40
O O LEH LEH S S OFWAN DAHLAN OFWAN DAHLAN

MATI, DEFINISI & PENENTUAN KEMnATIAN (1).ppt

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jsjhe

Citation preview

OOLEHLEHSSOFWAN DAHLANOFWAN DAHLAN

OOLEHLEHSSOFWAN DAHLANOFWAN DAHLAN

I. TUJUAN UMUM PERKULIAHAN: Selesai mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang berbagai hal tentang mati, baik dari aspek medis maupun aspek hukumnya, agar kelak dapat dimanfaatkan untuk menangani setiap kasus kematian yang disebabkan/diduga disebabkan oleh tindak pidana. 

II. TUJUAN KHUSUS PERKULIAHAN:  Menerangkan definisi mati. Menyebutkan tanda-tanda mati.Menyebutkan perubahan-perubahan yg terjadi pada tubuh sesudah mati.Menjelaskan kontek peristiwa yang dapat menyebabkan kematian.Menyebutkan cara-cara menangani peristiwa kematian yang terjadinya tidak atau diduga tidak wajar.Menyebutkan tujuan meminta bantuan dokter sebagai ahli dalam menghadapi kasus kematian tidak wajar.

III. MATERI INTI: 

Mati didefinisikan sebagai keadaan berhentinya kehidupan secara permanen; yang ditandai oleh berhentinya fungsi otak, paru-paru dan jantung sebagai kesatuan. Sesudah orang mengalami kematian maka satu demi satu sel-sel tubuhnya juga akan mengalami kematian, yang sering disebut mati sel.

Tanda-tanda kematian dibagi dua, yaitu tanda tak pasti kematian (berhentinya denyut jantung, pernafasan dan otot-otot lemas) dan tanda pasti kematian (lebam mayat, kaku mayat dan pembusukan).

Kematian dapat disebabkan peristiwa bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan. Kematian juga dapat disebabkan karena kelalaian.

Sebagai penegak harus mampu menangani kematian tak wajar atau diduga tidak wajar, yaitu dengan melakukan penyelidikan dan kemudian diikuti penyidikan jika hasil penyelidikan menunjukkan adanya peristiwa pidana.

Dalam rangka penyidikan maka penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk melakukan otopsi agar peristiwanya menjadi terang.

 

IV. KEGIATAN Materinya meliputi:  

1.Definisi mati.2.Tanda-tanda mati.3.Perubahan tubuh sesudah mati. 3.Kontek peristiwa penyebab mati. 5. Cara menangani kematian tak wajar. 6. Tujuan otopsi forensik.

PENDAHULUAN

Meninggal dunia dgn tenang adalah dambaan setiap insan.

Namun yang sering terjadi adalah proses kematian panjang yang penuh penderitaan sehingga orang tidak saja takut karena eksistensi dirinya yang belum jelas sesudah mati, tetapi juga takut menderita dan

kehilangan jatidiri selama

proses kematiannya. (Sintak G, 1987)

Meskipun kemajuan ilmu & teknologi di bidang kesehatan telah mampu membawa perubahan besar dalam konsep hidup, penyakit dan perubatan,namun dunia kesehatan juga harus mau mengakui bahwa dalam masalah kehidupan masih banyak hal yang tidak sepenuhnya dapat dikuasai oleh kecer-dasan manusia, misalnya tentang mati. (Sintak G, 1987)

Walau naluri alamiah dari profesi medis dan tujuan

kedokteran moderen adalah utk

menyelamatkan kehidupan umat manusia, namun peristiwa kematian tidak harus

dipandang sebagai kegagalan.

(Sintak G, 1987)

.

HIDUP

Hidup dimulai dari saat kelahir-an, yaitu:a.kelahiran cara Adam.b.kelahiran cara Hawa.c.kelahiran cara Isa.d.kelahiran pada kebanyakan umat manusia.

HIDUP

Hidup dapat difahami sebagai:a. kebalikan dari mati.b. periode antara kelahiran sampai ke- matian.c. kondisi yang ditandai berfungsinya otak, jantung dan paru sebagai satu kesatuan yang utuh guna menopang proses kehidupan.d. kondisi yang diakhiri oleh kematian.

MATI

Mati dapat dimaknai sebagai:a. akhir kehidupan.b. event yang merubah status manusia hidup menjadi jenazah.c. diawali oleh process of dying (sakara- tul maut).d. kondisi (condition of death), yaitu jika proses mati sudah berakhir sempurna.e. awal kehidupan yang kekal yang tidak bisa dihindari oleh manusia.

DEATH

Death is a continuum, and different parts of the body die at different times. The heart may stop before or after the client dies.In a heart attack victim, the heart stops beating, but the client does not die imme-diately.Approximately 3 to 4 minutes pass before there is irreparable brain death.At this point, the client is DEATH.

kondisi mati

process of dying (sakaratul maut)

terminally ill

kondisi hidup

death

Kondisi mati tercipta manakala process of dying telah berakhir sempurna !!!

sakit

DEFINISI MATI

Mati didefinisikan sebagai permanent cessation of life (berhentinya kehidupan secara permanen).Oleh sebab itu begitu orang meninggal dunia tidak akan

pernah hidup kembali.

Definisi ini, dari Adam sampai kiamat tidak akan dan tidak pernah berubah.

Yang bisa berubah adalah konsep diag-nosis dan kriteria diagnosis mati.

PENENTUAN KEMATIAN

Begitu orang meninggal dunia akan muncul tanda-tanda, dan berdasarkan tanda-tanda itulah kematian ditentukan.

Penentuannya didasarkan pada: - KONSEP DIAGNOSIS MATI, dan - dari konsep itu lalu

dirumuskan KRITERIA DIAGNOSIS MATI.

Penentuan kematian bisa mudah

dan bisa sulit sehingga dokter bisa keliru.

KASUS BIRMINGHAM

Pada th 1974, seorang pejalan kaki di kota Birmingham

dirawat di RS akibat kecelakaan lalu lintas. Saat kondisinya memperlihatkan tanda mati maka pasien dinyatakan mati oleh lebih dari seorang dokter sesuai deklarasi Sidney (mengingat pasien tsb dipersiap-kan menjadi donor ginjal.

Saat sedang dicopot ginjalnya, pasien terlihat bergerak-gerak dan ketika alat respirator dilepas, pasien batuk-batuk dan mampu bernafas secara spontan.

Pada akhirnya pasien benar-benar mati 15 jam kemudian.

Artinya, Dr telah melakukan kesalahandiagnosis mati, yaitu 15 jam lebih awal dari waktu kematian yang sebenarnya.

KONSEP DIAGNOSIS

Ada dua konsep diagnosis, yaitu:

1.Konsep “permanent cessation of heart beating & respiration is death”

2.Konsep “brain death is death” yang

kemudian direvisi menjadi “brain- stem death is death” sebab mustahil dapat memeriksa seluruh fungsi otak manusia dalam kondisi koma.

BRAIN STEM DEATH

Perubahan dari brain death ke brain stem death didasarkan:1.Mustahil dapat memeriksa seluruh fungsi otak dalam keadaan koma.2.Proses brain death tidak terjadi secara serentak, tetapi bertahap akibat resistensi yang

berbeda‑beda dari berbagai

bagian otak terhadap ketiadaan O2.3.Brain stem paling tahan thd ketiadaan O2. 4.Brain stem merupakan bagian otak yang mengatur fungsi vital, a.l. pernafasan.

KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis dibuat dari:

1. Konsep “permanent cessation of heart beating & respiration is death” lalu dibuat kriteria diagnosis konven- sional.

2. Konsep “brain stem death is death” lalu dibuatlah kriteria diagnosis non- konvensional. (> 30 kriteria diagnosis).

MENGAPA

ADA

LEBIH DARI

30 KRITERIA DIAGNOSIS

DARI KONSEP BRAINSTEM

DEATH ???

JAWABAN

Karena dalam membuat kritera diagnosis dari konsep “brain stem death is death” ada 3 madzhab, yaitu:

1. Mazhab Anglo-American.

2.Mazhab Austro-German.

3.Mazhab coma depase dari Molaret.

Anglo-Amercan paling banyak dipakai, mengacu pada Havard Medical School.

MATI

KONSEP DIAGNOSIS

KONVENSIONAL BRAIN STEM DEATH

KRITERIA KRITERIA MODEREN KONVENSIONAL - MAZHAB ANGLO-AMERICAN - MAZHAB AUSTRO-GERMAN - MAZHAB COMA DEPASE

KONSEKUENSI

Karena ada > 30 kriteria diagnosis mati di dunia maka akibatnya:

1. Orang sudah dapat didiagnosis mati hanya karena berada di suatu negara tertentu.

2. Kondisi seperti itu dinilai oleh semen- tara ahli sebagai kondisi yang unbiolo- gical, unethical dan illegal.

KRITERIA KONVESIONAL

Kriterianya sbb:

1.Tes klinis berupa: a. paru-paru; dan b. jantung berhenti 8 - 10

menit.

2.Tes konfirmasi, yaitu ditunggu hingga 2 jam lamanya.

Kriteria ini yang biasa dipakai oleh

Dr diIndonesia hingga kini.

KRITERIA NON-KONVESIONAL

Kriterianya sbb:

1.Tes klinis, terdiri dari: a. tes klinis pertama;

dilakukan paling cepat 6 jam setelah onset koma dan apneu.

b. tes klinis kedua; dilakukan paling cepat 2 jam setelah tes pertama.2. Tes konfirmasi (EEG /

Arteriografi) tdk diperlukan lagi.

TES KLINISBerupa tes fungsi syaraf kranial, yaitu:1. Hilangnya semua respon thd sekitar.2.Tak ada gerakan otot serta postur dengan

catatan tidak dalam pengaruh obat curare.3. Reflek pupil negatif.4.Reflek kornea negative.5.Respon motorik thd rangsangan negatif.6.Reflek menelan dan batuk negatif.7.Reflek vestibulo‑okularis negatif.8.Tidak bernapas spontan respirator dilepas walau pCO2 > 50 torr.

TERMINALLY ILL

Terminally ill muncul akibat kemajuan teknologi.

Terminologi ini diciptakan karena keha- rusan atau sebagai alasan pembenar (the slipery slope argument) bagi peng- hentian curing (upaya penyembuhan)?

Lalu bagaimana definisi TERMINALLY ILL tersebut?

ISU-ISU PENTING SEPUTAR TERMINALLY ILL

Definisi terminally ill.

Definisi futile curing.

Bagaimana tanggung-jawab Dr dalam menghadapi terminally ill.

Kaitan antara witholding dan withdraw-ing treatment dengan EUTHANASIA.

Definisi mati dan penentuan kematian.

FUTILITY Istilah ini muncul akibat upaya medik

(curing) yang berkepanjangan.

Diciptakan karena keharusan atau

sebagai argumen pembenar (the slipery slope argument) bagi tindakan withholding dan withdrawing treatment ???

Lalu bagaimana definisi FUTILITY?

Haruskah futility itu dikaitkan dengan: a. physiological objective? b. psychological objective? c. nilai (values) dalam masyarakat? d. true goal (the nature of medicine’s business)?

TANGGUNG JAWAB DOKTER

Council on Ethical & Judicial Affairs of the

AMA:Physicians have no obligation to provide futile CPR,if fails to specify any level of statistical certainty at which the judgment is warranted.”

Hastings Center & the Society of Critical Care:Providing intensive care to patients in a persistentvegetative state is generally a misuse of resources.

the President’s Commission:Such patients should be removed from life support if such action is necessary to benefit another patient who is not in a persistent vegetative state”.

WITHDRAWING / WITHHOLDING TREATMENT

Kematian pada euthanasia merupakan kematian yang disebabkan secara langsung oleh tindakan dokter.

Sedangkan kematian pada withholding dan withdrawing treatment bukan disebabkan oleh tindakan dokter, melainkan oleh penyakitnya sendiri.

Eutanasia dibatasi pada eutanasia aktif.

TANGGUNGJAWAB MORAL

Dokter dituntut tanggungjawab moral untuk menghormati hidup & kehidupan (Bioethics), yaitu:

1. Before life: ovum, spermatozoa, dan

embrio.2. During life.3.After death.Agama banyak mengajari bagaimana memper-lakukan mayat.

TANGGUNGJAWAB MORAL

Tanggungjawab moral dokter terhadap pasien adalah:

1. Curing (menyembuhkan) sampai:

a. pasien sembuh dari sakitnya;

b. pasien meninggal dunia; atau

c. tindakan curing sudah mubazir.

2. Caring (merawat) sampai meninggal dunia.

Perawatan seperti ini disebut hospice care.

HOSPICE CARE

Perawatan hanya difokuskan pada upaya untuk mempersiapkan kematian pasien.

Hanya diberikan nutrisi dan obat-obatan simp-tomatis saja.

Dapat dilakukan: - di rumah pasien,- di rumah sakit, atau - di tempat khusus (Hospice).

Di negara maju dilaksanakan di tempat yang dibangun khusus (hospice), terpisah dari RS.

KEBIJAKAN WHO TENTANG LAYANAN PALIATIF

Meningkatkan kualitas hidup dan menyikapi kematian sebagai proses yang normal.

Tidak mempercepat atau menunda kematian.

Menghilangkan nyeri/keluhan yg mengganggu.

Menjaga keseimbangan psikologis & spiritual.

Berusaha agar pasien tetap aktif sampai akhirhayatnya.

Membantu mengatasi suasana duka keluarga.

PENCOPOTAN RESPIRATOR

Pencopotan respirator pada brain stem death (sebenarnya sdh mati) serta withdrawing treatment atau futile curing (upaya penyembuhan mubazir) merupakan keputusan medis. Keputusan medis maka tidak selayaknya dilaksanakan (dieksekusi) oleh keluarga !!!Kebijakan tsb merupakan otonomi dokter yang tidak boleh dikalahkan oleh otonomi pasien atau oleh prinsip konsumerisme.

PRINSIP KONSUMERISME

Salah satu prinsip konsumerisme adalah “he who pays the piper calls tune” (siapa membayar pengamen suling maka dialah yang menentukan lagunya).

Memang pasien yang membayar RS namun tidak berarti dia atau keluarganya yang menentukan saat pencopotan.