Upload
miftahuddin-doank
View
25
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jfy
I. PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus
sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Aset ini hanya dapat
digali dan dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui
srategi Pendidikan dan Pembelajaran yang terarah dan terpadu
dengan dikelola secara profesional. Melalui upaya semacam itu
peserta didik diharapkan memperoleh pengalaman belajar secara
utuh sesuai dengan karakteristik kebutuhan dan perkembangannya.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi
pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan
bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali,
menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia, dalam hal
ini sangat berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik.
Hasil penelitian tentang penyelenggaraan pendidikan di Asia
ternyata Indonesia berada pada peringkat ketigabelas setelah
Vietnam (Mendikbud 2002). Suatu hal yang sangat mengharukan
karenanya untuk bisa bersaing dengan dunia lain, maka
peningkatan mutu sumber daya manusia harus menjadi prioritas
utama.
Tujuan pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan anak didik mengembangkan bakat dan
kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan
dirinya dan brfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan
pribadinya dan kebutuhan masyarakat ( Utami Mundar ).
1
Pada era reformasi sekarang pendidikan dituntut menghasilkan
lulusan :
1. Demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan
masyarakat dan bangsa.
2. Kuat berkarakter, mempunyai komitmen tinggi untuk
menegakkan hukum dan keadilan.
3. Siap hidup dalam masyarakat pluralitas.
4. Mampu bersaing secara sehat dengan masyarakat, bangsa
dan negara lain ( Sunarto ).
Salah satu arah kebijakan pembangunan pendidikan adalah
mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin
melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif agar generasi muda
dapat berkembang secara optimal sebagai manusia Indonesia
seutuhnya yakni Aspek Moral, Akhlaq, Budi Pekerti, Pengetahuan,
Ketrampilan, Seni, Olahraga, dan Perilaku.
Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada
peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang
diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk
bertahan hidup, menyesuaikan diri dan berhasil dimasa datang.
Perlu disadari bahwa manusia dilahirkan unik dengan segala
keberagaman dan kecepatannya.
II. BAKAT
Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang
melekat dalam diri seseorang. Bakat dibawa sejak lahir dan terkait
2
dengan struktur otaknya. Secara genetik struktur otak telah
terbentuk sejak lahir, tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan
oleh cara berinteraksi dengan lingkungannya.
Kartini, Kartono dan Dali Gulo mengartikan bakat sebagai
kapasitas untuk siap belajar dan menerima satu tinggkat
keterampilan tinggi pada beberapa bidang khusus, seperti musik,
matematika. Kemampuan untuk belajar cepat dan mencapai
prestasi dalam bidang tertentu.
Conny Semiawan mengartikan bakat sebagai kemampuan
bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan
atau dilatih.
Sutratinah Tirtonegoro mengartikan bakat sebagai pembawaan
yang unggul yang dimiliki oleh anak super normal. Pembawaan
yaitu kecakapan khusus yang dimiliki orang pada umumnya baik
sub normal, normal maupun super normal.
Bingham mengartikan bakat sebagai suatu potensi yang relatif
berkesesuaian dengan seseorang yang merupakan aspek esensial
dalam kesediaannya untuk mendapatkan kecakapan. Potensi-
potensi yang dimiliki oleh seseorang tidak sama kuatnya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan atau ketrampilan umum maupun khusus tetapi perlu
latihan, pengetahuan, dan pengalaman. Potensi yang dimiliki
seseorang tersebut tidak sama kuatnya.
Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-
beda. Perbedaan tersebut tergantung dari beberapa faktor yang
3
mempengaruhinya. Menurut Guilford faktor – faktor yang
terkandung dalam bakat :
1. Dimensi Perseptual
a. Kepekaan Indra
b. Perhatian
c. Orientasi Ruang
d. Orientasi Waktu
e. Kecepatan Persepsi
2. Dimensi Psikomotor
a. Kekuatan
b. Impuls
c. Kecepatan Gerak
d. Ketelitian / Ketepatan
e. Koordinasi
f. Keluwesan
3. Dimensi Intelektual
a. Ingatan
- Mengetahui Substansi
- Mengenai Relasi
- Mengenai Sistem
b. Pengenalan
- Keseluruhan Informasi
- Gabungan / Kelas
- Hubungan
- Bentuk / Sruktur
- Kesimpulan
4
c. Evaluatif
- Identitas
- Relasi- Relasi
- Sistem
- Penting tidaknya problem yang
dihadapi
d. Berfikir Konvergen
- Untuk menghasilkan unit
- Untuk pengalihan kelas-kelas
secara spontan
- Untuk menghasilkan sistem
- Untuk menyusun bagian-bagian
menjadi garis besar/kerangka.
e. Berfikir Divergen
- Untuk menghasilkan nama-nama
- Untuk menghasilkan hubungan-
hubungan
- Untuk menghasilkan sistem-sistem
- Untuk menghasilkan transpormasi
- Untuk menghasilkan implikasi-
implikasi yang unik
Variasi bakat timbul karena variasi dalam kombinasi korelasi
dan intensitas faktor-faktor tersebut, sehingga setiap orang
mempunyai bakat dan kemampauan yang berbeda-beda, karenanya
membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula. Pendidikan
bertanggungjawab untuk memandu (mengidentifikasi dan
5
membina) serta memupuk (mengembangkan dan meningkatkan)
bakat tersebut siapapun orangnya tanpa memandang status sosial
yang melatar belakanginya.
Memperhatikan perbedaan-perbedaan antar anak didik serta
mengusahakan pemenuhan kebutuhan pendidikannya adalah tugas
mulia seorang guru.
III. KREATIVITAS
1. APAKAH KREATIVITAS ITU ?
Harus diakui bahwa memang sukar untuk menentukan
satu definisi yang operasional dari kreativitas, karena
kreativitas merupakan konsep yang majemuk dan multi
dimensional. Kreativitas sering disebut berfikir kreatif atau
berfikir inovatif. Bila dikaitkan dengan kemampuan seseorang
biasanya disebut dengan daya cipta atau kemampuan seseorang
untuk mencari berbagai alternatif baik dalam bentuk pemikiran,
pendekatan ataupun aktivitas. Sehingga dapat dikatakan seolah-
olah orang itu tidak pernah kehilangan akal dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.
Bill Moyers mengartikan kreativitas adalah menemukan
hal-hal yang luar biasa dibalik hal-hal yang biasa.
Conny Semiawan mengartikan kreativitas adalah
kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kemampuan untuk
menciptakan produk baru; tidak perlu seluruhnya produk baru,
gabungan/kombinasi dengan unsur yang telah ada.
6
Lembaga Administrasi Negara mengartikan kemampuan
bergelut dengan imajinasi dan kemungkinan-kemungkinan yang
melahirkan hubungan-hubungan serta temuan-temuan baru
yang bermakna tinggi dengan berinteraksi pada gagasan-
gagasan orang maupun lingkungan hidup. Aktivitas yang
dinamis yang melibatkan proses mental, baik secara sadar
maupun di bawah sadar. Kemampuan untuk melahirkan
sesuatu yang baru .
Suharman mengartikan kreativitas adalah suatu akivitas
yang melibatkan terutama kemampuan berfikir untuk
menemukan dan menghasilkan gagasan baru atau pendekatan
baru yang berguna bagi pemecahan masalah atau lingkungan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa kreativitas mempunyai komponen-komponen :
a. Aktifitas berfikir
Melibatkan proses berfikir di dalam diri seseorang :
persepsi, atensi, ingatan, imageri, konsep.
b. Menemukan / menciptakan
Proses berfikir / kognitif ditujukan untuk menemukan
sesuatu atau menciptakan hal-hal baru.
c. Baru
Harus mempunyai aspek kebaharuan dalam satu atau
beberapa hal artinya tidak semua hal baru namun
dapat kombinasi dari yang telah ada tetapi
menghasilakn daya guna baru.
d. Berguna / bernilai
Harus memiliki kegunaan tertentu.
7
- Lebih enak
- Lebih mudah
- Lebih menarik, dan lain-lain
2. MENGAPA HARUS KREATIF ?
Indonesia sebagai warga dunia tidak dapat menolak
kenyataan dunia menjadi global. Abad XXI adalah satu era
dimana gelombang globalisasi semakin mewarnai tata budaya,
tata ekonomi, tata hukum, maupun tata politik dari setiap
negara maupun bangsa. Persaingan yang bersifat regional dan
global semakin kuat, tirai pembatas antar negara semakin tipis.
Di sisi lain ledakan penduduk Indonesia yang demikian
hebat merupakan problema tersendiri dalam kehidupan. Jumlah
penduduk semakin banyak, kebutuhan akan tersedianya
sandang, pangan dan papan meningkat, persaingan dalam dunia
kerja semakin ketat, belum lagi semakin menipisnya sumber
daya alam. Kondisi yang demikian merupakan suatu paradigma
bagi kita bagaimana mampu menyongsong persaingan global,
menyikapi dampak kepadatan penduduk dan mengatasi
kelangkaan sumber daya alam.
Wardiman Djoyonegoro menengarai dalam
mengantisipasi era globalisasi yang sarat dengan persaingan
bahwa agar bangsa Indonesia jaya dan unggul dalam percaturan
internasional, maka dunia pendidikan kita harus menghasilkan
lulusan yang memiliki 4 (empat) kompetensi yaitu : (1)
kompetensi akademik (2) kompetensi profesional (3)
8
kompetensi nilai dan sikap (4) kompetensi untuk menghadapi
perubahan.
9
Didunia ini tidak ada yang abadi kecuali perubahan.
If you don’t change, you die.
If you don’t learn, you die.
Hidup berarti menghadapi masalah dan memecahkan masalah
berarti tumbuh dan berkembang secara intelektual (JP.
Guilford)
Mengapa kreatifitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak
didik ?
a. Dengan berkreasi oang dapat mewujudkan
(mengaktualisasikan) dirinya yang merupakan kebutuhan
pokok manusia pada tingkat tertinggi (Maslow)
b. Berikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap
suatu masalah yang merupakan bentuk pemikiran yang
sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam
pendidikan (Guilford). Di sekolah yang terutama dilatih
adalah penerimaan pengetahuan, ingatan dan
penalaran/berfikir logis.
c. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat
bagi diri pribadi karena dapat memberikan kepuasan atas
keberhasilan namun juga bermanfaat bagi masyarakat dan
bangsa atas hasil guna kreatifitasnya.
d. Kreatifitaslah yang memungkinkan manusia
meningkatkan kualitas hidupnya. Kesejahteraan dan
kejayaan masyarakat dan negara bergantung kepada
sumbangan kreatif baik itu berupa ide-ide baru, teknologi
baru maupun penemuan-penemuan baru.
10
e. Untuk menyelsaikan masalah pelajaran-pelajaran di
sekolah dibutuhkan ilmu pengetahuan, sedangkan unuk
menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan
dibutuhkan kreativitas (TO FIND SOLUTION IN SCHOOL
YOU NEED KNOWLEDGE, TO FIND SOLUTION IN
LIFE YOU NEED CREATIVITY) – Edward Lumsdaine.
f. Masa depan jagat raya ini bukanlah semata-mata
terletak pada pemuda-pemuda saat ini, melainkan pada
kreativitas-kreativitas yang muncul dan berkembang
sekarang ini (THE FUTURE OF THE WORLD REST NOT
ON TODA’YS YOUTH, BUT ON TODAY CREATIVITY)
– Cris Delsignore.
3. APA YANG MENGHENTIKAN KREATIVITAS ?
Lebih mudah membuat orang tidak kreatif daripada
meningkatkan kemampuan kreativitas mereka. Demikian pula
dengan kita, tidak jarang merasa bahwa peluang kreatif dan
masalah yang penuh makna hanya dimiliki orang lain dan
hanya terdapat pada pekerjaan dan bidang lain. Kita merasa
bahwa pada bidang kita sendiri peluang itu seolah-olah sudah
tertutup, sering juga kita merasa bahwa hanya melalui
keberuntunganlah mampu memberi sumbangan berarti dalam
pekerjaan / kehidupan kita. Kadang juga kita mengesampingkan
kreativitas agar tetap selamat, karena ketidakberanian
mengambil resiko. Menjadi kreatif sama halnya dengan
mengambil resiko, yang mana kadang dianggap bodoh,
11
membuang-buang waktu ataupun kadang mengalami
kegagalan.
Jika memperhatikan keadaan di rumah kita, maka
kadang-kadang terlalu banyak yang kita larang terhadap apa
yang akan/sedang dilakukan anak kita. Jangan nak nanti ....
(dasarnya rasa sayang pada anak atau ....). hal-hal yang
demikian tidak kita sadari dapat menghambat imageri mereka
dan membatasi berkembangnya kreativitas mereka.
Dalam dunia pendidikan kreativitas kurang/tidak disukai
karena melawan hasil yang diinginkan pendidik. Suka atau
tidak sistem pendidikan kita sebagaian besar didesain untuk
membuat ana-anak lulus ujian. Mereka harus memberikan
jawaban sesuai dengan apa dinginkan pengujinya. Mereka
harus mencari satu jawaban yang paling benar (konvergen),
kemampuan berfikir divergen dan kreatif, yaitu menjajaki
berbagai kemungkinan jawaban atas satu masalah jarang
diukur. Dengan demikian pengembangan kemampuan mental
intelektual anak secara utuh diabaikan. Dalam kehidupan
sehari-hari tidak terjadi hal yang demikian, karena setiap
masalah memiliki banyak alternatif jawaban.
Guilford dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden
American Psychological Association mengatakan keluhan yang
paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi
kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas
yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan,
namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan
masalah yang memerlukan cara-cara baru.
12
Kreativitas adalah upaya pembaharuan tetapi bukan
sesuatu yang instant, butuh waktu, dana, tenaga, motivasi.
Hal lain yang menghambat muncul atau berkembangnya
kreativitas adalah :
a. Bertahan pada tradisi, kebiasaan dan budaya yang telah
mapan dan diterima secara umum.
b. Menekankan pada pemilihan kinerja dari pihak luar.
c. Terlalu menenkankan pada pentingnya prosedur kerja
baku.
d. Terlalu menekankan pada batas waktu yang sangat
ketat.
e. Seringnya melarang adanya contoh atau model perilaku
dan ekspresi kreativitas yang berbeda, pemantauannya
sangat ketat karena dipandang sesuatu yang
mengandung bahaya dan resiko.
f. Dikuranginya ketersediaan sumber daya yang dapat
menunjang berkembangnya kreativitas.
g. Pola komunikasi yang jelek sehingga menghambat
mengalirnya ide-ide terobosan.
h. Sangat menekankan pada pemberian hukuman terhadap
setiap kegagalan atau kekurang berhasilan.
i. Menghilangkan atau diabaikannya pemberian
penghargaan bagi suatu keberhasilan.
j. Menekankan pada nilai-nilai yang menghalangi
keberanian mengambil resiko, bertanya dan mencari
terus berbagai kemungkinan.
13
Di samping itu tidak disadari kita masuk dalam jebakan
yang membuat tidak kreatif (ANTI CREATIVE TRAP) :
a. Saya terlalu tua.
b. Saya terlalu sibuk.
c. Bagaimana nanti orang lain berfikir
d. Mana ada orang yang percaya kepada saya
e. Saya mungkin akan gagal
f. Saya bekerja untuk suatu organisasi, jadi saya tidak
boleh kreatif
g. Saya seorang wanita, pria biasanya lebih kreatif
h. Saya tidak ber IQ yang tinggi
4. MENGEMBANGKAN KREATIFITAS.
Dalam pengembangan kreativitas anak, kita bertitik tolak dari
asumsi bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif
dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif,
masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda.
Pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan
kreativitas ialah 4 (empat) P.
a. Pribadi
Kreatifitas adalah ungkapan dan keunikan individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan pribadi
yang unik inilah diharapkan timbulnya ide-ide baru dan
produk-produk yang inovatif. Selanjutnya mari kita kenali
pola-pola berpikir manusia :
14
1) Pola berfikir analitis.
- Logis, mengarah pada jumlah jawaban sedikit yang
bisa diimplementasikan.
- Berorientasi pada tuntutan realitas lingkungan,
prosesnya berurutan menuju suatu penyelesaian atau
jawaban yang paling baik.
- Konvergen, menyempit menuju suatu jawaban yang
dapat dianalisis lebih lanjut dan diterapkan.
- Vertikal, pemecahan masalah dalam berfikir
memerlukan usaha pembuktian yang mendalam dan
sempit untuk melihat keseluruhan aspek serta
menyesuaikan terhadap pola-pola yang sudah ada.
Menggali lubang pada tempat yang sama sehingga
menjadi lebih dalam. Bersifat menunggu, menuntut
orang mencari jalan keluar, setelah dijumpai ada
hambatan atau kesulitan baru bereaksi.
2) Pola berfikir kreatif
- Memerlukan imajinasi (fantasi, impian, angan-angan)
berorientasi perorangan.
- Bersifat paralel yang membawa kepada penemuan
sejumlah kemungkinan jawaban atau gagasan yang
banyak.
- Devergen, diawali dari uraian persoalan lalu
menyebar agar dapat menghasilkan berbagai macam
pendekatan dan gagasan dari pemecahan persoalan.
- Lateral, diperlukan berbagai cara memandang suatu
persoalan untuk menghasilkan beberapa alternatif
15
termasuk gagasan yang paling liar yang seolah-olah
tidak berkaitan dengan permasalahannya. Menggali
lubang di tempat yang lain (pembongkaran pola yang
sudah mapan kemudian dibangun pola baru yang
berbeda dengan sebelumnya). Aktif menciptakan
peluang dan tidak terikat pada lingkungan.
Oleh karena itu pendidik hendaknya dapat menghargai
keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya dan jangan
mengharapkan semua melakukan dan menghasilkan hal-hal
yang sama atau mempunyai minat sama.
b. Pendorong
Untuk perwujudan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan
dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal), yang
berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian,
insentif dan lain-lain, dan dorongan kuat dalam diri siswa itu
sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu.
Dorongan eksternal dan internal sama-sama diperlukan,
untuk itu pendidik harus berupaya memupuk dan
meningkatkan kedua dorongan tersebut secara berimbang.
c. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas anak, ia perlu diberi
kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik
hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya
dalam berbagai kegiatan kreatif tanpa perlu atau terlalu
cepat menuntut dihasilkannya produk-produk kreatif yang
16
bermakna. Produk yang kreatif akan muncul dalam iklim
yang menunjang, menerima dan menghargai anak.
d. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan
produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan
lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong
seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses
(kesibukan, kegiatan) kreatif. Dengan menemukenali bakat
dan ciri-ciri pribadi kreatif peserta didik, dorongan,
penyediaan waktu sarana dan prasarana, maka produk
kreatifitas anak dapat timbul. Tidak boleh dilupakan
pendidik harus menghargai produk kreativitas anak dan
mengkomunikasikan kepada pihak lain.
Falsafah mengajar yang mendorong kreativitas siswa :
Belajar sangat penting dan sangat menyenangkan.
Siswa patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik
Siswa hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu
didorong untuk membawa pengalaman, gagasan, minat dan bahan
mereka ke kelas. Mereka dimungkinkan untuk membicarakan
bersama dengan guru mengenai tujuan bekerja/belajar setiap hari,
dan perlu diberi otonomi dalam menentukan bagaimana
mencapainya
Siswa perlu merasa nyaman dan dirangsang di dalam kelas.
Hendaknya tidak ada tekanan dan ketegangan.
17
Siswa harus mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan di dalam
kelas. Mereka perlu dilibatkan dalam merancang kegiatan belajar
dan boleh membawa bahan-bahan dari rumah.
Guru merupakan narasumber, bukan polisi, atau dewa. Siswa
menghormati guru, tetapi merasa aman dan nyaman dengan guru.
Robot kecil tidak akan belajar, dan juga tidak kreatif.
Guru memang kompeten, tetapi tidak perlu sempurna.
Siswa perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara
terbuka baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang
kelas adalah milik mereka juga dan mereka bertanggung jawab
untuk mengaturnya.
Kerja sama selalu lebih baik daripada kompetisi.
Pengalaman belajar hendaknya dekat dengan pengalaman dari
dunia nyata.
IV. PENUTUP
Setiap manusia telah dibekali bakat atau keunggulan yang satu
sama lain tidak sama. Memperhatikan keunggulan yang dimiliki
setiap individu anak didik adalah tugas mulia seorang pendidik.
Keunggulan yang dimiliki anak didik bisa berkembang bila diberi
pengetahuan, pengalaman, dilatih dan adanya dorongan/motivasi.
Dorongan/motivasi tersebut bersifat eksternal dan internal. Untuk
itu maka lembaga pendidikan harus mampu menjadi lingkungan
yang memungkinkan bakat dan kreativitas tumbuh dan
berkembang subur. Pendidik harus mampu membangkitkan
18
dorongan/motivasi internal yang dimiliki anak didik. Kreativitas
bukan sesuatu yang instant tetapi dibutuhkan proses yang cukup,
keberanian mencoba dan keberanian gagal. Kreativitas terdapat
dalam diri setiap individu bukan dalam masyarakat. Setiap hal baru
akan muncul atau menemui penolakan. Kita harus mengucurkan
keringat untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan, tetapi itu
lebih baik daripada membiarkan diri berkarat dalam kebiasaan.
19
BACAAN
- Brian Clegg & Paul Birch, Instant Creativity, Erlangga, Jakarta, 2001.
- Frank. G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Kanisius, Yogyakarta, 1994.
- Kartini Kartono & Dali Gulo, Kamus Psikologi, Pioner Jaya, Bandung, 1987.
- Kasijan. Z, Psikologi Pendidikan Buku I, Bina Ilmu, Surabaya, 1984.
- Nasution. S, Prof. DR. MA, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jemmars, Bandung, 1982.
- Olson. W. Robert, Alfonsus Samosir, Seni Berpikir Kreatif, Sebuah Pedoman Praktis, Erlangga, 1996.
- Roestiyah. Nk, Didaktik Metodik, Bina Aksara, Jakarta, 1986.- Suharman, Motivasi dan Kreativitas, Anima Vol.14 No. 53, 1998.- Sunarto, Prof. DR. MSc, Ilmu Pendidikan (Teori dan Aplikasinya),
Juni 2000 (Makalah).- Sutratinah Tirtonegoro. Dra, Anak Super Normal dan Program
Pendidikannya, Bina Aksara, Jakarta, 1984.- Sri Kuntiarsih. dkk, Studi Tentang Hubungan Motivasi Orang Tua
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas I SLTPN 20 Surabaya, Depdikbud, Jakarta, 2000 (Makalah).
- Sri Murgianti. Th, Dra, Msi, Hubungan Antara Persepsi Anak Terhadap Keefektifan Komunikasi Melalui Telepon Dengan Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Di SLTPN 6 Surabaya Tahun 2000, Surabaya, 2000 (Makalah).
- Utami Munandar, Prof. Dr, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 1995.
20
- ---, Kreativitas & Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999.
21