Jakarta, Cirebon, Semarang dan Surabaya. Sasaran utama pasar domestik produk kayu

olahan tersebut adalah rumah tangga serta perusahaan dan lembaga di pulau Jawa.

Sebagian besar dari perusahaan yang bergerak di subsektor kayu olahan adalah

perusahaan skala kecil dan menengah. Sekitar 80 % dari perusahaan tersebut berada di

pulau Jawa bagian utara, karena tenaga kerja tersedia dengan jumlah besar dan biaya

upah memadai. Oleh karena kapasitas produksi terbatas dan peluang pasar lebih besar

dari kapasitas produksinya, produsen barang jadi kayu olahan skala UM/UB yang

1

Page 2: Modul Industri Kayu

mengekspor produksinya, sudah lama bekerjasama dengan kelompok-kelompok

pengarajin kayu.

Sejak pemerintah meluncurkan Program Kemitraan antara usaha menengah

atau besar dengan usaha kecil, peluang untuk menciptakan proyek kemitraan terpadu

antara kedua pihak menjadi fokus instansi pemerintah maupun dunia usaha industri kayu

olahan.. Menjadi kendala, industri kayu di Indonesia masih mengandalkan mesin impor

dari berbagai negara, terutama Jepang, Taiwan, China, Malaysia, Jerman, dan Italia,

karena industri mesin pengolahan kayu di Indonesia masih lemah. Dengan demikian,

Indonesia harus mengelola hutannya dengan baik dengan prinsip kelestarian lingkungan

dan kesinambungan, mengingat negara tujuan ekspor seperti Uni Eropa dan Amerika

Serikat, konsumennya sangat memperhatikan pengelolaan hutan lestari.

B. Usaha Kerajinan Kayu

Usaha kerajinan kayu bagi masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di

daerah pariwisata, umumnya merupakan usaha yang telah lama di tekuni dan merupakan

usaha turun temurun dari generasi sebelumnya. Daerah kunjungan wisata yang menonjol

untuk usaha ini antara lain adalah Bali, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan,

Irian Jaya dan Nusa Tenggara.

Barang-barang kerajinan kayu tersebut banyak diminati oleh wisatawan asing

yang berkunjung ke Indonesia. Bahkan, ada beberapa produk mainan yang sudah

diekspor ke manca negara, meskipun secara volume dan nilai ekspor belum dapat

bersaing dengan komoditi andalan yang lainnya, baik di sektor migas maupun non migas.

Khususnya barang-barang ekspor Indonesia di luar non migas yang berbahan kayu lebih

di dominasi oleh ekspor kayu lapis dan kayu olahan lainnya. Oleh karena itu, data ekspor

yang khusus kerajinan kayu dari BPS belum dapat di observasi secara langsung, masih

dikaitkan dengan ekspor barang-barang dari kayu laiinya. Bahan baku kayu bagi industri

kerajinan bisa dikatakan hampir tidak mempunyai batasan jenis dan ukuran. Bahkan,

limbah kayu pun dapat dimanfaatkan. Secara nasional, pengembangan usaha ini akan

memberikan dampak positif terhadap kenaikan efisiensi sumber daya alam Indonesia.

2

Page 3: Modul Industri Kayu

Secara umum jenis produk kerajinan kayu terdiri dari "art product" (Sebagian

besar pengerjaan tangan/seni), dan "mass product" (sebagian besar pengerjaan mesin dan

seni). Ketiga jenis pokok produk tersebut bentuk dan jenisnya sangat variatif dengan

jumlah yang relatif banyak. Ada yang berbentuk binatang, bunga-bungaan, buah-buahan,

ikan-ikanan, perabot rumah tangga, aksesoris, mainan anak dan jenis lainnya. Dari sisi

fungsinya, dibedakan menjadi barang seni (pajangan) dan barang seni sekaligus

fungsional seperti untuk perabotan rumah tangga.

Desain produk kerajinan kayu memerlukan inovasi dan kreativitas yang

dinamis, karena dari waktu ke waktu desain produk sangat cepat berubah sesuai dengan

selera pasar, khususnya dengan pasar orientasi ekspor. Desain dengan tujuan ekspor bisa

berasal dari order importir atau atas kreatifitas seniman/pengrajin kayu lokal. Bahan baku

yang di gunakan dalam pembuatan berbagai macam jenis produk kerajinan kayu

diantaranya adalah kayu sengon, jabon dan kayu jati. Sumber bahan baku tersebut

didapatkan secara lokal atau didatangkan dari luar daerah. Sedangkan bahan pembantu

yang digunakan biasanya terdiri dari berbagai jenis cat tembok, pewarna, semir.

Proses pembuatan kerajinan kayu merupakan gabungan proses mekanik

(pemotongan dan pemolaan kayu) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk

jadi secara manual). Ini merupakan hasil kerajinan yang mempunyai kandungan seni (art)

dan fungsional. Dalam proses pembuatannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

pemotongan kayu gelondongan, pemotongan kayu sesuai dengan ukuran model produk,

pembentukan model-model produk dengan mesin bubut, pengukiran (pembentukan

produk jadi), pengamplasan, pewarnaan dan finishing.

Mesin dan peralatan yang digunakan untuk dalam pembuatan kerajinan kayu

dalam setiap tahapan sebagai berikut :

1. Tahap penyiapan bahan baku kayu umumnya menggunakan mesin potong kayu 

dan alat pengering.

2. Tahap pembentukan di bantu oleh band saw kecil dan mesin potong handy

seperti gergaji dan pahat.

3

Page 4: Modul Industri Kayu

3. Tahap pembentukan halus atau pengukiran dengan menggunakan pahat.

4. Tahap penghalusan biasanya menggunakan amplas dan banyak menggunakan

tenaga manusia.

5. Tahap finishing biasanya di bantu dengan mesin semprot cat dan kuas untuk

mewarnai.

6. Tahap pengepakan untuk keperluan pengiriman.

C. Penentuan Jenis Jenis Kayu

Identifikasi jenis-jenis kayu merupakan salah satu bagian dari rangkaian

kegiatan pengujian dalam arti luas yaitu menentukan jenis kayu, mengukur dimensi kayu

untuk mendapatkan volume serta menetapkan mutu.   Dari sisi produsen, kepastian suatu

jenis-jenis kayu penting artinya dalam proses produksi dan pemasaran.  Masing-masing

jenis kayu mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda sehingga dalam

pengolahannya pun memerlukan penanganan yang berbeda pula.  Sedangkan bagi

konsumen, ini akan lebih memudahkan untuk memilih kayu-kayu yang cocok untuk

kepentingannya. Untuk menentukan jenis-jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara

memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan

memeriksa sepotong kecil kayu. Pada umumnya dengan memerhatikan sifat kayu yang

mudah dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah,

dsb.

Penentuan jenis-jenis kayu dalam bentuk olahan mudah dilakukan dengan

memerhatikan sifat kasar yang mudah dilihat.  Misalnya, kayu jati memiliki gambar

lingkaran tumbuh yang jelas. Namun, apabila kayu tersebut diamati  dalam bentuk barang

jadi, dimana sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat,

maka cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan

memeriksa sifat anatomi atau strukturnya. 

4

Page 5: Modul Industri Kayu

Pada dasarnya terdapat 2 sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk

mengenal kayu, yaitu sifat fisik (sifat kasar atau makroskopis) dan sifat struktur (sifat

mikroskopis).  Secara obyektif, sifat struktur lebih dapat diandalkan daripada sifat fisik

dalam mengenal atau menentukan jenis-jenis kayu.  Namun untuk mendapatkan hasil

yang lebih dapat dipercaya, lebih baik kedua sifat dipergunakan secara bersama-sama,

karena sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam menentukan jenis.Menurut

Sunaryo (1997: 93) sifat fisik jenis-jenis kayu dapat diketahui secara jelas melalui panca

indera, baik dengan penglihatan,  penciuman,  perabaan, dsb tanpa menggunakan alat

bantu Diantaranya :

   1. Warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,

   2. Tekstur, penampilan sifat struktur pada bidang lintang,

   3. Arah serat, arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,

   4. Gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial

   5. Berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis

   6. Kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,

   7. Lingkaran tumbuh,

   8. Bau,

D. Konsep Dasar Pengeringan Kayu

Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga

mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan

tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut.

Keuntungan utama mengeringkan kayu sebelum dijadikan produk, antara lain :

5

Page 6: Modul Industri Kayu

1. Membebaskan kayu dari serangan jamur.

2. Menstabilkan dimensi kayu, sehingga kayu tidak akan lagi mengalami

perubahan bentuk, retak maupun pecah.

3. Menjadikan warna kayu lebih cerah/terang.

4. Rendemen produk berkualitas baik meningkat.

5. Memudahkan kayu untuk dicat dan dipelitur (finishing).

Tiga syarat utama yang harus dipenuhi dalam mengeringkan kayu, yaitu:

1. Cukup energi panas

Energipanas digunakanuntuk memanaskan/menguapkan air dari dalam kayu, terutama

pada kayu yang kadar airnya sudah mencapai 30 %. Untuk mengeringkan kayu tersebut

hingga ke kadar air di bawah 15 % memerlukan penambahan panas.

2. Cukup kelembaban

Kelembaban ini disesuaikan dengan tingkat kadar air kayu.

3. Sirkulasi udara

Sirkulasi udara yang baik dapat menghantarkan panas secara merata mengenai seluruh

permukaan kayu dari setiap tumpukan. Makin cepat peredaran udara semakin cepat kayu

mengering dan semakin merata tingkat kekeringannya. Sirkulasi udara yang normal

untuk pengeringan adalah 2 m/detik.

6

Page 7: Modul Industri Kayu

II. Kadar Air

A. Keseimbangan

Kadar airkeseimbangan (KA.k)adalah kadar air kayu pada kondisi dimana kayu tidak

akan mengeluarkan atau menyerap air kembali ke/dari lingkungannya. Kadar air kayu

kering yang dipersyaratkan tidak sama untuk setiap tujuan pemakaian. Dasar penentuan

kekeringan kayu adalah dengan mempertimbangkan KA.k tempat tujuan produk kayu

nantinya, agar dimensi kayu tetap stabil selama pemakaian. Nilai kadar air untuk setiap

tujuan penggunaan kayu dapat dilihat pada Tabel 1,sedangkan kadar air keseimbangan

kayu di beberapa wilayah di Pulau Jawa, dalam Tabel 2.

Tabel 1. Batas kadar air kayu untuk setiap tujuan pemakaian

Kadar air Tujuan pemakaian

20%

17 – 16%

15%

13 – 11%

12 – 10%

10% - 9%

9 - 7%

Kayu terhindar dari serangan jamur pewarna dan bubuk kayu basah

Pintu luar, alat pertanian, kursi kebun

Kayu untuk kegunaan umum

Mebel kayu, pintu dalam ruangan yang kadang dipanasi/ berpendingin

Produk kayu dan lantai kayu dalam ruangan yang terus menerus

dipanasi atau berpendingin

Produk kayu yang dekat dengan sumber panas atau berpendingin

Lantai kayu yang di atasnya ada pemanas

Peralatan musik

7

Page 8: Modul Industri Kayu

5 – 7%

10 – 8%

Bahan kemasan

Tabel 2. Kadar air keseimbangan berbagai daerah di Pulau Jawa

No. Lokasi Kadar air Keseimbangan

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Bandung

Bogor

Cepu, Bojonegoro

Cirebon Garut

Jember

Jombang

Madiun

Majalengka

Malang

Ngawi

Probolinggo

Purwokerto

11 – 17

12 – 19

10 – 16

11 – 16

11 – 16

11 – 17

10 – 14

10 – 15

10 – 16

11 – 17

11 – 15

11 – 13

8

Page 9: Modul Industri Kayu

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Salatiga

DKI. Jakarta, Semarang, Jepara

Sukabumi

Surabaya

Tasikmalaya

Tuban

Yogyakarta

10 – 16

12 – 19

11 – 15

11 – 19

13 - 16

11 – 16

10 – 13

10 – 17

B. Pengukuran Kadar Air Kayu di Lapangan

Kadar air kayu dapat ditetapkan secara langsung dan cepat dengan menggunakan

alat pengukur kadar air (Gambar 1).

9

Page 10: Modul Industri Kayu

Gambar 1. Alat pengukur kadar air

II. Teknik Pengeringan

Kayu dapat mengering dengan cepat tanpa menurunkan kualitasnya bergantung pada : 1)

kondisi alat pengeringan, 2) teknik penumpukan, 3) penggunaan bagan pengeringan. Cara

mempertahankan tingkat kekeringan dan kualitas kayu yang sudah kering sangat

bergantung pada kondisi gudang penyimpanan dan penataan kayu tersebut.

Pelaksanaan pengeringan meliputi kegiatan persiapan, pengamatan proses pengeringan

dan pencegahan cacat.

10

Page 11: Modul Industri Kayu

A. Persiapan pengeringan kayu

Kayu yang akan dikeringkan sebaiknya disusun secara horizontal menggunakan ganjal

dengan kriteria seperti tercantum pada Tabel 3, serta permukaan tumpukan yang paling

atas diberi beban pemberat. Sticker atau ganjal sebaiknya dibuat dari kayu sejenis

dengan kayu yang akan dikeringkan, lurus, bebas mata kayu, kering dan awet agar kayu

dapat mengering tanpa mengalami cacat bentuk dan noda warna. Agar sirkulasi udara

dapat bebas dan merata, maka tumpukan diberi ganjal pembatas dengan tumpukan di

atasnya (Gambar 2) dan harus ada ruang kosong antara kayu dengan dinding dan langit-

langit ruang pengering.

Sebaiknya kayu dikelompokkan menurut ketebalan yang sama, kemudian apabila

memungkinkan sesuaikan lebar dan panjang kayu. Kayu paling tebal sebaiknya

diletakkan di bawah dan kayu yang lebih tipis di atasnya. Siapkan tumpukan ini di luar

pintu dapur pengeringan. Apabila terdapat keterbatasan alat kerja, penumpukan bisa

dilakukan langsung di dalam ruang pengering secara manual.

Tabel 3. Hubungan antara tebal kayu dengan tebal dan jarak ganjal

Tebal kayu (cm) Tebal ganjal (cm) Jarak antar ganjal (cm)

2,0 2,0 30 – 50

2,5 2,5 30 – 50

3,0 2,5 60

4,0 3,0 60

11

Page 12: Modul Industri Kayu

5,0 3,5 60

6,0 3,5 90

Gambar 2 a. Cara penumpukan kayu dengan lebar papan tidak seragam

12

Page 13: Modul Industri Kayu

Gambar 2 b. Sirkulasi udara pada tumpukan yang tidak lurus bagian pinggirnya

13

Page 14: Modul Industri Kayu

Gambar 2 c. Teknik penumpukan kayu secara benar

Gambar 2d. Teknik penumpukan kayu yang salah

14

Page 15: Modul Industri Kayu

B. Proses Pengeringan

Distribusi panas bisa mulai dilakukan setelah pintu pengering tertutup. Pada awal proses

gunakan suhu rendah, berkisar antara 40 - 50°C (bergantung pada jenis dan kondisi

kayu). Suhu dinaikkan secara perlahanlahan dan disesuaikan dengan tingkat penurunan

kadar air. Jika kayu tahan terhadap panas, setelah kadar air mencapai di bawah 20%, suhu

bisa dinaikkan hingga 80°C atau lebih.

Yang penting diperhatikan adalah menjaga kualitas kayu hingga level MC memenuhi

syarat.Untuk itu selama proses pengeringan perlu pengawasan selama 24 jam. Agar udara

bisa terdistribusi secara merata ke seluruh bagian kayu, penting memperhatikan cara

penumpukan di dalam ruang pengering (Gambar 3). Kapasitas ruangan untuk dapur

pengeringan yang ideal, sekitar 25 M3.

Pengamatan jalannya pengeringan penting dilakukan agar perkembangan kadar air

dan cacat yang terjadi dapat diketahui. Suhu dan kelembaban ruangan dipantau secara

berkala agar kualitas kayu yang sedang dikeringkan tetap terjaga. Untuk memudahkan

pengontrolan suhu dalam ruangan, dapat digunakan alat thermocouple yang bisa dipasang

di luar ruangan. Bila suhu ruangan terlalu kering, maka perlu segera dilakukan

penyemprotan dengan air. Demikian pula bila panas ruangan tidak terpenuhi di musim

15

Page 16: Modul Industri Kayu

hujan atau di malam hari, bisa dinyalakan tungku. Suhu tungku yang diinginkan dapat

dicapai dan dipertahankan dengan cara mengatur volume bahan bakar atau besar

kecilnya pengapian tungku.

Untuk mengetahui perkembangan kadar air kayu setiap saat, maka dari sejumlah

sortimen yang akan dikeringkan dipilih beberapa contoh secara acak untuk diamati kadar

airnya secara berkala. Pengeringan dihentikan apabila kadar air dari contoh-contoh uji

terpilih telah memenuhi persyaratan yang diminta. Untuk mendapatkan data yang akurat,

hasil pengukuran kadar air akhir pengeringan menggunakan alat dibandingkan juga

dengan hasil pengukuran menggunakan metode oven.

C. Cacat pengeringan kayu dan pencegahannya

Pencegahan terjadinya retak, pecah dan perubahan bentuk terhadap jenisjenis kayu yang

kadar resinnya tinggi atau mengandung tilosis dalam lumennya dapat ditanggulangi

dengan melakukan penumpukan yang benar seperti telah dijelaskan sebelumnya, serta

mengukusi kayu selama beberapa waktu, kemudian menutupi kedua ujungnya dengan

flinkut. Kegiatan ini dilakukan sebelum kayu dikeringkan. Selama pengeringan, suhu dan

kelembaban ruangan selalu dipantau agar tidak terjadi perubahan suhu dan kelembaban

yang tidak terkendali.

Untuk jenis-jenis kayu yang peka terhadap jamur, supaya dikeringkan sesegera

mungkin menggunakan suhu minimum 55oC.

16

Page 17: Modul Industri Kayu

Gambar 4. Perubahan bentuk kayu karena pengeringan

III. Penanganan Kayu Setelah Dikeringkan

Penanganan kayu/sortimen yang telah kering perlu dilakukan agar kualitas kayu tidak

mengalami penurunan. Seperti diketahui, kayu adalah bahan yang bersifat higroskopis,

yaitu dapat menyerap dan mengeluarkan air kembali sesuai dengan suhu dan kelembaban

lingkungannya, hingga tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kayu yang sudah

kering bila ditempatkan di lingkungan luar yang tidak terlindungi dari curah hujan dan

panas atau penempatannya di atas lantai yang tergenang air, lama kelamaan kadar airnya

akan naik kembali. Oleh karena itu, penanganan terhadap kayu yang telah dikeringkan

perlu dilakukan secara hati-hati agar kualitasnya tetap terjaga.

17

Page 18: Modul Industri Kayu

Beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mempertahankan kadar air kayu agar tidak

berubah setelah dikeringkan, antara lain adalah :

1. Kayu kering setelah keluar ruang pengeringan harus diletakkan di area

yang terlindung dari panas dan hujan. Jangan disatukan dengan tumpukan kayu

basah karena akan menyerap air kembali.

2. Cara menumpuk kayu kering sama seperti cara menumpuk kayu ketika

proses pengeringan berlangsung (Gambar 5).

3. Atap bangunan terbuat dari seng dan terdapat dinding dengan ventilasi

udara yang baik. Sirkulasi udara dijaga agar tetap merata dan akan lebih baik lagi

kalau terdapat fan/kipas di dalam bangunan tersebut.

4. Apabila penyimpanan dilakukan di musim penghujan, maka sebaiknya di

dalam bangunan dipasang alat pemanas ruangan.

5. Menutupi permukaan kedua ujung sortimen dengan flinkut atau cat agar

air tidak masuk kembali melalui kedua ujung tersebut.

6. Kayu olahan yang akan diekspor, dibungkus rapat dengan bahan atau

plastik yang kedap air.

18

Page 19: Modul Industri Kayu

Gambar 5a. Cara penumpukan kayu kering secara benar

19

Page 20: Modul Industri Kayu

Gambar 5b. Cara penumpukan kayu kering yang salah

D. Assembling

(di video dan format ppt)

E. Pengertian Finishing Kayu

Finishing merupakan lapisan paling akhir pada permukaan kayu. Proses ini

bertujuan untuk (1)memberikan nilai estetika yang lebih baik pada perabot kayu dan juga

berfungsi untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna, tekstur atau

kualitas ketahanan permukaan pada material tertentu. Tujuan kedua adalah (2) untuk

melindungi kayu dari kondisi luar (cuaca, suhu udara dll) ataupun benturan dengan

barang lain (Crump, 1993: 79). Dengan kata lain untuk menambah daya tahan dan

keawetan produk kayu.Material yang digunakan untuk finishing bisa bermacam-macam.

20

Page 21: Modul Industri Kayu

Cara aplikasinya pun berbeda-beda. Dilihat dari jenis material, pada dasarnya ada 2

macamjenis finishing,yaitu:

1. Finishing bahan padat, material ini 100% menutupi permukaan kayu dan

menyembunyikan tampak aslinya. Fisik bahan ini berupa lembaran atau rol. Paling baik

dengan aplikasi secara masinal 100% dan populer untuk pemakaian furniture indoor

dengan bahan dasar plywood, MDF, hardboard, softboard dan jenis lembaran lainnya.

2. Finishing bahan cairan, sangat banyak jenis dan variasi aplikasinya. Paling

populer digunakan pada hampir seluruh jenis furniture kayu. Bersifat lebih fleksibel

daripada finishing dari jenis bahan yang padat. Sangat baik untuk finishing permukaan

bidang lebar ataupun yang melengkung. Pada teknologi terbaru sekarang ini, jenis

finishing akhir cairan bisa memiliki kualitas yang sama kuatnya pada permukaan yang

lebar. Jenis bahan finishing cair yang telah digunakan saat ini antara lain Oil, Politur,

Nitro Cellulose (NC), Melamine, PolyUrethane (PU), dan yang sedang populer saat ini

adalah Waterbased Lacquer.Semua bahan finishing cair di atas membutuhkan minyak

sebagai bahan pencair kecuali WaterBased Lacquer, menggunakan air sebagai bahan

pencairnya.

E. Finishing Kayu

1. Pengertian Finishing

Finishing untuk kayu (wood finish) adalah suatu proses pelapisan akhir pada

permukaan kayu atau material lain yang berbahan dasar kayu dengan tujuan untuk :

1. Meningkatkan nilai estetika

2. Melindungi permukaan kayu dari kerusakan

3. Memberi lapisan yang mudah untuk pemeliharaan/perawatan.

Wood finish dapat dibedakan dalam 2 golongan besar, yaitu :

1. Opaque finish

21

Page 22: Modul Industri Kayu

Wood finish golongan ini akan menyebabkan permukaan kayu menjadi tertutup

sama sekali sehingga tepat digunakan untuk kayu/material wood base dengan nilai

dekoratif yang rendah.

Opaque finish dapat dilakukan dengan menggunakan cat minyak (synthetic

enamel), cat duco, atau pigmented-paint lainnya.

2. Clear finish

Clear finish sifatnya akan memunculkan keindahan alami dari kayu, sehingga

serat kayu akan terlihat menambah keindahan kayu tersebut.. Dengan demikian

pekerjaan clear finish akan lebih baik menggunakan bahan cat yang non-

pigmented seperti pernis (synthetic varnish), sirlak (shellac), politur,dan lacquer,

misalnya cat melamik, cat NC, dll.

Penggunaan bahan cat dalam kedua golongan wood finish di atas sangat tergantung dari :

1. Penempatan benda yang akan difinishing, yaitu eksterior atau interior

2. Kesan akhir yang diharapkan, misalnya natural atau lux. Kesan natural biasanya

menggunakan cat 1 komponen yang bersifat low-build sehingga lapisan catnya

mengikuti kontur dan tekstur kayu, sedangkan kesan lux bisa didapat dengan

menggunakan cat 2 komponen yang bersifat high-build sehingga membentuk

lapisan cat yang lebih tebal, rata dan halus.

3. Alat aplikasi yang tersedia, misalnya jika hanya memiliki kuas, maka kita mencari

cat yang lebih lambat kering agar hasil pengecatan tetap rata dan tidak ada jejak

bekaskuas(brush-mark).

2. Aplikasi Finishing Kayu

Bahan yang mahal tidak menjamin hasil finishing yang baik dan berkualitas.

Banyak faktor yang ikut menentukan kualitas hasil finishing. Cara aplikasi merupakan

salah satu faktor yang penting menentukan kualitas hasil. Ada beberapa cara aplikasi

22

Page 23: Modul Industri Kayu

finishing menyesuaikan dengan jenis bahan dan kualitas akhir yang diinginkan. Satu jenis

bahan finishing tidak menutup kemungkinan untuk memakai lebih dari satu cara aplikasi.

Berikut ini beberapa cara aplikasi finishing.

a. Dipping (celup) .Lebih dikenal juga dengan istilah perendaman. Bahan

finishing diletakkan dalam suatu bejana/tangki kemudian benda kerja dicelupkan ke

dalam tangki tersebut. Proses in bertujuan agar seluruh permukaan benda kerja, terutama

pada bagian sudut & tersembunyi bisa terlapisi bahan finishing..

b. Wiping (pemolesan dengan kain) Proses ini sebaiknya tidak dipakai sebagai

proses awal/dasar. Walaupun demikian beberapa bahan finishing tertentu hanya bisa

diaplikasikan dengan cara ini, misalnya politur. Kualitas permukaan lebih baik dari

proses celup tapi membutuhkan waktu lebih lama.

c.Brush (kuas).Merupakan cara paling murah dan mudah di antara yang lain.

Hanya saja harus hati-hati dalam memilih kuas yang berkualitas. Bahan finishing yang

cocok untuk cara ini termasuk cat, varnish dan pewarna. Sebagaimana ujung kuas, hasil

permukaan finishing tidak sehalus dan serata aplikasi spray atau poles.

d. Spray (semprot) Membutuhkan beberapa alat tambahan khusus tapi tidak

terlalu mahal. Alat utama yang diperlukan adalah kompressor untuk membuat tekanan

udara dan spray gun, suatu alat untuk menyemprotkan bahan finishing bersamaan dengan

udara bertekanan ke bidang kerja. Dengan pengaturan tertentu pada kekuatan tekanan,

jumlah material yang disemprotkan, cara ini menghasilkan bidang permukaan yang

sangat baik, halus dan cepat. Saat ini metode spray menjadi dasar dari hampir semua jenis

bahan finishing lacquer dengan berbagai variasi jenis alat semprot (sprayer), dari yang

manual hingga otomatis.Proses yang bisa dilakukan dengan cara spray meliputi lapisan

dasar, pewarnaan (lapisan kedua) hingga lapisan akhir.

e.Shower (curah) Metode ini diimplementasikan pada mesin finishing curtain

(tirai), bahan finishing dicurahkan ke permukaan benda kerja dengan volume dan

kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan tipis di atas permukaan benda kerja. Cara

23

Page 24: Modul Industri Kayu

pengeringannya tergantung bahan finishing yang digunakan. Kebanyakan digunakan oleh

pabrik flooring (parket) atau furniture indoor lainnya yang memakai papan buatan.

f. Rolling. Prinsipnya sama dengan roller yang dipakai untuk mengecat tembok,

tetapi yang dimaksud disini adalah alat aplikasi sebuah mesin roller yang seluruh

permukaannya terbalut dengan bahan finishing cair dan benda kerja (papan) mengalir di

bawahnya. Hanya roller bagian atas yang terbalut dengan bahan finishing, sedangkan

roller bagian bawah hanya berfungsi untuk mengalirkan benda kerja ke dalam mesin.

Jenis bahan finishing yang digunakan adalah UV lacquer, melamine, NC lacquer.

3. Jenis Bahan Finishing Kayu

Sebelum menentukan jenis bahan finishing, perlu melihat dan menentukan hasil

seperti apakah diinginkan. Dengan kata lain alasan mana yang paling menjadi prioritas

menerapkan finishing pada sebuah produk kayu. Apakah (1) keawetan, (2) estetika, (3)

kemudahan aplikasi, (4) biaya atau (5) lingkungan.Bahan finishing dikategorikan pada

beberapa jenis sebagai berikut:

a. Oil .

Merupakann jenis finishing paling sederhana dan mudah aplikasinya. Bahan

ini tidak membentuk lapisan 'film' pada permukaan kayu. Oil meresap ke dalam pori-pori

kayu dan tinggal di di dalamnya untuk mencegah air keluar atau masuk dari pori-pori

kayu. Cara aplikasinya mudah dengan cara menyiram, merendam atau melumuri benda

kerja dengan oil kemudian dibersihkan dengan kain kering.Bahan ini tidak memberikan

keawetan pada aspek benturan, goresan ataupun benturan fisik lainnya.

b.Politur

Bahan dasar finishing ini adalah Shellac yang berwujud serpihan atau

batangan kemudian dicairkan dengan alkohol. Anda juga bisa memperolehnya dalam

bentuk siap pakai (sudah dicampur alkohol pada proporsi yang tepat). Di sini alkohol

24

Page 25: Modul Industri Kayu

bekerja sebagai pencair (solvent). Setelah diaplikasikan ke benda kerja, alkohol akan

menguap. Aplikasi dengan cara membasahai kain (sebaiknya yg mengandung katun) dan

memoleskannya secara berkala pada permukaan layu hingga mendapatkan lapisan tipis

finishing (film) pada permukaan kayu. Semakin banyak polesan akan membuat lapisan

semakin tebal.

c.NCLacquer

Jenis yang saat ini populer dan mudah diaplikasikan adalah NC

(NitroCellulose) lacquer. Bahan finishing ini terbuat dari resin Nitrocellulose/alkyd yang

dicampur dengan bahan 'solvent' yang cepat kering, yang kita kenal dengan sebutan

thinner. Bahan ini tahan air (tidak rusak apabila terkena air) tapi masih belum kuat

menahan goresan. Kekerasan lapisan film NC tidak cukup keras untuk menahan benturan

fisik. Bahkan walaupun sudah kering, NC bisa 'dikupas' menggunakan bahan pencairnya

(solvent/thinner). Cara aplikasinya dengan system spray (semprot) dengan tekanan udara.

d.Melamine

Sifatnya hampir sama dengan bahan lacquer. Memiliki tingkat kekerasan

lapisan film lebih tinggi dari lacquer akan tetapi bahan kimia yang digunakan akhir-akhir

ini menjadi sorotan para konsumen karena berbahaya bagi lingkungan. Melamine

mengandung bahan Formaldehyde paling tinggi di antara bahan finishing yang lain.

Formaldehyde ini digunakan untuk menambah daya ikat molekul bahan finishing.

e.PU(Poly Urethane)

Lebih awet dibandingkan dengan jenis finishing sebelumnya dan lebih tebal

lapisan filmnya. bahan finishing membentuk lapisan yang benar-benar menutup

permukaan kayu sehingga terbentuk lapisan seperti plastik. Memiliki daya tahan terhadap

air dan panas sangat tinggi. Sangat baik untuk finishing produk outdoor, kusen dan pintu

luar atau pagar.Proses pengeringannya juga menggunakan bahan kimia cair yang cepat

menguap.

f.UV Lacquer

Satu-satunya aplikasi yang paling efektif saat ini dengan 'curtain method'.

25

Page 26: Modul Industri Kayu

Suatu metode aplikasi seperti air curahan yang membentuk tirai. Benda kerja diluncurkan

melalui 'tirai' tersebut dengan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan yang

cukup tipis pada permukaan kayu. Disebut UV lacquer karena bahan finishing ini hanya

bisa dikeringkan oleh sinar Ultra Violet (UV).Paling tepat untuk benda kerja dengan

permukaan lebar papan atau plywood.

g.Waterbased Lacquer

Jenis finishing yang paling populer akhir-akhir ini bagi para konsumen di

Eropa. Menggunakan bahan pencair air murni (yang paling baik) dan resin akan

tertinggal di permukaan kayu. Proses pengeringannya otomatis lebih lama dari jenis

bahan finishing yang lain karena penguapan air jauh lebih lambat daripada penguapan

alkohol ataupun thinner. Namun kualitas lapisan film yang diciptakan tidak kalah baik

dengan NC atau melamine. Tahan air dan bahkan sekarang sudah ada jenis waterbased

lacquer yang tahan goresan.Keuntungan utama yang diperoleh dari bahan jenis ini adalah

lingkungan dan sosial. Di samping para karyawan ruang finishing lebih sehat, reaksi

penguapan bahan kimia juga lebih kecil di rumah konsumen.

Daftar Pustaka

Agus Sunaryo, (1995). Peningkatan Produktivitas Bagian Finishing Melalui Aspek

Aplikasi. Semarang: Pusat Pengembangan & Pelatihan Industri Kayu (PPPIK-

PIKA).

Agus Sunaryo. ( 1997).Reka Oles Mebel Kayu, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Derrick, Crump (1993). The Complete Guide to Wood Finishes. Australia: Simon&

Shuster

http://www.tentangkayu.com/2008/01/jenis-bahan-finishing-kayu.htm

http://www.anneahira.com/kayu/kerajinan-kayu.htm

26

Page 27: Modul Industri Kayu

http://www.tentangkayu.com/2008/01/aplikasi-finishing-kayu-saat-ini.html

TEKNIK FINISHING KAYU

Oleh: Dr. Tri Hartiti Retnowati

Makalah disampaikan dalam rangka Pengabdian Pada Masyarakat

Pelatihan Teknik Finishing Dengan Menerapkan

Berbagai Macam Warna Pada Karya Kerajinan Kayu

di Home Industri ”Agung Handicraft”

Prambanan Sleman Yogyakarta.

27

Page 28: Modul Industri Kayu

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Yogyakarta

2009

28