108
MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI RUGI TANAH OLEH PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PEMBANGUNAN JALAN UMUM (Studi Kasus Pelebaran Jalan Ciater Rawa Mekar Jaya) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh MOH FAHMI BAHARUDIN NIM.1111048000062 KONSENTRASI HUKUM BISNIS P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M

MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI RUGI TANAH

OLEH PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PEMBANGUNAN JALAN

UMUM

(Studi Kasus Pelebaran Jalan Ciater – Rawa Mekar Jaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh

MOH FAHMI BAHARUDIN

NIM.1111048000062

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M

Page 2: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan
Page 3: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

ii

Page 4: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

iii

Page 5: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

iv

ABSTRAK

Moh Fahmi Baharudin. NIM 1111048000062. MEKANISME PENGADAAN

DAN KONSINYASI GANTI RUGI TANAH OLEH PEMERINTAH TERKAIT

DENGAN PEMBANGUNAN JALAN UMUM (Studi Kasus Pelebaran Jalan

Ciater – Rawa Mekar Jaya) Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum

Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015 M. x + 93 halaman. Skripsi ini bertujuan untuk

mengetahui tentang apakah pengadaan tanah dan konsinyasi terhadap

pembangunan untuk kepentingan umum dan faktor apa saja yang mempengaruhi

tindakan pemerintah dalam hal tata cara ganti kerugian dan konsinyasi tanah

menurut Undang-Undang yang berlaku. Latar belakang skripsi ini adalah

pembangunan pelebaran Jalan Raya Ciater – Rawa Mekar Jaya dimana

pemerintah Tangerang Selatan mengadakan pembangunann yang dikarenakan

Jalan Raya Ciater – Rawa Mekar Jaya sudah tidak dapat menampung volume

kendaraan yang pada saat jam pergi dan pulang kerja bisa menyebabkan macet

hingga berjam-jam. Untuk itu pemerintah Kota Tangerang selatan perlu untuk

membebaskan lahan untuk sebagai tempat pembangunan jalan tersebut. Dengan

adanya pembebasan lahan ini maka perlu diadakan musyawarah dengan

masyarakat yang bertujuan untuk mensosialisasikan harga penawaran tanah.

Kegiatan konsinyasi juga harus ditempuh untuk mempercepat kegiatan pengadaan

lahan ini mengingat bahwa anggaran belanja daerah harus cepat dikeluarkan guna

mengejar target anggaran pendapatan dan belanja daerah Kota Tangerang Selatan.

Metode yang digunakan penulis adalah metode penelitian hukum normatif dengan

menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan

kasus (case approach). Selanjutnya ada tiga bahan hukum yang digunakan dalam

penelitian ini, yakni bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non-

hukum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengadaan tanah oleh Pemerintah

Kota Tangerang Selatan sudah memenuhi ketentuan – ketentuan yang diatur

dalam Undang – Undang No.2 Tahun 2014 dalam hal kegiatan sosialisai,

musyawarah dan kegiatan ganti rugi dengan pelepasan hak atas tanah oleh pemilik

hak tanah. Kegiatan konsinyasi ganti rugi tanah juga dilakukan dengan baik dan

sesuai aturan yang dimana konsinyasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

Tangerang Selatan untuk beberapa bidang yang masih menjadi sengketa oleh

pemiliknya dan juga ada pemilik tanah yang sudah meninggal dan tidak diketahui

ahli wasirnya.

Kata Kunci : Pengadaan Tanah, Konsinyasi, Kepentingan Umum

Pembimbing : 1. H. M. Yasir, SH., MH.,

2. Dra. Hafni Muchtar, SH., MH., MM.

Daftar Pustaka : Tahun 1983 s.d. Tahun 2015.

Page 6: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

v

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر الر بسم للاه

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penulisan hukum skripsi ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas akhir sebagai syarat

memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Syariah Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya laporan penulisan hukum atau

skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan yang diberikan oleh berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H, dan Drs Abu Thamrin

SH, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum.

3. Bapak H. M. Yasir, SH., MH. Dan Ibu Dra. Hj. Hafni Muchtar, SH, MH,

MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu ilmu

kepada Penulis serta dengan sabar dalam membimbing dan mangarahkan

penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan

Page 7: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

vi

4. Bapak Ahmad Bahtiar M.Hum. selaku Pembimbing Akademik atas

bimbingan, cerita dan nasihatnya selama Penulis menuntut ilmu di Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Hukum dan Perpustakaan Utama dan

Fakultas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kedua orang tua yang tercinta Ayahanda Setiawan Budiman dan Ibunda

Ucu Samawiyah, yang senantiasa mendoakan penulis dan memberi

motivasi, baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi serta menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Nandha Almira Rizky sebagai teman hidup disaat suka dan duka yang telah

menemani hidup penulis, yang terus memberi semangat dan menghibur,

walaupun saat ini sedang berada di benua seberang sana. Terima kasih atas

perhatian, cinta, kasih sayang, dan waktunya yang diberikan kepada

penulis.

9. Teman – teman Ilmu Hukum angkatan 2011 terutama TIM HORE yakni

Ahmad Haidar Muiny, Ahmad Ulama, Rian Rizky Setiawan yang sering

membuat kekacauan, keisengan, kesenangan dan “gak jelas” yang mungkin

akan terus diingat.

10. Teman – Teman KKN DHA yang selama sebulan bersama.

11. Pedagang Kuliner di Koperasi Mahasiswa SC, Abang Somay, Abang Mie

Ayam, Ibu Ketoprak & Gado – Gado terima kasih sudah menghibur penulis

Page 8: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

vii

disaat penulisan skripsi ini dan menyediakan makanan dikala lapar

melanda.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini terdapat banyak kekurangan,

untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun,

sehingga dapat memperkaya penulisan hukum ini. Semoga karya tulis ini mampu

memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Tangerang Selatan: 01 Oktober 2015

Penulis

Page 9: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….........………......... i

LEMBAR PENGESAHAN……………………….........………..................... ii

LEMBAR PERNYATAA.…………………….........………........................ iii

ABSTRAK…...……………….........………................................................... iv

KATA PENGANT.……………………….........………................................. v

DAFTAR ISI……......………………….........………........................................viii

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah……………………….........……… 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah,……........... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ….…………..…...……….......... 10

D. Review (Kajian) Studi Terdahulu.........................………. .......... 12

E. Kerangka Konseptual..................................................................... 13

F. Metode Penelitian.............…………………........................... 14

G. Metode Analisis Data.................................................................... 18

H. Metode Penulisan.......................................................................... 19

I. Sistematika Penulisan. .......................…...………………....... 19

BAB II. Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Pengadaan Tanah.............................................................. 21

B. Pengertian dan Fungsi Pelepasan Hak Atas Tanah.......................... 29

C. Hak Atas Tanah.................................................................................... 29

D. Ganti Rugi Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum............. 41

E. Bentuk dan Jenis Ganti Kerugian...................................................... 45

BAB III. Kebijakan Pengadaan Tanah dan Konsinyasi Tanah Menurut

Hukum Positif Serta Kebijakan Pengadaan Tanah Ditinjau

dari Aspek Hukum Islam

Page 10: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

ix

A. Kebijakan Pengadaan Tanah Menurut Hukum Positif

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang

Ketentuan Ketentuan Mengenai Tata Cara Pengadaaan Tanah.......46

2. Kepres Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum ....................47

3. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum... .......48

4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012................................. .............50

B. Kebijakan Konsinyasi Tanah Menurut Hukum Positif

1. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata....................................... 52

2. Kepres No. 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum... ..................53

3. Perpres No. 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.... ...............54

4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012................................. .............55

C. Prinsip Pengadaan tanah ditinjau dari perspektif hukum Islam. .............56

1. Sistem Pertanahan dalam Islam........................................................... 56

2. Sejarah Hukum Pertanahan Islam....................................................... 57

3. Prinsip Pengadaan tanah dan ganti kerugian ditinjau dari perspektif

hukum Islam........................................................................................ 61

BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kebijakan Pelebaran Jalan Raya Ciater

Rawa Mekar Jaya.................................................................................... 69

B. Mekanisme pengadaan dan konsinyasi ganti rugi atas tanah berdasarkan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 disertai dengan Peraturan Presiden

No 99 Tahun 2014..................................................................................... 72

C. Prosedur pengadaan tanah dalam Pembangunan pelebaran jalan Ciater-

Rawa Mekar Jaya sudah sesuai dengan Undang – Undang No.2 Tahun

2012 serta Peraturan Presiden No 99 Tahun 2014.................................. 78

Page 11: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

x

D. Pelaksanaan mekanisme pembayaran ganti kerugian melalui konsinyasi

bagi masyarakat yang pembayaran bidang tanahnya dikonsinyasikan ke

Pengadilan Negeri setempat...................................................................... 88

E. Analisa Penulis mengenai Pengadaan dan Konsinyasi Ganti Rugi Tanah

Oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam Pembangunan Pelebaran

Jalan Raya Ciater-Rawa Mekar Jaya...................................................... 90

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 92

B. Saran....................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 95

Page 12: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanah merupakan kebutuhan pokok bagi setiap makhluk hidup. Manusia,

hewan, tumbuhan membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal dan berpijak. Bagi

manusia tanah juga berfungsi sebagai sumber penghidupan bagi mereka yang

mencari nafkah melalui usaha pertanian dan perkebunan, berdagang serta sebagai

tempat pemakaman saat manusia meninggal dunia. Saat ini kompleksnya

kebutuhan manusia menyebabkan semakin kompleks pula aktivitas yang

berkembang di masyarakat. Tanah menjadi suatu objek penggerak ekonomi bagi

manusia maupun negara yang pengunaannya tidak dapat dipisahkan dari politik

dan hukum, sekaligus memiliki fungsi untuk mewujudkan kemanfaatan bersama.

Permasalahannya, jumlah tanah yang ada tidak seimbang dengan besarnya

kebutuhan masyarakat untuk melakukan pembangunan demi terlaksananya

berbagai aktivitas. Kondisi ini yang menjadi ironi, karena di satu sisi tanah

berharga sangat tinggi karena permintaannya tapi di lain pihak jumlah tanah tidak

sesuai dengan penawarannya.1 Kondisi ini diperparah karena tanah memiliki sifat

permanen, yang artinya tidak dapat bertambah bahkan cenderung berkurang

1 Bambang Tri Cahyo, Ekonomi Pertanahan, (Yogyakarta : Liberty, 1983), h. 16.

Page 13: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

2

akibat kenaikan air laut yang disebabkan pemanasan global. Kondisi ini yang

menyebabkan stagnansi jika dihubungkan dengan pertumbuhan penduduk yang

terus meningkat dan masalah pembangunan.2

Dengan meningkatnya aktivitas manusia maka dipastikan kebutuhan akan

transportasi sebagai penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang lain

akan terus meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan akan transportasi ini

maka kebutuhan akan tanah sebagai tempat pijakan alat transportasi akan terus

meningkat dan meningkat setiap waktunya.

Tanah yang menyangkut hak orang banyak adalah prioritas yang paling

dasar atau dipentingkan. Tanah disamping mempunyai nilai ekonomis juga

berfungsi sosial, oleh karena itulah kepentingan pribadi atas tanah tersebut

dikorbankan guna kepentingan umum.

Fungsi sosial ini menuntut adanya keseimbangan antara kepentingan

perseorangan dengan kepentingan umum. Adanya keseimbangan antara kedua

kepentingan tersebut diharapkan dapat tercapai keadilan dan kesejahteraan seluruh

rakyat.3

Hal tersebut yang kemudian menjadi justifikasi untuk melakukan

pengadaan tanah, dalam konteks memprioritaskan kepentingan umum di atas

2 Effendi Perangin, Praktek Permohonan Hak Atas Tanah, (Jakarta : Rajawali Press, 1991),

h. 55. 3 Sudargo Gautama,Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria,(Bandung : Alumni, 1984), h.

21.

Page 14: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

3

kepentingan perseorangan sehubungan dengan penggunaan tanah. Pada

prinsipnya, pengadaan tanah dilakukan dengan cara musyawarah antar pihak yang

memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah yang tanahnya diperlukan untuk

kegiatan pembangunan.4

Dalam mengatasi permasalahan ini, pemerintah membentuk suatu

mekanisme pengadaan tanah bagi kepentingan umum yang selanjutnya diatur

dalam UU No. 2 Tahun 2012. Undang-undang tersebut mengatur bahwa demi

kepentingan umum,tanah perlu dibebaskan dari hak perseorangan yang

membebaninya melalui serangkaian prosedur dan berujung pada pemberian ganti-

rugi bagi pihak pengemban hak atas tanah sebelumnya.Hal ini bersesuaian dengan

semangat hukum pertanahan Indonesia yang menyatakan bahwa tanah harus

memiliki fungsi sosial.

Menurut Pasal 36 Undang-Undang No.2 Tahun 2012 Pemberian Ganti

Kerugian dapat diberikan dalam bentuk:

a. uang;

b. tanah pengganti;

c. permukiman kembali;

d. kepemilikan saham; atau

e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

4 Maria S.W. Sumardjono, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, (Jakarta :

Kompas, 2008), h. 280.

Page 15: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

4

Menurut Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau biasa disebut Undang-Undang Pokok

Agraria yang disingkat (UUPA) di atur tentang hak-hak atas tanah yang dapat

diberikan kepada warga negaranya berupa yang paling utama Hak Milik, Hak

Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah,

Hak untuk Memungut Hasil Hutan dan hak-hak lain yang tidak termasuk dalam

hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-

hak yang sifatnya sementara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 53 UUPA.

Dengan adanya perbedaan hak yang diberikan tentunya akan ganti rugi yang

diberikan atas tanah itu juga menentukan berapa besar yang harus diterima

sebagai penggantian bagi pemilik hak tersebut.

Masalah pembebasan tanah sangat rawan dalam penanganannya, karena di

dalamnya menyangkut hajat hidup orang banyak. Dilihat dari kebutuhan

pemerintah akan tanah untuk keperluan pembangunan, dapatlah dimengerti bahwa

tanah negara yang tersedia sangatlah terbatas, oleh karena itu satu-satunya cara

yang dapat ditempuh adalah dengan membebaskan tanah milik masyarakat.5

Kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum telah didasari oleh

Undang Undang No 5 tahun 1960 : ”untuk kepentingan umum, termasuk

kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak

5 Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk

Pembangunan, Edisi Satu, Cetakan Kedua, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h. 45-46.

Page 16: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

5

atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut

cara yang diatur dengan Undang-Undang”

Tata cara pencabutan hak sebenarnya telah diatur dalam UU No 20 tahun

1961, tetapi hal tersebut jarang digunakan dan cara-cara yang digunakan saat ini

adalah Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan yang diatur dengan Perpres No 36

tahun 2005 , kemudian diperbarui dengan Perpres No 65 tahun 2006 dengan

Peraturan Kepala BPN No 3 tahun 2007. Yang kemudian diperbarui oleh

Undang-Undang No.2 Tahun 2012.

Pembangunan yang diperuntukan bagi kepentingan umum dewasa ini

menuntut adanya pemenuhan kebutuhan akan pengadaan tanah secara cepat.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam bentuk Undang-Undang No.2

Tahun 2012 yang merupakan penyempumaan dari Perpres No.65 Tahun 2006

yang mengatur Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Demi

Kepentingan Umum menjadi salah satu payung hukum bagi pemerintah dalam hal

mempermudah penyediaan tanah untuk pembangunan tersebut. Melalui kebijakan

tersebut, melalui mekanisme pencabutan hak atas tanah, pemerintah mempunyai

kewenangan untuk mengambil tanah milik masyarakat yang secara kebetulan

diperlukan untuk pembangunan bagi kepentingan umum.6

Menurut Pasal 19 Undang-Undang No.2 Tahun 2012 dikemukakan bahwa

6 Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk

Pembangunan, Edisi Kesatu Cetakan Kedua, h.225.

Page 17: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

6

pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah diharuskan untuk melakukan

konsultasi publik. Mekanisme musyawarah (konsultasi publik) yang menjadi

sarana untuk mencari jalan tengah dalam menentukan besarnya ganti kerugian

seringkali tidak mencapai kata sepakat dan karenanya dengan alasan kepentingan

umum. para pihak yang keberatan dapat mengajukan gugatan ke pengadilan

negeri yang kemudian diteruskan ke Mahkamah Agung apabila ada pihak yang

keberatan dengan putusan Pengadilan Negeri setempat.7

Setelah ada putusan dari Mahkamah Agung melalui panitia pengadaan

tanah dapat menitipkan uang ganti rugi ke pengadilan negeri setempat melalui

prosedur konsinyasi apabila ada pihak yang tetap keberatan terhadap putusan

tersebut.

Penulis mengambil studi tentang konsinyasi tanah ini karena terdapat

banyak tempat tinggal ataupun toko yang menjadi tempat mencari nafkah dan

mata pencaharian utama masyarakat sekitar. Dengan adanya rencana pembebasan

tanah untuk kepentingan umum seperti pelebaran jalan, jalan tol, jalan layang,

jembatan maupun yang lainnya membuat resah para pemilik lahan. Sebagai warga

negara Indonesia yang baik harus mendahulukan kepentingan masyarakat

daripada kepentingan pribadi, hal ini dinyatakan dengan kerelaan untuk

mengorbankan tanah mereka untuk pembangunan tersebut. Tetapi di sisi lain

sebagai manusia biasa mereka juga membutuhkan tempat tinggal untuk

7 Pasal 38 Undang - Undang No.2 Tahun 2012.

Page 18: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

7

berlindung dan mata pencaharian untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,

maka dari itu seluruh warga yang memiliki hak atas tanah akan berusaha sekuat

tenaga untuk mempertahankan hak miliknya.

Terdapat beberapa kepentingan yang kelihatannya sangat bertentangan

antara satu dengan yang lain dalam hal pengadaan tanah tersebut. Di satu pihak

pembangunan sangat memerlukan tanah sebagai sarana utamanya dan di pihak

lain masyarakat juga membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal serta mata

pencaharian untuk memenuhi segala kebutuhan jasmani maupun rohaniah. Ada

beberapa pihak yang beranggapan kalau ada sebidang tanah yang sangat

diperlukan untuk kepentingan pembangunan maka mau tidak mau masyrakat

harus menyerahkan tanah miliknya untuk menjadi milik negara dalam rangka

pembangunan untuk kepentingan umum.

Sedangkan di lain pihak para pemilik tanah juga mempunyai hak atas

tanah miliknya tersebut. Pemerintah tidak dapat begitu saja atau dengan

seenaknya membebaskan tanah tersebut tanpa ganti rugi. Meskipun diberikan

ganti rugi tetapi besarnya tidak dapat juga dilakukan dengan keputusan sepihak

dari pemerintah saja, kalau hal ini dilakukan maka pemerintah akan menginjak

hak asasi dari warga negaranya sendiri.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka penulis

tertarik untuk melakukan kajian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul :

Page 19: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

8

”MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI RUGI

TANAH OLEH PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PEMBANGUNAN

UNTUK JALAN UMUM". (Studi Kasus Pelebaran Jalan Ciater-Rawa Mekar

Jaya)

B. Identfikasi, Batasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Pembangunan Jalan Raya Ciater-Rawa Mekar Jaya menjadi salah satu

prioritas di dalam Rencana Tata Ruang di Pemerintah Kota Tangerang

Selatan. Untuk itu terdapat beberapa aspek-aspek yang menjadi masalah

dalam hal pembangunan pelebaran jalan raya Ciater – Rawa Mekar Jaya ini,

beberapa aspek masalah tersebut adalah

a. Bagaimanakah rencana tata ruang yang ada di Kota Tangerang Selatan

sebagai kota yang sedang dalam pembangunan menuju Kota Mandiri

yang maju?

b. Berapakah jumlah anggaran yang dipersiapkan oleh pemerintah Kota

Tangerang Selatan untuk melakukan pembangunan khususnya pelebaran

Jalan Raya Ciater-Rawa Mekar Jaya?

c. Bagaimana ketepatan prosedur pengadaan tanah untuk Pelebaran Jalan

Ciater – Rawa Mekar Jaya jika ditinjau dari Undang-Undang No.2 Tahun

Page 20: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

9

2012?

d. Bagaimana pelaksanaan pembayaran ganti kerugian melalui konsinyasi

bagi masyarakat yang pembayaran ganti rugi bidang tanahnya

dikonsinyasikan ke Pengadilan Negeri setempat?

2. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah dengan bertujuan untuk

memfokuskan pada masalah utama yang akan diangkat sehingga didapatkan

hasil yang maksimal dari tujuan awal perumusan.

Penelitian ini memfokuskan pada tindakan pengambilalihan tanah

yang dilakukan pemerintah Kota Tangerang Selatan yang berkaitan dengan

konsinyasi tanah kepada pengadilan negeri setempat untuk pembebasan lahan

guna pembangunan pelebaran Jalan Raya Ciater-Rawa mekar Jaya.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah digambarkan pada latar belakang permasalahan,

maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Bagaimana mekanisme pengadaan dan konsinyasi ganti rugi atas tanah

yang digunakan untuk Pembangunan demi Kepentingan Umum

berdasarkan Undang-Undang yang berlaku khususnya Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 disertai dengan Peraturan Presiden No 99 Tahun

2014?

b. Bagaimanakah prosedur pengadaan tanah untuk Pelebaran Jalan Ciater –

Page 21: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

10

Rawa Mekar Jaya, sesuaikah dengan Undang – Undang No.2 Tahun 2012

serta Peraturan Presiden No 99 Tahun 2014?

c. Bagaimana pelaksanaan mekanisme pembayaran ganti kerugian melalui

konsinyasi bagi masyarakat yang pembayaran bidang tanahnya

dikonsinyasikan ke Pengadilan Negeri setempat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Untuk mengetahui mekanisme ganti rugi atas tanah yang digunakan

untuk Pembangunan demi Kepentingan Umum

b. Untuk mengetahui apakah prosedur pengadaan tanah untuk Pelebaran

Jalan Raya Ciater – Rawa Mekar Jaya sesuai dengan Peraturan Presiden

No 71 Tahun 2012 j.o Peraturan Kepala BPN No.3 Tahun 2007

c. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan mekanisme ganti kerugian

melalui konsinyasi bagi masyarakat yang pembayaran bidang tanahnya

dikonsinyasikan ke Pengadilan Negeri setempat

2. Manfaat Penelitian

Apabila tujuan penulisan ini tercapai, diharapkan hasil penulisan ini akan

Page 22: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

11

membawa manfaat atau kontribusi :

a. Manfaat Teoritis

1) Sebagai bagian dari perkembangan kajian-kajian yang digunakan

dalam permasalahan hukum, khususnya hukum agraria dalam hal

pengadaan tanah untuk pembangunan atas nama kepentingan

umum.

2) Sebagai bahan pertimbangan dalam proses rencana pengadaan

tanah yang akan digunakan pemetintah untuk pembangunan atas

nama kepentingan umum.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi pembaca, memberi wawasan atau pengetahuan dari penulis

mengenai hal-hal yang terkait dengan pengadaan tanah untuk

pembangunan (kepentingan umum). Pada sisi lain, dengan adanya

penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi di

bidang hukum agraria bagi mereka yang sedang dan akan

menempuh mata kuliah hukum agraria khususnya pengadaan tanah

guna pembangunan umum

2) Bagi Pemda atau Instansi terkait, memberikan referensi bagi

rencana pengadaan tanah untuk pembangunan. Selain itu juga

memberikan gambaran tentang apa yang diinginkan masyarakat dari

proses pengadaan tanah tersebut, agar nantinya tidak terjadi salah

Page 23: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

12

pengertian dan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

D. Riview (Kajian) Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penilitian ini, penulis akan menyertakan

penilitian terdahulu sebagai perbandingan tinjauan kajian materi yang akan

dibahas yakni

Skripsi yang disusun oleh Dwi Erga Seprizal dari Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya Malang, tahun 2007, dengan judul “Pelaksanaan

Pengadaan Tanah dan Ganti Ruginya Terkait Dengan Rencana Pembangunan

Jalan Lingkar Timur Kota Malang”. Penelitian ini difokuskan pada segala cara

pengambil-alihan lahan yang dilakukan pemerintah dalam rangka pembangunan

jalan lingkar timur kota malang serta bagaimana mekanisme penggantian uang

kepada masyarakat selaku pemilik lahan.

Serta jurnal ilmiah yang disusun oleh Alan Guna Kusuma dari Fakultas

Hukum Universitas Mataram, tahun 2013, dengan judul “Perlindungan Hukum

Bagi Pemegang Hak Atas Tanah Terhadap Pencabutan Hak Atas Tanah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961.” Jurnal Ilmiah ini

difokuskan pada perlindungan hukum atas pencabutan hak atas tanah yang

didasarkan pada Undang-Undang No 20 Tahun 1961.

Sebagai pertimbangan sekaligus pembeda, penelitian yang akan diangkat

oleh penulis adalah cakupan pembahasan skripsi yang lebih fokus mengenai

tinjauan yuridis mengenai pengadaan tanah dan penulis juga mencari data dari

Page 24: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

13

tinajuan hukum islam serta pelaksanaan konsinyasi penggantian tanah dilihat dari

Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Untuk

kepentingan Umum. Penelitian yang diangkat oleh penulis bersifat normatif

berdasarkan undang-undang yang berlaku, serta empiris yaitu mencari data – data

di lapangan berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan.

E. Kerangka Konseptual

Cita-cita sebuah negara yang berkembang adalah terus dan terus tumbuh

berkembang menjadi negara yang maju dan sejahtera. Pembangunan adalah salah

satu wujud nyata dari perkembangan sebuah negara apakah negara tersebut

berkembang maju atau justru sebaliknya menjadi negara yang semakin terpuruk.

Pembangunan sendiri adalah suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus

dalam rangka memperbaiki indikator sosial maupun ekonomi pada suatu wilayah

dari waktu ke waktu.

Dilihat dari hal-hal diatas negara Indonesia sebagai negara berkembang

dituntut untuk secara terus menerus melakukan pembangunan untuk mewujudkan

cita- cita menjadi sebuah negara maju, pembangunan ini terkadang memerlukan

wilayah yang luas yang dapat bertabrakan dengan lahan yang dimiliki oleh

masyarakat. Maka dari itu konsep konsinyasi walaupun terasa cukup kejam,

namun hingga saat ini konsep ini masih merupakan sebuah cara yang ampuh

untuk menghindari tertundanya pembangunan yang dapat menghambat seluruh

Page 25: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

14

mobilitas pada suatu daerah.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang terdapat pada skripsi yang diangkat oleh penulis ini

adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sendiri adalah penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang orang dan perilaku yang dapat diamati.8

2. Pendekatan yang dipakai

Pendekatan yang dipakai oleh penulis yakni ada 3(tiga) jenis yakni :

a. Pendekatan undang-undang (statute approach)Pendekatan perundang-

undangan digunakan untuk meneliti segala macam aturan baik konstitusi

maupun undang-undang serta peraturan pemerintah lainnya yang

berkaitan dengan segala tindakan pengambilalihan tanah dan mekanisme

konsinyasi oleh pemerintah yang bertujuan untuk kepentingan umum.

b. Pendekatan konsep (conceptual approach), pendekatan konsep

digunakan untuk memahami konsep-konsep pembangunan serta

pengambilalihan tanah oleh pemerintah sehingga didapatkan konsep-

konsep yang jelas menghindari sifat ambiguitas dari sebuah peraturan

yang ada.

8 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,: Remaja Rosdakarya, 2002)

h. 9.

Page 26: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

15

c. Pendekatan perbandingan (comparative approach).Pendekatan

perbandingan digunakan oleh penulis untuk membandingkan segala

proses pengambil alihan tanah baik dalam undang-undang maupun dalam

praktek dilapangan dengan bahan dan sumber penelitian

3. Bahan dan Sumber Penelitian

Berdasarkan sumbernya, penulisan ini berdasarkan :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum utama dalam

penelitian hukum normatif, yang berupa peraturan Perundang-

Undangan, dalam penulisan bahan hukum primer yang digunakan

adalah sebagai berikut :

1) Undang-Udang Dasar 1945;

2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-pokok Agraria.

3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan

Hak Atas Tanah Dan Benda-benda yang ada di atasnya.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 tentang Acara

Penetapan Ganti Kerugian Oleh Pengadilan Tinggi

Sehubungan Dengan Pencabutan Hak Atas Tanah Dan Benda-

benda Yang Ada Di Atasnya.

Page 27: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

16

5) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah.

6) Inpres Nomor 9 Tahun 1973 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pencabutan Hak-hak Atas tanah Dan Benda-benda Yang Ada

Di Atasnya.

7) Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

8) Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

9) Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Perpres

Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

10) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah;

11) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan

Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Perpres

Page 28: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

17

Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

12) Peraturan menteri Keuangan Nomor 58/PMK.02/2008

13) Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah

Untuk kepentingan Umum

14) Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Pengadaaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum

b. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat

hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu

menganalisa dan memahami bahan hukum primer, meliputi :

1). Buku-buku yang membahas tentang hukum agraria dan

masalah pengadaan tanah untuk pembangunan.

2). Hasil karya ilmiah para sarjana tentang pengadaan/pembebasan

tanah.

3). Hasil penelitian tentang pengadaan/pembebasan tanah.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Library Research

Page 29: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

18

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data

melalui studi dokumen yaitu dengan melakukan penelitian terhadap

berbagai sumber bacaan seperti buku-buku yang berkaitan dengan agraria

dan kegiatan pengadaan tanah oleh pemerintah, proses dan sebab akibat

dari kegiatan konsinyasi oleh pemerintah, peraturan perundang-undangan

yang terkait dengan proses konsinyasi pengadaan tanah, pendapat para

ahli dan sarjana, jurnal, artikel dan berbagai berita dari sumber lainnya.

b. Field Research

Selain itu penulis juga menyajikan penelitian lapangan (field research),

dengan cara, penulis langsung terjun kelapangan untuk memperoleh data

yang berkaitan dengan pokok permasalahan seperti dengan wawancara

dan yang lainnya

G. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan analisis secara deskriptif

kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah metode analisa data yang

mengelompakan dan menyeleksi data yang diperoleh dari berbagai sumber dan

peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian, kemudian dianalisa dengan

interpretasi penulis menggunakan bahan hukum, baik bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan

sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis

untuk menjawab permasalah yang telah dirumuskan. Cara pengolahan bahan

Page 30: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

19

hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu

permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang

dihadapi.9 Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis terhadap

bahan hukum dengan melakukan analisis secara kritis dan mendalam mengenai

hal – hal yang ada di dalam Peraturan yang berlaku dengan yang ada di lapangan.

H. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode penulisan sesuai

dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi,

Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

I. Sistematika Penulisan :

Untuk dapat memberikan gambaran yang komprehensip, maka penyusunan hasil

penelitian perlu dilakukan secara runtut dan sistematis sebagai berikut :

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang berisikan antara lain latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

Bab kedua merupakan tinjauan pustaka umum mengenai teori-teori pembebasan

lahan dan pengadaan lahan oleh pemerintah untuk kepentingan umum, Macam –

9 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cet-II, (Malang :

Bayumedia Publishing, 2006), h. 393.

Page 31: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

20

macam hak atas tanah yang ada di negara Indonesia serta pengertian dan berbagai

bentuk dan jenis ganti kerugian yang diberikan oleh pemerintah kepada warga

pemilik hak tanah.

Bab ketiga merupakan tinjauan umum tentang kebijakan pengadaan tanah serta

pencabutan hak tanah oleh pemerintah menurut Undang – Undang yang ada di

Indonesia baik dari Peraturan Menteri Hingga Undang- Undang yang berlaku, serta

tentang pengadaan tanah yang ditinjau dari hukum Islam.

Bab keempat merupakan bab utama yang berisi tentang analisis tentang

pengadaan tanah Jalan Raya Ciater – Rawa Mekar Jaya. Analisis ini berisikan tentang

jumlah warga yang terkena pengadaan tanah, harga pelepasan tanah yang diberikan

sebagai ganti kerugian oleh pemerintah.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dari hasil

penelitian dan pembahasan terhadap permasalah yang telah diuraikan, serta saran dari

penulis berkaitan dengan mekanisme konsinyasi atas tanah yang dibebaskan untuk

Pembangunan atas nama Kepentingan Umum.

Page 32: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengadaan Tanah

Tanah dan Pembangunan adalah dua unsur yang satu dengan lainnya

berkaitan, dengan perkataan lain, tidak ada pembangunan tanpa tanah1. Secara

Istilah yang dimaksud Pengadaan tanah adalah mengadakan atau menyediakan

tanah oleh pihak tertentu baik dari pemerintah maupun pihak swasta.

Menurut Imam Koeswahyono pengadaan tanah sebagai suatu perbuatan

hukum yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendapatkan tanah bagi

kepentingan tertentu dengan cara memberikan ganti kerugian kepada si empunya

(baik perorangan atau adan hukum) tanah menurut tata cara dan besaran nominal

tertentu.2

Menurut Pasal 1 angka 1 Keppres 55 tahun 1993 yang dimaksud dengan

pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara

memberikan ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pengadaan tanah dilakukan dengan cara memberikan ganti

kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut, tidak dengan cara lain selain

pemberian ganti kerugian.

1 B.F. Sihombing, Evolusi kebijakan pertanahan dalam hukum tanah Indonesia (Jakarta :

Toko Gunung Agung, 2004), h. 46. 2 Imam Koeswahyono, Artikel, Melacak Dasar Konstitusional Pengadaan Tanah Untuk

Kepentingan Pembangunan Bagi Umum, 2008, h. 1.

Page 33: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

22

Menurut Perpres Nomor 65 Tahun 2006 yang merupakan pembaharuan dari

Perpres Nomor 36 Tahun 2005 pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk

mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang

melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang

berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas tanah.3

Sedangkan menurut Undang – Undang No. 2 Tahun 2012 dengan peraturan

pelaksaan Perpress No.71 Tahun 2012 pengertian pengadaan tanah adalah

kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan

adil kepada pihak yang berhak.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengadaan

tanah dilakukan dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang berhak

atas tanah yang layak dan adil kepada para pihak yang berhak atau juga dengan

mekanisme pencabutan hak atas tanah.

Secara umum dikenal ada 2 (dua) jenis pengadaan tanah, pertama pengadaan

tanah untuk kepentingan pemerintah yang terdiri dari kepentingan umum,

sedangkan yang kedua pengadaan tanah untuk kepentingan swasta yang meliputi

kepentingan komersial dan bukan komersial atau bukan sosial.

1. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum

Definisi mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan umum secara

jelas dan baku diketahui setelah dikeluarkannya Keppres Nomor 55 Tahun

1993, sebelumnya tidak ada definisi secara jelas dan baku mengenai

3 Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006.

Page 34: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

23

pengadaan tanah untuk kepentingan umum tersebut. Berdasarkan Pasal 1

ayat 3 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 yang dimaksud dengan kepentingan

umum adalah kepentingan seluruh lapisan masyarakat, selanjutnya dalam

Pasal 5 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 dinyatakan bahwa Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum dibatasi untuk kegiatan pembangunan yang

dilakukan Pemerintah dan selanjutnya dimiliki oleh Pemerintah. Dengan

demikian pembangunan untuk kepentingan umum tidak ditujukan untuk

mencari untung.4 Hal tersebut selaras dengan pendapat Maria SW

Soemardjono yaitu kepentingan umum mengandung tiga unsur esensial:

dilakukan oleh pemerintah, dimiliki oleh pemerintah dan non profit.5

Menurut Oloan Sitorus kepentingan umum itu sendiri adalah

kebutuhan, keperluan, dan kepentingan orang banyak atau tujuan yang luas,

namun menurut Oloan Sitorus sendiri bahwa pengertian tersebut masih

terlalu umum dan tidak ada batasnya.6

John Selindeho mengungkapkan kepentingan umum sendiri adalah

termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama rakyat,

dengan memperhatikan segi-segi sosial, politik, psikologis, dan hankamnas

4 AA. Oka Mahendra, Menguak Masalah Hukum, Demokrasi, dan Pertanahan, (Jakarta :

Sinar Harapan, 1996), h. 291. 5 Maria SW Soemardjono. Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, (

Jakarta : Buku Kompas, 2005), h. 78. 6 Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum,

(Yogyakarta : Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, 2004), h. 6.

Page 35: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

24

atas dasar asas-asas pembangunan nasional ketahanan nasional serta

wawasan nusantara.7

Menurut Adrian Sutedi Ada tiga prinsip yang dapat dikatakan bahwa

suatu kegiatan benar-benar untuk kepentingan umum, yaitu :8

a. Kegiatan tersebut benar-benar dimiliki oleh pemerintah. Mengandung

batasan bahwa kegiatan kepentingan umum tidak dimiliki oleh

perorangan atau swasta. Dengan kata lain, swasta dan perorangan tidak

dapat memiliki jenis-jenis kegiatan kepentingan umum yang

membutuhkan pembebasan tanah-tanah hak maupun negara.

b. Kegiatan pembangunan terkait dilakukan oleh pemerintah, Memberikan

batasan bahwa proses pelaksanaan dan pengelolaan suatu kegiatan untuk

kepentingan umum hanya dapat diperankan oleh pemerintah.

c. Tidak mencari keuntungan

Membatasi fungsi suatu kegiatan untuk kepentingan umum sehingga

benar-benar berbeda dengan kepentingan swasta yang bertujuan mencari

keuntungan sehingga terkualifikasi bahwa kegiatan untuk kepentingan

umum sama sekali tidak boleh mencari keuntungan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepentingan

umum adalah kepentingan yang diperlukan oleh masyarakat umum dan

7 John Selindeho, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Cetakan Kedua, (Jakarta : Sinar

Grafika, 1988), h. 40. 8 Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk

Pembangunan, Ed. 1, Cet. 2 (Jakarta : Sinar Grafika, 2008) h. 45.

Page 36: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

25

harus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas secara langsung maupun

tidak langsung.

Dalam hal pengadaan tanah untuk kepentingan umum, pemilik lahan

memang seharusnya harus merelakan tanahnya dijadikan untuk kepentingan

umum sebagaimana tertera di pasal 6 yang menyatakan bahwa “semua hak

atas tanah mempunyai fungsi sosial”9 dari pasal tersebut tertera secara jelas

bahwa pemilik lahan juga harus sadar bahwa tanah yang dimiliki atau hak

yang dimilikinya mempunyai fungsi sosial yang diperuntukkan untuk orang

banyak.

Dalam pasal 10 disebutkan bahwa Pembangunan untuk kepentingan

umum yang dilaksanakan Pemerintah atau pemerintah daerah meliputi:10

a. Pertahanan dan keamanan nasional;

b. Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api,

dan fasilitas operasi kereta api;

c. Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran

pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;

d. Pelabuhan, bandar udara, dan terminal;

e. Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;

f. Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;

g. Jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;

9 Pasal 6 Undang – Undang No.5 Tahun 1960.

10 Pasal 10 Undang – Undang No 12 Tahun 2012

Page 37: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

26

h. Tempat pembuangan dan pengolahan sampah;

i. Rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;

j. Fasilitas keselamatan umum;

k. Tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;

l. Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;

m. Cagar alam dan cagar budaya;

2. Pengadaan tanah untuk kepentingan swasta

Pengadaan tanah untuk kepentingan swasta sebenarnya dibagi menjadi 2

(dua) macam yakni pengadaan tanah untuk kepentingan swasta murni dan

kepentingan swasta yang terdapat kepentingan umum didalamnya.

Kepentingan swasta murni adalah kepentingan yang diperuntukan

memperoleh keuntungan semata, sehingga peruntukan dan kemanfaatannya

hanya dapat diperoleh oleh pihak-pihak yang berkepentingan saja bukan

masyarakat luas. Sebagai contoh untuk perumahan, industri, pariwisata, dan

peruntukan lainnya yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan pihak

tertentu. Jadi tidak semua orang bisa memperoleh manfaat dari

pembangunan tersebut, melainkan hanya orang-orang yang berkepentingan

saja.

Sedangkan kepentingan swasta yang terdapat kepentingan umum adalah

kepentingan yang diperuntukkan untuk memperoleh keuntungan untuk

pihak-pihak tertentu didalamnya serta terdapat pula kepentingan yang

diperuntukkan untuk orang banyak, seperti contohnya pembangunan jalan tol

Page 38: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

27

atau jalan bebas hambatan, pembangunan bandar udara, pembangunan

pelabuhan dan lain sebagainya.

Didasarkan dari pengertian diatas maka Pengadaan tanah untuk

kepentingan swasta berbeda dengan pengadaan tanah untuk kepentingan

umum, baik secara peruntukan dan kemanfaatan maupun tata cara perolehan

tanahnya.

Dalam hal pengadaan tanah untuk kepentingan swasta murni dalam

Permendagri Nomor 15 Tahun 1975 terdapat 2 (dua) cara pembebasan tanah

untuk keperluan swasta yaitu secara langsung dan melalui Panitia

Pembebasan Tanah. Namun sejak berlakunya Keppres Nomor 55 Tahun

1993, hanya ada satu cara yang dapat dilakukan oleh swasta, yaitu dilakukan

secara langsung atas dasar musyawarah dalam hal memberikan ganti

kerugian, dimana bantuan dari Pemerintah hanya berupa pengawasan dan

pengendalian, sebagaimana telah diberikan petunjuknya dalam Surat Edaran

Kepala Badan Pertanahan Nasional tanggal 6 Desember 1990

No.580.2D.III11

Pengadaan tanah oleh pihak swasta murni harus berdasarkan

kesepakatan dan bersifat sukarela antara kedua belah pihak dan tidak ada

yang boleh merasa terpaksa dalam menjual lahan atau tanah miliknya. Pihak

swasta juga tidak bisa menentukan harga seperti yang dilakukan oleh tim

11

Arie S Hutagalung, Condominium dan Permasalahannya, (Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia, 2003), h. 31.

Page 39: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

28

penilai tanah pemerintah, dan pemilik lahan bebas untuk tidak menjual

tanahnya dengan alasan apapun. Tentunya sangat berbeda dengan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum yang dimana pemilik lahan sedikit dipaksa

dan harus menjual lahannya dengan dalih untuk kepentingan umum.

B. Pengertian dan Fungsi Pelepasan Hak Atas Tanah

Pelepasan hak atas tanah adalah suatu penyerahan kembali hak itu kepada

Negara dengan sukarela.12

Perbuatan ini dapat bertujuan agar tanah tersebut

diberikan kembali kepada suatu pihak tertentu dengan suatu hak tanah baru

sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku.

Sedangkan menurut Prof Boedi Harsono, SH, yang dimaksud dengan

pelepasan hak atas tanah adalah setiap perbuatan yang dimaksud langsung

maupun tidak langsung melepaskan hubungan hukum yang ada antara pemegang

hak atau penguasa atas tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi yang berhak

atau penguasa tanah itu.13

Pelepasan hak atas tanah dapat dilakukan atas dasar persetujuan dari

pemegang hak baik mengenai teknis pelaksanaannya maupun bentuk atau besar

ganti rugi kalau si pemegang hak tidak bersedia melepaskan atau menyerahkan

tanahnya maka pemerintah melalui musyawarah baik dengan instansi terkait serta

12

John Salindeho, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Cetakan Kedua, (Jakarta : Sinar

Grafika, 1988), h. 40. 13

Harsono, Boedi, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta : Penerbit Djambatan, 1996), h. 89.

Page 40: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

29

para pemilik tanah yang terkena proyek pembangunan pelebaran jalan umum

dengan diberikan ganti rugi agar tanahnya dapat digunakan untuk proyek

tersebut.

Oleh karena itu dalam acara pelepasan hak dilihat dari para pemegang hak

yaitu melepaskan haknya kepada Negara untuk kepentingan umum atau

kepentingan bersama diberikan ganti rugi yang layak sesuai dengan harga dasar

yang ditentukan pada tempat proyek pembangunan tersebut dilaksanakan.

Namun untuk pembebasan hak atas tanah apabila dikaitkan dengan

kepentingan umum para pemegang hak atas tanah dituntut kesadaran lain tidak

hanya terdapat pertimbangan harga ganti rugi yang telah diberikan para pihak

yang memerlukan tanah untuk proyek pembangunan untuk kepentingan umum

tersebut, karena maksud dan tujuan pelepasan hak atas tanah tersebut sekedar

melihat dari pandangan kepentingan individu saja melainkan dihubungkan

dengan kepentingan umum.

Maka dari itu didilihat dari sudut pandang pelepasan hak atas tanah adalah hak

dari pemilik kepada para pihak yang memerlukannya dengan dasar memberikan

ganti rugi hak atas tanah yang diperlukan oleh para pihak yang membutuhkan

tanah untuk proyek pembangunan untuk kepentingan umum.

C. Hak Atas Tanah

Page 41: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

30

Hak atas tanah adalah hak yang memberikan kewenangan kepada yang

empunya hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang

dihakinya.14

Dengan kata lain Hak atas tanah merupakan hak penguasaan atas

tanah yang berisikan serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi

pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dimilikinya atau

pemilik hak atas tanah.

Dalam pasal UUD 1945 serta pasal 2 ayat (1) UUPA berisi yakni “Bumi, air

dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”15

Berdasarkan

ketentuan tersebut, Negara adalah pemilik dari seluruh yang ada didalam wilayah

kekuasaannya dan berwenang untuk menentukan hak-hak atas tanah yang dapat

dimiliki dan atau diberikan kepada perseorangan dan badan hukum yang

memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Dalam pasal 4 ayat (1) berisi : “Atas dasar Hak Menguasai dari negara

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam

hak atas permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan

dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang

orang lain serta badan-badan hukum”.

14 Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi

Hukum, (Jakarta : Rajawali, 1991), h. 229. 15

Pasal 33 Undang – Undang Dasar 1945

Page 42: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

31

Sedangkan dalam ayat (2) dinyakatan bahwa : “Hak-hak atas tanah yang

dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberikan wewenang untuk

mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air

serta ruang yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang

langsung berhubungan dengan penatagunaan tanah itu dalam batas-batas menurut

undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum yang lebih tinggi“.

Atas dasar ketentuan tersebut, negara berwenang untuk menentukan hak-hak

atas tanah yang dapat dimiliki oleh dan atau diberikan kepada perseorangan dan

badan hukum yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dan negara

menentukan hak atas tanah seperti diatur dalam pasal 16 ayat (1) UUPA , yaitu :

Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, hak Pakai, Hak Sewa, Hak

Membuka Tanah, Hak Memungut Hasil Hutan; Hak-hak lain yang tidak

termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-

undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagaimana disebut dalam Pasal

53.

Dari segi asal tanahnya, hak atas tanah dibedakan menjadi 2 kelompok,

diantaranya: Hak atas tanah yang bersifat primer yaitu hak atas tanah yang

berasal dari tanah Negara. Hak-hak atas tanah primer (orginair) yaitu hak atas

Page 43: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

32

tanah yang langsung diberikan oleh Negara kepada subyek hak yang terdiri dari

Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai16

a. Hak Atas Tanah Bersifat Tetap. Hak atas tanah menurut UUPA diatur dalam

Pasal 16 yaitu :

1) Hak Milik (HM)

Berdasarkan penjelasan Pasal 20 UUPA disebutkan bahwa sifat-sifat

dari Hak Milik yang membedakannya dengan hak-hak lainnya. Hak Milik

merupakan hak yang terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas

tanah. Hak milik ini juga bersifat turun temurun yang artinya hak milik

tidak hanya berlangsung selama hidupnya orang yang mempunyai, tetapi

dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya apabila pemiliknya meninggal

dunia.17

Subjek dari Hak Milik adalah Warga Negara Indonesia, dalam hal ini

perorangan. Badan hukum tidak dapat menjadi subjek untuk hak milik.

(1) Ciri-Ciri Hak Milik

Hak Milik pada dasarnya mempunyai mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut;

(a) Hak Milik dapat dijadikan hutang

(b) Boleh digadaikan

16 Ali Ahmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Pemberian Hak Atas Tanah Negara, Seri

Hukum Pertanahan I, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2002), h. 2. 17 Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi

Hukum, (Jakarta, Rajawali,1991), h. 229.

Page 44: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

33

(c) Hak Milik dapat dialihkan kepada orang lain

(d) Hak Milik dapat dilepaskan dengan sukarela

(2) Hapusnya Hak Milik

Ketentuan Pasal 27 UUPA menyebutkan bahwa hak milik hapus apabila;

(a) Tanahnya jatuh kepada Negara;

(b) Pencabutan hak berdasarkan ketentuan Pasal 18 UUPA.

(c) Karena dengan penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya.

(d) Karena diterlantarakan

(e) Karena ketentuan Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 26 ayat (2)

(f) Tanahnya musnah.

Hak milik memang bersifat terkuat dan terpenuh, namun pemberian sifat

ini tidak berarti bahwa hak tersebut merupakan hak mutlak, tidak terbatas

dan tidak dapat diganggu gugat sebagai hak eigendom seperti yang

dirumuskan dalam Pasal 571 KUHPerdata. Sifat demikian bertentangan

dengan sifat hukum adat dan fungsi sosial dari tiap-tiap hak. Walaupun

hak milik ini tersirat kata memiliki didalamnya namun tetap menurut

Undang – Undang Pokok Agraria (UUPA) hak milik ini tetap saja

memiliki fungsi sosial18

yang apabila sewaktu waktu diperlukan untuk

kepentingan umum maka pemilik lahan seharusnya rela memberikan

lahannya untuk kepentingan umum, namun tentu saja dengan nilai atau

harga yang sesuai.

18

Pasal 6 Undang – Undang Pokok Agraria.

Page 45: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

34

2) Hak Guna Usaha (HGU)

Hak guna usaha merupakan hak untuk mengusahakan tanah yang

dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu tertentu guna

perusahaan pertanian, perikanan atau perkebunan. Berdasarkan PP No.40

Tahun 199619

Hak guna usaha dapat diberikan untuk jangka waktu paling

lama 25 tahun, kecuali untuk perusahaan yang memerlukan waktu yang

lebih lama dapat diberikan Hak Guna Usaha untuk waktu paling lama 35

tahun seperti untuk perkebunan kelapa sawit yang merupakan tanaman

berumur panjang20

dan dapat diperpanjang 25 tahun atas permintaan

pemegang hak dengan mengingat keadaan perusahaannya.

Hak Guna Usaha hanya dapat diberikan atas tanah yang luasnya

minimal 5 hektar. Jika luas tanah yang dimohonkan Hak Guna Usaha

mencapai 25 hektar atau lebih, maka penggunaan Hak Guna Usahanya

harus menggunakan investasi modal yang layak dan teknik perusahaan

yang baik sesuai dengan perkembangan zaman.21

Hak Guna Usaha terbatas pada usaha pertanian, perikanan,peternakan.

Namun walaupun tanah yang dipunyai dengan hak guna usaha tetapi boleh

mendirikan bangunan diatasnya. Bangunan bangunan yang dihubungkan

19

Pasal 8 ayat (1)Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. 20

Legalakses.com “Hak Guna Usaha” artikel diakses pada 12 Agustus 2015 dari

www.legalakses.com/hak-guna-usaha-hgu. 21

Legalakses.com “Hak Guna Usaha” artikel diakses pada 12 Agustus 2015 dari

www.legalakses.com/hak-guna-usaha-hgu.

Page 46: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

35

dengan usaha pertanian, perikanan, peternakan, tanpa memerlukan hak

lain. -

Hak Guna Usaha mempunyai ciri khusus yaitu;

a) Hak Guna Usaha tergolong hak atas tanah yang kuat artinya tidak

mudah hapus dan mudah dipertahankan terhadap gangguan pihak lain.

Oleh karena itu hak guna usaha salah satu hak yang wajib didaftar.

b) Hak Guna Usaha dapat beralih yaitu diwaris oleh ahli waris yang

empunya hak.

c) Hak Guna Usaha jangka waktunya terbatas, pada suatu waktu pasti

berakhir.

d) Hak Guna Usaha dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak

tanggungan.

e) Hak Guna Usaha dapat dialihkan kepada pihak lain, yaitu dijual,

ditukarkan dengan benda lain, dihibahkan atau diberikan dengan

wasiat.

f) Hak Guna Usaha dapat dilepaskan oleh pemiliknya, hingga tanahnya

menjadi tanah Negara.

h) Hak Guna Usaha hanya dapat diberikan guna keperluan usaha

pertanian, perikanan, dan peternakan.

Subjek Hak Guna Usaha

Page 47: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

36

a) Hak Guna Usaha terjadi karena adanya penetapan pemerintah, subyek

dari Hak Guna Usaha adalah siapa-siapa saja yang dapat diberikan Hak

Guna Usaha dari pemerintah yakni;22

b) Warga Negara Indonesia.

c) Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia.

d) Hapusnya Hak Guna Usaha

Hak Guna Usaha dapat terhapus oleh beberapa faktor yaitu :

(1) Jangka waktu berakhir.

(2) Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu

syarat tidak dipenuhi.

(3) Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya

berakhir.

(4) Dicabut untuk kepentingan umum.

(5) Tanahnya diterlantarkan.

(6) Tanahnya musnah.

(7) Karena ketentuan Pasal 30 ayat 2 UUPA.

3) Hak Guna Bangunan

Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai

bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu

22

Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi

Hukum, (Jakarta : Rajawali, 1991), h. 229.

Page 48: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

37

paling lama 30 tahun.23

Dalam Pasal 19 s/d Pasal 38 Peraturan Pemerintah

Nomor 40 Tahun 1996 Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan

jangka waktu paling lama 30 tahun. Atas permintaan pemegang haknya

dan dengan mengingat keperluan serta keadaan bangunan, jangka waktu

tersebut dapat diperpanjang dengan waktu paling lama 20 tahun.

Hak Guna Bangunan hapus karena;

a) Jangka waktunya berakhir.

b) Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir, karena sesuatu

syarat tidak dipenuhi.

c) Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya

berakhir.

d) Dicabut untuk kepentingan Umum.

e) Diterlantarkan.

f) Tanahnya musnah.

4) Hak Pakai (HP)

Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil

dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain,

yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan

pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau

23

Pasal 35 ayat (1) Undang – Undang Pokok Agraria.

Page 49: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

38

perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah segala sesuatu

asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan undang-undang.24

Subyek dari hak pakai adalah;

a) Warga Negara Indonesia

b) Orang asing yang berkedudukan di Indonesia.

c) Badan-badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia.

d) Badan-badan hukum yang mempunyai perwakilan di Indonesia.

Hapusnya Hak Pakai

UUPA pada dasarnya tidak memuat ketentuan khusus mengenai

hapusnya hak pakai. Biarpun demikian dapat dikemukakan bahwa

hapusnya hak tersebut jika;25

a) Jangka waktu berakhir

b) Diberhentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu

yang harus dipenuhi oleh pemegang haknya yang bersangkutan

dengan statusnya.

c) Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya

berakhir.

24

Pasal 41 ayat (1) Undang – Undang Pokok Agraria. 25

Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi

Hukum, h. 229.

Page 50: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

39

d) Dicabut untuk kepentingan umum.

e) Tanahnya musnah.

Hak Pakai diatur dalam Pasal 39 s/d Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor

40 Tahun 1996.

5) Hak Sewa

Pasal 44 UUPA menyebutkan bahwa;26

a) Seorang atau suatu badan ahukum mempunyai hak sewa atas tanah,

apabila ia berhak menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan

bangunan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang

sebagai sewa.

b) Pembayaran uang sewa dapat dilakukan;

1) Satu kali atau pada tiap-tiap waktu tertentu.

2) Sebelum atau sesudah tanah dipergunakan.

3) Perjanjian sewa tanah yang dimaksudkan dalam pasal ini tidak

boleh disertai syarat-syarat yang mengandung unsur-unsur

pemerasan.

Berdasarkan isi dari ketentuan Pasal tersebut dapat dikatakan bahwa hak

sewa adalah hak yang member kewenangan kepada orang lain untuk

26

Pasal 44 Undang – Undang Pokok Agraria.

Page 51: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

40

menggunakan tanahnya. Perbedaannya dengan hak pakai adalah dalam hak

sewa penyewa harus membayar uang sewa.

b. Hak Atas Tanah Bersifat Sementara (Sekunder)

Hak atas tanah yang bersifat sekunder adalah hak untuk menggunakan

tanah milik pihak lain, atau dengan kata lain penggunaan suatu jenis hak-hak

atas tanah yang bersumber dari hak milik, terdiri dari: Hak Pakai, Hak Sewa,

Hak Gadai, Hak Usaha Bagi hasil, Hak Menumpang.27

Hak atas tanah yang bersifat sementara diatur dalam Pasal 53 UUPA. Hak

tersebut dimaksudkan sebagai hak yang bersifat sementara karena pada suatu

ketika hak tersebut akan dihapus. Hal tersebut disebabkan karena hak tersebut

bertentangan dengan asas yang terdapat dalam Pasal 10 UUPA yaitu,

“seseorang yang mempunyai suatu hak atas tanah pertanian diwajibkan

mengerjakan sendiri secara aktif dengan mencegah cara-cara pemerasan,

namun sampai saat ini hak-hak tersebut masih belum dihapus”. Oleh karena

itu yang dimaksud dengan Hak atas tanah yang bersifat sementara adalah :

1) Hak gadai tanah/jual gadai/jual sende

Hak gadai/jual gadai/jual sende adalah menyerahkan tanah dengan

pembayaran sejumlah uang dengan ketentuan bahwa orang yang

menyerahkan tanah mempunyai hak untuk meminta kembalinya tanah

tersebut dengan memberikan uang yang besarnya sama.

27

Ali Ahmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Pemberian Hak Atas Tanah Negara, Seri

Hukum Pertanahan I, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2002), h. 2.

Page 52: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

41

2) Hak Usaha Bagi Hasil

Hak usaha bagi hasil merupakan hak seseorang atau badan hukum untuk

menggarap di atas tanah pertanian orang lain dengan perjanjian bahwa

hasilnya akan dibagi diantara kedua belah pihak menurut perjanjian yang

telah disetujui sebelumnya.

3) Hak Sewa Tanah Pertanian

Hak sewa tanah pertanian adalah penyerahan tanah pertanian kepada

orang lain yang memberi sejumlah uang kepada pemilik tanah dengan

perjanjian bahwa setelah pihak yang memberi uang menguasai tanah

selama waktu tertentu, tanahnya akan dikembalikan kepada pemiliknya.

4) Hak menumpang

Hak menumpang adalah hak yang memberi wewenang kepada

seseorang untuk mendirikan dan menempati rumah di atas pekarangan

orang lain. Pemegang hak menumpang tidak wajib membayar sesuatu

kepada yang empunya tanah, hubungan hukum dengan tanah tersebut

bersifat sangat lemah artinya sewaktu-waktu dapat diputuskan oleh yang

empunya tanah jika yang bersangkutan memerlukan sendiri tanah tersebut.

Hak menumpang dilakukan hanya terhadap tanah pekarangan dan tidak

terhadap tanah pertanian.

D. Ganti Rugi Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum

Page 53: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

42

Pengertian ganti kerugian tanah tidak banyak dijelaskan dalam Undang-

Undang maupun Peraturan Pemerintah dalam hal mengatur undang-undang itu

sendiri. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2012 disebutkan bahwa

ganti kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak

dalam proses pengadaan tanah. Dari pengertian tersebut sebenarnya dijelaskan

secara singkat bahwa memang seharusnya penggantian tanah yang dilakukan

pemerintah harus dinilai layak oleh semua pihak.

Perpres Nomor 36 Tahun 2005 menentukan dasar dan cara perhitungan ganti

kerugian/harga tanah yang didasarkan kepada nilai nyata atau sebenarnya dengan

memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak (selanjutnya disebut NJOP). Namun

Perpres ini tidak memperhitungkan pemberian kompensasi untuk faktor non-

fisik. Adapun perhitungan kompensasi faktor fisik sebagai berikut: 28

1. Dasar perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan atas harga tanah yang

didasarkan atas NJOP atau nilai nyata atau sebenarnya dengan

memperhatikan nilai jual obyek pajak tahun berjalan berdasarkan penetapan

lembaga/tim penilai harga tanah yang ditunjuk oleh panitia dan dapat

berpedoman pada variabel – variabel seperti lokasi dan letak tanah, Status

tanah, Peruntukan tanah, Kesesuaian penggunaan tanah dengan Rencana

Tata Ruang Wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah

ada, Sarana dan prasarana yang tersedia.

28

Arie S. Hutagalung, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, h. 166.

Page 54: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

43

Faktor lain yang mempengaruhi harga tanah, nilai jual bangunan yang

ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan,

nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung

jawab dibidang pertanian.29

2. Dasar perhitungan ganti rugi, lembaga/tim penilai harga tanah ditetapkan

oleh Bupati/Walikota atau Gubernur. Kesulitan yang dihadapi dalam

perhitungan ganti rugi oleh lembaga/tim penilai dan tim panitia pengadaan

tanah pemerintah kota dan kabupaten adalah adanya perbedaan harga

pasar dan harga yang telah ditetapkan dalam NJOP. Dalam berbagai

kasus, sering terjadi harga tanah merupakan hasil musyawarah antara tim

panitia pengadaan tanah yang meminta harga lebih tinggi dari NJOP.30

Masalah ganti kerugian merupakan hal yang rumit penanganannya

dalam upaya pengadaan tanah oleh pemerintah. Penetapan ganti kerugian

untuk tanah dianggap rumit karena di samping nilai nyata tanah yang

didasarkan pada NJOP tahun terakhir, terdapat berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi harga tanah. Faktor-faktor tersebut adalah lokasi, jenis hak

atas tanah, status penguasaan atas tanah, peruntukan tanah, kesesuaian

dengan rencana tata ruang wilayah, prasarana, fasilitas dan utilitas,

lingkungan dan faktor-faktor lain. Sudah tentu pemegang hak harus sangat

29

Arie S. Hutagalung, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, h. 166. 30

Arie S. Hutagalung, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, h. 166.

Page 55: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

44

berhati-hati dalam menyampaikan keinginan terhadap besarnya ganti

kerugian terhadap tanahnya.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Prof. Dr. A.P. Parlindungan, SH

yakni menurut beliau nilai tanah yang nyata/sebenarnya itu tidak mesti sama

dengan harga umum, karena harga umum bisa merupakan harga catut.

Sebaliknya pula harga tersebut tidak pula berarti harga yang murah.

Sesungguhnya sering sekali masalah nilai ganti rugi ini merupakan masalah

yang sangat kompleks sekali penyelesaiannya. Harga ganti rugi ini

seyogyanya adalah harga yang sekiranya seperti terjadi jual beli biasa atas

dasar komersil sehingga pencabutan hak tersebut bukan sebagai suatu

ancaman dan pemilik bersedia menerima harga tersebut.31

Dalam setiap pengadaan tanah untuk pembangunan hampir selalu

muncul rasa tidak puas dari masyarakat yang hak atas tanahnya terkena

proyek tersebut merasakan bahwa korban penggusuran pada umumnya

belum dapat menikmati makna keadilan sesuai dengan pengorbanannya.

Dalam kenyataan ini sudah seharusnya perlu perhatian lebih dalam

penerapan peraturan perundangan. Adrian Sutedi mengatakan bahwa begitu

vitalnya ganti rugi, maka ganti rugi itu minimal harus sama dan senilai

dengan hak-hak dan pancaran nilai atas tanah yang akan digusur. Bila tidak

senilai, namanya bukan ganti rugi, tetapi sekadar pemberian pengganti atas

31 A.P. Parlindungan, Komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria, (Bandung : Mandar

Maju, 2008), h. 52.

Page 56: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

45

tanahnya yang tergusur. Prinsip dan tujuan UUPA harus dimaknai bahwa

ditempuhnya prosedur penggusuran tidak berarti akan merendahkan nilai

ganti rugi tanah, bangunan dan tanamannya serta benda-benda lain yang

melekat pada bangunan dan tanah.32

E. Bentuk dan jenis ganti rugi

Dalam Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum diatur

mengenai bentuk ganti kerugian dapat diberikan berupa33

:

1. uang

2. tanah pengganti;

3. permukiman kembali;

4. kepemilikan saham; atau

5. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

Bentuk ganti kerugian sebagaimana dimaksud diatas baik terdiri dari satu

jenis maupun gabungan dari beberapa jenis ganti kerugian, diberikan sesuai

dengan nilai Ganti Kerugian yang nominalnya sama dengan nilai yang telah

disepakati bersama.

32

Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, (Jakarta : Sinar Grafika,

2007), h. 184 . 33

Pasal 74 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012.

Page 57: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

46

BAB III

Kebijakan Pengadaan dan Konsinyasi Tanah Menurut Hukum Positif dan

Hukum Islam Serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan

A. Kebijakan Pengadaan Tanah Menurut Hukum Positif

Menurut Peraturan yang ada di Indonesia, tata cara pengadaan tanah diatur

dalam beberapa peraturan yaitu :

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang

Ketentuan - Ketentuan Mengenai Tata Cara Pengadaaan Tanah

Dalam Permendagri Nomor 15 tahun 1975 pengadaan tanah

dikenal dengan pembebasan tanah. Menurut Pasal 1 ayat (1) “Pembebasan

tanah adalah melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat diantara

pemegang hak atau penguasa atas tanahnya dengan cara memberikan ganti

rugi.”1 Permendagri tersebut juga mengatur tentang tata cara pembebasan

tanah untuk kepentingan pemerintah dan pembebasan tanah untuk

kepentingan swasta.

Dalam hal pembebasan tanah bagi kepentingan pemerintah

dibentuk Panitia Pembebasan Tanah (selanjutnya disebut PPT)

sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Permendagri Nomor 15 Tahun 1975,

sedang untuk kepentingan swasta tidak dibentuk panitia khusus,

pemerintah hanya mengawasi pelaksanaan pembebasan tanah tersebut

1 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975.

Page 58: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

47

antara para pihak yaitu pihak yang membutuhkan tanah dengan pihak yang

memiliki tanah.

2. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Dalam Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 dinyatakan

bahwa cara pengadaan tanah ada 2 (dua) macam, yaitu pertama pelepasan

atau penyerahan hak atas tanah, dan kedua jual beli,tukar menukar dan

cara lain yang disepakati oleh para pihak yang bersangkutan.2

Kedua cara tersebut termasuk kategori pengadaan tanah secara

sukarela. Untuk cara yang pertama dilakukan untuk pengadaan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan untuk kepentingan umum

sebagaimana yang diatur dalam Keppres Nomor 55 tahun 1993,

sedangkan cara kedua dilakukan untuk pengadaan tanah yang

dilaksanakan selain untuk kepentingan umum. Menurut Pasal 6 ayat (1)

Keppres Nomor 55 tahun 1993, menyatakan bahwa: “Pengadaan tanah

untuk kepentingan umum dilakukan dengan bantuan PPT yang dibentuk

oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, sedangkan ayat (2) menyatakan

bahwa “Panitia Pengadaan Tanah” dibentuk disetiap Kabupaten atau

Kotamadya Tingkat II”.

Berdasarkan ketentuan Pasal 9 Keppres Nomor 55 Tahun 1993

pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

2 Pasal 2 dan 3 Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993.

Page 59: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

48

umum dilaksanakan dengan musyawarah yang bertujuan untuk mencapai

kesepakatan mengenai penyerahan tanahnya dan bentuk serta besarnya

imbalan. Apabila dalam musyawarah tersebut telah tercapai kesepakatan

para pihak, maka pemilik tanah diberikan ganti kerugian sesuai dengan

yang disepakati oleh para pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 15

Keppres Nomor 55 tahun 1993.

3. Perpres No 36 Tahun 2005 jo Perpres No 65 Tahun 2006 Tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum

Dengan berlakunya Perpres Nomor 36 Tahun 2005, ada sedikit

perbedaan dalam tata cara pengadaan tanah untuk kepentingan umum,

meskipun pada dasarnya sama dengan Keppres Nomor 55 Tahun 1993.

Menurut Perpres Nomor 36 Tahun 2005 menyatakan bahwa: “pengadaan

tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh

pemerintah atau pemerintah daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan

atau penyerahan hak atas tanah, atau pencabutan hak atas tanah”.3

Sedangkan ayat (2) menyatakan bahwa: “pengadaan tanah selain bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh pemerintah atau

pemerintah daerah dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, atau

cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-pihak yang

bersangkutan.

3 Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden No 36 Tahun 2005.

Page 60: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

49

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menurut Perpres

Nomor 36 Tahun 2005 bahwa khusus untuk pengadaan tanah bagi

kepentingan umum yang dilaksanakan oleh pemerintah ataupun

pemerintah daerah dilakukan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak

atas tanah, atau pencabutan hak atas tanah. Sedangkan pengadaan tanah

selain untuk kepentingan umum yang dilaksanakan oleh pemerintah

ataupun pemerintah daerah, dalam hal ini dilaksanakan oleh pihak swasta

maka dilaksanakan dengan jual beli, tukar-menukar atau dengan cara lain

yang disepakati secara sukarela dengan pihak-pihak yang bersangkutan.

Hal ini berbeda dengan ketentuan yang sebelumnya yang tidak

membedakan secara tegas mengenai tata cara pengadaan tanah baik untuk

kepentingan umum, maupun bukan kepentingan umum yang dilaksanakan

oleh pemerintah ataupun pihak swasta sehingga dalam ketentuan ini

memperjelas aturan pelaksaan dalam pengadaan tanah untuk kepentingan

umum maupun swasta.

Setelah kurang lebih setahun berlakunya Perpres Nomor 36 Tahun

2005, Perpres tersebut digantikan dengan Perpres Nomor 65 Tahun 2006,

yang berupaya untuk lebih meningkatkan prinsip penghormatan terhadap

hak-hak atas tanah yang sah dan kepastian hukum dalam pengadaan tanah

bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, sebagaimana

diatur dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006 dinyatakan bahwa “pelepasan

atau penyerahan hak atas tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

Page 61: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

50

umum dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan terhadap hak atas

tanah.4 Prinsip penghormatan hak atas tanah diartikan bahwa pemilik hak

atas tanah yang diambil tanahnya, tingkat kehidupan ekonominya harus

lebih baik dibandingkan sebelum ia melepaskan hak atas tanahnya.Karena

pemilik hak atas tanah tersebut telah merelakan tanahnya untuk keperluan

pembangunan, sehingga harus diberikan suatu penghormatan atas jasa

pemilik hak atas tanah tersebut.

4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012

Saat ini telah disahkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

yang merupakan undang-undang yang ditunggu tunggu, peraturan

perundang-undangan sebelumnya dianggap belum memenuhi rasa

keadilan bagi pihak yang kehilangan tanahnya. Undang-undang ini

diharapakan pelaksanaannya dapat memenuhi rasa keadilan setiap orang

yang tanahnya direlakan atau wajib diserahkan bagi pembangunan.

Bagi pemerintah yang memerlukan tanah, peraturan perundang-

undangan sebelumnya dipandang masih menghambat atau kurang untuk

memenuhi kelancaran pelaksanaan pembangunan sesuai rencana. Bunyi

Ketentuan umum Pasal 1 angka 2 undang-undang ini:5“Pengadaan tanah

4 Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006.

5 Pasal 1 angka 2 Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Page 62: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

51

adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian

yang layak dan adil kepada pihak yang berhak”.

Pasal 1 angka 10 menegaskan lagi “Ganti Kerugian adalah

penggantian layak dan adil kepada yang berhak dalam proses pengadaan

tanah”. Asas pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang diatur dalam

Undang Undang ini yang menyatakan bahwa pengadaan tanah untuk

kepentingan umum dilaksanakan berdasarkan asas kemanusiaan, keadilan,

kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan,

kesejahteraan, keberlanjutan, dan keselarasan.6

Dari sekian banyak asas haruslah asas keadilan diutamakan karena

asas ini telah ditegaskan dua kali pada Ketentuan Umum angka 2 dan

angka 10 undang-undang ini. Kalimat: “Ganti kerugian adalah

penggantian layak dan adil” belum pernah muncul pada peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang pengadaan tanah

sebelumnya.

Pasal 5 menegaskan pihak yang berhak wajib melepaskan

tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan

umum setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Kata wajib

ditegaskan pada undang undang ini. Seharusnya ada keseimbangan hukum

6 Pasal 2 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Page 63: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

52

yaitu bahwa wajib setelah pemberian ganti kerugian dirasakan adil dan

layak oleh pihak yang berhak.

Sebagai lanjutan dari amanat Pasal 53 dan Pasal 59 UU No. 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum maka pemerintah mengeluarkan Perpres No. 71

Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Pada Perpres ini setiap instansi

yang memerlukan lahan untuk kepentingan umum diberi waktu untuk

menyelesaikannya maksimal 583 hari.

B. Kebijakan Konsinyasi Tanah Menurut Hukum Positif

Menurut Peraturan yang ada di Indonesia, konsinyasi diatur dalam beberapa

peraturan yaitu :

1. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

Dalam garis besar Konsinyasi adalah penawaran pembayaran tunai diikuti

dengan penyimpanan, sebagaimana diatur dalam Pasal 1404-1412

KUHPerdata. Beberapa ketentuan tersebut antara lain sebagai berikut:7

a) Pasal 1404 KUH Perdata menyatakan :

“jika si berpiutang menolak pembayaran, maka si berhutang dapat

melakukan penawaran pembayaran tunai apa yang diutangkan, dan

jika si berpiutang menolaknya, menitipkan uang atau barangnya

7 Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum,

(Yogyakarta : Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, 2004), Hal. 57.

Page 64: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

53

kepada penagdilan. Penawaran yang sedemikian, diikuti dengan

penitipan, membebaskan si berhutang dan berlaku baginya sebagai

pembayaran, asal penawaran itu telah dilakukan dengan cara menurut

undang-undang sedangkan apa yang dititipkan secara itu tetap atas

tanggungan si berpiutang.”

Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, konsinyasi ini berbeda

dengan yang diatur dalam peraturan lain yang dimana dalam hal kegiatan

konsinyasi ini dapat dilakukan jika sebelumnya terdapat hubungan hukum

antara para pihak misalnya seperti hutang piutang.

2. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Dalam Keppres No.55 Tahun 1993 dinyatakan bahwa “Dalam hal tanah,

bangunan, tanaman atau benda yang berkaitan dengan tanah yang dimiliki

bersama-sama oleh beberapa orang, sedangkan satu atau beberapa orang

dari mereka tidak dapat ditemukan, maka ganti rugi yang menjadi hak

orang yang tidak dapat diketemukan tersebut dikonsinyasikan di

pengadilan negeri setempat oleh instansi pemerintah yang memerlukan

tanah”.8

Dalam Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 tidak disebutkan kegiatan

konsinyasi yang diakibatkan oleh penolakan pemilik lahan. Konsinyasi

8 Pasal 17 ayat (2) Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993.

Page 65: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

54

yang dikenal di dalam Keppres No.55 Tahun 1993 hanyalah untuk

keperluan penyampaian ganti rugi yang telah disepakati, akan tetapi orang

yang bersangkutan tidak diketemukan9

3. Perpres No 36 Tahun 2005 jo Perpres No 65 Tahun 2006 Tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum

Dengan berlakunya Perpres Nomor 36 Tahun 2005, ada sedikit perbedaan

dalam tata cara konsinyasi tanah untuk kepentingan umum, Menurut Pasal

10 ayat (2) Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 dinyatakan dalam hal

kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum yang telah diadakan

musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai

kesepakatan, panitia pengadaan tanah menetapkan besarnya ganti rugi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a dan menitipkan ganti rugi

uang kepada pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi

tanah yang bersangkutan.

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini terjadi perubahan yang sangat

besar dalam hal pengadaan tanah. Pemerintah dapat menitipkan uang

kepada pengadilan apabila jalan musyawarah tidak menemukan hasil

dalam artian pemilik lahan tetap menolak penawaran harga yang

ditentukan oleh pemerintah. Namun ada dampak negatif dari

9 Abdulrrahman, Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum, (Bandung : Citra Aitya Bakti, 1994), h. 66.

Page 66: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

55

ditetapkannya Peraturan Presiden tersebut yakni pemerintah menjadi

seperti sewenang-wenang dalam hal menentukan pengadaan tanah padahal

alternatif terakhir yang dapat ditempuh adalah dengan pengajuan

permohonan pencabutan hak atas tanah berdasarkan UU No. 20 Tahun

1961, dan bukannya dengan mengkonsinyasikan uang ganti rugi ke

pengadilan negeri dan menganggap kewajibannya dalam pengadaan lahan

sudah selesai, dan dengan serta merta melakukan pembangunan di lahan

tersebut.

4. Undang-Undang No 2 Tahun 2012

Dengan berlakunya Undang-Undang No.2 Tahun 2012 mekanisme

konsinyasi kembali diberi tambahan seperti dinyatakan dalam Undan

Undang ini yakni “Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau

besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil musyawarah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37, atau putusan pengadilan negeri/Mahkamah

Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Ganti Kerugian dititipkan

di pengadilan negeri setempat”.10

Dalam Pasak 42 ayat (1) dinyatakan “Penitipan Ganti Kerugian selain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga dilakukan terhadap:

a. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian tidak diketahui

keberadaannya; atau

b. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian:

10

Pasal 42 ayat (1) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Page 67: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

56

1. sedang menjadi objek perkara di pengadilan;

2. masih dipersengketakan kepemilikannya;

3. diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau

4. menjadi jaminan di bank.

Berdasarkan materi undang-undang tersebut dapat dilihat bahwa

konsinyasi akibat penolakan dari pemilik tanah hanya dapat dilakukan

apabila telah menempuh jalur hukum. Apabila pemilik tanah keberatan

maka pemilik dapat mengajukan gugatan hingga ke Mahkamah Agung.

Dan setelah mendapat pengesahan baik dari pengadilan ataupun dari

Mahkamah Agung maka konsinyasi tanah baru bisa dilaksanakan.

C. Kebijakan Pengadaan Tanah ditinjau dari Aspek Hukum Islam

1. Sistem Pertanahan dalam Islam

Hukum pertanahan dalam Islam dapat didefinisikan sebagai hukum-hukum

Islam mengenai tanah dalam kaitannya dengan hak kepemilikan (milkiyah),

pengelolaan (tasharruf), dan pendistribusian (tauzi‟) tanah.11

Dalam Islam, segala sesuatu yang ada di langit dan bumi termasuk tanah

hakikatnya adalah milik Allah Swt. semata. Firman Allah Swt:

المصير ملك السهماوات والرض وإلى للاه ولله

11

Mahasari, Jamaluddin, Pertanahan dalam Hukuam Islam, (Yogyakarta : Gama Media ,

2008). h. 39.

Page 68: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

57

Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah

kembali (semua makhluk). (Q.S an-Nur ayat 42)

2. Sejarah Hukum Pertanahan Islam

Perkembangan Undang-undang pertanahan Islam tidak banyak

dijelaskan secara tersurat baik menurut dalil qur‟an serta hadist-hadist rasul

SAW. Syariah Islam tidak mempunyai satu teori yang lengkap yang

berhubungan dengan sistem pertanahan atau Undang-undang pertanahan,

tetapi melalui gabungan beberapa Undang-undang seperti kontrak, peraturan-

peraturan yang berhubungan dengan pengambilan balik harta, peraturan pajak

tanah dan hasil tanah, peraturan penaklukan, pembagian harta rampasan

perang dan lain-lain.12

Hukum pertanahan Islam secara ringkas dapat dilihat pada praktek-

praktek yang dilaksanakan pada zaman nabi baik oleh Rasulullah SAW

maupun para sahabatnya serta generasi penerus beliau dalam pemerintahan

mereka masing-masing. Pada zaman Rasulullah SAW tidak banyak timbul

persoalan-persoalan yang berhubungan dengan harta dan tanah, kecuali yang

berkaitan dengan harta-harta rampasan perang yaitu tanah-tanah orang

12 Abdul Gani, Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendayagunaan Lahan Kosong, Tesis

Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2002, h. 48-49.

Page 69: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

58

Yahudi di sekitar Madinah. Hal ini disebabkan lahan-lahan pertanian di

Semenanjung Tanah Arab yang terlalu sedikit.13

Pada sejarahnya Dalam hukum Islam ada beberapa macam tanah yang

masuk ke dalam wilayah kekuasaan umat Islam. Dua macam tanah tersebut

yakni: (1) Tanah hak milik orang-orang Islam; (2) Tanah negara; (3) Tanah

bebas; (4) Tanah taklukan; (5) Tanah kontrak, dan (6) Tanah gundul.14

a. Tanah Hak Milik Orang-Orang Islam

Kebijakan Rasulullah saw dan Khulafaur Rasyidin memperkenankan

pemilikan tanah secara pribadi bagi orang-orang Islam. Negara menjamin

hak milik mereka, sepanjang mereka memenuhi kewajibannya sebagai

seorang muslim. Tanah milik orang-orang muslim ini hanya dikenakan

„ushr, yaitu zakat atas hasil pertanian (jika tanah ini digunakan untuk

pertanian).

b. Tanah Negara

Jenis tanah yang dikuasai oleh negara pada saat itu dapat dikategorikan

menjadi:

13

Abdul Gani, Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendayagunaan Lahan Kosong, h.49-50. 14

Hukum Pertanahan Menurut Syariah Islam, artikel diakses pada 5 Juli 2015 dari

https://andarana.googlecode.com/files/HUKUM%2520PERTANAHAN%2520MENURUT%2520SY

ARIAH%2520ISLAM.pdf.

Page 70: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

59

1) Tanah tandus, yaitu tanah tidak memiliki kesuburan sehingga tidak

menarik orang untuk memanfaatkannya.

2) Tanah yang tidak terpakai, yaitu tanah yang tidak dimanfaatkan oleh

masyarakat karena sesuatu hal, misalnya kesulitan pengairan.

3) Tanah yang berasal dari daerah taklukan, dapat berupa tanah yang

pemiliknya gugur di medan perang atau melarikan diri, tanah negara

tersebut yang tidak digunakan, tanah di sekitar danau, sungai, atau

hutan, dan lain-lain. Tanah-tanah negara digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karenanya banyak diberikan

kepada masyarakat.

c. Tanah Bebas

Yang dimaksud dengan tanah bebas adalah tanah dan segala sesuatu yang

ada bukan karena usaha seseorang dan digunakan secara bersama oleh

masyarakat. Jadi, tanah ini merupakan barang publik (public goods),

sehingga tidak seorangpun secara pribadi diperkenankan memiliki tanah-

tanah ini. 15

Contohnya adalah tanah himaa, yaitu tanah yang sengaja tidak

dihuni dan ditanami rerumputan sebagai ladang makanan ternak bagi

seluruh masyarakat. Contoh lainnya adalah hutan, tanah yang memiliki

15

Hukum Pertanahan Menurut Syariah Islam, artikel diakses pada 5 Juli 2015 dari

https://andarana.googlecode.com/files/HUKUM%2520PERTANAHAN%2520MENURUT%2520SY

ARIAH%2520ISLAM.pdf.

Page 71: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

60

tambang garam, air, barang barang tambang lainnya yang sangat melimpah

dan dibutuhkan oleh semua orang.

d. Tanah Taklukan

Seiring dengan meluasnya negara Islam maka semakin banyak pula tanah

yang dikuasainya, baik yang dikuasai melalui peperangan (ghanimah)

maupun tidak melalui peperangan (fa‟i). Pemerintahan Islam tetap

memperlakukan tanah yang berada di daerah taklukan ini secara adil dan

proporsional, sebab pada dasarnya tanah adalah milik Allah dan Rasul-

Nya.

Tanah taklukan biasanya akan dibagikan kepada :

1) Orang-orang yang ikut berperang menaklukan daerah tersebut. Jadi,

jika suatu daerah tidak ditaklukan dengan peperangan maka tidak ada

bagian tanah yang diberikan kepada tentara.

2) Penduduk asli daerah taklukan.

3) Orang-orang miskin yang tidak memiliki mata pencaharian.

e. Tanah Kontrak, Tanah kontrak yaitu tanah-tanah yang dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat dengan kewajiban mereka memberikan suatu besaran atau

nilai tertentu kepada pemerintah. Jadi, yang dimaksudkan kontrak di sini

Page 72: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

61

adalah kontrak antara masyarakat dengan pemerintah.16

Kontrak harus

dilakukan dengan adil sebagaimana kesepakatan yang dibuat keduanya.

f. Tanah Gundul

Tanah gundul yaitu tanah yang karena ketandusannya (gundul) maka

menjadi tidak diminati masyarakat pada umumnya. Pada masa

kekhalifahan, terdapat beberapa cara pengoptimalan tanah tandus ini, yaitu:

1) Negara mengolah sendiri tanah tersebut dengan pembiayaan dari dana

negara. Negara membayar para tenaga kerja dan biaya pengolahan

lainnya, sehingga juga berhak atas hasil sepenuhnya.

2) Memberikan hak pengolahan sepenuhnya kepada masyarakat, tetapi

bukan hak kepemilikan.

3) Memberikan hak kepemilikan sepenuhnya kepada masyarakat.17

3. Prinsip Pengadaan tanah dan ganti kerugian ditinjau dari perspektif

hukum Islam

Islam sebagai agama yang sempurna selalu mengajarkan bahwa setiap

hal harus mengutamakan mashlahat dan menjauhi segala mudharat. Dalam hal

pengadaan tanah dalam Islam harus mengutamakan kemashlahatan kedua

16

Hukum Pertanahan Menurut Syariah Islam, artikel diakses pada 5 Juli 2015 dari

https://andarana.googlecode.com/files/HUKUM%2520PERTANAHAN%2520MENURUT%2520SY

ARIAH%2520ISLAM.pdf. 17

Hukum Pertanahan Menurut Syariah Islam, artikel diakses pada 5 Juli 2015 dari

https://andarana.googlecode.com/files/HUKUM%2520PERTANAHAN%2520MENURUT%2520SY

ARIAH%2520ISLAM.pdf.

Page 73: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

62

belah pihak yang terlibat atas pengadaan tanah itu sendiri. Islam juga

melarang para pihak yang menzhalimi pihak yang lainnya. Penguasa dalam

hal ini pemerintah dilarang melakukan intimidasi maupun tekanan dan

paksaan dalam bentuk apapun kepada pemilik lahan (rakyat).

Dalam Islam Keberadaan penguasa/pemerintah tidak lain adalah untuk

memelihara kepentingan dan kemaslahatan rakyatnya, betapapun kepentingan

dan kemaslahatan ini berubah-ubah sesuai dengan perubahan pandangan

manusia terhadap suatu perbuatan atau sesuatu materi, yaitu apakah suatu

perbuatan atau materi itu termasuk kemaslahatan atau kemudharatan.

Islam telah menetapkan dalam banyak nash bahwa penguasa

berkewajiban memelihara kemaslahatan masyarakat. Dalam hadits yang

diriwayatkan oleh Muslim yang berasal dari Ibnu Umar r.a. Rasulullah saw

pernah bersabda yang artinya

“Ingatlah Setiap kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan

ditanya (bertanggung jawab) atas kepemimpinannya.”(HR. Muslim).

Pemimpin dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab penuh atas

kondisi rakyat termasuk hal-hal yang menyangkut dengan hak-hak rakyat.

setiap tindakan atau kebijaksanaan para pemimpin yang menyangkut dan

mengenai hak-hak rakyat dikaitkan dengan kemaslahatan rakyat banyak dan

ditujukan untuk mendatangkan suatu kebaikan. Sebab pemimpin adalah

pengemban amanat penderitaan rakyat (umat) dan untuk itulah ia sebagai

Page 74: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

63

petunjuk dalam kehidupan mereka serta harus memperhatikan

kemaslahatannya.18

Dalam hal pengadaan tanah, untuk memenuhi kemashlahatan untuk

semua pihak, pemimpin dalam hal ini pemerintah harus mencari jalan terbaik

sehingga tidak menciderai perasaan pemilik hak tanah tersebut dan

menhindari tindakan sewenang-wenang yang merugikan pihak tertentu.

Dalam Islam tidak membenarkan mencabut hak milik orang lain tanpa

adanya kerelaan dari pemiliknya. Karena hak milik pribadidalam Islam benar-

benar dihargai dan dihormati. Sehingga cara memperoleh hak milik dalam

Islam diatur sedemikian rupa. Bila seseorang menginginkan hak milik

setidaknya sesuai dengan hukum syara'. Seperti contoh jual beli, atau

menawar harga yang sepadan. Ini sebagai bukti penghargaan dalam Islam

terhadap hak milik. Seperti dalam hadits :

Artinya : "Menceritakan kepadaku Ishaq menceritakan kepadaku Abdu

Somad dia berkata : Saya mendengar dari Bapak Saya Abu Tiyah dia berkata

: dari Anas ibn Malik r.a, "Ketika Rasulullah SAW tiba di Kota Madinah dan

menyuruh membina Masjid, maka beliau bersabda : "Wahai bani Najjar,

juallah kebun kalian ini padaku", kata mereka : "Demi Allah, kami tidak akan

18

Imam Musbikin, Qawaid al-Fiqhiyah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 124.

Page 75: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

64

mengharapkan suatu imbalan apapun terkecuali hanya berharap dari Allah."

(HR. Bukhori)19

Dalam hadits ini nabi memberi contoh, apabila kita menginginkan hak

milik orang lain, maka harus dengan penawaran harga, atau dengan cara jual

beli. Meskipun nabi membangun masjid itu dimaksudkan untuk kepentingan

umum.

Menurut Prof. Dr. TM. Hasby Ash-Shiddieqy mengenai masalah aqad,

sebab kepemilikan dapat dibagi menjadi dua :20

a). Uqud Jabariyah, yaitu aqad yang dilakukan berdasarkan pada putusan

hakim, seperti menjual harta orang yang berhutang secara paksa. Aqad ini

disebut Tammaluk Jabary.

b) Istimlak untuk maslahat umum, umpanya tanah - tanah yang ada

disamping masjid, kalau diperlukan untuk masjid, harus dapat dimiliki

oleh masjid dan harus menjualnya, ini dinamakan tamalluk bil jabary.

Dalam Islam sudah diatur masalah ganti rugi. Dengan tidak melupakan

prinsip bahwa apabila seseorang melakukan transaksi jual beli atau menawar

harga, harus ada kerelaan diantara kedua belah pihak. Seperti dalam konsep

hak milik itu sendiri bahwa seseorang tidak boleh memiliki hak orang lain

tanpa adanya kerelaan atau ijin dari pemiliknya.

19 Imam Abi Abdillah Muhammad ibnu Ismail, Shahih Bukhori, Beirut Lebanon, Dar Al-

Kutub Al-Ilmiah, Juz III, 1992, h. 267. 20

TM. Hasbi As-Shiddiqi, Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta : Bulan Bintang, 1974), h.

11.

Page 76: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

65

Ganti rugi dalam Islam adalah harga rugi yang diberikan itu harus

setidaknya setara dengan harga yang di jual. Dan dalam konsep jual beli juga

terdapat hak suf'ah yaitu hak untuk membatalkan perjanjian itu. Dalam Islam

seseorang tidak boleh memaksa atau menganiaya, seperti dalam hadits sebagai

berikut :

Artinya : "Said bin Zaid ra menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

siapa yang mengambil agak sejengkal tanah orang lain secara aniaya, maka

tanah itu dipikul ke atasnya, oleh malaikat Allah pada hari kiamat dari tujuh

bumi."21

Dan siapa saja yang melakukan aniaya itu dianggap telah melakukan

perbuatan ghasab. Dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang

penghasab adalah :

a) Mengembalikan barang yang diambilnya dengan segera

b) Mengganti kerusakan dengan harga yang paling mahal sejak

menghasabnya dan harga dari rusaknya (yang termahal diantaranya) atau

menggantinya dengan barang yang seimbang/ sepadan.22

Dalam undang-undang diatur bahwa kegiatan pengadaan tanah dilakukan

dengan cara musyawarah. Dalam Islam kegiatan musyawarah ini juga sering

dilakukan terutama pada zaman Rasulullah SAW. Dalam suatu musyawarah

setiap peserta saling mengemukakan pikiran, pendapat atau pertimbangan

21

Imam Muslim, Shahih Muslim, Jilid VI, Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, Beirut, 677 H, h. 41. 22

A. Rahman I Doi, Mu'amalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 1996), h. 18.

Page 77: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

66

kemudian lahir kesimpulan bersama. Apabila suatu musyawarah

menghasilkan kesimpulan bersama maka masing-masing peserta terikat

dengan kesimpulan tersebut dan bertanggung jawab terhadap putusan tersebut

baik moril dan formil.23

Musyawarah tersebut juga dilakukan harus sejalan dengan tujuan syari'at

yaitu terpe1iharanya hak atau jaminan dasar manusia yang meliputi

kehormatan, keyakinan agama, jiwa, akal, keluarga, keturunan dan

keselamatan hak milik. Masalah yang diselesaikan harus sesuai dengan

ketentuan yang telah diatur dalam hukum Islam yaitu:

a) Penentuan ganti rugi tersebut tidak menyalahi hukum syari‟at Islam

b) Harus sama ridha dan ada pilihan antara kedua belah pihak tanpa ada

unsur paksaan dan tipuan dari pihak lain.

c) Harus jelas tujuannya agar tidak ada kesalah pahaman diantara para pihak

tentang apa yang telah dikerjakan dikemudian hari24

Selain dari pada hal diatas, dalam hal kegiatan pengadaan tanah dan ganti

rugi setidaknya Islam mengatur beberapa aspek dibawah ini yakni :

a) Menjaga kehormatan manusia

Nilai kehormatan manusia telah dijelaskan dalam al-Qur‟an surat AIsraa‟

ayat 70 yang artinya yakni

23

M. Yunan Nasution, Keadilan dan Musyawarah, (Semarang : Ramadhani, 1993), h. 26. 24

Chairuman P, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 1994), h. 3.

Page 78: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

67

“Dan Sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam”

Dalam menetapkan bentuk dan besar ganti rugi, manusia (pemilik

tanah) harus dihormati apalagi mereka sudah mengorbankan hak miliknya

demi kepentingan umum. Oleh karena itu pemilik tanah perlu diberi jasa

tersendiri yang dapat meningkatkan tarap hidupnya, bukan sebaliknya

rakyat akan semakin lebih sengsara.

b) Keadilan

Keadilan berarti memberikan kepada seseorang sesuatu haknya secara

seimbang (proporsional) antara jasa yang diberikan dengan imbalan yang

diterimanya. Dalam penetapan bentuk dan besarnya ganti rugi

pembebasan tanah ini pemerintah (investor) selayaknya memperhatikan

asas keadilan ini dikarenakan jasa yang telah dikorbankan pemilik tanah

sudah begitu besar, tidak hanya mengorbankan tanahnya saja, tapi juga

kehilangan mata pencaharian.

c) Menarik dan Mengutamakan Manfaat dan Menghindarkan Madarat

Pembangunan adalah untuk rakyat atau dengan kata lain untuk

kemaslahatan umum jangan sampai rakyat justru menjadi korban

pembangunan.

d) Kesukarelaan

Islam memandang bahwa pada dasarnya pembebasan tanah rakyat untuk

kepentingan apapun hanya bisa dilaksanakan atas dasar prinsip

kesukarelan dari pihak pemilik baik dalam bentuk jual beli atau hibah,

Page 79: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

68

wakaf atau sedekah lainnya. Dalam bentuk jual beli prinsip sukarela

kedua belah pihak baik dalam penentuan harga, penyerahan barang

maupun hal-hal lain yang menjadi keperluan kedua pihak tetap berlaku.

Page 80: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

68

BAB IV

ANALISI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kebijakan Pelebaran Jalan Raya

Ciater-Rawa Mekar Jaya

Lokasi pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Raya Ciater-Rawa

Mekar Jaya Kecamatan Serpong yaitu di Desa Ciater dan Desa Rawa Mekar

Jaya sebagian besar terdiri dari tanah kosong, rumah tinggal, kios dan rumah

toko tempat usaha dan berdagang. Kota Tangerang Selatan berada 30 km di

sebelah barat Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan berada 90 km sebelah

tenggara Kota Serang, ibu kota Provinsi Banten . Secara administratif, Kota

Tangerang Selatan dibagi menjadi 7 (Tujuh) kecamatan dan 37

desa/kelurahan.1

Kecamatan dengan desa/kelurahan terbanyak Di Kota Tangerang

Selatan adalah Kecamatan Pondok Aren yaitu, sebanyak 11 desa/kelurahan.

Sedangkan kecamatan dengan desa/kelurahan paling sedikit adalah

Kecamatan Setu dan Ciputat Timur yaitu dengan 6 desa/kelurahan.2

Luas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah 147,19 KM2. Tanah

seluas itu sebagian besar adalah berupa tanah datar yang secara umumnya

berupa tanah merah yang sangat cocok untuk pertanian, namun dalam

kenyataannya pemanfaatan lahan di Kota Tangerang Selatan ini sebagian

1 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan

(Tangerang Selatan, tanggal 1 Oktober 2015). 2 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan

(Tangerang Selatan, tanggal 1 Oktober 2015).

Page 81: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

70

besar untuk pemukiman serta sentra perdagangan baik itu pasar, minimarket

maupun supermarket dan mall-mall yang sangat besar.3

Rencana pengembangan sistem transportasi yang berkaitan dengan

jaringan jalan di Kota Tangerang Selatan meliputi penyediaan dan

pengembangan jaringan jalan, dan sarana angkutan umum. Rencana

pengembangan aktivitas dan pola pergerakan di Kota Tangerang Selatan

diarahkan mampu mengakomodir seluruh aktivitas di tiap-tiap wilayah

kecamatan di Kota Tangerang Selatan.

Pengembangan jalan merupakan aspek penting dalam pengembangan

suatu wilayah, karena jalan berfungsi untuk merangsang perkembangan,

mengarahkan perkembangan, membuka isolasi suatu wilayah, mengatasi

permasalahan transportasi, dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.

Pembangunan pelebaran Jalan Raya Ciater-Rawa Mekar Jaya didasarkan

pada sempitnya kondisi jalan yang dimana hanya dapat dilalui oleh dua

kendaraan, sehingga menimbulkan kemacetan sangat parah terlebih lagi pada

jam– jam sibuk serta dalam rangka pengembangan perkotaan agar lebih

merata. Dengan adanya pembangunan pelebaran Jalan Raya Ciater-Rawa

Mekar Jaya ini maka akses untuk menuju tempat tujuan tersebut menjadi

semakin cepat dan mudah. Mobilitas penduduk diharapkan akan meningkat

serta pertumbuhan ekonomi dapat membaik.4

3 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan

(Tangerang Selatan, tanggal 1 Oktober 2015). 4 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan

(Tangerang Selatan, tanggal 1 Oktober 2015).

Page 82: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

71

Rencana pembangunan pelebaran Jalan Raya Ciater-Rawa Mekar

Jaya didasarkan pada kondisi lingkungan setempat, termasuk diantaranya

menampung aspirasi rakyat, sehingga suatu proyek yang ditujukan untuk

kepentingan umum tersebut dapat berjalan dengan baik tanpa menimbulkan

masalah karena masyarakat dapat merasakan adanya manfaat dari proyek itu.

Partisipasi masyarakat sejak tahap awal perencanaan, terutama untuk

proyek-proyek yang menyangkut kepentingan umum, akan membuat

masyarakat merasa ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaannya. Bila suatu

rencana pembangunan ditempuh melalui mekanisme yang tepat, maka sifat

keterbukaan pada setiap rencana dalam segala tahapan perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi akan merupakan hal yang wajar.

Luas lahan yang diperlukan untuk pelebaran jalan Ciater-Rawa Mekar

Jaya sesuai hasil pengukuran dan penentuan batas-batas jalan oleh Kantor

Pertanahan Kota Tangerang Selatan dan SKPD terkait yang tergabung dalam

Tim Teknis pelebaran jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya adalah 33.607m2. luas

lahan yang telah dibebaskan sampai akhir bulan Desember 2014 adalah

33.607 m2 atau sudah 100 % rampung dari total luas lahan yang perlu

dibebaskan untuk pembangunan pelebaran jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya.5

Dasar hukum dalam pengadaan tanah untuk Pembangunan pelebaran

jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya yaitu:

1. Undang Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

5 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan

(Tangerang Selatan, tanggal 1 Oktober 2015).

Page 83: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

72

2. Perpres No. 99 Tahun 2014 sebagai perubahan kedua atas Peraturan

Presiden No.71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

3. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

4. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65

Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun

2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang

Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan;

6. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nomor 2 Tahun 2003 tentang

Norma dan Standart Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan

Pemerintah di Bidang Pertanahan yang Dilaksanakan oleh Pemerintah

Kota/Kabupaten;

B. Mekanisme pengadaan dan konsinyasi ganti rugi atas tanah berdasarkan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 disertai dengan Peraturan

Presiden No 99 Tahun 2014

1. Mekanisme Pengadaan Tanah Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun

Page 84: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

73

2012

Undang-Undang No 2 Tahun 2012 merupakan undang-undang yang

ditunggu tunggu, peraturan perundang-undangan yang sebelumnya dianggap

belum memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang kehilangan tanahnya. Undang-

undang ini diharapakan pelaksanaannya dapat memenuhi rasa keadilan setiap

orang yang tanahnya direlakan atau wajib diserahkan bagi pembangunan.

Pengertian Pengadaan Tanah menurut Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012

adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang

layak dan adil kepada pihak yang berhak.6 Dilihat dari isi pasal tersebut

diketahui bahwa dalam hal pengadaan tanah oleh pemerintah harus dengan cara

memberi ganti kerugian yang layak.

Dalam pasal 11 disebutkan “Pengadaan Tanah untuk Kepentingan

Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 wajib diselenggarakan oleh

Pemerintah dan tanahnya selanjutnya dimiliki Pemerintah atau Pemerintah

Daerah Dalam hal Instansi yang memerlukan Pengadaan Tanah untuk

Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 adalah Badan

Usaha Milik Negara, tanahnya menjadi milik Badan Usaha Milik

Negara”.7 dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengadaan tanah

ini hanya boleh dilakukan oleh pemerintah dan tanahnya juga dimiliki oleh

pemerintah.

Mekanisme pengadaan tanah menurut Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 dibagi atas beberapa tahapan yakni :

6 Pasal 1 Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012.

7 Pasal 11 Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Page 85: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

74

a. Perencanaan

Perencanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) disusun dalam bentuk

dokumen perencanaan Pengadaan Tanah, yang paling sedikit memuat:8

1) Maksud dan tujuan rencana pembangunan;

2) Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana

Pembangunan Nasional dan Daerah;

3) Letak tanah;

4) Luas tanah yang dibutuhkan;

5) Gambaran umum status tanah;

6) Perkiraan waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah;

7) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;

8) Perkiraan nilai tanah; dan

9) Rencana penganggaran.

b. Persiapan

Instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi

berdasarkan dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15 melaksanakan:9

1) Pemberitahuan rencana pembangunan;

2) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan; dan

3) Konsultasi Publik rencana pembangunan Pemberitahuan rencana

4) pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a

disampaikan kepada masyarakat pada rencana lokasi pembangunan

untuk Kepentingan Umum, baik langsung maupun tidak langsung.

c. Pelaksanaan

8 Pasal 14 ayat (1) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012.

9 Pasal 14 ayat (1) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Page 86: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

75

Berdasarkan penetapan lokasi pembangunan untuk Kepentingan

Umum, Instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan

Pengadaan Tanah kepada Lembaga Pertanahan.

Pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud diatas meliputi:

1) Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan,

dan pemanfaatan tanah yakni berisi tentang pengukuran dan

pemetaan bidang per bidang tanah serta pengumpulan data Pihak

yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah.10

2) Penilaian Ganti Kerugian,

Dalam hal penilaian ganti kerugian, lembaga pertanahan

menetapkan penilai sesuai undang-undang yang berlaku. Penilai ini

bertugas untuk melakukan penilaian besaran ganti kerugian bidang

per bidang tanah yang meliputi :11

a) Tanah;

b) Ruang atas tanah dan bawah tanah;

c) Bangunan;

d) Tanaman;

e) Benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau

f) Kerugian lain yang dapat dinilai.

3) Musyawarah penetapan Ganti Kerugian

Lembaga Pertanahan melakukan musyawarah dengan Pihak yang

Berhak dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak

hasil penilaian dari Penilai disampaikan kepada Lembaga

10

Pasal 28 Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012. 11

Pasal 33 Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Page 87: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

76

Pertanahan untuk menetapkan bentuk dan/atau besarnya Ganti

Kerugian. 12

Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau

besarnya Ganti Kerugian, Pihak yang Berhak dapat mengajukan

keberatan kepada pengadilan negeri setempat dalam waktu paling

lama 14 (empat belas) hari kerja setelah musyawarah penetapan

Ganti Kerugian.13

4) Pemberian Ganti Kerugian

Pada saat pemberian Ganti Kerugian Pihak yang Berhak menerima

Ganti Kerugian wajib:14

a) Melakukan pelepasan hak; dan

b) Menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan Objek

Pengadaan Tanah kepada Instansi yang memerlukan tanah

melalui Lembaga Pertanahan.

5) Pelepasan tanah Instansi.

Pelepasan Objek Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum yang

dikuasai oleh pemerintah atau dikuasai/dimiliki oleh Badan Usaha

Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah tidak diberikan Ganti

Kerugian, kecuali:15

12

Pasal 37 ayat (1) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012. 13

Pasal 38 ayat (1) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012. 14

Pasal 41 ayat (2) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012. 15

Pasal 46 ayat (1) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Page 88: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

77

a) Objek Pengadaan Tanah yang telah berdiri bangunan yang

dipergunakan secara aktif untuk penyelenggaraan tugas

pemerintahan;

b) Objek Pengadaan Tanah yang dimiliki/dikuasai oleh Badan Usaha

Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau

c) Objek Pengadaan Tanah kas desa.

d. Penyerahan hasil.

Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil Pengadaan Tanah kepada

Instansi yang memerlukan tanah setelah:16

1) Pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak dan

Pelepasan Hak telah dilaksanakan; dan/atau

2) Pemberian Ganti Kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri.

Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan

kegiatan pembangunan setelah dilakukan serah terima hasil

Pengadaan Tanah.

2. Mekanisme Konsinyasi Ganti Rugi Tanah Menurut Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012

Konsinyasi Tanah menurut Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012 yakni

penitipan uang ke pengadilan negeri setempat. Penitipan uang dapat

dilakukan oleh pemerintah/pemerintah daerah jika memenuhi beberapa

syarat yakni :

a. Adanya pihak pemilik hak tanah yang menolak bentuk dan/atau

16

Pasal 48 ayat (1) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Page 89: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

78

besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil musyawarah atau

putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung.17

b. Pihak pemilik hak yang menerima Ganti Kerugian tidak diketahui

keberadaannya; 18

c. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian sedang

menjadi objek perkara di pengadilan dan masih dipersengketakan

kepemilikannya;

d. Objek Pengadaan Tanah diletakkan sita oleh pejabat yang

berwenang; atau

e. Objek Pengadaan Tanah menjadi jaminan di bank.

C. Prosedur pengadaan tanah dalam Pembangunan pelebaran jalan Ciater-

Rawa Mekar Jaya sudah sesuai dengan Undang – Undang No.2 Tahun

2012 serta Peraturan Presiden No 99 Tahun 2014

Untuk menunjang pembangunan yang semakin kompleks, diperlukan

jaringan transportasi yang memadai, sehingga pembangunan dapat merata ke

semua daerah di seluruh Indonesia. Salah satu jaringan transportasi tersebut

adalah pelebaran jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya. Pembangunan/ pelebaran

jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya dimaksudkan untuk meningkatkan mobilitas

kendaraan dalam perjalanan menuju ke pusat pemerintahan Kota Tangerang

Selatan yang sebelumnya hampir setiap saat menimbulkan kemacetan dan

sangat parah pada jam pergi dan pulang kerja. Selain meningkatkan akses ke

pusat pemerintahan, pelebaran jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya ini

17

Pasal 42 ayat (1) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012. 18

Pasal 42 ayat (2) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Page 90: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

79

dimaksudkan untuk menjadikan Kota Tangerang Selatan menjadi salah satu

Kota mandiri dengan kegiatan ekonomi yang maju.

Prosedur pengadaan tanah adalah sebagai berikut:

1. Pemberitahuan/sosialisasi

Dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai

maksud dan tujuan dilaksanakannya Pembangunan pelebaran jalan

Ciater-Rawa Mekar Jaya, telah dilakukan kegiatan pemberitahuan /

sosialisasi di sepanjang jalan yang mengaitkan 2 desa yaitu Desa Ciater

dan Desa Rawa Mekar Jaya;

2. Pengukuran dan penentuan batas-batas jalan

Untuk menentukan luas lahan yang direncanakan akan dibangun sebagai

pelebaran jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya, telah dilakukan pengukuran

dan penentuan batas-batas jalan oleh kantor Bina Pertanahan Kota

Tangerang Selatan;

3. Pendataan

Untuk mengetahui secara jelas dan terperinci terkait dengan kepemilikan

tanah, bangunan dan tanaman yang terkena Pembangunan pelebaran jalan

Ciater-Rawa Mekar Jaya, dilakukan pendataan dengan melibatkan:

a. Petugas dari Kantor Bina Pertanahan Kota Tangerang Selatan yang

mendata tanah yang terkena pelebaran / pembangunan jalan;

b. Petugas dari Dinas Tata Kota Kota Tangerang Selatan yang mendata

bangunan- bangunan yang terkena pelebaran / pembangunan jalan.

Page 91: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

80

c. Petugas dari Dinas Gabungan Instansi / Unit Verja yang mendata aset-

aset pemerintah dan lembaga lain yang terkena pelebaran /

pembangunan jalan;

d. Petugas dari Sekretariat Panitia yang bertugas memfasilitasi

kelancaran pelaksanaan petugas serta melakukan rekapitulasi terhadap

hasil pendataan;

4. Pengolahan data

Hasil pendataan oleh petugas dari Kantor Pertanahan, dan Dinas Tata

Kota tersebut di atas, ditandatangani oleh petugas yang bersangkutan,

pimpinan Instansi Petugas dan pemilik lahan, serta diketahui oleh Kepala

Desa / Kelurahan dan Camat setempat. Setelah itu data direkapitulasi

oleh Petugas Sekretariat Panitia yang kemudian dilanjutkan dengan

kegiatan cheking lokasi untuk mencocokkan kepemilikan tanah,

bangunan, dan tanaman;

5. Cross cek hasil pendataan

Untuk meminimalkan kesalahan dalam melakukan pendataan dan

pengolahannya, dilakukan cross cek data dengan pemilik dengan tujuan

apabila ada kekeliruan segera dapat dilakukan perbaikan;

6. Pengumuman hasil pendataan

Dalam rangka memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk

mengajukan keberatan atas hasil pendataan tanah dan bangunan yang

terkena Pembangunan Pelebaran Jalan Raya Ciater-Rawa Mekar Jaya

Kota Tangerang Selatan, maka dibuat pengumuman hasil pendataan yang

Page 92: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

81

ditempel di Kantor Desa / kelurahan dan Kecamatan setempat serta di

Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan selama 30 (tiga puluh) hari;

7. Musyawarah harga

Sebagai dasar untuk menghitung besarnya ganti rugi yang akan diterima

oleh masing-masing warga / pemilik, maka dilakukan musyawarah harga

terkait dengan tanah, bangunan dan tanaman. Sebagai dasar

pertimbangan menentukan besarnya nilai tanah per meter perseginya

digunakan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dan harga pasaran sesuai nilai

kenyataan yang ada di masyarakat;

8. Penghitungan besar ganti rugi

Perhitungan besaran ganti rugi ini berdasarkan kesepakatan harga atau

nilai tanah, bangunan dan tanaman antara pemerintah dengan warga

masyarakat;

9. Cross cek hasil penghitungan ganti rugi

Untuk memberikan kesempatan kepada warga masyarakat dalam

pengajuan keberatan atas penghitungan besarnya ganti rugi / ganti

murwat maka dilakukan kegiatan cross cek hasil penghitungan;

10. Rekapitulasi penghitungan ganti rugi

Setelah dilakukan cross cek hasil penghitungan besarnya ganti rugi yang

akan diterima oleh masing-masing warga, dilakukan rekapitulasi yang

berisi perincian luas tanah, luas bangunan dan tanaman untuk masing-

masing warga;

Page 93: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

82

11. Pengajuan pembayaran ganti rugi berdasarkan rekapitulasi penghitungan

besarnya ganti rugi, dilakukan permohonan pembayaran pelebaran Jalan

Ciater-Rawa Mekar Jaya Kota Tangerang Selatan;

Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah

Panitia Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Pelebaran Jalan Raya Ciater-

Rawa Mekar Jaya Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) orang

ditambah dengan Camat dan Kepala Desa/Lurah setempat. Susunan Panitia

Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Pelebaran Jalan Raya Ciater-Rawa

Mekar Jaya Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :19

1. Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan sebagai Ketua

2. Asisten Tata Pemerintahan dan Kesatuan Rakyat Sekda Kota Tangerang

Selatan sebagai Wakil Ketua

3. Kepala Subseksi/Eselon Pengaturan Tanah Pemerintah pada Kantor

Pertanahan Kota Tangerang Selatan sebagai Sekretaris

4. Kepala Dinas Tata Kota Tangerang Selatan sebagai Anggota

5. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan

sebagai Anggota

6. Kepala DPPKAD Kota Tangerang Selatan sebagai Anggota

7. Kepala Bagian Bina Pertanahan Sekretaris Daerah Tangerang Selatan

Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan

Pelebaran Jalan Raya Ciater-Rawa Mekar Jaya Kota Tangerang Selatan

adalah sebagai berikut :

19

Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan

(Tangerang Selatan, tanggal 1 Oktober 2015).

Page 94: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

83

1) Melaksanakan penyuluhan pada masyarakat yang terkena pembebasan

tanah;

2) Melaksanakan inventarisasi untuk menetapkan batas lokasi tanah yang

terkena pembebasan;

3) Mengumumkan hasil inventarisasi kepada masyarakat pemilik tanah yang

terkena pembebasan tanah;

4) Melaksanakan musyawarah untuk memperoleh kesepakatan mengenai

bentuk dan besarnya ganti kerugian pembebasan tanah;

5) Menetapkan bentuk dan besarnya ganti kerugian pembebasan tanah;

6) Menaksir nilai tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada

pada lokasi pembebasan tanah;

7) Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti kerugian kepada para

pemegang hak atas tanah;

8) Melaksanakan pelepasan hak dan penyerahan tanah dengan surat

pernyataan pelepasan hak tanah oleh pemegang hak atas tanah dan;

9) Mengajukan permohonan hak atas tanah untuk memperoleh sertifikat hak

atas tanah

Obyek pengadaan tanah meliputi bidang-bidang tanah termasuk

bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang terkait dengan tanah yang

bersangkutan. Untuk melakukan inventarisasi, Panitia Pengadaan Tanah

menugaskan petugas inventarisasi dari Instansi Pemerintah yang bertanggung

jawab di bidang yang bersangkutan. Penilaian harga tanah dilakukan oleh

Pemerintah Kota Tangerang Selatan dengan menunjuk salah satu lembaga

Page 95: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

84

jasa penilai publik yakni dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Firman Aziz

dan Rekan yang beralamat di Ruko Acropolis A2 No. 2, Bukit Serpong Mas,

Jalan Raya Serpong, Tangerang.20

Proses berlangsungnya musyawarah tentang bentuk dan besar ganti rugi

Penentuan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian dalam

Pengadaan Tanah untuk Pelaksanaan Pembangunan Pelebaran Jalan Raya

Ciater-Rawa Mekar Jaya dilakukan melalui musyawarah. Musyawarah

diawali dengan penyuluhan kepada pemegang hak atas tanah, bangunan

dan/atau tanaman yang terkena Pembangunan Pembangunan Pelebaran Jalan

Raya Ciater-Rawa Mekar Jaya. Musyawarah ini dilaksanakan untuk

menetapkan bentuk dan besarnya ganti kerugian. Panitia mengundang

Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah (Pemerintah Kota Tangerang

Selatan) dan pemegang hak yang bersangkutan untuk mengadakan

musyawarah. Musyawarah dilangsungkan di tempat yang telah ditentukan

Panitia Pengadaan Tanah. Dalam hal ini dipilih lokasi yang mudah dijangkau

oleh warga masyarakat pemegang hak yang bersangkutan.

Dalam hal pembebasan Jalan Raya Ciater-Rawa Mekar Jaya kegiatan

dilakukan dimasing-masing kantor kelurahan baik di kantor kelurahan Desa

Ciater maupun kantor kelurahan Desa Rawa Mekar Jaya. Musyawarah

berlangsung pada tanggal 14 dan 28 Desember 201221

. Setiap pihak

diberikan kesempatan yang sama untuk mengajukan usul/pendapat, sehingga

20 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan (Tangerang Selatan,

tanggal 1 Oktober 2015). 21 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan (Tangerang Selatan,

tanggal 1 Oktober 2015).

Page 96: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

85

musyawarah dapat berlangsung secara kekeluargaan. Menurut keterangan

dari narasumber bahwa pemegang hak diberi kesempatan secara bebas untuk

mengemukakan pikiran dan pendapat berupa pertanyaan, usul dan saran

mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian.

Musyawarah dilakukan sampai tercapai kata sepakat mengenai bentuk

dan besarnya ganti kerugian. Jika musyawarah telah menghasilkan

kesepakatan maka panitia mengeluarkan keputusan tentang bentuk dan

besarnya ganti kerugian. Sebaliknya jika musyawarah telah diadakan berkali-

kali kesepakatan belum juga tercapai, maka terhadap pemegang hak atas

tanah tersebut akan dilakukan pendekatan secara persuasif melalui tokoh

masyarakat setempat.

Dalam penyuluhan telah dijelaskan mengenai hal-hal yang

diperhatikan dalam penilaian ganti kerugian, yang meliputi :

a. Untuk tanah nilainya didasarkan pada nilai nyata dengan memperhatikan

NJOP tahun terakhir;

b. Faktor yang mempengaruhi harga tanah, yaitu lokasi dan letak tanah,

status tanah, peruntukan tanah, kesesuaian penggunaan tanah dengan

rencana tata ruang wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota

yang telah ada, sarana dan prasarana yang tersedia, dan faktor lainnya

yang mempengaruhi harga tanah.

c. Nilai taksiran bangunan/tanaman

Faktor-faktor tersebut di atas pada saat penulis melakukan penelitian

memiliki arti yaitu :

Page 97: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

86

a. Lokasi tanah : Terletak di pinggir jalan raya atau di dalam pemukiman

namun karena pelebaran jalan ini terletak di lokasi yang sama yakni 1

(satu) jalan saja, maka faktor ini diabaikan

b. Jenis hak atas tanah : hak milik yang sudah bersertifikat atau belum

bersertifikat

c. Status penguasaan tanah : pemegang hak yang sah atau penggarap

d. Prasarana yang tersedia : berupa listrik, saluran air

Cara penilaian ganti kerugian terhadap tanah adalah didasarkan pada

nilai nyata sebenarnya dengan memperhatikan NJOP yang terakhir untuk

tanah yang bersangkutan. Menurut keterangan dari narasumber bahwa

besarnya NJOP untuk tanah yang bersangkutan ditetapkan oleh Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan setiap setahun sekali. Penetapan nilai

nyata terhadap tanah yang akan terkena Pelebaran Jalan Raya Ciater-Rawa

Mekar Jaya Kota Tangerang Selatan dilakukan oleh suatu lembaga penilai

harga tanah swasta bukan oleh Tim Penilai Harga Tanah Kota Tangerang

Selatan.

Selanjutnya penilaian yang telah disepakati sebagai ganti kerugian

per-meter persegi tanah untuk Kota Tangerang Selatan ini cukup unik yakni

atas permintaan warga pemilik tanah, maka harga yang diberikan oleh

Pemerintah Kota Tangerang Selatan yaitu seharga Rp.3.000.000.- dan

3.250.000,- atau senilai tiga juta rupiah atau tiga juta dua ratus lima puluh

ribu rupiah untuk setiap meternya.22

22 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan (Tangerang Selatan,

tanggal 1 Oktober 2015).

Page 98: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

87

Sedangkan untuk ganti kerugian pada bangunan pada awalnya untuk

mengetahui nilai jual bangunan harus menetapkan klasifikasi bangunan

terlebih dahulu. Karena nilai jual bangunan dipengaruhi oleh kondisi

bangunan ( umur dan keadaan ) serta bahan bangunan yang dipergunakan.

Dari harga tersebut maka cara penghitungan ganti kerugian atas bangunan

adalah jumlah luas bangunan dikalikan dengan harga satuan permeter atau

permeter persegi untuk bangunan yang dimaksud. Ganti kerugian tersebut

diberikan dengan melihat kondisi fisik bangunan serta bahan yang

dipergunakan. Namun, untuk pelebaran Jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya ini

ganti kerugian yang diberikan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk

ganti kerugian untuk bangunan ini hampir tidak ada yang dikarenakan jarak

bangunan yang lumayan jauh dari jalan yang berkisar antara 3-4 meter dari

jalan yang dikarenakan ada Garis Sempadan Jalan (GSJ) dan Garis

Sempadan Bangunan (GSB). Bangunan yang terkena pelebaran jalan hanya

berupa tembok pembatas ruko (rumah toko) serta beberapa pagar rumah

warga. Harga yang diberikan oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan yaitu

2.000.000 per meternya.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan ternyata cara

penghitungan ganti kerugian tersebut cukup baik dan tidak merugikan para

pemegang hak yang bersangkutan. Berdasarkan keterangan dari narasumber

diketahui bahwa hingga tahun 2015 jumlah keseluruhan ganti kerugian yang

telah dibayarkan adalah Rp. 103.947.000.000,- (Seratus tiga milyar sembilan

Page 99: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

88

ratus empat puluh tujuh juta rupiah) dengan luas tanah yang telah dibebaskan

mencapai 33.607 m² untuk kedua Desa Ciater dan Rawa Mekar Jaya.23

Kesepakatan mengenai ganti rugi antara Pemerintah Kota Tangeran

Selatan dengan masyarakat pemilik tanah

Berdasarkan musyawarah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang

Selatan dengan masyarakat pemilik tanah maka diperoleh kesepakatan

mengenai harga tanah, tanaman, bangunan dan atau benda lain yang ada di

atasnya. Kesepakatan mengenai ganti rugi adalah sebagai berikut:

1. Kelurahan/Desa Ciater

Jumlah luas tanah yang dibebaskan adalah 21.103 m2 dan bangunan seluas

101,5 m2

dengan ganti rugi sebesar Rp. 63.713.000.000,- dengan rincian:

a. Ganti rugi tanah sebesar Rp.63.510.000.000,-

b. Ganti rugi bangunan sebesar Rp. 203.000.000,-24

2. Desa Rawa Mekar Jaya

Jumlah luas tanah yang dibebaskan adalah 12.504 m2 dan bangunan seluas

206m2 dengan ganti rugi sebesar Rp. 41.050.000.000 rincian:

a. Ganti rugi tanah sebesar Rp. 40.638.000.000-

b. Ganti rugi bangunan sebesar Rp.412.000.000,-

D. Pelaksanaan mekanisme pembayaran ganti kerugian melalui konsinyasi

bagi masyarakat yang pembayaran bidang tanahnya dikonsinyasikan ke

Pengadilan Negeri setempat

23 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan (Tangerang Selatan,

tanggal 1 Oktober 2015). 24 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan (Tangerang Selatan,

tanggal 1 Oktober 2015).

Page 100: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

89

Dalam kegiatan pengadaan tanah pasti ada saja hambatan-hambatan

yang terjadi sehingga memperlambat rencana tata ruang pemerintah itu

sendiri. Hambatan-hambatan itu terjadi baik karena ada sengketa atau karena

gugatan oleh pemilik lahan untuk mempertahankan tanahnya yang membuat

kegiatan pembebasan lahan atas beberapa bidang tanah menjadi sulit

dilakukan. Padahal anggaran belanja untuk pembiayaan rencana

pembangunan tersebut harus segera keluar demi memenuhi target realisasi

APBD yang lancar .Untuk itu pemerintah menggunakan prosedur konsinyasi

untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

Dalam hal pembangunan Pelebaran Jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya juga

terdapat beberapa hambatan yang akhirnya dilakukan prosedur konsinyasi.

Beberapa bidang tanah yang dikonsinyasikan oleh Pemerintah Kota

Tangerang Selatan kepada Pengadilan Negeri berdasarkan penetapan

Pengadilan Negeri setempat yaitu :25

1. Desa Ciater

- Sebidang tanah seluas 93 m2 yang dikonsinyasikan dikarenakan

pemiliknya tidak mempunyai ahli waris maupun saudara kandung. Dan

pada saat pembebasan lahan, pemilik lahan tersebut diketahui sudah

meninggal dunia.

- Sebidang tanah dengan luas 40 m2 yang dikonsinyasi dikarenakan

surat atas tanah tersebut hilang dan pemilik sah tanah tersebut enggan

untuk mengurus.

25 Nuril, Wawancara Pribadi, Staff Dinas Binas Pertanahan Kota Tangerang Selatan (Tangerang Selatan,

tanggal 1 Oktober 2015).

Page 101: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

90

2. Desa Rawa Mekar Jaya

- Sebidang tanah seluas 900 m2 yang dikonsinyasikan akibat adanya

sengketa kepemilikan surat atas tanah yang masih berlangsung di

Mahkamah Agung.

- Sebidang tanah seluas 200 m2

yang dikonsinyasikan akibat adanya

sengketa para ahli waris dari pemilik tanah tersebut

E. Analisa Penulis mengenai Pengadaan dan Konsinyasi Ganti Rugi Tanah

Oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam Pembangunan

Pelebaran Jalan Raya Ciater-Rawa Mekar Jaya

Analisa penulis dari data diatas diketahui bahwa Pemerintah Kota

Tangerang Selatan sudah melaksanakan pengadaan tanah untuk pembangunan

Pelebaran Jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya dengan baik dan sesuai dengan

peraturan yang berlaku yakni Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012 dan

Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012. Ini terlihat dari reaksi warga yang

setuju dengan harga penawaran yang diberikan oleh pemerintah yakni seharga

Rp.3.000.000,- untuk Desa Ciater dan Rp.3.250.000 untuk Desa Rawa Mekar

Jaya. Padahal pada saat proyek pengadaan tersebut nilai nyata harga tanah

tersebut adalah Rp.2.500.000,-. Penetapan harga yang ditetapkan oleh

lembaga penilai harga tanah didasarkan pada nilai nyata dan biaya lain seperti

dipergunakan untuk pembangunan kembali bangunan yang nyatanya harus

dimundurkan untuk mengikuti Garis Sempadan Bangunan (GSB) yang

berlaku.

Page 102: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

91

Dalam hal proses konsinyasi juga pemerintah sudah bertindak sesuai

dengan prosedur yang ditetapkan didalam Undang-Undang No.12 Tahun

2012 yaitu proses konsinyasi yang dititipkan kepada pengadilan negeri

setempat terhadap tanah-tanah yang sedang dalam sengketa maupun tanah

yang pemiliknya sudah tidak ada serta tidak terdapat ahli waris dari pemilik

tersebut.

Dalam penetapan ini memang terjadi beberapa konflik kepentingan

antara kepentingan umum dengan kepentingan individu/pribadi. Penolakan

warga akibat adanya pelebaran jalan ini memang cukup beralasan, karena

mereka sudah bertahun-tahun melakukan kegiatan usaha serta tinggal, lalu

pemerintah datang dan melakukan kegiatan pembangunan. Kegiatan

pembangunan ini pun cukup memakan waktu, tercatat kegiatan sosialisasi

dilakukan pada akhir 2011 dan hingga kini pelaksanaan pembangunan jalan

raya Ciater – Rawa Mekar Jaya ini masih belum rampung. Pembangunan

yang berlarut – larut ini menyebabkan hampir selama 3 (tiga) tahun kegiatan

usaha warga masyarakat sebagai pemilik hak atas tanah maupun yang

mengontrak yang menjadi korban pengadaan tanah mengalami penurunan

pendapatan/omzet yang dikarenakan pelaksanaan pembangunan jalan raya

Ciater – Rawa Mekar Jaya.

Page 103: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

92

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum oleh pemerintah atau pemerintah daerah berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yaitu berdasarkan Peraturan Presiden

Nomor 99 Tahun 2014 sebagaimana pelaksaan Undang Undang No 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan

untuk Kepentingan Umum adalah melalui pemberian ganti rugi atas

pelepasan hak atas tanah bagi pemilik hak atas tanah tersebut.

Apabila pemilik hak tanah tidak menyetujui dengan adanya kebijakan

pengadaan tanah atau besaran ganti rugi yang ditetapkan oleh pemerintah

maka dia dapat mengajukan gugatan kepengadilan negeri setempat dan

dapat naik hingga ke Mahkamah Agung. Setelah ada putusan dan

pengesahan dari Pengadilan Negeri setempat dan pemilik tetap bertahan

tidak mau melepaskan hak atas tanahnya, maka pemerintah dapat

menitipkan anggaran kepengadilan negeri setempat (Konsinyasi). Konsep

juga berlaku untuk tanah yang sedang sengketa, pemilik tanah tidak

diketahui keberadaannya dan tidak ada ahli waris atas tanah tersebut.

2. Prosedur pengadaan tanah untuk Pelebaran Jalan Ciater – Rawa Mekar

Jaya menurut penulis sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur

Page 104: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

93

dalam Perpres No.99 Tahun 2014 j.o UU No. 2 Tahun 2012 baik dalam

proses musyawarah, ganti rugi dan mekanisme konsinyasi ganti rugi

penggantian tanah dalam hal pengadaan tanah untuk pembangunan

pelebaran jalan raya Ciater-Rawa Mekar Jaya.

3. Kegiatan Konsinyasi oleh pemerintah kota Tangerang Selatan dilakukan

atas dasar-dasar yang tertuang dalam pasal 42 Undang-Undang No.2

Tahun 2012 yakni berdasarkan pasal 42 Ayat (2) yang berisi tentang syarat

apa-apa saja yang diperbolehkan untuk pemerintah melakukan kegiatan

konsinyasi tanah.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian maka penulis dapat mengemukakan saran-

saran sebagai berikut:

1. Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam hal pembebasan lahan ini sudah

cukup baik namun dalam hal ganti rugi juga jangan hanya mengganti rugi

nilai tanah yang ada, perlu juga memperhatikan bangunan-bangunan yang

pasti harus mundur kebelakang untuk memenuhi Garis Sempadan Jalan

(GSJ) untuk itu pemilik lahan perlu dana yang lebih besar sekedar yang

diberikan oleh pemerintah, serta ada juga yang bangunannya tidak bisa

mundur sehingga pemilik lahan tersebut tidak bisa memanfaatkan tanah

tersebut sama seperti sebelum dilakukan pelebaran jalan. Dalam hal

pengadaan tanah dan pembangunan jalan, pemerintah Kota Tangerang

Selatan juga harus mengantisipasi penurunan omzet dari para pengusaha

yang menjadi korban pelebaran dan pembangunan jalan Ciater – Rawa

Page 105: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

94

Mekar Jaya. Pengadaan dan pembangunan yang memakan waktu hingga 3

tahun (2012-2015) menyebabkan penurunan pendapatan yang luar biasa

bagi korban yang terkena pelebaran jalan.

2. Panitia Pengadaan Tanah dan aparat terkait agar melakukan tindakan yang

tegas terhadap kelompok lain yang berusaha menghasut ataupun mencari

keuntungan pada proses pengadaan tanah untuk pembangunan Pelebaran

Jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya. Sehingga masyarakat pemilik hak atas tanah

tidak terpengaruh dengan memanfaatkan hasutan pihak ketiga untuk

menaikkan harga tanah yang dapat menghambat proses musyawarah

kesepakatan ganti kerugian.

Page 106: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

95

Daftar Pustaka

Buku :

AA. Oka Mahendra, 1996. Menguak Masalah Hukum, Demokrasi, dan Pertanahan, Jakarta:

Sinar Harapan.

Ali Ahmad Chomzah, 2002. Hukum Pertanahan, Pemberian Hak Atas Tanah Negara, Seri

Hukum Pertanahan I, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Abdulrrahman, 1994. Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum, Bandung : Citra Aitya Bakti.

Tri Cahyo, Bambang, 1983. Ekonomi Pertanahan, Yogyakarta: Liberty.

Perangin, Effendi, 1991. Praktek Permohonan Hak Atas Tanah, Jakarta:Rajawali Press.

Sutedi ,Adrian, 2008. Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk

Pembangunan, Ed. 1, Cet.II, Jakarta: Sinar Grafika.

Gautama ,Sudargo, 1991. Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria,Bandung: Alumni.

Sumardjono,Maria S.W, 2008. Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya,

Jakarta:Kompas.

J.Moleong ,Lexy, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung,: Remaja Rosdakarya.

Ibrahim., Johnny, 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cet-II, Malang:

Bayumedia Publishing.

B. Sihombing, 2004. Evolusi kebijakan pertanahan dalam hukum tanah Indonesia, Jakarta: Toko

Gunung Agung.

Sitorus, Oloan, 2004. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Yogyakarta: Mitra

Kebijakan Tanah Indonesia.

Selindeho, John, 1988. Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Jakarta: Sinar Grafika.

Page 107: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

96

Parlindungan, A.P., 2008. Komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung: Mandar

Maju.

Sutedi, Adrian, 2007. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta : Sinar Grafika.

Musbikin, Imam, 2001. Qawaid al-Fiqhiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Nasution, M. Yunan, 1993. Keadilan dan Musyawarah, Semarang : Ramadhani.

P, Chairuman., 1994. Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta : Sinar Grafika.

Arie S Hutagalung, 2003. Condominium dan Permasalahannya, Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia.

Harsono, Boedi, 1996. Hukum Agraria Indonesia, Jakarta, Penerbit Djambatan.

Mahasari, Jamaluddin, 2008. Pertanahan dalam Hukuam Islam, Yogyakarta: Gama Media.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Udang Dasar 1945;

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah Dan Benda-benda

yang ada di atasnya.

Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum.

Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Untuk kepentingan Umum

Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaaan Tanah Bagi Pembangunan

Page 108: MEKANISME PENGADAAN DAN KONSINYASI GANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH... · abstrak . moh fahmi baharudin. nim 1111048000062. mekanisme pengadaan

97

Untuk Kepentingan Umum.