24
1 ANALISIS EKONOMI DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN INDONESIA Hermanto, Reni Kustiari dan Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Abstract The objective of this paper is to estimate the establishment of the ASEAN Economic Community (AEC) into “a single market with the free movement of goods, services, foreign direct investment and skilled labor, and freer movement of capital encompassing nearly 600 million people” to Indonesian economy. Originally, the target for the AEC was 2020, but it has been revised to 2015. The gains for Indonesian agriculture will not come automatically in part, because the driving force behind the ASEAN integration is not only market integration, but also production integration. Therefore, the investigation of the impact of the AEC on regional agricultural sector become an important issue as most ASEAN members still rely on this sector and because the sector provides a large percentage of employment. In this study ASEAN partners like China, Japan, EU, and USA was also analyzed in term of further expanded ASEAN market. A Computable General Equilibrium model/GTAP was used to estimate the impact of AEC. The GTAP simulations showed that the impact of AEC would increase the welfare of most ASEAN countries, such as Indonesia ($ US 14.8 Million), Malaysia ($US 331.6Million), Thailand ($US 469.8 Million), and Singapure ($ US 89.8Million). On the other hand, the welfare of EU community would decrease by around $US 463.1 million. In general, some of Indonesian output will decrease. This lead to the increase value of Indonesian import that higher than export. More efforts are required in order to increase the competitiveness of Indonesian output , especially the output of agricultural commodities during the implementation of the AEC. Thus, government should provide strong support to facilitate the development of agricultural sector. Indonesia may consider some facilitation role for the government such as the establishment and improvement of facilities and developing mechanism for attracting domestic and foreign investments in this sector. Keywords: Economic Community, Computable General Equilibrium, welfare, Export, and import 1. Pendahuluan Pada tahun 2007, para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen yang kuat untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan mempercepat target waktunya menjadi tahun 2015. Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang lain: Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Para pemimpin sepakat untuk mentransformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang ditandai oleh pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan arus modal yang lebih bebas. Dengan mempertimbangkan pentingnya perdagangan eksternal bagi

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN : CGE Model

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dengan direalisasi MEA pada 2015 maka Indonesia perlu memahami perkiraan dampak MEA terhadap perekonomian Indonesia agar dapat dilakukan tindakan antisipatif. Kajian ini bertujuan untuk memprediksi perkiraan dampak MEA terhadap perekonomian Indonesia dan mengulas perdagangan antara Indonesia dengan ASEAN serta perdagangan antara Indonesia dengan dunia

Citation preview

  • 1

    ANALISIS EKONOMI DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN INDONESIA

    Hermanto, Reni Kustiari dan Erwidodo

    Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    Abstract

    The objective of this paper is to estimate the establishment of the ASEAN Economic Community (AEC) into a single market with the free movement of goods, services, foreign direct investment and skilled labor, and freer movement of capital encompassing nearly 600 million people to Indonesian economy. Originally, the target for the AEC was 2020, but it has been revised to 2015. The gains for Indonesian agriculture will not come automatically in part, because the driving force behind the ASEAN integration is not only market integration, but also production integration. Therefore, the investigation of the impact of the AEC on regional agricultural sector become an important issue as most ASEAN members still rely on this sector and because the sector provides a large percentage of employment. In this study ASEAN partners like China, Japan, EU, and USA was also analyzed in term of further expanded ASEAN market. A Computable General Equilibrium model/GTAP was used to estimate the impact of AEC. The GTAP simulations showed that the impact of AEC would increase the welfare of most ASEAN countries, such as Indonesia ($ US 14.8 Million), Malaysia ($US 331.6Million), Thailand ($US 469.8 Million), and Singapure ($ US 89.8Million). On the other hand, the welfare of EU community would decrease by around $US 463.1 million. In general, some of Indonesian output will decrease. This lead to the increase value of Indonesian import that higher than export. More efforts are required in order to increase the competitiveness of Indonesian output , especially the output of agricultural commodities during the implementation of the AEC. Thus, government should provide strong support to facilitate the development of agricultural sector. Indonesia may consider some facilitation role for the government such as the establishment and improvement of facilities and developing mechanism for attracting domestic and foreign investments in this sector.

    Keywords: Economic Community, Computable General Equilibrium, welfare, Export, and import 1. Pendahuluan

    Pada tahun 2007, para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen yang kuat untuk

    mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan mempercepat target waktunya menjadi tahun

    2015. Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang lain: Masyarakat

    Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN.

    Para pemimpin sepakat untuk mentransformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang

    ditandai oleh pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan arus modal

    yang lebih bebas. Dengan mempertimbangkan pentingnya perdagangan eksternal bagi

  • 2

    ASEAN dan kebutuhan Masyarakat ASEAN secara keseluruhan untuk tetap berpandangan

    terbuka, MEA memiliki karakteristik utama sebagai berikut: (a) pasar tunggal dan basis produksi;

    (b) kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; (c) kawasan pengembangan ekonomi yang

    merata; dan (d) kawasan yang secara penuh terintegrasi ke dalam perekonomian global.

    Melalui realisasi MEA, diharapkan ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi.

    Pembentukan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi akan membuat ASEAN

    lebih dinamis dan berdaya saing dengan mekanisme dan langkah-langkah baru guna

    memperkuat pelaksanaan inisiatif-inisiatif ekonomi yang ada, mempercepat integrasi kawasan di

    sektor-sektor prioritas, memfasilitasi pergerakan para pelaku usaha, tenaga kerja terampil dan

    berbakat, dan memperkuat mekanisme kelembagaan ASEAN.

    Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN terdiri dari atas lima elemen inti: (1) arus

    barang yang bebas; (2) arus jasa yang bebas; (3) arus investasi yang bebas; (4) arus modal

    yang lebih bebas; dan (5) arus tenaga kerja terampil yang bebas. Komponen dalam pasar

    tunggal dan basis produksi adalah termasuk 12 (dua belas) sektor-sektor prioritas integrasi,

    yakni produk berbasis agro, transportasi udara, otomotif, e-ASEAN, elektronika, perikanan,

    pelayanan kesehatan, produk berbasis karet, tekstil dan pakaian, pariwisata, produk berbasis

    kayu dan logistik, ditambah makanan, pertanian dan kehutanan.

    Sebuah pasar tunggal untuk barang dan jasa akan memfasilitasi pengembangan jaringan

    produksi di wilayah ASEAN dan meningkatkan kapasitas ASEAN sebagai pusat produksi global

    dan sebagai bagian dari rantai pasokan dunia. Tarif akan dihapuskan dan hambatan non-tarif

    secara bertahap juga akan dihapus. Perdagangan dan sistem kepabeanan yang

    terstandardisasi, sederhana dan harmonis diharapkan dapat mengurangi biaya transaksi. Akan ada

    pergerakan bebas para professional dan investor di berbagai sector.

    Perwujudan kawasan ekonomi yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi

    merupakan tujuan dari integrasi ekonomi ASEAN. Terdapat enam elemen inti bagi kawasan

    ekonomi yang berdaya saing ini, yaitu: (1) kebijakan persaingan; (2) perlindungan

    konsumen; (3) Hak Kekayaan Intelektual (HKI); (4) pembangunan infrastruktur; (5)

    perpajakan; (6) e-commerce.

    Di bawah karakteristik pembangunan ekonomi yang merata terdapat dua elemen

    utama: (1) Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan (2) Inisiatif untuk Integrasi

    ASEAN. Kedua inisiatif ini diarahkan untuk menjembatani jurang pembangunan baik pada

    tingkat UKM maupun untuk memperkuat integrasi ekonomi agar semua anggota dapat

  • 3

    bergerak maju secara serempak dan meningkatkan daya saing ASEAN sebagai kawasan yang

    memberikan manfaat dari proses integrasi kepada semua anggotanya.

    ASEAN bergerak di sebuah lingkungan yang makin terhubung dalam jejaring global

    yang sangat terkait satu dengan yang lain, dengan pasar yang saling bergantung dan industri

    yang mendunia. Dua pendekatan yang ditempuh ASEAN dalam berpartisipasi dalam proses

    integrasi dengan perekonomian dunia adalah: (1) pendekatan koheren menuju hubungan

    ekonomi eksternal melalui Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area/FTA) dan kemitraan

    ekonomi yang lebih erat (Closer Economic Partnership/CEP), dan (2) partisipasi yang lebih kuat

    dalam jejaring pasokan global.

    Sehubungan dengan realisasi MEA pada 2015 maka Indonesia perlu memahami

    perkiraan dampak MEA terhadap perekonomian Indonesia agar dapat dilakukan tindakan

    antisipatif. Kajian ini bertujuan untuk memprediksi perkiraan dampak MEA terhadap

    perekonomian Indonesia dan mengulas perdagangan antara Indonesia dengan ASEAN serta

    perdagangan antara Indonesia dengan dunia.

    2. Metodologi

    2.1. Jenis dan Sumber Data

    Seluruh data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder. Sumber data aliran

    perdagangan antara negara-negara ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN adalah COMTRADE

    yang dikeluarkan oleh United Nations Commodity Trade Statistics Database. Data utama lainnya

    adalah Data Base GTAP yang dikeluarkan oleh Centre for Global Trade Analysis, Purdue

    University. Data GTAP adalah data yang melingkupi Input-Output Tabel masing-masing Negara

    dan aliran perdagangan antar negara dengan banyak komoditas.

    Data GTAP yang digunakan dalam kajian ini adalah GTAP versi 8 yang merupakan versi

    terakhir yang terdiri dari 129 negara dan 57 sektor. Untuk keperluan kajian ini, data diagregasi

    ke dalam 11 negara/regional dan 10 komoditas, karena kajian ini lebih difokuskan pada

    bagaimana dampak kebijakan liberalisasi perdagangan dalam ASEAN Economic Community

    (AEC) terhadap produk pertanian di Indonesia. Adapun agregasi negara adalah sebagai berikut

    : (1) Indonesia, (2) Malaysia, (3) Philippines, (4) Singapore, (5) Thailand, (6) Negara ASEAN

    lainnya, (7) China, (8) Jepang, (9) Amerika Serikat, (10) Uni Eropa/UE, dan (11) Sisa dari dunia.

    Selanjutnya, dari sepuluh komoditas yang diaggregasikan terdapat 6 komoditas pertanian, yaitu

  • 4

    biji-bijian, sayuran dan buah, minyak sayur dan lemak, gula, produksi hewani dan produk

    hewani dan komoditi pertanian lainnnya. Sedangkan yang non pertanian adalah kelompok

    komoditi manufaktur, minyak dan gas, pertambangan dan sektor lainnya.

    2.2. Metode Analisis

    Analisis dampak liberalisasi perdagangan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dilakukan

    dengan menggunakan model GTAP, yaitu model ekonomi keseimbangan umum (Computable

    General Equilibrium/CGE) banyak negara dan banyak komoditas. CGE model merupakan salah

    satu pendekatan analisis yang dapat menghitung dampak ekonomi di suatu negara atau

    regional sebagai akibat adanya perubahan kebijakan. Kemampuan model CGE untuk

    mengkaitkan kinerja ekonomi makro dan mikro dari suatu dampak kebijakan membuat model

    CGE dapat digunakan sebagai informasi dalam pengambilan kebijakan secara komprehensif

    (James, 2007).

    Bahkan beberapa pakar ekonomi seperti Lionel (2002), Avinas and Norman (2002), Ross

    (2011), Burfisher (2011), Manuel, et al., (2012) dan Dixon and Jorgenson (2012)

    mengklasifikasikan model CGE sebagai pendekatan analisis yang melihat ekonomi sebagai

    sistem yang komprehensif dengan komponen-komponennya yang saling terkait satu sama lain

    (industri, rumah tangga, investors, pemerintah, importir dan eksportir).

    Model GTAP merupakan aplikasi CGE model untuk kasus multi region yang dibangun

    dengan dasar teori-teori mikroekonomi, dimana perilaku-perilaku di masing-masing agen

    ekonomi (behavioral parameters) dijelaskan secara detail. Penekanan model GTAP terletak pada

    aspek perdagangan internasional dengan tidak mengesampingkan ekonomi mikro dan makro

    dari negara-negara di dunia. Karena itu, model GTAP ini banyak digunakan untuk menganalis

    suatu kebijakan yang berkaitan dengan suatu perjanjian perdagangan baik bilateral, regional

    maupun multilateral. Dengan model GTAP ini dapat dianalisis keuntungan atau kerugian jika

    Masyarakat Ekonomi ASEAN diimplementasikan.

  • 5

    Sumber: Brockmeier (1996) Gambar 1. Aliran Nilai Barang didalam model ekonomi terbuka tanpa intervenssi

    pemerintah

    Standar model GTAP terdiri dari rumah tangga, pemerintah, dan perusahaan di masing-

    masing ekonomi dengan struktur yang secara grafis dapat dilihat pada Gambar 1. Social welfare

    function diasumsikan terdiri dari belanja swasta, national savings, dan belanja pemerintah.

    Tabungan (Savings) dianggap sebagai proksi dari konsumsi yang ditunda. Dengan kendala

    pendapatan pada masing-masing region (regional income constraint), maka setiap principal

    agents memaksimalkan welfarenya.

    Pada Gambar 1 terlihat rumah tangga regional menyediakan faktor produksi endowment

    dalam bentuk faktor-faktor produksi utama, seperti lahan, tenaga kerja dan modal. Faktor

    produksi tersebut akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.

    Arus penjualan faktor produksi rumah tangga swasta ke produsen tersebut menjadi sumber

    pendapatan bagi rumah tangga regional. Dengan demikian sumber pendapatan rumah tangga

    regional diasumsikan hanya dari penjualan faktor endowment (tenaga kerja, lahan, modal)

    kepada perusahaan. Sementara, pengeluaran rumah tangga regional berdasarkan pada agregat

  • 6

    fungsi utilitas (kepuasan) dimana pengeluaran dialokasikan pada tiga kategori, yaitu rumah

    tangga swasta (private), pemerintah dan tabungan, dan arus pengeluaran rumah tangga

    swasta.

    Rumah tangga regional membelanjakan pendapatannya untuk barang-barang domestik

    dan impor. Demikian pula pemrintah membelanjakan pendapatannya untuk menghasilkan

    barang dan jasa perusahaan. Dalam pengertian ekonomi, produsen merupakan pemakai input

    intermediate dan faktor endowment yang menghasilkan output barang dan jasa. Perusahaan

    yang akan bertingkah laku sebagai produsen akan menggunakan input intermediate dan faktor

    endowment untuk menghasilkan output barang dan jasa. Perusahaan juga menggunakan

    impor produk antara dan ekspor komoditas ke Rest of the World (ROW). Struktur ekonomi ROW

    diasumsikan identik dengan ekonomi domestik. Dengan dibukanya hubungan perdagangan

    dengan luar, maka terdapat sumber impor yang masuk ke domestik dan juga merupakan tujuan

    ekspor. Selain itu, di dalam model GTAP, terdapat sektor transportasi global dalam kegiatan

    perdagangan internasional. Adanya aktivitas ini menimbulkan adanya perbedaan nilai, untuk

    eskpor terlihat pada nilai FOB, dan untuk impor pada CIF.

    Produsen disamping memproduksi barang untuk permintaan akhir juga melakukan

    investasi yang dikumpulkan oleh bank global dan kemudian didistribusikan kepada rumah

    tangga regional dalam bentuk saham atau portofolio global. Oleh karena itu, model GTAP, juga

    mengasumsikan penjualan dari barang investasi dibiayai dari tabungan rumah tangga regional

    sehingga terdapat arus pendapatan produsen dari tabungan. Sebagaimana model CGE lainnya,

    model standar GTAP juga memberikan spesifikasi dari berbagai teori dan perilaku agen secara

    eksplisit dalam bentuk persamaan matematis. Pemilihan bentuk fungsi mengacu pada 2 hal

    utama, (i) kesesuaian teori, dan (ii) kenyataan empiris, serta (iii) kebutuhan kajian. Salah satu

    bentuk fungsi (untuk selanjutnya kita sebut nesting) yang sering digunakan adalah bentuk

    fungsi Cob-Douglas dimana parameter yang menunjukkan proporsi dari komponen

    pembentuknya diasumsikan tetap. Jika harga relatif dari suatu komoditas berubah, maka

    penggunaannya, katakan untuk konsumsi juga akan mengalami perubahan untuk

    mempertahankan proporsi nominalnya sesuai dengan besaran parameter yang telah ditentukan

    sebelumnya (relative share).

    Secara lengkap model GTAP dapat dilihat di dalam Hertel (1997). Model GTAP diolah

    dengan menggunakan software RunGTAP. Proses agregasi sektor dan negara/wilayah dilakukan

    dengan menggunakan GTAPAgg. Proses pengolahan data dengan RunGTAP dilakukan dengan

  • 7

    melakukan penyesuaian closure dan shock sesuai dengan tujuan kajian. Olahan data ini akan

    dihasilkan keluaran (output) seperti file solusi (solution file), perubahan volume (volume

    changes) dan dekomposisi (decomposition).

    Secara umum, closure yang digunakan dalam simulasi mengikuti closure standar GTAP

    yakni: (1) Variabel harga dan kuantitas dari komoditas yang dapat diperdagangkan lintas

    negara dan tidak termasuk dalam kategori endowment commodities, ditempatkan sebagai

    variabel endogen, (2) Pendapatan setiap region adalah endogen, dan (3) Seluruh variabel

    kebijakan, produktivitas (technical changes) dan populasi ditempatkan sebagai variabel

    eksogen.

    Dalam melakukan simulasi untuk melihat dampak implementasi ASEAN Economic

    Community (AEC) terhadap perdagangan internasional antar negara-negara ASEAN dan negara-

    negara mitra ASEAN dilakukan dengan beberapa skenario, antara lain: (1) Liberalisasi

    perdagangan dilakukan dengan penghapusan tarif bea masuk antar negara-negara ASEAN, (2)

    Liberalisasi perdagangan tidak sepenuhnya dilakukan antar negara-negara ASEAN dengan

    negara mitra ASEAN, yaitu 50% penghapusan tarif antar negara-negara ASEAN dan 50%

    penghapusan tarif dan subsidi di negara-negra mitra ASEAN (China, Jepang, USA dan EU), dan

    (3) Liberalisasi perdagangan sepenuhnya dilakukan, baik antar negara ASEAN maupun dengan

    negara-negara mitra ASEAN.

    3. Perkembangan Perdagangan Indonesia dengan ASEAN Rata-rata nilai bilateral perdagangan Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN

    disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa perdagangan antara Indonesia

    dengan Philipina, Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam dan Timor Leste mengalami surplus.

    Sebaliknya, deficit perdagangan Indonesia dengan Singapur mencapai US$ 7441 juta. Demikian

    juga deficit perdagangan Indonesia dengan Thailand, Brunei dan Malaysia masing-masing

    mencapai US$ 3253 Juta, US$ 960 Juta dan US$ 205 Juta.

    Trend total nilai ekspor Indonesia selama 5 tahun (2008-2012) sebesar 11,99%, atau

    meningkat dari US$ 137.02 milyar pada 2008 menjadi US$ 190.03 milyar pada 2012.

    Sementara, trend ekspor Indonesia ke ASEAN mencapai 13,84% atau meningkat dari US$ 27.17

    milyar pada 2008 menjadi US$ 41.83 milyar pada 2012. Pangsa ekspor ASEAN cenderung

    meningkat terus dari 19,83% pada 2008 menjadi 22,01% terhadap total ekspor Indonesia pada

    2012.

  • 8

    Tabel 1. Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara ASEAN, 2008-2012 (Rata-rata

    Juta US$)

    No Indonesia ASEAN

    Ekspor Impor surplus/defisit 1 Malaysia 8976.57 9181.75 -205.18 2 Philipina 3009.38 731.58 2277.80 3 Singapura 14485.38 21926.66 -7441.28 4 Thailand 4798.69 8052.43 -3253.74 5 Brunei Darussalam 71.79 1032.12 -960.33 6 Myanmar 294.15 45.08 249.07 7 Kamboja 228.93 5.93 223.00 8 Lao 9.31 1.17 8.14 9 Viet Nam 1940.25 1498.33 441.92

    10 Timor Timur 180.46 1.30 179.16

    ASEAN 33994.91 42476.35 -8481.44

    Sumber: UNCOMTRADE, 2008-2012

    Laju pertumbuhan impor Indonesia dari ASEAN lebih kecil dibandingkan dengan

    peningkatan total impor. Impor Indonesia dari ASEAN turun dari US$ 41 milyar pada 2008

    menjadi hanya US$ 27,74 milyar pada 2009, namun kemudian terus meningkat mencapai US$

    53.82 milyar, atau meningkat dengan laju sekitar 11,56% per tahun. Sama seperti impor dari

    ASEAN, total impor Indonesia turun dari US$ 129,24 milyar pada 2008 menjadi hanya US$

    96,83 milyar pada 2009, kemudian terus meningkat mencapai US$ 191.69 milyar, atau

    meningkat dengan laju sekitar 14,06% per tahun (Tabel 2).

    Tabel 2. Kontribusi ASEAN terhadap Total Perdagangan Indonesia, 2008-2012 (Milyar US$)

    Tahun Ekspor Impor

    Dunia ASEAN % Dunia ASEAN % 2008 137.02 27.17 19.83 129.24 41.00 31.72 2009 116.51 24.62 21.13 96.83 27.74 28.65 2010 157.78 33.35 21.14 135.66 39.04 28.78 2011 203.50 42.10 20.69 177.44 51.30 28.91 2012 190.03 41.83 22.01 191.69 53.82 28.08

    Trend (%/tahun) 11.99 13.84 1.87 14.06 11.56 -2.40 Sumber: UNCOMTRADE 2008-2012

  • 9

    Pangsa pasar ASEAN terhadap total ekspor bijian Indonesia cenderung meningkat dari

    81.6% pada 2008, naik menjadi 91,5% pada 2010, namun kemudian turun menjadi 86,6%

    pada 2012 (Tabel Lampiran 1). Hal sama terjadi pada impor sayur dan buah, minyak dan

    lemak sayur, ternak dan produk ternak dan minyak dan gas ketergantungan Indonesia terhadap

    pasar ASEAN cenderung meningkat. Sebaliknya, kontribusi pasar ASEAN untuk ekspor Indonesia

    kelompok komoditi gula dan produk gula, pertanian lainnya, tambang, dan komoditi lainnya

    cenderung menurun. Kontribusi pasar ASEAN untuk ekspor Indonesia kelompok komoditi

    manufaktur relatif konstan, yaitu sekitar 25,7% pada 2008 dan 25,8% pada 2012.

    Laju pertumbuhan ekspor ke pasar ASEAN lebih tinggi dibandingkan dengan ke pasar

    dunia untuk kelompok komoditi sayur dan buah, minyak dan lemak sayur, gula dan produk

    gula, ternak dan produk ternak, dan minyak dan gas. Bahkan laju pertumbuhan ekspor minyak

    dan gas ke ASEAN mencapai 26,2% sedangkan ekspor ke dunia hanya tumbuh sekitar 16,5%.

    Pangsa pasar ASEAN terhadap total impor Indonesia cenderung menurun, kecuali untuk

    kelompok biji-bijian meningkat dari 10.0% pada 2008 menjadi 23,6% pada 2012, bahkan pada

    2011 mencapai 33,5% (Tabel Lampiran 2). Penurunan yang drastic tampak pada kelompok gula

    dan produk gula, yaitu dari 78,4% pada 2008 menjadi 50,3% pada 2012. Hal sama terjadi pada

    impor minyak dan lemak sayur, ternak dan produk ternak dan kelompok komoditas lainnya.

    Sedangkan kontribusi pasar ASEAN untuk impor Indonesia kelompok komoditi sayur dan buah,

    manufaktur dan pertambangan cenderung konstan.

    Laju pertumbuhan impor dari pasar ASEAN lebih tinggi dibandingkan dengan ke pasar

    dunia untuk kelompok komoditi biji-bijian, sayur dan buah, dan komoditi pertanian lainnya.

    Bahkan laju pertumbuhan impor biji-bijian dari ASEAN mencapai 41,1% sedangkan impor dari

    pasar dunia tumbuh sekitar 21,6%. Dengan demikian walaupun pangsa pasar ASEAN terhadap

    impor Indonesia relatif kecil namun pertumbuhannya cukup besar untuk komoditi biji-bijian.

    Perkembangan perdagangan biji-bijian Indonesia dengan ASEAN pada 2008 tercatat

    deficit bagi Indonesia sebesar US$ 193,7 Juta, kemudian mengalami peningkatan yang cukup

    signifikan yakni menjadi sebesar US$ 1648,6 Juta atau meningkat sebesar 75,1% per tahun

    selama 2008-2011. Namun pada 2012 impor biji-bijian turun kembali menjadi hanya turun

    menjadi hanya US$ 912,4 Juta.

    Untuk kelompok komoditi biji-bijian, sayur dan buah, gula dan produk gula, pertanian

    lain, manufaktur, pertambangan dan komoditi lainnya pertumbuhan ekspor Indonesia ke ASEAN

    lebih kecil dibanding dengan impornya. Bahkan ekspor biji-bijian turun dengan laju sebesar

  • 10

    26,1%, sedangkan impornya tumbuh sebesar 41,1%. Demikian pula ekspor kelompok

    komoditas lainnya turun dengan laju sebesar 6,0%, sedangkan impornya tumbuh sebesar

    16,5%. Pertumbuhan ekspor Indonesia ke ASEAN lebih besar dibanding dengan impornya

    hanya ditunjukan oleh kelompok komoditi minyak dan lemak sayur, ternak dan produk ternak,

    dan komoditi minyak dan gas. Hal ini menunjukkan bahwa ASEAN merupakan pasar yang cukup

    prospektif untuk tujuan ekspor untuk kelompok komoditi minyak dan lemak sayur, ternak dan

    produk ternak, dan minyak dan gas.

    4. Dampak Liberalisasi Perdagangan Salah satu bentuk implementasi ASEAN Economic Community (AEC) adalah diberlakunya

    penghapusan tarif bea masuk antara negara-negara ASEAN. Diharapkan dengan penghapusan

    tarif bea masuk akan terbentuk kawasan yang lebih dinamis serta kompetitif sehingga

    kesenjangan ekonomi di antara negara-negara anggota ASEAN dapat dikurangi. Namun dalam

    faktanya AEC juga dapat menimbulkan dampak negatif, diantaranya adalah eksploitasi

    terhadap negara yang kurang memiliki daya saing, rusaknya industri lokal, keamanan barang

    menjadi lebih rendah dan sebagainya. Namun demikian harus diakui pula bahwa AEC

    berpeluang menguntungkan negara-negara ASEAN. Hal ini menyebabkan kajian dampak

    pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi penting terutama untuk mengambil

    langkah-langkah kongkrit dalam mengatasi dampak negatif dari penerapan liberalisasi

    perdagangan, baik antar negara-negara ASEAN maupun dengan negara-negara mitra ASEAN.

    Untuk menganalisis potensi dampak liberalisasi perdagangan tersebut digunakan

    General Trade Analysis Project (GTAP), yaitu sebuah model Computable General Equilibrium

    (CGE) yang dikembangkan oleh Purdue University. Dalam model GTAP ini, perekonomian dunia

    diasumsikan telah berada pada kondisi keseimbangan umum, dimana seluruh agen dalam

    perekonomian tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga atau bertindak sebagai

    price taker sehingga harga yang terbentuk sepenuhnya merupakan interaksi antara permintaan

    dan penawaran. Secara implisit, model ini mengasumsikan bahwa setiap pasar berada dalam

    kondisi pasar persaingan sempurna (competitive) atau dikenal sebagai konsep Walrasian

    General Equilibrium.

    Adapun skenario yang dianalisis adalah menurunkan tarif impor untuk semua sektor

    ekonomi di negara-negara ASEAN menjadi 0%. Dengan kata lain, dilakukan liberalisasi total

    perdangangan antar negara-negara ASEAN dalam konteks implementasi AEC. Selain itu,

  • 11

    liberalisasi perdagangan antar negara-negara ASEAN dengan mitranya juga diskenariokan

    dengan asumsi bahwa liberaliasi perdagangan tidak dilakukan sepenuhnya, dimana hanya 50%

    penghapusan tarif dilakukan antar negara-negara ASEAN, sementara di negera-negara mitra

    ASEAN tidak hanya dilakukan penghapusan tarif, tetapi juga pengurangan subsidi masing-

    masing 50%. Skenario lainnya adalah liberalisasi perdagangan dilakukan sepenuhnya, baik

    antar negara ASEAN maupun dengan negara-negara mitra ASEAN.

    4.1. Dampak terhadap Keragaan Makroekonomi

    Dari hasil olahan GTAP terlihat bahwa walaupun dilakukan penghapusan tarif bea masuk

    antar negara-negara ASEAN (Sim-1) dalam kontek implementasi ASEAN Economic Community

    (AEC), kesejahteraan beberapa negara-negara ASEAN menunjukkan adanya peningkatan,

    bahkan bernilai positif yang besar. Seperti terlihat dari hasil simulasi yang disajikan pada Tabel

    3, peningkatan kesejahteraan paling besar dirasakan oleh negara Thailand (US$ 469.8 juta)

    disusul kemudian dengan Malaysia (US$ 331.6 juta).

    Dari hasil analisis juga terlihat bahwa Indonesia adalah sebagai negara yang mengalami

    peningkatan kesejahteraan terkecil, yaitu sebesar US$ 14.8 juta. Hal ini terjadi karena

    pendapatan rumah tangga regional Indonesia mengalami peningkatan terkecil di bandingkan

    dengan negara-negara ASEAN lainnya (Tabel 4). Kondisi ini diduga karena peran pemerintah

    Indonesia dalam perdagangan luar negeri masih lebih dominan jika dibandingkan

    dengan negara-negara ASEAN lainnya. Berbagai kebijakan yang menuju proses

    liberalisasi ternyata tidak lantas membuat pemerintah menjadi melepaskannya begitu

    saja pada proses alami pasar. Dengan demikian Indonesia masih menjadi negara yang

    menerapkan intervensi pemerintah dalam sektor perdagangan terbesar setelah Malaysia.

    Peningkatan kesejahateran dari implementasi AEC akan lebih besar lagi apabila

    perdagangan juga dilakukan dengan negara-negara mitra ASEAN, seperti terlihat pada hasil

    simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3). Dilihat dari dampak terhadap negara-negara mitra ASEAN,

    seperti pada hasil simulasi 1 (Sim-1) menunjukkan bahwa kesejahteraan paling besar adalah

    dirasakan oleh Jepang, China dan USA. Sementara pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3),

    hanya Uni Eropa dan Amerika Serikat yang mengalami peningkatan kesejahteraan, sementara

    China dan jepang mengalami penurunan tingkat kesejahteraan.

  • 12

    Tabel 3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

    No Negara Kesejahteraan ($ US million)

    Sim-1 Sim-2 Sim-3

    1 Indonesia 14.8 588.8 1,352.3

    2 Malaysia 331.6 10,085.6 20,658.8 3 Philipina (39.0) 6,323.0 12,678.5 4 Thailand 469.8 8,977.8 18,662.1 5 Singapur 89.8 20,027.6 40,243.4 6 OtherASEAN 145.0 5,098.1 10,429.6 7 China 325.8 (20,693.4) (39,813.5) 8 Jepang 440.9 (45,222.0) (96,012.0) 9 EU_25 (463.1) 293,848.3 587,735.3

    10 USA 140.8 30,506.5 61,249.2 11 Rest of World 742.2 242,967.5 487,738.3

    Keterangan:

    Skenario 1 (Sim-1) : Liberalisasi perdagangan dilakukan dengan penghapusan tarif bea masuk antar negara-negara ASEAN,

    Skenario 2 (Sim-2) : Liberalisasi perdagangan tidak sepenuhnya dilakukan antar negara-negara ASEAN dengan negara-negara mitra ASEAN, yaitu 50% penghapusan tarif di negara-negara ASEAN dan 50% penghapusan tarif dan subsidi di negara mitra ASEAN (China, Jepang, USA dan EU), dan

    Skenario 3 (Sim-3) : Liberalisasi perdagangan sepenuhnya dilakukan, baik antar negara ASEAN maupun dengan negara-negara mitra ASEAN.

    Tabel 4. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Regional

    No Negara Pendapatan Rumah Tangga Regional

    Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Indonesia 0.004 0.149 0.342 2 Malaysia 0.201 6.110 12.515 3 Philipina -0.030 4.911 9.848 4 Thailand 0.219 4.191 8.713 5 Singapur 0.058 12.829 25.778 6 OtherASEAN 0.200 7.023 14.367 7 China 0.010 -0.654 -1.258 8 Jepang 0.012 -1.207 -2.563 9 EU_25 -0.003 1.978 3.956

    10 USA 0.001 0.238 0.478 11 Rest of World 0.005 1.711 3.434

  • 13

    Penghapusan tariff dalam implementasi AEC juga diprediksikan akan mempengaruhi

    keragaan ekonomi makro antar negara-negara ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN. Dari

    Tabel 5, menunjukkan nilai GDP bernilai positif kecuali Singapur, walaupun dengan persentase

    yang relatif kecil, yaitu kurang dari 1 persen. Nilai GDP Indonesia tercatat meningkat masing-

    masing sebesar 0,12% (Sim-1), 0,01% (Sim-2) dan 0,15% (Sim-3). Peningkatan nilai GDP

    tertinggi terjadi di negara ASEAN lainnya dan Thailand. Sementara Philipina merupakan negara

    yang mengalami peningkatan nilai GDP yang terkecil. Sebaliknya, GDP di negara-negara mitra

    ASEAN tidak mengalami perubahan, kecuali pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3).

    Tabel 5. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap GDP quantity Index dan Price Index GDP di Masing-masing Negara (%)

    No Negara

    Sim-1 Sim-2 Sim-3

    GDP

    quantity Index

    Price Index GDP

    GDP

    quantity Index

    Price Index GDP

    GDP

    quantity Index

    Price Index GDP

    1 Indonesia 0.12 -1.05 0.01 -34.79 0.15 -70.49

    2 Malaysia 0.15 -0.51 0.21 -28.05 0.58 -56.51

    3 Philipina 0.08 -0.44 0.07 -23.53 0.22 -47.38

    4 Thailand 0.32 -0.29 0.25 -28.86 0.83 -57.86

    5 Singapur -0.01 0.06 0.59 -18.59 1.17 -37.03

    6 Other ASEAN 0.41 -1.19 1.24 -26.37 2.92 -53.76

    7 China 0.00 -0.01 6.46 -2.73 12.93 -5.43

    8 Jepang 0.00 0.01 1.02 3.22 1.96 6.10

    9 EU_25 0.00 -0.04 1.41 7.90 2.81 15.75

    10 USA 0.00 -0.04 0.32 -5.71 0.64 -11.47

    11 RestofWorld 0.00 -0.02 -0.01 -32.21 -0.02 -64.45

    Pada Tabel 5, juga terlihat bahwa GDP deflator (inflasi), yang menunjukkan tingkat

    harga di masing-masing negara menurun di semua negara ASEAN kecuali Singapur.

    Menurunnya GDP deflator karena adanya penghapusan tariff yang mempengaruhi indeks harga

    semua barang di negara-negara ASEAN, yang pada akhirnya akan menurunkan laju inflasi

    walaupun relatif kecil. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau negara-negara ASEAN

    dengan berbagai cara berusaha untuk meningkatkan akses marketnya dalam konteks

  • 14

    Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Indonesia (1,452) 10,971 20,557 (0.54) 1.86 3.31 6.33 (36.22) (65.92) 4.14 (21.65) (38.94) 2 Malaysia (1,716) (8,904) (19,503) (0.10) 5.99 11.96 4.22 (31.65) (59.05) 2.28 (28.02) (53.73) 3 Philipina (607) 2,084 3,562 (0.23) 9.52 18.90 3.44 (26.53) (49.58) 2.28 (21.15) (39.99) 4 Thailand (2,819) 2,775 2,720 (0.24) 5.96 11.81 5.47 (33.69) (61.79) 2.98 (26.52) (49.95) 5 Singapur (1,814) (4,425) (10,630) 0.01 10.22 20.50 5.13 (40.58) (76.05) 3.25 (33.69) (64.13) 6 OtherASEAN (1,123) 5,605 10,055 (0.24) 6.23 12.32 4.19 (28.76) (53.22) 3.08 (24.58) (46.01) 7 China 611 (10,939) (20,502) 0.04 (9.21) (18.30) 0.03 67.45 135.04 0.07 52.12 104.44 8 Jepang 653 11,597 18,077 0.06 (5.84) (11.96) 0.08 56.78 116.48 0.15 52.26 106.50 9 EU_25 3,348 (788,254) (1,571,116) (0.00) 0.81 1.62 (0.06) 59.17 118.28 (0.00) 46.49 93.01 10 USA 2,390 240,517 484,728 0.01 (17.59) (35.17) (0.04) 38.30 76.56 0.11 78.39 156.98 11 Rest of World 2,530 538,973 1,082,053 0.02 6.06 12.15 (0.02) (29.75) (59.51) 0.03 (16.96) (33.85)

    No NegaraTrade Balance US $ Milyar Term of Trade (%) Nilai Impor (%) Nilai Ekspor (%)

    implementasi AEC. Selanjutnya, GDP deflator di negara-negara mitra ASEAN terlihat bervariasi.

    Pada simulasi 1 (Sim-1), hanya Jepang yang GDP deflatornya mengalami peningkatan.

    Sementara pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3) ditemukan tidak hanya Jepang yang

    mengalami peningkatan GDP deflator, tetapi juga dirasakan oleh Uni Eropa.

    Variabel makro lainnya, seperti trade balance, nilai impor dan nilai ekspor (Tabe 6),

    terlihat bahwa penghapusan tariff mengakibatkan trade balance negara-negara ASEAN bernilai

    negatif (Sim-1). Artinya, nilai impor negara-negara tersebut jauh lebih besar daripada nilai

    eksporya. Penurunan trade balance yang paling besar dirasakan oleh negara Thailand.

    Sementara Indinesia, Philipina, Thailand dan negera ASEAN lainya menghasilkan trade balance

    yang positif (Sim-2 dan Sim-3). Artinya nilai ekspornya masih jauh lebih besar dibanding nilai

    impornya. Sebaliknya, term of trade (nilai tukar) di negara-negera ASEAN terlihat negatif pada

    simulasi 1 (Sim-1), dan positif pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3). Demikian pula nilai impor

    dan ekspor, negatif pada simulasi 1(Sim-1) dan positif pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3).

    Tabel 6. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadapTrade Balance,Term of Trade, Nilai Impor dan Nilai Ekspor Masing-Masing Negara (%)

    Temuan dampak makro ini sejalan dengan banyak studi yang berkesimpulan bahwa

    perdagangan bebas berimplikasi positif bagi negara-negara yang terlibat. Disamping

    meningkatkan kesejahteraan juga meningkatkan kuantitas perdagangan dunia dan efisiensi

    (Jim and Reuvid, 2004; Raimund, and Zhang, 2011). Namun, tak dapat dipungkiri bahwa

    kerjasama perdagangan juga akan meningkatkan kompetisi antar anggota (Kym Anderson, et,

    al., 2009). Namun apabila hal tersebut disikapi dengan bijak maka manfaat yang dapat

  • 15

    Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian -1.6 1.1 0.6 -2.7 -0.8 -4.2 -0.2 -2.6 -5.4 -1.3 -4.4 -10.6 -18.6 -3.3 -40.3 -0.4 -6.7 -14.12 Sayur_Buah -1.5 0.2 -1.1 -0.7 -4.8 -10.3 -0.4 0.8 1.3 -0.2 3.9 7.7 -1.0 -3.0 -5.1 -1.2 1.9 2.63 Mnyk_Lmk -0.3 5.1 9.6 -0.6 1.2 1.4 -0.4 1.7 2.7 -3.4 -1.6 -6.7 -20.0 14.5 -26.2 -9.6 -9.4 -28.84 Gula -2.7 4.8 6.8 -2.1 -6.4 -14.8 -4.9 2.0 -0.8 1.0 -3.0 -5.1 -7.2 9.4 -4.9 -9.5 2.9 -3.55 Animal_prods -0.6 9.1 17.4 -2.3 -6.3 -14.9 -2.0 -3.4 -8.9 -2.6 7.0 10.9 -14.0 -0.6 -29.2 2.5 20.9 43.76 Other_Agri 0.0 5.2 10.9 -0.8 -9.3 -18.2 -2.4 -6.9 -15.3 -0.6 -2.2 -4.0 -19.3 1.4 -36.3 -2.0 -4.4 -10.17 Manuf 0.0 -1.4 -3.2 1.6 0.3 1.8 1.4 -2.0 -2.8 1.4 -5.3 -9.5 -27.8 3.0 -52.9 1.4 -4.3 -7.58 Oil_Gas -0.2 -1.4 -3.2 -1.4 -11.4 -24.3 1.4 -6.4 -11.5 0.9 -8.3 -15.8 -26.2 15.7 -36.7 -1.4 -13.7 -29.19 Mining 0.2 1.6 3.1 -0.5 -8.6 -18.1 -0.1 -4.1 -8.5 -2.4 -9.1 -20.9 -28.2 -1.5 -58.2 -1.6 -1.7 -5.310 Other 0.3 -2.3 -4.3 0.1 6.4 12.9 0.1 3.0 6.2 -0.1 3.8 7.6 11.7 -1.1 22.2 1.1 5.8 12.7

    SingapurSektorNo Other ASEANIndonesia Malaysia Philipina Thailand

    diperoleh antara lain adalah peningkatan spesialisasi dan peningkatan perdagangan itu sendiri.

    Dengan keunggulan komparatif dari masing-masing negara, setiap negara dapat berfokus pada

    produksi barang yang mempunyai keunggulan komparatif sehingga akan terjadi realokasi faktor

    produksi. Pada akhirnya akan tercipta keseimbangan harga yang lebih murah dan output yang

    lebih banyak sehingga memberikan kesejahteraan lebih besar terhadap negara-negara yang

    terlibat.

    4.2. Dampak Terhadap Kinerja Sektoral

    Uraian berikut akan membahas dampak terhadap kinerja sektor ekonomi. Analisis yang

    dilakukan adalah berdasarkan perubahan yang terjadi pada beberapa variabel ekonomi, seperti

    output, ekspor, dan impor.

    1. Output

    Keterkaitan perubahan output dapat dipelajari pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7,

    dampak liberealisasi perdagangan antar negera-negara ASEAN tidak selalu dapat mendorong

    peningkatan output pada berbagai sektor ekonomi, baik di Indonesia maupun di negara-negara

    ASEAN lainnya. Di Indonesia, misalnya sektor yang mengalami peningkatan output hampir

    semua sektor pertanian kecuali sayuran dan buah yang mengalami penurunan output sebesar

    1,1% (Sim-3). Peningkatan output ini diduga karena dukungan domestik yang diberikan dalam

    implementasi AEC, meskipun lebih kecil bila dibandingkan dengan dukungan domestik yang

    dilakukan oleh negara-negara mitra ASEAN.

    Tabel 7. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap ouput di Masing-masing Negara ASEAN (%)

  • 16

    Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian 0.0 -1.4 -3.0 0.0 -40.5 -57.4 0.0 -11.5 -23.0 0.2 21.9 40.6 0.1 -0.8 -1.92 Sayur_Buah 0.1 -5.2 -10.2 0.0 -8.2 -17.2 0.0 -12.1 -24.2 0.0 0.2 0.8 0.0 2.5 4.93 Mnyk_Lmk -0.2 -47.4 -95.1 0.0 -22.8 -39.4 -0.2 -7.2 -14.6 0.3 31.7 63.8 -0.1 6.1 12.14 Gula 0.1 -15.4 -30.5 0.0 -16.0 -33.1 0.0 -16.0 -31.9 0.0 -4.6 -9.2 0.1 4.4 8.95 Animal_prods 0.0 10.0 19.8 0.0 -43.6 -84.6 0.0 0.7 1.4 0.0 -4.5 -8.9 0.1 2.4 4.86 Other_Agri 0.0 -8.3 -16.2 0.0 1.0 -0.9 0.0 1.8 3.7 0.0 3.8 7.9 0.0 1.0 2.17 Manuf 0.0 9.9 19.7 0.0 16.5 33.8 0.0 6.1 12.2 0.0 -2.6 -5.2 -0.1 -8.0 -16.28 Oil_Gas 0.0 -10.4 -20.9 0.0 21.4 43.0 0.0 37.3 74.7 0.0 6.3 12.7 0.0 -4.0 -8.19 Mining 0.0 -3.6 -7.4 0.1 5.8 12.3 0.0 -2.1 -4.2 0.0 -0.3 -0.7 0.0 2.6 5.310 Other 0.0 -0.6 -1.1 0.0 -2.2 -4.5 0.0 -1.2 -2.3 0.0 -0.2 -0.4 0.0 1.1 2.3

    Rest of WorldChinaNo Sektor Jepang EU_25 USA

    Adapun output yang mengalami peningkatan terbesar di Indonesia adalah sektor minyak

    sayur dan lemak, masing masing sebesar 5,1% (Sim-2) dan 9,6% (Sim-3). Sementara untuk

    output pertanian di negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia terlihat hanya sektor minyak

    sayur dan lemak yang mengalami peningkatan sebesar 1,2% (Sim-2) dan 1,4% (Sim-3).

    Kondisi ini berbeda dengan negara-negara mitra ASEAN, yang sebagian output pertaniannya

    umumnya mengalami penurunan (Tabel 8).

    Tabel 8. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap ouput di

    Masing-masing Negara Mitra ASEAN (%)

    2. Ekspor

    Dampak implementasi AEC terhadap kinerja ekspor dari seluruh sektor ekonomi di

    negara-negara ASEAN dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel tersebut menunjukkan bahwa hampir

    semua sektor ekonomi Indonesia mengalami peningkatan jumlah ekspor. Hal ini terjadi diduga

    karena output dari sektor tersebut di Indonesia mengalami peningkatan, disamping beberapa

    sektor memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor, baik dalam

    kualitas, maupun kuantitas.

    Berbeda halnya dengan negara-negara ASEAN lainnya, misalnya Thailand sektor biji-

    bijian, minyak sayur dan lemak, gula dan lainnya mengalami penurunan jumlah ekspor (Sim-2).

    Demikian pula negara-negara mitra ASEAN (Tabel 10), seperti China untuk produksi hewani

    dan produk hewani mengalami penurunan jumlah ekspor sebesar 0,03% (Sim-1). Namun

    demikian sektor tersebut akan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 95,26% pada

    simulasi 2 (Sim-2) dan 189,4% pada simulasi 3 (Sim-3).

  • 17

    Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian 10.23 30.43 66.65 7.55 38.33 81.53 4.68 36.11 73.11 2.25 -9.57 -18.09 10.21 -24.99 -42.24 1.93 -35.69 -70.942 Sayur_Buah 7.93 10.86 29.15 3.14 -13.52 -23.87 2.75 7.81 18.67 2.05 21.06 44.13 3.35 -19.45 -35.74 -1.19 11.80 21.973 Mnyk_Lmk 10.83 9.57 29.39 3.39 2.57 7.95 2.30 25.04 50.90 25.13 -11.17 2.04 27.46 -31.18 -35.87 7.64 -25.70 -45.004 Gula 23.65 3.96 31.16 9.67 -14.83 -20.10 5.74 26.53 58.04 2.55 -5.67 -9.28 57.41 -12.40 31.97 7.41 -9.07 -11.245 Animal_prods 7.17 60.21 126.25 9.18 -16.86 -25.02 11.97 -40.01 -69.23 1.93 26.24 52.39 14.84 -19.20 -25.04 8.20 37.99 83.296 Other_Agri 4.50 18.09 42.82 3.71 -11.02 -16.34 3.73 -14.12 -18.74 4.19 1.70 9.68 4.23 -18.52 -31.85 3.85 -5.69 -5.817 Manuf 8.49 6.64 21.05 2.94 6.37 15.22 2.89 8.83 20.16 4.30 1.78 7.38 4.24 -26.88 -49.82 4.89 5.36 15.178 Oil_Gas 2.31 0.40 2.93 1.87 -28.31 -54.99 14.33 -48.54 -82.88 18.63 -40.43 -62.84 20.25 -30.14 -40.08 0.13 -14.89 -29.839 Mining 1.62 7.88 16.91 5.80 -6.67 -7.88 1.87 3.60 8.79 0.64 -3.80 -7.46 4.63 -33.76 -63.19 4.06 7.82 19.2010 Other 0.84 56.74 113.80 -1.45 43.71 85.71 -0.66 26.80 52.62 -3.84 41.65 78.96 -2.86 32.23 61.52 -0.89 41.25 81.23

    Singapur Other ASEANNo Sektor Indonesia Malaysia Philipina Thailand

    Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian 1.63 31.82 54.90 1.47 70.46 131.39 0.05 85.00 169.69 0.46 87.02 163.35 0.66 3.17 4.912 Sayur_Buah 3.78 25.69 55.32 0.11 44.99 86.69 0.04 37.43 74.91 0.20 63.55 128.29 0.05 15.39 30.823 Mnyk_Lmk 0.29 74.30 146.35 1.04 238.32 430.18 -0.44 97.26 194.03 0.73 94.32 189.35 0.56 16.77 33.854 Gula 2.38 59.87 121.91 13.49 107.52 228.58 0.09 73.76 147.66 0.31 116.14 232.89 0.66 19.31 39.345 Animal_prods -0.03 95.26 189.44 1.94 141.18 282.99 0.03 124.85 249.54 0.75 159.40 319.35 0.61 32.15 64.386 Other_Agri 0.24 83.04 168.65 0.52 102.25 207.40 0.02 79.05 158.46 0.16 125.65 253.01 0.09 17.68 36.297 Manuf 0.03 107.25 214.35 0.03 96.36 195.04 -0.03 95.98 191.82 0.11 142.33 284.75 -0.08 11.48 22.748 Oil_Gas -0.09 231.40 462.68 0.02 425.31 865.27 -0.04 300.70 601.32 -0.10 268.31 536.50 0.05 -3.17 -6.319 Mining 0.23 86.09 172.25 0.52 109.37 220.96 0.04 95.09 190.19 0.12 135.89 271.91 0.05 18.00 36.0310 Other 0.20 56.54 113.22 0.20 54.26 109.37 0.19 47.89 96.00 0.19 107.07 214.34 0.15 54.80 109.77

    No Sektor China Jepang EU_25 USA Rest of World

    Tabel 9. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap volume ekspor di Masing-masing Negara ASEAN (%)

    Peningkatan ekspor dari beberapa negara ASEAN dan mitra ASEAN merupakan

    konsekuensi dari implementasi AEC dimana penghapusan hambatan perdagangan telah

    menjadikan arus lalu lintas barang, jasa, kapital dan tenaga kerja menjadi lebih lancar dan

    efisen. Disamping itu, dengan implementasi AEC juga menjadikan suatu negara akan cenderung

    mengekspor suatu produk yang ketersediaannya berlimpah di negara tersebut atau dengan

    kata lain akan cenderung mengekspor produk yang bersifat excess supply.

    Tabel 10. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap volume ekspor di Masing-masing Negara Mitra ASEAN (%)

  • 18

    Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian 13.11 1.62 17.24 1.65 -2.82 -3.33 -1.80 7.95 14.95 51.68 15.26 83.69 3.70 -4.18 -4.23 9.30 11.35 32.742 Sayur_Buah 33.10 -0.69 31.99 1.34 -0.17 1.09 12.03 10.24 32.95 11.05 6.27 23.98 0.35 -4.74 -8.91 4.23 16.37 37.093 Mnyk_Lmk 64.41 4.70 74.15 25.61 5.96 37.42 -0.34 10.57 21.42 7.92 -0.54 7.41 12.29 -12.53 -12.96 4.69 6.33 17.494 Gula 4.62 -4.58 -4.26 7.89 1.74 11.55 57.41 -2.12 53.55 50.10 16.18 83.50 16.73 -4.23 8.45 43.58 2.34 48.575 Animal_prods 17.00 3.96 25.25 9.02 6.17 21.64 18.10 26.56 71.64 21.63 18.40 58.51 5.08 7.09 19.36 12.69 28.32 69.286 Other_Agri 7.06 2.91 13.36 7.33 5.44 18.74 7.29 16.28 40.33 7.45 7.51 23.15 6.54 1.91 10.72 6.74 8.81 24.747 Manuf 8.39 -0.65 7.22 3.45 7.84 19.05 3.23 15.13 33.43 6.55 6.71 20.04 4.06 -6.44 -8.92 3.45 9.57 22.628 Oil_Gas 2.60 3.89 10.48 8.98 -2.07 4.97 1.48 -0.46 0.55 4.50 -4.77 -5.04 12.65 -20.65 -28.63 2.29 5.54 13.459 Mining 3.68 3.67 11.14 4.23 6.59 17.33 1.77 4.63 11.01 3.97 2.66 9.20 4.92 -5.10 -5.34 4.66 5.74 16.1510 Other -0.30 -2.06 -4.18 0.77 12.40 25.72 0.46 20.32 41.27 1.60 11.11 24.13 1.04 20.03 41.14 0.97 13.05 27.31

    SektorNo Indonesia Malaysia Philipina Thailand Singapur Other ASEAN

    3. Impor

    Implementasi AEC juga mendorong peningkatan jumlah impor seperti terlihat pada

    Tabel 11 dan 12. Hampir semua sektor ekonomi di Indonesia kecuali sektor lainnya mengalami

    peningkatan impor dengan persentase yang berbeda-beda. Peningkatan impor terbesar terjadi

    pada sektor minyak sayur dan lemak, sayur dan buah (Sim-1 dan Sim-3). Peningkatan impor

    yang terjadi, baik di Indonesia maupun di negera-negara ASEAN lainnya dimungkinkan karena

    bahan baku yang digunakan untuk memproduksi barang konsumsi dalam negeri dan sebagian

    lagi diproduksi untuk diekspor adalah berasal dari impor. Disamping itu, peningkatan impor

    tersebut umumnya didominasi oleh impor untuk konsumsi. Hal ini terjadi karena meningkatnya

    jumlah penduduk menyebabkan jumlah konsumsi menjadi sangat besar sehingga akan

    meningkatkan jumlah impor. Hasil simulasi ini membuktikan bahwa teori perdagangan yang

    menyatakan bahwa penghapusan tarif akan berdampak terhadap peningkatan impor oleh

    negara yang melakukan penghapusan tarif tersebut.

    Tabel 11. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap volume impor di Masing-masing Negara ASEAN (%)

  • 19

    Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian 0.32 201.52 403.54 0.04 119.30 164.66 -0.03 111.42 222.98 0.13 119.57 237.78 0.02 9.98 20.462 Sayur_Buah 0.20 67.16 134.66 0.14 63.97 131.13 -0.01 41.22 82.47 -0.01 39.18 78.10 0.04 -1.61 -3.143 Mnyk_Lmk 0.42 78.55 157.71 0.09 22.91 36.55 0.04 70.24 140.60 0.55 90.23 180.63 0.84 1.86 4.574 Gula -0.31 99.47 198.93 0.06 36.05 69.88 -0.03 99.61 199.23 0.08 61.92 123.90 -0.09 -5.97 -11.985 Animal_prods 0.15 173.89 348.05 0.14 105.29 202.71 0.08 133.80 267.65 0.08 111.84 223.49 0.09 13.50 27.106 Other_Agri 0.11 99.66 199.76 0.28 100.62 222.70 0.01 92.32 184.69 0.05 83.59 167.24 0.06 11.55 23.247 Manuf 0.15 128.18 256.66 0.29 154.23 310.06 -0.02 114.72 229.42 0.04 89.17 178.45 0.02 14.12 28.298 Oil_Gas 0.04 58.50 117.14 0.02 27.96 56.41 -0.01 72.90 145.80 -0.01 46.25 92.50 0.13 6.91 13.969 Mining 0.03 104.85 209.84 0.12 84.02 168.50 -0.02 96.94 193.83 -0.03 77.73 155.44 0.00 7.47 14.9510 Other -0.10 79.76 159.51 -0.03 86.37 172.21 -0.07 92.65 185.23 -0.08 54.02 107.94 -0.07 7.00 13.94

    EU_25 USA Rest of WorldNo Sektor China Jepang

    Tabel 12. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap volume impor di Masing-masing Negara Mitra ASEAN (%)

    Secara teoritis peningkatan jumlah impor tersebut, setidak-tidaknya dapat disebabkan

    oleh dua faktor utama. Pertama, produk sejenis yang diproduksi dalam negeri kalah bersaing

    dengan produk yang masuk dari luar negeri. Kedua, produk yang diimpor tersebut berbeda,

    baik dari segi kualitas, jenis, maupun rasa, sehingga produk tersebut diimpor dari luar negeri.

    Dengan demikian suatu negara bisa saja menjadi pengimpor sekaligus pengekspor produk yang

    sama namun dengan motif, bentuk, jenis dan rasa yang berbeda. Berpijak dari argumen ini,

    maka dapat dimaknai bahwa peningkatan impor untuk kasus-kasus tertentu tidak sepenuhnya

    disebabkan oleh penurunan daya saing produk dalam negeri. Peningkatan impor bisa juga

    disebabkan oleh karena permintaan dalam negeri yang beraneka ragam dan kebutuhan

    tersebut bisa didatangkan dari luar negeri.

    5. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

    5.1. Kesimpulan

    1. ASEAN adalah pasar tujuan ekspor Indonesia yang utama untuk kelompok komoditi biji-

    bijian dan ternak dan produk ternak.

    2. Liberalisasi perdagangan melalui implementasi ASEAN Economic Community (AEC) akan

    meningkatkan kesejahteraan beberapa negara-negara ASEAN. Peningkatan kesejahteraan

    paling besar dirasakan oleh negara Thailand (US$ 469.8 juta) disusul kemudian dengan

    Malaysia (US$ 331.6 juta). Sementara Indonesia tercatat sebagai negara yang mengalami

  • 20

    peningkatan kesejahteraan terkecil (US$ 14.8 juta). Peningkatan kesejahateran ini akan

    lebih besar lagi apabila liberalisasi perdagangan juga dilakukan dengan negara-negara mitra

    ASEAN, seperti China, Jepang, USA, dan Uni Eropa.

    3. Implementasi AEC juga akan mempengaruhi keragaan ekonomi makro antar negara-negara

    ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN. Indonesia, misalnya mengalami peningkatan nilai

    GDP yang terkecil. Namun, trade balance Indonesia tercatat surplus pada simulasi 2 (Sim-

    2) dan 3 (Sim-3), masing-masing sebesar US $ 10,971 juta dan US $ 20,557 juta. Demikian

    pula nilai impor dan ekspor Indonesia, negatif pada simulasi 1 (Sim-1) dan positif pada

    simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3).

    4. Dampak liberealisasi perdagangan antar negera-negara ASEAN tidak selalu dapat

    mendorong peningkatan output pada berbagai sektor ekonomi, baik di Indonesia maupun di

    negara-negara ASEAN lainnya. Di Indonesia, misalnya sektor yang mengalami peningkatan

    output hampir semua sektor pertanian kecuali sayuran dan buah. Adapun output yang

    mengalami peningkatan terbesar di Indonesia adalah sektor minyak sayur dan lemak, masing

    masing sebesar 5,1% (Sim-2) dan 9,6% (Sim-3). Demikian pula dengan jumlah ekspor dan

    impor, hampir semua sektor ekonomi Indonesia mengalami peningkatan dengan persentase

    yang berbeda-beda.

    5.2. Implikasi Kebijakan

    Cita-cita dan harapan untuk menjadi negara maju dengan tingkat kesejahteraan

    msayarakat yang tinggi tentu diharapkan oleh semua negara. Jalan untuk mencapai hal

    tersebut tentu tidaklah mudah dan sangat sulit ditempuh. Kerangka kerjasama perdagangan

    antar negara-negara ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN dengan konsep ASEAN Economic

    Community (AEC) yang telah disepakati bersama perlu disikapi dengan bijaksana oleh berbagai

    pihak. Beberapa langkah strategis yang harus dilakukan oleh pemerintah, khususnya dalam

    kontek liberalisasi perdagangan sektor pertanian, antara lain;

    1. Pemerintah Indonesia harus memproteksi sektor pertanian dari tekanan liberalisasi

    perdagangan sektor pertanian dalam kerangka ASEAN Economic Community (AEC) agar

    terhindar dari potensi kerugian akibat liberalisasi tersebut. Proteksionisme perdagangan

    tersebut sebaiknya diselaraskan dengan kepentingan nasional, seperti ketahanan pangan,

    dan pengentasan kemiskinan.

  • 21

    2. Pemerintah harus menciptakan iklim usaha yang kondusif di sektor pertanian dan

    menyediakan infrastruktur pendukung yang baik agar Indonesia bisa memperoleh manfaat

    dari liberalisasi perdagangan sektor pertanian. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan

    investasi seperti yang terjadi di beberapa negara berkembang seperti China, Thailand, dan

    Philipina. Kebijakan peningkatan investasi tersebut juga perlu disertai dengan strategi untuk

    melakukan pengembangan komoditas berbasis pasar, pengembangan konektivitas,

    sumberdaya manusia dan teknologi serta penataan sistem manajemen dengan tetap

    memperhatikan prinsip keberlanjutan, peningkatan daya saing, dan modernisasi.

    3. Diperlukan upaya dan terobosan dari Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya sehingga

    komoditi pertanian juga mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya dan negara-

    negara mitra ASEAN. Kebijakan tersebut bisa dilakukan antara lain dengan mengembangkan

    akses pasar yang lebih besar bagi komoditi pertanian untuk memasuki pasar negara-negara

    ASEAN dan pasar negara-negara mitra ASEAN. Oleh karena itu, Indonesia perlu

    berkosentrasi pada pengngembangan komoditas ekspor yang mempunyai daya saing tinggi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Avinas Dixit and Victor Norman. 2002. Theory of International Trade: A dual, General Equilibrium Approach. Cambridge University Press.

    Burfisher, Mary (2011). Introduction to Computable General Equilibrium Models, Cambridge University Press.

    Dixon, Peter B. and Dale W. Jorgenson (eds.). 2012. Handbook of Computable General Equilibrium Modeling. Volumes 1A and 1B. North Holland, Elsevier B.V.

    Hans J. Michelmann, Rude J, Stabler J, and Storey (edited). 2001. Lynne Rienner Publisher, Inc. London.

    Hertel, T.W. 1997. Global Trade Analysis: Modeling and Application. published by Cambridge University Press

    James C. Moore. 2007. General Equilibrium and Welfare Economic. Springer Berlin Heidelberg. New York.

    Jim Sherlock and Jonathan Reuvid (eds.). 2004. The Handbook of International Trade: A Guide to Principles and Practice of Export. The Institute of Export. GMB Publishing. London.

  • 22

    Kym Anderson, Stringer R, Erwidodo, and Feridhanusetyawan (eds.). 2009. Indonesia in a Reforming World Economy: Effect on Agriculture, Trade and Environment. University Adelaide Press.

    Lionel W. McKenzie. 2002. Classical General Equilibrium Theory. The MIT Press Cambrige, massachusetts London, England.

    Manuel Alejandro C, Guerra A, I and Sancho. 2012. Applied General Equilibrium. Springer Dordrecht Heidelberg London New York.

    Raimund Bleischwitz, Welfens P,J,J and Zhang Z (eds.). 2011. International Economics of Resources Efficiency: Eco-Innovation Policy for a Green Economy. Physica-Verlag. Springer Berlin Heidelberg. New York

    Ross M. Starr. 2011. General Equilibrium Theory. Cambridge University Press.

    Tabel Lampiran 1. Kontribusi ASEAN Terhadap Total Ekspor Indonesia, 2008-2012 (Juta US$)

    Tujuan Ekspor

    Produk

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    2008 38.8 153.8 2089.1 54.8 47.3 3199.3 11970.5 5265.4 4034.0 317.7

    2009 18.7 143.2 1767.5 45.9 41.4 3039.4 10281.5 6056.9 2837.6 391.8

    2010 18.2 175.5 2923.3 67.3 52.0 3816.2 13327.9 9008.4 3675.4 283.4

    2011 8.2 196.0 3910.2 65.8 62.9 4780.0 14888.8 13429.8 4374.4 382.8

    2012 17.6 191.9 3370.8 71.0 63.3 4308.6 15630.8 14093.1 3857.8 226.4 Trend (%)

    ASEAN -26.1 7.5 16.7 8.6 10.0 10.3 9.0 26.2 3.2 -6.0

    2008 47.6 733.8 15776.2 147.9 72.5 21239.8 46520.4 39782.5 8335.4 4364.3

    2009 22.4 637.3 12352.2 153.0 67.4 16915.0 41304.4 32952.3 6245.7 5860.4

    2010 19.9 674.7 16502.4 174.8 81.5 24433.9 51881.0 46765.3 9032.0 8213.5

    2011 10.3 913.8 21891.1 192.4 89.4 32463.8 60988.0 68921.1 10600.6 7426.2

    2012 20.3 840.2 21523.2 200.3 87.2 29710.5 60618.9 63385.1 8479.7 5166.3 Trend (%)

    Dunia -27.7 6.4 11.9 8.3 6.4 13.0 9.2 16.5 5.4 5.1

    Pangsa 2008 81.6 21.0 13.2 37.1 65.3 15.1 25.7 13.2 48.4 7.3

    2009 83.5 22.5 14.3 30.0 61.4 18.0 24.9 18.4 45.4 6.7

    2010 91.5 26.0 17.7 38.5 63.7 15.6 25.7 19.3 40.7 3.5

    2011 79.6 21.5 17.9 34.2 70.3 14.7 24.4 19.5 41.3 5.2

    2012 86.6 22.8 15.7 35.5 72.5 14.5 25.8 22.2 45.5 4.4

  • 23

    Keterangan: 1=biji-bijian; 2=sayuran dan buah; 3=minyak sayur dan lemak; 4=gula; 5=hewani dan produk hewani; 6=komoditi pertanian lainnnya; 7=manufaktur; 8=minyak dan gas; 9=pertambangan; dan 10=komoditi lainnya.

    Tabel Lampiran 2 Kontribusi ASEAN Terhadap Total Impor Indonesia, 2008-2012 (Juta US$)

    Asal Impor

    Produk

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    2008 232.5 170.7 111.2 359.0 203.8 1164.9 17517.3 18407.3 2811.9 16.4

    2009 202.6 201.6 128.8 287.5 118.5 912.2 14167.8 9714.1 2000.5 8.9

    2010 446.7 199.9 190.6 598.4 139.5 1390.9 18369.6 15115.9 2568.1 18.2

    2011 1656.8 335.9 267.5 875.0 181.5 1807.4 21678.4 21386.8 3084.6 26.3

    2012 930.0 307.3 164.0 948.3 182.1 2060.3 23583.4 22025.6 3598.2 22.9 Trend (%)

    ASEAN 41.1 16.8 14.2 28.8 1.2 18.3 10.3 10.9 9.4 16.5

    2008 2328.0 811.5 987.5 458.0 1856.2 7367.3 68684.6 30682.3 15964.9 103.6

    2009 1611.6 976.3 955.7 704.6 1577.2 5656.2 56014.9 19090.4 10156.7 85.7

    2010 2313.4 1168.2 1282.4 1252.8 2205.6 8496.0 75168.0 27530.7 14474.2 1772.0

    2011 4938.5 1532.1 1767.9 1900.3 2338.6 11393.0 92604.9 40840.2 18167.5 1952.5

    2012 3938.6 1471.8 1680.3 1884.9 2051.0 10854.2 103007.9 42764.2 21695.4 2342.7 Trend (%)

    Dunia 21.6 15.7 16.5 32.7 5.7 14.5 13.3 14.3 12.1 50.7

    Pangsa 2008 10.0 21.0 11.3 78.4 11.0 15.8 25.5 60.0 17.6 15.8

    2009 12.6 20.7 13.5 40.8 7.5 16.1 25.3 50.9 19.7 10.4

    2010 19.3 17.1 14.9 47.8 6.3 16.4 24.4 54.9 17.7 1.0

    2011 33.5 21.9 15.1 46.0 7.8 15.9 23.4 52.4 17.0 1.3

    2012 23.6 20.9 9.8 50.3 8.9 19.0 22.9 51.5 16.6 1.0 Keterangan: 1=biji-bijian; 2=sayuran dan buah; 3=minyak sayur dan lemak; 4=gula; 5=hewani dan

    produk hewani; 6=komoditi pertanian lainnnya; 7=manufaktur; 8=minyak dan gas; 9=pertambangan; dan 10=komoditi lainnya.

  • 24

    Tabel Lampiran 3. Pertumbuhan Perimbangan Perdagangan Indonesia dengan ASEAN, 2008- 2012 (Juta US$)

    Tahun

    Produk

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    2008 38.8 153.8 2089.1 54.8 47.3 3199.3 11970.5 5265.4 4034.0 317.7

    2009 18.7 143.2 1767.5 45.9 41.4 3039.4 10281.5 6056.9 2837.6 391.8

    2010 18.2 175.5 2923.3 67.3 52.0 3816.2 13327.9 9008.4 3675.4 283.4

    2011 8.2 196.0 3910.2 65.8 62.9 4780.0 14888.8 13429.8 4374.4 382.8

    2012 17.6 191.9 3370.8 71.0 63.3 4308.6 15630.8 14093.1 3857.8 226.4

    Ekspor -26.1 7.5 16.7 8.6 10.0 10.3 9.0 26.2 3.2 -6.0

    2008 232.5 170.7 111.2 359.0 203.8 1164.9 17517.3 18407.3 2811.9 16.4

    2009 202.6 201.6 128.8 287.5 118.5 912.2 14167.8 9714.1 2000.5 8.9

    2010 446.7 199.9 190.6 598.4 139.5 1390.9 18369.6 15115.9 2568.1 18.2

    2011 1656.8 335.9 267.5 875.0 181.5 1807.4 21678.4 21386.8 3084.6 26.3

    2012 930.0 307.3 164.0 948.3 182.1 2060.3 23583.4 22025.6 3598.2 22.9

    Impor 41.1 16.8 14.2 28.8 1.2 18.3 10.3 10.9 9.4 16.5

    2008 -193.7 -16.9 1977.9 -304.2 -156.4 2034.4 -5546.9 -13141.9 1222.1 301.3

    2009 -183.9 -58.4 1638.8 -241.6 -77.1 2127.2 -3886.2 -3657.2 837.0 382.9

    2010 -428.4 -24.5 2732.7 -531.1 -87.6 2425.2 -5041.8 -6107.5 1107.3 265.2

    2011 -1648.6 -139.9 3642.7 -809.1 -118.7 2972.6 -6789.5 -7957.0 1289.8 356.4

    2012 -912.4 -115.4 3206.8 -877.3 -118.9 2248.3 -7952.6 -7932.6 259.6 203.4 Keterangan: 1=biji-bijian; 2=sayuran dan buah; 3=minyak sayur dan lemak; 4=gula; 5=hewani dan

    produk hewani; 6=komoditi pertanian lainnnya; 7=manufaktur; 8=minyak dan gas; 9=pertambangan; dan 10=komoditi lainnya.