Upload
dr-hermanto
View
26
Download
4
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Dengan direalisasi MEA pada 2015 maka Indonesia perlu memahami perkiraan dampak MEA terhadap perekonomian Indonesia agar dapat dilakukan tindakan antisipatif. Kajian ini bertujuan untuk memprediksi perkiraan dampak MEA terhadap perekonomian Indonesia dan mengulas perdagangan antara Indonesia dengan ASEAN serta perdagangan antara Indonesia dengan dunia
Citation preview
1
ANALISIS EKONOMI DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN INDONESIA
Hermanto, Reni Kustiari dan Erwidodo
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Abstract
The objective of this paper is to estimate the establishment of the ASEAN Economic Community (AEC) into a single market with the free movement of goods, services, foreign direct investment and skilled labor, and freer movement of capital encompassing nearly 600 million people to Indonesian economy. Originally, the target for the AEC was 2020, but it has been revised to 2015. The gains for Indonesian agriculture will not come automatically in part, because the driving force behind the ASEAN integration is not only market integration, but also production integration. Therefore, the investigation of the impact of the AEC on regional agricultural sector become an important issue as most ASEAN members still rely on this sector and because the sector provides a large percentage of employment. In this study ASEAN partners like China, Japan, EU, and USA was also analyzed in term of further expanded ASEAN market. A Computable General Equilibrium model/GTAP was used to estimate the impact of AEC. The GTAP simulations showed that the impact of AEC would increase the welfare of most ASEAN countries, such as Indonesia ($ US 14.8 Million), Malaysia ($US 331.6Million), Thailand ($US 469.8 Million), and Singapure ($ US 89.8Million). On the other hand, the welfare of EU community would decrease by around $US 463.1 million. In general, some of Indonesian output will decrease. This lead to the increase value of Indonesian import that higher than export. More efforts are required in order to increase the competitiveness of Indonesian output , especially the output of agricultural commodities during the implementation of the AEC. Thus, government should provide strong support to facilitate the development of agricultural sector. Indonesia may consider some facilitation role for the government such as the establishment and improvement of facilities and developing mechanism for attracting domestic and foreign investments in this sector.
Keywords: Economic Community, Computable General Equilibrium, welfare, Export, and import 1. Pendahuluan
Pada tahun 2007, para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen yang kuat untuk
mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan mempercepat target waktunya menjadi tahun
2015. Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang lain: Masyarakat
Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN.
Para pemimpin sepakat untuk mentransformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang
ditandai oleh pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan arus modal
yang lebih bebas. Dengan mempertimbangkan pentingnya perdagangan eksternal bagi
2
ASEAN dan kebutuhan Masyarakat ASEAN secara keseluruhan untuk tetap berpandangan
terbuka, MEA memiliki karakteristik utama sebagai berikut: (a) pasar tunggal dan basis produksi;
(b) kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; (c) kawasan pengembangan ekonomi yang
merata; dan (d) kawasan yang secara penuh terintegrasi ke dalam perekonomian global.
Melalui realisasi MEA, diharapkan ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi.
Pembentukan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi akan membuat ASEAN
lebih dinamis dan berdaya saing dengan mekanisme dan langkah-langkah baru guna
memperkuat pelaksanaan inisiatif-inisiatif ekonomi yang ada, mempercepat integrasi kawasan di
sektor-sektor prioritas, memfasilitasi pergerakan para pelaku usaha, tenaga kerja terampil dan
berbakat, dan memperkuat mekanisme kelembagaan ASEAN.
Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN terdiri dari atas lima elemen inti: (1) arus
barang yang bebas; (2) arus jasa yang bebas; (3) arus investasi yang bebas; (4) arus modal
yang lebih bebas; dan (5) arus tenaga kerja terampil yang bebas. Komponen dalam pasar
tunggal dan basis produksi adalah termasuk 12 (dua belas) sektor-sektor prioritas integrasi,
yakni produk berbasis agro, transportasi udara, otomotif, e-ASEAN, elektronika, perikanan,
pelayanan kesehatan, produk berbasis karet, tekstil dan pakaian, pariwisata, produk berbasis
kayu dan logistik, ditambah makanan, pertanian dan kehutanan.
Sebuah pasar tunggal untuk barang dan jasa akan memfasilitasi pengembangan jaringan
produksi di wilayah ASEAN dan meningkatkan kapasitas ASEAN sebagai pusat produksi global
dan sebagai bagian dari rantai pasokan dunia. Tarif akan dihapuskan dan hambatan non-tarif
secara bertahap juga akan dihapus. Perdagangan dan sistem kepabeanan yang
terstandardisasi, sederhana dan harmonis diharapkan dapat mengurangi biaya transaksi. Akan ada
pergerakan bebas para professional dan investor di berbagai sector.
Perwujudan kawasan ekonomi yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi
merupakan tujuan dari integrasi ekonomi ASEAN. Terdapat enam elemen inti bagi kawasan
ekonomi yang berdaya saing ini, yaitu: (1) kebijakan persaingan; (2) perlindungan
konsumen; (3) Hak Kekayaan Intelektual (HKI); (4) pembangunan infrastruktur; (5)
perpajakan; (6) e-commerce.
Di bawah karakteristik pembangunan ekonomi yang merata terdapat dua elemen
utama: (1) Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan (2) Inisiatif untuk Integrasi
ASEAN. Kedua inisiatif ini diarahkan untuk menjembatani jurang pembangunan baik pada
tingkat UKM maupun untuk memperkuat integrasi ekonomi agar semua anggota dapat
3
bergerak maju secara serempak dan meningkatkan daya saing ASEAN sebagai kawasan yang
memberikan manfaat dari proses integrasi kepada semua anggotanya.
ASEAN bergerak di sebuah lingkungan yang makin terhubung dalam jejaring global
yang sangat terkait satu dengan yang lain, dengan pasar yang saling bergantung dan industri
yang mendunia. Dua pendekatan yang ditempuh ASEAN dalam berpartisipasi dalam proses
integrasi dengan perekonomian dunia adalah: (1) pendekatan koheren menuju hubungan
ekonomi eksternal melalui Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area/FTA) dan kemitraan
ekonomi yang lebih erat (Closer Economic Partnership/CEP), dan (2) partisipasi yang lebih kuat
dalam jejaring pasokan global.
Sehubungan dengan realisasi MEA pada 2015 maka Indonesia perlu memahami
perkiraan dampak MEA terhadap perekonomian Indonesia agar dapat dilakukan tindakan
antisipatif. Kajian ini bertujuan untuk memprediksi perkiraan dampak MEA terhadap
perekonomian Indonesia dan mengulas perdagangan antara Indonesia dengan ASEAN serta
perdagangan antara Indonesia dengan dunia.
2. Metodologi
2.1. Jenis dan Sumber Data
Seluruh data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder. Sumber data aliran
perdagangan antara negara-negara ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN adalah COMTRADE
yang dikeluarkan oleh United Nations Commodity Trade Statistics Database. Data utama lainnya
adalah Data Base GTAP yang dikeluarkan oleh Centre for Global Trade Analysis, Purdue
University. Data GTAP adalah data yang melingkupi Input-Output Tabel masing-masing Negara
dan aliran perdagangan antar negara dengan banyak komoditas.
Data GTAP yang digunakan dalam kajian ini adalah GTAP versi 8 yang merupakan versi
terakhir yang terdiri dari 129 negara dan 57 sektor. Untuk keperluan kajian ini, data diagregasi
ke dalam 11 negara/regional dan 10 komoditas, karena kajian ini lebih difokuskan pada
bagaimana dampak kebijakan liberalisasi perdagangan dalam ASEAN Economic Community
(AEC) terhadap produk pertanian di Indonesia. Adapun agregasi negara adalah sebagai berikut
: (1) Indonesia, (2) Malaysia, (3) Philippines, (4) Singapore, (5) Thailand, (6) Negara ASEAN
lainnya, (7) China, (8) Jepang, (9) Amerika Serikat, (10) Uni Eropa/UE, dan (11) Sisa dari dunia.
Selanjutnya, dari sepuluh komoditas yang diaggregasikan terdapat 6 komoditas pertanian, yaitu
4
biji-bijian, sayuran dan buah, minyak sayur dan lemak, gula, produksi hewani dan produk
hewani dan komoditi pertanian lainnnya. Sedangkan yang non pertanian adalah kelompok
komoditi manufaktur, minyak dan gas, pertambangan dan sektor lainnya.
2.2. Metode Analisis
Analisis dampak liberalisasi perdagangan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dilakukan
dengan menggunakan model GTAP, yaitu model ekonomi keseimbangan umum (Computable
General Equilibrium/CGE) banyak negara dan banyak komoditas. CGE model merupakan salah
satu pendekatan analisis yang dapat menghitung dampak ekonomi di suatu negara atau
regional sebagai akibat adanya perubahan kebijakan. Kemampuan model CGE untuk
mengkaitkan kinerja ekonomi makro dan mikro dari suatu dampak kebijakan membuat model
CGE dapat digunakan sebagai informasi dalam pengambilan kebijakan secara komprehensif
(James, 2007).
Bahkan beberapa pakar ekonomi seperti Lionel (2002), Avinas and Norman (2002), Ross
(2011), Burfisher (2011), Manuel, et al., (2012) dan Dixon and Jorgenson (2012)
mengklasifikasikan model CGE sebagai pendekatan analisis yang melihat ekonomi sebagai
sistem yang komprehensif dengan komponen-komponennya yang saling terkait satu sama lain
(industri, rumah tangga, investors, pemerintah, importir dan eksportir).
Model GTAP merupakan aplikasi CGE model untuk kasus multi region yang dibangun
dengan dasar teori-teori mikroekonomi, dimana perilaku-perilaku di masing-masing agen
ekonomi (behavioral parameters) dijelaskan secara detail. Penekanan model GTAP terletak pada
aspek perdagangan internasional dengan tidak mengesampingkan ekonomi mikro dan makro
dari negara-negara di dunia. Karena itu, model GTAP ini banyak digunakan untuk menganalis
suatu kebijakan yang berkaitan dengan suatu perjanjian perdagangan baik bilateral, regional
maupun multilateral. Dengan model GTAP ini dapat dianalisis keuntungan atau kerugian jika
Masyarakat Ekonomi ASEAN diimplementasikan.
5
Sumber: Brockmeier (1996) Gambar 1. Aliran Nilai Barang didalam model ekonomi terbuka tanpa intervenssi
pemerintah
Standar model GTAP terdiri dari rumah tangga, pemerintah, dan perusahaan di masing-
masing ekonomi dengan struktur yang secara grafis dapat dilihat pada Gambar 1. Social welfare
function diasumsikan terdiri dari belanja swasta, national savings, dan belanja pemerintah.
Tabungan (Savings) dianggap sebagai proksi dari konsumsi yang ditunda. Dengan kendala
pendapatan pada masing-masing region (regional income constraint), maka setiap principal
agents memaksimalkan welfarenya.
Pada Gambar 1 terlihat rumah tangga regional menyediakan faktor produksi endowment
dalam bentuk faktor-faktor produksi utama, seperti lahan, tenaga kerja dan modal. Faktor
produksi tersebut akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Arus penjualan faktor produksi rumah tangga swasta ke produsen tersebut menjadi sumber
pendapatan bagi rumah tangga regional. Dengan demikian sumber pendapatan rumah tangga
regional diasumsikan hanya dari penjualan faktor endowment (tenaga kerja, lahan, modal)
kepada perusahaan. Sementara, pengeluaran rumah tangga regional berdasarkan pada agregat
6
fungsi utilitas (kepuasan) dimana pengeluaran dialokasikan pada tiga kategori, yaitu rumah
tangga swasta (private), pemerintah dan tabungan, dan arus pengeluaran rumah tangga
swasta.
Rumah tangga regional membelanjakan pendapatannya untuk barang-barang domestik
dan impor. Demikian pula pemrintah membelanjakan pendapatannya untuk menghasilkan
barang dan jasa perusahaan. Dalam pengertian ekonomi, produsen merupakan pemakai input
intermediate dan faktor endowment yang menghasilkan output barang dan jasa. Perusahaan
yang akan bertingkah laku sebagai produsen akan menggunakan input intermediate dan faktor
endowment untuk menghasilkan output barang dan jasa. Perusahaan juga menggunakan
impor produk antara dan ekspor komoditas ke Rest of the World (ROW). Struktur ekonomi ROW
diasumsikan identik dengan ekonomi domestik. Dengan dibukanya hubungan perdagangan
dengan luar, maka terdapat sumber impor yang masuk ke domestik dan juga merupakan tujuan
ekspor. Selain itu, di dalam model GTAP, terdapat sektor transportasi global dalam kegiatan
perdagangan internasional. Adanya aktivitas ini menimbulkan adanya perbedaan nilai, untuk
eskpor terlihat pada nilai FOB, dan untuk impor pada CIF.
Produsen disamping memproduksi barang untuk permintaan akhir juga melakukan
investasi yang dikumpulkan oleh bank global dan kemudian didistribusikan kepada rumah
tangga regional dalam bentuk saham atau portofolio global. Oleh karena itu, model GTAP, juga
mengasumsikan penjualan dari barang investasi dibiayai dari tabungan rumah tangga regional
sehingga terdapat arus pendapatan produsen dari tabungan. Sebagaimana model CGE lainnya,
model standar GTAP juga memberikan spesifikasi dari berbagai teori dan perilaku agen secara
eksplisit dalam bentuk persamaan matematis. Pemilihan bentuk fungsi mengacu pada 2 hal
utama, (i) kesesuaian teori, dan (ii) kenyataan empiris, serta (iii) kebutuhan kajian. Salah satu
bentuk fungsi (untuk selanjutnya kita sebut nesting) yang sering digunakan adalah bentuk
fungsi Cob-Douglas dimana parameter yang menunjukkan proporsi dari komponen
pembentuknya diasumsikan tetap. Jika harga relatif dari suatu komoditas berubah, maka
penggunaannya, katakan untuk konsumsi juga akan mengalami perubahan untuk
mempertahankan proporsi nominalnya sesuai dengan besaran parameter yang telah ditentukan
sebelumnya (relative share).
Secara lengkap model GTAP dapat dilihat di dalam Hertel (1997). Model GTAP diolah
dengan menggunakan software RunGTAP. Proses agregasi sektor dan negara/wilayah dilakukan
dengan menggunakan GTAPAgg. Proses pengolahan data dengan RunGTAP dilakukan dengan
7
melakukan penyesuaian closure dan shock sesuai dengan tujuan kajian. Olahan data ini akan
dihasilkan keluaran (output) seperti file solusi (solution file), perubahan volume (volume
changes) dan dekomposisi (decomposition).
Secara umum, closure yang digunakan dalam simulasi mengikuti closure standar GTAP
yakni: (1) Variabel harga dan kuantitas dari komoditas yang dapat diperdagangkan lintas
negara dan tidak termasuk dalam kategori endowment commodities, ditempatkan sebagai
variabel endogen, (2) Pendapatan setiap region adalah endogen, dan (3) Seluruh variabel
kebijakan, produktivitas (technical changes) dan populasi ditempatkan sebagai variabel
eksogen.
Dalam melakukan simulasi untuk melihat dampak implementasi ASEAN Economic
Community (AEC) terhadap perdagangan internasional antar negara-negara ASEAN dan negara-
negara mitra ASEAN dilakukan dengan beberapa skenario, antara lain: (1) Liberalisasi
perdagangan dilakukan dengan penghapusan tarif bea masuk antar negara-negara ASEAN, (2)
Liberalisasi perdagangan tidak sepenuhnya dilakukan antar negara-negara ASEAN dengan
negara mitra ASEAN, yaitu 50% penghapusan tarif antar negara-negara ASEAN dan 50%
penghapusan tarif dan subsidi di negara-negra mitra ASEAN (China, Jepang, USA dan EU), dan
(3) Liberalisasi perdagangan sepenuhnya dilakukan, baik antar negara ASEAN maupun dengan
negara-negara mitra ASEAN.
3. Perkembangan Perdagangan Indonesia dengan ASEAN Rata-rata nilai bilateral perdagangan Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN
disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa perdagangan antara Indonesia
dengan Philipina, Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam dan Timor Leste mengalami surplus.
Sebaliknya, deficit perdagangan Indonesia dengan Singapur mencapai US$ 7441 juta. Demikian
juga deficit perdagangan Indonesia dengan Thailand, Brunei dan Malaysia masing-masing
mencapai US$ 3253 Juta, US$ 960 Juta dan US$ 205 Juta.
Trend total nilai ekspor Indonesia selama 5 tahun (2008-2012) sebesar 11,99%, atau
meningkat dari US$ 137.02 milyar pada 2008 menjadi US$ 190.03 milyar pada 2012.
Sementara, trend ekspor Indonesia ke ASEAN mencapai 13,84% atau meningkat dari US$ 27.17
milyar pada 2008 menjadi US$ 41.83 milyar pada 2012. Pangsa ekspor ASEAN cenderung
meningkat terus dari 19,83% pada 2008 menjadi 22,01% terhadap total ekspor Indonesia pada
2012.
8
Tabel 1. Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara ASEAN, 2008-2012 (Rata-rata
Juta US$)
No Indonesia ASEAN
Ekspor Impor surplus/defisit 1 Malaysia 8976.57 9181.75 -205.18 2 Philipina 3009.38 731.58 2277.80 3 Singapura 14485.38 21926.66 -7441.28 4 Thailand 4798.69 8052.43 -3253.74 5 Brunei Darussalam 71.79 1032.12 -960.33 6 Myanmar 294.15 45.08 249.07 7 Kamboja 228.93 5.93 223.00 8 Lao 9.31 1.17 8.14 9 Viet Nam 1940.25 1498.33 441.92
10 Timor Timur 180.46 1.30 179.16
ASEAN 33994.91 42476.35 -8481.44
Sumber: UNCOMTRADE, 2008-2012
Laju pertumbuhan impor Indonesia dari ASEAN lebih kecil dibandingkan dengan
peningkatan total impor. Impor Indonesia dari ASEAN turun dari US$ 41 milyar pada 2008
menjadi hanya US$ 27,74 milyar pada 2009, namun kemudian terus meningkat mencapai US$
53.82 milyar, atau meningkat dengan laju sekitar 11,56% per tahun. Sama seperti impor dari
ASEAN, total impor Indonesia turun dari US$ 129,24 milyar pada 2008 menjadi hanya US$
96,83 milyar pada 2009, kemudian terus meningkat mencapai US$ 191.69 milyar, atau
meningkat dengan laju sekitar 14,06% per tahun (Tabel 2).
Tabel 2. Kontribusi ASEAN terhadap Total Perdagangan Indonesia, 2008-2012 (Milyar US$)
Tahun Ekspor Impor
Dunia ASEAN % Dunia ASEAN % 2008 137.02 27.17 19.83 129.24 41.00 31.72 2009 116.51 24.62 21.13 96.83 27.74 28.65 2010 157.78 33.35 21.14 135.66 39.04 28.78 2011 203.50 42.10 20.69 177.44 51.30 28.91 2012 190.03 41.83 22.01 191.69 53.82 28.08
Trend (%/tahun) 11.99 13.84 1.87 14.06 11.56 -2.40 Sumber: UNCOMTRADE 2008-2012
9
Pangsa pasar ASEAN terhadap total ekspor bijian Indonesia cenderung meningkat dari
81.6% pada 2008, naik menjadi 91,5% pada 2010, namun kemudian turun menjadi 86,6%
pada 2012 (Tabel Lampiran 1). Hal sama terjadi pada impor sayur dan buah, minyak dan
lemak sayur, ternak dan produk ternak dan minyak dan gas ketergantungan Indonesia terhadap
pasar ASEAN cenderung meningkat. Sebaliknya, kontribusi pasar ASEAN untuk ekspor Indonesia
kelompok komoditi gula dan produk gula, pertanian lainnya, tambang, dan komoditi lainnya
cenderung menurun. Kontribusi pasar ASEAN untuk ekspor Indonesia kelompok komoditi
manufaktur relatif konstan, yaitu sekitar 25,7% pada 2008 dan 25,8% pada 2012.
Laju pertumbuhan ekspor ke pasar ASEAN lebih tinggi dibandingkan dengan ke pasar
dunia untuk kelompok komoditi sayur dan buah, minyak dan lemak sayur, gula dan produk
gula, ternak dan produk ternak, dan minyak dan gas. Bahkan laju pertumbuhan ekspor minyak
dan gas ke ASEAN mencapai 26,2% sedangkan ekspor ke dunia hanya tumbuh sekitar 16,5%.
Pangsa pasar ASEAN terhadap total impor Indonesia cenderung menurun, kecuali untuk
kelompok biji-bijian meningkat dari 10.0% pada 2008 menjadi 23,6% pada 2012, bahkan pada
2011 mencapai 33,5% (Tabel Lampiran 2). Penurunan yang drastic tampak pada kelompok gula
dan produk gula, yaitu dari 78,4% pada 2008 menjadi 50,3% pada 2012. Hal sama terjadi pada
impor minyak dan lemak sayur, ternak dan produk ternak dan kelompok komoditas lainnya.
Sedangkan kontribusi pasar ASEAN untuk impor Indonesia kelompok komoditi sayur dan buah,
manufaktur dan pertambangan cenderung konstan.
Laju pertumbuhan impor dari pasar ASEAN lebih tinggi dibandingkan dengan ke pasar
dunia untuk kelompok komoditi biji-bijian, sayur dan buah, dan komoditi pertanian lainnya.
Bahkan laju pertumbuhan impor biji-bijian dari ASEAN mencapai 41,1% sedangkan impor dari
pasar dunia tumbuh sekitar 21,6%. Dengan demikian walaupun pangsa pasar ASEAN terhadap
impor Indonesia relatif kecil namun pertumbuhannya cukup besar untuk komoditi biji-bijian.
Perkembangan perdagangan biji-bijian Indonesia dengan ASEAN pada 2008 tercatat
deficit bagi Indonesia sebesar US$ 193,7 Juta, kemudian mengalami peningkatan yang cukup
signifikan yakni menjadi sebesar US$ 1648,6 Juta atau meningkat sebesar 75,1% per tahun
selama 2008-2011. Namun pada 2012 impor biji-bijian turun kembali menjadi hanya turun
menjadi hanya US$ 912,4 Juta.
Untuk kelompok komoditi biji-bijian, sayur dan buah, gula dan produk gula, pertanian
lain, manufaktur, pertambangan dan komoditi lainnya pertumbuhan ekspor Indonesia ke ASEAN
lebih kecil dibanding dengan impornya. Bahkan ekspor biji-bijian turun dengan laju sebesar
10
26,1%, sedangkan impornya tumbuh sebesar 41,1%. Demikian pula ekspor kelompok
komoditas lainnya turun dengan laju sebesar 6,0%, sedangkan impornya tumbuh sebesar
16,5%. Pertumbuhan ekspor Indonesia ke ASEAN lebih besar dibanding dengan impornya
hanya ditunjukan oleh kelompok komoditi minyak dan lemak sayur, ternak dan produk ternak,
dan komoditi minyak dan gas. Hal ini menunjukkan bahwa ASEAN merupakan pasar yang cukup
prospektif untuk tujuan ekspor untuk kelompok komoditi minyak dan lemak sayur, ternak dan
produk ternak, dan minyak dan gas.
4. Dampak Liberalisasi Perdagangan Salah satu bentuk implementasi ASEAN Economic Community (AEC) adalah diberlakunya
penghapusan tarif bea masuk antara negara-negara ASEAN. Diharapkan dengan penghapusan
tarif bea masuk akan terbentuk kawasan yang lebih dinamis serta kompetitif sehingga
kesenjangan ekonomi di antara negara-negara anggota ASEAN dapat dikurangi. Namun dalam
faktanya AEC juga dapat menimbulkan dampak negatif, diantaranya adalah eksploitasi
terhadap negara yang kurang memiliki daya saing, rusaknya industri lokal, keamanan barang
menjadi lebih rendah dan sebagainya. Namun demikian harus diakui pula bahwa AEC
berpeluang menguntungkan negara-negara ASEAN. Hal ini menyebabkan kajian dampak
pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi penting terutama untuk mengambil
langkah-langkah kongkrit dalam mengatasi dampak negatif dari penerapan liberalisasi
perdagangan, baik antar negara-negara ASEAN maupun dengan negara-negara mitra ASEAN.
Untuk menganalisis potensi dampak liberalisasi perdagangan tersebut digunakan
General Trade Analysis Project (GTAP), yaitu sebuah model Computable General Equilibrium
(CGE) yang dikembangkan oleh Purdue University. Dalam model GTAP ini, perekonomian dunia
diasumsikan telah berada pada kondisi keseimbangan umum, dimana seluruh agen dalam
perekonomian tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga atau bertindak sebagai
price taker sehingga harga yang terbentuk sepenuhnya merupakan interaksi antara permintaan
dan penawaran. Secara implisit, model ini mengasumsikan bahwa setiap pasar berada dalam
kondisi pasar persaingan sempurna (competitive) atau dikenal sebagai konsep Walrasian
General Equilibrium.
Adapun skenario yang dianalisis adalah menurunkan tarif impor untuk semua sektor
ekonomi di negara-negara ASEAN menjadi 0%. Dengan kata lain, dilakukan liberalisasi total
perdangangan antar negara-negara ASEAN dalam konteks implementasi AEC. Selain itu,
11
liberalisasi perdagangan antar negara-negara ASEAN dengan mitranya juga diskenariokan
dengan asumsi bahwa liberaliasi perdagangan tidak dilakukan sepenuhnya, dimana hanya 50%
penghapusan tarif dilakukan antar negara-negara ASEAN, sementara di negera-negara mitra
ASEAN tidak hanya dilakukan penghapusan tarif, tetapi juga pengurangan subsidi masing-
masing 50%. Skenario lainnya adalah liberalisasi perdagangan dilakukan sepenuhnya, baik
antar negara ASEAN maupun dengan negara-negara mitra ASEAN.
4.1. Dampak terhadap Keragaan Makroekonomi
Dari hasil olahan GTAP terlihat bahwa walaupun dilakukan penghapusan tarif bea masuk
antar negara-negara ASEAN (Sim-1) dalam kontek implementasi ASEAN Economic Community
(AEC), kesejahteraan beberapa negara-negara ASEAN menunjukkan adanya peningkatan,
bahkan bernilai positif yang besar. Seperti terlihat dari hasil simulasi yang disajikan pada Tabel
3, peningkatan kesejahteraan paling besar dirasakan oleh negara Thailand (US$ 469.8 juta)
disusul kemudian dengan Malaysia (US$ 331.6 juta).
Dari hasil analisis juga terlihat bahwa Indonesia adalah sebagai negara yang mengalami
peningkatan kesejahteraan terkecil, yaitu sebesar US$ 14.8 juta. Hal ini terjadi karena
pendapatan rumah tangga regional Indonesia mengalami peningkatan terkecil di bandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya (Tabel 4). Kondisi ini diduga karena peran pemerintah
Indonesia dalam perdagangan luar negeri masih lebih dominan jika dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya. Berbagai kebijakan yang menuju proses
liberalisasi ternyata tidak lantas membuat pemerintah menjadi melepaskannya begitu
saja pada proses alami pasar. Dengan demikian Indonesia masih menjadi negara yang
menerapkan intervensi pemerintah dalam sektor perdagangan terbesar setelah Malaysia.
Peningkatan kesejahateran dari implementasi AEC akan lebih besar lagi apabila
perdagangan juga dilakukan dengan negara-negara mitra ASEAN, seperti terlihat pada hasil
simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3). Dilihat dari dampak terhadap negara-negara mitra ASEAN,
seperti pada hasil simulasi 1 (Sim-1) menunjukkan bahwa kesejahteraan paling besar adalah
dirasakan oleh Jepang, China dan USA. Sementara pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3),
hanya Uni Eropa dan Amerika Serikat yang mengalami peningkatan kesejahteraan, sementara
China dan jepang mengalami penurunan tingkat kesejahteraan.
12
Tabel 3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
No Negara Kesejahteraan ($ US million)
Sim-1 Sim-2 Sim-3
1 Indonesia 14.8 588.8 1,352.3
2 Malaysia 331.6 10,085.6 20,658.8 3 Philipina (39.0) 6,323.0 12,678.5 4 Thailand 469.8 8,977.8 18,662.1 5 Singapur 89.8 20,027.6 40,243.4 6 OtherASEAN 145.0 5,098.1 10,429.6 7 China 325.8 (20,693.4) (39,813.5) 8 Jepang 440.9 (45,222.0) (96,012.0) 9 EU_25 (463.1) 293,848.3 587,735.3
10 USA 140.8 30,506.5 61,249.2 11 Rest of World 742.2 242,967.5 487,738.3
Keterangan:
Skenario 1 (Sim-1) : Liberalisasi perdagangan dilakukan dengan penghapusan tarif bea masuk antar negara-negara ASEAN,
Skenario 2 (Sim-2) : Liberalisasi perdagangan tidak sepenuhnya dilakukan antar negara-negara ASEAN dengan negara-negara mitra ASEAN, yaitu 50% penghapusan tarif di negara-negara ASEAN dan 50% penghapusan tarif dan subsidi di negara mitra ASEAN (China, Jepang, USA dan EU), dan
Skenario 3 (Sim-3) : Liberalisasi perdagangan sepenuhnya dilakukan, baik antar negara ASEAN maupun dengan negara-negara mitra ASEAN.
Tabel 4. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Regional
No Negara Pendapatan Rumah Tangga Regional
Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Indonesia 0.004 0.149 0.342 2 Malaysia 0.201 6.110 12.515 3 Philipina -0.030 4.911 9.848 4 Thailand 0.219 4.191 8.713 5 Singapur 0.058 12.829 25.778 6 OtherASEAN 0.200 7.023 14.367 7 China 0.010 -0.654 -1.258 8 Jepang 0.012 -1.207 -2.563 9 EU_25 -0.003 1.978 3.956
10 USA 0.001 0.238 0.478 11 Rest of World 0.005 1.711 3.434
13
Penghapusan tariff dalam implementasi AEC juga diprediksikan akan mempengaruhi
keragaan ekonomi makro antar negara-negara ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN. Dari
Tabel 5, menunjukkan nilai GDP bernilai positif kecuali Singapur, walaupun dengan persentase
yang relatif kecil, yaitu kurang dari 1 persen. Nilai GDP Indonesia tercatat meningkat masing-
masing sebesar 0,12% (Sim-1), 0,01% (Sim-2) dan 0,15% (Sim-3). Peningkatan nilai GDP
tertinggi terjadi di negara ASEAN lainnya dan Thailand. Sementara Philipina merupakan negara
yang mengalami peningkatan nilai GDP yang terkecil. Sebaliknya, GDP di negara-negara mitra
ASEAN tidak mengalami perubahan, kecuali pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3).
Tabel 5. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap GDP quantity Index dan Price Index GDP di Masing-masing Negara (%)
No Negara
Sim-1 Sim-2 Sim-3
GDP
quantity Index
Price Index GDP
GDP
quantity Index
Price Index GDP
GDP
quantity Index
Price Index GDP
1 Indonesia 0.12 -1.05 0.01 -34.79 0.15 -70.49
2 Malaysia 0.15 -0.51 0.21 -28.05 0.58 -56.51
3 Philipina 0.08 -0.44 0.07 -23.53 0.22 -47.38
4 Thailand 0.32 -0.29 0.25 -28.86 0.83 -57.86
5 Singapur -0.01 0.06 0.59 -18.59 1.17 -37.03
6 Other ASEAN 0.41 -1.19 1.24 -26.37 2.92 -53.76
7 China 0.00 -0.01 6.46 -2.73 12.93 -5.43
8 Jepang 0.00 0.01 1.02 3.22 1.96 6.10
9 EU_25 0.00 -0.04 1.41 7.90 2.81 15.75
10 USA 0.00 -0.04 0.32 -5.71 0.64 -11.47
11 RestofWorld 0.00 -0.02 -0.01 -32.21 -0.02 -64.45
Pada Tabel 5, juga terlihat bahwa GDP deflator (inflasi), yang menunjukkan tingkat
harga di masing-masing negara menurun di semua negara ASEAN kecuali Singapur.
Menurunnya GDP deflator karena adanya penghapusan tariff yang mempengaruhi indeks harga
semua barang di negara-negara ASEAN, yang pada akhirnya akan menurunkan laju inflasi
walaupun relatif kecil. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau negara-negara ASEAN
dengan berbagai cara berusaha untuk meningkatkan akses marketnya dalam konteks
14
Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Indonesia (1,452) 10,971 20,557 (0.54) 1.86 3.31 6.33 (36.22) (65.92) 4.14 (21.65) (38.94) 2 Malaysia (1,716) (8,904) (19,503) (0.10) 5.99 11.96 4.22 (31.65) (59.05) 2.28 (28.02) (53.73) 3 Philipina (607) 2,084 3,562 (0.23) 9.52 18.90 3.44 (26.53) (49.58) 2.28 (21.15) (39.99) 4 Thailand (2,819) 2,775 2,720 (0.24) 5.96 11.81 5.47 (33.69) (61.79) 2.98 (26.52) (49.95) 5 Singapur (1,814) (4,425) (10,630) 0.01 10.22 20.50 5.13 (40.58) (76.05) 3.25 (33.69) (64.13) 6 OtherASEAN (1,123) 5,605 10,055 (0.24) 6.23 12.32 4.19 (28.76) (53.22) 3.08 (24.58) (46.01) 7 China 611 (10,939) (20,502) 0.04 (9.21) (18.30) 0.03 67.45 135.04 0.07 52.12 104.44 8 Jepang 653 11,597 18,077 0.06 (5.84) (11.96) 0.08 56.78 116.48 0.15 52.26 106.50 9 EU_25 3,348 (788,254) (1,571,116) (0.00) 0.81 1.62 (0.06) 59.17 118.28 (0.00) 46.49 93.01 10 USA 2,390 240,517 484,728 0.01 (17.59) (35.17) (0.04) 38.30 76.56 0.11 78.39 156.98 11 Rest of World 2,530 538,973 1,082,053 0.02 6.06 12.15 (0.02) (29.75) (59.51) 0.03 (16.96) (33.85)
No NegaraTrade Balance US $ Milyar Term of Trade (%) Nilai Impor (%) Nilai Ekspor (%)
implementasi AEC. Selanjutnya, GDP deflator di negara-negara mitra ASEAN terlihat bervariasi.
Pada simulasi 1 (Sim-1), hanya Jepang yang GDP deflatornya mengalami peningkatan.
Sementara pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3) ditemukan tidak hanya Jepang yang
mengalami peningkatan GDP deflator, tetapi juga dirasakan oleh Uni Eropa.
Variabel makro lainnya, seperti trade balance, nilai impor dan nilai ekspor (Tabe 6),
terlihat bahwa penghapusan tariff mengakibatkan trade balance negara-negara ASEAN bernilai
negatif (Sim-1). Artinya, nilai impor negara-negara tersebut jauh lebih besar daripada nilai
eksporya. Penurunan trade balance yang paling besar dirasakan oleh negara Thailand.
Sementara Indinesia, Philipina, Thailand dan negera ASEAN lainya menghasilkan trade balance
yang positif (Sim-2 dan Sim-3). Artinya nilai ekspornya masih jauh lebih besar dibanding nilai
impornya. Sebaliknya, term of trade (nilai tukar) di negara-negera ASEAN terlihat negatif pada
simulasi 1 (Sim-1), dan positif pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3). Demikian pula nilai impor
dan ekspor, negatif pada simulasi 1(Sim-1) dan positif pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3).
Tabel 6. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadapTrade Balance,Term of Trade, Nilai Impor dan Nilai Ekspor Masing-Masing Negara (%)
Temuan dampak makro ini sejalan dengan banyak studi yang berkesimpulan bahwa
perdagangan bebas berimplikasi positif bagi negara-negara yang terlibat. Disamping
meningkatkan kesejahteraan juga meningkatkan kuantitas perdagangan dunia dan efisiensi
(Jim and Reuvid, 2004; Raimund, and Zhang, 2011). Namun, tak dapat dipungkiri bahwa
kerjasama perdagangan juga akan meningkatkan kompetisi antar anggota (Kym Anderson, et,
al., 2009). Namun apabila hal tersebut disikapi dengan bijak maka manfaat yang dapat
15
Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian -1.6 1.1 0.6 -2.7 -0.8 -4.2 -0.2 -2.6 -5.4 -1.3 -4.4 -10.6 -18.6 -3.3 -40.3 -0.4 -6.7 -14.12 Sayur_Buah -1.5 0.2 -1.1 -0.7 -4.8 -10.3 -0.4 0.8 1.3 -0.2 3.9 7.7 -1.0 -3.0 -5.1 -1.2 1.9 2.63 Mnyk_Lmk -0.3 5.1 9.6 -0.6 1.2 1.4 -0.4 1.7 2.7 -3.4 -1.6 -6.7 -20.0 14.5 -26.2 -9.6 -9.4 -28.84 Gula -2.7 4.8 6.8 -2.1 -6.4 -14.8 -4.9 2.0 -0.8 1.0 -3.0 -5.1 -7.2 9.4 -4.9 -9.5 2.9 -3.55 Animal_prods -0.6 9.1 17.4 -2.3 -6.3 -14.9 -2.0 -3.4 -8.9 -2.6 7.0 10.9 -14.0 -0.6 -29.2 2.5 20.9 43.76 Other_Agri 0.0 5.2 10.9 -0.8 -9.3 -18.2 -2.4 -6.9 -15.3 -0.6 -2.2 -4.0 -19.3 1.4 -36.3 -2.0 -4.4 -10.17 Manuf 0.0 -1.4 -3.2 1.6 0.3 1.8 1.4 -2.0 -2.8 1.4 -5.3 -9.5 -27.8 3.0 -52.9 1.4 -4.3 -7.58 Oil_Gas -0.2 -1.4 -3.2 -1.4 -11.4 -24.3 1.4 -6.4 -11.5 0.9 -8.3 -15.8 -26.2 15.7 -36.7 -1.4 -13.7 -29.19 Mining 0.2 1.6 3.1 -0.5 -8.6 -18.1 -0.1 -4.1 -8.5 -2.4 -9.1 -20.9 -28.2 -1.5 -58.2 -1.6 -1.7 -5.310 Other 0.3 -2.3 -4.3 0.1 6.4 12.9 0.1 3.0 6.2 -0.1 3.8 7.6 11.7 -1.1 22.2 1.1 5.8 12.7
SingapurSektorNo Other ASEANIndonesia Malaysia Philipina Thailand
diperoleh antara lain adalah peningkatan spesialisasi dan peningkatan perdagangan itu sendiri.
Dengan keunggulan komparatif dari masing-masing negara, setiap negara dapat berfokus pada
produksi barang yang mempunyai keunggulan komparatif sehingga akan terjadi realokasi faktor
produksi. Pada akhirnya akan tercipta keseimbangan harga yang lebih murah dan output yang
lebih banyak sehingga memberikan kesejahteraan lebih besar terhadap negara-negara yang
terlibat.
4.2. Dampak Terhadap Kinerja Sektoral
Uraian berikut akan membahas dampak terhadap kinerja sektor ekonomi. Analisis yang
dilakukan adalah berdasarkan perubahan yang terjadi pada beberapa variabel ekonomi, seperti
output, ekspor, dan impor.
1. Output
Keterkaitan perubahan output dapat dipelajari pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7,
dampak liberealisasi perdagangan antar negera-negara ASEAN tidak selalu dapat mendorong
peningkatan output pada berbagai sektor ekonomi, baik di Indonesia maupun di negara-negara
ASEAN lainnya. Di Indonesia, misalnya sektor yang mengalami peningkatan output hampir
semua sektor pertanian kecuali sayuran dan buah yang mengalami penurunan output sebesar
1,1% (Sim-3). Peningkatan output ini diduga karena dukungan domestik yang diberikan dalam
implementasi AEC, meskipun lebih kecil bila dibandingkan dengan dukungan domestik yang
dilakukan oleh negara-negara mitra ASEAN.
Tabel 7. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap ouput di Masing-masing Negara ASEAN (%)
16
Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian 0.0 -1.4 -3.0 0.0 -40.5 -57.4 0.0 -11.5 -23.0 0.2 21.9 40.6 0.1 -0.8 -1.92 Sayur_Buah 0.1 -5.2 -10.2 0.0 -8.2 -17.2 0.0 -12.1 -24.2 0.0 0.2 0.8 0.0 2.5 4.93 Mnyk_Lmk -0.2 -47.4 -95.1 0.0 -22.8 -39.4 -0.2 -7.2 -14.6 0.3 31.7 63.8 -0.1 6.1 12.14 Gula 0.1 -15.4 -30.5 0.0 -16.0 -33.1 0.0 -16.0 -31.9 0.0 -4.6 -9.2 0.1 4.4 8.95 Animal_prods 0.0 10.0 19.8 0.0 -43.6 -84.6 0.0 0.7 1.4 0.0 -4.5 -8.9 0.1 2.4 4.86 Other_Agri 0.0 -8.3 -16.2 0.0 1.0 -0.9 0.0 1.8 3.7 0.0 3.8 7.9 0.0 1.0 2.17 Manuf 0.0 9.9 19.7 0.0 16.5 33.8 0.0 6.1 12.2 0.0 -2.6 -5.2 -0.1 -8.0 -16.28 Oil_Gas 0.0 -10.4 -20.9 0.0 21.4 43.0 0.0 37.3 74.7 0.0 6.3 12.7 0.0 -4.0 -8.19 Mining 0.0 -3.6 -7.4 0.1 5.8 12.3 0.0 -2.1 -4.2 0.0 -0.3 -0.7 0.0 2.6 5.310 Other 0.0 -0.6 -1.1 0.0 -2.2 -4.5 0.0 -1.2 -2.3 0.0 -0.2 -0.4 0.0 1.1 2.3
Rest of WorldChinaNo Sektor Jepang EU_25 USA
Adapun output yang mengalami peningkatan terbesar di Indonesia adalah sektor minyak
sayur dan lemak, masing masing sebesar 5,1% (Sim-2) dan 9,6% (Sim-3). Sementara untuk
output pertanian di negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia terlihat hanya sektor minyak
sayur dan lemak yang mengalami peningkatan sebesar 1,2% (Sim-2) dan 1,4% (Sim-3).
Kondisi ini berbeda dengan negara-negara mitra ASEAN, yang sebagian output pertaniannya
umumnya mengalami penurunan (Tabel 8).
Tabel 8. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap ouput di
Masing-masing Negara Mitra ASEAN (%)
2. Ekspor
Dampak implementasi AEC terhadap kinerja ekspor dari seluruh sektor ekonomi di
negara-negara ASEAN dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel tersebut menunjukkan bahwa hampir
semua sektor ekonomi Indonesia mengalami peningkatan jumlah ekspor. Hal ini terjadi diduga
karena output dari sektor tersebut di Indonesia mengalami peningkatan, disamping beberapa
sektor memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor, baik dalam
kualitas, maupun kuantitas.
Berbeda halnya dengan negara-negara ASEAN lainnya, misalnya Thailand sektor biji-
bijian, minyak sayur dan lemak, gula dan lainnya mengalami penurunan jumlah ekspor (Sim-2).
Demikian pula negara-negara mitra ASEAN (Tabel 10), seperti China untuk produksi hewani
dan produk hewani mengalami penurunan jumlah ekspor sebesar 0,03% (Sim-1). Namun
demikian sektor tersebut akan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 95,26% pada
simulasi 2 (Sim-2) dan 189,4% pada simulasi 3 (Sim-3).
17
Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian 10.23 30.43 66.65 7.55 38.33 81.53 4.68 36.11 73.11 2.25 -9.57 -18.09 10.21 -24.99 -42.24 1.93 -35.69 -70.942 Sayur_Buah 7.93 10.86 29.15 3.14 -13.52 -23.87 2.75 7.81 18.67 2.05 21.06 44.13 3.35 -19.45 -35.74 -1.19 11.80 21.973 Mnyk_Lmk 10.83 9.57 29.39 3.39 2.57 7.95 2.30 25.04 50.90 25.13 -11.17 2.04 27.46 -31.18 -35.87 7.64 -25.70 -45.004 Gula 23.65 3.96 31.16 9.67 -14.83 -20.10 5.74 26.53 58.04 2.55 -5.67 -9.28 57.41 -12.40 31.97 7.41 -9.07 -11.245 Animal_prods 7.17 60.21 126.25 9.18 -16.86 -25.02 11.97 -40.01 -69.23 1.93 26.24 52.39 14.84 -19.20 -25.04 8.20 37.99 83.296 Other_Agri 4.50 18.09 42.82 3.71 -11.02 -16.34 3.73 -14.12 -18.74 4.19 1.70 9.68 4.23 -18.52 -31.85 3.85 -5.69 -5.817 Manuf 8.49 6.64 21.05 2.94 6.37 15.22 2.89 8.83 20.16 4.30 1.78 7.38 4.24 -26.88 -49.82 4.89 5.36 15.178 Oil_Gas 2.31 0.40 2.93 1.87 -28.31 -54.99 14.33 -48.54 -82.88 18.63 -40.43 -62.84 20.25 -30.14 -40.08 0.13 -14.89 -29.839 Mining 1.62 7.88 16.91 5.80 -6.67 -7.88 1.87 3.60 8.79 0.64 -3.80 -7.46 4.63 -33.76 -63.19 4.06 7.82 19.2010 Other 0.84 56.74 113.80 -1.45 43.71 85.71 -0.66 26.80 52.62 -3.84 41.65 78.96 -2.86 32.23 61.52 -0.89 41.25 81.23
Singapur Other ASEANNo Sektor Indonesia Malaysia Philipina Thailand
Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian 1.63 31.82 54.90 1.47 70.46 131.39 0.05 85.00 169.69 0.46 87.02 163.35 0.66 3.17 4.912 Sayur_Buah 3.78 25.69 55.32 0.11 44.99 86.69 0.04 37.43 74.91 0.20 63.55 128.29 0.05 15.39 30.823 Mnyk_Lmk 0.29 74.30 146.35 1.04 238.32 430.18 -0.44 97.26 194.03 0.73 94.32 189.35 0.56 16.77 33.854 Gula 2.38 59.87 121.91 13.49 107.52 228.58 0.09 73.76 147.66 0.31 116.14 232.89 0.66 19.31 39.345 Animal_prods -0.03 95.26 189.44 1.94 141.18 282.99 0.03 124.85 249.54 0.75 159.40 319.35 0.61 32.15 64.386 Other_Agri 0.24 83.04 168.65 0.52 102.25 207.40 0.02 79.05 158.46 0.16 125.65 253.01 0.09 17.68 36.297 Manuf 0.03 107.25 214.35 0.03 96.36 195.04 -0.03 95.98 191.82 0.11 142.33 284.75 -0.08 11.48 22.748 Oil_Gas -0.09 231.40 462.68 0.02 425.31 865.27 -0.04 300.70 601.32 -0.10 268.31 536.50 0.05 -3.17 -6.319 Mining 0.23 86.09 172.25 0.52 109.37 220.96 0.04 95.09 190.19 0.12 135.89 271.91 0.05 18.00 36.0310 Other 0.20 56.54 113.22 0.20 54.26 109.37 0.19 47.89 96.00 0.19 107.07 214.34 0.15 54.80 109.77
No Sektor China Jepang EU_25 USA Rest of World
Tabel 9. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap volume ekspor di Masing-masing Negara ASEAN (%)
Peningkatan ekspor dari beberapa negara ASEAN dan mitra ASEAN merupakan
konsekuensi dari implementasi AEC dimana penghapusan hambatan perdagangan telah
menjadikan arus lalu lintas barang, jasa, kapital dan tenaga kerja menjadi lebih lancar dan
efisen. Disamping itu, dengan implementasi AEC juga menjadikan suatu negara akan cenderung
mengekspor suatu produk yang ketersediaannya berlimpah di negara tersebut atau dengan
kata lain akan cenderung mengekspor produk yang bersifat excess supply.
Tabel 10. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap volume ekspor di Masing-masing Negara Mitra ASEAN (%)
18
Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian 13.11 1.62 17.24 1.65 -2.82 -3.33 -1.80 7.95 14.95 51.68 15.26 83.69 3.70 -4.18 -4.23 9.30 11.35 32.742 Sayur_Buah 33.10 -0.69 31.99 1.34 -0.17 1.09 12.03 10.24 32.95 11.05 6.27 23.98 0.35 -4.74 -8.91 4.23 16.37 37.093 Mnyk_Lmk 64.41 4.70 74.15 25.61 5.96 37.42 -0.34 10.57 21.42 7.92 -0.54 7.41 12.29 -12.53 -12.96 4.69 6.33 17.494 Gula 4.62 -4.58 -4.26 7.89 1.74 11.55 57.41 -2.12 53.55 50.10 16.18 83.50 16.73 -4.23 8.45 43.58 2.34 48.575 Animal_prods 17.00 3.96 25.25 9.02 6.17 21.64 18.10 26.56 71.64 21.63 18.40 58.51 5.08 7.09 19.36 12.69 28.32 69.286 Other_Agri 7.06 2.91 13.36 7.33 5.44 18.74 7.29 16.28 40.33 7.45 7.51 23.15 6.54 1.91 10.72 6.74 8.81 24.747 Manuf 8.39 -0.65 7.22 3.45 7.84 19.05 3.23 15.13 33.43 6.55 6.71 20.04 4.06 -6.44 -8.92 3.45 9.57 22.628 Oil_Gas 2.60 3.89 10.48 8.98 -2.07 4.97 1.48 -0.46 0.55 4.50 -4.77 -5.04 12.65 -20.65 -28.63 2.29 5.54 13.459 Mining 3.68 3.67 11.14 4.23 6.59 17.33 1.77 4.63 11.01 3.97 2.66 9.20 4.92 -5.10 -5.34 4.66 5.74 16.1510 Other -0.30 -2.06 -4.18 0.77 12.40 25.72 0.46 20.32 41.27 1.60 11.11 24.13 1.04 20.03 41.14 0.97 13.05 27.31
SektorNo Indonesia Malaysia Philipina Thailand Singapur Other ASEAN
3. Impor
Implementasi AEC juga mendorong peningkatan jumlah impor seperti terlihat pada
Tabel 11 dan 12. Hampir semua sektor ekonomi di Indonesia kecuali sektor lainnya mengalami
peningkatan impor dengan persentase yang berbeda-beda. Peningkatan impor terbesar terjadi
pada sektor minyak sayur dan lemak, sayur dan buah (Sim-1 dan Sim-3). Peningkatan impor
yang terjadi, baik di Indonesia maupun di negera-negara ASEAN lainnya dimungkinkan karena
bahan baku yang digunakan untuk memproduksi barang konsumsi dalam negeri dan sebagian
lagi diproduksi untuk diekspor adalah berasal dari impor. Disamping itu, peningkatan impor
tersebut umumnya didominasi oleh impor untuk konsumsi. Hal ini terjadi karena meningkatnya
jumlah penduduk menyebabkan jumlah konsumsi menjadi sangat besar sehingga akan
meningkatkan jumlah impor. Hasil simulasi ini membuktikan bahwa teori perdagangan yang
menyatakan bahwa penghapusan tarif akan berdampak terhadap peningkatan impor oleh
negara yang melakukan penghapusan tarif tersebut.
Tabel 11. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap volume impor di Masing-masing Negara ASEAN (%)
19
Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-31 Bijian 0.32 201.52 403.54 0.04 119.30 164.66 -0.03 111.42 222.98 0.13 119.57 237.78 0.02 9.98 20.462 Sayur_Buah 0.20 67.16 134.66 0.14 63.97 131.13 -0.01 41.22 82.47 -0.01 39.18 78.10 0.04 -1.61 -3.143 Mnyk_Lmk 0.42 78.55 157.71 0.09 22.91 36.55 0.04 70.24 140.60 0.55 90.23 180.63 0.84 1.86 4.574 Gula -0.31 99.47 198.93 0.06 36.05 69.88 -0.03 99.61 199.23 0.08 61.92 123.90 -0.09 -5.97 -11.985 Animal_prods 0.15 173.89 348.05 0.14 105.29 202.71 0.08 133.80 267.65 0.08 111.84 223.49 0.09 13.50 27.106 Other_Agri 0.11 99.66 199.76 0.28 100.62 222.70 0.01 92.32 184.69 0.05 83.59 167.24 0.06 11.55 23.247 Manuf 0.15 128.18 256.66 0.29 154.23 310.06 -0.02 114.72 229.42 0.04 89.17 178.45 0.02 14.12 28.298 Oil_Gas 0.04 58.50 117.14 0.02 27.96 56.41 -0.01 72.90 145.80 -0.01 46.25 92.50 0.13 6.91 13.969 Mining 0.03 104.85 209.84 0.12 84.02 168.50 -0.02 96.94 193.83 -0.03 77.73 155.44 0.00 7.47 14.9510 Other -0.10 79.76 159.51 -0.03 86.37 172.21 -0.07 92.65 185.23 -0.08 54.02 107.94 -0.07 7.00 13.94
EU_25 USA Rest of WorldNo Sektor China Jepang
Tabel 12. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap volume impor di Masing-masing Negara Mitra ASEAN (%)
Secara teoritis peningkatan jumlah impor tersebut, setidak-tidaknya dapat disebabkan
oleh dua faktor utama. Pertama, produk sejenis yang diproduksi dalam negeri kalah bersaing
dengan produk yang masuk dari luar negeri. Kedua, produk yang diimpor tersebut berbeda,
baik dari segi kualitas, jenis, maupun rasa, sehingga produk tersebut diimpor dari luar negeri.
Dengan demikian suatu negara bisa saja menjadi pengimpor sekaligus pengekspor produk yang
sama namun dengan motif, bentuk, jenis dan rasa yang berbeda. Berpijak dari argumen ini,
maka dapat dimaknai bahwa peningkatan impor untuk kasus-kasus tertentu tidak sepenuhnya
disebabkan oleh penurunan daya saing produk dalam negeri. Peningkatan impor bisa juga
disebabkan oleh karena permintaan dalam negeri yang beraneka ragam dan kebutuhan
tersebut bisa didatangkan dari luar negeri.
5. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
5.1. Kesimpulan
1. ASEAN adalah pasar tujuan ekspor Indonesia yang utama untuk kelompok komoditi biji-
bijian dan ternak dan produk ternak.
2. Liberalisasi perdagangan melalui implementasi ASEAN Economic Community (AEC) akan
meningkatkan kesejahteraan beberapa negara-negara ASEAN. Peningkatan kesejahteraan
paling besar dirasakan oleh negara Thailand (US$ 469.8 juta) disusul kemudian dengan
Malaysia (US$ 331.6 juta). Sementara Indonesia tercatat sebagai negara yang mengalami
20
peningkatan kesejahteraan terkecil (US$ 14.8 juta). Peningkatan kesejahateran ini akan
lebih besar lagi apabila liberalisasi perdagangan juga dilakukan dengan negara-negara mitra
ASEAN, seperti China, Jepang, USA, dan Uni Eropa.
3. Implementasi AEC juga akan mempengaruhi keragaan ekonomi makro antar negara-negara
ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN. Indonesia, misalnya mengalami peningkatan nilai
GDP yang terkecil. Namun, trade balance Indonesia tercatat surplus pada simulasi 2 (Sim-
2) dan 3 (Sim-3), masing-masing sebesar US $ 10,971 juta dan US $ 20,557 juta. Demikian
pula nilai impor dan ekspor Indonesia, negatif pada simulasi 1 (Sim-1) dan positif pada
simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3).
4. Dampak liberealisasi perdagangan antar negera-negara ASEAN tidak selalu dapat
mendorong peningkatan output pada berbagai sektor ekonomi, baik di Indonesia maupun di
negara-negara ASEAN lainnya. Di Indonesia, misalnya sektor yang mengalami peningkatan
output hampir semua sektor pertanian kecuali sayuran dan buah. Adapun output yang
mengalami peningkatan terbesar di Indonesia adalah sektor minyak sayur dan lemak, masing
masing sebesar 5,1% (Sim-2) dan 9,6% (Sim-3). Demikian pula dengan jumlah ekspor dan
impor, hampir semua sektor ekonomi Indonesia mengalami peningkatan dengan persentase
yang berbeda-beda.
5.2. Implikasi Kebijakan
Cita-cita dan harapan untuk menjadi negara maju dengan tingkat kesejahteraan
msayarakat yang tinggi tentu diharapkan oleh semua negara. Jalan untuk mencapai hal
tersebut tentu tidaklah mudah dan sangat sulit ditempuh. Kerangka kerjasama perdagangan
antar negara-negara ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN dengan konsep ASEAN Economic
Community (AEC) yang telah disepakati bersama perlu disikapi dengan bijaksana oleh berbagai
pihak. Beberapa langkah strategis yang harus dilakukan oleh pemerintah, khususnya dalam
kontek liberalisasi perdagangan sektor pertanian, antara lain;
1. Pemerintah Indonesia harus memproteksi sektor pertanian dari tekanan liberalisasi
perdagangan sektor pertanian dalam kerangka ASEAN Economic Community (AEC) agar
terhindar dari potensi kerugian akibat liberalisasi tersebut. Proteksionisme perdagangan
tersebut sebaiknya diselaraskan dengan kepentingan nasional, seperti ketahanan pangan,
dan pengentasan kemiskinan.
21
2. Pemerintah harus menciptakan iklim usaha yang kondusif di sektor pertanian dan
menyediakan infrastruktur pendukung yang baik agar Indonesia bisa memperoleh manfaat
dari liberalisasi perdagangan sektor pertanian. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan
investasi seperti yang terjadi di beberapa negara berkembang seperti China, Thailand, dan
Philipina. Kebijakan peningkatan investasi tersebut juga perlu disertai dengan strategi untuk
melakukan pengembangan komoditas berbasis pasar, pengembangan konektivitas,
sumberdaya manusia dan teknologi serta penataan sistem manajemen dengan tetap
memperhatikan prinsip keberlanjutan, peningkatan daya saing, dan modernisasi.
3. Diperlukan upaya dan terobosan dari Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya sehingga
komoditi pertanian juga mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya dan negara-
negara mitra ASEAN. Kebijakan tersebut bisa dilakukan antara lain dengan mengembangkan
akses pasar yang lebih besar bagi komoditi pertanian untuk memasuki pasar negara-negara
ASEAN dan pasar negara-negara mitra ASEAN. Oleh karena itu, Indonesia perlu
berkosentrasi pada pengngembangan komoditas ekspor yang mempunyai daya saing tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Avinas Dixit and Victor Norman. 2002. Theory of International Trade: A dual, General Equilibrium Approach. Cambridge University Press.
Burfisher, Mary (2011). Introduction to Computable General Equilibrium Models, Cambridge University Press.
Dixon, Peter B. and Dale W. Jorgenson (eds.). 2012. Handbook of Computable General Equilibrium Modeling. Volumes 1A and 1B. North Holland, Elsevier B.V.
Hans J. Michelmann, Rude J, Stabler J, and Storey (edited). 2001. Lynne Rienner Publisher, Inc. London.
Hertel, T.W. 1997. Global Trade Analysis: Modeling and Application. published by Cambridge University Press
James C. Moore. 2007. General Equilibrium and Welfare Economic. Springer Berlin Heidelberg. New York.
Jim Sherlock and Jonathan Reuvid (eds.). 2004. The Handbook of International Trade: A Guide to Principles and Practice of Export. The Institute of Export. GMB Publishing. London.
22
Kym Anderson, Stringer R, Erwidodo, and Feridhanusetyawan (eds.). 2009. Indonesia in a Reforming World Economy: Effect on Agriculture, Trade and Environment. University Adelaide Press.
Lionel W. McKenzie. 2002. Classical General Equilibrium Theory. The MIT Press Cambrige, massachusetts London, England.
Manuel Alejandro C, Guerra A, I and Sancho. 2012. Applied General Equilibrium. Springer Dordrecht Heidelberg London New York.
Raimund Bleischwitz, Welfens P,J,J and Zhang Z (eds.). 2011. International Economics of Resources Efficiency: Eco-Innovation Policy for a Green Economy. Physica-Verlag. Springer Berlin Heidelberg. New York
Ross M. Starr. 2011. General Equilibrium Theory. Cambridge University Press.
Tabel Lampiran 1. Kontribusi ASEAN Terhadap Total Ekspor Indonesia, 2008-2012 (Juta US$)
Tujuan Ekspor
Produk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 38.8 153.8 2089.1 54.8 47.3 3199.3 11970.5 5265.4 4034.0 317.7
2009 18.7 143.2 1767.5 45.9 41.4 3039.4 10281.5 6056.9 2837.6 391.8
2010 18.2 175.5 2923.3 67.3 52.0 3816.2 13327.9 9008.4 3675.4 283.4
2011 8.2 196.0 3910.2 65.8 62.9 4780.0 14888.8 13429.8 4374.4 382.8
2012 17.6 191.9 3370.8 71.0 63.3 4308.6 15630.8 14093.1 3857.8 226.4 Trend (%)
ASEAN -26.1 7.5 16.7 8.6 10.0 10.3 9.0 26.2 3.2 -6.0
2008 47.6 733.8 15776.2 147.9 72.5 21239.8 46520.4 39782.5 8335.4 4364.3
2009 22.4 637.3 12352.2 153.0 67.4 16915.0 41304.4 32952.3 6245.7 5860.4
2010 19.9 674.7 16502.4 174.8 81.5 24433.9 51881.0 46765.3 9032.0 8213.5
2011 10.3 913.8 21891.1 192.4 89.4 32463.8 60988.0 68921.1 10600.6 7426.2
2012 20.3 840.2 21523.2 200.3 87.2 29710.5 60618.9 63385.1 8479.7 5166.3 Trend (%)
Dunia -27.7 6.4 11.9 8.3 6.4 13.0 9.2 16.5 5.4 5.1
Pangsa 2008 81.6 21.0 13.2 37.1 65.3 15.1 25.7 13.2 48.4 7.3
2009 83.5 22.5 14.3 30.0 61.4 18.0 24.9 18.4 45.4 6.7
2010 91.5 26.0 17.7 38.5 63.7 15.6 25.7 19.3 40.7 3.5
2011 79.6 21.5 17.9 34.2 70.3 14.7 24.4 19.5 41.3 5.2
2012 86.6 22.8 15.7 35.5 72.5 14.5 25.8 22.2 45.5 4.4
23
Keterangan: 1=biji-bijian; 2=sayuran dan buah; 3=minyak sayur dan lemak; 4=gula; 5=hewani dan produk hewani; 6=komoditi pertanian lainnnya; 7=manufaktur; 8=minyak dan gas; 9=pertambangan; dan 10=komoditi lainnya.
Tabel Lampiran 2 Kontribusi ASEAN Terhadap Total Impor Indonesia, 2008-2012 (Juta US$)
Asal Impor
Produk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 232.5 170.7 111.2 359.0 203.8 1164.9 17517.3 18407.3 2811.9 16.4
2009 202.6 201.6 128.8 287.5 118.5 912.2 14167.8 9714.1 2000.5 8.9
2010 446.7 199.9 190.6 598.4 139.5 1390.9 18369.6 15115.9 2568.1 18.2
2011 1656.8 335.9 267.5 875.0 181.5 1807.4 21678.4 21386.8 3084.6 26.3
2012 930.0 307.3 164.0 948.3 182.1 2060.3 23583.4 22025.6 3598.2 22.9 Trend (%)
ASEAN 41.1 16.8 14.2 28.8 1.2 18.3 10.3 10.9 9.4 16.5
2008 2328.0 811.5 987.5 458.0 1856.2 7367.3 68684.6 30682.3 15964.9 103.6
2009 1611.6 976.3 955.7 704.6 1577.2 5656.2 56014.9 19090.4 10156.7 85.7
2010 2313.4 1168.2 1282.4 1252.8 2205.6 8496.0 75168.0 27530.7 14474.2 1772.0
2011 4938.5 1532.1 1767.9 1900.3 2338.6 11393.0 92604.9 40840.2 18167.5 1952.5
2012 3938.6 1471.8 1680.3 1884.9 2051.0 10854.2 103007.9 42764.2 21695.4 2342.7 Trend (%)
Dunia 21.6 15.7 16.5 32.7 5.7 14.5 13.3 14.3 12.1 50.7
Pangsa 2008 10.0 21.0 11.3 78.4 11.0 15.8 25.5 60.0 17.6 15.8
2009 12.6 20.7 13.5 40.8 7.5 16.1 25.3 50.9 19.7 10.4
2010 19.3 17.1 14.9 47.8 6.3 16.4 24.4 54.9 17.7 1.0
2011 33.5 21.9 15.1 46.0 7.8 15.9 23.4 52.4 17.0 1.3
2012 23.6 20.9 9.8 50.3 8.9 19.0 22.9 51.5 16.6 1.0 Keterangan: 1=biji-bijian; 2=sayuran dan buah; 3=minyak sayur dan lemak; 4=gula; 5=hewani dan
produk hewani; 6=komoditi pertanian lainnnya; 7=manufaktur; 8=minyak dan gas; 9=pertambangan; dan 10=komoditi lainnya.
24
Tabel Lampiran 3. Pertumbuhan Perimbangan Perdagangan Indonesia dengan ASEAN, 2008- 2012 (Juta US$)
Tahun
Produk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 38.8 153.8 2089.1 54.8 47.3 3199.3 11970.5 5265.4 4034.0 317.7
2009 18.7 143.2 1767.5 45.9 41.4 3039.4 10281.5 6056.9 2837.6 391.8
2010 18.2 175.5 2923.3 67.3 52.0 3816.2 13327.9 9008.4 3675.4 283.4
2011 8.2 196.0 3910.2 65.8 62.9 4780.0 14888.8 13429.8 4374.4 382.8
2012 17.6 191.9 3370.8 71.0 63.3 4308.6 15630.8 14093.1 3857.8 226.4
Ekspor -26.1 7.5 16.7 8.6 10.0 10.3 9.0 26.2 3.2 -6.0
2008 232.5 170.7 111.2 359.0 203.8 1164.9 17517.3 18407.3 2811.9 16.4
2009 202.6 201.6 128.8 287.5 118.5 912.2 14167.8 9714.1 2000.5 8.9
2010 446.7 199.9 190.6 598.4 139.5 1390.9 18369.6 15115.9 2568.1 18.2
2011 1656.8 335.9 267.5 875.0 181.5 1807.4 21678.4 21386.8 3084.6 26.3
2012 930.0 307.3 164.0 948.3 182.1 2060.3 23583.4 22025.6 3598.2 22.9
Impor 41.1 16.8 14.2 28.8 1.2 18.3 10.3 10.9 9.4 16.5
2008 -193.7 -16.9 1977.9 -304.2 -156.4 2034.4 -5546.9 -13141.9 1222.1 301.3
2009 -183.9 -58.4 1638.8 -241.6 -77.1 2127.2 -3886.2 -3657.2 837.0 382.9
2010 -428.4 -24.5 2732.7 -531.1 -87.6 2425.2 -5041.8 -6107.5 1107.3 265.2
2011 -1648.6 -139.9 3642.7 -809.1 -118.7 2972.6 -6789.5 -7957.0 1289.8 356.4
2012 -912.4 -115.4 3206.8 -877.3 -118.9 2248.3 -7952.6 -7932.6 259.6 203.4 Keterangan: 1=biji-bijian; 2=sayuran dan buah; 3=minyak sayur dan lemak; 4=gula; 5=hewani dan
produk hewani; 6=komoditi pertanian lainnnya; 7=manufaktur; 8=minyak dan gas; 9=pertambangan; dan 10=komoditi lainnya.