14
MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN Pengkajian Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada klien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula afek klien yang berhubungan dengan perilaku agresif. Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat : - Membangun hubungan yang terapeutik dengan klien. - Mengkaji perilaku klien yang berpotensial kekerasan. - Mengembangkan suatu perencanaan. - Mengimplementasikan perencanaan. - Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu. Dan bila klien dianggap hendak melakukan kekerasan, maka perawat harus : 1) Melaksanakan prosedur klinik yang sesuai untuk melindungi klien dan tenaga kesehatan. 2) Beritahu ketua tim. 3) Bila perlu, minta bantuan keamanan. 4) Kaji lingkungan dan buat perubahan yang perlu. 5) Beritahu dokter dan kaji PRN untuk pemberian obat. Perilaku yang berhubungan dengan agresi :

MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

Pengkajian

Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada

klien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus

mengkaji pula afek klien yang berhubungan dengan perilaku agresif.

Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat :

- Membangun hubungan yang terapeutik dengan klien.

- Mengkaji perilaku klien yang berpotensial kekerasan.

- Mengembangkan suatu perencanaan.

- Mengimplementasikan perencanaan.

- Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu.

Dan bila klien dianggap hendak melakukan kekerasan, maka perawat

harus :

1) Melaksanakan prosedur klinik yang sesuai untuk melindungi klien dan

tenaga kesehatan.

2) Beritahu ketua tim.

3) Bila perlu, minta bantuan keamanan.

4) Kaji lingkungan dan buat perubahan yang perlu.

5) Beritahu dokter dan kaji PRN untuk pemberian obat.

Perilaku yang berhubungan dengan agresi :

Agitasi motorik : bergerak cepat, tidak mampu duduk diam, memukul

dengan tinju kuat, mengapit kuat, respirasi meningkat, membentuk

aktivitas motorik tiba-tiba (katatonia).

Verbal : mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacau minta

perhatian, bicara keras-keras, menunjukkan adanya delusi atau pikiran

paranoid.

Page 2: MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

Afek : marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah terangsang,

euphoria tidak sesuai atau berlibihan, afek labil.

Tingkat kesadaran : bingun, status mental berubah tiba-tiba, disorientasi,

kerusakan memori, tidak mampu dialihkan.

Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah

dan memenej perilaku agresif. Intervensi dapat melalui Rentang intervensi

keperawatan.

Strategi preventif strategi antisipatif strategi pengurungan

Kesadaran diri komunikasi manajemen krisis

Pendidikan klien perubahan lingkungan seclusion

Latihan asertif tindakan perilaku restrains

Psikofarmakologi

Kesadaran diri

Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat

mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa

letih, cemas, marah, atau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat

klien tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan

masalah, maka energy yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang.

Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus menerus

menginkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervise dengan

memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien.

pendidikan klien

pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara

mengekspresikan marah yang tepat. Banyakklien yang mengalami

kesulitan mengekspresikan perasaannya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan

Page 3: MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

kesulitan mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain. Jadi dengan

perawat berkomunikasi diharapkan agar klien mau mengekspresikan

perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan klien

adaptif atau maladaptive.

Latihan Asertif

Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat :

- Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang.

- Mengatakan “tidak” untuk sesuatu yang tidak beralasan

- Sanggup melakukan complain.

- Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.

Komunikasi

Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif :

- Bersikap tenang ;

- Bicara lembut;

- Bicara tidak dengan cara menghakimi;

- Bicara netral dan dengan cara yang konkrit;

- Tunjukkan respek pada klien;

- Hindari intensitas kontak mata langsung;

- Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan;

- Fasilitasi pembicaraan klien;

- Dengarkan klien;

- Jangan terburu-buru menginterpretasikan;

- Jangan buat janju yan gtidak dapat perawat tepati;

Perubahan lingkungan

unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti :

membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak

sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.

Page 4: MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

Tindakan Perilaku

Pada dasarnya membuyat kontrak dengtan klien mengenai perilaku yang

dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang didapat

bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan.

Psikofarmakologi

Antianxiety dan sedative-hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan

agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti lorazepam dan clonazepam,

sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan

perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan

dalam waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan

ketergantungan, juga bisa memperburuk symptom depersi. Selanjutnya,

pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect dari

berzodiazepines, dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif.

Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku

kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan

dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera

kepala, demensia, dan developmental disability.

Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsive dan

perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.

Amitriptyline dan trazodone, efektif untuk menghilangkan agresivitas

yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organic.

Mood stabilizers, penelitian menunjukkan bahwa pemberian lithium

efektif untuk agresif karena manic. Pada beberapa kasus, pemberiannya

untuk menurunkan perilaku agresif yang disebabkan oleh gangguan lain

seperti RM, cedera kepala, skozofrenia, gangguan kepribadian. Pada klien

dengan epilepsy lobus temporal, bisa meningkatkan perilaku agresif.

Pemberikan carbamazepines dapat mengendalikan perilaku agresif pada

klien dengan kelainan EEGs (electroencephalograms).

Antipsychotic ; obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan

perilaku agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi, halusinasi, atau perilaku

psikotik lainnya, maka pemberian obat ini dapat membantu, namun

diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan.

Page 5: MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

Medikasi lainnya ; banyak kasus menunjukkan bahwa mencederai diri.

Betablockers seperti propanolol dapat menurunkan perilaku kekerasan

pada anak dan pada klien dengan gangguan mental organic.

Managemen Krisis

Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi

yang lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatrik :

1. Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang

bertanggung jawab selama 24 jam.

2. Bentuk tim krisis. Meliputi, dokter, perawat, dan koselor.

3. Beritahu petugas keamanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan

apa saja yang menjadi tugasnya selama penangan klien.

4. Jauhkan klien lain dari lingkungan.

5. Lakukan pengekangan, jika memungkinkan.

6. Pikirkan suatu rencana pengangan krisis dan beritahu tim.

7. Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh klien.

8. Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan untuk

kerja sama.

9. Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisis. Ketua tim harus

segera mengkaji situasi lingkungan sekitar untuk tetap melindungi

keselamatan klien dan timnya.

10. Berikan obat jika diinstruksikan.

11. Pertahankan pendikatan yang tenang dan konsisten terhadap klien.

12. Tinjau kembali intervensi penanganan krisis dengan tim krisis.

13. Proses kejadian dengan klien lain dan staf harus tepat.

14. Secara bertahap mengintergrasikan kembali klien dengan lingkungan.

Seclusion

Pengekanan Fisik

Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam,

pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei

pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan di mana

klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri).

Page 6: MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

Jenis pengekangan mekanik :

- Camisoles (jaket pengekang)

- Manset untuk pergelangan tangan,

- Manset untuk pergelangan kaki, dan

- Menggunakan sprei.

Indikasi pengekangan :

1. Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.

2. Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan.

3. Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan

klien untuk beristirahat, makan, dan minum.

4. Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal. Pastikan tindakan

ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik.

Pengekangan dengan sprei basah atau dingin.

Klien dapat diimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam lapisan

sprei dan selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas sprei yang telah diremdam

dalam air es. Walaupun mula-mula terasa dingin, balutan segera menjadi hangat

dan menenangkan. Hal ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang tidak

dapat dikendalikan dengan obat.

Intervensi keperawatan :

1. Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit di atas tempat tidur yang

tahan air.

2. Balutkan sprei pada tubuh klien dengan rapid an pastikan bahwa

permukaan kulit tidak saling bersentuhan.

3. Tutupi sprei basah dengan selapis selimut.

4. Amati klien dengan konstan.

Page 7: MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

5. Pantau suhu, nadi, dan pernapasan. Jika tampak sesuatu yang bermakna,

buka pengekangan.

6. Berikan cairan sesering mungkin.

7. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang.

8. Kontak verbal dengan suara yang menenangkan.

9. Lepaskan balutan setelah lebih kurang 2 jam.

10. Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian.

Restrains

Tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau

restrain manual terhadap pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter bila diharuskan

karena kebijakan insitusi.

Isolasi

Adalah menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar

atas kemauannya sendiri. Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari penempatan

dalam ruangan yang tertutup tapi tidak terkunci sampai pada penempatan dalam

ruang terkunci dengan kasur tanpa sprei di lantai, kesempatan berkomunikasi yang

dibatasi, dan klien memakai pakaian RS atau kain terpal yang berat.

Indikasi penggunaan :

- Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan klien atau

orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi

pengendalian yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan,

- Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh klien.

Kontraindikasi :

- Kebutuhan untuk pengamatan masalah medic.

- Risiko tinggi untuk bunuh diri.

- Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori.

- Hukunan.

Evaluasi

Page 8: MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

Mengukur apakah tujuan dan criteria sudah tercapai. Perawat dapat

mengobservasi perilaku klien. Di bawah ini beberapa perilaku yang dapat

mengindikasikan evaluasi yang positif :

1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien.

2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.

3. Sudahkan klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada yang

lain.

4. Buatlah komentar yang kritikal.

5. Apakah klien sudah mampu mengekpresikan sesuatu yang berbeda.

6. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi

perasaan marahnya.

7. Mampu mentoleransi rasa marahnya.

8. Konsep diri klien sudah meningkat.

9. Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat.

Pengekangan menggunakan tali

Klien dapat diimobilisasi dengan mengikat ekstremitas dengan tali. Pasien

dibaringkan ditempat tidur kemudian diikat menggunakan tali, pengikatan ini

bertujuan untuk menenangkan pasien meskipun awalnya terasa menykitkan. Hal

ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang tidak dapat dikendalikan

dengan obat.

Intervensi keperawatan :

1. Ajak pasien komunikasi, tanyakan hal yang menyebabkan klien marah.

2. Jika klien tetap amuk dan ingin menyerang baringkan pasien ditempat

tidur

3. lakukan viksasi pada pasien dengan bantuan tim dengan tetap leader

berkomuikasi dengan pasien

4. Viksasi ekstremitas pasien dimulai dari bagian terkuat dari pasien dimulai

dari tangan kanan pasien kaki kanan, tangan kiri dan kaki kiri

5. Amati pasien dengan konstan

6. Observasi tanda vital seperti TD, suhu, nadi dan pernafasan

Page 9: MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

7. Dengan tetap mempertahan kan komunikasi verbal yang menyenankan

dengan pasien dan pertahan kan lingkungan yang tenang bagi pasien

8. Jika pasien masih tetap amuk suntukkan obat relaksan

9. Lepas viksasi jika pasien sudah mulai tenang

10. Buat janji dengan pasien jika viksasi dilepas tidak akan amauk lagi

11. Lepas viksasi dimulai dari anggota ekstremitas terlemah dimulai dari kaki

kiri, tangan kiri, kaki kanan dan tangan kanan

12. Bantu klien mengontrol amarah

ROLE PLAY MANAJEMEN PERILAKU KEKERASAN

Leader :

Anggota Tim :

Pasien :