24
MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia mangium Sp. Kelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2. Dyah Ayu Putri E14100056 3. Harlyn Harlynda E14100070 4. Shema Mukti Anggraeni E14100072 5. Nur Fatah Yulianto E14100084 6. Cahya Faisal Reza E14100141 7. Ridwan Adinegoro E14100088 8. Abdul Muis E14100140 9. Andika R. E14100002 Dosen Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

  • Upload
    ngominh

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN

TANAMAN INDUSTRI Acacia mangium Sp.

Kelompok 7

1. Putri Septiani E14100032

2. Dyah Ayu Putri E14100056

3. Harlyn Harlynda E14100070

4. Shema Mukti Anggraeni E14100072

5. Nur Fatah Yulianto E14100084

6. Cahya Faisal Reza E14100141

7. Ridwan Adinegoro E14100088

8. Abdul Muis E14100140

9. Andika R. E14100002

Dosen

Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan bentang

lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan

dalam persekutuan dengan lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak

dapat dipisahkan (UU No. 41 tahun 1999). Kawasan hutan merupakan suatu

areal yang telah ditunjuk dan ditetapkan sebagai hutan tetap oleh negara.

Secara garis besar, kawasan hutan ini dibagi berdasarkan fungsinya yaitu hutan

produksi, hutan konservasi, dan hutan lindung. Salah satu fungsinya yang akan

menjadi objek bahasan adalah fungsi hutan sebagai kawasan produksi. Seperti

namanya, hutan produksi berfungsi sebagai hutan yang digunakan untuk

memproduksi hasil hutan baik kayu maupun non kayu, salah satunya adalah

seperti HTI. Karena ada kaitannya dengan produksi, pastinya terdapat yang

namanya suatu korbanan sumberdaya ekonomi dalam bentuk biaya

pengeluaran dan pendapatan (benefits) atau keuntungan. Untuk mengetahui

suatu usaha dari kegiatan produksi pengelolaan sumberdaya hutan itu

menguntungkan atau tidak maka dikenal istilah kegiatan analisis kelayakan

usaha atau disebut juga feasibility study. Analisis kelayakan merupakan

kegiatan yang dilakukan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat

diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha, dan hasil dari analisis ini

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam

kelanjutan atau keberlangsungan usaha yang dilakukan.

Pohon jenis Acacia mangium adalah tumbuhan berkayu anggota marga

Acacia yang banyak tumbuh di wilayah Papua dan Maluku. Tumbuhan ini

merupakan pohon yang memiliki potensi kayu yang baik. Dalam sepuluh tahun

terakhir permintaan pohon akasia ini yang umurnya lima tahun semakin

meningkat. Selain digunakan untuk bahan baku pembuatan kertas, juga banyak

digunakan untuk veener, dan perabot rumah seperti lemari, kusen, dll. Paper ini

dibuat untuk membuat skenario pemodelan kelayakan usaha dari pengelolaan

HTI menggunakan jenis Acacia mangium.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah:

Menganalisis kelayakan finansial pengusahaan HTI Acacia mangium sp

pada suku bunga saat ini yaitu 13%.

Menduga pengaruh perubahan suku bunga terhadap kelayakan usaha HTI

tersebut.

Page 3: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

1.3 Manfaat

Dari pemodelan ini diharapkan dapat memberi gambaran kelayakan finansial

pengusahaan hutan tanaman industri Acacia mangium sp sehingga dengan layak

atau tidak pengusahaan hutan tersebut dapat memberikan informasi yang dapat

digunakan dalam pengembilan keputusan.

Page 4: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan merupakan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya

alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (undang-undang

no. 41 tahun 1999). Definisi lain menyebutkan, hutan merupakan suatu ekosistem

natural yang telah mencapai keseimbangan klimaks dan merupakan komunitas

tertumbuh paling besar yang berkemampuan untuk pulih kembali dari perubahan-

perubahan yang dideritanya, sejauh hal tersebut tidak melampaui batas-batas yang

dapat ditoleransi dari hutan itu sendiri (Arief, 1994).

Sehubungan dengan berkurangnya potensi hutan alam, sebagai upaya untuk

merehabilitasi hutan dan lahan yang tidak produktif dan yang sudah terlanjur

rusak, serta dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan baku kayu untuk industri,

maka pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No.7 Tahun 1990

tentang Program Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Sejak tahun 1990 sudah

mulai dilakukan berbagai model pengelolaan hutan, baik dengan jenis campuran

maupun yang homogen. Salah satunya adalah pola pengelolaan hutan dengan

jenis seragam atau homogen yang biasa disebut Hak Pengusaaan Hutan Tanaman

Industri (HP-HTI), atau sering juga disebut Hutan Tanaman Industri (HTI).

Kebijakan ini diharapkan bisa menjadi jawaban terhadap pemenuhan kebutuhan

akan kayu yang begitu besar, serta pengelolaan hutan berkelanjutan. Hutan

Tanaman Indonesia adalah usaha hutan tanaman untuk meningkatkan potensi dan

kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur sesuai dengan tapaknya

(satu atau lebih sistem silvikultur) dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku

industri hasil hutan kayu maupun non kayu (Dephut, 2009). Tujuan dari

pembangunan HTI ini adalah untuk meningkatkan produktivitas hutan produksi

dan mendorong daya saing produk industri perkayuan. Hutan tanaman industri

yang diharapkan dapat mengurangi beban hutan alam dalam memasok bahan

baku industri masih jauh dari harapan baik luas maupun kualitasnya. Sejak

dicanangkan program ini, terjadi pertambahan hutan sekitar 2,5 juta ha, padahal

target yang ditetapkan pemerintah sebesar satu juta ha per tahun.

Page 5: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

Sasaran pembangunan kehutanan menurut Rencana Strategis Departemen

Kehutanan. Hutan Tanaman Industri ini begitu penting peranannya, antara lain:

a. Penurunan kapasitas produksi hutan alam dalam waktu yang tidak terlalu

lama lagi perlu diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi hutan

buatan dalam rangka mempertahankan peranan sektor kehutanan dalam

pembangunan nasional.

b. Penurunan supply bahan baku industri perkayuan dari hutan alam perlu

diatasi dengan peningkatan supply dari hutan buatan HTI dalam rangka

mempertahankan pertumbuhan industri kehutanan yang sangat besar

peranannya bagi pembangunan sosial-ekonomi nasional.

c. Penurunan kapasitas pemeliharaan lingkungan hidup dari hutan alam perlu

diimbangi dengan peningkatan peranan dari hutan buatan HTI.

Masih banyak lagi alasan lain tentang perlunya HTI dalam usaha

peengelolaan hutan. Namun perlu dicatat bahwa tidak ada pernyataan yang

menyatakan HTI lebih baik dari hutan alam secara keseluruhan (Darusman, 2006).

Pembangunan Hutan Tanaman dilaksanakan bukan hanya pada kawasan hutan

dengan tipe ekosistem hutan daratan (tanah kering), tetapi juga pada ekosistem

hutan rawa gambut. Pada umumnya kawasan hutan yang dijadikan hutan tanaman

adalah hutan sekunder atau bekas tebangan yang kurang produktif atau semak

belukar. Walalupun demikian pada kawasan hutan sekunder tersebut masih

terdapat beberapa keanekaragaman hayati yang mungkin tergolong unik, khas,

langka, dilindungi atau endemik. Oleh karena itu, sangat penting dalam

pengelolaan mempertimbangkan keberadaan keanekaragaman jenis hayati

tersebut untuk sedapat mungkin dipertahankan ( Santoso, 2006).

Tegakan atau tegakan hutan (forest stand) merupakan suatu areal hutan

beserta pepohonan yang rnendapat pemeliharaan sarna. Menurut Baker

dkk. (1979), tegakan dapat didefinisikan sebagai suatu unit pengelolaan hutan

yang cenderung homogen dan dapat dibedakan secara jelas dengan tegakan di

sekitarnya oleh umur, komposisi jenis, struktur hutan, tempat turnbuh, dan

keadaan geografisnya. Struktur tegakan hutan rnerupakan sebaran jumlah

pohon pada berbagai kelas diameter yang secara matematis pengertian ini

Page 6: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

dapat dipandang sebagai hubungan fungsional antara diameter dengan

jumlah pohon per satuan luas. Struktur tegakan hutan memiliki bentuk

tertentu untuk setiap tempat tumbuh, jenis dan keadaan tegakan hutan

(Suhendang, 1985).

Struktur tegakan terbagi atas struktur tegakan vertikal dan struktur

tegakan horizontal. Struktur tegakan horizontal adalah banyaknya pohon per

satuan luas pada setiap kelas diametemya. Struktur tegakan vertical didefinisikan

oleh Richard (1964) sebagai sebaran individu pohon pada berbagai lapisan tajuk.

Dalam penelitian ini yang dimaksud struktur tegakan adalah struktur tegakan

horizontal yang diterangkan oleh Meyer et al., (1961) sebagai sebaran jumlah

pohon pada berbagai kelas diameter atau hubungan fungsional antara kerapatan

jurnlah pohon dengan kelas diametemya.

Tegakan hutan diklasifikasikan berdasarkan komposisi kelas umur

memjadi dua bagian (Indriyanto, 2006) :

a. Tegakan hutan seumur merupakan tegakan yang berisi pepohonan

yang berumur lebih kurang sama. Akan tetapi, mungkin komponen

tegakan secara keseluruhan berbeda umur. Dapat juga diartikan, bahwa

tegakan seumur merupakan tegakan yang semua pohonnya ditanam pada

tahun yang sama atau ditanam pada waktu bersamaan.

b. Tegakan hutan tidak seumur merupakan tegakan yang berisi pepohonan

dengan umur berbeda. Secara teoritis memang tegakan tidak seumur berisi

pepohonan setiap umur, misalnya dari semai yang belum berumur

setahun sarnpai pohon lewat masak tebang.

Pemodelan (modelling) adalah kegiatan membuat model untuk tujuan tertentu.

Model adalah abstraksi dari sebuah sistem. Sistem adalah sesuatu yang terdapat di

dunia nyata. Sehingga pemodelan adalah kegiatan membawa sebuah dunia nyata

kedalam dunia tak nyata atau maya tanpa kehilangan sifat-sifat utamanya.

Pemodelan sistem adalah sebuah pengetahuan dan seni. Sebuah pengetahuan

karena ada logika yang jelas ingin dibangunnya dengan urutan yang sesuai.

Page 7: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

Sebuah seni, karena pemodelan mencakup bagaimana menuangkan persepsi

manusia atas dunia nyata dengan segala keunikannya.

Sistem sendiri merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau

elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi

atau energi. Karakteristik pemodelan adalah sebagai berikut:

1. Dibuat dalam bentuk grafis dan tambahan keterangan secara tekstual.

2. Dapat diamati dengan pola top down dan partitioned

3. Memenuhi persyaratan minimal redundancy.

4. Dapat merepresentasikan tingkah laku sistem dengan cara yang

transparan.

Dari karakteristik pemodelan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa model

dibuat dalam bentuk grafis sehingga dapat memudahkan orang lain dalam

membaca suatu model, karena dilengkapi dengan keterangan dari gambar tersebut.

Menurut Grady Booch, James Rumbaugh dan Ivar Jacobson prinsip dari

permodelan adalah:

1. Memilih model apa yang digunakan, bagaimana masalahnya, dan

bagaimana solusinya.

2. Setiap model dapat dinyatakan dalam tingkatan yang berbeda.

3. Model yang terbaik adalah yang berhubungan dengan realitas.

4. Tidak pernah ada model tunggal yang cukup baik, setiap sistem yang

baik memiliki serangkaian model kecil yang independen

Prinsip pemodelan sistem tidak terlalu menitik beratkan pada bentuk

model apa untuk merancang sebuah sistem, bentuk model ini bebas, bisa

menggunakan bentuk apa saja, sesuai dengan keinginan. Namun yang terpenting

adalah harus mampu merepresentasikan visualisasi bentuk sistem yang diinginkan

oleh user, karena sistem yang dibuat bagi user akan diturunkan dari hasil model

tersebut (Wijaya, 2010). Beberapa macam model sistem adalah:

1. Model konteks merupakan model yang membutuhkan kondisi optimal

dimana batas antara sistem dan lingkungan relatif jelas. Model ini bisa

Page 8: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

dilakukan secara break-down menjadi satu atau lebih entitas-entitas sub

sistem yang juga berinteraksi dengan lingkungannya. Perbedaan sistem

dengan sistem lain dalam model ini tidak terikat secara lokasi, tetapi

lebih pada proses yang terjadi.

2. Model perilaku merupakan model yang memiliki fokus pada perilaku

sistem secara menyeluruh. Jenis dari model ini adalah model aliran data

dan model mesin status. Ciri khas dari model ini adalah sebagian besar

sistem bisnis dan sistem real time.

3. Model Aliran data merupakan model yang adanya aliran pemrosesan

dan transformasi data. Contoh dari pemodelan ini adalah diagram air.

Model ini bersifat sederhana dan intuitif.

4. Model state machine merupakan model yang memodelkan perilaku

sistem sebagai tanggapan atas event internal atau eksternal. Biasanya

diterapkan pada sistem real time dan menggunakan notasi UML. Sifat

dari model ini adalah bisa diterapkan superstate dan enkapsulasi

beberapa status.

5. Model data merupakan model yang difokuslan pada fungsional dari

database. Ciri khas dari model ini adalah database dianggap sebagai

sebuah sistem yang independen terhadap sistem perangkat lunak.

6. Model objek merupakan model yang sedang ngetrend sekarang. Latar

belakang dari model ini adalah semakin bertambah kompleksnya

lingkup pengembangan perangkat lunak. Ciri khas dari model ini adalah

terdapat kelas atau objek, atribut, dan behavior atau perilaku dari kelas

bersangkutan.

Page 9: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pembuatan model kelayakan finansial usaha pada hutan tanaman industri

Acacia mangium sp ini dilakukan pada minggu ke-9 sampai minggu ke-14

semester 7 tahun ajaran 2013/2014, bertempat di ruang kuliah RK X 3.04 Fakultas

Kehutanan IPB.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pembuatan model pengelolaan hutan tanaman

industri yang lestari ini adalah seperangkat laptop yang dilengkapi software Stella

9.02, Microsoft Office dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah

data hipotetik dari pengusahaan HTI.

3.3 Prosedur Kerja

1. Mengidentifikasi isu, tujuan, hipotesis dan batasan sistem yang dibuat.

a. Tujuan pembuatan model : Memprediksi kelayakan finansial

pengusahaan HTI Acacia mangium sp pada suku bunga saat ini

yaitu 13% dan menduga pengaruh perubahan suku bunga terhadap

kelayakan usaha HTI tersebut.

b. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka hipotesis yang akan

diuji pada simulasi pemodelan kali ini adalah :

Terdapat batas maksimum suku bunga yang diberikan agar

perusahaan tersebut memiliki NPV=0.

Pemberlakuan suku bunga di atas batas maksimum maka

pengusahaan HTI tersebut tidak layak.

c. Batasan sistem :

Daur adalah interval waktu (dalam tahun) antara penanaman

sampai pemanenan yaitu 7 tahun.

Tegakan hutan seragam dan diasumsikan pertumbuhannya

sama dari awal penanaman sampai akhir penanaman.

Struktur tegakan adalah banyaknya pohon pada blok dengan

luas 100 Ha.

Jenis tanaman yang dikelola adalah akasia.

Pemanenan hasil hutan dilakukan dengan cara tebang habis.

Upgrowth adalah besarnya tambahan jumlah pohon per hektar

Page 10: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

terhadap kelas diameter tertentu yang berasal dari kelas

diameter dibawahnya dalam periode waktu tertentu.

Mortality adalah banyaknya pohon yang mati dalam periode

waktu tertentu.

Sektor pengeluaran perusahaan tidak meliputi investasi alat

untuk kegiatan pembangunan hutan, penjarangan, dan

pemanenan karena proyek diusahakan dengan melibatkan

kontraktor.

Analisis finansial dilakukan dengan mencari nilai NPV.

2. Mengumpulkan data atau variabel-variabel terkait model.

Variabel-variabel yang digunakan :

a. Sub model areal hutan:

1. State Variabel: Jumlah pohon per ha (Nha)

2. Aliran Materi: Penanaman awal dan pengganti bibit mati,

panen, mortality, dan penjarangan

3. Driving Variabel: Laju penjarangan tahun ke-3 dan ke-5, laju

penananaman untuk mengganti bibit yang mati tahun 1 dan 2,

dan laju mortality tahun ke-1 – ke-7, jarak tanam, luas hutan,

dan daur

b. Sub model sektor pengeluaran:

1. Driving Variabel: Kemampuan pekerja, pupuk yang dibutuhkan,

penjarangan, penanaman awal dan pengganti bibit mati, panen,

daur, luas hutan, biaya kegiatan (persiapan lahan, pembangunan,

perencanaan blok)

2. Auxillary Variabel: Total pengeluaran (bibit, pupuk, perawatan,

pengangkutan, gaji pekerja penanam, gaji pekerja, biaya

penyewaan tanah), total pekerja per kegiatan, jumlah pupuk

yang dibutuhkan, total pengeluaran perusahaan

3. Konstanta : Harga pupuk, gaji pekerja, harga bibit

c. Sub model sektor pendapatan:

1. Driving Variabel: penjarangan, panen

2. Auxillary Variabel: Total pendapatan dari penjarangan, total

pendapatan dari pemanenan, total pendapatan perusahaan

Page 11: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

3. Konstanta : Harga kayu hasil penjarangan dan harga kayu hasil

pemanenan

d. Sub model kelayakan usaha:

1. Driving Variabel: Suku bunga, tahun ke, total pengeluaran

perusahaan, total pendapatan perusahaan

2. Auxillary Variabel: Present value cost, present value benefit,

Net PV

3. Melakukan konseptualisasi model berdasarkan variabel-variabel yang ada.

4. Melakukan Spesifikasi model dengan menjelaskan hubungan antar variabel

dalam bentuk persamaan-persamaan.

5. Mengevaluasi model dengan uji sensitivitas.

6. Penggunaan model.

Page 12: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Spesifikasi Model Kuantitatif

4.1.1 Bentuk Umum Model

Bentuk umum model ini berupa persamaan deterministik dan stokastik dengan

menggunakan fungsi grafik terhadap waktu dalam menjelaskan fenomena suatu

variabel.

4.1.2 Basic Time Unit

Waktu dasar perlu ditentukan sebagai suatu generalisasi atas semua proses

simulasi yang dijalankan agar berada pada suatu satuan waktu yang sama. Dalam

pemodelan ini waktu yang digunakan dalam satuan tahun.

4.1.3 Identifikasi bentuk fungsi dari persamaan model

Berikut beberapa persamaan yang digunakan dalam menduga perilaku beberapa

Page 13: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

submodel :

4.1.4 Hubungan antar sub model

Sub model struktur tegakan akan menjelaskan pendapatan dan pengeluaran

perusahaan. Pendapatan dan pengeluaran perusahaan merupakan indikator yang

digunakan dalam menganalisis kelayakan finansial perusahaan. Gambar berikut

menjelaskan hubungan antar sub model.

Gambar 1. Hubungan antar submodel

Page 14: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

4.2 Hasil Simulasi

a. Struktur model tegakan hutan. Model ini menggambarkan keadaan pengelolaan

hutan pada HTI.

Gambar 2. Bentuk model struktur tegakan

Karakteristik hutan tanaman yang memiliki struktur tegakan seragam

sehingga di asumsikan semua tanaman memiliki pertumbuhan yang sama. Kondisi

hutan akan dilakukan penebangan dengan intensitas 100% atau tebang habis pada

akhir daur sebagaimana dianut pada HTI. Perilaku model dapat diamati sebagai

berikut:

Gambar 3. Output model jumlah tegakan pada intensitas 100%

Page 15: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

Gambar 4. Sub model sektor pengeluaran perusahaan

Gambar 5. Sub model pendapatan

Page 16: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

Gambar 6. Sub model analisis finansial

Tahun

Total

pengeluaran

perusahaan

(Rp)

Present value

cost (Rp)

Total

pendapatan

perusahaan

(Rp)

present value

benefit (Rp)

0 0 0 0 0

1 6.774.000.000 5.994.690.265 0 0

2 532.800 417.261 0 0

3 207.752.381 143.982.822 1.187.156.465 822.758.981

4 0 0 0 0

5 173.453.314 94.143.509 991.161.792 537.962.911

6 0 0 0 0

7 1.231.974.488 523.663.869 16.799.652.104 7.140.870.938

total 8.387.712.983 6.756.897.726 18.977.970.361 8.501.592.830

NPV 1.744.695.104,00

Tabel 1. Perhitungan pendapatan dan pengeluaran pada saat suku bunga 13%

Page 17: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

Gambar 7. Grafik Present value pengeluaran dan pendapatan perusahaan

pada suku bunga sekarang

Pada keempat sub model yang dibuat masing – masing sub model

memiliki variabel yang berbeda – beda, diamana antar sub model tersebut saling

berhubungan dan berkaitan satu sama lain yang secara berurutan dan pada

akhirnya mencari nilai kelayakan usaha dari HTI tersebut.

Pada sub model areal hutan terdapat stock berupa jumlah pohon per luasan

ha, dimana input atau yang dapat meningkatkan jumlah pohon adalah adanya

penanaman untuk mengganti bibit yang mati pada tahun ke-1 dan ke-2 dan

outpunya merupakan kegiatan pemanenan kayu pada akhir daur. Selain itu output

atau yang dapat mengurangi jumlah pohon dalam tegakan tersebut adalah adanya

kematian pohon setiap tahunnya dan adanya kegiatan penjarangan yang terjadi

pada tahun ke-3 dan ke-5. Kegiatan penjarangan ini dilakukan untuk memberikan

ruang pada tanaman untuk mendapatkan cahaya matahari lebih banyak dan

mengurangi persaingan unsur hara antar tanaman serta memberikan ruang tumbuh

pada anakan yang berada dibawah tegakan. Penjarangan dilakukan pada pohon

yang sakit, mati, dan pohon yang pertumbuhannya tidak optimal yang akan

mengganggu pertumbuhan pohon disekitarnnya. Selain itu juga penjarangan ini

dapat meningkatkan pertumbuhan pohon karena ruang tumbh lebih besar, hasil

penjarangan akan menjadi pemasukan untuk perusahaan.

Page 18: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

Jumlah pohon per hektar akan semakin menurun setiap tahun karena

adanya kegiatan penjarangan dan kematian pohon, dimana jumlah pohon yang

ditanam pada tahun pertama sebanyak 40.000 pohon dan setiap akhir daur.

Penanaman pohon yang dilakukan hanya 2 kali setiap satu daur yaitu pada tahun

ke-1 sebanyak 40.000 pohon dan tahun kedua sebanyak 288 pohon selain itu tidak

ada kegiatan penanaman. Penjarangan yang telah dibahas diatas yaitu hanya

dilakukan 2 kali dalam satu daur yaitu pada tahun ke-3 sebanyak 5.935,78 pohon

dan tahun ke-5 sebanyak 4.955,81 pohon. Kematian pohon terjadi pada tahun ke-2

samapi tahun ke-6 dimana banyaknya pohon yang mati paling besar sebanyak 360

pohon pertahun dan paling sedikit sebanyak 84 pohon pertahun. Kegiatan

pemanenan hanya dilakukan pada akhir daur sebanyak 27.999,42 pohon, dimana

jumlah pohon yang dipanen ini telah dikurangan dari kegiatan penjarangan dan

pohon yang mati.

Pada sub model sektor pengeluaran merupakan kumpulan komponen biaya

atau pengeluaran yang diperuntukkan untuk kegiatan pemeliharaan tegakan

(pemupkan, pembelian bibit dan perawatan tanaman), kegiatan teknis

(pemanenan, penjarangan, pengangkutan, penanaman), penyewaan tanah, dan gaji

pekerja untuk setiap kegiatan pengelolaan hutan. Total pengeluaran dari kegiatan

pengelolaan hutan tergolong cukup besar, biaya terbesar pada awal tahun yaitu

sebesar Rp 6.774.000.000 yang kemudian biayanya menurun dan meningkat

kembali pada tahun ke-7 sebesar Rp 1.231.974.487,62. Pengeluaran perusahaan

paling banyak pada tahun pertama karena pada tahun ini merupakan persiapan

untuk semua kegiatan pengelolaan hutan, sedangkan tahun berikutnya hanya biaya

yang dikeluarkan pertahun dan meningkat kembali pada akhir daur karena adanya

kegiatan pemanenan hutan sehingga adanya pengeluaran untuk penyedia sarana

dan prasarana untuk kegiatan tersebut. Pengeluaran tidak ada pada tahun ke-4 dan

ke-6 karena tidak adanya kegiatan. Jika daur menjadi lebih pendek maka

produktivitas kayu harus lebih ditingkatkan setiap tahunnya sehingga

membutuhkan jumlah tenaga kerja yang lebih besar untuk setiap kegiatan

pengelolaan hutan dan kegiatan pemeliharaan yang lebih intensif untuk memenuhi

target produksi sehingga biaya yang dikeluarkan juga semakin besar dan begitu

juga sebaliknya. Dengan kata lain jika daur menjadi lebih pendek dari sebelumnya

Page 19: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

maka akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar hutan karena

volume pekerjaan yang dibutuhkan lebih besar.

Untuk sub model sektor pendapatan adalah semua pendapatan yang akan

diterima oleh perusahaan dari hasil usaha tersebut. Sumber pemasukan dari HTI

ini ada dua macam yaitu penjarangan pohon pada tahun ke-3 dan ke-5 serta

pemanenan kayu pada akhir daur (tahun ke-7). Total pendapatan baik dari hasil

penjarangan maupun hasil pemanenan kayu didapatkan dengan mengalikan harga

kayu dengan jumlah pohon yang dijarangi dan jumlah pohon yang dipanen. Total

pendapatan perusahaan merupakan penjumlahan dari pendapatan hasil

penjarangan dan pendapatan hasil pemanenan. Besarnya pendapatan dari hasil

penajrangan tahun ke-3, penjarangan tahun ke-5 dan pemanenan kayu tahun ke-7

masing-masing sebesar Rp 1.187.156.465; Rp 991.161.792; dan Rp 16.799.652.104.

Kelayakan usaha merupakan suatu indikator usaha tersebut dapat

dijalankan dengan pendapatan yang diterima haruslah besarnya lebih besar sama

dengan biaya yang dikeluarkan untuk usaha tersebut. Untuk menyatakan sebuah

usaha dikatakan layak maka ada beberapa indikator yang harus ditentukan

nilainya, dimana dalam kasus ini digunakan NPV (Net Present Value). Untuk

menentukan nilai NPV maka nilai present value cost dan present value benefit

dengan menggunakan discount factor dengan suku bunga 13% dan tahun ke-7.

Nilai NPV didapatkan dari pengurangan antara present value benefit dan present

value cost. Nilai present value cost dimulai dari tahun pertama sebesar Rp

5.994.690.265 dan semakin kecil hingga tahun ke-7 dan kemudian nilainya

semakin besar setiap awal daur selanjutnya dan menurun hingga akhir daur begitu

seterusnya karena dipengaruhi oleh suku bunga dimana semakin lama maka nilai

uang akan semakin tinggi nilainya. Untuk present value benefit dimulai pada

tahun ke-3 sebesar Rp 822.758.981; pada tahun ke-5 sebesar Rp 537.962.911; dan

tahun ke-7 sebesar Rp 7.140.870.938 dan nilainya akan semakin besar pada daur

berikutnya untuk tahun yang sama karena pengaruh suku bunga.

Nilai NPV bernilai negaif pada tahun pertama – Rp 5.994.690.265 karena

belum adanya pendapatan oleh perusahaan dan tahun kedua sebesar –Rp

417.260,55 serta pada tahun pertama dan kedua pada daur. NPV bernilai positif

pada tahun ke-3, ke-5 dan ke-7 karena jumlah pendapatan lebih besar

Page 20: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

dibandingkan pengeluaran perusahaan, nilai NPV akan bernilai positif juga pada

tahun ke-3, ke-5 dan ke-7 nilainya semakin besar karena pengaruh suku bunga

tahunan. Pada akhir daur nilai NPV adalah Rp 1.744.695.104, usaha HTI

dikatakan layak jika nilai NPV ≥ 0 dalam HTI Acacia mangium ini telah

memenuhi syarat tersebut sehingga usaha HTI ini dikatakan layak untuk

diusahakan dengan jangka waktu tersebut

4.3 Evaluasi Model

Untuk mengetahui batas suku bunga agar suatu usaha dikatakan layak maka

dilakukan fase evaluasi model, yaitu dengan melakukan uji sensitifitas pada

persen suku bunga. Uji sensitivitas ini dilakukan sebanyak 6 kali yaitu untuk suku

bunga 13%,15%, 17%, 19%, 21%, dan 23%. Berdasarkan pengujian sensitifitas

maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 8. Pengaruh persen suku bunga terhadap NPV (1) sukubunga 23% (2)

21%(3) 19% (4) 17% (5) 15% dan(6) 13%.

Berdasarkan uji sensitivitas yang digunakan dinamika sistem yang dibangun

menunjukan semakin tinggi nilai suku bunga, maka nilai sekarang dari

pendapatan akan semakin rendah sehingga NPV akan menjadi negatif. Hal ini

sangat tidak diinginkan karena dengan suku bunga yang tinggi maka usaha

tersebut menjadi tidak layak untuk diusahakan. Dan batas suku bunga agar

Page 21: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

perusahaan impas atau mempunyai NPV mendekati nol adalah 17-18%. Hal ini

ditunjukan oleh pendapatan dan pengeluaran yang seimbang nilainya.

4.4 Penggunaan Model

Terdapat beberapa simulasi skenario yang dibuat yang berintikan pada

simulasi pemberlakuan suku bunga. Hasil simulasi tersebut telah dianalisis dan

dampaknya bagi kelayakan suatu usaha HTI tersebut dapat diketahui dari hasil

simulasi tersebut. Beberapa studi literatur terhadap kebijakan ekonomi khususnya

diperlukan untuk memprediksi nilai suku bunga dimasa mendatang dan hasil

prediksinya dapat memberikan informasi yang digunakan dalam pengambilan

keputusan.

Page 22: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan simulasi pemanenan yang dilakukan pada HTI dengan berbagai

sukubunga yang diberlakukan, maka pada sukubunga yang berlaku sekarang yaitu

13% perusahaan layak secara finansial untuk diusahakan. Batas suku bunga

maksimum yang diberlakukan agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah

17-18% dan untuk suku bunga lebih besar dari itu maka perusahaan tidak layak

diusahakan.

Saran

Untuk peningkatan keakuratan atau agar model ini mendekati keadaan

sebenarnya di alam, maka diperlukan perbaikan terhadap model ini. Terutama

variabel penambahan variabel yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

finansialnya.

Page 23: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 1994. Hutan Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap lingkungan. Yayasan

Obor Indonesia. Jakarta.

Bone .2010. Model dinamika struktur tegakan untuk pengaturan hasil hutan alam

bekas tebangan : kasus HPH PT. Gema Hutan Lestari pulau Buru provinsi

Maluku. Skripsi

Daniel TW, Helms JA, Baker FS. 1979. Principles of Silviculture. New York:

McGraw-Hill.

Darusman D, Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Di dalam:

Kontribusi Hutan Rakyat dalam Kesinambungan Industri Kehutanan.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Pusat

Litbang Kehutanan. Bogor.

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian

Keberhasilan Reklamasi Hutan. Jakarta: Kementrian Kehutanan

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2002. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

4795/Kpts-II/2002 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Desa Hutan oleh

Pemegang HPHTI. Jakarta: Dephut.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Meyer et al. 1961. Forest Management, 2nd

edition. New York: The Ronald Press

Company.

Richard PW. 1964. The Tropical Rain Forest an Ecological Study. Cambridge at

The University Press. Cambridge.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Santosa H. 2006. Hutan Rakyat Menuju Alternatif Sumber Bahan Baku Industri

Perkayuan di Indonesia. Di dalam: Pasokan Bahan Baku Kayu untuk

Mendukung Industri Perkayuan di Indonesia. In-House Experts Working

Group Revitalisasi Industri Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Suhendang E. 1985. Studi Model Struktur Tegakan Hutan Alam Hujan Dataran

Rendah di Bengkunat Propinsi DT I Lampung. [Thesis]. Fakultas

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Susanto, Budi. 2005. Pemodelan sistem perangkat lunak. Yogyakarta: FTI

UKDW

Page 24: MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN · PDF fileKelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2 ... Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: ... Dapat diamati dengan pola top

Wijaya hendra.2010. definisi, karakteristik dan prinsip-prinsip pemodelan sistem.

{terhubungberkala]http://infopemodelansistem.blogspot.com/2010/06/defi

nisi-karakteristik-dan-prinsip.html (diunduh tanggal 2 januari 2014)