Upload
metta-novita
View
9
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
good
Citation preview
Bahan manj konflikBAB II
PEMBAHASANA. Definisi
Konflik adalah ketidak sesuaian paham antara dua anggota atau lebih yang timbul karena fakta bahwa mereka harus membagi dalam mendapatkan sumber daya yang langka atau aktivitas pekerjaan atau karena fakta bahwa mereka memiliki status – status, tujuan – tujuan,nilai – nilai, atau persepsi yang berbeda. (Menurut James,A.F stroner, dan Charles Wanker)
B. Penyebab Terjadinnya konflika. Masalah fundamental dalam sebuah organisasi (kekuatan,saran,uang dan penghargaan).b. Keharusan berbagai sumber dayac. Alasan fakta atau bukti tidak sesuai dengan sumber daya yang di dapatkand. Tujuan utama organisasi tidak tercapai atau ada indikasi gagale. Perbedaan nilai – nilai tujuan dan persepsi
C. Kategori KonflikMenurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu konflik
intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi
1. Konflik IntrapersonalKonflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaingb. Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-
kebutuhan itu terlahirkan.c. Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.d. Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang
diinginkan.Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acapkali
menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
a. Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
b. Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
c. Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2. Konflik InterpersonalKonflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompokHal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk
mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
4. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang samaKonflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi.
Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
5. Konflik antara organisasiContoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain
dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
D. Proses konflik1. Tahap I Potensi Oposisi dan Ketidakcocokan
Kondisi yang menciptakan terjadinya konflik meskipun kondisi tersebut tidak mengarah langsung ke konflik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh :
a. Komunikasi yg kurang baik dalam organisasi shg menimbulkan ketidaknyamanan antar anggota organisasi.
b. Struktur Tuntutan pekerjaan menyebabkan ketidaknyamanan antar anggota organisasic. Variabel Pribadi
Ketidaksukaan pribadi atas individu lain2. Tahap II Kognisi dan Personalisasi
Apabila pada tahap I muncul kondisi yang negatif, maka pada tahap ini kondisi tersebut didefinisikan, sesuai persepsi pihak yang berkonflik.
a. Konflik yang dipersepsikan : kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya konflik yang menciptakan peluang terjadinya konflik
b. Konflik yang dirasakan : keterlibatan emosional saat konflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi, atau kekerasan.
3. Tahap III MaksudKeputusan u/ bertindak dgn cara tertentu
a. Persaingan : keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak mempedulikan dampak pada pihak lain dalam konflik tsb.
b. Kolaborasi : situasi yg di dalamnya pihak2 yg berkonflik sepenuhnya saling memuaskan kepentingan semua pihak.
c. Penghindaran : keinginan menarik diri dari konflikd. Akomodasi : kesediaan satu pihak dlm konflik u/ memperlakukan kepentingan pesaing di atas
kepentingannya sendiri.e. Kompromi : satu situasi yg di dalamnya masing2 pihak yg
berkonflik bersedia mengorbankan sesuatu.4. Tahap IV Perilaku
Pada tahap ini konflik tampak nyata, mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yg dibuat pihak2 yg berkonflik.
5. Tahap V HasilPada tahap ini konflik dapat ditentukan apakah merupakan Konflik Fungsional atau Konflik Disfungsional.
Bagan Proses Konflik
Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Potensi Oposisi Kognisi dan Maksud Perilaku Hasil
Atau PersonalisasiKetidakcocokan
Kondisi
antensenden
Komunikasi
Struktur
Variabel
pribadi
penanganan
konflik
Bersaing
Kerjasama
Berkompromi
Menghindari
akomodasi
Konflik yg
dirasakan
Konflik terbuka
Perilaku pihak
berkonflik
Reaksi orang lain
Kelompok yg di
persepsikan
Kinerja kelompok
menurun
Kinerja kelompok
meningkat
E. Metode penyelesaian konflika. Accomodation (akomodasi)
Sikap mengikuti keinginan pihak lain dan meratakan perbedaan – perbedaab agar konflik lebih cepat selesai demi memperhatikan kerja sama.
b. Pressing (menekan)Sikap tidak memiliki kecenderungan pada salah satu pihak. Dengan strategi ini seorang dapat mempengaruhi pendapat atau sikap orang lain.
c. Avoidance (menghindari)Sikap menghindari terlebih dahulu dan kemudian masalah yang timbul di selesaikan dengan efektif pada saat setelah pihak yang terlibat menjadi tenang. Konflik yang terjadi tidak memiliki kekuatan secara sosial, ekonomi dan emosional.
d. Konfrontasi
Pihak yang berkonflik menyatukan pandangan mereka masing – masing secara langsung kepada pihak lain.
e. KonsensusPihak yang berkonflik bertemu untuk menemukan solusi
f. Penetapan tujuan – tujuan super ordinatJika tujuan tingkat yang lebih tinggi di setujui semua pihak juga mencakup tujuan yang lebih rendah dari pihak yang bertentangan tidak hanya menyelesaikan konflik,tetapi juga mebantu emperluat kerja sama kelompok.
F.Peran Pimpinan dalam Penyelesaian Konflik1. Pemimpin perlu menganalisa jumlah dan tipe konflik yang terjadi dalam organisasi sehingga
bisa fokus mengatasinya.2. Manajer kesehatan seharusnya mengevaluasi setiap level konflik yang terjadi dan melihat
apakah organisasinya kuat dalam mengahdapi konflik.3. Ketika manajer terlibat konflik seharusnya berfikir eksplisit tentang sejauh mana perhatian
mereka terhadap organisasi.Ini menjadi salah satu kunci untuk menentukan strategi pengelolaan konflik.
4. Dalam negosiasi,manajer perlu menentukan dan mengidentifikasi isu yang pasti akan dinegosiasikan.
5. Manajer seharusnya hati-hati menentukan apakah sikap dalam negosiasi telah memenuhi standar norma sebelum bernegosiasi.
6. Manajer seharusnya tidak terlalu tertekan dalam mempersiapkan sebuah negosiasi.7. Jika seorang manajer melibatkan pihak ketiga dalam penanganan konflik mereka harus
mengontrol proses dan hasil dari perdebatan/diskusi.
Mutu
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Manajemen mutu adalah suatu proses manajemen dengan pendekatan perilaku atau budaya organisasi yang
berorientasi pada peningkatan mutu terus-menerus dan kepuasan pelanggan dengan dukungan komitmen
kepemimpinan, kebersamaan karyawan serta secara lintas fungsional, menyeluruh terpadu dengan pendekatan
system dan di sadari metode ilmiah dan pemecahan masalah serta pengambilan keputusan.
Manajemen mutu juga mempunyai beberapa pengertian. Menurut Ishikawa dalam M. N. Nasution (2001),
manajemen mutu adalah gabungan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang
ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,teamwork, produktivitas, dan kepuasan
pelanggan. Definisi lainnya mengatakan bahwa manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang mengangkat
kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi. Manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang berfokus pada individu atau karyawan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu merupakan gabungan dari semua fungsi
manajemen yang dibangun berdasarkan konsep kualitas dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Manajemen mutu sendiri mempunyai tiga unsur utama, seperti yang dinyatakan oleh M. N. Nasution (2001)
yaitu sebagai berikut:
1. Strategi nilai pelanggan
Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas penggunaan barang/jasa yang dihasilkan
perusahaan dan pengorbanan pelanggan untuk memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan bisnis untuk
memberikan nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik produk, cara penyampaian, pelayanan, dan sebagainya.
2. Sistem organisasional
Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini mencakup tenaga kerja,
material, mesin, metode operasi dan pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi, dan pembuatan
keputusan.
3. Perbaikan kualitas berkelanjutan
Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal yang selalu berubah, terutama
perubahan selera pelanggan. Konsep ini menuntut adanya komitmen untuk melakukan pengujian kualitas produk
secara kontinu, akan dapat memuaskan pelanggan.
_________________________________________________
2. PENDEKATAN
Dasar menerapkan sistem manajemen mutu adalah pendekatan proses, sebelum memulai pekerjaan kita harus
merencanakan proses-proses apa yang harus dilakukan, termasuk mempelajari dulu metoda yang akan digunakan,
serta menetapkan bagaimana mutu yang harus dicapai pada setelah proses dilaksanakan. Merencanakan proses-
proses tersebut harus ditulis atau digambar dengan jelas atau didokumentasikan, sehingga semua orang yang terkait
dengan pekerjaan tersebut dapat memahaminya dan konsisten melaksanakannya.
__________________________________________________
3. Prinsip-prinsip dan pelaksanaan manajemen mutu
Ada Delapan Prinsip Manajemen Mutu :
1. Customer Focused Organisation
2. Leadership
3. Involvement of People
4. Process Approach
5. System Approach to Management
6. Continuous Improvement
7. Factual Approach to Decision Making
8. Mutually Benefical Supplier-Relationship
1.Customer Focused Organisation (fokus pada pelanggan)
Organisasi tergantung pada pelanggan dan karena itu harus memahami kebutuhan saat ini dan masa depan. Semua
aktifitas perencanaan dan implementasi system semata – mata untuk memuaskancutomer.
Pelaksanannya :
a. Teliti pahami kebutuhan dan harapan pelanggan
b. Pastikan bahwa sasaran organisasi sejalan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan
c. Komunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan keseluruh organisasi
d. Ukur kepuasaan pelanggan lalu ambil; tindakan dari hasil pengukuran
e. Kelola secara sistematis hubungan dengan pelanggan
2. Leadership (kepemimpinan)
Pemimpin menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan
internal di mana orang bisa sepenuhnya terlibat dalam mencapai tujuan organisasi. Berfungsi sebagai dalam
mengawal implemetasi system bahwa semua gerak organisasi selalu terkontrol dalam satu komando dengan
komitmen yang sama dan gerak yang sinergi pada setiap element organisasi.
Pelaksanannya :
a. Pertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan termasuk pelanggan
b. Tetapkan dan jelaskan visi organisasi ke depan agar setiap orang mengerti tujuan
c. Tentukan sasaran dan target yang menantang dan sosialisasikan
d. Ciptakan dan sokong nilai – nilai kebersamaan, kejujuran, dan model tugas etis pada semua level organisasi
e. Beri semangat kebesaran hati dan pengakuan terhadap kontribusi setiap orang
3. Involvement of People (Keterlibatan Sumber Daya Manusia )
Orang-orang di semua tingkatan adalah inti dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka yang penuh
memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi
Pelaksanannya :
a. Upayakan setiap orang memahami pentingnya kontribusi dan peran mereka
b. Upayakan setiap orang mengenali batasan kinerja serta lingkup tanggung jawab mereka
c. Upayakan setiap orang mengetahui permasalahan kerja mereka dan termotivasi untuk melaksanakannya
d. Fasilitasi agar orang bebas berbagi pengetahuan/pengalaman dan berinovasi
e. Budayakan agar setiap orang secara terbuka mendiskusikan permasalahannya
4. Process Approach ( Pendekatan Proses )
Hasil keinginan tercapai lebih efisien bila sumber daya terkait dan kegiatan dikelola sebagai suatu proses.
Pelaksanannya :
a. Secara sistematis menentukan aktivitas – aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan
b. Menganalisa dan mengukur kapailibitas aktivitas – aktivitas
c. Upaya akan agar proses lebih singkat dan efektif dan tidak berbelit – belit
5. System Approach to Management ( Pendekatan Sistem Manajemen )
Mengidentifikasi, memahami dan mengelola sistem proses yang saling terkait untuk tujuan tertentu meningkatkan
efektivitas organisasi dan efisiensi.Iimplementasi sistem inimengedepankan pendekatan pada cara pengelolaan
(manajemen) proses bukan sekedar menghilangkan masalah. Pola pengelolaannya bertujuan memperbaiki cara
dalam menghilangkan akar (penyebab) masalah dan melakukan improvement untuk menghilangkan potensimasalah.
Pelaksanannya :
a. Penyusunan sistem untuk mencapai sasaran organisasi dengan telah efektif dan efisien
b. Memahami keadaan saling ketergantungan diantara proses pada sistem
c. Memberi pemahaman terbaik tugas – tugas / tanggung jawab yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama,
serta mengurangi hambatan lintas fungsional
d. Menargetkan dan menentukan bagaimana aktivitas khusus dalam suatu sistem akan beroperasi
6. Continuous Improvement ( Perbaikan Yang Kontinu )
Perbaikan terus-menerus harus menjadi tujuan tetap dari organisasi.
Pelaksanannya :
a. Laksanakan secara konsisten pendekatan organisasi untuk kontinuitas perbaikan performasi.
b. Laksanakan perbaikan yang kontinu pada produk, proses dan sasaran sistem
c. Tetapkan tujuan dan sasaran sebagai pedoman, dan ukur pencapaian untuk perbaikan yang berkesinambungan
d. Beri penghargaan dan pengakuan terhadap perbaikan
7. Factual Approach to Decision Making ( Pendekatan Factual Untuk Pengambilan Keputusan )
Keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi) setiap keputusan dalam implementasi sistem
selalu didasarkan pada fakta dan data
Pelaksanannya :
a. Pastikan bahwa data dan informasi cukup akurat dan dipercaya
b. Sediakan data yang dapat diakses oleh yang menggunakan
c. Analisa data dan informasi dengan menggunakan metode yang valid
8. Mutually Beneficial Supplier-Relationship ( Hubungan Kerjasama Yang Saling Membutuhkan Dengan
Supplier )
Pelaksanannya :
a. Suatu organisasi dan Supplier adalah saling tergantung, dan hubungan yang saling menguntungkan meningkatkan
kemampuan keduanya untuk menciptakan nilai. Supplier bukanlah pembantu, tetapi mitra usaha bisnis partner
karena harus terjadi pola hubungan saling menguntungkan.
Tetapkan hubungan yang seimbang antara keuntungan jangka pendek dengan mempertimbangkan jangka panjang
b. Sinergikan keahlian dan sumber daya dengan pemasok.
4. TQM (Total Quality Management)
Total quality management merupakan suatu filosofi yang dikembangkan oleh Deming, dia menggambarkan
tentang keberhasilan system manajemen di Jepang dan telah diaplikasikan di pelayanan kesehatan Amerika dlm
mencari solusi dilemma “yang tebaik dan terjelek”. TQM didasarkan pada kemampuan individu dalam proses,
pelayanan , hasil dan selalu merespon keluhan pelanggan.
Total quality management (TQM) adalah suatu system manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan
untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan customers pada biaya sesungguhnya yang secara berkelanjutan
terus menurun.
5 . AUDIT
5.1 Pengertian
Pengertian audit mutu dapat dijumpai dalam Panduan Audit Sitem Manajemen Mutu SNI 19-19011-2002.
Dalam panduan tersebut, audit mutu didefinisikan sebagai proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauhmana kriteria audit
dipenuhi (BSN, 2002). Audit Sistem Mutu biasanya dilakukan untuk menentukan tingkat kesesuaian aktivitas
organisasi terhadap standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang telah ditentukan serta efektivitas dari
penerapan system tersebut.
5.2 Tujuan
Dari pengertian audit mutu yang diuraiakan di atas, bahwa tujuan audit mutu adalah untuk mendapatkan data
dan informasi faktual dan signifikan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan
dan/atau perubahan. Temuan hasil audit selanjutnya dianalisis, dinilai kecukupan dan kesesuaiannya terhadap
standar ISO 9001:2000. Hasil temuan auditor tersebut akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan,
pengendalian manajemen, perbaikan dan/atau perubahan. Secara rinci tujuan audit mutu dibagi menjadi dua yaitu :
1. Tujuan Umum
1) Untuk memperoleh prioritas permasalahan yang tengah dihadapi organisasi.
2) Untuk merencanakan pengembangan usaha Untuk memenuhi persyaratan suatu sistem manajemen yang digunakan
sebagai acuan.
3) Untuk memenuhi persyaratan regulasi ataupun persyaratan kontrak dengan (misalnya) pelanggan.
4) Untuk mengevaluasi terhadap pemasok.
5) Untuk menemukan adanya potensi resiko kegiatan organisasi.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan audit mutu secara khusus adalah untuk memberikan umpan balik tentang kinerja organisasi
yang diuraikan sebagai berikut (Iskandar Indranata,2006):
1) Mengarahkan pencapaian sasaran memberikan sense of urgency.
2) Menemukan peluang perbaikan.
3) Memastikan apakah sistem diterapkan secara efektif.
4) Mendeteksi penyimpangan-penyimpangan terthadap kebijakan mutu sedini mungkin.
5.3 PRINSIP
Audit mutu didasarkan pada sejumlah prinsip. Ketaatan dan kepatuhan terhadap prinsip tersebut merupakan
prasyarat untuk memberikan kesimpulan audit yang sesuai dan cukup serta memungkinkan auditor bekerja secara
independen untuk mencapai kesamaan kesimpulan pada situasi serupa. Prinsip Audit Mutu, secara garis besar terdiri
dari dua prinsip yaitu prinsip-prinsip yang terkait dengan auditor dan prinsip-prinsip yang terkait dengan kegiatan
audit.
1. Prinsip-prinsip yang terkait dengan auditor, yaitu :
a. Kode Etik sebagai Dasar Profesionalisme.
Kode Etik merupakan dasar profesionalisme auditor dalam pelaksaan audit. Profesionalisme dari seorang
auditor tercermin pada sikap dapat dipercaya, memiliki integritas, dapat menjaga kerahasiaan dan berpendirian.
Seorang auditor harus mampu menunjukkan sikap berpendirian, yaitu sikap mampu memberikan penilaian yang
proporsional dan kontekstual.
b. Menyajikan hasil yang obyektif dan akurat.
Seorang auditor berkewajiban untuk melaporkan hasil temuan audit secara benar dan akurat. Temuan audit,
kesimpulan audit dan laporan audit mencerminkan pelaksanaan kegiatan audit secara benar dan akurat. Hambatan
signifikan yang ditemukan selama audit dan perbedaan pendapat yang tidak terselesaikan antara tim audit dan auditi
harus dilaporkan.
c. Profesional, memiliki kompetensi sebagai auditor.
2. Prinsip Audit yang relevan dengan kegiatan audit, yaitu :
a. Independen-auditor (mandiri dan tidak berpihak) tidak melakukan audit pada area yang bukan tanggungjawabnya.
b. Bukti Obyektif sebagai dasar membuat kesimpulan audit, dapat diverifikasi dan sample audit yang diambil cukup
mewakili.
c. Terencana, audit harus terencana secara sistematik sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.
d. Auditor harus berkualifikasi dan independen.
e. Maksud dan tujuan dari audit harus diklarifikasi dan disetujui.
f. Audit harus direncanakan dan dipersiapkan secara memadai.
g. Orang yang bertanggung jawab atas aktifitas yang akan diaudit harus secara baik dan diberitahukan sebelum dan sesudah
audit.
h. Rencana audit dan laporan akhir harus tertulis.
i. Auditor harus menindaklanjuti tindakan perbaikan.
j. Penilaian terhadap standar harus obyektif, faktual dan apabila mungkin kuantitatif.
k. Audit tidak mengganggu kegiatan operasional yang berjalan.
l. Frekuensi, intensitas dan luas audit bervariasi dengan kebutuhan actual.
m. Kertas kerja dan dokumen audit harus disimpan dengan baik dan teratur.
n. Uji petik untuk mengumpulkan bukti harus tidak memihak dan dapat dipercaya.
5.4 ALASAN MELAKUKAN AUDIT MUTU
Dalam Sistem Manajemen Mutu (SMM) ada beberapa alasan melakukan audit berkesinambungan yaitu
untuk melihat efektivitas system berdasar sampling dan lokasi/bagian, walaupun alasan yang pokok memberi
jaminan dan mencegah timbulnya masalah-masalah dan meningkatkan efektivitas SMM alasan melakukan Audit
antara lain (Iskandar Indranata, 2006) :
1. Mengembangkan sistem pada organisasi.
2. Meyakinkan organisasi akan efektivitas dan kesesuaian akan system itu sendiri.
3. Meyakinkan organisasi dalam memilih pemasok baru, bahwa SMM pemasok sesuai dengan apa yang diinginkan
organisasi.
4. Meyakinkan organisasi bahwa pemasok yang ada masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan organisasi.
5. Memenuhi kesesuaian standar/undang-undang, bahwa organisasi harus terus menerus mengimplementasikan dan
memelihara SMM secara konsisten.
5.5 MANFAAT AUDIT
1. Menilai ketaatan terhadap prosedur pengendalian mutu dan standar program mutu.
2. Menilai proses pengembalian keputusan untuk keabsahan.
3. Menilai karakteristik mutu suatu produk serta proses yang berkaitan dengan spesifikasi dari pelanggan atau
pendesainmelalui pengendalian dari inspkesi regular.
4. Memperbaiki efektivitas dari program manajemen mutu.
5. Mengeksplorasi penyebab kerusakan, keluhan pelanggan dan masalah lain.
6. Memperoleh sertifikasi normal dari program manajemen mutu.
7. Mengarahkan dan memotivasi staff dan manajemen untuk menciptakan kesadaran mutu.
8. Menunjukkan perhatian manajemen mutu terhadap pemasok untuk memperoleh perlindungan atas tuntutan liabilitas
produk.
9. Memperkenalkan formalitas dan konsistensi dalam program mutu.
10. Melakukan pelatihan dan memberikan pengetahun teknis.
Hasil audit dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Salah satu manfaat audit yang paling sentral adalah sebagai dasar untuk mengambil keputusan, melakukan
perbaikan, meningkatkan eisiensi dan efektivitas fungsi organisasi. Dengan informasi hasil penilaian auditor dan
rekomendasi yang disampaikan, akan memungkinkan pimpinan unit operasi melakukan tindakan perbaikan untuk
meningkatkan efisiensi, efektivita maupun produktivitas usaha secara lebih terarah.
Proses audit merupakan media pembelajaran dan pertumbuhan yang tidak ternilai harganya bagi para pelaku
audit itu sendiri. Karena melalui proses audit, tejadi proses pemahaman secara mendalam tentang seluk beluk
operasi organisasi serta permasalahannya yang dihadapinya, baik permasalahan skala organisasi maupun
permasalahan spesifik yang ada pada setiap fungsi dalam organisasi. Dengan demikian seorang auditor secara
disadari atau tidak telah mempelajari proses manajemen organisasi secara komprehensif dan manajemen fungsional
secara intensif. (BQST)
5.6 PEMISAHAN AUDITOR, LEAD, KLIEN, DAN AUDITE
Auditor
1. Mentaati persyaratan audit dan berkomunikasi dan mengklarifikasi dengan mitra audit yang lain.
2. Merencanakan dan melaksanakan penugasan audit dengan baik.
3. Mencatat observasi dan pelaporan.
4. Memverifikasi tindakan korektif.
5. Mengamankan dokumen audit.
6. Memelihara kerahasiaan.
7. Bekerja sama dengan lead auditor
Lead auditor
1. Membantu menetapkan rencana audit.
2. Mewakili tim audit.
3. Menyampaikan laporan audit
Klien.
4. Menentukan kebutuhan dan memprakarsai audit.
5. Menerima laporan audit.
6. Menentukan tindak lanjut audit
Auditee
1. Memberikan staf tentang audit.
2. Memberikan dukungan pada auditor.
3. Memberikan akses terhadap fasilitas dan material pembuktian.
4. Bekerjasama dengan auditor.
5. Melakukan tindakan korektif.
5.7 PRAKTIK
1. Menetapkan standar yang absah untuk proyek audit.
2. Melakukan proyek audit.
3. Konvensi dalam melaporkan hasil audit.
4. Pemakaian yang etis dari laporan dan data audit.
5. Konvensi dalam sistem dan prosedur audit.
6. Konvensi dalam proses audit.
7. Konvensi dari audit produksi.
8. Konvensi dalam audit / survei pemasok
Cntroling di slide
Manj konflik d atas
Supervise di makalah klmpk
Asertf d mklh klmpk
Mutu di atas
Kinerja bahan kelompok
Pmchn mslh tgs mklh
Pngmbilan kep tgs mklh