Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN
Oleh: Endang Switri, M.Pd.I
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Qur’an Al-Ittifaqiah Indralaya
Email; [email protected]
ABSTRAK
Sains adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari alam beserta dunia fisik. Metode
eksperimen diartikan sebagai cara penyajian materi belajar dengan siswa melakukan
percobaan melalui pengalaman dan pembuktian sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar
mengajarnya, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami
sendiri, mencari kebenaran, mencoba mencari hukum dalil. Tulisan ini membahas sains pada
anak usia dini kemudian untuk meningkatkan kemampuan sains anak usia dini dengan
menggunakan metode eksperimen.
Kata Kunci; sains dan metode eksperimen
45
ABSTRACT
Science is a science that learns nature and the physical world. The experimental method is
interpreted as a way of presenting learning materials with students experimenting through the
experience and proving of something learned. In his teaching and learning process, students
are given the opportunity to experience themselves, conduct themselves, follow a process,
observe an object, analyse, prove, and draw their own conclusions about an object. As such,
students are required to experience themselves, seek the truth, try to seek evidence of the law.
This paper discusses science in early childhood to improve early childhood science skills
using experimental methods.
Key words; Science and Experimental methods
46
A. Pendahuluan
Program pendidikan pada Kelompok Bermain (KB) merupakan wahana pendidikan
anak usia dini untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan anak dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya serta pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, sekaligus untuk
mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya. Anak usia 4-6 tahun perlu
dimasukkan dalam Kelompok Bermain (KB) atau Taman Penitipan Anak (TPA).51
Hakikat pendidikan berfokus bagaimana siswa belajar dan bukan berfokus pada
bagaimana guru mengajar. Jhon Dewey menekankan bahwa belajar adalah apa yang harus
dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri. oleh karena itu, inisiatif guru datang dari siswa.
Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga yang
harus menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dari siswa yang belajar.52
Guru adalah ujung tombak dan mata rantai keberhasilan pendidikan. Sebagai ujung
tombak dan mata rantai keberhasilan pendidikan, guru harus memiliki kualitas. Dan salah
satu kemampuan dasar seorang guru dijelaskan, guru harus kreatif melaksanakan proses
belajar mengajar. Baik pada proses pemilihan bahan ajar, metode maupun alat yang
digunakan sebagai bahan penunjang pembelajaran. Apalagi untuk guru yang mengajar di
jenjang pendidikan paling bawah (TK) dan sejenisnya.
Proses pembelajaran di TK memang sangat memerlukan kreativitas. Di dalam
menyampaikan pelajaran, kreativitas guru menjadi wajib hukumnya karena memang
kenyataan dalam proses penyampaian pelajaran di TK tidak semudah seperti yang dilihat:
bernyanyi, bersorak, atau melompat-lompat.53
Salah satu metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran agar tidak terkesan monoton yaitu metode eksperimen yang mengajak
anak untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Metode eksperimen sangat sesuai dengan karakteristik anak usia dini karena pada
masa ini rasa keingintahuan anak sangat tinggi terhadap fenomena alam sekitar dan
hubungan sebab akibat yang ditimbulkannya sehingga menjadikan metode ini sebagai
salah satu metode pembelajaran bagi anak usia dini yang tepat dan efektif untuk
51
Widarmi D Wijana, dkk, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), hlm. 8.1 dan 8.17
52D. Deni Koswara dan Halimah, Bagaimana Menjadi Guru Kreatif?, (Bandung: PT Pribumi Mekar, 2008), hlm.
5. 53
D. Koswara dan Halimah, Bagaimana Menjadi Guru Kreatif?, hlm. 44.
47
mengoptimalisasi potensi anak dalam pembentukan pengembangan perilaku. 54
Anak
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu difasilitasi oleh orang
dewasa, termasuk orang tua/ tutor/ guru yang berfungsi sebagai guru anak. Anak tidak
dipaksakan untuk belajar. Anak dapat belajar apa saja sejak dini, termasuk belajar sains.55
B. Pembahasan
1. Hakikat Anak Usia Dini
Ditinjau dari segi usia, anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia
0-8 tahun. Standar usia ini adalah acuan yang digunakan oleh NAEYC (National
Assosiation Education for Young Child. Menurut definisi ini anak usia dini merupakan
kelompok yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini
mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah individu unik yang memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional,
kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang
dilalui oleh anak tersebut.56
Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-8 tahun yang memiliki
karakteristik pola pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan tahapan usia. Anak
usia dini adalah individu unik yang unik yang memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio emosional, kreativitas, bahasa dan
komunikasi sesuai dengan tahap yang dilalui anak.
Ada beberapa karakteristik anak usia dini yang menonjol dalam kaitannya dengan
aktivitas belajar. Karakteristik anak yang dimaksud adalah unik, egosentris, aktif dan
energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang,
mengekspresikan perilaku relatif spontan, kaya dengan fantasi, mudah frustasi, kurang
mempertimbangkan dalam melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih
pendek, bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, serta semakin
menunjukkan minat terhadap teman. 57
Jadi berdasarkan uraian di atas karakteristik anak
usia dini adalah meliputi unik, egosentris, aktif dan energik, dan lain sebagainya akan
berkembang sesuai dengan tahapan usia dalam kaitannya dengan aktivitas belajar anak.
54
Winda Gunarti, dkk, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2010), hlm. 11.1. 55
Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2010), hlm. 46.
56Widarmi D Wijana, dkk, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 1.6.
57Mohammad Ali, dkk, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (bagian IV), hlm. 102-103.
48
Uraian di atas mendeskripsikan gambaran umum karakteristik anak usia dini yang
secara kronologis tentunya memiliki perbedaan-perbedaan yang lebih spesifik:58
a. Usia 0-2 tahun
Keterampilan dasar baik yang berupa keterampilan lokomotor (bergulir, duduk,
berlari, merangkak, dan berjalan), keterampilan memegang benda, pengindraan
(melihat, mencium, mendengar, dan merasakan sentuhan), maupun kemampuan
untuk mereaksi secara emosional dan sosial (berhubungan dengan orang tua,
pengasuh, dan orang-orang dekat lainnya).
b. Usia 2-3 tahun
Pada usia ini ia memiliki kekuatan observasi yang tajam, ia menyerap dan
membuat pembendaharaan bahasa baru, belajar tentang jumlah, membedakan antara
konsep satu dengan banyak, mulai senang mendengarkan cerita-cerita sederhana, dan
mulai gemar melihat buku-buku.
c. Usia 3-4 tahun
Anak masih mengalami perkembangan yang pesat baik secara fisik, perilaku
motorik, berpikir fantasi, maupun dalam kemampuan mengatasi frustasi. Dalam
aspek keterampilan motorik, lazimnya anak usia 4 tahun dapat menguasai semua
jenis gerakan-gerakan tangan kecil seperti memungut benda kecil, memagang pensil,
memasukkan kancing baju, dan sejenisnya. Dalam aspek perilaku sosial, meskipun
sifat ego sentriknya masih melekat, anak sudah dapat bekerja dalam suatu aktivitas
tertentu dengan cara-cara yang lebih kooperatif. Pada usia ini anak memiliki
kehidupan fantasi yang lebih kaya sehingga dapat memperlihatkan kesiapan untuk
mendengarkan cerita secara lebih lama.
d. Usia 4-5 tahun
Memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat. Ia banyak
memperlihatkan, membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat
dilihat dan didengarnya. Secara khusus, anak pada usia ini memiliki keinginan yang
kuat untuk lebih mengenal tubuhnya sendiri, ia senang dengan nyanyian, permainan,
dan/ atau rekaman yang membuatnya untuk lebih mengenal tubuhnya tersebut.
58
Mohammad Ali, dkk, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (bagian IV), hlm. 102-103.
49
e. Usia 5-6 tahun (Sering disebut sebagai usia berkelompok).
Perkembangan sosialnya ditandai dengan mulai tingginya minat anak terhadap
aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai
anggota suatu kelompok.
Jadi berdasarkan uraian mengenai gambaran umum karakteristik anak usia dini
di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
dengan tingkatan usia. Pada awalnya anak mengalami perubahan mulai dari
kemampuan dan keterampilan lokomotor (bergulir, duduk, merangkak, berjalan, dan
berlari), penginderaan (melihat, mencium, mendengar, dan merasakan sentuhan), dan
kemampuan mereaksi secara sosial emosional. Selanjutnya anak mulai memiliki
kesenangan untuk melakukan aktivitas ke sana kemari. Anak mulai menguasai
gerakan-gerakan tangan kecil seperti memungut benda kecil, memegang pensil.
Perkembangan sosialnya ditandai dengan minat terhadap aktivitas teman-teman.
f. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental
yang bertujuan untuk memisahkan kenyataan sebenarnya dengan fantasi,
menjelaskan kenyataan dan menentukan hukum-hukumnya, memilih kenyataan yang
berguna bagi kehidupan, dan menentukan kenyataan yang sesungguhnya di balik
sesuatu yang nampak.59
Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai
dengan perkembangan umurnya. Piaget mengemukakan proses anak mampu berpikir
seperti orang dewasa melalui empat tahap, yaitu tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap
praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11), tahap operasional formal
(11-15 tahun). Taman Kanak-kanak berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun). Pada
tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang dipergunakan
untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya. Kemampuan yang
diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan berdasarkan analisis rasional.60
Berdasarkan hakikat perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun di atas dapat
disimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak berlangsung secara berurutan sesuai
dengan perkembangan umurnya. Pada tahap ini anak berada pada tahap 59
Mohammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (bagian 1), (Bandung: PT IMPERIAL, 2012), hlm. 130. 60
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, Perkembangan Peserta Didik, hlm. 1.14-1.15.
50
praoperasional, yaitu perkembangan bahasa sangat pesat, kemampuan yang diambil
berdasarkan intuisi, bukan berdasarkan analisis rasional.
2. Definisi Sains
Menurut Munandar, bahwa kemampuan merupakan daya untuk melakukan
sesuatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Sesorang dapat melakukan
sesuatu karena adanya kemampuan yang dimiliknya. Dalam pandangan Munandar,
kemampuan ini ialah potensi seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir serta
dipermatan dengan adanya pembiasaan dan latihan, sehingga mampu melakukan
sesuatu. Senada dengan Munandar, Robin juga menyatakan bahwa kemampuan
merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. 61
Maka
berdasarkan pendapat di atas kemampuan adalah suatu potensi yang dimiliki seseorang
dipermatang melalui latihan sehingga mampu melakukan sesuatu.
Sedangkan sains adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari alam beserta
dunia fisik.62
Sains adalah pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu observasi,
penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu
yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya. 63
Ilmu pengetahuan tentang alam
semesta mencakup kegiatan penyelidikan atau penelitin yang diawali dengan kesadaran
adanya masalah. Pada dasarnya seorang ilmuan tentang alam adalah pengamat
(observer). Thomas Khun mengemukakan pandangannya tentang perkembangan sains.
Dengan menggunakan paradigm pengertian Khun menyatakan bahwa sains berkembang
dari satu paradigm ke paradigm lain melalui tahapan tertentu. Sains mencakup ranah
proses, produk, sikap, nilai dan moral. Komponen dalam proses mencakup identifikasi
masalah, observasi, menyusun hipotesis/ membuat prediksi, menganalisis,
mengekstrapolasi, dan mensintesis. Komponen produk meliputi fakta, konsep, dan
generalisasi. Sedangkan komponen sikap, nilai dan moral meliputi rasa ingin tahu yang
tinggi, kritis, kreatif, rendah hati, skeptis, berpandangan terbuka, mencintai linkungan,
mengakui keteraturan alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.64
Jadi sains suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari alam beserta dunia fisik yang
diperoleh melalui observasi, penelitian, dan uji coba. Kemampuan sains adalah sejauh 61
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Predana Media Group, 2012), hln. 97, dalam
Skripsi Yan Putri Nim 2014.02.016, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Bagi Anak Melalui Media Tiga Dimensi di Kelompok A TK Pertiwi Indralaya, hlm. 23
62Imam Taufik, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Ganeca Exact, 2010), hlm. 927.
63Putri Lestari, Kisah Dodo dan Lebah Madu yang Bijaksana, (Tangerang: PT ALBAMA, 2017), hlm. 60
64Mohammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu, (Bandung: PT. IMTIMA,
2009), hlm. 191-192.
51
mana anak sanggup atau mampu mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
alam beserta dunia fisik.
a) Perkembangan Sains Anak Usia
Tujuan program pengembangan pembelajaran sains yang dihubungkan dengan
dimensi sains proses diarahkan pada penguasaan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dalam menggali dan mengenali sains. 65
Ruang lingkup program
pengembangan pembelajaran sains apabila ditinjau dari bidang pengembangan atau
kemampuan yang harus dicapai, maka terdapat tiga dimensi yang seharusnya
dikembangkan bagi anak usia dini, yaitu penguasaan produk sains, penguasaan
proses sains, dan pengembangan sikap-sikap sains.66
Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat sains adalah produk, proses
dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat di dalamnya.
Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori dapat dicapai
melalui penggunaan proses sains. Belajar sains atau mempelajarkan sains kepada
siswa adalah memberikan kesempatan dan bekal untuk memproses sains dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui cara-cara yang benar dan
mengikuti etika keilmuan dan etika yang berlaku dalam masyarakat.67
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan pembelajaran sains
diarahkan pada penguasaan keterampilan dalam menggali dan mengenali sains.
Belajar sains memberikan kesempatan dan bekal untuk memproses sains dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Sains di Usia Dini yaitu anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat
tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu difasilitasi oleh orang dewasa, termasuk orang
tua/ tutor/ guru yang berfungsi sebagai guru anak. Anak Tidak dipaksakan untuk
belajar. Anak dapat belajar apa saja sejak dini, termasuk belajar sains. Belajar sains
sejak dini dimulai dengan memperkenalkan alam dan lingkungan. Hal tersebut akan
memperkaya pengalaman anak. Anak belajar bereksperimen, bereksplorasi, dan
menginvestigasi lingkungan sekitarnya. Hasilnya, anak mampu membangun suatu
pengetahuan yang nantinya dapat digunakan pada masa dewasanya.68
65
Usman Samatowa, Metodologi Pembelajaran Sains untuk Pendidikan Anak Usia Dini, (Tanggerang: Tira Smart, 2018), hlm. 68-69.
66
Usman Samatowa, Metodologi Pembelajaran Sains untuk Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 68-69. 67
Nuryani Rustaman, dkk, Metode dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm. 1.52. 68
Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta: CV Andi Offset), hlm. 49.
52
Teori konstruktivis percaya bahwa pengetahuan akan dibangun secara aktif oleh
anak melalui persepsi dan pengalaman langsung dengan lingkungannya. Anak banyak
bersentuhan dengan alam akan lebih baik dalam memaknai dunia mereka sehingga anak
perlu mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Sains untuk
anak usia dini didasarkan pada keingintahuan pada diri anak. Kegiatan sains sendiri
bukan sekadar mengajak anak untuk melakukan pengamatan, tetapi juga mengajak anak
untuk mempelajari keaksaraan, hitungan, seni, musik, dan gerakan. 69
Dari pandangan konstruktivis, sains untuk anak usia dini mengajak anak bermain
dan mengeksplorasi lingkungannya. Dalam bermain, ketika mengeksplorasi dan
bereksperimen anak akan mendapatkan pemahaman baik dari keterampilan proses dan
juga konsep sains, bukan sekedar berfokus pada hasil akhir dari suatu jawaban yang
benar. Kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan eksperimen berulang-ulang,
banyaknya bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan anak, dan tersedianya waktu untuk
bertanya dan melakukan refleksi sangat penting untuk mendukung kesuksesan dan
menciptakan kemampuan memecahkan masalah bagi anak.70
Sebagai ilmuwan cilik, anak usia dini akan melakukan pengamatan terhadap
segala hal di lingkungannya, menciptakan sesuatu, memiliki ide-ide baru, menyelidiki,
menganalisis, dan mengevaluasi objek yang ditelitinya. Sains sebagai sistem untuk
mengetahui tentang alam semesta perlu dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan
melalui pengumpulan data. Tutor/ guru perlu mengajak anak untuk melakukan proses
mengamati dan menduga. Mengamati merupakan penggunaan semua indra anak untuk
mengumpulkan data tentang suatu objek atau fenomena. Mengamati merupakan suatu
proses aktif bukan sekedar pasif melihat sesuatu yang sedang terjadi. Mengamati
merupakan keterampilan dasar yang di dalamnya mengandung unsur-unsur menduga,
mengukur, dan mengkomunikasikan.71
Sementara itu, menduga adalah mengumpulkan pendapat atau pikiran
berdasarkan bukti-bukti. Dugaan akan mengembangkan hipotesis,
menginterpretasikan data, dan mengidentifikasi pola-pola hal umum yang mungkin
terjadi, dan kecenderungan tertentu. Anan usia dini akan memaknai dunia dari pola
generalisasi, dan kecenderungan tersebut.72
69
Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta: CV Andi Offset), hlm 50. 70
Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta: CV Andi Offset), hlm 51. 71
Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, hlm. 51 72
Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, hlm. 52
53
Dalam melakukan proses ilmiah, anak perlu belajar memahami fenomena,
menjawab pertanyaan, mengembangkan teori, menemukan informasi yang lebih
banyak tentang sesuatu, dan mempertanyakan kesimpulan yang diperoleh anak lain.
Ketika anak-anak sedang bermain dengan bahan-bahan yang ada di lingkungannya
dia mendapatkan fakta-fakta dan informasi tentang dunianya. Anak perlu
menggabungkan fakta-fakta dan mengetahui jawaban yang bersifat sebab akibat.
Mengajarkan fakta yang berbeda kepada anak dapat dilakukan menggunakan fakta-
fakta yang ada untuk berpikir, beralasan, dan memecahkan masalah.73
Mengenalkan sains sejak dini untuk menumbuhkan kesadaran terhadap
lingkungan sangat penting. Anak akan terus memiliki rasa ingin tahu dan
mengeksplorasi lingkungannya. Sifat ingin tahu merupakan dasar bagi anak untuk
berpikir ilmiah. Guru sebagai fasilitator dan stimulator dapat memberikan
pendampingan bagi anak sehingga pembelajaran sains yang optimal terjadi.74
Pengenalan sains untuk anak TK lebih ditekankan pada proses daripada
produk. Proses sains dikenal dengan ilmiah, yang secara garis besar meliputi: 1)
observasi, 2) menemukan masalah, 3) melakukan percobaan, 4) menganalisis data,
dan 5) mengambil kesimpulan. Untuk anak TK keterampilan proses sains hendaknya
dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak
melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak
hidup yang ada di sekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda gejala peristiwa
dari benda-benda tersebut. 75
Sains juga melatih anak menggunakan lima indranya untuk mengenal berbagai
gejala dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan,
dan mendengar. Semakin banyak melibatkan indra dalam belajar, anak semakin
memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil
pengindraannya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang
diperoleh akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat
melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan
sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.76
73
Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, hlm. 52 74
Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, hlm. 52. 75 Slamet Suyanto, Pembelajaran untuk Anak TK, (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Jakarta 2005), hlm. 83.
76Slamet Suyanto, Pembelajaran untuk Anak TK, hlm. 83.
54
Jadi berdasarkan uraian mengenai sains di usia dini di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar sains sejak sejak dini dimulai dengan memperkenalkan alam dan
lingkungan untuk memperkaya pengalaman anak. Guru memberikan pendampingan
pada anak untuk mempelajari sains. Kegiatan sains melakukan pengamatan terhadap
segala hal di lingkungannya. Melakukan proses ilmiah, anak perlu memahami
fenomena, menjawab pertanyaan, mengembangkan teori, menemukan informasi
tentang sesuatu, dan mempertanyakan kesimpulan yang diperoleh anak lain.
Adapun Kegiatan pengenalan sains untuk anak TK antara
lain:77
a) Observasi
Observasi adalah berlatih menggunakan semua indranya untuk melakukan
observasi atau pengindraan terhadap berbagai benda. Anak juga berlatih mengenal
nama benda, mengamati bagian-bagian, memberi nama bagian, serta fungsinya.
b) Klasifikasi
Klasifikasi adalah mengelompokkan benda-benda berdasarkan ciri tertentu.
Gunakan satu jenis ciri terlebih dahulu dan jangan menggunakan dua atau tiga ciri
sekaligus. Ciri tersebut bisa berupa warna, ukuran (besar-kecil, tinggi-rendah, dan
ssebagainya), bentuk, dan fungsi.
c) Melakukan Pengukuran
Melakukan pengukuran adalah menggunakan alat ukur untuk mengukur jarak,
berat, dan volume dimulai dengan alat ukur nonstandar menuju ke alat ukur standar.
d) Menggunakan Bilangan
Menggunakan bilangan adalah menggunakan untuk menyatakan sesuatu
secara kuantitatif. Anak juga dapat menghitung banyak benda, membaca angka
seperti pada alat ukur, dan menuliskan angka.
e) Mengenal Produk Teknologi
Mengenal produk teknologi adalah mengenal berbagai produk teknologi,
cara menggunakannya, dan algoritme/ sistem kerja di dalamnya.
f) Mengenal berbagai benda tak hidup dan gejalanya
Yaitu berinteraksi, melakukan eksplorasi/ penyelidikan, dan percobaan
sederhana dengan berbagai benda seperti air, angin, api, dan magnet.
77
Slamet Suyanto, Pembelajaran untuk Anak TK, hlm. 85-86.
55
g) Mengenal berbagai benda hidup dan gejalanya
Yaitu berinteraksi dan melakukan melakukan eksplorasi terhadap makhluk
hidup dan gejalanya.
Jadi kegiatan dapat mengenalkan sains untuk anak TK melalui anak mengamati
benda di sekitarnya, mengelompokkan benda-benda berdasarkan ciri tertentu, anak
melakukan pengukuran jarak, berat, dan lain sebagainya, menghitung banyak benda,
mengenal benda hidup dan benda tak hidup.
Sedangkan Rambu-rambu Kegiatan Sains untuk Anak TK; Kegiatan
pengenalan sains untuk anak usia 5-6 tahun sebaiknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak. Guru TK hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada
anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak
menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental
Learning dari Carl Roger mengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan
kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi guru ialah memfasilitasi dan membantu
agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972), anak usia TK berada
pada fase perkembangan Pra operasional dan menuju Konkret operasional. Untuk itu
kegiatan sains sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak tersebut.78
Jadi dalam mengenalkan sains untuk anak TK guru harus menyesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak karena guru ialah memfasilitasi dan membantu
akan anak belajar optimal. Guru memberikan kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan anak menemukan sendiri fakta tersebut.
Kemudian kriteria pembelajaran sains untuk anak
TK:79
a) Bersifat Konkret
Kegiatan pembelajaran dilakukan sambil bermain dengan benda-benda
konkret (nyata). Guru tidak dianjurkan menjejali anak dengan konsep-konsep
abstrak, tetapi menyediakan berbagai benda-benda dan fasilitas lainnya yang
diperlukan agar anak dapat menemukan sendiri konsep tersebut.
b) Hubungan Sebab-Akibat Terlihat Secara Langsung
Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara
langsung. Sebaliknya, hubungan sebab-akibat yang terlihat secara langsung akan
78
Slamet Suyanto, Pembelajaran untuk Anak TK, hlm. 86-92 79
Slamet Suyanto, Pembelajaran untuk Anak TK, hlm. 86-92
56
memudahkan anak mengetahui adanya hubungan sebab-akibat. Sains kaya akan
kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab-akibat. Sebagai contoh, anak
bermain dengan neraca kayu. Guru dapat bertanya, “Jika beban pada satu lengan
ditambah, ia akan naik atau akan turun?” “Jika beban tersebut digeser ke arah
sumbu, beban akan naik atau turun?”
(1) Memungkinkan anak melakukan eksplorasi
(2) Memungkinkan anak mengkonstruksi pengetahuan sendiri
(3) Memungkinkan anak menjawab persoalan “Apa” daripada “Mengapa”
(4) Lebih menekankan pada proses daripada produk
(5) Memungkinkan anak menggunakan bahasa dan matematika
(6) Menyajikan kegiatan yang menarik
Jadi kriteria pembelajaran sains untuk anak itu harus kegiatan pembelajaran
dilakukan sambil bermain dengan benda-benda yang nyata, guru menyediakan
berbagai benda-benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan anak. Kegiatan sains
melatih anak dalam menghubungkan sebab-akibat.
b) Kriteria Tingkat Keberhasilan
Untuk mencapai pengembangan sains anak harus menguasai kemampuan
berpikir yang termasuk ranah kognisi dengan tingkat pencapaian minimal baik
penguasaan kemampuan berpikir yang termasuk ranah kognisi memiliki beberapa
tingkatan. Tingkatan penguasaan tersebut bisa kita lihat pada table sebagai berikut80
:
No. Interval Kriteria Nilai Anak
1 81-100% Sangat Baik
2 61-80% Baik
3 41-60% Cukup
4 21-40% Kurang
5 0-20% Kurang Sekali
c) Prosedur dan Teknik dalam Mengenal Alam dan Fenomenanya yang Harus
Dikuasai Anak
Secara bertahap dan sederhana diperkenalkan dengan proses mengungkapkan
sains yang benar, yaitu mengamati, menggolongkan, mengukur, menguraikan,
80Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm.44
57
menjelaskan, mengajukan pertanyaan, merumuskan problem, merumuskan hipotesis,
eksperimen, dan menarik kesimpulan.81
Jenis-jenis keterampilan proses IPA adalah:82
a. Mengamati
Mengamati adalah kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indra. pada
tahap pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar,
rab, rasa, dan cium. Pada tahap ini seseorang mengumpulkan petunjuk.
b. Menggolongkan/ Mengklasifikasi
Menggolongkan adalah memilah objek dan/ peristiwa berdasarkan
persamaan sifat khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari objek atau
peristiwa yang dimaksud.
c. Mengukur
Mengukur adalah kegiatan membandingkan benda yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah kegiatan menyampaikan perolehan fakta,
konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk audio, visual, dan audio
visual. Cara-cara komunikasi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan
selain dengan bahasa tulis maupun lisan adalah melalui sajian bentuk grafik, tabel,
gambar, bagan, simbol/ lambang, persamaan matematika.
e. Menginterpretasi Data
Menginterpretasi data adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari
pengamatan karena data tidak berarti apa-apa sebelum diartikan
f. Memprediksi
Memprediksi adalah menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan
berdasarkan pola-pola peristiwa atau fakta-fakta yang sudah terjadi. Prediksi
biasanya dibuat dengan cara mengenal persamaan dan hasil berdasarkan pada
pengetahuan yang sudah ada.
g. Menggunakan Alat
Menggunakan alat adalah kegiatan merangkai dan menggunakan alat-alat
untuk kegiatan pengujian atau kegiatan percobaan/ eksperimen. 81
Usman Samatowa, Metodologi Pembelajaran Sains untuk Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 8. 82
Haryono, dkk, Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikan: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Kepel Press, 2013), hlm 45-49
58
h. Melakukan percobaan
Melakukan percobaan adalah keterampilan untuk mengadakan pengujian
terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan
sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu.
i. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah keterampilan memutuskan keadaan suatu objek
berdasarkan fakta, konsep, prinsip yang diketahui.
Jadi prosedur dalam mengenalkan alam pada anak yang pertama mempunyai
tahapan, yaitu anak di ajak mengamati proses pembelajaran, menggolongkan objek
berdasarkan sifat, membandingkan, menyampaikan fakta yang di dapat dari hasil
belajar, menggunakan alat untuk kegiatan percobaan, melakukan percobaan untuk
menguji ide-ide yang bersumber dari fakta, dan menyimpulkan suatu objek
berdasarkan fakta yang diketahui.
3. Metode Eksperimen
Menurut Sagala (2006), Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa
eksperimen adalah pecobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis
tertentu. Metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran
yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu
pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran dengan metode
eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses,
mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode
eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti
sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.83
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian materi belajar dengan
siswa melakukan percobaan melalui pengalaman dan pembuktian sesuatu yang
dipelajari. 84
Jadi metode eksperimen adalah penyajian materi belajar dengan siswa
melakukan percobaan terhadap pembelajaran. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri,
mencari kebenaran, mencoba, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya
melalui kegiatan eksperimen.
83
Sungkowo Soetopo, Beberapa Strategi Pembelajaran, (Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya, 2015),hlm. 125-126.
84Tiana Juliansyah, Mengajar Tanpa Bosan: Kiat-kiat Terbaik untuk Guru, (Bandung: PT Setia Purna Inves,
2008), hlm. 55.
59
Siswa mampu menyimpulkan Adapun Tujuan Metode Eksperimen agar: fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh
Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan.
Siswa mampu merancang, mempersiapkan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan
Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi85
Sedangkan Alasan Penggunaan Metode Eksperimen Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah
Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri
Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya sebelum ada
bukti-bukti nyata86
Selanjutnya Kelebihan Metode Eksperimen sebagai berikut;
Membuat siswa menjadi lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.
Membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Hasil hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran
manusia. 87
Jadi metode eksperimen bisa membuat siswa mengetahui kebenaran suatu
pembelajaran karena siswa terlibat langsung dalam melakukan percobaan. Kekurangan
Metode Eksprimen sebagai berikut;
Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan ahan yang tidak diperoleh dan mahal.
Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.
Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin
ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan. 88
Jadi selain mempunyai kelebihan metode eksperimen juga mempunyai
kekurangan karena dalam melakukan percobaan membutuhkan alat dan bahan,
85
Sungkowo Soetopo, Beberapa Strategi Pembelajaran, hlm. 25-34. 86
Sungkowo Soetopo, Beberapa Strategi Pembelajaran, hlm. 125-126. 87
Tiana Juliansyah, Mengajar Tanpa Bosan: Kiat-kiat Terbaik untuk Guru, hlm. 55. 88
Tiana Juliansyah, Mengajar Tanpa Bosan: Kiat-kiat Terbaik untuk Guru, hlm. 55-56.
60
memerlukan ketelitian dan keuletan, dan setiqp percobaan tidak selalu memberikan
hasil yang diharapkan.
Kemudian ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode eksperimen
adalah sebagai berikut:89
Guru harus menjelaskan secara gambling hasil yang ingin dicapai dengan
eksperimen
Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen yang
diperlukan, peralatan yang diperlukan, dan cara penggunaannya, variabel yang perlu
di control, dan hal yang perlu dicaatat selama eksperimen
Mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Meminta setiap siwa melaporkan proses dan hasil eksperimennya, membanding-
bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui kekurangan dan kekeliruan
yang mungkin terjadi
Teknik eksperimen kerap kali digunakan karena memiliki keunggulan ialah:90
Dengan eksperimen siswa terlatih untuk menggunakan metode ilmiah dalam
menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya dengan sesuatu yang
belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya kata orang, sebelum ia
membuktikan kebenarannya.
Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal itu sangat dikehendaki oleh kegiatan
mengajar belajar yang modern, di mana siswa lebih aktif belajar sendiri dengan
bimbingan guru.
Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen di samping memperoleh ilmu
pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam
menggunakan alat-alat percobaan.
Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga
akan mengubah sikap mereka yang tahayyul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak
masuk akal.
Jadi keunggulan dari metode eksperimen di atas dapat disimpulkan bahwa melalui
metode eksperimen anak terlatih untuk menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi
89
Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar, Roestiyah N.K,. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 82.
90
Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 82.
61
masalah sehingga tidak mudah percaya terhadap sesuatu yang belum pasti, anak lebih
aktif berpikir, anak menemukan pengalaman baru, dengan menggunakan metode
eksperimen anak dapat membuktikan sendiri kebenaran suatu teori.
Agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif, perlu pelaksana
memperhatikan hal-hal berikut:91
Eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan
atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau
mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan
percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses
percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama; sehingga mereka
menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih; maka perlu diberi
petunjuk yang jelas, sebab mereka di samping memperoleh pengetahuan,
pengalaman serta keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu
diperhitungkan oleh guru dalam memilih objek eksperimen itu.
Perlu dimengerti bahwa tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah
yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia.
Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak
bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Jadi dalam melakukan eksperimen ada hal-hal yang harus diperhatikan, seperti
menyiapkan alat dan bahan, alat dan bahan yang digunakan tidak membahayakan dan
dalam keadaan baik dan bersih, dan tidak semua masalah bisa di eksperimenkan.
Adapun langkah-langkah pemakaian metode eksperimen Terhadap Sains Anak
Usia Dini adalah sebagai berikut:92
a. Tahap I: mempersiapkan eksperimen
1) Menentukan tujuan eksperimen yang berkaitan dengan konsep/ konten materi yang
akan disampaikan. Tujuan ini mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
91
Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 81. 92
Winda Gunarti, dkk, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, hlm. 11.21.
62
2) Diskusikan dengan anak kegiatan yang akan dieksperimen dengan sejumlah
pertanyaan yang akan dibuktikan jawabannya memerlukan pembuktian dari
sebuah eksperimen.
3) Kemukakan prosedur eksperimen yang akan dilakukan secara bertahap dari awal
sampai akhir.
4) Cantumkan segala alat dan fasilitas untuk keperluan eksperimen.
5) Tentukan peran-peran anak didik dalam eksperimen, terutama proses perekaman
data/ fakta (secara tidak tertulis) melalui pengamatan.
6) Buatlah kesepakatan/ tata tertib eksperimen agar eksperimen berhasil dengan baik,
termasuk di dalamnya terkait dengan keselamatan.
7) Tetapkan prosedur dan alat evaluasi yang akan dipakai selama dan sesudah
eksperimen, termasuk sasaran penilaiannya.
Jadi berdasarkan langkah-langkah melakukan eksperimen berdasarkan tahap 1
(satu) di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan eksperimen harus
mempunyai tujuan dalam melakukannya, kemukakan prosedur dalam melakukan
eksperimen, cantumkan segala alat bahan yang akan digunakan, buat tata tertib
sebelum melakukan eksperimen, dan siapkan alat evaluasi selama melakukan
eksperimen.
b. Tahap II: pelaksanaan eksperimen
1) Anak didik mulai melakukan eksperimen di bawah lindungan pendidik .
2) Pendidik membimbing anak yang sedang melakukan eksperimen dengan penuh
kesungguhan dengan memberi petunjuk tentang proses yang perlu diperbuat,
mendiskusikan pertanyaan yang akan diajukannya.
3) Pendidik mendorong anak didik berbuat aktif melakukan eksperimen dengan cermat.
4) Evaluasi berlangsung selama eksperimen dilakukan oleh pendidik.
Jadi berdasarkan langkah-langkah melakukan eksperimen berdasarkan tahap 2
(dua) di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan eksperimen anak di bawah
lindungan pendidik, pendidik membimbing anak dalam melakukan eksperimen,
pendidik memberikan dorongan supaya anak lebih aktif dalam bereksperimen,
pendidik mengevaluasi selama eksperimen berlangsung.
c. Tahap III: mengambil kesimpulan dari hasil eksperimen
1) Anak memberi laporan hasil eksperimen yang telah dilakukannya di depan kelas.
2) Laporan didiskusikan bersama di bawah bimbingan pendidik.
63
3) Kesimpulan-kesimpulan hasil eksperimen harus sederhana dan terarah.
Jadi berdasarkan langkah-langkah melakukan eksperimen berdasarkan tahap 3
(tiga) di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan eksperimen anak
memberikan laporan hasil eksperimen yang dilakukannya, laporan didiskusikan
bersama di bawah bimbingan pendidik, dan kesimpulan-kesimpulan hasil eksperimen
harus sederhana dan terarah.
Bila siswa akan melakukan suatu eksperimen perlu memperhatikan prosedur
sebagai berikut:93
a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus
memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.
b) Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang:
(1) Alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
(2) Agar tidak mengalami kegagalan siswa perlu mengetahui variabel-variabel
yang harus dikontrol dengan ketat.
(3) Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung.
(4) Seluruh proses dan hal-hal penting saja yang akan di catat.
(5) Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian, perhitungan,
grafik dan sebagainya.
c) Selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila
perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalanya
eksperimen.
d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil eksperimen siswa,
mendiskusikan ke kelas; dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab.
Jadi dalam melakukan eksperimen terhadap sains harus mempunyai
perencanaan yang matang, agar eksperimen itu berhasil. Pendidik harus
mempersiapkan eksperimen dengan perencanaan.
C. Penutup
Kemampuan adalah suatu potensi yang dimiliki seseorang dipermatang melalui
latihan sehingga mampu melakukan sesuatu. Sains adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari alam beserta dunia fisik. Sedangkan tujuan pembelajaran sains untuk anak
usia dini adalah untuk mengembangkan pikiran, jasmani, dan lain sebagainya dalam 93
Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar, hal. 81-82.
64
memahami lingkungan sekitar. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan; maka segala
sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas
digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara guru mengajar, di
mana siswa melakukan sebuah percobaan tentang sesuatu hal; mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian mengamatinya itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru.
Metode eksperimen diartikan sebagai cara penyajian materi belajar dengan siswa
melakukan percobaan melalui pengalaman dan pembuktian sesuatu yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajarnya, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, melakukan
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan
menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek. Dengan demikian, siswa dituntut untuk
mengalami sendiri, mencari kebenaran, mencoba mencari hukum dalil.
Dengan menggunakan metode eskperimen ini mudah-mudahan bisa membantu anak
usia dini dalam meningkatkan kemampuan sainnya, karena sebagai tenaga pendidik tentu
berusaha bagaimana cara mengembangkan dan meningkatkan kemampuan anak-anaknya
dalam mengikuti pembelajarannya dan tidak menjadikan beban bagi anak dalam
belajarnya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, dkk. 2012. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (bagian IV). Bandung: PT.
IMTIMA.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Gunarti, Winda. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia
Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Haryono, dkk. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikan: Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta: Kepel Press
Juliansyah, Tiana. 2008. Mengajar Tanpa Bosan: Kiat-kiat Terbaik untuk Guru. Bandung: PT
Setia Purna Inves
Koswara, Deni D dan Halimah. 2008. Bagaimana Menjadi Guru Kreatif? Bandung: PT
Pribumi Mekar
Lestari, Putri. 2017. Kisah Dodo dan Lebah Madu yang Bijaksana. Tangerang: PTLBAMA.
Roestiyah N.K, 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rustaman, Nuryani, dkk. 2011. Metode dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Samatowa, Usman. 2018. Metodologi Pembelajaran Sains untuk Pendidikan Anak Usia Dini.
Tanggerang: Tira Smart.
Soetopo, Sungkowo. 2015. Beberapa Strategi Pembelajaran. Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Sumantri, Mulyani dan Nana Syaodih. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Predana Media Group.
(dalam Skripsi Yan Putri. 2018. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak
melalui Media Tiga Dimensi di Kelompok A TK Pertiwi Indralaya).
Suyanto, Slamet. 2005. Pembelajaran untuk Anak TK. Departemen Pendidikan Nasional
Dierktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Jakarta.
66
Taufik, Imam. 2010. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Ganeca Exact.
Triharso, Agung. 2010. Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta:
CV ANDI OFFSET.
Wijana D, Widarmi, dkk. 2014. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.