12
305 MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR KEPULAUAN KAI DAN KEPULAUAN ARU, MALUKU B. Setyanta Pusat Survei Geologi Jl. Diponegoro No.57 Bandung, 40122 Sari Pengamatan gaya berat di Kepulauan Kai dan Aru telah dilakukan guna mengetahui geodinamika daerah tersebut. Anomali Bouguer lajur Kepulauan Kai-Aru dapat dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok anomali bagian barat dengan gradien naik turun agak tajam dan kelompok anomali bagian timur yang relatip lebih landai. Kedua kelompok anomali tersebut mempunyai nilai berkisar antara -180 mgal hingga 200 mgal yang ditafsirkan bahwa litologi di dua kelompok anomali itu dilandasi oleh batuan kerak kontinen. Suatu hipotesa geodinamika di daerah Kepulauan Kai dan Aru berdasarkan analisis model bawah permukaan gaya berat Bouguer menerangkan bahwa Kepulauan Kai terbentuk oleh mekanisme sesar naik sedangkan Kepulauan Aru terbentuk oleh mekanisme pengapungan kerak yang diikuti oleh tektonik gravitasi. Kedua mekanisme tersebut dipengaruhi oleh perubahan gaya tektonik tekan menjadi gaya tektonik regang. Kata Kunci : anomali Bouguer, mekanisme tektonik, geodinamika, Maluku Abstract A gravity measurement was done to study geodynamic model in Kai and Aru islands. Bouguer anomaly in Kai-Aru region can be separated into two groups namely, western part of anomaly group with slighth up and down sharp gradient and the eastern part of anomaly group which is slightly smooth. Both groups of anomaly range from -180 mgals to 200 mgals and is interpreted that the lithologies in that area are underlain by continental crust. A geodynamic hypothesis around Kai-Aru islads based on subsurface gravity model shows that the Kai islands are constructed by thrusting mechanism whereas the Aru islands are by drifting mechanism and followed by gravitational tectonic mechanism. Both mechanism are influenced by changing mechanism from compressional to extentional tectonic regime. Key words : Bouguer anomaly, tectonic mechanism, geodynamics, Maluku JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010 Geo-Dynamics Pendahuluan Kepulauan Kai dan Kepulauan Aru terletak di bagian timur Busur Banda, tepatnya pada zona lengkungan sistem Busur Banda bagian timur. Secara tektonik Kepulauan Kai terletak pada Busur vulkanik Banda bagian dalam (Banda volcanic Inner Arc), sedangkan Kepulauan Aru terletak pada Busur non vulkanik Banda bagian luar (Banda non volcanic Outer Arc) yang dekat dengan daerah paparan, kedua kepulauan tersebut dibatasi oleh Palung Aru (Gambar 1). Busur Banda sendiri terletak di daerah pertemuan tiga lempeng kerak bumi yang aktif, yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Di bagian dalam kerangka busur ini terdapat Laut Banda yang mempunyai beberapa palung Naskah diterima : 2 September 2010 Revisi terakhir : 8 Nopember 2010 dalam (deep trough) seperti Palung Seram, Palung Timor, Palung Tanimbar, Palung Weber dan Palung Aru. Dua palung yang disebut terakhir terdapat di daerah penelitian penulis. Kepulauan Kai terdiri dari Pulau Kai Besar, Pulau Kai Kecil dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Batuan tertua di kepulauan ini adalah kalkarenit napalan Formasi Elat yang berumur Eosen Awal, batuan termuda adalah batugamping terumbu koral Formasi Kai yang berumur Kuarter (Achdan dan Turkandi, 1994). Sedangkan Kepulauan Aru terdiri dari Pulau Wokam, Pulau Kobror, Pulau Trangan, Pulau Workai dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Hampir sama dengan Kepulauan Kai, batuan-batuan di kepulauan Aru juga terdiri dari batugamping kalkarenit-napal berumur Tersier dan batugamping terumbu koral berumur Kuarter (Hartono dan Ratman, 1992). JSDG

MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

305

MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR KEPULAUAN KAI DAN KEPULAUAN ARU, MALUKU

B. Setyanta

Pusat Survei Geologi

Jl. Diponegoro No.57 Bandung, 40122

Sari

Pengamatan gaya berat di Kepulauan Kai dan Aru telah dilakukan guna mengetahui geodinamika daerah tersebut.

Anomali Bouguer lajur Kepulauan Kai-Aru dapat dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok anomali bagian barat

dengan gradien naik turun agak tajam dan kelompok anomali bagian timur yang relatip lebih landai. Kedua kelompok

anomali tersebut mempunyai nilai berkisar antara -180 mgal hingga 200 mgal yang ditafsirkan bahwa litologi di dua

kelompok anomali itu dilandasi oleh batuan kerak kontinen. Suatu hipotesa geodinamika di daerah Kepulauan Kai dan

Aru berdasarkan analisis model bawah permukaan gaya berat Bouguer menerangkan bahwa Kepulauan Kai terbentuk

oleh mekanisme sesar naik sedangkan Kepulauan Aru terbentuk oleh mekanisme pengapungan kerak yang diikuti oleh

tektonik gravitasi. Kedua mekanisme tersebut dipengaruhi oleh perubahan gaya tektonik tekan menjadi gaya tektonik

regang.

Kata Kunci : anomali Bouguer, mekanisme tektonik, geodinamika, Maluku

Abstract

A gravity measurement was done to study geodynamic model in Kai and Aru islands. Bouguer anomaly in Kai-Aru region

can be separated into two groups namely, western part of anomaly group with slighth up and down sharp gradient and

the eastern part of anomaly group which is slightly smooth. Both groups of anomaly range from -180 mgals to 200 mgals

and is interpreted that the lithologies in that area are underlain by continental crust. A geodynamic hypothesis around

Kai-Aru islads based on subsurface gravity model shows that the Kai islands are constructed by thrusting mechanism

whereas the Aru islands are by drifting mechanism and followed by gravitational tectonic mechanism. Both mechanism

are influenced by changing mechanism from compressional to extentional tectonic regime.

Key words : Bouguer anomaly, tectonic mechanism, geodynamics, Maluku

JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

Geo-Dynamics

Pendahuluan

Kepulauan Kai dan Kepulauan Aru terletak di bagian

timur Busur Banda, tepatnya pada zona lengkungan

sistem Busur Banda bagian timur. Secara tektonik

Kepulauan Kai terletak pada Busur vulkanik Banda

bagian dalam (Banda volcanic Inner Arc), sedangkan

Kepulauan Aru terletak pada Busur non vulkanik

Banda bagian luar (Banda non volcanic Outer Arc)

yang dekat dengan daerah paparan, kedua

kepulauan tersebut dibatasi oleh Palung Aru

(Gambar 1).

Busur Banda sendiri terletak di daerah pertemuan

tiga lempeng kerak bumi yang aktif, yakni Lempeng

Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng

Pasifik. Di bagian dalam kerangka busur ini terdapat

Laut Banda yang mempunyai beberapa palung

Naskah diterima : 2 September 2010

Revisi terakhir : 8 Nopember 2010

dalam (deep trough) seperti Palung Seram, Palung

Timor, Palung Tanimbar, Palung Weber dan Palung

Aru. Dua palung yang disebut terakhir terdapat di

daerah penelitian penulis.

Kepulauan Kai terdiri dari Pulau Kai Besar, Pulau Kai

Kecil dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Batuan

tertua di kepulauan ini adalah kalkarenit napalan

Formasi Elat yang berumur Eosen Awal, batuan

termuda adalah batugamping terumbu koral Formasi

Kai yang berumur Kuarter (Achdan dan Turkandi,

1994). Sedangkan Kepulauan Aru terdiri dari Pulau

Wokam, Pulau Kobror, Pulau Trangan, Pulau Workai

dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Hampir sama

dengan Kepulauan Kai, batuan-batuan di kepulauan

Aru juga terdiri dari batugamping kalkarenit-napal

berumur Tersier dan batugamping terumbu koral

berumur Kuarter (Hartono dan Ratman, 1992).

JSDG

Page 2: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

306

Geo-Dynamics

JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

Pemetaan gaya berat yang telah dikerjakan oleh

Pusat Survei Geologi pada tahun anggaran 2005

telah menghasilkan lembar-lembar peta anomali

Bouguer sekala 1 : 250.000 daerah Sulawesi dan

Maluku, termasuk Lembar Aru (Setyanta dan

Nasution, 2007) dan Lembar Kai-Tual (Susilo dan

Hayat, 2007).

Apabila peta-peta tersebut digabung dengan peta

anomali bebas udara (free air anomali, Bowin, drr.,

1981) di laut yang sudah direduksi menjadi peta

anomali Bouguer maka akan didapatkan peta

anomali Bouguer di kawasan tersebut.

Keberadaan Busur Banda yang secara geologi unik

telah menimbulkan perdebatan para ahli ilmu

kebumian, sehingga penelitian geologi berbasis gaya

berat walaupun hanya berupa hipotesis diharapkan

dapat memberikan gambaran model geodinamika

tektoniknya.

Metode

Data yang digunakan untuk analisis model geologi

bawah permukaan adalah data gayaberat, data

geologi dan data kegempaan. Data gayaberat

meliputi data anomali free air (di laut, Bowin, drr.,

1981) dan data anomali Bouguer (di darat, Setyanta

dan Nasution, 2007; Susilo, drr., 2007) di mana

data anomali free air kemudian direduksi menjadi

anomali Bouguer.

Pengamatan gayaberat bersifat relatip, yaitu

mengetahui atau mengukur beda nilai antara satu

titik dengan yang lain. Dengan kata lain harus

mempunyai titik dasar sebagai acuan, sehingga

semua titik mempunyai nilai relatif terhadap titik

acuan tersebut. Dalam kaitan ini sebagai titik acuan

daerah penelitian (Lembar Aru dan Lembar Kai-Tual)

digunakan titik yang terdapat di kota Tual yang

diturunkan dari titik pangkal gaya berat Makariki,

Masohi (BC Makariki). BC Makariki diturunkan dari

titik ikat gaya berat nasional di Bandara Patimura,

Ambon yang telah dibuat oleh Adkins, drr (1978).

Suatu pengukuran gaya berat mempunyai hubungan

langsung dengan variasi rapat massa dan volume

dari material yang ada di bawah titik pengukuran,

sehingga metoda ini sangat baik untuk mendeteksi

adanya struktur geologi bawah permukaan suatu

daerah. Peta anomali Bouguer pada hakekatnya

adalah refleksi dari semua massa di bawah

permukaan termasuk batuan dasar. Sehingga untuk

membahas geodinamikanya tidak perlu diadakan

pemisahan anomali regional dan anomali sisa

karena menyangkut semuanya, baik struktur batuan

dasar maupun struktur-struktur dangkal di atasnya.

Data kegempaan yang diperoleh dari literatur

digunakan untuk membantu pemodelan bawah

permukaan karena kondisi kegempaan suatu daerah

sangat berhubungan dengan kondisi struktur dan

tektonik daerah tersebut. Dengan kata lain semakin

rumit dan kompleks proses tektonik dan

pembentukan struktur pada suatu daerah, maka

semakin t inggi kondisi kegempaan atau

seismisitasnya. Hal tersebut secara empirik telah

banyak dibuktikan oleh banyak ahli kebumian yang

menggunakan pendekatan teori tektonik lempeng.

Perkiraan sekala waktu geologi pada pembahasan

geodinamika atau evolusi kerak didasarkan pada

analisis berbagai tulisan yang sudah terbit terutama

mengenai tektonik, kronostratigrafi dan paleogeografi

kontinen seperti Unrug (1997), Metcalfe (1998),

Charlton (2001 dan 2004), Heine dan Muller (2005)

dan Hinschberger, drr. (2005).

Geologi Regional Busur Banda

Busur Banda terletak di daerah pertemuan tiga

lempeng kerak bumi yakni Lempeng Indo-Australia,

Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik (Charlton,

2004; de Smet; 1999, Bowin, et al., 1981, Gambar

1). Kawasan pertemuan lempeng-lempeng tersebut

lazim dikenal sebagai Eastern Indonesian Tripple

Junction (EITJ) yang perkembangan geodinamika

tektonik dan strukturnya dipengaruhi oleh rezim

ketiga lempeng tersebut (Simanjuntak, 1992). Busur

Banda sendiri dapat dipisahkan menjadi dua wilayah

yaitu Busur Banda Dalam (busur vulkanik) dan Busur

Banda Luar (non-vulkanik). Pembagian dua wilayah

ini lebih jelas terlihat pada gambar 1 (Kerangka

tektonik Busur Banda) dan gambar 2 (peta citra

anomali Bouguer oleh Kaye, 1989) di mana busur

vulkanik yang mempunyai rapat massa relatip lebih

tinggi dicirikan oleh warna kemerahan sedangkan

busur non vulkanik yang terbentuk oleh pulau-pulau

akrasi (berwarna kehijauan), rapat massanya lebih

rendah.

Para ahli menyimpulkan bahwa terbentuknya Busur

Banda berkaitan dengan pemekaran lantai samudera

Laut Banda karena mulainya subduksi yang di awali

JSDG

Page 3: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

307JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

Geo-Dynamics

dengan pemekaran tersebut (Lapouille., drr., 1985,

Metcalfe, 1998, Hartono, 1990). Lebih jelas mereka

menyatakan bahwa pemekaran kerak samudera Laut

Banda yang ditandai dengan lineasi anomali magnet

adalah awal pembentukan Busur Banda. Jalur

kepulauan yang pada awalnya berarah barat-timur

selanjutnya dibelokkan ke utara terus membentuk

setengah lingkaran dan terjadi pembusuran sehingga

kerak samudera Laut Banda terperangkap di tengah-

tengah busur. Pembusuran ini terjadi karena benua

Australia yang bergerak ke utara sejak Akhir Kapur

dalam rangka pemisahan dari Benua Antartika mulai

mendapat perlawanan dari perputaran unclockwise

Papua akibat desakan lempeng Pasifik ke arah barat-

daya (Hartono, 1990, Hall., drr. 1995, Metcalfe,

1998). Saling dorong antara kerak benua Australia

dan kerak samudera Pasifik ini agak mengendor

setelah terbentuk sesar-sesar besar Sorong (SFZ) dan

Tarera Aiduna (TAFZ) karena ada pelepasan gaya

kompresi keduanya (Atmawinata dan Ratman,

1982). Area pemodelan terletak pada Busur Banda

Luar (Outer Banda Arc) di daerah Tertiary

Accretionary Wedge hingga daerah Back Arc Basin

(Gambar 1).

o125

o130o125

o 5 LS

o 10 LS

Sesar Sorong

Osei

Seram

Kep. Tanimbar

BabarLeti

rabminaT

Palung

Sumur Abadi (Gas)

PaparanMoney Shoal

G

oulburn Graben

Bayu-Undan

Laminaria,Corallina

Lempeng Laut Banda

Timor

Buton

Buru

Graben

Malt

a

Sahul Platform

Palung Timor

Palu

ng W

eber

Palung Seram

Sub-CekunganVulkanik

Sub-CekunganVulkanik Grab

en Vulkan

Cek. Bintuni

Cek. Salawati

Elang Kakatua

Sumur Evans

LempengPasifik

Lempeng Australian

yrantioAccrey riatreTe/ Busur Banda Luar

gdeW

250 km 0

LEGENDA:

Cekungan Laut Banda

Lempeng Granitan Benua Australia

Busur Volcanik

Sesar naik Sumur eksplorasi

Sesar normal Sumur produksi

Busur Banda Dalam Busur Banda Luar

Lajur lipatan dan sesar naik yang didominasioleh batuan Permo-Trias dan Yura yangtersusun oleh batuan malihan dan fragmen ofiolit hasil obduksi serta batuan Tersier dan Neogen Akhir

malad adnaB rusuB

BTBT

DAERAHPENELITIAN

Bula

Kep. Kai

Kep. Aru

Palu

ng A

ru

Gambar 1. Kerangka tektonik Busur Banda dan letak daerah penelitian (modifikasi Charlton, 2004, de Smet,1999, dan Bowin, et al, 1981).

JSDG

Page 4: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

308

Geo-Dynamics

JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

Anomali Bouguer di sekitar Kep. Kai dan Kep. Aru.

Secara umum medan gaya berat yang direfleksikan

dalam peta anomali Bouguer di daerah ini

mempunyai trend atau arah jurus timur laut-barat

daya. Kontur anomali Bouguer di kawasan sekitar

Kepulauan Kai dan Aru mempunyai nilai antara -180

mgal hingga 200 mgal. Pada Gambar 3 (Peta

anomali Bouguer di sekitar Kepulauan Kai dan Aru)

ditunjukkan adanya anomali negatif memanjang dari

barat daya ke timur laut antara Kepulauan Kai dan

Kepulauan Aru yang mempunyai nilai dari 0 mgal

hingga sekitar -180 mgal, di mana bagian tengahnya

membentuk lingkaran-lingkaran anomali negatif.

Kontur anomali ini tampak lebih rapat (landaian

curam) di sebelah timur Pulau Kai Besar dan di

sebelah barat Pulau Aru, hal ini kemungkinan

berkaitan dengan zona patahan turun di daerah itu.

Pola anomali ini merupakan gambaran dari kawasan

Palung Aru yang dilukiskan sebagai cekungan yang

terbentuk oleh penurunan blok kerak di bawahnya

dan kemudian membentuk palungan laut dan terisi

oleh sedimentasi sehingga mempunyai nilai anomali

negatif. Jurus dari kelompok anomali ini kurang lebih

timur laut-barat daya sesuai dengan arah umum

trend anomalinya di mana bulatan anomali negatip

pada bagian tengahnya merupakan pusat cekungan

Palung Aru. Dari trend anomali Bouguer yang

mengarah timur laut-barat daya maka arah gaya

utama diperkirakan berasal dari barat laut-tenggara

Di bagian barat laut di tempati oleh kelompok

anomali positif berfrekuensi cukup tinggi dengan nilai

dari 0 mgal hingga sekitar 200 mgal, bagian

tengahnya membentuk lingkaran anomali positif

yang berpusat di sekitar P. Kai Besar. Anomali tinggi

di daerah ini berkaitan dengan batugamping Tersier

dan kelompok litologi yang mempunyai rapat massa

tinggi yaitu kerak granitik yang relatip lebih dekat ke

permukaan di bandingkan tempat lain. Sementara itu

di bagian timur dan tenggara ditempati oleh

kelompok anomali berfrekuensi rendah membentuk

kontur-kontur anomali gradien rendah dengan nilai

antara 0 mgal hingga 75 mgal. Daerah ini sudah

memasuki kawasan paparan Arafura yang

mempunyai litologi relatif homogen yaitu batu

gamping dan napal berumur Tersier (Hartono dan

Ratman, 1992) yang dilandasi oleh batuan dasar

kerak kontinen yang relatif stabil.

Data Kegempaan

Data kegempaan diperlukan untuk mengetahui

sumber gempa dan kedalamannya, apakah berasal

dari subdaksi atau berasal dari bidang patahan

sehingga dapat membantu pemodelan gaya berat.

Secara umum kegempaan yang terjadi di sekitar

perairan Kepulauan Aru dan Kai merupakan gempa

bumi dangkal dengan kedalaman sekitar 0-34 km

yang sebagian besar berpusat di sekitar Palung Aru

(PPGL., 1994, McCue., 1989, Cardwell dan Isacks,

1978). Berdasarkan anlisa mekanisme pusat

gempa, diperkirakan gempa-gempa ini berasal dari

DAERAHPENELTIAN

-250

0

250

500

mgal

LempengLaut Banda

LempengSamuderaPasifik

Lempeng BenuaAustralia

LempengSamuderaHindia

Kep.Kai

Kepulauan Aru

0 200 400 km

U

130 135 BT0

5

15 LS

120 125

10

o

o

o

o

oooo

Gambar 2. Peta anomali Bouguer Citra Indonesia bagian timur (Kaye, 1989).

JSDG

Page 5: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

309JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

Geo-Dynamics

sesar naik di selatan Kepulauan Kai dan sesar normal

di sekitar Palung Aru (PPGL, 1994, McCue.,1989,

Cardwell dan Isacks, 1978). Keberadaan sesar-sesar

penyebab gempa ini juga terlihat pada penampang

seismik refleksi yang memotong Laut Banda,

Kepulauan Kai, Palung Aru hingga Paparan Arafura

(Kartaadipura, drr., 1982). Pusat-pusat kegempaan

ini kemudian diplotkan pada model gaya berat

bawah permukaan untuk menarik garis sesar.

Model geologi bawah permukaan arah AB

berdasarkan analisis gaya berat

Pembuatan model geologi bawah permukaan

berdasarkan anomali gaya berat dipandu oleh data

lain diantaranya adalah seismik refraksi untuk

memantau ketebalan sedimen (Kartaadipura, drr,

1982), data kegempaan untuk analisis struktur

geologi dan kedalaman air laut (PPGL, 1994, McCue

K.F. 1989, Gambar 4), peta geologi Kepulauan Kai

dan Tayandu (Achdan dan Turkandi, 1994, Gambar

5), peta geologi Lembar Aru, Maluku (Hartono dan

Ratman, 1992, Gambar 6), serta tektonik regional di

kawasan tersebut.

Penampang AB sepanjang kurang lebih 350 km

memotong Kepulauan Kai dan Kepulauan Aru

dengan arah relatif barat-timur dapat dilihat pada

Gambar 7 (penampang) dan Gambar 3 (arah

pemodelan). Dari ujung kiri terdapat landaian tajam

ke arah kiri (barat) sepanjang kurang lebih 10 km

hingga mencapai minus 20 mgal, adalah pengaruh

massa air laut Palung Weber dengan rapat massa

sekitar1,04 gr/cc. Selanjutnya pada km 15 hingga

km 145 landaian agak mengecil walaupun masih

menaik dan mencapai puncaknya pada km 145

dengan nilai sekitar 140 mgal di sekitar Kepulauan

Kai. Keadaan ini ditafsirkan sebagai cerminan

bongkah batuan dasar granitik (2,67 gr/cc) yang

relatif lebih dekat ke permukaan dan undulasi batuan

mantel atas (2,9 gr/cc) di bawah Kepulauan Kai yang

bias jadi disebabkan oleh sesar naik. Namun

demikian pada segmen ini terdapat juga perubahan

frekuensi kurva anomali secara setempat-setempat

akibat pengaruh ketebalan sedimen Tersier (2,20

gr/cc). Dari km 150 hingga kilometer 250 kurva

anomali memperlihatkan gradien menurun tajam

hingga pada puncak terendah -100 mgal pada km

175 dan kemudian naik agak tajam hingga mencapai

nilai sekitar 45 mgal pada km 250. Variasi yang

cukup tajam pada segmen ini ditafsirkan sebagai

akibat zona sesar yang melanda daerah ini sampai

batuan dasarnya sehingga ada beberapa blok kerak

yang turun membentuk suatu graben di sekitar

Palung Aru. Analisis ini juga didukung oleh data

kegempaan yang menyatakan bahwa gempa di

daerah ini ditimbulkan oleh pergerakan bidang sesar

(Gambar 4). Hal ini dapat dimengerti karena daerah

ini merupakan zona di mana blok-blok kerak kontinen

mengalami patahan turun. Walaupun demikian,

pertumbuhan batugamping di daerah ini cukup baik,

hal ini kemungkinan karena sebelum terjadi patahan

turun, terlebih dulu ada pengangkatan sehingga

melahirkan suksesi pengendapan batugamping yang

berlangsung sejak Tersier di Kepulauan Kai (Achdan

dan Turkandi, 1994) atau sejak Miosen Awal (dalam

hipotesa, Gambar 8). Selanjutnya pada km 250

hingga km 350 kurva anomali memperlihatkan

landaian yang rendah karena di daerah ini kondisi

geologinya sudah memasuki kawasan Paparan

Arafura yang stabil, di mana litologi relatip homogen

(Hartono dan Ratman, 1992) dan tidak terlihat

adanya undulasi basement.

Hipotesa Geodinamika Kerak Lajur Kai-Aru

Telah disebutkan di atas bahwa daerah lajur Kai-Aru

pada masa kini dilandasi oleh batuan kerak benua

granitan (Gambar 7). Pada awal mulanya daerah

Kai-Aru digambarkan masih sebagai bagian dari

kerak granitik benua Australia (Gambar 8) yang

dalam kondisi isostatik mempunyai rapat massa

sekitar 6,7 gr/cc, ketebalan sekitar 30 km. Dalam

keadaan isostatik yang demikian lengkung anomali

nilainya sama dengan nol (Sardjono, 2003), di dalam

penampang daerah penelitian ditunjukkan pada

gambar 9 (1). Keadaan yang demikian diperkirakan

berlangsung pada jaman Paleozoikum (Pra-Jura,

Unrug,1997), di mana benua Australia masih

menyatu dengan benua mikro India dan Antartika.

Kemudian kerak benua pada segmen tersebut sedikit

demi sedikit mengalami regangan sejak Jura. Pada

Akhir Jura, terjadi pemekaran lantai samudera yaitu

ditandai dengan lineasi magnet M25-M0 (Hartono,

1990, Metcalfe, 1998) yang melahirkan Kerak

Samudera Laut Banda (proto Laut banda) di mana

pada pergerakannya ke arah timur terus mendesak

Kerak Benua Australia, sehingga gaya regangan

menjadi gaya tekan. Kemudian pada Kapur Awal,

terjadi pemekaran Kerak Samudera Thetys yang

ditandai dengan lineasi magnet pematang kerak

samudera M16 (Hartono, 1990) dan pemisahan

Benua Australia dari Antartika (Weissel, et al., 1977,

Metcalfe, 1998,.Pigram dan Panggabean, 1984).

Sebagai akibatnya terjadi regangan dan tekanan yang

JSDG

Page 6: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

310

Geo-Dynamics

JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

melanda kerak granitik di beberapa kawasan daerah

ini. Pada segmen proto Kai-Aru kemungkinan pada

saat itu terjadi regangan (extensional regime) karena

kerak Benua Australia mulai bergerak perlahan ke

utara sehingga kurva anomali Bouguer sedikit

melengkung dan nilainya sedikit berubah karena

terjadi penipisan kerak pada bagian ini dan mantel

atas yang mempunyai rapat massa 3,1 gr/cc naik

sedikit (Gambar 9.3). Sifat getas (brittle) kerak

garnitik dan desakan terus menerus menimbulkan

pelengkungan kerak dan seterusnya terjadi patahan

geser di sebelah barat proto Aru (Gambar 9.4 dan 9.5

). Pemekaran kerak samudera Laut Banda terus

berlanjut, tetapi pada Paleosen Kerak Benua

Australia mulai bergerak lebih cepat mendesak ke

utara sehingga gaya tektonik tekan (compressional

regime) dibarengi juga dengan komponen geser (slip

regime) yang mempercepat separasi gerak sesar

geser menganan di sebelah barat proto Aru (Proto

Palung Aru). Namun demikian gerak Lempeng

Australia ini mulai mendapat perlawanan dari

Lempeng Pasifik yang sudah dimulai sejak Eosen

(Atmawinata dan Ratman, 1982). Pada fase ini

terjadi pengapungan kerak benua akibat terhentinya

gerak penunjaman di bagian tepi kontinen yang

berpengaruh juga di daerah proto Kai-Aru sehingga

sedikit demi sedikit mulai terangkat membentuk

gugusan kepulauan dan suksesi batu gamping di

bagian barat daerah penelitian yaitu di sekitar

gugusan Kepulauan Kai (Gambar 9.6 dan Gambar

9.7). Namun demikian sejak Pliosen saling dorong

gaya tektonik yang berasal dari Kerak Benua

Australia melawan Kerak Samudra Pasifik

menimbulkan dua sesar besar yaitu Sesar Sorong

(SFZ, Sorong Fault Zone) dan Sesar Tarera Aiduna

(TAF, Tarera Aiduna Fault Zone). Terbentuknya ke

dua sesar tersebut menyebabkan blok kerak

kontinen di sekitar Kepulauan Aru bergerak ke

timur (Gambar 8.8 dan 8.9) sehingga terjadi

regangan lagi pada segmen Kai-Aru yang menjadi

cikal bakal terbentuknya Palung Aru. Kondisi ini

terus berlanjut sehingga terbentuk sesar-sesar

normal dan graben di daerah regangan akibat

tektonik gravitasi dan diikuti oleh pembentukan

palung-palung seperti Palung Aru yang disertai

juga dengan pembentukan sedimen (lihat model

penampang, Gambar 7 dan Gambar 9).

Sedangkan di sebelah barat Kepulauan Kai

terbentuk sesar sesar naik akibat compressional

regime dari Kerak Laut Banda yang melibatkan

batuan dasar (Charlton, 2004) sehingga

memunculkan batuan-batuan sedimen di atasnya

pada jalur Tertiary accretionary wedge dan

membentuk gugusan kepulauan di sebelah

selatan Kepulauan Kai (Achdan dan Turkandi,

1994). Sesar-sesar normal di Palung Aru dan

sesar-sesar naik sebelah selatan Kepulauan Kai ini

yang ditafsirkan sebagai penyebab terjadinya

gempa yang telah disebutkan di atas.

30

-30

-15

0

15

0

-30

-15

-45

-60

-75

-90-120

-105

-75

-60

-45

-15

-30

0

15

30

45

60

60

75 45

60

45

45

30

-3030

-75

-90 -75 -60

-45

-15

15

0

-135

-120

-150-10

5

-30

-45-15

15

0

90

75

60

45

30

150

135120

165180

105

0

15

60

7590 105

45

0-30

-45-60

-90

-15

-105-120

-90

75

L A U T A R A F U R A

L A U T B A N D A

KE

P. A

RU

P. KOBROOR

P. KAI BESAR

P. KAI KECIL

P. TRANGAN

P. KOBA

P. BAUN

P. PENAMBULAI

P. WORKAI

DOBO

IA

K .P

EK

0 100km

o132 o135o134o133

o05 o05

o06 o06

o07 o07

BT

LS

LS

LS

Gambar 3. Peta anomali Bouguer di sekitar Kepulauan Kai dan Aru interval kontur 15 mgal (dikompilasi dari Bowin, et al, 1981, Setyanta & Nasution, 2007, Susilo dan Hayat, 2007). AB adalah arah pemodelan bawah permukaan gaya berat.

JSDG

Page 7: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

311JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

Geo-Dynamics

0 100km

o132o135o134

o136o133o04

o04

o05o05

o06o06

o07o07

o132o133 o135o134

o136

2000

2000

1000

2000

2000

200

200

200

1000

100

2000

1000

200

200

100

100

75

75

50

75

3000

4000

50

25

L A U T A R A F U R A

L A U T A R A F U R A

L A U T B A N D A

KE

P. A

RU

P. KOBROOR

P. KAI BESAR

P. KAI KECIL

P. ADI

P. TRANGAN

P. KOBA

P. BAUN

P. PENAMBULAI

P. WORKAI

DOBO

IA

K .P

EK

PAPUA

P

P

P

P

P

P

P

T

P

T

P

T

P

T

T

T

P

T

P

T

T

T

P

T

T

T

T

KETERANGAN

Kontur kedalaman laut (meter)Sesar Normal

Pusat Gempa

Arah pemodelan gayaberat

Sesar Geser

Sesar Naik

A B

PA

LU

NG

AR

U

BT

LS

LS

LS

LS

Gambar 4. Peta kontur kedalaman laut (dalam meter) di sekitar Kepulauan Aru-Kai dan solusi mekanisme bidang patahan serta pusat gempa dengan kedalaman 0 - 34 km (dikompilasi dari PPGL, 1994, McCue. 1989, Cardwell dan Isacks, 1978). Garis AB adalah arah pemodelah gaya berat.

K E P U L A U A N K A I

L A U T B A N D A

P. KAI BESAR

P. KAIDULAH

P. KAI KECIL

P. TAYANDU

Qk

Qk

Qk

Qpo

Qk

Qk

Qpo

Tpm

Tpm

Tpw

Tpw

Tomw

Tomw

Tomw

Tey

Tey

Tee

Tee

Tee

Batugamping terumbu

Batugamping kalkarenit

Kalkarenit-pasiran, grewak

Napal

Batugamping terumbu-napal-kalkarenit

Napal-kalkarenit

Kalkarenit-napalan

Arah pemodelan gayaberat

KETERANGAN

0 12,5 25 km

45’ 15’30’132 30’

5 15’

133 6o

o

o

o

30’

45’

Gambar 5 : Peta Geologi Kepulauan Kai dan Tayandu, Maluku (Achdan dan Turkandi, 1994).

JSDG

Page 8: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

312

Geo-Dynamics

JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

UD

UD

134°00'BT(E)

KETERANGAN

Batuan sedimen Kuarter (batulumpur, batu pasir kuarsa) Batuan sedimen Tersier (batu gamping, napal, batu lumpur)

135°00'BT(E)

135°00'BT(E)

5°15'LS(S)

6°00'LS(S)

7°15'LS(S)

5°15'LS(S)

6°00'LS(S)

7°15'LS(S)

Kelurusan geologi

Arah pemodelan gaya berat

KE

P. A

RU

P. TRANGAN

P. KOBA

P. BAUN

P. PENAMBULAI

P. WORKAI

DOBO

P. KOBROOR

L A U T A R A F U R A

0 20 KM

Gambar 6. Peta geologi sederhana P. Aru dan sekitarnya (disederhanakan dari Hartono & Ratman, 1992).

k m

k m

D e p t h

D e p t h

0 50 100 150 200 250 300 350k mD i s t a n c e

-220

-0

-0

-4

-4

-8

-8

-12

-12

-16

-16

-20

-20

-24

-24

-28

-28

-32

-32

-36

-36

-180-140-100-60-202060

100140

m G a l = anomali dihitung = anomali diamati

KEPULAUAN KAI

KEPULAUAN KAI

KEP. ARU (PAPARAN ARAFURA)

Papua Barat

PALUNG ARU

PALUNG ARU

LAUT BANDA

F. Kambe langan

0

0

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

6

6

7

7

8

TW

T k

m s

ec

TW

T k

m s

ec

Air laut

KETERANGAN

Batuan Sedimen Tersier

Batuan Kerak Granitan

Rapat masaBatuan (gr/cc)

Patahan turun

Sumber kegempaanBatuan Mantel Atas

2,67

2,67

2,67

2,67 2,67

2,202,20

1,041,04 1,04

2,90

2,67

KEPULAUAN KAI KEP. ARU (PAPARAN ARAFURA)

PALUNG ARU

LAUT BANDA

A B

a b

Gambar 7. Interpretasi Penampang Seismik refleksi (Kartaadipura, et al., 1982, gambar a) dan penampang bawah permukaan gayaberat arah AB daerah Kepulauan Kai-Aru dan sekitarnya (gambar b).

JSDG

Page 9: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

C

L

QS

I

SWB

Si N

NPPS

SWB

MWS

SAMUDERA PASIFIK

SAMUDERAINDIA

PA

ES

Ba

OBa-SuB-S

WIJ

N.GUINEABu

SmCENO-TETHYS

AUSTRALIA

ANTARTICA

M0

M0

Buru

Seram

BanggaiSula

Bird’sHead

Kai

Aru

TanimbarTimor

Hal

mah

era

Proto LautBanda

Buru

Seram

BanggaiSula

Bacan

KepalaBurung

Kai

Aru

Tanimbar

Buton

Sumba

Sunda Barat/BusurBanda

Sul

awes

i

Bar

atda

ya

Bar

atda

ya

Min

dana

oHal

mah

era

Philippines

Sul

awes

i uta

ra

EOSEN AKHIR/35 Jtl(Charlton, 2001)

EURASIASG SC

NPSWB

QS

S

I

C

MESO-TETHYS

LSi

N

M

WBSm

WS

BaESBu bA-Su

B-SWIJGREATER

INDIA

INDIA

AUSTRALIA

ANTARTICA

EURASIASG SC

QS

S

I

C

MESO-TETHYS

LSi

N

M

WBSm

WS

BaESBu bA-Su

B-SWIJ

INDIABESAR

INDIAMIKRO

AUSTRALIA

N.GUINEA

ANTARTIKA

JURA-AKHIR/165 Jtl(Metcalfe, 1998)

0

30o

30o

60o

Timor trough

Sahul Shelf

Arafura Shelf

Kai Aru

Inner Banda ArcLAUT BANDA

AUSTRALIA

LEMPENGSAMUDERAPASIFI

RESEN (Hall,1996)

SFZ

TAF

SamuderaIndia

Kai-Aru

NPSWB

EURASIASG SC

S

IC

MESO-TETHYS

CENO-TETHYS

GREATERINDIA

AUSTRALIA

TanimbarTimor

Bu

Ba-Su

WIJ

ES O

Sm

WB

Si

B-S

Ba

M16M16

M21

M21

M7

M7

M21M21

MWS

NPSWB

EURASIASG SC

S

IC

MESO-TETHYS

CENO-TETHYS

INDIABESAR

AUSTRALIA

ANTARTIKA

TanimbarTimor

Bu

Ba-Su

WIJ

ES O

Sm

WB

Si

B-S

Ba

M16M16

M21

M21

M7

M7

M21M21

MWS

AWAL KAPUR /120 Jtl(Metcalfe, 1998)

0

30o

30o

60o

Kai-Aru

C

L

QS

I

SC

SWB

Si N

NPPS

SWB

MWS

SAMUDERAPASIFIK

SAMUDERAINDIA

PA

ES

Ba

OBa-SuB-S

WIJ

N.GUINEABu

SmCENO-TETHYS

AUSTRALIA

ANTARTIKA

M0

M0

KAPUR AKHIR /80 Jtl(Metcalfe, 1998)

0

30o

30o

60o

Kai-Aru

INDIA

ANTARTIKA

GONDWANA

AUSTRALIA

KONTINENCIMMERIAN

PALEOPASIFIK

uatoEq r

30 S

0 So

o

Paleozoikum(Unrug, 1997)

Sm : SumbaWb : West BorneoSi : SikulehN : NatalEs : East SulawesiBu : ButonBA-SU : Banggai SulaWIJ : West Irian JayaB-S : Buru SeramM : MangkalihatWS : West SulawesiBa : Banda allochtoneSG : Songpan GanziS : Sibumasu

Awal ternbentuknyaSesar Sorong

Awal ternbentuknyaCekungan Banda Utara

Bu

su

rSan

gih

e

PembentukanLajur PerlipatanSulawesi

W

B

W WaigeoB Biak

MIOSEN AKHIR/10 Jtl(Charlton, 2001)

Kai

Aru

SAMUDERAPASIFIK

BUSUR BANDA

SFZ

TAF

SamuderaIndia

0 500km

PLIOSEN Hinschberger, drr.,. (2005)

Cek. Flores

SAMUDERAPASIFIK

SFZ : Zona Sesar SorongTAF : Zona Sesar Tarera- Aiduna

Gambar 8 : Rekontruksi paleogeografi Indonesia bagian timur (modifikasi Unrug, 1997, Metcalfe, 1998, Charlton, 2001, Hall, 1996, Hinschberger, drr.,2005)

313JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

Geo-Dynamics

JSDG

Page 10: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

Gambar 9. Hipotesa model Geodinamika Kerak Lajur Kai-Aru berdasarkan anomali gayaberat.

314

Geo-Dynamics

JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

Gra

vity

(m

Gal

)G

ravi

ty (

mG

al)

Gra

vity

(m

Gal

)G

ravi

ty (

mG

al)

Gra

vity

(m

Gal

)

120

120

120

120

80

80

80

80

80

40

40

40

40

40

0

0

0

0

0

-40

-40

-40

-40

-40

-120

-120

-80

-80

-80

-80

-80

0

0

0

0

0

10

10

10

10

10

20

20

20

20

20

30

30

30

30

30

40

40

40

40

40

50

50

50

50

50

Depth

(km

)D

epth

(km

)D

epth

(km

)D

epth

(km

)D

epth

(km

)

+ + ++ +

BATUAN SEDIMEN

KURVA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER

FRAGMEN KERAK BENUA

SELUBUNG ATAS

ARAH GAYA

0

0

0

0

0

0

0

0

0

50

50

50

50

50

50

50

50

50

100

100

100

100

100

100

100

100

100

150

150

150

150

150

150

150

150

150

200

200

200

200

200

200

200

200

200

250

250

250

250

250

250

250

250

250

300

300

300

300

300

300

300

300

300

350

350

350

350

350

350

350

350

350

400

400

400

400

400

400

400

400

400

1

2

3

4

5

7

6

8

9

Kai

Kai

Kai

Kai

protoKai

Palung Aru

Palung Aru

Palung Aru

Palung Aru

Aru

Aru

Aru

Aru

proto Aru

Pra Yura

Yura

Kapur Awal

Kapur Akhir

Miosen Awal

Miosen Akhir

Miosen

Pleistosen

Resen

--

--

--

--

KETERANGAN :

JSDG

Page 11: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

Kesimpulan

Analisis peta gaya berat Bouguer, data kegempaan,

model bawah permukaan gayaberat dan studi

geodinamika tektonik daerah lajur Kepulauann Kai

dan Kepulauan Aru telah menghasilkan beberapa

kesimpulan utama yakni :

1. Daerah penelitian dilandasi oleh batuan dasar

kerak kontinen Australia yang mempunyai rapat

massa sekitar 2,67 gr/cc.

2. Dari trend anomali Bouguer, arah gaya utama

pembentuk struktur geologi utama berasal dari

Barat laut-Tenggara.

3. Secara tektonik lajur Kepulauan Kai Aru terbentuk

oleh proses regangan (extensional regime) yang

kemud ian be rubah men jad i t ekanan

(compressional regime) sehingga seolah olah

terjadi tumbukan lempeng sejenis dan diakhiri

dengan regangan yang menyebabkan terjadinya

tektonik gravitasi.

4. Tektonik gravitasi melahirkan sesar-sesasr normal

yang membentuk cekungan di Palung Aru seperti

yang terlihat dari ekspresi gaya berat di daerah ini.

Saran

Segera dibuat proposal penelitian paleomagnetik

daerah Aru-Kai untuk menunjang hipotesis tektonik

yang telah dikemukakan oleh para ahli kebumian.

Maksud penelitian magnet purba terhadap formasi-

formasi batuan di daerah Kai-Aru yang meliputi

inklinasi dan deklinasi adalah untuk mengetahui

posisi lintang purba dan rotasi yang sudah dijalani

tiap-tiap formasi. Dengan demikian penggabungan

data magnet purba dan data sebelumnya dapat

mendemontrasikan urut-urutan pergerakan bagian

blok-blok di Kai-Aru.

Ucapan terima kasih

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kepala

Pusat Survei Geologi, Rekan-rekan Kelompok

Geofisika dan para editor yang telah membantu

dalam penulisan hingga penerbitan tulisan ini

Acuan

Achdan, A. dan Turkandi, T., 1994, Peta Geologi Lembar Kai dan Tayandu, Maluku, sekala 1 : 250.000. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Adkins, J., Sutisna, S. and Untung, M., 1978. A Regional Gravity Base Station network for Indonesia, Geological

Survey of Indonesia. Publikasi Teknik Seri Geofisika, no. 6, 1978, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi, Bandung.

Atmawinata, S. dan Ratman, N., 1982. Struktur geologi Pulau Yapen dan hubungannya dengan lajur sesar

Sorong. Prosiding PIT XI IAGI, Jakarta, hal 1-6.

Bowin, C.O., Warsi, C. and Milligan, J., 1981. Free Air Anomali Atlas of the word. Government Printing Office,

Washington DC, USA.

Cardwell, R.K. and Isacks, B.L., 1978. Geometry of the subducted lithosphere beneath the Banda Sea in Eastern

Indonesia from seismicity and fault plane solutions. Journal of Geophysical Research, 83, B6, 2825-

2838.

Charlton, T.R.,2004. The petroleum potential of inversion anticlines in Banda Arc. AAPG Bul., 88: 565-586.

Charlotn, 2001. Permo Triassic evolution of Gonwanan eastern Indonesia and the final Mesozoic separation of S

E Asia from Australia. Journal of Asia Earth Sciences, 19: 595-617.

de Smet, M.E.M., 1999. On The Origin of The Outer Banda Arc, Tectonics and Sedimentation of Indonesia. Proc. thof the Geology of Indonesia Book 50 Ann. Mem. Sem. Authored by R.W. van Bemmmelen, ed.by

H.Darman & F.H. Sidi, 81 pp.

Hall, R., J.R. Ali, C.D. Anderson and S. J. Baker, 1995. Origin and motion history of the Philippine Sea Plate.

Tectonophysics, Volume 251, Issues 1-4, 15 December 1995, pp. 229-250

315JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

Geo-Dynamics

JSDG

Page 12: MEDAN GAYA BERAT DAN MODEL GEODINAMIKA DI SEKITAR

Hartono, H.M.S., 1990. Terbentuknya Busur Vulkanik Banda. Geologi Indonesia, Majalah IAGI, XIII (2):

105-112.

Hartono, U. dan Ratman, N., 1992. Peta Geologi Lembar Aru, Maluku, sekala 1 : 250.000. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Heine, C. dan Muller, R.D., 2005. Late Jurassic rifting along the Australian North West Shelf: margin geometry

and spreading ridge con?guration. Australian Journal of Earth Sciences, 52, (27–39).

Hinschberger, F., Malod, J.A., Rehault, J.P., Villeneuve, M., Royer, J.Y. and Burhanuddin, S., 2005. Late

Cenozoic geodynamic evolution of eastern Indonesia. Tectonophysics.ELSEVIER.

Kartaadipura, L.W., Ahmad, Z. and Reymond, A., 1982. Deep sea basins in Indonesia. Proc. Indon. Petrol. thAssoc. 11 Ann. Conc. Vol. I, , Jakarta, pp. 53-81.

Kaye,S.J., 1989. The Structure of Eastern Indonesia an approach via gravity and other geophysical methods.

Phd thesis, University of London, U.K. http://www.bandaarcgeophysics.co.UK.

Lapouille, A., Haryono, H., Larue, M., Pramuwijoyo, S. dan Lardy, M., 1985. Age and origin of the sea floor of the

Banda Sea (Eastern Indonesia). Oceanologica Acta, 8 (4), pp.379-389.

Pigram, C.J., and Panggabean, H., (1984). Rifting of the northern margin of the Australian continent and the

origin of some microcontinents in estern Indonesia. Tectonophysics, 107 (331-353).

PPGL. 1994. Hasil kompilasi peta elemen tektonik, peta pusat gempabumi dan solusi mekanisme bidang sesar

serta peta geologi dasar laut Perairan Kep. Aru dan sekitarnya. Berita Geologi, XV: 7-14, DGSM, Des.

1994.

Sardjono, 2003. Anomali gaya berat dan dinamika kerak bumi. Majalah IAGI, 33, (2) : 43-55.

Setyanta, B. dan Nasution, J., 2007. Peta Anomali Bouguer Lembar Aru, Maluku, sekala 1 : 250.000. Pusat

Survei Geologi, Bandung.

Simanjuntak, T.O., 1992. Tectonic development of the Indonesian Archipelago and its bearing on the occurrence

of energy resources. Journal of geology and mineral resources, v.II, pp. 1-23.

Susilo, A., dan Hayat, D.Z., 2007. Peta Anomali Bouguer Lembar Kai dan Tual, Maluku, sekala 1 : 250.000.

Pusat Survei Geologi, Bandung.

Tjia, H.D., 1973. Irian Fault Zone and Sorong melange. Sains Malaysia, v.2, hal 13-30.

Unrug, R. 1997. Rodinia to Gondwana: the geodynamic map of Gondwana supercontinent assembly. GSA Today

7 (1): 1-6.

McCue K.F., 1989. Australian Seismological Report 1985. Bureau of Mineral Resources, Australia, Report 285

Metcalfe, I., 1998. Paleozoic and Mesozoic geological evolution of the SE Asian region : multidisciplinary

constrains and implications for biogeografi. Biogeography and Geological evolution of SE Asia, pp 25-4,

eds. Robert Hall dan Jeremy D. Holloway, Backbuys Publishers, Leiden.

Weissel, J.K., Watts, A.B., Lapoulle, A., Karnenr, G. dan Jongsma, D., 1977. Preliminary result geophysical

invertigation in marginal basin of Melanesia. Eos. Trans. Amer. Geophys. Union (Abstr.), 58/504.

316

Geo-Dynamics

JSDG Vol. 20 No. 6 Desember 2010

JSDG