95
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak mempunyai arti yang sangat luas, yaitu senyawa yang berbentuk cairan pekat pada suhu ruangan dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sumbernya, minyak dibagi menjadi dua macam, yaitu minyak bumi (mineral oils atau petroleum) dan minyak dari mahluk hidup (lipida atau lipids). Adapun minyak dari mahluk hidup terbagi lagi menjadi minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (animal oils). Minyak hewani lebih popular disebut dengan istilah lemak (fats) karena pada umumnya berbentuk padat pada suhu ruangan. Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun kedelai, bunga matahari, dll. Pada proses pembuatan minyak nabati, untuk memperbaiki kualitas pada minyak kasar dilakukan beberapa treatment yaitu : Rafinasi, Fraksinasi, dan Interesterifikasi. Untuk menghasilkan minyak kasar tersebut dilakukan 2 cara yaitu press dan ekstrasi. Hasil minyak kasar (crude oil) harus diolah lagi untuk 1

minyak nabati

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak mempunyai arti yang sangat luas, yaitu senyawa yang berbentuk

cairan pekat pada suhu ruangan dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sumbernya,

minyak dibagi menjadi dua macam, yaitu minyak bumi (mineral oils atau petroleum)

dan minyak dari mahluk hidup (lipida atau lipids). Adapun minyak dari mahluk hidup

terbagi lagi menjadi minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (animal oils).

Minyak hewani lebih popular disebut dengan istilah lemak (fats) karena pada

umumnya berbentuk padat pada suhu ruangan.

Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan

dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan

ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun kedelai, bunga matahari, dll.

Pada proses pembuatan minyak nabati, untuk memperbaiki kualitas pada

minyak kasar dilakukan beberapa treatment yaitu : Rafinasi, Fraksinasi, dan

Interesterifikasi. Untuk menghasilkan minyak kasar tersebut dilakukan 2 cara yaitu

press dan ekstrasi. Hasil minyak kasar (crude oil) harus diolah lagi untuk

mendapatkan kualitas minyak yang lebih baik. Tujuan dari Rafinasi adalah untuk

menghilangkan kotoran dan bau yang tidak enak. Macam-macam proses Rafinasi

adalah Degumming, Netralisasi, Bleaching, Deodorisasi.

Minyak nabati merupakan bahan yang sangat dibutuhkan saat ini. Seiring

dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, diperlukan peningkatan produksi agar

dapat terimbangi. Akan tetapi, tidak semua orang memahami proses pengolahan

hingga dihasilkan minyak nabati yang berkualitas.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan

informasi kepada para pembaca mengenai proses kilang minyak nabati.

1

BAB II

SUMBER DAN KONSTITUEN PENYUSUN MINYAK DAN LEMAK SERTA

KETERDAPATANNYA DALAM BAHAN BAKU

2.1 Sumber Minyak Dan Lemak

Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu :

1. Bersumber dari tanaman

a. Biji-bijian palawija: minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen,

kedelai, dan bunga matahari.

b. Kulit buah tanaman tahunan: minyak zaitun dan kelapa sawit.

c. Biji-bijian dari tanaman harian: kelapa, cokelat, inti sawit, babassu, cohune

dan lain sebagainya.

2. Bersumber dari hewani

a. Susu hewani peliharaan: lemak susu.

b. Daging hewan peliharaan: lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil

dari oleo stock, lemak babi dan mutton tallow.

c. Hasil laut: minyak ikan sarden serta minyak ikan paus.

Minyak dan lemak (trigliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber

mempunyai sifat fisiko-kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan jumlah

dan jenis ester yang terdapat di dalamnya. Minyak dan lemak tidak berbeda dalam

bentuk umum trigliseridanya dan hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut

minyak jika berbentuk padat pada suhu kamar.

Sifat fisiko-kimia biasanya berada dalam suatu kisaran nilai, karena

perbedaannya cukup kecil, nilai tersebut dinamakan konstanta. Konstanta fisik yang

dianggap cukup penting adalah berat jenis, indeks bias dan titik cair, sedangkan

konstanta kimia yang penting adalah bilangan iod, bilangan penyabunan, bilangan

Reichert Meisce, bilangan Polenske, bilangan asam dan residu fraksi tak tersabunkan.

2

2.2 Komposisi Minyak

Minyak / Lemak yang berasal dari nabati ( tumbuh-tumbuhan ) selain

mengandung minyak / lemak sebagai komponen utama, juga mengandung senyawa-

senyawa lain bukan minyak seperti: gum, resin, lendir, asam-sasam lemak bebas

(FFA), fosfatida, protein, dan senyawa-senyawa sterol yang disebut Fitosterol (suatu

jenis senyawa sterol yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, namun berbeda dengan

Cholesterol). Minyak Kelapa mengandung pula Vitamin E (tocopherol), sedang

minyak kelapa sawit mengandung tocopherol dan ß-carotene yang berwarna merah.

Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat fisiko-kimia tiap jenis minyak

berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat

tumbuh dan pengolahan. Perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah:

1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung

fitosterol.

2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari pada lemak

nabati.

3. Lemak hewani mempunyai bilangan Reichert Meisce lebih besar serta bilangan

polenske lebih kecil dari pada minyak nabati.

Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung

sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu lipid komplek (lesithin, cephalin,

fosfatida dan glikolipid); sterol berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam

lemak; asam lemak bebas; lilin; pigmen yang larut dalam lemak dan hidrokarbon.

Semua komponen tersebut akan mempengaruhi warna dan flavor produk, serta

berperan dalam proses ketengikan. Fosfolipid dalam minyak yang berasal dari biji-

bijian biasanya mengandung sejumlah fosfatida, yaitu lesithin dan cephalin. Dalam

minyak jagung dan kedelai, jumlah fosfatida sekitar 2 – 3 %, dan dalam proses

pemurniannya, senyawa ini dapat dipisahkan.

Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan

tidak murni dan bercampur dengan komponen-komponen lain yang disebut fraksi

3

lipida. Fraksi lipida terdiri dari minyak, lemak (edible fat/oil), malam (wax),

fosfolipida, sterol, hidrokarbon dan pigmen.

Fraksi lipid dalam bahan pangan biasanya dipisahkan dari persenyawaan lain

yang terdapat dalam bahan pangan dengan ekstraksi menggunakan pelarut seperti

petroleum eter, etil, ester, kloroform atau benzena. Fraksi yang larut disebut “fraksi

yang larut dalam eter” atau lemak kasar (Ketaren, 1986). Untuk membedakan

komponen-komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH. Minyak/ lemak pangan,

malam dan fosfolipida dapat disabunkan dengan NaOH sedangkan sterol,

hidrokarbon dan pigmen adalah fraksi yang tidak tersabunkan.

2.3 Klasifikasi Lemak Dan Minyak

Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan beberapa penggolongan,

yaitu:

2.3.1 Berdasarkan kejenuhannya (ikatan rangkap) :

Asam lemak jenuh

Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal

pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang

dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga

biasanya berwujud padat.

Tabel 2.1 Contoh-Contoh Dari Asam Lemak Jenuh, Antara Lain:

Asam lemak tak jenuh

Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan

rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak dengan lebih dari satu ikatan

rangkap tidak lazim, terutama terdapat pada minyak nabati, minyak ini disebut

poliunsaturat.

4

Tabel 2.2 Contoh-Contoh Dari Asam Lemak Tak Jenuh, Antara Lain:

2.3.2 Berdasarkan sifat mengering

Minyak tidak mengering (no-dryng oil)

Cara mengetahui minyak tersebut merupakan minyak tidak mengering adalah

dengan melihat jumlah ikatan rangkapnya. Bila minyak tersebut mempunyai

banyak ikatan rangkap (tidak jenuh), maka minyak tersebut dikatakan minyak

tidak mengering. Ikatan rangkap akan teroksidasi oleh O2 membentuk

hidroperoksida, dimana hidroperoksida akan membentuk seperti lemak (film

tipis). Minyak yang memiliki bilangan iod dibawah 100 merupakan minyak tidak

mengering.

Minyak setengah mengering (semi-drying oil), yaitu minyak yang mempunyai

daya mengering lebih lambat. Minyak setengah mengering memiliki asam lemak

jenuh yang sama banyak dengan asam lemak tidak jenuhnya. Minyak yang

memiliki bilangan iod antara 100-130 merupakan minyak setengah mengering.

Minyak mengering (drying-oil)

Minyak yang termasuk minyak mengering adalah minyak yang memiliki sedikit

ikatan rangkapnya (jenuh). Minyak yang memiliki bilangan iod diatas 130

merupakan minyak mengering.

5

Tabel 2.3 Pengklasifiksian Lemak Dan Minyak Berdasarkan Sifat Mengering

Sifat Keterangan

Minyak Tidak

Mengering (non

drying oil)

- Tipe minyak zaitun, contoh: minyak zaitun, minyak buah

persik, minyak kacang tanah

- Tipe minyak rape, contoh: minyak biji rape, minyak

mustard

- Tipe minyak hewani, contoh: minyak sapi

Minyak

Setengah

Mengering

- Minyak yang mempunyai daya mengering yang lebih

lambat, contoh: minyak biji kapas, minyak bunga

matahari, minyak jagung, minyak gandum, kapok,

croton, dan urgen

Minyak

Mengering

(drying oil)

- contoh: minyak kacang kedelai, minyak biji karet,

safflower, argemone, hemp, walnut, biji poppy, biji

karet, perilla, tung, linseed, dan candle nut.

2.3.3 Berdasarkan sumbernya

Tabel 2.4. Pengklasifikasian Lemak Dan Minyak Berdasarkan Sumbernya.

6

2.3.4 Berdasarkan kegunaannya

Tabel 2.5 Pengklasifikasian Lemak Dan Minyak Berdasarkan Kegunaanya.

2.4 Karakteristik minyak nabati

2.4.1 Sifat fisik

1. Warna

a. Warna alamiah

b. Warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia yang terdapat

dalam minyak.

2. Bau

Lemak atau bahan pangan berlemak, dapat menghasilkan bau tidak enak yang

mirip dengan bau ikan yang sudah basi, yang disebabkan oleh interaksi

trimetilamineoksida dengan ikatan rangkap dari lemak tidak jenuh.

3. Kelarutan

Kelarutan diengaruhi oleh nilai polaritas dari masing-masing minyak nabati.

4. Titik cair

5. Titik didih

Titik didih dari asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambahnya

rantai karbon asam lemak tersebut.

6. Titik lunak

Ditentukan dengan penggunaan tabung kapiler yang diisi dengan minyak.

7

7. Sliping point

8. Cara penetapannya yaitu dengan mempergunakan suatu silinder kuningan

yang kecil, yang diisi dengan leak padat, kemudian disimpan dalam bak yang

tertutup dan dihubungkan dengan termometer.

9. Sort melting point

Yaitu temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak.

10. Bobot jenis

Bobot jenis ditentukan oleh temperatur kamar (25OC)

11. Indeks bias

Adalah derajar penyimpangan yang dilewatkan pada suatu medium yang

cerah. Ini digunakan untuk pengujian kemurniaan minyak.

12. Titik asap, titik nyala, titik api.

Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan asap

pada pemanasan, titik nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dari

minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah temperatur

pada saat dihasilkan pembakaran yang terus menerus

13. Titik kekeruhan

Ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau lemak dengan

pelarut lemak.

2.4.2 Sifat kimia

1. Hidrolisa

Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan berubah menjadi asam lemak

bebas dan gliserol. Hal ini dapat merusak minyak karena terdapatnya sejumlah

air dalam minyak atau lemak yang mengakibatkan ketengikan.

8

Gambar 2.1 Reaksi Hidrolisa Minyak Atau Lemak

2. Oksidasi

Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen

dengan lemak atau minyak, hal ini akan menyebabkan bau tengik pada lemak

atau minyak.

3. Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,

menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia

yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip

transesterifikasi Fiedel-Craft.

Gambar 2.2 Reaksi Esterefikasi

9

4. penyabunan

Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada

trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung

gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.

Gambar 2.3 Reaksi Penyabunan

5. Pembuatan keton

Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.

Gambar 2.4 Keton

10

2.5 Berbagai Jenis Minyak Yang Bersumber Dari Bahan Nabati,

Karakteristik, Dan Klasifikasinya

a. Minyak Wijen

Klasifikasi

Minyak wijen merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)

termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak wijen mengandung asam lemak jenuh

dan asam lemak tak jenuh. Berdasarkan kegunaannya minyak wijen merupakan

minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia) dan mintak atsiri.

Komposisi Kimia

Tabel 2.6 Komposisi Asam Lemak Minyak Wijen

Asam lemak Humus Persen

Asam lemak jenuh

Palmitat

Stearat

Atachidat

Asam lemak tidak jenuh

Oleat

Linoleat

Linolenat

C16H32O2

C18H36O2

C20H40O2

C18H34O2

C18H32O2

C18H30O2

9,1

4,3

0,8

45,4

40,4

Sumber : Hilditch (1947)

11

Tabel 2.7 Sifat Fisika-Kimia Minyak Wijen

Karakteristik Syarat

Berat jenis pada 25 0 C

Indeks bias pada 25 0C

Bilangan Iod

Bilangan Penyabunan

Bilangan Reichert-Meissl

Bilangan Hehnet

Campuran asam-asam lemak

Bilangan iod

Titik beku

Titik cair

0,916 – 0,921

1,4763

103 – 112

188 – 193

1,2

95,6 – 95,9

109 – 122

21 – 24 0 C

21 -31,5 0 C

Sumber : Hildicth (1947)

Standar Mutu

Minyak wijen berwarna kuning, tidak berbau dan mempunyai rasa gurih.

Minyak kasarnya bermutu tinggi dan dapat digunakan sebagai minyak salad dengan

atau tanpa proses winterisasi.

Untuk mendeteksi minyak wijen digunakan uji berikut :

1. Uji villavecchia dan fabris menggunakan larutan alkohol (furfural)

2. Uji Boudouin

Kedua uji tersebut akan positif karena adanya fraksi tidak tersabunkan dalam

minyak wijen, yaitu suatu zat (sesamin dan sesameoline) yang tidak ditemukan dalam

lemak-lemak lain. Karena adanya senyawa tersebut, maka minyak wijen dapat segera

dideteksi walaupun telah mengalami proses hidrogenasi.

12

Daya Guna

Biji wijen digunakan untuk manisan atau campuran kembang gula yang dibuat

dari gula anggur. Biji wijen merupakan makanan penting, karena mempunyai niali

gizi yang tinggi dan di Afrika digunakan sebagai pencampur dalam bubur dan sup.

Minyak wijen digunakan untuk obat-obatan yaitu dalam pembuatan obat

gosok amonia, karena sifat minyak wijen yang tidak dapat memisah sehingga baik

digunakan untuk campuran obat gosok dengan kekentalan yang baik.

Wijen juga mengandung vitamin B, dan vitamin C yang berfungsi sebagai zat

pelindung dalam tubuh manusia.

b. Minyak Jagung

Klasifikasi

Minyak jagung merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)

termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak jagung mengandung asam lemak jenuh

dan asam lemak tak jenuh. Minyak jagung merupakan minyak nabati setengah

mengering (semi drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak jagung merupakan

minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia).

Komposisi Kimia

Tabel 2.8 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Jagung

13

Tabel 2.9 Komposisi Minyak jagung

Komponen Jumlah (%)

Total gliserida 98,6

Bahan tidak tersabunkan :

Total 1,26-1,63

sitosterol 0,92-1,08

Asam lemak (persen dari total asam) :

Asam lemak jenuh 13

Palmitat 10

Stearat

Asam lemak tidak jenuh 86

linoleat

Oleat 30

Sifat Fisika Kimia

Tabel 2.10 Sifat Fisika Kimia Minyak Jagung

Tabel Sifat Fisika Kimia Minyak jagung

Karakteristik Nilai

Bilangan asam Flavor

Cold test Bilangan penyabunan

Bilangan Iodium Bilangan Hehner

Titik cair (oF) Titik nyala (oF)

Titik bakar (oF) Bobot jenis pada suhu kamar

Pounds per gallon 0,004-0,100

Lembut Bersih

189-191 125-128

93-96 4-12

14

Daya Guna

Minyak jagung merupakan minyak yang memiliki komposisi asam lemak tak

jenuh yang sangat tinggi. Dalam produk farmasi, minyak jagung digunakan untuk

sediaan injeksi. Selain itu, juga digunakan sebagai suplemen makanan berkalori

tinggi. Minyak jagung kaya akan kalori, sekitar 250 kalori per ons. Minyak jagung

merupakan minyak goreng yang stabil (tahan terhdap ketengikan). Karena adanya

tokoferol yang larut dalam minyak. Dengan proses winterisasi, minyak jagung dapat

diolah menjadi minyak salad dan sebagai hasil sampingannya adalah mentega putih

(shortening). Minyak salad yang ditambah garam dan flavoring agent berupa rempah-

rempah akan menghasilkan mayonnaise.

Asam Oleat

Asam Oleat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak dikandung dalam

Minyak jagung. Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di

antara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam Minyak jagung (55-80%), asam lemak

ini juga terkandung dalam CNO, CPKO, miyak jarak serta minyak biji anggur.

Rumus kimia: CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH.

Sifat-sifat fisika dan kimia Asam Oleat adalah sebagai berikut :

a. Sifat Fisika :

- berat molekul : 280,45 (kg/mol)

- titik leleh : 16,3 0C

- titik didih : 285 0C

- indeks bias : 1,4565

- spesifik gravity : 0,917-0,919 (25 0C)

- densitas : 0,8910 gr/ml

- tidak larut dalam air

- mudah terhidrogenasi

- merupakan asam lemak tak jenuh

- memiliki aroma yang khas

b. Sifat Kimia :

15

- Larut dalam pelarut organik seperti alkohol

- bersifat hidrolisis

- tidak stabil pada suhu kamar

- Asam lemak bebas 2,5-2,4 %

(Sumber : Perry’s, 1999)

Asam Linoleat

Asam linoleat (LA) adalah asam lemak tak jenuh omega-6. Secara kimiawi

asam linoleat adalah asam yang berantai karbon 18 pada rantai karbon dan 2 cis

ikatan rangkap. Ikatan rangkap pertama terdapat pada karbon ke-6 dan omega

terakhir.

Asam linoleat digunakan untuk membuat sabun, pengemulsi, dan minyak

pengering. Reduksi asam lemak menghasilkan linoleyl alkohol.

Sifat-sifat fisika dan kimia Asam Linoleat adalah sebagai berikut :

a. Sifat Fisika :

- berat molekul : 280.44548(1724) g/mol

- titik leleh : -5 °C

- titik didih : 229 0C

- tidak larut dalam air

- mudah terhidrogenasi

- merupakan asam lemak tak jenuh

- tidak berwarna

b. Sifat Kimia :

- Larut dalam pelarut organik

- bersifat hidrolisis

- tidak stabil pada suhu kamar

- Rumus Kimia Asam Linoleat : C18H32O2

(Sumber : Perry’s, 1999)

Asam Stearat

16

Asam Stearat atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak jenuh yang mudah

diperoleh dari lemak hewani. Wujudnya padat pada suhu ruang, dengan rumus kimia

CH3(CH2)16COOH. Asam stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan

dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari

hidrogenasi minyak nabati. Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan

pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet. Reduksi

asam stearat menghasilkan stearil alkohol.

Sifat-sifat fisika dan kimia Asam Stearat adalah sebagai berikut :

a. Sifat Fisika :

- berat molekul : 284.478 g/mol

- titik leleh : 69.6 °C

- titik didih : 291 0C

- densitas : 0.847 g/cm3 at 70 °C

- mudah terhidrogenasi

- merupakan asam lemak tak jenuh

b. Sifat Kimia :

- Larut dalam pelarut organik

- bersifat hidrolisis

- Rumus Kimia Asam Stearat : C18H36O2

(Sumber : Perry’s, 1999)

Gliserol

Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperature

kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan

rasa yang manis. Gliserol terdapat secara alami dalam persenyawaaan sebagai

gliserida didalam semua jenis minyak dan lemak baik dari tumbuhan maupun hewan,

dan gliserol didapatkan dari proses saponifikasi minyak pada pembuatan sabun, atau

pemisahan secara langsung dari lemak pada pemroduksian asam lemak. Sejak 1949

gliserol juga diproduksi secara sintetis dari propilen. Dan proses secara sintetis

tercatat kurang lebih sekitar 50% dari total gliserol di pasaran.

17

Sifat-sifat fisika dan kimia Gliserol adalah sebagai berikut :

a. Sifat Fisika :

- berat molekul : 92,09 kg/kmol

- titik beku : 17,9 0C

- titik didh : 290 0C

- spesifik gravity : 1,260

- densitas : 0.847 g/cm3 70 °C

- viskositas : 34 cP

- Fasa : Cair ( 30 0C, 1 atm )

- sempurna dalam air

- mudah terhidrogenasi

- merupakan asam lemak tak jenuh

b. Sifat Kimia :

- Larut dalam air

- Merupakan senyawa hidroskopis

- tidak stabil pada suhu kamar

- Rumus Kimia Gliserol : C3H8O3

c. Minyak Kedelai

Klasifikasi

Minyak kedelai merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)

termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak kedelai mengandung asam lemak jenuh

dan asam lemak tak jenuh. Minyak kedelai merupakan minyak nabati mengering

(drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak kedelai merupakan minyak Nabati

(bahan makanan bagi manusia).

Komposisi

Tabel 2.11 Komposisi Kimia Minyak Kedelai

18

Asam lemak tidak jenuh (85%) terdiri dari:

asain linoleat 15 – 64%

asam oleat 11 – 60%

asam linolenat 1 – 12%

asam arachidonat 1.5%

Asam lemak jenuh (15%), terdiri dari:

asam palmitat 7 - 10%

asam stcarat 2 – 5%

asam arschidat 0.2 – 1%

asam laurat 0 – 0.1%

Fosfolipida jumlahnya sangat kecil (trace)

Lecithin

Cephalin

Lipositol

Sumber : Bailey, A.E. (1950).

Sifat fisika kimia

Tabel 2.12 Sifat Fisika Kimia Minyak Kedelai

Sifat Nilai

Bilangan asam 0,3-3,000

Bilangan penyabunan 189-195

Bilangan Iod 117- 141

Bilangan Thiosianoggen 77-85

Bilangan hidroksil 4-8

Bilangan Reichert Meissl 0,2 - 0,7

Tabel 2.13 Standar Mutu Minyak Kedelai

Sifat Nilai

19

Bilangan asam maksimum 3

Bilangan penyabunan minimum 190

Bilangan Iod 129-143

Bahan yang tak tersabunkan (%) maksimum 1,2

Bahan yang menguap (5b) maksimum 0,2

Indeks bias (20°C) 1,473-1,477

Robot jenis (15,5115,5°C) 0,924-0,928

Sumber Bailey, A.E. (1950).

Nilai Gizi

Asam lemak esensial dalam minyak dapat mencegah timbulnya athero-

sclerosis atau penyumbatan pembuluh darah.

Kegunaan

Minyak kedelai yang sudah dimurnikan dapat digunakan untuk pembuatan

minyak salad, minyak goreng (cooking oil) serta untuk segala keperluan pangan.

Lebih dari 50 persen produk pangan dibuat dari minyak kedelai, terutama margarin

dan shortening. Hampir 90 persen dari produksi minyak kedelai digunakan di bidang

pangan dan dalam bentuk telah dihidrogenasi, karena minyak kedelai mengandung

lebih kurang 85 persen asam lemak tidak jenuh.

Minyak kedelai juga digunakan pada pabrik lilin, sabun, varnish, lacquers,

cat, semir, insektisida dan desinfektans.

d. Minyak Kelapa Sawit

Klasifikasi

Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)

termasuk golongan kulit buah tanaman tahunan. Minyak kelapa sawit mengandung

asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kelapa sawit merupakan

minyak nabati tidak mengering (non-drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak

kelapa sawit merupakan minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia).

Sifat Fisika-Kimia

20

Tabel 2.14 Nilai Sifat Fisika-kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot jenis pada suhu

kamar

Indeks bias D 40 0C

Bilangan Iod

Bilangan Penyabunan

0,900

1,4565 – 1,4585

48 – 56

196 - 205

0,900 – 0,913

1,495 – 1,415

14 – 20

244 - 254

Sumber : Krischenbauer (1960).

Tabel 2.15 Sifat Minyak Kelapa sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan

Sifat Minyak sawit

kasar

Minyak sawit

murni

Titik cair : Awal

Akhir

Bobot jenis 15 0 C

Indeks bias D 40 0 C

Bilangan penyabunan

Bilangan iod

Bilangan Reichert

Meissl

Bilangan polenske

21 – 24

26 – 29

0,859 – 0,870

36,0 – 37,5

224 – 249

14,5 – 19,0

5,2 – 6,3

9,7 – 10,7

0,8 – 1,2

33

29,4

40,0

46 – 49

196 – 206

46 – 52

-

-

-

-

Standar Mutu

Tabel 2.16 Standar Mutu SPB dan Ordinary

Kandungn SPB Ordinary

21

Asam

lemak

bebas (%)

Kadar air

(%)

Kotoran

(%)

Besi

p.p.m

Tembaga

p.p.m

Bilangan

iod

Karotene

p.p.m

Tokoferol

p.p.m

1 – 2

0,1

0,00

2

10

0,5

53 ±

1,5

500

800

3 – 5

0,1

0,01

10

0,5

45 – 56

500 – 700

400– 600

e. Minyak Kemiri

Klasifikasi

22

Minyak kemiri merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)

termasuk golongan biji-bijian tanaman palawija. Minyak kemiri mengandung asam

lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Berdasarkan kegunaannya minyak kemiri

merupakan bahan non pangan dapat digunakan sebagai bahan dasar cat dan pernis,

tinta cetak dan pembuatan sabun atau sebagai pengawet kayu.

Komposisi Kimia Biji Dan Minyak Kemiri

Setiap 100 gram daging biji kemiri mengandung 636 kalori, 19 gram protein,

63 gram lemak, 8 gram karbohidrat, 80 mgram kalsium, 200 mgram fosfor, 2 mgram

besi, 0,06 mgram vitamin B, 7 gram air.

Asam lemak yang terkandung dalam minyak terdiri dari 55 persen asam

palmitat; 6,7 persen stearat; 10,5 persen oleat; 48,5 persen linoleat, dan 28,5 persen

linolenat.

Tabel 2.17 Karakteristik Minyak Kemiri

Karakteristik Nilai

Bilangan penyabunan 188 – 202

Bilangan asam 6,3 – 8

Bilangan iod 136 – 167

Bilangan thiocyanogen 97 – 107

Bilangan hidroksil Tidak ada

Bilangan Reichert-Meissl 0,1 – 0,8

Bilangan Polenske Tidak ada

Indeks bias pada 25o C 1,473 – 1,479

Komponen tidak tersabunkan 0,3 – 1 persen

Bobot jenis pada 15o C 0,924 – 0,929

Sumber : Bailey, A.E. (1950).

Daya Guna Minyak Dan Buah Kemiri

Buah kemiri tidak dapat langsung dimakan mentah karena beracun, yang

disebabkan oleh toxalbumin. Persenyawaan toxalbumin dapat dihilangkan dengan

23

cara pemanasan dan dapat dinetralkan dengan penambahan bumbu lainnya seperti

garam, merica dan terasi. Bila terjadi keracunan karena kemiri, dapat dinetralkan

dengan meminum air kelapa.

Daging buah kemiri digunakan sebagai bumbu dalam jumlah yang relatif

kecil. Minyak kemiri tidak dapat dicerna karena bersifat laksatif dan biasanya

digunakan sebagai bahan dasar cat atau pernis, tinta cetak dan pembuatan sabun atau

sebagai pengawet kayu. Di Filipina minyak ini sudah lama dikenal dan digunakan

untuk melapisi bagian dasar perahu, agar tahan terhadap korosif akibat air laut.

Minyak kemiri dapat digunakan sebagai minyak rambut dan di Pulau Jawa sebagai

bahan pembatik, dan juga untuk penerangan.

Standar Mutu Dan Karakteristik Minyak Kemiri

Di Indonesia belum dilakukan penelitian standarisasi minyak kemiri, karena

jarang di olah menjadi minyak, sehingga sampai saat ini belum ada standar mutu bagi

minyak kemiri Indonesia.

f. Minyak Jarak

Klasifikasi

Minyak jarak merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati) termasuk

golongan biji-bijian dari tanaman tahunan. Minyak jarak mengandung asam lemak

jenuh dan asam lemak tak jenuh. Berdasarkan kegunaannya minyak jarak dapat

digunakan dalam industry cat, varnish, lacquer, pelumnas, tinta cetak, linoleum, oil

cloth, dan sebagai bahan baku dalam industry-industri plastic dan nilon. Dalam

jumlah kecil minyak jarak dan turunannya juga digunakan untuk pembuatan

kosmetik, semir, dan lilin. Biji jarak terdiri dari 75% kernel (daging biji) dan 25%

kulit dengan komposisi kimia

Komposisi kimia

Tabel 2.18 Komposisi Kimia Biji Jarak

24

Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jarak

Tabel 2.19 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jarak

Nilai Gizi dan Daya Guna

25

Minyak jarak mempunyai sifat sangat beracun di samping kandungan asam

lemak esensialnya yang sangat rendah. Hal yang demikian menyebabkan minyak

jarak ridak dapat digunakan sebagai minyak makan dan bahan pangan.

Minyak jarak dan turunannya digunakan dalam industry cat, varnish, lacquer,

pelumnas, tinta cetak, linoleum, oil cloth, dan sebagai bahan baku dalam industry-

industri plastic dan nilon. Dalam jumlah kecil minyak jarak dan turunannya juga

digunakan untuk pembuatan kosmetik, semir, dan lilin.

g. Minyak Kacang Tanah

Klasifikasi

Minyak kacang tanah merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)

termasuk golongan biji-biji palawija. Minyak kacang tanah mengandung asam lemak

jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kacang tanah merupakan minyak tidak

mengering (non drying oil) tipe minyak zaitun. Berdasarkan kegunaannya minyak

kacang tanah merupakan minyak Nabati (bahan makanan bagi manusia

Komposisi Kimia

Tabel 2.20 Komposisi asam lemak minyak kacang tanah

26

Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kacang Tanah

Tabel 2.21 Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kacang Tanah Sebelum dan Sesudah

Dimurnikan

Tabel 2.22 Sifat Kimia Minyak Kacang Tanah

h. Minyak Biji Kapas

27

Klasifikasi

Minyak biji kapas merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)

termasuk golongan biji-bijian tanaman palawija. Minyak biji kapas mengandung

asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak biji kapas merupakan minyak

nabati setengah mengering (semi drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak biji

kapas merupakan bahan pangan dan non pangan.

Komposisi Kimia

Tabel 2.23 Komposisi Asam Lemak Biji Kapas

Asam Lemak Persentase berat (%)

Asam mirsitat 1,4

Asam palmitat 23,4

Asam stearate 1,1

Asam arachidat 1,3

Asam miristoleat 0,1

Asam palmitoleat 2,0

Asam oleat 22,9

Asam linoleat 47,8

Sumber: Krischenbauer (1960)

Tabel 2.24 Komposisi Kimia Biji Kapas

Komposisi Biji (%) Kernel (%) Kulit (%) Daging

(%)

Kadar air 9,9 6,9 9,3 7,8

Minyak 19,5 29,6 0,9 7,4

Protein 19,4 30,3 3,8 44,8

Serat

kasar

22,6 4,8 46,1 9,9

Abu 4,7 6,9 2,6 5,6

Sifat Fisika Minyak

28

Hidrokarbon yang terdapat dalam minyak biji kapas adalah squalene. Minyak

biji kapas yang murni mengandung 0,004-0,12 persen squalene, sedangkan menurut

Kufmann jumlah total hidrokaarbon sekitar 0,25 persen. Pada suhu kamar minyak biji

kapas dapat larut dalam pelarut dalam pada berebagai perbandingan, tetapi tidak larut

dalam furfural dan pelarut polar seperti aseton metil asetat. Pembakaran 1 gram

minyak kapas menghasilkan 9,500 kalori, sedangkan indeks refraksinya pada suhu

200C sebesar 1,4724.

Nilai titik asap, titik api dan titik nyala minyak biji kapas tergantung dari

jumlah kandungan asam lemak bebas. Minyak murni yang mengandung asam lemak

bebas sebesar 0,01-0,03 persen mempunyai titik asap, titik nyala dan titik api

berturut-turut: 221,1-232,20C; 323,8-329,40C dan 357,2-362,70C, sedangkan pada

minyak kasar yang mengandung asam lemak bebas sekitar 1,8 persen mempunyai

nilai titik asap, titik nyala dan titik api berturut-turut: 1450C;293,30C dan 356,10C.

Sifat Kimia

Minyak biji kapas mempunyai bilangan iod dan bilangan penyabunan masing-

masing 108 dan 195. Bilangan thiosianogen menurut metode ACCS, sebesar 60-72

dengan nilai rata-ratanya 65. Sedangkan bilangan asetil atau bilangan hidroksil dari

minyak murni berkisar 8-14; jumlah gugus hidroksil bebas dipengaruhi oleh jumlah

mono atau digliserida dalam minyak.

Bilangan Reichert-Meissl menunjukkan banyaknya asam lemak yang mudah

menguap dan dapat larut dalam air, sedangakan bilangan Polenske untuk asam lemak

yang dapat menguap dan tidak dapat larut dalam air. Untuk minyak biji kapas nilai

tersebut masing-masing sebesar 0,4-0,9 dan 0,2-0,7.

Nilai Gizi Dan Daya Guna

Biji kapas mengandung asam amino dalam jumlah besar yang dibutuhkan

tubuh. Asam amino histidin yang dibutuhkan anak-anak, juga ditemukan dalam biji

kapas. Dari komposisi ini terlihat bahwa protein yang terdapat dalam biji kapas

merupakan protein yang lengkap yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Kegunaan

minyak biji kapas antaran lain: sebagai alat penerangan, minyak pelumas, campuran

29

lemak babi (lard), minyak salad, bahan untuk membuat sabun, bahan untuk membuat

margarin, dan bahan untuk membuat mentega putih (shortening).

Daging biji kapas merupakan sumber protein yang baik untuk ternak perah,

domba dan sapi pedaging. Tetapi karena adanya gossypol yang bersifat racun maka

jika akan diberikan pada babi dan ayam memerlukan pengawasan tertentu. Di India,

daging biji kapas langsung diberikan pada sapi atau sebagai makanan manusia,

karena merupakan sumber protein nabati dan dapat digunakan sebagai makanan

tambahan.

i. Lemak Cokelat

Komposisi kimia

Tabel 2.25 Komposisi biji coklat afrika barat sebelum difermentasi

Bahan persentase

Kulit biji

Kecambah

Keping biji

Lemak

Air

Total abu

Nitrogen

Total N

Protein

Anomia

Amida

Theobromin

Kafein

Karbohidrat

Glukosa

Pati

9,63

0,77

89,60

53,05

3,65

2,63

5,78

2,28

1,50

0,028

0,188

1,71

0,085

14,31

0,30

6,10

30

Pektin

Serat

Selulosa

Pentosa

Gum

Tannin

Asam-asam

Asetat

Oksalat

2,25

2,09

1,92

1,27

0,38

7.54

0,304

0,014

0,29

Sumber: rohan R.A (1963)

Tabel 2.26 Komposisi kimia lemak coklat

Bahan Persentase

Gliserida jenuh

Oleopalmitin

Oleopalmitostearin

Oleodestearin

Palmitodeolin

Stearodiolein

Triolein

2,6

3,7

57,0

22,2

7,4

5,8

1,1

Sumber: rohan T.(1963).

Sifat Fisika dan Kimia

Tabel 2.27 Sifat fisik dan kimia coklat

karakteristik Jumlah

31

Bilangan asam

Bilangan penyabunan

Bilangan iod

Bilangan Reichert-meissl

Bilangan polenske

Bilangan hidroksil

Indeks bias pada suhu

Titik cair

1-4

190-198

33-44

1

0,2-0,5

2-7

1,456-1,458

32-350C

Sumber: hilditch,T.P. (1947)

Daya guna coklat dan lemak coklat

Coklat dapat digunakan untuk pembuatan kembang gula,pencampur susu

bubuk coklat dan sebagai sumbar lemak coklat. Lemak coklat dapat dibuat sebagai

bahan dasar kembang gula coklat dan obat-obatan. Lemak coklat mengandung asam

lemak esensial yaitu asam lioneat 2% dan vitamin E(tokoferol) sebesar 3-13 mg/100

gram bahan. Selain itu lemak coklat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan

kosmetik,antara lain sebagai krim pembersih, krim penyerap dan minyak rambut.

j. Minyak Kelapa

Klasifikasi

Minyak kelapa merupakan minyak yang berasal dari tanaman (nabati)

termasuk golongan biji-bijian dari tanaman tahunan. Minyak kelapa mengandung

asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kelapa merupakan minyak

nabati tidak mengering (non drying oil). Berdasarkan kegunaannya minyak kelapa

merupakan bahan pangan.

Komposisi kimia

Tabel 2.28. Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa pada Berbagai Tingkat

Kematangan.

32

Analisis

( dalam 100 g )

Buah muda Buah setengah tua Buah tua

Kalori 68,0 kal. 180,0 kal. 359,0 kal.

Protein 1,0 g 4,0 g 3,4 g

Lemak 0,9 g 13,09 34,7 g

Karbohidrat 14,0 g 10,0 g 14,0 g

Kalsium 17,0 mg 8,0 mg 21,0 mg

Fosfor 30,0 mg 35,0 mg 21,0 mg

Besi 1,0 mg 1,3 mg 2,0 mg

Aktivitas vitamin A 0,0 Iu 10,0 Iu 0,0 Iu

Thiamin 0,0 mg 0,5 mg 0,1 mg

Sumber : Thieme, J.G. (1968).

Tabel 2.29. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa

Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)

Asam lemak jenuh :

Asam kaproat C5H11COOH 0,0 – 0,8

Asam palmitat C15H31COOH 7,5 – 10,5

Asam stearat C17H35COOH 1,0 – 3,0

Asam arachidat C19H39COOH 0,0 – 0,4

Asam lemak tidak

Jenuh :

Asam palmitoleat C15H29COOH 0,0 – 1,3

Asam oleat C17H33COOH 5,0 – 8,0

Asam linoleat C17H31COOH 1,5 – 2,5

Sumber : Thieme, J.G. (1968).

BAB III

PROSES PENGOLAHAN MINYAK NABATI

33

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan

yang diduga mengandung lemak atau minyak. Proses pengolahan minyak nabati

adalah mengekstrak bahan bakunya. Proses ekstraksi terbagi menjadi beberapa jenis,

yakni mechanical expresion, solvent ekstraksi, dan rendering.

Jenis-jenis ekstraksi yang digunakan dalam proses pengolahan minyak nabati.

Minyak / Lemak

Trigliserida

Ekstraksi

Mechanical Expresion Solvent ekstraksi Rendering

Wet rendering dry rendering

Sokletasi Maserasi Perkolasi

3.1 Mechanical expresion

Mechanical expresion merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak

terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk

memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada

pengepresan mekanis ini, diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau

lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan

serpih, perajangan, dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.

Dua cara umum dalam pengepresan mekanis,yaitu:

a. Pengepresan hidraulik (hydraulic pressing)

34

Pada cara hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan sekitar 2000

pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat

diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta

kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa

pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya bungkil

ditekan dibawah tekanan hidraulik.

Gambar.3.1 Hydraulic Press

Gambar.3.2 Skema Cara Memperoleh Minyak Dengan Pengepresan

b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)

35

Bahan yang mengandung minyak

perajangan penggilingan

Minyak kasar

Ampas/

pengepresan Pemasakan/ pemanasan

Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari

proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperature

240°F (115,5°C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau

lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang

dihasilkan masih mengandung minyak antara 4-5 persen.

Gambar.3.3 Expeller Pressing

Cara lain dalam mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga

mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan

pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi.

3.2 Solvent ekstraksi

Solvent ekstraksi merupakan jenis ekstraksi dengan menggunakan pelarut.

Solvent ekstraksi terbagi atas:

- Sokletasi menggunakan panas

- Maserasi dengan cara perendaman

- Perkolasi dengan cara melewatkan berulang-ulang

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam

pelarut minyak dan lemak.. Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan dalam

proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline carbon

disulfide, karbon tetra klorida, benzene dan n-heksan.

36

Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi. Ekstraksi yang

dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut

organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif

konstan dengan menggunakan alat soklet. Adapun prinsip sokletasi ini adalah

Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut

yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya

diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan

suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang

terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan.

Gambar 3.4 alat sokletasi

Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,

sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel,

secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa

senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa

kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut

tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat

ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut

yang diinginkan.

3.3 Rendering

37

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang

diduga mengandung minyak dengan kadar air yang tinggi. Menurut pengerjaannya

rendering dibagi manjadi dua cara, yaitu:

a. Wet Rendering

Wet Rendering adalah proses rendering dengan penambahan air selama

berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau

tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40-60 pound

tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering

dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan

diekstraksi akan ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat pengaduk,

kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan-lahan sampai

suhu 500C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan kemudian

dipisahkan.

Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu

populer, sedangkan dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan uap

air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar.

Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan

diekstraksi dimasukkan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40-60 pound

selama 4-6 jam.

b. Dry Rendering

Dyr rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses

berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi

dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan

mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air.

Bahan tadi dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200F-2300F

(105-1100C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada

dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah

mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.

38

BAB IV

PEMURNIAN

Tujuan utama pada proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan

rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa

simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam

industry.

Pada umumnya minyak untuk bahan pangan dimurnikan melalui proses

sebagai berikut :

1. Pemisahan ALB dengan cara netralisasi

2. Dekolorisaasi dengan proses pemucatan

3. Deodorisasi

4. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan cara pendinginan (chilling)

Kotoran yang terdapat dalam minyak terdiri dari 3 golongan, yaitu :

Kotoran dalam minyak

Kotoran yang terdiri dari biji atau pertikel jaringan, lender dan getah, serat-serat

yang berasal dari kulit, abu atau mineral yan terdiri dari Fe, Cu, Mg dan Ca, serta air

dalam jumlah kecil. Kotoran ini dapat dipisahkan dengan beberapa cara mekanis,

yaitu dengan cara pengendapan, penyaringan dan sentrifusi.

Kotoran yang Berbentuk Suspensi Koloid dalam Minyak

Kotoran ini terdiri dari fosfolipid, karbohidrat, senyawa yang mengandung nitrogen

dan senyawa kompleks lainnya. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan menggunakan

uap panas, elektrolisa disusul dengan proses mekanik seperti pengendapan, sentrifusi

atau penyaringan dengan menggunakan adsorben.

Kotoran yang Terlarut dalam Minyak (Fat Soluble Compound)

Kotoran yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol,

hidrokarbon, mono dan digliserida yang dihasilkan dari hidrolisa trigliserida, zat

warna yang terdiri dari karotenoid, klorofil.

39

Tujuan perlakuan pendahuluan adalah:

Menghilangkan kotoran dan memperbaiki stabilitas minyak dengan mengurangi

jumlah ion logam terutama besi dan tembaga. Pada proses deodorisasi,

pertambahan jumlah asam pada minyak akibat perlakuan pendahuluan lebih kecil

dibandingkan dengan tanpa perlakuan pendahuluan.

Proses pemisahan gum dilakukan pada minyak untuk tujuan tertentu, misalnya

biji lin yang digunakan untuk pembuatan lak (lacquer).

Untuk memudahkan proses pemurnian selanjutnya, dan mengurangi minyak yang

hilang selama proses pemurnian, terutama pada proses netralisasi.

Salah satu proses perlakuan pendahuluan yang umum dilakukan pada minyak

yang akan dimurnikan adalah proses pemisahan gum(de – gumming).

4.1 Pemisahan gum (de – gumming)

a. Pengertian Degumming

Degumming adalah suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang

terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi

jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Getah-getah (gum) dalam minyak nabati

perlu dihilangkan untuk menghindari perubahan warna dan rasa selama langkah

rafinasi berikutnya. Proses Pennwalt melibatkan pengolahan asam fosfor satu tingkat

dan pengolahan air panas satu tingkat diikuti oleh penghilangan secara terus-menerus

getah-getah terhidrat dalam super sentrifusi super degumming. Aplikasi proses

tersebut dapat digunakan untuk minyak kacang, minyak kapas, minyak sawit, minyak

jagung, dan lain-lain.

b. Tujuan dari proses degumming adalah :

1. Memisahkan dan membuang asam

2. Mencegah crude oil tertinggal selama penyimpanan dan pemindahan

3. Mencegah pengasaman oleh gum

4. Pemurnian secara fisik

5. Mengurangi kehilangan minyak pada tahap netralisasi

40

c. Proses-Proses Degumming

Ada 6 tipe proses deguming dalam industri minyak nabati. Perbedaan dari

masing-masing tipe adalah pada metoda dari prosesnya, penggunaan bahan kimia dan

kandungan dari phospatida dalam crude minyak nabati. Tipe-tipe degumming adalah:

1. Dry Degumming

Proses dry degumming melibatkan pembuangan gum melalui proses

presipitasi dalam kondisi asam. Proses ini menggunakan minyak rendah phospatida

dan cocok untuk persiapan minyak untuk physical refining.

2. Water Degumming

Water degumming adalah proses dari pembuangan gum melalui proses

presipitasi menggunakan hidrasi air murni crude oil melalui pemisahan sentrifus.

Metoda ini digunakan untuk mengesktrak gum untuk produk lecithin, minyak kedelai

dan crude oil yang mengandung phospor dengan konsentrasi 200 ppm. Dalam proses

ini air digunakan sebagai bahan utama untuk menghilangkan phospatida yang dapat

terhidrasi dari minyak nabati serta dapat dilakukan pada keadaan batch atau continous

tergantung pada tipe minyak yang akan dilakukan proses degumming atau jumlah

minyak yang akan diproses. Pada proses water degumming ini efek dari penambahan

air dan perbedaan level temperatur (pemanasan) akan sangat berpengaruh pada

kualitas pemurnian.

3. Acid Degumming

Dalam proses ini gum dipresipitasi dengan proses beberapa kondisi asam dan

dihilangkan menggunakan pemisahan dengan metoda sentrifus. Pada metoda ini gum

bisa dihidrasi pada suhu tinggi dari 40°C. Dalam proses kilang organik asam sitrat

sering digunakan dan pembuangan phospatida sisa melaui bleaching menggunakan

silika hydrogel.

4. Enzymatic Degumming

Enzymatic degumming adalah degumming khusus yang dipertinggi dengan

menggunakan beberapa enzim makanan. Tipe minyak yang digunakan pada proses ini

adalah minyak kacang kedelai dan minyak lobak. Keuntungan dari enzymatic

41

degumming tidak ada busa yang terbentuk sehingga tidak ada minyak yang hilang

yang melalui pemisahan busa.

5. EDTA-degumming

EDTA degumming proses kimia-fisika degumming. Proses ini melibatkan

pemisahan sempurna phospatida dengan bahan pengkelat yaitu ethylene diamine tetra

acetic acid (EDTA).

6. Membran degumming

Proses membran degumming biasanya digunakan dalam industri ekstraksi.

Pemisahan dengan membran merupakan pemisahan ukuran eklusi dan tekanan.

Proses ini membagi komponen-komponen yang berbeda menurut berat molekulnya

atau ukuran partikel serta bergantung pada interaksi dengan permukaan membran

dengan campuran komponen minyak. Phospatida dapat dibuang dari trigleserida di

dalam bentuk miscell menggunakan membran permeabel yang sesuai dengan proses

degumming.

Flowchart Proses Degumming

Gambar 4.1 Flowchart Proses Degumming

42

Blok diagram untuk proses diatas adalah :

Gambar 4.2 Blok Diagram Proses Degumming

Crude oil dari proses sebelumnya dialirkan ke tanki penampungan, kemudian

dialirkan dengan menggunakan pompa yang dilengkapi dengan flow meter ke

degumming reactor 1. Pada reactor 1 ini ditambahkan reagen asam seperti H3PO4,

H2SO4, H2C2O4, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk mengikat gum dari

minyak. Selanjutnya, sebagian crude oil yang keluar dari reactor 1 dialirkan menuju

degumming reactor 2, dan sebagian lagi tetap tinggal di reactor 1. Pada reactor 2 ini

dialirkan air panas dengan suhu 800C, tujuannya adalah untuk optimalisasi pengikatan

gum. Lalu, sebagian keluaran dari reactor 2, tetap tinggal di dalam reactor, sedangkan

sebagian yang lain dialirkan menuju degumming sentrifuge. Pada degumming

centrifuge ini, terjadi pemisahan antara gum dengan minyak. Sehingga produk

keluaran dari degumming sentrifuge ini adalah minyak yang bebas dari gum dan gum

itu sendiri.

4.2 Netralisasi

Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas (ALB)

dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa

atau pereaksi lainnya sehinggga membentuk sabun (soap stock) dengan tujuan

43

Degumming reactorTangki

Degumming Reaktor

Degumming

centrifuge

Crude Oil

Degummed Oil

Gums

memurnikan minyak. Pemisahan asam lemak bebas juga dapat dilakukan dengan cara

penyulingan yang dikenal dengan istilah de-asidifikasi. Proses Netralisasi dapat

dilakukan dengan beberapa cara,yaitu :

4.2.1 Netralisasi dengan Kaustik Soda (NaOH)

Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan dalam skala industri, karena

lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu

penggunaan kaustik soda membantu dalam mengurangi zat warna dan kotoran yang

berupa getah dan lendir dalam minyak. Reaksi antara asam lemak bebas dengan

NaOH adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3 Reaksi Asam Lenak Dengan Naoh

Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran

seperti fosfatida dan protein, dengan cara membentuk emulsi sabun atau emulsi yang

terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifuce.

4.2.2 Netralisasi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3)

Pada umumnya netralisasi minyak menggunakan natrium karbonat dilakukan

di bawah suhu 500C, sehingga seluruh asam lemak bebas yang bereaksi dengan

natrium karbonat akan membentuk sabun dan asam karbonat, dengan reaksi sebagai

berikut :

44

Gambar 4.4 Reaksi Asaam Lemak Dengan Natrium Karbonat

Pada pemanasan asam karbonat yang terbentuk akan terurai menjadi gas CO2

dan H2O. Gas CO2 yang dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun yang

terbentuk dan mengapung partikel sabun di atas permukaan minyak. Gas tersebut

dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas atau dengan cara menurunkan

tekanan udara di atas permukaan minyak dengan pompa vakum.

Cara Netralisasi :

Minyak yang akan dinetralkan , dipanaskan pada suhu 35-400C dengan

tekanan lebih rendah dari atmosfir. Selanjutnya ditambahkan larutan natrium

karbonat, kemudian diaduk selama 10-15 menit dengan kecepatan pengadukan 65-75

rpm. Kemudian kecepatan pengadukan dikurangi 15-20 rpm dan tekanan vakum

diperkecil selama 20-30 menit. Dengan cara tersebut gas CO2 yang terbentuk akan

menguap dan asam lemak bebas yang tinggal dalam minyak kurang lebih sebesar

0,05 persen. Sabun yang terbentuk dapat diendapkan dengan menambahkan garam,

misalnya natrium sulfat atau natrium silikat, atau mencucinya dengan air panas.

Setelah dipisahkan dari minyak selanjutnya dilakukan proses pemucatan.

Minyak dalam sabun yang telah mengendap dapat dipisahkan dengan cara

menyaring menggunakan filter press. Asam lemak bebas yang telah membentuk

sabun (soap stock) dapat diperoleh kembali jika sabun tersebut direaksikan dengan

asam mineral.

Keuntungan netralisasi menggunakan natrium karbonat adalah sabun yang

terbentuk bersifat pekat dan dapat dipakai langsung untuk pembuatan sabun bermutu

baik. Minyak yang dihasilkan mutunya lebih baik, terutama setelah mengalami proses

deodorisasi. Di samping itu trigliserida tidak ikut tersabunkan sehingga rendemen

minyak netral yang dihasilkan lebih besar.

Kelemahannya adalah karena cara tersebut sukar dilaksanakan dalam praktek,

dan di samping itu untuk minyak semi drying oil seperti minyak kedelai, sabun yang

terbentuk sukar disaring karena adanya busa yang disebabkan oleh gas CO2.

45

4.2.3 Netralisasi minyak dalam bentuk “miscella”

Cara netralisasi ini digunakan pada minyak yang diekstrak dengan

menggunakan pelarut menguap (solvent extraction). Hasil ekstraksi merupakan

campuran antara pelarut dan minyak disebut miscella.

Asam lemak bebas dalam miscella dapat dinetralkan dengan menggunakan

kaustik soda atau natrium karbonat. Penambahan bahan kimia tersebut ke dalam

miscella yang mengalir dalam ketel ekstraksi, dilakukan pada suhu yang sesuai

dengan titik didih pelarut. Sabun yang terbentuk dapat dipisahkan dengan cara

menambahkan garam, sedangkan minyak netral dapat dipisahkan dari pelarut dengan

cara penguapan.

4.2.4 Netralisasi dengan etanol amin dan amonia

Etanol amin dan amonia dapat digunakan untuk netralisasi asam lemak bebas.

Pada proses ini asam lemak bebas dapat dinetralkan tanpa menyabunkan trigliserida,

sedangkan amonia yang digunakan dapat diperoleh kembali dari soap stock dengan

cara penyulingan dalam ruangan vakum.

4.2.5 Pemisahan asam (de-ecidification) dengan cara penyulingan

Proses pemisahan asam dengan cara penyulingan adalah proses penguapan

asam lemak bebas langsung dari minyak tanpa mereaksikan dengan larutan basa,

sehingga asam lemak yang terpisah tetap utuh. Minyak kasar yang akan disuling

terlebih dahulu dipanaskan dalam alat penukar kalor (heat exchanger). Selanjutnya

minyak tersebut dialirkan secara kontinu ke dalam alat penyulingan dengan letak

horizontal.

Pemisahan asam lemak bebas dengan cara penyulingan digunakan untuk

menetralkan minyak kasar yang mengandung kadar asam lemak bebas relatif tinggi,

sedangkan minyak kasar yang mengandung asam lemak bebas lebih kecil dari 8

persen, lebih baik dinetralkan dengan menggunakan persenyawaan basa.

46

4.2.6 Pemisahan asam dengan menggunakan pelarut organik

Perbedaan kelarutan antara asam lemak bebas dan trigliserida dalam pelarut

organik digunakan sebagai dasar pemisahan asam lemak bebas dari minyak. Pelarut

yang paling baik digunakan untuk memisahakan asam lemak bebas adalah furfural

dan propane.

Piridine merupakan pelarut minyak dan jika ditambahkan air dalam jumlah

kecil, maka trigliserida akan terpisah. Trigliserida tidak larut dalam piridine,

sedangkan asam lemak bebas tetap larut sempurna. Minyak dapat dipisahkan dari

pelarut dengan cara dekantasi, sedangkan pelarut dipisahkan dari asam lemak bebas

dengan cara penyulingan. Dengan menggunakan alkohol sebagai pelarut, maka

kelarutan trigliserida dalam alkohol akan bertambah besar dengan bertambahnya

kadar asam lemak bebas, sehingga pemisahan antara asam lemak bebas dari

trigliserida lebih sukar dilakukan.

4.2.7 Pengujian Asam Lemak Bebas

Pengukuran jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak

dapat digunakan bilangan asam. Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang

dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau

lemak.

Caranya adalah dengan jalan melarutkan sejumlah minyak atau lemak dalam

alkohol eter dan diberi indikator phenolpthalein. Kemudian dititrasi dengan larutan

KOH 0,5 N sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap. Besarnya

bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tadi.

Bilangan asam =ml.KOH x N.KOH x 56,1gram contoh

47

Dari rumus diatas, faktor 56,1 adalah bobot molekul larutan KOH. Apabila

dipergunakan NaOH untuk titrasi, maka faktor tersebut menjadi 39,9.

4.3 Pemucatan (Bleaching)

Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan

zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan

cara fisika yang menggunakan berbagai absorben, seperti tanah serap (fuller earth),

lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan

kimia. Selain warna, pemucatan juga berperan mengurangi komponen minor lainnya

seperti aroma, senyawa bersulfur dan logam-logam berat. Selain itu, pemucatan juga

dapat mengurangi produk hasil oksidasi lemak seperti peroksida, aldehida dan keton.

Pada proses pemucatan hanya sedikit komponen yang dihilangkan. Biasanya

pemucatan dilakukan setelah proses pemurnian alkali.

4.3.1 Klasifikasi Proses Pemucatan

Pemucatan Secara Fisika

Pemucatan Minyak dengan Adsorben

Ada dua bentuk adsorbsi yaitu :

a. Adsorbsi positif, yaitu penyerapan substart yang tidak diinginkan sehingga

bahan relatif tidak mengandung substart tersebut.

b. Adsorbsi negatif, yaitu proses penyerapan pelarut dari substart yang tidak

diinginkan. Dalam hal ini pelarutannya yang dipisahkan dari substart yang

tidak diinginkan cara ini jarang dilakukan karena dianggap tidak efektif.

Macam-macam Adsorben:

Adsorben yang biasa digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari bleaching

clay, arang dan arang aktif.

a. Bleaching Clay (bleaching earth)

Bleaching Clay pertama kali ditemukan pada abad ke-19 di Inggris dan Amerika.

Dalam perdagangan Bleaching Clay mempunyai nama dan komposisi kimia yang

48

berbeda. Sebagai contoh ialah Bleaching Clay yang berasal dari Rusia, Kanada dan

Jepang dikenal dengan nama gluchower kaolin.

Jumlah adsorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak

tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak dan sampai berapa jauh warna

tersebut akan dihilangkan.

Daya pemucat bleaching clay disebabkan karena ion Al3+ pada permukaan

partikel adsorben, yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna. Daya pemucat

tersebut tergantung dari perbandingan komponen SiO2 dan Al2O3 dalam bleaching

clay. Adsorben yang terlalu kering menyebabkan daya kombinasinya dengan air telah

hilang, sehingga mengurangi daya penyerapan terhadap zat warna.

b. Arang (Bleaching Carbon)

Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan pada umunya diperoleh dari

hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon. Umumnya arang

mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan daya adsorbsi tersebut

dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan

kimia.

Sumber lain dari arang berasal dari bahan nabati atau hewani antara lain serbuk

gergaji, ampas tebu, tempurung, tongkol jagung, dan tulang. Pada umumnya

pengarangan dilakukan pada suhu 300-500 °C. Suhu pengarangan pada ruangan tanpa

udara dilakukan pada suhu 600-700 °C. Pada proses pengarangan akan terjadi

penguapan air disusul dengan pelepasan gas CO2 dan selanjutnya terjadi peristiwa

eksotermis yang merupakan tahap permulaan proses pengarangan. Pengarangan

dianggap sempurna jika asap tidak terbentuk lagi, dan arang yang bermutu baik

adalah arang yang mengandung kadar karbon tinggi.

c. Arang Aktif (Aktivated Carbon)

Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan

membuka pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap

49

zat warna. Pori-pori dalam arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan zat-zat

organik lainnya yang terdiri dari fixed carbon,abu,air, persenyawaan yang

mengandung nitrogen dan sulfur. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai

pengaktif adalah HNO3, H3PO4, sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca3(PO4)2, NaOH, Na2SO4,

SO2, ZnCl2, Na2CO3, dan uap air pada suhu tinggi.

Unsur-unsur kimia dari persenyawaan yang ditambahkan akan meresap ke

dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen

kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar. Persenyawaan

hidrokarbon yang menutupi pori-pori yang dapat dihilangkan dengan cara oksidasi

menggunakan oksidator lemah sperti CO2 yang disertai dengan air. Dengan cara

tersebut atom karbon tidak mengalami proses oksidasi.

4.3.2 Pemucatan minyak secara kimia

Cara pemucatan ini banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan

pangan (edible fat), karena pemucatan secara kimia lebih baik dibandingkan dengan

menggunakan adsorben. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan

pemucat adalah karena hilangnya sebagian minyak yang dapat dihindarkan dan zat

warna diubah menjadi zat tidak berwarna, yang tetap tinggal dalam minyak.

Kerugiannya ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan

trigliserida, sehingga menurunkan flavor minyak.

Pemucatan dengan bahan kimia pada umumnya dibagi atas dua macam reaksi

pemucatan, yaitu:

a. Pemucatan dengan cara oksidasi

Oksidasi terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan

tetapi asam lemak tidak jenuh cenderung membentuk peroksida atau drying oil karena

proses oksidasi dan polimerisasi. Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan

pemucat adalah persenyawaan peroksida dikromat, ozon, klorin dan klorin dioksida.

Pemucatan dengan peroksida: konsentrasi larutan peroksida yang digunakan

biasanya 30-40 persen dan jika konsentrasi peroksida lebih tinggi, maka minyak

cendrung akan mengalami kerusakan karena proses oksidasi. Minyak yang

50

dipucatkan dengan peroksida tidak perlu disaring: peroksida baik digunakan untuk

memucatkan minyak kacang tanah, minyak wijen, rape oil dan minyak ikan.

b. Pemucatan dengan dikromat dan asam

Bahan kimia yang digunakan ialah natrium atau kalium dikromat dalam asam

mineral (an-organik). Reaksi antara dikromat dan asam akan membebaskan oksigen.

Setelah pereaksi ditambahkan, selanjutnya diaduk. Zat warna akan

mengendap setelah pengadukan dihentikan. Pada umumnya warna ungu dalam

minyak tidak dapat hilang, sehingga cara pemucatan dikromat banyak digunakan

terhadap minyak untuk tujuan pembuatan sabun. Tangki pemucat yang terbuat dari

logam harus diberi pelapis anti karat, karena pereaksi tersebut dapat menimbulkan

karat pada logam.

c. Pemucatan dengan pemanasan

Pemanasan minyak dalam ruangan vakum pada suhu relatif tinggi,

mempunyai pengaruh pemucatan. Cara ini kurang efektif terhadap minyak yang

mengandung pigmen klorofil. Sebelum dilakukan pemanasan, sebaiknya minyak

terlebih dahulu dibebaskan dari ion logam terutama ion besi, sabun, (soap stock) dan

hasil-hasil oksidasi seperti peroksida, karena pemanasan terhadap bahan-bahan

tersebut merupakan katalisator dalam proses oksidasi.

d. Pemucatan dengan cara reduksi

Pemucatan dengan cara reduksi kurang efektif karena warna yang hilang

dapat timbul kembali jika minyak tersebut terkena udara. Bahan kimia yang dapat

mereduksi zat warna terdiri dari garam-garam natrium bisulfit atau natrium

hidrosulfit yang dikenal dengan nama blankite. Pemakaian zat pereduksi ini biasanya

dicampur dengan bahan kimia lain dengan perbandingan tertentu. Sebagai contoh

ialah penggunaan campuran larutan natrium bisulfit 1,0 - 1,5 % dan larutan asam

sulfat. Cara pemucatan ini umumnya dilakukan terhadap minyak yang digunakan

untuk pembuatan sabun.

51

4.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Proses Pemucatan

1. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan adsorben

Adanya kehilangan minyak dan daya pemucatannya kurang bagus jika

dibandingkan dengan proses kimia. Kelebihannya tidak ada reaksi samping antara

adsorben dan minyak, karena adsorben hanya bertindak sebagai zat penjerap.

2. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan bahan kimia

Kelemahannya adanya kemungkinan terjadinya reaksi antara bahan kimia dan

trigliserida sehingga menurunkan flavor minyak. Kelebihan penggunaan bahan

kimia dapat menghindari hilangnya sebagian minyak dan zat warna dapat

dihilangkan mnjadi zat tidak berwarna.

Blok diagram Bleaching

Umpan berupa CPO yang telah melewati tahap pemurnian yaitu

degumming masuk ke dalam mixer static sebanyak 20 %. Didalam mixer static

tersebut ditambah bleaching earth sebagai absorben yang berfungsi menghilangkan

impurities. Kemudian didalam mixer di aduk semapai CPO tersebut bercampur

merata dengan absorben bleaching earth yang telah ditambahkan. Pada alat mixer

tersebut suhu yang digunakan sekitar 40-60oC. Kemudian umpan sebanyak 80 %

dimasukkan ke dalam Heat Exchanger agar suhu dari CPO tersebut meningkat

52

menjadi 90-130oC. Kemudian hasil dari alat mixer dan HE dilanjutkan ke dalam alat

bleacher. Dalam alat ini suhu berkisar antara 100-130oC untuk mendapatkan proses

bleaching yang optimum. Kemudian setelah bleacher, CPO dan absorben yang telah

bercampur dipisah kan melalui fliter niagra. Temperatur dijaga pada 80 – 120 oC

untuk proses filtrasi yang baik. Pada filter Niagara, slurry melewati lembaran filter

dan bleaching earth terjebak dalam lembaran filter. Sebenarnya, bleaching earth harus

bersih dari filter Niagara setelah 45 menit operasi untuk mendapatkan filtrasi yang

baik. Setelah dipisahkan akan terbentuk akan terbentuk BPO (bleached palm oil).

4.4 Deodorisasi

Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan

untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip

proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan

atmosfir atau keadaan vakum.

Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang akan digunakan

untuk bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor

yang baik untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan proses

deodorisasi ; misalnya lemak susu, lemak babi, lemak coklat, dan minyak olive.

Cara Deodorisasi

Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan dipasang

vertikal. Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak ke dalam

ketel deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250oC pada

tekanan 1 atmosfer (gauge) dan selanjutnya pada tekanan rendah (lebih kurang 10

mmHg) sambil dialiri dengan uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa

yang dapat menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah

pengaliran uap selesai, maka minyak tersebut perlu divakumkan pada tekanan yang

turun lebih rendah.

Pada suhu yang lebih tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam minyak

akan lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut dari minyak

53

bersama-sama uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan

mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.

Gambar 4.5 Alat Deodorisasi

Keterangan :

1. Ketel deodorisasi

2. Tedeng (sekat)

3. Katup pengeluaran udara dari

dalam minyak

4. Corong pengeluaran minyak

5. Pipa penghubung antara ruang

kosong di atas permukaan minyak

dengan ad. 3

6. Pipa uap ke kondensor

7. Corong pemasukan uap ke dalam

kondensor

8. Pipa pemasukan air dingin dari

bagian atas kondensor

9. Pipa pengeluaran air kondensasi

10. Ujung pipa kondenser yang

terendam air

11. Pipa penghubung ke pompa

vakum

Setelah proses deodorisasi sempurna, minyak harus cepat didinginkan dengan

mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu minyak turun menjadi

lebih kurang 84oC dan selanjutnya ketel dibuka dan minyak dikeluarkan dari ketel.

Asam lemak bebas dapat menguap, peroksida akan berkurang dan jumlah

yang tertinggal lebih kurang 0,015 – 0,030 persen. Fraksi tidak tersabunkan yang

54

terdiri dari klorofil, vitamin E, hidrokarbon (terutama sequalene dan sterol) akan

berkurang sebanyak kira-kira 60 persen dari jumlah fraksi tidak tersabunkan.

Kerusakan minyak yang telah mengalami proses deodorisasi dapat disebabkan

oleh proses oksidasi, hidrolisa, mikroba, dan ion logam seperti Cu, Mg, Zn yang

merupakan katalisator dalam proses oksidasi minyak. Logam tersebut dapat

membentuk persenyawaan kompleks dengan hasil oksidasi asam lemak dan berubah

menjadi radikal bebas

Dengan menambahkan metal inactivator seperti asam sitrat, asam tartarat dan

asam fosfat, maka akan terbentuk kompleks dengan ion logam, sehingga logam tidak

dapat aktif dalam proses pembentukan radikal bebas.

Hasil minyak yang telah dimurnikan sedapat mungkin dijaga agar tidak

banyak mengalami kerusakan dengan memperhatikan faktor-faktor suhu, cara

penanganan dan kemasan yang dipakai.

Block diagram Deodorisasi

BPO dari tahap Bleaching dimasukkan ke dalam heat exchanger dengan suhu

awal 80-120 oC menjadi 210-250oC. Setelah itu masuk ke dalam deodorizer,

dilakukan dengan status tinggi. Setelah itu di masukkan kedalam kolom vakum pad

suhu 240-280oC dengan tekanan dibawah 10 torr, Panas bleaching minyak terjadi

pada temperatur ini melalui perusakan termal pigmen karotenoid. Penggunaan steam

langsung (direct steam) menjamin pembuangan residu FFA, aldehida dan keton yang

tidak diharapkan rasa dan baunya. Berat molekul yang lebih rendah dari fatty acid

yang teruapkan naik ke kolom dan tertarik keluar oleh sistem yang vakum. Lalu

dihasilkan minyak nabti yang telah hilang rasa dan baunya.

55

Hasil minyak yang telah dimurnikan sedapat mungkin dijaga agar tidak

banyak mengalami kerusakan dengan memperhatikan faktor-faktor suhu, cara

penanganan dan kemasan yang dipakai.

a. Pengaruh Deodorisasi Terhadap Komposisi Minyak dan Lemak

Jika minyak mengandung asam lemak bebas, maka setelah dproses deodorisasi

jumlah asam lemak bebas tersebut sekitar 0,015-0,03 persen. Pada batas nilai ini,

kecepatan hidrolisa dari minyak sama dengan kecepatan penguapan asam lemak pada

waktu dialiri uap. Bila komponen yang tidak tersabunkan dari minyak atau lemak

nabati telah terpisah sebelumnya, maka setelah proses deodorisasi kandungan dari

sterol, klorofil dan vitamin E akan berkurang dalam jumlah kecil. Pada proses

deodorisasi, hidrokarbon dan zat warna terutama karotenoid dapat terpisah dalam

jumlah besar. Peroksida dan peroksidan yang terdapat pada minyak akan turut

terpisah, sehingga menambah daya tahan minyak dan lemak terhadap proses oksidasi.

Minyak yang telah mengalami deodorisasi tidak lagi mengandung senyawa

polimer atau masih terdapat dalam jumlah yang tidak berarti. Selama proses

deodorisasi, komponen monogliserida dan digliserida yang terdapat pada minyak

akan diubah menjadi trigliserida.

b. Deodorisasi Secara Fisika Dalam Industri

56

Gambar 4.6 Deodorisasi Secara Fisika Dalam Industri

Degumming CPO sebagai umpan untuk proses bleaching menuju bleacher.

Dalam bleacher, ada 20 % slurry dan 80 % CPO yang didegumming dicampur

bersama dan proses bleaching terjadi. Proses bleaching termasuk penambahan

bleaching earth untuk menghilangkan beberapa impurities yang tidak diinginkan

(semua pigment, trace metals, produk oksidasi) dari CPO dan akan memperbaiki rasa

aslinya, bau akhir, dan kestabilan oksidasi produk. Hal ini juga membantu mengatasi

masalah proses berikutnya dengan adsorpsi trace sabun, pro-oxidant metal ion,

dekomposisi peroxide, pengurangan warna, dan adsorb impurities minor. Temperatur

dalam bleacher harus sekitar 100-130 oC untuk mendapatkan proses bleaching

optimum untuk periode bleaching 30 menit. Steam dengan tekanan rendah

dimasukkan dalam bleacher untuk menggerakkan slurry berkonsentrasi untuk kodisi

bleaching yang lebih baik.

Slurry mengandung minyak dan bleaching earth kemudian melalui filter

Niagara agar bersih, bebas dari partikel bleaching earth. Temperatur dijaga pada 80 –

120 oC untuk proses filtrasi yang baik. Pada filter Niagara, slurry melewati lembaran

filter dan bleaching earth terjebak dalam lembaran filter. Sebenarnya, bleaching earth

harus bersih dari filter Niagara setelah 45 menit operasi untuk mendapatkan filtrasi

yang baik. Bleached palm oil (BPO) dari filter Niagara dipompa menuju tank buffer

yang sebagai storage sementara sebelum proses lebih lanjut.

Pada umumnya, dicheck pada filter kedua, perangkap filter yang digunakan

dengan filter Niagara untuk menjamin bahwa tidak ada bleaching earth lolos terjadi.

Adanya bleaching earth mencemari deodorizer, mengurangi stabilitas oksidasi dari

produk minyak dan berlaku sebagai katalis untuk aktifitas dimerizaition dan

polimerisasi. Karena itu, beberapa koreksi dapat diambil secepatnya.

BPO keluar dari filter dan melalui rangkaian sistem pengembalian panas (heat

recovery system), Schmidt plate heat exchanger dan spiral (termal minyak: 250-305 oC) heat exchanger memanaskan BPO dari 80 – 120 oC sampai 210 – 250 oC. BPO

panas dari spiral heat exchanger kemudian diproses ke tahap selanjutnya dimana FFA

57

dan warna dikurangi dan lebih penting, menghilangkan bau menghasilkan produk

yang stabil dan bau yang berkurang.

Dalam kolom pre-stripping dan deodorizing, proses deacidification dan

deorization terjadi secara bersamaan. Deodorisasi pada temperature tinggi, vakum

yang tinggi, dan proses destilasi vakum. Operasi deodorizer dengan alat: 1. Dearasi

minyak, 2. Memanaskan minyak, 3. Steam strips minyak, 4. Mendinginkan minyak

sebelum meninggalkan sistem. Semua material adalah stainless steel.

Pada kolom, minyak umumnya dipanaskan kira-kira 240 – 280 oC di bawah

vakum. Vakum kurang dari 10 torr biasanya dijaga oleh ejector dan booster. Panas

bleaching minyak terjadi pada temperatur ini melalui perusakan termal pigmen

karotenoid. Penggunaan steam langsung (direct steam) menjamin pembuangan residu

FFA, aldehida dan keton yang tidak diharapkan rasa dan baunya. Berat molekul yang

lebih rendah dari fatty acid yang teruapkan naik ke kolom dan tertarik keluar oleh

sistem yang vakum. Uap fatty acid meninggalkan deodorizer didinginkan dan

dikumpulkan dalam kondensor fatty acid sebagai fatty acid. Fatty acid kemudian

didinginkan dalam fatty acid cooler dan dikeluarkan menuju storage tank fatty acid

dengan temperature sekitar 60 – 80 oC sebagai destilat asam lemak kelapa sawit

(palm fatty acid distillate/ PFAD), by produk dari proses refinery.

Produk bawah (bottom product) dari pre-stripper dan deodorizer adalah

refined, bleached, deodorized palm oil (RBDPO). RBDPO panas (250-280 oC)

dipompa melalui Schimidt Heat Exchanger untuk memindahkan panasnya ke BPO

yang masuk dengan temperature rendah. Lalu, melalui perangkap filter lainnya untuk

mendapat minyak akhir (120 – 140 oC) untuk mencegah earth trace dari reaching

tangki produk. Setelah itu, RBDPO melalui RBDPO cooler dan plate heat exchanger

untuk memindahkan panas ke umpan CPO. RBDPO dipompa ke storage dengan

temperatur 50 – 80 oC. (Galz-dari Refinery of Palm Oil)

58

4.5 Hidrogenasi

Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan cara

menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan

mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak, sehingga membuat minyak

tersebut menjadi tahan lama.

Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai

karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan

menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator

Mekanisme proses Hidrogenasi :

H2

R – CH = CH – CH2 – COOHR R - CH2 – CH2 – CH2 – COOH

Asam lemak tidak jenuh Ni asam lemak jenuh

Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak

dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikatn titik cair. Juga dengan

hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan

terhadap proses oksidasi.

Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang

mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Nikel

merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi daripada katalis

yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel lebih ekonomis

dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah kecil Al

dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak.

Hidrogenasi suatu lemak bersifat selektif, yaitu lemak dengan derajat ketidakjenuhan

lebih tinggi akan lebih mudah terhidrogenasi.

Pemanasan akan mempercepat jalannya reaksi hidrogenasi. Pada temperature

sekitar 400oF (2050C) dicapai kecepatan reaksi yang maksimum. Penambahan

tekanan dan kemurniaan gas hidrogen yang dipergunakan akan menaikkan kecepatan

59

reaksi proses hidrogenasi. Dalam proses hidrogenasi tersebut karbon monoksida dan

sulfur merupakan katalisator beracun yang sangat berbahaya.

Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon

asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak

didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring . Hasilnya adalah minyak

yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan. Minyak-minyak

nabati sering memiliki kandungan lemak (minyak) tak jenuh tunggal (mono-

unsaturated) dan tak jenuh majemuk (polyunsaturated) yang tinggi, olehnya itu

minyak-minyak nabati berwujud cair pada suhu kamar. Kandungan lemak dan

minyak yang tinggi ini membuat minyak-minyak nabati mudah tersebar tidak

beraturan pada bahan makanan seperti roti, dan tidak cocok digunakan untuk

pemanggangan kue (baking powder).

4.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Hidrogenasi

Proses hidrogenasi mengubah asam lemak linolenat menjadi asam linoneat,

serta asam linoleat diubah menjadi asam oleat. Sebelum asam oleat tesebut diubah

menjadi asam stearat, asam oleat cenderung akan membentuk asam isooleat, tetapi

pada kondisi hidrogenasi yang sesuai, terbentuknya asam isooleat dapat dihindarkan.

Kecepatan reaksi tergantung pada sifat alamiah substansi yang dihidrogenasi, sifat

dan konsentrasi katalis, konsentrasi hidrogen, suhu, tekanan, dan frekuensi

pengadukan.

Pada pembuatan mentega putih, kondisi dipilih sedemikian rupa sehingga

akan menghasilkan asam stearat dengan jumlah maksimum dan asam isooleat

berjumlah minimum.

4.5.2 Katalisator Yang Digunakan Pada Proses Hidrogenasi

Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi

daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel

lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung

sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter alam proses hidrogenasi

minyak.

60

4.6 Interesterifikasi

Interesterifikasi merupakan salah satu proses modifikasi untuk mengubah

karakteristik fisiko kimiawi lemak dan minyak. Proses modifikasi lainnya adalah

blending, fraksinasi, dan hidrogenasi. Reaksi Interesterifikasi pada lemak dan minyak

akan menyebabkan pertukaran antara satu asam lemak dengan asam lemak yang lain

didalam molekul trigliserida atau antara trigliserida yang dapat mengubah sifat kimia

dan fisika pada lemak.

Ester asam lemak dalam bentuk trigliserida sering dilakukan reaksi

interesterifikasi antara 2 lemak yang padat dengan minyak yang cair untuk mengubah

posisi asam lemak tersebut yang teresterkan pada gugus hidroksil dari C1,2,3 gliserol,

sehingga dengan demikian kandungan padatan minyak / lemak tersebut yang terukur

secara pulsa NMR akan menurun. Hal ini dapat terjadi karena asam lemak tidak jenuh

yang tadinya berada pada posisi C2 serta diapit oleh asam lemak jenuh pada posisi

C1,3 dan berbentuk padat akan menjadi lebih cair apabila pada posisi C1 atau C3

berupa asam lemak tidak jenuh. Hal ini telah dibuktikan untuk mempertukarkan

posisi Eikosapentanoat dari posisi C1 atau C3 ke posisi C2 atau sebaliknya.

Oleh karena itu trigliserida melalui reaksi transesterifikasi dengan gliserol

diubah menjadi monogliserida dan digliserida dengan bantuan katalis seperti natrium

metoksida dan basa Lewis lainnya. Hanya saja proses ini menghasilkan campuran

yang terdiri atas 40 - 80% monogliserida, 30 - 40% digliserida, 5 - 10% trigliserida,

0,2 - 9% asam lemak bebas dan 4 - 8% gliserol. Untuk mendapatkan monogliserida

yang murni yang akan digunakan dalam bahan makan, farmasi dan kosmetik maka

harus dilakukan destilasi molekuler. Dalam hubungan untuk meningkatkan perolehan

hasil monogliserida maka dilakukan reaksi bertingkat secara transesterifikasidengan

gliserol yang kemudian diikuti dengan reaksi interesterifikasi dengan metilester asam

lemak, sehingga monogliserida yang diperoleh dapat mencapai 60 - 70%.

Interesterifikasi dapat digambarkan sebagai pertukaran gugusan antara dua

buah ester dimana hal ini hanya dapat terjadi apabila terdapat katalis. Katalis yang

sering digunakan untuk reaksi ini adalah logam natrium atau kalium dalam bentuk

61

metoksilat atau etoksilat. Dalam reaksi ini ion logam natrium atau kalium akan

menyebabkan terbentuknya ion enolat yang selanjutnya diikuti dengan pertukaran

gugus alkil.

Interesterifikasi pada hakikatnya merupakan proses perbaikan kualitas dari

produksi minyak nabati yang mana memiliki tujuan untuk mengubah titik cair lemak

dengan menggunakan prinsip jika lemak dipanaskan dengan adanya suatu katalisator

(biasanya Natrium Ethoxida atau Natrium Methoxida) sampai temperatur 110 –

1600C, maka gugusan asam lemak dapat berubah posisi. Dengan interesterifkasi

ini ,maka asam lemak jenuhnya dapat diubah menjadi asam lemak tak jenuh.

Reaksi interesterifikasi dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan reaktor

packed bed.

Gambar 4.7 Sistem Reaktor Untuk Reaksi Interesterifikasi Menggunakan Reaktor

Packed Bed

4.7 Winterisasi

Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair

tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Pada suhu rendah, trigliserida padat tidak

dapat larut dalam trigliserida cair. Winterisasi merupakan bentuk dari fraksinasi atau

pemindahan materi padat pada suhu yang diatur. Hal ini termasuk pemindahan

jumlah kecil dari materi terkristalisasi dari minyak yang dapat dimakan dengan

filtrasi untuk mencegah cairan fraksi mengeruh pada suhu pendinginan. Minyak

didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6oC selama 24 jam. Pendinginan

62

dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan selama 6-8 jam. Kemudian

minyak disaring sehingga akan menghasilkan 75-80% minyak dan produk stearine

yang akan digunukan untuk shortening pada industri.

4.7.1 Tujuan Proses Winterisasi

Proses Winterisasi ini dilakukan dengan tujuan supaya pada saat minyak

disimpan pada suhu rendah tidak mengalami pembekuan.

4.7.2 Prinsip dari Proses Winterisasi

Winterisasi merupakan pemisahan thermomechanical proses dimana komponen

trigliserida dari lemak dan minyak dikristalkan dari bentuk cairnya.

Kristalisasi terbagi dalam 2 tahap:

a. Nucleation

Berdasarkan komposisi trigliserida pada minyak yang ingin diwinterisasi

b. Crystal growth

Berdasarkan temperature kristalisasi, waktu, dan mechanichal power

input/agitation

4.7.3 Produk Winterisasi

Setelah menjalani proses winterisasi, produk yang diperoleh adalah bentuk

lemak baru yang terdiri dari triglisserida yang komposisinya lebih seragam daripada

campuran yang diperoleh dengan jalan mencampur lemak asalnya.

Proses tersebut memerlukan lemak netral anhidrat dengan kandungan perosida

minimum. Esterifikasi tidak mempengaruhi nilai nutrisi zat penyusunnya. Setelah

mengalami proses winterisasi, diharapkan produk:

1. Tahan terhadap suhu rendah dalam jangka waktu yang lama

2. Kandungan asam lemak jenuhnya berkurang

63

BAB V

KESIMPULAN

1. Klasifikasi Lemak dan Minyak

a) Berdasarkan kejenuhannya (ikatan rangkap)

Asam lemak jenuh

Asam lemak tak jenuh

b) Berdasarkan sifat mengering

Minyak tidak mengering (non-dryng oil)

Minyak setengah mengering (semi-drying oil)

Minyak mengering (drying-oil)

c) Berdasarkan sumbernya

Minyak Nabati

Minyak Hewani

d) Berdasarkan kegunaannya

Minyak mineral (minyak bumi)

Minyak nabati/hewani

Minyak atsiri (essential oil)

2. Proses ekstraksi terdiri dari mechanical expression, solvent ekstraction, dan

rendering.

3. Proses pemurnian terdiri dari proses de-gumming, netralisasi, bleaching dan

deodorisasi.

4. Proses Pengawetan adalah proses hidrogenasi,winterisasi, dan interesterifikasi

64

DAFTAR PUSTAKA

Bailey’s, Alton E.,1951.Industrial Oil and Fat Product. 4th edition. Intersince

Publisher. New York.

F.G. Winarno.1991.Kimia Pangan dan Gizi. P.T Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Galuh. 2009. Proses Pemurnian Minyak Nabati secara Fisika dalam Industri.

http://politeknik citrawidyaedukasi.wordpress.com/2010/01/18/proses-pemurnian-

minyak-nabati-secara-fisika-dalam-industri/, diakses pada 24 April 2013.

Galuh. 2009. Pure Plant Oil, pemurnian secara kimia. http://sekotheng.wordpress.com

/2009/08/10/pure-plant-oil-pemurnian-secara-kimia/, diakses pada 24 april 2013

Ketaren. 1986.Minyak dan Lemak Pangan.UI-Press. Jakarta.

Ralp J. Fessenden and Joan S. Fessenden, “ Organic Chemistry,” Third Edition,

University Of Montana, 1986, Wadsworth, Inc, Belmont, Califfornia 94002,

Massachuset, USA.

65