21
PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN A. Pendahuluan Kebakaran hutan adalah suatu kerjadian di mana api melalap bahan bakar bervegetasi, yang terjadi di dalam kawasan hutan yang menjalar secara bebas dan tidak terkendali. Bila terjadi di luar kawasan hutan disebut kebakaran lahan. Di Indonesia kebakaran hutan dan lahan umumnya terjadi secara bersamaan atau saling keterkaitan, yaitu kebakaran di hutan akan berakibat penjalaran ke non hutan, atau sebaliknya. Kebakaran hutan harus dicegah dan ditanggulangi karena dapat menyebabkan kerusakan hutan. Padahal hutan mempunyai manfaat ekonomi, ekologis (lingkungan), sumber plasma nutfah dan keanekaragaman hayati. Adanya kebakaran hutan maka akan berdampak pada hilangnya manfaat tersebut, misalnya kerugian hasil hutan kayu dan non kayu, kerugian rusaknya ekosistem, berkurangnya keanekaragaman hayati, dan hilangnya fungsi lindung hutan (mencegah banjir dan erosi tanah). Kebakaran hutan juga dapat menyebabkan bencana kabut asap, seperti terjadi pada beberapa tahun yang lalu, akan berdampak pada terganggunya kesehatan, terganggunya akitivitas sehari-hari, menurunnya produktivitas masyarakat, terganggunya perhubungan dan pariwisata, ketegangan hubungan antar negara, dll. B. Proses Terjadinya Kebakaran Pembakaran dapat terjadi bila terdapat tiga unsur yaitu bahan bakar, oksigen, dan panas. Jika salah satu unsur tidak ada maka proses pembakaran tidak akan terjadi. Prinsip tersebut disebut dengan Prinsip Segitiga Api. 1

Materi Pelatihan Kebakaran Hutan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Materi penanganan kebakaran hutan sebagi salah satu upaya penanggulanan perluasan kebakaran hutan dan merupakan salah satu materi mountaineering dalam mapala KOMPAS

Citation preview

PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN

A. PendahuluanKebakaran hutan adalah suatu kerjadian di mana api melalap bahan bakar bervegetasi, yang terjadi di dalam kawasan hutan yang menjalar secara bebas dan tidak terkendali. Bila terjadi di luar kawasan hutan disebut kebakaran lahan. Di Indonesia kebakaran hutan dan lahan umumnya terjadi secara bersamaan atau saling keterkaitan, yaitu kebakaran di hutan akan berakibat penjalaran ke non hutan, atau sebaliknya.Kebakaran hutan harus dicegah dan ditanggulangi karena dapat menyebabkan kerusakan hutan. Padahal hutan mempunyai manfaat ekonomi, ekologis (lingkungan), sumber plasma nutfah dan keanekaragaman hayati. Adanya kebakaran hutan maka akan berdampak pada hilangnya manfaat tersebut, misalnya kerugian hasil hutan kayu dan non kayu, kerugian rusaknya ekosistem, berkurangnya keanekaragaman hayati, dan hilangnya fungsi lindung hutan (mencegah banjir dan erosi tanah). Kebakaran hutan juga dapat menyebabkan bencana kabut asap, seperti terjadi pada beberapa tahun yang lalu, akan berdampak pada terganggunya kesehatan, terganggunya akitivitas sehari-hari, menurunnya produktivitas masyarakat, terganggunya perhubungan dan pariwisata, ketegangan hubungan antar negara, dll. B. Proses Terjadinya KebakaranPembakaran dapat terjadi bila terdapat tiga unsur yaitu bahan bakar, oksigen, dan panas. Jika salah satu unsur tidak ada maka proses pembakaran tidak akan terjadi. Prinsip tersebut disebut dengan Prinsip Segitiga Api.Bahan bakar hutan merupakan bahan vegetasi yang dapat ditemukan di dalam hutan yang terdiri atas susunan selulosa, hemiselulosa, dan lignin, serta kandungan komponen ekstraktif dan mineral.

Oksigen Panas

Bahan BakarGambar 1. Prinsip Segitiga Api

Bahan bakar dan oksigen tersedia di hutan dalam jumlah berlimpah. Sedangkan sumber panas penyalaan tergantung pada kondisi alami suatu daerah dan kegiatan manusia.

C. Perilaku ApiPerilaku api adalah cara api berkembang, yaitu bagaimana bahan bakar menyala, perkembangan nyala api, dan penjalaran api. Perilaku api juga sebagai produk dari lingkungan tempat api membakar. Respon api terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut sebagai parameter perilaku api. Parameter tersebut meliputi tinggi nyala api, kecepatan penjalaran api, intensitas api, dan panas per satuan wilayah.Perilaku api perlu diketahui sebagai dasar dalam mempelajari dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap lingkungan guna menilai kerusakan lingkungan sebagai akibat kebakaran tersebut maupun di dalam menentukan strategi pengendaliannya.Perilaku api dipengaruhi oleh beberapa faktor alam yaitu bahan bakar, cuaca/iklim, dan topografi. Ketiga faktor tersebut terintegrasi dalam Segitiga Lingkungan Api. Bahan Bakar

Topografi Cuaca

Gambar 2. Segitiga Lingkungan Api

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku api:1. Bahan bakar:a. Sifat bahan bakar:1) Sifat dasar (intrinsic) bahan bakar meliputi: kimia bahan bakar, kerapatan, kapasitas panas, kandungan ether ekstraktif dan abu bebas silika.2) Sifat luaran (extrinsic) bahan bakar meliputi: muatan bahan bakar, distribusi ukuran bahan bakar, perbandingan bahan bakar hidup dan mati, susunan bahan bakar, kesinambungan bahan bakar, dan kekompakan bahan bakar. b. Kadar air bahan bakar:Menunjukkan jumlah air yang dikandung oleh partikel bahan bakar. Merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada perilaku api, terutama kecepatan pembakaran dan kemampuan terbakar dari bahan bakar. 2. Cuaca/iklim:a. Radiasi matahari:Radiasi matahari merupakan sumber energi yang mempengaruhi pemanasan bahan bakar huta. Semakin dekat permukaan bahan bakar dengan sudut datang sinar matahari, semakin besar pengaruh pemanasannya. Radiasi maksimum terjadi pada sekitar tengah hari yang menyebabkan terjadinya suhu maksimum, sementara radiasi minimum terjadi pada saat matahari terbenam.b. Suhu udara:Suhu udara mempengaruhi kepekaan bahan bakar untuk menyala dan kecepatan pembakaran. Suhu bahan bakar dipengaruhi oleh penyerapan radiasi matahari secara langsung dan konduksi dari lingkungan sekitarnya. c. Kelembaban relatif:Kelembaban relatif antara lain dipengaruhi oleh suhu udara. Kelembaban relatif mempengaruhi kepekaan terhadap kebakaran di mana proses pembakaran akan bertahan pada kelembaban udara kurang dari 65%.d. Curah hujan:Curah hujan yang rendah misalnya pada bulan Agustus- Spetember menyebabkan terjadinya puncak kebakaran hutan jati di Jawa Tengah.e. Angin:Pengaruh angin dalam perlaku api terdiri atas arah pergerakan angin dan kecepatan angin. Kecepatan angin yang meningkat setiap 4 m/detik akan menyebabkan pencjalaran api meningkat dua kali. Tetapi pada kecepatan angin 55-60 km/jam maka kecepatan penjalaran api menurun.Pengaruh angin terhadp perilaku api dipengaruhi interaknya dengan pengaruh topografi (slope).f. Petir:Di negara tropis seperti di Indonesia, terjadinya kebakaran akibat petir jarang terjadi, bahkan dapat dikatakan hampir tidak ada. Hal ini terjadi karena petir di sini terjadi bersamaan dengan hujan sehingga api yang berasal dari petir tidak mampu bertahan dan membakar bahan bakar. 3. Topografi:Kelerengan berpengaruh terhadap sudut nyala api. Pada umumnya api menjalar lebih cepat ke arah atas lereng daripada ke bawah lereng. Hal ini terjadi karena sudut antara nyala api dengan permukaan bahan bakar lebih kecil pada saat api bergerak ke atas sehingga proses pemanasan dan pengeringan bahan bakar menjadi lebih cepat dan berkesinambungan.

D. Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan 1. Faktor Alam: Disebabkan oleh petir, letusan gunung berapi, batu bara yang terbakar.2. Faktor Manusia:Disebabkan oleh api yang yang digunakan untuk pembukaan lahan, api yang digunakan sebagai senjata dalam permasalahan konflik tanah, api yang menyebar secara tidak sengaja, dan api yang berkaitan dengan ekstraksi sumberdaya alam.Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia hampir selalu disebabkan oleh faktor manusia, baik disengaja maupun tidak sengaja. Sedangkan faktor alam sangat kecil pengaruhnya.

E. Identifikasi Daerah Potensi Rawan Kebakaran Hutan di Kabupaten PemalangDalam proses terjadinya kebakaran maka bahan bakar merupakan salah satu faktor penting dalam kebakaran hutan. Berdasarkan hal tersebut, potensi rawan bencana kebakaran hutan terdapat pada daerah yang mempunyai bahan bakar yang mempunyai sifat mudah terbakar. Pada daerah hutan jati dan pinus baik hutan produksi maupun hutan lindung, seresah daun yang berserakan di lantai hutan mudah terbakar. Hal ini menjadikan daerah tersebut rawan terjadinya kebakaran hutan. Daerah potensi rawan kebakaran hutan selain dipengaruhi faktor bahan bakar juga dipengaruhi oleh topografi/kelerengan wilayah. Sebagaimana telah disebutkan bahwa pada daerah yang mempunyai kelerengan tinggi perlu diwaspadai terhadap penjalaran api.Pada daerah rawan kebakaran hutan perlu lebih waspada terhadap terjadinya kebakaran hutan dibandingkan pada daerah lain, sehingga perlu diupayakan penanganan segera bila terjadi nyala api (kebakaran hutan). Tindakan yang perlu dilakukan adalah pencegahan kebakaran yang meliputi pengurangan bahaya dan resiko kebakaran. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penanganan kebakaran hutan adalah sebagai berikut :NoNama AlatFungsi

1.HelmMelindungi kepala dari kemungkinan adanya sesuatu yang berbahaya seperti loncatan api dan melindungi dari panas

2.Sarung tangan anti panasMelindungi tangan dari panas dan menghindari kemungkinan adanya gangguan seperi percikan api

3.Sarung tangan biasaMemudahkan pada saat memegang peralatan pemadam agar tidak licin

4.Baju pelindung kebakaranMelindungi badan dari suhu yang cukup panas dan menghindari adanya gangguan yang tidak terduga seperti api loncatan

5.Tempat minumMenyimpan persediaan air minum

6.GolokUntuk membersihkan semak belukar, ranting-ranting pohon pada saat pembuatan jalan masuk/rintisan menuju lokasi kebakaran dan juga biasa digunakan pada saat pembuatan sekat bakar

7.MaskerMelindungi pernapasan agar tidak menghirup asap secara berlebihan

8.GergajiUntuk memotong ranting-ranting pohon pada saat pembuatan jalan masuk/rintisan menuju lokasi kebakaran dan juga bisa digunakan pada saat penebangan pohon-pohon kecil untuk pembuatan sekat bakar

9.Sepatu bootMelindungi kaki dari panas dan api

10.Ikat pinggangAgar nyaman saat bergerak

11.Kapak dua fungsi (pulaski)Untuk memotong pohon-pohon kecil. Kapak ini dapat digunakan untuk mencongkel, menggaruk dan menggali dalam membuat ilaran api

12.Alat pemotong, pengait rumput, dan semak (bushhooks)Untuk mengurangi akumulasi bahan bakar yang berada di atas permukaan tanah seperti ranting kering yang menempel pada pohon, daun-daun kering dan lain-lain

13.Sekop api (fire shovel)Untuk melemparkan gumpalan tanah atau lumpur pada bahan bakar yang sedang menyala sehingga dapat menurunkan intensitas kebakaran, serta memukul api sampai padam

14.Garu sekop (shovel rake hoe)Pada sisi yang berbentuk cangkul sangat baik digunakan untuk memotong akar, membuat parit dan pekerjaan tanah lainnya dalam rangka membuat sekat bakat atau ilaran api. Pada sisi yang berbentuk gerigi tajam sangat baik untuk memotong ranting berduri, pohon kecil dan tumbuhan bawah yang sudah kering serta untuk mengumpulkan bahan bakar dalam pembuatan sekat bakar atau ilaran api

15.CangkulUntuk menggali tanah dan menimbunkan tanah tersebut pada api

16Kepyok api (flaper)Untuk memadamkan api dengan ketinggian lidah api mencapai satu meter

17.Fire broom (penggaruk)Untuk mengumpulkan bahan ringan di bawah tegakan yang lebih tinggi seperti daun-daun kering, ranting kecil atau serasah yang mudah terbakar

18.Pompa punggung (back sprayer)Untuk menyemprotkan air pada api utama terutama pada kebakaran semak-semak. Lebih efektif untuk jenis kebakaran permukaan. Sangat baik digunakan untuk pemadaman kebakaran di daerah fire break (daerah pinggir batas kebakaran).

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT

A. PendahuluanPertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian. Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat secara efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja ( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian) Prinsip dan tujuan dilakukannya PPGD adalah:1. Menyelamatkan kehidupan2. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk3. Mempercepat kesembuhan.

B. Langkah-Langkah Dalam Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)Sebelum melaksanakan Tindakan PPGD maka perlu dilakukan tahapan awal, yaitu:1. Penolong mengamankan diri sendiri ( memastikan penolong telah aman dari bahaya)2. Amankan Korban ( evakuasi atau pindahkan korban ketempat yang lebih aman dan nyaman)4.Tandai tempat Kejadian jika diperlukan untuk mencegah adanya korban baru.5.Usahakan Menghubungi Tim Medis6.Selanjutnya melakukan tindakan penrtolongan dan penyelamatanLangkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway Breathing Circulation Disability ). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat, adalah :. 1. Ada pasien tidak sadar2. Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong3. Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong4. Cek kesadaran pasien, apabila tidak ada respon maka mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon tim bantuan medis.5. Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju bagian atas agar dada terlihat.6. Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien7. Cek apakah ada tanda-tanda berikut :a. Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)b. Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terkena benda tumpul atau jatuh ke jurang).c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leherTanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini terdapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung)8. Selanjutnya lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) pasien. 9. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit).10. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen and Feel.11. Jika frekuensi nafas 100 kali per menit, telapak tangan basah dingin dan pucat dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi12. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang.13. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati).14. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

C. Dasar-Dasar Yang Harus Dikuasai Dalam PPGD1. Nafas BuatanCara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang )2. Pijat JantungPijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan. Adapun rosedur pijat jantung :a. Posisikan diri di samping pasienb. Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest ( tepat ditengah-tengah dada)c. Posisikan tangan tegak lurus korband. Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)e. Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cmf. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normalg. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan 3. PembalutanTujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi resiko kerusakan jaringan yang telah ada sehingga mencegah maut, menguangi rasa sakit, dan mencegah cacat serta infeksi.Macam-macam pembalutan:a. Pembalutan segitiga atau mitelaPembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori), kelihatan tipis, lemas dan kuat. Bisa dibuat sendiri, dengan cara memotong lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar yang panjang masing-masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2 buah pembalut segitiga.b. Pembalut PlesterDigunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik (patah tulang, sendi paha/ lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah yang tidak menembus kulit), Beuton (alat untuk merekatkan kedua belah pinggir luka agar lekas tertutup).c. Pembalut Cepat.Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan pembalut gulung.4. PembidaianBidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang patah.Tujuannya, menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai:a. Bidai harus melebihi dua persendian yang patahb. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.c. Bidai dibungkus agar empuk.d. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan kelonggaran.

SAR( Search and Resque)

A. PengertianSearch and rescue (SAR) adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan dan bencana . Istilah SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia. Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya. Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar, tabrakan, kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain.

B. Unsur-unsur SARDalam kegiatan SAR ada 4 unsur yang bisa dijadikan penentu keterampilan yang dibutuhkan sebagai penunjang suksesnya suatu tim sar dalam melakukan operasinya, yaitu :a) Lokasi : kemampuan untuk menentukan lokasi korban. Hal ini memerlukan pengetahuan menangani data peristiwa, keadaan korban, keadaan medan dan lainnya.b) Mencapai : kemampuan untuk mencapai korban. Hal ini memerlukan keterampilan mendaki gunung, rock climbing, cara hidup di alam bebas, peta, kompas, membaca jejak, dan lainnyac) Stabilisasi : kemampuan untuk menentramkan korban dalam hal ini mutlak diperlukan pengetahuan P3K, gawat darurat dan lainnya.d) Evakuasi : kemampuan membawa korban. Hal ini memerlukan keterampilan seperti halnya Mencapai.

C. Tahapan SARAda beberapa tahapan SAR, Yaitu :1. Tahapan keragu-raguan, sadar bahwa keadaan darurat telah terjadi.2. Tahapan kesiapan, melaksanakan segla sesuatunya sebagai tanggapan terhadap suatu kecelakaan, termasuk juga menadpatkan segala informasi mengenai korban.3. Tahapan perencanaan, pembuatan rencana yang efektif dan segala koordinasi yangdiperlukan4. Tahapan operasi, seluruh unit bertugas hingga misi SAR dinyatakan selesai5. Tahapan laporan, terakhir membuat laporan mengenai misi SAR yang telahdilaksanakan.Berikut adalah beberapa pola teknis pencarian pada operasi SAR. Hanya sebagain teknik yang dibahas di sini, yaitu :1. Track (T) Pola ini dipakai jika orang yang dinyatakan hilang dari jalur perjalanan yang direncanakan akan dilewatinya merupakan satu-satunya informasi yang ada. Selalu dianggap bahwa sasaran (korban) masih disekitar atau dekat denganrute2. Paralel (P) Daerah pencarian cukup luas dan medannya cukup datar Hanya mempunyai posisi duga Sangat baik untuk daerah pencarian yang berbetuk segi empat.3. Creeping (C) Daerah pencarian sempit, panjang dan kondisinya cukup rata serta datar. Kalau di pegunungan gunung, regu pencari dengan pola ini kan turun kejurang jurang atau dataran yang lebih rendah.4. Square (SQ) Biasanya digunakan pada daerah yang datar Dengan pola ini perhitungan posisi juga harus merupakan kemungkinan yangtepat Pembelokan tidak sembarangan, tetapi dengan perhitungan5. Sector (S) Lokasi atau posisi diketahui Daerah yang disari tidak luas Daerah pencarian berbentuk lingkaran Rute regu pencarian berbentuk segitiga sama sisi6. Contour (CT) Digunakan di bukit-bukit. Pencarian selalu dimulai dari puncak tertinggi7. Barrier (B) Digunakan dengan hanya menunggu atau mencegat dengan perhitungan yang pasti bahwa survivor akan lewat dengan melihat keadaaan lingkungan. Digunakan jika regu pencari dan penyelamat tidak bisa mendekati tempat yang terkena musibah

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Pola PencarianFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Pola Pencarian Ketepatan posisi survivor Luas dan bentuk daerah pencarian Jumlah dan jenis unit rescue yang tersedia Cuaca di dan ke daerah pencarian Jarak basecamp unit rescue ke lokasi musibah Kemampuan peralatan bantu navigasi di daerah kejadian Ukuran sukar dan mudahnya sasaran yang diketahui Keefektifan taktik yang dipilih Medan di daerah kejadian Dukungan logistik ke daerah pencarian

E. Taktik PencarianTaktik pencarian dapat bervariasi, tergantung pada situasi tertentu. Secara umum taktik pencarian terdiri dari lima metode pencarian, yaitu :1. Taktik pendahuluanMerupakan usaha-usaha untuk mendapatkan informasi awal, mengoordinir reguregu pencari, membentuk pos pengendali, perencanaan, pencarian awal, dsb2. Taktik PembatasanMenciptakan, membentuk garis lintas (perimeter) untuk mengurung korban dalam area pencarian3. Taktik PendeteksianPemeriksaan terhadap tempat potensial dan juga menggunakan pencarian potensial. Pada area tersebut diperhitungkan, ditemukannya korban ataupun jejak atau segala sesuatu yang tercecer yang ditinggalkan korban4. Taktik pelacakanMelacak jejak atau sesuatu yang ditinggalkan korban, biasanya pelacakan ini dilakukan dengan anjing pelacak atau orang yang terlatih mencari dan membaca jejak5. Taktik evakuasiMemberikan perawatan dan membawa korban untuk perawatan yang lebih lanjut jika diperlukan.

MITIGASI BENCANA

A. PendahuluanMitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fifik, maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta. Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, langkah awal yang kita harus lakukan ialah melakukan kajian resiko bencana terhadap daerah tersebut. Dalam menghitung resiko bencana sebuah daerah kita harus mengetahui Bahaya (hazard) , Kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity) suatu wilayah yang berdasarkan pada karakteristik kondisi fisik dan wilayahnya.

B. Kajian Resiko Bencana1. Bahaya (hazard) adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak. Bahaya dianggap sebuah bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban dan kerugian.2. Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana (disaster) atau tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa kondisi fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak- tanggap terhadap dampak bahaya.Adapun Jenis-jenis kerentanan adalah :a. Kerentanan Fisik : Bangunan, infrastruktur, Konstruksi yang lemah.b. Kerentanan Sosial : Kemiskinan, Lingkungan, Konflik, tingkat pertumbuhan yang tinggi, anak-anak dan wanita, lansia. c. Kerentanan Mental : ketidaktahuan, tidak menyadari, kurangnya percaya diri, dan lainnya.3. Kapasitas (capacity) adalah kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap situasi tertentu dengan sumber daya yang tersedia (fisik, manusia, keuangan dan lainnya). Kapasitas ini bisa merupakan kearifan lokal masyarakat yang diceritakan secara turun temurun dari generasi ke generasi.4. Resiko bencana (Risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. , akibat kombinasi dari bahaya, kerentanan, dan kapasitas dari daerah yang bersangkutan.Menghitung Resiko bencana di suatu wilayah berdasarkan pada penilaian bahaya, kerentanan dan kapasitas di wilayah tersebut. Menghitung resiko bencana menggunakan persamaan sebagai berikut :Risk (R) = H xV/ CKeterangan => R : Resiko BencanaH : BahayaV : KerentananC : KapasitasSetelah melakukan resiko bencana, yang harus kita lakukan ialah melakukan tindakan untuk mengurangi resiko bencana tersebut. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kerentanan dan menambah kapasitas sebuah daerah. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menguarangi resiko bencana antara lain :1. Relokasi penduduk dari daerah rawan bencana, misal memindahkan penduduk yang berada dipinggir tebing yang mudah longsor 2. Pelatihan-pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi penduduk di sebuah daerah.3. Pengkondisian rumah atau sarana umum yang tanggap bencana. 4.Bangunannya relatif lebih kuat jika dilanda gempa.4. Penciptaan dan penyebaran kearifan lokal tentang kebencanaan.5. Dan lain-lain

13