42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi kekuatan uterus (his), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diaphragma dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin (passanger) dan faktor jalan lahir (passage). Apabila his normal, tidak ada gangguan karena kelainan dalam letak atau bentuk janin dan tidak ada kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir maka proses persalinan akan berlangsung secara normal. Namun, apabila salah satu ketiga faktor ini mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan kekuatan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, atau kelainan jalan lahir, maka persalinan tidak dapat berjalan normal sehingga perlu segera dilakukan persalinan dengan tindakan seperti dengan ekstraksi vakum dan forsep untuk menyelamatkan jiwa ibu & bayi dalam kandungannya. Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Nasional yang terdapat dalam pesan kunci Making 1

Penelitian Obgyn Aisyah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obgyn

Citation preview

Page 1: Penelitian Obgyn Aisyah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan

mendorong janin keluar (power) yang meliputi kekuatan uterus (his), kontraksi otot

dinding perut, kontraksi diaphragma dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor

janin (passanger) dan faktor jalan lahir (passage). Apabila his normal, tidak ada

gangguan karena kelainan dalam letak atau bentuk janin dan tidak ada kelainan dalam

ukuran dan bentuk jalan lahir maka proses persalinan akan berlangsung secara normal.

Namun, apabila salah satu ketiga faktor ini mengalami kelainan, misalnya keadaan yang

menyebabkan kekuatan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, atau kelainan jalan lahir,

maka persalinan tidak dapat berjalan normal sehingga perlu segera dilakukan persalinan

dengan tindakan seperti dengan ekstraksi vakum dan forsep untuk menyelamatkan jiwa

ibu & bayi dalam kandungannya. Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Nasional yang

terdapat dalam pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu: setiap persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal

mendapatkan pelayanan yang adekuat.1

Persalinan tindakan pervaginam dengan ekstraksi vakum atau forsep dilakukan

apabila syarat persalinan dipenuhi dan terdapat indikasi. Ekstraksi vakum merupakan

salah satu dari dua instrumen tindakan obstetrik operatif yang bertujuan untuk menolong

persalinan melalui jalan lahir atau pervaginam. Alat ekstraksi vakum merupakan

instrumen obstetrik yang modern dan terdiri dari mushroom-shaped vacuum cup, botol

vakum, pompa untuk membentuk tekanan negative, dan pemegang untuk traksi.2

1

Page 2: Penelitian Obgyn Aisyah

Tindakan ini dilakukan untuk semua keadaan yang mengancam ibu dan janin yang

memiliki indikasi untuk menjalani persalinan pervaginam dengan bantuan alat. Tindakan

lainnya yang dapat digunakan untuk persalinan dengan tindakan adalah teknik forsep.

Forsep merupakan instrumen obstetrik yang terdiri dari dua sendok traksi untuk

memegang kepala bayi. Forsep dapat digunakan sebagai ekstraktor, rotator, atau

keduanya. Terminasi persalinan menggunakan forsep diindikasikan untuk semua keadaan

yang mengancam ibu atau janin.3

Sebagian besar pertolongan persalinan dengan tindakan disebabkan karena

persalinan lama atau macet. Menurut penelitian di RS Dr. Moch Hoesin, Palembang

tahun 1999-2004, menunjukkan kejadian persalinan tindakan ekstraksi vakum sebanyak

3,46% dan ekstraksi forsep sebanyak 9,46% dengan indikasi terbanyak adalah

preeklamsia berat untuk ekstraksi forsep (39,76%) dan kala II lama untuk ekstraksi

vakum (45,33%).4 Pada penelitian lainnya yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi selama

periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2008, sebanyak 48 wanita ditolong dengan

ekstraksi vakum, dan satu wanita dengan ekstraksi forsep dari 283 persalinan pada wanita

hamil yang berusia lebih dari 35 tahun.5

Persalinan dengan tindakan bertujuan untuk membantu proses persalinan yang

mengalami penyulit, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi yang pada

akhirnya dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) di Indonesia. Pada periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan AKI dari

307 kasus per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup dan

AKB dari 35 kasus per 1000 kelahiran hidup menjadi 34 kasus per 1000 kelahiran hidup.6

2

Page 3: Penelitian Obgyn Aisyah

Namun demikian, keberhasilan tersebut masih perlu terus ditingkatkan, mengingat AKI

dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.

Namun disisi lain, pertolongan persalinan dengan tindakan memberikan dampak

kesakitan pada ibu dan bayi. Persalinan tindakan pervaginam dengan ekstraksi vakum

dan forsep, dapat meningkatkan bahaya robekan jalan lahir dan perdarahan post-partum

yang merupakan faktor penyebab kematian ibu.6

Melihat angka kejadian persalinan dengan tindakan ekstraksi vakum dan forsep

yang cukup besar, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Karakteristik Ibu Yang Bersalin dengan Cara Ekstraksi Vakum dan Forsep di RSUD

Pasar Rebo”

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana karakteristik ibu yang bersalin dengan cara ekstraksi vakum dan

forsep di RSUD Pasar Rebo ?

I.3 Tujuan penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik persalinan dengan cara ekstraksi vakum dan

forsep di RSUD Pasar Rebo periode Januari-Desember 2013.

I.3.2 Tujuan Khusus

3

Page 4: Penelitian Obgyn Aisyah

I.3.2.1 Untuk mengetahui angka kejadian persalinan dengan cara ekstraksi

vakum dan forsep di RSUD Pasar Rebo periode Januari-Desember

2013.

I.3.2.2 Untuk mengetahui angka kejadian ibu yang bersalin dengan cara

ekstraksi vakum dan forsep berdasarkan usia ibu di RSUD Pasar

Rebo periode Januari-Desember 2013.

I.3.2.3 Untuk mengetahui angka kejadian ibu yang bersalin dengan cara

ekstraksi vakum dan forsep berdasarkan jumlah paritas di RSUD

Pasar Rebo periode Januari-Desember 2013.

I.3.2.4 Untuk mengetahui angka kejadian ibu yang bersalin dengan cara

ekstraksi vakum dan forsep berdasarkan jarak kehamilan di RSUD

Pasar Rebo periode Januari-Desember 2013.

I.3.2.5 Untuk mengetahui angka kejadian ibu yang bersalin dengan cara

ekstraksi vakum dan forsep berdasarkan penyulit kehamilan yang

menyertainya di RSUD Pasar Rebo periode Januari-Desember 2013.

I.3.2.6 Untuk mengetahui angka kejadian ibu yang bersalin dengan cara

ekstraksi vakum dan forsep berdasarkan cara datang atau jenis

rujukan di RSUD Pasar Rebo periode Januari-Desember 2013.

I.3.2.7 Untuk mengetahui angka kejadian komplikasi maternal berupa

ruptur perineum pada ibu yang bersalin dengan cara ekstraksi vakum

dan forsep di RSUD Pasar Rebo periode Januari- Desember 2013.

4

Page 5: Penelitian Obgyn Aisyah

I.3.2.8 Untuk mengetahui angka kejadian komplikasi bayi berupa jejas pada

kepala bayi ibu yang bersalin dengan cara ekstraksi vakum dan

forsep di RSUD Pasar Rebo periode Januari- Desember 2013.

I.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi RSUD Pasar Rebo

Dapat mengetahui karakteristik ibu yang bersalin dengan cara ekstraksi

vakum dan forsep di RSUD Pasar Rebo sehingga dapat meningkatkan

pelayanan KIA secara menyeluruh sehingga dapat menurunkan angka

kematian ibu dan bayi sesuai dengan program pemerintah.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor risiko dan

indikasi persalinan dengan cara ekstraksi vakum dan forsep.

1.4.3 Bagi Peneliti

Diharapkan menambah pengetahuan dan menambah wawasan tentang

faktor risiko dan indikasi persalinan dengan cara ekstraksi vakum dan forsep.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

menambah wawasan bagi masyarakat umum serta memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan.

5

Page 6: Penelitian Obgyn Aisyah

I.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian persalinan dengan cara ekstraksi vakum dan forsep. Oleh karena

keterbatasan waktu, penulis membatasi variabel penelitian dengan mengambil data

gambaran kejadian persalinan dengan cara ekstraksi vakum dan forsep di RSUD

Pasar Rebo berdasarkan angka kejadian, usia ibu, jumlah paritas, jarak kehamilan,

penyulit kehamilan, jenis rujukan, indikasi ekstraksi vakum dan forsep, komplikasi

maternal berupa rupture perineum, dan komplikasi neonatal berupa jejas. Data

diambil dari data sekunder pada periode Januari-Desember 2013.

6

Page 7: Penelitian Obgyn Aisyah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi Vakum

Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan

ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum

atau ventouse.7 Persalinan dengan ekstraksi vakum dilakukan apabila ada indikasi

persalinan dan syarat persalinan terpenuhi. Indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum

adalah:8

a. Indikasi Maternal

Pada penyakit-penyakit dimana ibu tidak boleh meneran (penyakit jantung atau

cerebrovascular disease)

Usaha meneran yang tidak adekuat

Kelelahan saat persalinan

Tidak kooperarif selama persalinan

b. Indikasi Fetal

Gawat janin

PK II memanjang

Persalinan dengan ekstraksi vakum juga memiliki beberapa kontra-indikasi, sebagai

berikut:8

a. Kontra-Indikasi Maternal

Ruptur uteri

CPD (cephalopelvic disproportion)

Dilatasi serviks yang belum lengkap

7

Page 8: Penelitian Obgyn Aisyah

b. Kontra-Indikasi Fetal

Prematuritas (usia kehamilan <34 minggu)

Fetal scalp trauma

Kepala bayi belum cakap (engaged)

After coming head

Perdarahan aktif atau suspek defek koagulasi fetal

Suspek makrosomia

Presentasi non-vertex atau malpresentasi lainnya

Persalinan yang membutuhkan rotasi atau traksi berlebihan

Ekstraksi vakum dapat dilakukan apabila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi. Syarat-

syarat tersebut meliputi:9

Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pada multigravida)

Penurunan kepala janin boleh pada Hodge II

Harus ada kontraksi rahim dan tenaga meneran

2.1.1 Persiapan Ekstraksi Vakum

Persiapan ekstraksi vakum untuk mencapai hasil yang optimal yaitu:9

a. Persiapan untuk ibu

Duk steril untuk menutupi bagian operasi

Desinfektan ringan non iritan di bagian tempat operasi

Pengosongan vesika urinaria.

b. Persiapan untuk bayi

Alat resusitasi

8

Page 9: Penelitian Obgyn Aisyah

Partus set

Tempat plasenta

2.1.2 Susunan Ekstraktor Vakum

Susunan ekstraktor vakum terdiri dari:7

1. Mangkuk (cup)

Mangkuk ini digunakan untuk membuat kaput suksedaneum buatan sehingga

mangkuk dapat mencengkram kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam

mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat dari bahan logam dan plastik. Beberapa laporan

menyebutkan bahwa mangkuk plastik kurang traumatis dibanding dengan mangkuk

logam. Mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm. Pada punggung

mangkuk terdapat :

Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik

Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa

penghubung

Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin (point of

direction)

2. Rantai penghubung

Rantai penghubung tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk

dengan pemegang

3. Pipa penghubung

9

Page 10: Penelitian Obgyn Aisyah

Terbuat dari karet atau plastik yang lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan

negatif. Pipa penghubung berfungsi sebagai penghubung tekanan negatif mangkuk

dengan botol.

4. Botol

Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan

yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir serviks, dan darah). Pada botol ini

terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran yaitu :

Saluran manometer

Saluran menuju mangkuk

Saluran menuju ke pompa penghisap

5. Pompa penghisap

Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik.

6. Alat pemegang

Gambar 1. Peralatan Vakum

Dikutip dari kepustakaan (7)

10

Page 11: Penelitian Obgyn Aisyah

2.1.3 Prosedur Ekstraksi Vakum

Prosedur persalinan dengan ekstraksi vakum dilakukan dengan beberapa tahap,

sebagai berikut:10

1. Ibu tidur dalam posisi lithotomi

2. Pada dasarnya tidak diperlukan narkosis umum. Bila pada waktu pemasangan

mangkuk, ibu mengeluh nyeri, dapat diberikan anestesi infiltrasi atau pudendal nerve

block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun

hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja

3. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk

yang sesuai dengan pembukaan serviks. Pada pembukaan serviks lengkap biasanya

dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi

miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar.

Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator

4. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2 kg/cm2 dengan

interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah: - 0,7 sampai 0,8 kg/cm2. Ini

membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit. Dengan adanya tenaga negatif ini, maka

pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedenum artifisialis (chignon)

5. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan pemeriksaan dalam ulang, apakah ada

bagian bagian jalan lahir yang terjepit

6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh meneran, dan mangkuk ditarik searah

dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi

yang baik antara tangan kiri dan kanan penolong

11

Page 12: Penelitian Obgyn Aisyah

7. Ibu jari dan jari telunjuk kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan

tarikan dengan memegang pada pegangan.

8. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putaran paksi dalam,

sampai akhirnya suboksiput berada dibawah simfisis. Bila his berhenti, maka traksi

juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermittent, bersama-sama dengan

his

9. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin

melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomokhlion dan berturut-

turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala

melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan

perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan

negative menjadi hilang, dan mangkuk dilepas.

10. Bila diperlukan episiotomy, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau

pada waktu kepala membuka vulva.

2.1.4 Kriteria Kegagalan Ekstraksi Vakum

Persalinan dengan ekstraksi vakum dinyatakan gagal apabila terdapat beberapa

kondisi sebagai berikut:10

1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali.

Mangkuk lepas pada waktu traksi kemungkinan disebabkan oleh:

Tenaga vakum terlalu rendah

Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedenum

yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk

12

Page 13: Penelitian Obgyn Aisyah

Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk

tidak dapat mencengkram dengan baik

Bagian-bagian jalan lahir (vagina,serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk

Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik

Traksi terlalu kuat

Cacat pada alat

Adanya disproporsi sefalo-pelvik

2. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, bayi tidak lahir

2.1.5 Keuntungan Ekstraksi Vakum

Keuntungan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forsep antara lain adalah:8,10

Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau kurang

dengan demikian mengurangi frekuensi seksio cesarea

Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat dipasang pada

belakang kepala, samping kepala ataupun dahi

Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada

pembukaan 8 – 9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk itu dilakukan

tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada serviks. Tarikan tidak

boleh terlalu kuat untuk menghindari robekan serviks. Disamping itu mangkuk

tidak boleh terpasang lebih dari 1⁄2 jam untuk menghindari kemungkinan

timbulnya perdarahan otak

Trauma genital pada ibu dan trauma pada kranio-fasial neonatus minimal

13

Page 14: Penelitian Obgyn Aisyah

2.1.6 Kerugian Ekstraksi Vakum

Kerugian ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forsep antara lain adalah:10

Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama

Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada forcep.

Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet

dan harus selalu kedap udara

2.1.7 Komplikasi Ekstraksi Vakum

a. Komplikasi pada ibu10

Perdarahan

Trauma jalan lahir

Infeksi

b. Komplikasi pada janin10

Ekskoriasi kulit kepala

Sefalhematoma

Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat diresorbsi tubuh janin. Bagi janin yang

mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum

agak berat

Nekrosis kulit kepala (scalp necrosis), yang dapat menimbulkan alopesia

14

Page 15: Penelitian Obgyn Aisyah

2.2 Ekstraksi Forsep

Ekstraksi forsep adalah persalinan buatan dengan cara mengadakan rotasi, ekstraksi

atau kombinasi keduanya dengan alat forsep yang dipasang pada kepala janin sehingga

janin lahir.11

2.2.1 Indikasi Ekstraksi Forcep

a. Indikasi Relatif (elektif, profilaktik)11

Ekstraksi forsep yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu atau pun janinnya,

tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila dibiarkan, diharapkan

janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya.

Indikasi relatif dibagi menjadi :

1. Indikasi de Lee

Ekstraksi forseps dengan syarat kepala sudah didasar panggul; putaran

paksi dalam sudah sempurna; m. Levator ani sudah teregang; dan syarat – syarat

ekstraksi forseps lainnya sudah dipenuhi.Ekstraksi forsep atas indikasi elektif, di

negara – negara Barat sekarang banyak dikerjakan, karena di negara – negara

tersebut banyak dipakai anestesi atau conduction analgesia untuk mengurangi

nyeri dalam persalinan. Anestesi dan conduction analgesia menghilangkan tenaga

meneran, sehingga persalinan harus diakhiri dengan ekstraksi forsep.

2. Indikasi Pinard

Ekstraksi forsep yang mempunyai syarat sama dengan indikasi de Lee,

hanya disini penderita harus sudah meneran selama 2 jam.

Keuntungan indikasi profilaktik ialah :

15

Page 16: Penelitian Obgyn Aisyah

Mengurangi keregangan perenium yang berlebihan.

Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir.

Kala II diperpendek.

Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala.

b. Indikasi Absolut (mutlak)

Indikasi mutlak persalinan dengan ekstraksi forsep adalah:11

Indikasi ibu: : eklamsia, preeklamsiaIbu dengan penyakit jantung, paru – paru, dan

lain – lain

Indikasi janin: gawat janin

Indikasi waktu: kala II memanjang

2.2.2 Syarat Ekstraksi Forsep

Untuk melahirkan janin dengan ekstraksi forsep, harus dipenuhi syarat – syarat

sebagai berikut:11

Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak adat disproporsi sevalopelvik)

Pembukaan serviks lengkap.Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah

terjadi engagement)

Kepala janin harus dapat dipegang oleh forsep.

Janin hidup

Ketuban sudah pecah atau dipecah.

16

Page 17: Penelitian Obgyn Aisyah

2.2.3 Tipe Forsep

Berdasarkan bentuknya, dikenal beberapa tipe forsep. Dibawah ini adalah tipe

forsep yang sering didapati:11

A. Tipe Elliot

Tipe ini ditandai dengan tangkai yang tertutup sehingga lengkung kepala forsep

mencakup kepala janin lebih luas. Forsep tipe Elliot ini sebaiknya dipergunakan pada

kepala janin yang belum didapati adanya kaput suksedanum atau yang belum

mengalami molase hebat.

Gambar 3. Forsep Elliot

Dikutip dari kepustakaan (12)

B. Tipe Simpson

Tipe ini ditandai dengan tangkai yang terbuka sehingga memberi kemungkinan

untuk dipasang pada kepala janin yang mempunyai kaput suksedanum.

Gambar 3. Forsep Simpson

Dikuti dari kepustakaan (13)

17

Page 18: Penelitian Obgyn Aisyah

C. Tipe Khusus

Tipe ini dipergunakan untuk keadaan serta tujuan khusus.Misalnya : Forsep Piper

digunakan untuk melahirkan kepala yang tertinggal pada persalinan sungsang, Forsep

Kielland dipergunakan bila kepala janin masih tinggi, dan Fosep Barton digunakan

terutama untuk melakukan rotasi.

Gambar 4. Forsep Piper

Dikutip dari kepustakaan (14)

2.2.4 Pembagian Pemakaian Forsep

Berdasarkan penurunan kepala ke dalam panggul, maka ekstraksi forsep dibagi

menjadi:11

Forsep Tinggi

Ekstraksi forsep dimana kepala masih diatas pintu atas panggul. Ekstraksi forsep

tinggi dapat menimbulkan trauma yang berat untuk ibu maupun janinya oleh karena

itu, cara ini sudah tidak dipakai lagi dan diganti dengan seksio sesarea.

Forsep Tengah

Ekstraksi forsep yang tidak memenuhi kriteria forseps tinggi maupun forsep

rendah, tetapi kepala sudah cakap. Pada ekstraksi forsep tengah, fungsi forsep ialah

ekstraksi dan rotasi, karena harus mengikuti gerakan putaran paksi dalam. Sekarang

ekstraksi forsep tengah sudah jarang dipakai lagi dan diganti dengan ekstraksi vakum

atau seksio sesarea.

18

Page 19: Penelitian Obgyn Aisyah

Forsep rendah

Ekstraksi forsep dimana kepala sudah mencapai pintu bawah panggul dan sutura

sagitalis sudah dalam anteroposterior. Sampai sekarang pemasangan forsep jenis ini

paling sering dipakai.

2.2.5 Bagian-bagian Forsep

Bagian – bagian forsep terdiri dari:11

a. Daun Forsep

Bagian ini merupakan bagian yang mencekam kepala janin dan

mempunyai 2 lengkungan yaitu : lengkungan kepala & lengkungan panggul.

b. Tangkai Forsep

Tangkai forsep adalah bagian yang terdapat diantara daun dan kunci

forsep. Tangkai forsep yang terbuka adalah yang pangkalnya jauh satu dengan

yang lain (misal : Forsep Simpson), sedangkan yang tertutup misalnya seperti

yang terdapat pada Forsep Naegle.

c. Kunci Forsep

Untuk menghindari tergelincirnya tangkai forsep, diciptakan kunci dan

terdapat benjolan untuk memegang forsep sehingga pengoperasian forsep dapat

berjalan dengan baik. Diperkenalkan beberapa jenis kunci forsep yaitu :

Kunci Inggris

Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara saling dikaitkan.Benjolan

terdapat pada leher tangkai forsep kiri, lekukan pada leher tangkai forsep kanan,

setelah disilangkan kedua tangkai forsep dikunci (Forsep Naegle)

19

Page 20: Penelitian Obgyn Aisyah

Kunci Perancis

Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara disekrup setelah kedua tangkai

disilangkan. Sebuah sekrup terdapat pada leher tangkai forsep kiri.Lekukan untuk

sekrup pada leher tangkai forsep kanan. Setelah disilangkan dilakukan penguncian

dengan cara memutar sekrup

Kunci Jerman

Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara mengaitkan pasak yang terdapat

pada satu tangkai forseps dengan cekungan pada tangkai forsep pasanganya.

Kunci Norwegia

Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara saling menggeserkan (sliding)

kedua tangkainya. Terdapat bentukan seperti huruf U, pada leher tangkai forsep

kanan.Setelah disilangkan kedua tangkai forsep terkunci, tetapi masih dapat

digeserkan.Tangkai forsep dapat tergelincir (Kjelland)

d. Pemegang Forsep

Adalah bagian yang dipegang operator saat melakukan ekstraksi forsep.

Umumnya bagian ini mempunyai lekukan tempat jari operator berada

Gambar 5. Forsep Naegl dengan bagiam – bagiannya

Dikutip dari kepustakaan (11)

20

Page 21: Penelitian Obgyn Aisyah

2.2.6 Prosedur Ekstraksi Forsep

Ditinjau dari posisi daun forsep terhadap kepala janin dan panggul ibu pada waktu

forsep tersebut dipasang, maka pemasangan forsep dibagi:11

1. Pemasangan sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap kepala)

Yaitu pemasangan forsep dimana sumbu panjang forsep sesuai dengan diameter

mento-oksipitalis kepala janin, sehingga daun forsep terpasang secara simetrik di kiri-

kanan kepala

2. Pemasangan pelvik (melintang terhadap panggul)

Yaitu pemasangan forsep dimana sumbu panjang forsep sesuai dengan sumbu

panggul

Ekstraksi forsep terdiri dari tujuh langkah, yaitu:11

1. Penolong membayangkan bagaimana forsep akan dipasang

2. Pemasangan daun forsep pada kepala janin

3. Mengunci sendok forsep

4. Menilai hasil pemasangan daun forsep

5. Ekstraksi forsep percobaan (bila dengan tiga kali traksi ternyata janin tidak dapat

dilahirkan, maka ekstraksi forsep percobaan dianggap gagal dan janin harus

dilahirkan perabdominam)

6. Ekstraksi forsep definitif

7. Membuka dan melepaskan sendok forsep

2.2.7 Penyebab Kegagalan Ekstraksi Forsep

Kegagalan pemasangan/ekstraksi forsep dapat disebabkan oleh:11

21

Page 22: Penelitian Obgyn Aisyah

Kesalahan menentukan denominator

Adanya lingkaran konstriksi

Adanya disproporsi sefalo-pelvik yang tidak ditemukan sebelumnya

2.2.8 Komplikasi Ekstraksi Forsep

a. Komplikasi pada ibu11

Perdarahan: akibat atonia uteri atau trauma jalan lahir

Trauma jalan lahir: robekan vagina sampai rupture uteri, simfisiolosis, fruktur os

koksigis, dll

Infeksi pasca persalinan

b. Komplikasi pada janin11

Luka pada kulit kepala

Cedera m. sternokleidomastoideus

Paralisis nervus VII

Fraktur tulang tengkorak

Perdarahan intracranial

2.3 Faktor-faktor yang Berperan dalam Proses Persalinan

Faktor – faktor yang berperan dalam proses persalinan adalah faktor yang berasal dari

kondisi ibu sendiri dalam menghadapi persalinan dan kondisi janin dalam kandungan,

yaitu:

A. Faktor kekuatan his (power)

22

Page 23: Penelitian Obgyn Aisyah

His yang baik terdiri dari kontraksi yang simetris, adanya dominasi di fundus

uteri, dan sesudah itu terjadi relaksasi. Kesulitan dalam proses persalinan karena

kelainan his yaitu karena his yang tidak normal, sehingga menghambat kelancaran

proses persalinan. Faktor yang memegang peran penting dalam kekuatan his antara

lain faktor herediter, emosi, ketakutan, dan salah pimpin persalinan.16

B. Faktor Jalan lahir (passage)

Faktor jalan lahir yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya persalinan tindakan

antara lain: ukuran panggul sempit, kelainan pada vulva, kelainan vagina, kelainan

serviks uteri dan ovarium.16

C. Faktor Bayi (passenger)

Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan. Penyulit

persalinan yang disebabkan oleh bayi antara lain :17

Kelainan pada letak kepala

Letak sungsang

Letak melintang

Presentasi ganda

Kelainan bentuk dan besar janin

II.4 Karakteristik Ibu yang Bersalin dengan Ekstraksi Vakum dan Forsep

A. Faktor ibu

1. Umur

Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim, organ – organ reproduksi belum

23

Page 24: Penelitian Obgyn Aisyah

berfungsi dengan sempurna. Akibatnya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin

mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar sehingga

tidak dapat melewati panggul. Selain itu, kekuatan otot – otot perinium dan otot – otot

perut belum bekerja secara optimal sehingga sering terjadi persalinan lama atau macet

yang memerlukan tindakan seperti ektraksi vakum dan forceps.15

Sedangkan pada umur ibu yang lebih dari 35 tahun,kesehatan ibu sudah mulai

menurun seperti terjadinya tekanan darah tinggi, gestasional diabetes (diabetes yang

berkembang selama kehamilan), jalan lahir kaku, sehingga rigiditas tinggi.15

2. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Pada ibu dengan primipara

(wanita yang melahirkan bayi hidup pertama kali) kemungkinan terjadinya kelainan dan

komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir (passage) dan kondisi

janin (passager) karena pengalaman melahirkan belum pernah dan informasi yang kurang

tentang persalinan dapat pula mempengaruhi proses pesalinan. Wanita nulipara (belum

pernah melahirkan bayi hidup) mempunyai peningkatan risiko sebesar 5,6 kali untuk

persalinan dengan bantuan ekstraksi vakum dibandingkan dengan wanita multipara dan

juga peningkatan risiko sebesar 2,2 kali untuk terjadinya robekan perinium.16

3. Jarak kehamilan dengan sebelumnya

Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak yang pendek

dari kehamilan sebelumnya, akan memberikan dampak yang yang buruk terhadap kondisi

kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan, karena bentuk dan fungsi organ reproduksi

belum kembali dengan sempurna. Sehingga fungsinya akan terganggu apabila terjadi

kehamilan dan persalinan kembali. Sedangkan jarak kehamilan yang terlalu jauh

24

Page 25: Penelitian Obgyn Aisyah

berhubungan dengan bertambahnya umur ibu. Sehingga kekuatan fungsi – fungsi otot

uterus dan otot panggul melemah, hal ini sangat berpengaruh pada proses persalinan

apabila terjadi kehamilan lagi. Kontraksi otot – otot uterus dan panggul yang lemah

menyebabkan kekuatan his pada proses persalinan tidak adekuat, sehinnga banyak terjadi

partus lama.18

4. Penyulit kehamilan dan persalinan

Seorang ibu yang memiliki penyakit – penyakit kronik sebelum kehamilan, seperti

paru,ginjal,jantung,diabetes militus dan lainnya akan sangat mempengaruhi proses

kehamilan dan memperburuk keadaan pada saat proses persalinan. Ibu yang hamil

dengan kondisi penyakit ini termasuk dalam kehamilan resiko tinggi.1

B. Pemeriksaan Kehamilan

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang

ditetapkan.Standard pelayanan antenatal menurut Depkes RI pada pemeriksaan dan

pemantauan baik pada kunjungan pertama atau kunjungan ulang, apabila dilakukan

dengan baik dan dicatat semua temuan pada buku KIA atau kartu ibu maka faktor risiko

dapat diketahui. Oleh karena itu, apabila pelayanan dan perawatan antenatal baik sesuai

standard WHO, maka faktor resiko pada kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin,

sehingga penyulit dalam proses persalinan dapat diminimalkan.17

C. Rujukan

Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan)

untuk menyerahkan tanggung jawab atas timbulnya masalah dari suatu kasus kepada

25

Page 26: Penelitian Obgyn Aisyah

yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional. Rujukan yang rasional adalah rujukan

yang dilakukan dengan mempertimbangkan daya guna (efisien) dan hasil guna.19

Macam kasus rujukan dalam bidang obstetri adalah :

1. Rujukan Ibu Hamil Resiko Tinggi atau Gawat Obstetri adalah proses yang

ditujukan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dengan kondisi ibu dan janin

masih sehat, penderita tidak perlu segera dirujuk.19

2. Rujukan Gawat Darurat Obstetri (emergensi) adalah rujukan yang harus

dilakukan saat itu juga dengan tujuan upaya penyelamatan ibu atau bayi.Menurut

penelitian yang dilakukan Rusydi di RS M. Hoesin Palembang menyimpulkan

bahwa persalinan tindakan dengan ekstraksi vakum adalah dengan indikasi kala II

lama dan forseps indikasi terbanyak adalah preeklamsia.4

26

Page 27: Penelitian Obgyn Aisyah

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian

persalinan dengan ekstraksi vakum dan forsep, dalam penelitian ini dikembangkan

kerangka konsep penelitian menggunakan tiga variabel, yaitu variabel independen,

variabel dependen dan variabel moderator yang sesuai dengan teori. Variabel independen

yaitu termasuk usia ibu, paritas, jarak kehamilan sebelumnya, penyulit kehamilan dan

persalinan. Sementara itu, rupture perineum dan jejas pada bayi dimasukan kedalam

variabel moderator. Sementara itu Variabel dependennya adalah kejadian persalinan

dengan ekstraksi vakum dan forsep.

27

Variabel Dependent

Persalinan dengan Ekstraksi

Vakum dan Forsep

Variabel Independent

Usia Ibu

Paritas

Jarak kehamilan

sebelumnya

Penyulit kehamilan dan

persalinan

Rujukan

Variabel Moderator

Ruptur Perineum

Jejas pada bayi

Page 28: Penelitian Obgyn Aisyah

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1Ekstraksi

Vakum

Persalinan buatan dimana janin dilahirkan

dengan ekstraksi tekanan negatif dengan

menggunakan ekstraktor vakum.

Cek ListTally &

Count

a) Ibu yang melahirkan dengan

cara ekstraksi vakum

b) Ibu yang melahirkan normal

Nominal

2Ekstraksi

Forsep

Persalinan buatan dengan cara mengadakan

rotasi, ekstraksi atau kombinasi keduanya

dengan alat forsep yang dipasang pada

kepala janin sehingga janin lahir

Cek ListTally &

Count

a) Ibu yang melahirkan dengan

cara ekstraksi forsep

b) Ibu yang melahirkan normal

Nominal

3 Usia Ibu Umur ibu pada saat melahirkan Cek ListTally &

Count

a) < 20 tahun

b) 20 – 35 tahun

c) > 35 tahun

Ordinal

4 ParitasJumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu

baik hidup maupun matiCek List

Tally &

Count

a) Primipara (P1)

b) Multipara (P>1)

c) Grandemultipara (P>5)

Ordinal

28

Page 29: Penelitian Obgyn Aisyah

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

5Jarak

kehamilan

Jarak kehamilan terakhir dengan kehamilan

sebelumnyaCek List

Tally &

Count

a) ≤ 5 tahun

b) > 5 tahunOrdinal

6

Penyulit

kehamilan

dan

persalinan

Mempengaruhi proses kehamilan dan

memperburuk keadaan pada saat proses

persalinan

Cek ListTally &

Count

a) Penyakit Jantung

b) Asma

c) Diabetes Melitus

d) Hipertensi

e) Riwayat SC

Nominal

7Kasus

Rujukan

Cara kedatangan ibu ke Rumah Sakit saat

persalinanCek List

Tally &

Count

a) Rujukan

b) Datang SendiriNominal

8Ruptur

Perineum

Robekan yang terjadi pada perineum

sewaktu persalinan Cek ListTally &

Count

a) Derajat I

b) Derajat II

c) Derajat III

d) Derajat IV

Ordinal

9 Jejas pada

Bayi

Trauma mekanik pada bayi akibat persalinan

ekstraksi vakum dan forsep

Cek List Tally &

Count

a) Eritema atau ekskoriasi kulit

b) Caput Suksedenum

Nominal

29

Page 30: Penelitian Obgyn Aisyah

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

c) Cephal Hematom

30