9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol 1 No. 2 November 2016 : 339-347 339 PENGARUH SEKTOR MIGAS DAN NONMIGAS TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ACEH UTARA Miftahul Jannah 1* , Sofyan Syahnur 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : [email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : [email protected] Abstract This research is to identify the influence of oil and gas sector and non-oil and gas sector on welfare of people in Aceh Utara District during 2005-2013 periods by using Multiple Linear Regression Model. The variable of oil and gas and non-oil and gas sector used is Product Domestic Regional Bruto (PDRB), while the variable of walfare is Human Development Index (IPM) as the dependent variable. Ordinary Least Square (OLS) technique is used to estimate the model. The results show that Product Domestic Regional Bruto (PDRB) of oil and gas indicates the positive influence on Human development index (IPM) in Aceh Utara District. Therefore, it is expected to the local goverment to be able to strenghten the relationship between the two through appropriate policies. The policies that put PDRB growth rate as means and the human development as the ultimate goal in improving the welfare of people in Aceh Utara District. Keywords: Oil and Gas PDRB, Non-oil and Gas PDRB, Human Development Index (HDI), Ordinary Least Square (OLS). Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh sektor migas dan sektor nonmigas terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Aceh Utara periode 2005-2013 dengan menggunakan model regresi linear berganda (Multiple linear regression model). Adapun variabel sektor migas dan sektor nonmigas yang digunakan adalah Produk Domestik Regiona Bruto (PDRB), sedangkan variabel kesejahteraan yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel terikat. Teknik Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk mengestimasi model. Hasil menunjukkan bahwa PDRB migas berpengaruh positif terhadap IPM di Kabupaten Aceh Utara. Diharapkan kepada pemerintah daerah dapat memperkuat hubungan diantara keduanya melalui kebijakan yang tepat. Kebijakan yang menempatkan laju pertumbuhan pdrb sebagai sarana dan pembangunan manusia sebagai tujuan akhir dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara. Kata Kunci: PDRB migas, PDRB nonmigas, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Ordinary Least Square (OLS). PENDAHULUAN Pembangunan dalam arti luas diartikan sebagai usaha meningkatkan produktivitas sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Pembangunan haruslah diartikan sebagai proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar, baik terhadap struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pembangunan (Todaro:2000).

Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2 - Unsyiah

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2 - Unsyiah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol 1 No. 2 November 2016 : 339-347

339

PENGARUH SEKTOR MIGAS DAN NONMIGAS TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ACEH UTARA

Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2

1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : [email protected]

2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : [email protected]

Abstract

This research is to identify the influence of oil and gas sector and non-oil and gas sector on welfare of people in Aceh Utara District during 2005-2013 periods by using Multiple Linear Regression Model. The variable of oil and gas and non-oil and gas sector used is Product Domestic Regional Bruto (PDRB), while the variable of walfare is Human Development Index (IPM) as the dependent variable. Ordinary Least Square (OLS) technique is used to estimate the model. The results show that Product Domestic Regional Bruto (PDRB) of oil and gas indicates the positive influence on Human development index (IPM) in Aceh Utara District. Therefore, it is expected to the local goverment to be able to strenghten the relationship between the two through appropriate policies. The policies that put PDRB growth rate as means and the human development as the ultimate goal in improving the welfare of people in Aceh Utara District.

Keywords: Oil and Gas PDRB, Non-oil and Gas PDRB, Human Development Index (HDI), Ordinary Least Square (OLS).

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh sektor migas dan sektor nonmigas terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Aceh Utara periode 2005-2013 dengan menggunakan model regresi linear berganda (Multiple linear regression model). Adapun variabel sektor migas dan sektor nonmigas yang digunakan adalah Produk Domestik Regiona Bruto (PDRB), sedangkan variabel kesejahteraan yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel terikat. Teknik Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk mengestimasi model. Hasil menunjukkan bahwa PDRB migas berpengaruh positif terhadap IPM di Kabupaten Aceh Utara. Diharapkan kepada pemerintah daerah dapat memperkuat hubungan diantara keduanya melalui kebijakan yang tepat. Kebijakan yang menempatkan laju pertumbuhan pdrb sebagai sarana dan pembangunan manusia sebagai tujuan akhir dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara.

Kata Kunci: PDRB migas, PDRB nonmigas, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Ordinary Least Square (OLS).

PENDAHULUAN

Pembangunan dalam arti luas diartikan sebagai usaha meningkatkan produktivitas sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Pembangunan haruslah diartikan sebagai proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar, baik terhadap struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pembangunan (Todaro:2000).

Page 2: Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2 - Unsyiah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol 1 No. 2 November 2016 : 339-347

340

Pembangunan ekonomi pada hakikatnya merupakan serangkaian usaha dan kebijksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran aktivitas ekonomi dari sektor primer yang berbasis pertanian menuju sektor tersier yang berbasis jasa (Husen:2011). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menimbulkan perubahan dalam kehidupan perekonomian, politik dan sosial masyarakat. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Rostow:1960).

Kesejahteraan adalah kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup masyarakat (BPS:2007). Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator. Menurut Badan Pusat Statistik (2005) indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anda ke jenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas transfortasi.

Berbagai indikator dapat digunakan untuk memantau kemajuan pembangunan di suatu daerah, baik indikator ekonomi maupun indikator sosial. Dalam konteks masyarakat sebagai obyek pembangunan, maka diperlukan suatu indikator untuk mengukur perkembangan kehidupan atau tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Untuk melihat sejauh mana pencapaian pembangunan manusia disuatu daerah, maka kehidupan masyarakat perlu dipantau perkembangannya. Pemantauan bertujuan untuk mengevaluasi kemajuan hasil pembangunan. Selain itu juga sebagai kerangka akuntabilitas publik untuk mengevaluasi kinerja pemerintah daerah sebagai penyelenggara pemerintahan tingkat kabupaten atau kota. Bidang kehidupan yang perlu dipantau meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat,

Untuk melihat gambaran tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi secara keseluruhan dapat menggunakan indikator IPM (Indeks Pembangunan Manusia), Karena IPM mempertimbangkan variabel-variabel sosial dan ekonomi. UNDP sejak tahun 1990 menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) untuk mengukur keberhasilan atau kinerja (performence) suatu negara atau daerah dalam bidang pembangunan manusia. IPM merupakan indeks yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Suatu negara yang memiliki IPM tinggi menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut tinggi. Seperti yang diketahui, IPM merupakan indeks komposit hasil agregasi tiga jenis indeks yang masing-masing mewakili dimensi pembangunan manusia, yakni indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks standar hidup.

Kompasiana (1 november 2015) menurut United Nations Development Programme (UNDP) dalam penuyusunan laporan tahunan pembangunan manusia (human development report) sejak tahun 2010 meluncurkan metode terbaru dalam teknik perhitungan IPM. Perubahan mendasar dalam perhitungan ipm dengan metode baru mencakup penggunaan indikator harapan lama sekolah (HLS) menggantikan indikator angka melek huruf (AMH) dalam perhitungan indeks pendidikan dan penggunaan indikator pendapatan nasional bruto (PNB) perkapita menggantikan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita dalam perhitungan indeks standar hidup.

Page 3: Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2 - Unsyiah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol 1 No. 2 November 2016 : 339-347

341

Sumber: Badan Pusat Statistika Aceh, 2014 (diolah)

Gambar 1. Indeks Pembangunan Manusia Aceh dan Aceh Utara Tahun 2005-2013.

TINJAUAN PUSTAKA

Kesejahteraan Masyarakat Teori kesejahteraan masyarakat pada dasarnya menjelaskan ada dua perbedaan, yaitu:

teori kesejahteraan sosial (welfare social) dan teori kesejahteraan ekonomi (welfare economics). Menurut Midgley (2000) mendefinisikan kesejahteraan sosial (welfare social) sebagai “a condition or state of human well-being.” Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi, serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya. Sen (2002:8) mengatakan bahwa kesejahteraan ekonomi (welfare economics) merupakan suatu proses rasional ke arah melepaskan masyarakat dari hambatan untuk memperoleh kemajuan. Teori kesejahteraan ekonomi (welfare economics) dapat digolongkan menjadi classical utilitarian yang menekankan pada kesenangan (pleasure) atau kepuasan (utility) dan neoclassical welfare theory menekankan kondisi kesejahteraan sosial yang maksimum untuk semua kepuasan individu.

Indek Pembangunan Manusia (IPM)

Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam laporannya “Global Human Development Report” memperkenalkan konsep Pembangunan Manusia (Human Development) sebagai paradigm baru model pembangunan. Menurut UNDP, pembangunan manusia dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi penduduk yang dapat dilihat sebagai proses upaya kearah “perluasan pilihan” dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Pada saat yang sama pembangunan manusia dapat dilihat juga sebagai pembangunan (formation) kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan dan keterampilan sekaligus sebagai pemanfaatan (utilization) kemampuan atau keterampilan mereka tersebut.

Indeks Pembangunan Manusia (Todaro dan Smith, 2004) mencoba untuk memeringkat semua negara atau daerah dari skala 0 (IPM terendah) hingga 1 (IPM tertinggi) berdasarkan tiga tujuan atau produk akhir IPM:

1. Masa hidup yang diukur dengan usia harapan hidup 2. Pengetahuan yang diukur dengan kemampuan baca tulis orang dewasa secara

tertimbang (dua pertiga) dan rata-rata sekolah (satu pertiga). 3. Standar kehidupan yang diukur dengan pendapatan riil per kapita, disesuaikan

dengan disparitas daya beli dari mata uang setiap negara untuk mencerminkan biaya hidup dan untuk memenuhi asumsi utilitas yang semakin menurun dari pendapatan.

69.7 70.4471.39 71.47

72.9 72.46 72.85 73.07 73.51

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Aceh Utara

Page 4: Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2 - Unsyiah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol 1 No. 2 November 2016 : 339-347

342

Adapun metode perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur dengan ketiga komponen tersebut merupakan rata-rata sederhana, yakni sebagai berikut:

IPM = (X1 + X2 + X3) ........................................................................ (1) 3

Keterangan:

X1 = Indeks Harapan Hidup X2 = Indeks Pendidikan (2/3 Indeks Melek Huruf + 1/3 Indeks Lama Sekolah) X3 = Indeks Standart Hidup Layak Kompasiana (1 November 2015) menurut United Nations Development Programme

(UNDP) dalam penuyusunan laporan tahunan pembangunan manusia (Human Development Report) sejak tahun 2010 meluncurkan metode terbaru dalam teknik perhitungan IPM. Perubahan mendasar dalam perhitungan IPM dengan metode baru mencakup penggunaan indikator harapan lama sekolah (HLS) menggantikan indikator angka melek huruf (AMH) dalam perhitungan indeks pendidikan dan penggunaan indikator Pendapatan Nasional Bruto (PNB) perkapita menggantikan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita dalam perhitungan indeks standar hidup. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan katagori sebagai berikut:

• Tinggi : IPM lebih dari 80,0 • Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9 • Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9 • Rendah : IPM kurang dari 50,0

Sektor Migas dan sektor nonmigas

Sanusi (2004) minyak bumi (bahasa inggris: petroleum, dari bahasa latin: petrus), disebut juga sebagai emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area dikerak bumi. Minyak bumi mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Peran minyak bumi ini terutama sebagai salah satu faktor produksi dalam kegiatan usaha. Semakin berkembang dan majunya suatu negara, maka penggunaan minyak bumi juga semakin tinggi (demore rapid the rate of economic growth, the more rapid the replachment of solid fuels by fluid fuels)”.

Soekarno (2012) gas alam merupakan suatu campuran yang mudah terbakar yang tersusun atas hidrokabon, yang terutama terdiri dari metana. Gas alam juga dapat mengandung etana, propona, butana, pentana dan juga gas-gas yang mengandung sulfur. Gas bumi hingga saat ini masih sangat diandalkan untuk dimanfaatkan untuk sumber energi selain minyak. Optimalisasi pemanfaatan gas sebagai sumber energi pengganti minyak bumi sangat diperlukan untuk mengurangi

Soekarno (2012) salah satu sektor nonmigas adalah batubara, batubara merupakan sedimen organik, lebih tepanya merupakan batuan organik, terdiri dari kandungan bermacam-macam pseudomineral. Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk dan berkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air, bisa disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut yang menghambat penguraian menyeluruh dari sisa-sisa tumbuhan yang kemudian mengalami proses perubahan menjadi batubara. Meskipun cadangan batubara cukup besar, tetapi ternyata sumbangannya terhadap konsumsi energi nasional masih bekisar 10 persen dari konsumi energi nasional atau masih lebih rendah dari minyak bumi yang masih mencapai 65 persen dan gas 25 persen. Rendahnya penggunaan batubara ini tidak terlepas dari kebijakan energi nasional yang memang belum berpihak pada energi batubara.

Page 5: Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2 - Unsyiah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol 1 No. 2 November 2016 : 339-347

343

Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan : Variabel Bebas Variabel Terikat

Pada kerangka pemikiran di atas menjelaskan bahwa variabel terikatnya yaitu Indeks Pembnagunan (IPM) sedangkan variabel bebasnya PDRB migas dan PDRB nonmigas. Jadi dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh PDRB migas dan PDRB nonmigas terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini pengaruh sektor migas dan nonmigas terhadap

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Aceh Utara. Variabel Sektor migas dan sektor nonmigas dalam penelitian diukur dari Produk Domistik Regional Bruto (PDRB) migas dan nonmigas dan variabel kesejahteraan masyarakat diukur dari Indeks Pembangunan Manusia. Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Aceh Utara dengan menggunakan data runtun waktu (time series) selama 14 tahun yaitu tahun 2000–2013. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data skunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah. Jenis data yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) pada tahun 2005-2013. Data skunder penelitian ini diperoleh dari dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan masyarakat diukur dari Indek pembangunan Manusia (IPM) dari tahun 2005-2013 dengan satuan persen.

2. Sektor Migas

Sektor Migas (PDRB Migas)

Sektor Non Migas (PDRB NonMigas)

Kesejahteraan Masyarakat - Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)

Page 6: Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2 - Unsyiah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol 1 No. 2 November 2016 : 339-347

344

Sektor migas diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan dari tahun 2005-2013 dalam satuan rupiah.

3. Sektor NonMigas Sektor migas diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan dari tahun 2005-2013 dalam satuan rupiah.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple regression model) dimana dapat digunakan untuk mengetahui perubahan variabel terikat yang disebabkan oleh berubahnya variabel bebas. Kemudian, dengan menggunakan variabel PDRB migas dan nonmigas terhadap IPM, Teknik Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk mengestimasi persamaan berikut: Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda (multiple regression). Penggunaan analisis regresi berganda bertujuan untuk menguji pengaruh PDRB migas dan nonmigas terhadap Kesejahteraan. Rumus regresi berganda Gujrati (2006) adalah :

IPM= β0 + β1SM + β2NM + e ............................................................................. (2) Keterangan : IPM =Indeks Pembangunan Manusia � = konstanta β1, β2, = koefisien regresi SM = sektor migas NM = sektor nonmigas e = eror term HASIL DANPEMBAHASAN

Uji Multikolinearitas Tabel 1

Matriks Koefisien Korelasi

CORRELATION MATRIX OF VARIABLES - 9 OBSERVATIONS IPM 1.0000 MIGAS -0.98338 1.0000 NON MIGAS 0.89161 -0.85821 1.0000 IPM OIL NONOIL

Sumber : Hasil Pengolahan Data melalui SHAZAM (2016) Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 1 variabel migas dan nonmigas dapat

diketahui bahwa nilai korelasi antar variabel bebas >0.8 sehingga dapat disimpulkan terjadi gejala multikolinearitas dalam model regresi ini. Uji Normalitas

Tabel 2 Hasil Estimasi Uji Normalitas

Uji Normality Test Jarque-Berra 0.4372 P-Value 0.804

Sumber : Hasil Pengolahan Data melalui SHAZAM (2016)

Berdasarkan hasil tabel 2 menjelaskan model uji normalitas dengan Jarque Bera Normality Test menyimpulkan probabilitasnya normal karena p-value > 0.05. Dengan nilai Chi-

Page 7: Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2 - Unsyiah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol 1 No. 2 November 2016 : 339-347

345

Square sebesar 0,4372 dengan p-value 0.804 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa residualnya normal.

Uji Heteroskedastisitas Tabel 3

Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas

P-Value White Test Chi – Square 0.45206 4.712

Sumber : Hasil Pengolahan Data melalui SHAZAM (2016)

Dari hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 3 dengan menggunakan metode uji White, diperoleh nilai p-value 0.45206 lebih besar dari 0.05, yang berarti menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi. Uji Autokorelasi

Tabel 4 Hasil Uji Durbin Watson

DURBIN-WATSON 2.2622VON NEUMANN RATIO 2.5450 RHO -0.39500 RESIDUAL SUM 0.10658E-13 RESIDUAL VARIANCE 0.52568E-01 SUM OF ABSOLUTE ERRORS 1.3276 R-SQUARE BETWEEN OBSERVED AND PREDICTED 0.9757

Sumber : Hasil Pengolahan Data melalui SHAZAM (2016)

Uji autokorelasi dari Durbin-Watson dengan hasil pengujian ini yaitu sebesar 2,2622. Nilai tabel dengan menggunakan nilai alpha sebesar 5%, dengan jumlah sampel n=9 dan jumlah variabel bebas sebanyak 2 dan variabel terikat 1. Jika dilihat pada tabel Durbin-Watson maka akan memperoleh nilai dL= dan dU=. berdasarkan hasil tersebut maka nilai DW berada diantara dL dan dU (dL ≤ dw ≤ dU, daerah keraguan) sehingga tidak dapat diambil keputusan. Hasil Regresi

Hasil estimasi model diperoleh dari shazam dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda atau Ordinary Least Square (OLS). Adapun hasil dari analisis tersebut adalah di tunjukkan sebagai berikut : 1. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Dengan df1= 6 dan df2= 1 untuk α=0,05 nilai F-tabel memiliki nilai sebesar 5,99 sehingga dengan nilai F-statistik sebesar 291361.505 maka nilai F-statistik lebih besar dari F-tabel (291361.505 > 5,99) dan juga dengan nilai probabilitas F-statistik untuk model regresi ialah sebesar 0.000. Maka variabel bebas yang terdiri dari sektor migas dan nonmigas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap IPM di Kabupaten Aceh Utara. 2. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik t-hitung

Page 8: Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2 - Unsyiah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol 1 No. 2 November 2016 : 339-347

346

masing-masing variabel dengan titik kritis pada t-tabel. Pada penelitian ini besarnya nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05) dengan df=6 adalah sebesar 1.94318. 3. R-Squared

Nilai R-squared menggambarkan seberapa besar variabel independen (bebas) secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil menunjukkan nilai R-squared sebesar 0.9757, sehingga dapat disimpulkan bahwa sektor migas dan sektor nonmigas secara bersama-sama berpengaruh dan mampu menjelaskan sebesar 97,57 persen terhadap IPM. Sedangkan sisanya sebesar 2,43 dijelaskan oleh variabel lain di luar model. 4. Adjusted R-Squared

Nilai adjusted R-squared menunjukkan seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan varian dari variabel dependen. Semakin mendekati angka 1 berarti semakin besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan varian dari variabel dependennya. Hasil regresi menunjukkan adjusted R-squared sebesar 0.9675, sehingga dapat disimpulkan bahwa sektor migas dan sektor nonmigas dapat menjelaskan IPM sebesar 96,75 persen.

Tabel 5

Hasil Estimasi Model OLS

Variabel Koefisien Estimasi

Standar Error T- hitung P- Value Hub Kesimpulan

OIL -0.53968E-06 0.8088E-07 -6.673 0.001 + Signifikan NONOIL 0.24928E-06 0.1710E-06 1.458 0.195 - Tidak Signifikan CONSTANT 73.357 0.9152 80.16 0.000 + Signifikan R-square : 0.9757 R-square adjusted : 0.9675 DW : 2.2622 F-hitung : 291361.505 T-tabel : 1.94318 Sampel (N) : 9 Sumber : Hasil Pengolahan Data melalui SHAZAM (2016) *Variabel constant adalah IPM

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara

lain sebagai berikut : Kesejahteraan di Aceh Utara dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ditentukan baik oleh PDRB migas dan PDRB nonmigas. PDRB migas bernilai signifikan sedangkan PDRB nonmigas bernilai tidak signifikan. IPM di Kabupaten Aceh Utara dijelaskan oleh variabel penelitian PDRB migas dan PDRB nonmigas secara bersama-sama berpengaruh dan mampu menjelaskan sebesar 97,57 persen terhadap IPM. Sedangkan sisanya sebesar 2,43 dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai R-Square Adjusted adalah sebesar 0,9675. Artinya variabel terikat (IPM) dapat menjelaskan variabel bebas (PDRB migas dan PDRB nonmigas) sebesar 96,75 persen, nilainya berada diatas 50 persen sehingga dapat disimpulkanm bahwa model ini layak untuk digunakan. Sedangkan sisanya dijelaskan diluar model. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas ada beberapa rekomendasi dari penulis yang mungkin dapat membantu kedepannya, yaitu:

Page 9: Miftahul Jannah1*, Sofyan Syahnur2 - Unsyiah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol 1 No. 2 November 2016 : 339-347

347

Untuk meningkatkan pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pemerintah daerah Dalam konteks yang seperti ini perlu memperkuat hubungan diantara keduanya melalui kebijakan yang tepat. Kebijakan yang menempatkan laju pertumbuhan PDRB sebagai sarana dan pembangunan manusia sebagai tujuan akhir di Kabupaten Aceh utara. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan agar meneliti variabel yang lebih lengkap dan bervariasi bisa dengan menambahkan variabel independen yang berbeda dengan ukuran-ukuran kesejahteraan yang berbeda pula. DAFTAR PUSTA

BPS. (2005). Produk Domestik Regioanl Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh Utara. Banda Aceh: Badan pusat statistik.

(2007). Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh. (2007). Banda Aceh: Badan Pusat Statistik.

Gujarati, D. N., & Porter, D. C. (2006). Basic Econometrics. McGraw-Hil.

Kompasiana.com.http://m.kompasiana.com/kadirsaja/indeks-pembangunan-manusia-ipm-metode-baru-yang-terbaik-dan-yang-tercepat_5635dc906323bd0113549f76. di akses dari tanggal 28 Juni 2016.

Midgley. (2000). Intoduuction Social Policy And Social Welfare. xi-xv.

Rostow, W. (1960). The stage of Economic Growth A non-comunist Manifesto Cambridge. University Press.

Sanusi, B. (2004). Potensi Ekonomi Migas Indonesia. Jakarta: Rinerka Citra.

Sen. (2000). Kriteria Penginventasian kembali. Jurnal Ekonomi .

Soekarno. (2012). Sumber Daya Energi. Jakarta: Graha Ilmu.

Sugiono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Todaro. (2000). Pembangunan Ekonomi di dunia Ketiga (Edisi Ketiga). Jakarta: Erlangga.

United Nations Development Programme (UNDP). 1990. Global Human Development Report. Human Resources Department