147

Matius Sau, dkk

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Matius Sau, dkk
Page 2: Matius Sau, dkk

i Matius Sau, dkk

Page 3: Matius Sau, dkk

ii Matius Sau, dkk

Sanksi Pelanggaran Hak Cipta UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Ketentuan Pidana

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Matius Sau, dkk

iii Matius Sau, dkk

Diterbitkan oleh

Penerbit Nas Media Pustaka

Makassar, 2019

Page 5: Matius Sau, dkk

iv Matius Sau, dkk

SISTEM PEMBANGKITAN : ENERGI DAN ENERGI BARU TERBARUKAN

Matius Sau, dkk

- Makassar : © 2019

Layout : Amma Prasetya

Design Cover : Muhammad Alim

Copyright ©Matius Sau, dkk 2019

All right reserved

Cetakan Pertama, Juli 2019

Diterbitkan oleh Penerbit Nas Media Pustaka

CV. Nas Media Pustaka

Anggota IKAPI

No. 018/SSL/2018

Jl. Batua Raya No. 550 Makassar 90233

Telp. 0813-8002-3737

[email protected]

www.nasmediapustaka.co.id

www.nasmediapustaka.com

Instagram : @nasmediapustakapenerbit

Fanspage : Penerbit Nas Media Pustaka

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Matius Sau, dkk

Sistem Pembangkitan : Energi dan

Energi Baru Terbarukan / Matius Sau, dkk; –cet. I –Makassar : Nas Media Pustaka, 2019.

xiv + 132 hlm; 14 x 21 cm

ISBN 978-623-7340-02-7

I. Referensi II. Judul

Dicetak oleh Percetakan CV. Nas Media Pustaka, Makassar

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Page 6: Matius Sau, dkk

v Matius Sau, dkk

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan yang Maha

Esa, atas karya dan perlindungannya sehingga buku ajar Sistem

Pembangkitan Energi dan Energi Baru Terbarukan ini dapat

diselesaikan walaupun masih banyak yang perlu dikoreksi dan

dilengkapi.

Sistem Pembangkitan Energi dan Energi Baru Terbarukan ini,

merupakan bahagian dari salah satu mata kuliah wajib di program

studi teknik elektro bidang teknik tenaga listrik.

Tujuan dari Buku ini adalah memberikan penjelasan tentang

sumber energy dan pemanfaatannya, jenis-jenis pembangkit listrik

baik dengan bahan bakar fosil maupun energy terbarukan dan system

pembangkit hybrid.

Baku ajar mata kuliah ini terselesaikan atas bantuan dan

dorongan banyak pihak karena itu perkenankan penulis

berterimakasih kepada DRPM Dikti, Ketua LLDikti Wilayah IX

Sulawesi dan Gorontalo, Rektor UKI-Paulus dan sesama dosen

program studi teknik elektro.

Semoga dengan adanya bahan buku ajar ini dapat bermanfaat

bagi yang membacanya, khususnya dalam dunia pendidikan.

Makassar, Juni 2019

Penulis

Page 7: Matius Sau, dkk

vi Matius Sau, dkk

Page 8: Matius Sau, dkk

vii Matius Sau, dkk

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................... v

Daftar Isi...................................................................................... vii

Daftar Gambar ........................................................................... ix

Daftar Tabel ................................................................................ xii

BAB 1PENDAHULUAN

A. Pengertian Energi .................................................................... 2

B. Sumber Energi ......................................................................... 5

C. Energi Fosil ............................................................................. 6

D. Energi Baru Terbarukan .......................................................... 7

E. Energi Angin .......................................................................... 9

F. Energi Surya ............................................................................ 15

BAB 2 PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI FOSIL

A. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) ................................. 19

B. Pembangkit Listrik Tenaga Uap ............................................. 22

C. Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap (PLTGU) ...................... 26

D. CO Generation ......................................................................... 30

BAB 3 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIDRO

A. Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro ......................... 43

B. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro .................................. 44

C. Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro .................................... 50

D. Pembangkit Listrik Tenaga Air ............................................... 50

BAB 4 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB)

A. Komponen-komponen PLTB .................................................. 69

B. Turbin Angin ........................................................................... 71

Page 9: Matius Sau, dkk

viii Matius Sau, dkk

C. Tiang ........................................................................................ 77

D. Panel Kontrol ........................................................................... 78

E. Bagian Aerodinamik dari Kincir ............................................. 78

F. Prinsip Kerja Turbin Angin ..................................................... 81

BAB 5 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

A. Pengertian Energi Matahari Dengan Genting Surya

(Sel Surya) ............................................................................... 85

B. Struktur Sel Surya ................................................................... 87

C. Proses Terjadinya Energi Matahari Menjadi Energi Listrik .... 89

D. Energi Matahari di Indonesia .................................................. 93

E. Prinsip kerja sel surya fotovoltaik .......................................... 94

F. Sistem tenaga surya fotovoltaik .............................................. 95

G. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel /Genset ............................. 104

H. Pembangkit Hybrid Tenaga Surya – Genset (PLTD) .............. 105

I. Perancangan Kapasitas Pembangkit ........................................ 107

BAB 6 RANCANGAN PEMBANGKIT HIBRID DAN

SIMULASI

A. Rancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ........................ 113

B. Simulasi dengan Aplikasi Homer Pro ..................................... 119

C. Pengujian Pembangkit Hibrid Surya-Diesel ............................ 122

Tentang Penulis .......................................................................... 129

Page 10: Matius Sau, dkk

ix Matius Sau, dkk

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sebaran Potensi Panas Bumi ................................... 10

Gambar 1.2 Potensi Pemanfaatan Tenaga Angin ........................ 12

Gambar 1.3 Peta Potensi Tenaga Surya ...................................... 12

Gambar 1.4 Jenis-Jenis Biomassa ............................................... 14

Gambar 1.5 Turbin Angin ........................................................... 14

Gambar 1.6 Prinsip kerja Energi surya ....................................... 16

Gambar 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Gas .............................. 20

Gambar 2.2 Prinsip kerja PLTG ................................................. 23

Gambar 2.3 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) .......... 27

Gambar 2.4 Skema sebuah Blok PLTGU yang terdiri dari 3 unit PLTG dan sebuah unit PLTU ................................................ 28

Gambar 2.5 Cogeneration diesel ................................................. 32

Gambar 2.6 Cogeneration Turbin Gas ........................................ 34

Gambar 2.7 Cogeneration Combined Cycle ............................... 35

Gambar 2.8 Cogeneration Pembangkit Listrik Konvensional Rangkine ....................................................................................... 35 Gambar 2.9 Cogeneration Turbin Ekstraksi ............................... 37

Gambar 2.10 Cogeneration Turbin Tekanan Balik ..................... 38

Gambar 2.11 Cogeneration Fuel Cells ........................................ 39

Gambar 3.1 Diagram Pembagian Sumber Daya Energi Air ....... 51

Gambar 3.2 Skematis sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air ... 55

Gambar 3.3 Terjadinya pasang surut akibat gaya tarik bulan ..... 56

Gambar 3.4 Posisi bumi terhadap bulan ..................................... 57

Gambar 3.5 Posisi Bumi, bulan dan matahari ketika pasang Purnama ........................................................................................ 58

Page 11: Matius Sau, dkk

x Matius Sau, dkk

Gambar 3.6 Posisi Matahari dan bulan terhadap bumi membentuk sudut 90o ................................................................... 59

Gambar 3.7 Prinsip proses konversi energy pasang surut .......... 63

Gambar 3.8 Pusat Listrik Tenaga Pecah Gelombang (PLTPG) ....................................................................................... 64

Gambar 3.9 Skema Rakit Ombak Laut ....................................... 65

Gambar 3.10 Skema Konversi energy Panas Laut (KEPL) ........ 67

Gambar 3.11 a) Pusat Listrik KEPL Darat, b) Pusat Listrik KEPL Darat .................................................................................. 67

Gambar 4.1 Sebuah PLTB (Sumber: http://www

.kincirangininfo.com) ................................................................... 70 Gambar 4.2 Baling-baling dan ekor ............................................ 71

Gambar 4.3 Generator pada turbin angina .................................. 71

Gambar 4.4 Turbin angin sumbu horizontal ............................... 73

Gambar 4.5 Turbin angin sumbu vertical ................................... 76

Gambar 4.6 Tiang PLTB ............................................................. 77

Gambar 4.7 panel control PLTB ................................................. 78

Gambar 4.8 Sketsa Dalam Kincir angin Sumber: http://www

.kincirangininfo.com ..................................................................... 79 Gambar 4.9 Model Turbin dengan jari-jari r ............................... 82

Gambar 4.10 Hubungan koefisien daya rotor turbin dengan speed ratio .................................................................................... 83

Gambar 5.1 Modul surya biasanya terdiri dari 28 – 36 sel

surya yang dirangkai seri untuk memperbesar total daya

output ............................................................................................ 87

Gambar 5.2 Struktur dari sel surya komersial yang menggunakan material silikon sebagai semikonduktor (http://rhazio.wordpress.com/2007/09/12/pembangkit- listrik-tenaga-surya/) ..................................................................... 88

Gambar 5.3 Struktur sel surya tipe p-n campuran silicon

(Djoko Adi Widodo, Suryono, Tatyantoro A., Tugino. 2009) ..... 88

Gambar 5.4 Sel Surya (Genting surya) ....................................... 89

Page 12: Matius Sau, dkk

xi Matius Sau, dkk

Gambar 5.5 Cara bekerja Sel Surya sumber: http://newkonyol.blogspot.com/2012/03/pemanfaatan-

pembangkit-listrik-tenaga.html..................................................... 90

Gambar 5.6 Junction semikonduktor tipe – p dan tipe – n (Wind And Solar Power Sistems karangan Mukund R. Patel) ..... 91

Gambar 5.7 Cara kerja sel surya dengan prinsip p–n junction (Photovoltaic Systems Enginering Second Edition oleh Roger A Messenger Jerry Ventre) ........................................................... 92

Gambar 5.8 Ilustrasi Proses Terjadinya Listrik Pada Sel Surya Fotovoltaik .................................................................................... 92 Gambar 5.9 Prinsip kerja sel fotovoltaik. (Abu bakar dkk, 2006) .................................................................. 95

Gambar 5.10 Diagram blok sistem modul surya untuk PLTS ............................................................................................. 95

Gambar 5.11 Panel Polycrystalline (a) dan Panel Monocrystalline (b) ...................................................................... 97

Gambar 5.12 Inverter Pure Sine Wave 12-24 Volt ..................... 98

Gambar 5.13 Solar Charge Controller MPPT 12/24 volt (auto), 30 A. ................................................................................. 99

Gambar 5.14 Contoh Baterai Jenis VRLA .................................. 102

Gambar 5.15 Single line Genset ................................................. 104

Gambar 5.16 Sistem pembangkit hibrid kopling AC terpusat (Centralized AC-coupled Hybrid Power Sistems) ........................ 106

Gambar 5.17 Sistem pembangkit hibrid kopling AC dan DC terpusat (Centralized AC and DC-coupled Hybrid Power

Sistems) ......................................................................................... 106

Gambar 6.1 Tampilan awal Aplikasi Homer .............................. 120

Gambar 6.2 Skematik Aplikasi Homer berdasarkan kebutuhan beban 500 Wp ............................................................. 121

Gambar 6.3 Hasil Simulasi system hybrid menggunakan Aplikasi Homer ............................................................................ 121

Gambar 6.4 Panel sistem hybrid PLTS dengan Genset/Diesel ... 122

Page 13: Matius Sau, dkk

xii Matius Sau, dkk

Gambar 6.5 Grafik Waktu terhadap arus sitem Hybrid PLTS dengan diesel Genset .......................................................... 124

Gambar 6.6 Grafik Waktu terhadap arus sitem Hybrid PLTS dengan Genset .................................................................... 127

Page 14: Matius Sau, dkk

xiii Matius Sau, dkk

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Potensi Panas Bumi per Pulau ..................................... 10

Tabel 1.2 Potensi Tenaga Air....................................................... 11

Tabel 1.3 Sebaran Radiasi Potensi Tenaga Surya Berdasarkan

Titik Pengukuran Kabupaten/Kota ............................................... 13

Tabel 3.1 Kapasitas PLMH .......................................................... 43

Tabel 3.2 Potensi Ekonomis Tenaga Air Untuk Pembangkit

Tenaga ListrikBeberapa Negara Didunia. .................................... 53

Tabel 3.3 Potensi Ekonomis Tenaga Air Untuk Pembangkit

Tenaga Listrik Beberapa Negara Di Indonesia ............................. 53

Tabel 3.4 Potensi energi pasang surut di dunia ............................ 60

Tabel 5.1 Siklus pengisian pada jenis Accumulator otomotif

dan deep cycle .............................................................................. 101

Tabel 5.2 Voltage charging untuk berbagai jenis

Accumulator ................................................................................. 101

Tabel 6.1 Data beban harian ........................................................ 116

Tabel 6.2 Waktu pengisian ke accumulator dari panel

surya 200 Wp ................................................................................ 124

Tabel 6.3 Waktu pengisian ke accumulator dari panel

surya 200 Wp ............................................................................... 126

Page 15: Matius Sau, dkk

xiv Matius Sau, dkk

Page 16: Matius Sau, dkk

1 Matius Sau, dkk

BAB 1

PENDAHULUAN

eran energi listrik kian hari semakin vital, kenaikan harga

listrik selalu menjadi headline disetiap surat kabar nasional

maupun daerah. Bahkan ketika terjadi pemadaman akibat dari

shortage karena terjadi kerusakan di pembangkit maupun

pemadaman bergilir di daerah krisis listrik yang berakhir dengan

demonstrasi warga. Kondisi ini mencerminkan bahwa listrik

membantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di masyarakat dan

sebagai penggerak perekonomian. Ketersediaan listrik menjadi

tanggung jawab pemerintah sesuai dengan amanah Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 33 ayat 2 yang

menyatakan bahwa usaha penyediaan tenaga listrik dikuasasi oleh

Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran

rakyat yang penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah dan

pemerintah daerah.

Dalam menjamin ketersediaan listrik, pemerintah membuat

kebijakan di sektor energi yaitu Kebijakan Energi Nasional (KEN)

yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014.

KEN mengusung semangat perubahan paradigma dari supply side

management menjadi demand side management. Selain perubahan

paradigma, diamanatkan juga target energi yang harus disediakan

P

Page 17: Matius Sau, dkk

2 Matius Sau, dkk

padaTahun 2025 adalah 400 juta TOE, dengan asumsi pada Tahun

2025 konsumsi listrik per kapita mencapai 2500 kWh. Besaran 400

juta TOE harus disediakan berdasarkan bauran energi mix: minyak

bumi 25%, gas bumi 22%, batubara 30% dan energi baru terbarukan

23%.

A. Pengertian Energi

Energi merupakan besaran yang kekal, artinya energi tidak

dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari suatu

bentuk satu ke bentuk yang lain namun tidak merubah jumlah

atau besar energi secara keseluruhan

1. Klasifikasi Energi

Energi secara umum dibagi dalam 2 bagian:

1) Transitional energy: energi yang bergerak dan bisa

berpindah melintasi suatu batas sistem.

2) Stored Energy, energi tersimpan yang berwujud sebagai

massa, posisi dalam medan gaya dll.

2. Kategori Energi:

a. Energi Mekanik

b. Energi Listrik

c. Energi Elektromagnetik

d. Energi Kimia

e. Energi Nuklir

f. Energi Thermal (Panas)

a. Energi Mekanik

Energi mekanik adalah energi yang dimiliki suatu benda

karena sifat geraknya.Energi mekanik terdiri dari energi

potensial dan energi kinetik.

a. Energi Potensial

Energi potensial adalah energi yang dimiliki

suatu benda akibat adanya pengaruh tempat atau

Page 18: Matius Sau, dkk

3 Matius Sau, dkk

kedudukan dari benda tersebut. Energi potensial disebut

juga dengan energi diam karena benda yang dalam

keadaan diam dapat memiliki energi.

Energi potensial bumi tergantung pada massa

benda, gravitasi bumi dan ketinggian benda.

Ep = m.g.h ......................................... (1.1)

Dengan:

Ep = Energi potensial bumi

M = massa benda

g = Gravitasi bumi

h = Ketinggian benda

b. Energi Kinetik

Energi kinetik: energi yang dimiliki benda karena

geraknya. Makin besar kecepatan benda bergerak makin

besar energi kinetiknya dan semakin besar massa benda

yang bergerak makin besar pula energi kinetik yang

dimilikinya.Secara matematis bisa dirumuskan:

Ek = ½ mv2 ................................. (1.2)

Dengan:

Ek = Energi kinetik

m = Massa benda

v = Kecepatan benda

b. Energi Listrik

Energi Listrik adalah kemampuan yang diperlukan

untuk memindahkan muatan dari satu titik ke titik yang

lain. Besarnya energi listrik:

W = Q.V.................................. (1.3)

Dengan:

Page 19: Matius Sau, dkk

4 Matius Sau, dkk

W = Energi listrik (Joule),

Q = Muatan listrik (Coulomb),

V = Beda potensial (Volt)

Karena I = Q/t dan V = I.R, maka:

W = (I.t).VW = V.I.t......................................... (1.4)

W = I.R.I.t atau

W = I2R t.............................................................. (1.5)

c. Energi Elektromagnetik (E.M)

Bentuk energi yang berkaitan dengan radiasi

elektromagnetik, biasanya dinyatakan dalam satuan energi

yang sangat kecil seperti (eV) atau (MeV).Radiasi

elektromagnetik merupakan bentuk energi murni dan tidak

berkaiatan dengan massa. Radiasi ini hanya sebagai energi

transisional yang bergerak dgn kecepatan cahaya (c).Energi

elektromagnetik merambat dalam bentuk gelombang

dengan beberapa parameter yang bisa diukur, yaitu:

panjang gelombang, frekuensi, amplitudo, kecepatan.

Energi elektromagnetik diradiasikan oleh semua massa di

alam dengan level yang berbeda-beda. Semakin tinggi level

energi dalam suatu sumber, semakin pendek panjang

gelombangnya dan semakin tinggi frekuensinya.

Energi elektromagnetik:

E = h.f................................... (1.6)

Dengan:

E = energi (Joule)

h = kontanta Planck (6,626 x 10-32J.s)

f = frekuensi (Hz)

d. Energi Kimia

Energi kimia adalah energi yang tersimpan secara

kimiawi. Misalnya makanan yang kita makan

Page 20: Matius Sau, dkk

5 Matius Sau, dkk

menghasilkan energi kimia yang sangat bermanfaat bagi

tubuh. Minyak bumi mengandung energi kimia yang sangat

bermanfaat untuk bahan bakar. Baik energi kimia dalam

makanan maupun energi kimia dalam minyak bumi berasal

dari energi matahari.

e. Energi Nuklir

Energi nuklir adalah energi yang dihasilkan melalui

dua macam mekanisme, yaitu pembelahan inti atau reaksi

fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi fusi.

Reaksi fisi uranium menghasilkan neutron selain dua

buah inti atom yang lebih ringan. Neutron ini bisa

menumbuk (diserap) kembali oleh inti uranium untuk

membentuk reaksi fisi berikutnya.Mekanisme ini terus

terjadi dalam waktu yang sangat cepat membentuk reaksi

berantai tak terkendali. Akibatnya, terjadi pelepasan energi

yang besar dalam waktu singkat.

f. Energi thermal (Panas)

Energi panas adalah energi ini muncul saat

terjadinya perubahan suhu benda, dan menjalar dari bagian

yang panas ke bagian yang dingin. Energi ini dapat

dideteksi dengan indera peraba dan thermometer.

B. Sumber Energi

Energi listrik adalah energi utama yang dibutuhkan bagi

peralatan listrik / energi yang tersimpan dalam arus listrik dengan

satuan amper (A) dan tegangan listrik dengan satuan Volt (V)

dengan ketentuan kebutuhan konsumsi daya listrik dengan satuan

Watt (W)untuk menggerakkan motor, lampu penerangan,

memanaskan, mendinginkan ataupun untuk menggerakkan

kembali suatu peralatan mekanik untuk menghasilkan bentuk

energi yang lain.

Page 21: Matius Sau, dkk

6 Matius Sau, dkk

Energi yang dihasilkan dapat berasal dari berbagai sumber,

seperti air, minyak, batu bara, angin, panas bumi, nuklir,

matahari, dan lainnya. Energi ini besarnya dari beberapa Joule

sampai ribuan hingga jutaan Joule.

C. Energi Fosil

Sumber energi listrik adalah segala sesuatu di sekitar kita

yang mampu menghasilkan listrik. Sumber energi listrik secara

garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ;

1. Energi fosil;

2. Energi baru terbarukan.

Energi fosil digunakan untuk konversi energi. Hasil

konversi tersebut dapat berupa energi mekanik, listrik dan panas.

Semua bahan bakar fosil yang dikonsumsi di dunia. Salah satu

hasil konversi energinya adalah pembangkit tenaga listrik. Listrik

adalah salah satu bentuk energi yang ditimbulkan akibat dari

pergerakan elektron. Listrik menjadi daya hidup yang vital bagi

kehidupan di dunia ini. Listrik di industri terutama digunakan

sebagai sumber tenaga penggerak mesin-mesin industri. Di rumah

tangga baik di kota maupun di desa.

Bahan bakar fosil adalah sumber energi utama yang

digunakan di dunia saat ini.Tapi jika konsumsi bahan bakar ini

berlebihan dapat menyebabkan masalah lingkungan yang serius

seperti polusi udara. Ketika dalam proses pembakaran, bahan

bakar fosil melepaskan gas karbon dioksida, nitrogen dioksida,

sulfur dioksida, karbon monoksida dan lain - lain yang dapat

memiliki merugikan lingkungan. Bahan bakar ini adalah sumber-

sumber energi tidak terbarukan karena berasal dari fosil

prasejarah dan tidak akan tersedia lagi setelah sepenuhnya

digunakan. Sumber - sumber energi ini terbatas dan terus menipis

dengan tingkat yang cepat. Bentuk bahan bakar fosil ter diri dari ;

Page 22: Matius Sau, dkk

7 Matius Sau, dkk

1. Minyak bumi;

2. Batu bara;

3. Gas alam

D. Minyak bumi

Minyak bumi yang merupakan cairan kental berwarna

cokelat gelap dan kehijauan yang mudah terbakar. Cairan ini

juga sering disebut sebagai emas hitam yang berada di lapisan

atas dari sebagian area yang ada di kerak bumi.

Bahan kimia yang terkandung di dalam minyak bumi

adalah berbagai hidrokarbon, sebagian besar dari seri alkana

dengan berbagai varian penampilan, komposisi, dan

kemurnian.

Minyak bumi diambil dari sumur minyak yang terdapat

di lokasi sumber minyak dengan melalui berbagai macam

proses, yakni proses studi geologi, analisis, sedimen, karakter,

serta struktur sumber. Lalu minyak bumi tersebut akan

diproses di pengilangan minyak yang dipisah-pisahkan

berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan beraneka

ragam jenis minyak bumi. Bahan bakar tersebut dipergunakan

untuk memproduksi berbagai material yang dibutuhkan oleh

manusia.

Beberapa jenis bahan bakar minyak yang terdapat di

Indonesia adalah minyak tanah rumah tangga, minyak tanah

industri, pertamax, pertamax racing, pertamax plus, premium,

bio premium, bio solar, solar transportasi, solar industri,

minyak diesel, minyak bakar, dan pertamina DEX Pembangkit

listrik yang menggunakan bahan bakar minyak ini adalah

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik

Tenaga Disel (PLTD)

Page 23: Matius Sau, dkk

8 Matius Sau, dkk

1. Batu bara

Batu bara, yakni batuan yang dapat dibakar karena

terbentuk dari endapan organik sisa tumbuhan yang kemudian

dibentuk dengan proses pembatubaraan. Unsur - unsur kimia

yang terdapat dalam batu bara ini adalah hidrogen,

oksigen,dan karbon. Pembentukan energi fosil ini mengalami

proses yang sangat lama dengan mendapatkan pengaruh dari

gesekan panas bumi dan tekanan udara lainnya. Jenis batu bara

pun ada dua macam, yakni batu bara dengan pertambangan

darat dan pertambangan terbuka. Batu bara juga merupakan

bahan bakar yang bisa juga digunakan sebagai bahan bakar

untuk pembangkit listrik.

Contohnya yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU) dengan teknik peleburan logam dan industri,

Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batubara (PLTGB).

2. Gas alam

Gas alam atau yang sering disebut gas rawa. Gas alam

biasanya ditemukan di bawah tanah bersama dengan minyak

bumi dan batubara tapi kadang – kadang terjadi dengan itu dan

dipompa melalui pipa. Setelah dipompa keluar, diangkut ke

tempat penyimpanan atau untuk keperluan rumah tangga. Ini

telah menjadi sumber gas domestik selama bertahun -tahun.

Banyak orang menggunakan gas ini untuk memanaskan rumah

mereka. Ini berisi bau yang kuat yang membuatnya mudah

untuk mencium jika ada kebocoran. Gas alam menghasilkan

relatif sedikit polusi terhadap sumber bahan bakar lain.

Karena, gas alam berada dalam keadaan cair, mudah untuk

transportasi gas alam melalui jaringan pipa. Kelemahan utama

dari bahan b akar ini adalah sangat mudah terbakar. Para

produsen terbesar gas alam adalah Amerika Serikat dan Rusia.

Page 24: Matius Sau, dkk

9 Matius Sau, dkk

Contoh pembangit listrik yang menggunakan gas alam ini

adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG),

Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).

E. Energi Baru Terbarukan

Energi terbarukan adalah energi yang bersumber dari alam

dan secara berkesinambungan dapat terus diproduksi tanpa harus

menunggu waktu jutaan tahun layaknya energi berbasis fosil.

Sumber alam yang dimaksud dapat berasal dari matahari, panas

bumi (geothermal), angin, air (hydropower) dan berbagai bentuk

dari biomassa. Sumber energi tersebut tidak dapat habis dan dapat

terus.

Selain dapat dipulihkan kembali, energi terbarukan

diyakini lebih bersih (ramah lingkungan), aman, dan terjangkau

masyarakat. Penggunaan energi terbarukan lebih ramah

lingkungan karena mampu mengurangi pencemaran lingkungan

dan kerusakan lingkungan di banding energi non - terbarukan.

Jenis sumber energi terbarukan (renewable energy) yang

dimiliki Indonesia cukup banyak. Jika dikelola dan dimanfaatkan

dengan baik diyakini dapat menggantikan energi fosil.

Bentuk energi terbarukan yang dapat dimanfaat kan terdiri

dari:

a. panas bumi,

b. air,

c. angin,

d. matahari,

e. biomassa

Page 25: Matius Sau, dkk

10 Matius Sau, dkk

1. Panas bumi

Energi panas bumi atau geothermal adalah sumber

energi terbarukan berupa energi thermal (panas) yang

dihasilkan dan disimpan di dalam bumi. Energi panas bumi

diyakini cukup ekonomis, berlimpah, berkelanjutan, dan

ramah lingkungan. Namun pemanfaatannya masih terkendala

pada teknologi eksploitasi yang hanya dapat menjangkau di

sekitar lempeng tektonik. Pembangkit Listrik Tenaga Panas

Bumi (PLTP) yang dimiliki Indonesia antara lain: PLTP

Sibayak di Sumatera Utara, PLTP Salak (Jawa Barat).

Gambar 1.1 Sebaran Potensi Panas Bumi

Tabel 1.1 Potensi Panas Bumi per Pulau

Page 26: Matius Sau, dkk

11 Matius Sau, dkk

2. Air

Sumber energi ini didapatkan dengan memanfaatkan

energi potensial dan energi kinetik yang dimiliki air. Sat ini,

sekitar 20% konsumsi listrik dunia dipenuhi dari Pembangkit

Listrik Tenaga Air (PLTA).

Tabel 1.2 Potensi Tenaga Air

3. Angin

Energi angin atau bayu adalah sumber energi terbarukan

yang dihasilkan oleh angin. Kincir angin digunakan untuk

menangkap energi angin dan diubah menjadi energi kinetik

atau listrik. Pemanfaat energi angin menjadi listrik di

Indonesia telah dilakukan seperti pada Pembangkit Listrik

Tenaga Bayu (PLTBayu) Samas di Bantul, Yogyakarta.

4. Matahari

Energi matahari atau surya adalah energi terbarukan

yang bersumber dari radiasi sinar dan panas yang dipancarkan

matahari sebagai bahan bakar utama dengan bantuan solarcell,

energi dari cahaya matahari dapat langsung diubah menjadi

energi listrik. Pembankit Listrik Tenaga Surya yang terdapat di

Indonesia antara lain: PLTS Karangasem (Bali), PLTS Raijua,

PLTS Nule, dan PLTS Solor Barat (NTT).

Page 27: Matius Sau, dkk

12 Matius Sau, dkk

Gambar 1.2 Potensi Pemanfaatan Tenaga Angin

Gambar 1.3 Peta Potensi Tenaga Surya

Page 28: Matius Sau, dkk

13 Matius Sau, dkk

Tabel 1.3 Sebaran Radiasi Potensi Tenaga Surya Berdasarkan

Titik Pengukuran Kabupaten/Kota

5. Biomassa

Biomassa adalah jenis energi terbarukan yang mengacu

pada bahan biologis yang berasal dari organisme yang hidup

atau belum lama mati. Sumber biomassa antara lain bahan

bakar kayu, limbah dan alkohol. Pembangkit listrik biomassa

di Indonesia seperti PLTBM Pulubala di Gorontalo yang

memanfaatkan tongkol jagung.

Salah satu pembangkit listrik yang potensinya sangat

baik dikembangkan di indonesia ini adalah Pembangkit Listrik

Tenaga Surya (PLTS). Mengingat seperti yang telah dijelaskan

di atas bahwa keadaan iklim di indonesia yang beriklim tropis

maka sangat baik pembangkit ini menjadi salah satu

Page 29: Matius Sau, dkk

14 Matius Sau, dkk

pembangkit energi listrik alternatif yang baik untuk masa

sekarang dan masa mendatang.

Gambar 1.4 Jenis-Jenis Biomassa

G. Energi Angin

Energi angin adalah energi yang dihasilkan oleh udara yang

berhembus di permukaan bumi. Energi angin dapat diubah

menjadi energi mekanik untuk menghasilkan usaha. Karena angin

tidak menimbulkan polusi, maka banyak negara - negara

membangun turbin angin sebagai sumber tenaga listrik tambahan

Gambar 1.5 Turbin Angin

Page 30: Matius Sau, dkk

15 Matius Sau, dkk

F. Energi Surya

Energi surya merujuk pada radiasi energi dalam bentuk

panas dan cahaya yang dipancarkan oleh matahari. Tanpa energi

yang datang dari matahari, planet kita tidak akan mampu

mendukung kehidupan dan energi surya adalah bentuk energi

paling berlimpah yang tersedia di planet kita.

Energi surya memiliki potensi besar dan banyak teknologi

surya yang berkembang dengan sangat cepat. Namun, meskipun

pertumbuhan industri energi surya global berlangsung dengan

cepat, masih dibutuhkan banyak waktu sebelum energi surya

menjadi pesaing yang nyata untuk bahan bakar fosil sebagai

sumber energi utama. Hal ini karena sektor energi surya masih

kalah dalam hal biaya dibandingkan bahan bakar fosil.

Energi surya adalah sumber energi terbarukan yang paling

penting (energi angin pada dasarnya juga berasal dari energi

surya), dan hanya energi panas bumi dan pasang surut yang tidak

memperoleh energi mereka dari matahari. Banyak orang

menggunakan istilah energi surya dan tenaga surya sebagai

sinonim meskipun hal ini mengandung kesalahan karena tenaga

surya mengacu pada konversi sinar matahari menjadi listrik

(dalam banyak kasus menggunakan photovoltaic).

Pemanfaatan energi surya memiliki potensi masa depan

yang sangat besar, tidak hanya dalam menyediakan listrik dan

panas tetapi juga untuk digunakan pada proses industri serta

pengembangan kendaraan surya.

Meskipun energi surya adalah bentuk energi paling

berlimpah yang tersedia di planet bumi, energi surya tetap

bukanlah sumber energi yang sempurna. Hal ini tidak hanya

merujuk pada kalahnya biaya dibandingkan bahan bakar fosil

tetapi juga karena masalah intermitten (tidak kontinyu). Seperti

Page 31: Matius Sau, dkk

16 Matius Sau, dkk

yang kita ketahaui, energi surya tidak tersedia pada malam hari

dan karenanya membutuhkan solusi penyimpanan energi yang

memadai untuk menutup kekurangan ini. Banyak pakar energi

serta ilmuwan percaya bahwa tinggal masalah waktu sebelum

energi surya menjadi sumber energi yang paling penting di planet

bumi, melempar bahan bakar fosil ke dalam buku sejarah.

International Energy Agency (IEA) tahun 2011 telah

mengumumkan bahwa teknologi energi surya memiliki potensi

untuk memasok sepertiga energi dunia pada tahun 2060,

mengingat bahwa para pemimpin dunia telah berkomitmen untuk

mem batasi dampak perubahan iklim.

Memanfaatkan energi matahari dan tidak terus menerus

menggunakan bahan bakar fosil akan memperlambat dampak

perubahan iklim dan memberikan cukup waktu bagi banyak

spesies untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan karenanya

akan membantu melestarikan keanekaragaman hayati diplanet

bumi. Tidak hanya itu, energi surya akan meningkatkan

keamanan energi dan kemandirian energi di banyak negara di

dunia, serta memastikan kemajuan dalam keberlanjutan masa

depan energi bersih.

Gambar 1.6 Prinsip kerja Energi surya

Page 32: Matius Sau, dkk

17 Matius Sau, dkk

Dari gambar 1.6 di atas bisa dilihat cara kerja energi surya

ini adalah dengan cara menangkap cahaya matahari menggunakan

modul surya, kemudian tegangan akan mengalir melalui charge

controller dan menuju ke batre dan kemudian karena arus yang di

hasilkan adalah arus searah maka akan di ubah menjadi arus

bolak balik yaitu dengan menggunakan inverter.

Apabila solar cell tersebut digunakan untuk penyimpanan

ke baterai, maka besarnya tegangan yang dihasilkan harus diatas

spesifikasi baterai tersebut. Misalnya baterai yang digunakan

adalah 12 Volt, maka tegangan yang dihasilkan solar cell harus

diatas 12 Volt untuk dapat melakukan pengisian.

Sebaiknya sebelum melaksanakan pengisian baterai dalam

keadaan kosong karena arus yang masuk akan dapat terisi dengan

maksimal. Satuan kapasitas suatu baterai adalah Ampere jam ( Ah

) dan biasanya karakteristik ini terdapat pada label suatu baterai.

Misalnya suatu baterai dengan kapasitas 10 Ah akan terisi penuh

selama 10 jam dengan arus output solar cell sebesar 1 Ampere.

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/energi_listrik

https://novelaayu.wordpress.com/2014/04/19/energi_listrik

http://alamendah.org/2014/09/09/8-sumber-energiterbarukan-di-

indonesia/2/)

http://www.elektronika123.com/pembangkit-listrik/)

http://www.indoenergi.com/2012/04/pengertian-energi-surya.htm

Kajian Penyediaan Dan Pemanfaatan Migas, Batubara, Ebt Dan

Listrik, Kementrian Energi dan sumber daya mineral,

2017. ISBN: 978-602-0836-26-3

Page 33: Matius Sau, dkk

18 Matius Sau, dkk

Page 34: Matius Sau, dkk

19 Matius Sau, dkk

BAB 2

PEMBANGKIT LISTRIK

ENERGI FOSIL

A. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) merupakan sebuah

pembangkit energi listrik yang menggunakan peralatan/mesin

turbin gas sebagai penggerak generatornya. Turbin gas dirancang

dan dibuat dengan prinsip kerja yang sederhana dimana energi

panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar

diubah menjadi energi mekanis dan selanjutnya diubah menjadi

energi listrik atau energi lainnya sesuai dengan kebutuhannya.

Adapun kekurangan dari turbin gas adalah sifat korosif

pada material yang digunakan untuk komponen-komponen

turbinnya karena harus bekerja pada temperature tinggi dan

adanya unsur kimia bahan bakar minyak yang korosif (sulfur,

vanadium dll), tetapi dalam perkembangannya pengetahuan

material yang terus berkembang hal tersebut mulai dapat

dikurangi meskipun tidak dapat secara keseluruhan dihilangkan.

Dengan tingkat efisiensi yang rendah hal ini merupakan salah satu

dari kekurangan sebuah turbin gas juga dan pada

perkembangannya untuk menaikkan efisiensi dapat

diatur/diperbaiki temperature kerja siklus dengan menggunakan

material turbin yang mampu bekerja pada temperature tinggi dan

Page 35: Matius Sau, dkk

20 Matius Sau, dkk

dapat juga untuk menaikkan efisiensinya dengan menggabungkan

antara pembangkit turbin gas dengan pembangkit turbin uap dan

hal ini biasa disebut dengan combined cycle.

1. Prinsip Kerja

Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) mempunyai

beberapa peralatan utama seperti: Turbin Gas (Gas Turbine),

Kompresor (Compressor), Ruang Bakar (Combustor). Udara

dengan tekanan atmosfir ditarik masuk ke dalam compressor

melalui pintu, udara ditekan masuk ke dalam compressor.

Udara ditekan masuk ke dalam ruang bakar dengan tekanan

250 Psi dicampur dengan bahan bakar dan di bakar dalam

ruang bakar dengan temperatur 2000 – 30000F. Gas hasil

pembakaran yang merupakan energi termal dengan

temperature dan tekanan yang tinggi yang suhunya kira-kira

9000C.

Gambar 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Gas

Page 36: Matius Sau, dkk

21 Matius Sau, dkk

Dari energi panas yang dihasilkan inilah kemudian akan

dimanfaatkan untuk memutar turbin dimana didalam sudu-

sudu gerak dan sudu-sudu diam turbin, gas panas tersebut

temperature dan tekanan mengalami penurunan dan proses ini

biasa disebut dengan proses ekspansi. Selanjutnya energi

mekanis yang dihasilkan oleh turbin digunakan untuk memutar

generator hingga menghasilkan energi listrik.

Adapun sebagai pendukung pusat listrik tenaga gas ini

digunakan beberapa alat bantu (auxiliary equipments) untuk

membantu proses siklus turbin gas berjalan dengan baik,

seperti:

1. Sistem Pelumas

2. Sistem Bahan Bakar

3. Sistem Pendingin

4. Sistem Udara Kontrol

5. Sistem Hidrolik

6. Sistem Udara Tekan

7. Sistem Udara Pengkabutan

2. Masalah Operasi PLTG

Dari segi operasi, unit PLTG tergolong unit yang masa

start-nya pendek, yaitu antara 15-30 menit, dan kebanyakan

dapat di-start tanpa pasokan daya dari luar (black start), yaitu

menggunakan mesin diesel sebagai motor start. Dari segi

pemeliharaan, unit PLTG mempunyai selang waktu

pemeliharaan (time between overhaul) yang pendek, yaitu

sekitar 4.000-5.000 jam operasi. Makin sering unit mengalami

start-stop, makin pendek selang waktu pemeliharaannya.

Walaupun jam operasi unit belum mencapai 4.000 jam, tetapi

jika jumlah startnya telah mencapai 300 kali, maka unit PLTG

tersebut harus mengalami pemeriksaan (inspeksi) dan

pemeliharaan. Saat dilakukan pemeriksaan, hal-hal yang perlu

Page 37: Matius Sau, dkk

22 Matius Sau, dkk

mendapat perhatian khusus adalahbagian-bagian yang terkena

aliran gas hasil pembakaran yang suhunya mencapai 1.3000C,

seperti: ruang bakar, saluran gas panas (hot gas path),dan

sudu-sudu turbin. Bagian-bagian ini umumnya mengalami

kerusakan (retak) sehingga perlu diperbaiki (dilas) atau

diganti.

Proses start-stop akan mempercepat proses kerusakan

(keretakan) ini, karena proses start-stop menyebabkan proses

pemuaian dan pengerutan yang tidak kecil. Hal ini disebabkan

sewaktu unit dingin, suhunya sama dengan suhu ruangan

(sekitar 300C sedangkan sewaktu operasi, akibat terkena gas

hasil pernbakaran dengan suhu sekitar 1.3000 C. Dari segi

efisiensi pemakaian bahan bakar, unit PLTG tergolong unit

termal yang efisiensinya paling rendah, yaitu berkisar antara

15-25%. Dalam perkembangan penggunaan unit PLTG di

PLN, akhir-akhir ini digunakan unit turbin gas aero derivative,

yaitu turbin gas pesawat terbang yang dimodifikasi menjadi

turbin gas penggerak generator.

B. Pembangkit Listrik Tenaga Uap

1. Prinsip Kerja

Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah pembangkit

yang mengandalkan energi kinetic dari uap untuk

menghasilkan energi listrik. Bentuk utama pembangkit listrik

jenis ini adalah Generator yang di hubungkan ke turbin dimana

untuk memutar turbin diperlukan energi kinetik dari uap panas

atau kering.

Page 38: Matius Sau, dkk

23 Matius Sau, dkk

Gambar 2.2 Prinsip kerja PLTG

Dalam PLTU, energi primer yang dikonversikan

menjadi energi listrik adalah bahan bakar. Baban bakar yang

digunakan dapat berupa batubara (padat), minyak (cair), atau

gas. Ada kalanya PLTU menggunakan kombinasi beberapa

macam bahan bakar. Konversi energi tingkat pertama yang

berlangsung dalam PLTU adalah konversi energy primer

menjadi energi panas (kalor). Hal ini dilakukan dalam ruang

bakar dari ketel uap PLTU. Energi panas ini kemudian

dipindahkan ke dalam air yang ada dalam pipa ketel untuk

menghasilkan uap yang dikumpulkan dalam drum dari ketel.

Uap dari drum ketel dialirkan ke turbin uap. Dalam turbin uap,

energi uap dikonversikan menjadi energy mekanis penggerak

generator, dan akhirnya energy mekanik dari turbin uap ini

dikonversikan menjadi energi listrik oleh generator.

2. Komponen utama sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Umumnya sebuah PLTU memiliki komponen utama

antara lain:

1. Boiler/ketel uap berfungsi sebagai tempat pemanasan air

menjadi uap air yang bertekanan untuk selanjutnya

memutar turbin uap.

Page 39: Matius Sau, dkk

24 Matius Sau, dkk

2. Turbin ialah mesin yang dijalankan oleh aliran air; uap atau

angin yang dihubungkan dengan sebuah generator untuk

menghasilkan energi listrik. Turbin uap ialah turbin yang

menggunakan uap sebagai fluida kerja, di mana uap yang

digunakan dihasilkan dari boiler.

3. Generator uap ialah suatu kombinasi antara sistem – sistem

dan peralatan yang dipakai untuk perubahan energi kimia

dari bahan bakar fosil menjadi energi termal dan

pemindahan energi termal yang dihasilkan itu ke fluida

kerja, biasanya air untuk dipakai pada proses-proses

bertemperatur tinggi ataupun untuk perubahan parsial

menjadi energi mekanis di dalam sebuah turbin

4. Kondensor adalah tempat yang berfungsi untuk

mengembunkan uap dengan jalan mendinginkannya. Air

pengembunan yang terjadi dalam kondensor disebut air

kondensat yang kemudian disalurkan kembali ke dalam

ketel uap dengan menggunakan sebuah pompa

Sistem Operasi

Untuk men-start PLTU dari keadaan dingin sampai

operasi dengan beban penuh, dibutuhkan waktu antara 6-8

jam. Jika PLTU yang telah beroperasi dihentikan, tetapiuapnya

dijaga agar tetap panas dalam drum ketel dengan cara tetap

menyalakan api secukupnya untuk menjaga suhu dan tekanan

uap ada di sekitar nilai operasi (yaitu sekitar 5000 C dan

sekitar 100 kg/cm 2) maka untuk mengoperasikannya kembali

sampai beban penuh diperlukan waktu kira-kira 1 jam. Waktu

yang lama untuk mengoperasikan PLTU tersebut di atas

terutama diperlukan untuk menghasilkan uap dalam jumlah

yang cukup untuk operasi (biasanya dinyatakan dalam ton per

jam). Selain waktu yang diperlukan untuk menghasilkan uap,

yang cukup untuk operasi, juga perlu diperhatikan masalah

Page 40: Matius Sau, dkk

25 Matius Sau, dkk

pemuaian bagian-bagian turbin. Sebelum di-start, suhu turbin

adalah sama dengan suhu ruangan.

Pada waktu start, dialirkan uap dengan suhu sekitar 5000

C. Hal ini harus dilakukan secara bertahap agar jangan sampai

terjadi pemuaian yang berlebihan dan tidak merata. Pemuaian

yang berlebihan dapat menimbulkan tegangan mekanis

(mechanical stress) yang berlebihan, sedangkan pemuaian

yang tidak merata dapat menyebabkan bagian yang bergerak

(berputar) bergesekan dengan bagian yang diam, misalnya

antara.,sudusudu jalan turbin dengan sudu-sudu tetap yang

menempel pada rumah turbin. Apabila turbin sedang berbeban

penuh kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan pemutus

tenaga, (PMT) generator yang digerakkan turbin trip, maka

turbin kehilangan beban secara mendadak. Hal ini

menyebabkan putaran turbin akan naik secara mendadak dan

apabila hal ini tidak dihentikan, maka akan merusak bagian-

bagian yang berputar pada turbin maupun pada generator,

seperti: bantalan, sudu jalan turbin, dan kumparan arus searah

yang ada pada rotor generator. Untuk mencegah hal ini, aliran

uap ke turbin harus dihentikan, yaitu dengan cara menutup

katup uap turbin.

Pemberhentian aliran uap ke turbin dengan menutup

katup uap turbin secara mendadak menyebabkan uap

mengumpul dalam drum ketel sehingga tekanan uap dalam

drum ketel naik dengan cepat dan akhirnya menyebabkan

katup pengaman pada drum membuka dan uap dibuang ke

udara. Bisa juga sebagian dari uap di by pass ke kondensor.

Dengan cara by pass ini tidak terlalu banyak uap yang hilang

sehingga sewaktu turbin akan dioperasikan kembali banyak

waktu dapat dihemat untuk start. Tetapi sistem by pass

memerlukan biaya investasi tambahan karena kondensor harus

Page 41: Matius Sau, dkk

26 Matius Sau, dkk

tahan suhu tinggi dan tekanan tinggi dari by pass. Dari uraian

di atas tampak bahwa perubahan beban secara mendadak

memerlukan pula langkah pengurangan produksi uap secara

mendadak agar tidak terlalu banyak uap yang harus dibuang ke

udara. Langkah pengurangan fluksi dilakukan dengan

mematikan nyala api dalam ruang bakar ketel dan mengurangi

pengisian air ketel ini bahwa walaupun nyala api dalam ruang

bakar padam, masih cukup banyak panas yang tinggal dalam

ruang bakar untuk menghasilkan uap sehingga pompa pengisi

ketel harus tetap mengisi air ke dalam ketel untuk mencegah

penurunan level air dalam drum yang tidak dikehendaki.

Mengingat masalah-masalah tersebut di atas yang menyangkut

masalah proses produksi uap dan masalah-masalah pemuaian

yang terjadi dalam turbin, sebaiknya PLTU tidak dioperasikan

dengan persentase perubahan-perubahan beban yang besar.

Efisiensi PLTU banyak dipengaruhi ukuran PLTU,

karena ukuran PLTU menentukan ekonomis tidaknya

penggunaan pemanas ulang dan pemanas awal. Efisiensi

thermis dari PLTU berkisar pada angka 35-38%.

C. Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap (PLTGU)

PLTGU merupakan kombinasi PLTG dengan PLTU. Gas

buang dari PLTG yang umumnya mempunyai suhu di atas 4000

C, dimanfaatkan (dialirkan) ke dalam ketel uap PLTU untuk

menghasilkan uap penggerak turbin uap. Dengan cara ini,

umumnya didapat PLTU dengan daya sebesar 50% daya PLTG.

Ketel uap yang digunakan untuk memanfaatkan gas buang PLTG

mempunyai desain khusus untuk memanfaatkan gas buang di

mana dalam bahasa Inggris disebut Heat Recovery Steam

Generator (HRSG).

Page 42: Matius Sau, dkk

27 Matius Sau, dkk

1. Prinsip Kerja

Dalam operasinya, unit turbin gas dapat dioperasikan

terlebih dahulu untuk menghasilkan daya listrik sementara gas

buangnya berproses untuk menghasilkan uap dalam ketel

pemanfaat gas buang. Kira-kira 6 (enam) jam kemudian,

setelah uap dalam ketel uap cukup banyak, uap dialirkan ke

turbin uap untuk menghasilkan daya listrik. Bagian-bagian

penting dari PLTGU adalah:

1. Turbin gas

2. HRSG (Heat Recovery Steam Generator)

3. Turbin Uap dan alat-alat bantu lainnya

Secara sederhana cara kerja PLTGU dapat dijelaskan

seperti pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Page 43: Matius Sau, dkk

28 Matius Sau, dkk

Gambar 2.4 Skema sebuah Blok PLTGU yang terdiri dari 3

unit PLTG dan sebuah unit PLTU

Keterangan gambar 2.4:

Header uap ;

Pr: Poros;

TG: Turbin Gas;

KU:Ketel uap;

GB: Gas Buang;

Kd: Kondensor;

HA: Header Air;

TU: Turbin Uap;

Generator;

P:Pompa

Karena daya yang dihasilkan turbin uap tergantung

kepada banyaknya gas buang yang dihasilkan unit yaitu kira-

kira menghasilkan 50% daya unit PLTG, maka dalam

mengoperasikan PLTGU ini, pengaturan daya PLTGU

dilakukan dengan mengatur daya unit PLTG, sedangkan unit

Page 44: Matius Sau, dkk

29 Matius Sau, dkk

PLTU mengikuti saja, menyesuaikan gan gas buang yang

diterima dari unit PLTG-nya.

Perlu diingat bahwa selang waktu untuk pemeliharaan

unit PLTG lebih pendek daripada unit PLTU sehingga

koordinasi pemeliharaan yang baik dalam suatu blok PLTGU

agar daya keluar dari blok tidak terlalu banyak berubah

sepanjang waktu. Ditinjau dari segi efisiensi pemakaian bahan

bakar, PLTGU tergolong sebagai unit yang paling efisien dari

unit-unit termal (bisa mencapai angka di atas 45%).

2. Effisiensi PLTGU

Apabila: Effisiensi PLTG – Eta (GT) Maka untuk 1

(satu) satuan kalor bahan bakar, dapat dihasilkan energi listrik

sebesar Eta (GT). Dengan mengabaikan rugi-rugi lain pada

PLTG adalah 1 – Eta (GT). Apabila semua kalor tersebut

dapat dipergunakan oleh siklus tenaga uap dan dimisalkan

effisiensi siklus tenaga uap adalah effisiensi PLTU = Eta (ST).

Maka energi listrik yang d`ihasilkan pada siklus tenaga uap

adalah Eta (GT) x (1-Eta (GT)), dan energi yang dihasilkan

oleh siklus PLTGU adalah:

Eta (COMBI) = Eta (GT) + Eta (ST) x (1 – Eta (GT))

= Eta (GT) + Eta – (Eta (GT) x Eta (ST))

Jadi Effisiensi PLTGU adalah:

Eta (COMBI) = Eta (GT) + Eta (ST) – Eta (GT) x Eta (ST)

Sebagai contoh:

Effisiensi PLTG = Eta (GT) = 34%

Effisiensi PLTU = Eta (ST) = 26%

Maka Effisiensi PLTGU = 51%

Page 45: Matius Sau, dkk

30 Matius Sau, dkk

D. CO Generation

1. Pengertian CoGeneration

Cogeneration adalah nama baru untuk teknologi yang

sudah dimanfaatkan sejak tahun 1800an. Dalam pengertian

yang lebih luas, cogeneration adalah produksi yang bersamaan

dari uap atau cairan panas lainnya dan gas bersama-sama

dengan listrik dengan satu peralatan konversi energi.

Perbedaan fundamental antara alat konversi energi

konvesional dengan cogeneration adalah bahwa pada sistem

konvesional hasil yang diproduksi hanya semata-mata listrik

atau uap saja, sedang pada sistem cogeneration keduanya

diproduksi sekaligus bersamaan dengan penghematan energi.

Suatu peralatan cogeneration dalam memproduksi listrik dan

uap dengan bahan bakar yang kurang 10 — 30% dari yang

dibutuhkan suatu pembangkit energi konvensional.

Pada awal tahun 1900-an, di Amerika Serikat,

pembangkit listrik dan uap untuk industri dalam jumlah besar

dihasilkan dan pembangkit cogeneration. Hal ini berubah,

setelah pada tahun 1920-an tersedia jaringan listrik yang

menawarkan biaya tenaga listrik yang relatif lebih murah. Hal

tersebut memberikan intensif ekonomi kepada industry untuk

meningggalkan fasilitas cogeneration. Kecendrungan ini tetap

berlaku sampai saat ini.

Cogeneration adalah alternatif sumber energi yang dapat

bertahan terus karena potensi penghematan energi yang

dihasilkan. Konsep ini membutuhkan pengaturan kerja teknis,

ekonomis dan kelembagaan antara industri, penyedia utilitas

dan kota.

Page 46: Matius Sau, dkk

31 Matius Sau, dkk

2. Sistem Konversi energi

Terdapat banyak sekali peralatan konversi energi yang

dapat dimanfaatkan sebagai bangunan cogeneration.

Pertimbangan penting dan suatu sistem cogeneration adalah

perbandingan tenaga listrik dan tenaga uap yang akan

diproduksi. Angka ini hendaknya hampir sama dengan

kebutuhan listrik dan uap dan pasar yang akan dilayani.

Bilamana terdapat kelebihan dan energi yang tidak dapat

dimanfaatkan, maka konsep cogeneration tidak bermanfaat

dan tidak dapat diteruskan. Pertimbangan lain dari suatu

system cogeneration adalah fleksibel pemanfaatkan berbagai

jenis bahan bakar tersebut. Terdapat dua konsep cogeneration:

topping cycle ( daur atas) dan bottoming cycle (daur bawah),

Instalasi daur atas memanfaatkan peralatan konversi energi

untuk pertamatama membangkitkan tenaga listrik dan

kemudian memanfaatkan energi panas untuk pembuatan uap.

Sistem konversi energi yang dimanfaatkan sistem daur atas,

antara lain mesin disel, turbin gas, tenaga uap dan lain-lain.

Suatu instalasi daur bawah tidak menggunakan peralatan

energi, tetapi memanfaatkan panas terbuang untuk pembangkit

tenaga listrik. Sistem konversi energi yang menggunakan daur

bawah adalah pembangkit tenaga uap dan mesin organik

Rankine.

Page 47: Matius Sau, dkk

32 Matius Sau, dkk

Gambar 2.5 Cogeneration diesel

Setiap pasar energi dengan sistem cogeneration

mempunyai rasio yang unik antara kebutuhan listrik dan

kebutuhan uap, Untuk industri yang intensif, rasio yang umum

adalah 50:1 (50 kW listrik untuk setiap seribu pon-pound uap).

Banyak dari system konversi yang sebelumnya disebut mampu

memberikan rasio yang lebih tinggi (misalnya memproduksi

listrik yang berlebihan bila semua kebutuhan uap dapat

dipenuhi dari sistem cogeneration). Hal ini merupakan

pembanding yang penting dalam memilih peralatan

cogeneration, karena setiap kelebihan tenaga listrik hendaknya

dapat dijual kepada konsumen lokal, agar dihasilkan suatu

skala ekonomi yang baik. Bilamanana hal tersebut tidak

mungkin, proyek dapat menemui kesulitan ekonomi. Berbagai

jenis system konversi energi, hubungannya dengan

cogeneration, rasio listrik-uap, dan bahan bakar yang

digunakan, akan dijelaskan secara singkat berikut ini

keperluan utilitas lainnya. Mesin jenis ini memerlukan bahan

Page 48: Matius Sau, dkk

33 Matius Sau, dkk

bakar dalam bentuk cair, misalnya bahan bakar disel, etanol

dan metanol.

3. Turbin gas

Turbin gas digunakan sangat intensif di dalam kegiatan

industri, mesin pesawat terbang dan sebagai pembangkit listik

untuk memenuhi kebutuhan puncak. Peralatan yang ada antara

lain sebuah kompressor, ruang bakar dan turhin. Bahan bakar

di bakar di dalam ruang bakar yang kemudian memanaskan

udara yang ditekan dan kompressor, ruang bakar dan turbin.

Bahan bakar di bakar didalam ruang bakar yang kemudian

memanaskan udara yang ditekan dari kompressor. Gas yang

telah dipanaskan mengembang dan melalui turbin yang

menghasilkan listrik.

Proses ini dikenal sebagai daur Brayton, penamaan

menggunakan penemunya, George Brayton. Dimanfaatkan

sebagai peralatan cogeneration type daur atas, panas diambil

dan gas buangan dan dimanfaatkan untuk memproses uap.

1) Kapasitas pembangkit berkisar antar 0,5 sampai 75 MW

2) Rasio perbandingan listrik — uap adalah 200 1. sama

halnya dengan pembangkit listrik disel, bilamanana

kebutuhan uap dari industri dihasilkan melalui turbine gas,

maka listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan utilitas industri dan permukiman

disekitarya.

3) Kekurangannya, ialah bahwa bahan bakar yang dibutuhkan

adalah bahan bakar minyak, termasuk gas alam, gas sintetis

dengan Blu rendah, etanol dan metanol.

Page 49: Matius Sau, dkk

34 Matius Sau, dkk

Gambar 2.6 Cogeneration Turbin Gas

4. Combined cycle

Pembangkit jenis ini juga menggunakan turbin gas

Brayton. Perbedaan dengan cogeneration sebelumnya ialah

pemanfaatan panas dan buangan gas tidak untuk pembuatan

yang langsung dimanfaatkan dalam bentuk uap, tetapi uap tadi

digunakan untuk pembangkitkan lagi tenaga listrik. Untuk

keperluan tersebut, maka perlu tambahan bahan bakar untuk

dicampur dengan gas yang kaya oksigen yang berasal dari

pembuangan turbin gas pertama

1. Kapasitas jenis ini berkisar antar 1 sampai 150 MW

2. Sistem ini menghasilkan rasio listrik uap sebesar 150: 1

3. Turbin gas membutuhkan gas dan bahan bakar cair. Untuk

keperluan tambahan bahan bakar, berbagai sumber energi

lain dapat dimanfaatkan, misalnya bahan bakar fosil,

sampah, kayu, gambut dan lain-lain.

Page 50: Matius Sau, dkk

35 Matius Sau, dkk

Gambar 2.7 Cogeneration Combined Cycle

5. Tenaga Uap

Pembangkit listrik tenga uap, merupakan pembangkit

listrik yang paling banyak digunakan untuk beban dasar listrik

perkotaan. Sistem ini juga dikenal dengan Rankine cycle,

sesuai nama penemunya. Komponen utama pembangkit jenis

ini adalah sebuah furnace, ketel, generation turbin dan

kondensor (Gambar 4). Pemanasan mengakibatkan aliran air

menjadi uap di dalam ketel.

Gambar 2.8 Cogeneration Pembangkit Listrik Konvensional

Rangkine

Page 51: Matius Sau, dkk

36 Matius Sau, dkk

Kekuatan dari uap yang mengembang diarahkan untuk

memutar turbin dan menghasilkan listrik. Setelah melewati

turbin, uap yang telah dimanfaatkan dikondensasikan kembali

menjadi air dan dimanfaatkan kembali menjadi air dan

dimanfaatkan kembali melalui ketel. Lebih 60% nilai energi

dan bahan bakar dilepas ke atmosfir sebagai limbah panas

pada saat kondensasi. Polusi panas yang potensil ini dapat

dimanafaatkan sebagai sumber panas untuk cogeneration. Bila

sistem cogeneration ini imanfaatkan, maka turbin

konvensional perlu diperbaiki.

Ada dua metode yang dapat dilakukan dengan turbin

ekstraksi (Ekstraction turbines,) dan turbin tekanan balik

(Back-pressure turbines).

Turbin Ekstraksi

Semua uap yang berasal dan ketel masuk ke dalam turbin

dengan suhu tinggi dan tekanan, sebagaimana di dalam

pembangkit konvensional. Sebagian dan uap setelah energinya

dimanfaatkan dalam proses pemutaran dan pembangkitan,

diekstraksi melalui turbin. Uap yang diekstraksi dapat digunakan

untuk panas, uap dan pemanas di sekitar lokasi, Uap yang tidak

diektraksi dikondensasikan sebagaimana pada proses

konvensional.

Page 52: Matius Sau, dkk

37 Matius Sau, dkk

Gambar 2.9 Cogeneration Turbin Ekstraksi

Turbin Tekanan Balik

Uap yang melalui turbin dimanfaatkan sepenuhnya untuk

memproses panas, uap atau pemanas di sekitar lokasi pembangkit.

Konsep ini menghilangkan kebutuhan condenser dan

menghasilkan uap dalam jumlah yang besar dalam hubungan

dengan listrik yang dihasilkan. Dengan alasan ini, turbin tekanan

balik banyak diminati oleh industri.

1. Kapasitas pembangkit berkisar antara 1 sanipai 600 MW

2. Rasio listrik terhadap uap adalah 45 sampai 75: 1. Rentan ini

merupakan rentan umum dimana industri dapat bekerja

intensif dengan sumber daya listrik yang besar. Juga dengan

hasi uap dalam jumlah besar, energi tersebut dapat

dimanfaatkan dengan baik untuk pemanasan di daerah sekitar

pembangkit.

3. Bahan bakar yang digunakan fleksibel, temasuk bahan bakar

padat, cair, gas, panas bumi, tenaga surya dan lain-lain.

Page 53: Matius Sau, dkk

38 Matius Sau, dkk

Gambar 2.10 Cogeneration Turbin Tekanan Balik

Fuell Cells

Suatu fuell cells mengkonversikan energi kimiawi dari

suatu bahan bakar menjadi arus searah tanpa perantaraan

pembakaran atau panas. Sistem ini terdiri dan prosesor, bagian

pengolahan tenaga, dan pengaturan tenaga (Gambar x). Prosesor

akan membuat bahan bakar padat, cair atau gas yang diperkaya

dengan hydrogen yang dengan campuran udara (oxigen)

menghasilkan tenaga listrik searah dan panas. Pengatur tenaga

mengubah tenaga listrik arus searah menjadi arus bolak balik

yang dapat disalurkan melalui jaringan.

Inti dari sistem ini adalah fuel cells yang terdiri dan zat

elektrolit asam fospor yang disusun diantara dua elektode,

Hydrogen yang melewati satu elektrode, dan oksigen melalui

bagian Iainnya. Dengan sebuah katalisator, hidrogen dan oksigen

melalui reaksi kimia, akan menjadi air, panas dan arus listrik.

Panas yang terbuang dapat dimanfaatkan sebagi panas untuk

prosesor dan/atau untuk memproses panas dan uap dalam system

cogeneration daur atas. Peralatan konversi tenaga konvensioil

sangat efisien (sekitar 30 sampai 35%) pada kapasitas

Page 54: Matius Sau, dkk

39 Matius Sau, dkk

pembangkitannya, tetapi kurang efisien (sekitar 30 sampai 35%)

pada kapasitas pembangkitannya, tetapi kurang efisien bila

kapasitannya dikurangi. Oleh karena fuel cells terdiri dan banyak

sel kecil yang bersifat individu, efisiensinya tidak tergantung pada

ukutan. Suatu pembangkit yang kecil yang bersifat individu,

efisiensinya tidak tergantung pada ukuran. Suatu pembangkit

yang kecil dapat seefisien pembangkit yang besar dengan angka

efisien berkisar 38 sampai 45%. Fuel cells ukuran komersil belum

tersedia. Sebuah pembangkit tenaga listrik kapasitas 4,5 MW baru

merupakan percobaan, yang dibangun oleh DOE, Amerika

Serikat.

1) Capasitas pembangkit akan berkisar 1 sampai 150 MW

2) Rasio listrik-uap diperkirakan sebesar 300:1, tetapi sebagian

uap yang dihasilkan dapat digunakan oleh prosesor. Jadi,

dengan bersandar pada konsep cogeneration, maka

pembangkit ml akan sesuai dimana kebutuhan listrik yang

besar dan kebutuhan pemanasan yang rendah.

Gambar 2.11 Cogeneration Fuel Cells

Page 55: Matius Sau, dkk

40 Matius Sau, dkk

Steam Waste Boilers

Pembangkit listrik jenis ini bekerja dengan prinsip yang

sama dengan pembangkit Listrik tenaga uap Rankine.

Perbedaaannya adalah sumber energi berasal dan panas yang

terbuang (waste heat source,). Sebagai sistem cgeneration daur

bawah, hasil utamanya adalah listrik.

1) Kapasitas pembangkit berkisar antar 0,5 MW sampai 10 MW

Sumber panas yang sesuai berasal dan panas buangan yang

berasal dan industry misalnya, pembakaran batu bata, tungku

peleburan kaca dan lain-lain.

2) Uap yang telah digunakan melalui turbin energi simpannnya

mungkin terlalu rendah untuk dimanfaatkan seterusnya.

Potensi Pasar

Penghematan energi dari cogeneration merupakan salah

satu alternatif untuk penghematan energi. Untuk mencapai hal

tersebut, diperlukan kerja sama yang baik antara pihak industri,

penyedia energi dan pemerintah. Beberapa issu teknis, ekonomis

dan kelembagaan akan mempengaruhi kerja sama tersebut agar

upaya ini dapat berhasil dengan baik. Disisi industri, ketersediaan

bahan bakar dan fleksibilitasnya, merupakan dua hal yang akan

memungkinkan pemilihan cogeneration. Berbagai tawaran untuk

industry dalam mempertimbangkan sistem ini, antara lain:

1) Industri dapat menghasilkan semua kebutuhan uapnya dan

kebutuhan dasar listriknya. Kebutuhan listrik puncak dan

cadangan, dapat dibeli dan penyedia tenaga listrik setempat.

2) Kelebihan tenaga listrik yang diproduksi untuk industri, dapat

dijual kepada pengguna setempat.

3) Semua kebutuhan tenaga listrik dan uap disediakan oleh

industry

Dengan berbagai ragam pilihan tersebut diatas, suatu

kegiatan industri harus mengevaluasi sendiri tujuannya, kriteria

Page 56: Matius Sau, dkk

41 Matius Sau, dkk

investasi, dan sumber pembiayaan untuk dapat menentukan

strategi dalam pemilihan cogeneration. Beberapa pertanyaan

dasar yang perlu dikaji, antara lain:

1) Cogeneration belum merupakan teknologi yang sudah luas

dikenal, dan oleh karena itu memerlukan pendidikan.

2) Tanggung jawab manejemen akan bertambah, karena mereka

akan mengelola sumber daya energi yang lebih rumit.

3) Resiko pertambahan kebutuhan listrik dapat terjadi akibat

tidak tersedianya sumber daya yang terpercaya.

4) Peralatan cogeneration membutuhkan investasi modal yang

lebih besar dan biaya operasi serta penawaran yang juga lebih

besar.

5) Daya terpasang cadangan yang disiapkan oleh penyedia energi

harus dievaluasi kembali Kelebihan energi listrik yang

dihasilkan oleh suatu industri mempunyai nilai lebih untuk

penyedia tenaga listrik, apabila tersedia pada saat dibutuhkan,

umumnya pada jam puncak dalam satu hari. Untuk

mendapatkan manfaat kelebihan energy listrik yang tersedia,

industri hendaknya bersedia menyesuaikan jam kerja, yaitu

memaksimalkan pemakaian energi pada siang hari, dan

meminimumkannya pada malam hari.

6) Untuk pemakaian sistem cogeneration yang lebih bermanfaat,

kebutuhan uap seharusnya lebih besar dan 50.000 pon/jam,

pemakaian tidak terlalu berfluktuasi, dan dengan faktor

kapasitas sebesar 70% (atau berproduksi selama 6.000

jam/tahun).

7) Penggunaan sistem cogeneration akan mengurangi emisi

polusi udara. Hal ini akan lebih bermakna bilaman pada

daerah dimana akan dibangan system cogeneration aturan

standar buangan polusi lebih kecil dan daerah lainnya.

Page 57: Matius Sau, dkk

42 Matius Sau, dkk

Referensi

Nadjamuddin Harun, “Operasi Ekonomis Sistem Tenaga Listrik Berbasis Logika Samar”, 2002, Kementerian Riset

Teknologi.

Najamuddin harun, Diktat kuliah Sistem Pembangkit tenaga

listrik, Universitas Hasanuddin.

Page 58: Matius Sau, dkk

43 Matius Sau, dkk

BAB 3

PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA HIDRO

A. Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro

Pada dasarnya suatu pembangkit listrik tenaga hidro

berfungsi untuk mengubah potensi tenaga air yang berupa aliran

air (sungai) yang mempunyai debit dan tinggi jatuh (head) untuk

menghasilkan energi listrik.

Secara umum Pusat Listrik Tenaga Air terdiri dari:

1. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro,

2. Pembangkit listrik tenaga minihidro, dan

3. Pembangkit listrik tenaga Air.

Pembangkit listrik tenaga hidro dapat dikatagorikan dan

diklasifikasikan sesuai besar daya yang dihasilkannya,

sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Kapasitas PLMH

No Jenis Daya/Kapasitas

1 PLTA > 5 MW (5000 kW)

2 PLTM 100 kW < PLTM < 5000 kW

3 PLTMH < 100 kW

(Sumber: Severn Wye Energi Agency, www.swea.co.uk)

Page 59: Matius Sau, dkk

44 Matius Sau, dkk

B. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah

pembangkit listrik berskala kecil (kurang dari 100 kW), yang

memanfaatkan tenaga (aliran) air sebagai sumber penghasil

energi. PLTMH termasuk sumber energi terbarukan dan layak

disebut clean energi karena ramah lingkungan. Dari segi

teknologi, PLTMH dipilih karena konstruksinya sederhana,

mudah dioperasikan, serta mudah dalam perawatan dan

penyediaan suku cadang.

Secara ekonomi, biaya operasi dan perawatannya relatif

murah, sedangkan biaya investasinya cukup bersaing dengan

pembangkit listrik lainnya. Secara sosial, PLTMH mudah

diterima masyarakat luas (bandingkan misalnya dengan

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). PLTMH biasanya dibuat

dalam skala desa di daerah-daerah terpencil yang belum

mendapatkan listrik dari PLN. Tenaga air yang digunakan dapat

berupa aliran air pada sistem irigasi, sungai yang dibendung atau

air terjun.

1. Prinsip kerja PLT Mikrohidro

PLT Mikrohidro pada prinsipnya memanfaatkan beda

ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran

air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan

memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik.

Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan

menghasilkan listrik. Pembangunan PLTMH perlu diawali

dengan pembangunan bendungan untuk mengatur aliran air

yang akan dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak PLTMH.

Bendungan ini dapat berupa bendungan beton atau bendungan

beronjong. Bendungan

Page 60: Matius Sau, dkk

45 Matius Sau, dkk

perlu dilengkapi dengan pintu air dan saringan sampah

untuk mencegah masuknya kotoran atau endapan lumpur.

Bendungan sebaiknya dibangun pada dasar sungai yang stabil

dan aman terhadap banjir. Di dekat bendungan dibangun

bangunan pengambilan (intake). Kemudian dilanjutkan dengan

pembuatan saluran penghantar yang berfungsi mengalirkan air

dari intake. Saluran ini dilengkapi dengan saluran pelimpah

pada setiap jarak tertentu untuk mengeluarkan air yang

berlebih. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka atau

tertutup. Di ujung saluran pelimpah dibangun kolam

pengendap. Kolam ini berfungsi untuk mengendapkan pasir

dan meny aring kotoran sehingga air yang masuk ke turbin

relative bersih. Saluran ini dibuat dengan memperdalam dan

memperlebar saluran penghantar dan menambahnya dengan

saluran penguras. Kolam penenang (forebay) juga dibangun

untuk menenangkan aliran air y ang akan masuk ke turbin dan

mengarahkannya masuk ke pipa pesat (penstok). Saluran ini

dibuat dengan konstruksi beton dan berjarak sedekat mungkin

ke rumah turbin untuk menghemat pipa pesat. Pipa pesat

berfungsi mengalirkan air sebelum masuk ke turbin. Dalam

pipa ini, energi potensial air di kolam penenang diubah

menjadi energi kinetik yang akan memutar roda turbin.

Biasany a terbuat dari pipa baja yang dirol, lalu dilas. Untuk

sambungan antar pipa digunakan flens. Pipa ini harus

didukung oleh pondasi yang mampu menahan beban statis dan

dinamisnya. Pondasi dan dudukan ini diusahakan selurus

mungkin, karena itu perlu dirancang sesuai dengan kondisi

tanah.

Turbin, generator dan sistem kontrol masing-masing

diletakkan dalam sebuah rumah yang terpisah. Pondasi turbin-

generator juga harus dipisahkan dari pondasi rumahnya.

Page 61: Matius Sau, dkk

46 Matius Sau, dkk

Tujuannya adalah untuk menghindari masalah akibat getaran.

Rumah turbin harus dirancang sedemikian agar memudahkan

perawatan dan pemeriksaan. Setelah keluar dari pipa pesat, air

akan memasuki turbin pada bagian inlet. Di dalamnya terdapat

guided vane untuk mengatur pembukaan dan penutupan turbin

serta mengatur jumlah air yang masuk ke runner/blade

(komponen utama turbin). Runner terbuat dari baja dengan

kekuatan tarik tinggi y ang dilas pada dua buah piringan

sejajar. Aliran air akan memutar runner dan menghasilkan

energi kinetic yang akan memutar poros turbin. Energi y ang

timbul akibat putaran poros kemudian ditransmisikan ke

generator. Seluruh sistem ini harus balance. Turbin perlu

dilengkapi casing yang berf ungsi mengarahkan air ke runner.

Pada bagian bawah casing terdapat pengunci turbin. Bantalan

(bearing) terdapat pada sebelah kiri dan kanan poros dan

berfungsi untuk menyangga poros agar dapat berputar dengan

lancar. Daya poros dari turbin ini harus ditransmisikan ke

generator agar dapat diubah menjadi energi listrik. Generator

yang dapat digunakan pada mikrohidro adalah generator

sinkron dan generator induksi. Sistem transmisi daya ini dapat

berupa sistem transmisi langsung (daya poros langsung

dihubungkan dengan poros generator dengan bantuan

kopling), atau sistem transmisi daya tidak langsung, yaitu

menggunakan sabuk atau belt untuk memindahkan daya antara

dua poros sejajar. Keuntungan sistem transmisi langsung

adalah lebih kompak, mudah dirawat, dan ef isiensiny a lebih

tinggi. Tetapi sumbu poros harus benar-benar lurus dan

putaran poros generator harus sama dengan kecepatan putar

poros turbin.

Masalah ketidaklurusan sumbu dapat diatasi dengan

bantuan kopling fleksibel. Gearbox dapat digunakan untuk

Page 62: Matius Sau, dkk

47 Matius Sau, dkk

mengoreksi rasio kecepatan putaran. Sistem transmisi tidak

langsung memungkinkan adanya variasi dalam penggunaan

generator secara lebih luas karena kecepatan putar poros

generator tidak perlu sama dengan kecepatan putar poros

turbin. Jenis sabuk yang biasa digunakan untuk PLTMH skala

besar adalah jenis flat belt, sedang V-belt digunakan untuk

skala di bawah 20 kW. Komponen pendukung yang diperlukan

pada sistem ini adalah pulley, bantalan dan kopling. Listrik

yang dihasilkan oleh generator dapat langsung ditransmisikan

lewat kabel pada tiang-tiang listrik menuju rumah konsumen.

2. Perhitungan Teknis

Potensi daya mikrohidro dapat dihitung dengan persamaan:

Daya (P) = 9.8 x Q x Hn x h ……………. (3.1)

di mana:

P = Daya (kW)

Q = debit aliran (m3/s)

Hn = Head net (m)

9.8 = konstanta gravitasi

h = efisiensi keseluruhan.

Misalnya, diketahui data di suatu lokasi adalah sebagai

berikut: Q = 300 m3/s, Hn = 12 m dan h = 0.5. Maka,

besarnya potensi daya (P) adalah:

P = 9.8 x Q x Hn x h

= 9.8 x 300 x 12 x 0.5

= 17 640 W

= 17.64 kW

Page 63: Matius Sau, dkk

48 Matius Sau, dkk

3. Perhitungan Ekonomis

Pembangunan PLT Mikrohidro memerlukan investasi

yang relatif besar. Adapun, biaya (harga) listrik per kWH-nya

dihitung berdasarkan biaya awal (initial cost) dan biaya

operasional (operational cost). Komponen biaya awal terdiri

dari: biaya bangunan sipil, biaya fasilitas elektrik dan mekanik

serta biaya sistem pendukung lain. Komponen biaya

operasional yaitu: biaya perawatan,biaya penggantian suku

cadang, biaya tenaga kerja(operator) serta biaya lain yang

digunakan selama pemakaian.

Contoh perhitungan harga listrik per kWh dari PLT

Mikrohidro adalah sebagai berikut: Misalkan, untuk

membangun suatu PLTMH dengan kapasitas terpasang 1 kW,

dibutuhkan biaya awal Rp 4 juta. Umur pakai mikrohidro yang

dirancang adalah 10 tahun dengan biaya operasional Rp. 1

Juta/tahun. Sehingga total biayanya menjadi Rp. 10 Juta.

Maka, biaya rata-rata (Rp) per hari adalah: ( )

Sehingga Biaya (harga) per kWh ditentukan oleh biaya rata-rata

perhari dan besarnya energy listrik yang dihasilkan per hari

(kWh/hari). Energi per hari ini ditentukan oleh besarnya daya

terpasang serta faktor daya. Jika diasumsikan faktor daya

besarnya 12 jam/hari, maka harga energi listrik per kWh

adalah:

Page 64: Matius Sau, dkk

49 Matius Sau, dkk

( ) Sehingga

4. Perancangan Sistem PLT Mikrohidro

Tahap pertama perancangan PLT Mikrohidro adalah

studi awal. Studi ini diawali dengan survey lapangan untuk

memperoleh data primer mengenai debit aliran dan head (beda

ketinggian). Debit aliran dapat diukur dengan metode

konduktivitas atau metode Weir. Berdasarkan data tersebut

dapat dihitung perkiraan potensi daya awal. Data lapangan

sebaiknya diambil beberapa kali pada musim yang berbeda

untuk memperoleh gambaran yang tepat mengenai potensi

daya dari aliran air tersebut. Selain itu, perlu dicari data

pendukung, yaitu: kondisi air (keasaman, kekeruhan, serta

kandungan pasir atau lumpur), keadaan dan kestabilan tanah di

lokasi bangunan sipil, serta ketersediaan bahan, transportasi

dan tenaga trampil (operator).

Setelah survey lapangan, tahap perancangan selanjutnya

adalah pemilihan lokasi dan penentuan dimensi utama,

pembuatan analisis keunggulan dan kelemahan setiap

alternative pilihan, pembuatan sketsa elemen utama,

penentuan tipe serta kapasitas turbin dan generator y ang akan

digunakan, penentuan sistem kontrol sistem

(manual/otomatis), perancangan jaringan transmisi dan

distribusi serta perancangan sistem penyambungan ke rumah-

rumah.

Page 65: Matius Sau, dkk

50 Matius Sau, dkk

Sebelum membangun PLT Mikrohidro di suatu tempat

perlu diketahui dahulu rencana PLN untuk daerah yang

bersangkutan, kebutuhan listriknya, rencana penggunaan daya

listrik dan faktor bebannya, studi kelayakan ekonomi serta

kesiapan lembaga pengelola. Setelah semua studi yang

diperlukan siap dan layak, dilakukan proses disain yang lebih

lebih rinci, yaitu: pembuatan detail gambar teknik, penentuan

spesif ikasi teknis secara jelas, penyusunan jadwal kegiatan,

penghitungan biaya setiap komponen serta penyiapan

pengurus yang akan mengelola PLTMH. Jika seluruh disain

ini telah siap maka pembangunan PLT Mikrohidro dapat

dimulai.

C. Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro

Pembangkit Listrik Tenaga Minihdro adalah pembangkit

listrik tenaga air dengan kisaran output daya antara 100 kW

sampai dengan 5000 kW. Keuntungan utama dari pembangkit

mini hidro adalah:

1. Efisiensi tinggi (70 - 90%), sejauh ini yang terbaik dari semua

teknologi energi.

2. Faktor kapasitas tinggi (biasanya> 50%)

3. Tingkat tinggi prediktabilitas, bervariasi dengan pola curah

hujan tahunan

4. Daya keluaran bervariasi hanya secara bertahap dari hari ke

hari (tidak dari menit ke menit).

D. Pembangkit Listrik Tenaga Air

Pada umumnya energi air dapat dibagi atas:

1. Energi air kandungan mekanis:

a. Energi air terjun

b. Energi pasang surut

c. Energi ombak

Page 66: Matius Sau, dkk

51 Matius Sau, dkk

2. Energi air kandungan termis

a. Energi panas laut

Dalam bentuk diagram dapat digambarkan pada

gambar 3.1 sebagai berikut:

SUMBER DAYA

ENERGI AIR

ENERGI AIR KANDUNGAN

MEKANIS

ENERGI AIR KANDUNGAN

THERMIS

A. ENERGI AIR TERJUN

B. ENERGI PASANG SURUT

C. ENERGI OMBAK

ENERGI PANAS LAUT

Gambar 3.1 Diagram Pembagian Sumber Daya Energi Air

1. Energi Air Kandungan Mekanis

Energi Air Terjun

Potensi tenaga air terjun tergantung pada kondisi

geografis, keadaan curah hujan dan areal (penampungan)

aliran (catch ment area). Pengembangan sumber tenaga air

secara wajar, perlu diketahui secara jelas seluruh potensi

sumber tenaganya. Jumlah potensi tenaga air dipermukaan

tanah disebut potensi tenaga air teoritis. Sedang yang dapat

dikembangkan atau diomanfaatkan dari segi teknis disebut

Page 67: Matius Sau, dkk

52 Matius Sau, dkk

potensi tenaga air teknis. Untuk pengembangan secara

ekonomis disebut potensi tenaga air ekonomis.

Pada umumnya potensi tenaga ekonomislah yang

dianggap sebagai potensi tenaga air. Namun dengan kemajuan

dibidang teknologi dan perubahan konsep tentang ekonomi

potensi tenaga air, maka kategori potensi tenaga air teknis

diperluas hingga meliputi potensi tenaga air teoritis, dan tidak

ada lagi perbedaan yang tegas diantara ketiganya.

Perbandingan antara potensi tenaga air teknis dan

ekonomis terhadap potensi tenaga air teoritis diperkirakan

berturut-turut 34 - 40 % dan 20 - 30%. Berubah-ubah

tergantung pada tingkatan teknik dan ekonomi setempat.

Pada umumnya, ada 3 faktor utama untuk

penentuansuatu potensi tenaga air bagi pembangkit tenaga

listrik yaitu:

a. Jumlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh

hujan dan atau salju.

b. Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan, dalam hal ini

tergantung dari topopgrafi daerah tersebut.

c. Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya

pusat-pusat beban atau jaringan transmisi.

Penggunaan tenaga air disamping untuk keperluan

pembangkit tenaga listrik, juga masih merupakan pemanfaatan

multiguna karena masih berhubungan dengan irigasi,

pengendalian banjir, perikanan, rekreasi dan navigasi. Sumber

tenaga air diperoleh dari adanya siklus hidolik daripada air,

yaitu pemanasan dari sinar matahari yang kemudian turun ke

bumi dan kembali lagi terjadi penguapan akibat pemamanasan

sinar matahari tersebut.

Page 68: Matius Sau, dkk

53 Matius Sau, dkk

Tabel 3.1 memperlihatkan angka-angka dan lokasi yang

mempunyai kemungkinan potensi tenaga air yang dapat

digunakan untuk pembangkit tenaga listrik beberapa Negara

didunia.

Tabel 3.2 Potensi Ekonomis Tenaga Air Untuk Pembangkit

Tenaga ListrikBeberapa Negara Didunia.

Sumber: Dr. A. Arismunandar dan Dr. S. Kuwuhara, Teknik

Tenaga Listrik, 1991.

Pada tabel 3.2 memperlihatkan angka-angka dan lokasi

yang mempunyai kemungkinan potensi tenaga air yang dapat

digunakan untuk pembangkit tenaga listrik diIndonesia.

Tabel 3.3 Potensi Ekonomis Tenaga Air Untuk Pembangkit

Tenaga Listrik Beberapa Negara Di Indonesia.

Page 69: Matius Sau, dkk

54 Matius Sau, dkk

Sumber: Komite Nasional Indonesia (World Energi Council ).

Hasil-Hasil Lokakarya 1993.

Prinsip Pembangkit Energi Air

Pembangkit Tenaga Air adalah suatu bentuk perubahan

tenaga dari tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu

menjadi tenaga listrik dengan menggunakan turbin air dan

generator. Untuk keperluan estimasi daya yang dibangkitkan

secara kasar dapat digunakan rumus sederhana yaitu:

P= f. Q.H ……………………………… (3.2)

dimana

P = daya [kW]

Q = debit air [m3/detik]

H = tinggi air terjun [m]

F = suatu factor antara 0,7 dan 0,8

Untuk keperluan survai data-data primer yang diperlukan:

a. Jumlah energi yang secara teoritis dapat diperoleh setahun,

dalam kondisi-kondisi tertentu dimusim hujan dan musim

kering.

b. Jumlah daya pusat listrik yang akan dipasang, dengan

memeperhatikan apakah pusat listrik itu akan dipakai untuk

beban dasar atau beban puncak.

Berdasarkan gambar 3.2 berikut ditunjukkan secara skematis

bahwa:

a. Bendungan besar

b. Saluran terbuka dan bendungan ambil air B

Air masuk ke dalam pipa tekan, dan selanjutnya ke turbin

melalui katub.

Page 70: Matius Sau, dkk

55 Matius Sau, dkk

Gambar 3.2 Skematis sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air

Potensi energi pasang surut

Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu

berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat

dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai.

Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda benda

angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan

mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari.

Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu

garis edar dan periode yang tertentu. Pengaruh dari benda

angkasa yang lainnya sangat kecil dan tidak perlu diperhitungkan.

Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan

mengakibatkan terjadinya beberapa macam gaya pada setiap titik

di bumi ini,yang disebut gaya pembangkit pasang surut. Masing

masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut dan

disebut komponen pasang surut, dan gaya tersebut berasal dari

pengaruh matahari, bulan atau kombinasi keduanya.

Page 71: Matius Sau, dkk

56 Matius Sau, dkk

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi

dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah

luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan

massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran

bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali

lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan

pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak

matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah

bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge)

pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang

surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi

dan bidang orbital bulan dan matahari.

Energi pasang surut pada lautan terjadi akibat pengaruh

massa bulan terhadap bumi, yang mengakibatkan adanya gaya

tarik, sehingga menjelma suatu gejala yang dikenal sebagai

pasang surut. Gejala ini terjadi secara teratur, disebabkan bulan

mengelilingi bumi, sehingga air laut ditarik karena gaya tarik

gravitasi bulan.

Gambar 3.3 Terjadinya pasang surut akibat gaya tarik bulan

Page 72: Matius Sau, dkk

57 Matius Sau, dkk

Gambar 3.3 memperlihatkan permukaan laut dititik A.

keadaan ini, laut pada titik A berada dalam keadaan pasang,

sedangkan pada titik B berada dalam keadaan surut. Kira-kira 6

jam kemudian, terjadi situasi sebaliknya, akibat perputaran bulan.

Penyebab pasang surut

Bulan tepat di atas titik P1 pada permukaan bumi. Karena

gaya tarik bulan di titik P1 paling besar maka P1 bergerak lebih

banyak ke arah bulan daripada titik O (titik pusat bulan). Jika titik

O bergerak ke arah bulan, maka titik P2 akan bergerak lebih

lambat dari titik O. Oleh karena itu, maka permukaan air di titik

P1 dan P2 lebih tinggi daripada permukaan air laut rata-rata.

Pasang naik terjadi di P1 dan P2, sementara itu, di daerah yang

letaknya 90 derajat dari kedua titik itu terjadi pasang surut.

Gambar 3.4 Posisi bumi terhadap bulan

Peredaran semu harian bulan memerlukan waktu 24 jam 50

menit. Periode tersebut disebut satu hari bulan. Oleh karena itu

satu titik di khatulistiwa pada permukaan bumi mengalami dua

kali pasang naik dalam periode satu hari bulan. Ternyata gaya

tarik matahari juga memberikan pengaruh terhadap molekul air

laut, walaupun perbandingan antara gaya tarik matahari dengan

Page 73: Matius Sau, dkk

58 Matius Sau, dkk

gaya tarik bulan terhadap bumi adalah 1: 2,2. Pasang laut

purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari

berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan

pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat

rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan

bulan purnama.

Gambar 3.5 Posisi Bumi, bulan dan matahari ketika pasang

Purnama

Pasang naik yang paling rendah dalam periode satu siklus

pasang surut disebut pasang perbani. Pasang perbani terjadi pada

waktu kedudukan bulan, bumi dan matahari membentuk sudut

90o. Pada posisi tersebut, gaya tarik matahari dan gaya tarik bulan

bekerja pada titik-titik yang tegak lurus satu sama lain Pada

waktu bulan perbani, gaya tarik bulan bekerja pada titik P1 dan

P2 sedangkan gaya tarik matahari bekerja pada titik P3 dan P4.

Besar gaya yang menyebabkan pasang perbani adalah resultan

dari dua gaya yang berarah tegak sesamanya.

Page 74: Matius Sau, dkk

59 Matius Sau, dkk

Gambar 3.6 Posisi Matahari dan bulan terhadap bumi

membentuk sudut 90o

Menurut medar gobel dalam bukunya Energi Earth and

everyone, memperkirakan jumlah potensi dari energi pasang surut

di seluruh dunia adalah 26 x 1012 kWH. Namun sebagian kecil

saja bumi dimanfaatkan oleh manusia. Puncak pasang surut air

laut diikuti 12 jam kemudian dengan rendahnya surut air laut.

Kemudian pasang kembali, sehingga dalam waktu 24 jam terjadi

dua kali pasang dan dua kali surut. Beda antara permukaan laut

ketika pasang dan surut itu disebut amplitude. Pasang laut itu

dipengaruhi oleh kedalaman air laut dan keadaan lokasi pantai

setempat.

Untuk memanfaatkan air pasang dipakai bendungan,

sehingga terbentuk wadah dan ketika surut, air waduk dilepaskan

melalui turbin generator untuk pembangkit tenaga listrik.atau

diwaktu pasang, turbo generator yang dapat bekerja dua arah

aliran air alut itu, dikerjakan oleh air pasang laut yang masuk

melalui pipa turbin ke dalam waduk penyimpanan air laut.

Tabel 3.3 memperlihatkan angka-angka dan lokasi sumber

daya terpasang yang diketahui di dunia. Terlihat bahwa potensi

Page 75: Matius Sau, dkk

60 Matius Sau, dkk

yang cukup besar terdapat di Amerika Utara, utamanya diteluk

funny.

Tabel 3.4 Potensi energi pasang surut di dunia.

Sumber: 1. World Energi Resources, 1985-2020, WEC

2. S.S Panner: Demands, Resources, Impact,

Technology, and Policy Volume I. Addision-Wesley

Publishing Coy.

Konversi Energi Pasang Surut

Pada dasarnya antara tenaga pasang surut dengan tenaga air

konvensional, yaitu kedua duanya adalah tenaga air yang

memanfaatkan gravitasi tinggi jatuh air untuk pembangkitan

tenaga listrik

a. Pasang surut menyangkut arus air periodik dwi arah dengan

dua kali pasang dan dua kali surut setiap hari

b. Operasi di lingkungan air laut memerlukan bahan bahan

konstruksi yang lebih tahan korosi daripada material untuk air

tawar

c. Tinggi jatuh relatif sangat kecil (maksimal 11 meter) bila

dibanding dengan instalasi hydro lainnya.

Page 76: Matius Sau, dkk

61 Matius Sau, dkk

Bila selisih antara tinggi air laut dan tinggi waduk pasang

surut adalah H, dan debit air adalah Q, maka besar daya yang

dihasilkan adalah Q x H. Selanjutnya bila luas waduk pada

ketinggian D adalah S (h), yaitu S sebagai fungsi h, maka jumlah

energi yang dibangkitkan dengan mengosongkan sebahagian h

dari ketinggian dh adalah berbanding lurus dengan isi S (h). h. dh.

Sehingga diperoleh: Waktu pengosongan waduk:

∫ ( ) ………………. (3.3)

Waktu mengisi waduk:

∫ ( ) ( ) …………………… 3.4)

Diasumsikan bahwa pengisian dan pengosongan waduk

dilakukan pada pergantian pasang dan surut, untuk mendapatkan

penyederhanaan rumus. Diperoleh energi yang dibangkitkan per-

siklus adalah:

∫ ( )

……………. (3.5)

Dimana:

E = energi yang dibangkitkan per-siklus.

H = selisih tinggi permukaan air laut antara pasang surut.

V = volume waduk pasang surut.

Bila besaran V diganti dengan besaran massa air laut,

maka rumus diatas dapat ditulis menjadi:

Emaks = b. g. H2. S …………………………… (3.6)

P = f. Q H …………………………………… (3.7)

Dimana:

Emaks = Jumlah energi maksimum dapat diproses per siklus

Page 77: Matius Sau, dkk

62 Matius Sau, dkk

b = Berat jenis air laut

g = Grafitasi

H = Tinggi pasang surut terbesar

S = Luas waduk rata-rata antara pasang dan surut

Q = Debit air

f = Faktor efisiensi, P = Daya

Besaran H adalah kwadrat, sehingga tinggi pasang surut sangat

penting. Untuk tinggi H kurang dari 2 meter pada umumnya

pembangkit energi pasang surut tidak memenuhi syarat.

Prinsip Konversi Pasang Surut

Prinsip sederhana dari pemanfaatan ketiga bentuk energi itu

adalah: memakai energy kinetik untuk memutar turbin yang

selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.

KONVERSI Energi Kinetik Energi Listrik

(a)

(b)

Page 78: Matius Sau, dkk

63 Matius Sau, dkk

(c)

Gambar 3.7 Prinsip proses konversi energy pasang surut

Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap

harinya; dan pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam

jumlah yang cukup besar. Dalam sehari bisa terjadi hingga dua

kali siklus pasang surut. Oleh karena waktu siklus bisa

diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam sekali), suplai

listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan daripada pembangkit

listrik bertenaga pasang surut.

Page 79: Matius Sau, dkk

64 Matius Sau, dkk

Energi Ombak

Gelombang yang memecah di pantai dan tebing-tebing

merupakan energi yang cukup besar. Salah satu kemungkinan

pemanfaatan ini dapat dilihat pada gambar 3.8. dibuat ruangan

penampungan air yang berada di bawah gelombang yang

memecah di tebing pantai sepanjang 1 km, dan ketika air

gelombang tiba kemudian surut, katub dibuka, sehingga

tertangkap sejumlah volume air laut di ruangan atas. Kemudian

disalurkan melalui pipa untuk menggerakkan turbin air dan

generator. Air itu disalurkan ke ruangan sebelah bawah, maka

generator akan membangkitkan energi listrik. Metode ini seperti

pemanfaatan energi pasang surut, tapi dalam hal ini tidak

tergantung pada pasang air, tapi pada tinggi gelombang datang

memecah di tebing pantai.

Gambar 3.8 Pusat Listrik Tenaga Pecah Gelombang (PLTPG)

Page 80: Matius Sau, dkk

65 Matius Sau, dkk

Pada gambar 3.9 memperlihatkan gagasan desain sebuah

rakit yang digunakan untuk pemanfaatan gelombang laut.

Gambar 3.9 Skema Rakit Ombak Laut

Menurut Hulls, daya yang terkandung dalam ombak mempunyai

bentuk: …………………………………. (3.8)

dimana

P = Daya

b = Berat jenis air laut

g = Grafitasi

T = Periode

H = Tinggi ombak rata-rata

Selanjutnya Hulls menjelaskan bahwa ombak yang

mempunyai tinggi rata – rata 1 meter (H), dan periode 9 detik (T,

jarak waktu antara dua ombak), mempunyai daya sebesar 4,3 kW

per meter panjang ombak. Sedang deretan ombak serupa dengan

tinggi 2 meter mempunyai daya 17 kW per meter panjang ombak.

Sedangkan ombak dengan ketinggian 10 meter dan periode 12

detik mempunyai daya 600 kW per meter.

Page 81: Matius Sau, dkk

66 Matius Sau, dkk

Energi Pasang Laut

Lautan atau samudera merupakan kolektor sinar radiasi

matahari secara alamiah dan yang terbesar di dunia. Di daerah

tropis terdapat perbedaan suhu antara lapisan permukaan laut

dengan kedalaman laut sekitar 200 sampai 25o C. perbedaan suhu

ini siang dan malam terus ada, sehingga merupaka sumber energi

yang selalu tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh manusia.

Energi thermal ini dapat dikonversi menjadi energi lsitrik

dengan suatu teknologi yang disebut Ocean Thermal Energi

Conversion (OTEC) atau Konversi Energi Panas Laut (KEPL).

Teknologi Panas Laut

Perbedaan suhu dimanfaatkan untuk menjalankan mesin

penggerak dengan menggunakan peruap thermodinamika. Pada

suhu yang lebih tinggi digunakan untuk mencairkan zat kerja

kembali. Zat kerja yang dapat digunakan adalah Gas Fron R 22

(CHCL F2), ammonia (NH3), titik didih sangat rendah.

Air hangat yang mempunyai temperature 25 dan 35oC

masuk ke evaporator yang berisis misalnya zat kerja Fron R-22

yang akan mendidih akibat temperature tersebut.

Page 82: Matius Sau, dkk

67 Matius Sau, dkk

Gambar 3.10 Skema Konversi energy Panas Laut ( KEPL)

Uap gas ini dengan tekanan 12 kg/cm2, masuk keturbin dan

menggerakkan generator. Gas yang telah dipakai didinginkan

dalam kondesator oleh air laut dingin yang memiliki suhu sekitar

5 – 7o C pada kedalaman sekitar 500 m, sehingga menjadi cair.

Siklus ini berputar terus derngan memompai zat kerja air kedalam

evaporator. Gambar dibawah memperlihatkan 2 type pusat listrik

KEPL

Gambar 3.11 a) Pusat Listrik KEPL Darat, b) Pusat Listrik

KEPL Darat

Page 83: Matius Sau, dkk

68 Matius Sau, dkk

Referensi

Allen J. Wood, Bruce F. Wollenberg, Power Generation,

Operation and Control, John Wiley and Sons, New York,

NY, 1996.

Cuip, A.W. (penerjemah:Darwin Sitompul). Prnsip-Prinsip

Konversi Energi. Penerbit Erlangga. Jakarta. 1991.

Kadir,A.,Prof.lr. Energi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

1990.

Neville, R.C.Solar Energy Conversion; the Solar Cell. Elsevier

Scientific Publishing Company. Amsterdam. 1978.

Nadjamuddin Harun, “Operasi Ekonomis Sistem Tenaga Listrik Berbasis Logika Samar”, 2002, Kementerian Riset

Teknologi.

Najamuddin harun, Diktat kuliah Sistem Pembangkit tenaga

listrik, Universitas Hasanuddin

Page 84: Matius Sau, dkk

69 Matius Sau, dkk

BAB 4

PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA BAYU (PLTB)

Angin/Bayu adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di

alam, Angin terjadi karena ada perubahan suhu antara udara panas

dan udara dingin. Di tiap daerah keadaan suhu dan kecepatan angin

berbeda. Untuk mengurangi keterbatasan penggunaan energi yang

tak terbaharukan dalam pembangkitan energi listrik khususnya maka

diperlukan energi-energi alternatif lain sebagai penggantinya. Dalam

rangka mencari bentuk-bentuk sumber energi alternatif yang bersih

dan terbarukan kembali energi angin mendapat perhatian yang besar.

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu mengkonversikan energi

angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin.

Besarnya daya yang dihasilkan tergantung pada kecepatan angin dan

diameter baling-baling.

A. Komponen-komponen PLTB

Adapun komponen-komponen dari PLTB yaitu baling-

baling dan ekor, turbin angin, tiang dan panel kontrol, sebagai

berikut:

Page 85: Matius Sau, dkk

70 Matius Sau, dkk

1. Baling-baling dan ekor

Baling-baling merupakan komponen yang menangkap

energi kinetik angin menjadi energi putaran dan ekor berfungsi

sebagai komponen untuk mengarahkan baling - baling ke arah

angin.

Gambar 4.1 Sebuah PLTB

(Sumber: http://www .kincirangininfo.com)

Page 86: Matius Sau, dkk

71 Matius Sau, dkk

Gambar 4.2 Baling-baling dan ekor

B. Turbin Angin

Turbin Angin adalah komponen inti yang akan mengubah

energi kinetik angin menjadi energi listrik. Adapun Jenis turbin

angin ada 2, yaitu:

Gambar 4.3 Generator pada turbin angin

Page 87: Matius Sau, dkk

72 Matius Sau, dkk

1. Turbin angin sumbu horizontal (TASH)

Turbin angin sumbu horizontal memiliki poros rotor

utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin

berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling- baling angin

yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar pada

umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang

digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar

memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran turbin

yang pelan menjadi lebih cepat berputar. Karena sebuah

menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin

biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-

bilah turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju

menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan,

bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu

dan sedikit dimiringkan. Karena turbulensi menyebabkan

kerusakan struktur menara, sebagian besar TASH merupakan

mesin upwind (melawan arah angin). Meski memiliki

permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan

angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan

agar mereka tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat

angin berhembus sangat kencang, bilah- bilahnya bisa ditekuk

sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan

demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu.

Adapun kelebihan dan kekurangan TASH, yaitu:

a. Kelebihan TASH:

Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin

yang lebih kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran

angin, perbedaan antara laju dan arah angin antara dua

titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfir bumi.

Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter

ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%.

Page 88: Matius Sau, dkk

73 Matius Sau, dkk

b. Kekurangan TASH:

Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa

mencapai 90 meter sulit diangkut. Diperkirakan besar

biaya transportasi bisa mencapai 20% dari seluruh biaya

peralatan turbin angin.

TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek

yang yang sangat tinggi dan mahal serta para operator

yang tampil.

Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk

menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox, dan

generator.

Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan

pandangan dan mengganggu penampilan lansekap.

Berbagai varian downwind menderita kerusakan

struktur yang disebabkan oleh turbulensi.

TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan

untuk membelokkan turbin ke arah angin.

Gambar 4.4 Turbin angin sumbu horizontal

Page 89: Matius Sau, dkk

74 Matius Sau, dkk

2. Turbin angin sumbu vertikal (TASV)

Turbin angin sumbu vertikal atau TASV memiliki

poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan

utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin

agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-

tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. TASV mampu

mendayagunakan angin dari berbagai arah.

Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox

bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu

menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan

perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain

menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag (gaya

yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida

(zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat turbin berputar.

Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu

tegak sering dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia

diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan.

Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah,

sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit.

Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu

menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan

berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran,

diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan

meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur

turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara

turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik

optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin

yang minimal.

Adapun kelebihan dan kekurangan turbin angin sumbu

vertikal, yaitu:

Page 90: Matius Sau, dkk

75 Matius Sau, dkk

Kelebihan TASV

Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.

Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan

mekanisme yaw.

Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah,

membuat pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak

jadi lebih mudah.

TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-

baling yang terlihat secara melintang) yang lebih tinggi,

memberikan keaerodinamisan yang tinggi sembari

mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.

Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang

berbentuk kotak atau empat persegi panjang memiliki

wilayah tiupan yang lebih besar untuk diameter tertentu

daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH.

TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah

daripada TASH. Biasanya TASV mulai menghasilkan

listrik pada 10km/jam (6 m.p.h.)

TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan

antara kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan

laju sebenarnya angin) yang lebih rendah sehingga lebih

kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus

sangat kencang.

TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur

yang lebih tinggi dilarang dibangun.

TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil

keuntungan dari berbagai lokasi yang menyalurkan angin

serta meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit

yang puncaknya datar dan puncak bukit),

TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin

berubah.

Page 91: Matius Sau, dkk

76 Matius Sau, dkk

Turbin pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.

Kekurangan TASV:

Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari

efisiensi TASH karena drag tambahan yang dimilikinya

saat kincir berputar.

TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang

melaju lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi.

Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah dan

membutuhkan energi untuk mulai berputar.

Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk

menyanggahnya memberi tekanan pada bantalan dasar

karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel

yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya

dorong ke bawah saat angin bertiup.

Gambar 4.5 Turbin angin sumbu vertical

Page 92: Matius Sau, dkk

77 Matius Sau, dkk

C. Tiang

Tiang berfungsi sebagai komponen yang meletakkan

baling-baling ditempat yang tinggi yang relatif lebih berangin.

Tiang bisa dibuat dari pipa baja, beton, rangka besi. Kecepatan

angin bertambah jika ketinggian tiang semakin tinggi, diamater

dari rotor juga berpengaruh untuk menghasilkan daya pada PLTB.

Untuk pemasangan tiang dilakukan dengan cara

menyambung tiang satu persatu. Tiang paling bawah memiliki

engsel pada bagian pangkalnya dan pada tiang tertentu terdapat

cuping untuk kawat sling yang berjumlah 3. Setiap tiang memiliki

tangga. Dalam pemasangan tiang dimulai dengan memasukkan

lubang lempengan (baseplate) tiang paling bawah ke dalam baut

yang sudah ada pondasi, biarkan engsel baseplate terbuka

sehingga tiang paling bawah berada pada posisi duduk

Gambar 4.6 Tiang PLTB

Page 93: Matius Sau, dkk

78 Matius Sau, dkk

D. Panel Kontrol

Panel Kontrol berfungsi sebagai kontrol tegangan listrik

yang dihasilkan oleh turbin. Salah satu panel kontrol yang dijual

dipasaran yaitu tipe Exmork FKJ A2-5000W Analog, Termasuk

didalamnya terdapat inverter AC-DC.

Gambar 4.7 panel control PLTB

E. Bagian Aerodinamik dari Kincir

Secara garis besar kincir angin terdiri dari anemometer,

blades, rem, controller, gear box dll, sebagai berikut:

Page 94: Matius Sau, dkk

79 Matius Sau, dkk

Gambar 4.8 Sketsa Dalam Kincir angin

Sumber: http://www .kincirangininfo.com

Anemometer: Mengukur kecepatan angin, dan mengirim data

angin ini ke Alat Pengontrol.

Blades (Bilah Kipas): Kebanyakan turbin angin mempunyai 2

atau 3 bilah kipas. Angin yang menghembus menyebabkan

turbin tersebut berputar.

Rem: Suatu rem cakram yang dapat digerakkan secara

mekanis, dengan tenaga listrik atau hidrolik untuk

menghentikan rotor atau saat keadaan darurat.

Controller (Alat Pengontrol): Alat Pengontrol ini menstart

turbin pada kecepatan angin kira-kira 12-25 km/jam, dan

mematikannya pada kecepatan 90 km/jam. Turbin tidak

beroperasi di atas 90 km/jam, karena angina terlalu kencang

dapat merusakkannya.

Gear box (Roda Gigi): Roda gigi menaikkan putaran dari 30-

60 rpm menjadi kira-kira 1000-1800 rpm yaitu putaran yang

biasanya disyaratkan untuk memutar generator listrik.

Generator: Generator pembangkit listrik, mengubah energi

Page 95: Matius Sau, dkk

80 Matius Sau, dkk

kinetic angin menjadi energi listrik (DC).

High-speed shaft (Poros Putaran Tinggi): Menggerakkan

generator.

Low-speed shaft (Poros Puutaran Rendah): Poros turbin

yang berputar kira-kira 30-60 rpm.

Nacelle (Rumah Mesin): Rumah mesin ini terletak di atas

menara. Di dalamnya berisi gear-box, poros putaran tinggi /

rendah, generator, alat pengontrol, dan alat pengereman.

Pitch (Sudut Bilah Kipas): Bilah kipas bisa diatur sudutnya

untuk mengatur kecepatan rotor yang dikehendaki, tergantung

angin terlalu rendah atau terlalu kencang.

Rotor: Bilah kipas bersama porosnya dinamakan rotor.

Tower (Menera): Menara bisa dibuat dari pipa baja, beton,

rangka besi. Karena kencangnya angin bertambah dengan

ketinggian, maka makin tinggi menara makin besar tenaga

yang didapat.

Wind vane (Tebeng Angin): Mengukur arah angin,

berhubungan dengan penggerak arah yang memutar arah

turbin disesuaikan dengan arah angin.

Yaw drive (Penggerak Arah): Penggerak arah memutar turbin

ke arah angin untuk desain turbin yang menghadap angina.

Untuk desain turbin yang mendapat hembusan angina dari

belakang tak memerlukan alat ini.

Yaw motor (Motor Penggerak Arah): Motor listrik yang

menggerakkan penggerak arah.

Page 96: Matius Sau, dkk

81 Matius Sau, dkk

F. Prinsip Kerja Turbin Angin

Cara kerja turbin angin bisa menghasilkan energi listrik,

adalah dengan mengkonversikan energi angin atau energi kinetik

menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin.

Besarnya daya yang dihasilkan tergantung pada kecepatan angin

dan diameter baling-baling. Energi listrik yang dihasilkan

kemudian dikirimkan dan didistribusikan ke rumah-rumah, pusat

bisnis, sekolah. Turbin-turbin angin modern terbagi menjadi dua

kelompok dasar; jenis sumbu horisontal, dan sumbu vertikal.

Turbin sumbu horisontal inilah yang banyak dipakai saat ini. Ciri

khasnya memiliki dua atau tiga bilah baling-baling, yang

dihadapkan ke arah datangnya angin.

Konversi energi listrik pada PLTB ini memerlukan sebuah

hembusan angin yang kontiniu guna memutar sebuah turbin

angin. Turbin angin yang berputar ini akan dihubungkan dengan

sebuah transmisi mekanik (opsional) untuk menghasilkan putaran

yang lebih tinggi atau lebih rendah untuk kemudian memutar

generator.

Daya pada sistem PLTB ini terdiri dari beberapa macam

yang dapat digolongkan menjadi (Burton T, dkk. 2001):

1. Daya Angin (Pw)

2. Daya Turbin Angin (PA)

3. Daya Generator (PGen)

Daya Angin

Daya angin adalah besaran energi yang dapat dihasilkan

oleh angin pada kecepatan tertentu yang menabrak sebuah kincir

angin dengan luas bidang tertentu.

Rumus daya angin ini dapat di tuliskan dengan: ……………………………. (4.1)

Page 97: Matius Sau, dkk

82 Matius Sau, dkk

Dengan:

ρa : kerapatan angin pada waktu tertentu (1,2 kg/)

v : kecepatan angin pada waktu tertentu. (m/s)

A : luas daerah sapuan angin (m2)

Luas daerah sapuan angin dapat dicari dengan rumus:

A = π.r2 ……………………………. (4.2)

Dengan:

A: luas daerah sapuan angin (m2)

r.: Jari-jari lingkaran turbin/ pajang turbin (m)

Gambar 4.9 Model Turbin dengan jari-jari r

Page 98: Matius Sau, dkk

83 Matius Sau, dkk

Daya Turbin Angin

Daya turbin angin (PA) adalah besaran energi mekanik yang

dapat dibangkitkan oleh rotor turbin angin akibat mandapatkan

daya dari hembusan angin. Daya turbin angin tidak sama dengan

daya angin dikarenakan daya turbin angin terpengaruh oleh

koefisien daya. Rumus daya angin ini dapat di tuliskan dengan: ………………………… (4.3) ……………………………………. (4.4)

Dengan:

Cp: Koefisien daya

Perancangan pembangkit listrik tenaga angin biasanya

memiliki koefisien daya (CP) yang memiliki nilai di bawah

kostanta betz law, dikarenakan adanya rugi-rugi seperti rugi

tembaga, rugi besi, rugi bearing, dan lain-lain. Besarnya nilai CP

ini berada antara 0 – 0,6 dan juga tergantung pada jenis turbin

yang akan digunakan.

Gambar 4.10 Hubungan koefisien daya rotor turbin dengan

speed ratio

Page 99: Matius Sau, dkk

84 Matius Sau, dkk

Daya Generator

Daya generator (Pgen) adalah besaran daya elektrik yang

dapat dibangkitkan oleh generator akibat berputarnya rotor

generator yang dikopel dengan poros turbin. Besar daya generator

ini tergantung dari efisiensi generator dan efisiensi yang ada pada

transmisi mekanik sehingga daya yang dapat dibangkitkan oleh

generator dihitung dengan: ……(4.5)

Dengan:

ηgearbox: Efisiensi gearbox / transmisi mekanik

ηgen : Efisiensi generator

Dari persamaan 4.3, 4.4 dan 4.5 di atas disimpulkan bahwa

daya listrik yang dapat dibangkitkan oleh generator, kemudian

dimanfaatkan untuk peralatan elektrik tidak sebanding dengan

daya angin yang diperoleh. Selisih antara daya yang dihasilkan

oleh angin dan daya yang dihasilkan oleh generator sangat besar.

Hal ini dikarenakan adanya koefisien daya, efisiensi gearbox, dan

efisiensi generator.

Referensi

John, M.C. 2012. Design and Optimization of a Small Wind

Turbine. Tesis tidak diterbitkan. Amerika Serikat:

Renssealer Polytechnic Institute Hartford.

Teuku Syaufi Hayu, dkk. 2018, Studi Potensi Pembangkit Listrik

Tenaga Hybrid (Surya-Bayu) di Banda Aceh

Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

http://www .kincirangininfo.com

Page 100: Matius Sau, dkk

85 Matius Sau, dkk

BAB 5

PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA SURYA

A. Pengertian Energi Matahari Dengan Genting Surya (Sel

Surya)

Matahari terletak berjuta-juta kilometer dari bumi. Kira-

kira jaraknya 149 juta kilometer, akan tetapi menghasilkan jumlah

energi yang luar biasa banyaknya. Pada keadaan cuaca cerah,

permukaan bumi menerima sekitar 1000 watt energi matahari per-

meter persegi. Kurang dari 30% energi tersebut dipantulkan

kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas, 23%

digunakan untuk seluruh sirkulasi kerja yang terdapat di atas

permukaan bumi, sebagaian kecil 0,25% ditampung angin,

gelombang dan arus dan masih ada bagian yang sangat kecil

0,025% disimpan melalui proses fotosintesis

Energi yang dipancarkan oleh matahari cukup untuk

memenuhi kebutuhan energi seluruh penduduk manusia dibumi

selama satu tahun, apabila ditangkap dengan benar. Contohnya

digunakan untuk mengeringkan pakaian,mengeringkan hasil

panen, digunakan pada proses fotosintesis dan menghasilkan

energi listrik.

Page 101: Matius Sau, dkk

86 Matius Sau, dkk

Tenaga surya yang bisa dimanfaatkan menjadi energi lisrik

menggunakan sel surya. Sel surya merupaka sebuah alat yang

tersusun dari material semikonduktor yang dapat mengubah sinar

matahari menjadi tenaga listrik secara langsung. Sering juga

dipakai istilah photovoltaic atau fotovoltaik.

Pada dasarnya sel surya terdiri atas sambungan atau 2

terminal yaitu p–n. Fungsinya atau cara kerja dari sambungan p-n

ini sama dengan dioda (diode). Ketika sinar matahari mengenai

permukaan sel surya, energi yang dibawa oleh sinar matahari ini

akan diserap oleh elektron pada sambungan p–n untuk berpindah

dari bagian dioda tipe–p ke tipe–n dan untuk selanjutnya mengalir

ke luar melalui kabel yang terpasang ke sel.

Besar tegangan yang dihasilkan sebesar 0,5 volt sampai 1

volt dan mimiki arus short-circuit cukup kecil yaitu dalam skala

millimeter per cm2. Tegangan dan arus yang cukup kecil ini tidak

bisa dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi. Sehingga sel surya

disusun secara seri membentuk modul surya. Satu modul surya

terdiri dari 28–36 sel surya.

Tegangan yang dihasilkan berupa tegangan DC sebesar 12

volt ketika pada kondisi penyinaran secara normal. Untuk

memperbesar nilai tegangan dan arus yang dikeluarkan modul

surya dengan cara menggabungkan modul surya secara paralel

atau seri sesuai dengan daya yang dibutuhkan pada aplikasi

tertentu.

Page 102: Matius Sau, dkk

87 Matius Sau, dkk

Gambar 5.1 Modul surya biasanya terdiri dari 28 – 36 sel surya

yang dirangkai seri untuk memperbesar total daya output

(Wind and Solar Power Systems Mukund R. Patel, Ph.D.,

P.E.,U.S. Merchant Marine Academy, Kings Point, New York)

B. Struktur Sel Surya

Seiring dengan berkembangnya teknologi dan sains, jenis-

jenis dari sel surya mulai berkembang dengan berbagai inovasi.

Mulai dari struktur dan bagian-bagian penyusun sel surya yang

berbeda. Sel surya yang secara umum yaitu sel surya dengan

struktur berbasis material silicon. Biasanya sel surya dengan

struktur silicon digolongkan sel surya generasi pertama

sedangkan sel surya dengan struktur film atau yang mempunyai

laisan tipis tergolong sel surya generasi kedua.

Adapun jenis-jenis dari panel surya yaitu jenis pertama,

yang terbaik saat ini, adalah jenis monokristalin. Panel ini

memiliki efisiensi 12%–14%. Yang kedua adalah jenis

polikristalin atau multikristalin, yang terbuat dari kristal silikon

dengan efisiensi 10–12%. Yang ketiga adalah silikon jenis

amorphous, yang berbentuk film tipis. Efisiensinya sekitar 4%–

Page 103: Matius Sau, dkk

88 Matius Sau, dkk

6%. Panel surya jenis ini banyak dipakai di mainan anak-anak,

jam dan kalkulator. Yang terakhir adalah panel surya yang terbuat

dari GaAs (Gallium Arsenide) yang lebih efisien pada temperatur

tinggi.

Gambar 5.2 Struktur dari sel surya komersial yang menggunakan

material silikon sebagai semikonduktor

(http://rhazio.wordpress.com/2007/09/12/pembangkit-listrik-

tenaga-surya/)

Gambar 5.3 Struktur sel surya tipe p-n campuran silicon

(Djoko Adi Widodo, Suryono, Tatyantoro A., Tugino. 2009)

Page 104: Matius Sau, dkk

89 Matius Sau, dkk

Bahan sel surya tipe p-n terdiri dari kaca pelindung dan

material adhesive transparan yang melindungi bahan sel surya

dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap

lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah cahaya yang

dipantulkan, semi-konduktor P-type dan N-type untuk

menghasilkan medan listrik, logam tipis adalah saluran awal dan

saluran akhir untuk mengirim elektron ke peralatan listrik

C. Proses Terjadinya Energi Matahari Menjadi Energi Listrik

Dalam cahaya matahari terkandung energi dalam bentuk

foton. Energi foton merupakan energi pendorong electron yang

berupa panas. Ketika foton mengenai permukaan sel surya,

electron–elektronnya akan tereksitasi dan menimbulkan aliran

listrik. Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat dari material

semikonduktor yang mengandung unsur silicon. Unsur silicon

terdiri atas dua jenis lapisan yang sensitive terhapan panas

matahari atau perpindahan electron. Yang pertama lapisan negatif

(tipe–n) dan lapisan positif (tipe–p). Dalam proses rangsangan

foton sampai mendorong electron untuk berpindah dikenal

sebagai prinsip photoelectric.

Gambar 5.4 Sel Surya (Genting surya)

Page 105: Matius Sau, dkk

90 Matius Sau, dkk

Gambar 5.5 Cara bekerja Sel Surya

sumber: http://newkonyol.blogspot.com/2012/03/pemanfaatan-

pembangkit-listrik-tenaga.html

Listrik yang dihasilkan oleh panel surya dapat langsung

digunakan atau disimpan lebih dahulu ke dalam batere. Arus

listrik yang dihasilkan adalah listrik dengan arus searah (DC)

sebesar 3,5 A. Besar tegangan yang dihasilkan adalah 0,5volt –

1volt. Untuk mendapatkan output yang diinginkan maka panel

surya dihubungkan secara seri atau parallel. sedangkan untuk

memperoleh arus bolak balik (AC) diperlukan alat tambahan yang

disebut inverter.

Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p–n

junction, yaitu junction antara semikonduktor tipe–p dan tipe–n.

Semikonduktor terdiri dari ikatan–ikatan atom yang terdapat

elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe–n

mempunyai kelebihan elektron (muatan negative) sedangkan

semikonduktor tipe–p mempunyai kelebihan hole (muatan positif)

dalam struktur atomnya.

Page 106: Matius Sau, dkk

91 Matius Sau, dkk

Kondisi kelebihan elektron dan hole bisa terjadi apabila

mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk

mendapatkan material silikon tipe–p, silikon didoping oleh atom

boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe–n,

silikon didoping oleh atom fosfor.

Gambar 5.6 Junction semikonduktor tipe – p dan tipe – n

(Wind And Solar Power Sistems karangan Mukund R. Patel)

Peran dari p–n junction ini adalah untuk membentuk medan

listrik sehingga elektron dan hole bisa diekstrak oleh material

kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe–p

dan tipe–n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari

semikonduktor tipe–n ke tipe–p sehingga membentuk kutub

positif pada semikonduktor tipe–n, dan sebaliknya kutub negatif

pada semikonduktor tipe–p. Akibat dari aliran elektron dan hole

ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya

matahari mengenai susuna p–n junction ini maka akan

mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak

negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan

Page 107: Matius Sau, dkk

92 Matius Sau, dkk

sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu

elektron datang.

Gambar 5.7 Cara kerja sel surya dengan prinsip p–n junction

(Photovoltaic Systems Enginering Second Edition oleh Roger A

Messenger Jerry Ventre)

Pada umumnya, untuk memperkenalkan cara kerja sel

surya secara umum, ilustrasi di bawah ini menjelaskan segalanya

tentang proses konversi cahaya matahari menjadi energi listrik.

Gambar 5.8 Ilustrasi Proses Terjadinya Listrik Pada Sel Surya

Fotovoltaik

Page 108: Matius Sau, dkk

93 Matius Sau, dkk

D. Energi Matahari di Indonesia

Letak geografis Indonesia yang berada pada daerah

khatulistiwa yaitu pada lintang 600LU - 1100LS dan 9500BT –

14100BT, dan dengan memperhatikan peredaran matahari dalam

setahun yang berada pada daerah 23,500LU dan 23,500LS maka

wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama 10 – 12

jam dalam sehari. Hal ini tentu saja merupakan sebuah anugerah

karena sinar matahari ini dapat di manfaatkan sebagai sumber

energi alternatif dan sumber energi ini bisa dikatakan tidak akan

pernah habis, tidak bersifat polusif, dan gratis.

Dalam hubungan geometris dari matahari-bumi, jarak

ekstretiknya dari lintasan bumi adalah jarak dari matahari dan

bumi dengan variasi 1,7 %. Dari hasil pengukuran astronomi

didapat jarak rata-rata bumi dan matahari adalah 1,495x 1011 m

dangan sudut kecenderungan matahari 32°. Radiasi intensitas

matahari hampir konstan di luar atmosfir bumi. Konstanta

matahari Gsc, adalah energi dari matahari per unit waktu yang

diterima pada satu unit luasan permukaan yang tegak lurus arah

radiasi matahari pada jarak rata-rata matahari- bumi diluar

atmosfer. WRC-world radiation center mengambil nilai konstanta

matahari (Gsc) sebesar 1367 W/m2 dengan nilai kesalahan

sebesar 1 %.

Pengaruh intensitas matahari terhadap daya yang di

keluarkan oleh sel surya menunjukkan bahwa tegangan tidak

terlalu terpengaruh oleh radiasi matahari. Hanya intensitas radiasi

yang terlalu rendah saja yang akan mempengaruhi tegangan.

Page 109: Matius Sau, dkk

94 Matius Sau, dkk

E. Prinsip kerja sel surya fotovoltaik

Sell surya atau dalam dunia internasional lebih dikenal

sebagai solar cell atau photovoltaic cell, merupakan sebuah divais

semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan terdiri

dari rangkaian dioda tipe p dan n, yang mampu merubah energi

sinar matahari menjadi energi listrik. (Yuliarto, 2006).

Sel surya disusun dengan menggabungkan silikon jenis p

dan jenis n. silicon jenis p adalah silicon yang bersifat positif

akibat dari kekurangan electron sedangkan silicon jenis n adalah

silicon yang bersifat negative akibat dari kelebihan electron

ketika menerima (dikenai) radiasi surya (berupa foton) pada

keduanya (silicon jenis p dan n) terbentuk positif (hole) dan

negative (electron). Hal ini menyebabkan terciptanya

pengkutuban (polarisasi) dimana hole bergerak menuju silicon

jenis n. dengan menyambungkan kedua jenis silicon (jenis p dan

jenis n) melalui suatu penghantar luar maka terjadi beda potensial

antara keduanya dan mengalirkan arus searah. Ilustrasi ini

disajikan pada gambar 5.8 (Abu bakar dkk, 2006).

Pengertian photovoltaic sendiri merupakan proses merubah

cahaya menjadi energi listrik. Oleh karena itu bidang penelitian

yang berkenaan dengan energi surya ini sering juga dikenal

dengan penelitian photovoltaic. Kata photovoltaic berasal dari

bahasa Yunani photos yang berarti cahaya dan volta yang

merupakan nama ahli fisika dari Italia yang menemukan tegangan

listrik. Sehingga secara bahasa dapat diartikan sebagai cahaya dan

listrik photovoltaic. (Yuliarto, 2006)

Page 110: Matius Sau, dkk

95 Matius Sau, dkk

Gambar 5.9 Prinsip kerja sel fotovoltaik. (Abu bakar dkk, 2006)

F. Sistem tenaga surya fotovoltaik

Sistem tenaga surya fotovoltaik yang umum dipakai untuk

penerangan adalah sistem individu atau yang lebih sering dikenal

dengan nama solar home sistem (SHS).

Charge

Controller

ACCUMULATOR

Inverter Beban AC

Beban DC

Gambar 5.10 Diagram blok sistem modul surya untuk PLTS

Page 111: Matius Sau, dkk

96 Matius Sau, dkk

Dari gambar 5.10 dijelaskan bahwa energi dari sinar

matahari yang dikonversi menjadi energi listrik oleh modul surya

(Photovoltaik) akan disalurkan ke charger controller untuk

mengatur pengisian energi listrik pada battery. Dari charger

controller ini bisa juga langsung di gunakan untuk beban DC atau

langsung masuk ke inverter untuk dirubah menjadi tegangan arus

AC. Selanjutnya Energi listrik yang dihasilkan battery akan

dikonversi oleh inverter dari tegangan arus searah (DC) menjadi

tegangan arus bolak-balik (AC) sehingga dapat dimanfaatkan

pada beban arus bolak balik.

Kondisi meteorologi yang paling dominan dalam

mendesain sistem tenaga surya adalah besarnya radiasi harian

(Wh/m2 hari), serta temperatur sekeliling, sedangkan kelembaban

dan kecepatan angin tidak terlalu banyak berpengaruh. (Abu

bakar dkk, 2006)

1. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Komponen utama yang dibutuhkan dalam membangun

suatu sistem energi surya fotovoltaik agar dapat beroperasi

dengan baik adalah:

1. Modul surya (Photovoltaik = PV)

2. Solar Charge atau Universal charge controller (UCC) /

MPPT

3. Bidrectional Inverter

4. Battery Bank

a. Modul Surya / PV

Modul surya merupakan gabungan beberapa sel surya yang

terhubung secara seri. Satu sel surya menghasilkan

tegangan 0.45 Volt [Djojohadikusumo, 2006]. Tegangan ini

sangat rendah untuk dapat dimamfaatkan secara praktis,

sehingga diperlukan sejumlah sel surya yang dihubungkan

Page 112: Matius Sau, dkk

97 Matius Sau, dkk

secara seri. Modul surya yang standar dengan 36 atau 40

buah sel surya semi kristal silikon yang masing-masing

berukuran 10 x 10 cm, menghasilkan daya sebesar 38

hingga 50 watt pada tegangan 12 volt pada saat disinari

cahaya matahari dengan intensitas penuh.

Penentuan jumlah modul surya dapat dihitung

menggunakan persamaan (4.1) berikut [Unggul W., 2008]

.............................................................. (5.1)

Dengan:

P = Daya yang direncanakan ( kWp)

Pn = Kapasitas daya listrik setiap modul surya (Wp)

(a) (b)

Gambar 5.11 Panel Polycrystalline (a) dan Panel

Monocrystalline (b)

Page 113: Matius Sau, dkk

98 Matius Sau, dkk

b. Bi Directional Inverter

Bi Directional Inverter atau sering disebut Inverter

berfungsi untuk mengubah tegangan arus secarah (DC)

menjadi tegangan arus bolak balik (AC).

Pada PLTS, inverter ini berfungsi untuk mengubah

tegangan arus searah dari Modul surya menjadi tegangan

arus bolak balik yang dapat terhubung ke beban. Selain itu,

inverter juga dapat mengubah tegangan arus searah pada

Accumulator menjadi tegangan arus bolak balik.

Kapasitas dari Inverter tergantung pada kapasitas modul

surya yang akan digunakan.

Gambar 5.12 Inverter Pure Sine Wave 12-24 Volt

Page 114: Matius Sau, dkk

99 Matius Sau, dkk

c. Solar Charge Controller /MPPT

Solar charge controller /MPPT merupakan seperangkat

komponen elektronika yang berfungsi untuk:

1. Mengatur transfer energi dari modul surya (PV) ke

Accumulator / Baterai dan ke beban secara efisien dan

semaksimal mungkin

2. Melindungi baterai dari pengisian berlebih (overcharge)

dengan cara memutuskan proses pengisian baterai pada

tegangan batas atas

3. Menlindungi pengosongan berlebih (overdischarge)

dengan memutuskan prose pengosongan baterai pada

tegangan batas bawah

4. Memperpanjang umur baterai

Gambar 5.13 Solar Charge Controller MPPT 12/24 volt

(auto), 30 A.

Page 115: Matius Sau, dkk

100 Matius Sau, dkk

d. Accumulator / Battery

Accumulator adalah media penyimpan muatan listrik.

Secara garis besar accumulator dibedakan berdasarkan

aplikasi dan konstruksi.

Berdasarkan aplikasi maka accumulator dibedakan menjadi

2 yaitu

1. Engine starter (otomotif). Accumulator otomotif

umumnya dibuat dengan pelat timbal yang tipis namun

banyak sehingga luas permukaannya lebih besar.

Dengan demikian Accumulator ini bisa menyuplai arus

listrik yang besar pada saat awal untuk menghidupkan

mesin.

2. Deep cycle. Accumulator deep cycle biasanya

digunakan untuk sistem fotovoltaik (solar cell) dan

back up power, dimana Accumulator mampu

mengalami discharge hingga muatan listriknya tinggal

sedikit.

Jenis accumulator starter atau otomotif sebaiknya tidak

mengalami discharge hingga melampaui 50% kapasitas

muatan lsitriknya untuk menjaga keawetan

accumulator. Apabila muatan accumulator basah

sampai di bawah 50% dan dibiarkan dalam waktu lama

(berhari-hari tidak di-charge kembali), maka kapasitas

muat accumulator tersebut akan semakin berkurang

sehingga menjadi tidak awet. Berkurangnya kapasitas

muat accumulator tersebut karena proses pembentukan

kristal sulfat yang menempel pada pelat ketika muatan

Accumulator tidak penuh (di bawah 50%). Keawetan

accumulator berkaitan dengan banyaknya discharging

Page 116: Matius Sau, dkk

101 Matius Sau, dkk

pada kedua jenis accumulator tersebut ditunjukkan pada

Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Siklus pengisian pada jenis Accumulator otomotif

dan deep cycle

Secara konstruksi accumulator dibedakan menjadi tipe

basah (konvensional, flooded lead acid), sealed lead acid

(SLA), valve regulated lead acid (VRLA), gel, dan AGM

(absorbed glass mat), semuanya merupakan accumulator yang

berbasis asam timbal (lead acid). Tabel 4.2 menunjukkan

voltase yang diperlukan untuk proses absorption charging

(dengan arus maksimum) dan float charging (untuk mencegah

self discharge) pada jenis-jenis Accumulator tersebut.

Tabel 5.2 Voltage charging untuk berbagai jenis Accumulator

Page 117: Matius Sau, dkk

102 Matius Sau, dkk

Gambar 5.14 Contoh Baterai Jenis VRLA

Untuk keberlangsungan suatu sistem agar dapat

beroperasi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan beban,

maka perlu mempertimbangkan keadaan cuaca tanpa sinar

matahari (autonomi days) yang umumnya dihitung selama 5

hari.

Untuk menghitung kapasistas baterai digunakan persamaan 5.2 .................................................. (5.2)

dengan:

Eb = Energi yang dibutuhkan beban dalam sehari (kW-

jam)

V = Tegangan kerja baterai = 12 Volt atau 24 Volt

d = Jumlah hari tanpa radiasi/tahun = 5 hari/tahun

Kb = Efisiensi charging dan discharging baterai (DOD) =

0.8

2. Kapasitas fotovoltaik yang dibutuhkan

Untuk menghitung kapasitas daya fotovoltaik yang

dibutuhkan, akan sangat tergantung dari energi beban yang

dibutuhkan dan radiasi matahari harian yang tersedia di lokasi.

Menurut SNI 04-6394-2000, didefinisikan bahwa energi yang

harus dikeluarkan oleh modul fotovoltaik:

Page 118: Matius Sau, dkk

103 Matius Sau, dkk

......................................................... (5.3)

Dengan

Eout = Energi yang dikeluarkan harian rata-rata (Juole)

Prate = daya rata-rata (Watt)

H = Rata-rata radiasi harian

Untuk memenuhi energi yang dibutuhkan oleh beban

maka energi luaran harian rangkaian rata-rata harus

ditambahkan energi yang hilang dalam sistem sebesar 25 %

dari energi luaran harian rata-rata. ……………………..………… (5.4) ………………..………. (5.5)

dengan:

E loss = energi yang hilang

E supplai = energi yang dibangkitkan untuk mencatu beban

E beban = Energi yang dibutuhkan

3. Kinerja sel surya

Keterbatasan penyinaran matahari yang tidak selalu

bersinar terang seiap hari dapat diatasi dengan menggunakan

baterai. Sehingga nantinya energi listrik yang dihasilkan oleh sel

surya dapat disimpan dalam beterai dan digunakan untuk

kebutuhan di malam hari. Dari hasil penelitian yang dilakukan

mendapatkan data bahwa sel surya menghasilkan arus listrik

paling kuat untuk suplai pada jam 12 – 13 siang dengan sudut

kemiringan optimum sebesar 15o.

Page 119: Matius Sau, dkk

104 Matius Sau, dkk

G. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel /Genset

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dalam penelitian ini

dinyatakan sebagai sebuah Genset (generator set) yang bekerja

menggunakan BBM. Genset merupakan sebuah perangkat yang

menghasilkan daya listrik, yang diperoleh dari hasil konversi

energy mekanik menjadi energi listrik. Genset terdiri dari dua

perangkat utama yaitu engine dan generator (G1) serta didukung

oleh motor starter (M1), baterai dan perangat kontrol lainya seperti

ditunjukkan pada Gambar 5.15 (Agus Adria, dkk. 2015)

Bila tombol start di tekan, motor starter M1 bekerja dan

memutar (starting) engine, bila engine sudah berkerja maka

tombol start di lepas, selanjutnya sekitar 10 detik generator (G1)

bekerja lalu MCB dapat di on untuk mensuplai daya kebeban.

Bila tombol stop ditekan, maka engine akan berhenti (Off).

Gambar 5.15 Single line Genset

Page 120: Matius Sau, dkk

105 Matius Sau, dkk

H. Pembangkit Hybrid Tenaga Surya – Genset (PLTD)

Istilah Hybrid diartikan dengan penggunaan 2 atau lebih

pembangkit listrik dengan sumber energi yang berbeda, umumnya

digunakan untuk captive genset, sehingga diperoleh sinergi yang

memberikan keuntungan ekonomis maupun teknis yang berarti

keandalan system suplai.

Tujuan utama dari system hybrid pada dasarnya adalah

berusaha menggabungkan dua atau lebih sumber energi (system

pembangkit) sehingga dapat saling menutupi kelemahan masing-

masing dan dapat dicapai keandalan supply dan efisiensi

ekonomis pada type load (Load profile) tertentu.

Type load (Load profile) adalah keyword penting dalam

system hybrid. Untuk setiap load profile yang berbeda, akan

diperlukan system hybrid dengan komposisi tertentu, agar dapat

dicapai system yang optimum. Oleh karenanya, system design

dan system sizing memegang peranan penting untuk mencapai

target dibuatnya system hybrid. Sebagai contoh, load profile yang

relatif konstan selama 24 jam dapat dicatu secara efisien dan

ekonomis oleh genset (dengan kapasitas yang sesuai), akan tetapi

load profile dimana penggunaan listrik pada siang hari berbeda

jauh dibandingkan dengan malam hari, akan membuat

penggunaan genset saja tidak optimum.

System Hybrid dapat melibatkan 2 atau lebih system

pembangkit listrik, seperti PLTS-Genset, PLTS-Mikrohydro,

PLTS-Tenaga Angin dan sebagainya. Sistem ini Umumnya

digunakan pada captive genset/isolated grid (stand alone genset,

yakni genset yang tidak di interkoneksi).

Kombinasi Hybrid PV-Genset akan mengurangi jam

operasi genset (misalnya dari 24 jam per hari menjadi hanya 4

jam per hari pada saat peak load saja) sehingga biaya O&M dapat

Page 121: Matius Sau, dkk

106 Matius Sau, dkk

lebih efisien, sementara PLTS digunakan untuk mencatu base

load, sehingga tidak dibutuhkan investasi awal yang besar.

Dengan demikian Hybrid PV-Genset akan dapat menghemat

O&M cost, mengurangi inefisiensi penggunaan genset, serta

sekaligus menghindari kebutuhan investasi awal yang besar.

Pemodelan system hybrid dapat dinyatakan dalam dua

bentuk hubungan AC terpusat yang ditunjukkan gambar 5.16 dan

AC dan DC terpusat seperti pada gambar 5.17

Diesel Genset

AC LoadBatery Bank

PV

-

Array

AC- Bus

Gambar 5.16 Sistem pembangkit hibrid kopling AC terpusat

(Centralized AC-coupled Hybrid Power Sistems)

DC-Bus

PV- Array

Batery Bank

Genset Diesel

AC Load

AC-Bus

Inverter

Konverter

Gambar 5.17 Sistem pembangkit hibrid kopling AC dan DC

terpusat (Centralized AC and DC-coupled Hybrid Power Sistems)

Page 122: Matius Sau, dkk

107 Matius Sau, dkk

I. Perancangan Kapasitas Pembangkit

Dalam perancangan pengembangan model pembangkit

dibutuhkan data total beban (P) dan waktu (t) yang akan dilayani,

selanjutnya menghitung kapasitas masing-masing komponen.

Perencanaan untuk Genser/Diesel.

Daya listrik yang dapat dihasilkan oleh Genset/Diesel

dapat dihitung dengan: ………………………(5.6)

Dengan

V = tegangan AC (volt)

I = Arus listrik (Ampere)

Cos ø = factor kerja

Perencanaan untuk PLTS

Energy yang dibutuhkan adalah ………………………. (5.7)

dengan

Eac = energy total yang dibutuhkan dalam Ah

Pac = total beban yang dilayani dalam Watt

t = total waktu yang dibutuhkan untuk melayani beban dalam

jam

Kapasitas Battery

Kapasitas Battery dalam Ampere-Hour (Ah) dapat

dihitung berdasarkan total beban yang dilayani dan waktu beban

tersebut beroperasi adalah: ……………………………… (5.8) …………………………... (5.9)

Page 123: Matius Sau, dkk

108 Matius Sau, dkk

dengan:

Pac = Total daya konsumen (Watt)

Eac = Total Energi Konsumen (Wh)

VRMS = Tegangan system (12 V DC)

IRMS = Arus listrik yang disuplai (A)

PF = Asumsi factor konversi energy Battery = 0.9

t = Waktu (jam)

sehingga ……………………..……… (5.10)

dengan

= kapasitas battery dalam Ah

Nilai efisiensi kerja dari Inverter sebesar 90%, maka sisanya 10%

terbuang menjadi panas maka ditmbahkan kembali nilai kapasitas

battery sebesar 10% dari nilai Ampere hour (Ah) sebelumnya.

Dengan demikian jumlah Batrery yang dibutuhkan adalah ……..…………………… (5.11)

dengan

nb= jumlah battery

Eb = kapasitas battery (Ah)

Panel Surya

Dalam menghitung kapasitas panel surya dibutuhkan total

daya konsumen ditambahkan dengan kebutuhan untuk mengisi

battery, maka yang pertama diketahui adalah besarnya arus yang

digunakan untuk mengisi battery selama 10 jam adalah ……………………………. (5.12)

Page 124: Matius Sau, dkk

109 Matius Sau, dkk

Dengan:

Ich = Arus pengisian battery (A)

IRMS x td = Kapasitas Battery dengan DOD (Ah)

ts = lama penyinaran matahari (jam)

Dengan solar panel yang mampu menghasilkan Output sebesaar

50 Wh, maka jumlah panel surya yang dibutuhkan adalah: …………………………………..…… (5.13)

Dengan

np = jumlah panel

Eac = total dari energy battery dan energy konsumen (beban)

Ep = kapasitas panel (Wh)

Charge Controller

Jumlah charge controller yang dibutuhkan tergantung pada

beban maksimum yang diperbolehkan pada alat tersebut. Untuk

charge Solar Charge Controller MPPT30 12/24 volt (auto)

artinya beban maksimum yang dapat dilayani adalah 30 Ampere,

maka jumlah charge controller yang digunakan untuk mengisi

Battery adalah ……………………… (5.14)

dengan

Ncg = jumlah charge controller

Ahb = kapasitas Bateery (Ampere Jam)

Imax_cg = arus maksimum charge controller (Ampere

ts =waktu penyinaran (jam)

Page 125: Matius Sau, dkk

110 Matius Sau, dkk

Power Inverter

Power inverter dihitung berdasarkan beban maksimum

yang diperbolehkan pada alat tersebut. Misalkan Power Inverter

500 W VMI-P500, memiliki beban maksimum sebesar 500 W.

Dengan demikian untuk energy listrik yang dibutuhkan dalam 1

jam untuk daya 500 W adalah 500 Wh maka jumlah inverter yang

dibutuhkan adalah: …………………………. (5.15)

dengan

ni = jumlah inverter

Eac = Energi total (Watt jam)

Ei = kapasitas dari inverter (Watt jam)

Load / Beban

Beban yang terpasang pada pembangkit tenaga surya

adalah beban arus searah dan beban arus bolak balik. Untuk

beban arus searah biasanya langung terhubung pada system

pengaturan pengisian accumulator dan dapat di atur system

penyalaannya, sedangkan untuk beban arus bolak balik

membutuhkan alat tambahan yang berfungsi untuk mengubah

arus searah menjadi arus bolak balik yaitu inverter.

Referensi

Lubis, Abubakar, dan Sudrajat, Adjat. 2006. Listrik Tenaga Surya

fotovoltaik. BPPT PRESS, Jakarta. diaskses tanggal 15

September 2010

Matius Sau, 2013. Desain sistem hibrid pembangkit listrik tenaga

surya dengan pembangkit listrik tenaga diesel sebagai

alternatif hemat energi, Laporan Penelitian Dosen Pemula.

Samsul Hadi.1999. Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Matahari,

Jurnal Bastek.,UGM

Page 126: Matius Sau, dkk

111 Matius Sau, dkk

Sulasno.1993. Pusat Pembangkit Tenaga Listrik Satya, wacana

press. Salatiga

Liem Ek Bien, Ishak Kasim & Wahyu Wibowo,Agustus 2008.

Perancangan system hybrid Pembangkit Listrik Tenaga

Surya dengan Jala-jala Listrik PLN untuk rumah

Perkotaan, JETri, Universitas Trisakti, Jakarta.

Yuliarto B, 2006. Energi Surya: Alternatif Sumber Energi Masa

Depan di Indonesia, Berita Iptek. 2006.

Rahadian Muda S, Pemanfaatan Sel Surya Sebagai Catu Daya

Sistem Pendingin Mekanis Pada Kapal Ikan, Teknik

Perkapan, Institut Teknologi 10 November Surabaya, 2009

Page 127: Matius Sau, dkk

112 Matius Sau, dkk

Page 128: Matius Sau, dkk

113 Matius Sau, dkk

BAB 6

RANCANGAN PEMBANGKIT

HIBRID DAN SIMULASI

A. Rancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Dalam rancangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS),

hal pertama yang harus diketahui adalah kebutuhan daya listrik /

beban

Berikut data beban sebagai contoh untuk perhitungan setiap

komponen pembangkit listrik tenaga surya.

Data beban yang direncanakan sebesar 500 Wp atau 4.05 kWh/d

seperti pada tabel 6.1.

Menghitung kapasitas masing-masing komponen untuk

kebutuhan/beban yang direncanakan sebesar 500 W.

Energy yang dibutuhkan dalam 1 jam berdasarkan persamaan 4.7

adalah

Page 129: Matius Sau, dkk

114 Matius Sau, dkk

Kapasitas Battery

Total waktu yang dibutuhkan konsumen dalam menyalakan

peralatan listrik seperti lampu dan peralatan lain dengan beban

rata-rata (P) sebesar 169 Watt adalah 14 Jam karena 12 jam

matahari tidak bersinar sedangkan pengisian battery yang efektif

pada cuaca terik dari 07.00 – 17.00), maka total energy yang

dibutuhkan adalah:

dengan:

Pr = daya rata-rata konsumen dalam sehari (Watt)

Jadi kapasitas Battery dalam Ampere-Hour (Ah)

berdasarkan persamaan 5.10 adalah:

Dibulatkan menjadi 219 Ah

Nilai efisiensi kerja dari Inverter sebesar 90%, maka

sisanya 10% terbuang menjadi panas maka ditmbahkan kembali

nilai kapasitas battery sebesar 10% dari nilai Ampere hour (Ah)

yang telah diperoleh maka kapasitas battery menjadi: ( )

Page 130: Matius Sau, dkk

115 Matius Sau, dkk

Dikarenakan perhitungan kapasitas battery tidak selalu ideal

karena battery tidak boleh digunakan sampai habis sehingga DOD

(Depth of Discharge) yang mempengaruhi masa hidup battery

(battery life of cycle) maka perlu dipertimbangkan. Misalkan

Battery dengan Jenis VRLA 100 Ah memiliki rating tegangan

maksimum 12 Volt dengan kapasitas sebesar 100 Ah, maka

kapasitas yang dapat dihitung hanya sebesar 80% dari 100 Ah

sedangkan 20% untuk menghindari DOD,

jadi:

( )

Page 131: Matius Sau, dkk

116 Matius Sau, dkk

Tabel 6.1 Data beban harian

Waktu (jam) Beban (kW)

00.00 0.060

01.00 0.060

02.00 0.060

03.00 0.060

04.00 0.090

05.00 0.180

06.00 0.270

07.00 0.260

08.00 0.211

09.00 0.140

10.00 0.150

11.00 0.180

12.00 0.250

13.00 0.220

14.00 0.180

15.00 0.160

16.00 0.150

17.00 0.200

18.00 0.240

19.00 0.297

20.00 0.270

21.00 0.190

22.00 0.100

23.00 0.070

Total 4.050

Page 132: Matius Sau, dkk

117 Matius Sau, dkk

Dengan demikian jumlah Batrery yang dibutuhkan sesuai

dengan persamaan 5.11 adalah Dibulatkan menjadi 3 buah battery dengan kapasitas masing-

masing 100Ah

Panel Surya

Dalam menghitung kapasitas panel surya dibutuhkan total

daya konsumen ditambahkan dengan kebutuhan untuk mengisi

battery.

Diketahui bahwa energy total kebutuhan adalah:

Total kapasitas Battery dengan DOD adalah

Karena solar cell hanya dapat bekerja efektif selama 10 jam yaitu

dari jam 07.00 – 17.00 (kondisi Cerah), maka total daya yang

dibutuhkan untuk mengisi battery selama 10 jam sesuai dengan

persamaan 4.12 adalah

Dengan solar panel yang mampu menghasilkan Output sebesaar

50 Wh, maka jumlah panel surya yang dibutuhkan adalah:

Page 133: Matius Sau, dkk

118 Matius Sau, dkk

Dibulatkan menjadi 16 buah

Charge Controller

Jumlah charge controller yang dibutuhkan tergantung pada

beban maksimum yang diperbolehkan pada alat tersebut. Untuk

charge Solar Charge Controller MPPT30 12/24 volt (auto)

artinya beban maksimum yang dapat dilayani adalah 30 Ampere,

maka jumlah charge controller yang digunakan untuk mengisi

Battery dengan kapasitas 312.31 Ah selama 10 Jam adalah:

Dibuatkan menjadi 1 buah

Power Inverter

Power inverter dihitung berdasarkan beban maksimum

yang diperbolehkan pada alat tersebut. Misalkan Power Inverter

500 W VMI-P500, memiliki beban maksimum sebesar 500 W.

Dengan demikian untuk energy listrik yang dibutuhkan dalam 1

jam untuk daya 500 W adalah 500 Wh maka jumlah inverter yang

dibutuhkan adalah:

Page 134: Matius Sau, dkk

119 Matius Sau, dkk

B. Simulasi dengan Aplikasi Homer Pro

HOMER merupakan singkatan dari The Hybrid

Optimisation Model for Electric Renewables. HOMER adalah

sebuah model komputer yang dikembangkan oleh The National

Renewable Energy Laboratory (NREL) Amerika Serikat untuk

optimasi desain sistempembangkit listrik tersebar dengan output

estimasi ukuran/kapasitas sistem, lifecycle cost, dan emisi gas

rumah kaca. Program ini merupakan salah satu tool populer untuk

desain sistem pembangkit listrik menggunakan energi terbarukan.

Tampilan muka software HOMER Pro ditunjukkan pada gambar

5.2.

Homer adalah suatu model Micropower untuk

mempermudah dalam mengevaluasi desain dari jaringan tunggal

(grid-off) maupun jaringan yang terkoneksi dengan sistem (grid-

connected). Dalam merancang sistem pembangkit harus

diperhatikan mengenai konfigurasi sistem, diantaranya:

komponen apa saja yang tidak dapat dimasukkan dalam

konfigurasi sistem, berapa banyak dan dan berapa ukuran masing-

masing komponen yang harus digunakan, banyaknya pilihan

teknologi dalam penghitungan biaya dan ketersediaan sumber

daya energi yang ada, optimasi Homer dan algoritma analisis

yang sensitif dapat lebih mudah untuk mengevaluasi konfigurasi

sistem dan banyak kemungkinan.

Model ini dapat menganalisa stand alone sistem dengan

menggunakan bebearapa komponen energi angin, PV dan fuel

cell, daya DC yang dihasilkan PV dan fuel Cell di ubah menjadi

AC dan di salurkan ke Bus AC, daya yang dihasilkan wind turbin

secara langsung dialirkan ke Bus AC, kelebihan daya akan

disimpan dibatteray dan electrolizer, yang menghasilkan hidrogen

kelebihanya akan di maksukkan kembali di hidrogen tank.

Page 135: Matius Sau, dkk

120 Matius Sau, dkk

HOMER memiliki fitur yang membuat pengguna dapat

mencari data yang diperlukan untuk analisis sistem, salah satunya

ialah data radiasi matahari dan kecepatan angin dengan

menghubungkannya pada situs resmi NASA

eosweb.larc.nasa.gov. Dengan membandingkan data yang

didapat dan data yang diperoleh dari software HOMER

sendiri maka didapatkan radiasi matahari dan kecepatan

angin

Gambar 6.1 Tampilan awal Aplikasi Homer

Dari data pada tabel 6.1 ditunjukkan bahwa kebutuhan

beban dalam satu hari adalah 4.05 kWh atau rata-rata 0.169 Wh.

Kondisi ini kemudian disimulasikan menggunakan Aplikasi

Homer Pro 3.9.1 seperti pada gambar 6.2 dan skema simulasi

sperti pada gambar 6.3. Output simulasi dapat dilihat pada

gambar 6.4.

Page 136: Matius Sau, dkk

121 Matius Sau, dkk

Gambar 6.2 Skematik Aplikasi Homer berdasarkan kebutuhan

beban 500 Wp

Gambar 6.3 Hasil Simulasi system hybrid menggunakan

Aplikasi Homer

Hasil simulasi HOMER PRO V3.9.1 pada gambar 6.4

ditunjukkan bahwa:

a. Sumber listrik dari panel surya saja, genset saja, dan

kombinasi genset dan panel surya layak secara teknis.

b. Optimasi yang dilakukan HOMER PRO V3.9.1. Panel PV

sebagai sumber energy listrik yang paling ekonomis. Hal ini

dapat dilihat dari nilai NPC yang terkecil, yaitu sebesar

$4.690. Kombinasi Panel PV dengan Diesel / Genset sebesar

Page 137: Matius Sau, dkk

122 Matius Sau, dkk

$4.987 dan Genset/Diesel saja memiliki NPC menjadi paling

besar ($)1.15M, karena biaya operasional dari sistem dengan

genset sangat besar.

c. Estimasi HOMER PRO V3.9.1 tentang bagaimana sistem

dengan genset dan panel surya memproduksi energi listrik

untuk memenuhi beban. Beban bervariasi pada rentang 0.06

hingga 0,297 kW. Sementara itu daya yang diproduksi oleh

panel PV dan genset bervariasi tergantung dari kondisi cahaya

matahari. Kelebihan daya yang diproduksi disimpan oleh

baterai untuk digunakan saat beban lebih besar dari daya yang

diproduksi.

C. Pengujian Pembangkit Hibrid Surya-Diesel

Prototipe Pembangkit Hibrid

Gambar 6.4 Panel sistem hybrid PLTS dengan Genset/Diesel

Kondisi tanpa beban

Pada kondisi tanpa beban, pengujian dilakukan untuk

mendapatkan waktu pengisian ke accumulator. Pada tabel 6.1

ditunjukkan data pengisian rata-rata selama seminggu ke

accumulator 12V 100 Ah dari Panel surya 200 Wp kondisi cerah.

Lamanya pengisian Accumulator adalah:

Page 138: Matius Sau, dkk

123 Matius Sau, dkk

( ) ( )

Jadi untuk pengisian accumulator 12V 100 Ah pada kondisi

kosong dapat dilakukan selama 14.4 jam. Namun demikian

accumulator umumnya pada kondisi kosong memiliki cadangan

30% dari kapasitas seluruhnya sehingga waktu pengisian menjadi: ( )

Hal ini berarti accumulator dapat terisi penuh dalam waktu 10

jam selama sehari pada kondisi cerah.

Berdasarkan data hasil pengujian pada tabel 6.2 terlihat

hubungan tegangan dan arus sistem Hybrid kondisi tanpa beban.

Pada pukul 12.00 – 13.00 Wita, terlihat dari arus masukan ke

sistem Hybrid PLTS dengan Genset yang terbesar. Hal ini terjadi

karena panel surya tegak lurus dengan sinar matahari sehingga

sinar yang diserapnya menjadi maksimum. Pada kondisi tersebut

tegangan system juga maksimum, ini berarti pengisian ke

accumulator sangat baik.

Page 139: Matius Sau, dkk

124 Matius Sau, dkk

Gambar 6.5 Grafik Waktu terhadap arus sitem Hybrid PLTS

dengan diesel Genset

Tabel 6.2 Waktu pengisian ke accumulator dari panel surya

200 Wp

No Waktu

(jam)

Tegangan

(Volt)

Arus

(Ampere)

1 08.00 12.2 5.7

2 09.00 12.5 6.2

3 10.00 12.7 6.7

4 11.00 13.0 7.4

5 12.00 13.5 8.1

6 13.00 13.2 7.9

7 14.00 13 7.5

8 15.00 12.7 7.2

9 16.00 12.4 6.7

10 17.00 12.1 6.2

Rata-rata 12.73 6.96

02468

101214161820

Aru

s (a

mp

ere

)

Waktu

Kondisi Arus Hibrid Tanpa Beban

Page 140: Matius Sau, dkk

125 Matius Sau, dkk

Rata-rata untuk tegangan pengisian sistem hybrid PLTS

dengan Genset untuk rentang waktu 08.00 sampai dengan 17.00

sebesar 19,4Volt. Rata-rata untuk arus keluaran sistem hybrid PLTS

dengan Genset untuk rentang waktu 08.00 sampai dengan 17.00

sebesar 15 Ampere. Jika daya ini digunakan untuk menghidupkan

beban lampu sebesar 7 x 18 Watt atau 126 Watt mampu bertahan

selama 2.31 jam

Kondisi berbeban

Pada kondisi berbeban, lampu LED menyala dengan total

kapasitas 42 watt, pengujian dilakukan untuk mendapatkan waktu

pengisian ke accumulator. Pada tabel 5.3 ditunjukkan data pengisian

rata-rata selama seminggu ke accumulator 12V 100 Ah dari Panel

surya 200 Wp kondisi cerah.

Lamanya pengisian Accumulator adalah: ( ) ( )

Jadi untuk pengisian accumulator 12V 100 Ah pada kondisi

kosong dapat dilakukan selama 14.97 jam. Namun demikian

accumulator umumnya pada kondisi kosong memiliki cadangan

10% - 30% dari kapasitas seluruhnya sehingga waktu pengisian

menjadi: ( )

Page 141: Matius Sau, dkk

126 Matius Sau, dkk

Hal ini berarti accumulator dapat terisi penuh dalam waktu 10.48

jam selama sehari pada kondisi cerah.

Berdasarkan data hasil pengujian pada tabel 5.3 terlihat

arus dan tegangan sistem Hybrid berbanding lurus. Pada kondisi

berbeban terjadi penurunan arus hybrid, hal ini disebabkan karena

sebagian arus mengalir ke beban. Dengan demikian maka waktu

pengisian ke Accumulator akan lebih lama dibandingkan dengan

kondisi tanpa beban.

Tabel 6.3 Waktu pengisian ke accumulator dari panel surya

200 Wp

No Waktu

(jam)

Tegangan

(Volt)

Arus

(Ampere)

1 8.00 12.2 5.3

2 9.00 12.4 6.1

3 10.00 12.6 6.5

4 11.00 12.9 7.2

5 12.00 13.4 7.8

6 13.00 13.1 7.4

7 14.00 12.8 7.2

8 15.00 12.5 7

9 16.00 12.2 6.3

10 17.00 12.05 6

Rata-rata 12.615 6.68

Page 142: Matius Sau, dkk

127 Matius Sau, dkk

Gambar 6.6 Grafik Waktu terhadap arus sitem Hybrid PLTS

dengan Genset

Rata-rata untuk tegangan pengisian sistem hybrid PLTS

dengan Genset untuk rentang waktu 08.00 sampai dengan 17.00

menggunakan beban 7 x 18 Watt sebesar 19,4Volt, Rata-rata

untuk arus keluaran sistem hybrid PLTS dengan Genset untuk

rentang waktu 08.00 sampai dengan 17.00 sebesar 12.2 Ampere.

Jika daya ini digunakan untuk menghidupkan beban lampu

sebesar 7 x 18 Watt atau 126 Watt mampu bertahan selama 1.876

jam.

Jadi pengisian dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan

Genset selama satu jam menghasilkan tegangan rata-rata sebesar

E = 19,4 Volt dengan arus sebesar I = 12.2 Ampere, mampu

menghidupkan beban lampu 126 Watt selama ± 1.876 Jam.

Kedua kondisi di atas terlihat bahwa daya yang tersimpan

pada accumulator pada kondisi tanpa beban akan lebih lama

menghidupkan lampu dengan daya 126 Watt dibandingkan

0

5

10

15

20

Aru

s (a

mp

ere

)

Waktu

Kondisi Arus hibrid Berbeban

Page 143: Matius Sau, dkk

128 Matius Sau, dkk

dengan kondisi pada saat pengisian accumulator sambil dibebani

dengan daya sebesar 126 Watt.

Hasil pengujian terlihat bahwa Genset secara langsung

menyuplai ke beban dan sekaligus mengisi accu, sedangkan

PLTS hanya mengisi accu, hal ini sesuai dengan fungsi alat yang

dibuat. Jadi accu berfungsi sebagai energi cadangan dan

penyimpan energi listrik dari kedua pembangkit tersebut. Apabila

suatu saat suplai dari pembangkit (Genset) padam, maka sumber

suplai ke beban menggunakan accu.

Referensi

Lubis, Abubakar, dan Sudrajat, Adjat. 2006. Listrik Tenaga Surya

fotovoltaik. BPPT PRESS, Jakarta. diaskses tanggal 15

September 2010

Samsul Hadi.1999. Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Matahari,

Jurnal Bastek.,UGM

Sulasno.1993. Pusat Pembangkit Tenaga Listrik Satya, wacana

press. Salatiga

Matius Sau, 2013. Desain sistem hibrid pembangkit listrik tenaga

surya dengan pembangkit listrik tenaga diesel sebagai

alternatif hemat energi, Laporan Penelitian Dosen Pemula.

Page 144: Matius Sau, dkk

129 Matius Sau, dkk

TENTANG PENULIS

Matius Sau, lahir di Tumbang Datu, Tana Toraja pada tanggal

7 Juli 1975. Pendidikan SMA ditempuh di kota kelahirannya dan

pada tahun 1994 melanjutkan studi di Jurusan Teknik Elektro

konsentrasi teknik Tenaga Listrik Fakultas Teknik Universitas

Kristen Indonesia Paulus Makassar, sampai mendapatkan gelar

Sarjana Teknik (ST) pada tahun 1998. Setelah lulus, penulis bekerja

sebagai staf pengajar di Jurusan Teknik elektro FT. UKI-Paulus.

Pada tahu 2000 melanjutkan studi jurusan Teknik Elektro bidang

Power system Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Bandung dan mendapat gelar Master Teknik (MT) pada tahun 2003.

Sekembalinya melanjutkan studi di Bandung, penulis

melanjutkan tugasnya di UKI-Paulus sebagai pengajar di Program

Studi Teknik Elektro bidang Teknik Tenaga Tistrik.

Beberapa mata kuliah yang diajarkan adalah Pengukuran

Besaran Listrik, Analisa system tenaga listrik, Transmisi Daya

Listrik, penggunaan Komputer dalam Sistem Tenaga Listrik,

Perencanaan Saluran Transmisi dan Distribusi, Dasar-dasar

Page 145: Matius Sau, dkk

130 Matius Sau, dkk

Kelistrikan Serta Sistem Kendali Tenaga Listrik. Selain itu, beliau

juga mengajar mata kuliah Dasar Ilmu Listrik di Akademi Teknik

Keselamatan Penerbangan Makassar. Penulis saat ini aktif di

penelitian, baik mandiri, maupun hibah DRPM Dikti. Selain itu,

penulis juga telah menerbitkan buku dengan Judul Analisis system

tenaga listrik dan Transmisi daya elektrik.

Page 146: Matius Sau, dkk

131 Matius Sau, dkk

Page 147: Matius Sau, dkk

132 Matius Sau, dkk