60
 Edisi 13/ Vol. VI/Juli - Agustus 2011 PENDIDIKAN TINGGI FARMASI DI PERSIMPANGAN  JALAN PD. IAI BANTEN ORIENTASI KERJA P ADA KEPENTINGAN ANGGOTA Dini Kesuma, M.Si, Apt PERLU KETEGASAN ARAH PENDIDIKAN TINGGI FARMASI INDONESIA D A P A T K A N  C  P D  M  E D I  S I  N  A 1  S K P 

MEDISINA 13_Juli 2011

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 1/60

Edisi 13/ Vol. VI/Juli - Agustus 2011

PENDIDIKAN TINGGI FARMASI

DI PERSIMPANGAN

 JALAN

PD. IAI BANTEN

ORIENTASI KERJAPADA KEPENTINGAN

ANGGOTA

Dini Kesuma, M.Si, Apt

PERLU KETEGASANARAH PENDIDIKAN TINGGIFARMASI INDONESIA

D A P A T  K A N  C  P D   M  E D I  S I  N  A 1  S K P 

Page 2: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 2/60

Page 3: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 3/60

Page 4: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 4/60

4 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

DARI REDAKSI

Majalah MEDISINA Media InformasiFarmasi Indonesia merupakan media ko-munikasi yang diterbitkan oleh PengurusPusat IAI (Ikatan Apoteker Indonesia)melalui PT. ISFI Penerbitan. MEDI-SINA terbit setiap tiga bulan sekali padaminggu pertama.

Pelindung :Drs. M. Dani Pratomo, Apt.,

Redaktur Kehormatan:Drs. Saleh Rustandi, Apt.Drs. Masrial Mahyudin., Apt.Drs. Pre Agusta Siswantoro, Apt.Drs. Djoko Suyono, AptDra. Meinarwati, Apt.Prof. DR. Dachrianus, Apt.Drs Bambang Triwara, Apt.Drs. Zurbandi., Apt, MMDrs. Sukiman Said Umar., Apt.Drs. Wahyudi U. Hidayat., Apt, M.Sc

Pemimpin Umum:Drs. Nurul Falah EP, Apt.Pemimpin Redaksi:Drs. Azwar Daris, Apt, M.Kes

Sidang Redaksi:Drs. Nunut Robbyanto, Apt.Drs. Noffendri, AptDra. Sus Maryati, Apt, MMDra. Chusun, Apt, M.Kes

Staf Redaksi:Evita Fitriani,S Farm, Apt.,Mittha Lusianti, S Farm, Apt.

Keuangan:Dra. Eddyningsih,Apt.,Staf Khusus:Drs. Husni Junus, Apt.Layout & Desain:Dani Rachadian.

 Alamat Redaksi : Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang  Jakarta Barat, Telp./Fax.: 021-56943842,e-mail: ptisfi [email protected] .No. Rekening:a/n. PT. ISFI Penerbitan,BCA KC. Tomang : 310 300 9860.

JLBUBO!BQPUFLFS!JOEPOFTJB

Media Informasi Farmasi Indonesia

Pertama-tama kami dari RedaksiMedisina mengucapkan SelamatUlang Tahun yang ke - 56 Ikatan

 Apoteker Indonesia. Semoga denganbertambahnya usia, organisasi ini sema-kin matang anggotanya dalam melak-sanakan tugas profesinya. Akhirnya,tenaga kefarmasian Indonesia sampaijuga pada awal memasuki era baru. Yaitu pergantian surat izin kerja atau su-rat penugasan, yang selama ini berlakudengan surat tanda registrasi.

Dan bagi apoteker yang inginberkarir sebagai tenaga kefarmasian,

harus mengganti surat izin apotik dengan surat izin praktek apoteker, atausurat “visum” untuk bekerja di industridengan surat izin kerja apoteker. Kalaupada PP 25 /1980, banyak tenaga ke-farmasian yang bekerja di industri tidak memiliki surat izin dari Kanwil Depkessetempat (sebelum pelaksanaan otonomidaerah), akankah dengan PP 51 / 2009semua tenaga kefarmasian baik apoteker,ahlimadya farmasi dan asisten apoteker(tenaga teknis kefarmasian), bisa terk-

endali dan terdata di mana pun merekamelaksanakan pekerjaan profesinya?

Dulu, tujuan pekerjaan kefarmasianadalah memberikan obat yang terbaik dan terjangkau oleh pasien. Sekarang,tujuannya adalah untuk memberikan per-lindungan kepada pasien dan masyarakat,dalam memperoleh dan atau menetap-kan sediaan farmasi dan jasa kefarma-sian. Kemudian, mempertahankan danmeningkatkan mutu penyelengaraanpekerjaan kefarmasian sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi, serta peraturan perundang-undangan. Juga memberikan kepastianhukum bagi pasien, masyarakat dantenaga kefarmasian. Dulu, pekerjaankefarmasian pada sarana produksi sajayang ditekankan memiliki dan mene-rapkan standar-standar. Sekarang,semua sarana harus menerapkan stan-dar profesi, standar kefarmasian danstandar prosedur operasional.

Sampai akhir abad ke-20, jumlah

perguruan tinggi farmasi tidak begitubanyak. Memasuki abad ke-21, jum-lahnya berkembang cepat sekali sesuaidengan berkembangnya globalisasi danotonomi daerah di Indonesia. Saat initercatat ada 66 perguruan tinggi yang menyelengarakan pendidikan tinggifarmasi. Perkembangan dalam jumlahyang cepat ini, biasanya tidak diikutidengan perkembangan fasilitas (sumberdaya= resources) pendidikan yang memadai. Akibat perbedaan input danproses yang berbeda, menghasilkan out-put yang berbeda pula walau asosiasipendidikan memiliki standar yang sama.

Hal ini akan menjadi beban organ-isasi dan pemerintah, untuk meningkat-kan mutu pelayanan kepada masyara-kat. Kita semua berharap, denganpenerapan standar-standar dan disiplinyang tinggi dari semua pihak, akanmenghasilkan dampak (out come) yang memuaskan konsumen (masyarakat).Kini, semua tenaga kefarmasian harussegera melaksanakan registrasi kem-

bali, sebagai penganti SIK atau SP atauSIAA yang dimiliki selama ini . Sesudahmendapatkan surat tanda registrasi, di-lanjutkan untuk mendapatkan surat izinpraktek atau surat izin kerja dari DinasKesehatan Kota / Kabupaten setempat.

Semua sarana kefarmasian harusmenerapkan standar kefarmasian, danmenyiapkan standar prosedur operasio-nal. Terutama yang baru adalahpekerjaan kefarmasian di apotik danpedagang besar farmasi. Kali ini,

kami tampilkan juga profil organisasiapoteker daerah, profil usaha apotik dalam skala besar dan info sehat men-genai pentingnya olahraga dan berapamenakjubkan sel kita. Juga informasilain mengenai aktivitas organisasikefarmasian.

Selamat membaca dan mema-suki bulan suci Ramadhan, bagi yang melaksanakan ibadah puasa.

PERKEMBANGAN KEFARMASIANDAN PERGURUAN TINGGI FARMASI

Page 5: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 5/60

Page 6: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 6/60

6 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

BAGI anggota IAI yang berminat untuk mendapatkan

Majalah MEDISINA dapat memesan langsung ke PT.

ISFI Penerbitan melalui fax. 021-56943842 atau e-mail:

ptisfipenerbitan@ yahoo.com, dengan mengirimkan bukti pembayaran + ongkos

kirim, atau bisa juga melalui Pengurus Daerah IAI masing-masing secara kolektif.

SAYA selalu antusias membaca

informasi dunia farmasi. Saya usul,

bagaimana kalau Medisina memuat

rubrik khusus tentang perkembangan

pengobatan secara herbal. Menurutsaya, saat ini pengobatan herbal cukup

banyak dilirik orang dan juga banyak 

yang mendirikan industry obat herbal

di Indonesia.

MEDISINA menyambut baik 

usulan tersebut, mudah-mudahan di

edisi mendatang kami bisa membuat

rubric khusus tentang obat herbal.

 Terimakasih.

Mittha, S. Farm., Apt

 Jakarta

SAYA pernah membaca bahwa PT

ISFI juga menerbitkan buku ISO

Farmakoterapi, apa beda ISO Indo-

nesia dan ISO Farmakoterapi? Untuk 

majalah MEedisina, di Kudus saya

belum bisa mendapatkan majalah ini di

toko buku. Jika ingin berlangganan, ke

mana saya harus menghubungi?

Buku ISO Indonesia adalah buku

informasi obat yang meliputi informasi

indikasi, kontra indikasi, efek samping,kemasan dan dosis obat. Sedangkan

ISO Farmakoterapi berisi tentang 

penjelasan penyakit lengkap mengenai

deskripsi, patofisiologi, manifestasi

klinis dan efikasinya. Keduanya memi-

liki penggunaan yang berbeda. Untuk 

berlangganan Medisina bisa men-

ghubungi PT ISFI Penerbitan, Jalan

 Wijaya Kususma No. 17, Tomang,

 Jakarta, atau telp: 021-56943842.

Indra Okz

Kudus

PROFIL UTAMA  Dini Kesuma, M.Si, Apt, walaupun

usianya masih relatif muda, 35 tahun

namun sudah menduduki jabatan

 Wakil Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Surabaya. Kesungguhannya

dalam menjalani profesi pengajar

sebagai wujud idealime untuk 

mengembangkan keilmuan

kefarmasian. Bagaimana kiat beliau

untuk turut serta mencetak generasiapoteker yang kompeten, simak di

halaman 8.

LAPORAN UTAMA 10 Tuntutan profesionalisme dari

para apoteker menjadi ukuran kan

kompetensi mereka. berkaitan dengan

kompetensi tentunya tidak lepas

dari peran serta lembaga pendidikan

yang menjadi rahim yang melahirkan

mereka. PP. 51 memberikan persfektif 

yang lebih jelas, kemudin bagaimanadunia pendidkan kefarmasian

menghadapi itu semua. Sudahkah

saatnya menentukan arah?

WAWANCARA 16 Mencermati dunia pendidikankefarmasian agar bisa mengikutiperkembangan terkini. Bagaimana APTFI melihat keaadaan ini? Ikuti wawancara khusus dengan ketua

 APTFI, Prof. Elly Wahyudin, Apt

 TOPIK KHUSUS 19Diabetes merupakan penyaki karena pola

konsumsi yang tidak sehat. BagaimanaPenyakit ini terjadi, pencegahan danpengobatannya?

 

CPD 23CPD (Continuing ProfessionalDevelopment) di Majalah Medisinaadalah sebagai upaya untuk memberikanedukasi jarak jauh dengan rekan sejawatapoteker di Indonesia. Disertai materiyang cukup jelas serta ada kuis yang harus dijawab. Lumayan utuk menambahporto folio apoteker, karena bernilai

1 SKP bila berhasil menjawab semuapertanyaan yang diajukan. Jangan lupalihat pula petunjuk menjawab di halaman7. Untuk edisi ini disajikan tentang penyakit Asma.

PRAKTEK KEFARMASIAN29Implementasi Praktek Kefarmasian

dalam distribusi obat harus mengacupada CDOB, sebagai jaminan bahwa

obat bisa diterima oleh pasien

secara merata, taat waktu dan layak 

dikonsumsi. Lihat uraiannya di

halaman 29.

DARI REDAKSI 04SURAT PEMBACA 07PENELITIAN 27

 AGENDA 59 ALBUM 60KILAS BERITA 31KOLOM 35, 37, 52

 TOKOH 38INFO PENDIDIKAN 40PROFIL PD 42PROFIL USAHA 44, 46INFO SEHAT 48

 AGENDA 54 ALBUM 56FORUM KETUA IAI 58

0808

 Daftar Isi 

Foto Cover: Nunut Robiyanto

Page 7: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 7/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 7

REDAKSI menyediakan ruang untuk para pembaca untuk menymbangkan tulisan baik itu

artikel, berita, kolom, dan sebagainya untuk dimuat di majalah MEDISINA. Tulisan yang 

dimuat tetap selaras dengan visi dan misi majalah MEDISINA, sehingga kami dari redaksi

berhak untuk melakukan pengeditan seandainya dianggap perlu. Naskah dikirim via e-mail ke alamat ptisfipenerbitan@

yahoo.com. untuk informasi hubungi Redaksi MEDISINA telepon: 021-56943842, Untuk setiap tulisan yang dimuat

akan mendapatkan imbalan yang pantas dari Redaksi. Selamat berkarya dan terima kasih.

Surat Pembaca 

Sertifikasi Apoteker 

Saya lulusan apoteker UI tahun

1996. Sejak awal, saya belum per-

nah memiliki sertifikat kompetensi.

Dengan pemberlakuan Permenkes

No. 889, saya bermaksud untuk 

mengurusnya. Di mana saya bisa

mengikuti sertifikasi tersebut?

 Ambar,

 JakartaSerti  fi kat kompetensi dikeluar- 

PENGURUSAN STRA APOTEKER

SETELAH keluarnya Permenkes No.889, apoteker diwajib-

kan untuk mengganti SP dan SIK menjadi SIPA dan SIKA,

dan sebelumnya mengurus STRA. Kami mencoba menan-

yakan kepada Dinas Kesehatan setempat soal pengurusan

STRA, tapi ternyata belum tersosialisasikan dengan baik,

bagaimana caranya mengurus? Mohon penjelasan, karena

 waktunya sudah mepet, yaitu akhir 31 Agustus 2011?

Siti. S,

 Jakarta

Permenkes tersebut memang baru keluar pada bulan Juni 2011,

dan sedang dalam tahap sosialisasi. IAI tengah gencar melakukan 

sosialisasi. Ada baiknya mencari informasi tentang pengurusan secara 

kolektif. PD IAI sendiri mengadakan pengurusan secara kolektif,

untuk hari, tanggal dan waktunya. Bisa di cek di website IAI www.

ikatanapotekerindonesia.net.

nesia edisi lama

Sekolah kami akan mengi-

kuti program akreditasi, dan kami

membutuhkan jurnal ilmiah untuk 

kelengkapan akreditasi tersebut. Ju-

rnal Farmasi Indonesia yang kami

miliki hanya yang terbaru. Apakah

kami bisa memiliki jurnal terbitan

tahun 2006-2009?

Heri,

 Jawa Tengah

 Jurnal Farmasi Indonesia terbi- tan tahun 2006-2009 bisa di pesan 

di PT. ISFI Penerbitan. Kami akan 

cek stoknya, jika masih ada akan 

kami kirimkan. Informasi lebih lanjut 

hubungi PT. ISFI Penerbitan di 021- 

56943842.

Naskah Hukum dan HAM

 Apakah Medisina menerima

naskah atau tulisan mengenai hu-

kum dan HAM?

Resli,

 Jakarta

 Jika masih terkait dengan hukum 

seputar kesehatan, kami dapat menerima 

naskah tersebut. Silakan dikirimkan 

ke email ptis  fi  [email protected] 

dengan mencantumkan biodata penulis.

kan oleh organisasi profesi, dalam 

hal ini adalah IAI. Untuk mengi- 

kutinya, beberapa pengurus daerah 

menjadwalkan untuk mengadakan 

serti  fi kasi dalam waktu dekat.

 Anda bi sa be rt anya pada sekret ar - 

iat IAI Pusat atau dengan melihat 

 jadwal se rt i  fi kasi yang akan di- 

upload di website IAI.

Pemesanan Jurnal Farmasi Indo-

Page 8: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 8/60

8 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

PROFIL UTAMA

Makin banyak generasi baru

apoteker (angkatan tahun

1990 ke atas) yang 

mengambil peran untuk 

menentukan arah dan orientasi dunia

kefarmasian Indonesia, baik di birokrasi,

industry farmasi, wiraswasta, lembaga

penelitian mau pun lembaga pendidikan

tinggi. Satu di antaranya Dini Kesuma,

M.Si, Apt, yang konsisten dan fokus

menjadi pengajar (dosen) untuk 

ikut serta membangun masa depanapoteker Indonesia.

Perempuan enerjik kelahiran

Palembang 13 Februari 1975 ini, sejak 

 Juni 2011 menjabat Wakil Dekan

Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.

Medisina berkesempatan mewawancarai

di ruang kerjanya, di kampus FF

Universitas Surabaya. Berikut petikannya.

Kenapa tertarik menjadi dosen?

Ini tuntutan idealism, untuk 

mengembangkan ilmu kefarmasian dan

memperbaiki dunia kefarmasian Indo-

nesia melalui pendidikan tinggi. Juga,

bagaimana mempersiapkan apoteker yang 

mampu menunjukkan jati diri, sebagai

profesi pemegang otoritas pelayanan

kefarmasian. Saya diberi kesempatan

bergabung dengan Fakultas FarmasiUniversitas Surabaya sejak tahun 1999.

Bagaimana pandangan Anda

tentang dunia kefarmasian diIndonesia?

Saat ini relatif makin jelas, arah

dan orientasinya makin fokus. Kami

yang ada di pendidikan makin mudah

mendisain profil apoteker, yang 

memenuhi tuntutan perkembangan

jaman.

Bisa lebih dijelaskan?

Perkembangan jaman yang saya

maksud, antara lain tuntutan peraturan

perundang-undangan mau pun

tuntutan kebutuhan pasar kerja dan

dinamika praktek yang dihadapi dimasyarakat. Artinya, ketika peraturan

perundang-undangan menyatakan

bahwa apoteker adalah tenaga

kesehatan, mohon dicatat: tenaga

kesehatan yang dimaksud adalah

tenaga kefarmasian untuk melakukan

praktik kefarmasian, yang meliputipembuatan obat dan sebagainya,

sampai penyerahan obat dan pelayanan

informasi obat dan obat tradisional.

 Jadi, dari sejak pembuatan obat.

Dengan luasnya cakupan praktik 

kefarmasian dari hulu ke hilir,

bagaimana pendidikan tinggi

mengantisipasinya?

 Ya, tetap kita beri pilihan-pilihan.

Misalnya apoteker yang berminat di

industri farmasi, kita fasilitasi dengansemacam peminatan ke industri farmasi.

Kalau mahasiswa berminat di klinik, kita

fasilitasi untuk peminatan di klinik. Yang 

jelas, tidak bisa dipaksakan. Yang paling mungkin dilakukan adalah memfasilitasi

dengan memberikan pilihan-pilihan.

Mana yang paling sesuai, silakan dipilih.

Meski pun pada akhirnya, belum tentu

pilihan peminatan akan menentukan

seseorang bekerja di mana. Yang jelas,

di mana pun nanti apoteker berpraktik,

kompetensi minimal yang diperlukansudah terbangun saat masih kuliah.

Menurut saya, inilah tugas pokok 

pendidikan tinggi farmasi.

Bisa diberikan contoh?

Ketika mahasiswa memilih

minat untuk ke klinik, mereka diberi

mata kuliah yang terkait dengan

segala sesuatu yang terkait dengan

kompetensi apoteker untuk bekerja

“Perlu Ketegasan Arah Pendidikan

Tinggi Farmasi Indonesia”

Dini Kesuma, M.Si, Apt

Page 9: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 9/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 9

PROFIL UTAMA

sebagai klinisi. Kalau nantinya dia

bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil

(PNS) di pemerintahan, tidak masalah.

 Juga kalau bekerja di industri farmasi.

 Apakah hal itu menunjukkanketidak-konsistenan?

Bukan begitu. Pendidikan tinggi

hanya sekedar memfasilitasi untuk 

membangun kompetensi, sesuai

tuntutan standar kompetensi untuk 

dapat memenuhi tuntutan standar

pelayanan yang ditentukan peraturan

perundang-undangan. Perkara

kemudian apoteker belajar sendiri dan

mampu berkompetisi di luar minatnya,tergantung masing-masing orang. Kan

nggak bisa dilarang, misalnya apotekerbekerja sebagai bankir atau menjadi

artis; itu contoh ekstrimnya.

Perlukah ada ketegasan untuk 

 pilihan-pilihan tersebut? Artinya,

 yang memilih klinik komunitas

tidak boleh menyeberang bekerja

sebagai apoteker di industri

farmasi?

Mestinya begitu, sehingga lebih

jelas arah dan fokusnya. Faktanya,

banyak yang memilih minat klinik komunitas tapi kemudian bekerja di

industri farmasi. Hal ini tidak akan

terjadi, manakala standar kompetensi

betul-betul diterapkan untuk 

rekruitmen. Artinya, ketika persyaratan

rekruitmen tegas bahwa apoteker

dengan konsentrasi dan minat ke

industri yang boleh memasukkan

aplikasi ke industry, apoteker yang 

minat dan konsentrasi di klinik dan

komunitas tidak boleh mengajukan

aplikasi. Demikian sebaliknya.

 Apakah hal itu tidak berarti

membatasi ruang kerja apoteker?

Saya kira, itu konsekuansi logis atas

sebuah pilihan. Hampir sama dengan

spesialisasi dokter. Kalo dokter sudah

memilih spesialis tertentu misalnya

 THT (telinga hidung tenggorokan),

kalau nanti ternyata spesialis ini sepi

pasiennya dibandingkan internis

(spesialis penyakit dalam), tidak boleh pindah dong. Saya kira adil.

Dibutuhkan ketegasan arah pendidikantinggi farmasi Indonesia; mau dibawa

kemana? Apakah berorientasi pada

sains dan teknologi atau klinik dan

komunitas, atau kedua-duanya dengan

berbagai ketegasan aturan? Sehingga,

kami yang ada di perguruan tinggi

farmasi mudah untuk memenuhi

tuntutan, lulusan PTF harus memiliki

kompetensi seperti apa. Kami tinggal

memenuhi. Kebutuhan dan tuntutan

dunia kerja seperti apa, kami siap

untuk mencetak.

Bagaimana tentang model

 pembelajaran early exposure?

Itu yang sejak awal kami upayakan

dan perlahan-lahan kami terapkan,

bagaimana calon apoteker sejak 

awal dikenalkan dengan fenomena-

fenomena yang akan dihadapi di dunia

kerja. Ketika akan bekerja sebagai

klinisi, calon apoteker harus dikenalkan

dengan fenomena klinik sejak dini

(early exposure). Misalnya, bagaimana

ketika praktikum biokimia calonapoteker menganalisis sampel yang 

ada dalam cairan biologis seperti urin,

darah, air liur dan sebagainya. Dengan

demimkian, calon apoteker memahami

bukan sekedar menemukan sampel

yang ada di cairan biologis, tapi mampu

menganalisis dan memahami makna

sampel di cairan biologis tersebut.

Demikian juga untuk apoteker yang 

berminat di sains dan teknologi.

Bisa lebih diperjelas?Dengan memahami fenomena

klinik sejak dini, nantinya apoteker

mampu berkomunikasi dengan

kerangka berpikir, persepsi dan bahasa

yang sama dengan tenaga kesehatan

lain, utamanya dokter dan perawat,

sehingga mampu berkolaborasi untuk 

fokus pada kepentingan pasien. Dengan

begitu, tujuan intervensi medis dan

intervensi farmakoterapi akan tercapai.

Ini yang selama ini tidak dipersiapkan

oleh pendidikan tinggi. Pendidikanapoteker tidak disiapkan untuk 

bagaimana apoteker berkomunikasi

dengan tenaga kesehatan lain.

Harapan Anda untuk memperbaiki

dunia kefarmasian di Indonesia?

Peraturan perundangan yang 

mengatur praktik kefarmasian sudahjelas, dan sekarang ini kesadaran

profesi apoteker sedang dalam

kondisi optimum. Saya berharap,

stake holder kefarmasian di Indonesiabersatu padu, bahu-membahu untuk 

memajukan profesi apoteker. Jangan

sampai, perbedaan latar belakang dan

cara pandang, apalagi kepentingan

pragmatis beberapa orang apoteker

terutama yang mempengaruhi hajat

hidup banyak apoteker, mengalahkan

tujuan yang lebih besar yaitu kemajuan

dan masa depan apoteker Indonesia

(nun)

Page 10: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 10/60

10 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

Pendidikan Tinggi Farmasi di

Indonesia, hampir seusiarepublik ini. Adalah UniversitasGadjah Mada, Jogjakarta, yang 

pertama kali memiliki perguruan tinggifarmasi. Pada 27 September 1946,di Klaten resmi dibuka “Perguruan Tinggi Achli Obat / PTAO” olehKementerian Kesehatan RI. Inilah cikalbakal Fakultas Farmasi UGM.

Sebelum masa reformasi tahun1998, pendidikan tinggi farmasi (PTF)tidak lebih dari 20, yang berupa fakultas

Pendidikan Farmasi

di Persimpangan JalanPendidikan t inggi farmasi

seperti di simpang jalan:

mencetak apoteker sebagai

tenaga kesehatan atau

scient ist? Sebenarnya, kedua

hal tersebut merupakan dua

sisi mata uang yang tak dapat

dipisahkan.

LAPORAN UTAMA

mau pun jurusan (bagian dari FakultasMIPA). Seiring dengan deregulasi dandebirokratisasi yang dipicu semangatreformasi, pendidikan tinggi farmasibermunculan bagai cendawan di musimhujan.

PTF ada yang bernaung di bawahperguruan tinggi negeri (PTN) danmenjadi fakultas tersendiri, atau diperguruan tinggi swasta (PTS) ternamadengan fasilitas yang serba lengkap dan

mutakhir, sampai PTS yang statusnya“samar-samar” dengan fasilitas apaadanya. Pada perkembangannyaIKIP (Institut Keguruan dan IlmuPengetahuan) yang kemudian berubahmenjadi universitas, juga ada yang membuka fakultas atau jurusan farmasi.Beberapa Institut Agama Islam Negeri(IAIN) yang kemudian berubah menjadiUniversitas Islam Negeri (UIN) juga adayang membuka program studi farmasi(bernaung dibawah fakultas MIPA mau

pun ilmu kesehatan).Sah-sah saja, memang dan tidak 

ada yang salah. Namun, pertumbuhanPTF secara besar-besaran yang diikutipertumbuhan mahasiswa dan lulusanPTF, menimbulkan masalah tersendiri.Masalah yang muncul antara lain: 1) Tidak adanya batasan penerimaanmahasiswa, sehingga orientasi PTF(terutama swasta) hanya sebatasmenghasilkan keuntungan ekonomi

yang setinggi-tingginya. Fasilitas yang disediakan sangat memprihatinkan,namun mahasiswa setiap angkatanselalu di atas 300 orang. 2) Tidak tegasnya aturan main pola pembelajaranPTF, sehingga ada PTF yang membukaprogram akhir pekan ( weekend  ). 3) Tidak semua PTF boleh menyelenggarakanpendidikan profesi apoteker. Artinyaprogram studi farmasi hanyamengahsilkan sarjana farmasi, belummenjadi apoteker. Selama ini yang boleh

Page 11: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 11/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 11

yang untuk jenis tertentu memerlukankewenangan untuk melakukan upayakesehatan.

Menurut Dekan Fakultas FarmasiUGM yang juga Wakil Ketua APTFI

(Asosiasi Pendidikan Tinggi FarmasiIndonesia) Prof. Dr. Marchaban, DEA, Apt, disain pendidikan tinggi farmasi diIndonesia memang berat ke sains danteknologi, bukan berbasis klinik. Namunjangan lupa, Peraturan PemerintahNo.51 tahun 2009 menyebutkan bahwapekerjaan kefarmasian yang harusdilakukan oleh apoteker, bukan hanya difasilitas pelayanan. Tapi juga di fasiltasproduksi obat (kosmetika dan obattradisional) termasuk quality control (QC)dan quality assurance (QA) dan di fasilitas

distribusi. Artinya, science and technology 

farmasi tidak boleh dinafikan. Itukarena ketika apoteker bekerja sebagaitenaga kesehatan di industri farmasi,penguasaan sains dan technology adalah mutlak. Jadi, menurut Prof.Marcahaban, “Tidak bisa dikutubkanantara apoteker sebagai tenagakesehatan an sich , dengan apoteker yang harus menguasai sains dan teknologi.”

Ketika disinggung tentang bebanSKS bagi mahasiswa calon apoteker,karena harus menguasai ilmu dankeahlian berpraktek sebagai tenagakesehatan dengan penguasaan sains danteknologi, Marchaban mengakui bebanmahasiswa menjadi sangat berat. Hal iniharus dipikirkan oleh para pemangkukepentingan dunia farmasi di Indonesia.

Sementara menurut Dr. Daryono, Apt, Dekan Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), ITB yang sejak awal konsen di sains dan teknologimulai mengembangkan klinik bagi

calon apotekernya. “Kami menyadaribahwa apoteker ujung-ujungnyayang dikelola adalah, bagaimana obatdigunakan oleh manusia bukan sekedarbagaimana membuat obat,” ujarnya.

Perdebatan tentang orientasi PTFapakan akan menjadikan apotekersebagai tenaga kesehatan atau sebagaiscincetist, sudah terdengar sejak awal1990-an. Hal itu dimulai denganpertanyaan tentang  polivalensi PTF,yang waktu itu ilmu farmasi berada

dalam konsorsium ilmu-ilmu MIPA.Namun, perdebatan itu hilang denganberjalannya waktu. Perdebatandapat dimaklumi, karena tuntutanpasar kerja apoteker kebanyakan di

bidang pelayanan (apotek, rumahsakit). Namun, materi pembelajaranpendidikan S1, hampir semua terfokuspada sains dan teknologi.

Perdebatan menghangat dengankeluarnya UU No.36 tahun 2009tentang Kesehatan, dan PP No51 tahun 2009 tentang PekerjaanKefarmasian. Perdebatan kianmemuncak dengan hasil studi persiapanproyek oleh World Bank untuk HPEQProject. Disebutkan adanya disconnect(tidak nyambung) antara tataran ideal

dan kenyataan ( disconnect between ideals and reality  ). Antara lain, terjadi ketidak-nyambungan antara kurikulum PTFdengan kebutuhan kompetensi lulusan.

Namun, ketegangan perlahan-lahan cair dengan berbagai pertemuanintensif yang dilakukan untuk persiapanHPEQ Project, antara stake holderkefarmasian di Indonesia.

Dr. Umi Atijah, MS, Apt, DekanFakultas Farmasi Universitas Airlangga,Surabaya, mengatakan, “Unair sejak awalmendisain lulusannya menjadi apoteker,yang memiliki karakter dan kompetensisebagai tenaga kesehatan.” Ini antaralain karena kelahiran Fakultas FarmasiUnair, merupakan bagian tak terpisahkandari Fakultas Kedokteran Unair. Walautidak menutup kemungkinan lulusannyabekerja di industri farmasi, sejak awalUnair mencetak apoteker sebagaitenaga kesehatan. PKL/PKPA diPuskesmas sudah sejak lama ada, untuk mengantisipasi perkembangan pelayanankefarmasian sampai tingkat Puskesmas.

Sementara itu Prof. Dr. Elly  Wahyudin, DEA, Apt, Dekan FakultasFarmasi Universitas Hasanuddin sekaligusKetua APTFI mengatakan, pendidikantinggi farmasi memang mencetak apotekersebagai tenaga kesehatan.

“Namun, jangan lupa bahwaprofesionalisne harus berbasis ilmiah. Artinya, jangan sampai kita mengejar polapembelajaran apoteker untuk praktek sebagai tenaga kesehatan, tapi background ilmiahnya lemah,” katanya. (Nun)

LAPORAN UTAMA

mnyelenggarakan program apotekerhanya PTF yang terakreditasi A dan B.

Ketua Umum Pengurus PusatIkatan Apoteker Indonesia (PPIAI) M. Dani Pratomo menyatakan,

pertumbuhan yang tidak seimbang antara input dan output baik antara S1mau pun apoteker, akan menimbulkanfenomena bottle neck. Kalau input yang masuk besar sementara yang keluarkecil, akan menimbulkan tekanan danmenimbulkan masalah yang serius.

“Ketika input mahasiswa S1 farmasisekitar 150 rata-rata per PTF per tahun,maka akan ada mahasiswa farmasihampir 70 ribu dari 65 PTF yang ada,”katanya. Sementara, yang tertampung dalam program pendidikan apoteker

hanya sekitar 4.000-an. Pertanyaannyabagaimana dengan 6.000 lulusan S1farmasi?

Menurut Dani, keadaan ini perludipahami semua stake holder farmasi.Belum lagi masalah bahwa hanya PTFterakreditasi A dan B, yang bolehmenyelenggarakan program profesiapoteker. Di sisi lain, lulusan PTF yang tidak memiliki program apoteker bolehmelanjutkan program profesi apoteker diPTF A dan B. Masalahnya, lulusan PTFyang tidak memiliki program profesiapoteker, sejak awal tidak terdisainsebagai apoteker. Di jenjang S1 merekabelajar di laboratorium, dan begitumelanjutkan lulus dari program profesiapoteker harus melayani pasien.

“Bila tidak memahami filosofi danruh pelayanan (  pharmaceutical care  ), inikan tidak fair. Sementara kalau adamasalah terkait liability (tanggung gugat)terkait pekerjaan sebagai apoteker, IAIyang dimintai pertanggungjawaban,”ujar Dani.

Ia juga mempertanyakan, bagaimanakomitmen pengelola PTF terhadapUndang Undang No.36 tahun 2009tentang Kesehatan, dan PP 51 tahun2009 tentang pekerjaan kefarmasian.Disebutkan bahwa apoteker adalahtenaga kesehatan yang menurut definisiUU No.36, tenaga kesehatan adalahsetiap orang yang mengabdikan diridalam bidang kesehatan serta memilikipengetahuan dan/atau keterampilan,melalui pendidikan di bidang kesehatan

Page 12: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 12/60

12 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

LAPORAN UTAMA

Pengetahuan dan ketrampilanmengobati, merupakan suatupekerjaan yang mulia. Demikianmulianya pekerjaan ini,

membuat Hippocrates, ahlipengobatan Yunani kuno dan

penulis 75 buku-buku obat-obatan,menciptakan sumpah bagi merekayang dianggap sudah ahli, sebelummelakukan praktek pengobatan.Sumpah itu masih diikuti di seluruh

dunia hingga kini oleh profesi

Perjalanan Panjang

Ilmu Kefarmasian

kesehatan, yang disebut sumpahprofesi.

Sediaan farmasi berkhasiat, sudahlama digunakan dalam pengobatan.Obat alami yang digunakan sejak awalperadaban di dunia, adalah opium

(candu). Obat tersebut telah digunakan3000 tahun SM, sejak kerajaanpertama di dunia yaitu Babylonia. Pada2000 tahun SM, pengobatan alamimenggunakan opium juga digunakan

di Mesir. Fakta ini ditemukan pada

Papyrus Eber, tulisan pada kuburanMummy raja-raja Mesir yang juga berisi800 formula obat-obatan dan 700 obat-

obatan berbeda.Di Yunani, obat-obatan yang 

berasal dari alam juga digunakan olehDioscorides (ahli botani Yunani padaabad kesatu Masehi). Hal ini ditulis

dalam buku obat-obatan alami “Materia

Medica”. Penyalahgunaan penggunaanopium telah menyengsarakan penduduk Cina 150 tahun yang lalu, danmenimbulkan dua kali peperangan di

negeri itu. Dan saat ini, penggunaanopium menimbulkan kesengsaraan padaanak-anak Afganistan.

Menurut sejarawan Phillip K Hitti, saat Eropa masih dalam zaman

peradaban kegelapan, apotik pertama didunia didirikan. Apotek itu berdiri tahun754 M di kota Bagdad, dipimpin oleh

apoteker. Sedangkan, apotik pertamadi Eropa baru berdiri pada abad ke-14,

didirikan di Inggris, dipimpin olehapoteker Geofrey Chancer.

Badan Pengawas Obat pertamaberdiri didirikan di Bagdad, dengannama Al Muktasib pada abad ke-8Masehi. Sejak itu, ilmu pengobatan

semakin berkembang. Ibnu Sina,seorang ahli pengobatan dari Persiatelah menulis buku yang berisi700 macam cara membuat obat,

peralatan dan khasiat obat. Bukutersebut bernama Qanun  fi Thib, telahditerjemahkan ke dalam bahasa Inggrismenjadi Canon of Medicine. 

 Tentu, semua pengetahuan itumenjadi bahan pelajaran pendidikan

farmasi pada masanya. Sampaipertengahan abad ke-20, pengetahuantentang tanaman obat merupakanpelajaran utama pendidikan farmasi.(amd)

Page 13: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 13/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 13

LAPORAN UTAMA

Pendidikan Farmasi

Internasional

Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt, pada ceramahnya di MakaraUI, 26 Februari 2011, tentang pendidikan kefarmasian di luarnegeri menyampaikan ulasan tentang perkembangan dunia pendidikankefarmasian di dunia. Di AmerikaSerikat, pendidikan tinggi farmasiterdiri dari 2 tahun pendidikan umumditambah 3 tahun pendidikan diploma.Lulusannya disebut sebagai Pharm 

Diploma . Ditambah 1 tahun praktek,maka akan lulus sebagai pharmacist(apoteker).

DI Jerman, pendidikan tinggi

farmasi terdiri dari sekolah farmasi 4tahun, akan lulus sebagai bachelor. Jikaditambah training lanjutan 1 tahun, akanlulus sebagai pharmacist (apoteker). Halyang sama terjadi di Inggris, Australiadan Malaysia, di mana pendidikanfarmasi ditempuh dalam waktu 4tahun, untuk mendapatkan sebutansebagai bachelor. Kemudian ditambahsatu tahun training lanjutan, untuk mendapatkan gelar pharmacist. Begitupula di Philipina, di mana pendidikanfarmasi ditempuh dalam 4 tahun, dandibutuhkan 960 jam praktek di rumahsakit, farmasi komunitas dan industrifarmasi, untuk mendapatkan gelarpharmacist.

Berbeda dengan Jerman dan Aurtralia, di Perancis pendidikantinggi farmasi terdiri dari 5 tahunsekolah farmasi dan akan lulus sebagaibachelor. Jika ditambah 1 tahun

praktek, akan lulus sebagai pharmacist(apoteker). Jepang memiliki sistemyang sedikit berbeda; pendidikanfarmasi ditempuh dalam waktu 6 tahun,dan gelar yang didapatkan langsung sebagai pharmacist. Secara umum,lama pendidikan farmasi di luar negerisampai menjadi seorang pharmacisthampir sama di setiap negeri.

 Jika dikelompokkan, kurikulumpendidikan tinggi farmasi terdiri dari 5kelompok keilmuan yaitu: kelompok life 

science, industrial pharmacy, pharmaceutical science, clinical science dan social science .Setelah itu, dilanjutkan praktek/magang pada farmasi komunitas, farmasi rumahsakit, industri farmasi serta farmasipemerintah.

Pendidikan Farmasi Indonesia

Di Indonesia, tercatat 66 Perguruan Tinggi Farmasi (PTF) yang memilikikeberagaman. PTF akreditasi A sebanyak 13 perguruan tinggi

dengan jumlah mahasiswa S-1 sekitar10.487 mahasiswa atau rata-rata 807mahasiswa per perguruan tinggi. PTFakreditasi B sebanyak 14 PTF, denganjumlah mahasiswa sebanyak 8005mahasiswa dari 13 PTF, atau rata-rata616 mahasiswa per PTF. Jumlah PTFakretitasi C sebanyak 25 PTF, denganjumlah mahasiswa yang diperolehdari 17 PTF 1.0294 atau rata-rata 605mahasiswa per PTF. Sedang PTFyang belum terakreditasi sebanyak 14 perguruan tinggi, dengan jumlahmahasiswa yang diperoleh datanya dari7 PTF, 1.725 mahasiswa atau rata-rata246 mahasiswa per PTF.

 Ada perguruan tinggi farmasi swastadengan akreditasi C jumlah mahasiswaprogram S 1 nya pada Januari 2011sebanyak 3.549 orang atau rata-rataper tingkat 870 orang, bagaimanakemampuan labolatoriumnya?Bagaimana cara praktikumnya danhanya memiliki lima laboratorium.

Potret Pendidikan

Farmasi IndonesiaJumlah lulusan PTF di Indonesia meningkat pesat. Kita kalah

dibanding China dan India, yang sudah mampu memroduksi

bahan baku.

FAKULTAS FARMASI UGM

Page 14: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 14/60

14 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

Bukankah seharusnya kalauakreditasinya C penerimaan mahasiswalebih sedikit dari B apalagi A, suatu

fenomena yang akreditasi A menerimamahasiswa baru di bawah 200 yang akrefitasi C rata-rata di atas 800.

Melihat dari data di atas, jikadibandingkan, maka jumlah rata-ratamahasiswa PTF-A ditambah PTF-Bsekitar 19.111 mahasiswa. Hampirsama dengan jumlah mahasiswa PTF-Cditambah PTF D(X) yaitu 18.210mahasiswa.

Sesuai dengan aturan yang berlakudi Indonesia, PTF yang belum

terakreditasi belum boleh meluluskansarjana sendiri. Maka, sekitar 14 PTF(swasta) yang belum terakreditasi harusberusaha untuk mendapatkan akreditasiminimal C. Jika tidak, mahasiswa PTFini harus ikut ujian sarjana ke PTF-C.Syarat yang berbeda berlaku untuk program apoteker. PTF-C belum bolehmenyelenggarakan sendiri programprofesi Apoteker. Sehingga, mahasiswadari PTF-C harus mengikuti program

profesi apoteker di PTF-B. Ada perguruan tinggi farmasi

negeri yang belum terakreditasi telahmeluluskan sarjana S 1. Bolehkah diamengikuti program apoteker? Kalauboleh tetapi menyimpang dari aturan APTFI, apa dan bagaimana sangsinya?

SDM dan Fasilitas Pendidikan

Universitas Gajah Mada, sebagaipendidikan tinggi farmasi tertua yang berdiri sejak 1946, memiliki sekitar 80tenaga pengaja yang terdiri dari sarjanastrata-3 dan strata-2. Disamping itu,

terdapat fasilitas laboratorium danperpustakaan dengan buku yang lengkapserta tempat belajar yang nyaman. Tidak berbeda jauh dengan UGM,ITB memiliki fasilitas pendidikan,labolatorium dan perpustakaan yang sangat memadai. Ditambah tenagapengajar, yang hampir seluruhnyaberpredikat S-3. Universitas Indonesiadan Universitas Airlangga punmemfasilitasi mahasiswanya dengan

fasilitas yang memadai.Bagaimana dengan PTF lainnya?

 Ada yang hanya memiliki resources 6M

dan sumber dayanya minim. Walau punmengadakan proses belajar di gedung bertingkat, tapi fasilitas pendukungnyakurang. Dari segi input dan prosespendidikan, sumber daya PTF-C danPTF-D(X) jauh berbeda dengan PTF-Adan B. Dapat dipastikan, output yang dihasilkan juga berbeda. Namun, padaakhirnya, semua sarjana farmasi darisemua PTF akan lulus sebagai apoteker.Mirisnya, kalau pun ada masalahdengan ketidaklulusan, berbagai proses

yang mempermudah bisa ditempuh.Misalnya, pergantian penguji padaHER ujian. Sehingga, apoteker yang awalnya tidak lulus sama-sama bisamengucapkan sumpah apoteker. Yang menjadi pertanyaan lagi apakah bisasarjana perguruan tinggi faramasi negeritapi belum terakreditasi mengikutiprogram apoteker pada perguruantinggi dengan akreditasi A atau B baik negeri atau swasta?

LAPORAN UTAMA

Pengambilan Sumpah Apoteker. Siapkah mereka mengabdi kepada Masyarakat sesuai Sumpah yang mereka Ucapkan?

Page 15: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 15/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 15

Lahore - Punjab University - University College of Pharmacy - Exterior 

SEKOLAH FARMASI INTERNASIONAL- UA COLLEGE OF PHARMACY

Dilihat dari segi kuantitas apotekeryang dihasilkan, diperkiraan jumlahmahasiswa S1 pada awal 2011 ini ada37.387 mahasiswa dari 65 PTF. Jikajumlah calon apoteker saat ini 4000

orang, maka pada awal tahun 2016,jumlah apoteker akan bertambahmenjadi 41.387. Jika apoteker saatini 30.000 orang, maka pada tahun2016 jumlah apoteker di Indonesiasekitar 70.000 orang. Jumlah ini belumtermasuk lulusan Diploma 3, yang seba-gian akan melanjutkan ke program S-1.

Semua itu berhubungan juga dengankenaikan jumlah penduduk Indonesia,yang dalam 1 tahun bertambah 4,4 jutaorang. Diperkirakan jumlah penduduk 

Indonesia di tahun 2016 akan melonjak di angka sekitar 270 juta. Dengankuantitas sebanyak 70.000 apoteker,diperkirakan satu apoteker rata-rataakan melayani 3.857 orang. Dari segikuantitas jumlahnya cukup signifikan,tapi dari kualitas dapat menimbulkanmasalah. Terlebih jika sebagian apotekerdiharapkan ikut mendampingi dokter dirumah sakit dan puskesmas.

Muncul pertanyaan: apakahpertumbuhan perguruan tinggi farmasi

yang cepat dalam satu dekade ini, suatudilema atau fenomena? Apakah inisebuah oportunitas atau oportunisme? Jika produk perguruan tinggi farmasidimaksudkan untuk tenaga farmasikomunitas, bukan farmasi klinismendampingi tenaga medis lainnya, atau

diperuntukkan di industri bahan bakudan manufacturing , maka tenaga farmasiyang dicetak PTF dengan fasilitasminim perlu peningkatan dan evaluasi.Nasib PP No. 51/2009 sama dengannasib “kakaknya” PP No. 25/1980.

Saat ini, Indonesia bisa dikatakantertinggal dari negara tetangga. Tidak dipungkiri, negara tetangga memilikikeunggulan dari segi kedisiplinan, taatpada aturan dan melaksanakan etika.Sama halnya dengan pendidikan, jikadulu mereka yang berguru pada kita,kini kita yang belajar kepada mereka.

Sekitar seperempat abad silam,Cina menempati posisi pertama jumlahpenduduk terbesar di dunia, disusul

oleh India. Indonesia berada padaurutan ke lima. Pada masa itu, Cina,India dan Indonesia adalah konsumenyang baik untuk bahan baku obat. Saatini, dengan urutan jumlah penduduk yang sama, kecuali Indonesia yang menduduki posisi 4 terbanyak, ternyataCina dan India berkembang sangatpesat. Cina dan India meninggalkanIndonesia dalam segi industri farmasi.

Mereka tidak lagi menjadi konsumenbahan baku, tapi mampu memroduksibahan baku. Apakah karena sistempendidikan farmasinya berubah, ataukebijakan pemerintahnya yang lebihsenang membuat sendiri daripadamembeli. Atau, semangat juang farmasisnya berbeda dengan kita, atauada sebab lain?

 Ada suatu kemajuan yang menyimpang, yaitu bangsa kitayang bukan lulusan pendidikan

tinggi farmasi, sudah banyak yang bisa melakukan sintesa membuatmethamfetamin dari ephedrine.Bahkan, dapat membuat berbagaiformula extacy dari amfetamin ataukofein saja. Para pengatur, pembina,pelaksana dan para pengguna produk tenaga kefarmasian barangkali sudah waktunya memikirkan kesenjangandi atas. Bagaimana cara menciptakanproduk lulusan yang berkualitas dalamsegala hal. (amd).

LAPORAN UTAMA

Page 16: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 16/60

16 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

WAWANCARA

Mencermati kondisi

pendidikan tinggi farmasi

Indonesia, tidak lepas dari

sosok Prof. Elly wahyudin,

 Apt, Ketua APTFI periode sekarang.

Berikut petikan wawancara Medisina

dengannya, di sela acara HPEQ

(Health Professional Educatiaon

Quality) di Hote Holliday Inn,

Bandung, April 2011.

Bagaimana desain pendidikan

farmasi di Indonesia saat ini?

Sekarang, di Indonesia

ada 63 program studi yang 

menyelenggarakan pendidikan

farmasi D3, S1 mau pun program

profesi apoteker, atau S2 dan

S3. Tujuan akhirnya adalah

melahirkan lulusan yang mampu

memperbaiki pelayanan kepada

“Banyak Peluang yang Dapat

Dikembangkan Profesi Apoteker”masyarakat. Bukan hanya pelayaan

dalam hal kesehatan, tetapi melayani

kebutuhan masyarakat di bidang-

bidang lain, misalnya lingkungan.

Pelayanan kefarmasian tidak hanya

kepada pasien. Harus dipikirkan bahwa

dampak orang yang mengonsumsi obat

akan mengeluarkannya, dan pasti akan

berdampak pada lingkungan.

Saya mengharapkan, spesialisasikefarmasian tidak mengikuti pada

spesialisasi yang mengarah seperti

halnya kedokteran seperti penyakit anak,

penyakit dalam dst. Bedanya farmasi

dan kedokteran adalah penguasaan akan

bahan. Kalau pelayanan kepada pasien

adalah, bagaimana kegunaan akan bahan

tersebut. Di situ masalahnya. Bila bicara

tentang penyakit, kita harus melihat dari

segi pengendalian bahan, maka tidak 

akan bertabrakan dengan pelayanan yang 

dilakukan dokter. Kompetensi utama kita

adalah penguasaan akan bahan. Misalnya,

sebagai apoteker saya bisa menerangkan

parasetamol yang tidak memikiki efek 

analgesic, karena kita bisa membuat

formulasi yang diinginkan, karena kita

menguasai tentang bahan-bahan tersebut.

Pada dasarnya, penguasaan apoteker

adalah penguasaan akan bahan baku?

Pemahaman inilah yang sering 

membuat saya, sering berseberangandengan rekan-rekan lain. Saya tidak ingin

menjadi seolah-olah seperti dokter, karena

kita sebagai apoteker penguasaannya

tentang bahan. Apoteker sangat menguasai

pengetahuan tentang bahan-bahan

tersebut. Hanya dari sisi itu kita tidak akan

bertabrakan dengan dokter. Tetapi, hal ini

selalu menjadi kontroversi.

Sejauh ini, metode pendidikan yang

diberikan sudah mengarah pada hal

Prof. Elly Wahyudin, Apt, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI)

Prof. Elly wahyudin bersama Ibu Dra. Sri Indrawaty, M.Kes,Apt (Dirjen Binfar dan Alkes)

Page 17: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 17/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 17

WAWANCARA

tersebut?

Pengetahuan dasar di S1 tentang 

bahan sudah diberikan. Di jenjang 

pendidikan profesi, kita mengenalkan

bagaimana pengetahuan tersebut

dapat disampaikan. Sayangnya, masih

banyak yang mengalami pengulangan,

bukan hanya di sektor pelayanan,

juga di industri. Untuk pendidikan

profesi, harus lebih banyak pemberian

soft skill. Seperti komunikasi, sebagai

bekal untuk berinteraksi dengan orang 

lain; manajemen untuk mensinergikan

semua pengetahuan yang dimiliki.

 Jadi, bila ditanya tentang 

kompetensi yang diperlukan,

sesungguhnya mereka sudah punya. Yang belum optimal adalah soft 

skill yang diperlukan. Sekarang, kita

sudah berupaya mengarah ke sana,

pengajaran teori sudah dikurangi. Di

pengajaran profesi, lebih banyak pada

bekerja dan bertindak, melalui melihat

di industry, rumah sakit dan apotek.

Sayangnya, kita melihat IAI dan IPTFI

seakan-akan tidak bersatu. Padahal,

kita semua sama-sama IAI. Hanya

saja, yang di IPTFI lebih konsen di

pendidikan. Kalau bersatu, hasilnyaakan maksimal.

Cukupkah hanya dengan 2

semester pendidikan apoteker

dapat menghasilkan lulusan yang

kompeten?

Pengajaran apoteker, harusnya

pendidikan lanjutan dari pendidikan

farmasi, yang menitik beratkan pada

penguasaan akan soft skill , bagaimana

teori-teori tersebut diimplementasi.

Mengapa tidak diarahkan sejak 

 pendidikan di S1?

Banyak sekali materi yang 

perlu didapatkan di S1. Ada empat

pilar, yaitu di pengetahuan fisika,

matematika, kimia dan biologi. Mreka

harus kuat di dasar-dasar pengetahuan

tersebut. Dan tidak semua lulusan S1

farmasi ingin melanjutkan pendidikan

ke profesi apoteker. Ada yang memilihmelanjutkan ke S2, atau pindah ke

pendidikan ekonomi, dan lain-lain.

Berkaitan dengan PP.51, bukankah

itu peluang yang bagus untuk 

 profesi apoteker?

Menurut saya, peluang jangan

dibatasi. Ke depan, saya melihat bahwa

jumlah orang sakit akan berkurang 

dibanding orang sehat. Karena itu,

apoteker kompetensinya adalah

menguasai tentang bahan; dia bisaberbicara tentang makanan, kosmetik.

Itu semua untuk orang-orang sehat.

Menurut saya, pekerjaan kefarmasian

adalah pekerjaan yang berhubungan

dengan bahan dan zat aktif. Jadi, tidak 

hanya bekerja di apotik, industri,

rumah sakit. Masih banyak tempat

yang bisa jadi wilayah kerja kita.

 Apakah pendidikan S1 Farmasi

sudah sesuai dengan kompetensi

 yang dibutuhkan?

Ini yang harus dipikirkan oleh

komunitas pendidikan. Perlu diatur,

bagaimana kompetensi sarjana farmasi

dan kompetensi apoteker. Ini perlu

diatur, agar jangan sampai sarjana

farmasi lebih pintar dibandingkan

apoteker. Hal ini sedang kami susun.

Bagaimana dengan kecenderungan

bahwa lulusan apoteker tidak siap

bekerja?Persoalan orang baru jangan

disamakan dengan orang lama. Lulusan

saat ini penguasaan keilmuannya lebih

bagus dibandingkan dulu, karena

telah mendapatkan pengembangan-

pengembangan keilmuan yang terbaru,

terutama dalam berargumentasi.

 Jangan membayangkan bahwa mereka

sama dengan yang lama. Mereka

butuh adaptasi dengan lingkungan dan

lapangan pekerjaan yang baru. Mereka

sudah mampu melakukan pekerjaankefarmasian, namun tidak selincah

lulusan yang sudah berpengalaman.

 Jadi, apa yang perlu ditingkatkan

dari lulusan tersebut?

Perlu membuka wawasan, karena

mereka cenderung eksklusif. Menurut

saya, makin heterogen maka kita

makin kuat. Perlu ada dinamika dalam

pengetahuan yang bisa meningkatkan

kemampuan kita.

 Ada kondisi bahwa lulusan

apoteker kurang percaya diri

ketika berinteraksi dengan profesi

kesehatan lain, misalnya dengan

dokter. Pendapat Profesor?

Kenapa hal tersebut terjadi,

karena yang bersangkutan tidak tahu

apa yang harus dikuasai. Apoteker

kekuatannya adalah penguasaan akan

Bersama Drs. Johannes Setijono, Apt dan Istri pada acara Kongres Ilmiah IAI di Makassar.

Page 18: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 18/60

18 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

bahan. Bila dia menguasai, maka akanpercaya diri dalam menghadapi dokter,

pasien dan orang lain. Yang kedua,

kita jarang melakukan pengkaderan

hingga sulit mencari figur penerus. Ini

menjadi indikator keberhasilan dalam

pendidikan. Prestasi terbaik adalah

apabila kader kita memiliki kemampuan

lebih baik, dibandingkan pengajarnya.

Bagaimana perkembangan lembaga

 pendidikan farmasi Indonesia saat

ini?

Saat ini, ada 63 perguruan tinggi

yang sudah terakreditasi, dan sedang 

dilakukan perbaikan-perbaikan

terutama dalam kurikulum pendidikan

yang dipakai bersama, karena perlu

dikembangkan sesuai perkembangan

jaman. Terminal pendidikan

kefarmasian adalah apoteker. Bila

mereka akan mengembangkan

keilmuannya, bisa meneruskan ke S2

dan S3. Semua proses pendidikanharus memenuhi standar kompetensi.

Itu menjadi syarat mutlak untuk 

memenuhi kelulusan.

Sekarang, bagaimana melihat

terlalu banyaknya lulusan apoteker?

 Jangan diributkan, karena pada

prinsipnya masyarakat juga harus

pandai. Kesan terlalu banyak lulusan

apoteker, karena lapangan kerjanya

hanya dibatasi di rumah sakit, apotek 

dan industri. Jangan membatasidiri, karena masih banyak peluang 

kerja yang bisa dikembangkan oleh

profesi apoteker. Untuk dapat meraih

kesejahteraan profesi, bukalah

 wawasan!

Pernah dilakukan pengkajian

tentang kualitas pendidkan tinggi

farmasi di Indonesia?

Sudah tergambar dalam akreditasi,

yaitu sudah 13 PTF yang akreditasi A,

akreditasi B ada 13 yang C 40-an. Itu

semua hasil penilaian Badan Akreditasi

Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT).

Dalam proses penilaiannya, sudah

melihat bagaimana kualitas dosen,

kualitas lulusannya, dan sebagainya.

 Apa yang perlu dibenahi saat ini ?

Konsolidasi internal dan eksternal,

baik APTFI mau pun IAI. Walau

ada perbedaan, itu harusnya menjadi

modal untuk terjadi sinergi yang saling membangun. Misalnya naskah akademik,

yaitu persyaratan-persyaratan yang 

perlu dipenuhi oleh perguruan tinggi.

Biarkan kami dari APTFI membuat

naskah akademik tersebut karena kita

yang paling mengerti. Kemudian, silakan

organisasi profesi untuk mengkritisi dan

menyempurnakan. Ini sebagai upaya

untuk menghindari masalah adanya

resistensi, khususnya dari kalangan

perguruan tinggi.

Bagaimana bentuk tanggung

jawab Perguruan Tinggi Farmasi,

dalam menjaga kualitas pendidikan

kefarmasian di Indonesia?

 Adanya standar kompetensi di

tingkat S1 bahwa lulusannya tahu

bahwa tentang obat, tentang bahan,

kemudian pendidikan apoteker

mampu mengimplementasikan dalam

pekerjaannya. Secara umum, pendidikan

farmasi hampir 60% praktikum,

dikhususkan pada penguasaan bahan di

S1, dan di profesi apoteker disalurkan

lewat Pendidikan Kerja lapangan

(PKL). Maka, kita selalu mendesak agarorganisasi profesi segera mengeluarkan

standar pendidikan apoteker, agar

ada standarisasi yang bisa dilakukan

dan dipahami dengan persepsi yang 

sama. Sampai saat ini, kita belum ada

standarnya. Masih ada standarisasi

yang berbeda-beda di masing-masing 

perguruan tinggi farmasi.

 APTFI akan berusaha mendorong 

perguruan tinggi yang menyelenggarakan

pendidikan tinggi farmasi, untuk 

terus meningkatkan kualitas dirimelalui peningkatan akreditasi di

seluruh Indonesia. Pemerintah sudah

mensyaratkan, PTF yang sampai 2012

sudah meluluskan lulusan farmasi dan

belum terakreditasi, akan dikenai sanksi.

Makanya, kami berusaha mendorong agar

semua perguruan tinggi bisa diakreditasi.

Ke depan, apa yang akan

dilakukan?

Pertama, kita harus melihat

perkembangan. Kedua, kita harusmengenali diri sendiri, tentang kekuatan

seorang apoteker. Ketiga adalah mau

mendengarkan orang lain. Seorang 

kolega mengatakan, bia dalam sebuah

diskusi ada yang menyatakan bahwa dia

yang paling benar, maka berakhirlah

proses diskusi tersebut!. (dar)

WAWANCARA

Prof. Elly di acara HPEQ di Makassar.

Page 19: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 19/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 19

KOLOM

Undang-undang No.36 tahun2009 tentang Kesehatan,pada pasal 108 dan PeraturanPemerintah No. 52 tahun

2009 menyebutkan, apoteker adalahtenaga kesehatan. Pada pasal lain

disebutkan bahwa tenaga kesehatanadalah setiap orang yang mengabdikandiri dalam bidang kesehatan, sertamemiliki pengetahuan dan/atauketerampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan, yang untuk jenistertentu memerlukan kewenanganmelakukan upaya kesehatan. Apotekeradalah orang yang mengabdikan diripada bidang kesehatan, dalam hal inipelayanan kefarmasian.

Dalam kenyataan sehari-hari,

lebih tegas lagi bahwa sebagaian besarlulusan program apoteker terserap danbekerja di sarana pelayanan kesehatan,baik pemerintah mau pun swasta. Antara lain di rumah sakit, klinik-poliklinik dan Puskesmas. Populasiterbesar apoteker terserap di apotek,baik sekedar sebagai pegawai (baca:buruh) mau pun sekaligus sebagaipemilik sarana apotek.

Pada Peraturan Pemerintah No

Quo Vadis Pendidikan Tinggi

Farmasi Indonesia?Oleh : Nunut Rubiyanto, S.Si, Apt

51 tahun 2009 tentang PekerjaanKefarmasian, apotek didefinisikansebagai sarana pelayanan kefarmasian,tempat dilaksanakannya pekerjaankefarmasian oleh apoteker. Artinya,apotek yang ada sekarang ini yang lebih dominan sebagai tempattransaksi jual beli komoditas berupaobat dan produk lain. Sementara

apoteker tak lebih dari sekedarpramuniaga toko (baca: pelayan), yang melayani jual beli komoditas berupaobat dan juga produk lainnya. Hal initidak sesuai dengan ketentuan dalamperaturan pemerintah No. 51 tahun2009.

Untuk memenuhi ketentuanperaturan perundangan tersebut,

baik UU No 36 tahun 2009 mau punPeraturan Pemerintah No.51 tahun2009, harus dilakukan perubahanmendasar tentang praktek apoteker,mulai dari definisi, paradigma, maupun suprastruktur dan infra strukturyang berkaitan dengan praktek apoteker. Salah satu yang harusdilakukan perubahan secara mendasardan paling menentukan arah danpengembangan profesi apoteker,

adalah pendidikan tinggi farmasisebagai produsen apoteker.

Pendidikan tinggi fFarmasi diIndonesia, selama ini masih berkiblatpada scienti  fi c heavy. Yaitu masihberorientasi pada sains dan teknologi,dan masih jauh dari perspektif  applied science, yang berorientasi menghasilkanlulusan yaitu apoteker yang masuk 

dalam rumpun tenaga kesehatan. Yang lebih parah lagi, dari hampir70 pendidikan tinggi farmasi hanya26 yang diijinkan membuka programprofesi apoteker.

Pertumbuhan jumlah apotekermeningkat tajam; data kasar, setiaptahun lahir sekitar 4.000 apoteker baru.Seiring dengan munculnya kesadaran

akan idealisme apoteker yang selamaini terpinggirkan dari generasi baruapoteker (lulus apoteker menjelang tahun 2000 sampai sekarang),membawa secercah harapan bahwaperubahan ke arah yang lebih baik dan penuh kepastian, akan menjadikenyataan. Harapan tersebut mungkinharus ditahan, karena pemahamanyang minin dari apoteker generasibaru terhadap apoteker sebagai sebuah

Page 20: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 20/60

20 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

KOLOM

profesi, serta kompetensinya sebagaitenaga kesehatan.

Pemahaman yang minim, karenaselama di bangku kuliah tidak pernah(?) secara sistematis dipahamamkan

pengertian dan karakter profesi, apalagiby design dilakukan profession chatacter building . Termasuk di dalamnyainternalisasi nilai-nilai profesi,pembelajaran yang efektif filosofisnilia-nilai etik dan kode etik, misalnyadengan role model, bisa dikatakantidak pernah sama sekali. Kalau pundikenalkan nilai dasar profesi danetik serta kode etik, hanya sekedarhafalan sebagai pengetahuan saja.Profession chatacter building tidak pernah

dilakukan, misalnya dengan mencobamengintegrasikan karakter dan nilai-nilai profesi (termasuka etik dan kodeetik), ke dalam setiap mata kuliah baik itu knowledge mau pun skills. 

 Yang lebih memprihatinkan adalahtidak adanya upaya untuk memberi“contoh yang baik” ( uswatun hasanah  ),dari para pengampu mata kuliah(terutama etik dan kode etik) dan parasenior serta dari organisasi profesi(ISFI atau IAI saat ini), dalam hal

berpraktek profesi. Calon apotekertidak pernah ditunjukkan, sepertiapa karakter dan profile apotekeryang ideal sebagai tenaga kesehatan(karena memang tidak ada?). Calonapoteker dipaksa mengembangkanimajinasi dan mencari idealisasisosok apoteker secara mandiri dancenderung liar. Celakanya yang ditemuiadalah apoteker-apoteker yang tidak layak untuk dijadikan contoh. Dan ini

menjadi siklus yang berulang dan terusberulang.

Sementara dari sisi kompetensiapoteker sebagai tenaga kesehatan

(sengaja di cetak tebal karena UU No

36 tahun 2009 tentang Kesehatan,secara tegas menyatakan bahwapraktek kefarmasian hanya dapatdilakukan oleh tenaga kesehatan dantenaga kesehatan yang dimaksudadalah apoteker). Tidak dipungkiribahwa apoteker sangat kompeten danhandal, untuk melakukan analisis kimia(kualitatif maupun kuantitatif), bahkanmelakukan rekayasa molekul untuk mendapatkan aktivitas yang sesuai.

 Tetapi, bagaimana kompetensi

apoteker ketika dihadapkan padafenomena klinik? Melakukan evaluasipenggunaan obat? Menentukan dosage 

 form ? Menentukan dan mengevaluasidosis yang tepat terkait dengankondisi pasien ? Berinteraksi denganpasien? Berkomunikasi dan kolaborasidengan tenaga kesehatan lain?Berbicara tentang  primary health care ?Cukup representativekah kompetensiapoteker?

Perlu digaris bawahi, apoteker

menurut peraturan perundanganadalah tenaga kesehatan, bukan teknisipabrik atau peneliti. (Terlepas nantiapoteker ternyata mumpuni danberperan besar di Industri farmasi,kosmetik, makanan-minuman, obattradisional, sebagai peneliti, bahkansebagai pengusaha, politisi atau artisbankan menjadi ibu rumah tanggayang manis dan cukup dirumahsaja). Yang diinginkan oleh peraturan

perundangan adalah, apotekersebagai tenaga kesehatan. Maka,mestinya kompetensi calon apotekerdikonstruksikan kepada memperkuatknowledge, skills dan character

(termasuk attitude) sebagai tenagakesehatan, yang akan berinteraksidengan pasien dengan segalafenomena klinik yang terjadi di duniapelayanan kesehatan.

Pertanyaan cerdas sekaligusjuga kritikan pedas juga munculuntuk mendeskripsikan kompetensiapoteker sebagai tenaga kesehatandengan suatu analogi: bagaimana bisaberenang bahkan menjadi perenang yang baik, kalau dilatih oleh pelatih

yang tidak bisa berenang dan tidak pernah dikenalkan sama sekali denganair, kolam, sungai atau laut yang akan direnangi? Bagaimana maumenghasilakan pilot yang kompeten,jika sekolah calon pilot dilatih/diajari oleh pelatih yang sama sekalitidak pernah menerbangkan pesawat,bahkan tidak dapat mendefinisikanpesawat itu apa dan seperti apakompetensi seorang pilot? Bagaimanaquality assurance system pendidikan

tinggi farmasi untuk menghasilkanlulusan yaitu apoteker, sebagai tenagakesehatan?

Sederet pertanyaan di atas akanberujung pada: quo vadis pendidikantinggi farmasi? Akhirnya, Pendidikan Tinggi Farmasi perlu mengantisipasiperubahan dan tuntutan jaman,yang menghendaki apoteker sebagaitenaga kesehatan, dengan segalakonsekuensinya. Wallahu a’lam bish showab.

Page 21: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 21/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 21

Tanda dan Gejala DiabetesDiabetes ditandai dengan t ingginya kadar gula dalam darah.

Menurunkan HbA1c adalah target pengobatan diabetes.

Dalam beberapa tahun terakhir,berat badan Sukri (43 tahun)mengalami penurunan, dari85 kg menjadi 65 kg dalam

satu tahun. Padahal, jumlah makananyang masuk tidak ada yang berubah,malah nafsu makannya meningkat.Dia juga menjadi banyak minum dansering buang air kecil. Kondisinya

melemah dan penglihatannya kabur.Dia tidak pernah menduga bahwa

ada yang salah dengan kesehatannya.Beberapa bulan lalu, dia menjalanimedical check up. Diketahui dari hasilpemeriksaan, gula darahnya >250mmHg dan kadar HbA1c mencapai8%. Oleh dokter, dia didiagnosamenderita diabetes melitus tipe II(DM II) dan kepadanya diberikan obathipoglikemik oral.

“Diabetes melitus merupakan

stadium terakhir dari suatu sindroma,yang terdiri dari kelainan heterogenyang disebabkan kombinasi resistensiinsulin dan insufisiensi insulin,”kata Prof. dr. Sri Hartini KSKaryadi, Sp.PD dari FK UniversitasPadjajaran, Bandung. Bobot keduakomponen tersebut berbeda padasetiap penderita diabetes. Padaseorang penderita, mungkin yang dominan adalah insufisiensi insulin,sementara pada penderita lainnya

yang lebih dominan adalah resistensiinsulin.

Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

 Tanda awal DM atau kencing bisa dilihat secara langsung, darimeningginya kadar gula darah. Adatiga gula darah yang diukur: kadargula darah 2 jam setelah makan, kadar

gula darah puasa dan kadar gula darahsewaktu. Didiagnosa diabetes jikaseseorang memiliki kadar gula darahpuasa >120 mg/dl; atau kadar guladarah 2 jam setelah makan > 200mg/dl, atau kadar gula darah sewaktu>200 mg/dl. Bisa juga diperiksa kadarHbA1c, yaitu kadar rata-rata gula darahdalam tiga bulan terakhir. HbA1cdianggap tinggi, jika lebih dari 7%.

Selain itu, penderita diabetesumumnya menampakkan tanda dangejala di bawah ini, meski pun tidak 

semua dialami oleh penderita:1. Jumlah urine yang dikeluarkan

lebih banyak (Polyuria)2. Sering atau cepat merasa haus/

dahaga (Polydipsia)3. Lapar yang berlebihan atau makan

banyak (Polyphagia)4. Frekwensi urine meningkat/

kencing terus (Glycosuria)5. Kehilangan berat badan yang tidak 

jelas sebabnya

TOPIK KHUSUS

6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf di telapak tangan & kaki

7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu8. Mengalami rabun penglihatan

secara tiba-tiba

9. Apabila luka/tergores (korengan)lambat penyembuhannya

10. Mudah terkena infeksi terutamapada kulit.

Tipe Diabetes Mellitus

Secara garis besar, ada duatipe diabetes mellitus: tipe 1 dan2. Diabetes tipe 1 adalah diabetesyang bergantung pada insulin, dimana tubuh kekurangan hormoninsulin, dikenal dengan istilah Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).Pada penderita diabetes tipe 1,pankreas sudah tidak bisa memroduksiinsulin. Sedang pada tipe 2, pankreasmasih bisa memproduksi insulin. Tapijumlahnya tidak cukup, atau sensitifitassel terhadap insulin sudah rendah.

Pengobatan dan Penanganan

Dalam penanganan penyakitdiabetes, intervensi gaya hidup danolah raga merupakan hal penting untuk menurunkan kadar gula darah.Intervensi gaya hidup yang dimaksudadalah diit dengan mengurangi makanmengandung gula, menghindari polahidup tidak sehat, seperti merokok danmenghindari gaya hidup sedentary (kurang gerak). Sedangkan olahraga,selain membantu membakar kaloridalam tubuh, juga meningkatkanfungsi sel beta penghasil insulin.

 Jika dengan intervensi gaya hidupdan olah raga belum tercapai penurunankadar gula darah yang diinginkan, maka

pasien diberikan terapi obat. Untuk pasien diabetes tipe 1, diberikan terapiinsulin. Sedangkan untuk penderitadiabetes mellitus tipe 2 bisa denganobat-obatan hipoglikemik oral (OHA),yang dapat meningkatkan sensitifitasinsulin(insulin sensitizer), atau denganobat yang dapat meningkatkan produksiinsulin. Jika obat tidak bisa menurunkankadar gula darah sampai target <7%,maka penderita diberi terapi insulin.

Page 22: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 22/60

22 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

TOPIK KHUSUS

 Terapi obat biasanya diberikan

setelah intervensi gaya hidup

dan olah raga gagal mencapai

target penurunan gula darah,

yaitu HbA1c <7%. Ada dua jenis obat

hipoglikemik oral yang bisa diberikan

kepada penderita, yaitu obat yang 

memperbaiki kerja insulin dan obat yang 

meningkatkan produksi insulin. Obat-obatan seperti metformin, glitazone dan

akarbose, adalah obat-obatan kelompok 

pertama. Obat ini bekerja pada hati, otot

dan jaringan lemak dan usus. Sedangkan,

sulfonilurea, repaglinid dan nateglinid

adalah obat-obatan kelompok kedua.

Obat ini meningkatkan pelepasan insulin.

Berdasarkan cara kerja, OHO

dibagi 3 golongan:

 A. Memicu produksi insulin

1. SulfonilureaObat ini telah digunakan dalam

menangani hipoglikemia pada

penyandang diabetes melitus tipe 2,

selama lebih dari 50 tahun. “Obat

ini bekerja terutama pada sel beta

pankreas untuk meningkatkan

produksi insulin, baik insulin basal atau

yang distimulasi oleh makan,” kata dr.

Putu Moda Arsana Sp.PD-KEMD dari

FK Universitas Brawijaya, Malang.

Sulfonilurea sering digunakan pada

penderita diabetes yang tidak gemuk,di mana gangguan produksi insulin

merupakan penyebab utamanya.

Menurut dr. Putu, obat ini diberikan

pada penyandang DM tipe 2 yang 

mengalami kekurangan insulin, tapi

masih memiliki sel beta yang dapat

berfungsi dengan baik.

Penderita yang memberikan

respon baik terhadap sulfonilurea

adalah usia saat diketahui menyandang 

diabetes melitus lebih dari 30 tahun,

menyandang DM lebih dari 5 tahun,

berat badan normal atau gemuk, gagal

mencapai target pengobatan dengan

intervensi gaya hidup dan olah raga.

2. Golongan Glinid

Meglitinide merupakan bagian dari

kelompok obat yang meningkatkan

produksi insulin (selain sulfonilurea).

Repaglinid dan nateglinid termasuk dalam kelompok ini, mempunyai

efek kerja cepat, lama kerja sebentar,

digunakan untuk mengontrol kadar

glukosa darah setelah makan.

B. Meningkatkan kerja insulin

(sensitivitas terhadap insulin)

1. Biguanid

Metformin adalah satu-satunya

biguanid yang tersedia saat ini.

Metformin berguna untuk penyandang 

diabetes gemuk, yang mengalamipenurunan kerja insulin. Alasan

penggunaan metformin pada

penderita diabetes gemuk, karena obat

ini menurunkan nafsu makan dan

menyebabkan penurunan berat badan.

Metformin dapat digunakan

sebagai obat tunggal atau kombinasi.

Pada beberapa kasus di mana

pengobatan gagal karena kurang 

patuhnya pasien terhadap pengobatan,

pemberian terapi kombinasi

metformin dengan sulfonilurea atau

penambahan penghamba-glucosidase

dapat dicoba.

2. Tiazolidinedion

Saat ini di Indonesia terdapat

2 tiazolinedion, yaitu rosiglitazon

dan pioglitazon. Obat golongan ini

memperbaiki kadar glukosa darah

dan menurunkan hiperinsulinaemia

(tingginya kadar insulin) dengan

meningkatkan kerja insulin

(menurunkan resistensi insulin)

pada penyandang DM tipe 2. Obat

golongan ini juga menurunkan kadar

trigliserida dan asam lemak bebas.

 

C. Penghambat enzim alfa

glukosidase

Penghambat kerja enzim alfa-

glukosidase seperti akarbose,

menghambat penyerapan karbohidrat

dengan menghambat enzim disakarida

di usus (enzim ini bertanggung jawab

dalam pencernaan karbohidrat).

Obat ini terutama menurunkan

kadar glukosa darah setelah makan.

Sangat efektif sebagai obat tunggal

pada penyandang DM tipe 2, dengan

kadar glukosa darah puasa kurang 

dari 200 mg/dL (11,1 mmol/l) dan

kadar glukosa darah setelah makan

tinggi. Obat ini tidak mengakibatkan

hipoglikemia, boleh diberikan pada

penyandang diabetes gemuk atau

tidak, dapat diberikan bersama dengan

sulfonilurea, metformin atau insulin.

Dosis Obat

Setelah obat tertentu dipilih

untuk penyandang diabetes, biasanya

pemberian obat dimulai dari dosis

terendah. Dosis kemudian dinaikkan

secara bertahap setiap 1-2 minggu,

hingga mencapai kadar glukosa darah

yang memuaskan atau dosis hampir

maksimal. Jika dosis hampir maksimal

namun tidak menghasilkan kontrol

kadar glukosa darah yang memadai,

dipertimbangkan untuk diberikan obat

kombinasi atau insulin

Obat Hipoglikemik OralTerapi obat diberikan ketika intervensi gaya hidup hasilnya

t idak memuaskan. Ada dua jenis obat , yang meningkatkan

produksi i nsuli n dan meningkatkan sensit ifitas insuin

Page 23: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 23/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 23

TOPIK KHUSUS

Hiperglikemia adalah suatupenanda penting tentang buruknya keadaan klinispenderita diabetes. Kondisi

ini dihubungkan dengan meningkatnyarisiko mortalitas dan morbiditas pada

penderita, seperti penyakit kardio- vaskuler, stroke, ginjal dan sebagainya. Tingginya kadar glukosa dalam darahjuga dihubungkan dengan berbagai gang-guan pada sistem dalam tubuh. Sepertigangguan fungsi imun hingga rentanterhadap infeksi, peningkatan inflamasi,disfungsi endotel, stress oksidatif dankerusakan otak.

 Adakah cara tepat yang mudahdilakukan untuk mencegah komplikasidiabetes, sekaligus meningkatkan

kualitas hidup diabetesi? Cara yang pal-ing mudah dan utama adalah denganmengurangi asupan makanan yang mengandung gula dan minum obatpenurun gula darah, serta menggu-nakan insulin bagi yang gula darahnyatidak terkontrol dengan terapi obat.Cara lainnya adalah dengan secara tera-tur selalu memonitor kadar gula darahdengan glucosemeter (alat pengukur guladarah).

Pentingnya Memonitor Kadar 

Gula Darah

Memonitor kadar gula darah adalahpenting, karena pada dasarnya tujuanpengelolaan diabetes adalah mengenda-likan kadar gula darah. Dengan demikian,

seluruh upaya penanganan diabetes,seperti pemberian dosis obat oleh dokter,sudah semestinya berpatokan pada trengula darah penderita.

 Tren gula darah adalah cerminandari status perkembangan penyakitdiabetes yang disandang. Rajin me-monitor kadar gula, akan berpengaruhpositif pada sikap hidup penderita,yang pada gilirannya akan menekanlaju komplikasi diabetes.

Pedoman baru IDFDulu, memonitor gula darah

sebelum makan adalah fokus utamadari manajemen diabetes. Sekarang,rekomendasi terbaru justru menilai,memonitor gula darah setelah makan(  post meal  ) merupakan pedoman barupengendalian diabetes. Sebuah pene-litian menunjukkan, gula darah yang cenderung tinggi sesudah makan, akanmeningkatkan risiko serangan jantung 

koroner pada diabetesi. Lebih lanjutdiungkapkan, terjadinya gula darahtinggi setelah makan adalah masalahyang sangat umum dialami diabetesi.

Hal itu juga dikuatkan oleh studi

yang menunjukkan bahwa lebih dari 84persen dari pengidap diabetes tipe-2,mengaku mengalami kenaikan guladarah setelah makan di atas normal.Kenyataan ini jelas memprihatinkan,karena selama ini tingginya gula darahsesudah makan justru dianggap wajaroleh diabetesi, sehingga memoni-tor gula darah sesudah makan sering diabaikan.

Cara pemeriksaan

Pemeriksaan kadar gula darahdapat dilakukan dengan berbagaicara, baik di laboratorium, klinik, ataudilakukan pemantauan kadar gulamandiri yang dapat dilakukan pasiendi rumah menggunakan alat yang bernama g lukometer. Kelebihan

memantau kadar gula darah secaramandiri:1. Lebih ekonomis dan praktis di band-

ing pemeriksaan di laboratorium2. Untuk menyesuaikan dosis obat,

terutama bagi pengguna insulinsehingga terhindar dari hipoglikemia3. Kadar gula penderita DM tipe I san-

gat berfluktuasi dan cepat berubahKonsultasikan kepada dokter,

kapan dan seberapa sering Anda harusmelakukan tes tersebut, karena dapatbervariasi. Dianjurkan pagi hari sebe-lum sarapan, dua jam setelah makan,dan malam hari sebelum tidur. Perlupula pengukuran pada saat tertentulainnya. Contohnya pengukuran yang lebih ketat bila ter jadi hipoglikemia(menurunnya kadar gula darah secaratidak normal), saat sebelum olahragadan pada kehamilan.

Simpan catatan tes darah, obat-obatan yang dikonsumsi, serta aktivitasharian Anda. Bawa catatan tersebut bilakonsultasi ke dokter. Perlu diperhatikanuntuk memilih alat glukometer yang memiliki tingkat akurasi yang baik /mendekati hasil laboratorium, terper-caya serta mudah digunakan.

Mengamati Kadar 

Gula DarahMengontrol kadar gula darah dapat mencegah komplikasi.

Pemeriksaan gula darah bisa dilakukan di klinik, laboratorium

atau secara mandiri dengan glukometer.

Page 24: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 24/60

24 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

TOPIK KHUSUS

Pada penderita diabetes,

hipertensi merupakan kondisiyang sering ditemukan.Hipertensi dialami 20-60%

penderita diabetes. Prevalensihipertensi pada penderita diabetesadalah 1,5-3 kali lebih besar, dibanding orang tanpa diabetes. Suatu penelitiandi 5 daerah di Jakarta menemukan, adasekitar 7,7% pasien diabetes yang tidak terdiagnosa. Dari semua penderitadiabetes, hipertensi ditemukan pada53,5% pasien.

Hipertensi dan diabetes yang terjadi bersamaan, meningkatkan risikokomplikasi mikro dan makrovaskuler.United Kingdom Prospective DiabetesStudy (UKPDS) menemukan, setiappenurunan tekanan darah sistolik sebesar 10mmHg berhubungandengan penurunan risiko komplikasidiabetes sebesar 12%, 15 kematianyang dihubungkan diabetes, 11%infark miokard dan 13% komplikasimikro vaskuler. Sebab itu, mengobatihipertensi penting untuk mencegahpenyakit kardiovaskuler, padapenderita diabetes.

Pada penderita diabetes, targetpenurunan tekanan darah adalah<130/80 mmHg. Target inidirekomendasikan oleh JNC VIIdan WHO, pada tahun 2003. Halini didasarkan beberapa penelitianklinis yang menunjukkan, penurunantekanan darah sampai pada nilai

tersebut dihubungkan denganangka kematian akibat penyakitkardiovaskuler yang lebih kecil.

Penanganan hipertensi pada

Diabetes

Pedoman-pedoman penangananyang ada saat ini, mendukung pengobatan hipertensi secara agresif pada penderita diabetes. Penurunanmortalitas dan morbiditas kardiovaskulerbisa maksimal, dengan terapiantihipertensi yang intensif. Untuk pengobatannya, American Diabetes Association (ADA) menganjurkanperubahan gaya hidup selamasekurangnya 3 bulan, jika tekanan darahsistolik 130-139mmHg atau tekanandarah diastolik 80-89mmHg. Pemberianobat dilakukan setelah 3 bulan, jika

perubahan gaya hidup tidak menurunkantekanan darah.

Terapi obat

Penderita hipertensi berat (tekanandarah sistolik 140mmH dan diastolik 90mmHg) harus mendapatkan terapiobat, selain melakukan perubahangaya hidup. Untuk obatnya, sebagianbesar penderita biasanya akanmemerlukan lebih dari satu obat untuk 

mencapai kontrol tekanan darah yang memadai. Terapi farmakologis padapenderita diabetes dengan hipertensi,harus menggunakan regimen yang menggunakan ACE inhibitor atau

 Angiotensin Receptor Blocker. Jikadibutuhkan, bisa ditambah thiazidediuretic pada penderita denganglomerular filtration rate(GFR) >30ml/menit per 1,73 m2 dan loopdiuretic, untuk mereka dengan GFR <30ml/menit per 1,73m2.

ACE Inhibitor 

 ACE inhibitor merupakan agenlini pertama pada penderita diabetes,karena obat ini memiliki efek lebih

dari sekadar menurunkan tekanandarah. Obat ini juga berefek positif pada gagal jantung dan left ventricularhypertrophy (LVH), dan padaorang non diabetes yang mengalamigangguan ginjal. Selain itu, ACEinhibitor tampak tidak berdampak negative pada kadar glukosa dan lipid.

Angitensin Receptor Blocker 

Manfaat utama dari ARBadalah kecilnya efek samping obat

ini. Bila melihat penelitian LIFEyang membandingkan losartan danatenolol pada pasien hipertensi danLVH, losartan yang merupakan ACEinhibitor dapat menurunkan kejadianstroke 25%. Dan, suatu analisa subkelompok menunjukan adanya lebihsedikit kematian akibat kardiovaskuler,infark miokard dan stroke padapenderita yang mendapatkan losartandibanding atenolol.

Terapi kombinasi

 Terapi kombinasi dosis kecil bisamenjadi jalan keluar dari dilemma, padapasien hipertensi dengan diabetes. PadaUKPDS, setelah sembilan tahun follow up, 29% pasien yang tekanan darahnyaterkontrol dengan ketat, membutuhkantiga atau lebih obat memenuhi targettekanan darah. Dalam praktik sehari-hari, tidak ada penderita hipertensi yang berhasil mencapai target, hanya dengansatu obat saja.

Hipertensi pada

Penderita DiabetesHipert ensi sering dit emui

pada penderita diabetes.

Menurunkan tekanan darah

secara agresif, mampu

menurunkan risiko penyakit

kardiovaskuler pada

penderi ta diabetes.

Page 25: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 25/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 25

CPD

AsmaSecara garis besar, resikoasma dipengaruhi duahal yaitu faktor host  danlingkungan. Bagaimanapenanganan terhadappenderi ta asma?

 Asma merupakan suatugangguan inflamasi kronispada saluran napas, yang melibatkan berbagai sel

inflamasi. Inflamasi kronis tersebut

berkaitan langsung dengan responberlebihan pada jalan napas, yang menyebabkan wheezing /mengi, susahbernapas, rasa berat pada dada, danbatuk berulang yang biasanya terjadipada malam atau dini hari. Kejadiantersebut disebabkan oleh obstruksisaluran napas di dalam paru yang terjadi secara luas, tetapi bervariasi dandapat hilang secara spontan mau pundengan terapi.1 

Risiko munculnya asma, secaragaris besar dipengaruhi oleh dua faktor

utama, yaitu faktor host dan faktorlingkungan. Faktor host antara lain:genetik, obesitas, dan jenis kelamin.Sedangkan faktor lingkungan meliputi:alergen, infeksi (utamanya virus), asaprokok, polusi udara, dan diet. 1

Patofisiologi asma merupakanhal yang kompleks. Secara umum,patofisiologi asma dapat dijelaskanmelalui tiga prinsip utama, yaitu:inflamasi saluran napas, obstruksialiran udara, dan respon berlebihanpada saluran napas. 1

Inflamasi yang terjadi pada asma,dapat disebabkan oleh paparan faktorrisiko pada individu. Antigen yang masuk, mengaktivasi sel mast dan sel Th2 pada saluran napas. . Aktivasitersebut dapat menginduksi mediatorinflamasi, seperti histamin danleukotrien serta sitokin (interleukin-4dan interleukin-5). Interleukinbermigrasi ke susmsum tulang danmenyebabkan diferensiasi eosinophil.Eosinophil inilah yang pada akhirnya

Gambar 1. Pelepasan Mediator Inflamasi

Gambar 2. Perbandingan Saluran Napas Normal dan Asma2

melepaskan mediator inflamasi, sepertileukotrien dan protein granul untuk melukai jaringan saluran napas. Selainitu, eosinophil menyebabkan inflamasisaluran napas yang menetap melaluiGM-CSF ( Granulocyte-macrophage colony stimulating factor  ).

Gambaran pelepasan mediatorinflamasi dapat dilihat pada gambar 1. 1

Mediator inflamasi pada kelenjarmukosa saluran napas, menyebabkanhipersekresi sekret. Pada mukosa

saluran napas, mediator inflamasi juga

dapat menyebabkan edema mukosa,dan pada otot polos menimbulkanbronkus spasme, sehingga terjadiobstruksi saluran napas yang padaakhirnya menyebabkan sesak napasdan mengi. Perbandingan salurannapas pada kondisi normal dan asma,dapat dilihat pada gambar 2.2

Obstruksi aliran udara dapatdisebabkan oleh beberapa hal,antara lain: bronkokonstriksi akut,edema saluran napas, pembentukan

 plug mukosa kronis, dan remodeling  

Page 26: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 26/60

26 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

CPD

TABEL 1. PENEGAKAN DIAGNOSIS ASMA

Tanda Wheezing atau mengi pada aukultasi, tanda atopi

Gejala Dyspnea , rasa berat pada dada, batuk (utamanya pada

malam hari) , wheezing atau mengi

Pemeri ksaan f isik Hiperekspansi pada thor ax, suara wheezing pada

pernapasan normal, peningkatan sekresi nasal, mani-festasi alergi pada kulit

Pemeriksaan fungsi paru Menggunakan spirometer. Dapat digunakan untuk men-

gukur ket erbatasan aliran udara dan reversibi li tasnya.

Paramet er yang digunakan adalah PEF dan FEV (Peak 

Expirator y Flow ).FEV (Forced Expir at ory Volume )

merupakan juml ah volume udara, yang bisa dike-

luarkan secara paksa dalam 1 detik pertama setelah

inspirasi minimal.

TABEL 2. OBAT-OBATAN RELIEVER DAN CONTROLLER4,5

Reliever Controller

Beta-2 agonis kerj a cepat Glukokort ikosteroid inhalasi

Glukokort ikosteroid sistemik Leukot rien modifier

Antikol inergik Beta 2 agonis kerj a panjang

Teofilin Teofili n

Beta 2 agonis kerj a pendek Na cromoglycate dan Neodocromil Na

Anti IgE

Glukokortikosteroid sistemik

saluran napas. Bronkokonstriksi akutmerupakan konsekuensi dari pelepasanmediator IgE. Edema saluran napasmerupakan salah satu akibat adanyaalergen. Plug mukosa terdiri darieksudat protein serum dan sel debris.

Remodeling saluran napas

merupakan perubahan struktur,yang terjadi akibat inflamasi yang berlangsung lama dan dapatmempengaruhi reversibilitas obstruksisaluran napas. Obstruksi aliran udaramenyebabkan peningkatan resistensialiran udara dan penurunan tingkataliran expiratory . Respon berlebihansaluran napas, merupakan kompensasidari obstruksi aliran udara. Mekanismeyang mendasari respon berlebihan iniantara lain inflamasi, disfungsi regulasisaraf dan perubahan struktur.2,3

Diagnosis asma dapat ditegakkanmelalui gejala pasien dan pemeriksaanfungsi paru, seperti dilihat pada tabel 1.4,5

Secara garis besar, pengobatanasma dibagi menjadi dua, yaitusebagai controller dan reliever . Controller  digunakan rutin setiap hari pada jangkapangka panjang, untuk mencapaidan mempertahankan kontrol asma.Sedangkan reliever digunakan untuk menghilangkan gejala bronkokonstriksiyang diikuti gejala batuk, rasa berat

pada dada, dan wheezing atau mengi.Reliever digunakan hanya bila perlu(saat terjadi serangan asma). Tabel 2menunjukkan beberapa contoh obatyang termasuk reliever dan controller . 1,4,5

 Tujuan terapi asma adalah: 4,5

ü Mencapai dan mempertahankan

kontrol asmaü Mempertahankan tingkat aktivitasnormal, termasuk olahraga

ü Mempertahankan fungsi paru

senormal mungkinü Mencegah eksaserbasi asmaü Menghindari efek samping 

pengobatan asmaü Mencegah mortalitas terkait asma

Manajemen terapi asma meliputiempat komponen, yaitu: 4,5

1. Adanya hubungan yang baik antara pasien dengan timtenaga kesehatan.Hubungan baik antara pasien asma

dengan tim tenaga kesehatan, akanmembantu pasien dalam manajementerapi asma. Melalui komunikasitersebut, pasien dapat mengetahuibanyak hal terkait asma dan terapinya,seperti: faktor risiko, jenis obat dancara penggunaannya, monitoring gejala

asma, serta dapat mengenali gejalaasma jika memburuk.2. Identifikasi dan penurunan

 paparan faktor risiko terjadinyaasma.Faktor risiko tiap individu tidak 

selalu sama. Pasien asma harusmampu mengenali faktor risikoyang dimiliknya, dan sebisa mungkinmenghindari paparan dengan faktorrisiko tersebut.3. Penilaian, pengobatan, serta

monitoring asma.

Penilaian kontrol asma dapatdilakukan dengan melihat gejala yang muncul. Asma dapat diklasifikasikanberdasarkan kontrol yang berhasil

Page 27: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 27/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 27

CPD

Karakteristik

Gejala saat siang

Keterbatasan akti-

vitas

Gejala saat malam/ 

terbangun pada

malam hari

Kebutuhan terapi

penghilang gejala

Fungsi paru (PEF

FEV1)

Terkont rol

Tidak (2x atau

kurang/ minggu)

Tidak

Tidak

Tidak (2x atau

kurang/ minggu)

Normal

Terkont rol sebagian

Lebih dari 2x / minggu

Ada

Ada

Lebih dari 2x/ minggu

<80%

Tidak terkontrol

Tiga atau lebih dari

gejala yang muncul

pada asma ter kon-

trol sebagian

B. Penilaian ri siko akan datang (r isiko eksaserbasi, ket idakstabilan, penurunan cepat

fungsi paru, efek samping)

Tabel 3. Penilaian Kontrol Asma4,5

Penilaian kont rol saat ini (selama 4 minggu)

TABEL 4. TAHAPAN TERAPI ASMA BERDASARKAN KONTROL

Tingkat kont rol Tindakan

Terkontrol Jaga dan gunakan tahap kontrol

paling kecil

Terkontrol sebagian Pert imbangkan meningkat kantahap terapi untuk mencapai

kontrol

Tidak terkontrol Turunkan tahap terapi hinggaterkontrol

Eksaserbasi Terapi sesuai kondisi eksaserbasi

dicapai, serta penilaian risiko akandatang. Penilaian kontrol ini akanmembantu dalam penilaian danpenentuan tahapan terapi selanjutnyaPenilaian kontrol asma dapat dilihat padatabel 3.

Untuk dapat mencapai asmayang terkontrol, dilakukan tahapanterapi asma. Tahapan terapi asmadapat dilihat pada tabel 4 dan 5. Tiap

tahap terapi, diberi obat reliever untuk meredakan gejala jika dibutuhkan. Padatahap 2-5, pasien juga membutuhkansatu atau lebih controller . Untuk pasienyang baru didiagnosis menderita asmadan belum pernah mendapat terapiasma sebelumnya, terapi dimulai padatahap 2 (bisa juga dimulai pada tahap 3jika pasien memiliki gejala yang besar). Jika asma tidak terkontrol denganterapi yang ada pada tahap tersebut,terapi dapat diturunkan hingga asmadapat terkontrol.

 Jika asma tidak terkontrol denganterapi yang diberikan, tingkatkantahapan terapi. Penilaian perbaikandapat dilihat dalam 1 bulan. Perludiperhatikan faktor lainnya seperticompliance , teknik penggunaan obat,dan paparan faktor risiko. Jika asmaterkontrol sebagian, pertimbangkanuntuk meningkatkan terapi denganmemperhatikan efektivitas obat,hingga kontrol dapat dicapai.. Jikakontrol dapat dipertahankan selama

minimal 3 bulan, turunkan tahapanterapi secara bertahap. 4,5

4. Penanganan eksaserbasi asmaEksaserbasi asma merupakan

suatu episode serangan asma denganpening katan SOB, batuk, wheezing,sesak pada dada, atau kombinasi daribeberapa gejala tersebut. Keparahaneksaserbasi asma dapat dilihat pada

tabel 6.Eksaserbasi ringan dapat ditanganidi setting komunitas. Jika pasienmemberikan respon pada pemberianbronkodilator inhalasi setelah beberapadosis pertama, tidak perlu dirujuk ke rumah sakit. Untuk eksaserbasiringan-sedang, diberikan beta 2 agonisinhalasi kerja cepat (2-4 puff tiap 20menit untuk 1 jam pertama). Setelah1 jam pertama, dosis selanjutnyabergantung keparahan eksaserbasi.

Eksaserbasi ringan memberikanrespon pada pemberian 2-4 puff tiap 3-4jam, sedangkan eksaserbasi sedang memberikan respon pada pemberian6-10 puff tiap 1 atau 2 jam. Pasien

eksaserbasi sedang juga dapat dirujuk ke rumah sakit bila tidak memberikanrespon. Pasien asma dengan kondisiberikut, harus segera dirujuk ke rumahsakit: Serangan eksaserbasi berat. Tidak segera memberikan respon

pada pemberian bronkodilator danmenetap selama minimal 3 jam.

Tidak terjadi perbaikan kondisidalam 2-6 jam setelah pemberianglukokortikosteroid oral.

Terdapat perburukan kondisi lebih

jauh.Setelah eksaserbasi dapat diatasi,

perlu diidentifikasi faktor-faktor yang memicu eksaserbasi dan dilakukanlangkah-langkah pencegahan lebih lanjut.

REFERENSI

1. National Heart, Lung, and Blood Institute.

Expert Panel Report 3: Guideline for the

Diagnosis and Management of Asthma.2007

2. Shore SA. Airway Smooth Muscle in

 Asthma- Not Just More of The Same. NEngl J Med 351;6

3. Fahy JV, Dickey BF. Airway Mucus Func-

tion and Dysfunction. N Engl J Med

2010;363:2233-47

4. Global Initiative for Asthma. Global Strategy 

for Asthma Management and Prevention.

2010

5. Global Initiative for Asthma. Pocket Guide

for Asthma Mangement and Prevention (for

 Adults and Children Older Than 5 Years). 201

Page 28: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 28/60

28 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

CPD

Pilih satu

Inhalasi

glukokortikosteroid

dosis rendah

Leukotrien modifier

Tergantung terapi pada

step 3 pili h satu atau

lebih

Inhalasi glukokortikosteroid

dosis menengah atau

tinggi+ Beta2 agonis kerj a

panjang

Leukotrien modifier

teofilin sustained release

Tergantung terapi pada

step 4, pili h satu atau

lebih

glukokort ikosteroid oral

dosis rendah

Ant i IgE

Pilih satu

Inhalasi glukokortikosteroid

dosis rendah + Beta2 agonis

kerj a panjang

Inhalasi glukokortikosteroid

dosis menengah

Inhalasi glukokortikosteroid

dsis rendah + Leukotrienmodifier

Inhalasi glukokort ikosteroid

+teofili n sust ained r elease 

Jika dibutuhkanbeta2 agonis kerja

cepat

Pilihan controller 

Jika dibut uhkan beta2 agonis kerj a cepat

Edukasi dan kont rol li ngkungan

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

Tabel 5. Pil ihan Terapi Berdasarkan Tahapan Terapi 4,5

Paramet er

Breat hless

Dapat Bicara

Kewaspadaan

Mengi

PEF setelahbronkodilator.%predict edatau %individuterbaik

PaO2

(udara)

PaCO2

SaO2

Ringan

Berj alan

Kalimat

Bisa gelisah

Sedang, seringpada akhirexpiratory 

>80%

Normal

< 45 mmHg

> 95%

Sedang

Berbicara

Frase

Biasanya gelisah

Keras

60-80%

> 60 mmHg

< 45 mmHg

91-95%

Berat

Saat istirahat

Kata

Biasanya gelisah

Biasanya keras

>120

< 60 mmHg.Kemung-kinan cyanosis

>45 mmHg

< 90%

Mendekat iRespir atory Arrest 

Bingung

Tidak adamengi

Bradikardi

Tabel 6. Keparahan Eksaserbasi Asma

PERTANYAAN1. Obesitas memberikan peranan

dalam proses munculnya asma.(B/S)

2. Proses terjadinya asma meliputitiga hal berikut, yaitu inflamasisaluran napas, dilatasi aliran udara,serta respon berlebihan padasaluran napas. (B/S)

3. Pada pengobatan asma, golongan

beta 2 agonis hanya berperansebagai controller. (B/S)

4. Kombinasi inhalasiglukokortikosteroid dosis rendahdan beta 2 agonis kerja panjang,merupakan pilihan pertama padaasma kronik tahap 3. (B/S)

5. Asma dikatakan terkontrol bilafungsi paru <80%. (B/S)

6. Pada eksaserbasi asma tahap

ringan-sedang, pilihan pertamaterapi adalah beta 2 agonis inhalasi.(B/S)

7. Salah satu kondisi pasieneksaserbasi yang harus dirujuk ke rumah sakit, adalah bila tidak terdapat perbaikan pada pemberian

bronkodilator selama 3 jam. (B/S)8. Beta 2 agonis kerja cepatmerupakan pilihan reliever utama.(B/S)

9. Mempertahankan fungsi parusenormal mungkin, merupakansalah satu tujuan terapi asma. (B/S)

10. Teofilin merupakan pilihancontroller utama pada asma kronik tahap 4. (B/S)

KUPON CPDMEDISINA 001

KETENTUAN MENJAWABCPD MAJALAH MEDISINA 1. Jawaban pilih B untuk Benar dan S untuk 

salah ditulis pada selembar kertas.2. Tempelkan Kupon CPD di kertas jawaban

(Harus Asli)3. Kirimkan ke redaksi Majalah Medisina via

pos paling lambat tanggal 25 Agustus 20114. Jawaban betul semua mendapat 1 SKP,

sedamgkan yang salah satu maka nilainya0,5 SKP.

Page 29: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 29/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 29

PENELITIAN

Bisnis apotek adalah salah satujenis usaha yang sangat diminatidi Jogjakarta. Kemudahan izin

pendirian apotek dan prospek pasaryang menjanjikan, membuat bisnis inidiminati para penanam modal. Tidak hanya apotek yang didirikan secaraperorangan, apotek yang sifatnya waralaba pun kian diminati.

Bermunculannya banyak apotek,mengundang kecemasan tersendiri. Terutama, mengingat semakinbanyaknya obat yang akan beredar dimasyarakat. Semakin banyak pilihanobat, selain baik untuk konsumen,bisa mendatangkan masalah baru.Masalah peredaran obat palsu dan obatillegal, salah satunya.

 Apotek sebagai tempat konsumendapat mengakses obat secara langsung,harus bisa diantisipasi. Langkah awal

yang bisa dilakukan, adalah denganberbenah secara internal. Maksudnyaladalah, apotek harus memiliki SDMyang baik dan sistem manajemen yang juga baik. Jika kedua sistem tersebutberjalan sebagaimana yang diamanatiPP. 51/2009, maka hal-hal yang terkaitsetelah itu akan berjalan sebagaimanamestinya.

Pemilihan distributor atau pemasok obat atau biasa disebut PBF, adalahsalah satu hal yang terkait dengan mutu

produk apotek. Apoteker di apotek harus benar-benar jeli, melihat suplierobat yang produknya tidak bermasalah.Di Jogjakarta sendiri, pemilihan PBFmenjadi faktor pendukung apakahapotek yang ada mampu bersaing atautidak nantinya.

Sayangnya, pemerintah masihbelum memberikan perhatian padaragam PBF yang ada saat ini. Dalamsebuah penelitian yang dilakukan

Hanya 31% PBF di YogyakartaDibawah Tanggung Jawab Apoteker 

 Yustina Sri Hartini dari UniversitasSanata Dharma, di Indonesia terdapat79.045 jenis persedian farmasi yang berizin edar, dan diedarkan oleh 2.821PBF, tersebar di 33 propinsi. Data inimemberikan kekhawatiran tersendiri.Banyaknya produk yang berizin edar,apakah semua akan sampai di tangankonsumen dalam keadaan yang masihlayak?

Kelayakan obat yang sampai ditangan konsumen, sangat dipengaruhidengan penerapan CDOB di PBF.Pada penelitian yang dilakukan YustinaSri Hartini pada PBF di Jogjakartabulan Juli 2010, tercatat ada 49PBF yang berada di Jogjakarta, danhanya 29 PBF yang bersedia menjadiresponden.

Dalam penelitiannya, di dapatkanhasil bahwa hanya 31% PBF yang penanggung jawabnya adalah apoteker.Sebanyak 52% penanggung jawab PBFtidak pernah mendapatkan pelatihanCDOB. Untuk kelengkapan teknis, 3%PBF tidak memiliki SOP, 21% tidak memiliki struktur organisasi, 59%tidak memiliki alat pengontrol suhu,34% tidak memiliki alat pengontrolkelembaban, 3% tidak melaksanakan

Hasil peneli t ian di Jogj akart a ini cukup mencengangkan dan

mengundang sejumlah tanda tanya.dokumentasi dan 10% tidak melakukan inspeksi diri.

Dalam penelitiannya, Yustinamenambahkan bahwa saat ini dalampenerapan CDOB PBF harus memilikiSOP yang terus di update secaratertulis dan terus-menerus, sesuaiperkembangan teknologi dan ilmupengetahun. Juga ketentuan peraturanperundang-undangan. PenyusunanSOP untuk CDOB adalah salah satu

peran yang bisa diambil oleh apotekerdi PBF. Apoteker harus mampubertanggung jawab secara profesionaldalam menjaga keamanan, mutu dankhasiat produk yang dikelolanya.

Kurangnya pengetahuanpenanggung jawab PBF mengenaiCDOB, akan menimbulkan masalahbagi PBF itu sendiri. Di antaranya,tidak rapinya sistem dokumentasi PBFdan ketiadaan sistem inspeksi diri, yang seharusnya dilakukan 1 kali setahunoleh badan yang berwenang.

Data yang didapat dari penelitianPBF di Yokyakarta ono, memang menjadi pertanyaan bagi duniakefarmasian. Mengingat, keluarnya PP.51/2009 yang menekankan tentang peran apoteker sebagai penanggung jawab di apotek. Sebanyak 31%penanggung jawab PBF yang apoteker,tentu angka yang sangat kecil. Apalagi,52% penanggung jawabnya belumpernah mendapat pelatihan CDOB.

Pertanyaan pertama, sejauh

mana apoteker menjadi profesi yang layak menjadi penanggung jawabPBF? Pertanyaan kedua, tanpapengetahuan mengenai CDOB danCara Penyimpanan Obat yang Baik,masih layakkah obat yang diterimakonsumen dari apotek? Pertanyaanketga, kapan PBF di Indonesia akanberjalan sesuai dengan PP. 51/2009,dan penerapannya sesuai denganCDOB? ( Vit)

Page 30: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 30/60

30 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

PENELITIAN

Penyakit jantung koroner (PJK)adalah salah satu penyakit yang 

banyak menyebabkan kematiansaat ini.

Kontribusinya sebesar 19,8% kematianpada tahun 1993 dan terus meningkatmenjadi 24,4% pada tahun 1998. Padatahun 2005, diperkirakan 30% orang meninggal karena terserang penyakitini. Pada Survey Kesehatan Rumah Tangga, penyakit jantung koronerdi Indonesia mengalami peningka-tan yang significan dalam 20 tahunterakhir. Dikhawatirkan, jika tidak 

mendapat penanganan secara tepat,pada tahun 2015 akan lebih dari 2 jutaorang meninggal akibat penyakit ini.

Salah satu jenis penyakit jantung koroner adalah infark miokard akut(IMA). Keadaan pasien dengan IMA,jauh lebih beresiko dibandingkanpasien angina. Pada IMA, terjadisumbatan gumpalan darah yang lebihmenetap. Biasanya, pasien dengan ke-adaan IMA akan menerima antitrom-

Efek Samping

Antitrombolitik 

bolitik, terapi tambahan antikoagulandan penghambat agregasi platelet.

 Terapi trombolitik bertujuan untuk melisiskan trombus pada arteri ko-roner. Sedangkan penggunaan antiko-agulan, biasanya dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyumbatankembali. Dua kombinasi antitrombo-litik dan antikoagulan, menjadi pilihanutama pada kasus IMA. Hanya saja,kombinasi ini tak lepas dari masalahbaru, khususnya perdarahan. MenurutDiah Perwitasari, dalam tulisan ilmi-ahnya yang dimuat di Jurnal Farmasi

Indonesia, komplikasi perdarahan ter-jadi sekitar 1,5-20% pada pasien yang menerima heparin.

Diah Prawitasari yang melaku-kan penelitian di sebuah rumah sakitswasta di Jogjakarta selama periode Januari-Desember 2007, menulis bah- wa kerentanan terhadap aterosklerosiskoroner terjadi seiring bertambahnyausia. Penyakit serius yang terjadi di usiasebelum 40 tahun, dianggap jarang 

Pasien IMA yang mendapat kombinasi anti t rombol it ik dan

anti koagulan, ber dasar sebuah peneli t ian di Jogj akarta,

diketahui mengalami perdarahan.

terjadi. Pada usia 40-60 tahun, insideninfark miokard meningkat 5 kali lipat.

Menurut data rekam medis yang diperolehnya, insiden IMA yang terjadisebelum 40 tahun ada 4 pasien, usia

40-60 tahun sejumlah 39 pasien dandi atas 60 tahun 35 pasiean. Secarakeseluruhan, resiko IMA lebih banyak menyerang laki-laki daripada perem-puan.

Data lain yang di dapatkan melaluireka media, adalah adanya faktor ri- wayat keluarga yang memiliki penyakityang sama. Hal ini menggambarkan,riwayat penyakit keluarga mencermink-an suatu predisposisi genetik terhadapdisfungsi endotel dalam arteri koroner.

Dalam tulisan ilmiahnya, Diahmenjabarkan bahwa dalam penanga-nan IMA pemberian trombolitik danantikoagulan adalah pilihan utama diRS swasta tersebut. Dan, fondaparinuxmerupakan antikoagulan paling sering digunakan. Hal yang dikhawatirkanmengenai efek perdarahan yang ditimbulakn oleh fondaparinuxpun,dinilai dapat ditoleransi dengan baik.Fondaparinux juga tidak mempenga-ruhi fungsi platelet.

Berbeda dengan fondaparinux,pasien yang menerima low molecular wight heparine (LMWH) sebagai an-tikoagulan, biasanya menimbulkan efek heparin induced trombocitopenia (HIT)dan osteoporosis. Dalam sebuah sumberyang disebutkan Diah ( Surgical Bleeding 

Pre-operative unfractionated heparin and low molecular weight heparin for coronary 

bypass surgery; Renda G dkk), HIT padapenggunaan heparin biasanya munculsetelah 5-10 hari penggunaan. Dalampenelitian ini, ternyata RS Swasta di Yogyakarta itu hanya memberikanLMWH pada dua pasiennya.

Monitoring lain yang dilakukanpada terapi IMA, adalah tekanan darahdan fungsi ginjal. Didapatkan hasil,sekitar 6,5% pasien yang menerimaterapi mengalami penurunan fungsiginjal. Pasien yang mengalami gang-guan gastrointestinal belum ditemu-kan, atau belum ada keluhan yang terlalu signifikan. (vit)

Page 31: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 31/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 31

Penerapan Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB) belummenjadi perhatian banyak pihak.Hal ini karena anggapan bahwa

pendistribusian hanya proses teknis,yang tidak terkait dengan keadaanobat. Padahal, distribusi obat adalahproses akhir yang menjamin bahwaobat akan sampai di tangan pelanggandalam keadaan baik, sesuai denganyang di registrasikan di BPOM.

Pada prinsipnya, tujuan CDOBadalah untuk menjamin agar

penyebaran obat bisa merata danteratur. Juga tepat waktu, saat sampaike tangan mereka yang memerlukan.CDOB juga harus menjamin, mutuobat yang sampai ke tangan konsumenadalah senantiasa efektif, aman dansesuai dengan penggunaannya. Untuk menjamin mutu tersebut, dalamkonsep CDOB, proses penyimpananobat yang baik sangatlah diperlukan.

Dalam implementasi prinsip dasar

CDOB, ada dua kompenen penting yang harus sesuai, yaitu personalia dansistem mutu. Pada pembahasan yang baru-baru ini terjadi, apoteker ditunjuk untuk menjadi penanggung jawabPBF. Peraturan ini berlaku, didasarkankarena apoteker dianggap memiliki wewenang dan kemampuan, untuk dapat memastikan bahwa sistem mutudan pemeliharaan obat terjamin.

Pada sistem mutu, ada limahal yang menjadi perhatian utama,yaitu: kondisi penyimpanan yang 

sesuai, kontaminasi dengan produk lain, kebenaran produk yang diserahkan kepada konsumen,sistem dokumentasi yang baik danprosedur penarikan yang efektif.

Distributor juga diharuskanmemiliki protap, atau aturanoperasional yang mantap. Protapini berfungsi agar sistem mutu yang dibentuk, bisa berjalan sesuai tujuanCDOB. Misalnya, pembuatan protap

Penerapan CDOB pada PBFpenyimpanan obat yang baik yang 

meliputi: temperatur baku, cahaya yang digunakan, luas tempat menyimpan,kelembaban, perlengkapan pemadamkebakaran, kebersihan termasuk penerapan pest control.

Dengan penerapan prinsipdan pelaksanaan protap yang baik,dapat dipastikan akan menghasilkandistribusi obat yang baik pula.

PBF Utama & Lokal

Pedagang Besar Farmasi (PBF)sudah tidak asing lagi bagi paraentrepreneurship di bidang farmasi.Keterkaitan PBF dalam distribusiobat sangatlah besar. PBF dan apotek adalah dua bidang usaha farmasi, yang saling membutuhkan satu sama lain.

Menurut PP. 51 tahun 2009,yang dimaksud dengan PBF adalahperusahaan berbadan hukum yang memiliki izin untuk melakukankegiatan penyaluran sediaan farmasi,termasuk psikotropika dan alatkesehatan.

Perkembangan di duniaperapotekan, cenderung berefek baik bagi perkembangan bisnis PBF. DiIndonesia, PBF biasanya membawaatau mendistribusikan produk dariberbagai perusahaan farmasi atauprincipal. Dengan adanya kerjasamaantara PBF dan principal, beberapafaktor terkait obat akan berpengaruh;salah satunya adalah harga obat.

 Tidak semua PBF ada di semua wilayah Indonesia. Beberapa pebisnis

apotek mungkin tidak menemukanPBF yang mereka tuju di daerahnya.Hal ini disebabkan karena PBF tersebutmasih bersifat lokal. PBF lokal memilikiketerjangkauan daerah yang sempit.Keberadaan PBF lokal ini menjadiperpanjangan tangan PBF utama, yang daya jangkaunya tidak meliputi seluruhdaerah. Dengan sistem kontrol dariPBF utama, PBF lokal tidak perludipusingkan dengan kontrak kerja

Distr ibusi obat merupakan proses akhir, yang menjamin obat

sampai ke tangan pelanggan dalam keadaan baik. PBF dapatdikenai sanksi bi la t idak menerapkan CDOB sebagaimana

mestinya.

PRAKTEK KEFARMASIAN

Page 32: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 32/60

32 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

PRAKTEK KEFARMASIAN

langsung pada prinsipal.Selain PBF lokal, ada PBF nasional

atau PBF utama. Daya jangkau PBFnasional mencakup semua wilayahNusantara. Apotek lebih memilih

untuk membeli obat melalui PBFutama daripada PBF lokal. Keuntunganyang di dapat yaitu, selain diskon yang diberikan lebih baik, keamanan produk lebih terjamin. Beberapa apotek jugamenekankan proses pemesanan danretur, yang dirasa lebih mudah jikamenggunakan PBF utama.

Lalu, apa yang harus diperhatikanoleh PBF? Dalam peraturanperundangan, ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu :

personalia,pProses pengadaan danpenyaluran dan sistem dokumentasi.Merujuk PP. 51 tahun 2009, pada pasal14 dikatakan bahwa setiap fasilitasdistribusi atau penyaluran sediaanfarmasi berupa obat, harus memilikiseorang apoteker penanggung jawab.

Penerapan apoteker sebagaipenanggung jawab PBF, sejauh inibelum berjalah sepenuhnya. Banyak pendapat pro kontra, tentang peranapoteker di PBF yang hanya bersifat

teknis. Namun, jika dirunut ke belakang,dalam penetapan protap untuk menjalankan CDOB, apoteker adalahprofesi yang paling kompeten, karena haltersebut bukanlah pekerjaan teknis.

Untuk sistem pengadaan dan

penyaluran barang, PBF harusmerujuk pada beberapa aturan, yaituKepmenkesNno. 191 tahun 2002tentang perubahan Permenkes No. 918tahun 1993 mengenai Pedangan Besar

Farmasi, yang isinya: Setiap orang yang tidak memili keahlian dan kewenangandilarang mengadakan, menyimpan,mengolah, mempromosikan danmengedarkan obat dan bahan-bahanyang berkhasiat obat.

Selain itu, PBF juga harus berpegang pada aturan SK Menkes No. 02049tahun 1987, mengenai proses penyaluran vaksin untuk sarana Yankes dan dokter.

Pada sistem dokumentasi, rujukanPBF yaitu Permenkes tetang PBF No.

163 tanggal 16 Agustus 1972 danKepmeskes No. 1191 tahun 2002,yang isinya: PBF wajib melaksanakandokumentasi pengadaan, penyimpanandan penyaluran secara tertib di tempatusahanya, mengikuti pedoman teknisyang ditetapkan oleh menteri kesehatan.

Merujuk pada peraturan-peraturantersebut, diharapkan PBF dalamberjalan sebagaimana mestinya. Efek yang diharapkan adalah, obat yang diterima olen masyarakat terjamin

mutu, kualitas serta kegunaannya.

Sanksi

Sanksi sangat diperlukan, agarPBF yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia dapat berjalan baik dan

tidak merugikan masyarakat. Padadasarnya, temuan penyimpanganyang terjadi, yang melibatkan PBFdan apotek jumlahnya cukup banyak. Yang sering terjadi adalah ketiadaan

penanggung jawab, obat illegal, obatekspired, munculnya apotek paneldan kerjasama yang buruk dengansalesman.

Untuk mengantisipasi hal tersebut,pemerintah berwenang memberikansanksi administratif, yang beragambentuknya. Sesuai dengan Kepmenkes1191 tahun 2002, sanksi administratif yang dapat diberikan kepada PBFadalah peringatan tertulis sebanyak 3 kaliberturut-turut dalam waktu 2 bulan, dan

pembekuan izin usaha PBF untuk jangka waktu 6 bulan sejak dikeluarkannyapenetapan pembekuan kegiatan.

Sanksi administratif biasanyadiberikan kepada PBF yang melakukankesalahan, seperti: tidak memperkerjakanapoteker dan asisten apoteker, tidak aktif menyalurkan dalam waktu 1 tahun,tidak menyampaikan laporan 3 bulanberturut-turut dan tidak memenuhi tatacara penyaluran yang baik.

Sanksi pidana mungkin saja

diberikan, jika PBF melanggar peraturanyang mencakup wilayah hukumpidana, seperti melanggar perlindungankonsumen, penyebaran narkotika danpsikotropik, dan lain-lain. (vit)

Page 33: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 33/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 33

Sebuah pertanyaan bergulir, dalamseminar Kefarmasian Good

Distribution Practice Dan GoodStorage Practice di Sekolah

 Tinggi Farmasi Bandung 26 Maret

2011. Seperti sudah diketahui, pada

PP. 51 tahun 2009 pasal 14 dan 15,

dinyatakan bahwa setiap PBF harus

memiliki apoteker sebagai penanggung 

jawab. Haruskah penanggung jawab

PBF adalah apoteker?

Banyak yang mengatakan, peran

apoteker di PBF sebenarnya kurang diperlukan. Mengingat, pekerjaan

di PBF bukan pelayanan melainkan

pekerjaan teknis. Cakupannya hanya

pada penghitungan barang, mengenali

barang sesuai kode dan menyimpan,

lalu menyampaikan ke apotek.

Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh

asisten apoteker, sesuai SOP yang telah

ditetapkan.

Pertanyaan baru muncul: siapa

Belajar dari Kasus

Penyimpanan danPendistribusian Vaksin

Agar GDP dan GSP dapat

berj alan dengan baik,

kehadiran apoteker di PBF

mutlak diperlukan.

yang memiliki wewenang menyusun

SOP? Bukanah itu harus dilakukanoleh orang yang memiliki kompetensi,

sehingga perjalanan obat sampai

ke masyarakat, dalam keadaan yang 

terjamin mutunya?

Seminar sehari yang dihadiri

sekitar 465 peserta, dari kalanganpegawai dan mahasiswa ini, memang 

mengangkatkan tema yang sedikit

berbeda dari seminar farmasi lainnya.

Pembahasan mengenai peran penting 

apoteker pada proses penyimpanan

dan pendistribusian obat, bagi sebagian

kalangan masih dianggap kecil dan

dapat digantikan. Sejauh ini, fungsi

apoteker di PBF digantikan tenaga

teknis kefarmasian lain, seperti asisten

apoteker.

Menurut Drs. T. Bahdar J.

Hamid., M.Pharm., Apt, Direktur

Bina Produksi dan Distribusi Farmasi

Kemenkes RI, apoteker memiliki

peran yang sangat besar dalam prosespenyimpanan dan pendistribusian

obat. Hal ini sejalan dengan wacana

kebijakan obat nasional. “Dalam

proses distribusi, PBF harus bisa

menjamin bahwa obat yang beredar

tetap aman dan berkhasiat, ketika

sampai ke tangan pasien sesuai dengan

yang telah diregistrasikan,” katanya.

Dari point tersebut, jelas bahwa

apoteker adalah profesi yang memilikikemampuan untuk menjamin mutu

obat. Bila ditinjau dari aspek keilmuan,apoteker memiliki kompetensi akan hal

tersebut. Menurut Bahdar, tidak dapat

dipungkiri, aspek teknis dari pekerjaan

tersebut bisa dilakukan oleh tenaga

teknis. Namun, untuk mengelola

sediaan farmasi sehingga mutu dan

keamanan serta khasiatnya terjaga,

tidak bisa dilakukan oleh sembarang 

orang. “Apoteker di PBF harus

mengawasi, jangan sampai ada obat

yang tidak resmi masuk ke jalur resmi,”

katanya.Hal ini didukung Drs. Pre Agusta.,

MM., Apt, Ketua Himpunan Seminat

Farmasi Distribusi IAI. Pre Agusta

menyatakan bahwa peran apoteker

sangat terkait dengan karakteristik 

produk farmasi itu sendiri.

“Produk farmasi adalah produk 

yang berdampak kritis terhadapjiwa manusia, di mana konsumen

tidak mampu secara mandiri untuk 

mendeteksi kualitas produk tersebut.

Maka, diperlukan kontrol yang baik,dari segi produksi, penyimpanan dan

pendistribusian. GDP dan GSP adalah

aspek penting dalam menjaga kualitas

obat, dan tugas ini harus dilakukan

oleh orang yang ahli dan mampu

dari segi keilmuan dan kompeten,”

tuturnya.

 Agusta mengambil contoh vaksin.

Sejauh ini, vaksin adalah salah satu

contoh yang penyimpanan mau pun

SEMINAR KEFARMASIAN STF BANDUNG

KILAS BERITA

Page 34: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 34/60

34 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

KILAS BERITA

Drs. M. Dani Pratomo., MM.,

 Apt, Ketua Ikatan Apoteker

Indonesia merasa lega atas

keluarnya Permenkes No. 889 tahun

2011. Bagi segenap sejawat apoteker

Indonesia yang tergabung dalam

Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), ini

adalah kado terindah di ulang tahun

IAI kali ini. Dani menggambarkan

Permenkes ini dalam dua sisi; satu sisi

adalah hadiah, sisi lainnya adalah ujian

besar bagi kepengurusannya saat ini.Dalam acara ulang tahun IAI yang 

diselenggarakan di sela rapat koordinasi

sosialisai Permenkes 889, bukan hanya

Dani Pratomo yang terlihat sumringah,

tapi juga para mantan ketua IAI.

Cerita ulang tahun IAI mengungkap

napak tilas, bagaimana organisasiyang menaungi apoteker ini tumbuh

dari tahun ke tahun. Drs. Marzuki

 Abdullan., MBA., Apt, Ketua ISFI

periode 1997-2000 memulai napak tilas

perjalanan oraganisasi in,i di teruskanDrs. Ahaditomo., MS., Apt, selaku

Ketua ISFI tahun 2000-2004.

Kedua mantan ketua tersebut

sangat apreciated dengan kemajuan

yang dicapai organisasian ini.

 Ahaditomo berharap agar organisasi

ini dalam mengangkat nama apoteker

Indonesia, di kancah internasional.

Menurut Dani Pratomo, ia

memangku dua tugas besar sekaligus.

KADO TERINDAHULANG TAHUN IAI

Dengan adanya PP. 51 tahun 2009

dan Permenkes 889 tahun 2011,saat ini

apoteker tidak lagi menanti kejelasan

mengenai tugas profesinya, dan

kewenanagan apa yang dimiliki dalam

menjalankan profesinya.

“Sejak keluarnya PP. 51/2009,

kita sudah sangat diuntungkan. Dan

ketika keluar Permenkes 889/2011,

bola perubahan ada di tangan

kita. Saya berharap, kita mampu

mengolah ini semua dengan baik,untuk mewujudkan visi apoteker

kita,” katanya di tengah acara ulang 

tahun. Dani merasa, belum tepat

untuk memberi banyak komentar

di ulang tahun IAI ini, karena tugas

yang diusung dalam kepengurusannya

baru saja ditapaki. Namun, besarharapan ia agar sejawat berpartisipasi

mensukseskan dan menjalankan

amanat PP. 51 dan Permenkes 889.

“Seperti disampaikan dalam

sambutan Rakor Sosialisasi Permenkes,Ibu Menteri Kesehatan mengatakan

bahwa peran apoteker sudah harus di

kedepankan,” katanya. Dani mengajak 

segenap pengurus dan sejawat untuk 

bersama-sama mewujudkan harapan

tersebut. “Saatnya kita wujudklan visi

apoteker yang paripurna,” tuturnya

singkat dan padat.

 Acara HT IAI diadakan di Hotel

 Twin, 18 Juni 18 Juni 2011. (vit) 

distribusinya tidak dilakukan dan diawasi

dengan baik. Maka, tak jarang ketika

sampai di tangan konsumen khasiat

 vaksin telah hilang. Menurut Agusta,

fenomena ini tidak perlu terjadi jika ada

orang yang paham tentang pengelolaanpenyimpanan dan pendistribusian

 vaksin. “Dari sinilah asal muasal PP.

51/2009 mengeluarkan aturan, agar PBF

diawasi oleh apoteker,” katanya.

Didominasi peserta yang sebagian

besar mahasiswa, seminar ini bisa

memicu para akademisi agar bisa

menarik minat mahasiswa belajarlebih banyak tentang GSP dan GDP.

“Sampai sekarang, mahasiswa farmasi

masih banyak yang belum paham

tentang konsep GDP dan GSP.Materi ini harus mulai diperkenalkan,”

tuturnya.

 Terkait dengan keadaan pendidikan,

Drs. H. Made Pasek Narendra.,

MM., Apt, menambahkan bahwa di

tengah tumbuh dan berkembanganya

Institusi mau pun universitas farmasi

di Indonesia, pekerjaan pendidikan ini

harus ditingkatkan. “Ada kurang lebih

63 institusi farmasi di Indonesi. Mereka

harus dibina agar paham, apa tugasnya

ketika lulus nanti. Sehingga, keluaranapoteker menjadi baik dan berfungsi

di bidangnya,” katanya. Ditambahkan

bahwa seminar ini juga bagian dari

proses mendidik, yang bentuknya

adalah pendidikan berkelanjutan.

Dalam seminar sehari ini juga

dibentuk Himpunan Seminat FarmasiDistribusi wilayah PD IAI Jabar.

 Terbentuknya Hisfarsi Fardis Jawa

Barat ini diharapkan mampu menjadi

bagian untuk menambah motivasi bagi

para apoteker, agar bisa menjalankantugasnya dengan baik di PBF. Juga

bisa menjalankan amanah PP. 51, agar

apoteker mampu menjamin pekerjaan

kefarmasian di PBF, berjalan sesuai

GSP dan GDP.

Harapan baru juga digantungkan pada

Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan

PTF, yaitu amanah untuk mempersiapkan

bekal bagi apoteker Indonesia. (Vit)

Page 35: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 35/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 35

KILAS BERITA

Presidium Pengurus Daerah

Ikatan Apoteker Indonesia (PD

IAI) Bangka Belitung berhasil

mengadakan Seminar Nasional

Kefarmasian ke-2, di Hotel Santika

Bangka, 18 Juni 2011 lalu. Dihadirkan

pembicara Drs. Bambang Triwara,

Sp.FRS, Apt (Wakil Ketua Pengurus

Pusat IAI Bidang Organisasi) dan

Letkol Widyati, M. Clin. Pharm,Apt

(Praktisi Farmasi Klinis RSAL

dr. Ramelan, Surabaya). Seminarnasional ini dikemas sebagai bagian

dari Konferensi Daerah Pertama IAI

Daerah Bangka Belitung.Tahun lalu,

seminar menghadirkn pembicara

DR. Faiq Bahfen dan Drs. M. Dani

Pratomo, MM, Apt.

Seminar Nasional Kefarmasian

dan Konferensi Daerah I IAI Daerah

Bangka Belitung dibuka oleh Wakil

Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung H. Syamsuddin Basari, S.Sos,

yang sekaligus menjadi keynote speech  

pada kegiatan tersebut.

H. Syamsuddin Basari menekankan

peran strategis apoteker dalam

membantu pembangunan sektor

kesehatan di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung. Dalam catatannya,

saat ini terdapat 10 rumah sakit dan 62

apotek, milik pemerintah atau swasta

yang menjadi tempat pengabdian

apoteker di Bangka Belitung. Iamenekankan makna pentingnya

seorang apoteker bekerja dengan

penuh tanggungjawab, baik dunia mau

pun akhirat, karena apoteker telah

mengucapkan sumpah profesi, seperti

tercantum dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 51 Tahun 2009 tentang 

Pekerjaan Kefarmasian.

Dalam sesi seminar, pembicara

Drs.Bambang Triwara, Sp.FRS,

 Apt memaparkan perkembangan

profesi apoteker, dari sudut pandang 

pengakuan oleh pemerintah melalui

perundang-undangan. Setelah

lahirnya PP No. 51 Tahun 2009, lahir

Peraturan Menteri Kesehatan No. 889

tahun 2011, yang mengatur registrasi

apoteker di seluruh Indonesia.

Ditekankan bahwa saat ini, peran

dan fungsi apoteker sudah sangat

diakui oleh pemerintah. Yakni sebagai

satu-satunya profesi yang memilikikompetensi di bidang obat (farmasi).

 Tantangan saat ini adalah, bagaimana

meningkatkan profesionalisme

apoteker sehingga keberadaannya

dirasakan oleh masyarakat.

Letkol Widyati M.Clin.Pharm,

 Apt, dalam presentasinya menyoroti

implementasi layanan asuhan

kefarmasian di rumah sakit. Juga

tentang bagaimana membangun

kepercayaan tenaga kesehatan lainnya,

yang terlibat dalam pelayanan kepadapasien di rumah sakit. Ia banyak 

bercerita tentang pengalaman dan

implementasi layanan farmasi klinis di

RSAL dr. Ramelan, Surabaya.

Setelah makan siang, acara

dilanjutkan dengan Konferensi

Daerah untuk menerima (atau tidak)

laporan pertangungjawaban Presidium

Pengurus Daerah IAI Bangka Belitung,

yang dibetuk melalui SK Pengurus

Pusat 19 Mei 2010. Laporan itu

secara aklamasi diterima oleh seluruhpeserta siding. Kemudian, dilakukan

pemilihan susunan pengurus inti

Pengurus Daerah IAI Bangka Belitung 

masa jabatan tahun 2011-2014. Proses

pemilihan berakhir dengan terpilihnya

Drs. Mohammad Edi, Apt, M.Kes

selaku Ketua, Yuliasman, S.Farm,

 Apt, AAAK selaku Sekretaris, dan

Sudarsono,SSi, Apt selaku Bendahara.

(Yuliasman, S.Si., Apt)

Seminar Nasional Kefarmasiandan Konferda IAI Bangka Belitung

Foto bersama para apoteker se BangkaBelitung (insert: Wakil Gubernur Provinsikepulauan Bangka Belitung H. Syamsud-din Basari, S.Sos) saat konferensi persdidampingi Ketua Terpilih PD IAI BangkaBelitung periode 2011-2014 Drs. Moham-mad Edi, Apt, M.Kes) 

Page 36: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 36/60

36 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

KILAS BERITA

Menjawab Tantangan Dunia Farmasi

Penjiwaan terhadap profesi.Itulah salah satu unsur yang diperlukan dari seorang farmasis,dalam menjalankan profesinya

melayani masyarakat. Oleh sebab itu,pengimplementasian dalam menjiwaiprofesi menjadi langkah penting, dalammemahami paradigma keprofesianfarmasi, baik dalam dunia klinisimau pun komunitas. Kiranya halinilah yang ingin dicapai dari seminarkefarmasian dengan tema “The Worldof Pharmaceutical : Challenge andSolution,” yang diselenggarakan Sabtu,28 Mei 2011, oleh Himpunan Mahasiswa

Farmasi Fakultas MIPA UHAMKA.Seminar kefarmasian ini

menghadirkan tiga pembicara, yang 

mengulas tantangan dalam duniakefarmasian dari segi komunitas, klinis,dan kemampuan entrepreneurshipseorang farmasis. Acara dibuka oleh Wakil Dekan III FMIPA UHAMKA,Drs. Priyanto, Apt, M. Biomed.Setidaknya, 260 peserta dari berbagaiuniversitas di Jabodetabek seperti,UNTAG, UI, STTIF, UNPAK sertadari internal UHAMKA, hadir dalamseminar yang diselenggarakan di aula C,Gedung Badan POM, Jakarta Pusat.

Dra. A. Retno Tyas Utami, M.Epid,mengungkapkan bahwa lingkup

pekerjaan kefarmasian terdiri enamlini, yaitu: regulation contro/ government ,community pharmacy, hospital pharmacy,industrial pharmacy, academic activities,dan training health workers. Semua liniini diperlukan penerapan eight star of  pharmacist . “Seorang farmasis harusmemiliki empat kompetensi yaitu:mempunyai manfaat dan bernilaitinggi bagi pencapaian tujuan, memilikikemampuan yang spesifik, sulit dansekaligus mahal untuk ditiru, serta tidak 

adalah menjelaskan kepada pasien, agarmematuhi aturan penggunaan obat,sehingga pasien memahami resiko obatuntuk mempertahankan mutu hidup dankehidupannya,” ujar dosen dan mantanSekretaris Jenderal ISFI ini. 

 Arel menegaskan bahwa darike enam lini tempat melakukanpraktek pelayanan kefarmasian,apotek merupakan tempat yang paling sesuai bagi farmasis/ apotekeryang baru menyelesaikan pendidikankeprofesiannya, agar dapat mulaimelaksanakan pekerjaan kefarmasiansecara mandiri dan profesional.

Mengenai paradigmapharmapreneurship, diungkapkan bahwaprofesi apoteker sebenarnya adalah

penjual jasa. Hal ini jelas dinyatakan dalamUndang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992. Masalahannya, sering terjadikesalahpahaman dalam menilai profesiapoteker.

“Peran apoteker di apotek seharusnya tidak hanya menjual sedianfarmasi, tetapi lebih pada menjamintersedianya sedian yang berkualitas,mempunyai efikasi, jumlah yang cukup,aman, nyaman bagi pemakainya danharga yang wajar,” katanya.

Konsep yang saat ini harus diubahadalah, menjadikan apotek bukan sebagai

toko obat, tetapi sebagai unit usaha yang berorientasi profesi. Sehingga, yang dinilai sebagai benefit adalah aktivitasprofesi yang tidak dimiliki oleh pembel,inamun dapat dirasakan manfaatnya.

 Arel juga menjelaskan bahwa padaakhirnya, aktivitas profesi akan dibarengidengan penerapan eight star of pharmacy.Itu karena dalam pengelolaan unit usahakefarmasian diperlukan kemampuanmanagerial, inovasi, dan kreativitasapoteker. (  Joko Rinanto)

UHAMKA

dapat digantikan oleh profesi lain,” ijarapoteker lulusan Unair ini.

Retno juga mengungkapkan, farmasissaat ini harus mampu survive dalampersaingan tingkat global. Perubahanskala global yang dipicu oleh AFTA, ASEAN Charter ( Single Market  ), dan ACFTA mengharuskan farmasismemiliki daya saing yang tinggi darisegi kompetensi. Terbukanya pasarglobal, berarti terbuka pula peluang dantantangan bagi profesi apoteker untuk berkiprah di kancah regional dan global.Maka, harus ada solusi untuk menjawabtantangan ini.

“Peningkatan kompetensi apoteker,adalah solusi untuk menjawab tantanganglobal dari aspek internal seorang 

farmasis/ apoteker. Elemen pendukung seperti kebijakan pemerintah, peranindustri dan lembaga pendidikan, sertaperan asosiasi profesi adalah bagian darisolusi eksternal yang mendukung solusi,terkait tantangan global tersebut,” ujarnyalagi.

Dra. Leiza Leman Bakhtiar, Apt,M. Pharm, mengungkapkan bahwatantangan dalam dunia klinisi adalah,bagaimana mengubah cara pandang profesi lain dan masyarakat terhadapprofesi apoteker. “Melalui penerapan pharmaceutical care dalam farmasi klinik,

akan terjadi peran yang unik dalamsistem kesehatan,” ungkapnya. “Untuk menerapkan ini semua, perlu komitmendan langkah konkret dari berbagai pihak yang terkait.”

Di lain sisi, Drs. Arel st. Iskandar, MM.,Msi., Apt menyatakan bahwa apoteker adalahtenaga ahli yang mempunyai kewenangandi bidang kefarmasian. Maka, otoritas dalamberbagai aspek kefarmasian adalah milik apoteker.

“Obligasi moral seorang apoteker

Page 37: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 37/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 37

KOLOM

Sebagaimana dituangkan dalamUndang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, jaminan

kesehatan adalah salah satu programyang diusung dalam Sistem JaminanSosial Nasional. Dalam pasal 39 UU40/2004 ditegaskan bahwa pengelolaanjaminan kesehatan mengikuti polaasuransi kesehatan sosial.

Konsekwensi penerapan jaminankesehatan berbasis asuransi adalah,akan terjadi pengendalian yang ketatterhadap terapi, termasuk terapifarmasi. Kita sudah melihat, bagaimanaimplementasi asuransi kesehatan yang dikelola PT. Askes (Persero) yang mengadopsi sistem managed care, sangatketat dalam pola farmakoterapi denganadanya formularium yang disebutDPHO (Daftar dan Plafon HargaObat), dan adanya restriksi (batasan)dalam melakukan farmakoterapisebagaimana diatur dalam formularium

tersebut.Prinsip sistem manager care(pelayanan terkendali) yang memang lazim digunakan dalam asuransikesehatan social, adalah pengintegrasianantara kualitas pelayanan kesehatandengan biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan kesehatan tersebut. Sistem inimemberi insentif yang lebih besar bagiprovider (penyedia layanan kesehatan),yang mampu memberikan pelayanansecara efektif.

Menghadapi kondisi di atas,

sepertinya dunia farmasi di Indonesiaharus banyak berbenah. Belumbanyak industri farmasi yang siap, bilaimplementasi jaminan kesehatan untuk seluruh rakyat Indonesia diterapkan.Kondisi ini dapat dinilai dari kondisiyang terjadi, akibat menurunnyanilai bisnis farmasi secara drastis diProvinsi Daerah Istimewa Aceh, setelahimplementasi Jaminan Kesehatan Aceh(JKA) untuk seluruh warga Aceh. Bisa

dibayangkan, apa yang akan terjadi bilaseluruh rakyat Indonesia ditanggung oleh jaminan kesehatan.

Dari sisi industri farmasi (pabrik)akan banyak terjadi rasionalisasi dalampraktik bisnis ini, terutama terkaitdengan biaya promosi. Persaingan tidak sehat dengan cara berlomba-lombamemberikan kickback (komisi) kepadapenulis resep (  prescriber  ), otomatis akanterkikis. Persaingan antar pabrik farmasi

lebih pada kualitas produk dan hargabersaing, kepada penyelenggara jaminansosial nasional. Pada titik inilah akanbanyak industri farmasi yang goyang,terutama industri farmasi yang selamaini mengandalkan kickback untuk merebut pasar.

Pelayanan farmasi di rumah sakit,juga akan terdampak secara langsung.Belajar dari sistem yang diterapkanpada penyelenggaraan JaminanKesehatan Masyarakat (Jamkesmas),

yakni pentarifan berdasarkan diagnosa(diagnostic related group/DRG). DRGmenetapkan tarif pelayanan rata-rataterhadap diagnosa tertentu, sehinggabila telah ditegakkan suatu diagnosamaka tarif yang diterima penyediapelayanan kesehatan, dalam hal inirumah sakit, dapat ditentukan. Makinefektif rumah sakit melakukan terapi,maka makin tinggi insentif keuanganyang diterima oleh pekerja kesehatan.

Dalam DRG, insentif bagi instalasi

TANTANGAN DUNIA FARMASI MENGHADAPIIMPLEMETASI SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

Oleh : Yuliasman, S.Farm, Apt, AAAK 

farmasi tidak lagi didasarkan, seberapabanyak jumlah sediaan farmasi yang dijual, melainkan semakin efektif farmakoterapi dilakukan maka makinbesar insentif bagi petugas instalasifarmasi. Dengan sistem ini, praktik farmasi klinis menjadi suatu tantanganyang harus diwujudkan oleh installasifarmasi. Layanan one-unit-dose-dispesing (OUDD) dan patient visitedengan seangkaian pemantauan pasienselama terapi, akan menjadi keharusan.

Farmasi komunitas seperti apotek-apotek, juga akan secara langsung terdampak oleh aplikasi sistem asuransikesehatan dalam sistem jaminan sosialnasional. Dengan sistem providerterseleksi, hampir bisa dipastikan tidak semua apotek yang ada yang akanditunjuk sebagai penyedia layananfarmasi, dalam satu wilayah atau kota.Pengalaman dalam seleksi provider olehPT. Askes (Persero), bila akses masihmemungkinkan dan mudah ke apotek 

yang ditunjuk, maka jumlah optimaladalah 1 (satu) apotek untuk satu kotakecil.

Disamping masalah seleksi provider, pro fi t margin yang sudah ditentukanoleh penyelenggara asuransi kesehatan,membuat ruang bermain apotek provider akan semakin sempit. Farmasikomunitas harus mencari cara, supayaposisi tawar mereka tetap tinggi danmempunyai ruang bermain yang cukupdalam pengendalian pemasukan.

Mau atau tidak, cepat atau lambat,

jaminan kesehatan adalah kebutuhanrakyat yang harus diwujudkan olehpenyelenggara negara. Sebelum perubahanbesar itu merasionalisasi secara paksapraktik bisnis farmasi yang cenderung sangat tidak transparan, alangkah baiknyakomunitas bisnis farmasi menyiapkan danmenyesuaikan diri dengan perubahan yang akan terjadi.

Pangkalpiang, 25 Juni 2011

* Sekretaris PD IAI Bangka Belitung 

Page 38: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 38/60

38 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 

TOKOH

 A

poteker yang satu ini sedang aktif mempromosikan

Sistem Jaminan Sosial Nasional. Maklum, Dr.

Chazali M Situmorang, M.Sc, Apt, kini menjadi Plh

Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN),

lembaga yang mempersiapkan pelaksanaan Sistem JaminanSosial Nasional (SJSN). Dalam setiap kesempatan, semangat

Chazali selalu berapi-api ketika menjelaskan nilai strategis SJSN.

Menurut Chazali, SJSN yang nantinya akan menerapkan

universal health coverage, merupakan kesempatan dan pintu

strategis untuk merasionalkan system pembiayaan kesehatan

di Indonesia. “Bukan hanya itu. Rasionalisasi penggunaan

obat, perselingkuhan antara industry farmasi dan pelaku

penyelenggara layanan kesehatan, akan tereduksi secara

signifikan,” katanya di sela acara Forum Komunikasi SJSN

tentang Komponen Obat, dalam rangka implementasi

Dr. Chazali M Situmorang, M.Sc, Apt,

S J S NSJ SN

TergantungTergantungPolitical willPolitical willPemerintahPemerintah

jaminan Kesehatan di Jakarta, 29 Maret 2011.

Ini penting, karena faktanya, komponen obat

merupakan biaya terbesar; lebih dari 40% biaya

pelayanan kesehatan merupakan biaya obat dan

bahan habis pakai.“Kami berharap, SJSN dengan universal health 

coverage dapat segera terealisir, sehingga masalah

yang berkelindan dalam pembiayaan kesehatan di

Indonesia mendapatkan jawaban secara sistemik.

Masalahnya sekarang adalah, bagaimana political will  

pemerintah. Kalau pemerintah memiliki political will  

untuk menjamin kesehatan masyarakat sebagaimana

amanat UUD 1945, Insya Allah akan terlaksana,”

jelas apoteker yang pernah menjabat sebagai

salah satu direktur jenderal dan sekretaris Jenderal

Departemen Sosial ini.

Menurut hitung-hitungan Chazali, ketika

pemerintah dan persetujuan DPR mengalokasikan

anggaran Rp.9,8 triliun pertahun, masalah jaminan

pelayanan kesehatan yang selama ini menjadi

perdebatan yang tidak ada ujung pangkalnya, akan

terselesaikan. “Masa sih pemerintah nggak sanggup

menganggarkan Rp.9,8 triliun setahun?”

Masalahnya, bagaimana political will pemerintah

untuk segera membentuk Badan Pelaksana Jaminan

Sosial (BPJS), yang sudah diamanatkan UU No.

40/2004, sekaligus menganggarkannya dalam

 APBN. Masalah lainnya, “Bagaimana membanguntransparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran

tersebut?” (nun)

Page 39: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 39/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 39

TOKOH

 Tidak banyak apoteker yang juga anggota militer yang aktif danmemiliki komitmen tinggi, untuk membangun karier sebagaiapoteker klinisi. Letkol Dra, Widyati, Sp.FRS, Apt, adalahklinisi sekaligus Kepala Instalasi farmasi RSAL Dr. Ramelan,

Surabaya. Ia sangat aktif membangun pelayanan klinik di rumah sakitpusat milik TNI Angkatan Laut tersebut.

Bahkan sekarang Widi, panggilan akrab Widyati, tengah mengambil

program S3 Klinik di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dapat dibayangkan bagaimana sibuknya ibu tiga anak ini. Sebab, selain sebagai klinisi dan Kepala Instalasi Farmasi RSAL,ia dosen tetap di Universitas Surabaya, dan mengajar farmasi klinik dibeberapa PTF di Surabaya. Ia juga sering menjadi pembicara seminar diberbagai daerah.

Bagaimana cara Widi mengatur waktu? “ Buat jadwal jauh-jauhhari, dan tepati apa yang sudah direncanakan. Kalau ada permintaanuntuk menjadi pembicara seminar di luar kota bahkan di luar pulau,harus jauh-jauh hari. Bukan soal jual mahal, tapi memang jadwal sayasangat padat dan selalu harus ada ijin dari atasan,” jelasnya.

Bagaimana mengalokasikan waktu buat keluarga? Alumnus

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung angkatan1982 ini menjelaskan,”Suami dan anak-anak sudah sejak awalsaya jelaskan, tentang konsekuensi menjadi orang yang aktif.Mereka sangat memahami bahkan memberi support yang luar biasa kepada saya. Itulah yang selalu menginspirasisaya. Saya selalu berterima kasih kepada suami dan anak-anak, dan tentunya bersyukur kepada Allah yang telahmenganugerahkan semua ini.”

 Terkait dengan masa depan farmasi klinik diIndonesia, menurut Widi, sangat banyak yang harusdibenahi, mulai dari struktur, kultur mau punmentalitas apoteker. Perlu perjuangan panjang dan

melelahkan.“Tapi saya optimis, sepanjang seluruh stakeholder terus melakukan upaya dan Ikatan ApotekerIndonesia sebagai organisasi profesi apotekermelakukan berbagai upaya terobosan, insya Allahakan terwujud apa yang diimpikan oleh sebagianbesar apoteker Indonesia,” ujarnya.

Itu sebabnya, “Saya bela-belain ambil S3,sebagai salah satu upaya membangun farmasi klinik di Indonesia,” jelas kandidat doctor di FakultasFarmasi Universitas Gadjah Mada yang tengahmenyusun tesis ini. (nun) 

MILITER KANDIDATDOKTOR

Letnan Kolonel Dra. WIDYATI, Sp.FRS,Apt

Page 40: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 40/60

40 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

PENDIDIKAN

Salah satu Pendidikan Tinggi

Farmasi ternama di Indonesia

adalah Fakultas Farmasi Universi

 tas Airlangga, Surabaya. Fakultas

ini secara resmi dirintis oleh FIPIA

(Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam)Universitas Airlangga, berdasar

Instruksi Menteri Perguruan tinggi dan

Ilmu pengetahuan, Agustus 1962.

 Jauh sebelumnya, di kalangan tenaga

pendidik senior Fakultas KedokteranUniversitas Airlangga telah timbul

gagasan, untuk mendirikan lembaga

pendidikan kefarmasian dan pendidikan

kesehatan masyarakat. Maksudnya untuk 

melengkapi Medical Center Universitas

 Airlangga, sehubungan dengan telah

adanya Fakultas Kedokteran danFakultas Kedokteran Gigi, yang terletak 

dalam suatu komplek dengan teaching 

hospital yaitu Rumah Sakit Umum Dr.

Soetomo.

Di samping itu, fasilitas perkuliahan

dan praktikum di FK Unair dapat

dimanfaatkan, untuk keperluan

pelaksanaan pendidikan kefarmasian.

Karena berkedudukan di lingkungan Medical Center, pendidikan timggi

UU No 36 tahun 2009 dan PP No.51

tahun 2009 menyatakan apoteker

sebagai tenaga kesehatan, FF Unair

sangat bersyukur. Memang begitulah

semestinya. “Dengan demikian, apa

yang kami disain dan kami lakukansudah sesuai dengan tuntutan

peraturan perundangan yang ada,”

ujarnya.

Menurut Dr. Umi Athijah,

adanya teaching hospital RS. Dr

Sutomo, member corak dan karakter

tersendiri bagi apoteker lulusan

FF Unair,khususnya karakter yang 

berorientasi pada pasien. Kurikulumyang berlaku sekarang ini adalah

Kurikulum-2000, disusun seiring 

dengan usulan dan implementasi“QUE-Project”, yang berdasar pada

analisis kebutuhan dan perubahan

dari paradigma “content base” menjadi

“competency base”. Juga pelurusan

kembali kurikulum untuk lebih “patient 

Desain Kurikulum untuk Hasilkan

Apoteker Sebagai Tenaga Kesehatan

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

farmasi diharapkan dapat memberikan

corak khas terhadap lulusannya. Yaitu

sarjana farmasi yang berorientasi

kepada penderita ( medically/clinically- 

oriented pharmacist  ), di samping orientasi

pada obat ( drug-oriented  ).FF Unair didirikan 1 April 1965

(SK Menteri Pendidikan Tinggi dan

Ilmu Pengetahuan No. 64/1965).

Sebelumnya merupakan jurusandi FIPIA UNAIR, yang berdiri 17

 Agustus Tahun 1963. FF Unair

menempati area seluas 3.600 m2 di

Kampus B UNAIR, bangunan gedung 

berlantai tiga seluas 11.000 m2. Alamat

lengkapnya adalah: Kampus B UNAIR,

 Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya,

 Telepon : (031) 503710, Fax : (031)5020514, E-mail : [email protected],

 Website : www.ff.unair.ac.id

Dekan Falultas Farmasi Universitas

 Airlangga, Dr. Umi Athijah, MS, Apt,

menjelaskan bahwa FF Unair didirikan

untuk memenuhi tuntutan tenaga

kefarmasian, yang berorientasi tidak saja

pada “obat” ( drug oriented  ) tetapi mulai

berorientasi pada penderita ( clinically/

 patient oriented  ). Ketika sekarang ini

oriented” selain “ product oriented” .

Kurikulum 2000, dirancang 

dengan peningkatan sains-teknologikefarmasian yang kuat dan unggul.

 Termasuk pembekalan untuk 

implementasi konsep asuhan

kefarmasian (pharmaceutical care),

sehingga pendidikan kefarmasian

lebih mendekat pada kelompok sistem

asuhan/pelayan kesehatan bersama

dokter, dokter gigi, keperawatan serta

tenaga/profesi kesehatan lainnya.

Dengan kurikulum ini, pembelajaran

Dr. Umi Athijah,M.S, Apt. Dekan FF Unair

Page 41: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 41/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 41

PENDIDIKAN

Peri ode Industr i Farmasi Farmasi Rumah Sakit Total Total

Periode 1968- 1979 343 392 7351982 54 71 1251983 17 41 58

1984 71 71 1421985 35 30 651986 100 70 1701987 25 42 67

1988 80 88 1681989 24 50 74

Data mahasiswa tingkat profesi yang mengambil minat industrifarmasi dan farmasi rumah sakit

pengembangan profesionalisme

dimulai bertahap-berjenjang dari

semester1. Diharapkan, lulusan

memiliki kompetensi yang relevan

(needs-hope) dan sesuai tuntutan

global (trend-change) dalam bidang praktek profesi kefarmasian. Dengan

inovasi-diversifikasi proses belajar-

mengajar, disertai perbaikan atmosfer

akademik, pelaksanaan kurikulum

bisa lebih efektif, komprehensif dan

diperoleh keseimbangan antara kelima

bidang Iptek kefarmasian (sesuai 5

bagian di fakultas yaitu: Kimia Farmasi;

Farmasetika; Ilmu Bahan Alam; Ilmu

Biomedik Farmasi dan Farmasi Praktis.Dan, dapat dicapai kompetensi lulusan

yang memenuhi standar mutu nasional-internasional, dilandasi moral agama

yang kokoh.

Kurikulum-2000 untuk program

studi S1, merupakan Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK, SK 

Rektor No. 2264/JO3/PP/2005),

terdiri dari 148 SKS (termasuk 

skripsi); 144 SKS mata ajaran wajib

dan 4 SKS mata ajaran pilihan. Proses

pembelajaran berupa perkuliahan,

tutorial dan praktikum, sehingga

relevan dengan tuntutan kompetensidan student active learning .

Sejak tahun 2003, dilakukan

redesigning. Empat SKS untuk 

mata ajaran pilihan diganti dengan

4 SKS untuk Manufaktur Sediaan

Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian

yang dilaksanakan dengan metode

Problem Based Learning (PBL).PBL dimaksudkan agar mahasiswa

lebih aktif belajar mengintegrasikan

pengetahuannya, dan mengakses

informasi pengetahuan baru untuk belajar dalam kelompok kecil (10 – 15

mahasiswa) menyelesaikan problem

(modul/skenario), yang dapat lebih

mendekatkan mahasiswa untuk 

belajar pada kenyataan dalam praktek 

kefarmasian. Mata ajaran pilihan tetap

ditawarkan, untuk menunjang skripsi

dan memperluas/memperdalam

kompetensi unggulan.

Kurikulum Program Pendidikan

Profesi Apoteker, pada semester-1

terdiri dari pembelajaran wajib. Yaitu

mata ajaran: Manajemen Kefarmasian;

Spesialite Obat; Akuntasi Apotik; serta

Praktek Kerja Profesi (PKP) di Apotek 

dan lembaga pemerintahan (Dinkes,Balai Besar POM, dll). Pada semester

kedua, peserta program wajib memilih

antara Farmasi Klinik (Rumah Sakit)

dan Farmasi Industri, yang masing 

masing terkandung pembekalan

keilmuan (3 SKS) dan praktek kerja

profesi (10 SKS).

Setelah lulus program, peserta

memperoleh gelar Apoteker,

mengucapkan sumpah profesiapoteker, dan melakukan registrasi

di Depkes, serta mendapat sertifikatkompetensi. Selanjutnya, bergabung 

dalam organisasi profesi Ikatan

 Apoteker Indonesia (IAI).

Fakultas Farmasi Unair

menyelenggarakan satu program studi

S-1 (Sarjana Farmasi) yang terpadu

dengan Program pendidikan Profesi

 Apoteker (mono disiplin ilmu).

 Juga menyelenggarakan Program

Magister Ilmu Farmasi, ProgramSpesialis (Spesialis-1 Farmasi single 

degree  ), Program Magister Profesi

(Program Studi Magister Farmasi

Klinik single degree dan combined degree  ),

dan bersama Program Pascasarjana

menyelenggarakan Program Doktor

(S3) dalam ilmu farmasi.

FFi Unair pada tahun 2008

mempunyai 109 dosen tetap/PNS

sebagai staf edukatif, 58 karyawan tetap /

staf non edukatif, dan 20 karyawan tidak 

tetap (honorer). Dalam pelaksanaan

kurikulum, FF dibantu dosen luar biasa

dari Unair (FK, FST, FISIP, FPsi) dan

praktisi profesi farmasis yang ahli dan

berpengalaman dari industri farmasi,rumah sakit, apotek serta bidang 

kefarmasian lainnya (non Unair).

Pada semester gasal 2008/2009,

tercatat 1.223 mahasiswa dengan

rincian: mahasiswa S1 (493 dari jalur

SPMB dan 490 dari jalur PMDK)

dan 240 mahasiswa tingkat profesi

(SPMB dan PMDK). Belum termasuk 

mahasiswa Program studi S2 dan

Program studi Spesialis I FarmasiRumah Sakit. Sampai semester genap

2008/2009, Fakultas Farmasi telahmeluluskan 2966 sarjana farmasi dan

2878 apoteker.

RatiodDosen dan mahasiswa

1:9,0, bila dihitung hanya berdasarkan

dosen tetap. Bila dihitung berdasar atas

seluruh dosen, termasuk dosen luarbiasa, baik dari lingkungan Unair mau

pun non Unair, rationya menjadi 1:6,6.

Dr. Umi Atijah, MS, Apt menjelaskan,

Unair sejak awal memang mendisainapoteker lulusannya menjadi apoteker

yang memiliki karakter dan kompetensi

sebagai tenaga kesehatan. Ini antara lain

karena kelahirannya merupakan bagian

tak terpisahkan dari FK Unair. Meski

tidak menutup kemungkinan lulusannya

bekerja di industri farmasi, sejak awal

Unair mencetak apoteker sebagai tenaga

kesehatan. (nun)

Page 42: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 42/60

42 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

PROFIL PD

“UNTUK BERORGANISASI,

kita harus suka dan mau berkorban,

karena pada kenyaataannya tidak 

ada keuntungan secara finansial dari

kegiatan berorganisasi. Tetapi malah

menyita waktu, tenaga bahkan biaya,”

ujar Dra. Lusy. “Jadi, pada dasarnya,

berorganisasi sebenarnya sebagai ben-

tuk pengabdian kepada perkembangan

PD IAI Banten telah menunj ukkan prestasi yang

membanggakan, terutama dalam pengorganisasian

keanggotaan yang tersebar di t uj uh kepengurusan cabang.

Ketua PD IAI Banten, Dra. Lusy Sumarwatih, MARS, Apt ,

ditemani sejawatnya Dra. Herlina Gushka, Apt, ditemui di

tempat tugas mereka di RSUD Serang. Keduanya menut urkan

pengalaman dan kiat-kiat dalam mengelola kepengurusan PD

IAI Banten.

Orientasi Kerja

pada Kepentingan Anggota

PD IAI BANTEN

profesi dan rekan sejawat apoteker.”

 Jumlah apoteker di Provinsi Banten

saat ini berkisar 500 orang, tersebar di

tujuh kepengurusan cabang, yaitu Ci-

legon, Serang, Pandeglang, Lebak, kota

 Tangerang, Kabupaten Tangerang dan

 Tangerang Selatan. Persebaran apo-

teker di provinsi Banten berdasarkan

domisili mereka, karena cara tersebut

yang paling mudah untuk mendata.

 Wilayah Provinsi Banten lumayan

luas. Dari persebaran kepengurusan

cabang saja mengalami pemekaran,

dari enam menjadi tujuh pengurus ca-

bang. Menurut Dra. Harlina Gushka,

 Apt (Ketua Pengurus Cabang IAI

Serang), untuk bisa mengumpulkan

atau mempertemukan para apoteker

yang tersebar di Banten, dikemas

dalam acara arisan, yang dilangsungkansetiap bulan sekali. Sedangkan studi

berkelanjutan sebagai penyegaran ilmu,

biasanya dilakukan dua bulan sekali.

Saat ini, Pengurus Cabang (PC)

sudah bisa melakukan registrasi dan

rekomendasi. Rekomendasi kerja

untuk apoteker, yang sudah berjalan

harus melalui PC.

“Registrasi yang dilakukan

berdasarkan domisili tempat ting-

Page 43: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 43/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 43

PROFIL PD

Edisi XI Desember 2010 - Februari 2011 43

gal, karena cara tersebut yang paling 

mudah untuk dilakukan,” tutur Dra.

Herlina. Cara tersebut turut memper-

cepat proses pendataan apoteker, yang 

tersebar di Provinsi Banten.

Herlina menegaskan, “Kami siap

melaksanakan Peraturan Pemerin-

tah Nomor 51, karena pengurusan

rekomendasi sudah bisa berjalan baik.

Data-data apoteker kita sudah punya

lengkap.”

Dalam kaitannya dengan TATAP

(Tiada Apoteker Tiada Pelayanan)

sebagai realisasi dai PP No. 51, PD

IAI Banten sedang membuat panduan

Ketentuan ini diterapkan, agar paraapoteker juga dapat melaksanakan

kewajibannya. Walau pun pada prak-

teknya memang ada penyimpangan,

misalnya apoteker jarang hadir atau

kerja rangkap.

Saat ini Pengurus Daerah IAI

Banten sudah memiliki apotek mandiri,

yang dikelola organisasi di bawah

dikan bagi calon apoteker yang butuhtempat magang.

Lokasi apotek tidak jauh dari

RSUD Serang. Walau masih belum

optimal, Lusy optimistis ke depan

apotek ini akan berkembang, “Karena

kami mengusahakan agar bisa melayani

dan memenuhi resep-resep yang lebih

lengkap.”

pelaksanaan, yang nantinya bisa men-

jadi pedoman standar untuk seluruh

Pengurus Cabang.

Lebih lanjut Herlina menjelaskan,

selain pendataan sudah dibuat standar

gaji untuk Apoteker Penanggung 

jawab Apotek (APA); minimal gajipokok yang disyaratkan Rp. 1.800.000,-

dan ini sudah berlaku sejak tahun

2008. Dijelaskan kepada para Pemilik 

Sarana Apotek (PSA) bahwa apoteker

bukan pegawai atau karyawan, tetapi

mitra dalam pengelolaan apotek. Oleh

karena itu, ketetapan tentang minimal

gaji agar dipatuhi oleh Pemilik Sarana

 Apoteker (PSA), agar rekomendasi

dapat diberikan oleh pengurus cabang.

naungan badan hukum koperasi.

Menurut Lusy, koperasi yang didirikan

PD IAI Banten memang masih dirin-

tis. Kepemilikannya di bawah koperasi,

yang tujuanya bisa mempererat keang-

gotaan rekan sejawat apoteker. Selain

sebagai wadah usaha, apotek nantinya

bisa dimanfaatkan untuk sarana pendi-

Dra. Lusy berharap kepada

pengurus pusat agar mengusahakan

keputusan menteri yang menjadi acuan

implentasi PP. Nomor 51, segera bisa

diterbitkan sehingga para pengurus

IAI di daerah dapat segera melakukan

persiapan dan perencanaan, sehingga

bisa mengaplikasikan secara benar.(dar) 

Apotik PD IAI Banten. Usaha yang dibangun dengan dasar kebersamaan.

Ketua PD IAI Banten. Dra. Lusy S, MARS, Apt

Dra. Harlina Guskha, Apt. Kami telah menetapkan gaji standar untuk Apoteker di Banten.

Page 44: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 44/60

44 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

PROFIL USAHA

 Jaringan Apotik Century Healthcare

berkembang sejak tahun 1993,dimana pada awal berdirinya sang perintis Drs. Eddie Lembong, Apt.

berkeinginan mendirikan perusahaanyang menjadi leader dalam bisnis retailfarmasi di Indonesia yang mampumenyediakan produk-produk farmasikualitas terbaik untuk kebutuhanmasyarakat dengan pelayanan konsultasikefarmasian kepada masyarakatdengan baik dan benar. Filosofi dari sang pendiri inilah yang penuhkeyakinan bahwa manfaat maksimal

akan diperoleh oleh pelanggan/pasien dalam proses pengobatanapabila mereka diberikan pelayananinformasi dan bimbingan yang tepat.Untuk mewujudkan hal tersebut makaCentury Healthcare tetap berkomitmenuntuk selalu memberikan pelayananyang profesional. Saat ini bisnisjaringan apotik Century Healthcaredibawah tampuk kepemimpinan Andre Lembong, Pharm D lulusan

 JARINGAN APOTIK CENTURY

Menjadi Role Model PelayananKefarmasian KomunitasStandarisasi manageri al dan pelayanan, menjadi keunggulan j aringan Apotik Century. Berdi r i

tahun 1993, jaringannya makin besar dengan membuka varian apotik franchise dan generik.

dari University of Michigan Amerika

Serikat yang merupakan putra dari sang pendiri, juga menjaga komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik sertapengembangan dengan inovasi-inovasiyang bisa memberikan hasil manfaatbagi masyarakat dan perusahaan secaramaksimal.

 Jaringan apotik Century Healthcaretersebar dibeberapa kota besar diIndonesia, meyediakan berbagai layananuntuk pelanggan, seperti layanan antar,menyediakan berbagai kebutuhan baik OTC, Obat resep, alat-alat kesehatan,

dan lain-lain. Bahkan dibeberapa outletmenyediakan layanan operasi 24 jam.Dengan konsep jaringan apotik yang sudah terintegrasi secara professionaldan didukung oleh SDM, training,dan set up apotek yang terstandarisasisaat ini sudah memiliki 350 apotek milik sendiri dan 100 apotek franchise,bahkan saat ini sedang dikembangkanapotek khusus layanan obat-obatangenerik.

Menurut Daniel Tirta Kristiadi,MBA, Managing Director PT. PerintisPelayanan Paripurna (perusahaan yang mengelola jaringan Apotik Century Healthcare) bisnis apotik adalah bisnisberesiko tinggi. Hal ini berkaitan

dengan pelayanan kepada pasien, yang mana apabila Pelayanan tersebut tidak dilakukan dengan benar maka akanberdampak buruk bagi kesehatan sipasien. Kemampuan pengelolaanpersediaan produk obat yang baik oleh apotek juga sangat penting dalam manajemen perapotekan. Makamenurut Daniel, Century berupayameningkatkan pelayanan melaluipeningkatan kualitas SDM, baik paraapoteker maupun tenaga-tenagapendukung lainnya. Century melakukan

proses pelatihan dan evaluasi yang dilakukan secara kontinyu, yaitu melaluites yang dilakukan setiap bulannyauntuk melihat kemampuan dankompetensi SDM mereka. Dan dalampengelolaan persediaan barangnyaditunjang oleh sistem komputerisasi dan

Lebih lanjut Daniel menuturkanbahwa pada proses awal pendirianjaringan apotek Century Bapak Eddy Lembong sebagai perintis, tetapmensyaratkan adanya apoteker yang ada di setiap apotek di jaringan apotek 

century. Namun belakangan ini kamimengalami kesulitan dalam penyediaankebutuhan kami, karena denganekspansi bisnis jaringan apotek century yang semakin berkembang, dihadapkanpeminatan lulusan apoteker yang lebihtertarik ke industri, pegawai negeri,dan jarang yang mau ke pelayanankomunitas. Padahal kebutuhan apotekeruntuk setiap apotek itu rata-rata 3 s/d 4orang apoteker, namun kami kesulitan

Page 45: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 45/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 45

PROFIL USAHA

untuk mendapatkan apoteker yang maubekerja full time. Rata-rata pertanyaanmereka yang ajukan ketika kami tawariadalah bagaimana dengan jam kerja.Kendala lain ditambahkan oleh Andre

Lembong, Pharm D adalah kompetensipara lulusan apoteker itu sendiri. Padahaldengan pengalamannya mengenyampendidikan profesi apoteker di AmerikaSerikat Andre mempunyai standarisasikhusus, dan itu sulit ditemukan padalulusan apoteker di Indonesia, ujar Andre.

Didukung oleh induk perusahaanyaitu PT. Pharos Indonesia, sebagai salahsatu produsen farmasi besar di Indonesiatentunya jaringan apotek Century mendapat keuntungan tersendiri, yaitukemudahan dalam penyediaan kebutuhan

obat-obat dan imbal balik dari hubunganitu adalah PT. Pharos mendapat informasiyang berharga secara gratis, yaitukebutuhan obat-obat yang diperlukanmasyarakat sehingga bisa menjadi sebuahriset pasar yang akurat dan efisien.

 Apotek Century dirancang sebagaiapotek yang berjaringan karena untuk memudahkan standarisasi dan tentunyameningkatkan daya saing dengan parakompetitornya. Beberapa keuntungandari apotik berjaringanan ini adalah:faktor keamanan baik dari persediaanmaupun kualitas barang, layanan yang optimal karena terstandar, efiensibiaya distribusi, harga yang kompetitif,kemudahan dalam administrasi denganpihak asuransi, membantu pemerintahdalam melaksanakan program-programkesehatan nasional, mempermudahprodusen dam pengaturan distribusi(pengiriman dan penarikan), mengurangiresiko barang expired date (ED), mediayang tepat untuk pelatihan para apotekeryang baru lulus, pengenalan produk baru,

membuka lapangan kerja yang sangatbesar, dan lain-lain.Dengan berbagai keunggulan apotik 

jaringan ini tentunya membatu kamibisa melakukan ekspansi bisnis yang semakin luas. Penyebaran apotik-apotik kami tidak hanya tersebar di pusat-pusatperbelanjaan saja, tetapi juga melebar kepopulasi pemukiman. Bahkan sejak tahun2009 sudah adanya varian apotik Century,yaitu apotik franchise sehingga persebaranapotek century semakin besar. Menurut

Daniel, yang membedakan antaraapotik jaringan dengan franchise / waralaba adalah dalam penamaan apotik tersebut. Apotik jaringan bernamaCentury Healthcare, sedangkan untuk apotik franchise adalah Century Farma. Ditegaskan oleh Daniel kedua varian apotik ini tetap menggunakanstandarisasi yang sama, bahkan sudahmendapatkan akreditasi ISO 9001:2008.

Ke depan kami coba menggandeng industri asuransi, yaitu untuk membantumenyeleksi klaim-klaim yang diajukanagar sesuai dengan ketentuannya,

tentunya ini menjadi kerjasama yang saling menguntungkan. Kami jugasekarang sedang menyiapkan agarklien asuransi tidak hanya sistemreimburse saja, tetapi dengan kartuyang bisa kredit, tentunya sesuai dengandaftar obat-obatan yang terdaftar diperusahaan asuransi penerbit. Danieloptimis sistem ini akan bisa berjalan,karena secara sistem kami sudahsiap, karena jaringan yang terintegrasisecara online tentunya sistem tersebutbisa dilakukan. Bahkan untuk 

pengembangan sistem dan teknologinyasendiri kami kembangkan sendiri.

Apotik Generik, WujudKepedulian Century

Kendala yang dihadapi dalampenyediaan obat generik menurut Andre Lembong karena kendalabiaya produksi yang sering lebih besardibandingkan harga jual, walaupunkebutuhannya banyak. Permasalahanlain adalah ketersediaan harus ada,

namun kebutuhannya tidak banyak maka resiko ED sangat tinggi. Keduahal tersebut itulah yang membuatindustri farmasi enggan untuk memproduksi obat generik.

Latar belakang itulah yang menjadimotif kami membuat jaringan apotik generik. Karena dengan sistem jaringandiharapkan kita dapat menghindariatau mengurangi resiko kerugian dariproduksi obat-obat generik. Andremenambahkan bahwa Apotek Generik ini bisa membantu memperbaiki citraobat generik yang kurang mendapat

minat dari masyarakat. Dari hasil survey yang pernah dilakukan mengenaipendapat masyarakat tentang obatgenerik, hasilnya : produk generik dianggap dosisnya rendah, tidak bisauntuk penyakit serius, murah danrendah kualitasnya, perlu waktu lamauntuk sembuh, sehingga tantanganutama kami adalah memberikanedukasi yang benar kepada masyarakatluas tentang obat generik, yang saatini baru dilakukan oleh pemerintahmelalui Departemen Kesehatan.

Diharapkan lewat Apotek Generik inisosialisasi dan edukasi tentang obatgenerik dapat terjadi lebih cepat sebagai wujud partisipasi pihak swasta atasprogram pemerintah ini, sehingga,baik Pemerintah maupun Apotek Generik dapat mencapai misinyayakni masyarakat dapat lebih mudahmemperoleh obat yang bermutudengan harga terjangkau sehinggabiaya kesehatan masyarakatpun dapatmenurun.(dar)

Andre Lembong, Pharm B dan Daniel Tirta Kristiadi. Apotik Bisnis resiko tinggi.

Page 46: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 46/60

46 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

 Tak banyak fakultas farmasi yang 

memiliki Apotek Pendidikan.

Meski dibebani misi idealis

sebagai tempat praktek calon

apoteker, Apotek UGM Yogyakarta

sebagai institusi bisnis terusberkembang.

Bangunannya tampak megah

untuk ukuran apotek. Itulah Apotek 

Pendidikan UGM (Apotek UGM)

 Jogjakarta. Apotek ini membawa misi

besar, sebagai media pendidikan bagi

calon apoteker. Terasa berat, karena

harus menjadi tempat praktikum

sekaligus tempat magang bagi calon

KeseimbanganIdealisme & Bisnis

APOTEK PENDIDIKAN UGM

apoteker, yang mengajarkan hal ideal,

normatif dan realistis. Di sisi lain,

harus efisien, bahkan pro fi table sebagai

sebuah institusi bisnis.

 Apotek UGM didirikan 14

 Agustus 2000, oleh Fakultas FarmasiUniversitas Gadjah Mada untuk 

memenuhi ambisi mendekatkan calon

apoteker pada pelayanan yang paling 

nyata, yaitu bertemu dan melayani

pasien. Meski hanya sebagai simbol,

Dekan Fakultas Farmasi UGM waktu

itu, Prof. Dr. Ibnu Gholib ganjar

DEA, Apt sekaligus sebagai Apoteker

Pengelola Apotek, dengan apoteker

pendamping sebagai pelaksana

sesungguhnya Bondan Ardiningtyas,

S.Si, Apt. sangat proaktif dan agresif membangun apotek agar mampu

mengemban misi apotek.

Sejak 31 Maret 2011, Apotek 

UGM beroperasi di bawah kendali

PT Gama Multi Usaha Mandiri,

badan usaha milik Universitas Gadjah

Mada, sehingga inovasi usaha dan

pengembangan yang bermuara pada

peningkatan profit terus dilakukan.

Namun, pembinaan teknis tetap

dilakukan oleh Fakultas Farmasi

UGM.Menempati lahan milik Universitas

Gadjah Mada, lokasi Apotek UGM

sangat strategis, berada di sisi luar

kampus UGM yang berdekatan

dengan pemukiman penduduk dan

memiliki akses jalan utama keluar

UGM, tepatnya di Jl Prof. Dr Sardjito

No 25 Yogyakarta. Apotek UGM

saat ini “mempekerjakan” 6 (enam)

apoteker, terdiri dari seorang apoteker

PROFIL USAHA

Page 47: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 47/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 47

pengelola apotek (APA) dan 5

apoteker pendamping, membuatnya

sebagai sarana praktek apoteker yang 

ideal.

Setiap pekerjaan kefarmasian

dilaksanakan oleh apoteker,

bahkan sudah diterapkan standar

pelayanan sebagaimana diatur

Kepmenkes 1027/2004, tentang 

Standar Pelayanan Kefarmasian di

 Apotek. Apotek UGM memiliki

Standar Prosedur Operasional (SOP)

yang setiap tahun diperbarui dan

dilaksanakan dengan baik. Demikian

pula sistem dokumentasi termasuk 

Patien Medication Record (PMR, Catatan

calon apoteker melakukan PKL/

PKPA (magang). Setiap bulan, tercatat

18 calon apoteker yang PKL/PKPA di

apotek ini, bahkan masih menampung 

PKL/PKPA dari fakultas farmasi

lain di wilayah Daerah Istimewa

 Yogyakarta.

Menurut manajer sekaligus APA

apotek UGM, Bondan Ardiningtyas,

 Apotek UGM memang didisain

sebagai tempat PKL/PKPA bagi calon

apoteker, mengingat waktu itu tempat

PKL/PKPA tidak ada yang standar.

 Artinya, tergantung dari preceptor

(pembimbing di lokasi PKL/PKPA)

sehingga sangat bervariasi. Kalau

 feasible sehingga calon apoteker betul-

betul memahami dua hal sekaligus.

 Yaitu, bagaimana menjalankan Good 

Business Practice sekaligus menerapkan

Good Pharmacy Practice.

Setiap calon apoteker yang PKL/

PKPA di apotek ini, menurut Bondan,

harus memasuki masa orientasi

yaitu masa pengkondisian sehingga

secara mental siap menjadi care giver, 

dan berperan sebagai health provider 

yang baik bagi pasien. Juga untuk 

memahami alur kerja dan proses

pelayanan di Apotek UGM.

Dalam perkembangannya,

apotek ini melakukan inovasi dengan

mengubah konsep menjadi RumahSehat (menggunakan paradigm sehat,

bukan paradigma sakit), dengan

memberikan fasilitas yang sangat

lengkap dan nyaman. Termasuk 

café dan tempat praktek dokter dan

counter herbal. Fasilitas tersebut

makin mengukuhkan kehadiran

 Apotek UGM.

Menurut pengamatan MEDISINA,

PROFIL USAHA

Pengobatan Pasien) berjalan dengan

baik.

 Apoteker yang praktek terbagi 3

shift, setiap shift ada 2 (dua) apoteker

yang masing masing berada di depan

counter untuk bertemu langsung 

melayani pasien. Peran apoteker di

apotek ini menjadi sangat optimal,

sehingga mampu mendidik pasien

bahwa pergi ke apotek harus bertemu

dengan apoteker dan tidak dapatdiwakilkan pada kerabat atau orang 

lain.

 Apotek UGM yang memiliki misi:

mMenjadi apotek pendidikan yang 

melahirkan apoteker yang mampu

melaksanakan praktek kefarmasian di

apotek secara professional. Tak heran

bila apotek ini menjadi tumpuan bagi

Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi UGM, untuk menampung 

preseptornya sangat antusias di bisnis,

materi yang diberikan terlalu berat

di pengembangan bisnis apotek,

sementara aspek pelayanan dan

 pharmaceutical care tidak tersampaikan.

Oleh karena itu, menurut

Bondan, misi utama apotek UGM

adalah menjadi tempat pelatihan bagi

calon apoteker untuk memahami

peran, fungsi, posisi, wewenang dan

tanggungjawab apoteker di apotek.

 Alhamdulillah, secara ekonomi juga

ada beberapa apotek pendidikan milik 

fakultas farmasi di Yogyakarta. Namun

dari sisi bisnis tidak berkembang,

bahkan cenderung merugi. Hal ini

menjadi tantangan bagi pengelola apotek 

pendidikan, bagaimana mengajarkan

bertemu dan melayani pasien jika

pasiennya tidak ada. Bagaimana calon

apoteker memahami kasus dengan

 variasi yang sangat beragam, jika pada

saat PKL/PKPA, di apotek tidak 

ditemukan kasus sama sekali. (nun) 

Page 48: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 48/60

48 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

INFO SEHAT

Olahraga merupakan aktifitas

yang dilakukan untuk 

latihan

atau kesenangan, sesuai

dengan aturannya. Contohnya adalah

lari, sepakbola, tenis, badminton,

berenang, jalan, catur dan sebagainya.

 Tujuan seseorang melakukan olah-raga biasanya dimaksudkan untuk:

MENJAGA KESEHATAN

Olahraga untuk menjaga kes-

ehatan, dilakukan untuk menjaga

elastisitas dan kekuatan otot, kondisi

tulang yang kuat tak mudah patah,

dan metabolisme tubuh yang lancar

serta terjaga baik. Dalam hal ini,

harus diingat dan dijaga porsi latihan

agar sesuai dengan kondisi tubuh

masing-masing. Olahraga yang ber-lebihan, tidak baik bagi tubuh karena

bisa berdampak pada cedera otot

dan sendi. Dengan berolahraga, hasil

utama yang dirasakan adalah kebuga-

ran dan kesehatan.

Beberapa manfaat olahraga

untuk menjaga kesehatan

1. Olahraga dapat meningkatkan

Manfaat OlahragaBukan Hanya Sehat

kemampuan jantung dan paru-paru

yang disebut endurance atau ke-

mampuan cardiovaskuler. Puncak 

kemampuan kardiovaskuler terjadi

pada orang berumur sekitar 20

tahun, dan menurun setiap tahun

sebesar 1% dari kemampuannya.

Maka, olahragawan top duniabiasanya mencapai puncak prestasi

sewaktu berumur 20-an tahun,

selanjutnya menurun sampai digan-

tikan oleh yang lebih muda.

2. Olahraga dapat meningkatkan

kualitas otot, yang sangat dibu-

tuhkan agar dapat bekerja dengan

efisien. Hal ini akan mempengaruhi

produktifitas kerja.

3. Olahraga dapat meningkatkan

daya tahan atas penyakit atau keke-

balan tubuh. Orang yang cukup

berlatih olahraga tidak mudah sakit.

Kalau pun terserang penyakit,

biasanya cepat masa pemulihannya.

4. Olahraga dapat mengurangi lemak 

tubuh. Olahraga akan membakar

lemak menjadi karbondioksida, air

dan energy.

5. Olahraga dapat melebarkan

pembuluh darah yang menyempit,

serta menurunkan LDL kolesterol

yang tertimbun. Dampak terbe-

sarnya adalah aliran darah menjadi

lancar. Hal ini akan mengurangi

resiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). Kalau pun terjadi

serangannya agak lebih ringan dan

rehabilitasinya lebih cepat.

6. Olahraga dapat membantu menu-

runkan tekanan darah (hipertensi).

Hipertensi sering terjadi pada

orang dengan gaya hidup yang pa-

sif, perokok, makan terlalu banyak 

dan stress.

7. Olahraga dapat membantu

menurunkan kadar gula darah. Bagi

penderita diabetes, olahraga dapat

mengontrol gula darah tanpa obat.

8. Olahraga dapat membantu me-

madatkan lagi tulang yang keropos.

 Terutama untuk latihan latihan

yang menghentak (seperti lari atau

jalan cepat), juga latihan beban.

 Tentu, semuanya ini harus disertai

dengan gizi yang berimbang.

9. Olahraga dapat meningkatkan

rasa percaya diri. Bentuk fisik yang 

ideal, serta jantung dan paru-paru

Page 49: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 49/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 49

yang sehat, merupakan nilai positif 

dalam kehidupan sehari-hari yang 

menunjang rasa percaya diri.

10. Olahraga dapat meningkatkan

stamina, sehingga meningkatkankemampuan fisik di luar rumah

dan di atas ranjang 

11. Olahraga dapat meningkatkan

kemampuan otak, karena menin-

gkatkan pasokan oksigen dalam

tubuh, memperlancar sirkulasi

darah termasuk yang ke otak.

12. Olahraga menunda proses penu-

aan, karena merangsang produkti-

 vitas sel baru pada kulit.

MENCAPAI PRESTASI dan

MENDAPATKAN PENGHASI-

LAN

Olahraga untuk mencapai prestasi,

biasanya dilakukan oleh profesi atlet.

Seorang atlet akan melakukan latihan

fisik yang berkesinambungan dan

membuktikan prestasi melalui per-

tandingan lokal, daerah, nasional atau

internasional.

Setelah menjadi pemain top di

negaranya atau di negara lain, biasanyaakan mendapatkan tawaran sebagai

pemain professional di klub tertentu. Hal

ini akan menghasilkan pendapatan yang 

besar sampai besar sekali, selama masih

tetap menjadi juara atau pemain top.

MENDAPATKAN KESENAN-

GAN (HOBBY) atau PRESTISE

Hasil yang diperoleh oleh olahraga

adalah kesenangan batin, bersama

teman-teman. Olahraga jenis ini cen-

derung pada olahraga permainan yang menyegarkan pikiran, yang secara tak 

langsung juga menyehatkan. Misalnya

olahraga golf untuk melatih ketenan-

gan, catur untuk melatih konsen-

trasi otak, memancing untuk melatih

kesabaran, berkuda untuk ketangkasan,

dsb. Manfaatnya lebih terasa pada

batin dan kenyamanan berkomunikasi,

di samping kesehatan fisik. (amd)

KEHIDUPAN CELL

YANG MENAKJUBKAN

K ita berasal dari satu sel, yaitu

satu sel telur yang dibuahioleh satu sperma. Gajah

yang besar atau semut kecil,

berasal dari satu sel. Juga lumut yang 

kecil atau pohon beringin yang besar.

 Tubuh manusia terdiri dari triliunan

sel-sel kecil. Dalam kehidupan, sel

memegang fungsi yang begitu banyak,

antara lain: melapisi dan melindungi

tubuh, berkontraksi di otot, menghan-

tar impuls, dll.

Prof. Lewis Wolpert dalam

bukunya “The Miracle of Cells”

menyampaikan, setiap sel dikelilingi

oleh membran tipis dan fleksibel, yang 

mengontrol sesuatu yang bisa masuk 

dan keluar sel. Dalam setiap sel, ada

dua daerah utama yaitu nukleus dan

sitoplasma. Nukleus berisi 23 pasang 

khromosom yang terpisah-pisah dan

berisi 30.000-80.000 gen manusia.

Nukleus yaitu inti sel berupa molekul

kecil, yang digabungkan dalam untaian

asam nukleat seperti DNA dan RNA.DNA berfungsi menentukan

urutan asam amino, untuk membentuk 

protein. DNA sel manusia terdapat

dalam 46 khromosom, yang tersusun

menjadi 22 pasang pembawa sifat dan

sepasang khromosom sex. Sedangkan

RNA yang disintesa dalam nucleus,

berada dalam khomosom bersama

protein dalam bentuk kompleks ribo-

nukleoprotein yang besar.

 Terdapat juga sitoplasma, yaitu

daerah yang mengelilingi nucleus

tempat dibuat protein. Protein adalah

pekerja sel yang bertugas menjalankan

fungsi sel seperti di atas. Di sito-

plasma inilah fungsi sel dijalankan

oleh protein, dalam lingkungan cair.

Pada sitoplasma terdapat unit-unit

kecil, yang berfungsi membagi energi

disebut mitochondria. Dalam mito-

chondria terdapat enzim-enzim yang 

INFO SEHAT

Page 50: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 50/60

50 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

INFO SEHAT

perlu untuk sintesa RNA dan protein.

Sebagian besar energi untuk aktivitas

sel, disediakan dalam bentuk adenosine

tri fosfat (ATP).

Para ahli memperkirakan, ada 40

triliun sel dalam tubuh kita. Ketika

setiap sel bekerja aktif, kita merasakan

adanya vitalitas dan kesehatan. Jika

sesuatu mengganggu fungsi sel, kita

akan kehilangan energi dan menjadi

lebih rentan terkena penyakit. Oksigen

yang diserap dan gizi makanan yang 

dimakan, akan diubah menjadi energy 

di mitochondria. Pada sel yang sehat,

perubahan energi di mitochondria

berjalan lancar. Sepanjang kondisi

baik itu berlanjut, kita bisa tetap aktif 

dan bersemangat, tanpa pandang usia.

 Vitalitas menurun berarti ada sesuatu

yang menghalangi kegiatan mitochon-

dria dalam sel.

Dr. Hiromi Shinya menyebutkan

sesuatu itu sebagai sampah sel. Seba-

gian besar sampah dalam sel adalah

protein cacat yang tak berguna. Sam-

pah terjadi ketika proses pembuatan

protein baru dari asam amino dalam

sel, di mana sebagian ada yang menjadi

protein cacat. Kebanyakan sumbernya

adalah asam amino yang berasal dari

protein hewani. Agar kesehatan dan

 vitalitas kita pulih, sampah harus dis-

ingkirkan. Ada 3 cara sel dalam tubuh

untuk membela diri dan menyingkir-

kan sampah sel, yaitu: melalui proses

detoksifikasi, menggunakan kekeba-

lan alami (dengan memaksimalkan

kemampuan aktifitas sel darah putih),

dan proses apoptosis atau kematian sel

yang terpogram.

Sel tubuh kita sangat mirip satu

sama lain, karena berasal dari satu

sel telur yang dibuahi oleh satu sel

sperma. Dari sinilah mulai kehidupan

baru yang mempunyai empat ciri pent-

ing, yaitu :

1. Kemampuan berreplikasi (mem-

perbanyak diri) membelah menjadi

dua dan seterusnya.

2. Kemampuan untuk mempertah-

ankan keteraturan dan mengahasil-

kan energi, bagi semua aktifitas

dalam sel seperti gerak dan sintesa

molekul.

3. Kemampuan untuk ber-evolusi.

4. Kematian.

 Yang memegang peranan penting 

dalam keempat proses ini adalah khro-

mosom, suatu molekul yang berbentuk 

benang, DNA dan protein.

Dari telur yang dibuahi, berkem-

bang berbagai struktur dalam tubuh.

Beberapa di antaranya memiliki

kompleksitas menakjubkan, contohnya

otak dan sumsum tulang belakang.

Setiap kali tubuh beraktivitas, tidak 

lepas dari rangkaian jutaan sel yang 

tengah berinteraksi. Misalnya, sel saraf 

berinteraksi satu sama lain dengancara khusus yang memungkinkan kita

bisa belajar, berpikir atau merasakan

sesuatu.

Protein adalah mesin ajaib dalam

sel, sedang DNA yang menyusun gen

(pembawa sifat) dalam khromosom,

menyediakan kode untuk membuat

protein. Sebelum sel membelah (rep-

likasi), DNA direplikasi dulu. Dengan

menentukan sifat semua jenis pro-

tein dalam sel, DNA mengendalikan

banyak aktivitas sel secara efektif. Adasekitar 100.000 jenis protein dalam

tubuh kita, yang terdiri dari molekul

kecil dan sederhana yang disebut

asam amino yang dirangkai menjadi

satu. Ada 26 macam asam amino yang 

diperlukan tubuh, dan 10 di antaranya

dapat dibuat sendiri oleh sel kita, dan

16 asam amino lain harus diperoleh

dari makanan.

Ada empat ciri dasar pertumbu-

han sel:Sel menjadi besar dan membelah

Sel akan bertumbuh menjadi 2 kali

lebih besar, DNA direplikasi kemu-

dian membelah jadi dua. Satu salinan

dari ke empat puluh enam khromo-

som dalam setiap sel di tubuh kita,

harus diwariskan kepada sel anak saat

pembelahan. Siklus pembelahan sel

manusia memiliki 4 fase : pertumbu-

han, kromoson bersama DNA dan

Page 51: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 51/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 51

INFO SEHAT

gen terduplikasi, replikasi DNA dan

mitosis menjadi 2 sel dalam 1 jam.

Pengaturan waktu rangkaian kejadian

dalam siklus sel dikontrol oleh protein

khusus bernama siklin, yang berfungsi

mengaktifkan atau menonaktifkan

fungsi protein khusus.

Cara khromosom berreplikasi,

didasarkan pada struktur DNA yang 

ditemukan oleh Watson dan Crick 

pada tahun 1953. Ada 46 macam

khromosom, dan setiap khromosom

mengandung satu molekul DNA yang 

sangat panjang, terdiri dari dua untaian

yang saling melilit membentuk ulir

rangkap. Setiap untaian DNA adalah

rangkaian protein dengan 4 jenis unitkimia sederhana, yang disebut nukleo-

tida dan terdiri dari adenina (A), sito-

sina (C=cytosine), timina (T=thymine)

dan guanine (G=guanine).

Setiap sel anak menerima satu

set gen yang identik dengan set gen

induk. Setelah khromosom mendup-

likasikan diri, kedua salinan dari setiap

khromosom menyatu. Khromosom

ini menjadi untaian panjang DNA,

kemudian terkondensasi (merapat dan

memendek), kemudian teridentifikasimenjadi khromosom baru sebagai sel

anak, dan setiap sel anak memiliki satu

set yang identik. Proses ini disebut

mitosis.

Pemeliharaan Keteraturan Sel

Kegiatan ini melibatkan pertum-

buhan dan sintesis molekul baru, serta

penyediaan energi baru bagi proses

tersebut. Peranan enzim sangat pent-

ing dalam sintesa atau pemecahan

molekul. Untuk mempertahankanketeraturan dan mencegah kegagalan

fungsi agar tidak terjadi kerusakan,

dibutuhkan energi dari pemecahan

glukosa dan lemak, juga dari sintesa

protein. ATP juga sangat serbaguna

sebagai sumber energi untuk proses

seluler, dari kontraksi otot sampai sin-

tesis protein. Cara menyediakan energi

dengan memberikan atau memecah

satu gugus fosfat, ATP diubah menjadi

 ADP (adenosine di pospat). ADP

dapat diubah lagi menjadi ATP di

mitochondria, ketika glukosa dipecah

kemudian menghasilkan H2O dan

CO2

Evolusi

Evolusi menyebabkan organisme

hidup mulai dari bakteri, tumbuhan

sampai manusia, dapat berubah sifat

yang diwariskan dari satu generasi ke

generasi berikutnya, sehingga meng-

hasilkan keturunan yang berbeda

dari induknya. Pada dasarnya, evolusi

adalah perubahan sifat yang diwarisi

dan penyeleksian manfaatnya. Pewari-

san sifat terjadi pada gen (DNA),yang merupakan satu-satunya struktur

dalam sel yang berreplikasi. Perubahan

dalam gen ini, menentukan jenis pro-

tein yang akan dibuat dan harus terjadi

pada sel nuftah (germ cell), yaitu pada

sperma dan atau sel telur.

Kematian

Ciri keempat dari kehidupan adalah

kematian. Seseorang harus hidup baru

kemudian mati. Kematian sel terjadi

ketika semua fungsi penting berhenti.Faktor utama penyebabnya adalah

kerusakan, yang tidak dapat diperbaiki

pada mitochondria, sehingga energi tidak 

bisa dihasilkan lagi, dan juga kerusakan

membran. Kematian sel ada juga yang 

disengaja dengan bunuh diri sel.

Kematian dengan bunuh diri ini

atau disebut apoptosis, merupakan

program pamungkas yang dimiliki

setiap sel, kecuali sel darah merah

yang tidak memiliki nucleus. Ketika

program ini diaktifkan, sel mengerut

dan struktur dalamnya hancur karena

aksi enzim bunuh diri. Kehancuran

ini memberi sinyal kepada sel darah

putih khusus pembersih jaringan untuk 

datang, dan menelan sel yang mati

sehingga isinya tidak menjadi sampah

yang bisa merusak sel di sekitarnya.Banyak sel saraf mati ketika tidak 

membuat hubungan yang benar selama

perkembangannya. Untuk membantu

enzim dalam melawan molekul asing 

yang menyerang sel, adalah dengan

asupan anti oksidan yang banyak ter-

dapat pada buah-buahan dan sayuran.

 Ada jutaan sel bunuh diri setiap hari

karena tidak menemukan pasangannya,

yaitu pada sperma yang tidak menemu-

kan sel telur. (Bahan dari The Miracle

of Cells, Lewis Olpert dan The Micro-bus Factor , Hiromi Shinya) amd 

Page 52: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 52/60

52 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

KOLOM

Sering kita mendengar seseorang mengatakan, “Wah, kerjanyatidak professional”, setelahmenerima pelayanan dari orang 

lain. Undang-undang nomor 44

tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal13(3) berbunyi:“Setiap tenaga kesehatan yang 

bekerja di rumah sakit harus bekerjasesuai dengan standar profesi, standarpelayanan rumah sakit, standarprosedur operasional yang berlaku,etika profesi, menghormati hak pasiendan mengutamakan keselamatanpasien.”

Pada penjelasan pasal 13(3), yang dimaksud dengan standar profesi adalahbatasan kemampuan ( capacity  ) meliputipengetahuan ( knowledge  ), ketrampilan( skill  ) dan sikap profesional (  profesional 

attitude  ), yang minimal harus dikuasaioleh seorang individu, untuk dapatmelakukan kegiatan profesionalnyapada masyarakat secara mandiri.Standar profesi ini dibuat olehorganisasi profesi. Ada dua istilahdalam hal ini: sikap professional dankegiatan professional.

 Apa yang dimaksud dengan

professional? Salah satu artiprofessional dalam kamus Oxfordadalah, seseorang bekerja sudahterlatih dan mempunyai ketrampilanyang tinggi. Ahli lain mengatakan,seorang yang professional adalah yang bekerja dengan disiplin tinggi, taat padaperaturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan kode etik.

Dalam melaksanakan tugas itu, ia haruscare, fair dan share.

Memasuki era globalisasi, parapakar mengatakan bahwa seseorang atau suatu organisasi dalam

Profesi, Profesional

dan KompetensiOleh: Drs. Azwar Daris, M.Kes., Apt

pemerintah.Prof. Dr. Mahar Mardjono, seorang 

neurolog terkenal, mantan rektorUniversitas Indonesia dan mantandokter kepresidenan, berpesan pada wisudawan dan wisudawati UniversitasIndonesia tahun 1980-an, agar sarjanananti ketika bekerja hendaklah,“professional dalam tugasnya,

intelektual dalam perilakunya dan socialdalam masyarakatnya.”

Bagaimana keterkaitanantara profesionalisme apotekerdan kompetensinya. Tentunya,

menghadapi globalisasi harus bekerjadengan:1. Professional, yaitu bekerja

sesuai dengan standar prosedur,berpegang teguh pada sumpahprofesi, melaksanakan kodeetik dan taat pada peraturanperundang-undangan yang berlaku.

2. Customer satisfaction , memberikankepuasan kepada orang yang dilayani baik mutu ( quality  )keamanan ( safety  ) dan harga (  price  ).

3. Dapat dipercaya ( credible  ), baik oleh konsumen, stakeholder dan

profesionalisme terkait dengankompetensi. Seperti apakahkompetensi itu diterjemahkan dalambahasa kefarmasian?

Pasal 39 Peraturan PemerintahNomor 51 tahun 2009 menyebutkanbahwa setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian diIndonesia, wajib memiliki surat tandaregistrasi. Ada surat tanda registrasiapoteker (STRA) dan ada surat tandaregistrasi tenaga teknis kefarmasian(STRTTK). Sebelum tanggal 31 Agustus 2011 nanti, semua tenaga

Page 53: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 53/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 53

KOLOM

Seseorang yang telah lulus menjalaniuji kompetensi, berhak mendapatSertifikat Kompetensi. Sertifikat inidikeluarkan oleh organisasi, yang memberikan pengakuan terhadap

kompetensi (pengetahuan, ketrampilandan sikap) seorang atau tenaga profesisetelah memenuhi persyaratan untuk menjalankan profesinya, sesuai denganbidang tugasnya.

Kompetensi dibagi dua yaitukompetensi keras ( hard competence  ) dankompetensi lunak ( soft competence  ). Hard 

competence berupa pengetahuan danketrampilan, sedangkan soft competence  adalah memiliki konsep sendiri, nilai-nilai, alasan (motive) dan kepribadian

(character).Sistem adalah suatu kesatuan

utuh dalam suatu organisasi, yang tercermin dalam struktur organisasi.Kedua unsur ini (kompetensi dansistem) sangat menunjang keberhasilanorganisasi. Setiap perusahaan harusmembuat SOP sendiri merujuk padastruktur organisasi, sehingga masing-masing perusahaan berbeda SOP-nya.***

kefarmasian yang akan melakukanpekerjaan kefarmasian harus sudahteregistrasi.

Untuk mendapatkan STRA,salah satu syaratnya adalah apoteker

harus memiliki sertfikat kompetensiprofesi. Proses pelaksanaannyadisebut “Sertifikasi Kompetensi”dan dilaksanakan oleh organisasiprofesi. Registrasi sendiri merupakanpencatatan terhadap tenaga kesehatanyang memiliki kualifikasi tertentu,dan diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan profesinyaserta memiliki sertifikat kompetensi.Kompetensi adalah kewenangan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu

(KBBI). Tenaga kesehatan yang memiliki

surat tanda registrasi, dalammelakukan pekerjaannya harussesuai dengan pendidikan dankompetensi yang dimiliki. Tenagakefarmasian yang melaksanakanpekerjaan kefarmasiannya pada saranaproduksi, distribusi dan pelayanankefarmasian, harus memiliki keahliandan kewenangan dengan menerapkanstandar profesi. Hal ini harus

SAYA BERMINATBERLANGGANAN MAJALAH

6 Edisi

didasarkan pada standar kefarmasiandan standar prosedur operasional.

Standar profesi adalah pedomanyang harus digunakan sebagai petunjuk,dalam menjalankan profesi secara

baik. Standar kefarmasian pada saranaproduksi adalah cara pembuatan yang baik (Good Manufacturing Practices =

GMP). Pada sarana distribusi adalahcara distribusi yang baik (Good 

Distribution Practices = GDP), dan padasarana pelayanan adalah cara pelayananyang baik (Good Pharmacy Practices).

Standar Prosedur Operasional(SPO) adalah suatu tahapan atauproses kerja, siapa yang bertanggung jawab, dokumen apa yang digunakan

dalam proses tersebut dan ukurankeberhasilan apa yang digunakandalam proses. Unsur-unsur SPOadalah :1. Instruksi kerja secara tertulis,

berupa uraian pekerjan seseorang (Petunjuk Operasional).

2. Keseragaman kerja.3. Performance berupa kompetensi

baik hard competence maupun soft 

competence dan sistem.4. Fungsi spesifik.

Page 54: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 54/60

54 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

LUSTRUM XIII dan REUNI VIII FF. UNIVERSITAS GAJAH MADA

Tanggal : 7 September-2 Oktober 2011

Tempat : Fakultas Farmasi UGM, Jogj akart a

Rangkaian Acara : - Workshop Kurikulum “ Pendidikan Farmasi”

- The Internat ional Symposium in Pharmacy and Pharmaceut ical Science

- Pelat ihan kefarmasian

- Olahraga dan Sosial

- Sepeda gembira

- Tasyakuran

- Pharmacy Expo

- Pameran Foto

- Welcome Part y

- Peringatan Dies Fakultas Farmasi ke 65

- Musyawarah Alumni

- Rekreasi Alumni

- Makrab

- Pert unj ukan Wayang

- Napak Tilas

Hubungi : Gedung Unit III Lt. 3 Fakultas Farmasi UGM

Telp : 0274-553110, Fax : 0274-553110, email : lust [email protected]

Tanggal : Sabtu 23 Juli 2011

Waktu : 07.30 sd/ selesai

Tempat : Au la Ut am a Ho te l

Kristal, Kupang

Biaya Partisipasi :

1. Apoteker : Rp. 150.000,-

2. Umum : Rp. 100.000,-

3. Mahasiswa : Rp. 80.000,-

Informasi lanjutan :

Sekretariat IAI NTT : Jalan RA Kartini, Ku-

pang

Contak person :

Bidasari : 081342507018

Seminar Kefarmasian dan HUT

IAI ke 56 PD IAI NTTSeminar Kefarmasian

Tema : Sosialisasi Permenkes 889 tahun

2011

Waktu : 09-Juli-2011

Tempat : Lantai 6 Gedung Satria, RSPAD

Gatot Subroto

Jalan Dr. Abdul Rahman Saleh No.

24, Jakarta

Biaya : Rp. 150.000,-

Contak Person : 1. Diana Serlahwati

085717708348

2. Muhardiman :

081396767000

3. Sidiq Khudratullah

08128023674

AGENDA

Page 55: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 55/60

Page 56: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 56/60

56 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

ALBUM

Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2011 diadakan oleh KementerianKesehatan untuk menyusun program kerja, mengundang seluruhstake holder termasuk organisasi profesi kesehatan di Indonesia. Acara diselenggarakan di Batam tanggal 7-10 Maret 2011.

Diskusi Strategi Reposisi dan Revitalisasi Obat Generik untuk mendukung 

ketersediaan obat murah dan berkualitas oleh Kementerian Koordinator

Kesejahteraan Rakyat, Maret 2011 di Hotel Borobudur Jakarta

Kongre Nasional Tuberculosis, yang dilaksanakan oleh KementerianKesehatan dengan mengundang stake holder dan lembaga aktifispemberantasan TB. Hotel Merilyn Jakarta, tanggal 24-26 Maret 2011

 Jamuan makan malam bersama Presiden Asosiasi Apoteker se Asia-Pasifik dalam rangka pertemuan FAPA Bearau Meeting, di Jakarta

Diskusi Panel tentang Penerapan Universal Health Coverage  di FakultasKesehatan Masyarakat UI Jakarta dengan menghadirkan Kepala PusatPembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kemenkes Drg Usman SumantriM.Kes dan anggota Komisi X DPR RI Rieke Dyah Pitaloka.

Pelatihan penyelenggaraan SKPA Ikatan Apoteker Indonesia, diselenggarakandi Hotel Amos Cozy Hotel Jakarta tanggal 6-8 Mei 2011. Diikuti oleh lebihdari 200 orang peserta yaitu dari perwakilan pengurus daerah IAI seluruhIndonesia, perwakilan perguruan tinggu dan lain-lain.

Page 57: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 57/60

Edisi XIII  Juli - Agustus 2011 57

ALBUM

Seminar Nasional Enterpreneurship Apoeteker di selenggarakan

oleh Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta tanggal 14 Juni 2011

Rapat Koordinasi Nasional Ikatan Apoteker Indonesia membahastentang Strategi Impelemtasi Permenkes No 889/2011 tentang Registrasi, Ijin Praktek dan Ijin Kerja Tenaga Kefarmasian di Hotel Twun Plaza Jakarta tanggal 18 Juni 2011

Pemotongan Tumpeng dalam rangka memperingati Hari Ulang  Tahun Ikatan Apoteker Indonesia tahun tanggal 18 Juni 2011 siHotel Twin Jakarta.

Upacara pengucapan sumpah apoteker Universitas Surabaya ditanggal 19 Mei 2011

LK 2 ISMAFARSI se Jabodelata (Jakarta-Bogor-Depok-Lampung-

 Tangerang) di Jurusan Farmasi Universitas Syarif Hidayatullah, Ja-karta tanggal 18-19 Juni 2011

Rapat Koordinasi Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia se- Jawa Bali di Hotel Sahid Princess Solo, tanggal 28-29 Mei 2011

Page 58: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 58/60

58 Edisi XIII  Juli - Agustus 2011

Drs. M. Dani Pratomo, MM., AptKetua Umum PP IAI

Sejarah terpisahnya profesiapoteker dari profesi dokter -dari satu sisi - dilatarbelakangiadanya fakta, bahwa

kemampuan individual seseorang memiliki keterbatasan. Pola penyakityang semakin kompleks seiring dengankompleksitas kehidupan manusia,menuntut adanya perhatian yang lebih

fokus. Dokter sebagai profesi yang memiliki kewenangan mendiagnosa,tidak lagi mampu membuat, meny-iapkan sekaligus menyerahkan obatyang dibutuhkan pasiena. Dari sisi lain,fenomena tersebut bisa juga dipandang 

sebagai sebuah keniscayaan.Begitu pula profesi apoteker. Saat

teknologi belum berkembang, pem-buatan obat dilakukan secara manualuntuk pemakaian segera. Kebutuhanyang semakin meningkat dan adanyaintervensi teknologi, menyebabkanobat dapat disediakan dengan lebihcepat, dalam jumlah yang besar danberkualitas untuk periode yang cukuplama. Apoteker tidak lagi harus ber-

FORUM

Perubahan

adalah Keniscayaankutat secara langsung dalam prosesproduksi. Namun, mereka diberi tang-gung jawab menjamin kualitas obatyang diproduksi.

Kemajuan industri farmasi bolehdikata merupakan berkah sekaligusmusibah. Disebut berkah, karenamasyarakat menjadi lebih mudahmengakses obat. Tapi juga musibah,

karena serbuan obat yang begitu gen-car menimbulkan masalah terkait obat( drug related problem  ). Masalah terkaitobat bisa berupa pemilihan obat yang tepat, dosis yang sesuai, interaksi obat,dan sebagainya. Pada akhirnya, ma-

salah terkait obat akan menimbulkankerugian bagi konsumen.

Permasalahan paska produksi obat,merupakan tantangan tersendiri bagiapoteker. Tanggungjawab apoteker ti-dak dengan sendirinya berakhir, begituobat selesai diproduksi. Karena, padahakekatnya, obat disebut bermanfaatmanakala konsumen merasakan lang-sung efeknya setelah mengonsumsi,yang ditandai dengan meningkatnya

atau minimal bertahannya kualitashidup mereka. Tuntutan seperti inilahyang kemudian melahirkan perubahanorientasi praktek kefarmasian, dariproduk ke pasien.

Seiring dengan perubahan terse-but, Undang Undang No.36/2009dan serangkaian peraturan yang terkaitsebelumnya, memasukkan apotekersebagai salah satu tenaga kesehatan.Konsekuensinya, apoteker harus lebihsering berinteraksi dengan pasiendan tenaga kesehatan lain. Apotekerdituntut agar manfaat obat yang di-layankannya kepada pasien, memberimanfaat yang optimal. Dalam bahasamanajemen, apoteker adalah profesiyang harus dapat menciptakan nilaipada obat.

Bila demikian halnya, apotekerharus senantiasa memelihara bahkanharus mampu meningkatkan kompe-tensinya, dari waktu ke waktu. Pendidi-kan berkelanjutan bukan lagi menjadipilihan, namun keharusan. Apotekerharus mampu mengusai dinamika ilmufarmasi yang berkembang, seiring den-gan dinamika kehidupan masyararkat.

 Juga, sistem pendidikan apoteker.Proses belajar mengajar harus didesainulang. Kurikulum harus disesuaikan.

Calon apoteker mesti memahami danmenghayati filosofi dasar profesi apo-teker. Calon apoteker harus lebih lamabelajar berinteraksi dengan pasien,mau pun calon tenaga kesehatan lain. Tanpa itu, tidak akan lahir apotekeryang sesuai dengan tuntutan undang undang.

Begitulah, perubahan memang keniscayaan..***

Page 59: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 59/60

Page 60: MEDISINA 13_Juli 2011

5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 60/60