96
MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG MELUPAKAN HAFALAN AL-QUR’ÂN (KAJIAN IKHTILÂF AL-HADȊTS) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Mohamad Fauzan 1113034000064 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG

YANG MELUPAKAN HAFALAN AL-QUR’ÂN

(KAJIAN IKHTILÂF AL-HADȊTS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Mohamad Fauzan

1113034000064

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

MEMAHAMIULANG HADITS TENTANG ORANG

YANG MELUPAKAN HAFALAN AL… QUR'AN

Иπ 4ⅣJ⊆r7互ИFИニモノDIη

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas UshuluddinUntuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ahli Agama (S.Ag)

Oleh:

Mohamad Fauzan1113034000064

Di bawah Birnbingan:

Dro Ativatul Ulva ⅣI.Ag

NIP.197001121996032001

PROGRAM STUDIILMU AL― QUR'AN DAN TAFSIRFAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITASISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1438H/2017M

Page 3: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

PERSETUJUAN PARA PENGUJI

Skripsi bettudul“PIEDIIAHAⅣⅡ ULANG HADITS TENTANG ORANG

YANG IⅦELUPAKAN HAFALAN AL‐ QUR'AN ttJf/Ⅳ 【 [■圧ノF ИZ―

二ADIT勁"telah dittikan dalanl sidallg munaqasy〔 澁 Fttmltas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatl11lall Jalctta,pada 29 November 2017.Skripsi ini tclah ditc五 ma

scbagai salah sattl syartt mclnpcrolch gelar Sttana Agama(S.Ag)pada PrOgram

Sttldi 1lmu al― Qur'all dan Tafsir.

Jakarta,29 Novcmbcr 2017

Sidang Munaqasyah,

Ketua Merangkap Anggota, S ekretaris Merangkap Anggota,

1003⊇ra.BanlmiBinaninglll■ i,M PdNIP 19680618 199903 2 001

Anggota,

Penguji I

Pembimbing,

―lhr

りし物Dr.Ativatlll Ulva、 M.Ag

NIP:197001121996032001

Penguji II

Hasanuddin Sinaga,MANIP.1971021719980311202003121003

Page 4: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

LEⅣIBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini rneruprkan hasil karya asli saya yang diajuk;n untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN

Syar if Hidayatullah .lakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah .Takafia.

3. Jika kernudian hari tcrbukti bahr.,a karya ini bukan hasil karya asli saya

atarr lnerupakan hasil jiplakan clari l<arya orang lain, rnaka sa-va berscclia

menerima sanksi yan_u berlakr-r di UIN Syarif Hidayanillah.Iakarta.

Jakarta, Novcmbcr 2017

Mohamad Fauzan

Page 5: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

iii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini

berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2015.

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ث

Ts te dan es د

J Je ج

H h dengan garis di bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ر

R Er س

Z Zet ص

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan „ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ى

W We

H Ha

Apostrof ` ء

Y ye

Page 6: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

iv

2. Vokal Tunggal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri

dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk

vokal tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U ḏammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i

Au a dan u

3. Vokal panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan garis di atas ا

Ī i dengan daris di atas

Ū u dengan garis di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti

huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan

asy-syamsiyyah, al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Tasydīd

Huruf yang ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara

berturut-turut, seperti ت .al-sunnah = الس

6. Ta marbūṯah

Page 7: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

v

Jika ta marbūṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka

huruf tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti شة Abū = أب ش

Hurairah.

7. Huruf Kapital

Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh

kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya, seperti البخاس

= al-Bukhāri.

Page 8: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

vi

ABSTRAK

Mohamad Fauzan

Memahami Ulang Hadîts Tentang Orang Yang Melupakan Hafalan al-

Qur’ân (Kajian Mukhtalif al-Hadîts)

Problematika utama yang di diteliti dalam tulisan ini adalah apakah

orang yang menghfalkan al-Qur‟an boleh melupakan hafalan al-Qur‟ân?,

Tulisan ini mendiskusikan pemahaman hadîts yang terkait dengan

permasalahan tersebut. Di sini penulis menemukan hadîts yang mengatakan

bahwa dosa yang paling terbesar adalah orang yang melupakan hafalan al-

Qur‟ân, dan orang yang melupakan hafalan al-Qur‟ân pada hari kiamat nanti

akan di potong tangannya. Tapi di satu sisi penulis menemukan hadîts

dimana Rasȗlullah lupa akan ayat al-Qur‟ân. Sehingga dari penjelasan

tersebut secara tekstualis hadîts tentang orang yang melupakan hafalan al-

Qur‟ân berlawanan.

Penelitian skripsi ini merupakan jenis penelitian kepustakaan

(library research). Untuk itu, digunakan bahan-bahan kepustakaan dengan

sumber primer dari Sunan at-Tirmidzî, sunan Dawȗd, Sahîh Bukhârî, serta

kitab Ikhtilaf al-Hadîts. Dalam mengolah data, langkah yang pertama

dilakukan adalah mentakhrij untuk mengetahui kualitas dari hadîts tersebut.

Kemudian langkah kedua menggunakan teori ikhtilâf al-Hadîts, langkah

yang digunakan sebagai metode penyelesaian hadîts-hadîts yang

bertentangan: al-Jam‟u wa at-Taufiq(kompromi), jika jalan kompromi tidak

bisa dilakukan maka Nasikh wa al-Mansukh (membatalkan salah satu dan

mengamalkan yang lain), dan jika jalan Nasikh wa al-Mansukh tidak bisa

dilakukan maka Tarjih (memilih yang terkuat).

Dengan demikian, jalan yang ditempuh penulis dalam

menyelesaikan hadîts mukhtalif menggunakan metode Tarjih, dengan

mengunggulkan salah satu hadîts dilihat dari kualitas hadîts tersebut.

Berpijak kepada pembahasan disini penulis menyimpulkan, bahwa orang

yang melupakan hafalan al-Qur‟ân tidak mendapatkan dosa karna hadîts

yang mengatakan itu kualitasnya dha‟if, akan tetapi yang mendapatkan dosa

adalah orang yang melalaikan al-Qur‟ân. Dan hadîts yang mengatakan

Rasȗlullah lupa akan ayat al-Qur‟ân, Rasȗlullah Saw bukan lupa secara

sengaja melainkan lupa sesaat dimana itu adalah sifat manusiawi. Tapi di

satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari segi makna

dari matan hadits tersebut.

Kata kunci : Penghafal al-Qur‟ân, Ikhtilaf al-Hadîts, Lupa

Page 9: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

vii

KATA PENGANTAR

بسن هللا الش حوي الشحن

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah

mencurahkan kasih sayang, kesehatan dan ridho-Nya serta memberikan

istiqomah, keikhlasan dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul: Memahami Ulang Hadîts Tentang Orang Yang

Melupakan Hafalan al-Qur’ân (Kajian Mukhtalif al-Hadîts) Shalawat

dan salam kepada nabi Muhammad Saw junjungan para umat yang berpikir,

dimana mencari sebuah kebenaran dalam sebuah konsep ketuhanan yang

telah dikonsep secara rapi dan sistematis untuk umatnya hingga akhir

zaman.

Penulis sangat bersyukur atas selesainya tugas akhir untuk jenjang

pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh. Penulis yakin di dalam

penulisan skripsi ini pasti banyak kekurangan di dalam menyelesaikannya.

Maka dari itu penulis menyadari dan mempunyai kewajiban untuk

menghaturkan permintaan maaf kepada pembaca atas ketidaksempurnaan

yang memang itu telah kodrat bagi manusia itu sendiri.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin

dapat tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari

itu sebagai ungkapan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta: Bapak Prof. Dede Rosyada, MA. Selaku

Page 10: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

viii

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya dan

Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin, Ibu Dr. Lilik Ummi Kultsum, MA. Selaku Ketua

Jurusan Ilmu al-Qur`an dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun

Binaningrum, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur`an

dan Tafsir.

2. Ibu Dr. Atiyatul Ulya M.Ag, selaku dosen pembimbing penulis

yang telah memberikan arahan, saran dan dukungan kepada

penulis, sehingga skripsi dapat terselesaikan. Mohon maaf

yang sebesar-besarnya jika selama proses bimbingan penulis

banyak merepotkan. Semoga ibu selalu sehat dan diberikan

kelancaran dalam segala urusannya. Amin.

3. Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi MA, selaku dosen

pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dari

semester satu hingga selesai.

4. Seluruh dosen pada Fakultas Ushuluddin khususnya di

Program Studi Ilmu al-Qur`an dan Tafsir atas segala motivasi,

ilmu pengetahuan, bimbingan wawasan dan pengalaman yang

telah diberikan. Kepada seluruh staf dan karyawan Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Umum,

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 11: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

ix

6. Terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai dan

sayangi ayahanda H. Hamzah dan ibunda tercinta Hj. Romlah

yang selalu memberikan masukan kepada saya untuk selalu

semangat dan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak

lupa mereka selalu mendoakan saya agar selalu diberikan

kesehatan dan waktu luang agar dapat mengerjakan skripsi ini

dengan baik dan benar. Kedua orang tua adalah sumber

inspirasi bagi penulis dalam menjalankan hidup dan

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada saudara-saudara penulis yang tersayang Hawilah,

Abdul Aziz, Ari Syahrial, Nurul Fachri serta keluarga besar

penulis yang selalu memberikan semangat dan mendoakan

penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Kepada Kiayi Pondok Pesantren al-Qur‟an al-Falah Bandung

(Alm) K.H.Q Ahmad Syahid Ph.D yang telah menjadi inspirasi

saya serta guru yang selalu mengingatkan santrinya dalam hal

apa pun, semoga amal dan ibadahnya di terima disisi Allah.

Amiin.

9. Teman-teman seperjuangan. Kepada seluruh teman-teman

Jurusan Tafsir Hadis angkatan 2013, Salman, Faris Maulana

Akbar, Nur Izzah, Uswah, Muslih, alm. Afif Hasan Naufal,

Fijay dan lainnya. Maafkan penulis tidak dapat menuliskan

seluruh nama-nama kalian seangkatan, tapi percayalah

pertemanan kita akan selalu dikenang.

Page 12: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

x

10. Kepada Kaum Jenggot (Haikal, Aristo, Feby, Fauzi, dan

As‟ad) yang telah membantu serta menjadi penghibur disaat

penulis sedang pusing dalam penelitian ini semoga kalian

selalu dirahmati Allah. Amiin.

11. Kepada sahabat Hilma Fauzia Ulfa dan Yuliana Humaeroh,

yang telah menyemangati penulis, mendegarkan keluh kesah

penulis selama penelitian ini berlangsung dan memberikan

semangat serta masukan-masukan, semoga kita menjadi

sahabat selamanya dan juga semoga Allah memeberikan

kesehatan kepada kita semua.

12. Kepada teman-teman el-Haqq Risa, Taufiqurrahman, Wildan

Alwi, Elis, Badrusaalam, Ary Mutawally, yang telah

memberikan waktu luangnya untuk menyemangati penulis dan

selalu menanyakan kapan wisuda?, sehingga penulisan skripsi

ini bisa penulis selesaikan.

13. Teman-Teman KKN Renaissancce: Fajar dan Sandra,

kebersamaan dengan kalian selama kurang lebih sebulan

banyak memberi saya pelajaran yang sangat berharga, serta

memberi banyak masukan kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

14. Dan kepada teman-teman yang penulis tidak dapat sebutkan

namanya satu persatu yang mana selalu memberikan semangat

dan motivasi penulis dalam menyelasaikan karya ilmiah ini.

Page 13: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

xi

Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah

SWT. Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka

dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Jakarta, Oktober 2017

Mohamad Fauzan

Page 14: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ iii

ABSTRAK ................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

BAB 1PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................ 10

C. Tujuan Masalah ................................................................................. 11

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 11

E. Metodologi Penelitian ....................................................................... 13

F. Sistematika Penelitian ....................................................................... 15

BAB II DESKRIPSI TENTANG MENGHAFAL AL-QUR’AN ........... 17

A. Sejarah Menghafal al-Qur‟ân ............................................................ 17

B. Metode Menghafal al-Qur‟ân ............................................................ 25

C. Menjaga Hafalan al-Qur‟ân............................................................... 28

D. Keutamaan Menghafal al-Qur‟ân ...................................................... 31

BAB III ILMU MUKHTALIF AL-HADÎTS ........................................... 36

A. Pengertian Ilmu Mukhtalif al-Hadîts ................................................ 36

Page 15: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

xiii

B. Metode Penyelesaian Ikhtilaf al-Hadîts Menurut Para Ulama .......... 39

1. al-Jam‟u wa at-Taufiq (Kompromi) .............................................. 41

2. Tarjih (Memilih yang terkuat) ....................................................... 45

3. Nasikh wa al-Mansukh (membatalkan salah satu dan mengamalkan

yang lainnya)......................................................................................... 48

C. Urgensi Ilmu Mukhtalif al-Hadîts wa Musykiluh ............................. 50

BAB IV PENYELESAIAN HADÎTS SANKSI BAGI ORANG YANG

MELUPAKAN HAFALAN AL-QUR’AN ............................................... 55

A. Teks Hadîts dan Takhrij Hadîts......................................................... 55

1. Hadîts Sanksi Bagi orang yang melupakan hafalan ayat al-Qur‟ân

55

2. Hadîts Nabi lupa akan ayat al-Qur‟ân ........................................... 60

B. Penyelesaian Hadîts Mukhtalif ......................................................... 62

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 74

A. Kesimpulan ....................................................................................... 74

B. Saran .................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 76

Lampiran

Page 16: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam sebagaimana yang difirmankan Allah adalah agama

yang sempurna, agama yang berlaku untuk semua manusia. Ajarannya

selalu sesuai dengan zaman dan tempat, Salihun likulli zamân wal makân.

Islam sebagai agama yang universal, memiliki sumber yang telah diakui

yaitu al-Qur‟ân dan al-Hadîts.1 Pada masa Nabi Muhammad Saw masih

hidup, beliau menjadi rujukan setiap masalah yang terjadi figur sentral

dalam kehidupan masyarakat. Setelah wafat, perkataan, perbuatan, dan

ketetapan beliau dijadikan rujukan setiap permasalahan yang ada. Dengan

demikian, al-Qur‟ân dan hadîts Nabi menjadi dua sumber pembentukan

hukum Islam, sehingga semua permasalahan merujuk kepada keduanya.

Al-Qur‟ân adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang

diturunkan kepada “pungkasan‟ para nabi dan rasul, dengan perantaraan

malaikat Jibril a.s yang tertulis pada masahif, diriwayatkan kepada kita

dengan mutawatir, membacanya terhitung ibadah, diawali dengan surat Al-

Fâtihah dan diakhiri dengan surat An-Nâs.2 Sebaik-baik bacaan adalah al-

Qur‟ân. Bagaimana tidak, al-Qur‟ân adalah petunjuk bagi manusia yang

tidak mau tersesat hidupnya. Al-Qur‟ân adalah sebagai buku manual. Setiap

produk berteknologi tinggi memiliki buku manual atau panduan

penggunaanya yang dibuat oleh produsen. Begitu pula Sang Pencipta Yang

1 Lihat surat an-Nisa ayat 59.

2 Syekh Muhammad Ali Ash-Shabȗni, Ikhtisar Ulumul Qur‟ân Praktis

(Jakarta:Pustaka Amami, 2001), hal.3.

Page 17: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

2

Maha Penyayang tidak begitu saja menciptakan manusia. Manusia diberi

panduan untuk berjalan di kehidupannya sesuai dengan tujuannya

diciptakan. Allah Maha tahu bahwa manusia diciptakan lengkap dengan

atributnya, seperti nafsu kemalasan. Untuk itu manusia harus diberi motivasi

agar mau berbuat baik. Agar manusia mau membaca al-Qur‟ân, yang jelas

merupakan panduan baginya dengan membaca, menghafal, memahami

seerta mengamalkannya.

Membaca dan menghafalkan al-Qur‟ân termasuk meneladani atau

mengikuti sunnah rasul dan para sahabatnya. Karena dalam beberapa

riwayat beliau banyak berbicara tentang keutamaan membaca dan

menghafalkan al-Qur‟ân, riwayat tersebut diantaranya:

ا اا نااذبد اخبشناا ناا نااذبد ػبااذ احدانااذ نااذبد ػبااذ احااشن انااشا مساام ناا

حؼما اش ما ام خ ال ػما ق اا ق اا ق س ادق ل ام ل ػم ػ اؼذع احدؼ ن ن

ػم ل احقشان

“Telah mengabarkan kepada kami Muslim bin Ibrâhîm telah

menceritakan kepada kami „Abdul Wâhid telah menceritakan kepada

kami „Abdurrahman bin Ishaq telah menceritakan kepada kami an-

Nu‟mân bin Sa‟d dari „Ali ia berkata: Rasȗlullah shallahu „alaihi

wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang

mempelajari al-Qur‟ân dan mengajarkannya.”3

Al-Qur‟ân sendiri memberi isyarat bahwa ia mudah untuk

dihafalkan, sebagaimana disebutkan dalam surat al-Qamar ayat 17:

3 Abdullah Ibn „Abdirrahman Ibn al-Fadl Ibn Bahram Ibn Abi Samad al-Taimi,

Sunan al-Darimi, (Beirut:Dar al-Fikr, T.th), Bab keutamaan al-Qur‟ân, Juz.2, hal.528.

Page 18: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

3

“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur‟ân untuk

pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”

Menghafal al-Qur‟ān merupakan tradisi yang berlanjut sejak

diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw hingga saat ini. Pada masa Nabi

Saw hafalan menjadi andalan utama dalam menukilkan ayat-ayat al-Qur‟ān.

Di berbagai pusat studi Islam dewasa ini, selalu dan masih banyak

ditemukan orang menghafal al-Qur‟ān dengan tekun. Setelah dikodofikasi

ke dalam mushaf pada masa Khālifah „Utsmān, tulisan kemudian menjadi

rujukan tambahan.4

Hukum menghafalkan al-Qur‟ân adalah farḏu kifayah, yakni jika ada

sekelompok manusia yang di dalamnya terdapat seorang penghafal al-

Qur‟ân maka gugurlah kewajiban yang lain. Namun jika belum atau tidak

seorangpun dari mereka yang menghafal al-Qur‟ân, maka berdosalah

seluruh anggota kelompok dalam suatu desa atau kampung tersebut.5

Dalam menghafalkan al-Qur‟ân, seseorang tidak terus-menerus

menghafalkannya saja, namun lebih dituntut untuk senantiasa menjaga

hafalannya agar terhindar dari lupa, karena melupakan ayat-ayat al-Qur‟ân

yang telah dihafalkan dampak memberi dampak tersendiri bagi

penghafalnya. Karena orang yang sering lupa akan berpengaruh dalam

kegiatan sehari-harinya, seperti muncul kelupaan ketika kita akan

mengungkapkan perkataan pada lawan bicara kita. Banyak para sahabat

yang menghafalkan al-Qur‟ân berusaha semaksimal mungkin untuk

4 Darwis Hude, Jurnal Studi al-Qur‟ân, (Tangerang Selatan: Pusat Studi al-

Qur‟an, 2007), hal. 419 5 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal al-Qur‟ân,

(Jogjakarta:DIVA Press, 2009), hal.23.

Page 19: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

4

menjaga hafalannya dengan berbagai cara, diantaranya dengan mengulang-

ulang bacaan yang dihafalkannya baik dalam shalat ataupun diluar shalat

banyak diantara para sahabat yang menulis al-Qur‟ân agar mempermudah

membacanya sesuai yang dibacakan oleh nabi dan menguatkan hafalannya.

Kelupaan itu tidak disandarkan kepada manusia, karena lupa itu

berasal dari setan. Seorang hamba yang lupa dengan ayat-ayat al-Qur‟ân itu

hanya kerancuan dari iblis, dimana menyibukkan seseorang dengan urusan

dunia serta memalingkan perhatian dan hatinya dari ayat-ayat al-Qur‟ân

yang agung, sehingga ia lupa apa yang sudah dihafalnya. Oleh karena itu,

lupa disini disandarkan bukan kepada manusia, melainkan kepada setan.

Lupa terhadap hafalan al-Qur‟ân dibagi menjadi dua bagian: lupa yang

diluar batas kemampuan hamba, sepeerti ketika menderita sakit yang

menghilangkan ingatannya, atau benar-benar tidak mampu mengingat al-

Qur‟ân setelah ia mencoba mengulang-ulang dan menjaganya serta

menyibukkan diri dengannya. Maka kondisi seperti ini bisa dimaafkan dan

dimaklumi. Sedangkan (kedua), yaitu lupa yang berasal dari perbuatan

hamba dengan kesibukannya dari (membaca dan menghafal) al-Qur‟ân serta

berpalingnya kepada dunia dan berbagai kesibukan kehidupan sehingga dia

melupakan Kitabullah dan melupakan apa yang telah dihafalnya. Inilah yang

berdosa, karena dia telah lalai dalam kehidupannya.6

6 Aidh bin Abdullah al-Qarni, 391 hadîts pilihan, (Jakarta: Darul Haq, 2007),

hal.210.

Page 20: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

5

Dalam hadîts dijelaskan perumpamaan orang-orang yang menjaga

hafalan al-Qur‟ân itu lebih cepat lepasnya unta dari ikatannya, berikut

hadîtsnya:

أن م أن نشدة ػ نشيذع ػ احؼلء نذبد أند أ مت ػ نذبد م ذ ن د ػ

م ا ق حؼ ذا احقشآن فداحزي نفس نذه حهد أشذ حفص ل احدب م ل ػم م

نل ف ػقمه ال

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-'Ala` Telah

menceritakan kepada kami Abu Usâmah dari Buraid dari Abî

Burdah dari Abî Mȗsa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau

bersabda: "Peliharalah selalu Al-Qur`ân, demi Dzat yang jiwaku

berada di Tangan-Nya, sungguh ia cepat hilang daripada Unta yang

terikat.”

Dari hadîts tersebut penghafal al-Qur‟ân itu ibarat pemilik unta,

unta yang diikat diibaratkan dengan hafalan al-Qur‟ân. Tetapi ini hanya

penyerupaan secara maknawi saja, al-Qur‟ân adalah azali sedangkan unta

adalah sesuatu yang baru.

Melihat dari realita yang ada, setiap manusia dianugerahi akal dan

otak yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Adakalanya seseorang

mempunyai tingkat menghafal yang tinggi sehingga mampu menjaga segala

apa yang telah dihafalkannya (termasuk ayat al-Qur‟ân) dengan mudah

tanpa harus bersusah payah. Disisi lain banyak juga manusia yang tingkat

kemampuan menghafalnya tidak begitu cemerlang sehingga ia memerlukan

usaha yang lebih serius untuk menjaga apa yang telah dihafalkannya. Dalam

usaha menjaga hafalan al-Qur‟ân, tidak dibedakan antara seseorang yang

mempunyai tingkat kemampuan menghafal yang tinggi ataupun rendah.

Page 21: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

6

Mereka sama-sama dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin dalam

upaya menjaga hafalannya. Permasalahan yang muncul, bagaimana hukum

ketika seseorang lupa terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkanya, baik lupa

itu disengaja ataupun tidak disengaja, dan lupa yang bersifat sementara atau

selamanya.

Melupakan bacaan atau hafalan al-Qur‟ân yang pernah dihafalnya

adalah suatu dosa besar, mengingat sabda Rasȗlullah Saw, sebagai berikut

ini:

ان ػبذ احؼضيض ن ذ ن ػبذ اح ك احخضص اخبشن ػبذ اح ج نذبد ػبذ احد ب ن

م حكع ا ق ا ق انس ن ندطبع ػ ػبذ ل ن اح طمب ن جشيجع ػ ان ادع ػ س

م ػشضج ػم اجدس امخ نخ احقزاة يخشجه احشجل ل س دق ل م ل ػم

آيتع احقشآن ا دسةع م ػشضج ػم رندب امخ فم اس رنب اػظ م اح سجذ م

سجل ب نسه احه

“Telah menceritakan kepada kami „Abdul Wahhâb bin „Abdul

Hakam al-Khazzaz telah mengabarkan kepada kami „Abdul Majîd

bin „Abdul „Azîz bin Abȗ Rawwâd dari ibnu Juraij dari Muṯâlib bin

„Abdullah bin Hantab dari anas bin Mâlik dia berkata: Rasȗlullah

shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Pahala-pahala ummatku

ditampakkan kepadaku, hingga pahala seseorang yang membuang

debu dari masjid, dan ditampakkan kepadaku dosa-dosa ummatku,

maka tidak aku lihat dosa yang lebih besar dari satu surat atau satu

ayat yang diberikan kepada seseorang kemudian dia

melupakannya.”7

Dan dalam riwayat yang lain disebutkan juga “Barang siapa

membaca al-Qur‟ân kemudian ia melupakannya maka ia akan menghadap

7 Abȗ Isa Muhammad Ibn Musa al-Dahaq al-Sulami al-Bughi, Sunan al-Tirmidzi,

(Riyadh: Dar al-Salam, 1999), hal. 178.

Page 22: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

7

Allah pada hari kiamat dengan tangan buntung.”8 Seperti dalam hadîts

berikut ini:

ف ئزع س ن ػ ان صي دع ػ يضيذ ن ادسيس ػ احؼل اخبشن ان نذبد م ذ ن ػ

ا م م م ل ػب دث ا ق ا ق س دق ل م ل ػم مشئع يقشأ احقشآن ب ؼذع ن

جل يدم احق مت أجزم يدس ه أال حق ل ػض

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-„Ala, telah

mengabarkan kepada Ibnu Idrîs dari Yazîd bin Abȗ Ziyâd dari „Ȋsa

bin Fâid dari Sa‟d bin „Ubâdah ia berkata: Rasȗlullah shallallhu

„alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seseorang mempelajari

(menghafal) al-Qur‟ân kemudian melupakannya, kecuali ia akan

bertemu dengan Allah pada hari kiamat dalam keadaan terputus

tangannya.”9

Dari dua hadîts di atas terdapat keterangan bahwa orang yang

melupakan ayat al-Qur‟ân akan mendapatkan dosa yang paling besar

(menurut hadîts pertama) dan akan menghadap Allah pada hari kiamat

dalam keadaaan tangan yang terputus (menurut hadîts ke dua). Sehingga

dari sini menjadi jelas bahwa orang-orang yang mengabaikan al-Qur‟ân

dengan tidak menjaganya dan melupakannya sangat dibenci oleh agama.

Namun demikian, kita sebagai manusia tidak bisa lepas dari

beberapa sifat dasar manusia yang salah satunya adalah sifat lupa, bahkan

kita sering mendengar sebuah wacana bahwa manusia adalah tempatnya

salah dan lupa. Nabi Muhammad pun juga mengalami hal tersebut.

Meskipun seorang utusan Allah, tetapi beliau juga tidak lepas dari sifat lupa.

Sejarah mencatat bahwa beliau juga pernah mengalami lupa akan beberapa

8 Zainal Abidin S, Seluk Beluk al-Qur‟ân, (Jakarta:PT.Rineka Cipta, 1992), hal.

21. 9 Al-Sijitsani, Abȗ Dawȗd Sulaiman bin Al-Ats, Sunan Abȗ Dâwud, Beirut:

(Maktabah al-„Ashriyah, 275 H),hal.254.

Page 23: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

8

ayat al-Qur‟ân. Hal ini dapat kita lihat dalam kitab Ṣahîh Bukhârî dan

Muslim yang redaksi hadîtsnya penulis ambil dari Bukhâri:

نا مع ػا يادنس ػا ادنع أخبشنا ػسا نا م اذ نا ػب نذبد م ذ ن أنال ػا

م سجال يقاشأ فا اح ساجذ ل ػ ئنت سض ل ػده ا حج غ احدب م ل ػم

صاد ػ ازا دسة ازا م زا آيت أ قطخه فق ق سن ل ل حقذ أر شن زا با د نا

خا فسا غ ادث ػبا دع ام فا ن ال ػ ئنات حهجاذ احدبا ام ل ػم ػبذ ل ػا

ا يصم ف اح سجذ فق ق ي ػ ئنت أ دث ػب دع زا امج نؼ ا ق احمه اسن ػب د

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ubaid bin

Maimȗn telah mengabarkan kepada kami 'Ȋsa bin Yȗnus dari Hisyâm

dari bapaknya dari 'Âisyah radliallahu 'anha berkata; Rasȗlullah

shallallahu 'alaihi wasallam mendengar sesoerang membaca Al

Qur'an di masjid lalu Beliau bersabda: "Semoga Allah merahmati

orang itu. Sungguh dia telah mengingatkan aku tentang ayat ini dan

itu yang aku telah lupa dari surat ini dan itu". Dan 'Abbâd bin

'Abdullah menambahkan dari 'Âisyah radliallahu 'anha: "Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat tahajjud di

rumahku lalu Beliau mendengar suara 'Abbâd yang sedang shalat di

masjid lalu Beliau berkata: "Wahai 'Âisyah, apakah itu suara

'Abbâd?" Aku jawab: "Ya". Maka Beliau bersabda: "Ya Allah

rahmatilah 'Abbâd".

Menurut Ibn Hajar, mengutip dari al-Isma‟iliy, lupa Rasȗlullah

tentang ayat al-Qur‟ân dapat dibagi ke dalam dua keadaan. Keadaan yang

pertama merupakan lupa akan hal-hal yang ia ingat sesaat sebelumnya,

sedangkan yang kedua merupakan lupa akibat dihapusnya ayat al-Qur‟ân

dari hatinya akibat hukum naskh. Keadaan yang pertama terjadi akibat tabiat

manusia, yaitu sifat lupa. Hal ini dikuatkan dengan hadîts yang diriwayatkan

dari Ibn Mas‟ȗd dalam sujud sahwi bahwasannya Rasȗlullah berkata:

„sesungguhnya aku manusia seperti kalian, aku lupa seperti kalian juga

lupa‟. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa keadaan yang pertama ini

Page 24: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

9

cepat hilangnya, atau dalam kata lain Rasulullah akan cepat mengingat

kembali ayat-ayat yang telah ia lupa.

Dari pemaparan di atas dapat diklasifikasikan bahwa ada dua hadîts

yang kelihatannya bertentangan dalam masalah yang sama, yaitu tentang

orang yang melupakan hafalan al-Qur‟an setelah mereka menghafal al-

Qur‟an. Hadîts pertama adalah larangan dari Rasūlullah untuk melupakan

ayat al-Qur‟ân, sedangkan hadîts kedua adalah hadîts yang menerangkan

bahwa Rasȗlullah sendiri ternyata pernah lupa akan ayat-ayat al-Qur‟ân.

Oleh karena itu, di sini penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut hadîts

yang bertentangan tersebut.

Selanjutnya dalam skripsi ini, akan dibahas masalah melupakan

hafalan al-Qur‟ân. Penelitian ini diberi judul, “’Memahami Ulang Hadîts

Tentang Orang Yang Melupakan Hafalan al-Qur’ân (Kajian Ikhtilaf

al-Hadîts )”. Penulis memilih judul tersebut kaarena penulis melihat

problema yang terjadi di masyarakat tentang tema yang akan dibahas,

karena pada umumnya masyarakat kita, masih belum memahami bahkan

banyak yang tidak mengetahui tentang sanksi atau akibat dari melupakan

hafalan al-Qur‟ân.

Dengan penelitian ini, nantinya kita akan dapat mengetahui

kehujjahan hadîts tersebut, dengan harapan apabila hadîts ini ditemukan

oleh masyarakat awam bukan saja dipahami dari tekstualnya saja malahan

nanti bisa dipahami secara kontekstual, dan bisa mengetahui posisi hadîts

tentang melupakan hafalan al-Qur‟ân.

Page 25: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

10

Oleh karena itu, tidak semua hadîts kualitasnya sama, maka

memerlukan kajian khusus yaitu penelitian, melalui takhrij al-Hadîts. Baik

penelitian sanad maupun matan.

Tujuannya untuk menyelamatkan hadîts Nabi Saw di tengah-tengah

berkecamuknya pembuatan hadîts palsu, maka ulama hadîts menyusun

berbagai cara dan kaidah di dalam ilmu penelitian hadîts. Kaidah-kaidah

hadîts ini dibuat untuk meneliti kesâhihan sanad dan matan hadîts, terutama

ilmu-ilmu hadîts yang sangat penting kedudukannya dalam upaya penelitian

sanad hadîts diantaranya ilmu rijâl al-Hadîts.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari kekeliruan dan kerancuan dalam pembahasan,

maka penulis perlu membatasi masalah yang dikaji dengan hanya meneliti

hadîts-hadîts yang terdapat dalam latar belakang saja, yaitu hadîts yang

diriwayatkan oleh Abȗ Dâwud, at-Tirmidzî dan Imâm Bukhârî. Yang mana

pada hadîts tersebut terdapat dua hadîts yang bertentangan. Hadîts pertama

adalah sanksi untuk yang melupakan al-Qur‟ân, sedangkan kedua adalah

hadîts yang menerangkan bahwa Rasȗlullah sendiri ternyata pernah lupa

akan ayat-ayat al-Qur‟ân.

2. Perumusan Masalah

Bagaimana memahami hadîts tentang orang yag melupakan hafalan

al-Qur‟ân dalam kajian Mukhtalif al-Hadîts?

Page 26: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

11

C. Tujuan Masalah

Untuk mengetahui lebih jelas lagi kualitas sanad dan matan hadîts

tentang sanksi melupakan hafalan al-Qur‟ân.

Untuk mengetahui pemahaman dari dua hadîts yang bertentangan

tersebut.

Untuk menambah lagi wawasan pengetahuan keagamaan khususnya

mengenai hadîts tentang sanksi melupakan hafalan al-Qur‟ân.

Untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menyelesaikan gelar

sarjana strata satu (SI) pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam

Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada skripsi

ini dengan skripsi lain, terlebih dahulu penulis menelusuri kajian-kajian

yang pernah dilakukan atau memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil

penulusuran ini akan menjadi acuan penulis untuk tidak mengangkat

metodologi atau pendekatan yang sama, sehingga diharapkan kajian yang

penulis lakukan tidak plagiat dari kajian yang telah ada.

Berdasarkan pengamatan dan pencarian yang penulis lakukan,

penulis belum menemukan skripsi yang secara khusus membahas hadîts

tentang sanksi bagi yang melupakan hafalan al-Qur‟ân. Namun ada skripsi

yang membahas tentang seputar al-Qur‟ân yaitu judul Keutamaan membaca

al-Qur‟ân karya Farida (109034000060) tahun 2013, yaitu menganalisis

penngetahuan mahasiswa tafsir hadîts dalam membaca al-Qur‟ân.

Membaca dan Menghafal al-Qur‟ân dikalangan Mahasiswa Tafsir Hadîts

Page 27: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

12

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (Studi kasus

Mahasiswa Tafsir Hadîts semester 3 dan 5 tahun 2013) karya Nurlaila

(1090034000041) tahun 2014. Kemudian skripsi berjudul Metode Membaca

al-Qur‟ân (Studi Komparatif Metode Qira‟ati sengan Metode Iqra) karya

Indriyani Sukmana (105034001208) tahun 2010, kemudian skripsi berjudul

Larangan Melupakan Hafalan al-Qur‟ân dalam al-Kutub al-Sittah (Studi

Analisis Sanad dan Matan Hadîts ) karya Noviyanti (1110034000120),

dalam skripsi tersebut dijelaskan hadîts -hadîts yang melarang melupakan

hafalan al-Qur‟ân, dimana di dalam skripsi tersebut mentakhrij hadîts

dengan satu tema yang sama yang di batasi hanya dengan kitab hadîts dari

kutub as-Sittah, kemudian skripsi yang berjudul Persetujuan Mempelai

Perempuan Dalam Pernikahan Perspektif Hadîts (Kajian Mukhtalîf al-

Hadîts) karya Ririn Rindiana Dewi (1112034000028) tahun 2017, dalam

skripsi tersebut menjelaskan tentang seputar ilmu mukhtalif al-Hadîts, yang

mana di dalam skripsi tersebut menyelesaikan hadîts -hadîts yang

bertentangan tentang Ijbar dalam pernikahan.10

Kemudian skripsi berjudul

Kredit Dalam Perspektif Hadîts (Studi Analisis Mukhtalîf al-Hadîts al-

Imam asy-Syâfi‟î) karya Muhammad Restu Eka Saputra (1111034000019)

tahun 2016, dalam skripsi ini pula dijelaskan tentang seputar ilmu Mukhtalîf

al-Hadîts, baik dari segi pengertian, sejarah, serta pembagian dalam ilmu

tersebut, di satu sisi skripsi ini juga menyelesaikan permasalahan pada

10

Rinrin Rindiana Dewi, Persetujuan Mempelai Perempuan Dalam Pernikahan

Perspektif Hadîts (Kajian Mukhtalîf al-Hadîts), (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN

Jakarta, 2017), hal. 40.

Page 28: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

13

hadîts yang bertentangan tentang masalah kredit dan diselesaikan dengan

ilmu Mukhtalîf al-Hadîts.11

Dari tinjauan skripsi diatas, penulis belum menemukan judul skripsi

yang mebahas tentang Sanksi bagi yang melupakan hafalan al-Qur‟ân, apa

lagi dalam skripsi ini penulis menemukan dua hadîts yang bertentangan,

yaitu hadîts pertama membahas tentang sanksi bagi orang yang melupakan

al-Qur‟ân, sedangan hadîts kedua menyebutkan bahwa Nabi Saw pernah

lupa akan ayat-ayat al-Qur‟ân.

E. Metodologi Penelitian

Untuk menyelesaikan Skripsi ini, penulis menempuh tiga metode yaitu:

1. Pengumupulan Data

Dalam upaya pengumpulan data penulis menggunakan metode

library Research (Kajian Pustaka) yaitu dengan cara mengumpulkan buku

atau tulisan yang ada kaitan dengan tema penelitian kemudian data

dokumen-dokumen tersebut digali sesuai dengan masalah dan tujuan

penelitian. Sumbernya pun tidak terbatas pada buku saja tapi bersumber

dengan yang lainnya juga seperti Jurnal, dan Artikel-artikel yang mencakup

pembahasan tersebut.

2. Analisa Data

a. Mencari data melalui lafaẕ atau melalui pencarian periwayat dari

sahabat yang terdekat dengan Nabi Muhammad Saw dengan

11

Muhammad Restu Eka Saputra, Kredit Dalam Perspektif Hadîts (Studi Analisis

Mukhtalîf al-Hadîts al-Imam asy-Syâfi‟î), (Skripsi S1Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta,

2016), hal. 35.

Page 29: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

14

menggunakan kitab kamus hadîts al-Mu‟jam al-Mufahrâas li Alfaẕ

al-Hadîts al-Nabawî karya AJ. Wensinck.

b. Mencari data-data yang sudah diperoleh dari kitab kamus tersebut

dan kemudian merujuk pada kitab asli yang datanya sudah dicari

dalam kitab kamus hadîts.

c. Melakukan penelitian sanad (kritik sanad) hadîts dari data yang

diambil dalam kitab asli kemudian menentukan kedudukan hadîts

tersebut dengan cara meneliti kepribadian periwayat hadîts melalui

kitab-kitab rijâl al-Hadîts.

d. Melakukan penelitian kembali melalui ilmu Mukhtalif al-Hadîts,

Ada 3 langkah yang digunakan sebagai metode penyelesaian hadîts-

hadîts yang bertentangan:

1. Al-Jam‟u wa al-Taufîq (Kompromi)

2. Tarjih (Memilih yang terkuat)

3. Nasikh wa al-Mansukh (membatalkan salah satu dan

mengamalkan yang lain)

Dalam hal ini penulis memilih Tarjih dan al-Jam‟u wa at-Taufiq

sebagai metode penyelesaian hadîts-hadîts yang bertentangan yaitu hadîts

yang diriwayatkan oleh Abȗ dawȗd, Turmudzî dan Bukhârî karena dalam

penelitian awal penulis hadîts yang bertentangan tersebut ada keganjalan

dari segi sanad, karena ada beberapa yang statusnya dha‟if.

Pembahasan di dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis, yaitu

suatu penjelasan melalui pengumpulan data-data dan pendapat para ahli,

kemudian ditelaah dan dianalisis sehingga menjadi sebuah kesimpulan.

Page 30: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

15

3. Teknik Penulisan

Sedangkan teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman

penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.

F. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman dalam tulisan ini, maka penulis

susun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama merupakan Pendahuluan, didalam bab ini penulis

menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika

penelitian.

Bab kedua pula menjelaskan seputar Menghafal al-Qur‟ân, dalam

bab ini menjelaskan tentang Sejarah Menghafal al-Qur‟ân, Metode

Menghafal al-Qur‟ân, Menjaga Hafalan al-Qur‟ân, dan Keutamaan

menghafal al-Qur‟ân.

Bab ketiga merupakan mengumpulkan data-data yang

dijadikan dalam penelitian ini sebagai teori pemahaman penelitian

yaitu mengenai Mukhtalif al-Hadîts. Hal ini dilakukan sebagai

landasan teori untuk menganalisa data yang dijadikan sebagai fokus

penelitian ini.

Bab keempat penulis akan menganalisa pemahaman hadîts tentang

sanksi bagi orang yang melupakan hafalan al-Qur‟ân yang memiliki

kesimpulan berbeda-beda. Pertama, penulis lakukakan pemaparan teks

hadîts dan takhrijnya. Kedua, menyelesaikan hadîts yang bertentangan itu

Page 31: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

16

menggunakan teori ikhtilaf al-Hadîts yang telah penulis paparkan di bab

ketiga serta pendapat ulama hadîts tentang hadîts tersebut

Bab kelima merupakan penutup, di dalam bab ini meliputi

kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang dibuat oleh penulis, serta

saran-saran yang insya Allah mendapat manfaatnya.

Page 32: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

17

BAB II

DESKRIPSI TENTANG MENGHAFAL AL-QUR’ÂN

A. Sejarah Menghafal al-Qur’ân

Sejak masa awal dakwah Islam, para penghafal al-Qur‟ân telah

memegang peranan penting dalam masyarakat. Rasȗlullah Saw

sebagai nabi dan rasul yang menerima wahyu al-Qur‟ân adalah

teladan utama dalam masalah ini. Sebagai penghafal al-Qur‟ân, ayat-

ayat al-Qur‟ân turun secara berangsur-angsur, jumlah hafalan al-

Qur‟ân pada masa itu adalah sesuai dengan jumlah ayat-ayat yang

telah diturunkan, beliau menjadi juru dakwah Islam yang sangat

menonjol, ulet, gigih, dan sekaligus sabar. Berbagai ancaman,

siksaan, godaan dan rintangan yang menghalangi dakwah beliau

sedikit pun tidak menyurutkan kegigihan dakwah beliau. Sebagai

sosok pertama penghafal al-Qur‟ân, beliau nabi Muhammad Saw

mampu memberikan teladan dalam semua aspek kehidupan beliau.

Di hadapan generasi sahabat dan musuh-musuh Islam, beliau

mencontohkan penerapan tuntunan al-Qur‟ân dalam kehidupan

pribadi, keluarga, dan masyarakat. Beliau menunjukan keindahan

pengalaman ayat-ayat al-Qur‟ân dalam aspek akidah, ibadah, akhlak,

dan mu‟amalah. Beliau menjadi mushaf al-Qur‟ân yang berjalan,

jauh sebelum al-Qur‟ân dibukukan dalam satu mushaf.12

12

Abȗ „Ummar & Abȗ Fatiah al-Adnani, Negeri-negeri Penghafal al-Qur‟ân,

(Sukoharjo: al-Wafi, 2015), hal. 94

Page 33: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

18

Keteladanan para penghafal al-Qur‟ân juga nampak dalam diri

generasi sahabat. Mush‟ab bin Umair adalah juru dakwah muda

yang diutus ke kota Yasrib pada bulan Dzulhijjah tahun 12 kenabian.

Muṣ‟ab bin Umair dengan izin Allah sukses mendakwahkan Islam di

tengah suku Khazraj dan Aus. Banyak penduduk yastrib memeluk

Islam dengan perantaraan beliau. Beliau adalah sosok penghafal al-

Qur‟ân yang memberikan keteladanan indah dalam dunia dakwah.13

Sosok Muṣ‟ab bin Umair, juru dakwah yang hafal al-Qur‟ân dan

meraih syahid dalam perang Uhud dilanjutkan oleh ratusan

penghafal al-Qur‟ân di kalangan sahabat. Pada bulan Shafar tahun 4

H sebanyak 70 orang penghafal al-Qur‟ân dari kalangan Anshar

telah dipilih dan diutus oleh Rasȗlullah Saw untuk menjadi juru

dakwah ke wilayah Nejed, atau untuk membantu sebagian bangsa

Arab yang ditindas oleh bangsa arab lainnya. Namun mereka

dikhianati dan dibantai oleh suku musyrik. Merekalah para

penghafal al-Qur‟ân yang meraih syahid saat menunaikan tugas

dakwah dan jihad dijalan Allah.14

ندااا ح ااا ن ػصااات ر ااادان م حاااكع سضااا ل ػدااال أن سػااال أناااس نااا ػااا

ماااا ق ف مااااذ نساااابؼ اااام ػماااا ػااااذ اااال ا س اااادق ل اااام ل ػم ا ااااخ ذ

13

Abȗ „Ummar & Abȗ Fatiah al-Adnani, Negeri-negeri Penghafal al-Qur‟ân,

(Sukoharjo: al-Wafi, 2015), hal. 94-95 14

Imam Muslim, Ibnu Ishaq dan sejumlah sejarahwan menyebutkan bahwa

pemilihan rombongan al-Qurra‟ adalah atas permintaan Abȗ Barra‟ „Amir bin Malik agar

mereka mengajarkan al-Qur‟ân dan as-Sunnah kepada penduduk Nejed. Imam Bukhori dan

sejumlah sejarawan lainnya pengirim dan rombongan al-Qurra‟ adalah untuk membantu

Suku Sulaim, induk dari ketiga marga yang berkhianat (Ri‟l, Dzakwan, dan Ushayyah).

Kedua sebab tersebut bisa jadi sama-sama menjadi alasan pengiriman rombongan al-

Qurra‟. Lihat Mahdi Rizqullah Ahmad, as-Sîrah an-Nabawiyah fi Dhaw‟ al-Mashâdir al-

Ashliyah, hal. 413-415

Page 34: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

19

يصاااامدن النصاااا س داااا ه احقااااشاء فاااا صماااا نه اااا ندا ي خطباااادن ن حدهاااا س نساااا

ااال احدبااا ااام ل ػم باااذسا نهااا فبمااا ااال نخااا ااا ندا نبواااش مؼدنااات اخماااد ن حم

اااب ا ياااذػد فااا احص ااام فقداااج شاااهش أنااا ء احؼاااشب ػمااا سػااالع ح ػمااا أنااا ءع مااا

ند ح ن ػصت ر دان

“Dari Anas bin Mâlik bahwasanya Banî Ri‟l, Banî Dzakwân,

Bani Ushayyah, dan Banî Lahyân telah meminta bantuan pasukan

kepada Rasȗlullah Saw untuk menghadapi serangan musuh. Maka

Rasȗlullah Saw membantu mereka dengan mengirimkan 70 orang

dari kalangan Anshar, kami biasa menamakan mereka al-Qurra‟

(para penghafal al-Qur‟ân) pada zaman mereka. Mereka mencari

nafkah dengan mencari kayu bakar di siang hari dan mereka tekun

melaksanakan shlat malam di waktu malam. Ketika rombongan al-

Qurra‟ sampai di daerah Bi‟r (sumur) Ma‟unah, marga-marga Arab

itu membantai mereka dan mengkhianati mereka. Berita

terbunuhnya rombongan al-Qurra‟ pun sampai kepada Rasȗlullah

Saw. Maka beliau membaca doa qunut selama sebulan pada waktu

shalat Subuh, beliau mendoakan kecelakaan untuk bebereapa marga

Arab; Bani Ri‟l, Bani Dzakwan, Banî Ushayyah, dan Banî Lahyân.”

(HR. Bukhârî no. 4090)

Pembunuhan secara keji, curang dan khianat terhadap 70 orang

penghafal dari kalangan Anshar tersebut sangat menyedihkan

Rasȗlullah Saw

أنااس جااذ ػماا ااشيتع ااا ق ػاا اام اال ماا سأيااج س اادق ل اام ل ػم

أ ااابدا يااادم نواااش مؼدنااا احااازي جاااذ ػمااا احسااابؼ ت ااا ندا ياااذػدن احقاااشاء مااا

ا يذػد ػم اخمخه ف كث شهش

“Anas bin Mâlik berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasȗlullah

Saw bersedih begitu dalam atas gugurnya sebuah pasukan yang

beliau utus, sebagaimana sedihnya beliau atas terbunuhnya 70 orang

sahabat pada hari Bi‟r Ma‟unnah, mereka dikenal sebagai al-Qurra‟.

Selama sebulan beliau membaca doa qunut, mendoakan kecelakaan

untuk para pembunuh mereka.” (HR. Muslim no. 667)

Page 35: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

20

Rasȗlullah Saw biasa mengirim para penghafal al-Qur‟ân

sebagai juru dakwah dan guru di tengah masyarakat. Di antaranya,

beliau mengutus Mu‟adz bin Jabal dan „Alî bin Abî Ṯalib untuk

berdakwah di Yaman. Beliau juga menugaskan beberapa penghafal

al-Qur‟ân dari kalangan Muhajirin dan Anshar untuk menajdi tenaga

pengajar di Madinah. Di antara mereka adalah „Utsmân bin „Affân,

„Alî bin Abî Ṯalib, Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin Tsabit, „Abdullah bin

Mas‟ud, Abȗ Darda‟ dan Abȗ mȗsa al-Asy‟ari.15

Imâm Abȗ „Ubaid al-Qassim bin Salam dalam kirab al-Qira‟at

menyebutkan di antara para penghafal al-Qur‟ân dari kalangan

sahabat Muhajirin adalah Abȗ Bakar ash-Shiddiq, „Umar bin

Khattab, „Utsmân bin „Affân, „Alî bin Abî Ṯalib, Sa‟ad bin Abi

Waqqash, Thalhah bin „Ubaidillah, „Abdullah bin Mas‟ud,

Hudzaifah bin Yaman, Salim Mawla Abȗ Hudzaifah, Abȗ Hurairah,

„Abdullah bin Saib, „Abdullah bin „Umar, „Abdullah bin „Amru bin

„Ash, „Abdullah bin „Abbâs, „Abdullah bin Zubair bin „awwam,

„Âisyah binti Abȗ Bakar, Hafshah binti „Umar, dan Ummu

Salamah.16

Adapun di antara para penghafal al-Qur‟ân dari kalangan sahabat

Anshar adalah Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin Tsabit, Muadz bin Jabal,

Abȗ Zaid Qais bin Sakan, Ubadah bin Shamit, Abȗ darda‟, Abȗ

15

Abȗ „Ummar & Abȗ Fatiah al-Adnani, Negeri-negeri Penghafal al-Qur‟ân,

(Sukoharjo: al-Wafi, 2015), hal. 96 16

Abȗ „Ummar & Abȗ Fatiah al-Adnani, Negeri-negeri Penghafal al-Qur‟ân,

(Sukoharjo: al-Wafi, 2015), hal. 98

Page 36: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

21

Ayyub al-Anshari, Mujamma‟ bin Jariyah, Fudhalah bin „Ubaid,

Maslamah bin Makhlad, dan Ummu Waraqah binti „Abdullah bin

Harits.17

Para penghafal al-Qur‟ân dari generasi sahabat tidak hanya

menjadi guru mengaji dan juru dakwah semata. Sebagian penghfal

al-Qur‟ân tersebut menjadi khalifah (kepala negara), yaitu Abȗ

bakar ash-Shiddiq, „Umar bin Khaṯtab, „Utsmân bin „Affân, dan „Alî

bin Abî Ṯalib. Sebagian penghafal al-Qur‟ân tersebut menjadi hakim

atau gubernur wilayah, seperti Sa‟ad bin Abî Waqash, „Abdullah bin

bin Mas‟ud, Abȗ Hurairah dan Sa‟ad bin „Ubaid. Sebagiaanya

menjadi panglima perang, seperti Sa‟ad bin Abi Waqash „Abdullah

bin Mas‟ud. Sebagiannya menjadi pengusaha yang sukses lagi

dermawan, seperti „Utsmân bin „Affân, dan Ṯalhah bin „Ubaidullah.

Demikianlah, para pennghafal al-Qur‟ân dari generasi sahabat

memiliki peranan sangat penting di tengah masyarakat kaum

muslimin. Dalam beberapa kondisi genting, mereka bahkan turut

memanggul senjata dan mengorbankan nyawa mereka dibawah

panji-panji Islam. Sebagaimana terjadi pada perang Yanamah, di

mana lebih dari 70 orang sahabat penghafal al-Qur‟ân gugur dalam

pertempuran melawan pasukan nabi palsu Musailamah al-Kadzab.

Gugurnya puluhan para penghafal al-Qur‟ân tersebut menjadi

dorongan bagi khalifah Abȗ Bakar ash-Shiddiq dan „Umar bin

17

Abȗ „Ummar & Abȗ Fatiah al-Adnani, Negeri-negeri Penghafal al-Qur‟ân, hal.

98

Page 37: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

22

Khatab untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat al-Qur‟ân dalam satu

mushaf.

ب نااجع سضاا ل ػداال ااا ق أس اال حاا أنااد نكااشع مقخاال أ اال اح ماات فاا را أن صيااذ ناا

احخطااا ب ػداااذه اااا ق أناااد نكاااشع سضااا ل ػدااال ن ػ اااش أحااا ن فقااا ق ن ػ اااش نااا

ناااا أخناااا أن يسااااخ ش احقخاااال ماااات د اااااذ ا ااااخ ش ياااادم اح احقخاااال نقااااشاء احقااااشآن

نااا أس أن حااا مش نج اااغ احقاااشآن احقاااشآن فاااز ب اااش مااا نااا حقشاء نااا ح دا

و حاا يفؼماال س اادق ل اام حفؼاال شاا اا اام ااا ق ػ ااش امااج حؼ ااش اال ل ػم

سأيااج فااا ل ااذسي حاازحك ااش فماا يااضق ػ ااش يشاجؼداا نخاا شااش ل خ اازا

رحك احزي سأ ػ ش

Dari Zaid bin Tsâbit al-Anshari, ia berkata: “Khalifah Abȗ Bakar

menyuruhku untuk menemui beliau pasca kematian

(pertempuran) penduduk Yanamah, ternyata saat itu „Umar bin

Khaṯab bersama beliau. Abȗ Bakar berkata: Sesungguhnya

„Umar telah mendatangiku dan ia mengatakan kepadaku

“Sesungguhnya para penghafal al-Qur‟ân banyak yang gugur

dalam peperangan Yanamah. Sungguh aku khawatir para

penghafal al-Qur‟ân akan banyak yang gugur dalam peperangan-

peperangan lainnya. Akibatnya banyak ayat al-Qur‟ân yang

terlupakan. Maka aku berpendapat, hendaknya anda

memerintahkan pengumpulan ayat-ayat al-Qur‟ân (dalam satu

mushaf). Abȗ Bakar berkata kepada „Umar, “Bagaimana anda

akan melakukan suatu perkara yang tidak pernah dilakukan oleh

Rasȗlullahb Saw?” „Umar menjawab, “Demi Allah perkara ini

adalah sebuah kebaikan.” Abȗ Bakar berkata: “Umar terus-

menerus mendiskudikan usulan itu kepadaku sampai akhirnya

Allah melapangkan dadaku untuk menerima usulan itu dan aku

sependapat dengan „umar.”(HR. Bukhârî no. 4986)

Para penghafal al-Qur‟ân pada masa salaf memiliki andil

besar dalam memimpin masyarakat, bangsa dan negara. Saran,

pendapat, dan kritikan menjadi pertimbangan penting para khalifah,

gubernur, dan pejabat negara dalam mengambil keputsan yang

Page 38: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

23

berkenaan dengan rakyat. Amir bin Wasilah meriwayatkan bahwa

Nafi‟ bin abdul Harits bertemu dengan khalifah „Umar bin Khatab di

wilayah Usfan. Khalifah „Umar sebelumnya telah mengangkat Nafi‟

bin „Abdul Harits sebagai Gubernur Mekkah.18

Khalifah „Umar pun bertanya kepada Nafi‟, “Siapa orang yang

engkau angkat sebagai penggantimu untuk memimpin kota

Mekkah?”

“Ibnu Abza,” jawab Nafi‟

“Siapa dia?” tanya Khalifah „Umar

“Dia adalah salah seorang budak yang telah kami merdekakan,”

jawab Nafi‟

“Engkau mengangkat seorang budak yang telah dimerdekakan

sebagai penggantimu untuk memimpin penduduk Mekkah?,” tanya

khalifah

“(Walau mantan budak) Dia itu hafal al-Qur‟ân dan ahli ilmu

warisan,” jawab Nafi‟

Maka khalifah pun berkomentar, “Sesungguhnya nabi kalian

Saw telah bersabda:

يضغ نل آخشي ن ل يشفغ نهزا احكخ ب أادام

18

Abȗ „Ummar & Abȗ Fatiah al-Adnani, Negeri-negeri Penghafal al-Qur‟ân,

(Sukoharjo: al-Wafi, 2015), hal. 100

Page 39: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

24

Sesungguhnya Allah meninggikan derajat beberapa kaum dengan

perantaraan kitab suci al-Qur‟ân ini dan dengannya pula Allah

merendahkan derajat sebagian kaum lainnya. (HR. Muslim n0\o.

817)

Sahabat „Abdullah bin „Abbâs berkata:

ن احقشاء أ ب شب ن سحل هدال ندا أ من مج حس ػ ش

Para penghafal al-Qur‟ân adalah anggota majelis dan rekan-rekan

bermusyawarah khalifah „Umar bin Khaṯab, baik mereka dari

kalangan orang-orang tua maupun anak-anak muda. (HR. Bukhori

no. 4642)

Pada zaman sekarang, para penghafal al-Qur‟ân memang belum

memilki peranan signifikan dalam bidang politik, pemerintahan,

ekonomi, dan militer. Namun peranan mereka dalam bidang

dakwah, pendidikan, dan sosial sudah dirasakan oleh masyarakat

luas.

Semoga maraknya gerakan menghafal al-Qur‟ân di tengah

masyarakat akan ikut mendorong peran serta dan sumbangsih para

penghfal al-Qur‟ân di segala bidang kehidupan. Umat Islam

merindukan sumbangsih para pakar di berbagai bidang kehidupan,

yang sekaligus penghafal al-Qur‟ân. Penghfal al-Qur‟ân sekaligus

pengusaha yang sukses, penghafal al-Qur‟ân sekaligus guru atau

dosen, penghafal al-Qur‟ân sekaligus fisikawan, penghafal al-Qur‟ân

sekaligus insinyur, penghafal al-Qur‟ân sekaligus dokter, penghafal

Page 40: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

25

al-Qur‟ân sekaligus negarawan, dan seterusnya. Dengan demikian,

dakwah Islam semakin efektif di tengah masyarakat.19

B. Metode Menghafal al-Qur’ân

Untuk mengawali pembicaraan ini akan lebih baik jika

mengingat kembali al-Qur‟ân dari aspek historisnya. Allah Swt

menurunkan al-Qur‟ân kepada nabi yang ummi melalui malaikat

Jibrîl. Kemudian oleh Nabi Saw disampaikan kepada para

sahabatnya. Setiap kali Nabi Muhammad Saw mengajarkan al-

Qur‟ân kepada para sahabatnya, mereka langsung menghafalnya,

selain ada beberapa sahabat yang mampu menulis kemudian mereka

mencatat di pelepah-pelepah kurma. Sehingga dengan demikian

hafalan para sahabat lebih dapat terjaga. Nabi Muhammad Saw

sendiri senantiasa melakukan tadarus al-Qur‟ân bersama malaikat

Jibril, terutama pada setiap bulan Ramadhan, dan kemudia kebiasaan

tadarus Nabi Saw tersebut diikuti oleh para sahabatnya.20

Menghafal al-Qur‟ân merupakan tradisi yang berlanjut sejak

diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw hingga saat ini. Pada

masa Nabi Saw hafalan menjadi andalan utama dalam menukilkan

ayat-ayat al-Qur‟ân. Di berbagai pusat studi Islam dewasa ini, selalu

dan masih banyak ditemukan orang menghafal al-Qur‟ân dengan

tekun. Setelah dikodofikasi ke dalam mushaf pada masa Khalifah

19

Abȗ „Ummar & Abȗ Fatiah al-Adnani, Negeri-negeri Penghafal al-Qur‟ân,

(Sukoharjo: al-Wafi, 2015), hal. 101 20

M.Samsul Ulum, Menangkap Cahaya al-Qur‟ân, (Malang: UIN Malang Press,

2007), hal. 119.

Page 41: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

26

Utsman, tulisan kemudian menjadi rujukan tambahan.21

Pada

kesempatan lain Rasȗlullah pernah ditegur pula oleh Allah dengan

firman:

Artinya : “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran

karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.” (Q.S al-Qiyamah:16)

Selama 23 tahun sesuai dengan masa turunnya wahyu akhirnya seluruh

al-Qur‟ân bisa dihafal oleh Rasȗlullah Saw. Beliau membacakan dan

mengajarkan al-Qur‟ân kepada manusia sebagaimana yang diperintahkan.

Setiap setahun sekali Rasȗlullah Saw bertalaqqi (berguru) dan

bermusyafahah (mengecek hafalan) kepada Jibril untuk mengulangi hafalan

wahyu-wahyu (al-Qur‟ân) yang telah diterimanya.22

Ada bebrerapa langkah dalam menghafal al-Qur‟ân, yaitu:

Pertama: Membaca satu ayat dengan bacaan yang bagus, tartil (pelan)

bersuara walau pelan dan utamanya dengan lagu secara ulang-ulang sampai

hafal betul.23

Kedua: menyambung akhir ayat dengan awal ayat berikutnya, hal ini

dilakukan karena menghafalkan satu ayat merupakan satu pekerjaan, dan

21

Darwis Hude, Jurnal Studi al-Qur‟ân, (Tangerang Selatan: Pusat Studi al-

Qur‟ân, 2007), hal. 419. 22

Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Pedoman Pembicaraan Tahfidzul Qur‟an,

(Jakarta:Proyek Penerangan, Bimbingan dan Da‟wah/Khutbah Agama Islam Pusat Ditjen

Bimas Islam dan Urusan Haji Departemen Agama RI, 1982), hal. 23. 23

A. Muhammad Zen & Akhmad Mustafid, Bunga Rampai Mutiara al-Qur‟ân,

(Jakarta: Pimpinan Pusat Jam‟iyyatul Qurra‟ wal Huffazh, 2006), hal. 114.

Page 42: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

27

menyambung satu ayat dengan ayat berikutnya merupakan satu pekerjaan

yang lain. Jika dalam menghafal al-Qur‟ân seseorang langsung

menghubungkan akhir ayat dengan dengan awal ayat berikutnya, maka dua

pekerjaan tersebut bisa dilakukan sekaligus. Sehingga ketika ia mengakhiri

satu ayat, ia langsung terngiang dalam benaknya ayat berikutnya.24

Ketiga: Istiqamah adalah hal yang sangat penting sebab tanpa istiqamah

atau konsisten, sulit untuk menentukan lama waktu menghafal.25

Keempat: Takrir dan Tasmi‟. Takrir artinya mengulang-ulang materi

yang sudah dihafalkan, yaitu dengan membacanya (Nderes: Jawa) diwaktu

yang lain. Sedangkan Tasmi‟ ialah memperdengarkan hafalannya kepada

orang lain yang lebih senior, yaitu mereka yang hafalannya lebih kuat.

Dengan Tasmi‟ ini seorang akan diketahui kekurangan pada dirinya. Karena

bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat. Dengan Tasmi‟

seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan.26

Kelima: memperhatikan ayat mutasyabihat, ayat mutasyabihat adalah

ayat-ayat yang mempunyai kemiripan dalam redaksi antara satu dan lainnya.

Dalam al-Qur‟ân terdapat ayat-ayat mutasyabihat yang sering mengecoh

seorang penghafal. Jika tidak diperhatikan betul, seorang penghafal akan

beralih pada surat yang lain. Oleh karena itu, sebaiknya penghafal

24

A. Muhammad Zen & Akhmad Mustafid, Bunga Rampai Mutiara al-Qur‟ân, hal. 115. 25

A. Muhammad Zen & Akhmad Mustafid, Bunga Rampai Mutiara al-Qur‟ân, hal. 116. 26

A. Muhammad Zen & Akhmad Mustafid, Bunga Rampai Mutiara al-Qur‟ân, hal. 116.

Page 43: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

28

mempunyai catatan kecil tentang ayat Mutasyabihat ini pada buku khusus

supaya mendapatkan perhatian lebih.27

C. Menjaga Hafalan al-Qur’ân

Dalam menghafal al-Qur‟ân tidak mungkin hanya dianagan-angan tapi

harus disuarakan. Jadi menghafal al-Qur‟ân adlah membaca al-Qur‟ân tanpa

melihat mushaf. Oleh karena itu dalam menghfal al-Qur‟ân memerlukan

ketekunan istiqamah si penghafal, berarti orang yang sedang menghafal

pasti membca ayat-ayat al-Qur‟ân berulang kali.28

Cara lain yang membantu seseorang menghfalkan al-Qur‟ân yaitu

membiasakan diri membaca al-Qur‟ân. Artinya, seorang pelajar hendaknya

membiasakan diri mematuhi dan mengulang-ulang materi pelajaran yang

telah dipelajari dan dihafal fari sang guru, kemudian mendisiplinkan diri

untuk konsisten mengulang rutinitas itu (setiap hari). Disamping itu pelajar

juga harus mengingat dan mengenali keterkaitana antar ayat dan surat yang

telah dipelajari dengan ayat atau surah yang baru (dipelajari).29

Dengan dihafalnya tiap-tiap ayat atau halaman al-Qur‟ân tersebut bukan

berarti hafalan itu sudah dijamin melekat didalam ingatan seseorang untuk

selamanya, secara teori, kekuatan hafalan rata-rata bisa bertahan 6 (enam)

jam. Karena itu, selain menghafal seperti di uraikan diatas yang harus

memperoleh perhatian lebih besar bagi seseorang yang menghafal al-Qur‟ân

27

A. Muhammad Zen & Akhmad Mustafid, Bunga Rampai Mutiara al-Qur‟ân, hal. 117. 28

Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Pedoman Pembicaraan Tahfidzul Qur‟an,

(Jakarta: Proyek Penerangan, Bimbingan dan Da‟wah/Khutbah agama Islam Pusat Ditjen

Bimas Islam dan Urusan Haji Departemen Agama RI, 1982), hal. 18-19 29

Muhammad Ahmad Abdullah, Metode Cepat dan Efektif Menghafal al-Qur‟ân

al-Karim, (Yogyakarta: Gara ilmu, 2009), hal. 155.

Page 44: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

29

adalah mengulang-ulang dan memelihara hafalannya itu. Nabi Muhammad

Saw mengisyaratkan bahwa al-Qur‟ân itu ibarat berburu dihutan, apabila

pemburu itu pusat perhatiannya kebinatang yang ada didepannya tidak

diperhatikan hasil buruannya, maka hasil hasil buruannya itu akan lepas

pula. Begitu pula orang yang menghfal al-Qur‟ân, kalau pusat perhatiannya

tertuju hanya kepada materi baru yang akan dihafal itu saja, sedangkan

materi yang sudah dihafal ditinggalkan, maka akan sia-sia, karena

hafalannya itu bisa lupa atau hilang.30

Memelihara hafalan al-Qur‟ân ini sangat penting dan berat, Nabi

Muhammad Saw bersabda:

أخبش ائلع ػ مدصدسع ا ق ؼج أن ػبذ اح جذ نذبد شؼبت ػ ذ ل ن ن ػب

م ا ق نوس لنذ أن يقدق نسج آيت ل احدب م ل ػم ج ػبذ ل ػ

ج نل احدؼ ج ق م ذس احش م ف خز شا احقشآن ف نل أ شع حفص د نس

ػقمه م

Artinya: telah mengabarkan kepada kami „Ubaidullah bin „Abdul Majid

telah menceritakan kepada kami Syu‟bah dari Mansur ia berkata Aku

mendengar Abȗ Wa‟il dari „Abdullah dari Nabi Muhammad Saw, beliau

bersabda: “alangkah buruknya bagi salah seorang dari kalian yang

berkata aku lupa ayat ini dan itu tetapi ia dibuat lupa. Maka jagalah al-

Qur‟ân sebab sesungguhnya al-Qur‟ân itu lebih cepat hilang dari dada

(hafalan) seseorang dari pada binatang ternak dari tali pengikatnya”.

Pada dasarnya, seseorang yang menghafal al-Qur‟ân harus berprinsip

apa yang sudah dihafal tidak boleh lupa lagi. Untuk bisa demikian, selain

harus benar-benar baik sewaktu menghafalnya, ia juga harus menjaga

30

Pimpinan Pusat Jami‟iyyatul Qurra wal Hufazh, Bunga Rampai Mutiara al-

Qur‟ân, (Jakarta: Percetakan Online), hal. 94-95

Page 45: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

30

hafalannya yaitu dengan cara mengulang-ulang (takrir) hafalan sambil

menambah hafalan yang baru.31

Takrir (pengulangan hafalan) merupakan hal penting yang harus

dilakukan secara konsisten oleh seorang penghafal al-Qur‟ân. Kiat yang

ditengarai dapat mempengaruhi kelancaran hafalan adalah melakukan

pengulangan secara teratur segera setelah materi dihafalkan dengan interval

tertentu.32

Cara menjaga al-Qur‟ân yang sudah ada didalam memori otak kita,

dapat dilakukan cara sebagai berikut:

1. Takrir Sendiri

Hafalan yang baru harus selalu takrir minimal setiap hari dua kali

dalam jangka waktu satu minggu. Sedangkan hafalan yang lama

harus ditakrir setiap hari atau dua hari sekali. Artinya, semakin

banyak hafalan harus semakin banyak pula waktu yang

dipergunakan untuk takrir.33

Jangan sekali-kali menambah hafalan

tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumnya, karena jika

menghafal terus-menerus tanpa mengulangnya terlebih dahulu

hingga bisa menyelesaikan semua al-Qur‟ân, kemudian

mengulangnya dari awal niscaya hal itu akan terasa berat sekali,

karena secara tidak disadari akan banyak kehilangan hafalan yang

31

Sa‟dullah, 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur‟ân, (Jakarta: Gema Insani, 2011),

hal. 88. 32

Darwis Hude, Jurnal Studi al-Qur‟ân, (Tangerang Selatan: Pusat Studi al-

Qur‟ân, 2007), hal. 419. 33

Sa‟dullah, 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur‟ân, (Jakarta: Gema Insani, 2011),

hal. 88.

Page 46: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

31

pernah dihafal dan seolah-olah menghafal dari nol atau dari awal

lagi, oleh karena itu cara yang paling baik dalam menghafal al-

Qur‟ân adalah dengan menggAbȗngkan antara mengulang dan

menambah hafalan baru.34

2. Takrir dalam shalat

Seseorang yang menghfal al-Qur‟ân hendaknya bisa memanfaatkan

hafalannya sebagai bacaan dalam shalat, baik sebagai imam atau

untuk shalat sendiri. Selain menambah keutamaan, cara demikian

juga menambah kemantapan hafalan. Selalu mengulang hafalan al-

Qur‟ân dalam shalat sangat efektif, karena saat kita shalat seluruh

fikiran benar-benar harus konsentrasi agar bacaan tidak ada

kesalahan.35

3. Takrir bersama

Seseorang yang menghafal perlu melakukan takrir bersama dengan

dua teman atau lebih. Dalam takrir ini, setiap orang membaca materi

takrir yang ditetapkan secara bergantian, dan ketika seorang

membaca maka yang lain mendengarkan.36

D. Keutamaan Menghafal al-Qur’ân

Menghfal al-Qur‟ân jelas banyak keutamaannya, keutamaan tersebut

baik yang bersifat spiritual maupun ilmiah, yang bersifat spiritual yaitu:

a. Banyaknya pahala yang ia dapatkan. Seorang penghafal al-

Qur‟ân sewaktu ia menghafal, sudah tentu ia akan membaca al-

34

Supian, Ilmu-ilmu al-Qur‟ân, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), hal. 201. 35

Sa‟dullah, 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur‟ân, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hal. 88. 36

Sa‟dullah, 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur‟ân, hal. 88

Page 47: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

32

Qur‟ân berulang kali. Jika satu huruf dari al-Qur‟ân dibaca akan

mendapat satu kebaikan dan bisa dilipatkan sampai 10 kali

bacaan, sesuai dengan sabda Rasȗlullah Saw:

ااا ن ػااا ػ ننااا سع ناااذبد أناااد نكاااشع اح دفااا ناااذبد احضااا نااا ناااذبد م اااذ نااا

ااا اااا ق ااا ؼج ػباااذ ل نااا ؼااابع احقش مد ااا اااا ق ااا ؼج م اااذ نااا أيااادب نااا

خاا ب ل مسااؼ اااشأ نشف اا ماا اام ماا اال ددع يقاادق ااا ق س اادق ل اام ل ػم

اح سدت نؼنش أم حه فمل نل نسدت

Artinya: Telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin

Basyâr telah menceritakan kepada kami Abȗ Bakar al-Hanafi

telah menceritakan kepada kami ad-Dahhâk bin „Utsman dari

Ayyȗb bin Mȗsa ia berkata, aku mendengar Muhammad bin

Ka‟ab al-Quradî berkata: Aku mendengar „Abdullah bin Mas‟ȗd

berkata: Rasȗlullah Saw bersabda: “Barang siapa membaca satu

huruf dari KitAbȗllah (al-Qur‟ân), maka baginya satu pahala

kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan

menjadi sepuluh kali.” (H.R Tirmidzî)37

b. Ketinggian derajat dihadapan Allah SWT, penghafal al-Qur‟ân

jelas orang yang mahir dalam membacanya. Nabi Saw

menggolongkan orang-orang tersebut bersama dengan para

malaikat yang jelas kedudukannya sangat mulia di sisi Allah.

Nabi Muhammad Saw bersabda:

صسق ػاا نهذحاات ػاا ااف ن نااذبد ػ اا ناا ػبااذ نااذبد مسااذد نااذبد ي اا ػاا

ااام يقااا ق حصااا نب احقاااشآن ااال ػ اااشع اااا ق اااا ق س ااادق ل ااام ل ػم ل نااا

ن ف ن مدضحك ػدذ آخش آيتع حقشؤ سحل دج حشحل ف احذ اسح ااشأ

37

A. Muhammad Zen & Akhmad Mustafid, Bunga Rampai Mutiara al-Qur‟ân,

(Jakarta: Pimpinan Pusat Jam‟iyyatul Qurra wal Hufazh, 2006), hal. 106.

Page 48: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

33

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah

menceritakan kepada kami Yahya dari Sufyân, telah

menceritakan kepadaku „Âsim bin Bahdalah dari Zirr dari

„Abdullah bin „Amr, ia berkata: Rasȗlullah Saw bersabda:

“Dikatakan kepada orang yang membaca al-Qur‟ân: “Bacalah,

dan naiklah, serta bacalah dengan tartil (jangan terburu-buru),

sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia,

sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau

baca.” (H.R Abȗ Dawȗd dan Tirmidzî)38

c. Pada waktu Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya

menguburkan orang yang mati syahid sesuai perang Uhud, nabi

selalu menanyakan mana diantara mereka yang paling banyak

hafalan al-Qur‟ânnya? Jika diketahui, maka nabi menyuruh agar

orang tersebut lebih dahulu dikuburkan, agar ia lebih cepat

mendapat pahalanya. Ini merupakan perhatian Nabi yang besar

terhadap para penghafal al-Qur‟ân.39

d. Penghafal al-Qur‟ân mempunyai dunianya sendiri, yaitu dunia

spritiual yang hanya bisa dinikmati oleh mereka. Hal itu, karena

seorang yang selalu membaca al-Qur‟ân ia sebenarnya sedang

bermunajat, berbisik-bisik, bercengkrama dengan Allah. Allah

selalu hadir bersamanya, walaupun ia sendirian. Dengan

demikian, penghafal al-Qur‟ân yang selalu tadarus dengan al-

Qur‟ân tidak akan pernah merasa kesepian dan kekosongan

spritual.40

38

A. Muhammad Zen & Akhmad Mustafid, Bunga Rampai Mutiara al-Qur‟ân, hal. 27 39

A. Muhammad Zen & Akhmad Mustafid, Bunga Rampai Mutiara al-Qur‟ân, hal. 28 40

A. Muhammad Zen & Akhmad Mustafid, Bunga Rampai Mutiara al-Qur‟ân, hal. 29

Page 49: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

34

Keutamaan menghafal al-Qur‟ân yang bersifat ilmiah, diantaranya

sebagai berikut:

1. Jika disertai dengan amal ṣaleh dan keikhlasan, maka ini merupakan

kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2. Orang yang menghafal al-Qur‟ân akan mendapat anugerah dari

Allah berupa ingatan yang tajam dan pemikiran yang cemerlang.

Karena itu, para penghafal al-Qur‟ân lebih cepat mengerti dan teliti,

dan lebih hati-hati karena banyak latihan untuk mencocokkan ayat

serta membandingkan dengan ayat lainnya.

3. Menghafal al-Qur‟ân merupakan bahtera ilmu, karena akan

mendorong seseorang yang hafal al-Qur‟ân untuk berprestasi lebih

tinggi dari pada teman-temannya yang tidak hafal al-Qur‟ân,

sekalipun umur, kecerdasan, dan ilmu mereka berdekatan.

4. Penghafal al-Qur‟ân memiliki identitas yang baik, akhlak, dan

perilaku yang baik.

5. Penghafal al-Qur‟ân mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik

Arab dari landasannya secara tahbi‟i (alami), sehingga bisa fasih

berbicara dan ucapannya benar.

6. Jika penghafal al-Qur‟ân mampu menguasai arti kalimat-kalimat di

dalam al-Qur‟ân, berarti ia telah banyak menguasai arti kosakata

bahsa Arab, seakan-akan ia telah menghfalkan kamus bahasa Arab.

7. Dalam al-Qur‟ân banyak sekali kata-kata bijak (hikmah) yang sangat

bermanfaat dalam kehidupan. Dengan menghfal al-Qur‟ân, seorang

akan banyak menghfalkan kata-kata tersebut.

Page 50: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

35

8. Bahasa dan Uslub (susunan kalimat) al-Qur‟ân sangatlah memikat

dan mengandung sastra Arab yang tinggi. Seorang penghafal al-

Qur‟ân yang mampu menyerap wahana sastranya, akan mendapatkan

dzauq adabi (rasa sastra) yang tinggi. Hal ini bisa bermanfaat dalam

menikmati sastra al-Qur‟ân yang akan menggugah jiwa, sesuatu

yang tidak dinikmati oleh orang lain.

9. Dalam al-Qur‟ân banyak sekali contoh-contoh yang berkenaan

dengan ilmu Nahwu dan Sharaf. Seorang penghafal al-Qur‟ân akan

dengan cepat menghadirkan dalil-dalil dari ayat al-Qur‟ân untuk

suatu kaidah dalam ilmu Nahwu dan Sharaf.

10. Dalam al-Qur‟ân banyak sekali ayat-ayat hukum. Seorang penghafal

al-Qur‟ân akan dengan cepat pula menghadirkan ayat-ayat hukum

yang ia perlukan dalam menjawab satu persoalan hukum.

11. Seorang penghafal al-Qur‟ân setiap waktu akan selalu memutar

otaknya agar hafalannya kuat. Ia akan terbiasa menyimpan memori

dalam ingatannya.41

41

Sa‟dullah, 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur‟ân, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hal. 21-22.

Page 51: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

36

BAB III

ILMU MUKHTALIF AL-HADȊTS

A. Pengertian Ilmu Mukhtalif al-Hadîts

Secara bahasa mukhtalif adalah isim fa‟il dari kata ikhtilâf yakni

lawan kata dari al-ittifâq (kesepakatan/kesamaan). Dengan kata lain

makna ikhtilâf dan al-Hadîts yang menjadi kata mukhtâlif al-Hadîts

ialah hadîts-hadîts yang satu dengan yang lainnya mengandung

ketidaksamaan atau mengandung ketidaksamaan makna42

Ilmu ini membahas hadîts-hadîts yang tampaknya bertentangan,

bagaimana cara memadukannya, mengkrompromikannya melalui teori

taqyîd al-mutlaq, takhsîs al-„âm, atau memahaminya dengan asbâb al-

wurȗd-Nya yang berbeda-beda. Dengan demikian ilmu Mukhtâlif al-

Hadîts ini dapat di definisikan sebagai berikut:

Taqrîb an-Nawâwî bahwa ilmu Mukhtalif al-Hadîts ialah:

يشجح أنذ مخض دان ن ي ح نذي ن أ ا فد ف نده أ ف اح ؼد ش

“Dua hadîts yang saling bertentangan pada makna zhahir-Nya lalu

dikompromisasikan atau diunggulkan (tarjih) antara keduanya”.43

Abȗ Zahwu mendefinisikan sebagai berikut :

ا د أن يشد نذي ن يد اض ل مده اآل خش ش

42

Mahmȗd Tâhân, Taisîr Mustalâh al-Hadîts, (Jeddah: al-Haramain, 1985), hal.

56. 43

Jalâluddîn „Abdurrahmân as-Suyȗtî, Tadrib ar-Râwî fi Syarhi Taqrib an-

Nawawî, ditahkik oleh „Abdul Wahhab „Abdul Latif (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), hal. 196

Page 52: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

37

“Hadîts mukhtalif adalah terjadinya dua hadîts yang masing-masing

dari keduanya bertentangan secara lahiriah dengan yang lain.”44

Dari kedua definisi tersebut tampak adanya kesamaan bahwa

hadîts mukhtalif merupakan hadîts-hadîts yang lahiriah maknanya

saling bertentangan. Hanya bedanya, pada definisi pertama

menyebutkan alternatif pemecahannya, sedangkan pada definisi

kedua tidak demikian.

Meskipun begitu jika diteliti secara cermat, definisi-definisi

di atas ternyata masih mengandung kelemahan karena mencakup

semua hadîts yang secara lahiriah maknanya saling bertentangan,

baik sama-sama maqbûl (diterima) maupun yang satu di antaranya

maqbûl dan yang lainnya mardûd (ditolak). Padahal tidak semua

hadîts yang tampak bertentangan itu perlu dikompromikan atau

dicari penyelesaiannya, kecuali jika hadîts-hadîts itu sama-sama

dalam kategori maqbûl. Apabila salah satunya maqbûl, sedangkan

lainnya mardûd, maka pertentangan yang ada tidak perlu

diindahkan, tetapi cukup dipegang yang maqbûl dan ditinggalkan

yang mardûd.45

Di samping itu jika diperiksa lebih lanjut, para ulama yang

mendefinisikan hadîts mukhtalif seperti di atas pun sebenarnya

hanya menerima hadîts maqbûl (Shahîh dan Hasan) saja, yang bisa

dipegangi dan dijadikan hujjah, sedangkan hadîts mardûd (Dha‟if)

tidak bisa dipegangi dan dijadikan hujjah.

44

Muhammad Abû Zahw, Al-Hadîts wa al-Muhadditsûn, (Dâr al-Fikr, Beirut,

t.th.), hal. 471 45

Muhammad bin Ismâ‟îl al-Shan‟ânî, Taudhîh al-Afkâr, (Dâr al-Fikr, Beirut,

t.th), Juz I, hal. 423

Page 53: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

38

Dilihat dari definisi Mahmȗd at-Ṯahhan.46

bahwa penyelesaian untuk

mengatasi kasus Mukhtalif al-Hadîts ialah dengan cara al-Jam‟u wa at-

Taufîq dan di Tarjih, lalu meguatkannya dengan mengtaqyid-kan

kemutlkannya maupun men-takhsis keumumannya dengan syarat hadîts

tersebut ialah hadîts maqbȗl atau kualitas hadîts yang bertentangan sama,

Sahih dengan sahih dan hasan dengan hasan.47

Dengan demikian, dua definisi di atas yang memberi batasan

bahwa hadîts mukhtalif itu dua hadîts maqbûl (Ṣahîh atau Hasan)

yang bertentangan dengan hadîts yang sederajat, tampaknya lebih

tegas dibandingkan dengan definisi-definisi sebelumnya. Namun

demikian, bukan berarti antara definisi-definisi tersebut terjadi

perbedaan, karena yang tidak memberi batasan maqbûl itu pun

secara implisit mengakui pertentangan yang terjadi pada hadîts

mukhtalif hanyalah pada hadîts maqbûl saja.48

Dari uraian di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian

hadîts mukhtalif menurut pemahaman para ulama adalah hadîts

maqbûl (hadîts Shahîh atau Hasan) yang secara lahiriah maknanya

tampak saling bertentangan dengan hadîts maqbûl lainnya, namun

maksud yang dituju oleh hadîts-hadîts tersebut tidaklah bertentangan

karena antara hadîts satu dengan yang lainnya sebenarnya dapat

46

Mahmȗd Tâhân, Taisîr Mustalâh al-Hadîts, (Jeddah: al-Haramain, 1985), hal.

57. 47

Mahmȗd Tâhân, Taisîr Mustalâh al-Hadîts, hal. 57. 48

Ali Saifudin, Hadîts-hadîts Mukhtalif Menurut Ibnu Qutaibah (Telaah Kitab

Ta`wil Mukhtalif alHadîts) (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang,

2007), hal. 38.

Page 54: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

39

dikompromikan atau dicari penyelesaiannya dengan cara-cara

tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut, secara garis besar definisi

hadîts mukhtalif mencakup dua aspek. Pertama, adanya

pertentangan secara lahiriah antara dua hadîts, dan kedua ada

kemungkinan dikompromikannya kedua hadîts tersebut.

Kalau kita lihat bahwa ilmu ini besar manfaatnya, amatlah pantas

dikatakan bahwa “Ilmu Mukhtakif Hadîts” sangatlah dibutuhkan para ahli,

baik ulama hadîts, ulama fiqih maupun yang lainnya, demi mengetahui

kandungan hadîts-hadîts yang tampak bertentangan satu sama lain. Dan

perlu diketahui bahwa ilmu ini telah menciptakan sebuah cabang ilmu hadîts

tersendiri yaitu disebut ilmu mukhtalif al-Hadîts. Oleh karena itu, sebagian

ulama menyebut ilmu ini dengan sebutan musykil al-Hadîts, ilmu ikhtilaf al-

Hadîts, ilmu Ta‟wil al-Hadîts.49

B. Metode Penyelesaian Ikhtilaf al-Hadîts Menurut Para Ulama

Dengan memperhatikan definisi di atas, dapat dipahami bahwa ilmu

mukhtalif al-Hadîts adalah ilmu yang membahas hadîts-hadîts yang

menurut zahirnya bertentangan (berlawanan), kemudian menghilangkan

pertentangan tersebut atau mengkompromikan antara keduanya.

Sebagaimana juga ia membahas tentang hadîts-hadîts yang sulit

dipahami isi ataupun kandungannya, dengan cara menghilangkan

kemusykilan (kesulitannya) serta menjelaskan hakikatnya. Dengan

49

Bustamin, Dasar-dasar ilmu al-Hadîts, (Tangerang: Sejahtera kita, 2009), hal.

118.

Page 55: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

40

demikian ilmu mukhtalif al-Hadîts merupakan teori (tata cara) yang

dirumuskan para ulama, untuk menyelesaikan hadîts-hadîts maqbul

secara zahirnya tampak saling bertentangan, agar dapat ditemukan

pengkompromian atau jalan keluar penyelesaiannya, sehingga maksud

hadîts-hadîts tersebut dapat dipahami dengan baik.

Adapun yang menjadi objek ilmu mukhtalif al-Hadîts, yakni hadîts-

hadîts yang maqbul yang saling berlawanan, untuk dikompromikan

kandungannya baik dengan jalan membatasi (taqyid) kemutlakannya,

maupun dengan mengkhususkan (takhsis) keumumannya dan

sebagainya. Atau hadîts-hadîts yang musykil, untuk dita‟wilkan, hingga

hilang kemusykilannya, walaupun hadîts-hadîts musykil itu tidak saling

berlawanan.50

Kebanyakan para ulama menyelesaikan hadîts-hadîts mukhtalif

dengan 4 metode : pertama, metode al-Jam‟u wa taufiq, kedua, al-

Nasikh, ketiga, al-Tarjih, keempat, tawaqquf. Lebih lanjut mereka

menegaskan bahwa penggunaan metode ini dilakukan secara

bertahap dan bukan pilihan. Seperti pernyataan al-„asqalany : “hadîts

maqbul jika tidak ada hadîts lain yang bertentangan dengannya

disebut hadîts Muhkam. Tetapi jika hadîts yang setara (maqbul) lain

yang bertentangan dengannya, maka jika dapat dikompromikan

secara wajar, hadîts tersebut dipandang sebagai hadîts mukhtalif. Jika

tidak dapat dikompromikan dan ada sejarah yang menjelaskan mana

hadîts yang terakhir datang, maka yang datang terakhir ini dipandang

50

Fatchurrahman, Ikhtisar Musthalahul Hadîts, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1991), hal. 294

Page 56: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

41

(nasikh), sementara hadîts yang datang lebih awal dipandang

mansukh. Jika langkah ini tidak dapat dilakukan (karena tidak ada

sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan) maka jalan yang harus

ditempuh selanjutnya adalah tarjih. Jika ini pun tidak dapat

dilakukan maka hadîts-hadîts yang bertentangan tersebut harus di

tawaqquf-kan.51

Sedangkan menurut as-Suyȗtî, Imâm asy-Syâfi‟î (w. 204H)

adalah orang yang pertama yang mengupas habis masalah hadîts

mukhtalif, walaupun tidak semuanya. Langkah penyelesaian yang

ditawarkan oleh Imâm asy-Syâfi‟î rupanya banyak diikuti oleh

mayoritas ulama fiqh dan hadîts. Langkah yang diambil Imâm asy-

Syâfi‟î dalam menyelesaikan hadîts-hadîts yang kontradiktif adalah

al-Jam‟u, bila metode al-Jam‟u tidak bisa dilakukan maka harus

dilakukan tarjih. Di bawah ini adalah langkah-langkah yang

ditempuh dalam menyelesaikan hadîts-hadîts yang kontradiktif:52

1. al-Jam’u wa at-Taufiq (Kompromi)

Dalam menyikapi pertentangan pada hadîts-hadîts mukhtalif,

langkah pertama yang ditempuh ulama adalah menggunakan metode al-

Jam‟u wa taufiq (kompromi). Maksudnya adalah penyelesaian

pertentangan antara hadîts mukhtalif dengan cara menulusuri titik temu

kandungan makna masing-masingnya sehingga makna essensial yang

51

Ibn Hajar al-„Asqalany, Nukhbat al-Fikr, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-„Araby,

t.th), hal. 60 52

Al-Hadi Rashu al-Tunisi, Mukhtalif al-Hadîts wa Junȗd al-Muhadditsîn fîh,

(Beirut: Dâr Ibn Hazm, 1430), hal. 338

Page 57: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

42

dituju oleh hadîts-hadîts tersebut dapat diungkap. Melalui pemahaman

ini maka makna yang dikandung msing-masing hadîts dapat diamalkan

sesuai dengan tuntutannya.53

Imâm asy-Syâfi‟î sendiri, ketika menjelaskan tentang metode al-

Jam‟u wa taufiq, menegaskan bahwa tidak ditemukan dua hadîts yang

bertentangan kecuali ada jalan penyelesaiannya. Ada kemungkinan

antara dua hadîts yang bertentangan itu, satu harus dipahami secara

umum dan yang lain dipahami secara khusus. Kemungkinan kedua,

hadîts yang bertentangan terjadi karena situasi yang berbeda. Untuk

memahami hadîts-hadîts seperti ini dengan baik dan benar harus melihat

mempertimbangkan situasi atau kondisi yang berbeda tersebut lebih

lanjut terdapat pula kemungkinan-kemungkinan lain seperti untuk

menjwab pertanyaan sahabat tertentu. Pemahaman kontekstualitas ini

dalam analisisnya tentu saja memerlukan kepada data-data historis yang

dapat dipertanggung jawabkan. Kebutuhan ini dalam kerangka hadîts

dibahas secara umum dalam ilmu asbâb wurȗd al-Hadîts.54

Di samping

itu, penguasaan terhadap sirah nabawiyah yang memadai akan sangat

membantu proses penyelesaian tahap wal ini. Dari penjelasan di atas

dapat ditarik beberapa cara penyelesaian dalam benetuk kompromi.55

53

Edi Safitri, al-Imam asy-Syafi‟i Metode penyelesaian hadîts-hadîts

Mukhtalif,(Jakarta: IAIN Hidayatullah, 1990), hal. 151 54

Daniel Juned, Ilmu Hadîts (Paradigma baru dan Rekontruksi Ilmu Hadîts),

(Jakarta: Erlangga, 2010), hal. 114-118 55

Edi Safitri, al-Imam asy-Syafi‟i Metode penyelesaian hadîts-hadîts

Mukhtalif,(Jakarta: IAIN Hidayatullah, 1990), hal. 98-122

Page 58: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

43

a. Penyelesaian berdasarkan pemahaman dengan pendekatan kaidah

ushul

Yang dimaksud pemahaman dengan pendekatan kaidah ushul di sini

ialah memahami hadîts-hadîts Rasulullah dengan memperhatikan dan

mempedomani ketentuan atau kaidah-kaidah ushul terkait yang telah

dirumuskan oleh para ulama. Hal ini perlu mendapat perhatian karena

masalah bagaimana harusnya memahami maksud suatu hadîts atau untuk

dapat meng-istinbath-kan hukum-hukum yang dikandung dengan baik,

meerupakan masalah yang menjadi objek kajian ilmu ushul.

Dalam upaya penyelesaian perbenturan antara dua dalil hukum, para

ulama ushul fiqh, bertolak kepada suatu prinsip yang dirumuskan dalam

kaidah: “Mengamalkan dua dalil yang berbenturan, lebih baik dari

pada menyingkirkan satu diantaranya.”56

b. Penyelesaian beerdasarkan pemahaman kontekstual

Yaitu memahami hadîts-hadîts Rasulullah dengan memperhatikan

dan mengkaji keterkaitannya dengan peristiwa atau situasi yang

melatarbelakangi munculnya hadîts-hadîts tersebut, atau dengan

perkataan lain dengan memperhatikan dan mengkaji konteksnya.

c. Penyelesaian berdasarkan pemahaman korelatif

Pendekatan terhadap hadîts-hadîts mukhtalif yang tampak

bertentangan menyangkut suatu masalah yang dikaji bersama dengan

56

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh,jilid 2, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hal. 227

Page 59: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

44

hadîts lain yang terkait, dengan memperhatikan keterkaitan makna satu

dengan yang lainnya, agar maksud atau kandungan makna yang

sebenarnya dari hadîts-hadîts tersebut dapat dipahami dengan baik dan

dengan demikian pertentangan yang tampak dapat ditemukan

pengompromiannya.

d. Penyelesaian dengan cara ta‟wil

Yakni dengan cara mena‟wilkannya dari makna lahiriah yang

tampak bertentangan kepada makna lain sehingga pertentangan yang

tampak tersebut dapat ditemukan titik temu atau pengompromiannya.

Adapun syarat-syarat al-Jam‟u wa al-Taufiq adalah sebagai berikut:

a) Mempertegas (tahaqquq) kontroversi dua dalil, yaitu masing-masing

dalil tersebut saling bertentangan dan pantas dijadikan hujjah. Hal

itu dimaksudkan bahwa yang dikehendaki adalah

mengkompromikan dua hadîts yang dapat dijadikan hujjah dan

maqbul. Sebab jika kontroversinya tidak dipertegas seperti salah

satunya merupakan hadîts mardȗd, maka hadîts yang lain niscaya

selamat dari pertentangan. Dengan demikian hadîts yang diamalkan

jelas.

b) Mengkompromikan dua dalil tidak sampai berdampak membatalkan

syariah atau membatalkan bagiannya.

c) Kompromi dapat menghilangkan kontroversi.

d) Kompromi dua dalil tidak menjadikan benturan dengan dalil shahih

yang lain.

Page 60: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

45

e) Dua hadîts yang bertentangan terjadi pada satu masa. Jika masa dua

hadîts itu berbeda dan salah satunya menunjukan nasikh atau

mansȗkh, maka yang diamalkan salah satunya.

f) Kompromi dua dalil digunakan untuk tujuan dan cara yang benar.

Maksud dan tujuan yang benar adalah menghilangkan kontroversi

yang ada pada dua dalil itu dan bersandar pada dalil syar‟i.

Sedangkan cara yang benar adalah cara yang dapat diterima, tidak

serampangan dan dipaksakan, tidak keluar dari tujuan universal

syariat dan tidak menggunakan ta‟wil ba‟id, sehingga kompromi

tidak keluar dari kaedah ketetapan bahasa atau kaedah agama yang

dipahami secara pasti dan juga tidak keluar pada konteks yang tidak

pantas ucapan syar‟i.

g) Sebagian ulama menyaratkan kesetaraan dua dalil yang

bertentangan, sehingga kompromi keduanya benar-benar valid.

2. Tarjih (Memilih yang terkuat)

Hadîts-hadîts yang Mukhtalif bila tidak mungkin untuk

dikompromikan dengan cara apapun, ditemukan petunjuk yang mungkin

menguatkan salah satu di antara keduanya, maka digunakanlah dalil

yang memiliki petunjuk yang menguatkan itu. Cara tersebut dinamakan

tarjih.

Secara etimologi, tarjih berarti “menguatkan”. Dalil yang dikuatkan

disebut dengan rajih, dan dalil yang dilemahkan disebut dengan marjuh.

Dalam arti istilah, tarjih adalah ungkapan mengenai di iringinya salah

satu dari dua dalil yang pantas yang menunjukan kepada apa yang

Page 61: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

46

dikehendaki, di samping keduanya berbenturan yang mewajibkan untuk

mengamalkan satu di antaranya dan meninggalkan yang satu lagi.57

Kekuatan atau hujjah suatu hadîts didukung oleh banyak hal, baik

menyangkut sanad maupun matan. Dalam men-tarjih, hal-hal yang

menyangkut sanad dan matan dan hal-hal yang ada kaitannya dengan

nilai hujjah hadîts tersebut, dikaji secara rinci dan mendalam dan

diperbandingkan antara satu dengan yang lainnya dapat diketahui

manakah sebenarnya di antara hadîts yang lebih tinggi nilai hujjahnya

dan mana yang lemah. Maka dengan demikian pertentangan yang

tampak sudah dapat diselesaikan, yakni dengan memegang dan

mengamalkan yang lebih kuat dan meninggalkan yang lemah.58

Dalam men-tarjih, sebenarnya banyak hal yang bisa dikaji dan

diperbandingkan di antara hadîts-hadîts yang bertentangan tersebut baik

menyangkut sanad maupun matan. Meskipun demikian, seecara garis

besar pentarjihan tersebut tidak terlepas dari empat hal pokok, yaitu: 1).

Dari segi sanad 2). Dari segi matan 3). Dari segi Madlul, dan 4). Dari

segi hal-hal lain yang turut mendukung nilai hadîts tersebut.59

Berikut

penjelasannya:

a. Tarjih dilihat dari segi sanad60

57

Amir Syarifuddin, Ushul fiqh,Jilid 2, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hal.

283 58

Edi Safitri, al-Imam asy-Syafi‟i Metode penyelesaian hadîts-hadîts

Mukhtalif,(Jakarta: IAIN Hidayatullah, 1990), hal. 130 59

Edi Safitri, al-Imam asy-Syafi‟i Metode penyelesaian hadîts-hadîts Mukhtalif,

hal. 133-134 60

Abdul Majid Khon, Tarjih dan Metode Pemahaman Hadîts, (Jakarta: AMZA,

2014), hal. 202-204

Page 62: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

47

1) Banyaknya periwayat memberikan faedah zham yang lebih

kuat bagi mayoritas ulama.

2) Periwayat senior lebih unggul dibandingkan periwayat

junior, kecuali lebih dhâbith.

3) Salah seorang periwayat lebih kuat hafalannya. Misalnya,

Malik bin Anas lebih kuat ingatannya dari pada Syu‟aib bin

Kisan.

4) Salah seorang periwayat disepakati keadilannya, sedangkan

yang lain diperselisihkan.

5) Salah satu periwayat terlibat dalam suatu kasus dalam hadîts.

6) Salah seorang periwayat menerima hadîts setelah baligh,

sementara yang satunya lagi sebelum baligh.

b. Tarjih dilihat dari segi matan

1) Mendahulukan hadîts yang khusus dari pada yang umum.

2) Mendahulukan makna yang hakikat dari pada yang majas.

3) Mendahulukan makna yang hakikat syar‟iyyah (agama) atau

„urfiyyah (tradisi) dari pada hakikat lughowiyyah

(kebahasaan).

4) Mendahulukan yang muqayyad (ada pembatasan) dari pada

yang muthlak (tanpa pembatasan).

5) Mendahulukan penguat bagi hukum asal dari pada yang

menimbulkan hukum.

6) Mendahulukan yang lebih ihtiyâth (berhati-hati)

c. Tarjih dilihat dari segi penguat yang lain

Page 63: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

48

1) Mendahulukan hadîts yang memiliki penguat lain dari pada

yang tidak memilikinya.

2) Mendahulukan hadîts qauli dari pada fi‟il karena qauli

mempunyai bentuk ungkapan (shîghah), sedangkan fi‟il tidak

mempunyainya.

3) Mendahulukan ungkapan yang tegas dan jelas.

4) Mendahulukan amalan mayoritas ulama salaf.

5) Mendahulukan amalan yang sesuai dengan amalan Khulafaur

Rasyidin

6) Mendahulukan yang sesuai dengan amalan ahli Madinah

7) Mendahulukan yang lebih dekat kepada makna lahirnya al-

Qur‟ân.

3. Nasikh wa al-Mansukh (membatalkan salah satu dan

mengamalkan yang lainnya)

Jika al-Jam‟u wa at-Taufiq dan tarjih tidak dapat dilakukan,

ditetapkan bahwa hadîts yang datang belakangan menasakh hadîts

yang lebih dahulu.61

Masalah yang berkaitan erat dengan masalah pertentangan

hadîts-hadîts ialah masalah nasikh. Secara harfiah nasikh berarti

penghapusan atau pembatalan atau annulment. Dalam sebuah hadîts,

ada sebagian ulama yang menjatuhkan nasikh jika sulit baginya

menggAbȗngkan makna di antara yang maknanya bertentangan,

61

Abdul Majid Khon, Tarjih dan Metode Pemahaman Hadîts, (Jakarta: AMZA,

2014), hal. 201

Page 64: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

49

sedangkan hadîts yang paling akhir dari keduanya sudah dapat

diidentifikasikan pentarikhannya.62

Pada hakikatnya, pengakuan adanya nasikh dalam hadîts

cakupannya lebih sempit dibandingkan dengan pengakuan nasikh

dalam al-Qur‟ân. Perlu diingat bahwa ternyata setelah dilakukan

penelitian, sebagian hadîts yang dicurigai telah dimansukh terbukti

tidak dimansukh. Hadîts-hadîts tersebut adakalanya mengandung

makna „azimah (ketetapan) dan makana rukhshah (dispensasi),

sehingga masing-masing disesuaikan dengan hukumnya sendiri.63

Dalam kerangka teori keilmuan, nasakh dipahami sebagai

sebuah kenyataan adanya sejumlah hadîts mukhtalif bermuatan taklif

yang mengandung kesamaan topik, tetapi dengan makna yang

berlawanan dan tidak dapat dikompromikan. Persoalan ini menjadi

pembicaraan dikalangan ulama hadîts dalam karya-karya mereka dan

bahkan telah melahirkan suatu cabang ilmu yang disebut ilmu nasikh

al-Hadîts wa mansukh, yakni satu cabang ilmu hadîts yang

membahas hadîts-hadîts yang tampak mengandung makna saling

bertentangan dan tidak dapat dikompromikan, baik dengan

memperhatikan matan hadîts apakah mengandung penegasan adanya

nask dari Rasulullah saw sendiri atau para sahabatnya, atau dengan

mengkaji kronologi waktu munculnya hadîts, untuk diketahui mana

diantaranya yang naskh dan mana yang mansukh. Untuk mengetahui

62

Yusuf Qardhawi, Studi Kritis as-Sunnah, (Bandung: Trigenda Karya, 1995), hal. 140 63

Yusuf Qardhawi, Studi Kritis as-Sunnah, hal. 141

Page 65: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

50

pembahasan lebih jauh dan mendalam menyangkut masalah nasakh

ini hendaklah kembali kepada kitab-kitab ushul fiqh.64

Ulama yang memperbolehkan adanya nasakh,

mengemukakan bebrapa syarat dalam penetapan nasakh, yaitu:

pertama, yang di nasakh itu adalah hukum syar‟i, yaitu hukum yang

bersifat amaliah, bukan hukum „aqli dan bukan yang menyangkut

„aqidah. Kedua, dalil yang emnunjukan berakhirnya masa berlaku

hukum yang lama itu, datang secra terpisah dan kemudian dari dalil

yang di-nasakh-kan. Kekuatan kedua dalil itu adalah sama dan tidak

mungkin dikompromikan. Ketiga, dalil dari hukum yang di-nasakh-

kan tidak menunjukan berlakunya hukum untuk selamanya, karena

pemberlakuan secara tetap dan berketerusan, menutup kemungkinan

pembatalan berlakunya hukum dalam suatu waktu.65

C. Urgensi Ilmu Mukhtalif al-Hadîts wa Musykiluh

Ilmu ini termasuk ilmu terpenting bagi ahli hadîts, ahli fiqih dan

ulama-ulama yang lain. Yang menekuninya harus memiliki pemahaman

yang mendalam, ilmu yang luas, terlatih dan berpengalaman. Dan yang

bisa mendalaminya hanyalah mereka yang mampu memadukan antara

hadîts dan fiqih. Dalam hal ini, as-Sakhawiy mengatakan: “Ilmu ini

termasuk jenis yang terpenting yang sangat dibutuhkan oleh ulama

diberbagai disiplin. Yang tidak menekuninya secara tuntas adalah

64

Muhammad Adib Ṣalih, Lamhat fî Uṣul al-Hadîts, (Beirut: al-Maktabah al-

Islamy, 1399H), hal. 84. 65

Amir Syarifuddin, Ushul fiqh,Jilid 2, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hal.

251

Page 66: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

51

mereka yang berstatus imam yang memadukan antara hadîts dan fiqih

dan yang memiliki pemahaman yang sangat mendalam.66

Menurut Edi Safitri mengapa Imâm asy-Syâfi‟î tidak menganut

prinsip tawaqquf tersebut karena ia melihat dari segi praktisnya. Dalam

hubungan ini Abȗ Zahrah mengatakan bahwa Imâm asy-Syâfi‟î tidak

menganut prinsip ini karena hal itu berdasarkan kepada hasil

penelitiannya yang mendalam terhadap hadîts-hadîts tersebut, dalam

penelitiannya Imâm asy-Syâfi‟î tidak pernah menemukan hadîts-hadîts

mukhtalif yang tidak menemukan jalan penyelesaiannya, sehingga harus

tawaqquf-kan dalam kesimpulan atau penelitiannya tersebut dungkapkan

sendiri oleh imâm asy-Syâfi‟î: “Kami tidak pernah menemukan hadîts-

hadîts mukhtalif, melainkan ada jalan keluarnya.”67

Dengan demikian

jelaslah bahwa tidak dianut prinsip tawaqquf oleh Imâm asy-Syâfi‟î

dalam teori penyelesaian hadîts-hadîts mukhtalif. Tentang pentingnya

prinsip tawaqquf dilihat dari segi praktisnya, juga dikemukakan oleh

„Abdul al-Wahab Khallaf dengan mengatakan bahwa prinsip ini hanya

ada dalam teori namun dalam prakteknya tidak pernah ditemukan, jadi

secara praktis tidak adanya prinsip tawaqquf tidak dapat dikatakan

sebagai suatu kelemahan dari teori penyelesaian hadîts mukhtalif Imâm

asy-Syafi‟î.68

66

Muhammad „Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadis: Pokok-Pokok Ilmu Hadis.(Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2013), hal. 254 67

Muhammad Idris asy-Syafi‟i, ar-risalah, (T.t: Dar al-Fikr, T.th), hal. 216 68

Edi Safitri, al-Imam asy-Syafi‟i Metode penyelesaian hadîts-hadîts

Mukhtalif,(Jakarta: IAIN Hidayatullah, 1990), hal. 146

Page 67: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

52

Ilmu ini merupakan salah satu buah dari penghafalan hadîts,

pemahaman secara mendalam terhadapnya, pengetahuan tentang „am

dan khash-nya, yang muthlaq dan muqayyad-nya dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan penguasaan terhadapnya. Sebab tidak cukup bagi

seseorang hanya dengan menghafal hadîts, menghimpun sanad-sanadnya

dan menandai kata-katanya tanpa memahaminya dan mengetahui

kandungan hukumnya.69

Ulama telah memberikan perhatian serius terhadap ilmu Mukhtalif

dan Musykil al-Hadîts ini sejak masa sahabat, yang menjadi rujukan

ulama segala persoalan setelah Rasulullah Saw wafat. Mereka

melakukan ijtihad mengenai berbagai hukum, memadukan antar

berbagai hadîts, menjelaskan dan menerangkan maksudnya. Kemudian

generasi demi generasi mengikuti jejak mereka, mengkompromikan

antar hadîts yang tampaknya saling bertentangan dan menghilangkan

kesulitan dalam memahaminya. Ulama memiliki peran yang besar dalam

menghilangkan dan mengenyahkan sebagian kerumitan yang ditebarkan

oleh sementara aliran, sperti Mu‟tazilah dan /musyabbihah seputar

beberapa hadîts.70

Kajian ini jauh sebelumnya disuarakan oleh Imâm asy-Syâfi‟î.

Ulama yang pertama-tama menghimpun ilmu Mukhtalif al-Hadîtsini

ialah Imâm asy-Syâfi‟î. Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa

Imâm as-Syâfi‟î itu tidak ada maksud untuk menjadikan ilmu itu berdiri

69

Muhammad „Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadis: Pokok-Pokok Ilmu Hadis.(Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2013), hal. 254 70

Muhammad „Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadis: Pokok-Pokok Ilmu Hadis, hal. 254

Page 68: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

53

sendiri, tetapi beliau hanya menulisnya dalam membahas masslah-

masalah dalam kitab beliau al-Umm. Kritikan tersebut tidak tepat, sebab

disamping beliau mengutarakan hadîts Mukhtalif didalam kitab al-Umm,

juga menyusun sendiri dalam kitab tertentu dengan nama Mukhtaluf al-

Hadîts. Kitab tersebut dicetak dibagian pinggiran (Hamisy) juz ke-VII

daari kitab al-Umm.71

Setelah muncul kitab Mukhtalif al-Hadîts oleh Imâm asy-Syâfi‟î

maka lahirlah kitab-kitab seperti:72

1. Ta‟wil Mukhtalif al-Hadîts, karya al-Hafizh „Abdullah bin Muslim

bin Qutaibah ad-Dainury (213-276 H). Kitab ini ditulis oleh

pengarangnya untuk memberikan jawaban bagi orang yang

mengadakan tantangan terhadap hadîts dan menuduh para ahli hadîts

yang sengaja mengumpulkan hadîts-hadîts yang saling berlawanan

dan meriwayatkan hadîts-hadîts yang musykil-musykil. Beliau

kumpulkan hadîts-hadîts yang menurut lahirnya saling berlawanan,

kemudian beliau uraikan sehingga hadîts-hadîts tersebut tidak

berlawanan satu sama lain.

2. Musykil al-Atsar, karya Imâm Abȗ Ja‟far Ahmad bin Muhammad

ath-Thahawy (239-321 H). Di samping beliau ini sebagian al-

Muhaddits juga terkenal sebagai al-Faqih (ahli fiqh). Kitab yang

71

Fatchurrahman, Ikhtisar Musthalahul Hadîts, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1991),

hal. 338 72

Fatchurrahman, Ikhtisar Musthalahul Hadîts, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1991),

hal. 339

Page 69: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

54

beliau susun ini terdiri dari 4 jilid dan telah dicetak di India pada

tahun 1333 H.

3. Musykil al-Hadîts wa Bayanuhu, karya al-Muhaddits Abȗ Bakr

Muhammad bin al-Hasan (Ibnu furak) al-Anshari al-Asbihany (wafat

tahun 406 H), beliau menyusun beberapa hadîts nabawy yang

menurut lahirnya diduga serupa (tasybih), dan berlawanan (tanaqudl)

yang dilemparkan oleh orang-orang yang memusuhi agama.

Kemudian setelah beliau jelaskan hadîts-hadîts itu, batallah tuduhan-

tuduhan mereka. Karena uraian yang beliau kemukakan di samping

berdasarkan kepada nash-nash juga berpijak kepada analisa yang

logis. Kitab ini telah dicetak di India pada tahun 1362 H.

Page 70: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

55

BAB IV

PENYELESAIAN HADÎTS SANKSI BAGI ORANG YANG

MELUPAKAN HAFALAN AL-QUR’ÂN DAN HADÎTS NABI LUPA

AKAN AYAT AL-QUR’ÂN

A. Teks Hadîts dan Takhrij Hadîts

1. Hadîts Sanksi Bagi orang yang melupakan hafalan ayat al-Qur‟ân

Hadîts yang diriwayatkan oleh Imâm at-Turmudzî

ػبذ اح ك احخضص اخبشن ػبذ - ان نذبد ػبذ احد ب ن ػبذ احؼضيض ن ذ ن اح ج

م حكع ا ق ا ق انس ن ندطبع ػ ػبذ ل ن اح طمب ن جشيجع ػ ان ادع ػ س

م ػشضج ػم اجدس امخ نخ اح ل قزاة يخشجه احشجل س دق ل م ل ػم

آيتع احقشآن ا دسةع م ػشضج ػم رندب امخ فم اس رنب اػظ م اح سجذ م

احه سجل ب نسه

“Telah menceritakan kepada kami „Abdul Wahhâb bin „Abdul

Hakam al-Khazzaz telah mengabarkan kepada kami „Abdul Majîd

bin „Abdul „Azîz bin Abȗ Rawwâd dari ibnu Juraij dari Muṯâlib bin

„Abdullah bin Hanṯab dari anas bin Mâlik dia berkata: Rasȗlullah

shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Pahala-pahala ummatku

ditampakkan kepadaku, hingga pahala seseorang yang membuang

debu dari masjid, dan ditampakkan kepadaku dosa-dosa ummatku,

maka tidak aku lihat dosa yang lebih besar dari satu surat atau satu

ayat yang diberikan kepada seseorang kemudian dia

melupakannya.”73

Hadîts pertama ini penulis menggunakan kamus hadîts kitab al-

Mu‟jam al-Mufahras li Alfazi al-Hadîts, penulis menulusuri kata عشض, data

yang di uraikan dalam kitab tersebut sebagai berikut:

73

Al-Tirmidzi, Abȗ Isa Muhammad Ibn Musa al-Dahaq al-Sulami al-Bughi,

Sunan al-Tirmidzi, (Riyadh: Dar al-Salam, 1999), hal. 178.

Page 71: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

56

75م هساجذ

61د صالة

61ث ثاب القشاى

حن 74

Dari keterangan di atas diketahui bahwa hadits yang penulis tetliti

hadits tersebut terdapat pada: Shahih Muslim kitab masajid nomor hadits

157, Abu Dawud kitab Shalat nomor hadits 16, at-Tirmidzi kitab tsawab al-

Qur‟an nomor hadits 19, dan Musnad Imam Hanbal halaman 5, 180 dan

128.

Penulusuran selanjutnya melalui kitab Mausu‟ah Atraf al-Hadits an-

Nabawi al-Syarif penulis menemukan data-data yang diuraikan dalam kitab

tersebut sebagai berikut:

عشضج عل أجس أهخ حخ القزاة خشجا الشجلل هي الوسجذ

١٦٤ -ى

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa hadits tersebut ada di

an-Nasai halaman 461.

1. Susunan riwayat hadits yang di keluarkan Sunan at-Tirmidzi

ػبذ ذ ن ػبذ اح ك احخضص اخبشن ػبذ اح ج ان نذبد ػبذ احد ب ن احؼضيض ن

م حكع ا ق ا ق انس ن ندطبع ػ ػبذ ل ن اح طمب ن جشيجع ػ ان ادع ػ س

74

A.J Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfazi al-Hadîts al-Nabawiyah, juz 6,

hal. 336.

Page 72: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

57

م ػشضج ػم اجدس امخ نخ احقزاة يخشجه احش ل جل س دق ل م ل ػم

آيتع احقشآن ا دسةع م ػشضج ػم رندب امخ فم اس رنب اػظ م اح سجذ م

احه سجل ب نسه

2. Susunan riwayat hadits yang di keluarkan Abu dawud

ػبذ أن نذبد ػبذ احد ب ن ػبذ احؼضيض ن اح ك احخضاص أخبشن ػبذ اح جذ ن

م حكع ا ق ا ق أنس ن ندطبع ػ ػبذ ل ن اح طمب ن جشيجع ػ ان ادع ػ س

م ػ ل شضج ػم أجدس أمخ نخ احقزاة يخشجه احشجل س دق ل م ل ػم

آيتع احقشآن أ دسةع م ػشضج ػم رندب أمخ فم أس رنب أػظ م اح سجذ م

أحه سجل ب نسه

3. Susunan riwayat yang dikeluarkan oleh imam an-Nasai

مدصدسع ػ صسيغع ا ق نذبد شؼبت ػ مد ا ق نذبد يضيذ ن أخبشن ػ شان ن

م ا ق نوس لنذ ل احدب م ل ػم ػبذ ل ػ ائلع ػ أن يقدق أن

ذس م ا خز شا احقشآن ف نل أ شع حفص ج نل د نس ج نسج آيت

ػقمل احدؼ م ج ق م احش

Setelah di teliti, ternyata pada hadîts ini terdapat 1 musnad yang di

anggap Tadlis yaitu Ibn Juraij.75

75

Hafiz Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi asma al-

Rijal, (Beirut Muassasah al-Risalah, 1983), juz 18, hal. 338-347

Page 73: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

58

Hadîts yang diriwayatkan oleh Imâm Abȗ Dawȗd

ف ئزع - س ن ػ ان صي دع ػ يضيذ ن ادسيس ػ احؼل اخبشن ان نذبد م ذ ن

ػب دث ا ق ا ق س دق ل م ل ؼذع ن امشئع يقشأ احقشآن ػ م م م ل ػم

جل يدم احق مت أجزم ب يدس ه أال حق ل ػض

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-„Ala, telah

mengabarkan kepada Ibnu Idrîs dari Yazîd bin Abȗ Ziyad dari „Ȋsa

bin Fâid dari Sa‟d bin „Ubâdah ia berkata: Rasȗlullah shallallhu

„alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seseorang mempelajari

(menghafal) al-Qur‟ân kemudian melupakannya, kecuali ia akan

bertemu dengan Allah pada hari kiamat dalam keadaan terputus

tangannya.”76

Kemudian hadîts ini penulis juga menggunakan kamus hadîts kitab

al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfazi al-Hadîts, penulis menelusuri kata أجزم,

data yang di uraikan dala kitab tersebut sebagai berikut:

16د حش

د فضائل القشاى

حن77

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa hadits tersebut

terdapat pada : Sunan Abu Dawud Kitab Witir halaman 21, Sunan ad-

Darimi kitab Fadhailul Qur‟ân halaman 2, dan Musnad Imam Hanbal

halaman 2.

76

Al-Sijitsani, Abȗ Daud Sulaiman bin Al-Ats, Sunan Abȗ Dâwud, (Libanon: Dar

al-A‟lam Ibn Hanbal, (Beirut dar al-„Alam) hal. 254. 77

A.J Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfazi al-Hadîts al-Nabawiyah, juz 4,

hal. 181.

Page 74: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

59

Penulusuran selanjutnya melalui kitab Mausu‟ah Atraf al-Hadîts an-

Nabawi asy-Syarif dan data-data yang diuraikan dalam kitab tersebut

sebagai berikut:

ها هي اهشئ قشأ القشآى ثن سا

١٤ -د الحش ب

1. Susunan hadits yang dikeluarkan Abu Dawud

ي ادسيس ػ احؼل اخبشن ان نذبد م ذ ن ف ئزع ػ س ن ػ ان صي دع ػ ضيذ ن

امشئع يقشأ احقشآن ب م م م ل ػب دث ا ق ا ق س دق ل م ل ػم ؼذع ن

جل يدم احق مت أجزم يدس ه أال حق ل ػض

2. Susunan hadits yang dikeluarkan ad-Darimi

ؼذ سجلع ػ ػس ػ أن صي دع ػ يضيذ ن شؼبت ػ ػ مشع ػ نذبد ؼذ ن

سجلع م ا ق م م ل ػب دة أن س دق ل م ل ػم يخؼم احقشآن ب يدس ه ن

د أجزم ال حق ل يدم احق مت

3. Susunan hadits yang dikeluarkan Ahmad Hanbal

ف ئذع ػ ػس ن أن صي دع ػ يضيذ ن جؼفشع نذبد شؼبت ػ سجلع نذبد م ذ ن

أمش ػنشةع ال أ م أنل ا ق م م ل احدب م ل ػم ػب دة ػ ؼذ ن ح ػ

أنذع يخؼم ا م م جل مغمدال يدم احق مت ال يطمقل ال احؼذق حقشآن ب نسل ل ػض

جل أجزم ال حق ل ػض

Page 75: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

60

Setelah di teliti sebelumnya, ternyata pada hadîts ini terdapat 2

musnad yang di anggap Dha’if yaitu ‘Ȋsa bin Fâid78

dan Yazîd bin Abî

Ziyâd.79

2. Hadîts Nabi lupa akan ayat al-Qur‟ân

- أنال ػا نا مع ػا يدنس ػا دنع أخبشن ػس ن م ذ ن ػب نذبد م ذ ن

م سجال يقاشأ فا اح ساجذ ل ػ ئنت سض ل ػده ا حج غ احدب م ل ػم

فق ق سن ل صاد ػبا د نا ازا دسة ازا م زا آيت أ قطخه ل حقذ أر شن زا

خا فسا غ ادث ػبا دع ام فا ن ال ػ ئنات حهجاذ احدبا ام ل ػم ػبذ ل ػا

ايصم ف اح سج ذ فق ق ي ػ ئنت أ دث ػب دع زا امج نؼ ا ق احمه اسن ػب د

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ubaid bin

Maimȗn telah mengabarkan kepada kami 'Ȋsa bin Yȗnus dari Hisyâm

dari bapaknya dari 'Âisyah radhiallahu 'anha berkata; Rasȗlullah

shallallahu 'alaihi wasallam mendengar sesoerang membaca Al-

Qur'ân di masjid lalu Beliau bersabda: "Semoga Allah merahmati

orang itu. Sungguh dia telah mengingatkan aku tentang ayat ini dan

itu yang aku telah lupa dari surat ini dan itu". Dan 'Abbâd bin

'Abdullah menambahkan dari 'Âisyah radhiallahu 'anha: "Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat tahajjud di

rumahku lalu Beliau mendengar suara 'Abbâd yang sedang shalat di

masjid lalu Beliau berkata: "Wahai 'Âisyah, apakah itu suara

'Abbâd?" Aku jawab: "Ya". Maka Beliau bersabda: "Ya Allah

rahmatilah 'Abbâd".

Kemudian hadîts kedua ini penulis menggunakan kamus hadîts kitab

al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfazi al-Hadîts, penulis menulusuri kata data

yang di uraikan dalam kitab tersebut sebagai berikut:80

66شادث خ

78

Hafiz Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi asma al-

Rijal, (Beirut: Dar el-Fikr), juz 23, hal. 21 79

Hafiz Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi asma al-

Rijal, (Beirut: Dar el-Fikr), juz 32, hal. 135-140 80

A.J Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfazi al-Hadîts al-Nabawiyah, juz 2,

hal. 477.

Page 76: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

61

112م هسافشي

1. Susunan hadits yag di keluarkan Imam Bukhari

ااد م ااذ ناا ػب ياادنسنااذبد م ااذ ناا أناال نع أخبشناا ػساا ناا ناا مع ػاا ػاا

اام سجاال يقااشأ اال ػ ئناات سضاا ل ػدهاا ا حااج اا غ احدباا اام ل ػم ػاا

اادسة اازا ماا اازا آياات أ ااقطخه فاا اح سااجذ فقاا ق سن اال ل حقااذ أر شناا اازا

اام فاا اال ػ ئناات حهجااذ احدباا اام ل ػم ػبااذ ل ػاا صاد ػباا د ناا اازا

خاا فساا غ اادث ػباا دع يصااام فاا اح سااجذ فقاا ق يااا ػ ئناات أ اادث ػباا دع ااازا ن

اامج نؼ ا ق احمه ا سن ػب د

2. Susunan hadits yang di keluarkan Imam Muslim

ناا مع ػاا أنااد شياابع ااا ال نااذبد أنااد أ اا مت ػاا بت أناا شاا نااذبد أنااد نكااش ناا

اام اا غ اال ػ ئناات أن احدباا اام ل ػم اال فقاا ق أناال ػاا احم سجاال يقااشأ ماا

زا دسة زا زا آيت دج أ قطخه م يشن ل ل حقذ أر شن زا

Sedangkan pada hadîts ini penulis tidak menemukan kejanggalan

ataupun kecatatan baik itu dari segi sanad maupun matan.

Dari penulusuran yang penulis lakukan di atas, bahwa kedua

hadîts tersebut secara tekstual adalah hadîts mukhtalif. Oleh karena

itu, selanjutnya penulis akan menyelesaikan hadîts tersebut melalui

pemahaman imam an-Nawâwî81

yang mengatakan hadîts mukhtalif

81

Jalâluddîn „Abdurrahmân as-Suyȗtî, Tadrib ar-Râwî fi Syarhi Taqrib an-

Nawawî, ditahkik oleh „Abdul Wahhab „Abdul Latif (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), hal. 196

Page 77: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

62

adalah hadîts yang saling bertentangan pada makna zhahirnya lalu

dikompromisasikan atau di unggulkan antara keduanya.

B. Penyelesaian Hadîts Mukhtalif

Melihat dari penelitian hadîts-hadîts di atas, penulis disini

menyimpulkan bahwa metode yang di ambil adalah metode Tarjih,

yaitu mengunggulkan hadîts yang kedua dibandingkan dengan yang

pertama. Dengan beberapa alasan dan bukti-bukti yang menguatkan

sebagai berikut:

Hadîts pertama di temukan sanad yang kualitasnya Tadlis82

(Ibnu Juraij) pada hadîts yang pertama dan Dha’if83

(‘Ȋsa

bin Fâid dan Yazîd bin Abî Ziyâd) pada hadîts kedua,

sedangkan pada hadîts yang kedua penulis tidak menemukan

kecacatan baik itu dari segi sanad maupun matan.

Dengan demikian jelaslah bahwa hadîts kedua lebih di

unggulkan dari pada hadîts golongan pertama. Sebagai penguat pada

hadîts golongan kedua, penulis akan menjelaskan maksud dari hadîts

tersebut.

أنال ػا نا مع ػا يادنس ػا ادنع أخبشنا ػسا نا م اذ نا ػب نذبد م ذ ن

م سجال يقاشأ فا اح ساجذ ل ػ ئنت سض ل ػده ا حج غ احدب م ل ػم

فق ق سن ل صاد ػبا د نا ازا دسة ازا م زا آيت أ قطخه ل حقذ أر شن زا

82

Hafiz Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi asma al-

Rijal, (Beirut: Dar el-Fikr), juz 18, hal. 338-347 83

Hafiz Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi asma al-

Rijal, (Beirut: Dar el-Fikr), juz 23, hal. 21 dan juz 32, hal. 135-140

Page 78: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

63

خا فسا غ ادث ػبا دع ام فا ن ال ػ ئنات حهجاذ احدبا ام ل ػم ػبذ ل ػا

ايصم ف اح سج ذ فق ق ي ػ ئنت أ دث ػب دع زا امج نؼ ا ق احمه اسن ػب د

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ubaid bin

Maimȗn telah mengabarkan kepada kami 'Ȋsa bin Yȗnus dari

Hisyâm dari bapaknya dari 'Âisyah radhiallahu 'anha berkata;

Rasȗlullah shallallahu 'alaihi wasallam mendengar sesoerang

membaca Al-Qur'ân di masjid lalu Beliau bersabda: "Semoga

Allah merahmati orang itu. Sungguh dia telah mengingatkan

aku tentang ayat ini dan itu yang aku telah lupa dari surat ini

dan itu". Dan 'Abbâd bin 'Abdullah menambahkan dari

'Âisyah radhiallahu 'anha: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

melaksanakan shalat tahajjud di rumahku lalu Beliau

mendengar suara 'Abbâd yang sedang shalat di masjid lalu

Beliau berkata: "Wahai 'Âisyah, apakah itu suara 'Abbâd?"

Aku jawab: "Ya". Maka Beliau bersabda: "Ya Allah

rahmatilah 'Abbâd".

Di dalam kita Fathu al-Bâri ibnu Hajar menjelaskan bahwa

pada hadîts ini ada dua riwayat mengenai suara yang didengar

Rasȗlullah Saw. Pertama, ada yang menyebutkan „Abbâd bin Bisyr,

seorang sahabat senior. Kedua, yaitu „Abbâd bin „Abdullah bin az-

Zubair seorang tabi‟in.

Akan tetapi, „Abdul Ghani bin Sa‟id menegaskan di dalam

kitab al-Mubhamaat bahwa orang yang ditengarai membaca al-

Qur‟ân pada riwayat Hisyâm dari bapaknya, dari „Âisyah, adalah

„Abdullah bin Yazîd al-Anshari. Telah diriwayatkan dari jalur amrah

dari „âisyah bahwa Nabi Saw mendengar suara yang membaca al-

Qur‟ân di masjid, kemudian beliau bertanya, “Suara siapakah ini?”

mereka menjawab, “‟Abdullah bin Yazîd.” Nabi Saw bersabda, حقااذ

Sungguh ia telah mengingatkanku pada) ر شناا آياات يشن اال ل دااج أنسااخه

satu ayat yang aku dijadikan lupa atasnya, semoga allah

merahmatinya). Pendapat „Abdul Ghani ini didukung oleh adanya

kesamaan antara kisah Amrah dari „Âisyah dengan kisah „Urwah

Page 79: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

64

dari „Âisyah. Berbeda dengan kisah „Abbâd dari „Âisyah, dimana di

dalamnya tidak disinggung mengenai ayat yang di lupakan.

Ada kemungkinan kedua kisah itu merupakan satu kejadian,

dimana Rasȗlullah Saw mendengar suara 2 orang laki-laki dan

beliau mengenali suara salah seorang dari mereka, maka beliau

bersabda “Ini adalah suara „Abbâd”‟, tapi beliau tidak mengenali

suara yang satunya sehingga beliau pun bertanya tentang pemilik

suara itu. Lalu suara yang beliau tidak kenali suaranya itulah yang

mengingatkan beliau kepada ayat yang telah dijadikan lupa

atasnya.84

Kemudian hadîts ini juga di perjelas pada hadîts Imam

Bukhârî pada bab fadhailul Qur‟ân tentang “lupa al-Qur‟ân”.

ػ ئنااات سضااا ة ػااا ػاااش ي ااا نااذبد صائاااذة ناااذبد نااا م ػاا نااذبد سناااغ نااا

ااام سجااال يقاااشأ فااا اح ساااجذ فقااا ق ل ػدهااا ا حاااج ااا غ احدبااا ااام ااال ل ػم

دسة زايشن ل ل حقذ أر شن زا زا آيت م85

Telah menceritakan kepada kami Rabî' bin Yahya Telah

menceritakan kepada kami Zâidah Telah menceritakan

kepada kami Hisyâm dari „Urwah dari „Âisyah radliallahu

'anha, ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah

mendengar seseorang membaca (Al-Qur`ân) di dalam masjid,

lalu beliau bersabda: "Semoga Allah merahmati si Fulan,

sesungguhnya ia telah mengingatkanku ayat ini dan ini, yakni

ayat dari surat ini."

84

Ahmad bin „Ali bin Hajar al-„Asqalani, Fathu al-Bârî bi Syarah Ṣahih Bukhârî

(Kairo : Dar al-Haramain, 1417H/1996M) juz 5, hal. 298-299 85

Ahmad bin „Ali bin Hajar al-„Asqalani, Fathu al-Bari bi Syarah Shahih Bukhari

(Kairo : Dar al-Haramain, 1417H/1996M) juz 9, hal. 97-98

Page 80: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

65

ااام سجااال ااال .yakni seorang laki-laki ااا غ احدبااا ااام ل ػم

Penjelasan tentang namanya sudah disebutkan pada pembahasan di

atas.

ااادسة حقاااذ أر شنااا ااازا ااازا ااازا آيااات مااا ibnu Hajar „Asqalani

mengatakan beliau belum menemukan keterangan tentang surat yang

dimaksud. Sungguh aneh orang yang mengatakan maksud perkataan

itu adalah 21 ayat.86

Jalur kedua hadîts ini di riwayatkan dari Muhammad bin

„Ubaid bin Maimȗn, dari „Ȋsa, dari Hisyâm. „Ȋsa yang dimaksud

adalah Ibnu Yȗnus bin abî Ishâq.

ماا ااا ق أ ااقطخه ناا مع اادنع نااذبد ػساا ػاا م ااذ ناا ػب نااذبد م ااذ ناا

ن مع ػبذة ػ مسهشع دسة زا ح نؼل ػم ن87

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaid bin

Maimȗn Telah menceritakan kepada kami „Ȋsa dari Hisyâm

yakni, beliau bersabda: "Yang aku gugurkan dari surat ini."

Hadîts ini diperkuat oleh „Ali bin Mushir dan „Abdah dari

Hisyâm.

Pada hadîts ini ibnu Hajar „Asqalani tidak mensyarahkan apa

pun, hanya mengatakan ini adalah hadîts penjelas dari hadîts yang

disebutkan di atas melaui jalur yang berbeda.

أناال ػاا ة ػاا ػااش ناا م ناا أناا سجاا ءع نااذبد أنااد أ اا مت ػاا نااذبد أن ااذ اناا

اااام سجاااال يقااااشأ فاااا اااادسةع اااال ػ ئناااات ا حااااج اااا غ س اااادق ل اااام ل ػم

86

Amiruddin, Fathu al-Bari Penjelasan Kitab Shahih Bukhori, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008), hal. 931 87

Ahmad bin „Ali bin Hajar al-„Asqalani, Fathu al-Bari bi Syarah Shahih Bukhari

(Kairo : Dar al-Haramain, 1417H/1996M) juz 9, hal. 98

Page 81: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

66

ااادسة ااازا ااازا آيااات داااج أنساااخه مااا ااال فقااا ق يشن ااال ل حقاااذ أر شنااا ااازا ن حم

زا 88

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abî Rajâ` Telah

menceritakan kepada kami Abȗ Usâmah dari Hisyâm bin

„Urwah dari bapaknya dari „Âisyah ia berkakta; Rasȗlullah

shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang

membaca suatu surat di malam hari, maka beliau pun

bersabda: "Semoga Allah merahmati si Fulan, sungguh, ia

telah mengingatkanku ayat ini dan ini aku telah dilupakan

dari surat ini dan ini."

ج أنساااخه دااا (Tadinya aku dijadikan lupa kepadanya).

Kalimat ini menafsirkan kalimat “hilang dariku”. Seakan-akan

beliau bersabda “Hilang dariku karena lupa bukan disengaja”.

Dalam riwayat Ma‟mar dari Hisyâm yang dikutip al-Ismaili, داااج

Al-Ismaili berakta: “Lupa yang .(Aku lupa kepadanya) أنسااااخه

terjadi pada Rasȗlullah Saw terhadap al-Qur‟ân, ada dua macam:

salah satunya lupa yang akan beliau ingat sesaat kemudian, dan ini

berdasarkan tabi‟at manusia, dan ini pula yang diindikasikan sabda

beliau Saw pada hadîts Ibnu Mas‟ud pada pembahsan tentang sujud

sahwi, ن اااا أن ننااااش ماااامك أنساااا حدساااادن (sesungguhnya aku adalah

manusia seperti kalian, aku lupa seperti kalian lupa). Adapun yang

kedua adalah Allah mengangkat dari hatinya dengan maksud

menghapuskan bacaannya. Inilah yang disinyalir pengecualian

dalam firman Allah )اااادقش ئااااك فاااال حدساااا ال م شاااا ءل Kami akan

88

Ahmad bin „Ali bin Hajar al-„Asqalani, Fathu al-Bari bi Syarah Shahih Bukhari

(Kairo : Dar al-Haramain, 1417H/1996M) juz 9, hal. 98

Page 82: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

67

membacakan kepadamu sehingga engkau tidak akan lupa kecuali

apa yang dikehendaki Allah).89

Hadîts ini menjadi hujjah bagi mereka yang mengatakan

Nabi Muhammad Saw bisa saja lupa dalam perkara yang tidak

berhubungan dengan penyampaian secara mutlak. Demikian juga

dalam perkara penyampaian, tetapi dengan dua syarat. Pertama, lupa

sesudah hal itu disampaikan. Kedua, lupa yang tidak akan

berlangsung terus-menerus, tetapi beliau akan ingat, baik dari

dirinya sendiri maupun dari faktor luar. Namun, apakah disyaratkan

untuk ingat dengan segera ataukah tidak? Dalam hal ini ada dua

pendapat. Adapun sebelum disampaikan maka mustahil baginya

lupa sama sekali.90

Hadîts ini juga memuat keterangan yang membolehkan

mengeraskan suara membaca al-Qur‟ân di malam hari dalam masjid.

Begitu pula disukai mendoakan orang yang telah mendatangkan

kebaikan meski dia tidak sengaja melakukannya.

Di dalam syarah Ṣahih Bukhârî juga dijelaskan hadîts

golongan yang pertama, Ibnu Hajar al-„Asqalani mengatakan, para

ulama salaf berbeda pendapat tentang lupa terhadap ayat-ayat al-

Qur‟ân. Sebagian menggolongkannya sebagai dosa besar. Abȗ

Ubaid meriwayatkan dari adh-Dhahhak bin Muzahim dengan jalur

mauquf, dia berkata, “Tidaklah seseorang mempelajari al-Qur‟ân,

89

Amiruddin, Fathu al-Bârî Penjelasan Kitab Shahih Bukhori, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008), hal. 932-933 90

Amiruddin, Fathu al-Bârî Penjelasan Kitab Shahih Bukhori, hal. 933

Page 83: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

68

kemudian lupa melainkan karena dosa yang dilakukannya,”sebab

Allah berfirman dalam surat asy-Syuura ayat 30, مااا أ ااا نكااا مااا

فب ااا سااابج أياااذيك مصااابت (Dan apa musibah yang menimpa kamu

maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri).

Sementara lupa terhadap al-Qur‟ân merupakan musibah yang paling

besar.” Kelompok ini berdalil dengan riwayat Abȗ Dawȗd dan at-

Tirmidzî dari hadîts anas, yang di nisbatkan kepada Nabi

Muhammad Saw, ػشضااج ػماا رناادب أمخاا فماا أس رنباا أػظاا ماا اادسة

هاااا سجاااال باااا نسااااه ditampakkan kepadaku dosa-dosa) ماااا احقااااشآن أح

umatku, maka aku tidak melihat dosa yang paling besar dari pada

surah al-Qur‟ân yang diberikan kepada seseorang kemudian dia

lupa). Namun sanadnya lemah (seperti apa yang saya sebutkan pada

penelitian hadîts tersebut diatas). Begitu pula hadîts Abȗ Dawȗd

yang di riwayatkan dari Sa‟ad bin „Ubâdah, dinisbatkan kepada Nabi

Muhammad Saw, هللا ننن أجنننزم هننني ننن ننن لقلننن شأ القنننشآى ثنننني سل (Barang siapa

membaca al-Qur‟ân kemudian dia lupa niscaya dia akan bertemu

allah dalam keadaan ajdzam). Dalam sanadnya juga terdapat

pembicaraan. Di antara mereka yang berpendapat seperti ini dari

kalangan ulama madzhab Syâfi‟î adalah abȗ al-Makarim. Dia

beralasan bahwa berpaling dari al-Qur‟ân menyebabkan lupa

terhadapnya. Lupa ini menunjukan kurang perhatian dan

meremehkannya.91

91

Amiruddin, Fathu al-Bari Penjelasan Kitab Shahih Bukhori, (Jakarta: Pustaka

Page 84: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

69

Al-Qurṯubi berkata, “Barang siapa menghafal al-Qur‟ân atau

sebagianya sungguh ia telah meraih kedudukan yang lebih tinggi

dari pada yang tidak menghafalnya. Jika dia merusak kedudukan

hingga menjauh darinya, maka sangat sesuai bila diberi ganjaran

seperti itu, karena meninggalkan interaksi dengan al-Qur‟ân

berakibat kembali kepada kebodohan. Sementara kembali kepada

kebodohan setelah berilmu adalah urusan sangat dahsyat.” Ishâq bin

Rahawaih berkata, “Tidak disukai bagi seseorang yang telah berlalu

40 hari tanpa membaca al-Qur‟ân.” Kemudian dia menyebutkan

hadîts „Abdullah bin Mas‟ud, نااوس م لنااذ أن يقاادق نسااج آياات ااج

Sangat buruk bagi salah seorang mereka mengatakan aku lupa“ ااج

ayat ini dan itu.” Hadîts ini terdapat keterangan yang membolehkan

seseorang untuk mengatakan, “Aku menghilangkan ayat ini dari

surah ini,” jika hal itu dialaminya. Ibnu Abȗ dawȗd meeriwayatkan

dari Abȗ „Abdurrahman as-Sulami, dia berkata, “Jangan katakan,

„Aku hilangkan ayat ini‟, tapi katakan, „aku telah lalai terhadap ayat

ini‟.” Ini adalah adab yang bagus, tetapi bukan suatu kewajiban.92

ػبااذ ل ااا ق ااا ق ائاالع ػاا أناا مدصاادسع ػاا ع نااذبد ااف ن ػاا نااذبد أنااد نؼاا

اااج نااال احدبااا ااام ل ػم اااج ااام ناااوس مااا لناااذ يقااادق نساااج آيااات ااال

د نس 93

Azzam, 2008), hal. 934-935

92 Amiruddin, Fathu al-Bari Penjelasan Kitab Shahih Bukhori, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008), hal. 935-936 93

Ahmad bin „Ali bin Hajar al-„Asqalani, Fathu al-Bari bi Syarah Shahih

Bukhari, (Kairo : Dar al-Haramain, 1417H/1996M) juz 9, hal. 99

Page 85: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

70

Telah menceritakan kepada kami Abȗ Nu'aim Telah

menceritakan kepada kami Sufyân dari Manṣur dari Abȗ

Wa`il dari „Abdullah ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Alangkah celakanya seorang yang

mengatakan, 'Aku lupa ayat ini dan ini.' Akan tetapi

hendaklah ia mengatakan, 'Aku telah dilupakan.'"

Seakan-akan maksudnya larangan mengucapkan “Aku lupa

ayat ini dan itu” bukan karena ucapan ini semata, bahkan larangan

melakukan hal-hal yang membuat lupa sehingga seseorang

mengucapkan perkataan itu. Mungkin juga larangan dan

pembolehan ini dipahami dalam dua keadaan. Barang siapa lupa

karena sibuk terhadap urusan agama seperti jihad, maka tidak

mengapa mengatakan seperti itu, sebab lupa tersebut bukan karena

kurang perhatian terhadap agama. Atas dasar ini dipahami hadîts-

hadîts dari Nabi Saw tentang penisbatan lupa terhadap dirinya

sendiri. Sedangkan mereka yang lupa dikarenakan sibuk terhadap

urusan dunia terutama bila perkara itu sesuatu yang dilarang maka

tidak boleh menisbatkan lupa pada dirinya, karena dia telah sengaja

melakukan hal-hal yang membuat lupa.94

Namun demikian, terlepas dari lemahnya derajat hadîts

golongan pertama yang menerangkan tentang orang yang melupakan

ayat al-Qur‟ān akan mendapatkan siksa, sebenarnya apabila kita

teliti lebih dalam maka akan kita dapati bahwa dua golongan hadîts

tersebut tidaklah bertentangan. Hal ini dapat kita rujuk ke dalam

redaksi dari masing-masing hadîts.

94

Amiruddin, Fathu al-Bari Penjelasan Kitab Shahih Bukhori, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008), hal. 930

Page 86: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

71

Hadîts golongan pertama memakai kata سنن (dengan bentuk

kata kerja sekarang atau yang akan datang) dan سنن (dengan bentuk

kata kerja lampau) yang keduanya memiliki arti melupakan.

Menurut penulis, lupa dalam kalimat ini terjadi karena kesengajaan

dari orang yang memiliki hafalan tersebut.

Adapun hadîts golongan kedua menerangkan Nabi

Muhammad SAW mendengar orang yang membaca al-Qur‟ān di

masjid yang kemudian ayat-ayat tersebut ternyata mengingatkan

Nabi atas ayat-ayat yang beliau telah lupa. Untuk menerangkan

hadîts ini, penulis mendapatkan hadîts yang memiliki kesamaan

bahasan dalam kitab Shāhih Bukhāri yang dapat menerangkan hadîts

ini, redaksi dari hadîts tersebut adalah:

أناال ػاا ة ػاا ػااش ناا م ناا أناا سجاا ءع نااذبد أنااد أ اا مت ػاا نااذبد أن ااذ اناا

اااام اااال سجاااال يقااااشأ فاااا اااادسةع ػ ئناااات ا حااااج اااا غ س اااادق ل اااام ل ػم

ااادسة ااازا ااازا آيااات داااج أنساااخه مااا ااال فقااا ق يشن ااال ل حقاااذ أر شنااا ااازا ن حم

زا 95

“Imām Bukhāri telah meriwayatkan dari Ahmad bin Abī Rajā

dari Abū Usāmah dari Hisyām dari „Urwah dari bapaknya

„Urwah dari „Āisyah berkata: Rasūlullah mendengar seorang

laki-laki yang membaca sebuah surat pada waktu sholat

malam, kemudian Rasūlullah berkata: semoga Allah

merahmatinya. Sungguh ia telah mengingatkanku ini dan ini,

yaitu ayat yang aku lupa dari surat ini dan ini.”

Apabila dalam hadîts ini digunakan kata أسنننخا yang berarti

telah dilupakan padaku dengannya, sedangkan di dalam hadîts yang

95

Ahmad bin „Ali bin Hajar al-„Asqalani, Fathu al-Bari bi Syarah Shahih Bukhari

(Kairo : Dar al-Haramain, 1417H/1996M) juz 9, hal. 98

Page 87: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

72

sebelumnya digunakan أسننقخا yang berarti telah aku jatuhkan ia (aku

lupakan), maka imam Ibnu Hajar selaku orang yang menerangkan

kitab shohih Bukhari, dalam kitab “Fath al-Bār”-nya menjelaskan

bahwa kata unsituha merupakan keterangan dari kata asqottuha.

Sehingga menurut Ibnu Hajar terjadinya “lupa” Rasūlullah akan ayat

al-Qur‟ān merupakan buah dari ketidak sengajaan, bukannya timbul

dari sebuah kesengajaan.

Menurut Ibn Hajar, mengutip dari al-Isma‟iliy, lupa

Rasūlullah tentang ayat al-Qur‟ān dapat dibagi ke dalam dua

keadaan. Keadaan yang pertama merupakan lupa akan hal-hal yang

ia ingat sesaat sebelumnya, sedangkan yang kedua merupakan lupa

akibat dihapusnya ayat al-Qur‟ān dari hatinya akibat hukum naskh.

Keadaan yang pertama terjadi akibat tabi‟at manusia, yaitu sifat

lupa. Hal ini dikuatkan dengan hadîts yang diriwayatkan dari Ibn

Mas‟ūd dalam sujud sahwi bahwasannya Rasūlullah berkata:

“sesungguhnya aku manusia seperti kalian, aku lupa seperti kalian

juga lupa.” Dan yang perlu ditekankan adalah bahwa keadaan yang

pertama ini cepat hilangnya, atau dalam kata lain Rasūlullah akan

cepat mengingat kembali ayat-ayat yang telah ia lupa.

Sehingga dari pemaparan di atas, menjadi jelaslah bahwa

sebenarnya terdapat kolerasi antara dua golongan hadîts tersebut.

Yaitu, apabila lupa akan ayat al-Qur‟ān muncul dari sebuah

kesengajaan, maka akan mendapatkan siksa (menurut hadîts-hadîts

yang diriwayatkan oleh sahabat Sa‟ad bin „Ubadah). Namun apabila

Page 88: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

73

lupanya terjadi akibat dari ketidak sengajaan, maka kita sebagai

manusia selayaknya tidak takut untuk menghafal al-Qur‟ān karena

memang tabiatnya menjadi tempat salah dan lupa.

Page 89: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, hadîts mukhtalif

tentang Sanksi Bagi Orang Yang Melupakan Hafalan al-Qur‟ân

dapat diselesaikan dengan metode Tarjih dengan mengunggulkan

hadîts tentang Rasȗlullah SAW lupa akan ayat al-Qur‟ân, dimana

pada hadîts tersebut kualitas sanad nya lebih terpercaya dan

kedudukan hadîts tersebut Sahih. Hadîts ini juga diperkuat oleh

pemahaman hadîts-hadîts lain yang berkaitan dengan hadîts tersebut,

dijelaskan bahwa lupa Rasȗlullah Saw itu adalah lupa yang tidak

disengaja atau bisa dikatakan lupa sesaat, Ibnu Hajar al-„Asqalani

mengatakan dalam syarah Shahih Bukhori “Lupa Rasulullah dalam

al-Qur‟ân itu ada 2 macam: Pertama, lupa yang akan beliau ingat

sesaat kemudian, dan ini berdasarkan tabi‟at manusia. Kedua, lupa

karena kehendak Allah. Kemudian telah jelas bahwa orang yang

melupakan hafalan al-Qur‟ân itu tidak mendapatkan dosa. Kalaupun

hadîts itu tetap ingin dijadikan hujjah, bukan lupa yang dijadikan

masalah, akan tetapi orang yang mendapatkan dosa adalah orang

yang meremehkan atau melalaikan al-Qur‟ân.

Tapi di satu sisi sebenarnya terdapat kolerasi antara dua

golongan hadîts tersebut. Yaitu, apabila lupa akan ayat al-Qur‟ān

muncul dari sebuah kesengajaan, maka akan mendapatkan siksa

Page 90: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

75

(menurut hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Sa‟ad b.

„Ubādah). Namun apabila lupanya terjadi akibat dari

ketidaksengajaan, maka kita sebagai manusia selayaknya tidak takut

untuk menghafal al-Qur‟ān karena memang tabiatnya menjadi

tempat salah dan lupa.

B. Saran

1. Sebagai seorang muslim hendaknya membudayakan

menghafal al-Qur‟ân, karena seseorang yang menghafal al-

Qur‟ân mendapatkan kemuliaan di dunia maupun di akhirat.

2. Jangan pernah ragu bagi para penghafal al-Qur‟ân setelah

melihat hadîts yang mengatakan bahwa orang yang

melupakan hafalan al-Qur‟ân itu dosa besar, karena hadîts

tersebut kualitasnya Dha‟if dan hanya mengingatkan bahwa

orang yang dosa itu adalah orang yang meremehkan atau

melalaikan al-Qur‟ân.

3. Studi tentang mukhtalif al-Hadîts perlu diperbanyak dalam

mengkajinya untuk memudahkan masyarakat dalam

mengamalkan hadîts yang dipandang kontradiktif.

Page 91: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

76

DAFTAR PUSTAKA

„Abdur Rauf, „Abdul Azîz, Mengahafal Qur‟ân itu Mudah, serie 2,

Jakarta: Markaz Al-Qur‟ân.

Abȗ Isa Muhammad Ibn Musa al-Dahaq al-Sulami al-Bughi, Sunan

al-Tirmidzi, Riyadh: Dar al-Salam, 1999.

Abû Zahw, Muhammad, Al-Hadîts wa al-Muhadditsûn, Dâr al-Fikr,

Beirut, t.th.

Abidin S, Zainal, Seluk Beluk al-Qur‟ân, Jakarta:PT.Rineka Cipta,

1992.

„Abdurrahmân as-Suyȗtî, Jalaluddin, Tadrib ar-Râwî fi Syarhi

Taqrib an-Nawawî, ditahkik oleh „Abdul Wahhab „Abdul Latif

Beirut: Dar al-Fikr, 1988.

Abdullah Ibn Abdirrahman Ibn al-Fadl Ibn Bahram Ibn Abi Samad

al-Taimi, Sunan al-Darimi, Beirut:Dar al-Fikr, T.th.

Adib Shalih, Muhammad, Lamhat fî Ushul al-Hadîts, (Beirut: al-

Maktabah al-Islamy, 1399H.

Ahmad bin „Ali bin Hajar al-„Asqalani, Fathu al-Bari bi Syarah

Shahih Bukhari, Kairo : Dar al-Haramain, 1417H/1996M.

Ahmad „Abdullah, Muhammad Metode Cepat dan Efektif Menghafal

al-Qur‟ân al-Karîm, Yogyakarta: Gara Ilmu, 2009.

Aidh bin Abdullah al-Qarni, 391 hadîts pilihan, Jakarta: Darul Haq,

2007.

Ajaj al-Khatib, Muhammad, Ushul al-Hadis: Pokok-Pokok Ilmu

Hadis.Jakarta:Gaya Media Pratama, 2013.

Ali Ash-ShAbȗni, Muhammad, Ikhtisar Ulumul Qur‟ân Praktis

Jakarta:Pustaka Amami, 2001.

Amiruddin, Fathu al-Bari Penjelasan Kitab Shahih Bukhori, Jakarta:

Pustaka Azzam, 2008.

A.Muhammad Zen & Akhmad Mustafid, Bunga Rampai Mutiara al-

Qur‟ân, Jakarta: Pimpinan Pusat Jam‟iyyatul Qurra‟ Wal

Huffazh, 2006.

Al-Bukhārî, Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ja‟fî, Ṣaḥîḥ

Bukhārî, Kairo: al-Mathba‟ah al-Salafiyyah, 1400 H.

Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadîts, Jakarta: Ushul Press, 2009 .

Page 92: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

77

Bustamin, dan Salam, Isa , Metode kritik hadîts, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004.

Hude, Darwis, Jurnal Studi al-Qur‟an, Tangerang Selatan: Pusat

Studi al-Qur‟an, 2007.

Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadîts Nabi, Jakarta, :

Bulan Bintang , 1992.

Idris asy-Syafi‟i, Muhammad ar-risalah, T.t: Dar al-Fikr, T.th.

Juned, Daniel Ilmu Hadîts (Paradigma baru dan Rekontruksi Ilmu

Hadîts), Jakarta: Erlangga, 2010.

Khon, Abdul Majid. Takhrij dan Metode Pemahaman Hadis. Jakarta:

AMZAH, 2014.

Al-Khatib, Muhammad „Ajaj. Ushul al-Hadis: Pokok-Pokok Ilmu

Hadis. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013.

Al-Mubarakfuri, Muhammad „Abd al-Rahman, Tuhfah al-Ahwadzi fi

Syarh Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dar. Al-Fikr, T.th.

Al-Mizzi, Hafiz Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf, Tahdzib al-Kamal

fi asma al-Rijal, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983.

Muhammad bin Ismâ‟îl al-Shan‟ânî, Taudhîh al-Afkâr, Dâr al-Fikr,

Beirut, t.th.

Muhamad bin Idrîs asy-Syâfi‟î, Kitab al-Umm, Dar al-Wafa, 2001.

Al-Naysabūrî, Abî al-Husayn Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyayrî,

Ṣaḥîḥ Muslim, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1991.

Nurdiyanto, Ade, lupa vs melupakan al-Qur‟ân, Surabaya: Griya al-

Qur‟ân, 2013.

Qardhawi, Dr Yusuf. Bagaimana Bersikap Terhadap Sunnah,

Bandung: Pustaka Mantiq, 1994.

Qardlawi, Dr. Yusuf. Studi Kritis as-Sunnah. Bandung: Trigenda

Karya, 1995.

Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul Hadîts. Bandung: PT

Alma‟arif, 1974.

Rashu al-Tunisi, al-Hadi, Mukhtalif al-Hadîts wa Junȗd al-

Muhadditsîn fîh, (Beirut: Dâr Ibn Hazm, 1430.

Al-Sijitsani, Abȗ Daud Sulaiman bin Al-Ats, Sunan Abȗ Dâwud,

Beirut: Maktabah al-„Ashriyah, 275 H.

Page 93: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

78

Sa‟dullah, 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur‟an, Jakarta: Gema Insani,

2011

Safri, Edi. Al-Syafi‟i Metode Penyelesaian Hadis-Hadis Mukhtalif.

Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1990.

Syarifuddin, Prof. Dr. H. Amir. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana, 2011‟

Salim Badwilan, Ahmad, Panduan Cepat Menghafal al-Qur‟ân,

Jogjakarta:DIVA Press, 2009.

Supian, Ilmu-ilmu al-Qur‟an, Jakarta: Gaung Persada Press, 2012.

ath-Thâhân, Mahmȗd. Taisîr Mustalâh al-Hadîts, Jeddah: al-

Haramain, 1985.

Ulum, M. Samsul, Menangkap Cahaya al-Qur‟an, Malang: UIN

Malang Press, 2007.

„Ummar, Abȗ & Fatiah al-Adnani, Abȗ Negeri-negeri Penghafal al-

Qur‟an, Sukoharjo: al-Wafi, 2015

Weinsinck, A.J, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfāzh al-Hadîṡ, Leiden:

Briel, 1969.

Page 94: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

79

A. Hadits pertama

م ػشضج ػم أجدس ل ا ق س دق ل م ل ػم

أمخ

أس بي هالل

ػبذ ػبذ اح جذ ن

ادع أن س احؼضيض ن

ػبذ ل ن اح طمب ن ندطبع ػ

ندطبع

جشيجع ان

ػبذ ػبذ احد ب ن

اح ك احخضاص

شؼبت

مدصدسع

ائلع أن

ػبذ ل

صسيغع يضيذ ن

مد ػ شان ن

رواه النسائ سا أب داد سا الخشهز

ػ

ػ

اخبشن

نذبد

نذبد

ػ

ػ

نذبد

اخبشن

ػ

ػ

نذبد

Page 95: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

80

B. Hadits kedua

ل امشئع ا ق س دق ل م ل ػم م م م أمخ

ػب دث ؼذع ن

ف ئزع س ن ػ

ان صي دع يضيذ ن

ادسيس ان شؼبت

جؼفشع احؼل م ذ ن ػ مشع م ذ ن ؼذ ن

سا أب داد

سا الذسه

سا أحوذ

نذبد

ػ ػ

ػ

نذبد اخبشن

ػ

نذبد

ػ

نذبد

Page 96: MEMAHAMI ULANG HADȊTS TENTANG ORANG YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38238/2/MOHAMAD... · satu sisi hadits ini juga bisa di kompromikan bila di lihat dari

81

C. Hadits ketiga

م ل سجل يقشأ ف اح سجذ غ احدب م ل ػم

أمخ

ػ ئنت

يدنس ػس ن

أنل

ن مع أند أ مت ػ

ذ ن ػب م ذ ن

د نع م

بت أند نكش ن أن ش

أند شيبع

ن مع أند أ مت ػ

أنل

ػ ئنت

سا اهام هسلن

سا اهام بخاس

ػ

ػ

نذبد

نذبد

ػ

ػ

ػ

اخبشن

نذبد