42
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu sarana yang dapat mempertemukan pihak Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (selanjutya disebut PT) yang mem-butuhkan tambahan modal dengan menjual sahamnya berhadapan dengan para pemilik uang (pemodal) sebagai pembelinya. Bagi PT, Pasar Modal dapat dimanfaatkan sebagai suatu sarana untuk menarik modal dari masyarakat yang masih tersebar dan kurang produktif, setidak-tidaknya sebagai sumber per-modalan alternatif bilamana sumber-sumber permodalan lain sulit diperoleh atau kurang menguntungkan. Sedangkan bagi pemodal (calon pemodal potensial) adanya Pasar Modal dapat dimanfaatkan sebagai alternatif investasi (alokasi dana) dengan kemungkinan memperoleh keuntungan PT yang dibagikan dalam bentuk deviden dan atau keuntungan dari adanya kenaikan nilai saham yang dimilikinya (capital gain). Pasar modal juga merupakan salah satu alternatif pembiayaan pem-bangunan ekonomi nasional. Pembiayaan embangunan ekonomi nasinal tidak cukup hanya dari pemerintah tapi juga dari masyarakat. Dalam hal ini, sektor swasta di dorong untuk menjadi motor dalam kegiatan ekonomi (private sector leads growth economy) , dengan cara pemerintah ikut campur tangan ke dalam kegiatan pasar. Pemerintah membuat aturan- aturan sekaligus menegakkan aturan tersebut untuk menciptakan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien. 1 1 Robert Pardy, Institutional Reform in Emerging Securities Markets, The World bank, Washington DC-USA, 1992, dalam Jusuf Anwar, “Kajian Tentang Kepastian Hukum Kinerja Lembaga Pasar Modal Di Indonesia Dalam Upaya Menunjang Pembangunan Nasional”, Disertasi Program 1

Jurnal tito-sofyan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal tito-sofyan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan suatu sarana yang dapat

mempertemukan pihak Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas

(selanjutya disebut PT) yang mem-butuhkan tambahan modal dengan

menjual sahamnya berhadapan dengan para pemilik uang (pemodal)

sebagai pembelinya. Bagi PT, Pasar Modal dapat dimanfaatkan sebagai

suatu sarana untuk menarik modal dari masyarakat yang masih

tersebar dan kurang produktif, setidak-tidaknya sebagai sumber per-

modalan alternatif bilamana sumber-sumber permodalan lain sulit

diperoleh atau kurang menguntungkan. Sedangkan bagi pemodal

(calon pemodal potensial) adanya Pasar Modal dapat dimanfaatkan

sebagai alternatif investasi (alokasi dana) dengan kemungkinan

memperoleh keuntungan PT yang dibagikan dalam bentuk deviden dan

atau keuntungan dari adanya kenaikan nilai saham yang dimilikinya

(capital gain).

Pasar modal juga merupakan salah satu alternatif pembiayaan

pem-bangunan ekonomi nasional. Pembiayaan embangunan ekonomi

nasinal tidak cukup hanya dari pemerintah tapi juga dari masyarakat.

Dalam hal ini, sektor swasta di dorong untuk menjadi motor dalam

kegiatan ekonomi (private sector leads growth economy), dengan cara

pemerintah ikut campur tangan ke dalam kegiatan pasar. Pemerintah

membuat aturan-aturan sekaligus menegakkan aturan tersebut untuk

menciptakan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien.1

Kehadiran negara (pemerintah) dalam kegiatan ekonomi

masyarakat merupakan amanat Pasal 33 UUD 1945, diatur pada Bab

XIV UUD 1945 yang berjudul “Perekonomian Nasional dan

Kesejahteraan Sosial”. Kesejahteraan sosial adalah bagian tak

terpisahkan dari cita-cita kemerdekaan. Dengan menempatkan Pasal

33 UUD 1945 di bawah judul Bab “Kesejahteraan Sosial” itu, berarti

1Robert Pardy, Institutional Reform in Emerging Securities Markets, The World bank, Washington DC-USA, 1992, dalam Jusuf Anwar, “Kajian Tentang Kepastian Hukum Kinerja Lembaga Pasar Modal Di Indonesia Dalam Upaya Menunjang Pembangunan Nasional”, Disertasi Program Doktor Imu Hukum Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 2001, hlm. 2.

1

Page 2: Jurnal tito-sofyan

2

pembangunan ekonomi nasional harus bermuara pada peningkatan

kesejahtera-an sosial. Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal restrukturisasi

ekonomi, pasal untuk mengatasi ketimpangan struktural ekonomi.2

Upaya pemerintah Indonesia untuk membangun sistem ekonomi

Indonesia dapat di simak di dalam Lampiran Peraturan Presiden

Republik Indonesia No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 (selanjutnya disebut

RPJMN Tahun 2010-2014), Buku II, Bab III tentang Ekonomi yakni suatu

sistem yang mampu mendorong “pertumbuhan ekonomi” yang

berkelanjutan di satu sisi, pada sisi lain juga harus mampu

meningkatkan “pemerataan pendapatan” masyarakat, sehingga tujuan

akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, namun prakondisi

yang harus dipenuhi sebelumnya adalah adanya stabilitas ekonomi.

di dalam RPJMN Tahun 2010-2014, Buku I tentang Prioritas

Nasional, Bab V RPJMN Tahun 2010-2014, dalam sub mengenai

Kebutuhan Investasi dan Ke-bijakan Pendanaan Pembangunan Nasional

serta Pemanfaatannya disebutkan :

.....”Di samping perbankan, dana masyarakat dapat disalurkan melalui lembaga keuangan bukan bank antara lain terdiri dari lembaga pembiayaan termasuk lembaga pembiayaan infrastruktur dan lembaga pembiayaan ekspor, lembaga asuransi, lembaga dana pensiun, lembaga pegadaian, “lembaga pasar modal” dan sebagainya. Potensi lembaga-lembaga keuangan ini perlu lebih diarahkan pada pembiayaan di sektor riil untuk mendorong investasi.Untuk itu terus dilakukan upaya penyem-purnaan peraturan dan kebijakan untuk mendukung peran perbankan, non-perbankan, dan “pasar modal” sebagai sumber pendanaan jangka menengah dan jangka panjang”.3

Salah satu sub sistem dari sistem ekonomi yang akan

diprioritaskan bagi pendanaan pembangunan nasional serta

pemanfaatannya RPJMN Tahun 2010-2014 adalah mendorong investasi

melalui Pasar Modal.

2Sri-Edi Swasono, “Pasal 33: Konsep Sistem Ekonomi Indonesia”, http://frenndw. wordpress.com/ 2010/01/30/ pasal-33-konsep-sistem-ekonomi-indonesia/ diakses 31 Maret 2011

3Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, Buku I tentang Prioritas Nasional, Bab V sub bab. 5.2.4. Kebutuhan Investasi dan Kebijakan Pendanaan Pembangunan Nasional serta Pemanfaatannya, hal.89, aline 4.

2

Page 3: Jurnal tito-sofyan

3

..... “Sementara pasar modal sebagai penggerak dana jangka panjang bagi sektor swasta masih perlu ditingkatkan. Untuk itu beberapa hal yang perlu dikembangkan, antara lain adalah peningkatan peran pasar modal syariah, peningkatan efisiensi pelaku pasar melalui restrukturasi perusahaan efek, serta transparansi informasi dan penerapan prinsip kehati-hatian untuk meningkatkan keamanan berinvestasi di pasar modal dalam negeri”.4

Dapat disimpulkan bahwa, kebijakan pemerintah untuk pasar

modal menurut RPJMN Tahun 2010-2014 di atas ada tiga yaitu : (1)

meningkatkan peran pasar modal syariah; (2) merestrukturasi

perusahaan efek; (3) me-ningkatkan keamanan berinvestasi di pasar

modal dalam negeri melalui transparansi informasi dan penerapan

prinsip kehati-hatian. Hal ini sejalan dengan permasalahan yang timbul

dalam praktek dimana pasar modal Indonesia sekalipun telah

mempunyai perangkat hukum yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya, dalam

kenyataanya masih belum cukup memadai, karena masih terdapat

praktek-praktek yang merugikan hak-hak pemodal. Artinya bisa jadi

ada masalah-masalah yang belum mendapatkan pengaturan secara

proporsional, bisa juga karena adanya konflik norma baik dalam

peraturan yang sama ataupun peraturan yang berbeda, namun bisa

juga sudah ada pengaturannya namun perlu penjelasan lebih lanjut.

Hal ini sangat penting untuk diteliti, terutama dalam kaitannya dengan

per-lindungan hukum terhadap pemodal (publik).

Perlindungan terhadap hak-hak pemodal merupakan hal yang

krusial karena pada banyak negara ditemukan bukti adanya praktek

penyalahgunaan (expropriation) atas sumber-sumber daya perusahaan

yang berlangsung secara ekstensif. Tindakan expropriation yang

dilakukan oleh pengelola perusahaan berupa manipulasi laba,

penjualan asset yang tidak fair, praktek transper pricing tidak

semestinya, penyertaan anggota keluarga tidak berkualitas dalam

4Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, Buku II, Bab III tentang Ekonomi, Sub bab 3.2 Permasalahan dan Sasaran Pembangunan khusunya 3.2.7. Sektor Keuangan, permasalahan keempat, hal. 55.

3

Page 4: Jurnal tito-sofyan

4

jajaran perusahaan, pembayaran gaji atau kompensasi yang berlebihan

pada eksekutif5 dan lain-lainnya.

Banyak kasus pasar modal yang muncul seperti kasus saham

hilang, kasus short selling, kasus laporan palsu, kasus IPO dan right

issue, serta insider trading. Kasus-kasus tersebut merugikan

kepentingan Pemodal yang seharusnya dilindungi.

Pasar modal Indonesia bisa mengalami kemunduran bila kasus-

kasus ter-sebut tidak segera diselesaikan. Para investor akan

memindahkan portofolionya ke luar pasar modal dan memilih

instrumen investasi lain yang lebih mengun-tungkan. Wacana yang

berkembang mengarah pada pernyataan bahwa Undang-Undang

Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dinilai kurang relevan

dengan perkembangan zaman sehingga perlu direvisi. Saat ini Pasar

Modal Indonesia memerlukan sebuah Undang-Undang Pasar Modal

yang dapat dijadikan rujukan, serta harus ada upaya untuk menjamin

efektivitas pelaksanaannya.Tujuannya agar ada jaminan perlindungan

hukum terhadap hak-hak pemodal di pasar modal yang dimuat di

dalam suatu Undang-Undang yang komprehensif. Oleh sebab itu revisi

Undang Undang Pasar Modal sangat penting untuk mencegah

terulangnya hal-hal yang merugikan pemodal yang selama ini terjadi.

Fuad Rahmany mengemukakan bahwa Undang Undang Pasar

Modal perlu direvisi, karena selama ini Bapepam selalu menemui

hambatan dalam pe-laksanaan tugasnya. Sehingga, penyelidikan yang

dilakukannya tidak seluruhnya tuntas. Ada keterbatasan hukum,

sehingga manipulasinya sulit untuk diusut. Dengan adanya revisi

Undang Undang Pasar Modal tersebut, Bapepam akan lebih mudah

mengusut kasus, seperi insider trading. Selain itu dengan revisi

Undang Undang Pasar Modal, Bapepam akan dapat mengikuti MoU

dengan asosiasi regulator pasar modal sedunia (International of

Security Organiza-tion/IOSO). Di mana penyelidikan yang harus

membuat pihaknya bertukar data dengan pihak negara lain akan

menjadi lebih mudah.6

5Akhmad Syakhroza, “Best Practice Corporate Governance dalam Kontek Lokal Perbankan Indonesia, Usahawan No.06 Th.XXXII Juni 2003.6 Pernyataan mantan Ketua Bapepam, Fuad Rahmany, di Gedung BEI, Jakarta, Rabu

4

Page 5: Jurnal tito-sofyan

5

Dari uraian di atas, tentang sasaran diberlakukannya Undang-

Undang Pa-sar Modal, maka yang perlu di dorong adalah pembentukan

norma-norma yang melindungi kepentingan pemodal publik agar

mempunyai hak-hak yang seimbang dengan emiten dan pentingnya

konsistensi dalam penegakan hukum (Law Enforcement) yang diatur

dalam ketentuan-ketentuan Undang-Undang Pasar Modal.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dalam

peneliti-an ini dirumuskan masalahnya, sebagai berikut :

1. Mengapa pemodal di pasar modal perlu mendapatkan

perlindungan hukum ?

2. Mengapa pengaturan mengenai perlindungan hak-hak pemodal

di Pasar Modal tidak diatur secara eksplisit di dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal ?

3. Bagaimanakah konsep hukum yang dapat dikembangkan dalam

pengaturan perlindungan hukum bagi hak-hak pemodal di

pasar modal kedepan yang merupakan sumbangan

pembangunan hukum nasional Indonesia ?

1.3. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian hukum normatif

artinya penelitian ini menggunakan bahan hukum sebagai sumber

utamanya.7 Pendekatan yang digunakan adalah (1) Pendekatan

perundang-undangan (statute approach) (2) Pendekatan filsafat hukum

(legal philosophy approach), dan (3) Pendekatan sejarah hukum (legal

historical approach).

Bahan-bahan hukum dianalisis dengan menggunakan metode

normatif-preskriptif untuk menemukan kaedah hukum yang

menentukan apa yang menjadi kewajiban dan hak yuridis subjek

hukum berdasarkan dan dalam kerangka tatanan hukum yang berlaku

(12/8/2009)http://economy.okezone.com/read/2009/08/12/278/247492/draf-aman demen-uu-pasar-modal-masih-disempurnakan , diakses 21 Agustus 2010.

7Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali, Jakarta, 1985, hlm. 14.

5

Page 6: Jurnal tito-sofyan

6

dengan selalu mengacu kepada positivitas, koherensi, dan keadilan.

Dari hasil analisis, selanjutnya dilakukan penafsiran dengan

menggunakan teori-teori, serta konsep-konsep penelitian dengan

tujuan tujuan menghasilkan, menstrukturkan dan mensistematisasi

temuan-temuan hukum baru, sehingga tujuan akhir penelitian hukum

ini dapat tercapai.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Urgensi Perlindungan Hukum Terhadap Pemodal

2.1.1. Kedudukan Pemodal dan Emiten

Salah satu unsur penting dalam aktivitas Pasal Modal adalah

pemodal. Pemodal menempati posisi penting dalam mengembangkan

Pasar Modal. Mengingat peranannya itu pemodal termasuk pihak yang

perlu dibina, sekaligus mendapat perlindungan. Pembinaan dalam arti

mengetahui hak-haknya, mengetahui mekanisme Pasar Modal,

mengetahui keuntungan dan resiko investasi, dan lain-lain.8

Perlindungan pemodal adalah salah satu pilar yang sangat penting,

karena jika pemodal tidak mendapat perlindungan yang cukup

memadai, maka mereka, terutama pemodal kecil, enggan untuk

melakukan transaksi di bursa. Tanpa adanya jumlah pemodal yang

cukup banyak maka kegiatan pasar akan lesu dan fungsi dari pasar

modal tidak akan berkembang.

Perlindungan hukum yang dimaksud dalam hal ini adalah

perlindungan yang diberikan oleh hukum kepada pemodal atas hak-

haknya dari suatu tindakan sewenang-wenang. Bagi pemodal,

kepentingan yang paling mendasar selain mendapat keuntungan

adalah mendapat perlindungan atas perlakuan yang adil dan seimbang

antara dirinya dengan emiten. Perlindungan dan perlakuan yang adil ini

8Fuad Rahmany, “Sambutan Ketua Bapepam Pada Silaturahmi Nasional Masyara-katPemodal Pasar Modal Indonesia”, http://www.bapepam.go.id/old/old/publikasi/pidato/ silaturahmi_pemodal, hlm, 26 Februari 1999.

6

Page 7: Jurnal tito-sofyan

7

terutama diperlukan oleh pemodal, mengingat kenyataan bahwa ke-

dudukan pemodal seringkali berada dalam posisi yang tidak setara.9

Pemodal merupakan salah satu stakeholders disamping

stakeholders yang lainnya, yaitu emiten, direksi, komisaris, pegawai

dan kreditor. Lebih dari itu, bersama-sama dengan emiten, pemodal

juga merupakan pihak yang membawa modal berupa dana segar bagi

perusahaan yang go-public, sehingga tidak boleh tidak, pemodal

sampai batas-batas tertentu patut dilindungi oleh hukum.

Pentingnya perlindungan bagi pemodal itu dapat disimak dalam

Pasal 4 Undang Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Undang-Undang

Pasar Modal yang secara khusus menyebutkan bahwa:

….”Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat”.

Maksud dari Pasal di atas bahwa perlindungan pemodal terhadap

potensi praktek-praktek curang Perusahaan Efek maupun Emiten perlu

diintervensi oleh pemerintah dengan menghadirkan suatu badan yakni

Bapepam. Bapepam merupakan regulatory body yang menjalankan

regular function, karena kalau teratur pasti efisien.10 Sedangkan wajar,

maksudnya pasar modal yang berjalan proffer, tidak dipaksakan, tidak

dibikin-bikin, tidak dipolitisasi.11Muaranya selalu berorientasi

perlindungan terhadap pemodal, meskipun tanpa disadari oleh

pemodal sendiri.12 Perlindungan pemodal jangan disalahartikan untuk

mendapat perlakuan khusus bagi pemodal-pemodal tertentu. Perlu

dipahami di Pasar Modal tidak dikenal perlakuan yang berbeda bagi

golongan pemodal kecil atau besar. Semua pemodal mempunyai hak

yang sama secara proporsional.13

Dalam Rapat Panitia Khusus DPR RI tentang RUUPM, S.G.B

Tampubolon mengatakan :

9Indra Surya dan lvan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governanance Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 71.

10Penjelasan Pemerintah Pada Rapat Panitia Khusus DPR RI ke 7 tentang RUUPM Nomor 8 Tahun 1995, Kamis, 24 Agustus 1995, “Risalah Rapat Panitia Khusus DPR RI”, hlm. 326.

11Ibid.12Fuad Rahmany, loc. cit.13Fuad Rahmany, Ibid.

7

Page 8: Jurnal tito-sofyan

8

…..”Bahwa pemodal di pasar modal harus mendapat perlindungan maksimum kita setuju, yang menjadi masalah sebenarnya mengenai perlindungan pemodal sudah diatur di dalam UUPT, tapi itu belum cukup, kita sama-sama sependapat perlu ada extra security, security major yang harus diambil”.

Dengan demikian ada keterkaitan yang sangat erat antara UUPM

dengan UUPT, UUPM merupakan lex specialis dari UUPT sebagai lex

generalisnya.14UUPM dibuat dengan tujuan memaksimalkan

perlindungan terhadap pemodal yang menanamkan dananya dalam

bentuk saham di pasar modal.

Dalam kaitan hubungan hukum antara pemodal dan emiten,

Pasal 1 ayat (1) UUPerseroan Terbatas 2007 yang menyatakan sebagai

berikut:

…“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya".

Pasal di atas dengan tegas menyebutkan bahwa perseroan

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal yang di bagi

ke dalam saham-saham dan dimiliki oleh para pemegangnya

(shareholders/ stockholders) berdasarkan suatu perjanjian. Dalam

kegiatan pasar modal, para pemegang saham dari perseroan yang

listed di bursa efek dapat dibedakan menjadi dua, pertama, pemegang

saham mayoritas yakni para pemegang saham yang telah ada sebelum

perseroan go-public (founders) dan merupakan pemrakarsa

perusahaan untuk melakukan emisi saham oleh karenanya kelompok

ini termasuk kategori emiten (perseroan yang menerbitkan saham dan

menjual sebagian saham yang diterbitkannya di pasar modal); kedua,

pemegang saham minoritas yakni kelompok yang memperoleh saham

melalui pembelian saham yang diemisikan emiten melalui pasar

modal, baik pada saat penawaran umum maupun melalui Bursa Efek,

kelompok ini disebut dengan pemodal. Namun demikian, meskipun

jumlah saham yang dilepas emiten kepada pemodal di pasar modal

14Disarikan dari uraian S.G.B Tampubolon, Juru Bicara Fraksi Partai Demokrasi Indonesia, disampaikan pada Pengantar Musyawarah Fraksi-Fraksi di DPR pada Rapat Panitia Khusus DPR RI ke 7 tentang RUUPM Nomor 8 Tahun 1995, Selasa 11 Juli 1995, “Risalah Rapat Panitia Khusus DPR RI”, hlm. 49.

8

Page 9: Jurnal tito-sofyan

9

adalah minoritas,15 akan tetapi dari segi pendanaan terhadap

perseroan sangat signifikan, karena pada umumnya emiten (bersama

penjamin emisi saham) menetapkan agio saham yang sangat tinggi

pada saat penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO).16

2.1.2. Hak-Hak Pemodal yang Perlu Mendapat Mendapat

Perlindungan

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 6 dan angka 15 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), emiten

yang menerbitkan sahamnya di pasar modal harus berbentuk

Perseroan Terbatas. Perseroan Terbatas merupakan persekutuan yang

berbadan hukum, dimana bentuk asal dari Perseroan Terbatas ini

adalah Perseroan (istilah lain yang sering dipakai

Persekutuan/Perserikatan) Perdata. Menurut Pasal 1618 KUHPerdata,

yang disebut dengan “perseroan perdata adalah persetujuan antara

dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu

(inbreng) ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi

keuntungan yang didapat karena usaha persekutuan itu”. Sehingga

Perseroan Terbatas itu juga berarti suatu perseroan perdata yang

mengandung unsur-unsur kehendak bersama, kerja sama, tujuan

bersama, dan pembagian keuntungan untuk bersama.

Hak-Hak Pemegang Saham menurut UUPT:

1. Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham

yang dimilikinya; (Pasal 51 UUPT)

2. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS; (Pasal 52 (1)

huruf a. UUPT)

3. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil

likuidasi; (Pasal 52 (1) huruf b. UUPT)

15Jumlah saham yang dilepas emiten ke pasar modal pada umumnya antara 10-30 %, ini merupakan porsi pemodal (pemegang saham minoritas).

16Sebagai contoh PT UIC (pada tahun 1989) melakukan penawaran umum untuk 9.000.000 saham biasa atas nama (dari 70.000.000 jumlah saham yang menjadi modal dasarnya) dengan Nilai Nominal Rp. 1.000,- setiap saham dengan Harga Penawaran Rp. 17.250,- setiap saham, berarti PT UIC sebagai emiten telah mendapatkan Agio Saham senilai Rp. 16.250,- untuk setiap sahamnya. Bandingkan dana yang diperoleh dari hasil penjualan 12,8% sahamnya diperoleh dana dari pemodal pasar modal senilai Rp. 155.250.000.000,-, sementara modal ditempatkan dan disetor penuh oleh founders senilai Rp. 56.400.000.000,- (yang mewakili 87,2% saham-hak suara) (Sumber: Prospektus PT UIC).

9

Page 10: Jurnal tito-sofyan

10

4. Setiap saham memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak

dapat dibagi. (Pasal 52 (4) UUPT)

5. Saham dapat diagunkan dengan gadai atau

jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain dalam anggaran

dasar. (Pasal 60 (2) UUPT)

6. Setiappemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap

Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena

tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan

wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan

Komisaris. (Pasal 60 ayat (1) UUPT)

7. Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan

agar saham-nya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang

bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang

merugikan pemegang saham atau Perseroan, (Pasal 62 ayat (1)

UUPT)

8. Pemegang saham, baik sendiri maupun diwakili

berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri RUPS dan

menggunakan haksuaranya sesuai dengan jumlah saham yang

dimilikinya. (Pasal 85 ayat (1) UUPT)

Fitzgerald menjelaskan bahwa hukum melindungi kepentingan

seseorang dengan cara mengalokasikan kekuasaan kepadanya secara

terukur untuk bertin-dak dalam rangka kepentingannya, yang disebut

sebagai hak.17 Hak tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan

kepentingan, melainkan juga kehendak.18 Keperluan hukum adalah

mengurusi kepentingan manusia, oleh karena itu hukum mewakili

otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu

dilindungi dan diatur.19

Berdasarkan teori Fitzgerald di atas, maka dapat dipahami

bahwa hukum harus diciptakan untuk tujuan melindungi kepentingan

berupa hak Pemodal dalam memperoleh fairplay dan informasi yang

dibutuhkan dalam hubungan perdagangan saham diantara para pelaku

17Ibid.18G.W. Paton, A Text-book of Yurisprudence, London, Oxford University

Press, 1964, p. 250, sebagaimana dikutip oleh Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, h. 54.

19Ibid. h. 69.

10

Page 11: Jurnal tito-sofyan

11

pasar modal, dengan cara mengatur dan membatasi kepentingan

pihak-pihak lain (para pelaku pasar modal yang lain) berupa hak untuk

memperoleh keuntungan komersial secara tidak wajar dan

mengalokasikan kekuasan kepada pemodal untuk bertindak, misalnya

menuntut melalui institusi hukum.

2.1.3. Jenis Perlindungan Terhadap Hak-Hak Pemodal

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai segala bentuk

norma mau-pun tindakan yang bertujuan memberikan kondisi aman,

nyaman dan kepastian hukum bagi subyek hukum baik orang

perorangan (natuurlijkepersoon) maupun badan hukum (rechtpersoon).

Dengan adanya perlindungan hukum diharapkan dapat menghidarkan

terjadinya persengketaan, seandainyapun terjadi sengketa, sudah

terdapat norma hukum untuk penyelesaiannya.20

Tujuan dari perlindungan hukum adalah untuk mencapai suatu

keadilan, sebab fungsi hukum tidak hanya dalam upaya mewujudkan

kepastian hukum, tetapi juga agar tercapainya jaminan dan

keseimbangan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, akan

tetapi berfungsi juga untuk menciptakan keseimbangan antara

kepentingan pengusaha dengan konsumen, penguasa/ pemerintah

dengan rakyat. Bahkan hukum sangat dibutuhkan untuk melindungi

mereka yang lemah atau belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik

untuk memperoleh keadilan sosial.21

UUPM lahir dimaksudkan untuk memberikan maximum security

terhadap pemegang saham yang menanamkan dananya melalui

pembelian saham di pasar modal. UUPM juga dimaksudkan untuk

memperkuat hak-hak pemegang saham yang telah diatur di dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Prinsip-prinsip pokok yang diatur UUPM adalah perlindungan kepada

pemodal khususnya masyarakat umum serta memperjelas dan

menjamin berjalannya prinsip transparansi perusahaan emiten baik

dari segi keuangan, manajemen, produksi dan lain-lain yang erat

20Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hlm. 1.

21Lili Rasyidi dan l.B. Wyasa Putra, 2003, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Cet. 2, Bandung. 2003, hlm. 118.

11

Page 12: Jurnal tito-sofyan

12

dengan pertanggungjawabannya sebagai perusahaan publik kepada

masyarakat. Jaminan berjalannya prinsip transparansi ini sangat

penting bagi masyarakat atau pemodal potensial sebagai bahan

pertimbangan dalam menginvestasikan dananya.

Oleh sebab itu, materi dari UUPM seharusnya memperhatikan

aspek-aspek fundamental di dalam pembuatan suatu Undang-Undang

yaitu dimuatnya ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut :

Pertama, secara filosofis UUPM harus mencerminkan jiwa dan

semangat fiolosofi bangsa Indonesia yaitu Pancasila serta konstitusi

Negara yaitu Undang-Undang Dasar 1945.

Kedua, secara yuridis UUPM harus mengandung aspek kepastian

hukum, keadilan, dan kebenaran serta tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-an-undangan yang lain.

Ketiga, secara sosiologis UUPM harus menyerap dan

menampung aspirasi masyarakat serta mendorong timbulnya dinamika

di masyarakat luas.

Keempat, secara politis UUPM harus dilaksanakan dan

merupakan upaya untuk lebih memantapkan proses-proses

pembangunan nasional dengan mem-perhatikan secara cermat

motivasi, konstatasi, dan antisipasi ke depan di dalam mewujudkan

cita-cita bangsa Indonesia yaitu masyarakat adil makmur berdasar-kan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2.2. Pengaturan Mengenai Perlindungan Hak-Hak Pemodal Di Dalam UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

2.2.1. Perlindungan Hukum Bagi Pemodal Dan Kepentingan

Nasional

Pendekatan yang ditempuh oleh UUPM di dalam mengatur Pasar

Modal, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu,

“Pendekatan Kelembaga-an dan Pendekatan Aktititas”. Pendekatan

Kelembagaan di dalam pasal-pasal UUPM terasa sangat kuat, sebagai

contoh: Bapepam adalah lembaga pengawas Pasar Modal, Bursa Efek

(BEI) sebagai lembaga penyelenggara pasar sekunder, Lembaga Kliring

dan Penjaminan (LKP) serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

(LPP) bertindak sebagai lembaga yang menyelesaikan transaksi bursa,

12

Page 13: Jurnal tito-sofyan

13

serta keberadaan lembaga-lembaga lainnya seperti Lembaga

penunjang pasar Modal, dan profesi penunjang pasar Modal.

Sementara Pendekatan Aktivitas dapat dilihat dari pasal-pasal di dalam

UUPM ini yang memuat aktivitas dari setiap lembaga sebagaimana di

sebutkan diatas.

Disamping hal-hal tersebut di atas, menurut Mar’ie Muhammad

pada intinya UUPM ini didasarkan pada jiwa dan semangat "persaingan

yang wajar". Hal ini dapat dicermati di dalam batang tubuh UUPM

seperti keharusan adanya transparansi, kewajiban pelaporan, larangan-

larangan seperti manipulasi pasar, insider trading, penyampaian

informasi yang tidak benar dan menyesatkan, dan pengaturan

mengenai sanksi baik yang bersifat administratif, perdata, maupun

pidana.22

2.2.2. Aspek Hukum Perjanjian Dalam Perdagangan Saham di Pasar Perdana dan Pasar Sekunder

Pasar modal merupakan suatu sistem perdagangan Efek

(Saham) yang di dalamnya terdapat sub-sub sistem seperti sub sistem

Bursa, sub sistem LKP, sub sistem LPP dan sebagainya. Artinya kalau

pasar modalnya transparan, maka sub sistem yang dibawahnya juga

harus transparan. Di dalam UUPM, Pasar Modal dirumuskan oleh Pasal

1 angka 13 sebagai berikut:

…..”Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Saham, Perusahaan Publik yang ber-kaitan dengan Saham yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Saham”.

Dari definisi di atas ada dua istilah perlu dijelaskan dalam uraian

ini yaitu “Penawaran Umum” dan “Perdagangan Saham” yang

menunjuk pada dua sub sistem perdagangan Saham di pasar modal.

Untuk “Penawaran umum” (Initial Public Offering) itu dilakukan di Pasar

Perdana, sedangkan untuk “Perdagangan Saham” dilakukan di Pasar

Sekunder atau Bursa Efek.

22Jawaban Pemerintah (diwakili Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad) pada Pengantar Musyawarah Panitia Khusus DPR RI dalam Pembahasan RUUPM, tanggal 12 Juli 1995

13

Page 14: Jurnal tito-sofyan

14

Pasar perdana merupakan sarana dimana saham suatu

perseroan untuk pertama kalinya ditawarkan di Pasar Modal selama

waktu tertentu sebelum sa-ham tersebut dicatatkan di bursa.23 Harga

saham pada pasar perdana ditetapkan atas dasar kesepakatan antara

emiten dan penjamin emisi, hanya saja tidak boleh ditawarkan

dibawah harga nominal.24

Pasar Sekunder merupakan pasar yang difasilitasi oleh Bursa

Efek untuk perdagangan Saham yang telah diperoleh di pasar perdana

atau setelah bera-khirnya pasar perdana. Dengan kata lain pasar

sekunder merupakan pasar dimana pemodal dapat melakukan jual beli

Saham setelah Saham tersebut di-catatkan di Bursa. Jadi Pasar

Sekunder merupakan kelanjutan dari Pasar Per-dana. Berbicara pasar

sekunder, artinya berbicara mekanisme perdagangan di Bursa Efek.25

Hal ini perlu dikemukakan untuk mencermati mekanisme terjadinya

transaksi di masing-masing pasar dalam rangka melihat aspek

perjanjian dan perlindungan hukumnya terhadap pemodal.

Perdagangan saham yang dilakukan baik di pasar perdana

melalui penawaran umum (initial public offering) maupun yang

dilakukan di Bursa Efek pada dasarnya berkaitan dengan 2 hal yakni ;

(1) jenis perjanjian atau transaksi perdagangan dan (2) objek yang

diperdagangkan, yaitu Saham.

Bentuk dan jenis transaksi perdagangan dipasar modal

berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi informasi

dan semakin beragamnya ins-trument yang diperdagangkan.

Perkembangan transaksi perdagangan ini di-mungkinkan karena sistem

23Pasal 1 huruf 1, Keputusan Menteri Keuangan nomor 859/KMK.01/1987, tentang Emisi Saham di Bursa; dan Sumantoro, Sumantoro, Aspek-Aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm. 27.

24Periksa Pasal 17, Keputusan Menteri Keuangan nomor 859/KMK.01/1987.

25Menurut ketentuan Pasal 9 jo Pasal 11 UUPM, Bursa efek merupakan selfregulatory body (SRO), yaitu lembaga yang diberi kewenangan untuk mengatur (membuat peraturan sendiri) untuk pelaksanaan kegiatannya yang mengikat para pihak yang berhubungan dengan perdagangan Saham di Bursa efek. Peraturan tersebut baru berlaku setelah mendapat persetujuan dari BAPEPAM. Bahkan Pasal 12 UU No. 8 Tahun 1995 menyebutkan “Bursa efek wajib membentuk satuan pemeriksa untuk menjalan-kan pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu terhadap anggota Bursa dan terhadap kegiatanBursa efek.

14

Page 15: Jurnal tito-sofyan

15

hukum perjanjian menganut asas kebebasan ber-kontrak sebagaimana

diatur dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa “ semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya “.

2.2.3. Hukum Perjanjian Yang Berkembang Dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal26

Pada dasarnya, dalam kegiatan pasar modal baik dalam

menjalankan fungsinya sebagai sarana pembiayaan (pasar perdana)

maupun sarana investasi (pasar sekunder) berbasis pada transaksi.

Perkembangan perjanjian-perjanjian yang di buat para pelaku bisnis di

pasar modal sangat pesat, sehingga muncul perjanjian-perjanjian baru

yang semula tidak dikenal dalam hukum perjanjian di Indonesia.

Perkembangan perjanjian di pasar modal ini semakin beragam karena

pengaruh Comman Law System yang berasal dari Negara-negara Anglo

Saxon, khususnya Amerika Serikat, yang merupakan negara dengan

pasar modal yang maju dan berpengaruh terhadap perkembangan

pasar modal di negara-negara berkembang tidak terkecuali di

Indonesia.

Pengaruh sistem Common Law di pasar Modal lndonesia terlihat

dalam beberapa transaksi bisnis yang berkembang sebagaimana akan

diuraikan di bawah ini:

1. Perjanjian Penjaminan

Sejak pertengahan tahun 2000, diberlakukan sistem

perdagangan saham tanpa warkat (scripless trading system) di Bursa

Efek, yaitu sistem perdagangan yang menyelesaikan perdagangannya

dilakukan dengan pemindahbukuan posisi Saham/dana (book-entry

settlement) yang tersimpan pada rekening para pihak yang terlibat

dalam perdagangan seperti layaknya rekening di bank. Dalam

pelaksanaannya, sistem perdagangan tanpa warkat ini melibatkan

Bursa Efek sebagai tempat transaksi perdagangan Saham, PT Kliring

dan Penjamin Efek Indonesia (PT KPEI) sebagai institusi yang

26Lastuti Abubakar,Transaksi Derivatif Di Indonesia (Tinjauan Hukum Tentang Transaksi Derivatif Di Indonesia), Books Terrace Library, Jakarta, 2009, hlm. 99-111.

15

Page 16: Jurnal tito-sofyan

16

bertanggung jawab atas kliring dan penjamin hasil perdagangan dan

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT KSEI) sebagai pihak yang

berkewajiban untuk menyelesaikan perdagangan dengan cara

pemindahbukuan.

Berkaitan dengan perkembangan perjanjian yang terjadi di pasar

modal, salah satu perjanjian yang berkembang tersebut adalah

perjanjian penjaminan yang dilakukan oleh PT KPEI. Untuk memberikan

perlindungan bagi setiap pemodal dan keamanan bertransaksi, maka

setiap transaksi akan dijamin, dalam arti pemodal yang menjual

Sahamnya dijamin akan mendapatkan harga pen-jualannya, sedangkan

pemodal yang membeli dijamin akan mendapatkan Saham yang

dibelinya. Dengan adanya jaminan, kegagalan transaksi baik berupa

gagal serah Saham maupun gagal bayar yang berpotensi menghambat

likuiditas pasar diharapkan dapat diatasi. Jaminan terhadap

penyelesaian transaksi Bursa dapat berupa offset, penggunaan dana

jaminan yang dikelola oleh PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT

KPEI), dan penggunaan fasilitas pinjam memin-jam Saham (securities

lending and borrowing).

2. Konsep Kepemilikan Manfaat dalam penitipan Kolektif

Sistem perdagangan tanpa warkat, sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan di pasar modal, dimana secara

konseptual perjanjian ini tidak dikenal dalam sistem hukum Indonesia.

Lahirnya jenis perjanjian ini me-rupakan implikasi dari diterapkannya

sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading system) sebagai

salah satu persyaratan yang direkomendasikan IOSCO dan Negara-

negara G-30 agar pasar modal Indonesia dapat memenuhi standar

Internasional. Dalam sistem perdagangan tanpa warkat, seluruh Saham

yang diperdagangkan di Bursa Efek disimpan dalam bentuk elektronik

di Kustodian sentral. Pemegang Saham hanya memiliki rekening yang

menunjukkan ke-pemilikannya. Segala hak yang melekat pada

Sahamnya diwakili oleh Kustodian Sentral sebagai pemilik terdaftar

(registered owner). Sebagai perbandingan, trust yang dikenal dalam

sistem hukum Common Law ini memperkenalkan apa yang disebut

dengan dual ownership (kepemilikan ganda) yang membedakan antara

16

Page 17: Jurnal tito-sofyan

17

beneficial owner sebagai penerima manfaat ekonomi dan legal owner 27 sebagai pemilik secara hukum, yang dibenarkan melakukan

perbuatan-perbuatan hukum atas seluruh harta kekayaan untuk

kepentingan beneficial owner. Konsep ini diperkenalkan dalam

Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-48/PM/1997 ten-tang Rekening

Saham pada Kustodian.

3. Kesepadanan Saham (Fungibility) bagi Saham yang Menjadi

Objek Perdagangan

Dalam perdagangan tanpa warkat terdapat proses penyesuaian

Saham yang sebelumnya tidak dikenal dalam sistem perdagangan

dengan warkat yakni proses kesepadanan Saham (fungibility).

Peraturan perdagangan di Bursa dan ketentuan-ketentuan pasar modal

mensyaratkan bahwa Saham yang diperda-gangkan adalah Saham

atas nama. Dalam praktik di Indonesia, sesuai dengan ketentuan

dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(selanjutnya ditulis UUPT), penerbitan surat-surat Saham atas nama

dari suatu perseroan diberi nomor yang menunjukkan seri pengeluaran

Saham tersebut dan dicatat dalam daftar pemegang Saham sebagai

pemiliknya (Pasal 50 ayat (1) UUPT). Selanjutnya pasal 56 ayat (1)

UUPT mensyaratkan pemindahan hak atas nama dilakukan dengan

akta pemindahan hak dan selanjutnya disampaikan secara tertulis

kepada perseroan agar penerima pengalihan Saham tersebut diakui

sebagai pemilik Saham baru dan dicatat oleh perseroan dalam daftar

pemegang Saham.

Prosedur pengalihan hak yang demikian sangat sulit dilakukan di

pasar modal mengingat pergerakan dan peralihan hak atas Saham

yang ditransaksikan terjadi dalam jumlah besar dan cepat.

Kesulitannya akan terlihat pada adminis-trasi pencatatan dalam Daftar

Pemegang Saham. oleh karena itu perlu diperha-tikan ketentuan pasar

56 Ayat (5) UUPT yang mengatur :

27 Di Pasar Modal Indonesia tidak secara tegas menggunakan istilah legal owner, melainkan memakai istilah registered owner bagi Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang mewakili seluruh pemegang Saham untuk mendapatkan hak-hak mereka. Selain itu, sebagai legal owner KSEI inilah yang namanya terdaftar dalam Daftar Pemegang Saham Emiten.

17

Page 18: Jurnal tito-sofyan

18

"Ketentuan mengenai tatacara pemindahan hak atas Saham yang diper-dagangkan di pasar Modal diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar Modal”.

Untuk mengatasi permasalahan di atas Pasal 57 UUPM

mengantisipasinya dengan cara mengatur tentang kesepadanan

Saham (fungibility of shares) atas Saham dalam Penitipan Kolektif,

yakni Saham dari jenis dan klasifikasi yang sama yang diterbitkan

Emiten tertentu dianggap sepadan dan dapat dipertukarkan satu

dengan yang lainnya.

Pasal 57 UUPM menyebutkan:

…..”Dalam Penitipan Kolektif, Saham dari jenis dan klasifikasi yang sama yang diterbitkan oleh Emiten tertentu dianggap sepadan dan dapat dipertukarkan antara satu dan yang lain”.

Kesepadanan Saham yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 57

di atas bertujuan meningkatkan efisiensi penyelesaian transaksi

Saham, Saham dalam Penitipan Kolektif dianggap sepadan.

4. Perjanjian Pemberian Kuasa Mutlak (Proxy) dalam Transaksi

Saham

Dalam Ensiklopedi Ekonomi, Keuangan dan Perbankan proxy

adalah:28

…..“Kuasa mutlak atau orang yang mendapat kuasa penuh. Secara khusus, yang bertalian dalam pemungutan suara di dalam rapat pemegang Saham perseroan ialah suatu pemberian kuasa oleh seorang pemegang Saham yang memberikan kepada manajemen atau kepada suatu golongan yang bertentangan dewan manajemen itu, hak untuk memberikan suara atas Saham-Saham yang dikuasai oleh pemegang Saham Perseorangan”.

Dengan demikian, proxy ini dapat diartikan sebagai pemberian

kuasa se-cara khusus mengenai suatu kepentingan tertentu atau lebih,

sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1792 KUHPerdata dan Pasal

1795 KUHPerdata ten-tang pengertian pemberian kuasa dan jenis

pemberian kuasa khusus.

28A. Abdurahman. Ensiklopedi Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan, Jilid III, Prapanca, Jakarta, hlm. 800, menurut kutipan Lastuti Abubakar, op. cit., hlm. 110.

18

Page 19: Jurnal tito-sofyan

19

2.2.4.Perlindungan Hukum Terhadap Pemodal Dalam Transaksi Per-dagangan Saham29

Salah satu cara untuk mengatasi kendala kurang lengkapnya

norma-norma yang mengatur masalah transaksi di pasar modal karena

adanya penga-ruh sistem common law yang masuk ke sistem civil law

terutama yang berkaitan dengan perlindungan hukum pemodal, adalah

melengkapi UUPM dengan per-aturan-peraturan pelaksanaan yang

pada dasarnya memberikan jaminan bagi para pihak yang melakukan

perdagangan bahwa hak-haknya dilindungi. Keten-tuan-ketentuan di

dalam peraturan pelaksanaaan UUPM telah memberikan be-berapa

langkah perlindungan hukum bagi para pemodal yang akan

berinvestasi, sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum Melalui Penjaminan Penyelesaian Transaksi

Bursa

Menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-46/PM/2004

tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa bahwa Penjaminan

Penyelesaian Transaksi Bursa merupakan kewajiban Lembaga Kliring30

dan Penjaminan (LKP) untuk seketika dan langsung mengambil alih

tanggung jawab atas kegagalan anggota Kliring dalam memenuhi

kewajibannya dalam penyelesaian Transaksi Bursa.

2. Perlindungan Hukum Melalui Pengelolaan Risiko Berupa Dana

Jaminan

Di bidang pasar modal untuk istilah wanprestasi ini digunakan

istilah “gagal bayar”. Peraturan KPEI Nomor II-7 Angka 1 memberikan

definisi gagal bayar sebagai tidak dipenuhinya sebagian atau seluruh

kewajiban Anggota Kliring untuk melakukan pembayaran sejumlah

uang kepada KPEI dalam rangka pemenuhan kewajiban penyelesaian

transaksi bursa.31

Dalam kegiatan pasar modal, pada dasarnya penyelesaian

transaksi di-selesaikan oleh KPEI. Dalam hal ini tugas KPEI adalah

menyelesaikan kliring diantara para broker apabila suatu transaksi

29Lastuti Abubakar, Op. Cit., hlm. 303-319.30Kliring adalah proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari

Transaksi Bursa.31Peraturan KPEI II-7 Nomor Kep-013/Dir/KPEI/07700 tentang Kegagalan

peme-nuhan Hak dan Kewajiban Anggota Kliring Secara Pemindahbukuan dan Penanganannya.

19

Page 20: Jurnal tito-sofyan

20

sudah mencapai kesepakatan atau disebut matched. Demikian pula

apabila terjadi suatu kegagalan pembayaran oleh anggota bursa jual

atau beli, maka pada dasarnya KPEI mempunyai tugas untuk tetap

menyelesaikan transaksi dengan menggunakan dana yang ada di KPEI

agar penyelesaian transaksi tetap terlaksana, sehingga tidak ada yang

merugikan nasabah jual maupun beli.

3. Perlindungan Hukum Melalui Mekanisme Perdagangan

Perdagangan Saham di Bursa Efek32 dilakukan secara elektronik

dengan sistem yang akurasi keamanannya dijamin. Mekanisme

perdagangan saham di Bursa Efek menggunakan sarana Jakarta

Automated Trading System (JATS) yak-ni sistem perdagangan Saham

yang berlaku di Bursa untuk perdagangan yang di-lakukan secara

otomasi dengan menggunakan sarana komputer.

4. Perlindungan Hukum Melalui : Penerapan Cross Collateralization

Inti dari penerapan ini adalah satu rekening agunan milik

anggota kliring dapat digunakan untuk menjamin seluruh transaksi di

beberapa Bursa dan untuk seluruh produk pasar modal. Anggota kliring

tidak perlu mengelola banyak reke-ning agunan untuk bertransaksi di

berbagai Bursa maupun produk pasar modal, melainkan cukup hanya

mengelola satu rekening agunan saja Saat ini, KPEI mengelola agunan

dari 142 anggota kliring senilai lebih dari Rp. 3,8 triliun.33

5. Perlindungan Hukum Melalui Pengawasan Terhadap Perdagangan

Bursa

Bentuk perlindungan hukum lainnya berupa tindakan preventif

melalui pengawasan transaksi Bursa secara terus menerus untuk

mengahindari transaksi yang tidak wajar. Sesuai dengan pasal 3 ayat

(1) dan pasal 7 ayat (2) UUPM, Pasal 3 ayat (1) menyebutkan:

…..”Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang selanjutnya disebut Bapepam”.

Selanjutnya pasal 7 ayat (2) UUPM menyebutkan:

32Landasan hukum perdagangan tanpa warkat dengan penyelesaian pemindah-bukuan ini telah diatur dapal Pasal 55 Ayat (1) UUPM yang menyebutkan bahwa "penyelesaian transaksi bursa dapat dilaksanakan dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik, atau cara lain".

33Ibid., hlm. 19.

20

Page 21: Jurnal tito-sofyan

21

…..”Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)34, Bursa Efek wajib menyediakan sarana pendukung dan mengawasi kegiatan Anggota Bursa Efek”.

Artinya BAPEPAM mensyaratkan agar Bursa Efek berperan aktif

dalam melakukan pemantauan perdagangan di Bursa dan perusahaan

yang menjadi anggota Bursa. Saat ini Bursa Efek menerapkan Sistem

Securities Market Automated Research, Training and Survellience

Systems (SMARTS) untuk meningkatkan pengawasan pasar dan

mengurangi kegiatan lain dari biasanya. SMART dapat mengidentifikasi

kecenderungan pasar, mengawasi pola transaksi dan memperingati

manajer sistem bila ada kegiatan yang kurang transparan, misalnya

insider trading.

6. Perlindungan Hukum Terhadap Pemodal Melalui Penegakan Hukum

Pada dasarnya UUPM telah meletakkan landasan bagi

penegakan hukum untuk setiap pelanggaran terhadap kegiatan pasar

modal. Yakni:

a) Sanksi administrative (pasal 102 UUPM)

b) Sanksi pidana (pasal 103 UUPM)

c) Tuntutan ganti rugi secara perdata ( pasal 111 UUPM)

Berkaitan dengan tuntutan ganti rugi, hingga saat ini belum

pernah ter-jadi tuntutan ganti rugi yang didasarkan pada pasal 111

UUPM. Pasal 111 UUPM menyebutkan:

…..”Setiap Pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki tuntutan yang serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut”.

Tidak mudah merealisasikan tuntutan ganti rugi sekalipun

pemodal benar-benar dirugikan oleh pihak-pihak di Pasar Modal akibat

kesalahannya. Hambatan pertama adalah dasar penuntutan

berdasarkan Pasal 111 UUPM sama dengan pasal 1365 KUHPerdata

yang menganut prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan

34Pasal 7 ayat (1) UUPM: “Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan Saham yang teratur, wajar, dan efisien”.

21

Page 22: Jurnal tito-sofyan

22

(liability based on fault), yang mewajibkan beban pem-buktian kepada

pihak yang dirugikan dan dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut

timbul karena kesalahan. Dalam praktik, Pasal 1365 KUHperdata

merupakan pasal yang sering digunakan sebagai dasar penuntutan,

namun sulit dilaksanakan. Hambatan kedua adalah adanya suatu

prinsip dalam berinvestasi bahwa kerugian dianggap sebagai risiko

investasi. Berdasarkan prinsip ini, maka tuntutan ganti rugi dianggap

sebagai tindakan yang secara ekonomis tidak menguntungkan,

sehingga para pemodal justru memikirkan bagaimana cara mengelola

risiko, sehingga dalam kegiatan investasi dikenal pula manajemen

risiko (risk management).

7. Perlindungan Hukum Melalui Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu

Perbedaan posisi pemegang Saham dengan Direksi dan

Komisaris di dalam suatu perusahaan, tidak jarang menyebabkan

terjadi suatu benturan ke-pentingan35 antara pihak pengelola dengan

para pemegang Saham. Hal ini dapat terjadi dengan dilakukannya

transaksi yang mengandung benturan kepentingan yaitu transaksi

yang dilakukan Direksi atau Komisaris demi kepentingan pribadi dan

merugikan para pemegang Saham. Oleh karena itu, UU Pasar Modal

melihat hal ini sebagai suatu permasalahan yang berpotensi merugikan

pemodal. Penye-babnya disinyalir karena pengelolaan perusahaan

dilakukan dengan tidak benar, tidak diterapkannya Good Corporate

Governance, disebabkan latar belakang perusahaan yang berasal dari

perusahaan keluarga dimana fungsi pengelolaan dan kepemilikan

perusahaan belum dipisahkan. Para pemegang Saham tidak dapat

menggunakan haknya dengan benar dan membuat potensi tindakan-

tin-dakan yang mengandung konflik kepentingan (conflict of interest)

semakin besar. Bapepam sebagai otoritas pasar modal memberikan

perlindungan ter-hadap pemodal dari adanya transaksi yang

35Benturan Kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis Per-usahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama yang dapat merugikan Perusahaan dimaksud.

22

Page 23: Jurnal tito-sofyan

23

mengandung benturan kepentingan dengan mengeluarkan Peraturan

No.IX.E.1.36

Tujuan pengaturan mengenai benturan kepentingan (conflict of

interest) adalah untuk melindungi kepentingan pemodal dari tindakan

Direksi, komisaris, pemegang Saham utama dan pihak terafiliasi

karena tidak transparannya proses pengambilan keputusan. Untuk

menghindari kerugian akibat transaksi tersebut, maka Badan

Pengawas Pasar Modal dapat mewajibkan emiten dan perusahaan

publik untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham

independen.37 Mengenai hal ini diatur dalam Pasal 82 ayat 2 Undang -

undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995. Keharusan persetujuan

pemegang saham independen dipertegas kembali dalam Peraturan

Badan Pengawas Pasar Modal Nomor lX.E.1 tentang Benturan

Kepentingan Transaksi Tertentu.

2.3. Konsep Perlindungan Hukum Pemodal Di Pasar Modal

Kedepan

Pasar Modal Indonesia telah mengalami perubahan fundamental

sejak lahirnya UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). UUPM

selain memberikan legal frame work yang kokoh dengan kekuatan

hukum yang lebih tinggi dibanding peraturan sebelumnya,38 juga akan

meningkatkan transparansi yang menjamin perlindungan terhadap

pemodal. Esensi dari perlindungan terhadap pemodal adalah untuk

menciptakan Pasar Modal yang fair, teratur, seimbang dan efisien

terhindar dari praktik bisnis yang tidak sehat dan tidak jujur.

Terlepas dari resiko normal dari bisnis yang berkaitan dengan

investasi yang dilakukan pemodal, terdapat risiko-risiko lain yang

36Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor:Kep-412/Bl/2009 Tentang Transaksi Afiliasi Dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

37Pemegang Saham Independen adalah pemegang saham yang tidak mempunyai Benturan Kepentingan sehubungan dengan suatu Transaksi tertentu dan/atau bukan merupakan Afiliasi dari anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris atau pemegang saham utama yang mempunyai Benturan Kepentingan atas Transaksi tertentu.

38UU Nomor 15 Tahun 1952 tentang Bursa; Keppres Nomor 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal berikut perubahan-perubahannya.

23

Page 24: Jurnal tito-sofyan

24

mengharuskan pemerin-tah untuk memiliki kewenangan khusus dalam

mengatur dan mengawasi pasar modal. Oleh sebab itu, UUPM ke depan

perlu mengatur risiko-resiko yang tidak termasuk dalam katagori resiko

normal dari bisnis investasi di pasar modal yakni:

Pertama, integritas finansial para perantara (intermediaries).

Perlin-dungan terhadap kegagalan financial intermediaries perlu diatur

dalam UUPM ke depan berupa dana jaminan bagi pemodal (pemodal

guarantee fund).

Kedua, penipuan saham (securities fraud ). Penipuan (fraud)

sudah secara jelas didefinisikan dalam Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP). Akan tetapi dalam rangka menjalankan fungsinya untuk

melindungi pemodal, Bapepam perlu diberi wewenang untuk

investigasi dan menyeret pelaku penipu-an kepengadilan. Alasan

kewenangan tersebut, karena securities fraud menyang-kut teknik

tinggi dan memerlukan keahlian khusus untuk dapat menyeret pelaku

ke pengadilan.

Ketiga, manipulasi pasar (market manipulation). Pemodal di

Pasar Modal berhak mengetahui bahwa harga yang dibentuk di bursa

merupakan hasil proses permintaan dan penawaran yang fair, bukan

harga yang dibentuk dari hasil ko-lusi. Jika harga yang terbentuk

merupakan hasil manipulasi maka harga tersebut bukanlah parameter

investasi yang tepat.

Keempat, ketentuan yang mengatur emiten. Keterbukaan di

Pasar Modal terutama ditujukan emiten, dimana emiten dituntut untuk

mengungkapkan infor-masi mengenai keadaan bisnisnya termasuk

keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen, dan harta kekayaan

perusahaan kepada masyarakat. Informasi yang diberikan haruslah

informasi yang dijamin kebenaranya, dibawah tanggung jawab emiten.

Apabila terdapat informasi material untuk diketahui masyarakat

pemodal, ternyata tidak diungkapkan seluruhnya atau salah dalam

mengungkap-kan sehingga menimbulkan kerugian bagi pemodal, maka

emiten wajib bertang-gungjawab atas kerugian yang diderita

masyarakat pemodal. Dalam ini terdapat mekanisme transparansi dan

adanya jaminan atas kebenaran informasi di mana secara implisit

terkandung unsur perlindungan bagi masyarakat pemodal.

24

Page 25: Jurnal tito-sofyan

25

Kelima, Pengembangan dan penormaan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance. Penerapan tata kelola perusahaan ini tidak

hanya diperuntukkan bagi dunia usaha secara umum tetapi juga

secara khusus sangat penting bagi pengembangan industri Pasar

Modal. Sebagai regulator Pasar Modal, Bapepam memiliki kewenangan

dalam menentukan kebijakan dan menetapkan peraturan-peraturan.

Hingga saat ini, Peraturan Bapepam secara umum telah mengakomo-

dasi prinsip-prinsip yang terkandung dalam Corporate Governance

Principles. Namun demikian, praktik internasional di bidang Corporate

Governance terus berkembang demikian pesat sehingga menuntut

dilakukannya pengkajian terhadap ketentuan dan peraturan dibidang

Pasar Modal yang ada saat ini, terutama UU No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal. Sebagai acuan praktik Corporate Governance, Komite

Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) telah

memprakarsai dan memantau perbaikan tata kelolarusahaan di

Indonesia dengan mengacu pada prinsip-prinsip yang diterbitkan oleh

Organizati-on for Economic Co-operation and Development (OECD)

yang merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan

penting dalam pengembangan Good Governance baik untuk

pemerintah maupun dunia usaha.39 Prinsip dasar Corpo-rate

Governance yang dikeluarkan OECD pada tahun 2004 mencakup:

a. Memastikan kerangka pengembanganCorporate Governance yang

efektif;

b. Hak Pemegang Saham dan Fungsi Utama Kepemilikan Saham;

c. Perlakuan yang sama terhadap Pemegang Saham;

d. PerananStakeholders dalamCorporate Governance;

e. Keterbukaan danTransparasi;

f. Tanggung Jawab Dewan (Komisaris dan Direksi).

Prinsip-prinsip tersebut harus menjadi acuan dalam pengkajian baik

kandungan teoritis maupun praktek khususnya di Pasar Modal.

Pengkajian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana ketentuan dan

peraturan di Bidang Pasar Modal dapat secara berkelanjutan

memberikan cerminan Corporate Governance.

39 Pertama kaliOECD mengeluarkan prinsip-prinsip Corporate Governance pada Mei 1999 dan telah direvisi pada bulan Desember 2004.

25

Page 26: Jurnal tito-sofyan

26

Keenam, Demutualisasi Bursa Efek Indonesia.40 Demutualisasi

pada intinya adalah pemisahan antara keanggotaan dan kepemilikan

suatu Bursa Efek. Struk-tur kepemilikan bursa berubah dari struktur

kepemilikan yang terbatas pada anggota bursa, menjadi struktur

kepemilikan yang lebih luas. Proses demutuali-sasi akan diikuti

perubahan orientasi organisasi dari orientasi nirlaba (nonprofit)

menjadi berorientasi laba(profit). Sebaiknya demutualisasi Bursa Efek

Indonesia dan lembaga penunjang lainnya seperti Kustodian Sentral

Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)

dapat segera dilaksanakan. Beberapa faktor yang mendorong

demutualisasi antara lain: kebutuhan dana pengembangan,

peningkatan Good Corporate Governance, pengembangan pro-duk,

pengembangan infrastruktur, peningkatan nilai saham, dan

pengembangan Pasar Modal yang berkelanjutan.

Ketujuh, Pengembangan pelaporan Melalui Pelaporan Elektronik

(Electro-nic Reporting). Dalam industri keuangan pada umumnya dan

Pasar Modal pada khususnya, keberadaan dan kelengkapan informasi

merupakan suatu hal yang sangat penting karena menjadi dasar dalam

pengambilan keputusan investasi. Pemodal dan calon pemodal akan

memiliki kesempatan yang luas dan rasional dalam menentukan

pilihan investasinya, jika tersedia informasi yang baik, lengkap,

benar,41 dan tepat waktu. Salah satu alternatifnya adalah

pengembang-an sistem pelaporan dan penyajian data secara

elektronik (electronic reporting system). Melalui pengembangan sistem

pelaporan elektronik tersebut diharapkan prinsip-prinsip keterbukaan

(disclosure) dan penerapan good coroporate governance dapat lebih

efektif. Salah satu hal yang harus dipertimbangkan adalah masih

jarangnya kaidah hukum yang mendasari pelaksanaan sistem

pelaporan elektronik. Untuk memastikan hal tersebut, pihak

40Irwan Adi Saputra, “Demutualisasi Bursa Efek Indonesia”, lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi UI, http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psy-ab&q=demutualisasi+ bursa+saham+oleh+dr.+irwan+adi+ekaputr diakses 24 Pebruari2012

41Tim Studi Tentang Penyajian Data Elektronik Untuk Pelaku Pasar Modal, Studi Tentang Penyajian Data Elektronik Untuk Pelaku Pasar Modal, Departemen Keuangan Republik Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, Tahun 2003, hal. 1.

26

Page 27: Jurnal tito-sofyan

27

penyelenggara sistem pelaporan elektronik harus memperjelas

kedudukan data elektronik di-bandingkan dokumen konvensional

(paper-based system) sebagai alat bukti di dalam masalah hukum.

Selain itu masalah yang berkaitan dengan otentifikasi dan integritas

laporan juga perlu mendapat perhatian bagi pihak penyelenggara.

27

Page 28: Jurnal tito-sofyan

28

BAB IIIKESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan permasalahan di

atas adalah:

1. Pemodal merupakan salah satu unsur dalam aktivitas Pasal Modal

yang sangat penting, tanpa adanya jumlah pemodal yang cukup

banyak, fungsi pasar modal tidak akan berkembang dan dunia

usaha juga akan lesu. Pemodal juga merupakan salah satu

stakeholders disamping stakeholders yang lainnya, yaitu emiten,

direksi, komisaris, pegawai dan kreditor. Lebih dari itu, bersama-

sama dengan emiten, pemodal merupakan pihak yang membawa

modal bagi perusahaan emiten. Dari sisi hukum perjanjian, pada

dasarnya hubungan antara pemodal dan emiten adalah

hubungan yang bersifat kontraktual dimana kedudukan kedua

belah pihak seimbang sebagaimana di atur di dalam Pasal 1320,

Pasal 1338 dan Pasal 1618 KUHPerdata serta Pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas. Kedudukan pemodal dan emiten juga dapat disimak

dari anggaran dasar perseroan yang sebenarnya merupakan

cerminan dari legal contractualism, dimana kepentingan

perusahaan harus sejalan dengan kepentingan para pemegang

sahamnya. Kontruksi hukum dalam anggaran dasar juga

melegitimasi kewenangan dari direksi untuk mewakili perseroan

karena pemegang saham telah memberikan keperca-yaan

kepada direksi berdasarkan suatu perjanjian yakni RUPS. Namun

dengan adanya kesenjangan dalam komposisi kepemilikan

saham dan akses informasi terhadap sumber keuangan

perusahaan antara pemodal dan emiten (pengelola),

mengakibatkan adanya ketidakseimbangan di dalam pemenuhan

hak-hak antara pemodal dan emiten. Mengingat pen-tingnya

posisi pemodal di pasar modal, maka mereka termasuk pihak

yang perlu mendapatkan perlindungan hukum yang adil dan

seimbang antara dirinya dengan emiten mengingat kenyataan,

28

Page 29: Jurnal tito-sofyan

29

kedudukan pemodal sering-kali berada dalam posisi yang lemah.

2. UUPM ini merupakan Lex Specialis sedangkan UUPT sebagai Lex

Generalis, dan seperti diketahui bahwa Lex Specialis dapat

berbeda dari ketentuan umum atau Lex Generalis. Hak-hak

pemodal tidak secara eksplisit diatur di dalam UUPM karena

sebagian besar sudah di atur di dalam UUPT. Pendekatan yang

ditempuh oleh UUPM di dalam mengatur Pasar Modal, secara

garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu, “Pendekatan

Kelembagaan Dan Pendekatan Aktititas”. Pendekatan

Kelembagaan di dalam pasal-pasal UUPM terasa sangat kuat,

seperti adanya Bapepam sebagai lembaga pengawas Pasar

Modal, Bursa Efek sebagai lembaga penyelenggara pasar

sekunder, Lembaga Kliring dan penjaminan (LKP) serta Lembaga

Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) bertindak sebagai lembaga

yang menyelesaikan transaksi bursa, dimana lembaga-lembaga

ini menjalankan sebagian fungsi pemerintahan, tidak hanya

mempunyai kewenangan perdata tetapi juga mempunyai

kewenangan publik. Semen-tara Pendekatan Aktivitas dilihat dari

pasal-pasalnya, UUPM memuat pen-dekatan yang didasarkan

pada jiwa dan semangat "persaingan yang wajar", hal ini

tercermin dari keharusan adanya transparansi, kewajiban

pelaporan, larangan-larangan seperti manipulasi pasar, insider

trading, penyampaian informasi yang tidak benar dan

menyesatkan, dan pe-ngaturan mengenai sanksi baik yang

bersifat administratif, perdata, maupun pidana.

UUPM mengatur tanggungjawab emiten dan pihak terkait

terhadap pemo-dal pada dasarnya adalah ganti rugi, dan dapat

dituntut secara pidana apabila mengandung unsur penipuan dan

sejenisnya yang sedemikian merugikan kepentingan pemodal

(Pasal 89 jo. Pasal 103 UUPM). Dalam upaya memberikan

perlindungan hukum terhadap pemodal, UUPM dilengkapi dengan

peraturan-peraturan pelaksanaan yang memberikan jaminan

bagi pemodal bahwa hak-haknya dalam berinvestasi di Pasar

Modal dilindungi.

3. UUPM ke depan perlu memberikan legal frame work yang lebih

29

Page 30: Jurnal tito-sofyan

30

kuat dalam mengatur perlindungan terhadap hak-hak pemodal

dan transparansi infor-masi yang maksimal bagi perusahaan-

perusahaan yang akan maupun telah go-public, sebagai jaminan

adanya kepastian hukum yang dibutuh-kan oleh pemodal melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang

mengacu pada Prinsip-Prinsip OECD 2004 sebagai rujukan

norma-norma UUPM.

b. Perlindungan hukum pemodal juga dapat dilakukan melalui

demutua-lisasi Bursa Efek, sebab demutualisasi dapat

meningkatkan transpa-ransi informasi dan sekaligus kualitas

tata kelola bursa sebagai suatu badan usaha.

c. Dalam upaya meningkatkan prinsip disclosure yang efektif,

perlu peng-aturan sistem pelaporan keuangan dari emiten

melalui pengembangan sistem pelaporan dan penyajian data

secara elektronik (electronic reporting system).

d. Penguatan kewenangan lembaga pengawas pasar modal yakni

Bapepam dalam melakukan pengawasan terhadap: pertama,

Perusaha-an-Perusahaan Efek (anggota kliring/pialang-dealer)

agar memenuhi persyaratan sehat secara finansial dan

dikelola dengan baik, dan ada-nya jaminan atas kerugian

pemodal melalui pengaturan dana jaminan bagi pemodal.

Kedua, investigasi bagi pelaku pelanggaran di pasar modal

seperti penipuan saham (securities fraud), manipulasi pasar

(market manipulation), dan perdagangan orang dalam (insider

trading). Kewenangan ini tetap diperlukan, karena kejahatan

pasar modal menyangkut teknik tinggi dan memerlukan

keahlian khusus. Ketiga, mengenai mekanisme transparansi

dan adanya jaminan atas kebenaran informasi yang diberikan.

3.2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis merekomendasikan

beberapa hal sebagai berikut, kepada:

1. Presiden bersama DPR sebagai pembentuk Undang-undang agar

segera melakukan perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

30

Page 31: Jurnal tito-sofyan

31

1995 tentang Pasar Modal terkait dengan ketentuan-ketentuan:

mengenai fungsi, peran, dan kewenangan Bapepam agar

penerapan perlindungan hukum terhadap pemodal bisa lebih

optimal.

a. Mengenai fungsi, peran, dan kewenangan Bapepam agar

penerapan perlindungan hukum terhadap pemodal bisa lebih

optimal.

b. Mengakomodir pesan-pesan yang dimuat di dalam ketentuan-

ketentu-an UUPT. UUPT sudah memberi kewenangan kepada

pembentuk Undang-Undang apabila nanti UUPM direvisi

dimungkinkan untuk me-ngatur ha-hal yang lebih khusus

menyimpang daripada yang diatur di dalam norma-norma

UUPT.

c. Melakukan perubahan terhadap ketentuan ganti rugi yang

didasarkan pada Pasal 111 UUPM, sebab tuntutan berdasarkan

Pasal 111 UUPM sama dengan pasal 1365 KUHPerdata yang

menganut prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan

(liability based on fault), yang mewajibkan beban pembuktian

kepada pihak yang dirugikan dan dapat membuktikan bahwa

kerugian tersebut timbul karena kesalahan. Dalam praktik,

Pasal 1365 KUHperdata merupakan pasal yang sering

digunakan sebagai dasar penuntutan, namun sulit

dilaksanakan, sehingga sampai saat ini belum pernah terjadi

tuntutan ganti rugi yang didasarkan pada pasal 111 UUPM

4. Masih perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut bagi peneliti

berikutnya terhadap aspek hukum lain dari pasar modal seperti

aspek hukum pidana, aspek hukum administrasi, dan aspek-aspek

hukum yang terkandung dalam prinsip-prinsip GCG yang lain.

31

Page 32: Jurnal tito-sofyan

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Ensiklopedi Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan, Jilid III, Prapanca, Jakarta,

Akhmad Syakhroza, “Best Practice Corporate Governance dalam Kontek Lokal Perbankan Indonesia, Usahawan No.06 Th.XXXII Juni 2003.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.

Indra Surya dan lvan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governanance Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 71.

Irwan Adi Saputra, “Demutualisasi Bursa Efek Indonesia”, lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi UI, http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psy-ab&q=demutualisasi+bursa+saham+oleh+dr.+irwan+adi+ekaputr a, di-akses 24 Pebruari2012

Jusuf Anwar, “Kajian Tentang Kepastian Hukum Kinerja Lembaga Pasar Modal Di Indonesia Dalam Upaya Menunjang Pembangunan Nasional”, Disertasi Program Doktor Imu Hukum Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 2001.

Lastuti Abubakar,Transaksi Derivatif Di Indonesia (Tinjauan Hukum Tentang Transaksi Derivatif Di Indonesia), Books Terrace Library, Jakarta, 2009.

Lili Rasyidi dan l.B. Wyasa Putra, 2003, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Cet. 2, Bandung. 2003.

OECD 2004.

Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 1987.

Prospektus PT UIC (pada tahun 1989).

Risalah Rapat Pembahasan RUU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasa Modal.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali, Jakarta, 1985, hlm. 14.

Sri-Edi Swasono, “Pasal 33: Konsep Sistem Ekonomi Indonesia”, http://frenndw. wordpress.com/ 2010/01/30/ pasal-33-konsep-sistem-ekonomi-indonesia/ diakses 31 Maret 2011

Sumantoro, Aspek-Aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.

32

Page 33: Jurnal tito-sofyan

Tim Studi Tentang Penyajian Data Elektronik Untuk Pelaku Pasar Modal, Studi Tentang Penyajian Data Elektronik Untuk Pelaku Pasar Modal, Departemen Keuangan Republik Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, Tahun 2003.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

UU Nomor 15 Tahun 1952 tentang Bursa.

Keppres Nomor 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-412/Bl/2009 Tentang Transaksi Afiliasi Dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

Keputusan Menteri Keuangan nomor 859/KMK.01/1987, tentang Emisi Saham di Bursa.

Peraturan KPEI II-7 Nomor Kep-013/Dir/KPEI/07700 tentang Kegagalan pemenuhan Hak dan Kewajiban Anggota Kliring Secara Pemindahbukuan dan Penanganannya.

http://economy.okezone.com/read/2009/08/12/278/247492/draf-aman demen-uu-pasar-modal-masih-disempurnakan , diakses 21 Agustus 2010.

http://www.bapepam.go.id/old/old/publikasi/pidato/ silaturahmi_pemodal, hlm, 26 Februari 1999, diakses 21 Agustus 2010.

33