MILIARIA 14

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    1/41

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangIndonesia merupakan daerah tropis sehingga sering terjadi biang keringat

    (Miliaria) khususnya pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Karena cuaca yang

    panas sangat berpengaruh untuk terjadinya biang keringat (miliaria). Bayi baru

    lahir akan dibedong untuk menjaga kehangatan tubuhnya agar tidak terjadi

    hipotermi sekitar 34,14% bayi terkena biang keringat (milaria) akibat

    pembedongan, pembedongan pada bayi akan memberi efek hangat tetapi bila

    cuaca panas dapat menyebabkan biang keringat. Keadan inilah yang sering

    menyebabkan biang keringat (miliaria). Milaria dapat terjadi pada bayi-bayi

    prematur pada minggu pertama pasca persalinan disebabkan oleh sel-sel pada

    bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit dan

    mengakibatkan retensi keringat, biang keringat terjadi sekitar 40% pada bayi baru

    lahir (FKUI, 2005).

    Pori-pori sejati pada bayi berfungsi sebagai sistem kerja kelenjar keringat

    dimana pada bayi yang fungsinya belum sempurna sehingga bila bayi kepanasan

    akan menimbulkan biang keringat. Keringat bayi yang keluar terkumpul dibawah

    kulit, kemudian akan muncul bintik-bintik merah dan akan menimbulkan rasa

    gatal, terutama di daerah paha dan bagian tubuh yang tertutup. Bayi yang

    mengalami biang keringat menjadi rewel akibat rasa gatal dan orang tua biasanya

    mengeluh karena pola tidur bayinya terganggu seperti gelisah, tidak nyeyak dan

    lainnya (FKUI, 1999).

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, 2006)

    melaporkan tiap tahun terdapat 80% penderita biang keringat (miliaria),

    diantaranya 65% terjadi pada bayi. Berdasarkan harian Kompas Jakarta 15

    Desember 2008 melaporkan 49,6% penduduk Indonesia Beresiko terkena biang

    keringat (miliaria). Sebagian besar sering terjadi pada bayi terutama di kota-kota

    besar yang panas dan pengap. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2008

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    2/41

    2

    menyebutkan jumlah bayi yaitu 6.350 dan menderita miliaria (biang keringat)

    sebanyak 3413 (34,13%) bayi. Prevalensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi

    baik oleh bakteri virus dan jamur, tergantung pada lingkungan dan kondisi setiap

    individu. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk makalaha

    mengenai Miliaria.

    B. Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian dari latar belakang, penulis menemukan masalah

    yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu KELAINAN KELENJAR

    KULIT.

    C. TujuanMakalah ini ditujukan kepada pembaca untuk memberikan informasi mengenai

    anatomi dan kelainan kelenjar kulit.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    3/41

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 SKENARIO

    GATAL DI SELURUH BADAN

    Dokter saya mau bertanya : Sudah hampir 10 hari saya kena gatal seluruh badan

    terutama kalau terkena udara panas. Bintik-bintiknya seperti jerawat kecil/sedang.

    Selain itu terdapat juga diwajah seperti jerawat atau keringat buntet yang rata,

    ditangan dan kaki muncul bentol yang hilang sendiri dan terkadang meninggalkan

    bekas seperti kena gigit nyamuk. Rasa gatalnya tidak mau berhenti dan untuk

    menghilangkannya saya mandi hampir 6x sehari pakai sabun asepso. Saya sudah

    ke dokter umuum 2x dan diagnose dengan campak jerman. Dokter memberikan

    saya antibiotic, vitamin dan obat anti gatal. 3 hari yang lalu saya kedokter lagi

    diberi obet kortikosteroid dan salep kortikosteroid tapi sampai saat ini gatalnya

    belum berkurang. Apa ini menular dok? Dan apa yang harus saya lakukan terima

    kasih atas bantuannya.

    2.2 LEARNING OBJECTIVE

    Anatomi Kelenjar Kulit Fisiologi Kelenjar Kulit Penyakit-penyakit Kelenjar Kulit

    2.3 ANATOMI KELENJAR KULIT

    Kelenjar Keringat

    Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu

    saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori

    keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    4/41

    4

    banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah

    ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-

    sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan

    jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :

    1) Kelenjar ker ingat ekr in

    kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang

    mengandung 95 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti

    garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari

    metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari

    telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh

    badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam

    pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung

    dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada

    rambutnya.

    2) Kelenjar ker ingat apokr in

    hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan

    daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,

    berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini

    mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya

    berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut.

    Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit

    cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah

    usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.

    b. Kelenjar Palit

    Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan

    kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke

    dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang

    meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    5/41

    5

    sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,

    kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.

    Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjarpalit

    atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit

    kepala, kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk

    melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan

    bahwa kelenjarpalit atau kelenjarsebasea membesar sedangkanfolikel rambut

    mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak

    dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebihberminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

    Anatomi dan Fisiologi Rambut

    Terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari

    falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir. Terdapat 2 jenisrambut :

    a. Rambut terminal (dapat panjang dan pendek.)

    b. Rambut velus (pendek, halus dan lembut).

    Penampang rambut terdiri atas:

    1. Kutikula: terdiri atas lapisan keratin2. Korteks: terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling

    berdekatan. lapisan ini mengandung pigmen

    3. Medula: terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan lemak,dan rongga udara. rambut velus tidak mempunyai medulla

    Fungsi rambut

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    6/41

    6

    1. Melindungi kulit dari pengaruh buruk:Alis mata melindungi mata dari keringatagar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae).

    2. Menyaring udara.3. Serta berfungsi sebagai pengatur suhu,4. Pendorong penguapan keringat dan indera peraba yang sensitive.

    Rambut terdiri dari akar ( sel tanpa keratin) dan batang ( terdiri sel keratin )

    Bagian dermis yang masuk dalam kandung rambut disebut papil.

    Fase Rambut

    1. Fase pertumbuhan (Anagen)Sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel

    lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya 2-6 tahun 90 % dari 100.000 folikel

    rambut kulit kepala normal mengalami fase pertumbuhan pada satu saat.

    2. Fase Peralihan (Katagen)Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat di sekitar folikel

    rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian di bawahnya melebar

    dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada (club). berlangsung 2-3

    minggu

    3. Fase Istirahat (Telogen)Berlangsung + 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 100 lembar

    rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak merinding jika terjadi trauma , stress,

    dsbt Piloereksi. Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin . Pertumbuhan

    rambut pada daerah tertentu dikontrol oleh hgormon seks( rambut wajah, janggut,

    kumis, dada, punggung, di kontrol oleh H. Androgen. Kuantitas dan kualitas

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    7/41

    7

    distribusi rambut ditentukan oleh kondisis Endokrin. Hirsutisme ( pertumbuhan

    rambut yang berlebihan pada S. Cushing(wanita).

    Anatomi dan Fisiologi Kuku

    Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk yang menebal.

    Bagian kuku terdiri dari:

    1 Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru2 Dinding kuku (nail wall): merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi

    bagian pinggir dan atas

    3 Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku4 Alur kuku (nail grove): merupakan celah antar dinding dan dasar kuku5 Akar kuku (nail root): merupakan bagian proksimal kuku6 Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi

    dinding kuku

    7 Lunula: merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akarkuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit

    8 Eponikium (kutikula): merupakan dinding kuku bagian proksima, kulit arinyamenutupi bagian permukaan lempeng kuku

    9 Hiponikium:merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (freeedge) menebal

    Fungsi kuku

    Kuku mempunyai 2 fungsi utama. Fungsi pertama yang diketahui secara

    umum ialah sebagai pelindung dari ujung jari. Fungsi keduanya yang juga sangat

    penting adalah memberi sensitifitas daya sentuh . Pada ujung jari terdapat banyak

    reseptor yang berfungsi untuk menghantarkan rangsang sentuh saat kita

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    8/41

    8

    menyentuh suatu objek sehingga kita dapat merasakan bersentuhan dengan objek

    yang kita sentuh.

    Pertumbuhan kuku

    Kecepatan pertumbuhan kuku rata- rata 1 mm / minggu. Pembaruan total

    kuku jari tangan : 170 hari dan kuku kaki: 12- 18 bulan.

    2.4 KELAINAN KELENJAR KERINGAT

    MILIARIA

    Miliaria adalah kelainan kulit yang sering muncul pada bayi akibat

    tersumbatnya kelenjar keringat yang keluar berkumpul di bawah kulit dan

    mengakibatkan timbulnya bintik-bintik merah.

    Biang keringat disebut juga keringat buntet timbul di daerah dahi,leher

    dan bagian tubuh yang tertutup pakaian desertai gatal kulit,kemerahan dan

    gelembung-gelembung kecil berair.

    Biang keringat adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh keluarnya

    keringat berlebihan disertai tersumbatnya salurn kelenjar keringat dan

    biasanya terjadi pada daerah dari, leher, punggung dan dada (FKUI, 2000).

    Jenis-jenis Miliaria

    Ada tiga macam biang keringat, yaitu

    1. Miliaria KristalinaBiang keringat yang terjadi pada bayi baru lahir (Neonatus) sumbatan

    terjadi pada permukaan kulit sehingga terlihat gelembung-gelembung

    kecil berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih, namun tidak terdapat

    kemerahan pada kulit (FKUI, 2000).

    2. Miliaria Rubra

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    9/41

    9

    Biang keringat ini terjadi pada bayi yang biasa tinggal di daerah atau

    lingkungan panas dan lembab, terdapat bintik-bintik kecil (1-2 mm),

    berwarna merah biasanya disertai keluhan gatal dan perih.

    3. Miliaria ProfundaPada biang keringat jenis ini terdapat bintik-bintik putih keras dan

    berukuran 1-3 mm), kulit tidak berwarna merah,namun kasus ini jarang

    terjadi.

    Etiologi

    Biang keringat terjadi karena penyumbatan kelenjar atau saluran keringat oleh

    daki, debu, dan kosmetik. Tidak ada penyebab genetik. Kelenjar keringat

    yang belum berkembang sempurna .

    Bayi baru lahir belum memiliki kelenjar keringat yang berkembang sempurna

    sehingga mudah pecah bila berkeringat dan menyebabkan miliria

    1. Perubahan iklim.Miliria sering terjadi pada orang berpindah dari iklim dingin ke iklim

    tropis.

    2. AktivitasAktivitas yang menyebabkan keluarnya keringat dapat menjadi faktor

    pencetus.

    3. Obat-obatanBethanecol, obat yang menyebabkan timbulnya keringat dan Isotretionis

    obat yang menyebabkan folikular diferensiasi dilaporkan dapat

    menyebabkan Miliaria.

    4. BakteriStaphylococcus diyakini berhubungan dengan timbulnya Miliaria.

    Penyebab biang keringat pada bayi menurut Pasaribu (2007), yaitu :

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    10/41

    10

    1. Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panasdan lembab.

    2. Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketatmenyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.

    3. Bayi mengalami panas atau demam.4. Bayi terlalu banyak beraktifitas sehingga banyak mengeluarkan keringat.

    Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari

    kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit

    bayi. Butiran-butiran yang terperangkap di bawah kulit akan mendesak ke

    permukaan kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil (Pasaribu, 2007).

    Patofisiologi dan pathogenesis

    Rangsangan utama bagi pengembangan Miliaria adalah kondisi kelembaban

    panas yang tinggi dan menyebabkan berkeringat berlebihan. Terjadi occlusion

    kulit karena pakaian, perban, obat transdermal patch, atau lembaran plastik

    (dalam pengaturan percobaan) selanjutnya dapat berkontribusi untuk

    pengumpulan keringat pada permukaan kulit dan lapisan overhydration dari

    corneum. Orang yang rentan, termasuk bayi, yang relatif belum matang

    eccrine kelenjar, overhydration dari stratum corneum dianggap cukup untuk

    menyebabkan penyumbatan sementara dari acrosyringium.

    Jika kondisi lembab panas bertahan, individu terus memproduksi keringat

    berlebihan, tetapi tidak dapat mengeluarkan keringat ke permukaan kulit

    karena penyumbatan duktus. Sumbatan ini menyebabkan kebocoran keringat

    ke permukaan kulit, baik di dalam dermis atau epidermis, dengan relative

    anhidrosis.

    Ketika titik kebocoran di lapisan corneum atau hanya di bawahnya, seperti

    dalam

    Miliaria crystallina, sedikit adanya peradangan, dan lesi tidak menunjukkan

    gejala. Sebaliknya, di Miliaria rubra, kebocoran keringat ke lapisan

    subcorneal menghasilkan spongiotic vesikula dan sel inflamasi kronis

    periductal menyusup pada papiler dermis dan epidermis bawah. Dalam

    Miliaria profunda, terbentuknya dari keringat ke dermis papiler menghasilkan

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    11/41

    11

    substansial, masuk kedalam periductal limfositik spongiosis dari saluran

    intra-epidermis.

    Residen bakteri kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus

    aureus, diperkirakan memainkan peran dalam patogenesis Miliaria. Pasien

    dengan Miliaria telah 3 kali lebih banyak bakteri per satuan luas kulit sebagai

    subyek kontrol sehat. Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria

    akibat eksperimental. Acid-Schiff berkala-positif bahan tahan diastase telah

    ditemukan di plug intraductal yang konsisten dengan substansi polisakarida

    ekstraselular stafilokokal (EPS). Dalam pengaturan percobaan, hanya S

    epidermidis galur yang menghasilkan EPS dapat menimbulkan Miliaria.

    Pada akhir tahap Miliaria, hyperkeratosis dan parakeratosis dari

    acrosyringium diamati. Sebuah plug hyperkeratotic mungkin muncul untuk

    menghalangi eccrine saluran, tetapi sekarang ini diyakini menjadi terlambat

    perubahan dan bukan penyebab menimbulkan penyumbatan keringat.

    Gejala Klinik

    a. Miliaria kristalinaPada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan

    setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel

    bergerembol tanpa tanda radang pada bagian badan yang tertutup

    pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik

    yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung

    intra/subkorneal.

    b. Miliaria rubraPenyakit ini lebih berat dari pada miliaria kristaliana, terdapat pada badan

    dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian. Terlihat papul merah

    atau papul vesikular ekstravesikular yang sangat gatal dan pedih. Miliaria

    jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik.

    Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat. Pendapat

    pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif,

    penyebabnya adanya penyumbatan keratin pada muara kelenjar keringat

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    12/41

    12

    dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat

    kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit

    menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar

    keringat (LOEWENIHOE 1961). Staphylococcus diduga juga

    mempunyai peranan.

    Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum

    sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di

    epidermis.

    c. Miliaria profundaBentuk ini agak jarang kecuali di daerah tropis. Kelainan ini biasa timbul

    setelah miliaria rubra, ditandai dengan papul putih, keras berukuran 1-3

    mm. Terutama terdapat di badan dan ekstremitas.

    Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinis labih banyak

    berupa papul dari pada vesikel. Tidak gatal dan tidak terdapat eritema.

    Pada gambaran histologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah

    pada dermis bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi sel radang.

    Diagnosis Banding

    1. Diagnosis miliaria kristalina dapat ditegakkan dengan cara memecahvesikula dengan jarum kecil; akan keluar cairan jernih.

    2. Miliaria rubra dapat dikelirukan dengan penyakit lain, misalnya reaksiirtitasi primer, eritema neonatorum, dan folikulitis. Dengan kaca pembesar

    akan tampak vesikula yang khas; puncak lesi yang eritematus adalah folikel

    rambut.

    3. Miliaria profunda. Ada persoslan dalam menegakkan diagnosis klinismiliaria profunda, karena papula putih atau warna cerah dapat dikelirukan

    dengan papular mucinosis dan amiloidosis.

    Penatalaksanaan

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    13/41

    13

    Biang keringat bukan penyakit berat. Bahkan, banyak orang

    menggolongkannya sebagai gangguan kulit yang sepele. Hanya saja,

    sengatan rasa gatal memang menimbulkan gangguan yang menjengkelkan.

    Berikut ini beberapa cara menghilangkan biang keringat :

    a) Dinginkan kulit anak dengan mengoleskan lotion calamin. Namun,sebelumnya pastikan dulu bahwa kulit anak benar-benar dalam keadaan

    kering, tidak lembap atau berkeringat. Tidak memakaikan mantel

    terbuat dari bahan wol bila si biang keringat tetap menyerang pada

    musim hujan. Untuk menghangatkan tubuhnya, lebih baik pilihkan baju-

    baju dari bahan katun yang dikenakan berlapis-lapis.

    b) Mandikan anak dengan air dingin, agar kulit tubuhnya sejuk dan segar.Kenalilah jenis kulit anak. Jika tergolong sensitif, hindari menyabuni

    bagian yang terkena gangguan, karena sabun bisa menimbulkan iritasi.

    Namun, kalau kulitnya cukup kuat, pakailah sabun khusus antibiang

    keringat.

    c) Kompres bagian biang keringat dengan larutan soda bikarbonat (1 sendokteh soda bikarbonat dicampur dengan secangkir air bersih) secara teratur.

    Bila peradangan cukup banyak, gunakan salep atau bedak yang

    mengandung zinc oksida dan vaselin putih. Atau, sebagai penggantinya,

    kita dapat menggunakan bedak yang mengandung magnesium stearat.

    Kedua jenis bedak ini berfungsi mengurangi iritasi dan membantu

    penyerapan keringat.

    Pengobatan

    1. Topikallotion anhidros diberikan untuk mencegah atau menghilangkan

    sumbatan sehingga keringat dapat keluar kepermukaan kulit. Selain

    itu juga diberikan salep hidrofilik, talk untuk bayi dan losio yang

    berisi . Pemberian colamin lotion dapat memberikan rasa sejuk juga

    dapat diberikan anti biotic topikal seperti krim kloramfenikol.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    14/41

    14

    2. SistemikDapat diberikan antibiotik bila terjadi infeksi sekunder dan anti

    histamin sebagai anti pruritus, pemberian vitamin C dosis tinggi

    dapat diberikan untuk mencegah atau mengurangi timbulnya

    Miliaria.

    Pencegahan Biang Keringat

    1. Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 xsehari menggunakan air dingin dan sabun. Pada saat memandikan bayi

    yang menderita biang keringat sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair,

    sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel yang dapat menghambat

    penyembuhan (Pasaribu, 2007).

    2. Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak,leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak

    ke seluruh tubuh dengan tipis.

    3. Jaga tubuh bayi agar tetap kering4. Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan

    handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang

    lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.

    5. Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebihdahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah

    terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.

    6. Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon atau wol yang tidak

    menyerap keringat (FKUI, 2000).

    7. Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udarakamar yan tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi

    mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.

    8. Memberikan obat penurun panas (antipiretik), seperti aspirin atauasetaminofen pada saat anak terserang demam. Dengan turunnya demam

    si kecil, biasanya secara otomatis keringat yang keluar berkurang.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    15/41

    15

    - Selama si kecil terserang demam dan mengeluarkan banyak keringat,jagalah agar bajunya tidak dibiarkan terlalu lama dalam keadaan

    basah.

    - Sesering mungkin keringkan tubuhnya dan gantilah bajunya agarpenguapan keringat pada kulit dapat berlangsung baik.

    Komplikasi

    Komplikasi yang tersering dari Miliaria adalah infeksi sekunder dan

    intoleransi terhadap suhu lingkungan yang panas. Infeksi sekunder dapat

    terjadi berupa impetigo atau multiple diskret abses yang dikenal sebagai

    periporitis staphylogenes dengan tidak keluarnya keringat bila terpapar suhu

    panas, lemah, fatique, pusing bahkan pingsan. Garukan dapat mengakibatkan

    luka dan infeksi sekunder.

    2.5 KELAINAN RAMBUT (ALOPESIA)

    Definisi

    Alopesia areata adalah peradangan kronis, berulang dari rambut terminal, yang

    ditandai oleh timbulnya satu atau lebih bercak kerontokan rambut pada scalp dan

    atau kulit berambut terminal lainnya. Lesi pada umumnya berbentuk bulat atau

    lonjong dengan batas tegas, permukaan licin tanpa adanya tanda-tanda atropi,

    skuamasi dan sikatriks.

    Etiologi

    Belum diketahui, sering dihubungkan dengan adanya infeksi fokal, kelainan

    endokrin dan stres emosional.4 Beberapa faktor atau keadaan patologik yang

    berasosiasi dengan penyakit ini :

    1. Faktor genetikAlopesia areata dapat diturunkan seara domain autosomal dengan penetrasi

    yang variabel. Frekuensi alopesia areata yang diturunkan secara genetik adalah

    10-50%. Insiden tinggi pada alopesia areata dengan onset dini 37% pada umur

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    16/41

    16

    30 tahun dan 7,1% pada onset lebih dari 30 tahun. Beberapa gen terangkai

    erat, misalnya genetik HLA (Human Leucocyte Antigen) yang berlokasi di

    lengan pendek kromosom-6 membentuk MHC ( Major Histocompatibility

    Complex). Tiap gen pada sistem genetik HLA memiliki banyak varian (alel)

    yang berbeda satu dengan lainnya. Komplek HLA pada penderita alopesia

    areata diteliti karena banyak hubungan penyakit-penyakit autoimun dengan

    peningkatan frekuensi antigen HLA.

    2. Stigmata atopi (faktor alergi)Beberapa penelitian adanya hubungan antara alopesia areata dengan atopi,

    terutama pada alopesia areata berat. Frekuensi penderita alopeia areata yang

    mempunyai stigmata atopis sebesar 10-52%. Kelainan yang sering dijumpai

    berupa asma bronkhial, rinitis, dan dermatitis atopik.

    3. Gangguan neurofisiologik dan emosionalPada alopesia areata telah dibuktikan dapat terjadi vasokonstriksi yang

    disebabkan oleh gangguan saraf autonom setelah tindakan ortodonik. Beberapa

    penelitian melaporkan bahwa stres mungkin merupakan faktor presipikasi pada

    beberapa kasus pada alopesia areata.

    4. Gangguan organ ektodermKerusakan kuku distropik dianggap berasosiasi dengan alopesia areata.

    Demikian pula timbulnya katarak tipe subcapsular superior

    5. Kelainan endokrinBeberapa penyakit endokrin antara lain gangguan fungsi kelenjar dan diabetus

    melitus banyak dihubungkan dengan alopesia areata. Tiroid, kelenjar yang

    paling sering dijumpai kelainannya pada penderita alopesia areata

    meperlihatkan gambaran penyakit goiter.

    6. Faktor infeksiAdanya laporan mengenai kemungkinan adanya infeksi cytomegato virus

    (CMV) pada alopesia areata infeksi HIV juga berpotensi sebagai faktor

    pencetus terjadinya alopesia areata. Tapi ada penyelidikan lain yang

    menyebutkan tidak ada hubungan bukti keterlibatan virus atau bakteri belum

    dapat disimpulkan.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    17/41

    17

    7. Faktor neurologiPerubahan lokal pada sistem saraf perifer pada level papila dermis mungkin

    memegang peranan pada evolui alopesia areata karena sistem saraf perifer

    dapat menyalurkan neuropeptida yang memodulasi proses inflamasi dan

    proliferasi.

    8. Bahan kimiaBahan bahan kimia yang berpotensi untuk terjadinya alopesia areata adalah

    acrylamide, formaldehyde, dan beberapa pestisida.

    9. Faktor imunologiAda laporan hubungan alopesia areata dengan kelainan autoimun yang klasik

    terutama pada penyakit tiroid dan vitiligo.

    Patogenesis

    Kelainan yang terjadi pada alopesia areata dimulai oleh adanya rangsangan

    yang menyebabkan folikel rambut setempat memasuki fase telogen lebih awal

    sehingga terjadi pemendekan siklus rambut. Proses ini meluas, sedangkan

    sebagian rambut menetap di dalam fase telogen. Rambut yang melanjutkan siklus

    akan membentuk rambut anagen baru yang lebih pendek, lebih kurus, terletak

    lebih superfisial pada middermis dan berkembang hanya sampai fase anagen IV.

    Selanjutnya sisa folikel anagen yang hipoplastik ini akan membentuk jaringan

    sarung akar dalam, dan mempunyai struktur keratin seperti rambut rudimenter.

    Beberapa ciri khas alopesia areata dapat dijumpai, misalnya berupa batang rambut

    tidak berpigmen dengan diameter bervariasi, dan kadang-kadang tumbuh lebih

    menonjol ke atas (rambut-rambut pendek yang bagian proksimalnya lebih tipis di

    banding bagian distal sehingga mudah dicabut), disebut exclamation mark

    hairs atau exclamation point. Hal ini merupakan patognomosis pada alopesia

    areata. Bentuk lain berupa rambut kurus, pendek dan berpigmen yang

    disebut black dots.

    Lesi yang telah lama tidak mengakibatkan pengurangan jumlah folikel.

    Folikel anagen terdapat di semua tempat walaupun terjadi perubahan rasio anagen

    dibandingkan dengan telogen. Folikel anagen akan mengecil dengan sarung akar

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    18/41

    18

    yang meruncing tetapi tetap terjadi diferensiasi korteks, walaupun tanpa tanda

    keratinisasi. Rambut yang tumbuh lagi pada lesi biasanya di dahului oleh rambut

    velus yang kurang berpigmen.

    Gejala Klinis

    Lesi alopesia areata stadium awal, paling sering ditandai oleh bercak

    kebotakan yang bulat atau lonjong, berbatas tegas. Permukaan lesi tampak halus,

    licin, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun skuamasi. Pada tepi lesi kadang-

    kadang tampak exclamation-mark hairs yang mudah dicabut.

    Pemeriksaan

    Pemeriksaan pada kulit kepala yang berambut, alis, bulu mata dan jenggot

    didapatkan bercak bulat atau oval bisa berwarna kemerahan atau seperti kulit

    normal dan tidak lagi berambut. Tepi bercak yang berbatasan dengan daerah yang

    masih berambut. Bila rambut dicabut tampak folikel rambut yang atrofi. Rambut

    tanda seru (Exclamation mark hair) merupakan patognomonik yang tidak selalu

    ada, gambarannya berupa batang rambut yang kerarah pangkal makin halus.

    Rambut disekitar bercak tampak normal namun mudah dicabut.1

    Pemeriksaan Laboratorium

    Sebaiknya diperiksa kerokan kulit untuk melihat adakah infeksi jamur atau

    tidak. Pada pemeriksaan dermoskopi didapatkan bintik kuning, penyebaran

    rambut putih dan rambut baru yang akan tumbuh juga tidak berpigmen.

    Diagnosis

    Cara penegakan diagnosis

    1. Anamesisa. Keluhan utama

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    19/41

    19

    Tiba-tiba dapat timbul satu atau lebih daerah botak pada kulit kepala, alis

    mata, jenggot, atau dimana saja.

    b. Riwayat penyakit2. Fisik

    a. Lesi primer di kulit bagian : kepala, alis, bulu mata.b. Sesuai dengan gejala diatas (sesuai tipe)c. Terdapat bercak yang spesifik, berbentuk bulat atau oval. Kulit biasanya

    tampak normal sama sekali, walaupun bisa juga didapatkan daerah eritema

    ringan, dibeberapa temapt mungkin timbul bercak yang bersebelahan,

    sehingga menimbulkan gambaran seperti dimakan ngengat. Pemeriksaan

    yang teliti pada daerah tepi alopesia areata dapat memperoleh gambaran

    yang patogmonik rambut yang serupa tanda seru (exclamation mark hair)

    rambut-rambut pendek makin menipis ke arah dasar.

    d. Wood lamp untuk menyingkirkan tinea capitis.3

    Diagnosis banding1. Tinea kapitis : terutama pada anak. Penyebabnya adalah jamur (Microsporum

    dan Trichophton). Rambut dikelilingi oleh spora yang susunannya tidak

    teratur. UKK: batas tegas, eritematous, hiperkeratosis dengan gejala klinis

    terasa sangat nyeri, rambut kusam dan patah.

    2. Lupus eritematosus discoid : juga menimbulkan alopesia areata, tapi dapatditemukan atrofi kulit, skuama dan teleangiektasia.10

    Terapi

    1. Kortikosteroid Topical2. Injeksi intralesi : beberapa dan sedikit tempat infeksi dari alopesia areata bisa

    di obati dengan triamcinolon intralesional, acetomide 3,5 mg/ml, yang

    kadang-kadang sangat efektive.

    3. Dapson dengan dosis 50mg 2 x 1 hari selama 6 bulan.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    20/41

    20

    4. Kortikosteroid sistemik : biasanya mendorong pertumbuhan kembali, tapialopesia sering berulang setelah pengobatan dihentikan, risiko dari

    penggunaan terapi jangka panjang oleh karena itu menghalangi penggunaan.

    Obat oral yang sering digunakan prednison dengan dosis dan lama pemberian

    prednison 80-120 mg/hari selama 8-42 bulan atau dosis denyut 300 mg yang

    diberikan sebanyak 4 kali dengan interval 4 minggu.6

    5. Cyclosporine sistemik : memiliki efek menghambat infiltrasi imunitaskedalam dan sekitar folikel rambut. Dosis cyclosporine yang digunakan 6

    mg/kgbb/hari selama 12 minggu.6,9

    6. Vitamin B12 dosis 1mg/minggu secara intra muskular dilanjutkan dengan1mg/bulan.9

    7. PUVA (Photochemotherapy).6

    2.7 KELAINAN KUKU

    Perubahan warna Pada kuku (Kromonikia)

    Kuku berwarna hijau (green nails)

    Pada kuku yang mengalami onikolisis dan paronikia yang berat akibat

    infeksi Pseudomonas aeroginosa yang menghasilkan pigmen piosianin yang

    berwarna hijau. Pigmen tersebut diendapkan pada lempeng kuku Kelainan warna

    dapat seluruh permukaan kuku atau hanya sebagian Bila infeksi terjadi berulang

    akan timbul garis hijau yang horizontal atau disebut green striated nails, warna

    hijau disebabkan oleh Candida albicans atauAspergilus flavus 6

    Kuku berwarna hitam (black nail s)

    Disebabkan karena Melanogenesis yang berlebihan padd penyakit pinta,

    def.vit B12, Melanoma maligna dan Peutz-Jegher syndrome. Infeksi jamur oleh

    Candida abicans dan Blastomyces dermatitides, Junction naevi dibawah kuku,

    Sindrom Cushing yang disertai peningkatan MSH. Infeksi Proteus mirabilis yang

    menghasilkan hidrogen sulfida yang bergabung dengan logam-logam yang ada

    pada kuku membentuk sulfida yang berwarna hitam.6

    Kuku berwarna tengguli atau coklat atau merah tua (brown nails)

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    21/41

    21

    Disebabkan oleh Obat antimalaria (klorokuin, Kinakrin dan Amodiakin),

    Fenolftalin, Penyakit Addison, Akantosis nigrikans. Setelah dikompres dengan

    larutan Permanganas kalikus atau larutan perak nitrat 4,6

    Kuku berwarna biru (blue nail s)

    Lunula berwarna biru pada penyakit Wilkinson disebabkan penyakit

    bawaan dengan degenerasi hepatolentikuler, terdapat kelainan metabolisme

    tembaga (Cu) sehingga terjadi meningkatkan kadar Cu dalam badan. Obat

    antimalaria (Atabrin). Dapat juga karena adanya hematoma subungual 6

    Kuku berwarna kuning (yell ow nail s)

    Sindrom kuku kuning dapat berhubungan maupun tidak berhubungan

    dengan penyakit sistemik dan biasanya familial. Meskipun demikian, penting bagi

    pasien untuk konsultasi dengan ahli paru. Kondisi lain yang dapat berhubungan

    dengan kondisi ini adalah rheumatoid arthritis dan malignansi internal. Sejarah

    pasien sangat penting, karena pasien selalu mengeluh kuku mereka berhenti

    bertumbuh. Perubahan pada kuku dapat dihasilkan dengan pemberian vitamin E

    oral dosis tinggi. Vitamin E topical disertai dengan medikasi antifungal tidak

    memperlihatkan hasil yang efektif.1

    Pertumbuhan kuku yang lambat, Kuku cembung dan tebal. Lunula tidak

    tampak dan seluruh badan kuku menjadi kuning Adanya edema pada kuku, muka

    danpleural effusion. Pada limfangiografi ditemukan penyempitan pembuluh getah

    bening 1,6

    Kuku berwarna putih

    Akibat kelainan keratinisasi kuku.

    1. Warna putih yang terbatas. Leukonikia pungtata pada penyakit tifus,

    nefritis karena trauma, infeksi jamur, bahkan pada orang normal. Leukonikia

    striata (garis Mee)/ Mee Line : perubahan warna kuku berupa garis-garis putih

    karena kelainan herediter, keracunan Talium, trauma otak yang hebat4,6Half and

    half nails : warna kuku bagian proksimal putih dan bagian distal merah muda

    dengan batas jelas disebabkan oleh ginjal kronik4,6

    .Meens transverse band : pita

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    22/41

    22

    putih yang melintang pada keracunan arsen. Pada Pelagra berat terdapat pita putih

    susu berbatas tegas yang menyeluruh 6

    2. Warna putih menyeluruh. Leukonikia totalis dapat ditemukan pada

    penderita Sirosis hepatis. Dapat mengenai seluruh jari tangan terutama ibu jari.

    Penyebab lain penyakit Jantung, DM, Tuberkulosis dan Artritis reumatoid, dapat

    normal pada anak-anak umur 1-4 tahun. Mungkin ada hubungan dengan adanya

    kelainan endokrin yang berhubungan dengan kelainan metabolisme 6

    Obat-obatan yang mempengaruhi warna kuku

    Obat-obatan berbeda menyebabkan perubahan warna pada kuku, yang

    biasanya menjadi sembuh setelah obat dihentikan dan kuku bertumbuh. 8

    Obat-obatan kemoterapi seperti bleomycin bisa menyebabkanpiringan kuku menjadi gelap (hyperpigmentation). Pigmen

    horizontal (transverse) atau kumpulan berwarna putih bisa juga

    terlihat pada orang yang diobati dengan obat-obatan kemoterapi

    tertentu. 1,3,8

    Choloroquine, sebuah obat yang digunakan dalam pengobataninfeksi parasit dan jenis penyakit autoimmune tertentu, bisa

    menyebabkan alas kuku menjadi biru-kehitaman.

    Perak, yang bisa diserap setelah berhubungan dengan okupasi ataumelalui penggunaan suplemen makanan mengandung protein perak

    colloidal, bias menyebabkan kuku menjadi biru keabu-abuan gelap.

    Obat-obatan yang mengandung emas, yang kadangkala digunakandalam pengobatan rheumatoid arthritis, bisa merubah kuku terang

    atau cokelat gelap.

    Minocycline, sebuah antibiotik, bisa menyebabkan perubahanwarna biru.

    Zidovudine (AZT), sebuah obat untuk mengobati infeksi HIV, bisamenyebabkan garis longitudinal cokelat-kehitaman. Meskipun

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    23/41

    23

    begitu, garis ini bisa juga terdapat pada orang yang mengalami

    AIDS tetapi tidak menerima AZT.

    Racun arsenik keras bisa menyebabkan garis putih horizontal untukterbentuk pada kuku.

    2.8 KELAINAN KELENJAR SEBUM

    Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan

    adanya komedo, papul, pustul, dan kista. Predileksi akne vulgaris pada daerah-

    daerah wajah, bahu bagian atas, dada, dan punggung.1

    Akne pada pada dasarnya merupakan penyakit pada remaja, dengan 85% terjadi

    pada remaja dengan beberapa derajat keparahan. Dimana didapatkan frekuensi

    yang lebih besar pada usia antara 15-18 tahun pada kedua jenis kelamin. Pada

    umumnya, involusi penyakit terjadi sebelum usia 25 tahun.2

    Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang pasti belum

    diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan,

    antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor

    makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis, pengaruh musim, infeksi

    bakteri (Propionibacterium aknes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.3

    Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne yakni,

    peningkatan sekresi sebum, adanya keratinisasi folikel, bakteri, dan peradangan

    (inflamasi).

    Tidak terdapat sistem grading yang seragam dan terstandarisasi untuk beratnya

    akne yang diderita. Akne pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan tipe

    (komedoal/papular, pustular/noduokistik) dan atau beratnya penyakit (

    ringan/sedang/sedang-berat/berat). Lesi kulit dapat digambarkan sebagai inflamasi

    dan non-inflamasi.

    Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

    fisis, dan tes laboratorium. Diagnosis banding akne vulgaris antara lain erupsi

    akneiformis, rosasea, dan dermatitis perioral.

    Penatalaksanaan akne vulgaris berupa terapi sistemik, topikal, fisik, dan diet. Pada

    umumnya prognosis dari akne ini cukup baik, pengobatan sebaiknya dimulai pada

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    24/41

    24

    awal onset munculnya akne dan cukup agresif untuk menghindari sekuele yang

    bersifat permanen.

    ETIOPATOGENESIS

    Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang pasti belum

    diketahui secara jelas, namun terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan,

    antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor

    makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis, musim, infeksi bakteri

    (Propionibacterium aknes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.

    1. SebumSebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Pada

    akne terjadi peningkatan sebum. Sebum yang meningkat tidak hanya

    terjadi pada akne, tetapi dapat juga pada penyakit parkinson dan

    akromegali.3

    2. BakteriMikroba yang terlibat pada terbentuknya akne

    adalahPropionibacterium aknes, Stafilococcus epidermidis, dan

    Pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang terpenting

    yakniPropionibacterium aknes. Bakteri ini merupakan bakteri komensal

    pada kulit. Pada keadaan patologik, bakteri ini membentuk koloni pada

    duktus pilosebasea yang menstimulasi trigliserida untuk melepas asam

    lemak bebas, memproduksi substansi kemotaktik pada sel-sel inflamasi,

    dan menginduksi duktus epitel untuk mensekresi sitokin pro-inflamasi.3

    3. HerediterFaktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas

    kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai

    parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.3

    4. Hormon

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    25/41

    25

    Hormon androgen berasal dari testis, ovarium, dan kelenjar

    adrenal. Hormon ini menyebabkan kelenjar sebasea bertambah besar dan

    produksi sebum meningkat pada remaja laki-laki dan perempuan.1

    Hormon androgen merupakan stimulus utama pada sekresi

    sebum oleh kelenjar sebasea. Pada penderita akne, kelenjar sebasea

    berespon sangat cepat pada peningkatan kadar hormon ini di atas

    normal. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan aktivitas 5-

    reductase yang lebih tinggi pada kelenjar sebasea dibanding kelenjar lain

    dalam tubuh.3

    5. DietPada beberapa pasien, akne dapat diperburuk oleh beberapa jenis

    makanan, seperti coklat, kacang, kopi, dan minuman ringan.1

    6. IklimDi daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne

    bertambah hebat pada musim dingin, dan dapat pula meningkat oleh

    paparan cahaya matahari langsung.1

    7. Faktor iatrogenikKortikosteroid baik topikal maupun sistemik dapat meningkatkan

    keratinisasi duktus polisebasea. Androgen, gonadotropin, dan

    kortikotropin dapat menginduksi akne pada dewasa muda. Kontrasepsi

    oral dapat pula menginduksi terjadinya akne.1

    Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks, dipengaruhi banyak

    faktor dan kadang-kadang masih kontroversial. Ada empat hal penting yang

    berhubungan dengan terjadinya akne, yakni peningkatan sekresi sebum,

    adanya keratinisasi folikel, bakteri, dan peradangan (inflamasi).2

    1. Peningkatan sekresi sebum

    Faktor pertama yang berperan dalam patogenesis akne ialah

    peningkatan produksi sebum oleh glandula sebacea. Pasien dengan akne

    akan memproduksi lebih banyak sebum dibanding yang tidak terkena akne

    meskipun kualitas sebum pada kedua kelompok tersebut adalah sama.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    26/41

    26

    Salah satu komponen dari sebum yaitu trigliserida mungkin berperan

    dalam patogenesis akne. Trigliserida dipecah menjadi asam lemak bebas

    oleh P.aknes, flora normal yang terdapat pada unit pilosebacea. Asam

    lemak bebas ini kemudian menyebabkan kolonisasi P.aknes, mendorong

    terjadinya inflamasi dan dapat menjadi komedogenik.1,2

    Hormon androgen juga mempengaruhi produksi sebum. Serupa

    dengan aktifitasnya pada keratinosit infundibuler follikular, hormon

    androgen berikatan dan mempengaruhi aktifitas sebosit. Orang-orang

    dengan akne memiliki kadar serum androgen yang lebih tinggi dibanding

    dengan orang yang tidak terkena akne. 5-reduktase, enzim yang

    bertanggung jawab untuk mengubah testosteron menjadi DHT poten

    memiliki aktifitas yang meningkat pada bagian tubuh yang menjadi

    predileksi timbulnya akne yaitu pada wajah, dada, dan punggung.1,2

    Peranan estrogen dalam produksi sebum belum diketahui secara

    pasti. Dosis estrogen yang diperlukan untuk menurunkan produksi sebum

    jauh lebih besar jika dibandingkan dengan dosis yang diperlukan untuk

    menghambat ovulasi. Mekanisme dimana estrogen mungkin berperan ialah

    dengan secara langsung melawan efek androgen dalam glandula sebacea,

    menghambat produksi androgen dalam jaringan gonad melalui umpan

    balik negatif pelepasan hormon gonadotropin, dan meregulasi gen yang

    yang menekan pertumbuhan glandula sebacea atau produksi lipid.2

    2. Keratinisasi folikel

    Hiperproliferasi epidermis follikular menyebabkan pembentukan

    lesi primer akne yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut paling atas,

    yaitu infundibulum menjadi hiperkeratosis dengan meningkatnya kohesi

    dari keratinosit. Kelebihan sel dan kekuatan kohesinya menyebabkan

    pembentukan plug pada ostium follikular. Plug ini kemudian

    menyebabkan konsentrasi keratin, sebum, dan bakteri terakumulasi di

    dalam folikel. Hal tersebut kemudian menyebabkan pelebaran folikel

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    27/41

    27

    rambut bagian atas, yang kemudian membentuk mikrokomedo. Stimulus

    terhadap proliferasi keratinosit dan peningkatan daya adhesi masih belum

    diketahui. Namun terdapat beberapa faktor yang diduga menyebabkan

    hiperproliferasi keratinosit yaitu stimulasi androgen, penurunan asam

    linoleat, dan peningkatan aktifitas interleukin (IL)-1.2

    Hormon androgen dapat berperan dalam keratinosit follikular

    untuk menyebabkan hiperproliferasi. Dihidrotestosteron (DHT)

    merupakan androgen yang poten yang memegang peranan terhadap

    timbulnya akne. 17-hidroksisteroid dehidrogenase dan 5-reduktase

    merupakan enzim yang berperan untuk mengubah dehidroepiandrosteron

    (DHEAS) menjadi DHT. Jika dibandingkan dengan keratinosit epidermal,

    keratinosit follikular menunjukkan peningkatan aktifitas 17-

    hidroksisteroid dehidrogenase dan 5-reduktase yang pada akhirnya

    meningkatkan produksi DHT. DHT dapat menstimulasi proliferasi

    keratinosit follikular. Hal lain yang mendukung peranan androgen dalam

    patogenesis akne ialah bahwa pada orang dengan insensitivitas androgen

    komplet tidak terkena akne.1,2

    Proliferasi keratinosit follikular juga diatur dengan adanya asam

    linoleic. Asam linoleic merupakan asam lemak esensial pada kulit yang

    akan menurun pada orang-orang yang terkena akne. Kuantitas asam linolic

    akan kembali normal setelah penanganan dengan isotretinoin. Kadar asam

    linoleic yang tidak normal dapat menyebabkan hiperproliferasi keratinosit

    follikular dan memproduksi sitokin proinflamasi. Terdapat asumsi bahwa

    asam linoleic diproduksi dengan kuantitas yang tetap tetapi akan

    mengalami dilusi seiring dengan meningkatnya produksi sebum.2

    IL-1 juga memiliki peranan dalam hiperproliferasi keratinosit.

    Keratinosit follikular pada manusia menunjukkan adanya hiperproliferasi

    dan pembentukan mikrokomedoe ketika diberika IL-1. Antagonis reseptor

    IL-1 dapat menghambat pembentukan mikrokome.2

    3. Bakteri

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    28/41

    28

    Faktor ketiga yakni bakteri. Propionibacterium aknes juga

    memiliki peranan aktif dalam proses inflamasi yang terjadi. P.aknes

    merupakan bakteri gram-positif, anaerobik, dan mikroaerobik yang

    terdapat pada folikel sebacea. Remaja dengan akne memiliki konsentrasi

    P.aknes yang lebih tinggi dibanding orang yang normal. Bagaimanapun

    tidak terdapat korelasi antara jumlah P.aknesyang terdapat pada glandula

    sebacea dan beratnya penyakit yang diderita.2

    Dinding sel P.aknes mengandung antigen yang karbohidrat yang

    menstimulasi perkembangan antibodi. Pasien dengna akne yang paling

    berat memiliki titer antibodi yang paling tinggi pula. Antibodi

    propionibacterium meningkatkan respon inflamasi dengan mengaktifkan

    komplemen, yang pada akhirnya mengawali kaskade proses pro-inflamasi.

    P.aknes juga memfalisitasi inflamasi dengan merangsang reaksi

    hipersensitifitas tipe lambat dengna memproduksi lipase, protease,

    hyaluronidase, dan faktor kemotaktik. Disamping itu, P.aknes tampak

    menstimulasi regulasi sitokin dengan berikatan dengan Toll-like receptor2

    pada monosit dan sel polimorfonuklear yang mengelilingi folikel sebacea.

    Setelah berikatan dengan Toll-like receptor2, sitokin proinflamasi seperti

    IL-1, IL-8, IL-12, dan TNF- dilepaskan.2

    4. Inflamasi

    Pada awalnya telah diduga bahwa inflamasi mengikuti proses

    pembentukan komedo, namun terdapat bukti baru bahwa inflamasi dermal

    sesungguhnya mendahului pembentukan komedo. Biopsi yang diambil

    pada kulit yang tidak memiliki komedo dan cenderung menjadi akne

    menunjukkan peningkatan inflamasi dermal dibandingkan dengan kulit

    normal. Biopsi kulit dari komedo yang baru terbentuk menunjukkan

    aktifitas inflamasi yang jauh lebih hebat.1,2

    Mikrokomedo akan meluas menjadi keratin, sebum, dan bakteri

    yang lebih terkonsentrasi. Walaupun perluasan ini akan menyebabkan

    distensi yang mengakibatkan ruptur dinding follikular. Ekstrusi dari

    keratin, sebum, dan bakteri ke dalam dermis mengakibatkan respon

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    29/41

    29

    inflamasi yang cepat. Tipe sel yang dominan pada 24 jam pertama ruptur

    komedo adalah limfosit. CD4+ limfosit ditemukan di sekitar unit

    pilosebacea dimana sel CD8+ ditemukan pada daerah perivaskuler. Satu

    sampai dua hari setelah ruptur komedo, neutrofil menjadi sel yang

    predominan yang mengelilingi mikorkomedo.2

    Keempat elemen dari patogenesis akne yaitu hiperprofliferasi

    keratinosit follikular, seboroik, inflamasi, danP.aknesmerupakan langkah-

    langkah yang saling berkaitan dalam pembentukan akne.1,2

    GEJALA KLINIS

    Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik dari folikel pilosebacea yang

    memiliki karakteristik komedo, papul, pustul, dan nodul. Komedo merupakan lesi

    primer dari akne. Hal tersebut dapat dilihat sebagai papul yang datar atau sedikit

    meninggi dengan pembukaan sentral yang melebar berisi keratin hitam ( komedo

    terbuka ). Komedo tertutup biasanya berupa papul kekuningan berukuran 1 mm

    yang membutuhkan peregangan pada kulit untuk dapat terlihat. Makrokomedo,

    yang jarang terjadi, dapat mencapai ukuran 3-4 mm. Papul dan pustul biasanya

    berukuran 1-5 mm dan disebabkan oleh inflamasi, oleh sebab itu pasti terdapat

    eritema dan edema. Bentuk tersebut dapat membesar dan membentuk nodul dan

    bergabung membentuk plak yang terindurasi mengandung traktus sinus dan cairan

    apakan itu serosaginosa atau pus kekuningan.

    Pasien secara umum akan memiliki lesi yang bervariasi. Pada pasien dengan kulit

    yang lebih terang, lesi biasanya pecah dengan makula kemerahan sampai

    keunguan yang memiliki umur yang lebih pendek. Pada pasien dengan warna kulit

    yang lebih gelap, makula hiperpigmentasi akan terlihat dan bertahan sampai

    beberapa bulan. Skar dari akne memiliki penampakan yang heterogen. Morofologi

    yang dibentuk termasuk skar yang dalam, narrow ice-pick yang terlihat

    kebanyakan pada dahi dan pipi, lesi canyon-type atrophic pada wajah, skar

    papular putih kekuningan pada badan dan dagu, skar tipe anetoderma pada badan,

    serta skar hipertrofik dan keloidal yang meninggi pada badan dan leher.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    30/41

    30

    Predileksi akne umunya pada wajah, leher, badan bagian atas, dan lengan atas.

    Pada wajah hal tersebut paling sering terjadi pada pipi, dan sebagian kecil pada

    hidung, dahi, dan dagu. Telinga dapat terlibat, dengan komedo yang besar pada

    concha, kista pada lobus, dan kadang-kadang komedo dan kista pre dan retro-

    aurikuler. Pada leher khususnya pada daerah nuchae, lesi kistik yang besar dapat

    mendominasi.

    Akne umumnya muncul pada saat pubertas dan seringkali merupakan tanda awal

    dari produksi hormon seks yang meningkat. Ketika akne muncul pada usia 8-12

    tahun, yang tampak biasanya berupak komedo yang utamanya muncul pada dahi

    dan pipi. Hal tersebut dapat tetap menjadi ringan dalam ekspresinya dengan papul

    inflamasi yang kadang-kadang terjadi. Bagaiman pun, sebagaimana kadar hormon

    meningkat pada usia-usia pertengahan remaja, pustul dan nodul inflamasi yang

    lebih berat dapat terjadi yang dapat menyebar pada tempat lainnya. Laki-laki

    muda cenderung memiliki kompleks yang lebih berminyak dan penyebaran

    penyakit yang lebih berat dibanding perempuan usia muda. Perempuan dapat

    mengalami perjalanan penyakit yang berat dari lesi papulopustular seminggu

    sebelum mensturasi. Akne juga dapat muncul pada perempuan usia 20-35 tahun

    yang belum mendapatkan akne pada saat remaja. Akne ini kebanyakan

    bermanifestasi sebagai papul, pustul, dan nodul dalam persisten yang nyeri pada

    daerah dagu dan leher bagian atas.7

    KLASIFIKASI

    Tidak terdapat sistem grading yang seragam dan terstandarisasi untuk beratnya

    akne yang diderita. Akne pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan tipe (

    komedoal/papular, pustular/noduokisitk) dan/atau beratnya penyakit (

    ringan/sedang/sedang-berat/ berat). Lesi kulit dapat digambarkan sebagai

    inflamasi dan non-inflamasi.

    1. Klasifikasi sederhanaAkne ringan (Mild akne) : Komedo merupakan lesi utama. Papul

    dan pusutl mungkin ada tetapi memiliki ukuran yang kecil serta jumlah

    yang sedikit ( umumnya < 10 ).4

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    31/41

    31

    Akne sedang (Moderate akne ): Jumlah papul dan pustul yang

    cukup banyak (10-40). Jumlah komedo yang cukup banyak (10-40) juga

    ada. Kadang-kadang disertai penyakit yang ringan pada badan.4

    Akne sedang berat (Moderately severe akne): Jumlah papul dan

    pustul yang sangat banyak ( 40-100), biasanya dengan banyak komedo

    (40-100) dan kadang-kadang terdapat lesi nodular dalam yang besar dan

    terinflamasi ( mencapai 5 ). Area yang luas biasanya melibatkan wajah,

    dada, dan punggung.4

    Akne sangat berat (Very severe akne ) : Akne nodulokistik dan

    akne konglobata dengan lesi yang parah; banyak lesi nodular/pustular

    yan besar dan nyeri bersama dengan banyak komdeon, papul, pustul, dan

    komedo yang lebih kecil.4

    2. FDA global gradeGrade 0 : Kulit yang bersih tanpa lesi inflamasi atau non-inflamasi

    Grade 1 : Hampir bersih dengan lesi inflamasi atau non-inflamasi

    Grade 2 : Ringan, grade 1 ditambah dengan beberapa lesi non-inflamasi

    dengan sangat sedikit lesi inflamasi yang ada ( papul/pustul, tidak ada

    lesi nodular )

    Grade 3 :Sedang, grade 2 ditambah dengan banyak lesi non-inflamasi dan

    mungkin terdapat beberapa lesi inflamasi, tetapi tidak lebih dari satu lesi

    nodular

    DIAGNOSIS

    Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis

    dan pemeriksaan fisis, dan tes laboratorium.

    Berdasarkan anamnesis, akne vulgaris biasanya terjadi pada saat

    pubertas, tetapi gejala klinis yang muncul sangatlah bervariasi. Perempuan

    mungkin memperhatikan bentuk yang berfluktuasi berdasarkan siklus

    mensturasinya. Akne fulminan merupakan subtipe akne yang jarang dan

    terjadi pada berbagai manifestasi sistemik, termasuk demam, arthralgia,

    myalgia, hepatosplenomegaly, dan lesi tulang osteolitik.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    32/41

    32

    Pada pemeriksaan fisis akne non-inflamasi tampak sebagai komedo

    terbuka dan tertutup. Lesi inflamasi dimulai dengan adanya mikrokomedo

    tetapi dapat berkembang menjadi papul, pustul, nodul, atau kista. Kedua tipe

    lesi ditemukan pada area dengan glandula sebacea yang banyak.

    Tes fungsi endokrin rutin tidak diindikasikan pada sebagian besar

    pasien dengan akne. Pada pasien dengan akne dan terdapat bukti

    hiperandrogenisme, evaluasi hormonal untuk testeteron bebas,

    dehidroepiandrostenedion sulfat (DHEA-S), lutenizing hormone (LH), FSH

    dapat dilakukan. Tes mikrobiologi rutin tidak perlu pada evaluasi dan dan

    penanganan pasien dengan akne. Jika lesi terpusat pada peri oral dan area

    nasal dan tidak responsif terhadap penanganan akne konvensional, tes kultur

    dan sensitivitas bakteri untuk mengevaluasi follikulitis gram-negatif dapat

    dilakukan

    DIAGNOSIS BANDING

    Meskipun terdapat satu jenis lesi yang dominan, akne vulgaris didiagnosis dengan

    adanya beberapa variasi dari lesi akne (komedo, pustul, papul, dan nodul) yang

    erdapat pada wajah, punggung, dan dada. Diagnosis banding akne vulgaris antara

    lain erupsi akneiformis, rosasea, dan dermatitis perioral

    PENATALAKSANAAN

    Terapi akne vulgaris terdiri atas terapi sistemik, topikal, fisik, operasi dan diet.

    1. Terapi Sistemika. Antibiotik oral

    Antibiotik oral diindikasikan untuk pasien dengan akne yang

    mansih meradang. Antibiotik yang diberikan adalah Tetrasiklin

    (tetrasiklin, doksisiklin,minosiklin) eritromisin, kotrimoksasole, dan

    klindamisin. Antibiotik ini mengurangi peradangan akne dengan

    menghambat pertumbuhan dari P.Aknes.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    33/41

    33

    Tetrasiklin generasi pertama (tetrasiklin, oksitetrasiklin,

    tetrasiklin klorida) merupakan obat yang sering digunakan unutk

    akne.Obat ini digunakan sebagai terapi lini pertama karena manfaat

    dan harganya yang murah, walaupun angka kejadian resistensinya

    cukup tinggi. Dalam 6 minggu pengobatan menurunkan reaksi

    peradangan 50% dan biasa diberikan dalam dosis 1 gram/hari

    (500mg diberikan dalam 2 kali), setelah beberapa bulan dapat

    diturunkan 500 mg/hari. Karena absorbsinya dihambat oleh

    makanan, maka obat ini diberika 1 jam sebelum makan dengan air

    untuk absorbs yang optimal.

    Alternatif lain, tetrasiklin generasi kedua (doksisiklin)

    diberikan 100mg-200mg/ hari dan 50 mg/hari sebagai maintainance

    dose, (minosiklin) biasanya diberikan 100mg/hari. Golongan obat ini

    lebih mahal akan tetapi larut lemak dan diabsorbsi lebih baik di

    saluran pencernaan.

    Eritromisin 1g/hari dapat diberikan sebagai regimen

    alternative. Obat ini sama efektifnya dengan tetrasiklin, tapi

    menimbulkan resistensi yang tinggi terhadap P.aknes dan sering

    dikaitkan dengan kegagalan terapi.

    Klindamisin merupakan jenis obta yang sangat efektif, akan

    tetapi tidak baik digunakan untuk jangka panjang karena dapat

    menimbulkan perimembranous colitis. Kotrimoksasole

    (sulfometoksasol/trimetoprim, 160/800mg, dua kali sehari)

    direkomendasikan untuk pasien dengan inadequate respon dengan

    antibiotik yang lain dan untuk pasien dengan gram negative

    folikulitis.

    b. Isotretionoin oralIsotretinoin oral merupakan obat sebosupressive paling

    efektif dan diberikan untuk akne yang berat. Seperti retinoid lainnya,

    isotretinoin mngurangi komedogenesis, mengecilkan ukuran

    glandula sabaseus hingga 90% dengan menurunkan proliferasi dari

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    34/41

    34

    basal sebocyte, menekan produksi sebum invivo dan menghambat

    diferensiasi termina sebocyte. Walaupun tidak berefek langsung

    terhadap P.aknes, ini menghambat efek dari produksi sebum dan

    menurunkan jumlah P.Aknes yang mengakibatkan inflamasi.

    Masih terjadi perdebatan untuk dosis pemeberian

    (1gram/kgBB/hari atau 50mg/kgBB/hari), walaupun hasil yang

    ditunjukkan kedua dosis untuk pengobatan jangka panjang adalah

    sama, tapi angka kejadian kambuh dan memerlukan pengobatan

    ulang sering didapatkan pada dosis rendah yang diberikan untuk akn

    yang berat.

    Terapi awal yang diberikan 1gram/kgBB/hari untuk 3 bulan

    pertama, dan diturunkan 0.5mg/kgBB/hari, jika memungkinkan

    dapat diberikan 0.2 untuk 3-9 bulan tambahan untuk mngoptimalkan

    hasil terapi.

    Hasil terapi dari isotretinoin menunjukkan perbaikan yang

    lebih cepat untuk lesi inflamasi dibandingkan dnegan

    komedo.Pustule menghilang lebih cepat daripada papul atau nodul,

    dan lesi yang berlokasi di wajah, lengan atas, dan kaki daripada di

    punggung dan badan.

    c. HormonalTerapi hormonal diindikasikan pada wanita yang tidak

    mempunyai respon terhadap terapi konvensional. Mekanisme kerja

    obat-obat hormonal ini secara sistemik mengurangi kadar testosteron

    dan dehidroepiandrosterone, yang pada akhirnya dapat mengurangi

    produksi sebum dan mengurangi terbentuknya komedo. Ada tiga

    jenis terapi hormonal yang tersedia, yaitu: estrogen dengan

    prednisolon, estrogen dengan cyproterone acetate(Diane, Dianette)

    dan spironolakton. Terapi hormonal harus diberikan selama 6-12

    bulan dan penderita harus melanjutkan terapi topikal. Seperti halnya

    antibiotik, tingkat respon obat-obat hormonal juga lambat, dalam

    bulan pertama terapi tidak didapatkan perubahan dan perubahan

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    35/41

    35

    kadang-kadang baru dapat terlihat pada bulan ke enam pemakaian.

    Terapi setelah itu akan terlihat perubahan yang nyata. Perubahan

    yang dihasilkan pada penggunaan diane hampir mirip dengan

    tetrasiklin 1 g/hari. Diane merupakan kombinasi antara 50 g

    ethinylestradiol dan 2 mg cyproterone acetate. Pada wanita usia tua

    (> 30 tahun) dengan kontraindikasi relatif terhadap pil kontrasepsi

    yang mengandung estrogen, salah satu terapi pilihan adalah dengan

    penggunaan spironolakton. Dosis efektif yang diberikan antara 100-

    200 mg.

    Anti androgen hormone dapat diberikan pada pasien

    perempuan dengan target pilosabaseus unit dan menghambat

    produksi serum 12.5-65%. Jika keputusan untuk hormonal terapi

    telah dibuat, ada berbagi macam pilihan disekitar androgen reseptor

    blocker dan inhibitors of androgen synthesis pada ovarium dan

    glandula adrenal.

    2. TopikalPenggunaan obat-obatan sebagai terapi topikal merupakan satu

    cara yang banyak dipilih dalam mengatasi penyakit akne vulgaris.

    Tujuan diberikan terapi ini adalah untuk mengurangi jumlah akne yang

    telah ada, mencegah terbentuknya spot yang baru dan mencegah

    terbentuknya scar (bekas jerawat). Terapi topikal diberikan untuk

    beberapa bulan atau tahun, tergantung dari tingkat keparahan akne.

    Obat-obatan topikal tidak hanya dioleskan pada daerah yang terkena

    jerawat, tetapi juga pada daerah disekitarnya.

    Ada berbagai macam obat-obatan yang dipakai secara topikal,

    yaitu:

    a. Retinoid topical.Mekanisme kerja dari retinoid topical:

    - Mengeluarkan komedo yang telah matur.- Menghambat pembentukan dan jumlah dari mikrokomedo.- Menghambat reaksi inflamasi.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    36/41

    36

    - Menekan perkembangan mikrokomedo baru yang penting untukmaintenance terapi.

    b. TretinoinTretinoin merupakan retinoid pertama yang diperkenalkan

    oleh Stuttgen dan Beer.Mengurangi komedo secara signifikan dan

    juga lesi peradangan akne.Hal ini ditunjukkan pada percobaan untuk

    12 minggu menurunkan 32-81% untuk non-inflamnatory lesi dan 17-

    71% untuk inflammatory lesi. Tretinoin tersedian dalam galanic

    formulation: cream 0.025%, 0.1%, gel 0.01%, 0.025%) dan dalam

    solution (0.05%). Formula topical gel ini mengandung

    polyoprepolymer-2, tretinoin prenetration.

    c. IsotretinoinIsotretinoin tersedia dalam sediaan gel, mempunyai efikasi

    yang sama dengan tretinoin, mereduksi komedo antara 48-78% dan

    inflammatory lesi antar 24 dan 55% setelah 12 minggu pengobatan.

    d. AdapaleneAdapalene adalah generasi ketiga dari retinoid tersedia dalam

    gel, cream, atau solution dalam konsentrasi 0.1%.dalam survey yang

    melibatkan 1000 pasienditunjukkan bahwa adapalen 0.1% gel

    mempunya efikasi yang sama dengan tretinoin 0.025%.

    e. TazaroteneDisamping untuk psoriasis, tazarotene juga digunakan

    sebagai terapi untuk akne, di US 0.5 dan 0.1% gel atau cream.

    f. Antibiotik TopikalKeguanaan paling penting dan mendasar dari antibiotik

    topical adalah rendah iritasi, tapi kerugiannya adalah menambah

    obat-obat yang resisten terhadap P.aknes dan S. Aureus.Untuk

    mengatasi masalah ini, klindamisin dan eritromisin ditingkatkan

    konsentrasinya dari 1 menjadi 4% dan formulasi baru dengan zinc

    atau kombinasi produk denganBPOs atau retinoid.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    37/41

    37

    Antibiotika topikal banyak digunakan sebagai terapi akne.

    Mekanisme kerja antibiotik topikal yang utama adalah sebagai

    antimikroba. Hal ini telah terbukti pada efek klindamisin 1% dalam

    mengurangi jumlah P.aknes baik dipermukaan atau dalam saluran

    kelenjar sebasea.Lebih efektif diberikan pada pustul dan lesi

    papulopustular yang kecil. Eritromisin 3% dengan kombinasi benzoil

    peroksida 5% tersedia dalam bentuk gel. Thomas dkk melakukan

    penelitian dengan membandingkan eritromisin 1,5% dengan

    klindamisin 1% mendapatkan hasil yang sama-sama efektif,

    duapertiga pasien mendapatkan respon yang sangat baik dalam

    waktu 12 minggu, tetapi penggunaan eritromisin secara tunggal tidak

    direkomendasikan karena dapat menyebabkan resistensi.

    Penggunaan eritromisin kombinasi dengan benzoil peroksida lebih

    direkomendasikan.

    Keefektifan antibiotik topikal pada akne terbatas karena

    mekanisme kerja dalam mengeliminasi bakteri membutuhkan jangka

    waktu yang panjang. Bakteri dapat timbul di mana-mana dan tidak

    secara langsung menyebabkan akne. Pada keadaan di mana kelenjar

    sebasea memproduksi sebum berlebihan, pori-pori kulit juga akan

    lebih mudah terbuka sehingga banyak bakteri yang akan masuk dan

    berkembang. Adanya sel kulit mati juga bisa memperburuk keadaan.

    Bila kelenjar sebasea tidak memproduksi sebum berlebihan, maka

    bakteri tidak mudah masuk ke dalam kulit. Dengan kata lain, jumlah

    produksi sebum menjadi masalah utama dalam akne. Antibiotik

    topikal kerjanya terbatas, karena tidak mengatasi masalah dalam

    jumlah produksi sebum.

    g. Asam SalisilatAsam salisilat efek utamanya adalah keratolitik,

    meningkatkan konsentrasi dari substansi lain, selain itu juga

    mempunyai efek bakteriostatik dan bakteriosidal.

    h. Anti-androgen

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    38/41

    38

    Sejak diketahui bahwa akne merupakan salah satu penyakit

    yang berhubungan dengan aktivitas hormon androgen, beberapa

    dermatologis dan industri farmakologi mengembangkan anti

    androgen topikal sebagai salah satu terapi akne yang tidak

    mempunyai efek sistemik. Studi yang dikembangkan adalah tentang

    penggunaan topikal dari 17-propylmesterolone, akan tetapi preparat

    ini belum tersedia secara komersial.

    3. Terapi FisikSelain terapi topikal dan terapi oral, terdapat beberapa terapi

    tambahan dengan menggunakan alat ataupun agen fisik, diantaranya

    adalah:

    a. Ekstraksi komedoPengangkatan komedo dengan menekan daerah sekitar lesi

    dengan menggunakan alat ekstraktor dapat berguna dalam mengatasi

    akne. Secara teori, pengangkatan closed comedos dapat mencegah

    pembentukan lesi inflamasi. Dibutuhkan keterampilan dan kesabaran

    untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.13

    b. Kortikosteroid IntralesiAkne cysts dapat diterapi dengan triamsinolon intralesi atau

    krioterapi. Nodul-nodul yang mengalami inflamasi menunjukkan

    perubahan yang baik Dalam kurun waktu 48 jam setelah disuntikkan

    dengan steroid. Dosis yang biasa digunakan adalah 2,5 mg/ml

    triamsinolon asetonid dan menggunakan syringe 1ml. Jumlah total

    obat yang diinjeksikan pada lesi berkisar antara 0,025 sampai 0,1 ml

    dan penyuntikan harus ditengah lesi. Penyuntikan yang terlalu dalam

    atau terlalu superfisial akan menyebabkan atrofi.

    Injeksi glukokortikoid dapat menurunkan secara drastic ukuran

    dari lesi nodular.Injeksi 0.05-0.25 ml perlesi dari triamcinolone

    acetat dengan suspense (2.5-10mg/ml) direkomendasikan sebagai

    anti inflamasi. Terapi jenis ini sangat bermanfaat dibandingkan

    terapi lain untuk akne tipe nodular. Akan tetapi harus diulang dalam

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    39/41

    39

    2-3 minggu.Manfaat utamanya adalah menghilangkan lesi nodular

    tanpa insisi sehingga mengurangi pembentukan scar.

    c. Liquid NitrogenCara lain untuk terapi akne cysts adalah dengan

    mengaplikasikan nitrogen cair selama 20 detik, aplikasi kedua

    diberikan 2 menit berikutnya. Terapi ini bekerja dengan

    mendinginkan dinding fibrotik dari akne cystssehingga akan terjadi

    kerusakan pada dinding tersebut. 13

    d. Radiasi UltravioletRadiasi UV mempunyai efek untuk menghambat inflamasi dengan menghambat

    aksi dari sitokin. Radiasi UVA dn UVB sebaiknya diberikan secara bersama-sama

    untuk meningkatkan hasil yang ingin dicapai. Fototerapi dapat diberikan dua kali

    seminggu.Radiasi ultraviolet alami (UVR) yang didapat dari paparan matahari,

    60% dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada akne, tetapi sekarang terapi

    ini tidak dianjurkan lagi.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    40/41

    40

    BAB III

    PENUTUP

    A. KesimpulanMiliaria adalah kelainan kulit yang sering muncul pada bayi akibat

    tersumbatnya kelenjar keringat yang keluar berkumpul di bawah kulit dan

    mengakibatkan timbulnya bintik-bintik merah. Ada tiga macam biang keringat,

    yaituMiliaria Kristalina, Miliaria Rubra, danMiliaria Profunda.

    Biang keringat terjadi karena penyumbatan kelenjar atau saluran keringat oleh

    daki, debu, dan kosmetik. Tidak ada penyebab genetik. Biang keringat biasanya

    menyerang orang yang tinggal di daerah tropis, yang kelembapannya terlalu

    tinggi.

    Rangsangan utama bagi pengembangan Miliaria adalah kondisi

    kelembaban panas yang tinggi dan menyebabkan berkeringat berlebihan. Terjadi

    occlusion kulit karena pakaian, perban, obat transdermal patch, atau lembaran

    plastik (dalam pengaturan percobaan) selanjutnya dapat berkontribusi untuk

    pengumpulan keringat pada permukaan kulit dan lapisan overhydration dari

    corneum. Orang yang rentan, termasuk bayi, yang relatif belum matang eccrine

    kelenjar, overhydration dari stratum corneum dianggap cukup untuk

    menyebabkan penyumbatan sementara dari acrosyringium.

    B. SaranDiharapkan bagi pembaca khususnya doktert dapat menangani klien

    dengan kasus miliaria dengan tindakan yang sesuai seperti perawatan kulit yang

    benar, dimana tindakannya disesuaikan dengan keadaan kulit klien. Semoga

    makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa kedokteran dalam

    meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai Miliaria.

  • 8/13/2019 MILIARIA 14

    41/41

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Harahap, Marwali. 2000.Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates2. Siregar. 2004. Saripati Penyakit Kulit, Ed.2 .Jakarta : EGC3. Djuanda, Adhi dkk. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi

    Kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 276-

    277