128
MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis Sejarah Sistem Pembinaan Qâdi Periode 138 H-632 H) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : AISYAH YUSRIYYAH AKHDAL NIM. 1112044100016 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

  • Upload
    votuyen

  • View
    241

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA

(Analisis Sejarah Sistem Pembinaan Qâdi Periode 138 H-632 H)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

AISYAH YUSRIYYAH AKHDAL

NIM. 1112044100016

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA

(Analisis Sejarah Sistem Pembinaan QA/i Periode 138 H-632 H)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

Aisvah Yusriwah AkhdalNrM. 1112044100016

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 Hl20t6l{

1991031002

Page 3: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skipsi yang berjudul "Manajemen Peradilan Islam di Andalusia (Analisis

Sejarali Sistem Pembin aan QAQi Periode 138 H-632 H)" telah diajukan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 03 Juni 2016 M/26 Sya'ban 1437 H. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program

Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ahwal al-Syakhshiyyah.

Jakarta, 03 Juni 2016

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

PANITIA UJIAN

Ketua

Sekretaris

Pembimbing

Penguji I

Penguji II

Dr. H. Abdul Halim. M.Ag.NrP. 19670608199403 1 005

Arip Purkon. M.A.NtP. 1 97 9 0427 2003 121 002

Drs. Norvamin Aini. M.A.NIP. 196303051 991 031002

Dr. H. Ahmad Tholabi. S.H.. M.H.. M.A.NIP. 1 97608072003 121 00 I

Dr. Diawahir Hejazziev. S.H.. M.A.. M.H.NIP. r955i01s1979031002

:.............)

(......... ...............)

Page 4: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengaa ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkaa

sesuai dengan kebutuhan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syaril Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri IUIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03'Juni 2016 M26 Sya'ban 1437 H

Page 5: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

ABSTRAK

Aisyah Yusriyyah Akhdal. NIM 1112044100016. MANAJEMEN

PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (ANALISIS SEJARAH SISTEM

PEMBINAAN QÂDI PERIODE 138 H-632 H). Program Studi Hukum Keluarga,

Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M. xi + 117 halaman.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui praktik manajemen peradilan Islam

di Andalusia melalui sistem pembinaaan para qâdi yang berlaku di sana. Secara

khusus, skripsi ini mendata para qâdi yang pernah bertugas di wilayah yurisdiksi

Andalusia. Skripsi ini juga menganalisa sentra-sentra peradilan yang tersebar di

berbagai kota Andalusia dan mengklasifikasikannya ke dalam yurisdiksi tingkat

pertama dan tingkat banding. Terakhir, skripsi ini mendeskripsikan sistem

pembinaan (mutasi-promosi) para qâdi yang berlaku di Andalusia.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) melalui

pendekatan kesejarahan (historical approach). Penelitian ini menggunakan

metode pengumpulan data berupa studi dokumen dan data yang diperoleh dari

penelitian kepustakaan diolah menggunakan metode analisis isi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kurun waktu ±500 tahun (138 H

/756 M-632 H/1235 M), tercatat sebanyak 165 qâdi yang pernah bertugas di

sentra-sentra peradilan di Andalusia. Sentra-sentra peradilan tersebut tersebar di

sejumlah kota, baik di tingkat kabupaten atau provinsi, serta terbagi ke dalam

yurisdiksi tingkat pertama dan tingkat banding. Selain itu, sistem pembinaan

(mutasi-promosi) para qâdi yang berlaku di Andalusia memiliki beragam bentuk,

baik sekedar mutasi ke wilayah hukum lain yang sederajat, atau bahkan promosi

ke wilayah hukum yang lebih besar dan disertai dengan kenaikan jenjang jabatan.

Kata Kunci : Peradilan Islam, Andalusia, Sentra Peradilan, Pembinaan,

Mutasi, Promosi, Qâdi.

Pembimbing : Drs. Noryamin Aini, M.A.

Daftar Pustaka : Tahun 1966 s.d. Tahun 2014.

Page 6: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah

mencurahkan nikmat jasmani dan ruhani kepada kita semua. Salawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan bagi

seluruh umat manusia. Sungguh, penyelesaian skripsi “Manajemen Peradilan

Islam di Andalusia (Analisis Sejarah Sistem Pembinaan Qâdi Periode 138 H-

632 H)” tidak terlepas dari dukungan moril dan materil dari berbagai pihak. Untuk

itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-

tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. dan Arip Purkon, M.A., Ketua dan Sekretaris

Program Studi Hukum Keluarga yang senantiasa mengarahkan, membimbing

serta membina para mahasiswa/i dengan semangat juang yang tinggi.

3. Drs. Noryamin Aini, M.A., dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan banyak ide, gagasan serta kritik yang membangun semangat

ingin tahu penulis selama masa penulisan skripsi ini. Lebih dari itu, Beliau

juga senantiasa memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengakses

literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini yang ada di perpustakaan

pribadi milik Beliau. Bahkan di tengah kesibukannya mengikuti Visiting

Fellow di Australian National University, Beliau tetap meluangkan waktu dan

memberikan usaha yang tidak sedikit untuk mendapatkan bahan-bahan yang

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Di atas itu

Page 7: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

vii

semua, penulis merasa sangat bersyukur mendapatkan kesempatan singkat

untuk belajar banyak hal selama berada di bawah bimbingan beliau. Semoga,

seluruh usaha dan kerja keras Beliau menjadi amal salih baginya dan Beliau

mendapatkan pahala yang sebaik-baiknya.

4. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum yang telah memberikan fasilitas yang memadai, sehingga penulis

dapat melakukan studi kepustakaan dengan baik.

5. Hj. Rosidana, M.A., Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa

menyemangati penulis serta memberikan arahan, bimbingan, dan konsultasi

bagi penulis selama menjalani masa studi.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

banyak ilmu dan wawasan yang akan menjadi bekal bagi penulis untuk

melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi serta terjun langsung ke

masyarakat.

7. H. Akhdal dan Hj. St. Rabiah Nur, orang tua penulis yang telah memberikan

amanah dan kepercayaan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di

Program Studi Hukum Keluarga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keduanya

tidak pernah patah semangat untuk selalu berusaha memberikan pendidikan

yang lebih baik bagi putra putrinya, serta tidak putus-putusnya memanjatkan

doa demi kesuksesan penulis dan saudara-saudaranya. Tidak lupa, penulis

juga ucapkan rasa terima kasih kepada kakak dan adik penulis, Anisa Mariani

Akhdal dan Ahmad Syarif Nasrullah Akhdal. Keduanya selalu menjadi

motivasi, kebanggaan, dan semangat penulis.

Page 8: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

viii

8. Amirul Yaqin Falsafiyya Hill, S.S. yang banyak memberikan bantuan moril

dan materil dan senantiasa meluangkan waktunya untuk menjadi teman

diskusi penulis. Ia juga selalu mengarahkan dan memotivasi penulis untuk

menghasilkan karya yang lebih baik.

9. Seluruh rekan mahasiswa/i angkatan 2012. Terkhusus kawan-kawan

mahasiswa/i Kelas Peradilan Agama A 2012, penulis sampaikan terima kasih

karena telah menemani dan mengiringi penulis dalam suka dan duka selama

empat tahun menempuh studi di Program Studi Hukum keluarga.

10. Rekan-rekan Moot Court Community (MCC) Fakultas Syariah dan Hukum.

11. Teman-teman KKN Kebangsaan “Laskar Jatibaru” 2015.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangsih yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam

bidang hukum keluarga Islam. Selain itu, penulis mengharapkan kritik serta saran

yang membangun dari seluruh pembaca dalam rangka perbaikan dan

penyempurnaan kualitas tulisan ini.

Jakarta, 03 Juni 2016 M

26 Sya’ban 1437 H

Penulis

Page 9: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 9

C. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 13

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ............................................ 14

F. Metode Penelitian ........................................................................ 16

G. Teknik dan Sistematika Penulisan .............................................. 21

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 24

A. Peradilan ..................................................................................... 24

B. Mutasi ......................................................................................... 30

C. Promosi ....................................................................................... 38

BAB III KEKHALIFAHAN ISLAM DI BARAT (ANDALUSIA)........... 46

A. Sejarah Singkat Penaklukan Andalusia ....................................... 46

Page 10: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

x

B. Pembagian Wilayah Administrasi Andalusia ............................. 56

C. Sejarah Singkat Peradilan Islam di Andalusia ............................ 63

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI .............................................. 70

A. Para Qâdî di Wilayah Yurisdiksi Andalusia ............................... 70

B. Sentra-sentra Peradilan Islam di Andalusia ................................. 95

C. Sistem Pembinaan (Mutasi-Promosi) Para Qâdi di Andalusia..... 99

D. Konstruksi Peradilan Islam di Andalusia (refleksi akhir) ......... 101

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 109

A. Kesimpulan................................................................................ 109

B. Saran .......................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112

Page 11: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tinjauan Studi Terdahulu...................................................................... 15

Tabel 4.1 Para Qâdi di Wilayah Yurisdiksi Andalusia ......................................... 71

Tabel 4.2 Para Qâdi di Andalusia Timur (menurut tahun penugasan) ................. 87

Tabel 4.3 Para Qâdi di Andalusia Tengah (menurut tahun penugasan) ............... 88

Tabel 4.4 Para Qâdi di Andalusia Barat (menurut tahun penugasan) ................... 93

Tabel 4.5 Para Qâdi di Afrika, Maghribi (menurut tahun penugasan) ................. 94

Tabel 4.6 Sentra-sentra Peradilan Islam di Andalusia .......................................... 97

Tabel 4.7 Data Perpindahan Para Qâdi ................................................................. 99

Page 12: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada masyarakat, di situ ada hukum yang

mengatur. Pada hakikatnya, hukum tidak lain adalah perlindungan kepentingan

manusia, yang berbentuk kaidah atau norma. Individu dan masyarakat dalam

skala besar memiliki kepentingan-kepentingan yang tidak mustahil

menimbulkan gesekan atau pertentangan antara satu dengan yang lainnya, serta

cenderung menyebabkan kerugian. Perlindungan terhadap kepentingan itu

dapat tercapai apabila terbentuk suatu peraturan hidup atau kaidah yang disertai

sanksi yang bersifat mengikat bahkan memaksa, dan lembaga peradilan adalah

elemen penting untuk menjamin perlindungan terhadap kepentingan itu.

Secara umum, lembaga peradilan adalah alat kelengkapan negara yang

bertugas dalam memastikan tegaknya supremasi hukum. Dalam suatu negara,

keberadaan lembaga peradilan merupakan hal yang sangat krusial karena

lembaga ini bertindak untuk menyelesaikan segala sengketa yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat dan menghukum orang-orang yang melanggar hukum

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dengan adanya suatu lembaga

peradilan, penegakan hukum di tengah masyarakat diharapkan dapat terjamin

dan berjalan sebagaimana mestinya, sehingga hak-hak (baik perorangan atau

kolektif) dari suatu komunitas masyarakat dapat terlindungi, baik dari sesama

atau dari penguasa yang memiliki otoritas.

Page 13: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

2

Pada dasarnya, peradilan telah lama dipraktikkan dan merupakan suatu

kebutuhan hidup bermasyarakat. Suatu pemerintahan tidak dapat berdiri tanpa

adanya peradilan, karena peradilan merupakan wadah penyelesaian sengketa

yang sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Suatu negara yang tidak

mengindahkan keberadaan lembaga peradilan, atau mungkin meremehkan

peranannya, maka roda pemerintahan negara tersebut tidak akan berjalan

dengan baik. Kehidupan bermasyarakat akan kacau dan tidak menentu yang

disebabkan oleh tidak adanya keadilan dan kepastian hukum, sehingga

ketertiban dan kedamaian tidak akan terwujud. Akhirnya, lembaga peradilan

dalam suatu negara diharapkan dapat menegakkan supremasi hukum, sebab

dengan tegaknya hukum dalam suatu negara, maka keadilan akan terwujud.

Pembahasan seputar peradilan, dengan beraneka jenis dan tingkatannya,

selalu berkaitan dengan individu hakim yang memiliki kedudukan sentral

dalam bidang peradilan. Dalam lembaga peradilan yang notabene adalah

sebuah organisasi, para hakim tidak luput dari sistem perpindahan, baik

sekedar mutasi atau bahkan promosi. Setiap individu yang ingin menjadi hakim

harus siap mental dan fisik untuk ditempatkan dan dipindahkan, baik dari suatu

wilayah ke wilayah lain, atau dari suatu jabatan ke jabatan yang lain. Secara

umum, sistem yang demikian diharapkan dapat menjadi penyegaran bagi tiap

hakim yang bertugas sehingga tidak jenuh atau bosan berada di suatu tempat

tanpa adanya suatu perpindahan. Hal tersebut secara tidak langsung akan

mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok hakim dalam memberikan pelayanan

hukum dan keadilan bagi masyarakat.

Page 14: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

3

Selanjutnya, dalam rangka pembinaan hakim, keberadaan sistem nilai

dan norma yang hidup dalam masyarakat perlu mendapat perhatian. Oleh

karena itu, keterlibatan para hakim dalam pergulatan di tiap-tiap daerah sentral

harus dijadikan kunci yang dikaitkan dengan perwilayahan sistem rekruitmen

hakim. Konsekuensi dari hal tersebut adalah adanya pemetaan daerah-daerah

atau wilayah-wilayah yang akan menjadi wilayah hukum atau sentra peradilan

bagi seorang hakim, baik pada peradilan umum atau peradilan agama.

Dalam konteks peradilan agama, capaian sistem peradilan yang ada

sekarang tidak bisa terlepas dari sejarah peradilan Islam dengan segenap

dinamikanya di negara-negara yang pernah menjadi wilayah kekuasaan Islam.

Adalah Andalusia - yang pada masa sekarang dikenal sebagai Spanyol dan

Portugal - salah satu pusat kekuasaan Islam yang terbesar di benua Eropa

dalam lintas sejarah Islam.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa ternyata benua ini pernah

menyimpan jejak sejarah kejayaan kekuasaan Islam. Dalam sejarah peradaban

Islam, ekspansi pasukan Islam ke wilayah Andalusia merupakan serangan

terakhir dan paling dramatis dari seluruh operasi militer yang pernah djalankan

oleh orang-orang Arab. Serangan ke Andalusia disebut sebagai puncak

ekspansi umat Islam ke wilayah Afrika-Eropa, seperti halnya penaklukan

Turkistan yang merupakan titik terjauh ekspansi ke kawasan Afrika-Asia.1

1 Philip K Hitti, History of Arabs, Penerjemah R. Cecep Lukman dan Dedi Slamet Riyadi,

(Jakarta: Serambi, 2006), h. 615.

Page 15: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

4

Selama kurang lebih tujuh setengah abad (92-897 H/711-1492 M)2 Islam

memainkan peranan yang sangat besar di Andalusia. Ekspansi besar-besaran di

semenanjung Iberia tersebut menjadi awal kelahiran komunitas besar

masyarakat muslim yang pada awalnya masih tunduk pada pemerintahan Bani

Umayyah di Damaskus. Seiring dengan keruntuhan Bani Umayyah, Andalusia

kemudian berdiri sebagai sebuah pemerintahan Islam yang mandiri dan tidak

tunduk pada pemerintahan pusat yang dikuasai oleh Bani Abbasiyah. Bentuk

pemerintahan pada waktu itu adalah kerajaan. Sebuah kerajaan dalam

bentuknya yang paling sederhana tetap akan memunculkan persoalan-persoalan

terkait siapa yang berwenang untuk menjalankan pemerintahan? siapa yang

berwenang untuk menyelesaikan masalah bila terjadi sengketa? atau bahkan

bila suatu peraturan akan dibuat/dikeluarkan, bagaimana mekanisme yang

dilakukan?

2 Dalam penelitian ini, penulis selalu berusaha menyajikan data tahun selengkap mungkin,

baik versi Hijriah atau Masehi. Untuk merealisasikan hal tersebut, penulis menggunakan sebuah

software/program sebagai alat bantu, yaitu program Accurate Times (Versi 5.3.9) yang dibuat

oleh Ir. Muhammad Syaukat „Audah. Ia akrab disapa Mohammad Odeh, seorang pakar falak di

dunia Islam yang memiliki perhatian besar terhadap persoalan hisab, rukyat dan kalender hijriah

terpadu di dunia Islam. Pada tahun 1998, Odeh mendirikan sebuah lembaga penelitian dan

observasi hilal ICOP (Islamic Crescents‟ Observation Project). Hingga saat ini lembaga tersebut

telah memiliki ratusan ilmuwan yang terdiri dari pakar ilmu falak dan individu-individu yang

intens dalam penelitian dan pengkajian hilal dari berbagai negara di dunia. Adapun Accurate

Times merupakan program terintegrasi yang digunakan untuk menghitung dan menentukan waktu

pada aplikasi ibadah sehari-hari. Program yang dibuat oleh Mohammad Odeh dari Jordanian

Astronomical Society (JAS) ini memiliki kemampuan menghitung: 1). Waktu Shalat (Fajar, Suruq,

Zuhur, Ashar, Magrib dan Isya); 2). Fase Bulan (Geosentrik dan Toposentrik); 3). Waktu Matahari

(Terbit, Transit, Tenggelam, Twilight); 4). Waktu bulan (Terbit, Transit, Tenggelam); 5). Data

Visibilitas Hilal “old & new moon”; 6). Peta Visibilitas Hilal Dunia “old & new moon”; 7).

Ephemeris bulan dan matahari; 8). Arah kiblat dari suatu lokasi; 9). Waktu menentukan arah kiblat

dengan bayangan mahari; 10). Konversi Kalender Masehi-Hijriyah dan sebaliknya; 11).

Menyuarakan adzan saat waktu shalat tiba; dan 12). Alarm menjelang waktu shalat. Program ini

memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan hanya berselisih beberapa detik dari data almanak

astronomi. Lihat Mohammad Ilyas, Astronomy of Islamic Calendar, (Kuala Lumpur: AS-

Noordeen, 1997), h. 23.

Page 16: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

5

Aspek hukum yang mewarnai Andalusia pada masa kekuasaan Islam di

sana sangat beragam. Namun, aspek yang paling krusial untuk dicermati dan

dikritisi adalah aspek peradilan. Betapa tidak, pada masa itu, di berbagai

wilayah kekuasaan Islam, pergerakan sentra-sentra peradilan Islam menjadi

basis pergerakan Islam itu sendiri. Para qâdi (hakim)3 yang tersebar di berbagai

kota atau daerah mengemban tugas untuk menegakkan hukum sekaligus

menyebarluaskan ajaran Islam. Bahkan, sebuah penelitian yang dilakukan oleh

Rachid El Hour menunjukkan bahwa para qâdi Andalusia dalam kurun waktu

tertentu memainkan peranan yudisial sekaligus politis secara bersamaan.

Adanya dualisme peran yang dimainkan oleh para qâdi, menurut Rachid El

Hour, tergantung pada seberapa penting kota-kota yang ditinggali oleh qâdi

yang bersangkutan.4

3 Term qâdi dan hakim dianggap sebagai dua kata yang bersinonim, sehingga keduanya

kerap dipergunakan secara bergantian tanpa dibedakan satu sama lain. Akan tetapi, hemat penulis,

terdapat perbedaan mendasar yang mempengaruhi penggunaan kedua kata tersebut. Term “hakim”

berasal dari bahasa Arab dan secara etimologi memiliki dua pengertian. Pertama, sebagai orang

yang membuat, menetapkan dan menciptakan hukum sekaligus sebagai sumber hukum itu sendiri

,Kedua, sebagai orang yang menemukan, menjelaskan .(واضع األحكبم ومثبتهب ومنشئهب و مصدرهب)

memperkenalkan serta menyingkapkan hukum (مدرك األحكبم ومظهرهب ومعرفهب والمكشف عنهب). Lihat

Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2005), h. 87. Hakim dari segi makna

yang pertama dikenal sebagai Syâri‟ atau al-Hâkim (Allah). Sedangkan hakim dari segi makna

yang kedua dikenal sebagai legislator yang bertugas mengeluarkan norma/aturan. Selain itu, para

pakar hukum Islam telah sepakat bahwa tugas utama lembaga peradilan (al-qadâ`) adalah

penegakan hukum syara‟, bukan penetapannya (dalam artian menetapkan suatu hukum yang

belum ada atau yang biasa disebut dengan “tasyrî‟ al-hukm”). Lihat Alaiddin Koto, Sejarah

Peradilan Islam, Ed. I Cet. I, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 34. Muhammad Salam Madkur, al-

Qadâ` fi al-`Islâm, Penerjemah Imron AM, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), h. 20. T. M. Hasbi

Ash Shiddeqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Ed. II Cet. II, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,

2001), h. 34. Sejauh pengamatan penulis, dalam berbagai literatur fiqh tradisional, individu yang

diberi amanah untuk mengurusi perkara peradilan dan menyelesaikan sengketa disebut sebagai

“qâdi.” Sementara term “hakim” hanya digunakan bila merujuk kepada individu yang bertugas

membuat atau mengeluarkan suatu norma/aturan. Berdasarkan uraian tersebut, dan untuk

mengintegrasikan pemahaman dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan term “qâdi” yang

dalam konteks Indonesia lebih dikenal dengan “hakim.”

4 Rachid El Hour, “The Andalusian Qâdi in the Almoravid Period: Political and Judicial

Authority,” Studia Islamica, No. 90 (2000): h. 83.

Page 17: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

6

Hal tersebut kemudian mengundang pertanyaan-pertanyaan besar seperti,

apakah pada masa pemerintahan Islam di Andalusia terdapat sentra-sentra

peradilan? kota-kota apa saja yang menjadi sentra-sentra peradilan Islam di

Andalusia? layaknya hakim pada masa sekarang, apakah sistem perpindahan

– baik mutasi atau promosi – juga berlaku bagi para qâdi Andalusia pada

waktu itu? bila iya, bagaimana penerapan sistem mutasi dan promosi di

sentra-sentra peradilan Andalusia? apakah terdapat pola hubungan antara

satu qâdi dengan qâdi lainnya yang bertugas di sentra-sentra peradilan Islam

di Andalusia? bagaimana silsilah dan mekanisme pengangkatan qâdi di

sentra-sentra peradilan tersebut?

Adapun terkait silsilah dan mekanisme pengangkatan qâdi, pada

dasarnya suatu jabatan/kedudukan (termasuk jabatan seorang qâdi) kerap

diperoleh melalui dua cara. Kedua cara yang dimaksud adalah pewarisan

(ascribed status) dan pencapaian (achieved status).5 Namun, dalam sistem

peradilan tradisionalis, jabatan qâdi kerap diperoleh/diberikan lantaran latar

belakang keluarga seseorang (ascribed status).

Latar belakang keluarga yang dimaksud dapat berupa dominasi

marga/klan tertentu di suatu wilayah/daerah. Masyarakat di suatu

wilayah/daerah yang memiliki rumpun/klan tertentu akan lebih condong

kepada individu yang berasal dari rumpun/klan yang dominan. Kondisi yang

demikian kemudian menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti, apakah

terdapat dominasi suatu marga tertentu di kalangan para qâdi yang bertugas

5 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi; Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta:

Prenada Media, 2004), h.137.

Page 18: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

7

di wilayah yurisdiksi Andalusia? bila ada, marga/rumpun apa yang paling

dominan? apakah komunitas masyarakat Islam di Andalusia memiliki peran

atau bahkan intrik dalam proses pengangkatan atau penurunan qâdi dengan

marga tertentu?

Kemudian, dalam lintas sejarah, pemerintahan Islam di seluruh wilayah

pada saat itu tidak memiliki sebuah lembaga yang kewenangannya khusus

untuk mengeluarkan sebuah peraturan. Qâdi, yang pada masa sekarang terbatas

pada individu yang menyelesaikan sengketa, pada saat itu justru melakukan

double task dengan merangkap sebagai seorang mufti atau legislator. Agaknya,

hal tersebut yang kemudian menyebabkan penetapan-penetapan hukum pada

masa itu tidak memiliki kecenderungan untuk dilakukan secara kolektif

sebagaimana yang diterapkan pada masa sekarang, akan tetapi dilakukan secara

individual.

Kondisi yang demikian juga berlaku bagi pemerintahan Islam di

Andalusia. Wilayahnya yang sangat luas dan terdiri dari kota-kota yang relatif

besar tidak memungkinkan bagi persoalan-persoalan hukum di Andalusia

untuk dikelola atau diselesaikan langsung oleh pusat pemerintahan Islam yang

terletak di Timur.

Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Christian Muller

menunjukkan bahwa pada pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia, para

qâdi di Cordova ditunjuk dan dipecat langsung oleh penguasa (khalifah).6

Senada dengan Christian Muller, M. Isabel Calero Secall dari Universitas

6 Christian Muller, “Judging with God‟s Law on Earth: Judicial Powers of The Qâdî al-

Jamâ‘a of Cordova in the Fifth/Eleventh Century,” Islamic Law and Society 7 (2000): h. 162.

Page 19: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

8

Malaga memaparkan dalam penelitiannya bahwa selama kepemimpinan Bani

Nasrid di Granada (salah satu kota di Andalusia), seorang penguasa (sultan)

memiliki kekuasaan untuk menunjuk atau memecat para qâdi, baik qâdi yang

bertugas di daerah (local qâdis) atau qâdi yang bertugas di pusat pemerintahan

(chief qâdis).7

Sejumlah penelitian tersebut kemudian melahirkan pertanyaan-

pertanyaan lanjutan, seperti siapa yang berwenang untuk mengangkat atau

memberhentikan qâdi di sentra-sentra peradilan Andalusia? Apa yang menjadi

kriteria atau syarat bagi pengangkatan para qâdi di sentra-sentra peradilan

Andalusia? bagaimana hubungan antara para qâdi dan penguasa di

Andalusia? apakah penguasa memiliki kewenangan untuk mengintervensi

jalannya proses peradilan di Andalusia? bagaimana kewenangan yang dimiliki

oleh seorang qâdi, baik absolut atau relatif, pada masa pemerintahan Islam di

Andalusia? apakah terdapat pola hubungan kekeluargaan antara penguasa

yang berwenang dengan qâdi yang bertugas di sentra peradilan Islam di

Andalusia pada masa itu?

Segenap pertanyaan terkait sejarah perkembangan peradilan Islam di

Andalusia serta minimnya kontribusi para pemerhati sejarah yang menulis

tentang perkembangan peradilan Islam di Andalusia menjadi titik tolak penulis

untuk mengangkat tema skripsi “MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI

ANDALUSIA.”

7 M. Isabel Calero Secall, “Rulers and Qâdis: Their Relationship During The Nasrid

Kingdom,” Islamic Law and Society 7 (2000): h. 255.

Page 20: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

9

B. Identifikasi Masalah

Selanjutnya, penulis mencoba mengidentifikasi masalah-masalah yang

berpeluang muncul seputar penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana kedudukan peradilan dalam sistem pemerintahan Islam di

Andalusia?

2. Bagaimana mekanisme pengangkatan qâdi di sentra-sentra peradilan Islam

di Andalusia?

3. Apakah terdapat dominasi suatu marga tertentu di kalangan para qâdi yang

bertugas di wilayah yurisdiksi Andalusia? bila ada, marga/rumpun apa

yang paling dominan?

4. Apakah komunitas masyarakat Islam di Andalusia memiliki peran atau

bahkan intrik dalam proses pengangkatan dan penurunan qâdi dengan

marga tertentu?

5. Siapa yang berwenang mengangkat atau menurunkan qâdi di sentra-sentra

peradilan Andalusia?

6. Apa yang menjadi kriteria/syarat dalam pengangkatan para qâdi di sentra

peradilan Andalusia?

7. Berapa lama masa jabatan para qâdi yang bertugas di sentra peradilan

Andalusia?

8. Apakah terdapat perbedaan antara sistem pengangkatan qâdi yang bertugas

di daerah dengan qâdi yang bertugas di pusat pemerintahan?

9. Bagaimana hubungan antara para qâdi yang bertugas di daerah dan pusat

pemerintahan di Andalusia?

Page 21: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

10

10. Apa kriteria dalam pelaksanaan mutasi dan promosi bagi para qâdi yang

bertugas di sentra-sentra peradilan Andalusia?

11. Apakah penguasa memiliki kewenangan untuk mengintervensi proses

peradilan di Andalusia?

12. Bagaimana kewenangan para qâdi, baik absolut atau relatif, dalam

menyelesaikan perkara di sentra peradilan Islam di Andalusia?

13. Apa yang menjadi sumber hukum yang digunakan para qâdi dalam

memutus perkara di sentra peradilan Islam di Andalusia?

14. Bagaimana mekanisme pengaturan gaji para qâdi?

15. Siapa yang memiliki kewenangan untuk melakukan peninjauan kembali

terhadap putusan qâdi terdahulu di Andalusia?

16. Bagaimana mekanisme peninjauan kembali putusan qâdi terdahulu di

sentra peradilan Andalusia?

17. Apa kriteria putusan qâdi yang dapat ditinjau kembali?

18. Apa mazhab yang paling mendominasi dalam penyelesaian perkara oleh

para qâdi di sentra peradilan Andalusia?

19. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa bagi para pihak yang

memiliki mazhab yang berbeda dengan qâdi yang bertugas?

20. Apakah terdapat pola hubungan kekeluargaan antara satu qâdi dengan qâdi

lainnya yang bertugas di sentra-sentra peradilan Islam Andalusia?

21. Apakah terdapat pola hubungan kekeluargaan antara penguasa yang

berwenang dengan qâdi yang bertugas di Andalusia pada masa itu?

Page 22: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

11

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dipaparkan di atas, persoalan yang timbul seputar Manajemen Peradilan

Islam di Andalusia cukup kompleks dan luas. Oleh karena itu, demi

mempertajam pembahasan, penulis memberikan batasan-batasan sebagai

berikut.

a. Skripsi ini berpijak pada analisis sejarah;

b. Skripsi ini menganalisis sejarah sistem pembinaan (mutasi-promosi) para

qâdi yang bertugas di wilayah yurisdiksi Andalusia, sebagai bagian dari

manajemen peradilan Islam;

c. Sumber utama skripsi ini adalah kitab Târîkh Qudât al-`Andalus karya

Ibn al-Hasan al-Nabâhî al-`Andalusiy (w. 793 H/1390 M), dan kitab

Târîkh „Ulamâ` al-`Andalus karya Ibn al-Fardî Ibn al-Walîd al-`Azadiy

(w. 403 H/1012 M).

d. Rentang waktu objek penelitian dalam skripsi ini adalah sejak

pemerintahan Bani Umayyah II (138 H/756 M) hingga akhir kekuasaan

dinasti Muwahhidûn (632 H/1235 M) di Andalusia.

Pembatasan waktu tersebut didasarkan pada 2 (dua) hal:

1) Pada masa sebelumnya bukan berarti proses peradilan belum ada di

tengah masyarakat Muslim Andalusia. Akan tetapi, dalam kurun

waktu sekitar setengah abad lamanya (Islam masuk ke Andalusia pada

92 H/711 M), fokus perhatian dan tenaga umat Islam ditujukan untuk

Page 23: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

12

menaklukkan keseluruhan negeri Andalusia. Selain itu, sebagai

sebuah daerah kekuasaan Islam yang baru, setelah sebelumnya

dikuasai oleh kaum Kristen, Andalusia bayak diwarnai pergolakan

politik internal dan eksternal. Pemberontakan banyak terjadi di

berbagai kota Andalusia yang masyarakatnya menolak pemerintahan

Islam. Perebutan kekuasaan sesama kaum Muslim juga turut

memperlambat stabilitas politik di Andalusia. Dengan kondisi yang

demikian, menjadi sebuah kewajaran bahwa proses peradilan pada

masa itu masih dipegang atau dikelola langsung oleh penguasa di tiap

daerah atau kota.

2) Setelah keruntuhan dinasti Muwahhidûn, satu persatu kota-kota besar

di Andalusia jatuh ke tangan penguasa Kristen. Keruntuhan dinasti

Muwahhidûn merupakan titik awal hilangnya sistem pemerintahan

Islam di kota-kota Andalusia, meskipun Andalusia baru dikuasai

secara keseluruhan dalam waktu 2 abad setelahnya.

e. Fokus wilayah dari skripsi ini adalah Andalusia, sebuah wilayah di

Semenanjung Iberia. Andalusia terdiri dari sejumlah kota besar yang

terkenal hingga saat ini, seperti Granada, Cordova, Toledo dan lain

sebagainya yang akan dijelaskan secara lebih rinci pada pembahasan bab

III penelitian ini.

Page 24: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

13

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasinya, dan batasan-

batasannya yang telah dikemukakan di atas, fokus permasalahan skripsi ini

adalah sebagai berikut.

a. Siapa saja qâdi yang pernah bertugas di wilayah yurisdiksi Andalusia?

b. Kota-kota apa saja yang menjadi sentra-sentra peradilan Islam di

Andalusia? Peradilan di daerah mana saja yang termasuk yurisdiksi

tingkat pertama dan yurisdiksi tingkat banding?

c. Bagaimana sistem pembinaan (mutasi-promosi) para qâdi yang berlaku

di Andalusia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan

tertentu, terlebih lagi dalam suatu penelitian. Berdasarkan latar belakang dan

rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui para qâdi yang pernah bertugas di wilayah yurisdiksi

Andalusia.

b. Untuk mengetahui kota-kota yang menjadi sentra-sentra peradilan Islam

di Andalusia, serta peradilan yang termasuk yurisdiksi tingkat pertama

dan yurisdiksi tingkat banding.

c. Untuk mengetahui sistem pembinaan (mutasi-promosi) para qâdi yang

berlaku di Andalusia.

Page 25: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

14

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang

peradilan serta memperluas wawasan terkait perkembangan pengelolaan

peradilan Islam yang menjadi ranah hukum keluarga Islam. Hal tersebut

dikarenakan penelitian ini akan memperjelas teori-teori yang berkaitan

dengan manajemen peradilan Islam, khususnya sistem pembinaan

(mutasi-promosi) para qâdi.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih yang

besar bagi dunia peradilan Islam yang dalam konteks Indonesia sekarang

lebih dikenal dengan peradilan agama. Lebih dari itu, hasil penelitian ini

dapat menjadi salah satu rujukan dalam persoalan praktik pembinaan

para hakim. Hal tersebut menjadi krusial dikarenakan para hakim

memegang peran sentral dalam mewujudkan proses peradilan yang baik

dan keadilan yang menyeluruh.

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Sebelum masuk lebih jauh mengenai pembahasan penelitian ini, penulis

telah melakukan studi pustaka dan mendapati bahwa mayoritas penelitian yang

dilakukan oleh para sejarawan dan sarjana, baik lokal atau internasional, adalah

penelitian mengenai sejarah Islam di Andalusia secara global. Literatur atau

penelitian terkait manajemen peradilan Islam di Andalusia sangat minim, untuk

tidak dikatakan tidak ada. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan sumber-

Page 26: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

15

sumber yang khusus membahas peradilan Islam di Andalusia. Penelitian atau

literatur yang ada hanya membahas sistem peradilan Islam secara global yang

didasarkan pada periode khilâfah tertentu, seperti Abbasiyah dan Umayyah.

Sejauh pengamatan penulis, penelitian terkait persoalan peradilan Islam

dalam lintas sejarah dan persoalan sejarah Islam di Andalusia pernah dilakukan

oleh Siti Nuraviva dan Nikma Arini. Adapun rincian kedua penelitian tersebut

adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1

Tinjauan Studi Terdahulu

No Aspek

Perbandingan Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang

1 Judul Penelitian 1. Siti Nuraviva, Manajemen

Peradilan Islam di Era

Abbasiyah, Skripsi,

Konsentrasi Perbandingan

Mazhab dan Fiqh FSH UIN

Jakarta, 2015.

2. Nikma Arini, Andalusia pada

Masa Kekuasaan Dinasti Al-

Murâbitun (1090-1147),

Skripsi, Konsentrasi Sejarah

dan Peradaban Islam FAH

UIN Jakarta, 2010.

Aisyah Yusriyyah Akhdal,

Manajemen Peradilan Islam

di Andalusia (Analisis

Sejarah Sistem Pembinaan

Qâdi Periode 138 H-632 H),

Skripsi, Konsentrasi

Peradilan Agama FSH UIN

Jakarta, 2016.

2 Fokus penelitian 1. Fokus pada praktik peradilan

pada masa Abbasiyah serta

manajemen hakim yang

berlaku pada masa itu.

2. Fokus pada sejarah

perkembangan umat Islam

pada masa Dinasi al-

Murabitun di Andalusia, serta

sebab-sebab keruntuhan

dinasti tersebut.

Fokus pada praktik

pembinaan (mutasi-promosi)

para qâdi yang pernah

bertugas di sentra-sentra

peradilan Islam Andalusia.

3 Objek penelitian 1. Dinasti Abbasiyah pada

periode pertama (750 M-

847 M).

2. Dinasti al-Murâbitun (1090 M

-1147 M).

Pemerintahan Islam di

Andalusia sejak masa Bani

Umayyah II (138 H/756 M)

hingga akhir kekuasaan

dinasti Muwahhidûn (632

H/1235 M).

Page 27: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

16

4 Metode penelitian 1. Penelitian kepustakaan

(library research)

2. Penelitian kepustakaan

(library research)

Penelitian kepustakaan

(library research).

5 Metode analisis

isi

1. Menggunakan metode analisis

isi kualitatif dan comparative

analysis.

2. Menggunakan metode analisis

isi kualitatif

Menggunakan metode

analisis isi kualitatif.

Selain perbedaan-perbedaan yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini

juga memiliki beberapa kelebihan dibanding penelitian sebelumnya. Pertama,

penelitian ini terfokus mengkaji sejarah peradilan Islam dalam rentang waktu

yang cukup lama (±500 tahun) dan di wilayah tertentu (Andalusia). Kedua,

sumber-sumber penelitian ini, baik primer atau sekunder, ditulis oleh individu

yang memiliki kredibilitas di bidang peradilan Islam. Ketiga, penelitian ini

berusaha untuk menyajikan informasi yang memadai terkait peristiwa, tempat atau

individu yang disebutkan dalam setiap bab pembahasan.

F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).

Penulis berusaha menelaah literatur (kepustakaan), berupa buku-buku,

catatan, dan laporan hasil penelitian-penelitian terdahulu8 yang merekam

jejak sejarah peradilan Islam di Andalusia, khususnya terkait para qâdi yang

pernah bertugas di wilayah yurisdiksi Andalusia.

8 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi dan Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Ghalia

Indonesia, 2002), h. 11.

Page 28: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

17

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kesejarahan (historical approach). Penulis membuat

rekonstruksi sejarah peradilan Islam masa lampau – yang berupa reka ulang

tata administrasi wilayah peradilan beserta para qâdi yang bertugas – secara

sistematis dan objektif. Rekonstruksi yang dimaksud ditempuh dengan cara

mengumpulkan, mengevaluasi, menyintesis dan memverifikasi bukti-bukti

yang terekam dalam sumber primer dan sekunder. Hal tersebut dilakukan

untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang benar.9 Lebih

dari itu, hal tersebut dilakukan demi memahami praktik peradilan pada

zaman sekarang atas dasar praktik pembinaan para qâdi pada era

pemerintahan Islam di Andalusia.

3. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa studi

dokumen. Penulis berusaha memahami serta mencandra dokumen-dokumen

yang memiliki relevansi dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun

data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa informasi yang berkaitan

dengan peradilan Islam di Andalusia dalam kurun waktu tertentu. Informasi

tersebut selanjutnya dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) sumber sebagai

berikut.

9 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Ed. I Cet. XII, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2011), h. 34-35.

Page 29: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

18

a. Sumber Primer

Sumber primer penelitian ini adalah kitab Târîkh Qudât al-

`Andalus atau yang dikenal juga dengan nama al-Marqabah al-„Ulyâ

fîman Yastahiqqu al-Qadâ` wa al-Futyâ`, yang ditulis oleh Ibn al-Hasan

al-Nabâhî al-`Andalusiy. Kitab ini disusun oleh al-Nabâhî pada masa

kesultanan Bani Ahmar di Granada, dan terdiri dari 2 bab pembahasan.

Bab pertama merupakan pembahasan peradilan secara umum, sementara

bab kedua merupakan pemaparan hasil dokumentasi al-Nabâhî tentang

biografi/riwayat hidup dan perjalanan sejumlah qâdi yang pernah

bertugas di sentra-sentra peradilan Andalusia. Bab kedua dari buku ini

secara langsung berkaitan dengan penelitian ini karena di dalamnya

terekam jejak para qâdi Andalusia, dari segi keturunan, capaian serta

prestasi para qâdi tersebut selama mereka menjabat/bertugas di penjuru

Andalusia. Kitab ini merupakan rujukan induk yang sangat otoritatif

tentang sejarah peradilan Islam di Andalusia, di mana substansi kitab ini

dimulai pada masa Bani Umayyah II dan berakhir di penghujung abad

ke-8 Hijriah.

Sungguhpun kitab tersebut menyediakan rangkaian informasi yang

dibutuhkan, tetapi penulis masih merasa adanya kekurangan di beberapa

sisi. Di antara kekurangan yang dimaksud adalah ketiadaan informasi

tahun wafat dan tahun pengangkatan sejumlah qâdi yang disebutkan

dalam kitab tersebut. Kekurangan lain yang ditemukan dalam sumber

primer tersebut adalah penggunaan istilah yang umum dalam penyebutan

Page 30: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

19

beberapa wilayah/tempat, seperti penggunaan istilah “Afrika.” Padahal,

Afrika merupakan wilayah yang sangat luas yang terdiri dari sejumlah

negara dan kota. Hal yang demikian menyulitkan penulis dalam

menganalisis keberadaan para qâdi yang bertugas di suatu daerah tertentu

dalam kurun waktu tertentu.

Kondisi yang demikian menjadi alasan penulis untuk kemudian

menggunakan kitab Târîkh „Ulamâ` al-`Andalus karya Ibn al-Fardî Ibn

al-Walîd al-`Azadiy dalam upaya menghimpun informasi yang akan

melengkapi penelitian ini. Rekam jejak para ulama, fuqahâ` serta perawi

hadis10

yang berasal dari tanah Andalusia terkumpul dalam kitab

tersebut. Informasi dalam kitab tersebut tersusun secara ringkas dan

sistematis (alfabetis); dimulai dari penyebutan nama, kunyah atau

panggilan akrab, silsilah keluarga, tahun kelahiran, ulama tempat

berguru, daerah kelahiran dan tempat belajar, wilayah kekuasaan (bila

pernah memerintah suatu daerah), perjalanan hidup, wilayah hukum (bila

pernah diangkat sebagai qâdi), dan ditutup dengan tahun wafat. Informasi

dalam kitab tersebut, selain melengkapi kekurangan kitab sebelumnya,

juga memudahkan penulis dalam menemukan rincian lain yang relevan

dengan penelitian ini.

10

Di antara sifat-sifat/kriteria-kriteria qâdi yang disepakati adalah seorang qâdi harus

menguasai hukum-hukum syariat yang mencakup ilmu-ilmu `usûl (dasar) dan ilmu-ilmu furû‟

(cabang). Oleh karena itu, dalam lintas sejarah peradilan Islam, para qâdi yang bertugas tidak

hanya memiliki keahlian dalam memeriksa dan memutuskan perkara. Para qâdi tersebut juga

merupakan alim ulama dan fuqahâ` yang ahli, baik dalam epistemologi hukum Islam atau ilmu-

ilmu lainnya. Lihat al-Mâwardî, al-`Ahkâm al-Sultâniyyah wa al-Wilâyât al-Dîniyyah, (Kairo: al-

Maktabah al-Taufîqiyyah, 2006), h. 129. Lihat pula Alaiddin Koto, Sejarah Peradilan Islam, h. 5.

Page 31: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

20

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder penelitian ini berupa informasi dari para ahli

yang telah mendalami atau meneliti perihal sejarah peradilan Islam yang

relevan dengan penelitian ini. Informasi tersebut terdokumentasikan

dalam buku atau catatan penelitian, artikel serta review penelitian.

Sumber-sumber sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

- The Andalusian Qâdi in the Almoravid Period: Political and Judicial

Authority, ditulis oleh Rachid El Hour;

- Tabaqât al-`Umam of Qâdi Sa‟îd al-`Andalusiy (1029-1070 A.D.),

ditulis oleh M.S. Khan.

- Muslim Minorities and The Obligation to Emigrate to Islamic

Territory: Two Fatwas From Fifteenth-Century Granada, ditulis oleh

Kathryn A. Miller.

- Legal Practice in an Andalusi-Maghribi Source From The Twelfth

Century CE: The Madzâhib al-Hukkâm fi Nawâzil al-`Ahkâm, ditulis

oleh Delfina Serrano.

- Judging with God‟s Law on Earth: Judicial Powers of The Qâdî Al-

Jamâ‘a of Cordova in the Fifth/Eleventh Century, ditulis oleh

Christian Muller.

- Is al-`Andalus Different? Continuity as Contested, Constructed, and

Performed across Three Maliki Fatwas, ditulis oleh Jocelyn

Hendrickson.

Page 32: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

21

- Islamic Legal Thought - A Compendium of Muslim Jurists, kumpulan

biografi sejumlah ahli hukum dari masa ke masa, diedit oleh Oussama

Arabi, David S. Powers and Susan A. Spectorsky.

4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan diolah menggunakan

metode analisis isi dengan rincian sebagai berikut; penulis berusaha

menguraikan data melalui kategorisasi-kategorisasi serta pencarian sebab

akibat dengan menggunakan teknik analisis induktif. Melalui metode ini,

penulis kemudian berusaha untuk menemukan jawaban dengan

menganalisis isi pesan (teks) yang ada dalam bahan-bahan primer.

Selanjutnya, penulis mengolah jawaban tersebut secara objektif,

sistematis dan generalis, sehingga dapat dilakukan penarikan sebuah

kesimpulan. Terakhir, pada tahap analisis data, penulis berusaha untuk

selalu melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika. Statistika –

dalam hal ini statistika deskriptif – hanya digunakan apabila diperlukan.

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan pada tahun 2012. Penelitian ini

kemudian terbagi ke dalam 5 (lima) bab yang saling berkaitan dan merupakan

satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sehingga menjadi sebuah penulisan yang

terarah dan sistematis. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Page 33: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

22

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan kerangka dasar yang menjadi acuan dalam

penelitian ini. Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan (review) studi terdahulu, metode penelitian,

serta teknik dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi kajian kepustakaan tentang teori-teori yang menjadi

fondasi bagi penulis dalam melakukan penelitian. Teori-teori yang

dimaksud merupakan teori-teori yang berkaitan dengan peradilan,

mutasi serta promosi secara umum.

BAB III KEKHALIFAHAN ISLAM DI BARAT (ANDALUSIA)

Bab ini berisi uraian tentang objek penelitian, dalam hal ini terkait

Kekhalifahan Islam di Barat (Andalusia). Bab ini memaparkan

sejarah singkat penaklukan Andalusia, pembagian wilayah

administrasi Andalusia, serta sejarah singkat peradilan Islam di

Andalusia.

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI

Bab ini berisi hasil analisis dan interpretasi penulis. Hasil analisis

penelitian ini terdiri dari beberapa subbab pembahasan. Pertama,

pemaparan data para qâdi yang pernah bertugas di wilayah

yurisdiksi Andalusia. Kedua, penjelasan tentang kota-kota yang

menjadi sentra-sentra peradilan di Andalusia pada masa itu, serta

Page 34: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

23

pengklasifikasian sentra-sentra peradilan tersebut ke dalam

yurisdiksi tingkat pertama dan yurisdiksi tingkat banding. Ketiga,

pendeskripsian sistem pembinaan (mutasi-promosi) para qâdi yang

berlaku di Andalusia. Terakhir, konstruksi peradilan Islam di

Andalusia dipaparkan dalam bab ini sebagai sebuah interpretasi

penulis.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi. Dalam bab penutup

ini, penulis membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, disertai pemaparan poin-poin yang menjadi

kekurangan dari penelitian ini. Terakhir, penulis memberikan

sejumlah rekomendasi yang dianggap dapat berperan penting bagi

keberlanjutan penelitian ini.

Page 35: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

24

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas sejumlah teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini.

Bab ini terdiri dari beberapa subbab pembahasan. Subbab pertama membahas hal-hal

yang berkaitan dengan peradilan yang meliputi definisi peradilan, perbedaan

peradilan dan pengadilan, serta kompetensi peradilan. Subbab kedua memaparkan

konsep mutasi secara umum yang meliputi definisi mutasi, dasar pelaksanaannya,

jenis-jenis, metode serta tujuan dan manfaat dari mutasi. Terakhir, subbab ketiga

menjelaskan konsep promosi secara umum yang meliputi definisi promosi, asas-asas,

dasar pelaksanaan, syarat-syarat, jenis-jenis, metode serta tujuan dan manfaat dari

promosi.

A. Peradilan

1. Definisi Peradilan

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata peradilan berasal dari akar

kata adil, dengan awalan per- dan akhiran -an, yang diartikan sebagai “segala

sesuatu mengenai perkara pengadilan.”1 Sedangkan menurut Kamus Hukum,

peradilan adalah “segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara

menegakkan hukum dan keadilan.”2 Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa

peradilan merupakan pelaksanaan hukum dalam bentuk konkrit berdasarkan

1 Tim Penyusun Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. IV Cet. I,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 10.

2 Subekti dan R. Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2003), h. 68.

Page 36: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

25

adanya tuntutan hak, yang dijalankan oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan

diadakan oleh negara serta bebas dari pengaruh apa atau siapapun dengan cara

memberikan putusan yang bersifat mengikat.3

Selain itu, terdapat beberapa definisi lain tentang peradilan yang

dikemukakan oleh sejumlah pakar, sebagaimana dikutip oleh Hartono

Hadisoeprapto4, antara lain:

a. Van Praag mendefinisikan peradilan sebagai sebuah penentuan atas

keberlakuan suatu peraturan atau hukum pada saat peristiwa yang konkrit

bertalian dengan adanya suatu perselisihan.

b. Apeldoorn menyatakan bahwa peradilan adalah pemutusan perselisihan oleh

suatu instansi yang tidak mempunyai kepentingan dalam perkara atau bukan

merupakan bagian dari pihak yang berselisih.

c. G. Jellinek mendefinisikan peradilan sebagai sebuah perbuatan memasukkan

suatu peristiwa yang konkrit ke dalam norma yang abstrak.

d. Bellefroit berpendapat bahwa peradilan adalah sebuah pemutusan perkara

melalui penetapan hukum.

3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. VIII Cet. I, (Yogyakarta:

Liberty, 2009), h. 5.

4 Hartono Hadisoeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1993), h.

94-95.

Page 37: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

26

e. Kranenburg menyatakan bahwa peradilan merupakan sebuah proses

pemberian putusan atas perkara-perkara yang konkrit sesuai dengan

peraturan yang dibuat oleh pembuat undang-undang.

Sebagai bahan pertimbangan, dikemukakan pengertian peradilan (yang

dalam bahasa Arab disebut „al-qadâ`‟) menurut pandangan ulama fikih

(fuqahâ) sebagai berikut.

a. Muhammad Salam Madkur menyatakan bahwa al-qadâ` (peradilan) adalah

“al-ikhbâr „an hukm syar‟iy „alâ sabîl al-ilzâm” yang berarti penyampaian

hukum syar‟i dengan jalan penetapan.5

b. T. M. Hasbi Ash Shiddeqy mendefinisikan al-qadâ` (peradilan) adalah

sebuah kekuasaan untuk mengadili suatu perkara (al-wilâyat al-ma‟rûfah).6

c. Samir Aliyah mendefinisikan al-qadâ` (peradilan) sebagai, “suatu

pemberitaan tentang hukum syar‟i dengan jalan pengharusan.”7

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peradilan adalah

sebuah proses penyelesaian atau pemutusan sengketa antara para pihak yang

berselisih. Penyelesaian sengketa tersebut ditangani oleh sebuah lembaga yang

5 Muhammad Salam Madkur, al-Qadâ` fi al-`Islâm, Penerjemah Imron AM, (Surabaya: PT.

Bina Ilmu, 1993), h. 20. Lihat pula Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid VI, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1996), h. 1943-1945.

6 T. M. Hasbi Ash Shiddeqy, Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 7.

Lihat pula T. M. Hasbi Ash Shiddeqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Ed. II Cet. II, (Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 34.

7 Samir Aliyah, Sistem Pemerintahan, Peradilan & Adat dalam Islam, Penerjemah Asmuni

Solihan Zamakhsyari, Cet. I, (Jakarta: Khalifa, 2004), h. 316.

Page 38: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

27

mandiri berdasarkan peraturan/hukum yang berlaku. Dapat juga dikatakan

bahwa peradilan adalah sebuah proses penegakan hukum demi keadilan.

2. Peradilan dan Pengadilan

Istilah peradilan dan pengadilan, sungguhpun berasal dari kata dasar yang

sama, namun keduanya memiliki makna dan pengertian yang berbeda,

sebagaimana dikemukakan oleh beberapa pakar berikut.

a. Subekti dan R. Tjitrosoedibio menjelaskan bahwa peradilan adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara dalam menegakkan hukum

dan keadilan, sementara pengadilan adalah suatu lembaga yang melakukan

proses peradilan, yaitu memeriksa dan memutus sengketa-sengketa hukum

atau pelanggaran-pelanggaran hukum.8

b. Abdul Manan menyatakan bahwa peradilan adalah kekuasaan negara dalam

menerima, memeriksa, dan mengadili perkara tertentu untuk menegakkan

hukum dan keadilan berdasarkan hukum/aturan yang berlaku, sementara

pengadilan adalah tempat proses mengadili tersebut dilaksanakan.9

c. Jaih Mubarok berpendapat bahwa peradilan merupakan salah satu pranata

dalam menegakkan hukum yang berlaku, sedangkan pengadilan merupakan

satuan organisasi yang menyelenggarakan penegakan hukum tersebut.10

8 Subekti dan R. Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, h. 68.

9 Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan – Suatu Kajian Dalam Sistem

Peradilan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 22-31.

10 Jaih Mubarok, Peradilan Agama di Indonesia, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 2.

Page 39: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

28

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa peradilan dan

pengadilan adalah dua hal yang berbeda. Istilah peradilan merujuk kepada suatu

proses penegakan hukum dan pemberian keadilan, sementara istilah pengadilan

merujuk pada tempat proses tersebut dilakukan.

3. Kompetensi Peradilan

Secara bahasa, kompetensi berarti “kewenangan (kekuasaan) untuk

menentukan (memutuskan) sesuatu.”11

Kompetensi yang dimaksud di sini

adalah kewenangan mengadili oleh sebuah lembaga peradilan. Secara umum,

kompetensi peradilan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu kompetensi absolut dan

kompetensi relatif.

Kompetensi absolut diartikan sebagai kewenangan mengadili oleh sebuah

lembaga peradilan berdasarkan jenis perkara, jenis pengadilan atau

tingkatan/jenjang pengadilan. Sedangkan kompetensi relatif diartikan sebagai

kewenangan mengadili oleh sebuah lembaga peradilan berdasarkan

yurisdiksi/daerah hukum pengadilan yang bersangkutan.12

Kemudian secara umum, dari segi tingkatannya, peradilan terbagi

menjadi 2 (dua) tingkat13

, yaitu:14

11

Tim Penyusun Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 743.

12 Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.

26. R. Soeroso, Praktek Hukum Acara perdata; Tata Cara dan Proses Persidangan, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2001), h. 7. R. Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung: Bina Cipta, 1987), h. 23. Cik

Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, Ed. Revisi Cet. IV, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2003), h. 164.

13 Biasa disebut juga dengan pemeriksaan dua tingkat.

Page 40: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

29

a. Peradilan Tingkat Pertama (peradilan dengan original jurisdiction), yaitu

peradilan dalam tingkat awal atau permulaan. Pengadilan yang termasuk

peradilan tingkat pertama berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota dengan

yurisdiksi/daerah hukum meliputi kabupaten/kota.

b. Peradilan Tingkat Banding (peradilan dengan apellate jurisdiction), yaitu

peradilan dalam tingkat pemeriksaan ulang. Pengadilan yang termasuk

peradilan tingkat banding berkedudukan di ibu kota provinsi dengan

yurisdiksi/daerah hukum meliputi wilayah provinsi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pada satu wilayah

provinsi terdapat beberapa pengadilan tingkat pertama dan 1 (satu) pengadilan

tingkat banding.15

Satu pengadilan banding di tiap provinsi tersebut mewilayahi

sejumlah pengadilan tingkat pertama. Bila dikaitkan dengan pejabat peradilan

yang menjabat/menangani proses peradilan, maka pada tingkat pertama pejabat

itu disebut hakim, sedangkan pada tingkat banding disebut hakim tinggi.

14

Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa hakim sebagai manusia biasa tidak luput dari

kekurangan dan kekhilafan, sehingga putusan yang dijatuhkannya belum tentu cermat, tepat dan adil.

Untuk mengantisipasi hal tersebut dan untuk memenuhi rasa keadilan, maka peradilan dibagi menjadi

dua tingkat. Di dalam dua tingkatan peradilan itu, diperiksa baik peristiwa atau hukumnya. Lihat

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 32. Lihat pula K. Wantjik Saleh,

Kehakiman dan Peradilan, (Jakarta: Simbur Cahaya, 1976), h. 59.

15 Dalam konteks Indonesia, kedudukan/daerah hukum pengadilan – baik tingkat pertama atau

tingkat banding – diatur dalam UU yang secara spesifik mengatur tiap lingkungan peradilan yang ada.

Lingkungan peradilan yang ada di Indonesia adalah Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan

Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara. Contohnya, Peradilan Agama diatur dalam UU No. 7 Tahun

1989 jo. UU No. 3 Tahun 2006 jo. UU No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama (biasa disebut UU

Peradilan Agama). Pasal 4 UU Peradilan Agama menyatakan; (1) Pengadilan Agama berkedudukan di

ibu kota kabupaten/kota dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten/kota; (2) Pengadilan Tinggi

Agama berkedudukan di ibu kota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi.

Page 41: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

30

B. Mutasi

1. Definisi Mutasi

Mutasi atau perpindahan jabatan/pekerjaan merupakan fenomena yang

sudah dikenal luas oleh masyarakat dan biasa terjadi baik dalam lingkungan

pemerintahan atau perusahaan. Istilah-istilah yang memiliki pengertian yang

sama dengan mutasi adalah pemindahan, transfer dan rotasi kerja.

Menurut Fatah Syukur:

Mutasi adalah suatu perubahan posisi, jabatan, tempat, pekerjaan yang

dilakukan baik secara horizontal atau vertikal (promosi/demosi) dalam suatu

organisasi. Mutasi dalam artian luas mengandung pengertian segala macam

perubahan jabatan seorang pegawai. Mutasi bisa berbentuk kenaikan pangkat

(promosi) dan penurunan pangkat (demosi). Pemindahan bisa berarti

pemindahan wilayah, pemindahan jabatan atau pemindahan instansi.16

Menurut Sastrohadiwiryo, mutasi adalah sebuah kegiatan ketenagakerjaan

yang berhubungan dengan proses pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan

status seorang pegawai/pekerja ke situasi tertentu dengan tujuan agar yang

bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan dapat

memberikan prestasi kerja yang maksimal.17

Adapun menurut Nitisemito,

Mutasi atau pemindahan adalah sebuah kegiatan memindahkan pegawai dari

suatu pekerjaan ke pekerjaan lain yang dianggap setingkat atau sejajar.18

16

Fatah Syukur, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, Cet. I, (Semarang: PT Pustaka

Rizki Putra, 2012), h. 142.

17 Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Pendekatan Administratif

dan Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 250.

18 Alex Sumaji Nitisemito, Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia,

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), h. 118.

Page 42: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

31

Sedangkan menurut Moekijat, mutasi adalah suatu perubahan dari suatu jabatan

dalam suatu kelas ke suatu jabatan dalam kelas yang lain dalam tingkatan (gaji)

yang sama.19

Menurut Hasibuan, prinsip mutasi secara garis besar adalah

memindahkan seorang pegawai/karyawan ke posisi yang tepat dan pekerjaan

yang sesuai, agar semangat dan produktivitas kerjanya meningkat.20

Sedangkan

menurut Edy Sutrisno, prinsip mutasi adalah untuk menerapkan konsep “the

right person on the right place”, yang akan membawa suatu organisasi pada

hasil kinerja yang maksimal dan mengurangi kesalahan-kesalahan dalam tugas

atau pekerjaan.”21

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mutasi adalah suatu

proses pemindahan posisi, jabatan atau pekerjaan seorang pegawai/karyawan ke

posisi, jabatan atau pekerjaan lain yang dianggap sederajat. Poin penting yang

bisa ditangkap adalah suatu perpindahan dikatakan sebagai mutasi apabila

perpindahan tersebut terjadi antar jabatan, posisi atau pekerjaan yang sederajat.

Dengan kata lain, tidak ada penambahan dan pengurangan kewajiban atau

kewenangan. Mutasi merupakan kegiatan rutin dari suatu organisasi/perusahaan

yang ingin menerapkan prinsip the right person on the right place.

19

Moekijat, Analisa Jabatan, (Bandung: Alumni, 1974), h. 112.

20 Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed. Revisi Cet. IX, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2007) h. 102.

21 Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 2.

Page 43: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

32

2. Dasar Pelaksanaan Mutasi

Menurut Manullang, dalam pelaksanaan mutasi/pemindahan, ada

beberapa hal dasar yang harus diperhatikan, yaitu:22

a. Jabatan baru dari karyawan yang dipindahkan harus sama dengan jabatan

yang ditinggalkannya;

b. Metode dalam melakukan pekerjaan harus sama antara yang satu dengan

yang lainnya; dan

c. Karyawan yang dimutasikan harus memiliki pengalaman-pengalaman yang

memungkinkan ia untuk memahami dasar-dasar pekerjaannya yang baru.

Menurut Hasibuan, ada 3 (tiga) dasar/landasan pelaksanaan mutasi.

Dasar/landasan yang dimaksud adalah:23

a. Merit System, yaitu mutasi yang didasarkan atas landasan yang bersifat

ilmiah dan obyektif (berdasarkan hasil/prestasi kerja seseorang).

b. Seniority System, yaitu mutasi yang didasarkan atas landasan masa kerja,

usia dan pengalaman kerja dari karyawan yang bersangkutan. Mutasi seperti

ini tidak objektif karena kecakapan orang yang dimutasikan berdasarkan

senioritas belum tentu mampu memangku jabatan baru.

c. Spoil System, yaitu mutasi yang didasarkan atas landasan kekeluargaan.

Sistem mutasi seperti ini kurang baik karena didasarkan atas pertimbangan

suka atau tidak suka (like or dislike).

3. Jenis-jenis Mutasi

Pembagian jenis-jenis mutasi dapat ditinjau dari beberapa hal, yaitu dari

segi tempat kerja karyawan yang dimutasi, maksud dan tujuan mutasi, masa

kerja karyawan, sebab atau alasan pelaksanaan mutasi, serta dari segi ruang

22

M. Manullang, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), h. 276.

23 Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 103.

Page 44: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

33

lingkup mutasi. Berdasarkan tempat kerja karyawan yang dimutasi, menurut

Sulistyaningsih ada 5 (lima) jenis mutasi, yaitu:24

a. Mutasi antarurusan;

b. Mutasi antarseksi;

c. Mutasi antarbagian;

d. Mutasi antarbiro; dan

e. Mutasi antarinstansi.

Berdasarkan maksud dan tujuan pelaksanaan mutasi, menurut Paul Pigors

dan Charles Mayers, sebagaimana dikutip oleh Hasibuan, jenis-jenis mutasi itu

ada 5 (lima), yaitu:25

a. Production Transfer, yaitu mengalihtugaskan karyawan dari satu bagian ke

bagian lain secara horizontal, karena bagian yang lain mengalami

kekurangan tenaga kerja padahal produksi akan ditingkatkan.

b. Replacement Transfer, yaitu mengalihtugaskan karyawan yang sudah lama

masa kerjanya ke jabatan lain secara horizontal untuk menggantikan

karyawan yang masa kerjanya sedikit (masih baru) atau diberhentikan.

Replacement transfer terjadi apabila aktivitas suatu perusahaan atau

organisasi diperkecil sehingga sebagian karyawan harus diberhentikan dan

hanya karyawan yang telah lama masa kerjanya yang tetap dipertahankan.

c. Versatility Tranfser, yaitu mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan

lainnya secara horizontal agar karyawan yang bersangkutan dapat

melakukan pekerjaan lain sehingga ahli dalam berbagai lapangan pekerjaan.

d. Shift Transfer, yaitu mengalihtugaskan karyawan secara horizontal dari satu

regu ke regu yang lain dengan jenis pekerjaan yang tetap sama.

e. Remedial Transfer, yaitu mengalihtugaskan seorang karyawan ke

jabatan/pekerjaan lain, dengan jenis pekerjaan yang sama atau tidak, atas

permintaan karyawan yang bersangkutan karena ia tidak dapat bekerja sama

dengan rekan-rekannya.

Berdasarkan waktu/masa kerja karyawan yang bersangkutan, Hasibuan

menggolongkan mutasi ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu:26

24

Endang Sulistyaningsih, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: CV Izuva

Gempita, 1993), h. 87.

25 Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 105-106.

Page 45: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

34

a. Temporary Transfer, yaitu jenis mutasi yang mengalihtugaskan karyawan ke

jabatan/pekerjaan lainnya, baik secara horizontal atau vertikal, yang sifatnya

sementara. Karyawan yang bersangkutan akan ditempatkan kembali pada

jabatan/pekerjaannya yang semula.

b. Permanent Transfer, yaitu jenis mutasi yang mengalihtugaskan karyawan ke

jabatan/pekerjaan baru dalam waktu lama hingga ia dipindahkan (pensiun).

Jadi karyawan tersebut memegang jabatan itu bukan sebagai pejabat

sementara.

Selanjutnya, berdasarkan sebab atau alasan pelaksanaannya, menurut

Hasibuan mutasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:27

a. Mutasi permintaan sendiri (personel transfer); yakni mutasi yang dilakukan

atas keinginan sendiri dari karyawan yang bersangkutan dan dengan

mendapat persetujuan pimpinan. Mutasi permintaan sendiri pada umumnya

hanya berupa perpindahan kepada jabatan yang peringkatnya (kekuasaan,

tanggung jawab, serta besaran upah/balas jasa) tetap sama, baik antarbagian

atau pindah ke tempat lain. Alasan-alasan pelaksanaan mutasi jenis ini

adalah sebagai berikut :

1) Kesehatan; misalnya fisik karyawan kurang mendukung untuk

melaksanakan suatu pekerjaan.

2) Keluarga; misalnya untuk merawat orang tua yang sudah lanjut usianya.

3) Kerja sama; misalnya tidak dapat bekerja sama dengan karyawan yang

lain karena terjadi pertengkaran atau perselisihan.

b. Alih Tugas Produktif (ATP) adalah mutasi karena kehendak pimpinan suatu

organisasi/perusahaan untuk meningkatkan produksi dengan menempatkan

karyawan bersangkutan ke jabatan atau pekerjaan yang sesuai dengan

kecakapannya. ATP didasarkan pada hasil penilaian prestasi kerja karyawan.

Karyawan yang berprestasi baik akan dipromosikan, sedang karyawan yang

tidak berprestasi dan tidak disiplin akan didemosikan.

Alasan lain tugas produktif (production transfer) didasarkan pada

kecakapan, kemampuan, sikap dan disiplin karyawan. Jadi, ATP biasanya

bersifat mutasi vertikal (promosi atau demosi).

Selanjutnya, jenis-jenis mutasi juga dapat diitinjau dari segi ruang

lingkupnya. Menurut Hasibuan, ruang lingkup mutasi mencakup semua

26

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 106.

27 Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 104-105.

Page 46: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

35

perubahan posisi, pekerjaan atau tempat karyawan, baik secara horizontal atau

vertikal (promosi atau demosi) yang dilakukan karena alasan personal transfer

atau production transfer didalam suatu organisasi. Secara rinci, jenis-jenis

mutasi berdasarkan ruang lingkupnya menurut Hasibuan ada 2 (dua), yaitu:28

a. Mutasi horizontal (job rotation atau transfer), yaitu pemindahan yang

disertai dengan perubahan tempat atau jabatan, tetapi masih pada ranking

yang sama di dalam organisasi/perusahaan itu. Mutasi horizontal ini

mencakup mutasi tempat dan mutasi jabatan;

1) Mutasi tempat (tour of area) adalah perubahan tempat kerja, tetapi tanpa

perubahan jabatan, posisi, atau golongan. Sebabnya adalah rasa bosan

atau tidak cocok pada suatu tempat, baik karena kesehatan atau karena

pergaulan yang kurang baik;

2) Mutasi jabatan (tour of duty) adalah perubahan jabatan atau penempatan

pada posisi semula.

b. Mutasi vertikal, yaitu pemindahan yang disertai dengan perubahan posisi,

jabatan atau pekerjaan, sehingga kewajiban dan kekuasaan orang yang

dimutasi juga berubah. Mutasi vertikal ini mencakup promosi dan demosi;

1) Promosi: mutasi vertikal (ke atas) yang memperbesar authority dan

responsibility seseorang, dalam arti menaikkan pangkat/jabatan

seseorang;

2) Demosi: mutasi vertikal (ke bawah) yang mengurangi authority dan

responsibility seseorang, dalam arti menurunkan pangkat/jabatan

seseorang.29

4. Metode Mutasi

Menurut Hasibuan, mutasi dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat

dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:30

a. Cara ilmiah, yakni mutasi yang dilakukan dengan:

28

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 104.

29 Mutasi jenis vertikal ini akan dijelaskan lebih jauh pada subbab selanjutnya.

30 Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 103-104.

Page 47: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

36

1) Berdasarkan norma atau standar kriteria tertentu;

2) Berorientasi pada kebutuhan yang riil atau nyata;

3) Berorientasi pada formasi riil kepegawaian;

4) Berorientasi kepada tujuan yang beraneka ragam; dan

5) Berdasarkan objektivitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Cara tidak ilmiah, yakni mutasi dilakukan dengan:

1) Tidak didasarkan pada norma atau standar kriteria tertentu;

2) Berorientasi semata-mata kepada masa kerja dan ijazah, bukan atas

prestasi atau faktor-faktor riil;

3) Berorientasi kepada banyaknya anggaran yang tersedia, bukan atas

kebutuhan riil karyawan;

4) Berdasarkan spoil system (didasarkan atas landasan kekeluargaan).

Adapun menurut Sulistyaningsih, mutasi dapat dilakukan dengan 2 (dua)

cara berikut, yaitu:31

a. Horizontal (rotasi kerja/mutasi biasa), yaitu pemindahan karyawan dari suatu

posisi/jabatan/pekerjaan ke posisi/jabatan/pekerjaan yang lain tanpa diikuti

dengan kenaikan atau penurunan jabatan/pangkat.

b. Vertikal (promosi/demosi);

1) Promosi; pemindahan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang

lebih tinggi dan disertai dengan kewenangan, tanggung jawab, status serta

pendapatan yang lebih besar;

2) Demosi; pemindahan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang

lebih rendah, sehingga wewenang, tanggung jawab, status serta

pendapatannya juga lebih rendah.

5. Tujuan dan Manfaat Mutasi

Mutasi atau pemindahan pada umumnya dimaksudkan untuk

menempatkan seseorang pada tempat yang tepat, dengan maksud agar orang

tersebut memperoleh suasana baru atau kepuasan kerja setinggi mungkin

sehingga dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi lagi.32

Menurut

31

Endang Sulistyaningsih, Pengembangan Sumber Daya Manusia, h. 84.

32 Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1996),

h. 67-68.

Page 48: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

37

Hasibuan, pada dasarnya mutasi termasuk dalam fungsi pengembangan sumber

daya manusia, karena tujuan pokoknya adalah untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas kerja dalam perusahaan (pemerintahan). Secara rinci tujuan

mutasi menurut Hasibuan adalah:33

a. Untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan;

b. Untuk menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi

pekerjaan atau jabatan;

c. Untuk memperluas atau menambah pengetahuan karyawan;

d. Untuk menghilangkan rasa bosan/jemu terhadap pekerjaan;

e. Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya meningkatkan

karier yang lebih tinggi;

f. Untuk pelaksanaan hukuman/sanksi atas pelanggaran yang dilakukan;

g. Untuk memberikan pengakuan dan imbalan terhadap prestasinya;

h. Untuk mendorong peningkatan spirit kerja melalui persaingan terbuka;

i. Untuk tindakan pengamanan yang lebih baik;

j. Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan; dan

k. Untuk mengatasi perselisihan antar sesama karyawan.

Selain tujuan-tujuan tersebut, mutasi juga memiliki sejumlah manfaat.

Menurut Nitisemito, manfaat mutasi adalah:34

a. Memenuhi kebutuhan tenaga di bagian/unit yang kekurangan tenaga tanpa

merekrut dari luar;

b. Memenuhi keinginan pegawai sesuai dengan minat dan bidang tugasnya

masing-masing;

c. Menjamin keyakinan pegawai bahwa mereka tidak akan diberhentikan

karena kekurangan mereka dalam hal kecakapan dan kemampuan;

d. Memberikan motivasi kepada pegawai;

e. Mengatasi rasa bosan pegawai terhadap pekerjaan, jabatan dan suasana

tempat kerja yang sama.

33

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 102.

34 Alex Sumaji Nitisemito, Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 132.

Page 49: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

38

C. Promosi

1. Definisi Promosi

Baik mutasi atau promosi, keduanya adalah kegiatan pemindahan

karyawan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain. Meskipun demikian, mutasi

dan promosi harus dibedakan, sebab keduanya tidak sama. Menurut Fathoni,

promosi adalah sebuah perpindahan dari seorang karyawan/pegawai pada suatu

bidang tugas yang lebih baik dibanding sebelumnya; dari sisi tanggung jawab

yang lebih besar, prestasi, fasilitas, status yang lebih tinggi, tuntutan kecakapan

yang lebih tinggi, dan adanya penambahan upah atau gaji serta tunjangan lain.35

Selanjutnya, Andrew F. Sikula, sebagaimana dikutip dan dialihbahasakan

oleh Hasibuan, mengungkapkan:36

Technically, a promotion is a movement within an organization from one

position to another that involves either an increase in payment or an

increase in status.

(secara teknik, promosi adalah suatu perpindahan di dalam suatu organisasi

dari satu posisi ke posisi lainnya yang melibatkan baik peningkatan upah

atau status).

Menurut Hasibuan, promosi adalah perpindahan yang memperbesar

authority dan responsibility seorang karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di

dalam suatu organisasi/perusahaaan, sehingga kewajiban, hak, status serta

35

Abdurrahmat Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineke Citra, 2006), h.

112.

36 Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 108.

Page 50: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

39

penghasilannya semakin besar.37

Sedangkan menurut Nitisemito, promosi

adalah sebuah proses kegiatan pemindahan karyawan, dari satu jabatan ke

jabatan lain yang lebih tinggi, sehingga promosi akan selalu diikuti oleh tugas,

tanggung jawab dan kewenangan yang lebih tinggi dari jabatan yang dipegang

sebelumnya. Selain itu, Nitisemito menambahkan bahwa promosi memiliki

nilai lain sebagai sebuah pencapaian yang hendak dicapai oleh seseorang selain

unsur-unsur yang telah disebutkan, yaitu bukti pengakuan atas prestasi kerja,

kemampuan, dan potensi yang dimiliki untuk menduduki jabatan yang baru.38

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa promosi adalah

sebuah proses perpindahan karyawan/pegawai dari satu jabatan ke jabatan yang

lebih tinggi yang disertai dengan peningkatan tanggung jawab, status, fasilitas

dan pendapatan. Poin penting yang dapat dipahami adalah bahwa suatu

perpindahan disebut sebagai promosi apabila perpindahan tersebut

menyebabkan orang yang bersangkutan memperoleh peningkatan tanggung

jawab, status, fasilitas dan/atau pendapatan. Sebagaimana mutasi, promosi juga

merupakan perpindahan yang dilakukan untuk menerapkan konsep the right

person on the right place.

37

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 108.

38 Alex Sumaji Nitisemito, Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 134.

Page 51: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

40

2. Asas-asas Promosi

Menurut Hasibuan, asas-asas promosi harus dituangkan secara jelas

dalam program promosi, sehingga para karyawan dapat mengetahuinya dan

pihak yang berwenang dalam organisasi/perusahaan memiliki pedoman dalam

mempromosikan karyawannya. Adapun asas-asas promosi menurut Hasibuan

adalah:39

a. Kepercayaan; promosi hendaknya berasaskan kepercayaan atau keyakinan

mengenai kejujuran, kemampuan, dan kecakapan karyawan yang

bersangkutan dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.

b. Keadilan; promosi harus berasaskan keadilan terhadap penilaian kejujuran,

kemampuan dan kecakapan para karyawan.

c. Formasi; promosi harus berdasarkan formasi yang ada karena promosi

karyawan hanya mungkin dilakukan jika ada formasi jabatan yang kosong.

3. Dasar Pelaksanaan Promosi

Menurut Handoko dan Hasibuan, pedoman yang harus dijadikan dasar

dalam mempromosikan karyawan adalah:40

a. Pengalaman (seniority); bahwa pertimbangan promosi didasarkan pada

pengalaman kerja seseorang. Orang yang paling lama bekerja dalam sebuah

organisasi/perusahaan akan mendapat prioritas pertama dalam tindakan

promosi.

b. Kecakapan (ability); bahwa pertimbangan promosi didasarkan pada

kecakapan. Orang yang cakap atau ahli akan mendapat prioritas pertama

untuk dipromosikan.

c. Kombinasi Pengalaman dan Kecakapan; bahwa pertimbangan promosi

didasarkan pada masa kerja seseorang, sertifikasi atas pendidikan formal

yang dimiliki, dan hasil ujian kenaikan pangkat/golongan.

39

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 108.

40 Handoko, T. Hani, Manajemen 2, (Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 122.,Malayu S. P. Hasibuan,

Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 109-110.

Page 52: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

41

Sementara menurut Heidjrachman dan Suad Husnan, 2 (dua) dasar yang

biasa digunakan untuk menentukan promosi, yaitu:41

a. Merit System; bahwa promosi didasarkan pada prestasi atau hasil kerja

seseorang.

b. Carier System; bahwa promosi didasarkan pada tingkat karir seseorang.

Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Mangkuprawira yang

menyatakan bahwa pada praktiknya, promosi dilakukan berdasarkan dua aspek,

yaitu merit (kecakapan kerja) dan senioritas. Kedua aspek tersebut dianggap

paling layak dan objektif sehingga sering dijadikan dasar dalam pelaksanaan

promosi. Promosi berdasarkan merit terjadi ketika seseorang dipromosikan

karena kinerja yang luar biasa dalam pekerjaannya. Adapun promosi

berdasarkan senioritas sering dilakukan dengan alasan dalam situasi tertentu,

karyawan yang paling senior lebih sering mendapatkan promosi. Senior di sini

berarti seseorang yang memiliki masa kerja paling lama.42

Adapun menurut Siswanto, sebagaimana dikutip Nurjaman, kriteria-

kriteria umum yang harus dijadikan dasar dalam pelaksanaan promosi adalah:43

a. Senioritas; bahwa dengan alasan lebih senior, pengalaman yang dimiliki

seseorang dianggap lebih banyak daripada juniornya, sehingga diharapkan

yang bersangkutan memiliki kemampuan yang lebih tinggi.

b. Kualifikasi Pendidikan; bahwa dengan pendidikan yang lebih tinggi,

diharapkan karyawan yang bersangkutan memiliki daya nalar yang lebih

tinggi terhadap prospek perkembangn jabatan yang dipegangnya.

41

Heidjrachman dan Suad Husnan, Manajemen Personalia, (Yogyakarta: BPFE, 1997), h. 114.

42 Sjafri Mangkuprawira, Manajemen SDM Strategik, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 169.

43 Kadar Nurjaman, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 323-324.

Page 53: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

42

c. Prestasi Kerja; bahwa prestasi kerja yang tinggi memiliki kecenderungan

untuk memperlancar kegiatan promosi bagi karyawan yang bersangkutan.

d. Karsa dan Daya Cipta; bahwa untuk jenis pekerjaan tertentu, karsa dan daya

cipta sangat diperlukan demi keberlangsungan suatu organisasi/perusahaan.

e. Kejujuran; bahwa untuk jabatan-jabatan yang berhubungan dengan finansial

dan sejenisnya, kejujuran dianggap sangat penting untuk menghindari

kerugian organisasi/perusahaan.

f. Supelitas; bahwa pada jenis pekerjaan atau jabatan tertentu diperlukan

kepandaian bergaul dari karyawan yang bersangkutan.

4. Syarat-syarat Promosi

Persyaratan promosi untuk setiap organisasi/perusahaan/instansi tidak

selalu sama, tergantung pada kebijakan organisasi/perusahaan/instansi yang

bersangkutan. Namun menurut Hasibuan, syarat-syarat promosi pada umumnya

meliputi;44

a). Kejujuran; b). Disiplin; c). Prestasi kerja; d). Kerja Sama; e).

Kecakapan; f). Loyalitas; g). Kepemimpinan; h). Komunikatif; dan i).

Pendidikan. Senada dengan Hasibuan, Nitisemito juga memaparkan syarat-

syarat umum dari sebuah promosi, yaitu: a). Pengalaman; b). Tingkat

Pendidikan; c). Loyalitas; d). Kejujuran; e). Tanggung Jawab; f). Kepandaian

Bergaul; g). Prestasi Kerja; dan h). Inisiatif dan Kreativitas.

Sementara menurut Wursanto, seseorang dapat dipromosikan untuk

menduduki jabatan yang lebih tinggi apabila:45

a. Ada formasi/lowongan jabatan. Lowongan jabatan dapat terjadi karena ada

pegawai yang mengundurkan diri, pindah, pensiun atau meninggal dunia.

b. Pegawai yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

c. Pegawai yang bersangkutan lulus dari seleksi.

44

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 111-112.

45 Wursanto I.G., Manajemen Kepegawaian, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 70.

Page 54: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

43

5. Jenis-jenis Promosi

Jenis-jenis promosi, sebagaimana dipaparkan oleh Hasibuan, adalah:46

a. Promosi Sementara (Temporary Promotion), yaitu kenaikan jabatan seorang

karyawan yang dilakukan untuk sementara waktu karena ada jabatan yang

lowong dan harus segera diisi.

b. Promosi Tetap (Permanent Promotion), yaitu kenaikan jabatan seorang

karyawan yang bersifat tetap dan dilakukan karena karyawan yang

bersangkutan telah memenuhi syarat untuk dipromosikan.

c. Promosi Kecil (Small Scale Promotion), yaitu kenaikan jabatan seorang

karyawan dari jabatan yang kecil (mudah) ke jabatan yang besar (sulit) yang

menuntut keterampilan tertentu, tetapi tidak disertai dengan kenaikan

tanggung jawab, kewenangan dan gaji.

d. Promosi Kering (Dry Promotion), yaitu kenaikan jabatan seorang karyawan

ke jabatan yang lebih tinggi dan disertai dengan kenaikan pangkat,

kewenangan dan tanggung jawab, tetapi tidak disertai dengan kenaikan

upah/gaji.

6. Metode Promosi

Menurut Siswanto, sebagaimana dikutip oleh Nurjaman, terdapat 3 (tiga)

macam prosedur/metode promosi yang biasa digunakan, yaitu:47

a. Promosi dari dalam; yaitu promosi dilakukan terhadap individu-individu

yang memang merupakan karyawan atau pegawai pada

organisasi/perusahaan yang bersangkutan.

b. Promosi dari pencalonan; yaitu promosi dilakukan berdasarkan rekomendasi

atau pencalonan dari seseorang yang memiliki pengaruh pada

organisasi/perusahaan yang bersangkutan.

c. Promosi dari seleksi; yaitu promosi dilakukan melalui ujian/seleksi

berdasarkan kualifikasi yang telah ditetapkan.

Sementara menurut Nitisemito, metode dalam pelaksanaan mutasi ada 2

(dua) macam, yaitu:48

46

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 113-114.

47 Kadar Nurjaman, Manajemen Personalia, h. 327-329.

Page 55: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

44

a. Promosi dari dalam; yakni promosi dilakukan di antara para karyawan dalam

dari organisasi/perusahaan yang bersangkutan.

b. Promosi dari luar; yakni promosi dilakukan dengan cara menempatkan orang

luar pada suatu jabatan atau prosisi tertentu. Orang luar yang dimaksud

adalah orang yang sebelumnya tidak pernah menjadi karyawan di

organisasi/perusahaan yang bersangkutan.

Nitisemito menambahkan, bahwa meskipun metode yang lazim dilakukan

adalah promosi dari dalam, tetapi pelaksanaan promosi dari luar juga tidak

mustahil. Promosi dari luar biasa dilakukan apabila di antara para karyawan

dalam belum ada yang memenuhi kriteria-kriteria/syarat-syarat untuk

dipromosikan/ditempatkan pada jabatan atau posisi tertentu.49

7. Tujuan dan Manfaat Promosi

Menurut Manullang, tujuan pokok pelaksanaan promosi adalah:50

a. Meningkatkan semangat kerja; promosi yang dikompensasikan kepada

karyawan yang menghasilkan prestasi kerja tinggi merupakan perangsang

untuk meningkatkan semangat kerja.

b. Menjamin stabilitas karyawan; apabila kebutuhan-kebutuhan karyawan,

termasuk di dalamnya promosi, mendapat perhatian dari pihak

organisasi/lembaga, maka para karyawan akan merasa aman untuk terus

menjalankan hubungan kerja dengan organisasi/lembaga tersebut sehingga

stabilitas karyawan juga akan terjamin.

c. Sebagai bentuk realisasi untuk memajukan para karyawan; peran para

karyawan dapat dikembangkan melalui penugasan pada jabatan atau

pekerjaan yang lebih besar, yaitu melalui program promosi.

48

Alex Sumaji Nitisemito, Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 144.

49 Alex Sumaji Nitisemito, Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 144.

50 M. Manullang, Manajemen Personalia, h. 109.

Page 56: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

45

Selanjutnya, menurut Wursanto, promosi sangat penting dalam rangka

pembinaan dan pengembangan pegawai karena promosi dapat memberikan

manfaat sebagai berikut.51

a. Promosi merupakan motivasi bagi pegawai untuk lebih maju dan lebih

mengembangkan bakat, prestasi dan karirnya;

b. Promosi merupakan usaha meningkatkan semangat dan gairah kerja

pegawai;

c. Promosi merupakan usaha mengisi formasi jabatan dengan memanfaatkan

sumber tenaga kerja dari dalam;

d. Bagi pegawai, promosi lebih penting daripada kenaikan gaji, meskipun pada

umumnya promosi disertai dengan pemberian gaji yang lebih tinggi;

e. Promosi dapat menjamin keyakinan para pegawai, bahwa setiap pegawai

selalu diberikan kesempatan untuk maju dan mengembangkan karir dan

prestasi;

f. Promosi merupakan salah satu usaha menciptakan persaingan yang sehat

antara para pegawai.

51

Wursanto I.G., Manajemen Kepegawaian, h. 69.

Page 57: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

46

BAB III

KEKHALIFAHAN ISLAM DI BARAT (ANDALUSIA)

Pembahasan bab ini terfokus pada sejarah kerajaan Islam di Barat

(Andalusia) dan terbagi ke dalam beberapa subbab. Pertama, sejarah singkat

penaklukan Andalusia, yakni masa ekspansi awal umat Islam di bawah

pemerintahan Bani Umayyah ke Andalusia. Kedua, pembagian wilayah

administrasi Andalusia yang menjadi bagian dari pemerintahan Islam dalam lintas

sejarah dahulu. Ketiga, sejarah singkat peradilan Islam di Andalusia.

A. Sejarah Singkat Penaklukan Andalusia

Andalusia adalah sebutan pada masa Islam bagi daerah yang dikenal

dengan semenanjung Iberia, sebuah daratan yang menjorok ke selatan dan

ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua

Afrika. Pada masa sekarang, daerah ini terdiri dari kurang lebih 93% wilayah

Spanyol dan sisanya Portugal.1 Sebutan “Andalusia” berasal dari kata

Vandalusia, yang berarti negeri bangsa Vandal, karena bagian selatan

semenanjung itu pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka diusir ke

Afrika Utara oleh Bangsa Goth pada abad ke-5 M.2 Dengan mengubah

1 Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulat Umayyah II di Cordova, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977),

h. 7.

2 Ridjaluddin. F. N., Sejarah Peradaban Islam, Cet. I, (Jakarta: Pusat Kajian Islam Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta & Gaung Persada Press,

2013), h. 220-221. Abdul Halim Quais, Analisa Runtuhnya Daulah Islam, (Solo: Pustaka Mantik,

1994), h.7.

Page 58: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

47

ejaannya dan cara membunyikannya, bangsa Arab belakangan menyebut

semenanjung Iberia itu dengan Andalusia.3

Sebelum menaklukkan Andalusia, umat Islam terlebih dahulu menguasai

Afrika Utara4 yang kemudian menjadi salah satu provinsi dari Dinasti Bani

Umayyah (41-132 H/661-750 M). Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara

terjadi pada zaman Khalifah „Abdul Malik (65-85 H/685-705 M) setelah

memakan waktu 53 tahun (30-83 H/650-702 M). Penguasaan atas Afrika Utara

oleh para sejarawan dianggap sebagai pintu yang membuka jalan bagi

ekspedisi yang lebih besar ke Andalusia karena ekspedisi ke Andalusia melalui

Afrika Utara lebih mudah dilakukan.5

Ekspansi pasukan muslim ke Semenanjung Iberia, gerbang Barat Daya

Eropa, merupakan serangan terakhir dan paling dramatis dari seluruh operasi

militer penting yang dijalankan oleh orang-orang Arab. Serangan itu menandai

puncak ekspansi muslim ke wilayah Afrika-Eropa, seperti halnya penaklukan

Turkistan yang menandai titik terjauh ekspansi ke kawasan Afrika-Asia.6

Adapun ekspansi umat Islam ke Andalusia terjadi pada masa Khalifah

Al-Walîd (85-96 H/705-715 M), salah seorang khalifah Bani Umayyah di

3 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Cet. IV, (Jakarta: Amzah, 2014), h. 159-

160. Bagi bangsa Arab non-muslim, Andalusia lebih dikenal sebagai Isbâniyyâ` (Hispania). Lihat

Sanaa Osseiran, Cultural Symbiosis in al-Andalus: A Metaphor for Peace, (Beirut: UNESCO,

2004), h. 329.

4 Cerita dan keterangan selengkapnya tentang penaklukan Afrika Utara lihat Qasim A.

Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, al-Mausû‘ah al-Muyassarah fî al-Târîkh al-`Islâmiy,

Penerjemah Zainal Arifin, Cet. II, (Jakarta: Penerbit Zaman, 2014), h. 207-213. `Ahmad „Âdil

Kamâl, `Atlas al-Futûhât al-`Islâmiyyah, Cet. I, (Kairo: Dâr al-Salâm, 2005), h. 169-171.

5 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 117-118.

6 Philip K Hitti, History of Arabs, Penerjemah R. Cecep Lukman dan Dedi Slamet Riyadi,

(Jakarta: Serambi, 2006), h. 615.

Page 59: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

48

Damaskus. Al-Walîd mengizinkan gubernurnya, Mûsâ ibn Nusair7 (w. 97 H

/716 M)8, untuk mengirimkan pasukan militer ke Andalusia. Tiga pahlawan

Islam yang berperan besar dalam penaklukan Andalusia adalah Tarîf ibn

Malik, Târiq ibn Ziyâd (w. 102 H/720 M)9, dan Mûsâ ibn Nusair. Pada tahun

91 H/710 M, Tarîf ibn Malik melakukan pengintaian pertama untuk

menyelidiki kekuatan kerajaan bangsa Visigoth.10

Ia menyeberangi selat antara

Maroko dan Eropa bersama pasukan perang sejumlah 500 tentara berkuda dan

mendarat di semenanjung kecil yang terletak di ujung paling selatan benua

Eropa.11

Kemelut yang ada dalam kerajaan Visigoth pada saat itu membuat

Tarîf ibn Malik dapat memenangkan pertempuran dengan mudah.12

Selanjutnya, pada tahun 92 H/711 M Mûsâ ibn Nusair mengirim 7000

pasukan untuk memasuki Andalusia di bawah pimpinan Târiq ibn Ziyâd.

Pasukan tersebut terdiri dari suku Barbar yang mendukung Mûsâ ibn Nusair

dan suku Arab yang dikirim oleh Khalifah al-Walîd. Târiq memimpin

pasukannya menyeberangi selat dan melewati gunung di mana mereka sempat

beristirahat dan menyiapkan pasukan, yang kemudian dikenal dengan nama

7 Mûsâ adalah gubernur Muslim di Qayrawan, Afrika Utara.

8 Louis Ma‟luf, al-Munjid, Cet. XLI, (Beirut: Dâr al-Masyriq, 2005), h. 555.

9 Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 354.

10 Visigoth adalah anggota cabang pengikut Goth di Barat yang menginvasi Kekaisaran

Romawi di akhir abad ke-4 M dan kemudian membentuk kerajaan di Perancis dan Spanyol. Lihat

Ahmad Thomson dan M. „Ata‟ur Rahim, Islam in Andalus, Alih Bahasa Kampung Kreasi (Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2004), h. 98.

11 Semenanjung ini, sekarang disebut Tarîfa, sejak saat itu menyandang namanya, Jazirah

(kepulauan) Tarîf. Philip K Hitti, History of Arabs, h. 615.

12 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Zikra,

1997), h. 158.

Page 60: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

49

Gibraltar (Jabal Târiq). Selanjutnya, pasukan Târiq dan tentara Raja Roderick

(Raja Andalusia saat itu) bertemu dan bertempur di suatu tempat bernama

Bakkah13

dekat kota Sidonia. Perang berkobar selama delapan hari dan

pasukan Visigoth yang dipimpin Raja Roderick mengalami kekalahan besar.

Perang ini menjadi titik penting yang membuka pintu penaklukan seluruh

kawasan Spanyol (Andalusia).14

Târiq dan pasukannya kemudian terus menaklukkan kota-kota penting

seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibukota Kerajaan Goth) setelah Mûsâ

ibn Nusair menambahkan pasukan sebanyak 5000 personel sehingga total

pasukan menjadi 12.000 personel.15

Jumlah ini tidak sebanding dengan

Kerajaan Goth yang memiliki pasukan sebanyak 100.000 personel. Oleh

karena itu, Mûsâ ibn Nusair merasa perlu melibatkan diri dalam ekspansi

tersebut sehingga ia berangkat dengan pasukan yang besar dan menaklukkan

Sidonia, Carmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa Gotik,

Theodomir, di Orihuela. Setelah Mûsâ ibn Nusair bergabung dengan Târiq dan

pasukannya di Toledo, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di

Andalusia mulai dari Zaragoza hingga Navarre.16

13

Nama sebuah lembah. Menurut suatu pendapat lembah itu bernama “Lakkah” (wâdîl-

Lakkah atau Goddelete) sebuah sungai di Andalusia yang bermuara ke Samudera Atlantik. Lihat

Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h. 160.

14 Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, al-Mausû‘ah al-Muyassarah fî al-Târîkh al-

`Islâmiy, h. 215.

15 Pendapat lain menyatakan bahwa pada awalnya terdapat sebanyak 7.000 pasukan dari

bangsa berber, kemudian mendapatkan kekuatan tambahan sebanyak 12.000 pasukan. Lihat Philip

K Hitti, History of Arabs, h.628.

16 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2000), h. 89.

Page 61: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

50

Selanjutnya, pada masa pemerintahan „Umar ibn „Abdil „Azîz (w. 101

H/720 M)17

, tepatnya pada tahun 99 H/717 M, perluasan dilakukan untuk

menaklukkan daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan.

Perluasan tersebut dipimpin oleh al-Samah.18

Namun, ia gagal dan terbunuh

pada tahun 103 H/722 M. Perluasan kemudian dilanjutkan oleh „Abdul-

Rahmân ibn „Abdillah al-Ghâfiqiy (w. 114 H/732 M) di bawah pemerintahan

Hisyâm ibn „Abdil-Mâlik (71-125 H/690-743 M).19

Al-Ghâfiqi melakukan

penyerangan ke kota Poite dan Torus. Akan tetapi, namun ia dihadang oleh

Charles Martel sehingga ia dan pasukannya mundur kembali ke Spanyol.

Setelah itu, penyerangan-penyerangan juga terjadi ke daerah Avignon (115

H/734 M) dan Lyon (125 H/743 M). Pada akhirnya, Majorca, Corsica,

Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian Sicilia juga dapat dikuasai Bani

Umayyah. Gelombang penyerangan pada permulaan abad ke-8 ini telah

menjangkau Prancis Tengah dan sebagian Italia.20

Ada dua faktor kemenangan umat Islam di Andalusia, yakni faktor

eksternal dan internal.21

Faktor eksternal yang dimaksud meliputi beberapa hal.

Pertama, kondisi dalam negeri Andalusia sendiri. Secara politik, Andalusia

terbagi ke dalam negara-negara kecil. Bersamaan dengan itu, penguasa Gotik

17

Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 379.

18 Ia adalah al-Samah ibn Mâlik, seorang Jenderal Arab dan orang pertama yang

memindahkan pusat pemerintahan dari Sevilla ke Cordova. Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A.

Saleh, al-Mausû‘ah al-Muyassarah fî al-Târîkh al-`Islâmiy, h. 220.

19 Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 366, 596.

20 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, h. 117-118.

21 Philip K Hitti, History of Arabs, h.633-635.

Page 62: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

51

yang berpegang pada ajaran Kristen Aria memerintah dengan kejam dan tidak

toleran terhadap penganut aliran agama lain termasuk Yahudi. Tidak hanya itu,

penganut aliran agama lain tersebut dibabtis secara paksa dan akan disiksa

apabila menolak.

Kedua, rakyat Andalusia sebagai penganut Katolik (agama pribumi di

Andalusia), sangat membenci pemerintahan Gotik. Kebencian tersebut agaknya

disebabkan oleh kelumpuhan ekonomi dan kemerosotan kesejahteraan

masyarakat. Kemelaratan juga terjadi terus-menerus sehingga mendorong

rakyat pribumi untuk bekerjasama dengan penakluk yang berusaha menguasai

Andalusia.

Ketiga, konflik kekuasaan yang terjadi antara Raja Roderick dan Witiza,

penguasa Toledo. Selain itu, konflik kekuasaan juga terjadi antara Roderick

dengan Ratu Julian, mantan penguasa Septah. Keadaan yang demikian

diperburuk dengan kondisi tentara Roderick yang – terdiri dari para budak

yang tertindas – tidak memiliki semangat juang. Akhirnya, para budak yang

mayoritas adalah kaum Yahudi itu bersekutu dan memberi bantuan bagi

perjuangan kaum muslim yang berusaha menaklukkan Andalusia.

Adapun faktor internal yang dimaksud adalah spirit perjuangan

pemimpin yang berkuasa, tokoh-tokoh pejuang, dan prajurit Islam. Para

pemimpin bersatu, kompak dan percaya diri. Mereka cakap dan berani serta

tabah dalam setiap persoalan. Sikap toleransi, persaudaraan, dan tolong-

menolong selalu ditunjukkan oleh prajurit Islam.

Page 63: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

52

Selanjutnya, Andalusia menjadi salah satu provinsi Daulah Bani

Umayyah hingga tahun 132 H/750 M (tahun keruntuhan Bani Umayyah di

Damaskus). Setelah itu, Andalusia menjadi salah satu provinsi dari Daulah

Bani Abbasiyyah (132-656 H/750-1258 M)22

sampai „Abdul-Rahmân al-

Dâkhil ibn Mu‘âwiyah (w. 172 H/788 M)23

, cucu khalifah Umayyah kesepuluh

Hisyâm ibn „Abdil-Mâlik, memproklamasikan provinsi itu sebagai negara yang

berdiri sendiri pada tahun 138 H/756 M. Sejak itu, Andalusia berdiri sebagai

sebuah negara yang berdaulat di bawah kekuasaan Bani Umayyah II yang

beribukota di Cordova hingga tahun 422 H/1031 M.

Apabila disimpulkan, sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah

Andalusia hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, umat Islam telah

memainkan peranan yang sangat besar di Andalusia. Sejarah kehidupan umat

Islam di Andalusia dapat dibagi menjadi enam periode24

:

Periode Pertama (92-137 H/711-755 M), Andalusia berada di bawah

pemerintahan para wali atau amir yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah

22

Dikisahkan bahwa saat pemerintahan Islam dipegang oleh Bani Abbasiyah di Baghdad,

penguasa Andalusia (Spanyol) memutuskan untuk memisahkan diri dari pusat pemerintahan.

Pendapat lain menyebutkan bahwa walaupun Andalusia sudah memiliki independensi serta

otonomi sendiri, penguasa di sana tetap loyal terhadap Khilafah Abasiyah. Lihat, Syamsul Bakri,

Peta Sejarah Peradaban Islam, Cet I, (Yogyakarta, Fajar Media, 2011), h.73.

23 Ia adalah salah satu dari sedikit keluarga Bani Umayyah yang berhasil selamat dari

pembantaian yang dilakukan Bani Abbasiyah. Kisah tentang bagaimana ia selamat serta berhasil

menundukkan Andalusia menjadi wilayah kekuasaannya selengkapnya lihat di Philip K Hitti,

History of Arabs, h. 648-653.

24 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, h. 93-99. Didin Saepudin, Sejarah Peradaban

Islam, Cet I, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2007), h. 102. Ridjaluddin. F. N., Sejarah Peradaban

Islam, h. 223-227. Lihat pula kronologi evolusi historis dari Andalusia di Sanaa Osseiran, Cultural

Symbiosis in al-Andalus: A Metaphor for Peace, h. 42-47.

Page 64: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

53

yang berpusat di Damaskus.25

Stabilitas politik Andalusia pada periode ini

belum tercapai secara sempurna, dikarenakan gangguan-gangguan internal

maupun eksternal masih sering terjadi.26

Periode ini berakhir dengan

kedatangan „Abdul-Rahmân al-Dâkhil pada tahun 137 H/755 M.

Periode Kedua (137-299 H/755-912 M) ditandai oleh kedatangan

„Abdul-Rahmân al-Dâkhil ke Andalusia pada tahun 137 H/755 M. Ia kemudian

menjadi penguasa Andalusia dan menjadi amir yang merdeka pada tahun 138

H/756 M27

sekaligus menjadi seteru Dinasti Abbasiyah di Baghdad.28

Sejak itu,

Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia (138-422 H/756-1031 M) berdiri

dengan Cordova sebagai ibu kotanya.29

Pada periode ini, Andalusia memasuki

25

Pemerintahan di semenanjung itu berada dalam genggaman seorang amir yang berkuasa

hampir secara independen, kendati secara nominal berada di bawah gubernur-jenderal Magrib

(Afrika Utara dan Spanyol) yang berkedudukan di Kairo. Dalam kasus-kasus tertentu, sang amir

diangkat dan berkuasa secara langsung di bawah khalifah di Damaskus. „Abdul-„Azîz, putra Musa

ibn Nusair, adalah amir pertama Andalusia dengan Sevilla sebagai pusat pemerintahannya. Lihat

Philip K Hitti, History of Arabs, h. 634.

26 Berbagai pertentangan yang timbul atas kepemimpinan dan kepemilikan daerah-daerah

baru menjadi tak terelakkan adanya. Selama empat puluh tahun berikutnya terdapat 21 orang

gubernur yang saling menggantikan dalam suksesi yang terjadi dalam waktu berdekatan. Kadang-

kadang gubernur ini ditunjuk oleh Khalifah di Damaskus, kadang-kadang oleh Gubernur

Qayrawan di Afrika Utara. Lihat Ahmad Thomson dan M. „Ata‟ur Rahim, Islam in Andalus, h. 36.

27 Ia memerintah Andalusia hingga tahun 172 H/788 M. Di bawah kekuasaan „Abdul-

Rahmân, Andalusia menjadi provinsi pertama yang mengguncang otoritas khalifah yang diakui

oleh sebagian besar dunia Islam saat itu. Hanya saja, kekuasaan atas provinsi Cordova tidak serta

merta memberikan kekuasaan atas Spanyol-Islam. Sepanjang kekuasaannya, „Abdul-Rahmân

harus berhadapan dengan sejumlah pemberontakan. Selengkapnya lihat Philip K Hitti, History of

Arabs, h. 655-661. Ahmad Thomson dan M. „Ata‟ur Rahim, Islam in Andalus, h. 39.

28 Inilah permulaan era desentralisasi di Andalusia, yakni memudarnya kesatuan politik

kekuasaan Islam dan adanya perpecahan dalam berbagai kekuatan politik.

29 Cordova terus menjadi ibukota Andalusia hingga kekuasaan Dinasti Umayyah di

Andalusia hancur. Lihat Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, al-Mausû‘ah al-Muyassarah

fî al-Târîkh al-`Islâmiy, h. 220.

Page 65: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

54

babak baru sebagai sebuah negara yang berdaulat dan mulai memperoleh

kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik atau peradaban.

Periode Ketiga (299-403 H/912-1013 M), Andalusia diperintah oleh

penguasa yang bergelar “Khalifah”.30

Pada periode ini, Andalusia mencapai

puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi Baghdad di Timur.

Periode Keempat (403-478 H/1013-1086 M), setelah Bani Umayyah II

runtuh pada tahun 422 H/1031 M31

, Andalusia terpecah menjadi lebih dari 30

kerajaan kecil. Periode ini juga disebut periode Mulûk al-Tawâ`if atau raja-raja

golongan (Raja Lokal).32

Meskipun terjadi ketidakstabilan politik pada periode

ini, peradaban Islam saat itu tetap mengalami kemajuan karena masing-masing

ibu kota kerajaaan lokal ingin menyaingi Cordova sehingga muncul kota-kota

besar seperti Toledo, Sevilla, Malaga dan Granada.

Periode Kelima (478-645 H/1086-1248 M) ditandai dengan kemunculan

kekuasaan baru yang dominan, yakni dinasti Murâbitun (478-537 H/1086-1143

M) yang kemudian digantikan oleh dinasti Muwahhidûn (540-632 H/1146-

30

Penguasa Andalusia yang pertama menyandang gelar Khalifah adalah „Abdul-Rahmân

III (299-350 H/912-961 M) pada tahun 316 H/929 M. Gelar tersebut merupakan ciri kekuasaan

Bani Umayyah yang telah hilang selama 150 tahun lebih. Gelar ini kembali digunakan pada saat

kondisi pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut yang ditandai dengan terbunuhnya

salah satu khalifah Abbasiyah, yang bernama Al-Muqtadir, oleh pengawalnya sendiri. Lihat

Ridjaluddin. F. N., Sejarah Peradaban Islam, h. 225. Philip K Hitti, History of Arabs, h. 663.

31 Keruntuhan dinasti Umayyah di Andalusia oleh para ahli disebut sebagai permulaan dari

proses desentralisasi kebudayaan. Masing-masing ibukota pemerintahan dari kerajaan-kerajaan

kecil kemudian menjadi pusat kegiatan intelektual dan kesenian. Misalnya saja, Toledo, sebagai

ibukota pemerintahan Bani Dzunnûn menjadi pusat kegiatan ilmiah dan sastra. Lihat M.S. Khan,

“Tabaqât al-`Umam of Qâdi Sa‟îd al-`Andalusiy (1029-1070 A.D.),” Indian Journal of History of

Science 30 (1995), h. 134.

32 Yaitu kerajaan-kerajaan yang menguasai kota-kota di Andalusia; di antaranya Bani

Hammûd di Cordova dan Malaga, Bani „Abbâd di Seville, Bani Zihrî di Granada, Bani Hûd di

Saragosa, dan Bani Dzunnûn di Toledo. Lihat Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, h. 104.

Page 66: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

55

1235 M). Kedua dinasti tersebut berasal dari Afrika Utara dengan Maroko

sebagai pusat pemerintahan mereka. Di Andalusia, kedua dinasti tersebut lebih

memilih Sevilla daripada Cordova untuk menjadi ibukota pemerintahan kedua

mereka.33

Pada periode ini (setelah keruntuhan dinasti Murâbitun dan

Muwahhidûn), satu persatu kota-kota besar di Andalusia jatuh ke tangan

penguasa Kristen. Cordova jatuh pada tahun 635 H/1238 M dan selanjutnya

Sevilla jatuh pada tahun 645 H/1248 M. Pada akhirnya, seluruh Andalusia

kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.

Periode Keenam (645-897 H/1248-1492 M) ditandai dengan kekuasaan

Islam yang hanya berada di daerah Granada34

, di bawah kekuasaan dinasti Bani

Ahmar35

(629-897 H/1232-1492 M). Setelah Raja terakhir Granada, `Abû

„Abdillâh36

(w. 940 H/1533 M), melarikan diri ke Afrika Utara, Granada

akhirnya jatuh ke tangan penguasa Kristen pada tahun 897 H/1492 M.37

33

Cerita selengkapnya tentang pemerintahan kedua dinasti tersebut di Andalusia lihat

Philip K Hitti, History of Arabs, h. 672-689. Ahmad Thomson dan M. „Ata‟ur Rahim, Islam in

Andalus, h. 103-134.

34 Sebagai ibukota dari kerajaan Islam terakhir di semenanjung Iberia, sejak pertengahan

abad keduabelas hingga kejatuhannya pada tahun 1492, Granada menjadi saksi sejarah akan

perkembangan-perkembangan penting polik, intelektual dan ekonomi yang terjadi pada abad

keempatbelas. Lihat Jocelyn Hendrickson , “Is al-`Andalus Different? Continuity as Contested,

Constructed, and Performed across Three Maliki Fatwas,” Islamic Law and Society (2013), h. 383.

35 Disebut juga Bani Nasrid.

36 Ia juga merupakan raja berkebangsaan Arab terakhir di Andalusia. Ia memerintah selama

kurang lebih 7 tahun, sejak 890 H/1486 M hingga 897 H/1492 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid,

h. 20.

37 Sungguhpun wilayah Andalusia seluruhnya telah jatuh ke tangan Kristen, namun tidak

serta merta kaum Muslim yang ada di sana meninggalkan tempat tinggal mereka dikarenakan

berbagai faktor. Kaum Muslim yang tetap bertahan di bawah pemerintahan Kristen, apapun

alasannya, disebut sebagai kaum Mudejar. Lihat selengkapnya Kathryn A. Miller, “Muslim

Minorities and The Obligation to Emigrate to Islamic Territory: Two Fatwas From Fifteenth-

Century Granada,” Islamic Law and Society 7 (2000).

Page 67: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

56

Serangkaian pemaparan di atas memperlihatkan bahwa Andalusia

berhasil mencapai puncak keemasannya dalam kurun waktu lebih dari tujuh

abad kekuasaan.38

Bahkan, Andalusia disebut-sebut mampu menyaingi

Baghdad di Timur.

B. Pembagian Wilayah Administrasi Andalusia

Andalusia modern merupakan salah satu wilayah otonom Spanyol dan

terbagi menjadi 8 (delapan) provinsi yang dinamai sesuai dengan ibukota

provinsi-provinsi tersebut, yakni: Almeria, Cadiz, Cordova, Granada, Huelva,

Jaen, Malaga dan Sevilla. Andalusia berasal dari kata “Al-`Andalus” yang

berarti “untuk menjadi hijau pada akhir musim panas”39

, dan merujuk pada

wilayah yang diduduki oleh kerajaan Muslim di Spanyol Selatan yang meliputi

kota-kota seperti Malaga, Seville, Cordova dan Granada. Andalusia terletak di

benua Eropa Barat Daya dengan batas-batas; di sebelah Timur dan Tenggara

berbatasan dengan Laut Tengah, di sebelah Selatan berbatasan dengan Benua

38

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, h. 93. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik,

Cet. II, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 120. Philip K Hitti, History of Arabs, h. 567. Kekuasaan

Islam di Andalusia berlangsung pada periode klasik. Sungguhpun terdapat sedikit perbedaan

terkait penyebutan tahun, para sejarawan sepakat membagi periodisasi Islam ke dalam 3 (tiga)

periode; Periode Klasik (29 H/650-647 H/1250 M), Periode Pertengahan (647 H/1250 M-1214

H/1800 M) dan Periode Modern (1214 H/1800-sekarang). Lihat Badri Yatim, Sejarah Peradaban

Islam, h. 6. Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI Press,

1985). Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, h. 20-45.

39 Kata „Andalus‟ dalam bahasa Arab memiliki banyak arti, di antaranya adalah pertama,

„sesuatu yang terselubung atau tersembunyi‟, dan kedua, „sesuatu yang tergelincir lantaran

licinnya.‟ Dua arti ini oleh para pakar sejarah dianggap menyiratkan aspek ganda dari sejarah

kaum Muslim di Andalusia. Selengkapnya lihat Ahmad Thomson dan M. „Ata‟ur Rahim, Islam in

Andalus, h. 51.

Page 68: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

57

Afrika yang terhalang oleh selat Gibraltar, di sebelah Barat dengan Samudera

Atlantik dan di sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Biscy.40

Dalam kurun waktu kurang lebih tujuh setengah abad (92-897 H/711-

1492 M) kekuasaan Islam di Andalusia, sejumlah wilayah berhasil

ditundukkan. Sejak berdirinya kekuasaan Bani Umayyah II, Andalusia menjadi

sebuah negara berdaulat yang terdiri dari beberapa wilayah/daerah bagian

dengan Cordova sebagai ibukota pemerintahan.41

Peta daerah kekuasaan pemerintahan Islam di Andalusia

(area di bagian utara merupakan daerah pemerintahan Kristen)42

40

Selain itu, pegunungan Pyrenees di timur laut membatasi Andalusia dengan Prancis.

Pyrenees merupakan rantai pegunungan di Barat Daya Eropa, memanjang dari pantai-pantai Laut

Mediterania di sebelah timur hingga ke Teluk Biscy di Samudera Antalntik sebelah barat

Pegunungan tersebut menjadi tapal batas alami yang memisahkan orang-orang Kristen Trinitarian

di Eropa bagian selatan dengan kaum Muslim Unitarian di Andalusia. Lihat Ridjaluddin. F. N.,

Sejarah Peradaban Islam, h. 220-221. Ahmad Thomson dan M. „Ata‟ur Rahim, Islam in Andalus,

h. 35.

41 Sebelumnya, pada pemerintahan bangsa Visigoth, pusat pemerintahan terletak di kota

Toledo. Setelah ekspansi umat Islam berhasil menguasai Andalusia, pusat pemerintahan dipindah

ke Sevilla. Baru pada masa pemerintahan „Abdul-Rahmân al-Dâkhil, Cordova secara kokoh

dijadikan pusat pemerintahan di Andalusia. Lihat W. Montgomery Watt dan Pierre Cachia, A

History of Islamic Spain, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1992), h. 21.

42 Peta tersebut menggambarkan daerah kekuasaan pemerintahan Islam di Andalusia pada

tahun 422 H/1031 M (setelah keruntuhan Bani Umayyah). Lihat Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulat

Umayyah II di Cordova, h. 42.

Page 69: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

58

Penting untuk dicatat, pada masa kekuasaan Islam di Andalusia, basis

tata pemerintahan/tata letak wilayah (teritorial) yang pasti untuk dijadikan

rujukan dalam pembagian wilayah administrasi Andalusia tidak ditemukan.

Dengan sumber yang sangat terbatas, penulis mencoba memetakan wilayah

administrasi Andalusia – satu persatu – untuk kemudian dikelompokkan

berdasarkan kecil-besarnya kota tersebut. Hal tersebut dilakukan demi

kemudahan dalam melihat sistem mutasi-promosi para qâdi di Andalusia pada

pembahasan bab selanjutnya.

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, setelah keruntuhan Bani

Umayyah II pada tahun 422 H/1031 M, Andalusia terpecah menjadi sejumlah

kerajaan kecil (periode Mulûk al-Tawâ`if). Pada saat itu Cordova tidak lagi

menjadi pusat pemerintahan satu-satunya di Andalusia. Para raja di berbagai

wilayah saling bersaing untuk mengembangkan dan memajukan pusat

pemerintahan masing-masing, hingga akhirnya dikenal kota-kota besar seperti

Granada, Sevilla, Malaga dan lain sebagainya.

Selanjutnya, berdasarkan peta di atas yang menggambarkan daerah

kekuasaan pemerintahan Islam di Andalusia pada tahun 422 H/1031 M, terlihat

bahwa Andalusia terbagi menjadi sejumlah wilayah besar yang merupakan

pusat pemerintahan kerajaan-kerajaan kecil. Wilayah-wilayah tersebut adalah

Silves (Bani Muzain), Huelva (Bani Bahri), Carmona (Bani Brazîl), Malaga

(Bani Hammûd), Cordova (Bani Jahwar), Granada (Bani Zihrî), Almeria

(Bani Samâd), Albaracin (Bani Râzîn), Alpuente (Bani Qâsim), Valencia

Page 70: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

59

(Bani `Amirî), Zaragoza (Bani Hûd), Toledo (Bani Dzunnûn), Badajoz (Bani

al-`Aftas), Sevilla (Bani „Abbâd), dan Murcia (Bani `Amirî Denia).43

Wilayah-wilayah/kota-kota besar tersebut bila dihubungkan dengan

pernyataan Al-Maqqari44

bahwa Jazirah Andalusia terbentuk oleh 3 wilayah

utama45

; Tengah, Timur dan Barat, maka dapat dilakukan pengelompokan

sebagai berikut:

Andalusia Timur: terdiri dari Murcia, Valencia, Alpuente, Albaracin dan

Zaragoza.

Andalusia Tengah: terdiri dari Cordova, Granada, Almeria, Toledo, Carmona

dan Malaga.

Andalusia Barat: terdiri dari Sevilla, Badajoz, Huelva dan Silves.

Selanjutnya, untuk memetakan kota-kota yang lebih kecil yang menjadi

bagian dari masing-masing kota besar di atas, dilakukan pendataan nama-nama

kota yang tertera dalam berbagai literatur yang relevan.46

Setelah itu, dilakukan

43

Lihat Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulat Umayyah II di Cordova, h. 42. Di antara sekian

banyak kerajaan-kerajaan kecil yang muncul, disebutkan bahwa Bani „Abbâd di Seville dan Bani

Dzunnûn di Toledo adalah yang paling penting. Lihat M.S. Khan, “Tabaqât al-`Umam of Qâdi

Sa‟îd al-`Andalusiy (1029-1070 A.D.),” h. 134.

44 `Ahmad ibn Muhammad al-Maqqariy al-Talimasâniy, Nafh al-Tiyâb min Ghusn al-

`Andalus al-Ratîb, Jilid I, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1988), h. 165-167.

45 Sumber lain menyebutkan bahwa pada abad/periode pertengahan, para ahli

mendeskripsikan Andalusia sebagai sebuah segitiga yang kemudian mereka bagi ke dalam tiga

wilayah; Timur, Barat dan Selatan. Wilayah Andalusia Timur dan Barat dipisahkan oleh sebuah

garis vertikal khayal yang membentang melintasi kota Toledo. Lihat Sanaa Osseiran, Cultural

Symbiosis in al-Andalus: A Metaphor for Peace, h. 37. Berdasarkan penelusuran penulis, wilayah

Andalusia Selatan yang dimaksud oleh para ahli pada periode pertengahan disebut sebagai

Andalusia Tengah oleh para ahli pada periode klasik.

46 Literatur yang dimaksud adalah Nafh al-Tiyâb min Ghusn al-`Andalus al-Ratîb (Jilid I)

karya `Ahmad ibn Muhammad al-Maqqariy al-Talimasâniy, al-Raud al-Mi’târ fi Khabar al-`Aqtâr

karya Muhammad ibn „Abdil-Mun‟im al-Himyariy, History of Arabs karya Philip K Hitti, Sejarah

Daulat Umayyah II di Cordova karya Joesoef Sou‟yb dan Islam in Andalus karya Ahmad

Thomson dan M. „Ata‟ur Rahim.

Page 71: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

60

pengelompokan kota-kota yang telah terdata agar kota-kota tersebut dapat

dipahami sebagai satu kesatuan dengan kota-kota besar yang ada. Berikut hasil

pemetaan yang telah dilakukan.

a. Wilayah Andalusia Timur

- Provinsi Murcia; terdiri dari kota Murcia, Tudmîr47

, Cartagena, Denia,

Ibiza, Mallorca, Alicante dan Menorca.

- Provinsi Valencia; terdiri dari kota Valencia, Jucar, El Puig, dan Jativa.

- Provinsi Alpuente; terdiri dari kota Alpuente.

- Provinsi Albaracin; terdiri dari kota Albaracin.

- Provinsi Zaragoza; terdiri dari kota Zaragoza, Tudela, Barbastro, Huesca,

Tortosa, dan Lerida.

b. Wilayah Andalusia Tengah

- Provinsi Cordova; terdiri dari kota Cordova, Archidona, Belalcazar, Fahs

al-Ballût, dan Levante.

- Provinsi Granada; terdiri dari kota Granada, Las Navas de Tolosa, Baza,

Elvira, Guadix, Albaicin, Baeza, dan Jaen.

- Provinsi Almeria; terdiri dari kota Almeria, Pechina, Berja, dan Lorca.

- Provinsi Toledo; terdiri dari kota Toledo, Guadalajara, dan Salamanca.

- Provinsi Carmona; terdiri dari kota Carmona, Moron de la Frontera,

Arcos, Sidonia, dan Tarif.

47

Sejumlah nama kota yang berhasil terdata tidak ditemukan pengalihan bahasanya ke

dalam bahasa latin. Oleh karena itu, penulisan beberapa nama kota dalam penelitian ini tetap

menggunakan transliterasi asli dari bahasa Arab.

Page 72: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

61

- Provinsi Malaga; terdiri dari kota Malaga, Velez-Malaga, Ronda,

Algeciras, Estepona, Marbella, Comares, Regio, dan Multamâs.

c. Wilayah Andalusia Barat

- Provinsi Sevilla; terdiri dari kota Sevilla, Niebla, Ecija, Estepa, Cadiz,

dan Mertola.

- Provinsi Badajoz; terdiri dari kota Badajoz, Merida, Lisbon, Beja

Santarem, dan Cabra.

- Provinsi Huelva; terdiri dari kota Huelva.

- Provinsi Silves; terdiri dari kota Silves dan Algarve.

Selain itu, terdapat sejumlah kota di daerah Afrika Utara (Maghribi) yang

juga termasuk ke dalam wilayah pemerintahan Islam Andalusia.48

Kota-kota

tersebut terletak di pesisir pantai Mediterania dekat Selat Gibraltar dengan

Maroko sebagai pusat pemerintahan. Kota-kota yang dimaksud adalah Fez,

Rabat, Meknes, Tangier, Ceuta, Tlemcen, Tripoli, Bajayah, Beja, El Adoua,

Qayrawan, Sijilmassa, Salé, dan Melilla.

Selanjutnya, kota-kota yang telah terdata tersebut dikelompokkan ke

dalam kategori kota provinsi (pemerintahan pusat) dan kota kabupaten

(pemerintahan daerah). Hal tersebut dilakukan agar pemetaan wilayah

administrasi Andalusia pada masa pemerintahan Islam dapat dipahami secara

utuh. Adapun pengelompokan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

48

Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulat Umayyah II di Cordova, h. 9.

Page 73: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

62

Kota Provinsi (pemerintahan pusat): Silves, Huelva, Badajoz, Sevilla,

Malaga, Carmona, Toledo, Almeria, Granada, Cordova, Zaragoza, Albaracin,

Alpuente, Valencia, Murcia, dan Maroko.

Kota Kabupaten (pemerintahan daerah): Algarve, Merida, Lisbon, Beja

Santarem, Cabra, Niebla, Ecija, Estepa, Cadiz, Mertola, Velez-Malaga, Ronda,

Algeciras, Estepona, Marbella, Comares, Regio, Multamâs, Moron de la

Frontera, Arcos, Sidonia, Tarif, Guadalajara, Salamanca, Pechina, Berja,

Lorca, Las Navas de Tolosa, Baza, Elvira, Guadix, Albaicin, Baeza, Jaen,

Archidona, Belalcazar, Fahs al-Ballût, Levante, Tudela, Barbastro, Huesca,

Tortosa, Lerida, Jucar, El Puig, Jativa, Tudmîr, Cartagena, Denia, Ibiza,

Mallorca, Alicante, Menorca, Fez, Rabat, Meknes, Tangier, Ceuta, El Adoua,

Sijilmassa, Salé, dan Melilla.

Sejauh penelusuran penulis, diantara kota-kota yang telah terdata terdapat

sejumlah kota yang telah ada sejak dahulu (kota lama). Kota-kota lama yang

dimaksud adalah Tudmir, Zaragoza, Cordova, Toledo, Sevilla, Ecija, Ceuta,

Sidonia, dan Melilla. Selain itu, terdapat pula sejumlah kota yang merupakan

hasil pemekaran setelah kekuasaan Islam semakin meluas. Kota-kota hasil

pemekaran yang dimaksud adalah Valencia, Jucar, Jativa, Archidona, Fahs al-

Ballût, Guadix, Granada, Malaga, Algeciras, Sijilmassa dan Salé.

Berdasarkan rangkaian penjelasan di atas, terlihat bahwa Andalusia

adalah sebuah wilayah yang sangat luas. Meskipun terdapat kemungkinan

adanya kota-kota yang belum teridentifikasi, kota-kota Andalusia yang

dipaparkan di atas cukup menggambarkan kemajemukan wilayah Andalusia.

Page 74: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

63

C. Sejarah Singkat Peradilan Islam di Andalusia

Sistem administrasi pemerintahan di kekhalifahan Barat (baca:

Andalusia) tidak jauh berbeda dari kekhalifahan Timur. Provinsi-provinsi di

Andalusia masing-masing diperintah oleh seorang gubernur sipil dan militer

yang disebut wali. Beberapa kota penting juga berada di bawah kekuasaan para

wali. Peradilan dijalankan langsung oleh khalifah49

, yang kemudian

mendelegasikan kewenangan kepada para qâdi. Kasus-kasus kriminal dan

kejahatan domestik diadili oleh seorang qâdi khusus yang disebut sâhib al-

syurtah. Qâdi khusus lainnya di Cordova, sâhib al-Mazâlim, bertugas

menerima pengaduan setiap orang yang merasa kecewa atas pelayanan para

pejabat publik.

Hukuman yang biasanya diputuskan oleh pengadilan adalah denda,

skorsing, penjara, pemotongan anggota tubuh, dan dalam beberapa kasus

khusus seperti fitnah, bid‟ah dan murtad, hukuman mati menjadi hukuman

final. Salah satu jabatan yang cukup menarik adalah muhtasib. Jabatan tersebut

tidak hanya mengarahkan polisi, tetapi juga bertindak sebagai pengawas

perdagangan pasar, memeriksa takaran dan timbangan, serta ikut mengurusi

kasus-kasus perjudian, seks amoral, dan busana yang tidak layak di hadapan

umum.50

49

„Atiyyah Mustafâ Musyrifah menyatakan bahwa kewenangan dalam bidang peradilan

pada dasarnya dikelola dan dipegang oleh seorang khalifah karena khilâfah merupakan sebuah

bentuk perwakilan dari Syâri’ dalam penyebaran agama dan pengaturan urusan manusia. Selain

itu, „Athiyyah menambahkan bahwa diantara hal-hal yang wajib ada pada sebuah khilâfah adalah

kekuasaan dalam menjalankan peradilan. Lihat „Atiyyah Mustafâ Musyrifah, al-Qadâ` fi al-`Islâm,

Cet. II, (t.tp: t.p, 1966), h. 76.

50 Philip K Hitti, History of Arabs, h. 692.

Page 75: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

64

Selanjutnya, pada pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad, tepatnya

pada pemerintahan Harûn al-Rasyîd (w. 175-193 H/786-809 M), terdapat

sebuah jabatan baru dalam bidang peradilan Islam yang disebut dengan “qâdî

al-qudâh.”51

Pada saat itu, jabatan qâdî al-qudâh hanya ada di Baghdad dan

dipegang oleh 1 orang. Setelah daerah-daerah kekuasaan Islam satu persatu

memisahkan diri dari pusat pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad, jabatan

qâdî al-qudâh dapat dijumpai di sejumlah pusat pemerintahan Islam.52

Eksistensi jabatan qâdî al-qudâh mengindikasikan penerapan sistem

peradilan berjenjang (lebih dari satu) dalam peradilan Islam. Pada awal mula

pemerintahan Islam berdiri, ketentuan yang berlaku dalam peradilan Islam

adalah penyelesaian perkara/sengketa dalam satu tingkat saja. Keputusan

seorang qâdi pada suatu perkara bersifat tetap, tidak dapat diganggu-gugat dan

51

Secara bahasa, qâdî al-qudâh berarti hakimnya para hakim. Para pakar hukum Islam

memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap jabatan ini. Muhammad Salam Madkur

memaknai qâdî al-qudâh sebagai “hakim agung.” Adapun T. M. Hasbi Ash Shiddeqy menyatakan

bahwa qâdî al-qudâh memiliki makna yang sejajar dengan “menteri kehakiman.” Lihat

Muhammad Salam Madkur, al-Qadâ` fi al-`Islâm, Penerjemah Imron AM, (Surabaya: PT. Bina

Ilmu, 1993), h. 64. T. M. Hasbi Ash Shiddeqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Ed. II Cet. II,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 24. Terkait pendapat yang menyatakan bahwa qâdî al-

qudâh adalah “hakim agung,” maka perlu dicatat bahwa pada dasarnya, “hakim agung” merupakan

jabatan yang hanya berkedudukan di pusat pemerintahan suatu negara. Akan tetapi, tidak demikian

halnya dengan qâdî al-qudâh. Setelah daerah-daerah kekuasaan Islam satu persatu memisahkan

diri dari pusat pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad, penguasa tiap-tiap daerah yang

memisahkan diri mengangkat qâdî al-qudâh masing-masing. Sehingga, jabatan qâdî al-qudâh

dapat dijumpai di tiap-tiap daerah bagian pemerintahan Islam, dan salah satunya di Andalusia.

Adapun pendapat yang menyatakan bahwa qâdî al-qudâh adalah “menteri kehakiman,” maka

perlu diingat bahwa pada praktiknya, seorang qâdî al-qudâh langsung menangani persoalan

peradilan sebagaimana para qâdi lainnya, tetapi dengan kewenangan dan tanggung jawab yang

lebih besar. Namun, lain halnya dengan “menteri kehakiman.” Pada praktiknya, “menteri

kehakiman” menjalankan urusan pemerintahan pada bidang hukum secara umum (aspek

administrasi). Dengan kata lain, “menteri kehakiman” tidak terjun langsung menyelesaikan

perkara-perkara yang masuk ke ranah peradilan. Berdasarkan sejumlah alasan tersebut, hemat

penulis, jabatan qâdî al-qudâh lebih tepat disejajarkan maknanya dengan “hakim tinggi.”

52 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, h. 23. Muhammad Salam

Madkur, al-Qadâ` fi al-`Islâm, h. 39.

Page 76: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

65

tidak dapat dibatalkan, meski oleh khalifah (kepala negara). Akan tetapi,

kemungkinan terjadinya kesalahan qâdi dalam putusannya menyebabkan

individu yang menjabat sebagai qâdî al-qudâh diperkenankan meninjau dalam

tingkat kedua (banding) hukum yang diputuskan pada tingkat pertama.53

Dalam

peradilan Islam, pejabat yang bertugas memeriksa dan menyelesaikan perkara

di tingkat pertama disebut qâdi, sedangkan pejabat yang bertugas memeriksa

dan menyelesaikan perkara di tingkat kedua/banding disebut qâdî al-qudâh.54

Di Andalusia, jabatan qâdî al-qudâh disebut qâdî al-jamâ‘ah.55

Ia

ditunjuk dan diberhentikan langsung oleh penguasa setempat.56

Sebelumnya,

jabatan qâdî al-jamâ‘ah ini disebut qâdi al-Jund yang berarti “Hakim para

Tentara.” Hal tersebut wajar, mengingat bahwa pada masa awal pemerintahan

Islam di Andalusia, mayoritas kaum muslimin (baik rakyat biasa, para qâdi

atau pejabat pemerintah) berprofesi sebagai tentara. Setelah „Abdul-Rahmân

al-Dâkhil meletakkan pondasi kekuasaan Bani Umayyah II di Andalusia

53

Samir Aliyah, Sistem Pemerintahan, Peradilan & Adat dalam Islam, Penerjemah Asmuni

Solihan Zamakhsyari, Cet. I, (Jakarta: Khalifa, 2004), h. 79.

54 Sejauh yang dapat diamati, praktik pemeriksaan tingkat lanjutan setelah tingkat banding

(misal kasasi) tidak ditemukan dalam sistem peradilan Islam. Hal tersebut dapat dilatarbelakangi

oleh fakta bahwa ketidakpuasan hukum yang diputuskan oleh para qâdî al-qudâh di tingkat

banding sangat jarang terjadi (untuk tidak dikatakan tidak pernah).

55 al-Jamâ‘ah di sini berarti komunitas muslim yang menetap di ibukota pemerintahan yang

baru, yaitu Cordova. Lihat „Isâm Muhammad Syabârû, Qâdî al-Qudâh fi al-`Islâm, (Beirut: Dâr

Misbâh al-Fikr, t.th), h. 27-28.

56 Pada masa pemerintahan Bani Nasrid di Granada (629-897 H/1232-1492 M), sultan atau

amir (pemegang kekuasaan politik) memiliki kewenangan khusus untuk menunjuk sekaligus

memberhentikan para qâdi atau bahkan qâdî al-jamâ‘ah. Penunjukan dan pemecatan (para qâdi)

kerap berhubungan dengan pertimbangan politis. Kesetiaan kepada sultan atau amir yang berkuasa

memainkan peranan penting dalam menentukan sistem hukum yang berlaku. Lihat M. Isabel

Calero Secall, “Rulers and Qâdis: Their Relationship During The Nasrid Kingdom,” Islamic Law

and Society 7 (2000), h. 255.

Page 77: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

66

dengan Cordova sebagai ibukotanya, jabatan qâdi al-jund kemudian berubah

menjadi qadî al-jamâ‘ah dan berkedudukan di Cordova.57

Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad, seiring dengan

kemunculan jabatan qâdî al-qudâh dalam peradilan Islam, otoritas absolut

penguasa dalam pengelolaan peradilan akhirnya didelegasikan kepada para

qâdî al-qudâh. Kewenangan pengangkatan para qâdi yang bertugas di daerah

juga diserahkan kepada para qâdî al-qudâh. Kondisi yang demikian juga

berlaku dalam sistem peradilan Islam di Andalusia. Fungsi utama seorang qâdî

al-jamâ‘ah adalah mengangkat para qâdi yang akan bertugas di wilayah/daerah

bagian, mengawasi para qâdi yang bertugas di daerah pada peradilan di

bawahnya, memecat qâdi yang dianggap menyimpang, serta meninjau putusan

para qâdi yang bertugas di daerah-daerah.58

Penting untuk dicatat bahwa pada awalnya, qâdî al-jamâ‘ah merupakan

jabatan yang hanya dipegang oleh qâdi yang bertugas di pusat pemerintahan,

yaitu kota Cordova. Bahkan sebelumnya, ia adalah satu-satunya qâdi di

Cordova, dalam artian tidak boleh memiliki wakil (nâ`ib).59

Namun, seiring

dengan keruntuhan dinasti Bani Umayyah II, yang juga menandai dimulainya

57

Gelar Qâdî al-Jamâ‘ah ini sempat menghilang atau ditinggalkan bersamaan dengan

keruntuhan dinasti Bani Umayyah di Andalusia. Ketika seorang Qâdî al-Jamâ‘ah bernama al-

Saffâr – yang ditunjuk oleh Khalifah Umayyah yang terakhir – meninggal pada tahun 429 H/

1038 M, para penerusnya tidak lagi diberi gelar Qâdî al-Jamâ‘ah. Pada tahun 448 H/1056 M, Bani

Jahwar yang berkuasa di Cordova kemudian menghidupkan kembali gelar tersebut demi

menunjukkan kekuasaan mutlak mereka atas kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Lihat Christian

Muller, “Judging with God‟s Law on Earth: Judicial Powers of The Qâdî al-Jamâ‘ah of Cordova in

the Fifth/Eleventh Century,” Islamic Law and Society 7 (2000), h. 162.

58 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, h. 24. Muhammad Salam

Madkur, al-Qadâ` fi al-`Islâm, h. 40, 49.

59 Christian Muller, “Judging with God‟s Law on Earth: Judicial Powers of The Qâdî al-

Jamâ‘ah of Cordova in the Fifth/Eleventh Century,” h. 163.

Page 78: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

67

periode Mulûk al-Tawâ`if, kerajaan-kerajaan kecil yang ada mengangkat qâdî

al-jamâ‘ah di pusat pemerintahan masing-masing.

Di antara nama-nama yang pernah bertugas sebagai qâdî al-jamâ‘ah

adalah Mundzir al-Balautiy (w.355 H/965 M) di Cordova pada masa

Kekhalifahan Umayyah II di Cordova (317 H/929 M), `Abû Ja‟far al-Tsa‟labiy

al-Qurtubiy (w.548 H/1153 M) di Cordova pada tahun 529 H/1134 M, `Abû al-

Walîd ibn `Abi „Umar ibn Muhammad ibn „Abdillâh al-Qurtubiy60

, Abû al-

Qâsim al-Qurtubiy yang akrab dipangil al-Jayyâniy (w.462 H/1069 M) di

Toledo, `Abû al-Qâsim ibn `Abî al-Walîd al-Qurtubiy al-`Umawiy (w.652 H

/1228 M) di Maroko kemudian Cordova.61

Selanjutnya, ketika „Abdul-Rahmân al-Dâkhil berkuasa, para qâdî al-

jamâ‘ah memutuskan perkara berdasarkan mazhab al-`Auzâ‘iy. Seiring dengan

semakin banyaknya para cendekiawan yang memasuki daerah Andalusia62

,

60

Dari pemahaman penulis terhadap teks yang ada, `Abû al-Walîd ibn `Abi „Umar ibn

Muhammad ibn „Abdillâh al-Qurtubiy menjadi qâdî al-jamâ‘ah di Cordova pada tahun yang sama

dengan `Abû Ja‟far al-Tsa‟labiy al-Qurtubiy, yakni pada tahun 529 H/1134 M. Adapun teks asli

tersebut berbunyi sebagai berikut.

، وكذلك أبو الوليد بن أبي عمر 3311/ 925"وفي قرطبة، تقّلد أبو جعفر الثعلبي القرطبي، منصب قاضي الجماعة سنة بن محمد بن عبد اهلل القرطبي"

Lihat „Isâm Muhammad Syabârû, Qâdî al-Qudâh fi al-`Islâm, h. 29.

61 „Isâm Muhammad Syabârû, Qâdî al-Qudâh fi al-`Islâm, h. 28-30.

62 Salah seorang yang disebut pertama kali memasukkan mazhab Maliki ke Andalusia

adalah `Abû „Abdillâh Ziyâd ibn „Abdil-Rahmân al-Qurtubiy yang akrab dipanggil syabtuun (w.

193 H/808 M). Disebutkan pula bahwa kerabat darinya banyak berkecimpung dalam dunia

peradilan. Lihat Muhammad ibn al-Hasan al-Tsa‟âlabî al-Fâsî, al-Fikr al-Sâmî fî Târîkh al-Fiqh

al-`Islâmî, Jilid 1 Cet. I, (Madinah: al-Maktabah al-„Ilmiyyah, 1976), h. 445.

Page 79: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

68

mazhab Maliki kemudian mulai dikenal dan digunakan di wilayah Andalusia.63

Akhirnya, pada masa pemerintahan Amir al-Hakam ibn Hisyâm (180-206 H

/796-822 M)64

, mayoritas putusan para qâdi serta fatwa-fatwa yang dikeluarkan

berlandaskan mazhab Maliki.65

Di antara qâdî al-jamâ‘ah yang menggunakan

mazhab Maliki adalah `Abû Ja‟far al-Tsa‟labiy al-Qurtubiy dan `Abû al-Walîd

ibn `Abi „Umar ibn Muhammad ibn „Abdillâh al-Qurtubiy.66

Terkait penggunaan mazhab Maliki di Cordova, tidak ada seorang qâdi

pun yang dapat mengeluarkan atau memberikan sebuah putusan akhir (dari

kasus yang dihadapinya) berdasarkan pertimbangannya sendiri. Untuk dapat

mengeluarkan sebuah putusan akhir yang berkekuatan hukum, qâdi yang

bertugas harus meminta opini hukum dari para ahli hukum (fuqahâ`) yang

tergabung dalam dewan syûrâ. Sementara qâdi yang bertugas tersebut hanya

terfokus pada fakta-fakta dari kasus yang dihadapinya.

Sementara itu, dewan syûrâ yang kemudian memberikan jawaban atas

kasus tersebut berdasarkan doktrin mazhab Maliki. Qâdi yang berwenang harus

menginformasikan kepada dewan syûrâ mengenai fakta-fakta hukum yang ada

melalui laporan tertulis, yang biasa disebut khitâba, yang disegel dalam sebuah

63 Pendapat lain menyatakan bahwa sejak awal mula kaum Muslim Andalusia telah

menyandarkan diri pada al-Muwatta` Imam Mâlik. Ahmad Thomson dan M. „Ata‟ur Rahim, Islam

in Andalus, h. 43.

64 Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 223.

65 W. Montgomery Watt dan Pierre Cachia, A History of Islamic Spain, h. 59. Dikatakan

juga bahwa perkembangan mazhab Maliki di Andalusia merupakan salah satu program politik

internal Bani Umayyah yang waktu itu ingin mendirikan pemerintahan yang mandiri di Andalusia

yang akan mampu menandingi pemerintahan Bani Abbasiyyah di Timur, baik secara politis

maupun religius. Lihat Oussama Arabi, David S. Powers and Susan A. Spectorsky, Islamic Legal

Thought A Compendium of Muslim Jurists, (Leiden: Brill, t.th), h. 221.

66 „Isâm Muhammad Syabârû, Qâdî al-Qudâh fi al-`Islâm, h. 54.

Page 80: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

69

amplop. Laporan tersebut juga berisi semua dokumen yang terkait dengan

kasus. Berdasarkan laporan yang diberikan, dewan syûrâ akan mengeluarkan

fatwa terkait putusan apa yang harus diambil atas kasus yang sedang dihadapi

oleh qâdi yang bersangkutan. 67

Lebih jauh lagi, sebuah proses peninjauan kembali putusan terdahulu,

yang biasa disebut dengan judicial review, telah dikenal dalam sistem peradilan

di Andalusia. Proses dari judicial review merupakan tanggung jawab qâdi yang

bertugas. Keputusan untuk menguatkan atau menggugurkan putusan qâdi

terdahulu sepenuhnya berada di tangannya (qâdi yang bertugas). Pemerintah

setempat hanya memiliki peran dalam mengkonfirmasi dan atau mengeksekusi

putusan yang memiliki implikasi politik.68

67

Selengkapnya tentang dewan syûrâ ini lihat Christian Muller, “Judging with God‟s Law

on Earth: Judicial Powers of The Qâdî al-Jamâ‘a of Cordova in the Fifth/Eleventh Century,” h.

164.

68 Putusan qâdi terdahulu bisa dibatalkan dikarenakan beberapa faktor, seperti kesalahan

dalam menerapkan hukum, kesalahan dalam fakta-fakta yang menjadi dasar dari putusan tersebut,

atau adanya perubahan situasi dan kondisi yang melatarbelakangi putusan tersebut. Selengkapnya

tentang judicial review ini lihat Delfina Serrano, “Legal Practice in an Andalusi-Magribi Source

From The Twelfth Century CE: The Madzâhib al-Hukkâm fi Nawâzil al-`Ahkâm,” Islamic Law

and Society 7 (2000), h. 231.

Page 81: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

70

BAB IV

ANALISIS DAN INTERPRETASI

Bab ini terdiri dari 4 (empat) subbab pembahasan. Subbab pertama

memaparkan data para qâdi yang pernah bertugas di wilayah yurisdiksi Andalusia

dan mengelompokkan para qâdi tersebut berdasarkan wilayah tugas mereka. Subbab

kedua menjelaskan kota-kota yang menjadi sentra-sentra peradilan Islam di Andalusia

dan mengklasifikasikan sentra-sentra peradilan tersebut ke dalam yurisdiksi tingkat

pertama dan yurisdiksi tingkat banding. Subbab ketiga mendeskripsikan sistem

pembinaan (mutasi-promosi) para qâdi yang berlaku di Andalusia. Terakhir, subbab

keempat memaparkan interpretasi penulis terhadap temuan dalam penelitian ini.

A. Para Qâdi di Wilayah Yurisdiksi Andalusia

Berikut merupakan pemaparan data para qâdi yang pernah bertugas di

wilayah yurisdiksi Andalusia yang diperoleh dari kedua sumber utama penelitian

ini: yaitu kitab Târîkh Qudât al-`Andalus (S1) dan Târîkh ‘Ulamâ` al-`Andalus

(S2). Selain itu, demi melengkapi informasi yang dibutuhkan, sumber lain juga

digunakan, yaitu kitab Qudât Qurtubah (S3), al-Fikr al-Sâmî fî Târîkh al-Fiqh al-

`Islâmî (S4), dan Qâdî al-Qudât fi al-`Islâm (S5).1 Data yang diperoleh disusun

secara sistematis berdasarkan tahun wafat para qâdi.

1 Sumber informasi untuk setiap qâdi dicantumkan di belakang nama setiap qâdi dengan

menggunakan kode-kode yang telah ditentukan.

Page 82: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

71

Tabel 4.1

Para Qâdi di Wilayah Yurisdiksi Andalusia

No Nama Qâdi Wafat Keterangan

1 Yahya ibn Zaid al-Tajîbiy

(S1)

172 H/

788 M2

Ia berasal dari Afrika3 dan diangkat menjadi qâdi di

Cordova oleh Khalifah „Umar ibn „Abdil-Azîz.4 Setelah

Amir „Abdul-Rahmân I al-Dâkhil5 berkuasa, Yahya ibn

Zaid diangkat sebagai qâdî al-jamâ‘ah di Cordova.

2

Yazîd ibn Yahyâ ibn

Syuraih ibn ‘Amrû ibn

‘Auf (S2)

-

Ia diangkat menjadi qâdi di Cordova oleh Amir „Abdul-

Rahmân I. Disebutkan bahwa Ia diberhentikan dari

jabatannya dan diganti dengan Mu‟âwiyah ibn Sâlih.

3 Mu‟âwiyah ibn Sâlih al-

Hadromiy (S1)

168 H/

784 M

Ia adalah `Abû ‘Abdirrahmân/`Abû ‘Amrû, berasal dari

Syam. Ia diangkat sebagai qâdî al-jamâ‘ah di Cordova

oleh Amir „Abdul-Rahmân I.

4 ‘Abdul-Rahmân ibn Tarîf

(S2) -

Ia menjadi qâdi di Cordova pada pemerintahan „Abdul-

Rahmân I, Bersama-sama dengan qâdi Mu‟âwiyah ibn

Sâlih.

5 Hassân ibn Yasâr al-

Hudzaliy (S2) -

Ia berasal dari Zaragoza dan menjadi qâdi di sana pada

waktu Amir „Abdul-Rahmân I memasuki Andalusia.6

6

‘Amrû ibn Syarâhîl ibn

Muhammad al-Ma‘âfiriy

(S2)

- Ia berasal dari Cordova dan menjadi qâdi di sana pada

pemerintahan Amir „Abdul-Rahmân I.

7 Nasr ibn Zarîf al-

Yahsubiy (S1) -

Ia diangkat sebagai qâdi di Cordova oleh Amir „Abdul-

Rahmân I.7

8 al-Mus‟ab ibn „Imrân (S1) -

Ia adalah `Abû Muhammad. Ia berasal dari Syam dan

diangkat menjadi qâdî al-jamâ‘ah di Cordova oleh

Amir Hisyâm I ibn „Abdil-Rahmân I.8 Bahkan setelah

Hisyâm I wafat dan digantikan oleh anaknya, Amir al-

Hakam I ibn Hisyâm I9, `Abû Muhammad masih tetap

menjabat sebagai qâdî al-jamâ‘ah.

2 Disebutkan bahwa Ia wafat pada saat Amir „Abdul-Rahmân I al-Dâkhil wafat.

3 Penyebutan beberapa daerah dalam sumber-sumber penelitian menggunakan istilah umum,

seperti Afrika, Andalusia Timur, dan lain sebagainya yang tidak ditemukan spesifikasinya.

4 Ia memerintah sejak 61 H/681 M s.d. 101 H /720 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, (Beirut:

Dâr Al-Masyriq, 2005), h. 379.

5 Ia memerintah sejak 138 H/756 M s.d. 172 H/788 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

6 Pada tahun 137 H/755 M.

7 Terdapat informasi yang menyebutkan bahwa Ia menjabat untuk waktu yang cukup lama.

8 Ia memerintah sejak 172 H/788 M s.d. 180 H/796 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

9 Ia memerintah sejak 180 H/796 M s.d. 207 H/822 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

Page 83: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

72

9 Fadl ibn ‘Amîrah al-

Kinâniy (S2)

197 H/

812 M

Ia dikenal sebagai `Abû al-‘Âfiyah. Ia berasal dari

Tudmîr (Provinsi Murcia) dan menjadi qâdi di sana

pada pemerintahan Amir al-Hakam I.

10 Muhammad ibn Basyîr al-

Ma‟âfiriy (S1)

198 H/

813 M

Ia berasal dari daerah Beja (Provinsi Badajoz) dan

diangkat menjadi qâdî al-jamâ‘ah10

di Cordova (sebagai

pengganti al-Mus‟ab ibn „Imrân) oleh Amir al-Hakam I

ibn Hisyâm.11

11 Al-Faraj ibn Kinânah al-

Kinâniy (S1) -

Ia berasal dari kota Sidonia.12

Ia diangkat sebagai qâdî

al-jamâ‘ah di Cordova oleh Amir al-Hakam I ibn

Hisyâm sejak tahun 198 H/813 M (menggantikan

Muhammad ibn Basyîr)

12 ‘Abbâs ibn Nâsih al-

Tsaqafiy (S2) -

Ia dikenal sebagai `Abû al-‘Alâ`i. Ia berasal dari

Algeciras dan diangkat menjadi qâdi di Sidonia

(Provinsi Carmona) dan Algeciras (Provinsi Malaga)

oleh Amir al-Hakam I.

13 ‘Abdul-Wahhâb ibn

‘Abbâs ibn Nâsih (S2) -

Ia berasal dari Algeciras dan menjadi qâdi di Sidonia

dan Algeciras, menggantikan ayahnya, ‘Abbâs ibn

Nâsih al-Tsaqafiy.

14

Muhammad ibn ‘Abdil-

Wahhâb ibn ‘Abbâs ibn

Nâsih (S2)

-

Ia berasal dari Algeciras dan menjadi qâdi di Sidonia

dan Algeciras, menggantikan ayahnya, ‘Abdul-Wahhâb

ibn ‘Abbâs ibn Nâsih.

15 Hâmid ibn Yahya (S2) 207 H/

822 M

Ia akrab disapa `Abû Muhammad. Ia berasal dari

Cordova dan diangkat menjadi qâdi di sana oleh Amir

al-Hakam I ibn Hisyâm.

16 ‘Abdul-Salâm ibn Walîd

(S2) -

Ia berasal dari Huesca (Provinsi Zaragoza) dan diangkat

menjadi qâdi di sana oleh Amir al-Hakam I ibn Hisyâm.

17 Sa‘îd ibn Muhammad ibn

Basyîr al-Ma‟âfiriy13

(S2)

210 H/

825 M

Ia berasal dari Beja. Ia pernah menjabat sebagai qâdi di

Ecija (Provinsi Sevilla). Kemudian Ia diangkat menjadi

qâdî al-jamâ’ah di Cordova oleh Amir „Abdul-Rahman

II ibn al-Hakam I.14

18 Ziyâd ibn ‘Abdillâh al-

`Ansâriy (S2)

212 H/

827 M Ia adalah seorang qâdi di Toledo.

19 `Ibrâhîm ibn Yahya ibn

Barwana (S2) -

Ia akrab disapa `Abû `Ishâq dan berasal dari kota

Toledo. Ia disebut pernah menjabat sebagai qâdi di kota

Toledo dan beberapa kota lainnya.

20 `Ahmad ibn al-Walîd ibn

Bâhiliy (S2)

Ia berasal dari kota Toledo dan pernah menjabat sebagai

qâdi di kota Toledo dan Jaen (Provinsi Granada).

10

al-Khasyaniy al-Qarwiy, Qudât Qurtubah, Cet. II, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Lubnâniyyah,

1989), h. 73-75.

11 Disebutkan bahwa Ia menjabat hingga wafat, dan bahwa Ia sebelumnya bekerja sebagai kâtib

al-Mus‟ab ibn „Imrân.

12 al-Khasyaniy al-Qarwiy, Qudât Qurtubah, h. 93.

13 Ia adalah anak dari Muhammad ibn Basyîr al-Ma‟âfirriy.

14 Ia memerintah sejak 207 H/822 M s.d. 238 H/852 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

Page 84: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

73

21 Zakariyyâ ibn Qatâm (S2) - Ia akrab disapa `Abû Yahyâ dan berasal dari Toledo. Ia

menjabat sebagai qâdi di Toledo hingga wafat.15

22 Yahyâ ibn Ma‘mar al-

`Alhâniy (S1) -

Ia adalah `Abû Bakr. Ia berasal dari kota Sevilla dan

diangkat sebagai qâdi di Cordova oleh Amir „Abdul-

Rahmân I. Setelah beberapa lama menjabat, Yahyâ

kemudian diangkat menjadi qâdî al-jamâ‘ah di

Cordova, yakni pada masa pemerintahan Amir „Abdul-

Rahmân II.16

23 Syabtûn ibn ‘Abdillâh

(S2)

212 H/

827 M

Ia berasal dari Toledo dan menjabat sebagai qâdi di

sana.

24 ‘Abdul-Rahmân ibn Mûsâ

al-Lahwâriy (S2) -

Ia dikenal sebagai `Abû Mûsâ. Ia berasal dari Ecija dan

menjadi qâdi di sana pada pemerintahan „Abdul-

Rahman II.

25 `Uswâr ibn ‘Uqbah (S2) 213 H/

828 M

Ia adalah `Abû ‘Uqbah. Ia berasal dari Cordova dan

diangkat menjadi qâdî al-jamâ‘ah di sana oleh ‘Abdul-

Rahmân II, menggantikan Yahya ibn Ma‟mar (ketika

pertama kali diturunkan). Ia menjabat hingga wafat.

26 `Asad ibn al-Furât ibn

Sinân (S1)

213 H/

828 M

Ia diangkat sebagai qâdi di daerah Afrika oleh `Abû

Muhammad Ziyâdatullâh I.17

27

Walîd ibn ‘Abd al-Khâliq

ibn ‘Abd al-Jabbâr ibn

Qais (S2)

225 H/

839 M

Ia berasal dari Toledo dan menjadi qâdi di sana pada

pemerintahan Amir „Abdul-Rahman II.

28

‘Abdul-Rahmân ibn al-

Fadl ibn Râsyid al-

Kinâniy al-‘Utaqiy (S2)

227 H/

841 M

Ia dikenal dengan sebutan `Abû al-Mutarrif. Ia berasal

dari Tudmîr dan menjadi qâdi di sana pada

pemerintahan Amir al-Hakam I. Disebutkan bahwa Ia

menjabat setelah ayahnya, al-Fadl ibn ‘Amîrah.

29 `Ibrâhîm ibn al-„Abbâs al-

Quraisyî18

(S3) -

Ia diangkat menjadi qâdi di Cordova oleh ‘Abdul-

Rahmân II pada tahun 215 H/830 M. Ia kemudian

diberhentikan dari jabatannya.

30 Yukhâmir ibn ‘Utsmân al-

Sya‘bâniy (S3) -

Ia berasal dari Cordova dan diangkat menjadi qâdi di

sana oleh Amir „Abdul-Rahmân II pada tahun 220

H/835 M, menggantikan `Ibrâhîm ibn al-„Abbâs al-

Quraisyî. Ia kemudian diberhentikan dari jabatannya

dan diganti dengan „Alî ibn `Abî Bakr al-Kilâbî.

31 „Alî ibn `Abî Bakr al-

Kilâbî (S3) -

Ia berasal dari Cabra (Povinsi Badajoz) dan menjabat

sebagai qâdi di Cordova, menggantikan Yukhâmir ibn

‘Utsmân al-Sya‘bâniy.

15

Terdapat informasi yang menyebutkan bahwa Ia pernah bertemu dengan Sahnûn ibn Sa‟îd

dan para sahabatnya.

16 Disebutkan bahwa Yahyâ pernah diberhentikan dari jabatannya oleh Amir dan digantikan

oleh `Uswâr ibn ‘Uqbah. Setelah `Uswâr ibn ‘Uqbah wafat, Yahyâ kemudian Ia diangkat kembali dan

menjabat hingga wafat. Lihat al-Khasyaniy al-Qarwiy, Qudât Qurtubah, h. 104-108, 112-115.

17 Ia memerintah sejak 201 H/817 M s.d. 223 H/838 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 539.

18 Menjabat beberapa bulan setelah Yahyâ ibn Ma‘mar al-`Alhâniy. Lihat al-Khasyaniy al-

Qarwiy, Qudât Qurtubah, h. 116.

Page 85: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

74

32 Mu‟âdz ibn „Utsmân al-

Sya‘bâniy (S1) -

Ia berasal dari Jaen dan diangkat menjadi qâdî al-

jamâ‘ah di Cordova oleh „Abdul-Rahmân II pada tahun

232 H/846 M.

33

Muhammad ibn Ziyâd ibn

‘Abdil-Rahmân al-

Lakhmiy19

(S1)

- Ia berasal dari Cordova dan diangkat menjadi qâdî al-

jamâ‘ah oleh Amir „Abdul-Rahmân II.

34 Mukhlid ibn Yazîd al-

Bajaliy (S2) -

Ia menjabat sebagai qâdi di Regio (Provinsi Malaga)

pada pemerintahan Amir „Abdul-Rahmân II. Ia wafat

pada akhir pemerintahan Amir.

35

„Abd al-Salâm ibn Sa‟îd

ibn Habîb al-Tanûkhiy

(S1)

240 H/

854 M

Ia akrab dipanggil Sahnûn, seorang ulama besar yang

berasal dari Qayrawan, Afrika. Ia diangkat sebagai qâdi

di Qayrawan oleh Amir `Abû al-„Abbas Muhammad ibn

al-`Aghlab20

pada tahun 234 H/848 M ketika ia berusia

74 tahun. Ia kemudian menjabat hingga wafat.

36 Muhammad ibn Sahnûn

(S4)

256 H/

869 M

Ia menjabat sebagai qâdi di Qayrawan menggantikan

ayahnya, „Abd al-Salâm ibn Sa‟îd ibn Habîb al-

Tanûkhiy/Sahnûn.

37 ‘Îsâ ibn Miskîn ibn

Mansur21

(S1) -

Ia berasal dari Afrika dan diangkat menjadi qâdi di sana

oleh Amir `Ibrâhîm ibn `Ahmad ibn al-`Aghlab.22

Disebutkan bahwa Ia menjabat sebagai qâdi di sana

selama 8,5 tahun.

38

`Abû al-Qâsim Hammâs

ibn Marwân ibn Simâk al-

Hamadzâniy23

(S1)

- Ia adalah salah seorang qâdi di Afrika.

39 Sa‟îd ibn Sulaimân al-

Ghâfiqiy (S1) -

Ia berasal dari kota Ghâfiq (Provinsi Cordova)24

dan

dikenal dengan sebutan `Abû Khâlid. Sebelum menjadi

qâdi di Cordova, Ia lebih dulu menjadi qâdi di Merida

(Provinsi Badajoz) dan kota lainnya. Kemudian Amir

„Abdul-Rahmân II ibn al-Hakam mengangkatnya

sebagai qâdî al-jamâ‘ah di Cordova. Disebutkan bahwa

Sa‟îd ibn Sulaimân tetap menjabat setelah Amir „Abdul-

Rahmân II wafat, yakni pada pemerintahan Amir

Muhammad I ibn „Abdil-Rahmân II25

. Ia menjabat

hingga wafat.26

19

Tercatat bahwa Ia hidup pada masa yang sama dengan Mu‟âwiyah ibn Sâlih dan Ia adalah

ayah dari al-Habîb ibn Muhammad ibn Ziyâd.

20 Ia memerintah sejak 226 H/841 M s.d. 241 H/856 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 539.

21 Ia hidup pada masa yang sama dengan Sahnûn.

22 Ia memerintah sejak 183 H/800 M s.d. 196 H/812 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 539.

23 Salah seorang sahabat Sahnûn.

24 Salah satu kota benteng di Cordova. Lihat Muhammad ibn „Abdil-Mun‟im al-Himyariy, al-

Raud al-Mi’târ fi Khabar al-`Aqtâr, Cet. II, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Lubnâniyyah, 1984), h. 426.

25 Ia memerintah sejak 238 H/852 M s.d. 275 H/886 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

Page 86: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

75

40 Masrûr ibn Muhammad

al-Ghâfiqiy27

(S2) -

Ia dikenal juga sebagai `Abû Najîh, berasal dari

Cordova. Ia diangkat menjadi qâdi di Cordova oleh

Amir „Abdul-Rahmân II.

41

`Ahmad ibn Ziyâd ibn

‘Abdil-Rahman al-

Lakhmiy28

(S3)

-

Ia berasal dari Sidonia. Tercatat bahwa Ia menjabat

sebagai qâdî al-jamâ‘ah di Cordova pada pemerintahan

Amir Muhammad I. Ia diberhentikan dari jabatannya

karena suatu kasus pada tahun 250 H/864 M.

Disebutkan bahwa jabatannya berlangsung selama 9

tahun.

42 Mundzir ibn al-Sabâh ibn

‘Ismah (S2)

255 H/

868 M

Ia berasal dari Cabra dan tercatat pernah menjabat

sebagai qâdi di sana.

43

‘Abdullâh ibn

Muhammad ibn Zarqûn

al-Murâdiy (S2)

-

Ia dikenal juga sebagai `Abû Muhammad. Ia berasal

dari Zaragoza dan diangkat menjadi qâdi di sana oleh

Amir Muhammad I. Disebutkan bahwa Ia menjabat

hingga wafat.

44

Fadl ibn al-Fadl ibn

‘Amîrah ibn Râsyid al-

‘Utaqiy (S2)

265 H/

878 M

Ia dikenal juga sebagai `Abû al-‘Âfiyah. Ia berasal dari

Tudmîr dan menjabat sebagai qâdi di sana

menggantikan ayahnya, qâdi Fadl ibn ‘Amîrah ibn

Râsyid.

45 ‘Amrû ibn ‘Abdillâh al-

Qab‘ah (S3)

273 H/

886 M

Ia dikenal sebagai al-Qab‘ah. Ia berasal dari Cordova

dan diangkat sebagai qâdî al-jamâ‘ah di sana oleh Amir

Muhammad I.29

46 ‘Abdullâh ibn `Abî al-

Nu‘mân (S2)

275 H/

888 M

Ia berasal dari Zaragoza dan pernah menjabat sebagai

qâdi di sana.

47

Muhammad ibn Salmah

ibn Habîb ibn Qâsim ibn

al-Sadafiy (S2)

-

Ia dikenal juga sebagai `Abû ‘Abdillâh, berasal dari

Tudela (Provinsi Zaragoza). Tercatat bahwa Ia pernah

diangkat menjadi qâdi di Tudela oleh Amir Muhammad

I, yakni pada tahun 272 H/885 M. Disebutkan bahwa Ia

tetap menjabat pada pemerintahan 2 Amir setelah Amir

Muhammad I, yakni Amir al Mundzir30

dan Amir

„Abdullâh31

.

26

Ia wafat setelah Amir Muhammad I memerintah selama 2 tahun. Lihat al-Khasyaniy al-

Qarwiy, Qudât Qurtubah, h. 135-141.

27 Ia diangkat setelah Sa‟îd ibn Sulaimân.

28 Ia adalah saudara Muhammad ibn Ziyâd al-Lakhmiy.

29 Disebutkan bahwa al-Qab‘ah diberhentikan dari jabatannya setelah dua tahun, dikarenakan

suatu kasus, sehingga Ia diganti dengan Sulaimân ibn `Aswad al-Ghâfiqiy. Kemudian pada tahun 260

H/873 M, ketika Sulaimân diberhentikan, al-Qab‘ah diangkat kembali dan menjabat hingga tahun 263

H/876 M. Lihat al-Khasyaniy al-Qarwiy, Qudât Qurtubah, h. 172.

30 Ia memerintah sejak 273 H/886 M s.d. 275 H/888 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

31 Ia memerintah sejak 275 H/888 M s.d. 299 H/912 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

Page 87: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

76

48 Sulaimân ibn `Aswad al-

Ghâfiqiy32

(S1) -

Ia berasal dari kota Gâfiq dan dikenal dengan sebutan

`Abû `Ayyûb. Ia diangkat menjadi qâdi di kota Merida

pada pemerintahan Amir „Abdul-Rahmân II. Kemudian

Ia diangkat menjadi qâdî al-jamâ‘ah di kota Cordova

ketika Amir Muhammad I berkuasa.33

49 ‘Âmir ibn Mu‘âwiyah al-

Lakhmiy (S3)

-

Ia dikenal dengan sebutan `Abû Mu‘âwiyah. Ia berasal

dari Regio, namun menetap di Cordova. Ia diangkat

menjadi qâdî al-jamâ‘ah di Cordova oleh Amir al-

Mundzir.34

50 Yahya ibn Muhammad

ibn Zakariyyâ`(S2)

293 H/

905 M

Ia adalah `Abû Zakariyyâ`, berasal dari Toledo dan

menjabat sebagai qâdi di sana hingga wafat.

51 Muhammad ibn Yûsuf

(S2) -

Ia berasal dari Sidonia dan menjadi qâdi di sana pada

pemerintahan Amir „Abdullâh.

52 Muhammad ibn Sulaimân

al-Ma‟âfiriy (S2)

295 H/

907 M

Ia dikenal sebagai `Abû ‘Abdillâh. Ia berasal dari

Huesca dan menjabat sebagai qâdi di sana.35

53 `Ibrâhîm ibn Hârûn ibn

Sahlin (S2)

296 H/

908 M

Ia berasal dari Zaragoza dan menjabat sebagai qâdi di

sana.

54 Muhammad ibn Junâdah

al-`Ilhânî (S2)

296 H/

908 M

Ia sering disapa `Abû ‘Abdillâh. Ia berasal dari Sevilla

dan diangkat menjadi qâdi di sana oleh `Ibrâhîm ibn

Hajjâj.

55 al-Nadr ibn Salamah al-

Kilâbiy al-Qîsiy (S3)

302 H/

914 M

Ia adalah `Abû Muhammad. Ia berasal dari Cabra dan

pernah menjadi qâdi di Sidonia pada pemerintahan

Amir al-Mundzir. Kemudian Ia diangkat menjadi qâdî

al-jamâ‘ah di Cordova oleh Amir ‘Abdullâh.36

56 Mûsâ ibn Muhammad ibn

Ziyâd al-Lakhmiy (S3) -

Ia berasal dari Sidonia dan diangkat menjadi qâdi di

Cordova (setelah al-Nadr ibn Salamah) oleh Amir

‘Abdullâh. Ia kemudian diberhentikan dari jabatannya.

32

Ia adalah keponakan Sa‘îd ibn Sulaimân al-Ghâfiqiy.

33 Disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Amir Muhammad I, pada tahun 260 H/873 M,

Sulaimân pernah diberhentikan dari jabatannya dan diganti dengan ‘Amrû ibn ‘Abdillâh al-Qab‘ah.

Namun Ia kemudian diangkat kembali pada tahun 263 H/876 M dan menjabat selama 10 tahun, hingga

pemerintahan dipegang – sekitar 40 hari – oleh Amir al Mundzir. Ia kemudian diberhentikan dari

jabatannya oleh Amir al Mundzir. Disebutkan bahwa usianya mencapai 99 tahun 10 bulan, dan Ia

menjadi qâdi selama kurun waktu 32 tahun. Ia wafat pada awal pemerintahan Amir „Abdullâh ibn

Muhammad I. Lihat al-Khasyaniy al-Qarwiy, Qudât Qurtubah, h. 155-181.

34 Disebutkan bahwa qâdi Baqî ibn Makhlad yang merekomendasikannya kepada Amir. Setelah

Amir al- Mundzir wafat, Amir „Abdullâh menggantinya dengan al-Nadr ibn Salamah.

35 Disebutkan bahwa Ia pernah bertemu dengan Sahnûn.

36 Disebutkan bahwa Ia pernah diturunkan dari jabatannya karena suatu kasus dan Amir

„Abdullâh menggantinya dengan Mûsâ ibn Muhammad ibn Ziyâd al-Lakhmiy, kemudian Muhammad

ibn Salamah. Setelah memberhentikan Muhammad ibn Salamah, Amir „Abdullâh kembali mengangkat

al-Nadr ibn Salamah untuk kedua kalinya. Tidak lama kemudian al-Nadr diturunkan dari jabatannya

dan diangkat sebagai wazîr oleh Amir „Abdullâh. Lihat al-Khasyaniy al-Qarwiy, Qudât Qurtubah, h.

186-200.

Page 88: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

77

57 Muhammad ibn

Salamah37

(S3) -

Ia berasal dari Sidonia dan diangkat menjadi qâdi di

Cordova (menggantikan Mûsâ ibn Muhammad) oleh

Amir ‘Abdullâh.38

58 `Ishâq ibn Dzûnâbâ (S2) 303 H/

915 M Ia berasal dari Toledo dan menjadi qâdi di sana.

59 ‘Îsâ ibn Muhammad ibn

Dînâr ibn Wâqid (S2) -

Ia dikenal sebagai `Abû Muhammad. Ia berasal dari

Toledo dan menjadi qâdi di sana pada pemerintahan

Amir ‘Abdullâh.

60 ‘Îsâ ibn ‘Alâ` ibn Nadzîr

ibn `Aiman (S2)

306 H/

918 M

Ia dikenal dengan sebutan `Abû al-`Asbagh. Ia berasal

dari Ceuta, Afrika dan menjadi qâdi di sana.

61 ‘Alâ` ibn Tamîm ibn

‘Alâ` ibn ‘Âsim39

(S2)

307 H/

919 M

Ia berasal dari Ecija, namun menetap di Sevilla. Ia

menjabat sebagai qâdi di Sevilla.

62 Khalaf ibn Hâmid ibn al-

Faraj ibn Kinânah (S2) -

Ia berasal dari Sidonia dan diangkat menjadi qâdî al-

jamâ’ah di Cordova oleh Amir „Abdullâh. Kemudian

pada saat Khalifah „Abdul-Rahmân III al-Nâsir li

Dînillâh40

berkuasa, Khalaf ibn Hâmid diangkat menjadi

qâdi di kota Sidonia dan menjabat hingga wafat.

63

`Ahmad ibn Muhammad

ibn Ziyâd ibn ‘Abdil-

Rahmân al-Lakhmiy41

(S3)

312 H/

924 M

Ia dikenal sebagai `Abû al-Qâsim/al-Habîb. Ia berasal

dari Cordova dan diangkat menjadi qâdi di sana oleh

Amir „Abdullâh, tepatnya sejak 291 H/903 M.42

64 Muhammad ibn ‘Azrah

(S2)

313 H/

925 M

Ia berasal dari Guadalajara (Provinsi Toledo) dan akrab

disapa `Abû ‘Abdillâh. Ia menjabat sebagai qâdi di

Guadalajara.

65

`Abû Wahb ibn

Muhammad ibn `Abî

Nakhîlah (S2)

- Ia berasal dari Guadalajara dan menjadi qâdi di sana.

66

Faraj ibn Salamah ibn

Zuhair ibn Mâlik al-

Balawiy (S2)

-

Ia dikenal sebagai `Abû Sa‘îd. Ia berasal dari Cordova

dan pernah menjabat sebagai qâdi di Regio dan

Guadalajara.

37

Saudara al-Nadr ibn Salamah.

38 Disebutkan bahwa Amir „Abdullâh pernah menurunkan Muhammad ibn Salamah dan

mengangkat kembali saudaranya, yaitu al-Nadr ibn Salamah. Kemudian ketika al-Nadr diangkat

sebagai wazîr, Amir „Abdullâh kembali mengangkat Muhammad ibn Salamah (untuk kedua kalinya)

dan menjabat hingga wafat. Disebutkan pula bahwa Ia wafat pada pemerintahan Amir „Abdullâh. Lihat

al-Khasyaniy al-Qarwiy, Qudât Qurtubah, h. 200-203.

39 Menggantikan qâdi Suhaib ibn Manî‘.

40 Ia memerintah sejak 299 H/912 M s.d. 350 H/961 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

41 Anak Muhammad ibn Ziyâd ibn ‘Abdil-Rahmân al-Lakhmiy.

42 Ia terus menjabat hingga Amir „Abdullâh wafat. Ketika Khalifah al-Nâsir li Dînillâh

memerintah, al-Habîb diberhentikan dari jabatannya, yakni pada tahun 300 H/912 M. Ia kembali

diangkat pada tahun 309 H/921 M (pada saat `Aslam ibn „Abdil-„Azîz mengundurkan diri), kemudian

menjabat hingga wafat. Lihat al-Khasyaniy al-Qarwiy, Qudât Qurtubah, h. 204-211, 218-220.

Page 89: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

78

67 `Aslam ibn „Abdil-„Azîz

(S1)

317 H/

929 M

Ia berasal dari Cordova dan diangkat sebagai qâdî al-

jamâ‘ah di sana oleh Khalifah „Abdul-Rahmân III,

tepatnya pada tahun 300 H (menggantikan `Ahmad ibn

Muhammad ibn Ziyâd ibn ‘Abdil-Rahmân al-

Lakhmiy/al-Habîb).43

68 Suhaib ibn Manî‘(S2) 318 H/

930 M

Ia akrab disapa `Abû al-Qâsim. Ia berasal dari Cordova

dan diangkat menjadi qâdi di Sevilla oleh Khalifah

„Abdul-Rahmân III.

69 ‘Abdul-Salâm ibn ‘Aliy

(S2)

318 H/

930 M

Ia berasal dari Pechina (Provinsi Almeria) dan diangkat

menjadi qâdi di Beja oleh „Abdul-Rahmân III pada

tahun 317 H/929 M.

70 `Ahmad ibn Baqî ibn

Makhlad44

(S1)

324 H/

935 M

Ia berasal dari Jaen dan akrab disapa `Abû ‘Abdillâh. Ia

diangkat sebagai qâdî al-jamâ‘ah di Cordova oleh

Khalifah „Abdul-Rahmân III pada tahun 314 H/926 M

dan menjabat hingga wafat pada usia 63 tahun.

71

‘Ubaidûn ibn Muhammad

ibn Fahd ibn al-Hasan ibn

‘Ali al-Jahniy (S2)

324 H/

935 M

Ia sering disebut `Abu al-Ghamr/ Ibnu Khumair. Ia

berasal dari Cordova dan menjabat sebagai qâdî al-

jamâ’ah di sana. Disebutkan bahwa Ia menjabat hanya

selama 1 hari dan wafat hari berikutnya.

72

`Ahmad ibn ‘Abdillâh ibn

`Abî Tâlib al-`Asbahî

(S1)

326 H/

937 M

Ia akrab disapa `Abû ‘Abdillâh al-`Asbahî. Pada

awalnya, Ia menjabat sebagai qâdi di kota Elvira

(Provinsi Granada). Setelah `Ahmad ibn Baqî wafat, Ia

kemudian diangkat menjadi qâdî al-jamâ‘ah di Cordova

oleh Khalifah „Abdul-Rahmân III. Ia menjabat hingga

wafat, yakni selama 2 tahun.

73 Jahhâf ibn Yumn (S2) 327 H/

938 M

Ia berasal dari kota Valencia. Ia diangkat menjadi qâdi

di sana oleh „Abdul-Rahmân III dan menjabat hingga

wafat.

74 ‘Abdullâh ibn Khalaf al-

Lakhmiy al-„Abbâsiy (S2)

330 H/

941 M

Ia berasal dari Sevilla dan menjadi qâdi di sana pada

masa pemerintahan Amir „Abdullâh. Disebutkan bahwa

Ia menjabat hanya selama 2 tahun, kemudian

diberhentikan.

75 Muhammad ibn Yahyâ

ibn ‘Umar Lubâbah (S2)

330 H/

941 M

Ia berasal dari Cordova dan dikenal sebagai Al-

Baujûn/`Abû ‘Abdillâh. Ia diangkat sebagai qâdi di

Elvira oleh Khalifah „Abdul-Rahmân III.

76 `Ahmad ibn al-Fath al-

Malîlî (S2)

332 H/

943 M

Ia dikenal juga dengan sebutan `Abû Ja‘far/Ibn al-

Hazzâz. Disebutkan bahwa Ia pernah diangkat menjadi

qâdi di kota Melilla, Afrika oleh Khalifah „Abdul-

Rahmân III, yakni pada tahun 325 H/936 M.

43

Disebutkan bahwa Ia pernah mengundurkan diri dari jabatannya pada tahun 309 H/921 M. Ia

kembali diangkat pada tahun 312 H/924 M (setelah al-Habîb wafat). Ia kemudian diberhentikan dari

jabatannya pada tahun 314 H/926 M dikarenakan usianya yang sudah sangat tua. Lihat al-Khasyaniy

al-Qarwiy, Qudât Qurtubah, h. 212-217, 221.

44 Khalifah mengangkatnya setelah memberhentikan `Aslam ibn „Abdil-„Azîz. `Ahmad ibn

Baqî adalah anak dari `Abû „Abdil-Rahmân Baqî ibn Makhlad al-Qurtubiy (w. 276 H/889 M), salah

seorang imam besar di Andalusia. Lihat Muhammad ibn al-Hasan al-Tsa‟âlabî al-Fâsî, al-Fikr al-Sâmî

fî Târîkh al-Fiqh al-`Islâmî, Jilid 2 Cet. I, (Madinah: al-Maktabah al-„Ilmiyyah, 1976), h. 83.

Page 90: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

79

77

Fadlullâh ibn Sa‘îd ibn

‘Abdillâh ibn „Abdil-

Rahmân ibn Najîh al-

Kazaniy (S2)

335 H/

946 M

Ia adalah `Abû Sa‘îd. Ia berasal dari Cordova dan

menjabat sebagai qâdi di Fahs al-Ballût (Provinsi

Cordova) sejak tahun 330 H/941 M.

78 Mûsâ ibn Hârûn ibn Mûsâ

ibn' „Îsâ (S2) -

Ia adalah `Abû Hârun. Ia berasal dari Huesca dan

diangkat menjadi qâdi di Cordova sejak tahun 335 H/

946 M.

79

‘Umar ibn Yûsuf ibn

Mûsâ ibn Fahd ibn

Khusaib al-`Umawiy (S2)

337 H/

948 M

Ia sering disapa `Abû Hafs/ibn al-Imâm. Ia berasal dari

Tudela dan menjabat sebagai qâdi di sana sejak tahun

325 H/936 M. Ia kemudian menjabat hingga wafat pada

usia 93 tahun.

80

`Ahmad ibn Duhaim ibn

Khalîl ibn ‘Abdil-Jabbâr

ibn Harb (S2)

338 H/

949 M

Ia akrab disapa `Abû ‘Umar. Ia berasal dari kota

Cordova dan diangkat menjadi qâdi di kota Toledo oleh

Khalifah „Abdul-Rahmân III. Ia kemudian menjabat

hingga wafat.

81

Muhammad ibn ‘Abdillâh

ibn Yahyâ ibn Yahyâ ibn

Yahyâ al-Laitsiy (S2)

339 H/

950 M

Ia dikenal sebagai `Abû ‘Abdillâh. Ia berasal dari

Cordova dan pernah menjabat sebagai qâdi di Elvira

dan Pechina. Kemudian pada tahun 326 H/937 M, Ia

diangkat sebagai qâdî al-jamâ’ah di Cordova.

82

Yahyâ ibn ‘Abdillâh ibn

Yahyâ ibn Yahyâ ibn

Yahyâ al-Laitsiy45

(S2)

-

Ia adalah `Abû ‟Îsâ. Ia berasal dari Cordova dan

menjabat sebagai qâdi di Elvira dan Pechina ketika

saudaranya menjadi qâdî al-jamâ’ah di Cordova

83 Muhammad ibn „Abdillâh

ibn `Abî Îsâ (S1) -

Ia pernah menjadi qâdi di sejumlah daerah. Pada

awalnya, wilayah hukumnya meliputi daerah-daerah

yang terletak antara Toledo dan Pecina. Kemudian Ia

menjabat sebagai qâdi di Elvira. Terakhir, Ia diangkat

sebagai qâdî al-jamâ‘ah di Cordova oleh Khalifah

„Abdul-Rahmân III pada tahun 326 H/937 M. Ia

kemudian menjabat hingga wafat.

84 Sa‘îd ibn ‘Utsmân ibn

Manâzil (S2)

345 H/

956 M

Ia dikenal dengan sebutan Ibn al-Syaqâq/`Abû ‘Utsmân,

berasal dari Pechina. Ia menjabat sebagai qâdi di

Pechina sejak tahun 308 H/920 M hingga wafat.

85

Mundzir ibn Sa‘îd ibn

„Abdillâh ibn „Abdil-

Rahmân ibn Qâsim ibn

„Abdil-Malik ibn Najîh

al-Ballûtiy46

(S1)

355 H/

965 M

Ia adalah `Abû al-Hakam. Ia berasal dari Cordova dan

diangkat menjadi qâdî al-jamâ‘ah di sana oleh al-Nâsir

li Dînillâh sejak tahun 339 H/950 M. Setelah Khalifah

al-Hakam II al- Mustansir Billâh47

berkuasa, `Abû al-

Hakam tidak diberhentikan dari jabatannya.48

86

‘Abdullâh ibn

Muhammad ibn ‘Abdillâh

ibn `Abî Dulaim (S2)

351 H/

962 M

Ia dikenal dengan sebutan `Abû Muhammad. Ia berasal

dari Cordova dan diangkat menjadi qâdi di Elvira dan

Pechina oleh Khalifah al-Mustansir Billâh.

45

Ia adalah saudara Muhammad ibn ‘Abdillâh ibn Yahyâ ibn Yahyâ ibn Yahyâ al-Laitsiy.

46 Ia adalah saudara Fadlullâh ibn Sa‘îd ibn ‘Abdillâh ibn „Abdil-Rahmân ibn Najîh al-Kazaniy.

47 Ia memerintah sejak 350 H/961 s.d. 365 H/976 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

48 Disebutkan bahwa Ia menjabat sebagai qâdî al-jamâ‘ah selama 16 tahun, yakni hingga wafat

pada usia 84 tahun. Lihat al-Khasyaniy al-Qarwiy, Qudât Qurtubah, h. 237.

Page 91: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

80

87

`Ismâ‘îl ibn Muhammad

ibn `Ismâ‘îl ibn `Abî al-

Fawâris (S2)

357 H/

967 M

Ia akrab disapa `Abû al-Qâsim. Ia berasal dari Cordova

dan diangkat menjadi qâdi di Sevilla oleh Khalifah al-

Mustansir Billâh.

88

Mutarrif ibn ‘Îsâ ibn

Labîb ibn Muhammad al-

Ghassânî (S2)

357 H/

967 M

Ia adalah `Abû al-Qâsim. Ia berasal dari Elvira dan

menjabat sebagai qâdi di sana. Disebutkan bahwa Ia

diberhentikan dari jabatannya sebelum wafat.

89

Qâsim ibn Muhammad

ibn Qâsim ibn

Muhammad ibn Qâsim

ibn Muhammad ibn

Sayyâr (S2)

-

Ia dikenal sebagai `Abû Muhammad. Ia berasal dari

Cordova dan pernah menjabat sebagai qâdi di Ecija dan

Cabra. Ia kemudian diangkat oleh Khalifah al-Mustansir

Billâh menjadi qâdi di Sevilla.

90 `Asbagh ibn Qâsim ibn

`Asbagh (S2)

363 H/

973 M

Ia akrab disapa `Abû al-Qâsim. Ia berasal dari kota

Ecija dan menjadi qâdi di sana hingga wafat.

91

‘Îsâ ibn ‘Abdil-Rahmân

ibn Habîb ibn Wâqif ibn

Ya‘îsy ibn ‘Abdil-

Rahmân ibn Marwân ibn

Saktsân (S2)

366 H/

976 M

Ia dikenal sebagai `Abû al-`Asbagh. Ia berasal dari

Sidonia dan diangkat menjadi qâdi di Archidona

(Provinsi Cordova) dan sekitarnya oleh Khalifah al-

Mustansir Billâh.

92 Muhammad ibn `Ishâq

ibn al-Salîm (S1)

367 H/

977 M

Ia akrab dipanggil `Abû Bakr. Ia diangkat sebagai qâdi

di Cordova sejak tahun 353 H/964 M oleh al-Mustansir

Billâh.

93

Muhammad ibn `Ishâq

ibn Mundzir ibn `Ibrâhîm

ibn Muhammad ibn al-

Salîm ibn ‘Akramah49

(S2)

367 H/

977 M

Ia adalah `Abû Bakr. Ia berasal dari Cordova dan

menjabat sebagai qâdî al-jamâ’ah di sana, , yakni pada

tahun 356 H/966 M.

94 Muhammad ibn Yahya

ibn ‘Abdil-‘Azîz (S2)

367 H/

977 M

Ia adalah Ibn al-Kharrâz/`Abû ‘Abdillâh. Ia berasal dari

Cordova dan menjabat sebagai qâdi di kota Toledo dan

Beja.

95

Qâsim ibn `Ahmad ibn

Muhammad ibn ‘Utsmân

ibn ‘Abbâs50

(S2)

-

Ia dikenal juga sebagai `Abû Muhammad. Disebutkan

bahwa Ia berasal dari Toledo dan menetap di Cordova.

Ia diangkat menjadi qâdi di Toledo oleh Khalifah al-

Mustansir Billâh. Setelah itu Ia diangkat sebagai qâdi di

Badajoz.

96 `Ismâ‘îl ibn Mutarrif ibn

Faraj ibn ‘Ali (S2) -

Ia berasal dari Badajoz dan menjadi qâdi di sana hingga

wafat.

97

Khalaf ibn Farah ibn

‘Utsmân ibn Jarîr al-

Kilâ‘î (S2)

371 H/

981 M

Ia berasal dari Elvira dan akrab disapa `Abû

Muhammad. Ia menjabat sebagai qâdi di Elvira.

98

‘Abdul-Salâm ibn

‘Abdillâh ibn Ziyâd ibn

`Ahmad ibn ‘Abdil-

Rahmân al-Lakhmiy (S2)

371 H/

981 M

Ia adalah `Abu ‘Abdil-Malik. Ia berasal dari Cordova

dan menjabat sebagai qâdi di Toledo pada masa

pemerintahan Amir Hisyâm II al-Mu`ayyid Billâh51

.

49

Menggantikan Mundzir ibn Sa‟îd.

50 Ia dikenal sebagai Ibn `Arfa‘ Ra`sih. Ia diangkat sebagai pengganti Muhammad ibn `Ishâq.

51 Ia memerintah sejak 366 H/976 M s.d. 399 H/1009 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

Page 92: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

81

99

`Ahmad ibn `Ishâq ibn

Marwân ibn Jâbiri al-

Ghâfiqiy (S2)

372 H/

982 M

Ia adalah `Abû ‘Umar. Ia berasal dari Cordova dan

pernah menjadi kâtib qâdi Muhammad ibn `Ishâq ibn al-

Salîm. Ia diangkat menjadi qâdi di kota Toledo dan

menjabat hingga wafat.

100

‘Abdullâh ibn

Muhammad ibn

`Umayyah al-`Ansâriy

(S2)

372 H/

982 M

Ia dikenal dengan sebutan Ibnu Ghalbûn/ `Abû

Muhammad. Ia berasal dari Toledo, namun menetap di

Cordova. Ia pernah menjabat sebagai qâdi di Elvira.

101

Muhammad ibn Yûsuf ibn

Sulaimân al-Jahniy al-

Khatîb (S2)

372 H/

982 M

Ia adalah Al-Qabriy/`Abû ‘Abdillâh. Ia diangkat

menjadi qâdi di Cabra oleh Khalifah al-Nasir li

Dînillâh. Ia menjabat hingga wafat.

102 ‘Abdullâh ibn al-Hârits

ibn Mantîl (S2)

373 H/

983 M

Ia dikenal dengan julukan `Abû al-Faraj dan berasal dari

Toledo. Ia adalah seorang qâdi di Toledo.52

103

Muhammad ibn Najâh

‘Abdirrahmân ibn

‘Alqamah ibn Manqûs

(S2)

376 H/

986 M

Ia disebut `Abû al-Qâsim. Ia berasal dari Cordova dan

menjabat sebagai qâdi di Toledo. Ia menjabat hingga

wafat.

104

Muhammad ibn al-Hasan

ibn ‘Abdillâh al-Zubaidiy

(S2)

379 H/

989 M

Ia disebut sebagai `Abû Bakr. Ia berasal dari Sevilla dan

menjabat sebagai qâdi di sana. Ia diangkat oleh

Khalifah al-Mustansir Billâh.

105 Muhammad ibn Mas‘ud

al-Khatîb (S4)

379 H/

989 M53

Ia adalah `Abû ‘Abdillâh. Ia berasal dari Cordova dan

diangkat menjadi qâdi di Regio oleh Amir al-Mu`ayyid

Billâh. Ia diberhentikan dari jabatannya sebelum wafat.

106

Muhammad ibn `Ahmad

ibn Muhammad ibn

Yahya ibn Mufarrij (S2)

380 H/

990 M

Ia adalah `Abû ‘Abdillâh. Ia berasal dari Cordova dan

diangkat menjadi qâdi di Regio oleh al-Mustansir

Billâh. Ia kemudian menjadi qâdi di Ecija hingga

Khalifah wafat.

107

Muhammad ibn Yabqâ

ibn Muhammad ibn Zarb

ibn Yazîd ibn Maslamah

(S2)

380 H/

990 M

Ia sering disapa `Abû Bakr. Ia pernah menjabat sebagai

qâdî al-jamâ‘ah di Cordova.

108 Muhammad ibn Yabqâ

ibn Zarb (S1)

381 H/

991 M

Ia adalah Ibn al-Qâsim. Ia diangkat sebagai qâdi di

Cordova oleh Amir al-Mansur Muhammad ibn `Abî

„Âmir (w. 393 H/1002 M) dan menjabat hingga wafat.

109 al-Hasan ibn „Abdillâh al-

Judzâmiy al-Mâlaqiy (S1) -

Ia dikenal dengan sapaan Ibn al-Hasan. Disebutkan

bahwa Ia berasal dari Regio dan menjabat sebagai qâdi

di sana hingga wafat.

110 ‘Umar ibn Maslamah ibn

Wardân al-‘Âmiriy (S2)

383 H/

993 M

Ia dikenal dengan sebutan `Abû Hafs. Ia berasal dari

Ecija dan pernah menjadi qâdi di Toledo.

111

‘Abdul-Rahmân ibn

‘Abdillâh ibn `Ahmad ibn

‘Abdillâh (S2)

386 H/

996 M

Ia dikenal dengan sapaan `Abû al-Mutarrif/ibn Fûrtasy.

Ia berasal dari Zaragoza dan menjabat sebagai qâdi di

sana hingga wafat pada usia 61 tahun.

52

Tidak disebutkan sejak atau hingga tahun berapa Ia menjadi qâdi di Toledo, namun tercatat

bahwa Ia menggantikan qâdi Muhammad ibn Yahya ibn „Abdil-„Azîz yang wafat pada tahun 367

H/977 M.

53 Sumber lain menyatakan bahwa Ia wafat tahun 377 H/987 M. Lihat Muhammad ibn al-Hasan

al-Tsa‟âlabî al-Fâsî, al-Fikr al-Sâmî fî Târîkh al-Fiqh al-`Islâmî, Jilid 2, h. 115.

Page 93: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

82

112

Qâsim ibn Muhammad

ibn Qâsim ibn `Asbagh

ibn Muhammad al-

Bayyâniy (S2)

388 H/

998 M

Ia adalah `Abû Muhammad, berasal dari Cordova. Pada

masa Khalifah al-Hakam II, Ia diangkat sebagai qâdi di

Tudmîr. Kemudian pada masa Amir al-Mu`ayyid Billâh,

Ia diangkat sebagai qâdi di Guadalajara.

113 `Ahmad ibn ‘Abdillâh

ibn al-Hasan54

(S1)

392 H/

1001 M

Ia adalah `Abû ‘Umar. Ia juga berasal dari Regio dan

menjadi qâdi di sana hingga wafat.55

114

‘Abdullâh ibn `Ahmad

ibn Muhammad al-

`Ansâriy56

(S2)

392 H/

1001 M

Ia sering dipanggil `Abû Muhammad/ Ibn al-

Barjawalasy. Ia berasal dari Zaragoza dan menjabat

sebagai qâdi di sana.

115 Walîd ibn ‘Abd al-Malik

al-‘Utaqiy (S2)

393 H/

1002 M

Ia adalah `Abû al-‘Abbâs. Ia berasal dari Tudmîr dan

pernah menjabat sebagai qâdi di sana dan Toledo.

116

Muhammad ibn Yahya

ibn Zakariyyâ ibn Yahyâ

al-Tamîmiy57

(S1)

394 H/

1003 M

Ia adalah Ibn Bartâl. Ia diangkat menjadi qâdi di Regio

oleh Khalifah al-Nâsir li Dînillâh. Ia kemudian diangkat

menjadi qâdi di Jaen oleh Amir al-Mu`ayyid Billâh

hingga Ibn Zarb wafat. Setelah itu, Ia menjabat sebagai

qâdî al-jamâ‘ah di Cordova.58

117

`Abû Muhammad

„Abdullâh ibn `Ibrâhîm

ibn Muhammad ibn

„Abdillâh (S4)

400 H/

1009 M

Ia berasal dari Sidonia dan pernah menjabat sebagai

qâdi di Zaragoza.

118

`Abû Muhammad

„Abdullâh ibn

Muhammad ibn Mahsûd

al-Hawâriy (S4)

401 H/

1010 M

Ia berasal dari Houara, Afrika dan pernah menjabat

sebagai qâdi di Ceuta.

119

„Abdul-Rahmân ibn

Muhammad ibn Îsâ ibn

Futais (S2)

402 H/

1011 M

Ia akrab dipanggil `Abû al-Mutarrif. Ia diangkat sebagai

qâdi di Cordova oleh Amir al-Mansur Muhammad ibn

`Abî „Âmir.

120

Yahya ibn „Abdil-

Rahmân ibn Wâfid al-

Lakhmiy (S1)

404 H/

1013 M

Ia akrab dipanggil Ibn Wâfid. Ia diangkat sebagai qâdi

di Cordova oleh Amir al-Mansur Muhammad ibn `Abî

„Âmir sejak tahun 401 H/1010 M.

121

`Ismâ‟îl ibn Muhammad

ibn `Ismâ‟îl ibn Qurays

ibn „Abbâd al-Lakhmiy

al-`Isybaily (S1)

414 H/

1023 M

Ia berasal dari Sevilla dan akrab disapa `Abû al-Walîd.

Tidak disebutkan siapa yang mengangkatnya sebagai

qâdi di Sevilla. Tetapi, pada masa pemerintahan al-

Muzaffar „Abdul-Malik ibn Muhammad ibn`Abî „Âmir

(w. 399 H/1008 M), Ia diberhentikan dan diganti dengan

`Abû „Umar al-Bâjiy selama 1 tahun. Setelah itu ia

diangkat kembali dan menjabat hingga wafat.

54

Ia diangkat sebagai qâdi menggantikan saudaranya, al-Hasan ibn „Abdillâh/Ibn al-Hasan.

55 Ia menjabat sebagai qâdi sejak awal pemerintahan Amir Hisyâm II al-Mu`ayyid Billâh

hingga Ia wafat. Ia hidup pada masa yang sama dengan `Ahmad ibn „Abdillâh ibn Dzakwân.

56 Ia menjabat setelah Abdul-Rahmân ibn Fûrtasy.

57 Ia adalah paman Amir al-Mansur Muhammad ibn `Abî „Âmir.

58 Ia menjabat sebagai qâdî al-jamâ‘ah selama 10 tahun 3 bulan, yakni hingga tahun 392

H/1001 M. Ia kemudian diberhentikan dari jabatannya karena faktor usia dan diangkat menjadi wazîr.

Page 94: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

83

122 „Abdul-Rahmân ibn

Futais (S1) -

Ia diangkat sebagai qâdi di Cordova oleh al-Muzaffar

„Abdul-Malik ibn Muhammad ibn`Abî „Âmir, dan

menjabat selama 9 bulan.

123 `Ahmad ibn „Abdillâh ibn

Dzakwân (S1) -

Ia dikenal sebagai `Abû al-„Abbâs. Ia diangkat sebagai

qâdi di Cordova oleh al-Muzaffar „Abdul-Malik ibn

Muhammad ibn `Abî „Âmir. Kemudian pada masa

pemerintahan „Abdul-Rahmân (saudara al-Muzaffar), Ia

diangkat menjadi qâdî al-jamâ‘ah di Cordova.59

124

`Abû al-Mutarrif „Abdul-

Rahmân ibn `Ahmad ibn

Sa‘îd ibn Muhammad ibn

Bisyr ibn Gharsiyyah (S1)

422 H/

1030 M

Ia akrab dipanggil Ibn al-Hisâr. Ia diangkat sebagai qâdî

al-jamâ‘ah di Cordova oleh Amir „Ali ibn Hammûd60

sejak tahun 407 H/1016 M.

125

Yûnus Ibn „Abdullâh ibn

Muhammad ibn Mugîts

(S1)

429 H/

1037 M

Ia akrab dipanggil `Abû al-Walîd. Ia berasal dari daerah

Andalusia Timur dan diangkat sebagai qâdi di sana

sejak tahun 419 H/1028 M oleh Khalifah al-Mu‟tadd

Billâh61

Hisyâm ibn Muhammad.62

126 Muhammad ibn `Ismâ‟îl

(S1)

433 H/

1041 M

Ia akrab disapa `Abû al-Qâsim, berasal dari Sevilla.

Disebutkan bahwa Ia pernah menjabat sebagai qâdi di

Sevilla.63

127 Abû al-Qâsim al-Qurtubiy

(S5)

462 H/

1069 M

Ia akrab disapa al-Jayyâniy. Tercatat bahwa Ia pernah

menjabat sebagai qâdî al-jamâ‘ah di Toledo.

128

`Abû „Abdillâh

Muhammad ibn Al-Hasan

ibn Yahya ibn „Abdillâh

ibn al-Hasan al-Judzâmiy

al-Nubâhiy (S1)

463 H/

1070 M

al-Nubâhiy diangkat sebagai qâdi di Malaga oleh Amir

al-Mu‟talî Billâh Yahya ibn „Ali ibn Hammûd (w. 427

H/1035 M). Setelah Amir Yahya wafat, Ia berhenti dari

jabatannya. Ia diangkat kembali pada tahun 445 H/1053

M oleh Amir al-„Âlî Billâh `Idrîs ibn Yahya ibn „Ali ibn

Hammûd (w. 450 H/1058 M). Setelah Amir Idris wafat,

al-Nubâhiy diangkat oleh Bâdîs ibn Habûs64

menjadi

qâdî al-jamâ‘ah di Granada pada tahun 449 H/1057 M.

129

Muhammad ibn `Ahmad

ibn Îsâ ibn Manzûr al-

Qaisy (S1)

464 H/

1071 M

Ia biasa dipanggil `Abû Bakr. Ia berasal dari Sevilla dan

diangkat oleh al-Mu‟tamad Muhammad ibn „Abbâd65

menjadi qâdi di Cordova.

59

Ia diangkat sebagai qâdî al-jamâ‘ah menggantikan Ibn Bartâl, sekitar tahun 392 H/1001 M.

Dikisahkan bahwa Ia sempat diberhentikan dari jabatannya dan diganti dengan Abdul-Rahmân ibn

Futais selama 9 bulan. Setelah itu Ia diangkat kembali pada tahun 413 H/1022 M.

60 Ia memerintah sejak 353 H/965 M s.d. 408 H/1018 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 378.

61 Ia memerintah sejak 420 H/1029 M s.d. 422 H/1031 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 71.

62 Pada saat menjadi qâdi, usianya telah melebihi 80 tahun.

63 Ia menggantikan ayahnya, `Ismâ‟îl ibn Muhammad ibn `Ismâ‟îl ibn Qurays ibn „Abbâd al-

Lakhmiy al-`Isybaily.

64 Ia memerintah sejak 429 H/1037 M s.d. 467 H/1074 M. Lihat S1, h. 121.

65 Ia memerintah sejak 461 H/1068 M s.d. 484 H/1091 M. Lihat S1, h. 127.

Page 95: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

84

130 Sulaimân ibn Khalaf al-

Bâjiy66

(S1)

474 H/

1081 M

Ia akrab disapa `Abû al-Walîd. Ia berasal dari Andalusia

Timur dan menjabat sebagai qâdi di sana.

131 Îsâ ibn Sahl „Abdullâh al-

`Asadiy (S1)

486 H/

1093 M

Ia adalah `Abû al-`Asbagh, berasal dari Jaen dan pernah

menjadi qâdi di kota El Adoua, Afrika. Kemudian Ia

diangkat oleh Amir „Abdullâh ibn Buluqqîn ibn Bâdîs

ibn Habûs67

sebagai qâdi di Granada.

132

„Abdul-Rahmân ibn

Qâsim al-Sya‟biy al-

Mâlaqiy (S1)

499 H/

1105 M

Ia dikenal sebagai `Abû al-Mutarrif. Ia berasal dari

Malaga dan menjabat sebagai qâdi di sana.

133

Muhammad ibn Sulaimân

Khalîfah ibn „Abdil-

Wahîd al-`Ansâriy al-

Mâlaqiy (S1)

500 H/

1106 M

Ia akrab disapa `Abû „Abdillâh. Ia berasal dari Malaga

pernah menjabat sebagai qâdi di sana.

134

Muhammad ibn „Abdillâh

ibn Hasan ibn Îsâ al-

Mâlaqiy (S1)

519 H/

1125 M

Ia biasa dipanggil `Abû „Abdillâh. Ia berasal dari

Malaga dan pernah menjabat sebagai qâdi di Granada

sejak tahun 515 H/1121 M.

135 Muhammad ibn `Ahmad

ibn Rusyd (S1)

520 H/

1126 M

Ia dikenal juga sebagai `Abû al-Walîd. Disebutkan

bahwa Ia pernah menjabat sebagai qâdî al-jamâ‘ah di

Cordova.

136

`Ahmad ibn Muhammad

ibn „Ali ibn Muhammad

ibn „Abdil-„Azîz ibn

Hamdîn al-Taghlabiy (S1)

521 H/

1127 M

Ia dikenal sebagai `Abû al-Qâsim. Ia adalah seorang

qâdi di Cordova. Tercatat bahwa Ia pernah diangkat

sebagai qâdi di sana sebanyak dua kali.

137 Mûsâ ibn Hammâd (S1) -

Ia akrab disapa `Abû „Imrân. Ia diangkat sebagai qâdi di

Granada oleh Amir „Ali ibn Yûsuf ibn Tâsyufîn68

sejak

tahun 524 H/1129 M.69

138

Muhammad ibn `Ahmad

ibn Khalaf ibn `Ibrâhîm

al-Tajîbiy (S1)

529 H/

1134 M

Ia dikenal dengan sapaan Ibn al-Hâjj atau `Abû

„Abdillâh, seorang qâdî al-jamâ‘ah di Cordova. Ia

pernah diangkat sebagai qâdî al-jamâ‘ah di sana

sebanyak dua kali. Ia menjabat hingga wafat.

139

„Abdul-Haqq ibn Ghâlib

ibn „Abdul-Rahmân ibn

„Atiyyah al-Mahâribiy

(S4)

546 H/

1146 M

Ia akrab disapa `Abû Muhammad. Ia berasal dari

Granada dan menjabat sebagai qâdi di Almeria sejak

tahun 529 H/1134 M.

140 „Abdullâh ibn „Umar ibn

`Ahmad al-Wahîdiy (S1)

542 H/

1147 M

Ia akrab disapa `Abû Muhammad. Ia menjabat sebagai

qâdi di Regio sejak tahun 531 H/1136 M.

141 „Îsâ ibn Yûsuf ibn „Îsâ al-

`Azdiy (S1)

543 H/

1148 M

Ia dikenal juga sebagai `Abû Mûsâ atau Ibn al-Maljûm.

Ia berasal dari kota Fez, Afrika dan menjadi qâdi di

sana.

66

Ia memiliki hubungan keluarga dengan qâdi `Abû Bakr ibn „Abdillâh ibn al-„Arabiy dan qâdi

`Abû al-Fadl „Iyâd ibn Mûsâ al-Yahsubiy yang akan disebutkan nanti.

67 Ia memerintah sejak 467 H/1074 M hingga 483 H/1090 M. Lihat S1, h. 123.

68 Ia memerintah dari 500 H/1107 M s.d. 537 H/1143 M. Lihat Louis Ma‟luf, al-Munjid, h. 539.

69 Tidak tercatat sejak kapan Ia menjabat sebagai qâdi, tetapi disebutkan bahwa Ia pernah

menjabat di sejumlah daerah dan daerah terakhir adalah Granada.

Page 96: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

85

142

Muhammad ibn

„Abdullâh ibn

Muhammad ibn „Abdillâh

ibn `Ahmad al-„Arabiy al-

Ma‟âfiry (S1)

543 H/

1148 M

Ia akrab disapa `Abû Bakr. Ia berasal dari Sevilla dan

mulai menjabat sebagai qâdi di sana pada tahun 538 H/

1143 M.

143 „Iyâd ibn Mûsâ ibn „Iyâd

al-Yahsubiy (S1)

544 H/

1149 M

Ia adalah `Abû al-Fadl, berasal dari Ceuta. Ia pertama

kali diangkat sebagai qâdi di Ceuta pada tahun 530 H/

1135 M. Setelah itu, tercatat bahwa Ia menjabat sebagai

qâdi di Granada. Terakhir, Ia tercatat pernah menjabat

sebagai qâdi di Cordova pada tahun 531 H/1136 M.

144

Hamdîn ibn Muhammad

ibn Hamdîn al-Taghlabiy

(S1)

547 H/

1152 M

Ia menjabat sebagai qâdî al-jamâ‘ah di Cordova setelah

`Abû „Abdillâh ibn al-Hâjj, yakni sejak tahun 529

H/1134 M.70

145

Muhammad ibn „Abdillâh

ibn `Ahmad ibn Simâk al-

‘Âmiliy (S1)

-

Ia dikenal juga sebagai `Abû „Abdillâh. Ia berasal dari

Malaga dan merupakan qâdi pertama di Granada pada

pemerintahan Muwahhidûn, yakni sejak tahun 537

H/1142 M. sebelumnya, Ia pernah menjadi qâdi di

Malaga.

146 `Abû Ja‟far al-Tsa‟labiy

al-Qurtubiy (S5)

548 H/

1153 M

Ia adalah seorang qâdî al-jamâ‘ah di Cordova pada

tahun 529 H/1134 M.

147

`Abû al-Walîd ibn `Abi

„Umar ibn Muhammad

ibn „Abdillâh al-Qurtubiy

(S5)

- Ia adalah seorang qâdî al-jamâ‘ah di Cordova pada

tahun 529 H/1134 M.

148 „Umar ibn Muhammad

ibn Wâjib al-Qaisiy (S4)

557 H/

1161 M Ia berasal dari Valencia dan menjadi qâdi di sana.

149

al-Hasan ibn „Abdil-

Rahmân ibn Qâsim ibn

Hânî al-Lakhmiy (S1)

562 H/

1166 M

Ia berasal dari Granada dan menjabat sebagai qâdi di

sana sejak tahun 541 H/1146 M.

150

`Ibrâhîm ibn `Ahmad ibn

„Abdil-Rahmân al-

`Ansâriy (S1)

579 H/

1183 M

Ia dikenal sebagai al-Garnâtiy. Sesuai julukannya, Ia

berasal dari Granada. Ia pernah menjadi qâdi di

beberapa wilayah, dan Mallorca (Provinsi Murcia)

adalah kota terakhir. Ia diangkat sebagai qâdi di

Mallorca oleh Amir `Ishâq ibn Muhammad ibn

Ghaniyah al-Lamtûniy.

151

`Abû al-Qâsim `Ahmad

ibn Muhammad ibn

Khalaf al-Haufiy (S4)

588 H/

1192 M

Ia berasal dari Sevilla dan pernah diangkat menjadi qâdi

di sana sebanyak dua kali.

152

„Abdul-Mun‟im ibn

Muhammad ibn „Abdil-

Rahîm al-Khazrajiy (S1)

597 H/

1200 M

Ia adalah Ibn al-Farâs. Ia pernah menjadi qâdi di

beberapa kota, yakni Jucar (Provinsi Valencia), Guadix

(Provinsi Granada), Jaen dan terakhir di Granada.

153

Muhammad ibn `Abî al-

Qâsim `Ahmad ibn `Abî

al-Walîd Muhammad ibn

`Ahmad ibn Rusyd (S1)

598 H/

1201 M

Ia adalah ibn Rusyd al-Hafîd, cucu qâdî al-jamâ‘ah

`Abû al-Walîd (qâdi no. 135). Ia menjadi qâdî al-

jamâ‘ah di Cordova sejak tahun 532 H/ 1137 M.

disebutkan bahwa Ibn Rusyd al-Hafîd kemudian

mengundurkan diri dari jabatannya.

70

Pada 532 H/1137 M, Ia digantikan oleh `Abû al-Qâsim ibn Rusyd. Setelah `Abû al-Qâsim ibn

Rusyd mengundurkan diri, Hamdîn kembali menjabat.

Page 97: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

86

154

Muhammad ibn „Abdillâh

Muhammad ibn `Abî

Zamânain al-Murrî al-

`Ilbîriy (S1)

602 H/

1205 M

Ia dikenal juga dengan sapaan `Abû Bakr. Ia adalah

seorang qâdi di Malaga sejak tahun 592 H/1195 M.

Selain di Malaga, disebutkan bahwa Ia pernah menjadi

qâdi di daerah lain, di antaranya Berja.

155

`Abû Dzar Mus‟ab ibn

Muhammad ibn Mas‟ûd

al-Khasyaniy (S2)

604 H/

1207M

Ia dikenal sebagai Ibn `Abi Rakb, berasal dari Jaen dan

menjabat sebagai qâdi di sana.

156

Muhammad Sâhib al-

Salâh ibn Hasan ibn

Muhammad al-`Ansâriy

al-Mâlaqiy (S1)

609 H/

1212 M

Ia berasal dari Malaga dan menjabat sebagai qâdi di

kota-kota benteng sebelah Barat yang ada di Malaga.

157

`Abû Muhammad

„Abdullâh ibn Sulaimân

ibn Dâwud ibn „Abdil-

Rahmân ibn Hautillâh al-

`Ansâriy al-Mâlaqiy (S1)

612 H/

1215 M

Ia adalah Ibn Hautillâh, berasal dari Malaga. Ia pernah

menjadi qâdi di sejumlah daerah secara berurutan, yaitu

Sevilla, Mallorca, Murcia, Cordova, Ceuta, Salé

(Afrika) dan terakhir (kembali) menjadi qâdi di Murcia.

158

`Abû al-Khattâb `Ahmad

ibn Muhammad ibn

„Umar ibn Muhammad

ibn Wâjib al-Qaisiy (S1)

614 H/

1217 M

Ia adalah anak „Umar ibn Muhammad ibn Wâjib al-

Qaisiy (qâdi no. 148). Ia tercatat pernah menjadi qâdi di

kota Jativa (Provinsi Valencia), kemudian dipindah ke

kota Valencia.

159

`Ahmad ibn Yazîd ibn

„Abdil-Rahman ibn

`Ahmad ibn Baqî ibn

Makhlad al-`Umawiy (S1)

625 H/

1127 M

Ia adalah `Abû al-Qâsim. Ia berasal dari Cordova dan

pernah menjadi qâdî al-jamâ‘ah di Maroko. Ia

kemudian dipindah ke kota asalnya (Cordova) dan

menjadi qâdi di sana.

160

`Abû al-Hasan „Ali ibn

„Abdil-Malik ibn Yahya

al-Kitâmiy al-Hamîdiy

(S4)

628 H/

1230 M

Ia berasal dari Ceuta dan menjabat sebagai qâdi di

Sijilmassa, Afrika. Ia menjabat di sana hingga wafat.

161

`Abû „Abdillâh

Muhammad ibn al-Hasan

ibn Muhammad ibn al-

Hasan al-Judzâmiy al-

Nubâhiy (S1)

631 H/

1233 M

Ia berasal dari Malaga dan menjadi qâdi di sana pada

pemerintahan Amir Muhammad ibn Yûsuf ibn Hûd (w.

634 H/1237 M), tepatnya sejak tahun 626 H/1228 M.

Disebutkan bahwa Ia menjabat sekitar 4 tahun.

162

`Abû Sulaimân Rabî‟ ibn

„Abdil-Rahmân ibn Rabî‟

al-`Asy‟âriy (S1)

633 H/

1235 M

Ia adalah keturunan Bani Rabî‟ yang berasal dari Regio.

Ia diangkat sebagai qâdi di Cordova (setelah `Abû al-

Qâsim) oleh Amir Muhammad ibn Yûsuf ibn Hûd.71

163

`Abû al-„Abbâs `Ahmad

ibn Muhammad ibn al-

Ghammâz (S1)

633 H/

1235 M Ia adalah seorang qâdî al-jamâ‘ah di Afrika.

164

`Abû al- Rabî‟ Sulaimân

ibn Mûsâ ibn Sâlim al-

Himyâriy al-Kalâ‟iy (S1)

634 H/

1236 M

Ia berasal dari Valencia dan menjabat sebagai qâdi di

sana hingga Ia syahid dalam salah satu peperangan di

sana, pada usia 70 tahun kurang 1 bulan.

165

Muhammad ibn „Ali ibn

Khadr ibn Harûn al-

Ghassâniy (S1)

636 H/

1238 M

Ia akrab disapa `Abû „Abdillâh ibn „Askar, seorang qâdi

di Malaga. Ia menjadi qâdi di sana hingga Ia wafat.

71

Ia disebut sebagai qâdi terakhir Cordova sebelum akhirnya kota tersebut jatuh ke tangan

penguasa Kristen, yakni pada tahun 633 H/1235 M. Ia kemudian berpindah ke kota Sevilla dan wafat

di sana.

Page 98: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

87

Tabel 4.1 di atas menyajikan informasi tentang para qâdi yang pernah

bertugas di wilayah yurisdiksi Andalusia secara umum. Tercatat 165 qâdi pernah

ditugaskan menangani urusan peradilan di berbagai kota yang ada di Andalusia.

Selanjutnya, para qâdi yang telah terdata di atas dapat dikelompokkan berdasarkan

wilayah tugas (kompetensi relatif) mereka, yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.2

Para Qâdi di Andalusia Timur (menurut tahun penugasan)

No Nama Kota dan Para Qâdi yang Bertugas Wafat Asal

Murcia

1 `Abû Muhammad „Abdullâh ibn Sulaimân ibn Dâwud ibn „Abdil-Rahmân

ibn Hautillâh al-`Ansâriy al-Mâlaqiy 612 H Malaga

Tudmîr

2 Fadl ibn ‘Amîrah al-Kinâniy 197 H Tudmîr

3 ‘Abdul-Rahmân ibn al-Fadl ibn ‘Amîrah ibn Râsyid al-Kinâniy al- ‘Utaqiy 227 H Tudmîr

4 Fadl ibn al-Fadl ibn ‘Amîrah ibn Râsyid al-‘Utaqiy 265 H Tudmîr

5 Qâsim ibn Muhammad ibn Qâsim ibn `Asbagh ibn Muhammad al-

Bayyâniy 388 H Cordova

6 Walîd ibn ‘Abd al-Malik al-‘Utaqiy 393 H Tudmîr

Mallorca

7 `Ibrâhîm ibn `Ahmad ibn „Abdil-Rahmân al-`Ansâriy 579 H Granada

8 `Abû Muhammad „Abdullâh ibn Sulaimân ibn Dâwud ibn „Abdil-Rahmân

ibn Hautillâh al-`Ansâriy al-Mâlaqiy 612 H Malaga

Valencia

9 Jahhâf ibn Yumn 327 H Valencia

10 „Umar ibn Muhammad ibn Wâjib al-Qaisiy 557 H Valencia

11 `Abû al-Khattâb `Ahmad ibn Muhammad ibn „Umar ibn Muhammad ibn

Wâjib al-Qaisiy 614 H Valencia

12 `Abû al- Rabî‟ Sulaimân ibn Mûsâ ibn Sâlim al-Himyâriy al-Kalâ‟iy 634 H Valencia

Jucar

13 „Abdul-Mun‟im ibn Muhammad ibn „Abdil-Rahîm al-Khazrajiy 597 H Valencia

Jativa

14 `Abû al-Khattâb `Ahmad ibn Muhammad ibn „Umar ibn Muhammad ibn

Wâjib al-Qaisiy 614 H Valencia

Zaragoza

15 Hassân ibn Yasâr al-Hudzaliy - Zaragoza

16 ‘Abdullâh ibn Muhammad ibn Zarqûn al-Murâdiy - Zaragoza

17 ‘Abdullâh ibn `Abî al-Nu‘mân 275 H Zaragoza

18 `Ibrâhîm ibn Hârûn ibn Sahlin 296 H Zaragoza

19 ‘Abdul-Rahmân ibn ‘Abdillâh ibn `Ahmad ibn ‘Abdillâh 386 H Zaragoza

20 ‘Abdullâh ibn `Ahmad ibn Muhammad al-`Ansâriy 392 H Zaragoza

21 `Abû Muhammad „Abdullâh ibn `Ibrâhîm ibn Muhammad ibn „Abdillâh 400 H Sidonia

Page 99: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

88

Tabel 4.2 memperlihatkan penyebaran para qâdi di sentra-sentra peradilan

yang ada di wilayah Andalusia Timur. Jumlah qâdi terbanyak ditemukan di kota

Zaragoza, yaitu sebanyak 7 orang qâdi. Selanjutnya terdapat 5 qâdi di kota

Tudmîr, 4 qâdi di kota Valencia, 2 qâdi di kota Tudela, 2 qâdi di kota Mallorca, 2

qâdi di kota Huesca, 2 qâdi di Andalusia Timur72

, serta masing-masing 1 qâdi di

kota Murcia, Jucar, dan Jativa. Jumlah qâdi yang terdata di Andalusia Timur

sebanyak 27 orang qâdi. Mayoritas para qâdi tersebut berasal dari kota-kota yang

termasuk dalam wilayah Andalusia Timur, dan hanya sedikit yang berasal dari

kota-kota luar, seperti Cordova, Malaga, dan Granada.

Tabel 4.3

Para Qâdi di Andalusia Tengah (menurut tahun penugasan)

72

Sumber penelitian ini tidak menyebutkan kota yang dimaksud secara spesifik. Term yang

digunakan dalam sumber yang menjadi rujukan adalah term “syarq al-`Andalus.” Dalam referensi

yang lain ditemukan bahwa secara khusus, term “syarq al-`Andalus” digunakan untuk merujuk ke

beberapa kota tertentu di Andalusia Timur, yaitu Murcia, Alicante dan Valencia. Lihat Sanaa Osseiran,

Cultural Symbiosis in al-Andalus: A Metaphor for Peace, (Beirut: UNESCO, 2004), h. 37.

Tudela

22 Muhammad ibn Salmah ibn Habîb ibn Qâsim ibn al-Sadafiy - Tudela

23 ‘Umar ibn Yûsuf ibn Mûsâ ibn Fahd ibn Khusaib al-`Umawiy 337 H Tudela

Huesca

24 ‘Abdul-Salâm ibn Walîd - Huesca

25 Muhammad ibn Sulaimân al-Ma‘afiriy 295 H Huesca

Andalusia Timur

26 Yûnus Ibn „Abdullâh ibn Muhammad ibn Mugîts 429 H Andalusia

Timur

27 Sulaimân ibn Khalaf al-Bâjiy 474 H Andalusia

Timur

No Nama Kota dan Para Qâdi yang Bertugas Wafat Asal

Cordova

1 Mu‟âwiyah ibn Sâlih al-Hadromiy 168 H Syam

2 Yazîd ibn Yahyâ ibn Syuraih ibn ‘Amrû ibn ‘Auf - -

Page 100: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

89

3 Yahya ibn Zaid al-Tajîbiy 172 H Afrika

4 ‘Abdul-Rahmân ibn Tarîf - -

5 ‘Amrû ibn Syarâhîl ibn Muhammad al-Ma‘âfiriy - Cordova

6 Nasr ibn Zarîf al-Yahsubiy - -

7 al-Mus‟ab ibn „Imrân - Syam

8 Muhammad ibn Basyîr al-Ma‟âfiriy 198 H Beja

9 Faraj ibn Kinânah al-Kinâniy - Sidonia

10 Hâmid ibn Yahya 207 H Cordova

11 Sa‘îd ibn Muhammad ibn Basyîr al-Ma‟âfiriy 210 H Beja

12 Yahyâ ibn Ma‘mar al-`Alhâniy - Sevilla

13 `Uswâr ibn ‘Uqbah 213 H Cordova

14 `Ibrâhîm ibn al-„Abbâs al-Quraisyî - -

15 Yukhâmir ibn ‘Utsmân al-Sya‘bâniy - Cordova

16 „Alî ibn `Abî Bakr al-Kilâbî - Cabra

17 Mu‟âdz ibn „Utsmân al-Sya‘bâniy - Jaen

18 Muhammad ibn Ziyâd ibn ‘Abdil-Rahmân al-Lakhmiy - Cordova

19 Sa‟îd ibn Sulaimân al-Ghâfiqiy - Ghâfiq

20 Masrûr ibn Muhammad al-Ghâfiqiy Cordova

21 `Ahmad ibn Ziyâd ibn ‘Abdil-Rahman al-Lakhmiy - Sidonia

22 ‘Amrû ibn ‘Abdillâh al-Qab‘ah 273 H Cordova

23 ‘Âmir ibn Mu‘âwiyah al-Lakhmiy - Regio

24 al-Nadr ibn Salamah al-Kilâbiy al-Qîsiy 302 H Cabra

25 Mûsâ ibn Muhammad ibn Ziyâd al-Lakhmiy - Sidonia

26 Muhammad ibn Salamah - Sidonia

27 Khalaf ibn Hâmid ibn al-Faraj ibn Kinânah - Sidonia

28 `Ahmad ibn Muhammad ibn Ziyâd ibn ‘Abdil-Rahmân al-Lakhmiy 312 H Cordova

29 `Aslam ibn „Abdil-„Azîz 317 H Cordova

30 `Ahmad ibn Baqî ibn Makhlad 324 H Jaen

31 ‘Ubaidûn ibn Muhammad ibn Fahd ibn al-Hasan ibn ‘Ali al-Jahniy 324 H Cordova

32 `Ahmad ibn ‘Abdillâh ibn `Abî Tâlib al-`Asbahî 326 H -

33 Mûsâ ibn Hârûn ibn Mûsâ ibn' „Îsâ - Huesca

34 Muhammad ibn ‘Abdillâh ibn Yahyâ ibn Yahyâ ibn Yahyâ al-Laitsiy 339 H Cordova

35 Muhammad ibn „Abdillâh ibn `Abî Îsâ - -

36 Mundzir ibn Sa‘îd ibn „Abdillâh ibn „Abdil-Rahmân ibn Qâsim ibn

„Abdil-Malik ibn Najîh al-Ballûtiy 355 H Cordova

37 Muhammad ibn `Ishâq ibn al-Salîm 367 H -

38 Muhammad ibn `Ishâq ibn Mundzir ibn `Ibrâhîm ibn Muhammad ibn al-

Salîm ibn ‘Akramah 367 H Cordova

39 Muhammad ibn Yabqâ ibn Muhammad ibn Zarb ibn Yazîd ibn Maslamah 380 H -

40 Muhammad ibn Yabqâ ibn Zarb 381 H -

41 Muhammad ibn Yahya ibn Zakariyyâ ibn Yahyâ al-Tamîmiy 394 H -

42 „Abdul-Rahmân ibn Muhammad ibn Îsâ ibn Futais 402 H -

43 Yahya ibn „Abdil-Rahmân ibn Wâfid al-Lakhmiy 404 H Cordova

44 „Abdul-Rahmân ibn Futais - -

45 `Ahmad ibn „Abdillâh ibn Dzakwân - -

46 `Abû al-Mutarrif „Abdul-Rahmân ibn `Ahmad ibn Sa‘îd ibn Muhammad

ibn Bisyr ibn Gharsiyyah 422 H -

47 Muhammad ibn `Ahmad ibn Îsâ ibn Manzûr al-Qaisy 464 H Sevilla

48 Muhammad ibn `Ahmad ibn Rusyd 520 H -

Page 101: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

90

49 Muhammad ibn `Ahmad ibn Khalaf ibn `Ibrâhîm al-Tajîbiy 529 H Afrika

50 `Ahmad ibn Muhammad ibn „Ali ibn Muhammad ibn „Abdil-„Azîz ibn

Hamdîn al-Taghlabiy 521 H -

51 „Iyâd ibn Mûsâ ibn „Iyâd al-Yahsubiy 544 H Ceuta

52 Hamdîn ibn Muhammad ibn Hamdîn al-Taghlabiy 547 H -

53 `Abû Ja‟far al-Tsa‟labiy al-Qurtubiy 548 H Cordova

54 `Abû al-Walîd ibn `Abi „Umar ibn Muhammad ibn „Abdillâh al-Qurtubiy - Cordova

55 Muhammad ibn `Abû al-Qâsim `Ahmad ibn `Abî al-Walîd Muhammad

ibn `Ahmad ibn Rusyd 598 H -

56 `Abû Muhammad „Abdullâh ibn Sulaimân ibn Dâwud ibn „Abdil-Rahmân

ibn Hautillâh al-`Ansâriy al-Mâlaqiy 612 H Malaga

57 `Ahmad ibn Yazîd ibn „Abdil-Rahman ibn `Ahmad ibn Baqî ibn Makhlad

al-`Umawiy 625 H Cordova

58 `Abû Sulaimân Rabî‟ ibn „Abdil-Rahmân ibn Rabî‟ al-`Asy‟âriy 633 H Regio

Archidona

59 ‘Îsâ ibn ‘Abdil-Rahmân ibn Habîb ibn Wâqif ibn Ya‘îsy ibn ‘Abdil-

Rahmân ibn Marwân ibn Saktsân 366 H Sidonia

Fahs al-Ballût

60 Fadlullâh ibn Sa‘îd ibn ‘Abdillâh ibn „Abdil-Rahmân ibn Najîh al-

Kazaniy 335 H Cordova

Granada

61 `Abû „Abdillâh Muhammad ibn Al-Hasan ibn Yahya ibn „Abdillâh ibn al-

Hasan al-Judzâmiy al-Nubâhiy 463 H Malaga

62 Muhammad ibn „Abdillâh ibn Hasan ibn Îsâ al-Mâlaqiy 519 H Malaga

63 Îsâ ibn Sahl „Abdullâh al-`Asadiy 486 H Jaen

64 „Iyâd ibn Mûsâ ibn „Iyâd al-Yahsubiy 544 H Ceuta

65 Mûsâ ibn Hammâd - -

66 Muhammad ibn „Abdillâh ibn `Ahmad ibn Simâk al-‘Âmiliy - Malaga

67 al-Hasan ibn „Abdil-Rahmân ibn Qâsim ibn Hânî al-Lakhmiy 562 H Granada

68 „Abdul-Mun‟im ibn Muhammad ibn „Abdil-Rahîm al-Khazrajiy 597 H -

Elvira

69 `Ahmad ibn ‘Abdillâh ibn `Abî Tâlib al-`Asbahî 326 H -

70 Muhammad ibn Yahyâ ibn ‘Umar Lubâbah 330 H Cordova

71 Muhammad ibn ‘Abdillâh ibn Yahyâ ibn Yahyâ ibn Yahyâ al-Laitsiy 339 H Cordova

72 Yahyâ ibn ‘Abdillâh ibn Yahyâ ibn Yahyâ ibn Yahyâ al-Laitsiy - Cordova

73 Muhammad ibn „Abdillâh ibn `Abî Îsâ - -

74 Abdullâh ibn Muhammad ibn ‘Abdillâh ibn `Abî Dulaim 351 H Cordova

75 Mutarrif ibn ‘Îsâ ibn Labîb ibn Muhammad al-Ghassânî 357 H Elvira

76 Khalaf ibn Farah ibn ‘Utsmân ibn Jarîr al-Kilâ‘î 371 H Elvira

Guadix

77 „Abdul-Mun‟im ibn Muhammad ibn „Abdil-Rahîm al-Khazrajiy 597 H -

Jaen

78 `Ahmad ibn al-Walîd ibn Bâhiliy - Toledo

79 Muhammad ibn Yahya ibn Zakariyyâ ibn Yahyâ al-Tamîmiy 394 H -

80 „Abdul-Mun‟im ibn Muhammad ibn „Abdil-Rahîm al-Khazrajiy 597 H -

81 `Abû Dzar Mus‟ab ibn Muhammad ibn Mas‟ûd al-Khasyaniy 604 H Jaen

Almeria

82 „Abdul-Haqq ibn Ghâlib ibn „Abdul-Rahmân ibn „Atiyyah al-Mahâribiy 546 H Granada

Pechina

Page 102: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

91

83 Muhammad ibn ‘Abdillâh ibn Yahyâ ibn Yahyâ ibn Yahyâ al-Laitsiy 339 H Cordova

84 Sa‘îd ibn ‘Utsmân ibn Manâzil 345 H Pechina

85 Yahyâ ibn ‘Abdillâh ibn Yahyâ ibn Yahyâ ibn Yahyâ al-Laitsiy - Cordova

86 Muhammad ibn „Abdillâh ibn `Abî Îsâ - -

Berja

87 Muhammad ibn „Abdillâh Muhammad ibn `Abî Zamânain al-Murrî al-

`Ilbîriy 602 H Elvira

Toledo

88 Ziyâd ibn ‘Abdillâh al-`Ansâriy 212 H -

89 `Ibrâhîm ibn Yahya ibn Barwana - Toledo

90 `Ahmad ibn al-Walîd ibn Bâhiliy - Toledo

91 Zakariyyâ ibn Qatâm - Toledo

92 Syabtûn ibn ‘Abdillâh 212 H Toledo

93 Walîd ibn ‘Abd al-Khâliq ibn ‘Abd al-Jabbâr ibn Qais 225 H Toledo

94 Yahya ibn Muhammad ibn Zakariyyâ` 293 H Toledo

95 `Ishâq ibn Dzûnâbâ 303 H Toledo

96 ‘Îsâ ibn Muhammad ibn Dînâr ibn Wâqid - Toledo

97 `Ahmad ibn Duhaim ibn Khalîl ibn ‘Abdil-Jabbâr ibn Harb 338 H Cordova

98 Muhammad ibn „Abdillâh ibn `Abî Îsâ - -

99 Muhammad ibn Yahya ibn ‘Abdil-‘Azîz 367 H Cordova

100 Qâsim ibn `Ahmad ibn Muhammad ibn ‘Utsmân ibn ‘Abbâs - Toledo

101 ‘Abdul-Salâm ibn ‘Abdillâh ibn Ziyâd ibn `Ahmad ibn ‘Abdil-Rahmân al-

Lakhmiy 371 H Cordova

102 `Ahmad ibn `Ishâq ibn Marwân ibn Jâbiri al-Ghâfiqiy 372 H Cordova

103 ‘Abdullâh ibn Muhammad ibn `Umayyah al-`Ansâriy 372 H Toledo

104 ‘Abdullâh ibn al-Hârits ibn Mantîl 373 H Toledo

105 Muhammad ibn Najâh ‘Abdirrahmân ibn ‘Alqamah ibn Manqûs 376 H Cordova

106 ‘Umar ibn Maslamah ibn Wardân al-‘Âmiriy 383 H Ecija

107 Walîd ibn ‘Abd al-Malik al-‘Utaqiy 393 H Tudmîr

108 Abû al-Qâsim al-Qurtubiy 462 H Cordova

Guadalajara

109 Muhammad ibn ‘Azrah 313 H Guadalajara

110 `Abû Wahb ibn Muhammad ibn `Abî Nakhîlah - Guadalajara

111 Faraj ibn Salamah ibn Zuhair ibn Mâlik al-Balawiy - Cordova

112 Qâsim ibn Muhammad ibn Qâsim ibn `Asbagh ibn Muhammad al-

Bayyâniy 388 H Cordova

Sidonia

113 ‘Abbâs ibn Nâsih al-Tsaqafiy - Algeciras

114 ‘Abdul-Wahhâb ibn ‘Abbâs ibn Nâsih - Algeciras

115 Muhammad ibn ‘Abdil-Wahhâb ibn ‘Abbâs ibn Nâsih - Algeciras

116 Muhammad ibn Yûsuf - Sidonia

117 al-Nadr ibn Salamah al-Kilâbiy al-Qîsiy 302 H Cabra

118 Khalaf ibn Hâmid ibn al-Faraj ibn Kinânah - Sidonia

Malaga

119 `Abû „Abdillâh Muhammad ibn Al-Hasan ibn Yahya ibn „Abdillâh ibn al-

Hasan al-Judzâmiy al-Nubâhiy 463 H Malaga

120 „Abdul-Rahmân ibn Qâsim al-Sya‟biy al-Mâlaqiy 499 H Malaga

121 Muhammad ibn Sulaimân Khalîfah ibn „Abdil-Wahîd al-`Ansâriy al-

Mâlaqiy 500 H Malaga

Page 103: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

92

Tabel 4.3 menyajikan pengelompokan para qâdi yang bertugas di sentra-

sentra peradilan yang termasuk dalam wilayah Andalusia Tengah. Dengan sentra

peradilan yang cukup banyak, yakni mencapai 16 kota sentra peradilan, wilayah

Andalusia Tengah dipadati oleh 136 qâdi dengan rincian: 58 qâdi di Cordova, 21

qâdi di Toledo, 8 qâdi di Granada, 8 qâdi di Elvira, 8 qâdi di Regio, 7 qâdi di

Malaga, 6 qâdi di Sidonia, 4 qâdi di Jaen, 4 qâdi di Pechina, 4 qâdi di Guadalajara,

3 qâdi di Algeciras, serta masing-masing 1 qâdi di kota Berja, Almeria,

Archidona, Fahs al-Ballût, dan Guadix.

Adapun berdasarkan daerah asal para qâdi tersebut, terlihat bahwa para qâdi

yang bertugas di Cordova memiliki latar belakang daerah yang paling beragam

dibanding para qâdi yang bertugas di kota selain Cordova. Beberapa qâdi yang

bertugas di Cordova bahkan berasal dari luar Andalusia, seperti Syam dan Afrika.

122 Muhammad ibn „Abdillâh Muhammad ibn `Abî Zamânain al-Murrî al-

`Ilbîriy 602 H Elvira

123 Muhammad Sâhib al-Salâh ibn Hasan ibn Muhammad al-`Ansâriy al-

Mâlaqiy 609 H Malaga

124 `Abû „Abdillâh Muhammad ibn al-Hasan ibn Muhammad ibn al-Hasan al-

Judzâmiy al-Nubâhiy 631 H Malaga

125 Muhammad ibn „Ali ibn Khadr ibn Harûn al-Ghassâniy 636 H -

Algeciras

126 ‘Abbâs ibn Nâsih al-Tsaqafiy - Algeciras

127 ‘Abdul-Wahhâb ibn ‘Abbâs ibn Nâsih - Algeciras

128 Muhammad ibn ‘Abdil-Wahhâb ibn ‘Abbâs ibn Nâsih - Algeciras

Regio

129 Mukhlid ibn Yazîd al-Bajaliy - -

130 Faraj ibn Salamah ibn Zuhair ibn Mâlik al-Balawiy - Cordova

131 Muhammad ibn Mas‘ud al-Khatîb 379 H Cordova

132 Muhammad ibn `Ahmad ibn Muhammad ibn Yahya ibn Mufarrij 380 H Cordova

133 al-Hasan ibn „Abdillâh al-Judzâmiy al-Mâlaqiy - Regio

134 `Ahmad ibn ‘Abdillâh ibn al-Hasan 392 H Regio

135 Muhammad ibn Yahya ibn Zakariyyâ ibn Yahyâ al-Tamîmiy 394 H -

136 „Abdullâh ibn „Umar ibn `Ahmad al-Wahîdiy 542 H -

Page 104: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

93

Sedangkan para qâdi yang bertugas di kota-kota selain Cordova, seperti Toledo,

Malaga dan Regio, mayoritas berasal dari kota-kota yang terletak di wilayah

Andalusia Tengah.

Tabel 4.4

Para Qâdi di Andalusia Barat (menurut tahun penugasan)

No Nama Kota dan Para Qâdi yang Bertugas Wafat Asal

Sevilla

1 Muhammad ibn Junâdah al-`Ilhânî 296 H Sevilla

2 ‘Alâ` ibn Tamîm ibn ‘Alâ` ibn ‘Âsim 307 H Ecija

3 Suhaib ibn Manî‘ 318 H Cordova

4 ‘Abdullâh ibn Khalaf al-Lakhmiy al-„Abbâsiy 330 H Sevilla

5 `Ismâ‘îl ibn Muhammad ibn `Ismâ‘îl ibn `Abî al-Fawâris 357 H Cordova

6 Qâsim ibn Muhammad ibn Qâsim ibn Muhammad ibn Sayyâr - Cordova

7 Muhammad ibn al-Hasan ibn ‘Abdillâh al-Zubaidiy 379 H Sevilla

8 `Ismâ‟îl ibn Muhammad ibn `Ismâ‟îl ibn Qurays ibn „Abbâd al-Lakhmiy al-

`Isybaily 414 H Sevilla

9 Muhammad ibn `Ismâ‟îl 433 H Sevilla

10 Muhammad ibn „Abdullâh ibn Muhammad ibn „Abdillâh ibn `Ahmad al-

„Arabiy al-Ma‟âfiry 543 H Sevilla

11 `Abû al-Qâsim `Ahmad ibn Muhammad ibn Khalaf al-Haufiy 588 H Sevilla

12 `Abû Muhammad „Abdullâh ibn Sulaimân ibn Dâwud ibn „Abdil-Rahmân

ibn Hautillâh al-`Ansâriy al-Mâlaqiy 612 H Malaga

Ecija

13 Sa‘îd ibn Muhammad ibn Basyîr al-Ma‟âfiriy 210 H Beja

14 ‘Abdul-Rahmân ibn Mûsâ al-Lahwâriy - Ecija

15 Qâsim ibn Muhammad ibn Qâsim ibn Muhammad ibn Sayyâr - Cordova

16 `Asbagh ibn Qâsim ibn `Asbagh 363 H Ecija

17 Muhammad ibn `Ahmad ibn Muhammad ibn Yahya ibn Mufarrij 380 H Cordova

Badajoz

18 `Ismâ‘îl ibn Mutarrif ibn Faraj ibn ‘Ali - Badajoz

Merida

19 Sa‟îd ibn Sulaimân al-Ghâfiqiy - Ghâfiq

20 Sulaimân ibn `Aswad al-Ghâfiqiy - Ghâfiq

Beja

21 ‘Abdul-Salâm ibn ‘Aliy 318 H Pechina

22 Muhammad ibn Yahya ibn ‘Abdil-‘Azîz 367 H Cordova

Cabra

23 Mundzir ibn al-Sabâh ibn ‘Ismah 255 H Cabra

24 Qâsim ibn Muhammad ibn Qâsim ibn Muhammad ibn Sayyâr - Cordova

25 Muhammad ibn Yûsuf ibn Sulaimân al-Jahniy al-Khatîb 372 H -

Page 105: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

94

Tabel 4.4 menampilkan data para qâdi yang tersebar di sentra-sentra

peradilan wilayah Andalusia Barat. Dalam kurun waktu ±500 tahun (sejak 138 H

/756 M s.d. 632 H/1235 M), tercatat 25 qâdi yang pernah bertugas di sentra-sentra

peradilan di Andalusia Barat. Secara berurutan, penyebaran 25 qâdi tersebut; 12

qâdi di Sevilla, 5 qâdi di Ecija, 3 qâdi di Cabra, 2 qâdi di Merida, 2 qâdi di Beja,

dan 1 qâdi di Badajoz.

Tabel 4.5

Para Qâdi di Afrika, Maghribi (menurut tahun penugasan)

No Nama Kota dan Para Qâdi yang Bertugas Wafat Asal

Maroko

1 `Ahmad ibn Yazîd ibn „Abdil-Rahman ibn `Ahmad ibn Baqî ibn Makhlad

al-`Umawiy 625 H Cordova

Fez

2 „Îsâ ibn Yûsuf ibn „Îsâ al-`Azdiy 543 H Fez

Ceuta

3 ‘Îsâ ibn ‘Alâ` ibn Nadzîr ibn `Aiman 306 H Ceuta

4 `Abû Muhammad „Abdullâh ibn Muhammad ibn Mahsûd al-Hawâriy 401 H Houara

5 „Iyâd ibn Mûsâ ibn „Iyâd al-Yahsubiy 544 H Ceuta

6 `Abû Muhammad „Abdullâh ibn Sulaimân ibn Dâwud ibn „Abdil-Rahmân

ibn Hautillâh al-`Ansâriy al-Mâlaqiy 612 H Malaga

Qayrawan

7 „Abd al-Salâm ibn Sa‟îd ibn Habîb al-Tanûkhiy 240 H Qayrawan

8 Muhammad ibn Sahnûn 256 H Qayrawan

El Adoua

9 Îsâ ibn Sahl „Abdullâh al-`Asadiy 486 H Jaen

Sijilmassa

10 `Abû al-Hasan „Ali ibn „Abdil-Malik ibn Yahya al-Kitâmiy al-Hamîdiy 628 H Ceuta

Melilla

11 `Ahmad ibn al-Fath al-Malîlî 332 H Melilla

Salé

12 `Abû Muhammad „Abdullâh ibn Sulaimân ibn Dâwud ibn „Abdil-Rahmân

ibn Hautillâh al-`Ansâriy al-Mâlaqiy 612 H Malaga

Afrika

13 `Asad ibn al-Furât ibn Sinân 213 H -

14 ‘Îsâ ibn Miskîn ibn Mansur - Afrika

15 `Abû al-Qâsim Hammâs ibn Marwân ibn Simâk al-Hamadzâniy - -

16 `Abû al-„Abbâs `Ahmad ibn Muhammad ibn al-Ghammâz 633 H -

Page 106: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

95

Tabel 4.5 menyajikan penyebaran para qâdi yang bertugas di sentra-sentra

peradilan di wilayah Afrika (Maghribi). Sebanyak 16 qâdi bertugas di sentra-

sentra Peradilan Afrika; 4 qâdi di Ceuta, 2 qâdi di Qayrawan, dan masing-masing

1 qâdi di Maroko, Fez, El Adoua, Sijilmassa, Melilla dan Salé. Selain itu, terdapat

4 qâdi yang tercatat bertugas di wilayah Afrika, namun tidak ditemukan informasi

detil tentang kota yang menjadi wilayah hukumnya. Mayoritas para qâdi yang

bertugas di daerah Afrika (Maghrib) berasal dari kota-kota yang termasuk dalam

wilayah Afrika, selain beberapa qâdi yang berasal dari Malaga, Cordova dan Jaen.

B. Sentra-sentra Peradilan Islam di Andalusia

Penelitian ini terfokus pada praktik pembinaan para qâdi di Andalusia,

dalam hal mutasi dan promosi. Oleh karena itu, pendataan sentra-sentra peradilan

di Andalusia merupakan sebuah keharusan. Sentra-sentra peradilan di Andalusia

dapat diketahui melalui penelusuran kota-kotanya – baik kecil atau besar – yang di

dalamnya terdapat sejumlah qâdi yang ditugaskan menangani urusan peradilan.

Sebagaimana telah dipaparkan bahwa kekuasaan Islam di semenanjung

Iberia meliputi wilayah Andalusia dan sebagian wilayah Afrika (Maghribi).

Wilayah Andalusia – terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian utama, yakni Timur,

Tengah, dan Barat – dan sebagian Afrika. Masing-masing wilayah terdiri dari

kota-kota utama dan bagian yang dapat dipetakan sebagai berikut.73

73

Sumber pemetaan kota-kota wilayah Andalusia dan sebagian Afrika telah dipaparkan di Bab

III.

Page 107: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

96

a. Andalusia Timur

- Provinsi Murcia; terdiri dari kota Murcia, Tudmîr, Cartagena, Denia, Ibiza,

Mallorca, Alicantet, dan Menorca.

- Provinsi Valencia; terdiri dari kota Valencia, Jucar, El Puig, dan Jativa.

- Provinsi Alpuente; terdiri dari kota Alpuente.

- Provinsi Albaracin; terdiri dari kota Albaracin.

- Provinsi Zaragoza; terdiri dari kota Zaragoza, Tudela, Barbastro, Huesca,

Tortosa, dan Lerida.

b. Andalusia Tengah

- Provinsi Cordova; terdiri dari kota Cordova, Archidona, Belalcazar, Fahs al-

Ballût, dan Levante.

- Provinsi Granada; terdiri dari kota Granada, Las Navas de Tolosa, Baza,

Elvira, Guadix, Albaicin, Baeza, dan Jaen.

- Provinsi Almeria; terdiri dari kota Almeria, Pechina, Berja, dan Lorca.

- Provinsi Toledo; terdiri dari kota Toledo, Guadalajara, dan Salamanca.

- Provinsi Carmona; terdiri dari kota Carmona, Moron de la Frontera, Arcos,

Sidonia, dan Tarif.

- Provinsi Malaga; terdiri dari kota Malaga, Velez-Malaga, Ronda, Algeciras,

Estepona, Marbella, Comares, Regio, dan Multamâs.

c. Andalusia Barat

- Provinsi Sevilla; terdiri dari kota Sevilla, Niebla, Ecija, Estepa, Cadiz, dan

Mertola.

Page 108: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

97

- Provinsi Badajoz; terdiri dari kota Badajoz, Merida, Lisbon, Beja Santarem,

dan Cabra.

- Provinsi Huelva; terdiri dari kota Huelva.

- Provinsi Silves; terdiri dari kota Silves dan Algarve.

d. Afrika (Maghribi); terdiri dari wilayah Maroko (pusat pemerintahan) dan kota-

kota Fez, Rabat, Meknes, Tangier, Ceuta, Tlemcen, Tripoli, Bajayah, Beja, El

Adoua, Qayrawan, Sijilmassa, Salé, serta Melilla.

Selanjutnya, berdasarkan data yang ada, ditemukan sejumlah kota yang

menjadi sentra-sentra peradilan di Andalusia. Pada kota-kota tersebut terdapat

seorang atau sejumlah qâdi yang ditugaskan menangani masalah peradilan pada

pemerintahan Islam di Andalusia. Kota-kota yang dimaksud tersebar di penjuru

wilayah Andalusia dan sebagian wilayah Afrika yang dapat dikelompokkan

sebagai berikut.

Tabel 4.6

Sentra-sentra Peradilan di Andalusia

Wilayah Nama Kota

Andalusia

Timur

Murcia, Tudmîr, Mallorca, Valencia, Jucar, Jativa, Zaragoza, Tudela, dan

Huesca. Andalusia

Tengah

Cordova, Archidona, Fahs al-Ballût, Granada, Elvira, Guadix, Jaen, Almeria,

Pechina, Berja, Toledo, Guadalajara, Sidonia, Malaga, Algeciras, dan Regio.

Andalusia

Barat Sevilla, Ecija, Badajoz, Merida, Beja, dan Cabra.

Afrika

(Maghribi) Maroko, Fez, Ceuta, Qayrawan, El Adoua, Sijilmassa, Melilla, dan Salé.

Tabel 4.6 di atas menunjukkan dominasi wilayah Andalusia Tengah terkait

sentra peradilan. Hal tersebut agaknya disebabkan karena Cordova, sentra

pemerintahan Islam di Andalusia, terletak di wilayah Andalusia Tengah.

Page 109: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

98

Berdasarkan pemetaan, Andalusia Tengah merupakan wilayah yang terdiri dari

kota yang paling banyak, yakni 34 kota. Sementara wilayah Andalusia Timur dan

Barat serta wilayah Afrika, masing-masing hanya terdiri dari sekitar ½ dari jumlah

keseluruhan kota di Andalusia Tengah; Andalusia Timur terdiri dari 20 kota,

Andalusia Barat dan Afrika masing-masing terdiri dari 15 kota. Oleh karena itu,

sentra-sentra peradilan di Andalusia Tengah mencapai jumlah terbanyak, yakni 16

kota. Sementara itu, di Andalusia Timur dijumpai 9 kota sentra peradilan, di

Andalusia Barat hanya ditemukan 6 kota sentra peradilan, dan di Afrika terdapat 8

kota sentra peradilan.

Kemudian berdasarkan data yang telah dipaparkan pada tabel 4.1, ditemukan

bahwa dari 165 qâdi yang terdata, 126 orang diantaranya hanya bertugas sebagai

qâdi di tingkat pertama. Sementara itu, 39 orang lainnya pernah bertugas sebagai

qâdî al-jamâ‘ah di tingkat banding. Kompetensi relatif para qâdî al-jamâ‘ah

tersebut berkisar pada kota Cordova, Granada, Toledo, dan Maroko. Dari 39 qâdî

al-jamâ‘ah tersebut, tercatat 1 qâdî al-jamâ‘ah di Granada, 1 qâdî al-jamâ‘ah di

Maroko, 1 qâdî al-jamâ‘ah di Toledo, 1 qâdî al-jamâ‘ah di wilayah Afrika74

, dan

35 qâdî al-jamâ‘ah sisanya menjabat di Cordova.

74

Tidak ditemukan informasi detil terkait wilayah hukumnya.

Page 110: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

99

C. Sistem Pembinaan (mutasi-promosi) Para Qâdî di Andalusia

Selanjutnya akan dipaparkan pemetaan para qâdi yang pernah mengalami

perpindahan jabatan dan atau wilayah hukum tempat bertugas. Hal tersebut

dilakukan untuk melihat sistem pembinaan (mutasi-promosi) para qâdi masa

lampau di Andalusia. Pemetaan yang dimaksud dapat disajikan sebagai berikut.

Tabel 4.7

Data Perpindahan Para Qâdi

No Nama Qâdi Perpindahan Keterangan

1 Yahya ibn Zaid al-Tajîbiy Jenjang Jabatan Cordova (Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah)

2 Sa‘îd ibn Muhammad ibn Basyîr al-

Ma‟âfiriy

Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Ecija => Cordova/

Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah

3 `Ahmad ibn al-Walîd ibn Bâhiliy Wilayah Toledo => Jaen/ Qâdi => Qâdi

4 Yahyâ ibn Ma‘mar al-`Alhâniy Jenjang Jabatan Cordova (Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah)

5 Sa‟îd ibn Sulaimân al-Ghâfiqiy Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Merida => Cordova/

Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah

6 Sulaimân ibn `Aswad al-Ghâfiqiy Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Merida => Cordova/

Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah

7 al-Nadr ibn Salamah al-Kilâbiy al-

Qîsiy

Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Sidonia => Cordova/

Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah

8 Khalaf ibn Hâmid ibn al-Faraj ibn

Kinânah

Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Cordova => Sidonia/

Qâdî al-Jamâ‘ah => Qâdi

9 `Ahmad ibn ‘Abdillâh ibn `Abî Tâlib

al-`Asbahî

Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Elvira => Cordova/

Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah

10 Muhammad ibn ‘Abdillâh ibn Yahyâ

ibn Yahyâ ibn Yahyâ al-Laitsiy

Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Elvira & Pechina => Cordova/

Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah

11 Muhammad ibn „Abdillâh ibn `Abî Îsâ Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Toledo & Pecina => Elvira =>

Cordova/ Qâdi => Qâdi => Qâdî al-

Jamâ‘ah

12

Qâsim ibn Muhammad ibn Qâsim ibn

Muhammad ibn Qâsim ibn

Muhammad ibn Sayyâr

Wilayah Ecija & Cabra => Sevilla/

Qâdi => Qâdi

13 Qâsim ibn `Ahmad ibn Muhammad

ibn ‘Utsmân ibn ‘Abbâs Wilayah

Toledo => Badajoz/

Qâdi => Qâdi

14 Qâsim ibn Muhammad ibn Qâsim ibn

`Asbagh ibn Muhammad al-Bayyâniy Wilayah

Tudmîr => Guadalajara/

Qâdi => Qâdi

15 Muhammad ibn Yahya ibn Zakariyyâ

ibn Yahyâ al-Tamîmiy

Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Regio => Jaen => Cordova/

Qâdi => Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah

16 `Ahmad ibn „Abdillâh ibn Dzakwân Jenjang Jabatan Cordova

(Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah)

Page 111: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

100

17

`Abû „Abdillâh Muhammad ibn Al-

Hasan ibn Yahya ibn „Abdillâh ibn al-

Hasan al-Judzâmiy al-Nubâhiy

Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Malaga => Granada/

Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah

18 Îsâ ibn Sahl „Abdullâh al-`Asadiy Wilayah El Adoua => Granada/

Qâdi => Qâdi

19 „Iyâd ibn Mûsâ ibn „Iyâd al-Yahsubiy Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Ceuta => Granada => Cordova/

Qâdi => Qâdi => Qâdî al-Jamâ‘ah

20 Muhammad ibn „Abdillâh ibn `Ahmad

ibn Simâk al-‘Âmiliy Wilayah Malaga => Granada/ Qâdi => Qâdi

21 „Abdul-Mun‟im ibn Muhammad ibn

„Abdil-Rahîm al-Khazrajiy Wilayah

Jucar => Guadix => Jaen =>

Granada/

Qâdi => Qâdi => Qâdi => Qâdi

22 Muhammad ibn „Abdillâh Muhammad

ibn `Abî Zamânain al-Murrî al-`Ilbîriy Wilayah

Berja => Malaga/

Qâdi => Qâdi

23

`Abû Muhammad „Abdullâh ibn

Sulaimân ibn Dâwud ibn „Abdil-

Rahmân ibn Hautillâh al-`Ansâriy al-

Mâlaqiy

Wilayah

Sevilla => Mallorca => Murcia =>

Cordova => Ceuta => Salé =>

Murcia/ Qâdi => Qâdi => Qâdi =>

Qâdi =>Qâdi => Qâdi => Qâdi

24

`Abû al-Khattâb `Ahmad ibn

Muhammad ibn „Umar ibn

Muhammad ibn Wâjib al-Qaisiy

Wilayah Jativa => Valencia/

Qâdi => Qâdi

25

`Ahmad ibn Yazîd ibn „Abdil-Rahman

ibn `Ahmad ibn Baqî ibn Makhlad al-

`Umawiy

Wilayah dan

Jenjang Jabatan

Maroko => Cordova/

Qâdî al-Jamâ‘ah => Qâdi

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari 165 qâdi yang terdata, 25 qâdi di

antaranya pernah mengalami perpindahan, baik sekedar mutasi wilayah hukum

atau bahkan promosi/demosi jenjang jabatan. Dari total 25 qâdi tersebut, sebanyak

10 qâdi dimutasi ke wilayah hukum yang lain tanpa ada perubahan jabatan.

Namun, bentuk mutasi para qâdi tersebut cukup beragam. Dari 10 qâdi tersebut, 1

qâdi dimutasi antar kota bagian (pinggiran), 5 qâdi dimutasi dari kota bagian ke

kota utama (pusat pemerintahan), 1 qâdi dimutasi dari kota utama ke kota bagian,

sementara 3 qâdi lainnya dimutasi antar kota utama.

Selanjutnya, sebanyak 8 qâdi pernah dimutasi ke wilayah hukum lain

sekaligus dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi. Para qâdi tersebut

dimutasi dari kota-kota bagian ke kota-kota utama. Tidak hanya itu, para qâdi

Page 112: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

101

tersebut juga mendapatkan promosi jabatan dari yang sebelumnya hanya sebagai

Qâdi di kota-kota bagian (tingkat pertama) menjadi Qâdî al-Jamâ‘ah di kota-kota

utama (tingkat banding).

Kemudian, terdapat 2 qâdi yang dimutasi dari satu kota utama ke kota utama

lainnya. Namun, mutasi mereka itu disertai dengan kenaikan jabatan ke jenjang

yang lebih tinggi, yaitu dari Qâdi menjadi Qâdî al-Jamâ‘ah. Sementara itu, 2 qâdi

lainnya justru mengalami hal sebaliknya. Mereka dimutasi dari kota utama ke kota

bagian, dan diturunkan ke jabatan yang lebih rendah, yakni dari Qâdî al-Jamâ‘ah

menjadi Qâdi. Selain itu, terdapat pula para qâdi yang mengalami promosi jenjang

jabatan tanpa dimutasi ke wilayah hukum lain, yakni sebanyak 3 qâdi. Ketiga qâdi

yang terakhir, mereka semua bertugas di wilayah yang sama, yakni di Cordova.

D. Konstruksi Peradilan Islam di Andalusia (sebuah refleksi akhir)

Temuan-temuan yang telah dipaparkan pada pokok pembahasan sebelumnya

menunjukkan konstruksi peradilan Islam di Andalusia pada masa lampau. Dengan

wilayahnya yang cukup luas, Andalusia pada masa itu telah memiliki sentra-sentra

peradilan yang tersebar di penjuru wilayah sehingga persoalan-persoalan peradilan

masyarakat Islam agaknya dapat tertangani dengan baik. Andalusia Tengah,

sebagai centre spot dari wilayah Andalusia, memiliki perkembangan peradilan

yang lebih progresif. Hal tersebut terlihat dari jumlah sentra-sentra peradilan

paling banyak terdapat di wilayah Andalusia Tengah. Jumlah qâdi terbanyak yang

berhasil terdata juga berada di 2 kota Andalusia Tengah, yaitu Cordova dan

Toledo. Agaknya, hal tersebut dilatarbelakangi oleh fakta sejarah bahwa kota

Page 113: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

102

Cordova dan Toledo, yang termasuk dalam kawasan Andalusia Tengah, pernah

menjadi ibukota pemerintahan Islam dan Kristen untuk waktu yang cukup lama.

Berdasarkan data persebaran para qâdi yang telah dipetakan pada subbab

sebelumnya, terlihat bahwa persebaran qâdi paling banyak ditemukan di kota-kota

Tudmir, Zaragoza, Cordova, Toledo, Sevilla, Ecija, Ceuta, Sidonia, dan Melilla.

Hal tersebut agaknya disebabkan oleh status kota-kota tersebut sebagai kota-kota

yang telah ada sejak dahulu (kota lama). Oleh karena itu, angka persebaran qâdi di

kota-kota tersebut cukup tinggi dan telah ada sejak tahun-tahun awal pemerintahan

Bani Umayyah II di Andalusia.

Adapun kota-kota lainnya seperti Valencia, Jucar, Jativa, Archidona, Fahs

al-Ballût, Guadix, Granada, Malaga, Algeciras, Sijilmassa dan Salé, kota-kota

tersebut merupakan kota-kota yang baru terbentuk kemudian, dalam artian kota-

kota tersebut merupakan wilayah hasil pemekaran setelah wilayah kekuasaan

Islam semakin meluas. Oleh karena itu, angka persebaran qâdi di kota-kota

tersebut cukup rendah Meskipun demikian, ada di antara kota-kota tersebut yang

memiliki jumlah persebaran qâdi yang tidak sedikit, seperti kota Granada dan

Malaga. Namun perlu dicatat bahwa peningkatan angka persebaran qâdi di kota-

kota tersebut baru dimulai pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Bani Umayyah

II di Andalusia.

Selanjutnya, proses peradilan di Andalusia telah menerapkan sistem

pemeriksaan bertingkat dalam bentuk peradilan tingkat pertama dan banding,

meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Akan tetapi, peradilan tingkat banding

Page 114: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

103

di Andalusia agak berbeda dari konsep peradilan banding pada masa sekarang

yang pada umumnya didapati di tiap ibu kota provinsi. Peradilan banding di

Andalusia pada dasarnya berpusat di Cordova sebagai ibu kota pemerintahan Islam

pada masa Bani Umayyah II. Ketika Andalusia telah terbagi ke dalam sejumlah

kerajaan/pemerintahan kecil yang menjalankan pemerintahan secara mandiri di

wilayah kekuasaan masing-masing, peradilan banding baru dapat dijumpai di

wilayah/kota provinsi lain, seperti Toledo, Granada dan Maroko.

Kemudian, pembinaan para qâdi yang diterapkan oleh pemerintah Andalusia

kala itu tidak terlepas dari sistem perpindahan, yang lazim disebut mutasi. Sistem

mutasi yang diterapkan juga cukup bervariasi. Mutasi/pemindahan para qâdi

Andalusia tidak melulu dari kota bagian ke kota bagian lain yang sederajat.

Terdapat sejumlah qâdi yang dimutasi dari kota-kota bagian ke kota utama. Fakta

historis ini merupakan sebuah indikasi promosi jenjang jabatan bagi para qâdi

yang bersangkutan. Namun, terdapat pula sejumlah qâdi yang dimutasi dengan

pola sebaliknya, yakni dari dari kota utama ke kota bagian (dari kota pusat ke kota

pinggiran).

Mutasi dengan pola yang disebut terakhir memiliki kemiripan dengan

konsep demosi yang dikenal sekarang, yaitu salah satu bentuk mutasi/pemindahan

qâdi yang disertai dengan pengurangan kewenangan atau tanggung jawab. Para

qâdi Andalusia yang dimutasi dari kota utama ke kota bagian, meskipun tanpa

perubahan jabatan, secara implisit mengalami pengurangan tanggung jawab dalam

menangangi urusan peradilan. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya sengketa

Page 115: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

104

yang terjadi di kota-kota bagian tidak memiliki kompleksitas yang tinggi

sebagaimana permasalahan yang terjadi di kota-kota pusat pemerintahan.

Pemaparan di atas merupakan cerminan nyata bahwa praktik pembinaan

qâdi yang berlaku di Andalusia telah menerapkan sistem reward and punishment.

Sistem yang demikian merupakan sebuah proses pembinaan yang lazim dijumpai

dalam lembaga atau organisasi secara umum, dan secara khusus dalam lembaga

peradilan dewasa ini. Setiap qâdi yang memiliki kinerja baik atau bahkan dianggap

berprestasi akan dimutasi ke tempat atau daerah yang lebih besar (sentral) atau

diberikan jabatan yang lebih tinggi yang tidak jarang disertai dengan fasilitas yang

lebih baik. Sebaliknya, para qâdi yang memiliki kinerja buruk atau melakukan

kesalahan saat bertugas akan dimutasi ke sentra peradilan yang lebih kecil, atau

bahkan diturunkan dari jabatannya.

Kemudian berdasarkan data yang diperoleh, pola mutasi dan promosi qâdi

yang paling sering terjadi dalam penerapan pembinaan para qâdi Andalusia

didasarkan pada tujuan untuk mengisi kekosongan jabatan. Jabatan Qâdi pada

peradilan tingkat pertama dan Qâdî al-Jamâ‘ah pada peradilan tingkat banding

sering mengalami kekosongan dan pergantian karena qâdi atau qâdî al-jamâ‘ah

yang bertugas sebelumnya wafat.

Hal tersebut selaras dengan data lain yang menunjukkan bahwa dalam

peradilan Islam di Andalusia saat itu, pengaturan yang baku terkait masa

jabatan/periode tugas para qâdi tidak ditemukan. Mayoritas qâdi yang diangkat di

Andalusia menjabat hingga akhir hidupnya, meski ada sejumlah qâdi yang

Page 116: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

105

diberhentikan/diturunkan dari jabatannya oleh penguasa yang berwenang. Secara

eksplisit, para qâdi yang tidak diturunkan dari jabatannya hingga wafat dapat

dinilai sebagai sebuah prestasi tersendiri. Kondisi yang demikian agaknya

dilatarbelakangi oleh paradigma yang berlaku saat itu bahwa posisi atau

kedudukan seorang qâdi sungguh sangat mulia dan terhormat.

Masih terkait periode tugas/masa jabatan para qâdi yang bertugas di sentra

peradilan Andalusia, data yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat jeda masa

jabatan antar sejumlah qâdi (dalam satu wilayah/kota) cukup panjang, mencapai

puluhan bahkan ratusan tahun. Hal tersebut tidak dapat serta merta diartikan

sebagai masa kekosongan jabatan qâdi. Jeda waktu yang cukup panjang tersebut

mengindikasikan eksistensi sejumlah qâdi yang tidak terdeteksi dan tidak

ditemukan dalam sumber-sumber penelitian ini.

Hal lain yang sering melatarbelakangi pergantian jabatan qâdi adalah

kehendak penguasa yang berwenang untuk memecat atau memberhentikan para

qâdi dari jabatannya. Alasan di balik pemberhentian/pemecatan tersebut cukup

beragam. Sejumlah qâdi dipecat berdasarkan kasus yang ditanganinya. Namun,

ada pula qâdi yang diberhentikan karena usianya yang sudah sangat tua,

sebagaimana yang dialami oleh `Aslam ibn „Abdil-„Azîz (qâdi no. 67) dan

Muhammad ibn Yahya ibn Zakariyyâ ibn Yahyâ al-Tamîmiy (qâdi no. 116).

Sementara itu, terdata pula sejumlah qâdi Andalusia yang diberhentikan dari

jabatannya seiring dengan munculnya pemerintahan baru. Dari sekian banyak qâdi

yang diberhentikan atas inisiatif penguasa yang berwenang, mayoritas kembali

Page 117: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

106

diangkat/ditugaskan sebagai qâdi. Kondisi yang demikian dapat menjadi alasan

untuk mengklaim bahwa intervensi penguasa turut mewarnai sistem peradilan

pada masa itu.

Sungguhpun demikian, perlu diketahui bahwa pada dasarnya, kemandirian

sistem peradilan Islam dari sistem lain telah terealisasi sejak empat belas abad

silam. Demikian itu dikuatkan dengan fakta akan ketundukan para khalifah atau

amir Andalusia dalam permasalahan mereka yang masuk ke dalam ranah

peradilan. Sebab tidak ada hak bagi khalifah atau imam untuk memutuskan bagi

dirinya sendiri, sebagaimana khalifah juga tidak diperbolehkan bersaksi terhadap

dirinya sendiri. Karena itu, para khalifah dalam permasalahan mereka bersandar

kepada otoritas para qâdi. Sejumlah argumen tersebut dapat menjadi dasar

penilaian bahwa pemecatan/pemberhentian para qâdi dilakukan secara obyektif

atas dasar penilaian terhadap kinerja qâdi yang bersangkutan.

Selanjutnya, data penelitian juga memperlihatkan banyak hal lain yang perlu

dicermati lebih jauh, selain fokus permasalahan penelitian ini. Di antaranya adalah

perihal sistem pengangkatan qâdi yang berlaku di Andalusia. Sebagaimana telah

dipaparkan pada bab III sebelumnya, para pakar menyatakan bahwa sejak

kemunculan jabatan qâdî al-qudâh, kewenangan untuk mengangkat serta

menurunkan para qâdi berada di tangan para qâdî al-qudâh atau qâdî al-jamâ‘ah.

Akan tetapi, data yang diperoleh menunjukkan bahwa pengangkatan seluruh qâdi

yang terdata pernah bertugas di Andalusia dilakukan langsung oleh para penguasa

(kepala pemerintahan) Andalusia, baik yang bergelar khalifah atau amir.

Page 118: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

107

Pengangkatan para qâdi yang dilakukan oleh pimpinan lokal Andalusia (dan

bukannya pimpinan pusat yang ada di Baghdad) mengindikasikan adanya

pendistribusian kewenangan, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem

pemerintahan Islam cenderung bersifat desentralistik.

Selanjutnya, data yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat sejumlah

qâdi Andalusia yang langsung diangkat untuk menjabat di kota-kota besar.

Kondisi yang demikian berbeda dari apa yang berlaku dalam dunia peradilan saat

ini, di mana qâdi yang baru diangkat harus menempati wilayah-wilayah kecil

bahkan terpelosok. Akan tetapi, keterbatasan informasi yang diperoleh

menyebabkan kesulitan dalam menentukan apakah penugasan sejumlah qâdi yang

menjabat di kota-kota besar/pusat pemerintahan tersebut merupakan penugasan

pertama mereka. Kemungkinan lain yang tidak dapat diabaikan adalah para qâdi

tersebut telah ditugaskan di sejumlah daerah/kota bagian sebelum akhirnya

ditugaskan di kota-kota utama/pusat.

Hal lain yang perlu diamati adalah terkait penyebaran para qâdi di sentra-

sentra peradilan di Andalusia. Data yang ada menunjukkan bahwa hampir di setiap

wilayah/kota sentra peradilan hanya terdapat 1 qâdi yang bertugas dalam satu

waktu. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa proses peradilan di Andalusia kala itu

dikelola atau dijalankan dalam sistem tunggal, bukan majelis.

Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas, penting untuk dicermati juga

perihal marga para qâdi yang bertugas di sentra-sentra peradilan Andalusia.

Terdapat sejumlah marga yang dominan muncul dalam data penelitian ini, yaitu al-

Page 119: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

108

Lakhmiy (10), al-`Ansâriy (7), al-Mâlaqiy (6), al-Kinâniy/Kinânah (4), al-

Ma‘âfiriy (4), al-Ghâfiqiy (4), al-'Utaqiy (3), dan al-Qurtubiy (3). Di wilayah

Andalusia Timur, marga yang dominan berasal dari rumpun al-Kinâniy/Kinânah

dan al-'Utaqiy. Di Andalusia Tengah, marga para qâdi berkisar pada al-Ma‘âfiriy,

al-Lakhmiy, al-Ghâfiqiy, al-Kinâniy/Kinânah, dan al-Qurtubiy. Di Andalusia

Barat, marga yang dominan berasal dari klan al-Ghâfiqiy, al-`Ansâriy, al-Mâlaqiy,

dan al-Ma‘âfiriy.

Sementara untuk wilayah Afrika (Maghribi), dengan jumlah qâdi yang

terdata sangat minim, tidak ditemukan dominasi salah satu marga pada para qâdi

yang bertugas. Adapun wilayah Andalusia Tengah kembali mendominasi ragam

marga para qâdi yang bertugas, khususnya di kota Cordova dengan jumlah qâdi

paling banyak yang ditemukan di sana. Marga yang dominan muncul di Cordova

berasal dari rumpun al-Ghâfiqiy, al-Lakhmiy, al-Ma‘âfiriy, dan al-Kinâniy

/Kinânah.

Page 120: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

109

BAB V

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan penelitian yang telah dipaparkan dan

didiskusikan pada bab sebelumnya, ada beberapa kesimpulan yang dapat

dirumuskan.

1. Dalam kurun waktu ±500 tahun (138 H/756 M-632 H/1235 M), tercatat

sebanyak 165 qâdi yang pernah bertugas di sentra-sentra peradilan di

Andalusia. Dari total qâdi tersebut, sejumlah qâdi berasal dari marga/

rumpun yang dominan, yakni al-Lakhmiy (10), al-`Ansâriy (7), al-Mâlaqiy

(6), al-Kinâniy/Kinânah (4), al-Ma‘âfiriy (4), al-Ghâfiqiy (4), al-'Utaqiy (3),

dan al-Qurtubiy (3).

2. Pada pemerintahan Islam di Andalusia, terdapat sejumlah kota yang menjadi

sentra-sentra peradilan Islam yang tersebar di berbagai wilayah Andalusia

(Timur, Tengah, dan Barat) dan sebagian wilayah Afrika. Sentra-sentra

peradilan tersebut terbagi ke dalam yurisdiksi tingkat pertama dan yurisdiksi

tingkat banding. Berdasarkan wilayahnya, sentra-sentra peradilan yang

berada di Andalusia Tengah mencapai jumlah yang paling banyak,

khususnya di kota Cordova dan Toledo.

3. Sistem pembinaan para qâdi masa lampau yang berlaku di Andalusia telah

mencakup sistem perpindahan, baik sekedar mutasi atau bahkan promosi.

Sistem mutasi dan promosi yang diterapkan dalam peradilan Islam di

Andalusia memiliki beragam bentuk. Mutasi/perpindahan para qâdi

Page 121: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

110

Andalusia tidak selalu dari kota bagian ke kota bagian lain yang sederajat,

sebagai bentuk mutasi murni. Akan tetapi, mutasi para qâdi juga kerap

dilakukan dari kota bagian ke kota utama, sebagai bentuk promosi tidak

langsung. Selain itu, mutasi para qâdi ke wilayah hukum lain juga sering

disertai dengan promosi/kenaikan jenjang jabatan. Namun, para qâdi di

sentra peradilan Andalusia juga kerap dimutasi dari kota utama ke kota

bagian, atau bahkan diturunkan ke jabatan yang lebih rendah.

B. Saran

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan dari awal hingga

akhir, penulis mengemukakan sejumlah saran di akhir tulisan ini. Saran-saran

yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Skripsi ini terfokus untuk mengkaji sistem pembinaan (mutasi-promosi)

para qâdi di satu wilayah kekuasaan Islam dahulu, yakni Andalusia.

Sehingga, apa yang dipaparkan dalam penelitian ini tidak bisa dianggap

telah mewakili sistem pembinaan qâdi yang berlaku dalam peradilan Islam

secara umum. Oleh karena itu, penelitian lanjutan di berbagai eks wilayah

kekuasaan Islam dahulu hendaknya dilakukan, demi sebuah pemahaman

yang menyeluruh. Penelitian lanjutan dianggap krusial mengingat para

hakim/qâdi memegang peranan sentral dalam mewujudkan proses peradilan

yang baik dan keadilan yang menyeluruh

2. Dalam rentang waktu objek penelitian yang digunakan, skripsi ini terbatas

untuk ±500 tahun (138 H/756 M-632 H/1235 M) masa pemerintahan Islam

di Andalusia. Padahal, Islam berkuasa di Andalusia selama ±7,5 abad. Oleh

Page 122: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

111

karena itu, studi lanjutan diperlukan untuk menggali lebih dalam persoalan

peradilan Islam yang masih terpendam bersama sejarah.

3. Sumber utama skripsi ini masih sangat terbatas, begitu pula dengan referensi

lain yang digunakan untuk melengkapi kekurangan informasi dari sumber

utama. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan dan kesulitan untuk

mengakses sumber-sumber lain yang memadai. Oleh karena itu, penelitian

yang lebih mendalam dengan menggunakan sumber-sumber lain hendaknya

dilakukan demi melengkapi kekurangan penelitian ini.

4. Skripsi ini terfokus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah

dirumuskan di awal. Oleh karena itu, sejumlah pertanyaan dari aspek-aspek

lain yang dimunculkan oleh data belum tergali secara maksimal. Penulis

hanya mencoba menunjukkan indikasi-indikasi adanya sejumlah pertanyaan

lanjutan dengan melakukan analisis singkat. Di antara pertanyaan lanjutan

yang perlu dikaji lebih dalam, apa yang menjadi kriteria atau syarat bagi

pengangkatan para qâdi di sentra-sentra peradilan Andalusia? bagaimana

mekanisme pengangkatan para qâdi di sentra-peradilan Andalusia? dan

lain sebagainya. Oleh karena itu, para peneliti selanjutnya diharapkan dapat

mengembangkan data dalam penelitian ini agar tercipta karya-karya lain

yang melengkapi kekurangan yang ada.

Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangsih yang berarti bagi dunia pengetahuan serta dapat menjadi jalan bagi

pengetahuan yang baru. Aamiin.

Page 123: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

112

DAFTAR PUSTAKA

A. Ibrahim, Qasim dan A. Saleh, Muhammad. al-Mausû‘ah al-Muyassarah fî al-

Târîkh al-`Islâmiy. Penerjemah Zainal Arifin. Cet. II. Jakarta: Penerbit

Zaman, 2014.

al-`Andalusiy, Ibn Hasan al-Nabâhî. Târîkh Qudât al-`Andalus. Cet. I. Beirut: Dâr

al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1995.

al-`Azadiy, Ibn al-Fardî Ibn al-Walîd. Târîkh ‘Ulamâ` al-`Andalus. Kairo: Dâr al-

Kutub al-Misriy, 1984.

al-Fâsî, Muhammad ibn al-Hasan al-Tsa‟âlabî. al-Fikr al-Sâmî fî Târîkh al-Fiqh

al-`Islâmî. Jilid 1. Cet I. Madinah: al-Maktabah al-„Ilmiyyah, 1976.

al-Fâsî, Muhammad ibn al-Hasan al-Tsa‟âlabî. al-Fikr al-Sâmî fî Târîkh al-Fiqh

al-`Islâmî. Jilid 2. Cet I. Madinah: al-Maktabah al-„Ilmiyyah, 1976.

al-Himyariy, Muhammad ibn „Abdil-Mun‟im. al-Raud al-Mi’târ fi Khabar al-

`Aqtâr. Cet. II. Beirut: Dâr al-Kutub al-Lubnâniyyah, 1984.

Aliyah, Samir. Sistem Pemerintahan, Peradilan dan Adat dalam Islam. Cet. I.

Penerjemah Asmuni Solihan Zamakhsyari. Jakarta: Khalifa, 2004.

al-Mâwardî. al-`Ahkâm al-Sultâniyyah wa al-Wilâyât al-Dîniyyah. Kairo: al-

Maktabah al-Taufîqiyyah, 2006.

al-Qarwiy, al-Khasyaniy. Qudât Qurtubah. Cet. II. Beirut: Dâr al-Kutub al-

Lubnâniyyah, 1989.

al-Talimasâniy, Ahmad ibn Muhammad al-Maqqariy. Nafh al-Tiyâb min Ghusn

al-`Andalus al-Ratîb. Jilid I. Beirut: Dâr al-Fikr, 1988.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Cet. IV. Jakarta: Amzah, 2014.

Arabi, Oussama, S. Powers, David and A. Spectorsky, Susan. Islamic Legal

Thought A Compendium of Muslim Jurists. Leiden: Brill, t.th.

Ash Shiddeqy, T. M. Hasbi. Peradilan dan Hukum Acara Islam. Ed. II. Cet. II.

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001.

Page 124: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

113

Ash Shiddeqy, T. M. Hasbi. Sejarah Peradilan Islam. Jakarta: Bulan Bintang,

1970.

Bakri, Syamsul. Peta Sejarah Peradaban Islam. Cet I. Yogyakarta, Fajar Media,

2011.

Bisri, Cik Hasan. Peradilan Agama di Indonesia. Ed. Revisi. Cet. IV. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2003.

El Hour, Rachid. “The Andalusian Qadi in the Almoravid Period: Political and

Judicial Authority,” Studia Islamica No. 90 (2000).

Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid VI. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.

F. N., Ridjaluddin. Sejarah Peradaban Islam. Cet. I. Jakarta: Pusat Kajian Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta

& Gaung Persada Press, 2013.

Fathoni, Abdurrahmat. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineke Citra,

2006.

Hadisoeprapto, Hartono. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Yogyakarta: Liberty,

1993.

Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi dan Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.

Ghalia Indonesia, 2002.

Hasibuan, Malayu S. P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed. Revisi. Cet. IX.

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.

Heidjrachman dan Husnan, Suad. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE,

1997.

Hendrickson, Jocelyn. “Is al-Andalus Different? Continuity as Contested,

Constructed, and Performed across Three Maliki Fatwas,” Islamic Law and

Society (2013).

Hitti, Philip K. History of The Arabs. Penerjemah R. Cecep Lukman dan Dedi

Slamet Riyadi. Jakarta: Serambi, 2006.

I.G., Wursanto. Manajemen Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius, 1989.

Page 125: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

114

Ilyas, Mohammad. Astronomy of Islamic Calendar. Kuala Lumpur: AS-Noordeen,

1997.

Jumantoro, Totok. Kamus Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah, 2005.

Kamâl, Ahmad „Âdil. `Atlas al-Futûhât al-`Islâmiyyah. Cet. I. Kairo: Dâr al-

Salâm, 2005.

Khan, M.S. “Tabaqât al-`Umam of Qâdi Sa‟îd al-`Andalusiy (1029-1070 A.D),”

Indian Journal of History of Science 30 (1995).

Koto, Alaiddin. Sejarah Peradilan Islam. Ed. I. Cet. I. Jakarta: Rajawali Pers,

2011.

Ma‟luf, Louis, al-Munjid. Cet. XLI. Beirut: Dâr al-Masyriq, 2005.

Madkur, Muhammad Salam. al-Qadâ` fi al-`Islâm. Penerjemah Imron AM.

Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993.

Manan, Abdul. Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan – Suatu Kajian

Dalam Sistem Peradilan Islam. Jakarta: Kencana, 2007.

Mangkuprawira, Sjafri. Manajemen SDM Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia,

2004.

Manullang, M. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994.

Martoyo, Susilo. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta, 1996.

Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Ed. VIII. Cet. I.

Yogyakarta: Liberty, 2009.

Miller, Kathryn A. “Muslim Minorities and The Obligation to Emigrate to Islamic

Territory: Two Fatwas From Fifteenth-Century Granada,” Islamic Law and

Society 7 (2000).

Moekijat. Analisa Jabatan. Bandung: Alumni, 1974.

Mubarok, Jaih. Peradilan Agama di Indonesia. Bandung: Pustaka Bani Quraisy,

2004.

Page 126: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

115

Muller, Christian. “Judging with God‟s Law on Earth: Judicial Powers of The

Qâdî Al-Jamâ‘a of Cordova in the Fifth/Eleventh Century,” Islamic Law

and Society 7 (2000).

Musyrifah, „Atiyyah Mustafâ. al-Qadâ` fi al-`Islâm. Cet. II. t.tp: t.p, 1966.

Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. Sosiologi; Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Prenada Media, 2004.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jilid I. Jakarta: UI

Press, 1985.

Nitisemito, Alex Sumaji. Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996.

Nurjaman, Kadar. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.

Osseiran, Sanaa. Cultural Symbiosis in al-Andalus: A Metaphor for Peace. Beirut:

UNESCO, 2004.

Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2012.

Quais, Abdul Halim. Analisa Runtuhnya Daulah Islam. Solo: Pustaka Mantik,

1994.

Rasyid, Roihan. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2007.

Saepudin, Didin. Sejarah Peradaban Islam. Cet. I. Ciputat: UIN Jakarta Press,

2007.

Saleh, K. Wantjik. Kehakiman dan Peradilan. Jakarta: Simbur Cahaya, 1976.

Sastrohadiwiryo, Siswanto. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Pendekatan

Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Secall, M. Isabel Calero. “Rulers and Qâdis: Their Relationship During The

Nasrid Kingdom,” Islamic Law and Society 7 (2000).

Page 127: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

116

Serrano, Delfina. “Legal Practice in an Andalusi-Maghribi Source From The

Twelfth Century CE: The Madzâhib al-Hukkâm fi Nawâzil al-`Ahkâm,”

Islamic Law and Society 7 (2000).

SJ. Fadil. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Cet. Kesatu.

Malang: UIN Malang Press, 2008.

Soeroso, R. Praktek Hukum Acara perdata; Tata Cara dan Proses Persidangan.

Jakarta: Sinar Grafika, 2001.

Sou‟yb, Joesoef. Sejarah Daulat Umayyah II di Cordova. Jakarta: Bulan Bintang,

1977.

Subekti dan Tjitrosoedibio, R. Kamus Hukum. Jakarta: PT Pradnya Paramita,

2003.

Subekti, R. Hukum Acara Perdata. Bandung: Bina Cipta, 1987.

Sulistyaningsih, Endang. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: CV

Izuva Gempita, 1993.

Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik. Cet. II. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo,

2003.

Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Sutrisno, Edy. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana, 2009.

Syabârû, „Isâm Muhammad. Qâdî al-Qudâh fi al-`Islâm. Beirut: Dâr Misbâh al-

Fikr, t.th.

Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna

Zikra, 1997.

Syukur, Fatah. Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan. Cet. I. Semarang:

PT Pustaka Rizki Putra, 2012.

T. Hani, Handoko. Manajemen 2. Yogyakarta: BPFE, 1999.

Page 128: MANAJEMEN PERADILAN ISLAM DI ANDALUSIA (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42301/1/AISYAH... · Ubi Societas Ibi Ius. Di mana ada ... memiliki kedudukan

117

Thomson, Ahmad dan Rahim, M. „Ata‟ur. Islam in Andalus. Alih Bahasa

Kampung Kreasi. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004.

Tim Penyusun Pusat Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.

IV. Cet. I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Watt, W. Montgomery dan Cachia, Pierre. A History of Islamic Spain. Edinburgh:

Edinburgh University Press, 1992.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2000.