163
MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH SEKITAR TAMAN NASIONAL LORE LINDU (Studi Kasus di Desa Salua, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) Handian Purwawangsa SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH SEKITAR TAMAN

NASIONAL LORE LINDU (Studi Kasus di Desa Salua, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala,

Provinsi Sulawesi Tengah)

Handian Purwawangsa

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 2: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

44

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Manfaat Ekonomi Jasa Lingkungan dan

Strategi Pengelolaan Wilayah Sekitar Taman Nasional Lore Lindu : Kasus di

Desa Salua, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah)

adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka

dibagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2008

Handian Purwawangsa

Page 3: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

45

ABSTRACT

HANDIAN PURWAWANGSA. Economic Benefit Of Evironmental Service and Management Strategy of Region Around Lore Lindu National Park (Case Study in Salua Village, Kulawi District,Central Sulawesi Province). Under the direction of DUDUNG DARUSMAN, LETI SUNDAWATI, and DODIK RIDHO NURROCHMAT Lore Lindu Nasional Park produces various environmental services, such as: water regulation, flood and erosion control, prop to spreading of disease and pest, and also conservation of biodiversity. The aim of this study is to calculate the economic benefit of environmental service from Lore Lindu Nasional Park, specially for unknown environmental, flood and erosion danger) and to formulate the management strategy of region around Lore Lindu National Park. This Study used Contingent Valuation Method and SWOT Analyse. Base on willingness to pay in from of money contribution, economic benefit of environmental service to preventive unknow environmental danger is equal to 10.917.818,18/year, in the other hand, base on labor contribution, is equal to 10.166 days working/year (1 day working equal to 8 hours working). The economic benefit for preventive from flood and erosion danger is equal to 10.166 days working/year, same with economic benefit on preventive unknow environmental danger. If labour contribution converted into money or, it is equal to 250.200.000 rupiah/year ( 1 day working = Rp. 25.000). Base on SWOT analyse, effective strategy to manage the region around Lore Lindu Nasional Park is defensif strategy, with weaknesses and thereats minimization. Key Words : Environmental services, Environmental Management Strategy,Contingent Valuation Method, SWOT Analyse.

Page 4: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

46

RINGKASAN

HANDIAN PURWAWANGSA. Manfaat Ekonomi Jasa Lingkungan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Sekitar Taman Nasional Lore Lindu (Studi Kasus di Desa Salua, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah). Dibimbing oleh DUDUNG DARUSMAN, LETI SUNDAWATI dan DODIK RIDHO NURROCHMAT.

Desa Salua merupakan salah satu desa yang berbatasan langsung dengan

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Desa Salua terletak di lembah Kulawi dan

banyak memiliki anak sungai yang bermuara di Sungai Miu atau DAS Palu.

Sudah sejak lama masyarakatnya memiliki hubungan yang erat dengan TNLL

yang dapat dilihat dari banyaknya aktivitas masyarakat yang dilakukan di dalam

kawasan TNLL baik untuk memperoleh sumber pendapatan seperti merotan dan

mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan

mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care 2002).

Dalam hal pengelolaan hutan, masyarakat Desa Salua telah mempunyai

aturan adat yaitu hukum adat Taolo dan hukum adat Ombo untuk menjaga agar

hutan tetap lestari. Selain itu, ada juga ketentuan tentang pengelolaan hutan yang

disepakati oleh pemerintah desa dan lembaga adat dengan difasilitasi oleh LSM

Care.

Seiring dengan perubahan waktu, terdapat faktor sosial, ekonomi dan

kebudayaan yang mempengaruhi pengelolaan hutan di Desa Salua. Ketiga faktor

tersebut diduga telah menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dari masyarakat

Desa Salua dalam hal pengelolaan hutan. Adanya perubahan perilaku tersebut

menyebabkan terjadinya penyerobotan kawasan Taman Nasional Lore Lindu,

pemanfaatan hasil hutan non kayu yang intensif, terjadinya konversi hutan

menjadi penggunaan lain serta terjadinya penebangan liar. Hal tersebut

menyebabkan penurunan fungsi hutan, terutama fungsi lingkungannya. Salah satu

contoh penurunan fungsi hutan yang telah terjadi adalah penurunan fungsi hutan

sebagai pengatur tata air. Pada tahun 2002 di Desa Salua pernah terjadi banjir

besar, yang menyebabkan kerusakan pada ladang dan rumah milik masyarakat.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap

kondisi lingkungan di Desa Salua dan mengetahui nilai ekonomi jasa lingkungan

untuk pencegahan bahaya lingkungan, baik bahaya lingkungan yang sudah

Page 5: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

47

diketahui maupun bahaya lingkungan yang belum diketahui, dengan cara

mengukur kemauan membayar masyarakat Desa Salua terhadap perbaikan

lingkungan beserta peubah-peubah yang mempengaruhinya, serta merumuskan

strategi pengelolaan wilayah di sekitar kawasan TNLL khususnya di Desa Salua.

Metode yang digunakan adalah Continget Valuation Method dan analisis SWOT.

Bahaya lingkungan yang sudah diketahui adalah bahaya lingkungan yang

sudah terjadi seperti banjir dan erosi sedangkan Bahaya lingkungan yang tidak

diketahui adalah bahaya lingkungan yang belum terjadi saat ini, akan tetapi

diprediksi berpotensi dapat terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan ilmu dan

pengetahuan yang ada. Contoh dari bahaya lingkungan yang tidak diketahui bisa

berupa bencana alam seperti gempa bumi atau kebakaran hutan, penyakit baru

bagi manusia atau hama penyakit bagi tumbuhan.

Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa masyarakat Desa Salua

beranggapan bahwa banjir, erosi dan bahaya lingkungan yang tidak diketahui

merupakan ancaman bagi masyarakat Salua. Selain itu, ancaman dari ketiga

bahaya lingkungan tersebut, akan terus meningkat dimasa yang akan datang, tanpa

adanya program pencegahan bahaya lingkungan. Masyarakat Salua juga

berpendapat bahwa program pembangunan yang selama ini dilaksanakan belum

mampu untuk mengurangi ancaman bahaya lingkungan yang mungkin terjadi,

baik bahaya lingkungan yang diketahui maupun bahaya lingkungan yang tidak

diketahui.

Nilai ekonomi jasa lingkungan dari Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)

untuk pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui dihitung berdasarkan

kemauan membayar masyarakat (WTP) dalam bentuk sumbangan uang dan

sumbangan tenaga kerja. Berdasarkan WTP dalam bentuk uang, nilai ekonomi

jasa lingkungan untuk pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui

adalah Rp. 10.917.818.18 pertahun. Nilai tersebut hampir sama dengan realisasi

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta realisasi penerimaan rutin dan

pembangunan di Desa Salua yang berjumlah ±Rp.10.000.000.

Sedangkan berdasarkan sumbangan tenaga kerja, nilai ekonominya setara

dengan 10.116 HOK per tahun. Jika hari kerja tersebut dikonversi ke dalam

bentuk uang, dengan asumsi 1 hari orang kerja (HOK) di Desa Salua adalah Rp.

Page 6: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

48

25.000, maka nilainya mencapai 250.200.000/tahun. Nilai ekonomi jasa

lingkungan dari TNLL untuk pencegahan bahaya banjir dan erosi mempunyai

nilai yang sama dengan nilai ekonomi jasa lingkungan untuk pencegahan bahaya

lingkungan yang tidak diketahui, dengan WTP dalam bentuk sumbangan tenaga

kerja, yaitu 10.116 HOK.

Variabel atau peubah yang berpengaruh nyata terhadap WTP masyarakat

berdasarkan korelasi sederhana adalah pendapatan rata-rata masyarakat, tingkat

pendidikan, pengetahuan masyarakat terhadap banjir di daerah “Dongi-dongi”

serta besarnya pendapatan tambahan yang digunakan untuk program perbaikan

lingkungan. Sedangkan ajaran “Katuwua” tidak berpengaruh nyata terhadap WTP

masyarakat. Berdasarkan analisis regresi secara agregat variabel yang

berpengaruh nyata hanyalah pendapatan rata-rata masyarakat. Model regresi yang

dihasilkan adalah WTP = 1.992 +0.376 X1+0.0000255 X2 + 0.376 X3 + 0.870 X4

+ 0.32 X5, dimana X1 adalah pendapatan rata-rata, X2 penggunaan pendapatan

tambahan untuk program perbaikan lingkungan, X3 pengetahuan tentang

“Katuwua”, X4 tingkat pendidikan dan X5 pengetahuan tentang banjir di daerah

“Dongi-dongi”.

Nilai R2 dari model diatas adalah 46,5%, yang berarti bahwa 46,5%

keragaman WTP masyarakat desa salua untuk program pencegahan bahaya

lingkungan yang tidak diketahui dapat diterangkan oleh variabel-variabel penjelas

yang terdapat di dalam model, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lain

yang tidak terdapat di dalam model. Analisis dengan menggunakan perhitungan

linear logaritma juga memberikan nilai R2 yang hampir sama, yaitu 45.7% dan

memberikan pengaruh nyata dengan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan analisis SWOT, strategi pengelolaan lingkungan yang paling

efektif dilakukan adalah strategi defensif, karena kekuatan yang dimiliki lebih

kecil dibandingkan dengan kelemahan, dan ancaman yang ada lebih besar

dibandingkan dengan peluang yang dimiliki.

Page 7: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

49

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 8: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

50

MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH SEKITAR TAMAN

NASIONAL LORE LINDU (Studi Kasus di Desa Salua, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala,

Provinsi Sulawesi Tengah)

Handian Purwawangsa

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 9: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

51

Judul Tesis : Manfaat Ekonomi Jasa Lingkungan dan Strategi Pengelolaan Wilayah di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) (Studi Kasus di Desa Salua, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah)

Nama : Handian Purwawangsa NRP : E.051040191

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA Ketua

Dr.Ir. Leti Sundawati, M.Sc Dr.Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc Anggota Anggota

Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Dekan Sekolah Pasca Sarjana Pengetahuan Kehutanan Prof.Dr.Ir. Imam Wahyudi,MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 16 Mei 2008 Tanggal Lulus :

Page 10: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

52

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1979 di Cianjur dari ayah yang

bernama R.Sholihin SP dan Nenih Umaemah. Penulis merupakan anak pertama

dari tiga bersaudara. Pada tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan dari

SMU (plus) Muthahari, kemudian melanjutkan studi S1 di Departemen

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB, dan berhasil lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai staff pengajar di Departemen

Manajemen Hutan Fakultas kehutanan IPB. Pada tahun 2006 penulis mendapat

tugas sebagai komisi kemahasiswaan Departemen Manajemen hutan dan

Pembinan Forest Management Study Club (FMSC). Pada tahun 2007 penulis

mendapat tugas menjadi koordinator kemahasiswaan Fakultas Kehutanan IPB dan

pada tahun 2008 penulis mendapat tugas sebagai staf di Direktorat Pengembangan

Karir dan Hubungan Alumni Institut Pertanian Bogor.

Page 11: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

53

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia yang diberikan-Nya penulis bisa menyelesaikan tesis yang berjudul “Manfaat Ekonomi Jasa Lingkungan dan Strategi Pengelolaan Wilayah di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu Studi Kasus di Desa Salua, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyempaikan ucapapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan tesis ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Prof.Dr. Ir. Dudung Darusman,MA selaku ketua komisi pembimbing dan Dr.Ir. Leti Sundawati, M.Sc serta Dr.Ir. Dodik Ridho Nurrochmat selaku anggota komisi pembimbing. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ahyar Ismail,M.Agr yang telah berkenan menjadi penguji luar komisi. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada STORMA yang telah mendanai penulisan tesis ini, staf pengajar di Fakultas kehutanan IPB khususnya di Bagian Kebijakan Kehutanan yang telah memberikan dorongan kepada penulis, rekan-rekan yang telah membantu pengumpulan data Bang Sumarno, Ade, Pipin,Masnun dan Rifai. Kepala Desa Salua beserma seluruh masyarakat yang telah menerima dan membantu penulis dengan tulus dalam proses pengumpulan data. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada istri tercinta Lina Mayliana,S.Pt atas semua doa, dorongan dan pengertiannya selama proses penyelesaian tesis ini, serta pada buah hati tersayang Khaira Hashifa Purwawangsa yang senantiasa menjadi sumber inspirasi dalam menyelesaikan karya ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Ayah tercinta R.Sholihin SP dan dan ibu tercinta Nenih Umaemah, serta papa Suharjo Warkidi dan mama Tri Nartuti yang senantiasa mendoakan dan membantu penulis dalam berbagai hal. Terakhir penulis menyampaikan terimakasih kepada adik tercinta Isti Aditya Purwasena dan Rizky Ali Akbar, “Sintesa” Gank, Adi Hadianto dan keluarga, M.Isbayu dan keluarga, Jumaidi Indra, Hendra Laso, Aldicka, Pringgadi Kridiarto, Dian Panjang, Khairul dan serta semua pihak yang telah membatu penulis dengan tulus ikhlas, semoga Allah SWT membalasnya dengan ganjaran yang setimpal. Bogor, April 2008 Handian Purwawangsa

Page 12: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

54

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................. i

DAFTAR ISI .............................................. ii

DAFTAR TABEL .............................................. iv

DAFTAR GAMBAR .............................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................. vii

PENDAHULUAN .............................................. 1

Latar Belakang .............................................. 1 Perumusan Masalah .............................................. 6 Tujuan ..................................................................................................... 10 Manfaat Penelitian .................................................................................. 10 Alur Pikir Penelitian ............................................................................... 11

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 12

Valuasi Ekonomi Penggunaan Sumberdaya Alam Terpulihkan ............ 12 Teknik Pengukuran Tidak Langsung ...................................................... 17 Teknik Pengukuran Langsung ................................................................ 19 Konsep Pengelolaan MilikBersama ........................................................ 26 Teori Adaptasi ........................................................................................ 28 Analisis SWOT ....................................................................................... 29

METODE PENELITIAN .............................................................................. 32

Pendekatan Penelitian ............................................................................. 32 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 34 Metode Pengambilan Sampel ................................................................. 34 Data dan Pengukurannya ........................................................................ 36 Langkah Kerja ........................................................................................ 38

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................. 43

Sejarah Singkat Taman Nasional Lore Lindu ......................................... 43 Kondisi Fisik dan Geografis TNLL ........................................................ 44 Status Kawasan dan Status Pengelolaan ................................................. 44 Batas Kawasan ........................................................................................ 44 Kondisi Iklim .......................................................................................... 45 Potensi Flora dan Fauna ........................................................................ 45 Letak Geografis Kecamatan Kulawi ....................................................... 52 Topografi ................................................................................................ 52 Penduduk ................................................................................................ 53 Pendidikan .............................................................................................. 55 Pertanian ................................................................................................. 56

Page 13: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

55

Keuangan Daerah ................................................................................... 57 Kondisi Umum Desa Salua ..................................................................... 59 Sistem Pengelolaan Sumberdaya Alam di Desa Salua ........................... 63 Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu di Desa Salua ........................... 64 Perburuan Satwa Liar ............................................................................. 65 Sumber Air Desa Salua ........................................................................... 66

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 74

Nilai Manfaat Jasa Lingkungan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) .. 74 Persepsi Masyarakat Desa Salua terhadap Ancaman Banjir .................. 76 Persepsi Masyarakat Desa Salua terhadap Ancaman Erosi .................... 78 Persepsi Masyarakat terhadap Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui ...................................................................................... 79 Willingness to Pay Masyarakat Desa Salua terhadap Jasa Lingkungan TNLL .......................................................................... 81 Faktor-faktor yang Mempengaruhi WTP Masyarakat Desa Salua ......... 88 Korelasi antara WTP Masyarakat Desa Salua dengan Pendapatan Masyarakat .............................................................................................. 88 Korelasi antara WTP Masyarakat Desa Salua dengan Tingkat Pendidikan .............................................................................................. 90 Korelasi antara WTP Masyarakat Desa Salua dengan Pengetahuan “Katuwua” ............................................................................................. 91 Model Agregat WTP Masyarakat Salua ................................................. 93 Strategi Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua .................................... 94

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 115

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 117

LAMPIRAN .................................................................................................... 121

Page 14: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

56

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jarak Antara Ibu Kota Kecamatan dengan Desa-desa di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 .............................................................................. 52

2. Keadaan Tanah Menurut Persentase Bentuk Permukaan Tanah menurut Desa di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 .............................................. 53

3. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 ........................................................................................... 54

4. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rata Penduduk per Rumah Tangga di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 ............................. 54

5. Banyaknya Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 .............................................................................. 55

6. Jumlah Pelajar berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 ........................................................................................... 56

7. Luas Tanaman Bahan Makanan di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 (Ha) .................................................................................. 57

8. Realisasi Penerimaan Rutin dan Pembangunan di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 (000 Rp) ........................................................................... 58

9. Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Kulawi Tahun 2003-2005 ..................................................................... 58

10. Tingkat Pendidikan Masyarakat (Responden) di Desa Salua Tahun 2005 ........................................................................................... 61

11. Persentase Mata Pencaharian Utama Masyarakat (Responden) di Desa Salua ........................................................................................ 62

12. Rata-rata Pendapatan / Income Masyarakat Desa Salua (Responden) Tahun 2005 ........................................................................................... 62

13. Dampak Banjir Terhadap Masyarakat Desa Salua ............................... 76

14. Dampak Banjir terhadap Lingkungan Desa Salua Tanpa Adanya Tindakan Pencegahan Banjir ................................................................ 77

15. Dampak Erosi terhadap Masyarakat Desa Salua .................................. 78

16. Dampak Erosi Terhadap Lingkungan Desa Salua tanpa Ada Upaya Pencegahan Erosi ................................................................................. 79

17. Ancamanan Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui terhadap Masyarakat Desa Salua ........................................................................ 80

18. Pendapat Masyarakat terhadap Ancaman Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui Tanpa Adanya Program Pencegahan ........................ 81

19. Kemauan Membayar Masyarakat Desa Salua terhadap Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui ....................................................... 84

Page 15: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

57

20. Kemauan Membayar Masyarakat Desa Salua terhadap Bahaya Lingkungan yang Tidak diketahui dalam Bentuk Sumbangan Tenaga 85

21. Kemauan Membayar Masyarakat untuk Pencegahan Bahaya Banjir dan Erosi dalam Bentuk Sumbangan Tenaga ...................................... 86

22. Penggunaan Pendapatan Tambahan oleh Masyarakat Desa Salua ....... 90

23. Pengetahuan Masyarakat Desa Salua tentang Ajaran Katuwua ........... 91

24. Pengetahuan Masyarakat Desa Salua tentang Banjir di Daerah Dongi-dongi ............................................................................. 92

25. Hasil Analisis Nilai WTP Masyarakat Desa Salua .............................. 93

26. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan Lingkungan

di Desa Salua ........................................................................................ 93

27. Faktor Strategis Internal Kekuatan dalam Pengelolaan Lingkungan

di Desa Salua ........................................................................................ 95

28. Faktor –Faktor Strategis Internal Kelemahan dalam Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua .................................................................... 100

29. Faktor-Faktor Strategis Eksternal Ancaman dalam Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua .................................................................... 104

30. Faktor-Faktor Strategis Eksternal Peluang dalam Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua ................................................................... 108

31. Matrik SWOT dalam Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua ............ 113

Page 16: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

58

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Sisa-sisa Banjir di Desa Salua pada Tahun 2002 ................................. 9

2. Alur Pikir Penelitian ............................................................................. 11

3. Surplus konsumen ................................................................................ 16

4. Klasifikasi Valuasi Non-Market ........................................................... 17

5. Hubungan antara Nilai Properti dan Kualitas Lingkungan .................. 19

6. Proses Pengambilan Keputusan Strategis ............................................ 30

7. Diagram SWOT .................................................................................... 31

8. Transisi-transisi antara Fenomena dan Pengamatan Berbeda .............. 33

9. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 60

10. Pengankutan Kayu dari Hutan ke TO atau Desa .................................. 64

11. Penebangan Pohon di Kawasan TNLL ................................................ 64

12. Proses Pengangkutan Rotan menuju TO dan Rotan Asalan di Tempat Pengumpulan Lokal ............................................................................. 65

13. Proses Perburuan Kera di Desa Salua .................................................. 66

14. Kawasan TNLL yang Telah Berubah Fungsi menjadi Kebun ............. 68

15. Kawasan TNLL yang Rusak Akibat Penebangan Liar ........................ 73

16. Koordinat Kartesian SWOT ................................................................. 112

Page 17: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

59

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Variabel, Indikator, dan Parameter Penelitian tentang Kemauan

Membayar Masyarakat terhadap Perbaikan Lingkungan ..................... 121

2. Gambar Perbedaan antara Resiko Banjir dan Erosi ............................ 125

3. Gambar Keadaan tanpa Adanya Pencegahan untuk Banjir ................. 125

4. Gambar Setelah Adanya Program Pencegahan Banjir ......................... 126

5. Gambar Keadaan tanpa Adanya Pencegahan untuk Erosi .................. 126

6. Gambar Keadaan Setelah Adanya Program Pencegahan Erosi ........... 127

7. Gambar Lingkungan yang Sehat ......................................................... 127

8. Gambar Kondisi Lingkungan tanpa Adanya Program Pencegahan Terhadap Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui ......................... 128

9. Gambar Kondisi Lingkungan setelah Adanya Program Pencegahan Terhadap Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui ......................... 128

10. Gambar Kartu Percobaan yang Menunjukan Berbagai Jenis Perbaikan Lingkungan dengan berbagai Tingkat Harga ...................... 129

11. Gambar Kartu Percobaan untuk Mengetahui Konsentrasi ................... 130

12. Gambar Kisaran Harga yang Ditawarkan kepada Responden untuk Pencegahan Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui ..................... 131

13. Gambar Kisaran Harga yang Ditawarkan kepada Responden untuk Pencegahan Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui dalam Bentuk Sumbangan Tenaga ............................................................................. 132

14. Gambar Kisaran Harga yang Ditawarkan Untuk Pencegahan Banjir dan Erosi dalam Bentuk Sumbangan Tenaga Kerja ............................. 133

15. Matrik SWOT ....................................................................................... 134

16. Rekapitulasi Perhitungan SWOT ......................................................... 136

17. Persepsi Masyarakat terhadap Pengaruh Pembangunan Desa beserta Pihak yang Seharusnya Bertanggungjawab dalam Mengurangi Ancaman Banjir ................................................................................ 139

18. Persepsi Masyarakat terhadap Pengaruh Pembangunan Desa beserta Pihak yang Seharusnya Bertanggungjawab dalam Mengurangi Ancaman Erosi ..................................................................................... 140

19. Persepsi Masyarakat terhadap Pengaruh Pembangunan Desa dalam Mengurangi Ancaman Erosi ................................................................ 141

20. Hasil Perhitungan Regresi Antara WTP dengan Pendapatan Masyarakat ........................................................................................... 142

Page 18: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

60

21. Hasil Perhitungan Korelasi antara WTP dengan Pendapatan Masyarakat ........................................................................................... 143

22. Hasil Perhitungan Korelasi antara Pendapatan Masyarakat dengan Persentase Penggunaan Pendapatan Tambahan untuk Perbaikan Lingkungan yang Tidak Diketahui....................................................... 144

23. Hasil Perhitungan Korelasi antara WTP dengan Tingkat Pendidikan .. 145

24. Hasil Perhitungan Korelasi antara WTP dengan Pengetahuan “Katuwua” ............................................................................................ 146

25. Hasil Perhitungan Korelasi antara WTP dengan Pengetahuan tentang Banjir di Dongi-dongi .......................................................................... 147

26. Hasil Perhitungan antara Korelasi WTP dengan Wabah Penyakit yang Melanda daerah di Luar Desa Salua. .................................................... 148

27. Uji F terhadap Model Regresi Berganda .............................................. 149

Page 19: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

61

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya alam hutan (SDAH) adalah faktor produksi dan konsumsi

untuk kesejahteraan bangsa khususnya dan umat manusia pada umumnya. SDAH

dalam memberikan manfaat kesejahteraan kepada umat manusia mempunyai lebih

banyak dimensi dibandingkan dengan sumberdaya alam (SDA) lain, yakni: (1)

memberi berbagai bentuk manfaat, baik manfaat-manfaat berwujud (tangible),

maupun manfaat tidak berwujud (intangible); (2) bagi seluruh lapisan masyarakat,

lapisan bawah sampai atas, masyarakat tradisional sampai modern; (3) bagi

generasi kini dan generasi yang akan datang, serta (4) bagi keutuhan bumi sebagai

tempat hidup seluruh bangsa di dunia (Darusman 2002).

Dari sudut pandang sumberdaya alam sebagai aset ekonomi maupun daya

dukung kehidupan, SDAH dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Bentang alam berupa stock atau modal alam (natural capital) seperti daerah

aliran sungai (DAS), danau, kawasan lindung, yang keberadaannya tidak

dibatasi wilayah administratif, dan

2. SDA berupa komoditi seperti kayu, rotan, air, mineral, batu bara, dan sumber

daya alam lainnya yang dapat diproduksi menjadi sumber/aset ekonomi

Aset ekonomi maupun daya dukung kehidupan tersebut berada dalam

berbagai bentuk ekosistem. Dengan demikian, ekosistem menyediakan produk

seperti makanan dan air serta jasa, seperti pengaturan dan pengendalian banjir;

kekeringan dan penyakit; jasa pendukung seperti pembentukan tanah dan siklus

hara; jasa kebudayaan seperti rekreasi, spiritual, keagamaan dan manfaat bukan

material lain (Bappenas 1993, diacu dalam Kartodiharjo 2006).

Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah

maksimum kemauan seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa yang

dimilikinya dalam rangka memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal,

konsep nilai ekonomi lingkungan disebut dengan kemauan membayar (willingness

to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam

dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari hutan

Page 20: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

62

bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter

barang dan jasa (Fauzi 2004).

Manfaat lingkungan seringkali diabaikan karena pada umumnya manfaat

tersebut baru terasa manfaatnya di masa yang akan datang. Manfaat pencegahan

banjir dan erosi misalnya, baru terasa jika banjir dan erosi tersebut telah terjadi.

Oleh karena itu, manfaat lingkungan seringkali tidak terkuantifikasi dalam

perhitungan menyeluruh terhadap perhitungan SDAH. Dalam hal ini, nilai

tersebut tidak saja nilai pasar (market value) barang yang dihasilkan dari

sumberdaya hutan, melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh

sumberdaya tersebut.

Menurut (Balmford et al 2002, diacu dalam Barkmann et al 2006), salah

satu rintangan paling besar dalam membuat desain pengelolaan jasa lingkungan

adalah kurangnya pengetahuan tentang nilai ekonomi non pasar yang ada pada

ekosistem hutan dan sistem penggunaan lahan pertanian yang ada di dalamnya.

Dalam konteks Indonesia, studi mengenai nilai ekonomi hutan yang ada di

Indonesia masih sangat sedikit. Selain itu, riset tentang penghitungan nilai jasa

lingkungan dan keanekaragaman hayati juga masih sedikit (Pattanayak & Kramer

2001, diacu dalam Barkman et al 2006).

Dari segi karakteristik SDA, konservasi jasa lingkungan, misalnya berupa

pengendalian banjir, longsor, dan erosi dapat diklasifikasikan ke dalam common

pool resources, yang menyediakan jasa bagi kelompok masyarakat tertentu dalam

suatu wilayah daerah aliran sungai (DAS) tertentu. Pemanfaatan jasa lingkungan

ini pada umumnya bersifat non-excludable, artinya sangat sulit, meskipun bukan

tidak mungkin mengeluarkan individu atau kelompok masyarakat tertentu untuk

tidak memanfaatkan jasa lingkungan. Jasa lingkungan mempunyai sifat sebagai

non-subtractable, yaitu apabila dimanfaatkan oleh satu pihak, pihak lain masih

dapat menikmati (Folmer and Gabel, 2001).

Selain itu, konservasi jasa lingkungan seringkali dilakukan oleh perorangan

atau kelompok masyarakat, misalnya dengan melakukan penanaman hutan atau

mengkonservasi sumber air. Dana untuk kegiatan tersebut bisa berasal dari

berbagai sumber seperti dari pemerintah, lembaga donor, swadaya masyarakat,

atau gabungan dari beberapa pihak. Apabila upaya-upaya ini gagal dilakukan

Page 21: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

63

maka dampak negatif akan terjadi dan menjadi common pool bads (Kartodiharjo

2006). Dengan demikian, peran masyarakat cukup menentukan dalam upaya

pelestarian maupun perbaikan kualitas lingkungan.

Desa Salua merupakan salah satu desa yang berbatasan langsung dengan

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Desa Salua terletak di lembah Kulawi dan

banyak memiliki anak sungai yang bermuara di Sungai Miu atau DAS Palu.

Sudah sejak lama masyarakatnya memiliki hubungan yang erat dengan TNLL

yang dapat dilihat dari banyaknya aktivitas masyarakat yang dilakukan di dalam

kawasan TNLL baik untuk memperoleh sumber pendapatan seperti merotan dan

mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan

mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care 2002).

Mata pencaharian utama masyarakat Desa Salua adalah pertanian,

khususnya tanaman coklat dan kopi, sekitar 95% masyarakat mengandalkan hasil

tanaman coklat sebagai penghasilan utama. Sebagian masyarakat juga

mengandalkan rotan sebagai mata pencaharian alternatif/sampingan. Di sekitar

ladang dan tempat tinggal masyarakat desa Salua terdapat tiga sungai besar yang

sering meluap di musim hujan.

Dalam hal pengelolaan hutan, masyarakat disekitar Taman Nasional Lore

Lindu telah memiliki falsafah yang disebut Katuwua, yaitu suatu ajaran tentang

keselarasan antara kehidupan manusia dengan alam. Falsafah tersebut diwujudkan

oleh masing-masing kelompok masyarakat dalam bentuk hukum adat. Desa Salua

telah mempunyai aturan adat dalam mengelola lingkungan, yaitu hukum adat

Taolo dan hukum adat Ombo. Taolo adalah aturan adat yang berisi : 1) Sumber

mata air tidak boleh dirusak, 2) Hutan dengan kemiringan 70˚-90˚ tidak boleh

dirusak, dan 3) Tempat-tempat yang dikeramatkan tidak boleh dirusak. Hukum

adat Ombo adalah suatu kegiatan adat berupa pelarangan melakukan kegiatan

yang berlebih untuk sementara waktu dalam wilayah tertentu. Ada tiga unsur

penting dalam pemberlakuan hukum adat Ombo, yaitu jenis sumberdaya yang

dilarang, batas wilayah dan daerah yang akan diberlakukan Ombo.

Selain itu, ada juga ketentuan tentang pengelolaan hutan yang disepakati

oleh pemerintah desa dan lembaga adat dengan difasilitasi oleh LSM Care.

Kesepakan-kesepakatan tersebut adalah; 1) Dilarang menebang hutan secara liar

Page 22: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

64

di wilayah DAS, 2) Dilarang berburu binatang dan hewan yang dilindungi, 3)

Dilarang menebang kayu/membuka lahan baru di kemiringan 45˚ pada DAS dan

jarak dari DAS 50-100 meter, 4) Dilarang melakukan penangkapan ikan dengan

arus listrik dan racun pada sungai di Desa Salua. Jika ada masyarakat yang

melanggar peraturan tersebut akan dikenai sanksi Hampole Hangu dengan nilai

uang setara dengan Rp 600.000 (10 Dulang, 1 mbesa, 1 ekor kerbau).

Seiring dengan perubahan waktu, terdapat faktor sosial, ekonomi dan

kebudayaan yang mempengaruhi pengelolaan hutan di Desa Salua. Ketiga faktor

tersebut diduga telah menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dari masyarakat

Desa Salua dalam hal pengelolaan hutan. Adanya perubahan perilaku tersebut

menyebabkan terjadinya penyerobotan kawasan Taman Nasional Lore Lindu,

pemanfaatan hasil hutan non kayu yang intensif, terjadinya konversi hutan

menjadi penggunaan lain serta terjadinya penebangan liar. Luas kawasan TNLL

yang telah berubah menjadi perkebunan coklat mencapai 30.000 ha. (Sinar

Harapan, 2003). Hal tersebut menyebabkan penurunan fungsi hutan, terutama

fungsi lingkungannya. Salah satu contoh penurunan fungsi hutan yang telah

terjadi adalah penurunan fungsi hutan sebagai pengatur tata air. Pada tahun 2002

di Desa Salua pernah terjadi banjir besar, yang menyebabkan kerusakan pada

ladang dan rumah milik masyarakat.

Terjadinya penurunan fungsi lingkungan hutan di Desa Salua, telah

menyebabkan bahaya lingkungan di Desa Salua. Secara umum, bahaya

lingkungan yang mengancam Desa Salua terbagi dua, yaitu bahaya lingkungan

yang sudah diketahui seperti banjir dan erosi, serta bahaya lingkungan yang belum

diketahui seperti timbulnya penyakit baru bagi manusia, serangan hama penyakit

serta bahaya lingkungan lain yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Untuk mencegah bahaya lingkungan, baik yang telah diketahui maupun

belum diketahui di Desa Salua, diperlukan program-program perbaikan

lingkungan, yang mengikutsertakan seluruh stakeholders yang terkait. Biaya

untuk mendanai program perbaikan lingkungan tersebut bisa berasal dari

pemerintah, swasta, bantuan asing, swadaya masyarakat, maupun gabungan dari

beberapa pihak.

Page 23: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

65

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap

kondisi lingkungan di Desa Salua dan mengetahui nilai ekonomi jasa lingkungan

untuk pencegahan bahaya lingkungan dengan cara mengukur kemauan membayar

masyarakat Desa Salua terhadap perbaikan lingkungan beserta peubah-peubah

yang mempengaruhinya, serta merumuskan strategi pengelolaan wilayah di

sekitar kawasan TNLL khususnya di Desa Salua.

Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantifikasi nilai ekonomi lingkungan dalam hal pencegahan banjir dan erosi serta

bahaya lingkungan yang belum diketahui dengan menggunakan valuasi non-

market dengan pengukuran secara langsung atau melalui survei (expressed

willingness to pay). Metode valuasi non-market melalui survei yang akan dipakai

adalah Contingent Valuation Method (CVM).

Dalam praktiknya, pengukuran manfaat ekonomi jasa lingkungan dianggap

masih memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut diantaranya adalah :

Kemungkinan timbulnya bias (understate dan overstate) yang disebabkan oleh

strategi yang keliru atau rancangan penelitian yang kurang tepat (Fauzi 2001),

kemungkinan timbulnya warm glow (menyenangkan pewawancara) dan catering

bias (menyetujui apa yang disetujui oleh pewawancara) (Carson 2001), serta

kemungkinan bias akibat faktor ekonomi, psikologi ekonomi dan politik serta

tidak konsistennya jawaban responden akibat keterbatasan pengetahuan responden

terhadap materi yang ditanyakan (Schläpfer, 2007).

Meskipun demikian, ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk

mengurangi kemungkinan bias yang terjadi. Solusi yang bisa dilakukan

diantaranya adalah : Membuat desain dan implementasi studi secara hati-hati

(Richard 2001), harga yang ditawarkan dalam CVM sebaiknya, dekat dengan

harga aktual yang berlaku bagi mayoritas responden, jika harga berupa kenaikan

pajak, sebaiknya disampaikan dalam bentuk persentase serta responden harus

diberikan pilihan jawaban berdasarkan informasi yang diketahui atau dimengerti

secara umum oleh sebagian besar responden.

Penelitian ini akan mencoba untuk membuat desain penelitian dan

implementasi CVM yang dapat mengurangi hasil perhitungan yang bias,

berdasarkan solusi yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan demikian

Page 24: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

66

diharapkan penelitian ini diharapkan dapat menghitung nilai ekonomi bahaya

lingkungan di Desa Salua, secara akurat.

Setelah nilai ekonomi jasa lingkungan dari TNLL diketahui, diharapkan

apresiasi masyarakat Desa Salua terhadap kelestarian lingkungan bisa meningkat

dan bisa dijadikan rekomendasi bagi pemerintah atau pemegang kebijakan dalam

pengelolaan hutan atau lingkungan di Desa Salua. Rekomendasi tersebut akan

dilengkapi dengan strategi pengelolaan lingkungan dengan menggunakan analisis

SWOT.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis memandang perlu untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Manfaat Ekonomi Jasa Lingkungan dan

Strategi Pengelolaan Wilayah Sekitar Taman Nasional Lore Lindu (Studi Kasus di

Desa Salua Kecamatan Kulawi, Kabupaten Dongggala, Provinsi Sulawesi

Tengah)”.

Perumusan Masalah

Secara administratif, Desa Salua berada di Kecamatan Kulawi, Kabupaten

Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Desa Salua merupakan salah satu desa yang

berada di Lembah Kulawi dan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Lore

Lindu. Secara langsung maupun tidak langsung masyarakat Desa Salua sangat

bergantung dengan TNLL, dan sejak lama masyarakatnya memiliki hubungan

yang erat dengan hutan di TNLL. Hal ini terlihat dengan banyaknya aktivitas

masyarakat yang dilakukan dalam hutan, baik untuk memperoleh pendapatan

seperti merotan dan mengolah kayu maupun untuk keperluan mencari makanan

tambahan seperti sayuran dan daging, memperoleh obat-obatan, serta

perlengkapan ritual.

Meskipun masyarakat Desa Salua telah memiliki aturan adat yang mengatur

tata cara pengelolaan hutan yang lestari yang tertuang dalam hukum adat Taolo

dan hukum adat Ombo serta peraturan desa yang merupakan hasil kesepakatan

antara lembaga adat dengan aparat desa, di dalam survey pendahuluan ditemukan

kecenderungan perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola hutan, akibat

berbagai faktor, seperti faktor sosial, ekonomi, budaya serta penegakan hukum.

Page 25: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

67

Faktor sosial pertama yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam

pengelolaan hutan adalah adanya interaksi masyarakat Salua dengan pendatang,

interaksi yang paling intensif terjadi dengan Suku Bugis. Interaksi tersebut

menempatkan penduduk asli Salua sebagai pihak yang kalah dalam persaingan,

terutama dalam hal persaingan ekonomi. Berdasarkan wawancara dengan tokoh

masyarakat dan pengamatan di lapangan, penyebab utama kekalahan tersebut

adalah faktor internal masyarakat Salua sendiri yang cenderung kurang ulet dan

kurang rajin bekerja. Salah satu contoh adalah kebun coklat masyarakat pendatang

dikelola dengan baik, sehingga hasil produksinya lebih besar dibandingkan

dengan kebun coklat masyarakat lokal yang dibiarkan tidak terawat. Demikian

juga dalam hal perdagangan, masyarakat pendatang cenderung lebih maju

sehingga dapat menguasai perekonomian di Desa Salua dan sekitarnya.

Kondisi tersebut, menyebabkan banyak aset penduduk asli yang berpindah

tangan kepada masyarakat pendatang. Contoh aset yang paling banyak berpindah

tangan adalah tanah/lahan. Lahan-lahan milik penduduk lokal, banyak yang dijual

kepada pendatang, uang hasil penjualan tersebut biasanya digunakan untuk

keperluan yang bersifat konsumtif, sehingga cepat habis. Setelah uang habis dan

tidak mempunyai lahan lagi, penduduk asli merambah lahan-lahan yang berada di

kawasan TNLL untuk dibuka menjadi ladang atau kebun. Perambahan tersebut

telah menyebabkan konversi lahan hutan menjadi perkebunan.

Faktor sosial lain yang berpengaruh adalah faktor pendidikan, tingkat

pendidikan yang rendah terutama pendidikan yang berkaitan dengan lingkungan

hidup menyebabkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan hutan rendah.

Masyarakat cenderung berorientasi jangka pendek dalam mengelola hutan,

sehingga tidak memperhatikan akibat yang akan terjadi di masa yang akan

datang.

Selain itu, dengan adanya interaksi sosial antara masyarakat lokal dengan

pendatang, menyebabkan masyarakat lokal meniru perilaku dari masyarakat

pendatang, hal tersebut terjadi pada kasus penebangan liar. Ketika banyak

masyarakat pendatang yang melakukan penebangan liar atau menjadi penadah

kayu curian, masyarakat lokal terpengaruh untuk melakukan hal serupa karena

tahu ada permintaan terhadap kayu. Oleh karena itu, masyarakat tidak lagi

Page 26: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

68

menebang kayu untuk keperluan pribadi saja, tetapi juga untuk dijual. Dengan

demikian, jumlah kayu yang ditebang oleh masyarakat lokal jauh lebih banyak

dari sebelumnya dan mengakibatkan terjadinya penebangan liar. Hal tersebut

diperparah lagi dengan lemahnya penegakan hukum dari aparat, sehingga

penebangan liar tetap terjadi meskipun intensitasnya tidak terlalu besar.

Selain itu, dengan adanya interaksi dengan pendatang telah menyebabkan

perubahan gaya hidup masyarakat lokal menjadi lebih konsumtif. Barang-barang

yang semula tidak diperlukan, dipandang menjadi kebutuhan. Perubahan pola

konsumsi tersebut dengan sendirinya menuntut masyarakat untuk memperoleh

uang lebih banyak. Ketika hasil dari perkebunan tidak bisa memenuhi kebutuhan

tersebut, yang dilakukan oleh sebagian masyarakat adalah menjual lahannya

kemudian membuka lahan lain di kawasan TNLL atau mencari pendapatan

tambahan dengan menebang kayu maupun mengambil rotan di kawasan yang

dilarang, atau menjual binatang yang dilindungi.

Perubahan perilaku tersebut telah mengakibatkan hal-hal yang negatif

terhadap kelestarian lingkungan, seperti penyerobotan kawasan TNLL, konversi

lahan hutan, penebangan liar dan pemanfaatan hasil hutan non kayu yang intensif.

Hal tersebut dengan sendirinya menyebabkan penurunan fungsi hutan, seperti

fungsi hutan dalam mengatur tata air dan mencegah erosi. Adanya penurunan

fungsi tersebut menyebabkan bahaya lingkungan bagi Desa Salua, baik bahaya

lingkungan yang diketahui, maupun bahaya lingkungan yang belum diketahui.

Bahaya lingkungan yang belum diketahui adalah bahaya lingkungan yang

belum pernah terjadi sebelumnya, seperti wabah penyakit baru serta hama dan

penyakit tumbuhan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Agar bahaya

lingkungan baru tersebut tidak terjadi, maka diperlukan program untuk menjaga

kesehatan lingkungan (tanah, hutan dan lahan) di Desa Salua. Sedangkan bahaya

lingkungan yang diketahui adalah bahaya lingkungan yang telah terjadi di Desa

Salua seperti banjir dan erosi.

Salah satu bahaya lingkungan yang telah terjadi di Desa Salua adalah banjir

besar yang melanda Desa Salua pada tahun 2002. Banjir tersebut menghancurkan

sebagian besar lahan dan rumah milik masyarakat. Ketika penelitian ini

dilaksanakan, masih terlihat sisa-sisa bencana banjir tersebut berupa kayu

Page 27: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

69

gelondongan yang berserakan di sekitar sungai. Contoh sisa-sisa bencana banjir

besar pada tahun 2002 bisa dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Sisa-sisa Banjir di Desa Salua pada Tahun 2002

Salah satu cara untuk menumbuhkan kesadaran untuk mengelola lingkungan

secara lestari kepada masyarakat atau pengambil kebijakan adalah dengan cara

memberikan informasi tentang manfaat ekonomi yang terkandung dalam

lingkungan itu sendiri. Jika nilai ekonomi lingkungan hidup belum diketahui,

dengan sendirinya apresiasi masyarakat dan pengambil kebijakan tidak akan

begitu besar.

Dengan demikian, penelitian ini akan difokuskan untuk mengetahui persepsi

masyarakat terhadap kondisi lingkungan di Desa Salua, menghitung nilai ekonomi

jasa lingkungan dari TNLL dalam mencegah bahaya lingkungan baik bahaya

lingkungan yang telah diketahui maupun bahaya lingkungan yang tidak diketahui,

dengan menggunakan pendekatan willingness to pay (WTP), serta bentuk

kontribusi dari masyarakat yang paling efektif. Selain itu, di dalam penelitian ini

juga akan dirumuskan strategi pengelolaan lingkungan di Desa Salua.

Berdasarkan penuturan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan di Desa Salua?

2. Seberapa besar nilai ekonomi bahaya lingkungan yang diakibatkan oleh

penurunan fungsi hutan di Desa Salua ?

3. Faktor-faktor dominan apa saja yang mempengaruhi besarnya kemauan

membayar (willingness to pay) masyarakat Desa Salua untuk melakukan

perbaikan lingkungan ?

Page 28: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

70

4. Apa kontribusi masyarakat yang paling efektif dalam program perbaikan

lingkungan ?

5. Bagaimana strategi pengelolaan lingkungan di Desa Salua ?

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan di Desa Salua

2. Melakukan penilaian besarnya nilai ekonomi bahaya lingkungan di Desa

Salua

3. Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi besarnya kemauan

membayar (willingness to pay) masyarakat Desa Salua untuk melakukan

perbaikan lingkungan

4. Mengetahui bentuk kontribusi masyarakat dalam program perbaikan

lingkungan yang paling efektif

5. Merumuskan strategi pengelolaan lingkungan di Desa Salua

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan diperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut :

1. Dapat diperoleh informasi tentang nilai ekonomi lingkungan di sekitar

kawasan TNLL berdasarkan perhitungan willingness to pay

2. Pengetahuan yang diperoleh mengenai faktor-faktor dominan yang

mempengaruhi kemauan membayar masyarakat Desa Salua dalam melakukan

pelestarian lingkungan dan perumusan strategi pengelolaan lingkungan di

Desa Salua diharapkan dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang terkait

dengan pengelolaan lingkungan di sekitar kawasan TNLL khususnya di Desa

Salua.

Page 29: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

71

Alur Pikir Penelitian

Alur pikir penelitian, yang secara diagramatis menggambarkan hubungan

antara masalah penelitian, tujuan penelitian, serta metode analisis disajikan pada

Gambar 2 berikut ini :

Perubahan perilaku dalam pengelolaan hutan

Pengelolaan Hutan Desa Salua

Penurunan fungsi hutan

Faktor-faktor Sosial: • Ada interaksi

dengan pendatang • Pendidikan yang

rendah

Faktor-faktor Ekonomi: • Permintaan kayu dan

non kayu • Konsumerisme • Orientasi ekonomi

jangka pendek

Faktor-faktor Budaya: • Budaya masyarakat

memanfaatkan hasil hutan kayu dan non kayu

• Hukum adat Ombo dan Taulo

Lemahnya penegakan hukum

Konversi hutan Penyerobotan Kawasan Taman Nasional Lore

Lindu (TNLL)

Pemanfaatan hasil hutan non kayu yang

intensif

Ilegal Logging

Penilaian ekonomi jasa lingkungan pencegahan bahaya lingkungan

Strategi pengelolaan wilayah (lingkungan hidup)

Bahaya lingkungan

Gambar 2. Alur Pikir Penelitian

SWOT

WTP

Page 30: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

72

TINJAUAN PUSTAKA

Valuasi Ekonomi Penggunaan Sumberdaya Alam Terpulihkan

Salah satu tema sentral dalam ekonomi lingkungan adalah valuasi

sumberdaya hutan. Sumberdaya tersebut diantaranya adalah udara, air permukaan

dan air tanah, lahan, pemandangan yang alami dan lain sebagainya. Sumberdaya

tersebut menghasilkan tiga fungsi : 1) menghasilkan pendukung sistem ekologi

(ecological system support), 2) menghasilkan input negatif dalam proses produksi

(misalnya air tanah terkontaminasi oleh limbah industi), 3) kenyamanan yang di

konsumsi secara langsung dalam bentuk udara bersih, air untuk keperluan rumah

tangga serta jasa rekreasi pada kawasan alamiah (Folmer & Gabel 2001).

Menurut Vercueil (2000) beberapa alasan mengapa valuasi nilai ekonomi

penting bagi pemegang kebijakan adalah : 1) Untuk menjastifikasi dan

memutuskan bagaimana mengalokasikan belanja publik dalam kaitannya dengan

pembangunan infrastruktur dan pelayanan sosial, konservasi serta restorasi yang

berkaitan dengan kenyamanan publik 2) Mempertimbangkan nilai lingkungan

milik publik dan mendorong partisipasi dan dukungan publik terhadap inisiatif

perbaikan lingkungan 3) Untuk membandingkan manfaat dari beberapa proyek

atau program yang berbeda 4) Untuk memprioritaskan program restorasi dan

konservasi dan 5) Untuk memaksimalkan maanfaat ekonomi dari per unit uang

yang dibayarkan.

Dalam membuat keputusan, pemegang kebijakan akan mempertimbangkan

banyak hal, termasuk kualitas lingkungan dan pengaruhnya terhadap kualitas

hidup manusia. Untuk membandingkan biaya dan manfaat ekonomi dari

keputusan tersebut mereka akan membutuhkan perhitungan manfaat ekonomi dari

investasi yang telah dilakukan dalam bentuk terminologi moneter. Untuk beberapa

keputusan seperti untuk menjaga kenyamanan alam pedesaan atau kesehatan dan

keamanan publik, pertimbangan ekonomi tidak akan diutamakan. Oleh karena itu,

dalam situasi tersebut, pemegang kebijakan akan membutuhkan analisis ekonomi

sebagai landasan untuk membuat kebijakan tersebut.

Menurut Laarman dan Sedjo (1992), jasa yang dapat dihasilkan oleh

sumberdaya hutan diantaranya adalah :

Page 31: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

73

Jasa Perlindungan

1. Pengaturan Iklim

2. Pengaturan komposisi atmosfir

3. Stabilisasi lereng, streambanks, tangkapan air, dan sebagainya

4. Shelterbelts, penahan kelembaban tanah

5. Pengaturan aliran air, dan reduksi banjir

6. Reklamasi lahan

7. Penyangga terhadap penyebaran hama dan penyakit

8. Simpanan, distribusi, dan siklus hara

9. Habitat hidupan liar

10. Konservasi keanekaragaman hayati

Jasa Pendidikan dan Kegiatan Ilmiah

1. Penelitian ekosistem dan organisme

2. Zona untuk memonitor perubahan ekologis

3. Spesimen untuk museum, kebun binatang, dan kebun raya

4. Stok untuk makanan, bahan kimia, dan agen pengendali biologis

5. Pendidikan Lingkungan

Pengaruh Psikofisiologis

1. Rekreasi, wisata, dan olahraga

2. Menumbuhkan perasaaan kedamaian, harmonis dengan alam

3. Inspirasi untuk seni, sastra, musik, myth, agama, dan filsafat

4. Situs dan nilai sejarah

Konsumsi Tumbuhan, Hewan, dan Turunannya

1. Kayu : kayu log, bahan pulp dan tiang

2. Kayu bakar

3. Makanan : ikan, buah, jamur, madu, sayuran, dan sebagainya

4. Herba, bunga, tumbuhan obat dan bahan farmasi

5. Getah, resin, laks, minyak, tannin dan waxes

6. Pakan ternak (rumput, daun)

7. Ulat sutera

8. Bahan stuktural non-kayu : bambu, rotan

Page 32: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

74

9. Kulit, bulu, gigi, dan bagian fauna lainnya

10. Habitat flora dan fauna berpotensi ekonomi

Sumber lahan dan ruang kehidupan

1. Cadangan lahan untuk kegiatan pertanian dan pembangunan lainnya

2. Tempat hidup bagi indegenous people

Menurut Hufschmidt et al (1992) diacu dalam Djijono (2002), secara garis

besar metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan) suatu sumberdaya

alam dan lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar,

yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang

berorientasi survei atau penilaian hipotesis yang disajikan berikut ini :

1. Pendekatan Orientasi Pasar

a. Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa

(actual based market methods) :

i. Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity)

ii. Metode kehilangan penghasilan (loss of earning methods)

b. Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap

masukan berupa perlindungan lingkungan :

i. Pengeluaran pencegahan (averted defensif expenditure methods)

ii. Biaya penggantian (replacement cost methods)

iii. Proyek bayangan (shadow project methods)

iv. Analisis keefektifan biaya

c. Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods)

i. Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan

ii. Pendekatan nilai kepemilikan

iii. Pendekatan lain terhadap nilai tanah

iv. Biaya perjalanan (travel cost)

v. Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods)

vi. Penerimaan kompensasi/pampasan

2. Pendekatan Orientasi Survei

a. Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar (willingness to pay)

b. Pertanyaan langsung terhadap kemauan dibayar (willingness to accept)

Page 33: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

75

Willingness To Pay

Untuk menilai manfaat intangible secara kuantitatif, para ahli ekonomi telah

berusaha mengembangkan suatu pendekatan yakni pendekatan kemauan

membayar (willingness to pay) dari para konsumen yang bersangkutan. Menurut

Hutchinson dan Chilton (1999) diacu dalam Syakya (2005), willingness to pay

(WTP) adalah keinginan individu membayar sejumlah uang untuk peningkatan

kualitas lingkungan atau terhindar dari penurunan kualitas lingkungan. Pada

prinsipnya WTP sama dengan pendugaan kurva permintaan yang merupakan

tempat kedudukan besarnya kemauan membayar dari sekelompok konsumen pada

berbagai tingkat konsumsinya (Darusman 2002).

Teknik penilaian manfaat, didasarkan pada kemauan konsumen membayar

perbaikan atau kemauan menerima kompensasi dengan adanya kemunduran

kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar

(Hufschmidt et al 1987 diacu dalam Fauzi 2004). Kemauan membayar atau

kemauan menerima merefleksikan preferensi individu, yang merupakan ‘bahan

mentah’ dalam penilaian ekonomi. Pearce dan Moran (1994) diacu dalam Djiono

(2002) menyatakan kemauan membayar dari rumah tangga ke - i untuk perubahan

dari kondisi lingkungan awal (Q0) menjadi kondisi lingkungan yang lebih baik

(Q1) dapat disajikan dalam bentuk fungsi, yaitu :

Keterangan :

WTPi : Kesediaan membayar dari rumah tangga ke i

Powni : Harga dari penggunaan sumberdaya lingkungan

Psubi : Harga subtitusi untuk penggunan sumberdaya lingkungan.

Si : Karakteristik sosial ekonomi rumah tangga ke i

Kemauan membayar berada di area di bawah kurva permintaan. Kurva

permintaan mengukur jumlah yang akan dibayar oleh konsumen untuk tiap unit

yang dikonsumsi. Kurva permintaan merupakan jadwal kemauan konsumen untuk

membayar jumlah sumberdaya yang dikonsumsi. Untuk lebih jelasnya, akan

disajikan pada Gambar 3 di bawah ini.

WTPi = f(Q1 – Qo, Powni, Psubi, Si

Page 34: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

76

Total bidang di bawah kurva permintaan (OREM) menunjukan total utilitas

yang diperoleh atas konsumsi suatu barang atau merupakan ukuran kemauan

membayar total, karena jumlah tersebut adalah hasil penjumlahan nilai-nilai

marginal Q dari O sampai M. Dengan mengurangkan biaya suatu barang bagi

konsumen (ONEM), nilai surplus konsumen ditunjukan sebagai bidang segitiga

NRE dan merupakan ukuran kemauan membayar di atas pengeluaran kas untuk

konsumsi.

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan

oleh pembeli untuk suatu produk dan kemauan untuk membayar. Surplus

konsumen timbul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan

bonus ini berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Sebab

timbulnya surplus konsumen adalah karena konsumen membayar untuk tiap unit

berdasarkan nilai unit terakhir (Sukirno 2002).

Teknik Penilaian Non-Pasar Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menurut Fauzi (2004), secara umum teknik valuasi ekonomi sumberdaya

yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam

dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan

harga implisit dimana willingness to pay (WTP) terungkap melalui model yang

dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed

WTP (kemauan membayar yang terungkap). Beberapa teknik yang termasuk ke

O M Q

R

N

Gambar 3. Surplus Konsumen

P = Price Q = Quantity

E

Page 35: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

77

dalam kelompok pertama ini diantaranya adalah : travel cost, hedonic pricing,

dan teknik baru yang disebut random utility model.

Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana

kemauan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung

diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang popular dalam

kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM), dan

Discrete Choice Method. Secara skematis, teknik valuasi non-market tersebut

dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Klasifikasi Valuasi Non-market

Teknik Pengukuran Tidak Langsung

Travel Cost Method

Menurut Fauzi (2004), Travel Cost Method (TCM) dapat dikatakan sebagai

metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung. Metode ini

diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hotelling pada tahun 1931,

yang kemudian secara formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice (1985) serta

Clawson dan Knetsch (1966). Metode ini kebanyakan digunakan untuk

menganalisa permintaan terhadap rekreasi alam terbuka (outdoor recreation),

seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya.

Metode travel cost ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya

akibat:

1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi

2. Penambahan tempat rekreasi baru

3. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi

Valuasi Non Market

Langsung (Survei) (Expressed WTP)

Tidak Langsung (Revealed WTP)

• Hedonic Pricing • Travel Cost • Random Utility Model

• Contingent Valuation • Discrete Choice

Page 36: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

78

4. Penutupan tempat rekreasi yang ada

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan

nilai ekonomi berdasarkan TCM ini. Teknik tersebut adalah :

1. Pendekatan sederhana menurut zonasi

2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari

survei

Pendekatan TCM melalui zonasi adalah pendekatan yang relatif sederhana

dan murah karena data yang diperlukan relatif banyak mengandalkan data

sekunder dan beberapa data sederhana dari responden pada saat survei. Dalam

teknik ini, tempat rekreasi dibagi ke dalam beberapa zona kunjungan dan

diperlukan data jumlah pengunjung per tahun. Dari sini kemudian diperoleh data

jumlah kunjungan per 1.000 penduduk. Dengan memperoleh data ini dan data

jarak, waktu perjalanan, serta biaya setiap perjalanan per satuan jarak (per km),

akan diperoleh biaya perjalanan secara keseluruhan (travel cost) dan kurva

permintaan untuk kunjungan ke tempat wisata.

Metodologi pendekatan individual TCM secara prinsip sama dengan sistem

zonasi, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer

yang diperoleh melalui survei dan teknik statistika yang relatif lebih kompleks.

Kelebihan dari metode kedua ini adalah hasil yang relatif akurat daripada metode

zonasi. Karena metode TCM tidak digunakan dalam penelitian ini, karena lokasi

yang akan diukur nilai ekonominya bukan merupakan tempat wisata

Hedonic Pricing (HP)

Menurut Fauzi (2004), teknik Hedonic Pricing dikembangkan dari teori

atribut (atau karakteristrik) yang dikemukakan oleh Lancaster (1966). Teknik ini

kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Griliches (1971) dan Rosen (1974).

Teknik ini pada prinsipnya adalah mengestimasi nilai implisit karakteristik atau

atribut yang melekat pada suatu produk dan mengkaji hubungan antara

karakteristik yang dihasilkan tersebut dengan permintaan barang dan jasa.

Misalnya, permintaan rumah yang dibangun di tepi danau akan banyak ditentukan

oleh karakteristik yang dihasilkan dari danau itu (keindahan, kebersihan dan

sebagainya). Di sisi lain, nilai properti (perumahan) juga banyak ditentukan oleh

Page 37: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

79

kualitas lingkungan dan diasumsikan bahwa semakin buruk kualitas lingkungan,

semakin menurun nilai properti tersebut (Gambar 5).

Gambar 5. Hubungan antara nilai properti dan kualitas lingkungan

Analisa HP terdiri dari dua tahap. Pertama adalah penentuan variabel

kualitas lingkungan yang akan dijadikan studi (fungsi HP) dan pengkajiannya

memerlukan ketersediaan data spasial dan data harga suatu objek yang akan

dinilai. Metode HP kurang relevan digunakan dalam penelitian ini, karena jasa

lingkungan yang akan diukur tidak berhubungan secara langsung dengan harga

suatu objek, misalnya harga rumah, harga tiket masuk, atau harga sewa hotel.

Teknik Pengukuran Langsung

Berbeda dengan pendekatan tidak langsung, pada pendekatan pengukuran

secara langsung, nilai ekonomi sumberdaya dan lingkungan dapat diperoleh

langsung dengan menanyakan kepada individu atau masyarakat mengenai

kesediaan mereka membayar (willingness to pay) barang dan jasa yang dihasilkan

oleh sumberdaya alam.

Contingent Valuation Method (CVM)

Kualitas lingkungan

Kualitas lingkungan membaik Pencemaran

Nila

i Pr

oper

ti

Page 38: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

80

Menurut Fauzi (2004), pendekatan CVM pertama kali diperkenalkan oleh

Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan (hunter) di Miami.

Pendekatan ini baru populer sekitar pertengahan 1970-an ketika pemerintah

Amerika Serikat mengadopsi pendekatan ini untuk studi-studi sumberdaya alam.

Pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena pada praktiknya informasi

yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun. Misalnya berapa

biaya yang harus ditanggung, bagaimana pembayarannya, dan sebagainya.

Metode ini digunakan dalam penelitian ini, karena dalam prakteknya, penelitian

ini akan mengukur nilai ekonomi jasa lingkungan dengan cara mengukur

kesediaan membayar masyarakat terhadap perbaikan lingkungan yang akan

dilaksanakan.

Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara.

Pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan. Kedua,

dengan teknik survei. Pendekatan pertama lebih banyak dilakukan melalui

simulasi komputer sehingga penggunaannya di lapangan sangat sedikit.

Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non-

manfaat) sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan.

CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui : pertama, kemauan

membayar (willingness to pay atau WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap

perbaikan kualitas lingkungan (air dan udara) dan kedua, kemauan menerima

(willingness to accept atau WTA) dari masyarakat atas kerusakan suatu

lingkungan.

Karena teknik CVM didasarkan pada asumsi berdasarkan kepemilikan

(Garrod & Willis 1999, diacu dalam Fauzi 2004), jika individu yang ditanya tidak

Page 39: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

81

memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam,

pengukuran yang relevan adalah kemauan membayar yang maksimum (maximum

willingness to pay) untuk memperoleh barang dan jasa tersebut. Sebaliknya, jika

individu yang ditanya memiliki hak atas sumberdaya, pengukuran yang relevan

adalah kemauan untuk menerima (willingness to accept) kompensasi yang paling

minimum atas hilangnya atau rusaknya sumberdaya alam yang dimilikinya.

Dalam tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahap

kegiatan atau proses. Tahapan tersebut dapat dikatagorikan sebagai berikut :

Tahap Satu : Membuat Hipotesis Pasar

Pada awal proses kegiatan CVM, seorang peneliti harus terlebih dahulu

membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan dievaluasi. Misalnya,

pemerintah ingin memperbaiki lingkungan pantai yang sudah tercemar. Dalam

hal ini kita dapat membuat kuisoner yang berisi informasi lengkap mengenai

bagaimana kondisi lingkungan pantai yang bagus (misalnya dengan menunjukkan

gambar pantai yang tercemar dan tidak tercemar), bagaimana pemerintah akan

memperoleh dana (apakah dengan pajak, pembayaran langsung, dan sebagainya).

Kuisioner ini bisa terlebih dahulu diuji pada kelompok kecil untuk mengetahui

reaksi atas proyek yang akan dilakukan sebelum proyek tersebut betul-betul

dilaksanakan.

Tahap Kedua : Mendapatkan Nilai Lelang (Bids)

Tahap berikutnya dalam melakukan CVM adalah memperoleh nilai lelang.

Hal ini dilakukan dengan melakukan survei, baik melalui survei langsung dengan

kuisioner, wawancara melalui telepon, maupun lewat surat. Dari ketiga cara

Page 40: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

82

tersebut survei langsung akan memperoleh hasil yang lebih baik. Tujuan dari

survei ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum kemauan membayar (WTP)

dari responden terhadap suatu proyek, misalnya perbaikan lingkungan. Nilai

lelang ini bisa dilakukan dengan teknik :

1. Permainan lelang (bidding game). Responden diberi pertanyaan secara

berulang-ulang tentang apakah mereka bersedia membayar sejumlah tertentu.

Nilai ini kemudian bisa dinaikkan atau diturunkan tergantung respon atas

pertanyaan sebelumnya. Pertanyaan dihentikan sampai nilai yang tetap

diperoleh

2. Pertanyaan terbuka. Responden diberikan kebebasan untuk menyatakan

nilai moneter (rupiah yang bersedia dibayarkan) untuk suatu proyek

perbaikan lingkungan

3. Payment Card. Nilai lelang dengan teknik ini diperoleh dengan cara

menanyakan apakah responden mau membayar pada kisaran nilai tertentu

dari nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Nilai ini ditunjukan kepada

responden melalui kartu

4. Model referendum atau discrete choice (dichotomous choice). Responden

diberi suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak

Tahap Ketiga : Menghitung Rataan WTP dan WTA

Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai

rataan WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang (bid) yang

diperoleh pada tahap kedua. Perhitungan ini biasanya didasarkan pada nilai mean

(rataan) dan nilai median (tengah). Pada tahap ini harus diperhatikan

kemungkinan timbulnya outliner (nilai yang sangat jauh menyimpang dari rata-

rata).

Tahap Keempat : Memperkirakan Kurva Lelang (Bid Kurve)

Page 41: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

83

Kurva lelang atau bid curve diperoleh misalnya dengan cara meregresikan

WTP/WTA sebagai variabel tidak bebas (dependent variabel) dengan beberapa

variabel bebas.

Tahap Kelima : Mengagregatkan Data

Tahap terakhir dari CVM adalah mengagregatkan rataan lelang yang

diperoleh pada tahap ketiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke

rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah

mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi (N).

Model Parametrik CVM

Salah satu model CVM yang paling umum digunakan adalah model

Dikotomous. Garod dan Willis (1999) diacu dalam Fauzi (2004) menyatakan

bahwa pendekatan ini merupakan alternatif terbaik untuk menjawab defisiensi

pendekatan Contingent Valuation yang didasarkan pada pertanyaan terbuka

maupun bidding games. Pendekatan ini dianggap lebih mendekati teori

dibandingkan model-model lain seperti open ended CVM atau bidding game

CVM. Pada tahun 1980-an mulai disadari adanya kelemahan pada model open

ended CVM atau bidding game CVM ini dalam hal memperkirakan nilai WTP

yang tepat karena metode tersebut mengharuskan responden untuk mengkontruksi

nilai maksimum WTP mereka yang sering pada akhirnya menimbulkan bias.

Untuk mengembangkan model parametrik dikotomus CVM, digunakan model

dasar yang disebut Random Utility Model (RUM) yang telah dikembangkan oleh

McFadden (1974).

Page 42: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

84

Model RUM dimulai dengan membangun hipotesis bahwa ada dua kondisi

alternatif sumberdaya alam, yaitu kondisi i=0 yang menggambarkan kondisi

status quo dan i=1, yang menggambarkan kondisi perubahan sumberdaya seperti

yang ditawarkan dalam survei CVM. Misalnya Mj menggambarkan pendapatan

responden j pada kondisi i, kemudian zj menggambarkan karakteristik sosial

responden ke j, termasuk variasi yang terjadi pada kuisioner, dan menggambarkan

preferensi yang bersifat random yang hanya diketahui oleh responden, tetapi tidak

oleh peneliti. Dengan demikian fungsi-fungsi utilitas responden terhadap kondisi

sumberdaya alam ditulis sebagai berikut :

Jika responden kemudian diminta untuk membayar sebesar p, utilitas yang

diperoleh pada kondisi lingkungan yang baik setelah adanya kemauan membayar

dari responden dibandingkan status quo dapat digambarkan pada persamaan

berikut :

Namun demikian, karena peneliti tidak mengetahui preferensi responden

yang bersifat acak, peneliti hanya mengetahui kemungkinan (probabilitas)

menjawab “ya” atau “tidak”. Jadi jika u1>u0, kemungkinan responden menjawab

adalah “ya” adalah :

uij = u (Mj,zj, εij)

u1(Mj-pj,zj, ε1j) > u0(Mj,zj, ε0j)

Pr (“ya”) = Pr {u1(Mj-pj,zj,ε1j)>u0(Mj,zj, ε0j)

Page 43: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

85

Tahap berikutnya dalam pemodelan RUM ini adalah membuat spesifikasi fungsi

utilitas yang biasanya dibuat dalam bentuk linear dan aditif berikut ini :

dimana ui adalah fungsi utilitas yang tidak teramati (unobservable), sementara vi

adalah fungsi utilitas yang teramati, atau sering dikenal dengan inderect utility

function. Salah satu bentuk fungsi ini dapat ditulis dalam bentuk :

dimana Zi adalah variabel sosial ekonomi.

Penduga willingness to pay dalam persamaan di atas dapat ditulis dalam

persamaan berikut ini :

dimana α dan β adalah koefisien atau parameter yang diperoleh melalui

pendugaan dengan teknik regresi atau ekonometrik.

Untuk memperoleh nilai WTP yang diinginkan, persamaan di atas bisa

dipecahkan menjadi persamaan di bawah ini :

Model di atas dibangun dengan asumsi bahwa utilitas bersifat linear

terhadap pendapatan. Variasi lain dari model ini adalah dengan menggunakan

model ulititas yang bersifat logaritmik terhadap pendapatan. Asumsi logaritmik

ini lebih realistis karena adanya sifat diminishing return pendapatan. Fungsi

ui(Mj-pj,zj,εij) = vi (Mj,zj)+ εij

vi = α0 +α1Zi1+α2Zi2+αmZim

α1zj + β(Mj-WTPj)+ εij = α0zj+ βMj+ εoj

βα jj

j

zWTP

∈+=

Page 44: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

86

utilitas yang menggambarkan fungsi non-linear tersebut dapat ditulis dengan

persamaan berikut :

Jadi apabila variabel acak (ε) diasumsikan terdistribusi secara logaritmik,

peluang bagi responden untuk menjawab “ya” dapat ditulis melalui persamaan

berikut :

Model di atas merupakan model logit dimana parameter β dapat diduga

melalui regresi model logit dengan Xj = sebagai variabel independen.

Meskipun CVM diakui sebagai pendekatan yang cukup baik untuk

mengukur WTP, namun ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaannya. Kelemahan yang utama adalah timbulnya bias. Bias ini terjadi

jika timbul nilai yang overstate secara sistematis dari nilai sebenarnya. Sumber-

sumber bias terutama ditimbulkan oleh dua hal yang utama :

1. Bias yang ditimbulkan dari strategi yang keliru. Ini terjadi misalnya jika

dalam melakukan wawancara atau kuisioner dinyatakan bahwa responden

akan dipungut fee untuk perbaikan lingkungan sehingga akan timbul

kecenderungan pada responden untuk memberi nilai understate dari nilai fee

tersebut. Sebaliknya, jika dalam wawancara semata-mata hanya dinyatakan

hipotesis saja, maka akan timbul kecenderungan responden untuk

memberikan nilai overstate dari nilai yang sebenarnya. Penjelasan untuk

perbedaan nilai antara WTP dan WTA pada suatu objek yang sama adalah :1)

sangat tergantung pada elastisitas objek yang ditawarkan untuk mengganti

komoditas/sumberdaya yang akan dinilai (barang pubik) dan (barang pribadi)

vi (Mj,zj)+ εij = β ln (Mj)+ αizj+ εij

βjxj eya −+

=1

1)"Pr("

Page 45: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

87

(Hanemann, 1991). Penjelasan lain untuk hal di atas berdasarkan pada teori

prospek yang menyatakan bahwa nilai kehilangan individu lebih berat

dibandingkan dengan nilai mendapatkan. Hal tersebut juga dimungkinkan

individu akan terpengaruh oleh siapa yang memiliki objek yang ditanyakan

(Carson, 1991)

2. Bias yang ditimbulkan oleh rancangan penelitian (design bias). Bias ini bisa

terjadi jika informasi yang diberikan pada responden mengandung hal-hal

yang kontroversial. Misalnya, responden ditawari bahwa untuk melindungi

kawasan wisata alam dari pencemaran limbah oleh pengunjung, tarif karcis

harus dinaikkan. Tentu saja responden akan memberikan nilai WTP yang

lebih rendah dari pada jika alat pembayaran dilakukan dengan cara lain,

misalnya (melalui yayasan, trust fund, atau pemerintah)

Selain beberapa kelemahan di atas, Carson et al (2001) diacu dalam Fauzi

(2004) menyatakan bahwa realibilitas pengukuran CVM sampai saat ini masih

menjadi perdebatan, sehingga memerlukan desain yang sangat cermat. Salah satu

masalah yang timbul adalah terjadinya fenomena warm glow (Becker, 1974 diacu

dalam Fauzi 2004), yang sebetulnya terkait dengan altruisme. Dalam kontek

CVM, warm glow bisa terjadi karena responden berusaha menyenangkan

pewawancara dengan cara memberikan jawaban setuju untuk pembayaran sesuatu,

meskipun pada dasarnya dia tidak setuju. Meskipun dampak ini bisa dihindarkan

dengan menyediakan pewawancara yang terlatih, namun kecenderungan terjadi

warm glow untuk responden di daerah pedesaan sangat mungkin terjadi. Secara

sosiologis mereka ini sering menimbulkan centering bias untuk menyetujui apa

yang ditanyakan pewawancara.

Meskipun demikian, menurut Richard et al (2001), walaupun metode CVM

memiliki beberapa kelemahan, hal tersebut bisa diatasi dengan desain dan

implementasi studi yang hati-hati. Klaim bahwa CVM secara teori tidak konsisten

Page 46: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

88

tidak sepenuhnya benar. Beberapa literatur menunjukan bahwa CVM bisa

dijadikan pedoman bagi praktisi yang menggunakan pengukuran dengan CVM

untuk mengukur nilai ekonomi non pasar serta user yang menggunakan hasil

pengukuran tersebut.

Konsep Pengelolaan Sumberdaya Alam Milik Bersama

Sumberdaya alam milik bersama (common pools resources) sering

diartikan secara beragam. Arnold (1998) mendefinisikan common pools

resources (CPR) “...used to refer both to land or resources available to all and

consequently not owned or managed by anyone, and also to situations where

access is limited to a specific groups that holds rights in common”. Dalam

penerapannya, istilah CPR sering digunakan secara bergantian untuk menjelaskan

sifat sumberdaya alamnya, dan terkadang pula digunakan untuk menjelaskan

sistem kolektif terhadap pengelolaan sumberdaya hutan. McKean et al (1995)

mendefinisikan common property resources lebih kepada situasi dimana

sumberdaya alam tersebut dikelola sebagai sumberdaya milik bersama.

Terdapat dua wacana penting yang saling bertentangan terkait pengelolaan

common property resources. Wacana pertama berpendapat bahwa pemanfaatan

sumberdaya alam secara kolektif tidak akan mampu memberikan insentif terhadap

pengelolaan sumberdaya yang lestari. Pandangan yang mendasari wacana tersebut

adalah munculnya anggapan bahwa peluang akses dan penguasaan sumberdaya

alam secara kolektif, dengan pola pengelolaan yang terbuka, menyebabkan

minimnya insentif masyarakat terhadap kelestarian lingkungan (Nemarundwe

2001). Pandangan ini mendukung teori Hardin (1968) tentang “Tragedy of the

Commons”. Teori ini menegaskan bahwa jika banyak individu memanfaatkan

sumberdaya terbatas secara bersama-sama, maka dapat dipastikan akan berakhir

dengan kerusakan lingkungan. Dalam kondisi ini tidak ada satupun yang

bertanggungjawab atas pengelolaan sumberdaya alam, sehingga laju

kerusakannya berlangsung cepat (Rasmussen 1995).

Wacana kedua didasari oleh pandangan bahwa kegagalan untuk mencapai

pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan tidak disebabkan oleh sifat

sumberdaya alamnya, namun lebih pada fokus pengelolaan yang bersifat neglectif

Page 47: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

89

terhadap kerangka kelembagaan di lokasi pengelolaan. Hal ini lebih disebabkan

oleh tidak jelasnya property right, sehingga penggunaan sumberdaya menjadi

bersifat open access (Bromley 1992, diacu dalam Golar 2007).

Sejalan dengan wacana pertama, kajian yang dilakukan Sitorus (2002)

memberikan gambaran tentang perubahan cepat yang mendasar pada ekologi

pedesaan. Hal ini mengindikasikan telah terjadi perubahan radikal bentukan

sosial setempat, yang telah memudahkan peralihan sistem kepemilikan tanah dari

jenis kolektif (common resources) menjadi jenis kepemilikan pribadi, dimana

distribusi lahan tunduk pada kekuatan pasar (pasaran tanah).

Situasi ini memungkinkan penduduk asli secara khusus memperoleh

sumberdaya tanah dan menjualnya pada pendatang, sehingga menyebabkan

perubahan mendasar pada struktur agraria lokal, dimana penduduk asli telah

diturunkan tingkatannya dari “bertanah” menjadi “tak bertanah”, sementara

pendatang diangkat tingkatnya dari “tak bertanah” menjadi “bertanah”. Perubahan

dalam struktur agraria tersebut menandakan penurunan keterjaminan sosial

ekonomi penduduk asli dan sebaliknya peningkatan keterjaminan bagi pendatang.

Kondisi ini menyebabkan penduduk asli mencoba memecahkan masalah ketidak-

terjaminan sosial ekonomi dengan cara merambah kawasan hutan.

Sementara itu, pendapat lain yang mendukung wacana kedua dikemukakan

oleh Ostrom (1990); Parlee et al (2006); Murray et al (2006), menyatakan bahwa

keberhasilan pengelolaan sumberdaya alam milik bersama sangat ditentukan oleh

keeratan hubungan antara masyarakat dan sumberdaya alamnya. Hal ini dapat

terwujud bilamana kelembagaan lokal berjalan dengan baik, sehingga mampu

membentuk perilaku arif manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam.

Aturan main dan peraturan yang digunakan oleh masyarakat dapat menentukan

siapa yang memiliki akses pada sumberdaya bersama, berapa ukuran penggunaan

yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat yang berhak, kapan dan siapa yang akan

memonitor dan menegakkan aturan ini. Dengan demikian, tindakan-tindakan

oportunistik dapat diredam melalui penataan kelembagaan pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya alam.

Berfungsinya kelembagaan lokal diharapkan mampu meredam tekanan

faktor internal maupun eksternal seperti: pertambahan jumlah penduduk (Wade

Page 48: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

90

1988), heterogenitas sosial dan ekonomi (Baland & Platteu 1996), struktur

penguasaan lahan (Hanna et al 1995; Ostrom 1999; Smith et al 2000), dan faktor

eksternal seperti: interpensi kebijakan nasional (Wade 1988; Ostrom 1999), dan

tekanan pasar dan teknologi (Wade 1988).

Teori Adaptasi

Bennett (1976) memandang adaptasi sebagai perilaku adaptif manusia

terhadap perubahan-perubahan lingkungannya, agar dapat menyesuaikan diri

dengan situasi dan kondisi yang ada. Perilaku adaptif dapat dilihat sebagai

inovatif, mencari perubahan, atau sebaliknya konservatif. Secara operasional,

Turnbull (1992) menjelaskan bahwa faktor-faktor lingkungan yang dapat

menyebabkan terjadinya perubahan antara lain: intervensi ekonomi pasar, tekanan

penduduk, dan politik. Perubahan-perubahan tersebut direspon dalam bentuk yang

beragam.

Lebih jauh dijelaskan bahwa di dalam peradaban tradisional, pemenuhan

kebutuhan merupakan urusan unit-unit kekerabatan (production is located in

kindship units), dimana peradaban-peradaban tersebut pada umumnya tidak

memerlukan sistem pasar dan penggunaan uang dalam mendorong produksi

barang dan jasa. Menjaga suplai makanan, melestarikan keturunan, menyebarkan

ilmu, hiburan dan sebagainya, merupakan bagian kegiatan kekerabatan tradisional.

Namun demikian, pengaruh faktor eksternal seperti “intervensi pasar”,

menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Perubahan tersebut mendorong respon

masyarakat untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian (adaptasi) terhadap pola-

pola interaksi dalam sistem sosial. Perilaku tersebut menurut Bennett terkait erat

dengan kebutuhan hidup, setelah sebelumnya melalui keadaan-keadaan tertentu,

dan kemudian membangun suatu strategi untuk menghadapi keadaan-keadaan

yang akan datang.

Konsep adaptasi Bennett memiliki tiga tataran: fisik/biologis; kultural; dan

pola hubungan/perilaku (behavior). Perilaku adaptif merupakan bentuk perilaku

yang menyesuaikan cara-cara pada tujuan, mencapai kepuasan, melakukan

pilihan-pilihan secara aktif maupun pasif. Tindakan strategis lebih khusus

menunjuk pada perilaku aktif tindakan-tindakan spesifik yang dirancang untuk

Page 49: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

91

mencapai tujuan. Sedangkan strategi adaptif menunjuk pada tindakan spesifik

yang dipilih dalam proses pengambilan keputusan dengan suatu derajat

keberhasilan yang dapat diperkirakan (Bennett 1976: 271-272).

Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu alat formulasi strategi dengan cara

mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi

suatu tujuan. Hasil analisis SWOT biasanya digunakan dalam pengambilan

keputusan, dan selama ini banyak digunakan oleh perusahaan. SWOT adalah

singkatan dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang)

dan Threat (ancaman). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan dan peluang. Namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Menurut Pearce II dan Robinson (1991) yang diacu dalam Wijayanto

(2001), kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relatif

terhadap pesaing dan kebutuhan pasar suatu perusahaan. Kelemahan merupakan

keterbatasan dalam sumberdaya, keterampilan dan kemampuan yang secara serius

menghalangi kinerja suatu perusahaan. Peluang merupakan situasi yang

menguntungkan, misalnya perubahan teknologi yang memberikan kemudahan.

Sedangkan ancaman adalah situasi yang tidak menguntungkan, rintangan

perusahaan seperti masuknya pesaing baru, perubahan teknologi dan peraturan

baru atau perubahan yang direvisi.

Analisis SWOT menurut Rangkuti (2005) adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weakneses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis

selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan.

Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis

faktor-faktor strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam

kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi dimana model

yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT. Proses

Page 50: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

92

pengambilan keputusan strategis pada analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar

5.

(Sumber : Rangkuti 2005)

Gambar 6. Proses Pengambilan Keputusan Strategis

Selanjutnya dijelaskan bahwa kinerja suatu institusi dapat ditentukan oleh

kombinasi faktor internal dan eksternal. Untuk dapat membandingkan antara

perbandingan kekuatan dan kelemahan (diwakili garis horizontal) dengan

perbandingan peluang dan ancaman (diwakili garis vertikal). Pada diagram

tersebut kekuatan dan peluang diberi tanda positif, sedangkan kelemahan dan

EVALUASI : - MISI - TUJUAN - KEBIJAKAN

ANALISIS BUDAYA MANAJEMEN

- Pimpinan - Manajemen

ANALISIS FAKTOR STRATEGIS S.W.O.T.

EVALUASI DAN REVIEW - MISI - TUJUAN - STRATEGI

PILIH ALTERNATIF TERBAIK

EVALUASI KINERJA PERUBAHAN SAAT INI

IMPLEMENTASI STRATEGI

EVALUASI DAN PENGENDALIAN

ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

PEMILIHAN FAKTOR STRATEGIS

- Peluang - Ancaman

PEMILIHAN FAKTOR STRATEGIS

- Kekuatan - Kelemahan

ANALISIS LINGKUNGAN

INTERNAL

1(b)

2

5(a)

5(b)

6

7

8

4 3

FORMULASI STRATEGI (TAHAP 1-6)

IMPLEMENTASI (TAHAP 7)

EVALUASI DAN PENGENDALIAN

(TAHAP 8)

1(a)

Page 51: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

93

ancaman diberi tanda negatif. Dengan menempatkan selisih nilai S (kekuatan) –

W (kelemahan) pada sumbu (x), dan menempatkan selisih nilai antara O (peluang)

– T (ancaman) pada (y), maka ordinat (x,y) akan menempati salah satu sel dari

diagram SWOT. Letak nilai S – W dan O – T dalam diagram SWOT akan

menemukan arah strategi yang akan ditempuh oleh suatu bentuk usaha seperti

hutan rakyat. Diagram tersebut disajikan pada Gambar 7.

(Sumber : Rangkuti 2005)

Gambar 7. Diagram SWOT

Posisi di kuadran 1 (support on agresive strategy) adalah situasi yang paling

menguntungkan, dimana sistem pengelolaan mempunyai peluang dan kekuatan.

Jika sistem berada pada kuadran 2 (support diversification strategy), berarti

sistem menghadapi ancaman akan tetapi masih memiliki kekuatan dari segi

internal, jika sistem berada pada kuadran 3 (support a turnarround oriented

strategy), berarti sistem tersebut mempunyai peluang yang besar tetapi di lain

pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan, dan apabila sistem berada pada

kuadran 4 berarti sistem menghadapi situasi yang paling tidak menguntungkan

karena mempunyai ancaman dan kelemahan internal. Setiap kuadran pada

diagram SWOT memperlihatkan ciri yang berbeda dari suatu unit usaha, sehingga

diperlukan strategi yang berbeda pula dalam penanganannya.

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN

KELEMAHAN INTERNAL

KEKUATAN INTERNAL

1. Mendukung strategi turnarround

2. Mendukung strategi defensif

3. Mendukung strategi agresif

4. Mendukung strategi diversifikasi

Page 52: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

94

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian analisis-kuantitatif dan deskriptif-

kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Secara umum, studi

kasus memberikan akses dan peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah

secara mendalam, detail, intensif, dan menyeluruh terhadap unit sosial yang

diteliti. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan

antar-variabel, serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman

yang lebih luas. Selain itu, studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-

temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan

bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam, dalam rangka

pengembangan ilmu (Yin 1997; Azis 2003).

Black dan Champion (1992) menyebutkan beberapa keunggulan spesifik

studi kasus, di antaranya: (1) bersifat luwes berkenaan dengan metode

pengumpulan data yang digunakan; (2) keluwesan studi kasus menjangkau

dimensi yang sesungguhnya dari topik yang diselidiki; (3) dapat dilaksanakan

secara praktis di dalam banyak lingkungan sosial; (4) studi kasus menawarkan

kesempatan menguji teori.

Disamping keunggulan, juga terdapat sejumlah kelemahan: pertama, studi

kasus kurang memberikan dasar yang kuat terhadap suatu generalisasi ilmiah;

Kedua, ada kecenderungan studi kasus kurang mampu mengendalikan bias

subyektivitas peneliti.

Untuk mengatasi hal tersebut, empat hal penting yang perlu diperhatikan

sebelum menetapkan penggunaan metode studi kasus: pertama, studi kasus harus

signifikan. Artinya, kasus yang diangkat mengisyaratkan sebuah keunikan dan

betul-betul khas, serta menyangkut kepentingan publik atau masyarakat umum;

kedua, studi kasus harus lengkap. Kelengkapan ini dicirikan oleh tiga hal: (1)

kasus yang diteliti memiliki batas-batas yang jelas (ada perbedaan yang tegas

antara fenomena dengan konteksnya); (2) tersedianya bukti-bukti relevan yang

meyakinkan; dan (3) mempermasalahkan ketiadaan kondisi buatan tertentu;

ketiga, studi kasus mempertimbangkan alternatif perspektif; keempat, studi kasus

Page 53: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

95

harus menampilkan bukti yang memadai dan secara bijak mendukung atas kasus

yang diteliti (Yin 1997; Bungin 2003).

Pendekatan studi kasus yang digunakan tidaklah kaku sifatnya, dan

sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan perkembangan fakta empiris yang

tengah dicermati. Hal ini tidak berarti terjadinya inkonsistensi, melainkan

terhadap fenomena sosial yang menjadi unit analisis, lebih dikedepankan dan

diutamakan aspek emik daripada etik-nya. Hal ini menyangkut prinsip dalam

penelitian kualitatif. Sebab, fenomena dan praktik-praktik sosial, sebagai sasaran

”buruan” penelitian kualitatif tidak bersifat mekanistik, melainkan penuh

dinamika dan keunikan, dan karenanya tidak bisa diciptakan dalam otak dan

menurut kehendak peneliti semata (Bungin 2003; Vayda 1996 diacu dalam Golar

2007). Transisi-transisi antara fenomena dan pengamatan dapat dilihat pada

Gambar 8.

Metode Penelitian

Gambar 8. Transisi-transisi antara fenomena dan pengamatan yang berbeda. I: Informan, R: peneliti, P: fenomena, PI: fenomena yang diinterpretasikan oleh I, PR (I) : PI yang diinterpretasikan oleh R. (diadaptasi dari Gooner 2001 diacu dalam Golar 2007).

emik etik

Page 54: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

96

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penetapan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan penelusuran hasil-hasil

penelitian terdahulu, baik yang dilakukan oleh tim STORMA, maupun peneliti-

peneliti perorangan, serta dosen pembimbing serta survey pendahuluan. Melalui

hasil penelusuran awal tersebut ditetapkan secara purposive Desa Salua sebagai

lokasi penelitian. Secara administratif Desa Salua, terletak di Kecamatan Kulawi,

Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah

Beberapa pertimbangan yang mendasari penetapan Desa Salua sebagai

lokasi penelitian, di antaranya: (1) sebagian besar wilayah Desa Salua berbatasan

langsung dengan kawasan TNLL; (2) masyarakat Desa Salua sangat bergantung

kepada TNLL baik secara langsung maupun tidak langsung; (3) Desa Salua

memilik ancaman dari banjir dan erosi karena terletak di lembah Kulawi dan

dilewati oleh tiga sungai besar (sungai Miu, Salua dan Lariang).

Selain itu, beberapa pertimbangan penting lainnya adalah : pertama, desa

ini belum pernah menjadi site penelitian yang dilakukan oleh STORMA (Stability

of Rainforest Margins in Indonesia) yang merupakan mitra dalam penelitian ini.

Site utama penelitian STORMA di Kecamatan Kulawi adalah Desa Toro. Dengan

demikian, untuk memperluas wilayah penelitian STORMA dipilihlah Desa Salua

sebagai lokasi penelitian. Penelitian berlangsung selama dua bulan, yang dimulai

pada awal bulan Agustus 2005 dan diselesaikan pada bulan September 2005.

Metode Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan terdiri

atas: (a) wawancara individual dengan key person (key person interview); (b)

pengamatan terlibat (participant observation); dan (c) wawancara dengan rumah

tangga (household interview).

Wawancara Individual dengan Key Person

Metode ini dilakukan dengan wawancara indepth interview dan wawancara

bertipe open-ended, menggunakan kuisioner. Indepth interview digunakan untuk

mengumpulkan data-data menyangkut perubahan lingkungan yang terjadi dan

perumusan strategi pengelolaan lingkungan di Desa Salua dengan menggunakan

Page 55: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

97

analisis SWOT. Selain itu, ditanyakan pula sejarah pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya hutan dalam rentang waktu tertentu.

Untuk mendapatkan sumber informasi atau informan kunci yang tepat

dilakukan tiga tahap, yakni: 1) pemilihan responden awal yang terkait dengan

fokus penelitian; 2) pemilihan responden lanjutan guna memperluas deskripsi

informasi dan melacak variasi informasi yang mungkin ada; dan 3) menghentikan

pemilihan responden lanjutan bilamana dianggap sudah tidak ditemukan lagi

variasi informasi. Dalam menempuh tiga tahapan tersebut digunakan metode

snowball sampling.

Dalam pemilihan informan kunci awal digunakan empat kriteria, sebagai

berikut:

1. Subjek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau

medan aktivitas pengelolaan lingkungan di Desa Salua, serta menghayati

secara sungguh-sungguh sebagai akibat dari keterlibatannya yang cukup lama

dengan kegiatan yang bersangkutan. Hal ini ditandai oleh kemampuannya

dalam memberikan informasi (hafal “di luar kepala”) tentang sesuatu yang

ditanyakan

2. Subjek memiliki jabatan pada lembaga desa atau lembaga adat

3. Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk

diwawancarai

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dipersiapkan terlebih dahulu. Mereka ini tergolong “lugu” (apa adanya)

dalam memberikan informasi, sehingga diharapkan dapat diperoleh informasi

yang lebih faktual

Untuk mendukung validitas data yang dikumpulkan, selain menggunakan

metode wawancara dilakukan pula studi pustaka, terutama terhadap hasil-hasil

penelitian terdahulu serta dokumen-dokumen terkait lainnya.

Pengamatan Terlibat (participant observation)

Metode ini digunakan terutama dalam mengamati secara langsung praktik

pengelolaan lingkungan/hutan di Desa Salua. Pengamatan difokuskan pada sejauh

mana masyarakat menerapkan prinsip-prinsip kelestarian, serta sejauh mana peran

lembaga adat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan hidup,

Page 56: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

98

aktivitas masyarakat dalam pengelolaan hutan, serta kondisi lingkungan aktual di

Desa Salua. Beberapa perilaku terselubung (covered behavior) lainnya dicatat dan

diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap penelitian yang

dilakukan.

Dalam metode ini ditetapkan dua orang responden kunci (key informan),

yang merupakan sumber informasi utama dan juga sebagai mitra yang membantu

peneliti berinteraksi dengan masyarakat Salua. Responden pertama adalah salah

seorang tokoh masyarakat adat Salua, dan responden kedua adalah tokoh pemuda

Salua, yang juga aktif dalam organisasi pemuda adat di Desa Salua. Melalui

reponden inti, peneliti ikut menjalani aktifitas sehari-hari masyarakat desa,

sehingga peneliti dapat diterima di komunitas tersebut. Salah satu pengamatan

terlibat (participatory observation) yang dilakukan adalah menelusuri sungai

Salua sampai ke hulu untuk mengetahui kondisi lingkungan di hulu sungai.

Wawancara dengan Rumah Tangga (household interview)

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam household interview

adalah Simple Random Sampling. Metode ini dipakai karena berdasarkan survei

pendahuluan, karakteristik populasi relatif homogen, diantaranya dari segi

pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Fokus dari wawancara individu ini adalah

kemauan membayar masyarakat untuk program perbaikan lingkungan. Tahapan

dalam pengambilan contoh adalah sebagai berikut :

1. Mencari daftar seluruh kepala keluarga yang ada di Desa Salua

2. Melakukan penomoran terhadap daftar kepala keluarga yang ada

3. Daftar kepala keluarga yang telah diberikan nomor dipilih secara acak,

dengan cara diundi

Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 204 rumah tangga atau ±

73% dari total rumah tangga yang ada di Desa Salua yang berjumlah 278.

Data dan Pengukurannya

Page 57: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

99

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui (a) wawancara individual dengan person

kunci (key person interview); (b) pengamatan terlibat (participant observation);

dan (c) wawancara dengan rumah tangga (household interview) dengan

menggunakan kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran

data yang berasal dari literatur, potensi desa, kecamatan dan kabupaten dalam

angka, serta sumber-sumber lain yang relevan.

Data Primer

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

1. Jumlah anggota keluarga

2. Dampak banjir, erosi, dan bahaya lingkungan yang tidak diketahui terhadap

kehidupan responden

3. Kemungkinan terjadinya bencana banjir, erosi, dan bahaya lingkungan yang

tidak diketahui di masa yang akan datang

4. Pihak yang bertanggungjawab terhadap pencegahan banjir, erosi, dan bahaya

lingkungan yang tidak diketahui

5. Data tentang kemauan membayar (willingness to pay) masyarakat Desa

Salua terhadap perbaikan lingkungan dari ancaman banjir dan erosi serta

bahaya lingkungan yang tidak diketahui

6. Pendapatan rumah tangga rata-rata per bulan

7. Tingkat pendidikan responden

8. Pekerjaan responden

9. Pengetahuan responden terhadap “Katuwua” (suatu keyakinan akan

keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam)

10. Data tentang kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang dimiliki oleh

masyarakat Desa Salua dalam mengelola lingkungan secara lestari

Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

1. Data sosial ekonomi

Page 58: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

100

2. Letak dan keadaan geografis lokasi penelitian

3. Data tentang Taman Nasional Lore Lindu

Pengukuran data menggunakan skala interval dan rasio dengan tingkat

penjenjangan. Pengukuran variabel penelitian beserta indikator dan parameter dari

kemauan masyarakat membayar untuk perbaikan lingkungan akan disajikan pada

Lampiran 1.

Page 59: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

101

Langkah Kerja

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantifikasi nilai ekonomi lingkungan dalam hal pencegahan banjir dan erosi serta

bahaya lingkungan yang belum diketahui dengan menggunakan valuasi non-

market dengan pengukuran secara langsung atau melalui survei (expressed

willingness to pay). Metode valuasi non-market melalui survei yang akan dipakai

adalah Contingent Valuation Method (CVM). Analisis lain yang digunakan adalah

analisis SWOT untuk menentukan strategi pengelolaan hutan di Desa Salua

Bahaya lingkungan yang tidak diketahui adalah bahaya lingkungan yang

belum terjadi saat ini, akan tetapi diprediksi berpotensi dapat terjadi dimasa yang

akan datang berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang ada. Contoh dari bahaya

lingkungan yang tidak diketahui bisa berupa bencana alam seperti gempa bumi

atau kebakaran hutan, penyakit baru bagi manusia atau hama penyakit bagi

tumbuhan.

Contingent Valuation Method (CVM)

Metode CVM digunakan untuk mengetahui besarnya kemauan membayar

(willingness to pay) dan mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi

besarnya kemauan membayar willingness to pay masyarakat Desa Salua untuk

melakukan perbaikan lingkungan yang berhubungan dengan pencegahan banjir

dan erosi. Adapun tahapan dari metode CVM adalah sebagai berikut :

Tahap Satu Membuat Hipotesis Pasar

Hipotesis pasar dilakukan dalam pra survei atau pengumpulan data awal

dengan jumlah responden yang terbatas. Hal ini dilakukan untuk memberikan

penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan, serta

kisaran dan rata-rata kesediaan membayar responden, sehingga bisa dijadikan

acuan dalam membuat kisaran harga pada survei sesungguhnya. Langkah-

langkah yang dilaksanakan adalah :

Page 60: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

102

1. Menjelaskan perbedaan antara resiko banjir dan resiko erosi. Hal tersebut

dijelaskan kepada responden melalui gambar. Gambar untuk menjelaskan

perbedaan antara resiko banjir dan erosi bisa dilihat pada Lampiran 2

2. Menunjukkan keadaan tanpa adanya pencegahan untuk banjir. Gambar

untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 3

3. Menunjukkan keadaan setelah adanya program pencegahan banjir. Gambar

untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 4

4. Menunjukkan keadaan tanpa adanya pencegahan untuk erosi tanah.

Gambar untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 5

5. Menunjukkan keadaan setelah ada program pencegahan terhadap erosi .

Gambar untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 6

6. Menunjukkan kondisi lingkungan yang sehat. Gambar untuk menjelaskan

hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 7

7. Menunjukkan kondisi lingkungan tanpa adanya program pencegahan

terhadap bahaya lingkungan yang tidak diketahui. Gambar untuk

menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 8

8. Menunjukkan kondisi lingkungan setelah adanya program pencegahan

bahaya lingkungan yang tidak diketahui. Gambar untuk menjelaskan hal

tersebut bisa dilihat pada Lampiran 9

9. Melakukan survei dalam skala kecil, dengan berbagai tingkat harga dan

bentuk perbaikan lingkungan, untuk menentukan harga pasar (skala harga

dalam kartu ditentukan berdasarkan kisaran jumlah pajak bumi dan

bangunan yang biasa dibayar responden per tahun). Survei juga dilakukan

untuk mengukur kontribusi responden terhadap program perbaikan

lingkungan dalam bentuk sumbangan tenaga. Gambar kartu yang

menunjukkan berbagai jenis perbaikan lingkungan dan tingkat harga yang

berbeda akan disajikan pada Lampiran 10

10. Menghitung rata-rata dan kisaran biaya yang dipilih oleh responden pada

survei skala kecil (survei pendahuluan), kemudian menentukan kisaran

harga lelang yang akan dipergunakan dalam penelitian.

Page 61: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

103

11. Menghitung rata-rata dan kisaran kontribusi responden dalam bentuk

sumbangan tenaga untuk program pencegahan tambahan untuk erosi dan

banjir

12. Melakukan pengecekan terhadap konsentrasi responden. Pengecekan ini

dilakukan dengan cara memberikan dua pilihan kartu, dengan program

perbaikan lingkungan yang sama, akan tetapi memiliki harga yang

berbeda. Jika responden berkonsentrasi dalam menjawab maka responden

akan memilih harga yang lebih murah, sedangkan jika responden memilih

harga yang lebih tinggi tanpa alasan yang jelas maka tahapan di atas, akan

diulangi lagi. Gambar kartu percobaannya disajikan pada Lampiran 11

Tahap Kedua : Mendapatkan Nilai Lelang (Bids)

Nilai lelang diperoleh dari hasil survei sebenarnya, dengan menggunakan

kuisioner. Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai maksimum kemauan

membayar (WTP) dari perbaikan lingkungan yang akan dilaksanakan. Teknik

yang akan dilakukan adalah payment cards. Nilai lelang diperoleh dengan cara

menanyakan apakah responden mau membayar pada kisaran tertentu yang

sudah ditentukan dalam survei skala kecil. Nilai ini ditunjukkan kepada

responden melalui kartu seperti pada pra survei. Ada dua macam nilai yang

akan dilelang, yaitu nilai yang berbentuk nominal uang dan nilai yang

berbentuk kontribusi tenaga kerja. Adapun urutan kerjanya adalah sebagai

berikut :

1. Menunjukkan kegunaan dari perbaikan lingkungan kepada responden

(sama seperti pada saat pra-survei)

2. Menunjukkan kondisi daerah yang mengalami perbaikan lingkungan dan

daerah yang tidak mengalami perbaikan lingkungan (sama seperti pada

saat pra-survei)

3. Menentukan nilai kemauan responden untuk membayar program

pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui. Berdasarkan

perhitungan pada survei pendahuluan, kisaran harga yang ditawarkan akan

disajikan dalam Lampiran 12

4. Menentukan nilai kemauan responden untuk membayar program

pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui dalam bentuk

Page 62: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

104

sumbangan tenaga. Kisaran jumlah kontribusi tenaga yang ditawarkan

akan disajikan pada Lampiran 13

5. Menentukan nilai kemauan responden untuk membayar program

pencegahan banjir dan erosi. Kisaran jumlah kontribusi tenaga yang

ditawarkan akan disajikan pada Lampiran 14

Tahap Ketiga : Menghitung Rataan WTP

Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai

rataan WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang yang

diperoleh pada tahap kedua. Perhitungan ini didasarkan pada nilai mean (nilai

rataan) dan nilai median (nilai tengah).

Tahap Keempat : Memperkirakan Kurva Lelang (Bid Curve)

Kurva lelang atau (bid curve) diperoleh dengan meregresikan WTP

sebagai variable tidak bebas (dependent variable) dengan variabel bebas. Wi

= f (I, P, K,L,D) dimana I adalah pendapatan, P adalah tingkat pendidikan, K

adalah pengetahuan masyarakat terhadap ajaran “Katuwua”, L adalah besarnya

pendapatan tambahan yang digunakan untuk program perbaikan lingkungan

dan D adalah pengetahuan masyarakat tentang banjir di “Dongi-dongi”.

Tahap Kelima : Mengagregatkan Data

Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan lelang

yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan

sample ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk

mengkonversikan ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah

tangga dalam populasi (N).

Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan sebagai dasar untuk menentukan strategi

pengelolaan lingkungan di Desa Salua. Tahapan dari analisis SWOT adalah

sebagai berikut :

1. Menyusun matrik faktor-faktor strategis eksternal (EFAS = Eksternal

Strategic Factors Analisys Summary), dan faktor-faktor strategis internal

(IFAS = Internal Strategic Factors Analysis Summary), kemudian

mengidentifikasi variabel-variabel eksternal berupa peluang dan ancaman

Page 63: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

105

serta variabel-variabel internal berupa kekuatan dan kelemahan masyarakat

Desa Salua dalam mengelola lingkungan. Matrik SWOT yang akan

dipergunakan dalam penelitian ini akan disajikan pada Lampiran 15

2. Menentukan bobot dan rating dari masing-masing variabel faktor eksternal

dan internal melalui pengumpulan pendapat responden

3. Besarnya nilai pengaruh masing-masing variabel eksternal dan internal

ditentukan dengan mengalikan bobot dan rating dari masing-masing variabel

tersebut

Berdasarkan hasil pada poin (3) kemudian disusun diagram dan matrik

SWOT untuk menentukan strategi pengelolaan lingkungan di Desa Salua.

Rekapitulasi hasil perhitungan dalam analisis SWOT bisa dilihat pada Lampiran

16.

Page 64: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

106

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Singkat Taman Nasional Lore Lindu

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) adalah penggabungan dari beberapa

kawasan lindung, meliputi: Suaka Margasatwa Lore Kalamata (Kep. Mentan No.

522/Kpts/Um/1973); Hutan Wisata dan Hutan Lindung Danau Lindu (Kep.

Mentan No. 46/Kpts/Um/1978) dan Suaka Margasatwa Lore Lindu (Kep. Mentan

No.1012/Kpts/Um/1981). Deklarasi penggabungan kawasan lindung tersebut

sebagai Taman Nasional pada waktu kongres Taman Nasional se-dunia di

Denpasar Bali tahun 1982 dan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.

736/Mentan/X/1982 merupakan dasar terbentuknya TNLL.

Kawasan TNLL ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor : 593/Kpts-II/1993. Kemudian ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dan

Perkebunan melalui SK Nomor : 464/Kpts-II/1999. Luas kawasan TNLL

mengalami beberapa kali perubahan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Pertanian No. 736/Menteri/X/1992 tanggal 14 Oktober 1982 luas kawasan TNLL

adalah 231.000 ha. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

No. 593/Kpts-II/1993 luas kawasan TNLL adalah 229.000 ha. Luas TNLL

kembali mengalami perubahan pada tahun 1999 melalui Surat Keputusan Menteri

Kehutanan dan Perkebunan No. 464/Kpts-II/1999 tanggal 23 Juni 1999, TNLL

dikukuhkan dengan luas kawasan 217.991,18 ha yang menjadi dasar pengelolaan

TNLL saat ini. Berdasarkan informasi dari Balai Taman Nasional Lore Lindu

tahun (2006), secara garis besar, penetapan TNLL adalah sebagai berikut :

1. TNLL adalah penggabungan dari tiga kawasan lindung, meliputi: Suaka

Margasatwa Lore Kalamanta (Kep. Mentan No. 522/Kpts/Um/1973); Hutan

Wisata dan Hutan Lindung Danau Lindu (Kep. Mentan No.

46/Kpts/Um/1978) dan Suaka Margasatwa Lore Lindu (Kep. Mentan

No.1012/Kpts/Um/1981)

2. Dasar TNLL adalah deklarasi penggabungan kawasan lindung tersebut

sebagai Taman Nasional pada waktu kongres Taman Nasional se-dunia di

Denpasar Bali tahun 1982, melalui SK. Mentan No. 736/Mentan/X/1982

Page 65: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

107

3. Selanjutnya ditunjuk oleh Menteri Kehutanan melalui Keputusan No.

593/Kpts-II/1993 dengan luas penunjukan 229.000 ha

4. Penunjukan tersebut dijadikan dasar untuk melakukan tata batas definitif,

hingga temu gelang dan telah dikukuhkan oleh Menteri Kehutanan dan

Perkebunan melalui Keputusan No. 464/Kpts-II/1999 tanggal 23 Juni 1999

dengan luas 217.991,18 ha

Kondisi Fisik dan Geografis TNLL

Secara Geografis TNLL terletak pada koordinat 1º 8’ – 1º30’ LS dan 119º

58’ – 120º 61’ BT. TNLL merupakan salah satu kawasan terpenting dari

konservasi flora dan fauna endemik Sulawesi Tengah, selain dari fungsinya

sebagai kawasan resapan air tanah yang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat

di sekitarnya. Kawasan TNLL tersebut terbentang pada ketinggian sekitar 200 –

2.610 mdpl yang merupakan deretan pegunungan malleugraf. Deretan

pegunungan tersebut terdiri atas puncak Gunung Nokilalaki (2.355 m dpl),

Gunung Moa (1.280 mdpl), Gunung Sibaronggo (1.347 mdpl), dan Gunung

Momi (1.116 mdpl).

Status Kawasan dan Status Pengelolaan

Status kawasan TNLL ditetapkan pada tanggal 23 Juni 1999 berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 464/Kpts-II/1999.

Status Pengelolaannya, dikelola oleh Balai TNLL sesuai Surat Keputusan Menteri

Kehutanan No. 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Balai Taman Nasional dan Unit Taman Nasional serta SK Menhut No.

6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002.

Batas Kawasan

Batas kawasan TNLL telah ditata batas ´´temu gelang´´ oleh Sub BIPHUT

Palu sepanjang 644 Km dengan batas-batas sebagai berikut :

Dataran Palolo – Sebelah Utara

Dataran Napu – Sebelah Timur

Dataran Bada – Sebelah Selatan

Page 66: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

108

Sungai Lariang dan hulu Sungai Palu (Lembah Kulawi) -

Sebelah Barat

Kondisi Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson, bagian utara kawasan

TNLL mempunyai tipe iklim C/D (musiman) dengan curah hujan rata-rata

tahunan berkisar antara 855-1200 mm/tahun, bagian timur tipe iklim B (agak

musiman) dengan curah hujan berkisar antara 344-1400 mm/tahun dan bagian

barat memiliki tipe iklim A (lembab permanen) dengan curah hujan rata-rata

tahunan antara 1200-2200 mm/tahun (Infokom Sulteng, 2004).

Potensi Flora

Figafeta filaris sp (Wanga)

Wanga (Pigafeta filaris) merupakan jenis palma endemik Sulawesi. Jenis

pohon ini tumbuh pada ketinggian 300-1.000 mdpl. Wanga dapat dibedakan

dengan jenis-jenis pohon palma lainnya, dari deretan duri-durinya yang berwarna

pirang keemasan di sepanjang pangkal daunnya yang telah gugur dan batang

berwarna hijau tua dengan cincin-cincin berwarna abu-abu muda. Berbeda dengan

berbagai jenis palma Asia Tenggara pada umumnya, tampaknya Wanga tidak

biasa beradaptasi pada habitat-habitat sekunder, karena pertumbuhannya yang

cepat, tidak tahan sinar matahari pada fase semai dan pole serta menghasilkan biji-

biji kecil dalam jumlah yang sangat banyak.

Wanga biasa ditemukan di tepi-tepi sungai, puncak-puncak bukit dengan

sisi yang terjal, bekas tanah longsor, onggokan batu vulkanik dan bekas aliran

lahar (Dransfield 1976 diacu dalam Balai Taman Nasional Lore Lindu 2006).

Wanga memiliki banyak manfaat, batang wanga digunakan sebagai penopang

pada rumah-rumah tradisional dan lumbung-lumbung Padi di Tana Toraja dan

juga digunakan sebagai pipa-pipa saluran air (Sneed 1981, diacu dalam Balai

Taman Nasional Lore Lindu 2006).

Eucalyptus deglupta (Leda)

Leda (Eucalyptus deglupta) merupakan salah satu jenis flora khas yang

terdapat di TNLL. Flora ini termasuk jenis pohon yang mempunyai tempat

Page 67: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

109

tumbuh yang spesifik, yakni di tempat yang cukup terdapat air khususnya sekitar

sungai. Pada umumnya, pohon Eucalyptus deglupta berasosiasi dengan Wanga

(Pigafeta filaris), Rotan (Calamus sp.), Lekatu (Duabanga moluccana), Tohiti

(Dysoxylum sp), Uru (Elmerillia sp), Palih (Lithocarpus sp), dan Tohiti

(Dysoxylum sp). Eucalyptus deglupta berbunga pada bulan-bulan April sampai

Juli.

Anggrek Alam

Jenis-jenis anggrek alam di kawasan TNLL terdapat sekitar 50 jenis dan

menyebar pada ketinggian 600-800 mdpl. Beberapa jenis diantaranya termasuk

jenis endemik seperti Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) dan Anggrek

Bulan Merah (Phalaenopsis celebencis). Tanaman ini sangat menarik, bentuk

daunnya yang indah berbelang-belang hijau ungu dan termasuk jenis epifit,

berbunga putih, daunnya berdaging tebal, lama berbunga 3-4 bulan dengan jumlah

kuntum 7-15 kuntum dalam satu tangkai. Jenis ini banyak di jumpai disekitar

Gunung Nokilalaki.

Potensi Fauna

Mamalia

Fauna yang tergolong Mamalia yang dapat ditemukan di TNLL diantaranya:

Anoa (Anoa quarlesi, Anoa depressicornis), Babirusa (Babyrousa babyrusa),

Babi Sulawesi (Sus celebensis), Kera (Macaca tonkeana), Phalanger ursinus,

Kus-Kus Sulawesi (P. celebencis), Tarsius Sulawesi (Tarsius spectrum), Rusa

(Cervus timorensis) dan Kelelawar. (Balai Taman Nasional Lore Lindu 2006)

Anoa

Jenis satwa yang paling dekat dengan kerbau ini berbulu lebat,

warnanya coklat muda sampai coklat tua atau hitam. Anoa memiliki

tanduk pendek berbentuk kerucut. Anoa pegunungan (Anoa quaresi),

memiliki tinggi 75 cm diukur dari bahunya, lebih kecil dibandingkan

dengan Anoa dataran rendah (Anoa ressicornis). Anoa yang merupakan

satwa solitaire yang mempunyai sifat unik, karena dari lima spesies yang

ada di Asia Tenggara, satwa inilah satu-satunya yang mempunyai habitat

utama di hutan perawan. Makanan Anoa adalah berbagai jenis tanaman

buah, daun-daun, rumput-rumput, lumut dan pakis. Oleh masyarakat lokal

Page 68: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

110

(di dalam dan di sekitar TNLL), Anoa dikenal dengan nama Anoang,

Kerbau Pendek, Dangko, Bondago Tutu, Bulu, Tutu, Sako, atau Tungka.

Kondisi topografi TNLL yang berbukit, berlembah dan dataran

tinggi sangat sesuai bagi Anoa pegunungan yang sudah langka. Survey

yang terakhir dilaksanakan menemukan cukup banyak jenis satwa di

pedalaman Taman Nasional yang berpegunungan, dimana bekas tapak

kaki, bekas tempat berbaring dan kotoran satwa ini sering terlihat. Akibat

sering diburu oleh pemburu bayaran sampai hampir punah, TNLL

merupakan tempat suaka terakhir bagi spesies endemik Sulawesi ini.

Musang (Civet)

Spesimen dari Civet raksasa Sulawesi yang jarang sekali terlihat

(disebut musang oleh penduduk setempat), ditangkap hidup-hidup di

TNLL ini pada tahun 1999. Cives jantan muda ini ditangkap oleh

penduduk desa dan dilepaskan kembali setelah didokumentasikan dan

dibuat filmnya.

Dengan berat badan 9 kg, musang ini panjangnya 130 cm dari

kepala sampai ekor. Meskipun telah ditemukan oleh para ilmuwan lebih

dari 100 tahun lalu, musang jenis ini baru beberapa kali saja terlihat.

Makhluk yang pemalu ini merupakan satwa ahli memanjat, dan

merupakan predator terbesar di Sulawesi setelah ular Piton. Makanan

utama musang ini adalah burung-burung kecil, mamalia kecil, buah palma

dan telur.

Babirusa

Babirusa (Babyrousa babyrusa) yang sudah langka ini merupakan

kerabat jauh babi. Babirusa jantan mempunyai dua pasang taring, yang

sepasang tumbuh menembus langit-langit rahang atas dan melengkung

balik di atas mata. Babirusa sekarang sudah hampir punah di TNLL,

karena nampaknya satwa ini lebih suka tinggal di kawasan dataran rendah

di sekitar sungai dan danau, sehingga cenderung diganggu manusia.

Babirusa merupakan binatang malam yang memburu buah yang jatuh dari

pohon, dan membuka kayu yang lapuk untuk mencari larva kumbang.

Tidak seperti babi pada umumnya, babirusa hanya melahirkan 1-2 anak,

Page 69: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

111

yang tumbuh lambat sekali, sehingga satwa itu sangat rawan punah akibat

diburu manusia.

Kera (Macaca tonkeana)

Kera Sulawesi sering digambarkan sebagai kera hitam, karena

hampir tidak ada ekornya. Kera bukanlah jenis kera besar, tetapi monyet

yang merupakan kerabat dekat Makaka berekor babi yang hidup di

Kalimatan dan Sumatera. Makaka Tonkeana (Macaca tonkeana), yang

hidup di dalam TNLL adalah salah satu dari tujuh jenis kera makaka yang

ada di pulau ini, dan hanya dapat ditemukan di bagian Timur dan Tengah

Sulawesi Tengah. Karena kera ini terancam kepunahan akibat diburu, baik

untuk konsumsi lokal maupun untuk pasar daging di Manado, Sulawesi

Utara. TNLL telah menjadi suaka yang penting bagi mereka. Dalam

survey terbaru, Makaka seringkali terlihat di sekitar pinggir hutan, dan

mencari makan di kebun-kebun hutan. Kera Makak mungkin justru lebih

sering hidup di habitat-habitat ini daripada di bagian pegunungan TNLL,

yang belum pernah dijamah manusia. Mereka dianggap binatang

pengganggu oleh banyak penduduk lokal karena sering mengganggu

tanaman kopi dan coklat milik masyarakat.

Tarsius (Kera Hantu)

Tarsius merupakan salah satu primata terkecil di dunia, beratnya

hanya 100 gr dengan panjang badan 10 cm dari kepala dan panjang ekor

20 cm. Seperti semua primata, kera hantu ini mempunyai ciri mata yang

menghadap ke depan dan kuku yang pipih. Kera hantu dewasa

berhubungan secara monogamy dan tinggal dengan satu atau dua anaknya

yang masih kecil. Keluarga kera ini tidur bersama dalam sarang di dalam

belukar atau di dalam lubang pohon, muncul kira-kira 10-20 menit setelah

matahari terbenam dan memulai perburuan serangga secara solitaire di

tempat yang lebih rendah. Kera ini mempunyai wilayah kekuasaan

permanen kurang dari 1 ha dan dipertahankan dari kera hantu lain dengan

cara nyanyian.

Page 70: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

112

Kelelawar

Paling sedikit ada 55 jenis kelelawar yang hidup di kawasan

TNLL. Kelelawar ini sangat penting peranannya agar hutan dapat

berfungsi, karena berperan penting dalam penyerbukan dan penyebaran

biji berbagai tumbuhan tropis, seperti pisang liar dan beberapa jenis

pandan atau palma berduri. Ada hubungan antara jenis tumbuhan hutan

tertentu dengan jenis kelelawar yang ada, oleh karena itu berkurangnya

jumlah kelelawar mempunyai potensi mempengaruhi komposisi hutan

dalam jangka panjang. Survei-survei lapangan baru-baru ini menghasilkan

penemuan dua jenis kelelawar buah yang diperkirakan merupakan spesies

baru.

Burung

Sekitar 224 jenis burung ditemukan di Sulawesi, 97 diantaranya merupakan

endemik. Sulawesi secara internasional dikenal sebagai suaka burung yang

penting, 83 % jenis burung endemik Sulawesi terlihat di dalam TNLL. Jenis

burung endemik yang ditemukan di TNLL antara lain Nuri Sulawesi (Tanygnatus

sumatrana), Loriculus exilis, Trichologssus platurus, Cacatua sulphurea,

Rangkong (Buceros rhinoceros dan Aceros cassidix), Pecuk ular (Anhinga rufa),

Rallus plateni, Scolopax celebencis, Tyto inexspectata, Geomalia heinrichi,

Macrocephalon maleo, Megapodius frecycynent.

Burung Maleo

Burung Maleo (Macrocephalon maleo), adalah anggota famili

(rumpun) Megapodiidae yang suka membuat gundukan atau sering juga

disebut burung incubator. Rumpun burung ini ditemukan dari Indonesia

Timur terus sampai ke Polinesia dan Australia, tetapi burung Maleo

sendiri hanya hidup di Sulawesi Utara, Tengah dan Tenggara. Burung ini

mempunyai bulu hitam dan putih mencolok dengan dada merah jambu,

ekor berdiri tegak dan kepala gundul seperti helm. Ukuran burung ini

sebesar ayam betina (1,6 kg). Burung Maleo menetaskan telurnya dengan

bantuan sumber panas dari luar, seperti; pantai-pantai berpasir yang

dipanasi matahari, sumber-sumber air panas atau lubang-lubang gunung

berapi.

Page 71: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

113

Di dalam TNLL ditemukan sembilan lokasi sarang, semuanya

terletak dekat sumber air panas atau di tepian sungai yang terbuka.

Lokasi-lokasi sarang dikunjungi oleh burung-burung Maleo setiap pagi

atau sore, dan dipakai bersama oleh beberapa pasang burung. Saat ini,

burung Maleo mulai kesulitan mencari tempat untuk meletakkan telurnya.

Burung ini menggali dengan kakinya yang kuat dan cakarnya yang

sebagian dihubungkan dengan selaput, lokasi penetasan telur Maleo

terletak di Desa Pakuli ± 30 Km dari Kota Palu.

Enggang/Rangkong

Kedua jenis Enggang Sulawesi menunjukkan contoh penggunaan

kanopi pohon secara unik. Julang Sulawesi (Rhyticeros cassidix), hidup

dan makan secara unik pada kanopi atas, sedangkan Kangkareng Sulawesi

(Penelopides exarhatus), menempati kanopi bawah. Kedua jenis burung

tersebut menunjukkan kebiasaan bertelur yang menarik. Si jantan dengan

bantuan si betina, menggunakan lumpur untuk mengurung si betina dalam

sarang di lubang pohon yang dipilihnya, dan hanya ditinggalkan lubang

kecil untuk memberi makan kepada si betina. Si betina tetap terkurung

dalam lubang pohon itu selama mengerami telurnya dan memelihara

anaknya sampai mereka mampu terbang. Selama masa bertelur dari bulan

Juli sampai September, si jantan mencari dan menyediakan makanan untuk

keluarganya.

Sumber makan utama burung ini adalah buah Ara. Burung-burung

ini dapat diamati dengan cara menunggu dekat pohon Ara yang sedang

berbuah. Burung Enggang pada gilirannya juga memainkan peran penting

dalam penyebaran biji pohon itu. Burung enggang berbuncak, juga disebut

Rangkong dalam bahasa Indonesia dan disebut Allo oleh penduduk

setempat merupakan burung yang paling menarik perhatian di dalam

TNLL sehingga dijadikan simbol/logo TNLL. Burung ini mempunyai

suara yang keras dan parau serta kepakan sayap yang ribut, ketika terbang

di atas kanopi pohon. Umumnya Allo hinggap berpasangan, atau

berkelompok di pohon yang berbuah.

Page 72: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

114

Reptil, Ikan dan Amfibi

Terdapat 21 jenis cecak besar di kawasan TNLL, 68 jenis ular Sulawesi

dapat ditemukan, seperti ular Piton (Phyton reticulatus) dan King Cobra

(Ophiophagus hannah). Ular-ular yang paling sering ditemukan adalah ular

Pembalap (Elaphe erythrura dan Elaphe jansen). Ular Piton yang bercorak seperti

jala adalah ular terpanjang di dunia, dan banyak ditemukan di berbagai kawasan di

Asia Tenggara. Ular Piton yang tercatat paling panjang, spesimen yang berukuran

9,97 m, ditemukan di Sulawesi. Kadang-kadang ular Piton ini memangsa makhluk

yang besar, dan pada bulan Maret 1998 ada orang yang dimakan ular piton

berukuran 5 m di Kulawi, ular ini kemudian dibunuh. Ular Piton juga seringkali

diburu untuk dimanfaatkan daging dan kulitnya.

Di danau Lindu terdapat dua puluh satu juta amfibi dan enam jenis ikan,

termasuk spesimen endemik di danau Lindu, yaitu Xenopoeceilus sarasinorum.

Belut sangat umum ditemukan di semua sungai kecil di TNLL, tetapi ikan hanya

ditemukan di sungai-sungai yang lebih besar dan danau-danau.

Serangga

Ribuan jenis serangga yang unik dan cantik dapat dilihat di sekitar TNLL,

tetapi kebanyakan sulit diidentifikasi. Seringkali yang dilihat pengunjung adalah

jenis yang kecil. Meskipun jenis ini tidak umum seperti hewan yang lebih besar,

tetapi banyak yang menarik, mempunyai kebiasaan unik, dan layak diamati.

Serangga yang sangat menarik untuk diamati seperti kupu-kupu yang berwarna

mencolok yang terbang sekeliling TNLL. Kupu-kupu tersebut biasanya sering

ditemukan mengitari air atau sumber garam dan bunga-bunga. Banyak spesies

kupu-kupu yang ditangkap dan dijual kepada para kolektor.

Peternakan kupu-kupu pernah dianjurkan sebagai sumber alternatif mata

pencaharian penduduk setempat. Kupu-kupu endemik termasuk Papilio blumei,

kupu-kupu besar yang berekor seperti burung Sriti dengan sayap bergaris-garis

biru-hijau menyala dan Graphium androcles, kupu-kupu besar dengan ekor

panjang gemulai. Banyak kupu-kupu jantan, khususnya Graphium atau Appies sp

terlihat minum di sekitar comberan untuk mendapatkan garam yodium yang

sangat penting bagi siklus kehidupan mereka.

Page 73: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

115

Letak Geografis Kecamatan Kulawi

Kecamatan Kulawi terletak pada 1,6º-1,9º Lintang Selatan, 119,25º Bujur

Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Gumbasa dan Dolo Selatan

Sebelah Timur : Kabupaten Poso

Sebelah Selatan : Kecamatan Kulawi Selatan

Sebelah Barat : Provinsi Sulawesi Barat

Luas Wilayah Kecamatan Kulawi adalah ± 1.425,49 ha. Secara administratif

terdiri dari 18 desa, dimana delapan desa diantaranya hanya bisa dilalui dengan

kendaraan roda dua dan berjalan kaki. Jarak antara ibu kota kecamatan (Bolapapu)

ke desa-desa dan alat transportasi yang digunakan bisa dilihat pada Tabel 1 di

bawah ini.

Tabel 1. Jarak Antara Ibu Kota Kecamatan dengan Desa-desa di Kecamatan Kulawi Tahun 2005

Desa Jarak (Km) Alat Transportasi Winatu 16 Mobil Towulu 53 Motor Siwongi 62 Motor Banggaiba 76 Motor Rentewulu 62 Motor Lonca 9 Mobil Boladangko 1 Mobil Sungku 3 Mobil Toro 16 Mobil Mataue 1 Mobil Bolapapu 0 Mobil Namo 1 Mobil Tangkulowi 3 Mobil Salua 17 Mobil Puroo 19 Mobil Langko 20 Mobil Tomado 22 Mobil Anca 23 Mobil

Sumber : Kasi Pemerintahan Kecamatan Kulawi (2005)

Topografi

Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), Kecamatan Kulawi

pada umumnya merupakan daerah pegunungan (± 90%), dan berada sepanjang

aliran sungai Lariang yang terletak pada ketinggian 500-1000 m di atas

Page 74: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

116

permukaan laut. Kemiringan tanah cukup curam yaitu berkisar antara 60%-70%

dan bahkan ada yang mencapai di atas 80%. Persentase ketinggian desa-desa yang

ada di wilayah Kecamatan Kulawi adalah : Sebanyak 44,4% mempunyai

ketinggian 0-500 mdpl dan sebanyak 55,6% mempunyai ketinggian 501-1.000

mdpl. Data bentuk permukaan tanah dan ketinggian dari permukaan laut desa-

desa di Kecamatan Kulawi pada tahun 2005 bisa dilihat pada Tabel 2 di bawah

ini.

Tabel 2. Keadaan Tanah Menurut Persentase Bentuk Permukaan Tanah menurut Desa di Kecamatan Kulawi Tahun 2005

Desa Bentuk Permukaan Tanah Ketinggian

(dpl) Dataran (%) Perbukitan (%) Pegunungan (%)

Winatu - - 100 700 Towulu - - 100 700 Siwongi - - 100 700 Banggaiba - - 100 700 Rentewulu - - 100 700 Lonca - - 100 500 Boladangko - - 100 500 Sungku - - 100 500 Toro - - 100 700 Mataue - - 100 500 Bolapapu - - 100 500 Namo - - 100 500 Tangkulowi - - 100 500 Salua - - 100 500 Puroo - - 100 700 Langko - - 100 700 Tomado 100 - - 700 Anca - - 100 700 Sumber BPS Kabupaten Donggala (2005)

Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Kulawi berdasarkan hasil pencatatan

registrasi penduduk pada akhir tahun 2004 sebanyak 17.455 jiwa. Jumlah

penduduk di Kecamatan Kulawi berkurang karena adanya pemekaran kecamatan,

yaitu Kecamatan Kulawi Selatan. Luas Kecamatan Kulawi adalah 1.425,49 Km,

dengan demikian kepadatan penduduk di Kecamatan Kulawi pada Tahun 2005

adalah 13 jiwa/Km2. Data luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk di

Kecamatan Kulawi tahun 2005 bisa dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Page 75: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

117

Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kulawi Tahun 2005

Desa Luas (Km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (Km2)

Winatu 98,57 1.173 12 Towulu 246,67 1.177 5 Siwongi 66,94 652 10 Banggaiba 51,63 355 7 Rentewulu 41,90 596 14 Lonca 100,14 463 5 Boladangko 49,29 482 10 Sungku 67,47 954 14 Toro 50,65 2.057 41 Mataue 31,29 572 18 Bolapapu 59,80 2.292 38 Namo 24,37 1.179 48 Tangkulowi 24,55 307 13 Salua 45,68 1.138 25 Puroo 106,94 922 9 Langko 107,35 893 8 Tomado 120,82 1.718 14 Anca 131,43 525 4 2005 2004 2003

1.425,49 2.212,81 2.212,81

17.455 25.430 24.822

13 11 11

Sumber : Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2005

Data jumlah rumah tangga, penduduk dan rata-rata penduduk per rumah

tangga di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 bisa dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rata Penduduk per Rumah Tangga di Kecamatan Kulawi Tahun 2005

Desa Rumah Tangga Penduduk Rata-rata Penduduk/RT

Winatu 204 1.173 6 Towulu 282 1.177 4 Siwongi 120 652 5 Banggaiba 105 355 3 Rentewulu 142 596 4 Lonca 121 463 4 Boladangko 128 482 4 Sungku 232 954 4 Toro 542 2.057 4 Mataue 144 572 4 Bolapapu 557 2.292 4 Namo 165 1.179 7 Tangkulowi 75 307 4

Page 76: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

118

Tabel 4. (Lanjutan)

Desa Rumah Tangga Penduduk Rata-rata Penduduk/RT

Salua 278 1.138 4 Puroo 228 922 4 Langko 221 893 4 Tomado 392 1.718 4 Anca 128 525 4 2005 2004 2003

4.064 5.956 5.908

17.455 25.430 24.822

4 4 4

Sumber : Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2004

Pendidikan

Berdasarkan data yang terdapat dalam Kecamatan Kulawi dalam Angka

Tahun 2005, fasilitas pendidikan yang terdapat di Kecamatan Kulawi didominasi

oleh sekolah dasar sebanyak 31 buah sedangkan SLTP hanya tersedia 2 buah

dan SMU hanya tersedia 1 buah. Berdasarkan data pada Tabel 6 terdapat

pengurangan jumlah SD dan SLTP dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal

ini disebabkan oleh adanya pemekaran Kecamatan Kulawi Selatan, sehingga SD

yang awalnya secara administratif berada di di Kecamatan Kulawi, pindah ke

Kecamatan Kulawi Selatan . Data jumlah sekolah menurut tingkat pendidikan di

Kecamatan Kulawi bisa dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Banyaknya Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kulawi Tahun 2005

Desa Tingkat Pendidikan TK SD SLTP SMU/SMK

Winatu 1 1 - - Towulu - 2 - - Siwongi - 2 - - Banggaiba - 1 - - Rentewulu - 2 - - Lonca - 1 - - Boladangko - 1 - - Sungku 1 2 - - Toro 1 2 - - Mataue 1 1 - - Bolapapu 2 4 1 1 Namo 1 2 - - Tangkulowi - - - - Salua - 1 - -

Page 77: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

119

Tabel 5. (Lanjutan)

Desa Tingkat Pendidikan TK SD SLTP SMU/SMK

Puroo - 1 - - Langko - 2 - - Tomado - 5 1 - Anca - 1 - - 2005 7 31 2 2004 8 42 3 1 2003 8 42 3 1 2002 8 42 3 1 Sumber : Kantor Cabang Dinas Dikjar Kecamatan Kulawi

Berdasarkan data banyaknya murid sekolah di Kecamatan Kulawi, diketahui

bahwa jumlah murid yang paling banyak adalah murid SD, dan semakin tinggi

pendidikan, jumlah muridnya semakin sedikit. Hal ini mengindikasikan, tingginya

murid yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Data

selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Jumlah Pelajar berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kulawi Tahun 2005

Tingkat Pendidikan

Status Sekolah Jumlah Negeri Swasta TK - 68 68 SD 1.483 459 1.952 SLTP 294 48 342 SMU 186 - 186 SMK - - - PT/Universitas - - - 2005 1.963 575 2.548 2004 2.951 892 3.843 2003 2.506 1.285 3.791 2002 2.529 1.285 3.814 Sumber : Kantor Cabang Dinas Dikjar Kecamatan Kulawi (2005)

Pertanian

Sektor pertanian merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di

Kecamatan Kulawi pada umumnya. Oleh sebab itu pembangunan di sektor

pertanian masih merupakan hal yang penting dalam mendukung pembangunan

ekonomi pada sektor yang lain. Sektor pertanian yang berkembang di Kecamatan

Kulawi adalah sub sektor Pertanian Tanaman Pangan, sub sektor Perkebunan, dan

Page 78: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

120

sub sektor Peternakan. Luas tanaman bahan makanan di Kecamatan Kulawi

Tahun 2005 bisa dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Luas Tanaman Bahan Makanan di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 (Ha)

Desa Padi Sawah

Padi Ladang Jagung Ubi Kayu Kacang

Tanah Winatu 89 75 90 0,5 - Towulu 20 25 23 - - Siwongi - 88 30 - - Banggaiba 65 16 25 - 2 Rentewulu 14 41 16 - - Lonca 33 36 10 - - Boladangko 6 - 10 - - Sungku 32 13 179 - 1,5 Toro 819 - 165 - - Mataue 69 - 26 - 1 Bolapapu 236 - 16 - - Namo - - 40 - - Tangkulowi 18 - 7 - - Salua - 16 87 - 1 Puroo 416 - 12 - - Langko 105 - 5 - - Tomado 1.200 - 18 - 2 Anca 135 - 6 - - 2005 3.257 310 765 1 8 2004 5.012 496 1.053 4 22 2003 5.360 219 625 8,2 29,45 2004 5.950 242 858 29 26 Sumber : KCD PP Kecamatan Kulawi (2005)

Keuangan Daerah

Berdasarkan data yang terdapat dalam Kecamatan Kulawi dalam Angka

Tahun 2005, diperoleh informasi bahwa realisasi anggaran rutin dan anggaran

pembangunan Kecamatan Kulawi mengalami penurunan. Hal ini kemungkinan

juga disebabkan pemekaran Kecamatan Kulawi Selatan, sehingga jumlah desa

yang ada di Kecamatan Kulawi berkurang. Data realisasi penerimaan rutin dan

pembangunan di Kecamatan Kulawi bisa dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

Page 79: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

121

Tabel 8. Realisasi Penerimaan Rutin dan Pembangunan di Kecamatan Kulawi Tahun 2005 (000 Rp)

Desa Penerimaan Jumlah Rutin Pembangunan Winatu 4.000 3.000 7.000 Towulu 4.000 3.000 7.000 Siwongi 4.000 3.000 7.000 Banggaiba 4.000 3.000 6.000 Rentewulu 4.000 2.000 7.000 Lonca 4.000 3.000 6.000 Boladangko 4.000 2.000 6.000 Sungku 4.000 3.000 7.000 Toro 4.000 3.500 7.500 Mataue 4.000 3.000 7.000 Bolapapu 4.000 3.000 7.000 Namo 3.000 2.000 5.000 Tangkulowi 4.000 2.000 6.000 Salua 4.000 3.000 7.000 Puroo 4.000 3.000 7.000 Langko 4.000 3.000 7.000 Tomado 4.000 3.000 7.000 Anca 4.000 2.000 6.000 2005 71.000 48.500 119.500 2004 111.000 75.500 186.500 2003 162.000 297.000 459.000 2002 159.705 270.000 429.705

Sumber : Kasi PMD Kecamatan Kulawi (2005)

Jumlah wajib pajak bumi dan bangunan yang ada di Kecamatan Kulawi

tahun 2005 berjumlah 4.555 wajib pajak, dengan jumlah wajib pajak terbanyak di

Desa Toro sebanyak 625 wajib pajak dan di Desa Bolapapu sebanyak 555 wajib

pajak. Realisasi penerimaan pajak di Kecamatan Kulawi pada tahun 2005 adalah

sebesar Rp. 29.463.076, sama dengan realisasi tahun 2004 dan mengalami

peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2003 yang hanya sebesar

Rp. 22.573.986. Data realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan di

Kecamatan Kulawi secara lebih terperinci bisa dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Kulawi Tahun 2003-2005

Desa 2003 2004 2005 Winatu 300.153 1.356.686 1.356.686Towulu 2.150.000 1.598.924 1.598.924Siwongi 900.000 500.935 500.935Banggaiba 182.372 300.482 300.482

Page 80: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

122

Tabel 9. (Lanjutan)

Desa 2003 2004 2005 Rentewulu 278.711 360.943 360.943Lonca 816.913 757.891 757.891Boladangko 985.321 751.642 751.642Sungku 1.899.228 1.691.078 1.691.078Toro 1.529.402 4.066.946 4.066.946Mataue 484.729 475.276 475.276Bolapapu 4.538.654 3.350.756 3.350.756 Namo - 710.187 710.187Tangkulowi 684.015 647.381 647.381Salua 1.864.488 3.025.584 3.025.584Puroo 450.000 2.733.800 2.733.800Langko 500.000 1.324.209 1.324.209Tomado 3.500.000 3.828.219 3.828.219Anca 1.510.000 1.982.137 1.982.137Jumlah 22.573.986 29.463.076 29.463.076

Sumber : KUPTD Kecamatan Kulawi (2005)

Kondisi Umum Desa Salua

Desa Salua terletak di Kecamatan Kulawi Kabupaten Donggala, Provinsi

Sulawesi Tengah dan berjarak ± 89 Km dari ibu kota kabupaten dan 54 Km dari

ibu kota provinsi. Desa Salua berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tuva

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tomado

Sebelah Selatan berbatasan dengn Desa Namo

Sebelah Barat berbatasan dengan TNLL dan Hutan Desa

Topografi Desa Salua pada umumnya berbukit dan bergunung berada pada

ketinggian 500 mdpl dan beriklim tropis. Tingkat curah hujan rata-rata di Desa

Salua adalah 2600 mm/tahun dengan kelembaban 65%, termasuk ke dalam tipe

iklim D1 Schmidt Ferguson. Kondisi topografi dan iklim tersebut sangat

memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan (flora) mulai dari jenis kayu-

kayuan, maupun tumbuhan non kayu, serta berbagai jenis hewan (fauna) seperti

burung maleo, ayam hutan dan elang hitam. Peta Desa Salua bisa dilihat Pada

Gambar 9.

Page 81: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

123

Gambar 9. Peta Lokasi Penelitian

Sumber : STORMA 2005 dalam Golar 2007

Page 82: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

124

Berdasarkan data yang terdapat dalam Kecamatan Kulawi dalam Angka

Tahun 2005, Desa Salua mempunyai luas 45,68 Km2, dengan jumlah penduduk

sebanyak 1.138 terdiri dari 564 laki-laki dan 575 perempuan. Kepadatan

penduduk di Desa Salua adalah 25 orang per Km2, sedangkan Jumlah rumah

tangga di Desa Salua pada Tahun 2005 adalah 278 rumah tangga. Pada umumnya

penduduk Desa Salua adalah penganut agama Islam dan kristen. Etnis yang

mendiami Desa Salua adalah Kulawi Moma, Kulawi Uma, Bugis, Kaili, Jawa,

Menado, Gorontalo dan Cina.

Berdasarkan wawancara dengan responden diketahui bahwa tingkat

pendidikan di Desa Salua bervariasi mulai dari tidak pernah sekolah sampai

dengan universitas. Sebagian besar masyarakat Desa Salua memiliki tingkat

pendidikan SD (42,9%) dan SMP (18,7%). Masyarakat Desa Salua yang memiliki

tingkat pendidikan sampai ke universitas hanya 3,4%. Hal tersebut menunjukan

bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Salua masih rendah. Data tentang

tingkat pendidikan Masyarakat Desa Salua tahun 2005 bisa dilihat pada Tabel 10

di bawah ini.

Tabel 10. Tingkat Pendidikan Masyarakat (Responden) di Desa Salua Tahun 2005

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Tidak Pernah Sekolah 9 4,4 2. Tidak Tamat SD 33 16,3 3. SD 87 42,9 4. SMP 38 18,7 5. SMA 29 14,3 6. Universitas (termasuk Diploma) 7 3,4

Total 203 100,0 Sumber : Data primer diolah

Mata pencaharian sebagian besar masyarakat Desa Salua adalah petani

(93,6%), sedangkan sisanya adalah pedagang, wiraswasta dan pensiunan. Data

mata pencaharian masyarakat Desa Salua selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 11

di bawah ini.

Page 83: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

125

Tabel 11. Persentase Mata Pencaharian Utama Masyarakat (Responden) di Desa Salua

No. Mata Pencaharian Utama Kepala Rumah Tangga Jumlah Persentase (%)

1. Petani 190 93,6 2. Pedagang 4 2,0 3. Wiraswasta 5 2,5 4. Pensiunan 2 1,0 5. Lainnya 2 1,0

Total 203 100,0 Sumber : Data primer diolah

Pendapatan rata-rata masyarakat Desa Salua selama satu bulan bervariasi

antara < Rp. 400.000 sampai dengan > Rp.8.800.000. Rata-rata pendapatan

dalam satu bulan yang paling dominan adalah 800.000-1.200.000 (17,7%) dan

Rp.400.000-800.000 (13.3%). Data rata-rata pendapatan per bulan masyarakat

Desa Salua Tahun 2005 bisa dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Rata-rata Pendapatan / Income Masyarakat Desa Salua Per bulan (Responden) Tahun 2005

No. Rata-rata Pendapatan per Bulan Jumlah Persentase

(%) 1. < Rp. 400.000 10 4,9 2. Rp. 400.000 - 800.000 27 13,3 3. Rp.800.000 - 1.200.000 36 17,7 4. Rp.1.200.000 - 1.600.000 27 13,3 5. Rp. 1.600.000 - 2.000.000 11 5,4 6. Rp. 2.000.000 - 2.400.000 16 7,9 7. Rp. 2.400.000 - 2.800.000 7 3,4 8. Rp. 2.800.000 - 4.000.000 18 8,9 9. Rp. 4.000.000 - 5.200.000 15 7,4

10. Rp. 5.200.000 - 6.400.000 18 8,9 11. Rp. 6.400.000 - 8.800.000 9 4,4 12. > 8.800.000 9 4,4

Total 203 100,0 Sumber : Data primer diolah

Page 84: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

126

Sistem Pengelolaan Sumberdaya Alam di Desa Salua

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Desa Salua

Pada umumnya masyarakat Desa Salua membutuhkan kayu untuk

pembangunan, baik untuk rumah maupun kebutuhan sosial lainnya seperti

pembangunan rumah ibadah serta sarana umum lainnya. Adapun kayu yang sering

dimanfaatkan dan diolah adalah : Cempaka, Alepa, Siuri, Tahiti, Bakangkuni

Torode, Damar,Nantu, Pawa, Palapi, Birawa, Lekatu dan Lewu.

Proses pengambilan kayu (bantalan) hampir sama dengan cara yang

dilakukan di daerah-daerah lain, yaitu memilih pohon-pohon dengan diameter

lebih dari 20 cm dan kemudian ditebang dengan mesin pemotong (chain saw).

Setelah itu, dibuat balakan dengan berbagai ukuran yaitu 16-20 cm x 20-25 cm x

200, 300 dan 400 cm. Pekerjaan membuat balakan tersebut dilakukan secara

berkelompok dengan jumlah 3-5 orang dalam satu kelompok. Setelah kayu dibuat

balakan, kemudian diseret ke sungai terdekat, untuk memudahkan pengangkutan

ketempat yang terjangkau oleh kendaraan (TO). Pada lokasi tebangan yang jauh

dari sungai, maka balakan diangkut ke TO dengan menggunakan tenaga manusia.

Pada umumnya kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat diambil dari hutan desa

atau hutan milik, akan tetapi ada pula masyarakat yang mengambil kayu dari

kawasan TNLL. Proses penebangan dan pengangkutan kayu di Desa Salua bisa

dilihat Pada Gambar 10 dan Gambar 11 di bawah ini.

Upah yang diberikan kepada penarik kayu bervariasi, yaitu antara Rp.

50.000-100.000 per m3. Harga jual kayu rata-rata adalah Rp. 250.000 per m3 di

tempat pembalakan dan Rp. 400.000 per m3 di TO. Sementara itu pemerintah

Desa Salua (BPD dan PemDes) telah mengeluarkan aturan desa mengenai

penarikan retribusi pengolahan kayu sebesar Rp. 25.000 per truk. Harga jual kayu

di Kota Palu berkisar antara Rp. 650.000-800.000 per m3 (data tahun 2002).

Page 85: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

127

Gambar 10. Pengangkutan Kayu dari Hutan ke TO atau Desa

Gambar 11. Penebangan Pohon di Kawasan TNLL

Dok : Handian (2005)

Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Desa Salua

Selain kayu, hasil hutan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Salua

adalah rotan. Masyarakat mengambil rotan secara perorangan maupun secara berkelompok.

Untuk pengambilan secara perorangan, rotan yang bisa dihasilkan sekitar 50 kg dengan

waktu merotan dari pukul 07.00 - 17.00 WITA. Jumlah anggota kelompok perotan di Desa

Salua berjumlah 5-20 orang. Berbeda dengan pencari rotan secara perorangan, kelompok

pencari rotan pada umumnya menginap dihutan selama 1-2 minggu. Kelompok tersebut

membuat pondok sebagai tempat tinggal sementara sekaligus sebagai tempat pengumpulan

rotan sementara.

Setelah dipandang cukup, maka rotan yang sudah dikumpulkan ditarik melalui sungai

menuju desa atau TO. Rata-rata rotan yang mampu dikumpulkan oleh satu kelompok adalah

4-6 ton setiap bulan. Harga jual rotan ditingkat pengumpul rotan adalah: Rotan batang Rp.

1000/kg, rotan lambang Rp. 800/kg, tohiti Rp. 700/kg dan lewo Rp.1000/kg. Proses

pengangkutan rotan dan tempat penimbangan rotan milik pengumpul lokal bisa dilihat pada

Gambar 12 di bawah ini.

Page 86: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

128

Dok : Handian (2005)

Page 87: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Gambar 12. Proses Pengangkutan Rotan Menuju TO atau Desa dan Gambar Rotan Asalan ditempat Pengumpul Lokal

Perburuan Satwa Liar

Kegiatan perburuan hewan liar di Desa Salua dilakukan dengan berbagai

cara, diantaranya dengan jerat dan diburu menggunakan senjata dan anjing. Jenis

hewan yang sering diburu adalah hewan-hewan yang dianggap sebagai hama

seperti babi hutan dan monyet. Hewan-hewan ini dianggap merusak tanaman

kacang tanah, jagung, ubi, coklat dan kopi. Jerat dibuat dari tali rotan atau tali

plastik dan dipasang ditempat-tempat yang dianggap sering dilalui oleh hewan

buruan. Hewan yang paling sering terjerat adalah babi hutan, sedangkan babi rusa,

anoa dan rusa sangat jarang terjerat, karena jumlah hewan tersebut sangat sedikit.

Jenis hewan lain yang banyak diburu adalah berbagai jenis burung. Burung

di buru dengan menggunakan senapan angin dan jala. Burung yang sering diburu

dengan menggunakan senapan angin adalah burung Allo, sedangkan burung

maleo dan burung kuluri diburu dengan cara di jala. Salah satu contoh proses

perburuan monyet di Desa Salua bisa dilihat pada Gambar 13 di bawah ini.

Dok : Handian (2005)

Gambar 13. Proses Perburuan Kera di Desa Salua

Sumber Air Desa Salua

Salah satu sumber mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat Salua

yang terbesar berasal dari kawasan TNLL. Masyarakat desa menggunakan air dari

Page 88: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

TNLL tersebut untuk berbagai keperluan, seperti : untuk minum, memasak serta

MCK. Salua yang mempunyai arti anak sungai mempunyai banyak anak sungai

yang bermuara di sungai MIU atau DAS Palu, baik yang ada dibagian Timur

ataupun di bagian Barat.

Anak sungai yang ada di bagian Timur, yang berbatasan langsung dengan

dua desa yaitu Puroo dan Tomado adalah :

1. Sungai Salua Lana

2. Sungai Salua

3. Sungai Salu Kono

4. Sungai Tabaro

5. Sungai Momibohe

6. Sungai Momi Kodi (Jembatan 1)

7. Sungai Saluntoribo

8. Sungai Salu Tola

9. Sungai yang berhulu di Gunung Potong yang bermuara di sungai Momi

Anak sungai di bagian Barat yang berhulu di pegunungan Tutuwongi dan

bermuara di Sungai MIU adalah :

1. Sungai Miope

2. Sungai Halado

3. Sungai Oha Kodi

4. Sungai Oha Bohe

5. Sungai Wara

Pembukaan Lahan di Kawasan TNLL

Meskipun saat ini sistem bertani bagi sebagian besar masyarakat Salua

sudah mengalami perubahan dan pergeseran dari sistem bertani tradisional

“ladang berpindah” ke sistem bertani modern “menetap”, namun pengetahuan dan

sistem bertani modern masih rendah. Lokasi perkebunan masyarakat Desa Salua

pada umumnya terletak di bagian sebelah Barat dari pemukiman.

Pembukaan lahan dalam kawasan TNLL oleh masyarakat pada umumnya

dilakukan sendiri-sendiri tanpa sepengetahuan pemerintah setempat maupun pihak

yang berkepentingan. Proses pembukaan lahan tersebut dimulai dengan menebang

pohon-pohon yang berada dalam kawasan lindung, kegiatan ini dilakukan secara

Page 89: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

berkelompok (5-10 orang) atau secara individu. Sampai saat ini pembukaan

lahan di dalam kawasan hanya dilakukan oleh sebagian masyarakat. Hal ini

karena masih tersedianya lahan di wilayah hutan produksi milik Desa yang ada di

sebelah Barat desa Salua.

Pada umumnya kepemilikan lahan di dalam kawasan TNLL adalah illegal

karena tidak memiliki surat-surat, dan pembukaan lahan tersebut tidak memiliki

izin dari pihak berwenang (pemerintah setempat maupun Balai Taman Nasional

Lore Lindu) selaku pemegang hak dalam pengelolaan kawasan TNLL).

Masyarakat yang memiliki lahan dalam kawasan biasanya dilatarbelakangi

beberapa faktor yakni : 1) tidak memiliki lahan di tempat lain, 2) faktor ekonomi.

Adapun sistem pembukaan lahan adalah dengan menebang pohon yang

berukuran besar, penebangan ini biasanya memerlukan waktu selama 3 (tiga) hari

dan selanjutnya dikeringkan selama 1 bulan kemudian dilakukan pembakaran.

Pada umumnya kebun yang baru dibuka ditanami tanaman palawija berupa:

jagung dan cabe sambil menunggu pembibitan tanaman cokelat dan kopi ataupun

tanaman tahunan lainnya. Contoh kawasan TNLL yang telah berubah menjadi

kebun bisa dilihat pada Gambar 14 di bawah ini.

Dok : Handian (2005)

Gambar 14. Kawasan TNLL yang telah berubah fungsi menjadi Kebun)

Page 90: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Pemilihan jenis tanaman disesuaikan dengan permintaan pasar, tanaman

cokelat dan kopi merupakan tanaman yang banyak dipilih karena dianggap dapat

memberikan penghasilan yang cukup tinggi serta tidak memerlukan perawatan

intensif. Pada musim tanam berikutnya, lahan masih ditanami dengan palawija

dan mulai menanam tanaman cokelat dan kopi. Setelah tanaman Kopi tersebut

tinggi maka tanaman palawija tidak ditanam lagi. Pada umumnya hasil dari

tanaman sayur-sayuran, cabe dan ubi masih digunakan untuk kepentingan sendiri

(subsisten)

Dalam pengelolaan lahan baru diawali dengan pemilihan Pemanu (ketua

kelompok). Sebelum melakukan kegiatan pembukaan lahan diselenggarakan

ritual meminta restu kepada penghuni hutan dengan menyediakan para-para

dengan ukuran 50 x 50 cm dan tinggi 1 – 1,5 cm. Kemudian memilih lagi orang

yang bisa melakukan cara untuk menyimpan sesajian seperti: sirih, kapur sirih,

tembakau (potugi), nasi, telur yang dibagi 7 dialas dengan tave linopi (daun

linopi) dan bendera putih. Semua kelengkapan tersebut diletakkan di atas parara

estela. Selanjutnya dilakukan mogene membaca mantra-mantra yang

menggunakan bahasa daerah meminta restu dan pamit kepada para penghuni

hutan agar jangan menganggu mereka saat bekerja untuk membuka lahan. Lahan

yang pertama diolah adalah lahan milik pemanu mulai dari pemarasan,

pembakaran, penanaman dan panen. Hasil dari perkebunan disimpan di mari

(lumbung).

Masyarakat Salua selalu memisahkan jenis tanaman palawija dan tanaman

tahunan, khususnya tanaman palawija sayur-sayuran, lombok, jagung, ubi kayu

dan sebagainya. Masyarakat menanam di kebun yang disebut “pampa”.

Pembukaan lahan pampa lebih luas berkisar antara 1-2 ha. Tanaman yang

berumur panjang ditanam pada lahan yang disebut “bonea”

Pemanfaatan Tanaman Obat

Meskipun obat-obatan modern sudah masuk ke desa-desa, tetapi masyarakat

Desa Salua masih banyak yang memanfaatkan tumbuhan dan binatang liar untuk

bahan ramuan obat tradisional. Bagi mereka yang sering beraktivitas di dalam

hutan, keberadaan tumbuhan obat ini sangat membantu jika terluka atau terserang

penyakit di dalam hutan.

Page 91: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Pengobatan dilakukan oleh dukun kampung dengan membaca jampi-jampi

lalu ditiupkan kepada orang sakit dan menggunakan obat kampung seperti

rumput-rumputan. Pengambilan obat dilakukan oleh dukun karena ada syarat-

syarat tertentu dan harus dilakukan pada hari tertentu (Jum’at) pukul 06.00 pagi

dan atau bertepatan dengan adzan di mesjid. Tumbuhan obat diperoleh masyarakat

dari sekitar pekarangan, pinggir kebun, ladang sampai ke dalam hutan. Bahan

ramuan obat diambil dari bagian akar, umbi, daun, batang dan buah dari berbagai

rumput-rumputan (gulma), tanaman semak ataupun pohon.

Ramuan tumbuhan obat yang umum dipercaya bisa mengobati berbagai

penyakit, diantaranya adalah :

1. Luka luar karena benda tajam diobati dengan : pucuk tantanga merah, umbut

pisang, getah balacai, daun bube, daun paralibo dan daun ntilala.

2. Sakit gigi diobati dengan daun sirih, akar sere, getah kamboja, akar tunjung

langit, dan umbi tainco.

3. Demam dan malaria diobati dengan kompresan daun siranindi, daun balacai,

daun maumata, dan parea, daun cocor bebek dan daun kemiri.

4. Pengobatan wanita bersalin atau membersihkan habis melahirkan, digunakan

pucuk paku, seduhan hingga, kunyit, daun balacai, daun gedi dan daun

kapas/kapuk.

5. Pegal-pegal sehabis kerja berat diobati dengan rebusan batang akar kuning,

daun kici biling, rebusan akar alang-alang, daun kumis dan akar ntorode.

6. Batuk-batuk diobati perasan daun bayana, batang tuwutaba, daun valangkere,

jeruk nipis, umbut kihipo dan buahnya belobo.

7. Darah tinggi diobati dengan daun alpokat, daun pisang sepatu dan umbi

tantanga.

8. Keseleo bisa diobati dengan remasan daun takema, daun sere, dan daun

balacai

9. Sakit maag diobati dengan daun cenaduri, daun taba, dan buah pisang sepatu.

10. Gatal-gatal diobati dengan daun manure, lengkuas, dan daun silaguri, dst.

Pendekatan Adat “OMBO” dalam Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Keperihatinan sebagian masyarakat terhadap banyaknya aktifitas yang

dilakukan di dalam hutan khususnya pengambilan hasil hutan baik kayu maupun

Page 92: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

non kayu (terutama rotan) yang tidak saja dilakukan oleh masyarakat Salua

sendiri bahkan lebih banyak dilakukan oleh masyarakat dari luar desa Salua.

Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi beberapa waktu yang lalu

dipandang oleh masyarakat sebagai dampak dari rusaknya hutan yang ada di desa

yang diakibatkan ramainya orang mengambil rotan, kayu dan membuka lahan di

hutan Desa Salua. Disamping itu, munculnya kesadaran dari masyarakat untuk

menjaga dan mempertahankan kelestarian hutan untuk kepentingan anak cucu

(generasi mendatang).

Berkenaan dengan hal tersebut, Ketua Lembaga Adat Desa Salua

menyampaikan upaya alternatif untuk menjaga dan mempertahankan hutan di

Desa Salua dengan cara menerapkan hukum ombo dalam pengambilan hasil

hutan kayu dan rotan serta beberapa jenis hewan liar. Pemberlakuan ombo

haruslah ombo yang sebenarnya dengan melibatkan pemerintah (instansi terkait),

para pengusaha, masyarakat yang mengolah serta masyarakat secara umum. Ini

dimaksudkan agar penerapan ombo diketahui oleh semua pihak. Di samping itu

pemberlakuan ombo ini adalah lebih memberikan peran dan tanggung jawab

perlindungan hutan kepada masyarakat adat (melalui pendekatan adat).

Ombo merupakan suatu kegiatan adat berupa pelarangan melakukan

kegiatan yang berlebihan untuk sementara waktu dalam wilayah tertentu. Ombo

biasanya diberlakukan untuk ungkapan duka cita dari meninggalnya seseorang

atau keluarga dari golongan raja. Ombo duka cita ini melarang kepada siapa saja

untuk tidak melakukan kegiatan keramaian, kegiatan yang menimbulkan suara

yang keras (termasuk mengendarai kendaraan dengan cepat) dan kegiatan-

kegiatan lainnya. Bagi yang melanggar akan dikenakan sangsi adat tergantung

dari jenis ombo yang diselenggarakannya. Bila pelarangan ini (ombo)

diberlakukan pada sumberdaya hutan (SDH), berarti penghentian sementara

kegiatan pengambilan jenis-jenis tertentu (jenis tersebut ditentukan oleh lembaga

adat) dalam wilayah tertentu serta waktu yang ditentukan.

Jadi dalam ombo SDH tersebut terdapat 3 unsur penting yaitu 1) apa yang

diatur oleh hukum ombo termasuk jenis-jenis yang dilarang, 2) batas wilayah atau

daerah diberlakukan nya ombo, dan 3) berapa lama pemberlakuan ombo. Dari

unsur tersebut dapat diketahui bahwa yang diatur oleh hukum adat ombo adalah

Page 93: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

hasil hutan dengan jenis tertentu, misalnya rotan, kayu, serta penangkapan jenis

hewan tertentu dalam wilayah kawasan TNLL yang berada dalam kawasan atau

berbatasan dengan Desa Salua selama misalnya 5 (lima) tahun terhitung dari

pelaksanaan upacara ombo.

Pelaksanaan ombo dilakukan dalam desa dengan melakukan upacara-

upacara tertentu termasuk makan bersama, dimana diyakini barang siapa yang ikut

makan dalam upacara tersebut dan melakukan pelanggaran ombo nantinya akan

mendapatkan bencana atau bala dan akan mendapatkan sangsi adat. Hasil denda

yang diperoleh dari pemberlakuan ombo dipergunakan untuk kepentingan desa

yang dikelola oleh lembaga adat dan pemerintah desa.

Peran Laki-Laki dan Perempuan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam di

Desa Salua

Pada umumnya dalam kehidupan suatu masyarakat selalu terdapat sistem

pembagian peran laki-laki maupun perempuan yang sudah mengakar dan terjadi

sejak dahulu kala. Hal tersebut dilakukan pada berbagai aspek, baik sosial budaya

maupun dalam aspek ekonomi, termasuk pengaturan dalam akses dan kontrol

terhadap sumberdaya. Di desa Salua, berdasarkan hasil kajian Care (2002) dapat

ditemui sejumlah informasi tentang pembagian peran laki-laki maupun perempuan

dalam hal pengelolaan sumberdaya alam :

1. Kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya hutan seperti

halnya pengambilan kayu bahan bangunan, berburu, membuka lahan

sebahagian besar dilakukan oleh laki-laki, sementara itu para perempuan

umumnya hanya mengambil kayu bakar maupun sayur-sayuran untuk

dikonsumsi keluarga.

2. Kegiatan pengolahan kebun pada umumnya dilakukan bersama.

Keterlibatan gender dalam pengelolaan sumberdaya alam, dalam hal ini lahan

untuk kebun adalah sebagai berikut:

1. Pemerasan (pembersihan) lahan 50 % laki-laki dan 50 % perempuan

2. Penebangan 80 % dilakukan laki-laki dan 20 % perempuan

3. Pembakaran rumput dan kayu 80 % laki-laki dan 20 % perempuan

4. Pembersihan lahan sisa-sisa pembakaran 50 % laki-laki dan 50 % perempuan

5. Penanaman 50 % laki-laki dan 50 % perempuan

Page 94: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

6. Pemetikan hasil panen penebangan 10 % laki-laki dan 90 % perempuan

7. Penjemuran hasil panen 50 % laki-laki dan 50 % perempuan

8. Pemasaran atau penjualan hasil pertanian dan perkebunan 30 % laki-laki dan

70 % perempuan

Page 95: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Permasalahan Pengelolaan Sumberdaya Alam

Dari hasil pengkajian Care (2002), ada beberapa isu permasalahan yang

berkaitan dengan sistem pengelolaan sumberdaya alam, informasi ini merupakan

hasil pengamatan dilapangan dan diskusi dengan masyarakat sehingga masih

perlu untuk diperdalam dan disempurnakan. Adapun informasi yang dapat

diidentifikasi antara lain:

Hutan dan Kawasan TNLL

Bagi masyarakat lokal yang tergolong marjinal, politik pembangunan

dirasa merugikan hak-hak pengelolaan secara lokal baik di bidang ekonomi,

sosial dan budaya, yang dapat merubah pola kehidupan mereka. Menurut

mereka pemasangan tapal batas TNLL yang tidak disosialisasikan terlebih

dahulu merupakan pemutusan hak-hak pemanfaatan hutan secara sepihak

tanpa adanya kesepakatan terlebih dahulu. Sedangkan mereka masih

membutuhkan hutan untuk berbagai kebutuhan obat-obatan, sandang,

perkakas/alat, anyam-anyaman, pelengkap adat/ritual dan sumber

pendapatan tunai. Desakan dan intimidasi petugas telah membingungkan

mereka yang biasa mengambil hasil hutan dan tinggal berbatasan langsung

dengan kawasan TNLL.

Pembukaan lahan Kebun

Bencana alam seperti erosi dan banjir sering terjadi di Desa Salua

disebabkan pembukaan lahan yang memperparah kerusakan kawasan.

Banyak tanah-tanah longsor dalam kawasan yang mengakibatkan

tumbangnya pohon-pohon dan mematikan satwa-satwa. Hal tersebut dapat

mengakibatkan terganggunya keseimbangan lingkungan dan fungsi

ekosistem dalam kawasan.

Akhir-akhir ini, gangguan keamanan dan ancaman terhadap kawasan

TNLL semakin meningkat. Konversi lahan, illegal logging, eksploitasi hasil

hutan non kayu, perburuan satwa telah menyebabkan kerusakan kawasan

yang pada akhirnya bermuara pada terjadinya degradasi hutan. Contoh

kawasan TNLL yang rusak akibat penebangan liar bisa dilihat pada Gambar

15 di bawah ini.

Page 96: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Gambar 15. Kawasan TNLL yang rusak akibat Penebangan Liar

Perusakan kawasan dengan cara demikian terjadi dikarenakan belum

adanya tindakan tegas dari aparat penegak hukum dalam pelaksanaan

tugasnya dan bahkan ada oknum aparat yang terlibat dalam perusakan

hutan. Kekhawatiran masyarakat terhadap pengelolaan hutan di Desa Salua

berdasarkan hasil penelitian Care (2002) adalah sebagai berikut :

1. Alih fungsi kawasan TNLL menjadi lahan-lahan pertanian

2. Populasi pohon kayu /rotan akan semakin berkurang akibat adanya

penebangan yang tidak terkendali.

3. Akibat dari penebangan di TNLL mulai berdampak pada masyarakat

seperti banjir dan tanah longsor.

4. Binatang/hewan seperti babi hutan, burung maleo semakin berkurang

5. Perusakan kawasan dengan sistem penebangan dan pembukaan lahan

masih terjadi.

6. Penegakan hukum khususnya dari pihak berwenang sangat lemah

7. Masih ada oknum masyarakat yang diduga bekerjasama dengan oknum

aparat dalam pengambilan kayu.

8. Apabila musim hujan banjir dan tanah longsor terjadi dan susah

terkendali

9. Belum ada aturan yang diberlakukan khususnya dalam sistem

pengelolaan sumberdaya alam.

10. Keterlibatan masyarakat luar wilayah desa dalam PSDA.

11. Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam

12. Belum ada tindakan tegas dari aparatur pemerintah.

Page 97: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Manfaat Jasa Lingkungan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)

Masyarakat Desa Salua telah banyak memperoleh manfaat dari keberadaan

TNLL, baik manfaat yang bersifat langsung (nilai guna langsung) maupun

manfaat yang bersifat tidak langsung (nilai guna tidak langsung). Nilai guna

langsung yang telah diperoleh oleh masyarakat Desa Salua diantaranya adalah

hasil hutan kayu (bahan material dan kayu bakar) serta hasil hutan bukan kayu

seperti rotan, tanaman obat, umbi-umbian serta hewan liar sebagai sumber protein

hewani. Sedangkan nilai guna tidak langsung yang selama ini diperoleh oleh

masyarakat Desa Salua adalah jasa lingkungan seperti manfaat hutan dalam

pengaturan iklim, daerah tangkapan air, pengatur tata air dan reduksi banjir,

penyangga terhadap hama dan penyakit dan lain sebagainya.

Besarnya nilai manfaat tidak langsung yang dihasilkan hutan, khususnya

jasa lingkungan, sampai saat ini belum diapresiasi secara baik oleh publik, bahkan

kegiatan konservasi dianggap sebagai cost center. Akibat tidak dipahaminya nilai

ekonomi total yang berasal dari ekosistem hutan tersebut telah menyebabkan

peningkatan laju degradasi di berbagai kawasan hutan di Indonesia, termasuk di

kawasan TNLL. Selain itu, salah satu alasan mengapa apresiasi publik terhadap

jasa lingkungan masih rendah adalah, karena jasa lingkungan yang dihasilkan oleh

hutan belum memiliki transaksi pasarnya.

Hal tersebut disebabkan karena jasa-jasa lingkungan tersebut merupakan

barang publik dan memiliki eksternalitas dimana semua pihak yang

memanfaatkan jasa lingkungan tersebut tidak harus melakukan pembayaran

kepada pengelola hutan. Membayar atau tidak membayar, semua pihak tetap dapat

memanfaatkan jasa lingkungan sebagai produk sektor kehutanan karena memang

belum ada mekanisme yang mengatur pembayaran terhadap jasa lingkungan yang

bersifat sebagai barang publik. Ciri barang publik ialah tidak diberlakukannya

“exclusion principle” dan “rivalry in consumption” (Suparmoko dan Nurrochmat,

2005).

Dampak negatif dari kurang diapresiasinya jasa lingkungan hutan adalah

berkurangnya jumlah dan jenis sumberdaya alam hayati serta terjadinya degradasi

Page 98: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

ekosistem hutan. Hal tersebut dengan sendirinya akan menyebabkan menurunnya

fungsi lindung dari hutan, seperti manfaat hutan dalam pengaturan iklim, daerah

tangkapan air, pengatur aliran air dan mereduksi banjir, penyangga terhadap hama

dan penyakit dan lain sebagainya.

Untuk kasus Desa Salua, telah terjadi apa yang disebut oleh Sitorus (2002)

sebagai perubahan cepat yang mendasar pada ekologi pedesaan, sebagai akibat

dari perluasan perkebunan kakao yang berlangsung cepat. Hal ini

mengindikasikan telah terjadi perubahan radikal bentukan sosial setempat, yang

telah memudahkan peralihan sistem kepemilikan tanah dari jenis kolektif

(common resources) menjadi jenis kepemilikan pribadi, di mana distribusi lahan

tunduk pada kekuatan pasar (pasaran tanah).

Situasi tersebut memungkinkan penduduk asli secara khusus memperoleh

sumberdaya tanah dan menjualnya pada pendatang, sehingga menyebabkan

perubahan mendasar pada struktur agraria lokal, dimana penduduk asli telah

diturunkan tingkatannya dari “bertanah” menjadi “tak bertanah”, sementara

pendatang diangkat tingkatnya dari “tak bertanah” menjadi “bertanah”. Perubahan

dalam struktur agraria tersebut menandakan penurunan keterjaminan sosial

ekonomi penduduk asli dan sebaliknya peningkatan keterjaminan bagi pendatang.

Kondisi ini menyebabkan penduduk asli mencoba memecahkan masalah ketidak-

terjaminan sosial ekonomi dengan cara merambah kawasan hutan.

Kekuatan pasar telah mengalahkan pengetahuan indigenous (hukum adat

Taolo dan Ombo) yang telah dimiliki oleh masyarakat Desa Salua dalam

mengelola hutan dan lingkungan di sekitarnya. Turnbull (2002) menjelaskan

bahwa adanya pengaruh modernisasi terhadap pengetahuan indigenous

menyebabkan perubahan yang bersifat radikal. Perubahan tersebut sering dipicu

oleh adanya pengaruh yang datang dari kelompok luar, baik untuk tujuan

berdagang, pengembangan usaha, maupun kolonialisasi. Greiner (1998); Li

(2000) diacu dalam Golar (2007), menjelaskan bahwa terancamnya pengetahuan

indigenous dipengaruhi pula oleh globalisasi, yang mau tidak mau akan memaksa

masyarakat indigenous untuk menjadi bagian dari masyarakat global dengan

tatanan baru. Hal ini menyebabkan pengetahuan indigenous yang dimiliki menjadi

tidak relevan. Di samping itu, kekuatan ekonomi dan sosial secara perlahan dan

Page 99: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

pasti seringkali menghancurkan struktur sosial, yang mampu menciptakan

pengetahuan dan praktik indigenous tersebut (terjadi perubahan perilaku) (Sunito

1999; 2004, diacu dalam Golar 2007).

Salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif dari perubahan perilaku

tersebut, adalah dengan cara meningkatkan apresiasi publik terhadap kelestarian

alam, melalui penghitungan manfaat ekonomi jasa lingkungan hutan, sehingga

diharapkan dapat merubah persepsi bahwa nilai jasa lingkungan tidak memiliki

nilai ekonomi menjadi sebaliknya. Setelah itu, perlu juga disusun strategi

pengelolaan lingkungan di tingkat desa (Desa Salua) dengan memperhatikan

aspirasi dan potensi yang dimiliki oleh masyarakatnya.

Persepsi Masyarakat Desa Salua terhadap Ancaman Banjir

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa sebagian besar masyarakat

Desa Salua terkena dampak banjir (62,1%), sedangkan sisanya (37,9%) tidak

terkena dampak banjir. Masyarakat yang terkena dampak banjir adalah

masyarakat yang mempunyai ladang dan atau tempat tinggal di daerah yang

rendah. Besar kecilnya dampak yang dirasakan sangat tergantung pada lokasi

tempat tinggal atau ladang, masyarakat yang mempunyai ladang atau tempat

tinggal di pinggiran sungai dan dataran rendah pada umumnya terkena dampak

lebih besar. Sedangkan masyarakat yang tidak terkena dampak banjir adalah

masyarakat yang mempunyai tempat tinggal atau ladang di lokasi yang relatif

tinggi. Data dampak banjir terhadap masyarakat Desa Salua selengkapnya bisa

dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13. Dampak Banjir Terhadap Masyarakat Desa Salua

No. Parameter Jumlah Responden

Persentase (%)

1. Sangat Besar 19 9,4 2. Besar 64 31,5 3. Sedang 23 11,3 4. Kecil 20 9,9 5. Tidak ada Masalah 77 37,9

Total 203 100,0

Masyarakat Desa Salua juga berpendapat, bahwa dampak banjir akan

semakin memburuk, jika tidak ada tindakan atau program pencegahan banjir di

Page 100: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Desa Salua. Hal ini disebabkan, tanpa ada program pencegahan, kondisi

lingkungan di Desa Salua cenderung akan semakin buruk, sehingga dampak banjir

akan semakin besar. Persepsi masyarakat tentang dampak banjir di Desa Salua

tanpa adanya program pencegahan, bisa dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14. Dampak Banjir terhadap Lingkungan Desa Salua Tanpa Adanya Tindakan Pencegahan Banjir

No. Parameter Jumlah Persentase (%)

1. Semakin buruk 74 36.5 2. Buruk 82 40.4 3. Sama saja 45 22.2 4. Baik 1 0.5 5. Semakin Baik 1 0.5

Total 203 100.0

Berkenaan dengan program pembangunan yang dilaksanakan di Desa Salua

selama ini, pada umumnya masyarakat berpendapat bahwa pembangunan tersebut

tidak dapat mengurangi kerusakan akibat banjir (56,2%), sedangkan yang

berpendapatan bahwa pembangunan yang dilaksanakan oleh desa bisa

mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh banjir hanya 17,7%. Hal tersebut

dikarenakan belum ada program pembangunan desa yang khusus menanggulangi

ancaman banjir. Data selengkapnya bisa dilihat pada Lampiran 17.

Berkenaan dengan tanggungjawab pemerintah kabupaten dalam usaha

pencegahan banjir dan erosi, masyarakat Desa Salua berpendapat bahwa

pemerintah seharusnya sangat bertanggungjawab terhadap pencegahan banjir dan

erosi (81,3%). Selain itu, responden juga berpendapat bahwa dirinya dan keluarga

juga seharusnya sangat bertanggungjawab terhadap pencegahan banjir di Desa

Salua (68%). Pihak lain yang seharusnya bertanggungjawab terhadap pencegahan

banjir di Desa Salua adalah seluruh masyarakat, Ornop, peneliti, masyarakat Desa

Salua dan Pemerintah desa. Data tentang pihak-pihak yang seharusnya

bertanggungjawab terhadap pencegahan banjir di Desa Salua bisa dilihat pada

Lampiran 17.

Page 101: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Persepsi Masyarakat Desa Salua terhadap Ancaman Erosi

Erosi merupakan bahaya lingkungan yang diketahui dan merupakan

ancaman bagi masyarakat Desa Salua. Berdasarkan wawancara dengan

masyarakat Desa Salua, sebanyak 81,8% masyarakat terkena dampak erosi dengan

besaran yang bervariasi, sedangkan 22,2% diantaranya tidak merasakan dampak

dari erosi. Sama halnya dengan dampak dari banjir, besar kecilnya dampak erosi

yang dirasakan oleh masyarakat sangat tergantung pada lokasi tempat tinggal atau

ladang yang dimiliki oleh masyarakat. Masyarakat yang memiliki tempat tinggal

dan ladang pada lokasi yang curam maka akan mendapatkan dampak erosi yang

lebih besar. Masyarakat yang merasa tidak mendapatkan dampak dari erosi pada

umumnya adalah masyarakat yang memiliki tempat tinggal di tempat yang landai

dan tidak mempunyai ladang. Data selengkapnya tentang dampak erosi terhadap

masyarakat Desa Salua bisa dilihat pada Tabel 15 di bawah ini.

Tabel 15. Dampak Erosi terhadap Masyarakat Desa Salua

No. Parameter Jumlah Responden

Persentase (%)

1. Sangat besar 12 5.9 2. Besar 87 42.9 3. Sedang 35 17.2 4. Kecil 24 11.8 5. Tidak masalah 45 22.2

Total 203 100,0

Masyarakat Desa Salua juga berpendapat jika di Desa Salua tidak dilakukan

pencegahan terhadap bahaya erosi, maka di masa yang akan datang dampak dari

erosi akan semakin buruk terhadap lingkungan Desa Salua. Hal tersebut bisa

dilihat pada Tabel 16, di mana dari seluruh responden yang diwawancarai, hanya

1 orang (0,5%) yang berpendapat bahwa tanpa adanya pencegahan, maka dampak

erosi terhadap lingkungan di Desa Salua akan lebih baik.

Page 102: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Tabel 16. Dampak Erosi Terhadap Lingkungan Desa Salua tanpa Ada Upaya Pencegahan Erosi

No. Parameter Jumlah Responden

Persentase (%)

1. Lebih buruk 81 39.9 2. Buruk 69 34.0 3. Sama saja 52 25.6 4. Lebih baik 1 0.5

Total 203 100,0

Berkenaan dengan program pembangunan yang dilaksanakan di Desa Salua,

58.1% responden berpendapat bahwa program pembangunan yang dilaksanakan

tidak dapat mengurangi kerusakan akibat erosi tanah. Hal tersebut dikarenakan

belum adanya program pembangunan desa yang khusus menangani bahaya erosi.

Responden yang berpendapat bahwa program pembangunan di Desa Salua bisa

mengurangi kerusakan akibat erosi tanah hanya 19.2%, sisanya 16.3% menjawab

ragu-ragu. Data selengkapnya tentang persepsi masyarakat terhadap peran

pembangunan desa dalam mengurangi bahaya erosi bisa dilihat pada Lampiran

18.

Masyarakat Desa Salua berpendapat bahwa tanggungjawab dalam upaya

pencegahan erosi di Desa Salua berada di tangan masyarakat dan pemerintah,

karena hal tersebut merupakan tanggungjawab bersama, sehingga semua pihak

harus bekerja sama dalam melaksanakan hal tersebut. Data tentang Persepsi

masyarakat terhadap pihak yang seharusnya bertanggungjawab terhadap

pencegahan bahaya erosi bisa dilihat pada Lampiran 18.

Persepsi Masyarakat terhadap Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui

Banjir dan erosi merupakan bahaya lingkungan yang telah diketahui, dengan

kata lain masyarakat Desa Salua telah mengetahui dan mengalami kedua ancaman

lingkungan tersebut. Selain bahaya lingkungan yang sudah diketahui, ada pula

bahaya lingkungan yang belum diketahui, dengan kata lain bahaya lingkungan

tersebut belum pernah terjadi di Desa Salua. Bahaya lingkungan yang belum

diketahui bisa merupakan bahaya lingkungan yang benar-benar baru, atau pernah

terjadi, tetapi terjadi di tempat lain.

Page 103: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, bahaya lingkungan yang

dianggap sebagai ancaman oleh masyarakat Desa Salua adalah wabah penyakit

yang telah menyerang daerah di luar Desa Salua yaitu wabah flu burung dan Sars.

Informasi tentang wabah penyakit tersebut pada umumnya diperoleh masyarakat

dari tanyangan TV, radio, dan koran. Bahaya lingkungan yang tidak diketahui

diduga erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan. Dengan demikian, salah satu

cara untuk melindungi desa dari bahaya lingkungan yang tidak diketahui adalah

dengan cara menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan data pada Tabel 17, diketahui bahwa 53,2% masyarakat

responden berpendapat bahwa bahaya lingkungan yang tidak diketahui merupakan

ancaman bagi kehidupan masyarakat Desa Salua, dengan tingkat ancaman

bervariasi.

Tabel 17. Ancaman Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui terhadap Masyarakat Desa Salua

No. Parameter Jumlah Responden

Persentase (%)

1. Sangat besar 3 1.5 2. Besar 44 21.7 3. Sedang 61 30.0 4. Kecil 48 23.6 5. Tidak masalah 47 23.2

Total 203 100,0

Selain itu, mayoritas masyarakat Desa Salua berpendapat, bahwa tanpa

adanya program pencegahan, maka kondisi lingkungan (kesehatan tanah, hutan

dan lahan) di masa yang akan datang akan semakin buruk. Hal tersebut bisa

dilihat pada Tabel 18 yang menunjukkan bahwa 50.2% responden berpendapat

bahwa kondisi lingkungan akan menjadi lebih buruk jika tidak dilakukan program

pencegahan. Dengan demikian masyarakat Desa Salua berpendapat bahwa

program pencegahan terhadap bahaya lingkungan yang tidak diketahui

diperlukan.

Page 104: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Tabel 18. Persepsi Masyarakat terhadap Ancaman Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui Tanpa Adanya Program Pencegahan

No. Parameter Jumlah Persentase (%)

1. Bertambah buruk 22 10.8 2. Buruk 102 50.2 3. Sama saja 76 37.4 4. Lebih baik 3 1.5

Total 203 100,0

Berkaitan dengan program pembangunan yang selama ini dilaksanakan di

Desa Salua, masyarakat berpendapat bahwa pembangunan di Desa Salua belum

dapat mengurangi bahaya lingkungan yang tidak diketahui (57.6%). Hal tersebut

dikarenakan belum ada program pembangunan di Desa Salua yang khusus

berkaitan dengan perbaikan kualitas lingkungan hidup. Data tentang persepsi

masyarakat terhadap peran pembangunan desa dalam mengurangi ancaman

bahaya lingkungan yang tidak diketahui bisa dilihat pada Lampiran 19.

Masyarakat Desa Salua berpendapat bahwa usaha untuk mengurangi

acaman bahaya lingkungan yang tidak diketahui merupakan tanggungjawab

semua pihak, termasuk masyarakat Desa Salua, pemerintah, Ornop, serta lembaga

penelitian. Dengan demikian, program tersebut merupakan tanggungjawab

bersama.

Willingness to Pay Masyarakat Desa Salua terhadap Jasa Lingkungan TNLL

Kemauan membayar masyarakat yang dihitung adalah kemauan

masyarakat membayar untuk jasa lingkungan TNLL dalam pencegahan terhadap

bahaya lingkungan yang telah diketahui (banjir dan erosi) dan manfaat ekonomi

TNLL dalam mencegah bahaya lingkungan yang belum diketahui (pencegahan

terhadap wabah penyakit bagi manusia, hama dan penyakit tumbuhan dan hewan).

Metode yang dipergunakan adalah Contingent Valuation Method (CVM).

Berdasarkan penelitian sebelumnya dan telah disampaikan pada bagian

pendahuluan, bahwa metode CVM memiliki beberapa kelemahan yang dapat

menyebabkan bias terhadap hasil penghitungan. Untuk mengurangi bias terhadap

nilai yang dihasilkan, dalam penelitian ini dilakukan beberapa hal, diantaranya

adalah :

Page 105: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

1. Melakukan uji coba kuisioner yang telah disusun melalui kegiatan pra

survey. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon dari masyarakat,

terhadap pertanyaan yang diberikan. Jika ternyata responden kurang

memahami pertanyaan atau jawaban yang diberikan tidak konsisten, maka

kuisioner akan di sempurnakan lagi. Hal tersebut dilakukan agar

rancangan penelitian yang dibuat relatif lebih cermat.

2. Menjelaskan skenario kegiatan kepada masyarakat, hal ini dilakukan agar

responden paham dan mengetahui dengan jelas, sejauh mana program

perbaikan lingkungan akan memberikan manfaat bagi pribadi dan

lingkungannya, sehingga kemauan membayar masyarakat didasarkan pada

perhitungan yang rasional. Skenario yang ditawarkan dalam penelitian ini

adalah adanya program perbaikan lingkungan yang dapat mengurangi

ancaman bahaya banjir dan erosi sebanyak 25% dan kesehatan lingkungan

akan bertambah, sehingga bahaya lingkungan yang tidak diketahui akan

berkurang.

Diasumsikan bahwa pemerintah atau pihak lain akan melaksanakan

program perbaikan lingkungan, dengan syarat masyarakat harus ikut

berpartisipasi dalam bentuk sumbangan uang ataupun sumbangan tenaga.

Jika masyarakat tidak mau berpartisipasi maka program perbaikan

lingkungan tersebut tidak jadi dilaksanakan. Oleh karena itu, masyarakat

Desa Salua harus ikut berpartisipasi dalam program perbaikan lingkungan

di atas

3. Menggunakan bantuan gambar untuk memperjelas isi pertanyaan kepada

responden. Hal ini dilakukan agar responden betul-betul dapat memahami

topik atau pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner

4. Melakukan hipotesis pasar sebelum menentukan nilai lelang, hal ini

dilakukan agar harga yang ditawarkan dalam survei relatif tidak berbeda

jauh dengan harga pasar yang berlaku

5. Menggunakan parameter lain, untuk mengukur “kewajaran” nilai WTP

yang diperoleh. Dalam penelitian ini parameter yang digunakan adalah

realisasi pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dan realisasi anggaran

belanja Desa Salua pada tahun yang sama dengan tahun penelitian

Page 106: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

6. Memberikan pertayaan untuk mengetahui konsentrasi responden. Hal ini

dilakukan agar responden tidak menjawab secara asal-asalan. Jika

berdasarkan jawabannya, ternyata responden dianggap tidak

berkonsentrasi, maka pertanyaan diulang atau jawaban responden tersebut

diabaikan dalam penelitian ini

Berdasarkan hasil survei kemauan membayar masyarakat Desa Salua

terhadap jasa lingkungan TNLL dalam mencegah bahaya lingkungan yang tidak

diketahui diperoleh informasi bahwa dari seluruh responden yang diwawancarai

hanya ± 2% yang tidak bersedia membayar, sedangkan ± 98% responden

menyatakan bersedia membayar dengan nilai yang bervariasi, antara Rp. 500 per

bulan sampai dengan Rp. 9000 per bulan. Mayoritas responden (42.42%)

bersedia membayar sebesar Rp. 3000 perbulan, sedangkan jumlah masyarakat

yang bersedia membayar dengan jumlah maksimum (Rp. 9000 per bulan)

berjumlah 12.12%.

Jumlah total kemauan membayar masyarakat Desa Salua untuk pencegahan

bahaya lingkungan yang tidak diketahui adalah Rp. 648.000 per bulan, dengan

demikian rata-rata kemauan membayar masyarakat Desa Salua adalah Rp.

3.272,73 per bulan. Untuk mengetahui nilai ekonomi TNLL dalam pencegahan

bahaya lingkungan yang tidak diketahui, nilai rata-rata kemauan membayar

masyarakat Desa Salua dikalikan dengan seluruh rumah tangga yang ada di Desa

Salua yang berjumlah 278 rumah tangga. Dengan demikian, maka nilai ekonomi

jasa lingkungan TNLL untuk menjaga bahaya lingkungan yang tidak diketahui

adalah Rp. 909.818 per bulan atau 10.917.818,18 per tahun. Data selengkapnya

tentang kemauan membayar masyarakat dalam bentuk iuran uang per bulan

untuk program pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui bisa dilihat

pada Tabel 19 di bawah ini.

Page 107: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Tabel 19. Kemauan Membayar Masyarakat Desa Salua terhadap Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui

No Jumlah Kemauan Membayar (Rp/bulan) Frekwensi Jumlah Persentase

(%) 1 0 4 - 2,022 500 36 18.000 18,183 1000 18 18.000 9,094 1500 4 6.000 2,025 2000 5 10.000 2,536 3000 84 252.000 42,427 4000 5 20.000 2,538 6000 18 108.000 9,099 9000 24 216.000 12,12

Total 198 648.000 100Rata-rata 3.272,73

Jika nilai WTP tersebut dibandingkan dengan realisasi Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) di Desa Salua pada tahun 2005 yang berjumlah Rp. 3.025.584

dan merupakan kemauan riil masyarakat untuk membayar pajak, maka nilai

realisasi PBB kurang lebih hanya berjumlah 28% dari nilai WTP. Meskipun

demikian, bukan berarti nilai WTP tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan

kemauan masyarakat yang sesungguhnya untuk membayar atau berpartisipasi

dalam perbaikan lingkungan. Hal tersebut disebabkan karena uang yang

dikeluarkan untuk membayar PBB, disetorkan kepada pemerintah pusat, dan

masyarakat tidak dapat secara langsung merasakan manfaatnya. Sedangkan uang

yang dibayarkan untuk membayar perbaikan lingkungan di Desa Salua, bisa

langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, sehingga kemauan membayar

masyarakat lebih tinggi.

Jika WTP masyarakat Desa Salua digabungkan dengan realisasi

penerimaan rutin dan pembangunan di Desa Salua yang berjumlah Rp. 7.000.000,

maka dana pembangunan di Desa Salua, akan bertambah menjadi ± Rp.

18.000.000/tahun. Dengan demikian sebenarnya terbuka potensi penambahan

anggaran pembangunan di Desa Salua, khususnya untuk anggaran program

perbaikan lingkungan secara swadaya.

Sebagai pembanding, jumlah kemauan membayar masyarakat Desa Salua

terhadap jasa lingkungan pencegahan banjir dan erosi dari TNLL diukur pula

Page 108: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

dengan kemauan membayar dalam bentuk sumbangan tenaga kerja. Berdasarkan

perhitungan tersebut, diketahui bahwa jumlah masyarakat yang bersedia

membayar adalah 98% dan yang tidak bersedia membayar adalah 2%. Mayoritas

kemauan membayar masyarakat Desa Salua adalah 4 HOK/bulan (61,1%),

sedangkan rata-rata kemauan membayar masyarakat adalah 3 HOK (dengan

pembulatan). Untuk mengetahui kemauan membayar dengan tenaga kerja dari

masyarakat Desa Salua, maka jumlah rata-rata tersebut dikalikan dengan seluruh

rumah tangga yang ada, sehingga diperoleh nilai 843 HOK/bulan.

Jika sumbangan dalam bentuk tenaga kerja tersebut ditransfer ke dalam

bentuk uang, dengan asumsi bahwa satu HOK di Desa Salua bernilai Rp. 25.000,

maka kemauan membayar masyarakat Desa Salua adalah Rp. 20.850.000/bulan

atau Rp. 250.200.000/tahun. Nilai tersebut merupakan potensi dan merupakan

modal potensial yang telah ada. Dalam konteks pemerintah daerah atau lembaga

lain yang akan melakukan perbaikan lingkungan di Desa Salua, telah terdapat

potensi dana untuk program perbaikan lingkungan sebesar Rp. 250.200.000/tahun

dalam bentuk tenaga kerja.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Salua cenderung

untuk memberikan sumbangan dalam bentuk tenaga kerja dibandingkan dalam

bentuk uang. Data kemauan membayar Masyarakat Desa Salua dalam bentuk

sumbangan tenaga kerja bisa dilihat dalam Tabel 20 di bawah ini.

Tabel 20. Kemauan Membayar Masyarakat Desa Salua terhadap Bahaya Lingkungan yang Tidak diketahui dalam Bentuk Sumbangan Tenaga

No Jumlah Kemauan Membayar dengan

Tenaga (HOK/bulan)

Kemauan Membayar Jumlah Persentase

(%)

1 0 4 0 22 0,5 8 4 3.93 1 22 22 10.84 1.5 15 22.5 7.45 2 30 60 14.86 4 124 496 61.1

Jumlah 203 604.5 Rata-rata 3

Keterangan : 0.5 HOK setara dengan 4 jam kerja, 1 HOK setara dengan 8 jam kerja

Page 109: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Agar potensi tenaga kerja tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, maka

perlu adanya pengorganisasian potensi tenaga kerja tersebut. Lembaga yang

mengkoordinir pengorganisasian tersebut, bisa lembaga desa, lembaga adat, atau

organisasi lain yang disepakati oleh semua elemen masyarakat. Bentuk

pengorganisasian yang bisa dilakukan adalah dengan cara membuat jadwal kerja

bakti untuk melakukan program perbaikan lingkungan.

Format ideal pelaksanaan program perbaikan lingkungan di Desa salua

adalah : Ada bantuan dana, bahan material, atau peralatan dari pihak luar kepada

masyarakat Desa Salua, dan masyarakat secara bergotong royong

menyumbangkan tenaga kerjanya. Apabila bantuan dari luar belum ada,

sebenarnya masyarakat bisa memulai melakukan kerja bakti untuk memperbaiki

lingkungan di Desa Salua, terutama difokuskan pada kegiatan yang bersifat padat

karya dan tidak membutuhkan biaya yang besar, seperti bergotong royong untuk

memperbaki tanggul, membersihkan sungai dari sisa-sisa kayu gelondongan serta

bergotong royong dalam menjaga hutan yang masih utuh dari berbagai gangguan

seperti penebangan liar dan perambahan hutan.

Dalam penelitian ini dihitung pula kemauan membayar masyarakat Desa

Salua dalam bentuk sumbangan tenaga kerja terhadap program pencegahan

bahaya lingkungan yang sudah diketahui yaitu banjir dan erosi. Data kemauan

membayar masyarakat bisa dilihat pada Tabel 21 di bawah ini

Tabel 21. Kemauan Membayar Masyarakat untuk Pencegahan Bahaya Banjir dan Erosi dalam Bentuk Sumbangan Tenaga

No. Kemauan Membayar

(HOK/bulan) Frekwensi Jumlah

Responden persentase

1 0 4 0 2 2 0.5 6 3 3 3 1 21 21 10.3 4 1.5 13 19.5 6.4 5 2 36 72 17.7 6 4 123 492 60.6

Total 203 607.5 100 Rata-rata 3

Keterangan 0,5 hari setara dengan 4 jam kerja, 1 hari setara dengan 8 jam kerja

Berdasarkan data pada Tabel 21 diketahui bahwa 98% masyarakat bersedia

menyumbangkan tenaganya dan hanya 2% tidak bersedia. Mayoritas masyarakat

Page 110: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

bersedia menyumbangkan tenaga untuk program pencegahan banjir dan erosi

sebanyak 4 HOK per bulan yaitu sebanyak 60,6%, sedangkan jumlah kemauan

membayar yang paling sedikit adalah 0.5 HOK, yaitu sebanyak 3%. Total

sumbangan hari kerja yang bersedia disumbangkan adalah 607.5 HOK, dengan

demikian rata-rata sumbangan tenaga kerja yang disumbangkan adalah 3 HOK

per bulan (dengan pembulatan).

Jika jumlah sumbangan tenaga kerja tersebut ditransfer ke dalam bentuk

uang, dengan asumsi nilai satu HOK di Desa Salua adalah Rp. 25.000, maka rata-

rata kemauan membayar masyarakat Desa Salua adalah Rp. 75.000 per bulan.

Untuk mengetahui nilai ekonomi jasa lingkungan TNLL terhadap pencegahan

banjir dan erosi, maka nilai rata-rata kemauan membayar masyarakat Desa Salua

dikalikan dengan jumlah seluruh rumah tangga di Desa Salua yang berjumlah 287

rumah tangga. Dengan demikian nilai ekonomi jasa lingkungan TNLL dalam

mencegah bahaya banjir dan erosi adalah Rp. 20.850.000 per bulan atau Rp.

250.200.000 per tahun.

Berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemauan membayar masyarakat dalam bentuk sumbangan tenaga kerja lebih besar

jika dibandingkan dengan sumbangan dalam bentuk uang. Hal tersebut sangat

dipengaruhi oleh mayoritas masyarakat di Desa Salua adalah petani, sehingga

mempunyai waktu luang relatif banyak, terutama pada saat musim tanam selesai

atau ketika menunggu waktu panen. Dengan demikian, jika perintah atau pihak

lain akan melakukan perbaikan lingkungan di Desa Salua, yang melibatkan peran

serta masyarakat, akan lebih efektif jika sumbangan masyarakat diberikan dalam

bentuk tenaga kerja, sedangkan pemerintah atau pihak lain bisa berkontribusi

dalam bentuk dana, peralatan atau bahan bangunan. Selain itu, kegiatan juga

dilaksanakan pada saat musim tanam sudah selesai atau sebelum waktu panen.

Meskipun hasil perhitungan melalui modifikasi metode CVM telah

meminimalisir kemungkinan bias dalam hasil perhitungan, dalam konteks

pelaksanaan metode CVM di Indonesia, masih terdapat beberapa kendala,

diantaranya adalah :

1. Adanya ketimpangan pengetahuan yang cukup jauh antara peneliti

dengan responden. Oleh karena itu, nilai ekonomi jasa lingkungan yang

Page 111: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

bisa dihitung dengan metode CVM sebaiknya nilai ekonomi jasa

lingkungan yang sederhana atau berhubungan erat dengan kehidupan

responden. Untuk topik-topik yang tidak familiar dengan kehidupan

masyarakat relatif sulit untuk dilakukan, karena membutuhkan energi

yang cukup besar untuk memberikan pemahaman terhadap topik yang

akan ditanyakan.

2. Untuk aplikasi di beberapa daerah atau responden yang berasal dari

daerah tertentu, fenomena warm glow (menyenangkan pewawancara)

dan catering bias (menyetujui apa yang disetujui oleh pewawancara)

masih sangat mungkin terjadi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi WTP Masyarakat Desa Salua

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempunyai pengaruh nyata terhadap

kemauan membayar masyarakat terhadap program pencegahan bahaya lingkungan

di Desa Salua akan digunakan korelasi sederhana. Menurut Santosa dan Ashari

(2005) analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan suatu kejadian

atau variabel dengan kejadian atau variabel lain. Analisis korelasi akan

menghasilkan ukuran yang disebut dengan koefisien korelasi, sedangkan analisis

regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel

yang lain. Hasil analisis regresi berupa persamaan regresi yang merupakan fungsi

prediksi suatu variabel dengan menggunakan variabel yang lain.

Variabel tidak bebas (dependent variable) yang digunakan adalah WTP

masyarakat terhadap bahaya lingkungan yang tidak diketahui, sedangkan variabel

bebas yang digunakan adalah pendapatan, tingkat pendidikan dan pengetahuan

masyarakat terhadap ajaran “Katuwua”, serta informasi tentang bencana banjir di

daerah Dongi-dongi.

Korelasi antara WTP masyarakat Desa Salua dengan Pendapatan Masyarakat

Berdasarkan uji korelasi sederhana dengan mengunakan program SPSS,

diketahui bahwa pendapatan masyarakat Desa Salua berpengaruh nyata (pada

level 0.01) terhadap besarnya kemauan membayar masyarakat Desa Salua.

Berdasarkan uji korelasi tersebut diketahui bahwa semakin besar pendapatan

Page 112: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

masyarakat, maka semakin besar pula kemauan membayar masyarakat terhadap

bahaya lingkungan yang tidak diketahui.

Berdasarkan analisis regresi sederhana diperoleh persamaan: Y= 2.6 +

0.51X dimana Y adalah Kemauan membayar masyarakat (WTP) untuk program

pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui, sedangkan X adalah

pendapatan rata-rata masyarakat. Dengan demikian, perubahan pendapatan rata-

rata masyarakat sebesar 1 (satu) satuan (rupiah) akan mengubah nilai WTP

sebesar 0.51 satuan (rupiah), dengan kemauan membayar minimal ketika

pendapatan Rp. 0 sebesar Rp. 2.6. Koefisien korelasi antara WTP dengan

pendapatan rata-rata masyarakat sebesar 0.68 dengan sig sebesar 0,00 lebih kecil

dari α (0.05). Dengan demikian regresi tersebut signifikan secara statistik. Hasil

perhitungan regresi bisa dilihat pada Lampiran 20.

Besarnya pendapatan akan berdampak terhadap alokasi penggunaan dana

setiap bulan. Semakin tinggi pendapatan, maka semakin besar pula kemampuan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan primer seperti pangan, sandang dan

pendidikan, sehingga masih mempunyai dana untuk membayar program

pencegahan lingkungan. Hasil perhitungan korelasi antara WTP masyarakat Desa

Salua terhadap program bahaya lingkungan yang tidak diketahui dengan

pendapatan rata-rata masyarakat bisa dilihat pada Lampiran 21.

Pada penelitian ini diukur pula besarnya pembagian uang yang akan

dilakukan oleh masyarakat jika memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp.

25.000. Penggunaan tambahan pendapatan tersebut telah ditentukan, yaitu untuk

membeli kebutuhan pokok, investasi dan membayar program pencegahan bahaya

lingkungan yang tidak diketahui. Berdasarkan data pada Tabel 22 terlihat bahwa

dari total pendapatan tambahan, 57% digunakan untuk membeli kebutuhan

primer, 33% untuk investasi dan 9% untuk membayar program perbaikan

lingkungan. Dengan demikian mayoritas masyarakat cenderung menggunakan

tambahan pendapatannya untuk membeli/memenuhi kebutuhan primer.

Page 113: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Tabel 22. Penggunaan Pendapatan Tambahan oleh Masyarakat Desa Salua

Penggunaan Pendapatan Tambahan Makanan Tambahan Investasi Perbaikan lingkungan

JU F J JU F J JU F J Jumlah 0 63 - 0 113 - 0 170 -

1.000 1 1.000 1.000 3 3.000 1.000 3 3.000 2.000 1 2.000 2.000 20 40.000 2.000 1 2.000 5.000 11 55.000 5.000 1 5.000 5.000 6 30.000

10.000 45 450.000 10.000 15 150.000 10.000 5 50.000 11.000 1 11.000 11.000 2 22.000 11.000 3 33.000 12.500 1 12.500 12.500 1 12.500 12.500 7 87.500 15.000 23 345.000 15.000 11 165.000 15.000 4 60.000

20.000 8 160.000 20.000 1 20.000 20.000 1 20.000 22.000 2 44.000 22.000 6 132.000 22.000 1 22.000

23.500 1 23.500 23.500 1 23.500 23.500 1 23.500 25.000 46 1.150.000 25.000 29 725.000 25.000 1 25.000

Total 203 2.254.000 203 1.298.000 203 356.000 3.908.000 Persentase 58 33 9 Keterangan : - JU = Jumlah Uang

- F = Frekwensi - J = Jumlah

Berdasarkan uji korelasi, diketahui bahwa pendapatan masyarakat

berpengaruh nyata (pada level 0.01) terhadap besarnya tambahan pendapatan yang

digunakan untuk program perbaikan lingkungan untuk mencegah bahaya

lingkungan yang tidak diketahui. Dengan demikian, uji korelasi tersebut semakin

memperlihatkan bahwa masyarakat akan lebih memperhatikan pengeluaran untuk

perbaikan lingkungan, jika kebutuhan pokoknya telah terpenuhi. Perhitungan

korelasi antara pendapatan masyarakat dengan penggunaan pendapatan tambahan

untuk program perbaikan lingkungan bisa dilihat pada Lampiran 22.

Korelasi antara WTP Masyarakat Desa Salua dengan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Salua berpengaruh nyata (pada level

0.01) dengan kemauan membayar masyarakat terhadap program pencegahan

bahaya lingkungan yang tidak diketahui. Pendidikan yang tinggi pada umumnya

berpengaruh pada pengetahuan dan pola pikir. Oleh karena itu, semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka pandangannya terhadap kelestarian lingkungan hidup

cenderung lebih bijaksana. Dengan demikian, semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka kemauan membayar terhadap program pencegahan bahaya

Page 114: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

lingkungan cenderung lebih tinggi. Oleh karena itu, salah satu cara untuk

menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup adalah dengan

cara meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat. Hasil perhitungan korelasi

antara WTP masyarakat Desa Salua terhadap Program bahaya lingkungan yang

tidak diketahui dengan tingkat pendidikan bisa dilihat pada Lampiran 23.

Korelasi antara WTP Masyarakat Salua dengan Pengetahuan “Katuwua”

“Katuwua” adalah suatu keyakinan akan keharmonisan hubungan antara

manusia dengan alam. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang serasi

antara manusia dengan alam. Berdasarkan hasil wawancara pada Tabel 23, 78.7%

masyarakat bisa dikatagorikan mengerti tentang “Katuwua” dan sekitar 7.4 %

tidak mengerti. Meskipun demikian pengetahuan tersebut tidak berpengaruh nyata

terhadap kemauan membayar masyarakat Desa Salua. Dengan demikian ajaran

“Katuwua” belum berpengaruh terhadap perilaku masyarakat Desa Salua dalam

mengelola lingkungannya. Hasil perhitungan korelasi antara kemauan membayar

masyarakat dengan pengetahuan tentang Katuwua bisa dilihat pada Lampiran 24.

Tabel 23. Pengetahuan Masyarakat Desa Salua tentang Ajaran Katuwua

No. Parameter Jumlah Persentase (%)

1. Sama sekali tidak mengerti 15 7,4 2. Hampir tidak mengerti 1 0,5 3. Sedikit mengerti 7 3,4 4. Mengerti 154 75,9 5. Sangat Mengerti 26 12,8

Total 203 100,0

Kemauan membayar masyarakat Desa Salua lebih dipengaruhi oleh

informasi atau pengetahuan tentang bencana lingkungan yang telah terjadi, dalam

hal ini banjir besar yang telah terjadi di daerah Dongi-dongi. Berdasarkan data

pada Tabel 25, 64.5% masyarakat mengetahui tentang banjir besar yang pernah

melanda Dongi-dongi. Pengetahuan tersebut berpengaruh nyata terhadap kemauan

membayar masyarakat. Dengan demikian masyarakat yang mengetahui tentang

bajir besar di Dongi-dongi cenderung membayar lebih besar dibandingkan dengan

masyarakat yang tidak mengetahuinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kemauan membayar masyarakat lebih dipengaruhi oleh bencana yang telah

Page 115: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

terjadi dibandingkan dengan ajaran “Katuwua”. Hasil perhitungan korelasi antara

kemauan membayar masyarakat dengan pengetahuan tentang banjir di Dongi-

dongi bisa dilihat pada Lampiran 25.

Tabel 24. Pengetahuan Masyarakat Desa Salua tentang Banjir Di Daerah Dongi-dongi

No. Parameter Jumlah Persentase (%)

1. Tidak tahu 72 35.5 2. Tahu 131 64.5

Total 203 100,0

Kecenderungan bahwa kemauan membayar masyarakat dipengaruhi oleh

bencana atau kejadian yang telah terjadi, diperkuat dengan uji korelasi antara

kemauan membayar masyarakat dengan pengetahuan masyarakat tentang wabah

penyakit yang telah melanda daerah di luar Desa Salua yang menunjukkan

korelasi yang signifikan pada level (0.01). Dengan demikian semakin tinggi

pengetahuan masyarakat tentang wabah penyakit yang telah terjadi di daerah lain,

maka kemauan membayar untuk program pencegahan bahaya lingkungan yang

tidak diketahui cenderung lebih besar. Hasil perhitungan korelasi antara kemauan

membayar masyarakat dengan pengetahuan masyarakat tentang wabah penyakit

yang telah melanda daerah di luar Desa Salua bisa dilihat pada Lampiran 26.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka salah satu cara yang efektif untuk

meningkatkan kesadaran lingkungan kepada masyarakat adalah dengan cara

memberikan informasi tentang dampak buruk atau bencana lingkungan yang

terjadi di daerah lain, yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan hidup.

Page 116: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Model Agregat WTP Masyarakat Desa Salua

Data pada Tabel 25 menunjukkan hasil analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi WTP masyarakat Desa Salua terhadap program pencegahan

bahaya lingkungan yang tidak diketahui. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai

keragaman ( R2) yang diperoleh sebesar 47,8% yang berarti 47,8% keragaman

WTP masyarakat Desa Salua terhadap program pencegahan banjir dan erosi dapat

diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yang terdapat di dalam

model, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam

model. Model yang dihasilkan dalam analisis adalah :

WTP = 1.992 +0.376 X1+0.0000255 X2 + 0.376 X3 + 0.870 X4 + 0.32 X5

Tabel 25. Hasil Analisis Nilai WTP Masyarakat Desa Salua untuk Program

Pencegahan Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui

Ket Variabel Koefisien P-value 1 Konstanta 1.992 0.000

X1 Pendapatan rata-rata per tahun 0.376 *0.000 X2 Penggunaan pendapatan

tambahan untuk program lingkungan

0.0000255 0.569

X3 Pengetahuan tentang “Katuwua” 0.376 0.374 X4 Tingkat Pendidikan 0.870 0.479 X5 Pengetahuan tentang banjir

“Dongi-dongi” 0.32 0.276

S= 1.772 R-Sq = 47% R-Sq (adj)= 46,5% Ket : * nyata pada taraf uji 95 persen

Berdasarkan hasil analisis yang terdapat pada Tabel 25, bahwa dari lima

variabel penjelas, hanya terdapat satu variabel nyata terhadap WTP pada selang

kepercayaan 95%, yaitu variabel pendapatan rata-rata masyarakat, sedangkan

variabel yang lain tidak berpengaruh nyata. Hasil tersebut, berbeda dengan hasil

perhitungan dengan menggunakan korelasi sederhana, dimana variabel yang

memberikan pengaruh nyata adalah X1, X2, X4 dan X5.

Hal tersebut disebabkan karena dalam regresi berganda, koefisien

regresinya merupakan pengaruh parsial, dalam arti, pengaruh suatu variabel

dengan anggapan bahwa variabel tersebut konstan. Sebagai contoh, koefisien

Page 117: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

pendidikan diperoleh dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap tidak berubah

atau memiliki level yang sama. Pendidikan pada regresi berganda menjadi tidak

signifikan karena masyarakat yang mempunyai pendapatan yang sama memiliki

tingkat pendidikan yang hampir sama, sehingga wajar ketika responden memiliki

pendapatan yang sama, maka tingkat pendidikan tidak lagi memberikan pengaruh

yang nyata.

Nilai R2 yang dipakai adalah nilai R2 yang disesuaikan (R2 adj) karena

model tersebut memiliki beberapa variabel. Berdasarkan data pada Tabel 25,

nilai R2 adalah 46,5%, yang berarti bahwa 46,5% keragaman WTP masyarakat

desa salua untuk program pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui

dapat diterangkan oleh variabel-variabel penjelas yang terdapat di dalam model,

sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model.

Hasil uji F terhadap data menunjukkan bahwa nilai p-value kurang dari α

yaitu sebesar 0.000, sehingga secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh

nyata terhadap variabel bebasnya. Data yang digunakan juga telah di uji

normalitasnya (menyebar normal) dengan uji Jarque Bera sehingga data tersebut

valid untuk diolah dengan teknik regresi berganda. Model yang dihasilkan juga

tidak terdapat multikolinear, karena memiliki nilai Variance Inflation Factor

(VIF) kurang dari 10. Hasil analisis tersebut, bisa dilihat pada Lampiran 27.

Strategi Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua

Rumusan strategi pengelolaan lingkungan di Desa Salua, disusun dengan

menggunakan analisis SWOT . Dalam pelaksanaannya, key person diwawancarai

mengenai faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama dari

masyarakat Desa Salua dalam mengelola lingkungan secara lestari, peluang yang

paling mungkin dimanfaatkan dalam rangka mengelola lingkungan secara lestari,

serta ancaman yang paling besar terhadap usaha pengelolaan lingkungan secara

lestari di Desa Salua. Gambaran mengenai berbagai faktor internal dan eksternal

dalam pengelolaan lingkungan di Desa Salua dapat dilihat pada Tabel 26 di bawah

ini.

Tabel 26. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua

Page 118: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

FAKTOR INTERNAL Kekuatan Kelemahan

1. Masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan

2. Masyarakat mengetahui teknik dan teknologi untuk mencegah banjir dan erosi

3. Teknologi atau teknik pertanian yang digunakan dapat mengurangi ancaman banjir

4. Teknologi atau teknik pertanian yang digunakan dapat mengurangi erosi

5. Kesadaran masyarakat terhadap bahaya banjir dan erosi tinggi

6. Ada tokoh lokal yang mampu menjadi pelopor dalam kegiatan pencegahan banjir dan erosi

1. Masyarakat Desa Salua menebang hutan karena tuntutan ekonomi

2. Masyarakat Desa Salua merambah hutan di TNLL karena lahannya dijual kepada pendatang

3. Partisipasi masyarakat dalam program pencegahan banjir masih kurang

4. Lahan pertanian memiliki kemiringan yang tinggi

5. Terdapat sungai besar yang sering meluap di dekat Desa Salua

6. Kelembagaan desa dalam mencegah banjir dan erosi belum berjalan

7. Belum ada koordinasi yang baik dengan desa tetangga dan aparatnya dalam usaha pencegahan banjir dan erosi

8. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap banjir dan erosi belum merata

9. Sarana dan fasilitas untuk mencegah dan menanggulangi banjir belum memadai

10. Belum ada program yang sistematis untuk mencegah banjir dan erosi

FAKTOR EKSTERNAL Peluang Ancaman

1. Pemerintah, ornop dan lembaga penelitian memberikan perhatian terhadap masalah banjir dan erosi di desa

1. Maraknya penebangan kayu dan pengrusakan hutan di desa tetangga

2. Kondisi hutan di hulu sungai mulai rusak

Page 119: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Tabel 26. (Lanjutan) Peluang Ancaman

2. Terdapat program pembangunan fisik dari pemerintah, ornop dan lembaga penelitian untuk mencegah banjir dan erosi

3. Terdapat program pelatihan dari pemerintah, ornop dan lembaga penelitian untuk mencegah banjir dan erosi di desa

4. Adanya transfer informasi dan teknologi dari luar desa dalam rangka pencegahan banjir dan erosi

5. Terdapat peneliti yang mengkaji dan mencari solusi masalah banjir dan erosi di desa

6. Pemerintah memberikan bantuan bibit pohon untuk menanami hutan yang rusak

7. Adanya penegakan hukum terhadap perusak hutan

8. Ada undang - undang yang melarang penebangan dan perusakan hutan

9. Ada bantuan dari luar desa untuk menjaga keamanan dan kelestarian hutan

3. Adanya provokasi dari orang luar desa untuk merusak hutan

4. Banyak pendatang dari luar desa yang membeli lahan petani lokal, sehingga penduduk lokal mencari pengganti lahan dengan cara merambah hutan

5. Banyak penduduk dari luar desa yang merambah hutan, sehingga warga desa ikut merambah hutan

6. Program pencegahan banjir dan erosi dari pemerintah/lembaga lain kurang tepat sasaran

7. Adanya oknum - oknum dari luar desa yang memotong dana untuk program pencegahan banjir dan erosi di desa

8. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat di desa tetangga terhadap bahaya erosi dan banjir masih kurang

9. Partisipasi masyarakat desa tetangga dalam mencegah terjadinya banjir dan erosi masih rendah

10. Semakin bertambahnya cukong - cukong kayu dari luar desa

Matrik IFE (Internal Factor Evaluation)

Berdasarkan identifikasi faktor-faktor strategis internal pengelolaan

lingkungan di Desa Salua, maka diperoleh kekuatan (strengths) dan kelemahan

(weaknesess) yang berpengaruh terhadap pengelolaan lingkungan di Desa Salua.

Faktor internal berupa kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan di Desa Salua berdasarkan hasil wawancara dengan key person bisa

dilihat pada Tabel 27 di bawah ini.

Page 120: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Tabel 27. Faktor Strategis Internal Kekuatan dalam Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua

Faktor Internal Bobot Rating Score Rangking Kekuatan

1. Masyarakat Memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan 0.09 4.00 0.37 6

2. Masyarakat mengetahui tehnik teknologi untuk mencegah banjir dan erosi 0.13 2.00 0.25 5

3. Teknologi atau tehnik pertanian yang digunakan dapat mengurangi ancaman banjir 0.21 3.00 0.62 3

4. Teknologi atau teknik pertanian yang digunakan dapat mengurangi ancaman erosi 0.20 3.00 0.61 4

5. Kesadaran masyarakat terhadap bahaya banjir dan erosi tinggi 0.18 4.00 0.72 2

6. Ada tokoh lokal yang mampu menjadi pelopor dalam kegiatan pencegahan banjir dan erosi 0.19 4.00 0.76 1

Jumlah 3.34

Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE diketahui bahwa kekuatan yang

mempunyai pengaruh paling besar terhadap masyarakat Desa Salua dalam hal

pengelolaan lingkungan adalah adanya tokoh lokal yang mampu menjadi pelopor

dalam kegiatan pencegahan banjir dan erosi skor (0,76) serta kesadaran

masyarakat terhadap bahaya banjir dan erosi tinggi (skor 0,72). Sedangkan

kekuatan yang mempunyai pengaruh paling kecil adalah masyarakat mengetahui

teknik dan teknologi untuk mencegah banjir dan erosi skor (0.25) dan masyarakat

memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian hutan (0.37).

1. Masyarakat Memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian hutan

Peubah ini memiliki pengaruh relatif kecil yaitu 0.37, dikarenakan

kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan

belum merata dan belum terimplementasi dalam bentuk perilaku positif dalam

menjaga kelestarian lingkungan. Kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat, masih

kalah oleh tuntutan ekonomi, sehingga banyak masyarakat yang sadar tentang

Page 121: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

pentingnya menjaga lingkungan, akan tetapi tetap merambah TNLL karena

tuntutan ekonomi dan kebutuhan lahan.

2. Masyarakat mengetahui teknik dan teknologi untuk mencegah banjir dan erosi

Peubah ini memiliki pengaruh 0.25. Pengetahuan tentang teknik dan

teknologi untuk mencegah banjir dan erosi yang dimiliki oleh masyarakat Desa

Salua belum merata dan berasal dari teknologi yang sederhana. Sebagai contoh,

untuk mencegah banjir digunakan tanggul dari pasir yang dimasukkan ke dalam

karung, dan untuk mencegah erosi digunakan sistem terasering. Meskipun

demikian, teknologi sederhana tersebut belum banyak digunakan, karena

keterbatasan sumberdaya, terutama dana. Oleh karena itu, peubah ini mempunyai

pengaruh yang kecil (rangking 5) terhadap kekuatan Desa Salua dalam rangka

pengelolaan lingkungan yang lestari.

3. Teknologi dan teknik pertanian yang digunakan dapat mengurangi ancaman

banjir

Untuk mengurangi ancaman banjir, sebagian kecil masyarakat Desa Salua

mencampur kebun coklat yang mereka miliki dengan pohon kehutanan, terutama

pada lokasi yang dekat dengan sungai. Selain itu, masyarakat juga membuat

tanggul yang relatif tinggi pada ladang yang berada di pinggir sungai. Meskipun

demikian, teknologi tersebut hanya efektif untuk menahan banjir dalam skala

kecil dan hal tersebut hanya dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat. Oleh

karena itu, peubah ini juga mempunyai pengaruh yang sedang (rangking 3),

dengan pengaruh sebesar 0.62.

4. Teknologi atau teknik pertanian yang digunakan dapat mengurangi erosi

Untuk mengurangi erosi, sebagian kecil masyarakat salua menanam

tanaman penutup tanah berupa tanaman obat dan rempah di bawah tanaman

coklat. Selain itu, ada juga masyarakat yang menggunakan sistem terasering

dalam menanam coklat atau tanaman pertanian. Hal ini pun hanya dilakukan

oleh sebagian kecil masyarakat karena keterbatasan bibit dan pengetahuan

masyarakat, sehingga hanya memiliki pengaruh yang sedang, yaitu 0.61

Page 122: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

5. Kesadaran masyarakat terhadap bahaya banjir dan erosi

Tingginya kesadaran masyarakat Desa Salua terhadap bahaya banjir dan

erosi dilatarbelakangi oleh posisi Desa Salua yang berada di Lembah Kulawi

yang dilalui oleh 3 sungai besar serta banjir besar yang pernah terjadi di Desa

Salua sekitar tahun 2002. Dengan demikian secara alami masyarakat menyadari

bahwa ancaman banjir dan erosi senantiasa mengancam desa mereka, terlebih lagi

dengan kerusakan lingkungan yang terus meningkat. Dengan demikian kesadaran

tersebut merupakan modal besar, bagi program pengelolaan lingkungan yang

lestari di Desa Salua. Oleh karena itu, peubah ini mempunyai pengaruh yang besar

yaitu 0.72.

6. Ada tokoh lokal yang mampu menjadi pelopor dalam kegiatan pencegahan

banjir dan erosi

Peubah ini memiliki pengaruh yang paling besar (0.76) dalam pengelolaan

lingkungan di Desa Salua. Di Desa Salua terdapat tokoh lokal yang dapat menjadi

pelopor dalam program pengelolaan lingkungan di Desa Salua. Tokoh lokal

tersebut diharapkan bisa menjadi motivator lokal yang dapat dipercaya dan

mampu menjembatani kepentingan masyarakat Desa Salua dan pihak lain diluar

desa seperti pemerintah, ornop dan stakeholders lain yang berkaitan dengan

pengelolaan lingkungan di Desa Salua. Menurut Nurrochmat (2000), motivator

lokal bisa berasal dari berbagai latar belakang, yang penting bisa dipercaya dan

berdiri di atas semua golongan.

Pelajaran yang dapat ditarik dari program Perhutanan Sosial di Jawa

Tengah, misalnya, menunjukkan bahwa sosok guru desa dapat menjadi motivator

lokal yang baik dalam pengelolaan sumberdaya alam partisipatif. Dalam kasus

masyarakat petani, guru desa (yang umumnya juga bertani) acap dijadikan

panutan oleh petani lain karena kreativitas dan inovasinya dalam bertani langsung

dapat dilihat dan ditiru masyarakat di sekitarnya. Di Desa Salua sendiri yang

dapat menjadi motivator lokal adalah tokoh adat dan tokoh pemuda.

Selain adanya motivator lokal, dalam melaksanakan program partisipasi

pengelolaan lingkungan di Desa Salua diperlukan penguatan modal sosial dalam

masyarakat. Menurut Putnam (1993) yang diacu dalam Nurrochmat (2005)

kekuatan modal sosial berkaitan dengan kepercayaan (trust), norma, dan jaringan

Page 123: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

sosial yang ada di masyarakat. Oleh karenanya, diperlukan upaya merevitalisasi

institusi-institusi lokal untuk menjamin terlaksananya pengelolaan sumberdaya

alam yang partisipatif (Satria, 2003 yang diacu dalam Nurrochmat 2005).

Dalam hal ini, revitalisasi institusi lokal tidak (selalu) berarti menghidupkan

kembali masyarakat hukum adat atau menghadirkan kembali nilai-nilai “kearifan”

lama. Penguatan institusi lokal dapat (juga) dimulai dengan merevitalisasi

berbagai kelompok sosial di masyarakat yang hadir kemudian, misalnya

kelompok tani, karang taruna, kelompok pengajian atau kumpulan arisan. Dengan

demikian, institusi yang bisa dijadikan ujung tombak di Desa Salua, tidak harus

lembaga adat, tetapi bisa melalui kelompok-kelompok sosial yang berkembang

saat ini.

Faktor-faktor internal berupa kelemahan yang dimiliki oleh Desa Salua

dalam pengelolaan lingkungan secara lestari bisa dilihat pada Tabel 28.

Berdasarkan data pada Tabel 28, kelemahan yang memberikan pengaruh paling

besar (0.46) dalam pengelolaan lingkungan di Desa Salua adalah belum adanya

koordinasi yang baik dengan desa tetangga dan aparat desa dalam usaha

pencegahan banjir dan erosi. Sedangkan peubah kelemahan yang memberikan

pengaruh paling kecil adalah masyarakat menebang hutan karena tuntutan

ekonomi dan masyarakat lokal merambah hutan di TNLL karena lahannya dijual

kepada pendatang.

Tabel 28. Faktor Strategis Internal Kelemahan dalam Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua

Faktor Internal Bobot Rating Score Rangking Kelemahan

1. Masyarakat menebang hutan karena tuntutan ekonomi 0.09 4.00 0.34 8

2. Masyarakat lokal merambah hutan di taman nasional, karena lahannya dijual kepada orang di luar desa 0.11 3.00 0.34 8

3. Partisipasi masyarakat dalam program pencegahan banjir masih kurang 0.10 4.00 0.41 3

4. Lahan pertanian memiliki kemiringan lahan yang tinggi 0.11 4.00 0.42 2

5. Terdapat sungai besar yang sering meluap di dekat desa 0.09 4.00 0.38 5

Page 124: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Tabel 28. (Lanjutan) Faktor Internal Bobot Rating Score Rangking

6. Kelembagaan desa dalam mencegah banjir dan erosi belum berjalan 0.10 4.00 0.42 2

7. Belum ada koordinasi yang baik dengan desa tetangga dan aparat desa dalam usaha pencegahan banjir dan erosi 0.11 4.00 0.46 1

8. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan banjir dan erosi belum merata 0.09 4.00 0.36 7

9. Sarana dan fasilitas untuk mencegah dan menanggulangi banjir belum memadai 0.10 4.00 0.39 4

10. Belum ada program yang sistematis untuk mencegah banjir dan erosi 0.1 4.0 0.37 6

Jumlah 1,00 3,89 Keterangan : Nilai rating 4 = sangat penting, 3 cukup penting, 2 penting, 1 tidak penting

1. Masyarakat menebang hutan karena tuntutan ekonomi

Peubah ini memberrikan pengaruh yang relatif kecil kecil yaitu 0.34.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan derasnya pengaruh ekonomi, sosial dan

budaya dari luar desa, terdapat perubahan perilaku konsumsi dari masyarakat

Desa Salua menjadi lebih bersifat konsumtif. Selain itu, keperluan masyarakat

desa juga berubah, jika sebelumnya masyarakat tidak merasa perlu untuk

membeli barang-barang elektronik atau kendaraan bermotor, setelah adanya

pengaruh dari luar, maka masyarakat merasa perlu. Dengan demikian,

pendapatan yang diperoleh dari kebun atau ladang dipandang tidak lagi

mencukupi. Oleh karena itu, masyarakat terdorong untuk mencari pendapatan

tambahan. Pendapatan tambahan yang paling mudah diperoleh adalah

menebang hutan, karena cukup mudah dilakukan dan ada penadah yang siap

menampung kayu yang telah ditebang. Peubah ini memberikan pengaruh kecil,

karena penebangan liar mulai berkurang, tidak sebanyak ketika awal masa

reformasi pada tahun 1997-1998.

2. Masyarakat lokal merambah hutan di TNLL, karena lahannya dijual kepada

orang luar desa

Seperti yang telah disampaikan oleh Sitorus (2002) Di Desa Salua telah

terjadi perubahan mendasar pada struktur agraria lokal, dimana penduduk asli

Page 125: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

telah diturunkan tingkatannya dari “bertanah” menjadi “tidak bertanah” dan

pendatang menjadi sebaliknya. Hal tersebut dipengaruhi oleh perilaku

konsumtif yang telah dijelaskan sebelumnya, serta sebagai indikasi kekalahan

penduduk asli dalam persaingan usaha dengan pendatang. Para pendatang

yang didominasi oleh suku Bugis, relatif lebih ulet dan rajin dalam berusaha,

termasuk bertani dan berkebun coklat, sehingga hasil panen yang diperoleh

relatif lebih baik. Sementara itu, penduduk asli cenderung kurang ulet dan rajin

dalam mengelola kebun atau ladang yang dimikinya, sehingga hasil yang

diperoleh relatif lebih sedikit. Di sisi lain , masyarakat asli terdorong untuk

memenuhi kebutuhan konsumtifnya. Hal tersebut menyebabkan banyak

masyarakat asli yang menjual lahannya kepada pendatang. Peubah ini

memberikan pengaruh yang relatif kecil yaitu 0,34.

3. Partisipasi masyarakat dalam program pencegahan bajir masih kurang

Partisipasi masyarakat dalam program pencegahan banjir dan erosi disebabkan

oleh tidak adanya program yang memungkinkan masyarakat bisa berpartisipasi

dalam kegiatan pencegahan banjir. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat

terhadap bahaya banjir dan erosi, belum bisa diaplikasikan dalam bentuk

partisipasi nyata. Dengan demikian peubah ini hanya memberikan pengaruh

sebesar 0.41

4. Lahan pertanian masyarakat memiliki kemiringan yang tinggi

Sebagian besar lahan di Desa Salua terdapat di lereng perbukitan, sehingga

memiliki kelerengan yang tinggi. Dengan demikian, secara alamiah, lahan

pertanian di Desa Salua memiliki ancaman yang besar dari bahaya erosi. Oleh

karena itu, peubah ini memiliki pengaruh yang relatif besar yaitu 0.42

5. Terdapat sungai besar yang sering meluap

Desa Salua dilintasi oleh banyak anak sungai yang bermuara di DAS Palu.

Seiring dengan semakin parahnya kerusakan hutan di hulu sungai, maka ketika

hujan, sungai-sungai yang melintasi Desa Salua sering meluap, sehingga secara

alamiah resiko banjir di Desa Salua cukup besar. Peubah tersebut memberikan

pengaruh sebesar 0.38.

Page 126: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

6. Kelembagaan desa dalam mencegah banjir dan erosi belum berjalan

Di Salua telah ada kelembagaan desa yang terdiri dari organisasi pemerintahan

desa dan organisasi adat beserta perangkat peraturannya. Meskipun organisasi

dan peraturan tentang pengelolaan lingkungan di Desa Salua sudah relatif

lengkap, koordinasi antara pemerintah desa dan lembaga adat belum terjalin

dengan baik, sehingga kelembagaan yang sudah ada belum berjalan. Dalam

beberapa kasus, masing-masing organisasi berjalan sendiri dan jika terjadi

masalah pengelolaan lingkungan seperti perambahan hutan, ada kecenderungan

untuk saling menyalahkan. Peubah ini memberikan pengaruh yang cukup besar

yaitu sebesar 0.42.

7. Belum ada koordinasi yang baik dengan desa tetangga dan aparat desa dalam

usaha pencegahan banjir dan erosi.

Pengelolaan lingkungan merupakan satu kesatuan ekosistem yang utuh,

sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan dalam bentuk daerah administratif.

Dengan demikian, pengelolaan lingkungan di Desa Salua tidak bisa dipisahkan

dengan pengelolaan lingkungan di desa sekitarnya. Saat ini masing-masing desa

belum berkoordinasi dalam hal pengelolaan lingkungan. Masing-masing desa

berjalan sendiri-sendiri, baik dalam membuat peraturan maupun dalam hal

menindak pelaku pelangaran. Hal tersebut menyebabkan pengelolaan

lingkungan yang lestari sulit dilakukan. Sebagai contoh, meskipun lingkungan

di Desa Salua dikelola dengan baik, apabila penebangan di desa bagian hulu

tetap marak, maka Desa Salua tetap saja akan mendapatkan ancaman bahaya

lingkungan yang besar. Dengan demikian, peubah ini memberikan pengaruh

yang paling besar, yaitu sebesar 0.46

8. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan bahaya banjir dan erosi belum

merata

Peubah ini memberikan pengaruh yang relatif kecil yaitu 0.36. Kesadaran dan

pengetahuan masyarakat akan bahaya banjir dan erosi dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan hidup. Di Desa

Salua tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat belum merata, sehingga

masih ada sebagian masyarakat yang melakukan tindakan-tindakan yang

merusak lingkungan seperti merambah TNLL dan melakukan penebangan liar.

Page 127: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

9. Sarana dan fasilitas untuk mencegah dan menanggulangi banjir belum merata.

Sebagai desa yang mempunyai ancaman yang tinggi terhadap bahaya banjir

dan erosi, bahkan pernah dilanda banjir besar pada tahun 2002, Desa Salua

belum memiliki sarana dan fasilitas untuk mencegah bahaya banjir dan erosi,

seperti perangkat peringatan dini banjir ataupun tanggul yang kokoh disekitar

desa. Peubah ini memberikan pengaruh yang cukup besar yaitu 0.39

10. Belum ada program yang sistematis untuk mencegah banjir dan erosi

Peubah ini memberikan pengaruh sebesar 0.37. Di Desa Salua belum ada

program pembangunan yang khusus di arahkan untuk penanggulangan bahaya

banjir dan erosi. Meskipun ada masih bersifat parsial, seperti penanaman pohon

yang bersifat sporadis.

Faktor-faktor eksternal yang merupakan ancaman bagi pengelolaan

lingkungan di Desa Salua bisa dilihat pada Tabel 29. Berdasarkan Tabel tersebut

diketahui bahwa peubah yang memiliki pengaruh paling besar adalah semakin

bertambahnya cukong kayu dari luar desa dan pertisipasi masyarakat desa tetanga

dalam mencegah banjir dan erosi masih rendah, dengan pengaruh sebesar 0.42.

Sedangkan peubah yang memiliki pengaruh paling kecil adalah adanya provokasi

dari luar desa untuk merusak hutan dengan pengaruh sebesar 0.31.

Tabel 29. Faktor-Faktor Strategis Eksternal Ancaman dalam Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua

Faktor Ekstenal Bobot Rating Score Rangking Ancaman

1. Maraknya penebangan kayu dan pengrusakan hutan di desa tetangga 0.09 4 0.36 3

2. Kondisi hutan di hulu sungai mulai rusak 0.09 4 0.36 3

3. Adanya provokasi dari orang luar desa untuk merusak hutan 0.10 3 0.31 5

4. Banyak pendatang dari luar desa yang membeli lahan petani lokal, sehingga penduduk lokal mencari pengganti lahan dengan cara merambah hutan 0.10 4 0.41 2

Tabel 29. (Lanjutan)

Page 128: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Faktor Ekstenal Bobot Rating Score Rangking 5. Banyak penduduk dari luar desa

yang merambah hutan, sehingga warga desa ikut merambah hutan 0.11 3 0.32 4

6. Program pencegahan banjir dan erosi dari pemerintah/lembaga lain kurang tepat sasaran 0.10 4 0.41 2

7. Adanya oknum - oknum dari luar desa yang memotong dana untuk program pencegahan banjir dan erosi di desa 0.12 3 0.36 3

8. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat di desa tetangga terhadap bahaya erosi dan banjir masih kurang 0.09 4 0.36 3

9. Partisipasi masyarakat desa tetangga dalam mencegah terjadinya banjir dan erosi masih rendah 0.09 4 0.42 1

10. Semakin bertambahnya cukong - cukong kayu dari luar desa 0.10 4 0.42 1

Jumlah 3.67

1. Maraknya penebangan kayu dan pengrusakan hutan di desa tetangga

Peubah ini memberikan pengaruh yang cukup besar, yaitu 0.36. Maraknya

penebangan kayu dan pengrusakan hutan di desa sekitar Desa Salua terutama

desa-desa yang terletak dihulu merupakan ancaman yang serius bagi Desa

Salua yang lokasinya berada di lembah. Jika turun hujan deras, yang akan

terkena bahaya banjir bukan desa yang berada di hulu, akan tetapi desa-desa

yang berada dihilir termasuk Desa Salua.

2. Kondisi hutan di hulu sungai mulai rusak

Berdasarkan pengamatan langsung melalui penyusuran sungai sampai ke hulu,

kondisi hutan di hulu sungai cukup memprihatinkan, dimana banyak sisa-sisa

penebangan hutan berupa kayu gelondongan yang terdapat di pinggir dan di

dalam sungai. Jika terjadi banjir, maka sisa kayu gelondongan tersebut akan

terbawa oleh arus sungai dan akan membahayakan Desa Salua dan desa-desa

lain disekitarnya. Dengan demikian peubah ini juga memberikan pengaruh

yang relatif besar yaitu 0.36

3. Ada provokasi dari orang luar desa untuk merusak hutan

Page 129: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Provokasi dari orang luar banyak untuk merusak hutan banyak terjadi terutama

pada awal masa reformasi. Untuk saat ini masih ada, namun tidak terlalu

banyak. Orang luar memprovokasi masyarakat Salua agar dapat bekerjasama

dalam bisnis kayu curian. Orang luar tidak dapat menebang secara langsung

kayu dari TNLL yang berbatasan dengan Desa Salua tanpa melibatkan

penduduk asli, karena akan mendapatkan masalah, baik ketika menebang

maupun ketika mengangkut kayu curian tersebut. Karena provokasi sudah

berkurang, maka pengaruh peubah ini paling kecil yaitu 0,31.

4. Banyak pendatang dari luar desa yang membeli lahan petani lokal, sehingga

petani lokal mencari pengganti lahan dengan cara merambah hutan

Peubah ini memberikan pengaruh yang cukup besar, yaitu 0.41. Seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya, karena pengaruh sosial dan ekonomi dari luar,

masyarakat asli cenderung berprilaku konsumtif, disisi lain produktifitas lahan

mereka rendah. Untuk memuaskan kebutuhan konsumtif tersebut banyak

petani lokal yang menjual lahannya kepada pendatang. Untuk memenuhi

kebutuhan lahannya, pada umumnya petani lokal mencari lahan pengganti

dengan cara membuka lahan di kawasan TNLL.

5. Banyak penduduk dari luar Desa Salua yang merambah hutan, sehinga warga

desa ikut merambah hutan

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, yang pertama kali

merambah hutan adalah orang luar Desa Salua, karena pada mulanya hampir

semua masyarakat Salua telah memiliki lahan sendiri. Ketika lahan milik

masyarakat Salua banyak yang telah terjual, maka warga Salua banyak meniru

prilaku warga pendatang tersebut. Peubah ini memberikan pengaruh sebesar

0.32

6. Program pencegahan banjir dan erosi dari pemerintah/lembaga lain kurang

terarah

Program perbaikan lingkungan yang dilaksanakan di Desa Salua oleh

pemerintah dan lembaga non pemerintah selain jarang dilakukan, jika pun ada

kurang melibatkan secara aktif masyarakat, sehingga antara program yang

dilaksanakan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat kurang singkron.

Sebagai contoh, ketika masyarakat membutuhkan perbaikan tanggul sungai

Page 130: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

yang jebol, program yang datang adalah penanaman pohon. Peubah ini

memberikan pengaruh yang cukup besar yaitu 0.41.

7. Ada oknum-oknum dari luar Desa Salua yang memotong dana untuk perbaikan

lingkungan

Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat desa dan tokoh masyarakat,

disinyalir ada pihak-pihak dari luar desa yang memotong dana yang seharusnya

diperuntukan untuk perbaikan lingkungan. Pemotongan tersebut dilakukan

dengan berbagai alasan, misalnya dengan alasan administrasi. Hal tersebut

menyebabkan program perbaikan lingkungan di Desa Salua tidak bisa berjalan

sebagaimanamestinya. Peubah ini memberikan pengaruh sebesar 0.36.

8. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat di desa tetangga terhadap pengelolaan

lingkungan masih kurang.

Kondisi lingkungan di desa yang berbatasan dengan Desa Salua erat

hubungannya dengan kondisi lingkungan di Desa Salua. Dengan demikian,

kurangnya kesadaran dan pengatahuan di desa tetangga, merupakan ancaman

bagi pengelolaan lingkungan lestari di Desa Salua. Peubah ini memberikan

pengaruh sebesar 0.36.

9. Partisipasi masyarakat desa tetangga dalam pengelolaan lingkungan lestari

(khususnya pencegahan banjir dan erosi) masih rendah

Partisipasi masyarakat desa di sekitar Desa Salua dalam pengelolaan

lingkungan (khususnya usaha pencegahan banjir dan erosi) menentukan

kondisi lingkungan di desa tersebut. Dengan demikian, jika partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di desa tetangga kurang, merupakan

ancaman bagi lingkungan di Desa Salua, karena pengelolaan lingkungan tidak

bisa dipisahkan oleh batas administratif. Peubah ini memberikan pengaruh

paling besar, yaitu 0.42.

10. Semakin bertambahnya cukong kayu dari luar desa

Masyarakat tidak akan menebang liar di kawasan TNLL jika tidak ada oknum

yang menampung kayu yang ditebang. Dengan demikian dengan semakin

banyaknya cukong, maka dorongan masyarakat untuk melakukan penebangan

liar akan semakin besar. Olah karena itu, dengan semakin banyaknya jumlah

cukong, merupakan ancaman bagi pengelolaan lingkungan lestari di Desa

Page 131: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Salua. Dengan demikian, peubah ini memberikan pengaruh yang paling besar,

yaitu 0.42.

Peluang-peluang yang dimiliki oleh Desa Salua dalam pengelolaan

lingkungan bisa dilihat pada Tabel 29. Berdasarkan data pada Tabel 30, diketahui

bahwa peluang yang memiliki pengaruh paling besar (0,44) adalah pemerintah,

LSM dan lembaga penelitian memberikan perhatian terhadap masalah banjir dan

erosi di Desa Salua. Sedangkan peluang yang memiliki pengaruh paling kecil

(0.34) adalah terdapat program pelatihan dari pemerintah, LSM dan lembaga

penelitian untuk mencegah banjir dan erosi di Desa.

Tabel 30. Faktor-Faktor Strategis Eksternal Peluang dalam Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua

Faktor Ekstenal Bobot Rating Score Rangking Peluang

1. Pemerintah, LSM dan Lembaga penelitian memberikan perhatian terhadap masalah banjir dan erosi di desa 0.11 4 0.44 1

2. Terdapat program fisik dari pemerintah, dan Ornop untuk mencegah banjir dan erosi 0.11 4 0.43 2

3. Terdapat program pelatihan dari pemerintah, LSM dan lembaga penelitian untuk mencegah banjir dan erosi di desa 0.11 3 0.34 6

4. Adanya transfer informasi dan teknologi dari luar desa dalam rangka pencegahan banjir dan erosi 0.13 3 0.38 4

5. Terdapat peneliti yang mengkaji dan 6. mencari solusi masalah banjir dan

erosi di desa 0.11 4 0.43 2 7. Pemerintah memberikan bantuan

bibit pohon untuk menanami hutan yang rusak 0.12 3 0.36 6

Page 132: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Tabel 30. (Lanjutan)

Faktor Ekstenal Bobot Rating Score Rangking 8. Adanya penegakan hukum terhadap

perusak hutan 0.09 4 0.37 5 9. Ada undang - undang yang melarang

penebangan dan perusakan hutan 0.10 4 0.39 3 10. Ada bantuan dari luar desa untuk

menjaga keamanan dan kelestarian hutan 0.12 3 0.37 5

Jumlah 1 3.51

1. Pemerintah, LSM dan lembaga penelitian memberikan perhatian terhadap

masalah banjir dan erosi

masyarakat Desa Salua beranggapan bahwa perhatian dari LSM, lembaga

penelitian dan pemerintah merupakan peluang yang paling besar dalam rangka

pengelolaan lingkungan di Desa Salua. Pandangan tersebut didasari oleh

kondisi riil di Desa Salua, dimana perhatian dari pihak luar terutama LSM

dan lembaga penelitian terhadap kondisi lingkungan di Desa Salua telah ada

dalam bentuk kajian, pembangunan sarana pengelolaan air bersih dan

penanaman pohon. Selain itu, dengan adanya perhatian dari pihak luar,

diharapkan bisa menjadi jembatan antara masyarakat dengan pemerintah dalam

rangka pengelolaan lingkungan yang lestari di Desa Salua. Dengan demikian

peubah ini memberikan pengaruh yang paling besar yaitu 0.44.

2. Terdapat program fisik dari pemerintah, dan ornop untuk mencegah banjir dan

erosi

Berdasarkan informasi dari aparat desa dan tokoh masyarakat, pemerintah

provinsi dan kabupaten mempunyai dana khusus untuk program fisik dalam

rangka pencegahan banjir dan erosi dengan sumber pendanaan berasal dari

APBD. Hal yang masih di usahakan adalah bagaimana Desa Salua bisa

menjadi desa yang menjadi sasaran program tersebut. Masyarakat berharap,

bantuan dari pihak luar desa untuk mengkomunikasihan hal tersebut kepada

pemerintah daerah. Peubah ini juga memberikan pengaruh yang relatif besar

yaitu 0.43

3. Terdapat program pelatihan dari pemerintah, LSM dan lembaga penelitian

untuk mencegah banjir dan erosi

Page 133: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Sama halnya dengan program fisik, masyarakat juga berharap pihak dari luar

desa bisa memfasilitasi program pelatihan tentang pengelolaan lingkungan di

Desa Salua, karena sampai saat ini Desa Salua belum pernah dijadikan sasaran

pelatihan tentang pengelolaan lingkungan (kususnya pencegahan banjir dan

erosi). Peubah ini memberikan pengaruh sebesar 0.34

4. Adanya transfer informasi dan teknologi dari luar desa dalam rangka

pencegahan banjir dan erosi

Transfer informasi dan teknologi dari pihak-pihak yang peduli terhadap kondisi

Desa Salua, dianggap oleh masyarakat sebagai kesempatan untuk memperbaiki

kondisi lingkungan di Desa Salua, karena sumberdaya yang dimiliki oleh

masyarakat masih relatif kurang. Peubah ini memberikan pengaruh sebesar

0.38

5. Terdapat peneliti yang mengkaji dan mencari masalah banjir dan erosi di Desa

Hal tersebut dianggap sebagai sebuah peluang karena masyarakat berharap

hasil penelitian yang telah dilakukan bisa di sosialisasikan atau dipublikasikan

kepada pemerintah daerah atau pihak lain yang mempunyai sumberdaya untuk

melakukan perbaikan lingkungan di Desa Salua. Peubah ini memberikan

pengaruh sebesar 0.43

6. Pemerintah memberikan bantuan bibit pohon untuk menanami hutan yang

rusak

Adanya bantuan bibit dari pemerintah dianggap sebagai kesempatan,

mengingat banyak kawasan di Desa Salua yang membutuhkan penanaman.

Masyarakat berharap jenis pohon yang diberikan bukan hanya pohon

kehutanan, akan tetapi dicampur dengan pohon buah-buahan sehingga bisa

memberikan pendapatan tambahan bagi mereka. Selain itu, dalam proses

penanaman dan penyediaan bibit dapat melibatkan masyarakat. Peubah ini

memberikan pengaruh sebesar 0.36

7. Adanya penegakan hukum terhadap perusak hutan

Adanya penegakan hukum bagi para perusak hutan juga dianggap sebagai

peluang, karena dengan adanya penegakan hukum diharapkan para perusak

hutan bisa ditindak tegas, sehingga masyarakat yang lain tidak meniru. Dengan

Page 134: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

demikian pengelolaan lingkungan yang lestari lebih mudah terwujud. Peubah

ini memberikan pengaruh sebesar 0.37

8. Ada undang-undang yang melarang penebangan dan pengrusakan hutan

Dengan adanya undang-undang yang melarang penebangan dan pengrusakan

hutan maka para penegak hukum mempunyai dasar hukum untuk menindak

para pelanggar, dengan demikian diharapkan penebangan dan pengrusakan

hutan bisa dikurangi. Peubah ini memberikan pengaruh sebesar 0.39

9. Ada bantuan dari luar desa untuk menjaga keamanan dan kelestarian hutan

Karena keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh Desa Salua, maka

masyarakat sangat mengharapkan bantuan dari luar desa untuk menjaga

keamanan dan kelestarian hutan. Bantuan yang saat ini sudah ada adalah dari

pihak kepolisian, berupa penahanan pelaku perusakan hutan. Peubah ini

memberikan pengaruh sebesar 0.37.

Diagram dan Matrik SWOT

Berdasarkan matrik IFE dan EFE, dapat disusun diagram SWOT dengan

menghitung selisih unsur internal (kekuatan dan kelemahan) dan selisih nilai

pengaruh eksternal (peluang dan ancaman). Hasil perhitungan menunjukkan

bahwa kekuatan internal yang dimiliki oleh masyarakat Desa Salua dalam

pengelolaan lingkungan tidak mampu mengimbangi kelemahan-kelemahan yang

dimilikinya. Selisih kekuatan – kelemahan adalah – 0.55. Demikian pula

peluang-peluang yang ada tidak mampu mengimbangi ancaman-ancaman

eksternalnya. Selisih peluang – ancaman adalah – 0,16 . Apabila diplotkan dalam

koordinat kartesian SWOT maka akan terlihat seperti pada Gambar 16. Dengan

demikian, berdasarkan nilai tersebut maka strategi yang paling efektif untuk

dilakukan dalam pengelolaan lingkungan di Desa Salua adalah strategi defensif

atau meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman, dengan

memaksimalkan kekuatan dan peluang-peluang yang ada.

Page 135: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

(0.55), (0.16)

(1.50)

(1.00)

(0.50)

0.50

1.00

1.50

(1.50) (1.00) (0.50) 0.50 1.00 1.50

BERBAGAI PELUANG

KELEMAHAN INTERNAL

BERBAGAI ANCAMAN

Gambar 16. SWOT Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua

KEKUATAN INTERNAL

Page 136: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Tabel 31. Matrik SWOT Pengelolaan Lingkungan di Desa Salua Strengths (S)

1. Adanya kesadaran dalam menjaga lingkungan

2. Adanya kesadaran masyarakat terhadap bahaya banjir dan erosi

3. Ada tokoh lokal yang menjadi pelopor dalam kegiatan perbaikan lingkungan

4. Teknologi yang digunakan dapat mengurangi ancaman banjir

5. Kesadaran masyarakat terhadap bahaya banjir dan erosi tinggi

6. Ada tokoh lokal yang mampu menjadi pelopor dalam kegiatan pencegahan banjir

Weakneses (W) 1. Masyarakat menebang hutan karena tuntutan

ekonomi 2. Masyarakat merambah TNLL karena lahannya telah

dijual 3. Partisipasi masyarakat dalam program pencegahan

banjir dan erosi masih kurang 4. Lahan pertanian memiliki kemiringan tinggi 5. Terdapat sungai yang sering meluap 6. Kelembagaan desa dalam mengelola lingkungan

belum berjalan 7. Belum ada koordinasi dalam pencegahan bahaya

banjir dan erosi 8. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam

mengelola lingkungan belum merata 9. Sarana dan fasilitas untuk mencegah dan

menanggulangi banjir belum memadai 10. Belum ada program yang sistematis untuk mencegah

banjir dan erosi Opportunies (O) 1. Pemerintah, ornop dan lembaga penelitian memberikan perhatian terhadap masalah banjir dan erosi

di desa 2. Terdapat program pembangunan fisik dari pemerintah dan Ornop untuk mencegah banjir dan erosi 3. Terdapat program pelatihan dari pemerintah dan ornop untuk mencegah banjir dan erosi 4. Ada transfer informasi dan teknologi untuk pemcegahan banjir dan erosi 5. Terdapat peneliti yang mengkaji dan mencari solusi masalah banjir dan erosi 6. Pemerintah memberikan bantuan bibit 7. Adanya penegakan hukum terhadap perusak hutan 8. Ada undang-undang yang melarang penebangan dan pengrusakan hutan 9. Ada bantuan dari luar desa untuk menjaga keamanan dan kelestarian hutan

Strategi SO 1. Melakukan kerjasama dengan pihak lain

dalam pengelolaan lingkungan di Desa Salua (S1,O1,O2,O3,04)

2. Melakukan pelatihan dan penyuluhan tentang pengelolaan lingkungan (S1,S2,O1,O2,03)

3. Melakukan koordinasi yang intensif dengan penegak hukum dalam pengelolaan lingkungan (S1,S2,S3,O5)

Strategi WO 1. Menciptakan pendapatan alternatif bagi masyarakat

Salua (W1,W2,O1,O3,O4) 2. Meningkatkan teknologi dan keterampilan bercocok

tanam masyarakat Desa Salua (W1,W2,O3,O4) 3. Memperkuat kelembagaan dalam mengelola

lingkungan (W3,W4,W5,O1,O3,O5)

Treaths (T) 1. Maraknya pengrusakan lingkungan di desa tetangga 2. Kondisi hutan di hulu sungai mulai rusak 3. Ada provokasi dari luar desa untuk merusak hutan 4. Banyak pendatang dari luar desa yang membeli lahan milik petani lokal, sehingga penduduk lokal

merambah hutan 5. Banyak penduduk dari luar desa yang merambah hutan, sehingga warga desa ikut merambah hutan 6. Program pencegahan banjir dan erosi kurang tepat sasaran 7. Ada oknum yang memotong dana untuk program pencegahan banjir dan erosi 8. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat di desa tetangga terhadap bahaya banjir dan erosi masih

kurang 9. Partisipasi masyarakat desa tetangga dalam mencegah banjir dan erosi masih kurang 10. Semakin bertambahnya cukong-cukong kayu dari luar desa

Strategi ST 1. Melakukan koordinasi dengan desa

tetangga dalam hal pengelolaan lingkungan (S1, T1,T2,T4,T5)

2. Membuat sistem peringatan dini banjir dan erosi (S2,S3, T1,T2)

3. Meningkatkan penegakan hukum bagi perusak lingkungan (S1,S2,S3, T1,T4,T5,T6)

Strategi WT 1. Membuat strategi dan program yang sistematis dalam

pengelolaan lingkungan (W3,W4,W5,T1,T2) 2. Meningkatkan modal sosial yang di dalam

masyarakat (W3,W4,W5,T1,T4,T5)

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR INTERNAL

11

Page 137: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Matrik SWOT yang menggambarkan dengan rinci tentang kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Salua dalam rangka pengelolaan

lingkungan yang dipadukan dengan unsur peluang dan ancaman yang dimiliki

bisa dilihat pada Tabel 31.

Berdasarkan Tabel 31, strategi SO yang dapat dilakukan antara lain : (a)

melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam pengelolaan lingkungan di Desa

Salua, (b) Melakukan penyuluhan dan pelatihan tentang pengelolaan lingkungan

yang lestari dan (c) Melakukan koordinasi yang intensif dengan penegak hukum

dalam hal pengelolaan lingkungan yang lestari.

Strategi (ST) yang bisa dilakukan antara lain : (a) Melakukan koordinasi

dengan desa tetangga dalam hal pengelolaan lingkungan, (b) Membuat sistem

peringatan dini ancaman banjir dan erosi dan (c) Meningkatkan penegakan hukum

bagi perusak lingkungan.

Strategi (WO) yang dapat dilakukan diantaranya adalah : (a) Menciptakan

pendapatan alternatif bagi masyarakat Salua, (b) Meningkatkan teknologi dan

keterampilan bercocok tanam masyarakat Desa Salua dan (c) Memperkuat

kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan. Sedangkan strategi (WT) yang bisa

dilakukan diantaranya adalah : (a) Membuat strategi dan program yang sistematis

dalam pengelolaan lingkungan di Desa Salua dan (b) Meningkatkan modal sosial

yang ada di dalam masyarakat Desa Salua, misalnya dengan meningkatkan peran

hukum adat yang sudah ada (Taolo dan Ombo) dalam pengelolaan lingkungan di

Desa Salua.

Page 138: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Nilai ekonomi jasa lingkungan TNLL untuk pencegahan bahaya lingkungan di

yang tidak diketahui di Desa Salua adalah Rp. 909.818 perbulan atau

10.917.818,18 pertahun. Jika dihitung berdasarkan kesediaan membayar

masyarakat dalam bentuk sumbangan tenaga kerja, maka nilainya adalah 843

HOK perbulan. Jika diasumsikan 1 HOK di Desa Salua senilai Rp. 25.000,

maka nilai ekonomi jasa lingkungan TNLL untuk pencegahan bahaya

lingkungan yang tidak diketahui adalah Rp. 20.850.000/bulan atau Rp.

250.200.000/tahun

2. Nilai ekonomi jasa lingkungan TNLL untuk pencegahan bahaya banjir dan

erosi di Desa Salua adalah setara dengan 843 HOK per bulan. Jika

diasumsikan 1 hari kerja di Desa Salua senilai Rp. 25.000, maka nilai ekonomi

jasa lingkungan TNLL untuk pencegahan bahaya lingkungan yang tidak

diketahui adalah Rp. 20.850.000/bulan atau Rp. 250.200.000/tahun

3. Kemauan membayar masyarakat untuk pencegahan bahaya lingkungan dalam

bentuk uang cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan kemauan

membayar masyarakat dalam bentuk sumbangan tenaga kerja

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat Desa

Salua adalah faktor pendapatan masyarakat dengan persamaan regresi Y=

2.6+0.51X, tingkat pendidikan, dan pengetahuan masyarakat terhadap bahaya

lingkungan yang belum diketahui

5. Strategi yang paling efektif dalam pengelolaan lingkungan di Desa Salua

adalah strategi defensif yaitu meminimalkan kelemahan dan menghindari

ancaman dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang-peluang yang ada

Page 139: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Saran

Saran yang bisa disampaikan dari penelitian ini adalah :

1. Nilai ekonomi jasa lingkungan dari Taman Nasional Lore Lindu perlu

disosialisasikan kepada masyarakat dan para pihak yang terkait, untuk

meningkatkan apresiasi semua terhadap sumberdaya hutan

2. Dalam kegiatan program pencegahan bahaya lingkungan, sebaiknya

sumbangan masyarakat diarahkan dalam bentuk tenaga kerja, sedangkan dana

untuk membiayai program tersebut bisa berasal dari pemerintah atau lembaga

donor.

3. Untuk penelitian serupa dimasa yang akan datang, dalam pembuatan model

regresi berganda perlu ditentukan variabel-variabel pendukung lain yang

berpengaruh nyata terhadap WTP masyarakat, agar dapat meningkatkan nilai

R2.

Page 140: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, JEM. 1998. Managing Forest as Common Property. Bogor: CIFOR.

Azis, ASR. 2003. Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus. Di dalam Bungin B. (editor). 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm: 18-35

Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala 2005. Kecamatan Kulawi dalam Angka. 2005. Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala. Palu

Baland, JJP, Platteau. 1996. Halting degradation of natural resources: Is there a role for rural communities? Di dalam: Pagde A, Kim Y, Daugherty PJ. 2006. What Makes Community Forest Management Successful: A Meta-Study From Community Forests Throughout the World. Society and Natural Resources,19

Barkmann, J, Glenk, K, Purwawangsa, H, Sundawatai, L, Patrick, JW, Marggraf, R. 2006. Assessing economic preferences for biological diversity and ecosystem services at the Central Sulawesi rainforest margin a choice expriment approach. The Stability of Torpical Rainforest Margins. Di dalam Linking Ecological, Economic and Social Constraints of Land Use and Conservation. Environmental Science Series, Springer (Heidelberg, New York)

Black, JA, Champion DJ. 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Koeswara et al., penerjemah. Bandung: Eresco

Bennett, JW. 1976. The Ecological Transition: Cultural Anthropology and Human Adaptation. New York: Pergamon Press Inc.

Biro Infokom Sulawesi Tengah. 2004. Taman Nasional Lore Lindu. http://infokom-sulteng.go.id/

Bungin, B. 2003. Teknik-Teknik Analisis Kualitatif dalam Penelitian Sosial. Di dalam Bungin B. (ed). 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm: 83-105

Care, 2002. Data Monografi Desa Saluwa. Tidak di publikasikan

Carson, R.T. 1991. Constructed markets. In J. Braden and C. Kolstad (eds.), Measuring the demand for environmental commodities, Amsterdam: North-Holland.

Page 141: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Darusman, D. 2002. Pembenahan Kehutanan Indonesia. Lab Politik dan Sosial Kehutanan Fakultas Kehutanan IPB dan Yayasan Dani Hanafiah. Bogor.

Djijono. 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsafah Saint Program Pasca Sarjana (S3) Institut Pertanian Bogor.

Fauzi, A. 1996. “Teknik Valuasi Ekosistem Mangrove” Bahan Pelatihan Management for Mangrove Forest Rehabilitation. Bogor. Oktober. 1999

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

Folmer, H dan Gabel L.H. 2001. Principles of Environmental and Resource Economic. Edward Elgar Publishing, Inc. 136 West Street Suite 202 Northampton Massachusetts 01060 USA.

Golar. 2007. Strategi Adaptasi Masyarakat Adat Toro Kajian Kelembagaan Lokal dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Lore Lindu Provinsi Sulawesi Tengah. Disertasi Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan

Hanemann, W.M. 1991. Willingness to pay and Willingness to Accept: How Much Can They Differ? American Economic Review, 81(3): 635-647.

Hanna S, M. Munasinghe. 1995. Property rights and the environment: Social and ecological Issues. Washington, DC: ESD.

Hardin, G. 1968. The Tagedy Of The Commons. Science Vol. 162. 13 December 1968.

Hufschmidt, M. M., et al. 1987. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan. Terjemahan. UGM Press

Kartodiharjo, H. 2006. Bahan Ajaran Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Sekolah Pasca Sarjana IPB. Tidak dipublikasikan.

Laarman, J.G., R.A.Sedjo. 1992. Global Forests : Issues for Six Billion People. Mc Graw Hill, Inc. New York.

McKean, MA. 1992. Management of Traditional Common Lands (Iriaichi) in Japan. Di dalam: D.W. Bromley, editor. Making the Commons Work: Theory, Practice, and Policy. San Francisco, California: Institute for Contemporary Studies Press

Munangsihe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development. World Bank Environment Paper Number 2.

Page 142: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Murray, G, Neis B, Johnsen JP. 2006. Lessons Learned from Reconstructing Interactions Between Local Ecological Knowledge, Fisheries Science, and Fisheries Management in the Commercial Fisheries of Newfoundland and Labrador, Canada. Di dalam: Human Ecology. Vol 34. N0 2. hlm: 549-571.

Nemarundwe, N. 2001. Kolaborasi Kelembagaan dan Share Learning untuk Pengelolaan Hutan di Distrik Chivi, Zimbabwe. LATIN, penerjemah. Bogor; Pustaka Latin. Terjemahan dari: Institutional collaboration dan share learning on Forest Management in Chivi Distric, Zimbabwe

Nurrochmat, 2000. “Paradoks dalam Program Perhutanan Sosial.” Humanesia (Indonesia Community Forest Newsletter) Vol 4 (1), Juni 2002:3.

Nurrochmat, 2005. Strategi Pengelolaan Hutan (Upaya Menyelamatkan Rimba Yang Tersisa). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Ostrom, E. 1990. Governing the Common: The Evolution of Institutions for Collective Action. New York: Cambridge University Press.

Ostrom, E. 1999. Neither Market nor State: Governance of Common-pool Resources in the Twenty-first Century. Washington, DC: International Food Policy Research Institute.

Pearce, D. dan D. Moran. 1994. The Economics Value of Biodeversity.IUCN

Pearce, D. W. dan R. K Turner. 1990. Economics of Natural Resources and The Environment. Harvester Wheatsheaf.

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Rasmussen, L N and Meinen-Dick R. 1995. Local Organizations for Natural Resource Management: Lesson from Theoretical and Empirical Literature. Http://www.ifpri.org/divs/eptd/dp/paper/eptdpll.pdf (Diakses tanggal 5 oktober 2003)

Richhard, T, Carson, Nicholas E, F, Norman F, M. (2001). Contingent Valuation : Controversies and Evident. Environmental and Resourse Economic. 19 : 173-210. Kluwer Academic Publishers. Netherland.

Santoso, BS dan Ashari. 2005. Analisis Statistika dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Smith, EA, M. Wishnie. 2000. Conservation and Subsistence in Small-Scale Societies. Annual. Review. Anthropology., No. 29: 493-524, 2000.

Sitorus, S. 2004 “Revolusi Coklat” Social Formation, Agrarian Structure, and Forest Margins in Upland Sulawesi, Indonesia, Di dalam: G. Gerold, M. Fremerey & E. Guhardja, Land Use, Nature Conservation and the

Page 143: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Stability of Rainforest Margins is Southeast Asia, Berlin, Heidelberg & New York: Springer-Verlag.

Suparmoko, M. dan D.R. Nurrochmat. 2005. Urgensi Implementasi PDRB Hijau di Sektor Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta

Syakya, 2005. Analisis Willingness To Pay (WTP) dan Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Lampuuk Di Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Sukirno, 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi ketiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Turnbull, CM. 2002. The Mbuti Pygmies: Change and Adaptation. Wadworth/Thomson Learning 10 Davis Drive Belmont, CA 94002-3098 USA.

Wade, R. 1988. Village republics: economic conditions for collective action in South India. Di dalam: Pagde A., Kim Y., Daugherty P.J. 2006. What Makes Community Forest Management Successful: A Meta-Study From Community Forests Throughout the World. Society and Natural Resources, 19.

Vercueil, J. 2000. Aplication of Contingent Valuation Method in Developing Countries. Director, Information Division, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Viale delle Terme di Caracalla, 00100 Rome, Italy.

Wijayanto, N. 2001. Faktor Dominan dalam Sistem Penglolaan HKM (Studi Kasus di Repong Damar, Pesisir Krui, Lampung). Desertasi Pascasarjana. Bogor : Intitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Yin, RK. 1997. Studi Kasus (Desain dan Metode). Rajawali Grafinfo Persada Jakarta.

Page 144: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

LAMPIRAN

Page 145: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 1. Variabel, Indikator, dan Parameter Penelitian tentang Kemauan Membayar Masyarakat terhadap Perbaikan Lingkungan

No Variabel Indikator Parameter 1 Pengaruh bahaya

lingkungan terhadap masyarakat

Kehilangan hasil panen akibat banjir

1. Tidak 2. Ya

Kerugian pribadi akibat banjir

1. Sangat besar 2. Besar 3. Biasa 4. Kecil 5. Tidak masalah

Frekwensi banjir yang merugikan masyarakat dalam 10 tahun terakhir

1. 0 2. 1-3 3. 4-6 4. 7-9 5. > 9

Kerusakan akibat banjir selama 10 tahun terakhir

1. Jauh lebih besar 2. besar 3. Sama saja 4. Berkurang 5. Tidak ada

Kemungkinan ancaman banjir di masa yang akan datang (tanpa adanya pencegahan)

1. Jauh lebih besar 2. Besar 3. Sama saja 4. Berkurang 5. Tidak ada

Peran pembangunan desa (fisik seperti penanaman pohon dan non fisik seperti pelatihan) dalam rangka mengurangi kerusakan akibat banjir

1. Setuju sekali 2. Setuju 3. Ragu-ragu 4. Tidak Setuju 5. Sangat tidak setuju

Kerusakan akibat erosi tanah selama sepuluh tahun terakhir

1. Jauh lebih besar 2. Besar 3. Sama saja 4. Berkurang 5. Tidak ada

Besarnya dampak erosi 1. Sangat besar 2. Besar 3. Agak besar 4. Kecil 5. Tidak ada

Ancaman erosi dimasa yang akan datang, tanpa adanya tindakan pencegahan

1. Sangat besar 2. Besar 3. Agak besar 4. Kecil 5. Tidak ada

Peran pembangunan desa (fisik dan non fisik) terhadap pecegahan erosi

1. Setuju sekali 2. Setuju 3. Ragu-ragu 4. Tidak setuju 5. Sangat tidak setuju

2 Partisipasi dalam menjaga lingkungan

Tanggung jawab pemerintah dalam upaya mencegah banjir

1. Sangat besar 2. Besar 3. Agak besar 4. Kecil 5. Tidak ada

Lampiran 1. (Lanjutan)

Page 146: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

No Variabel Indikator Parameter Tanggungjawab pribadi

dan keluarga dalam upaya mencegah banjir

1. Sangat besar 2. Besar 3. Agak besar 4. Kecil 5. Tidak ada

Tanggungjawab pemerintah terhadap pencegahan erosi

1. Sangat besar 2. Besar 3. Agak besar 4. Kecil 5. Tidak ada

3 Pengetahuan terhadap bahaya lingkungan yang tidak diketahui dan dampaknya terhadap responden

Informasi adanya wabah penyakit baru yang menyerang manusia

1. Ada, sebutkan..... 2. Tidak ada

Besarnya ancaman bahaya lingkungan yang tidak diketahui

1. Sangat besar 2. Besar 3. Agak besar 4. Kecil 5. Tidak ada

Kondisi kesehatan tanah, hutan dan lahan selama sepuluh tahun terakhir

1. Jauh lebih buruk 2. Lebih buruk 3. Sama saja 4. Sedikit lebih baik 5. Semakin baik

Kondisi kesehatan tanah, hutan dan lahan dimasa yang akan datang, tanpa ada perbaikan

1. Jauh lebih buruk 2. Lebih buruk 3. Sama saja 4. Sedikit lebih baik 5. Semakin baik

Kemampuan program desa terhadap pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui

1. Sangat mampu 2. mampu 3. Ragu-ragu 4. Tidak mampu 5. Sangat tidak mampu

Tanggungjawab pemerintah dalam menjaga tanah, hutan dan lahan

1. Sangat besar 2. Besar 3. Agak besar 4. Kecil 5. Tidak ada

4 Pengukuran WTP Kecukupan dana yang dikumpulkan secara swadaya untuk pencegahan bahaya lingkungan

1. Sangat besar 2. Lebih dari cukup 3. Cukup 4. Tidak cukup 5. Sangat tidak cukup

Keyakinan bahwa pajak yang dibayarkan kepada pemerintah akan dipergunakan untuk pencegahan bahaya lingkungan

1. Yakin sekali 2. Yakin 3. Ragu-ragu 4. Tidak yakin 5. Sangat tidak yakin

Lampiran 1. (Lanjutan)

No Variabel Indikator Parameter Kemauan membayar 1. Rp. 0

Page 147: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

untuk pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui

2. Rp. 500 3. Rp. 1.000 4. Rp. 1.500 5. Rp. 2.000 6. Rp. 3.000 7. Rp. 4.000 8. Rp. 6.000 9. Rp. 9.000 10. > 9.000

Kemauan membayar untuk perbaikan lingkungan dalam bentuk tenaga

1. Ya, bersedia 2. Tidak bersedia

Besarnya tenaga yang mau disumbangkan untuk pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui

1. Tidak mau 2. ½ hari 3. 1 hari 4. 1 ½ hari 5. 2 hari 6. > dari 2 hari

Besarnya tenaga yang mau disumbangkan untuk pencegahan bahaya lingkungan yang diketahui

1. Tidak mau 2. ½ hari 3. 1 hari 4. 1 ½ hari 5. 2 hari 6. > dari 2 hari

Informasi tentang banjir di Dongi-dongi

1. Ya, ada 2. Tidak ada

5 Faktor eksternal Kemungkinan banjir di Dongi-dongi terjadi di Desa Salua

1. Ya, mungkin 2. Tidak mungkin

Pengetahuan tentang Katuwua

1. Tidak mengerti sama sekali

2. Hampir tidak mengerti 3. Sedikit mengerti 4. Mengerti 5. Sangat mengerti

Pengaruh Katuwua dalam mempengaruhi pengambilan keputusan

1. Sama sekali tidak penting

2. Hampir tidak penting 3. Kurang penting 4. Penting 5. Sangat penting

6 Faktor Internal Jenis kelamin 1. Pria 2. Wanita

Penggunaan jika mendapatkan pendapatan tambahan

1. Makanan 2. Keperluan pribadi 3. Investasi 4. Pencegahan bahaya

lingkungan yang tidak diketahui

Page 148: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 1. (Lanjutan) No Variabel Indikator Parameter

Pendidikan kepala keluarga

1. Tidak pernah sekolah 2. Tidak lulus SD 3. SD 4. SMP 5. SMA 6. PT

Pekerjaan kepala keluarga

1. Petani 2. Peternak 3. Pedagang 4. Wiraswasta 5. Pegawai 6. Buruh 7. Nelayan 8. Ibu rumahtangga 9. Pengangguran 10. Pensiunan 11. Lainnya, sebutkan

Pendapatan rata-rata/tahun

1. < Rp. 400.000 2. Rp. 400.000-800.000 3. Rp. 800.000-1200.000 4. Rp. 1.200.000-1600.000 5. Rp. 1.600.000-2.000.000 6. Rp. 2.000.000-2.400.000 7. Rp. 2.400.000-2.800.000 8. Rp. 2800.000-4.000.000 9. Rp. 4.000.000-5.200.000 10. Rp. 5.200.000-6.400.000 11. Rp. 6.400.000-8.800.000 12. Rp. > 8.800.000

Umur (tahun) 1. 15-20 2. 21-25 3. 26-30 4. 31-35 5. 36-40 6. 41-45 7. 46-50 8. 51-55 9. 56-60 10. 61-65 11. 66-70 12. >70

Bahaya lingkungan yang paling besar dampaknya

1. Banjir 2. Erosi 3. Bahaya lingkungan yang

tidak diketahui (wabah penyakit bagi manusia, hama penyakit bagi tumbuhan)

4. Faktor biaya

Page 149: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 2. Gambar Perbedaan antara Resiko Banjir dan Erosi

Lampiran 3. Gambar Keadaan tanpa Adanya Pencegahan untuk Banjir

Page 150: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 4. Gambar Setelah Adanya Program Pencegahan Banjir

Lampiran 5. Gambar Keadaan tanpa Adanya Pencegahan untuk Erosi

Page 151: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 6. Gambar Keadaan Setelah Adanya Program Pencegahan Erosi

Lampiran 7. Gambar Lingkungan yang Sehat

Page 152: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 8. Gambar Kondisi Lingkungan tanpa Adanya Program Pencegahan Terhadap Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui

Lampiran 9. Gambar Kondisi Lingkungan setelah Adanya Program Pencegahan Terhadap Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui

Page 153: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 10. Gambar Kartu Percobaan yang Menunjukan Berbagai Jenis Perbaikan Lingkungan dengan berbagai Tingkat Harga

Page 154: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 11. Gambar Kartu Percobaan untuk Mengetahui Konsentrasi Responden

Page 155: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 13. Gambar Kisaran Harga yang Ditawarkan kepada Responden untuk Pencegahan Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui

Page 156: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 12. Gambar Kisaran Harga yang Ditawarkan kepada Responden untuk Pencegahan Bahaya Lingkungan yang Tidak Diketahui dalam Bentuk Sumbangan Tenaga

Page 157: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 14. Gambar Kisaran Harga yang Ditawarkan Untuk Pencegahan Banjir dan Erosi dalam Bentuk Sumbangan Tenaga Kerja

Page 158: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 15. Matrik SWOT Rating : Beri tanda (X) pada nilai yang dianggap sesuai Nilai 1 : Sangat Rendah Nilai 4 : Tinggi Nilai 2 : Rendah Nilai 5 : Sangat Tinggi Nilai 3 : Sedang

Page 159: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 15. (Lanjutan)

Page 160: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 16. Rekapitulasi Perhitungan SWOT 1. UNSUR KEKUATAN (STRENGHTS)

Peubah X Bobot X Rating X Score Rangking 1 0,09 4,00 0,37 6 2 0,13 2,00 0,25 5 3 0,21 3,00 0,62 3 4 0,20 3,00 0,61 4 5 0,18 4,00 0,72 2 6 0,19 4,00 0,76 1

Jumlah 1,000 20,00 3,34

Keterangan : 1. Masyarakat Memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian hutan 2. Masyarakat mengetahui tehnik teknologi untuk mencegah banjir dan erosi 3. Teknologi atau tehnik pertanian yang digunakan dapat mengurangi ancaman

banjir 4. Teknologi atau tehnik pertanian yang digunakan dapat mengurangi ancaman

erosi 5. Kesadaran masyarakat terhadap bahaya banjir dan erosi tinggi 6. Ada tokoh lokal yang mampu menjadi pelopor dalam kegiatan pencegahan

banjir dan erosi 2. UNSUR KELEMAHAN (WEAKNESS)

Peubah X Bobot X Rating X Score Rangking 1 0,09 4,00 0,34 1 2 0,11 3,00 0,34 1 3 0,10 4,00 0,41 6 4 0,11 4,00 0,42 7 5 0,09 4,00 0,38 4 6 0,10 4,00 0,42 7 7 0,11 4,00 0,46 8 8 0,09 4,00 0,36 2 9 0,10 4,00 0,39 5 10 0,1 4,0 0,37 3

Jumlah 1 3,89

Keterangan : 1. Masyarakat menebang hutan karena tuntutan ekonomi 2. Masyarakat lokal merambah hutan di taman nasional, karena lahannya dijual

kepada orang di luar desa 3. Partisipasi masyarakat dalam program pencegahan banjir masih kurang 4. Lahan pertanian memiliki kemiringan lahan yang tinggi

Page 161: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

5. Terdapat sungai besar yang sering meluap di dekat desa 6. Kelembagaan desa dalam mencegah banjir dan erosi belum berjalan 7. Belum ada koordinasi yang baik dengan desa tetangga dan aparat desa dalam

usaha pencegahan banjir dan erosi 8. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan banjir dan erosi belum merata 9. Sarana dan fasilitas untuk mencegah dan menanggulangi banjir belum

memadai 10. Belum ada program yang sistematis untuk mencegah banjir dan erosi

3. UNSUR PELUANG (OPPORTUNITIES)

Peubah X Bobot X Rating X Score Rangking1 0,11 4 0,44 1 2 0,11 4 0,43 2 3 0,11 3 0,34 6 4 0,13 3 0,38 4 5 0,11 4 0,43 2 6 0,12 3 0,36 6 7 0,09 4 0,37 5 8 0,10 4 0,39 3 9 0,12 3 0,37 5

Jumlah 1 3,51

Keterangan : 1. Pemerintah, LSM dan Lembaga penelitian memberikan perhatian terhadap

masalah banjir dan erosi di desa 2. Terdapat program pembangunan fisik dari pemerintah, LSM dan lembaga

penelitian untuk mencegah banjir dan erosi 3. Terdapat program pelatihan dari pemerintah, LSM dan lembaga penelitian

untuk mencegah banjir dan erosi di desa 4. Adanya transfer informasi dan teknologi dari luar desa dalam rangka

pencegahan banjir dan erosi 5. Terdapat peneliti yang mengkaji dan mencari solusi masalah banjir dan erosi

di desa 6. Pemerintah memberikan bantuan bibit pohon untuk menanami hutan yang

rusak 7. Adanya penegakan hukum terhadap perusak hutan 8. Ada undang - undang yang melarang penebangan dan perusakan hutan 9. Ada bantuan dari luar desa untuk menjaga keamanan dan kelestarian hutan

Page 162: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

4. UNSUR ANCAMAN (THREATS)

Peubah X Bobot X Rating X Score Rangking1 0,09 4 0,36 3 2 0,09 4 0,36 3 3 0,10 3 0,31 1 4 0,10 4 0,41 4 5 0,11 3 0,32 2 6 0,10 3 0,41 4 7 0,12 3 0,36 3 8 0,09 4 0,36 3 9 0,09 4 0,42 5 10 0,10 4 0,42 5

Jumlah 1 3,67 Keterangan : 1. Maraknya penebangan kayu dan pengrusakan hutan di desa tetangga 2. Kondisi hutan di hulu sungai mulai rusak 3. Adanya provokasi dari orang luar desa untuk merusak hutan 4. Banyak pendatang dari luar desa yang membeli lahan petani lokal, sehingga

penduduk lokal mencari pengganti lahan dengan cara merambah hutan 5. Banyak penduduk dari luar desa yang merambah hutan, sehingga warga desa

ikut merambah hutan 6. Program pencegahan banjir dan erosi dari pemerintah/lembaga lain kurang

tepat sasaran 7. Adanya oknum - oknum dari luar desa yang memotong dana untuk program

pencegahan banjir dan erosi di desa 8. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat di desa tetangga terhadap bahaya

erosi dan banjir masih kurang 9. Partisipasi masyarakat desa tetangga dalam mencegah terjadinya banjir dan

erosi masih rendah 10. Semakin bertambahnya cukong-cukong kayu dari luar desa

Page 163: MANFAAT EKONOMI JASA LINGKUNGAN DAN STRATEGI … · mengambil kayu maupun untuk hal lain seperti keperluan obat-obatan dan mencari tambahan makanan, misalnya sayuran dan daging (Care

Lampiran 27 Uji F terhadap Model Regresi Berganda (agregat)

ANOVAb

564,540 5 112,908 35,867 ,000a

620,150 197 3,1481184,690 202

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), What is the average total cash income of your family in oneyear?, Do you know Katawua?, Have you heard about now diseases for humans?,If your household earnings increase by 25.000 Rp. during this month how much ofthat would you spend on prevention against unknown environmental dangers?,Education Level

a.

Dependent Variable: How much money will you spend in maximum each month forcard number 1: Prevention against unknown environmental dangers?

b.

Freq

uenc

y

25

20

15

10

5

Histogram

Dependent Variable: How much money will you spend in card number 1: Prevention against unknown enviro