Upload
siti-nurcahyati
View
286
Download
44
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah pulp dari asetat selulosaselulosa asetat sangat menguntungkan bagi industri testil / industri lainnya.
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air merupakan sumber kebutuhan utama makhluk hidup di bumi untuk
peredaran darah, pencernaan, pengaturan suhu, pembuangan, metabolisme, untuk
memenuhi kebutuhan domestik, pembangkit tenaga listrik dan kebutuhan industri.
Air dapat diambil dari dalam tanah, hujan, sungai, laut dan lain sebagainya.
Namun saat ini, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di bumi maka
kebutuhan akan air bersih pun meningkat. Untuk mendapatkan secara langsung air
bersih dari sumbernya sangatlah mustahil, karena daerah aliran sungainya telah
dicemari oleh berbagai faktor, antara lain limbah-limbah pabrik dan rumah
tangga, limbah pertanian, sampah, konversi lahan dan lain.
Indonesia pada saat ini sedang berada pada suatu tahap yang penting dalam
memasuki era industrialisasi. Tahap yang sering disebut sebagai era tinggal
landas, yaitu suatu keadaan di mana sektor industri mampu tumbuh dan
berkembang dengan tersedianya berbagai modal utama yang dimiliki.
Dalam melaksanakan tahap ini, pemerintah melakukan pengembangan dalam
berbagai bidang industri. Salah satunya adalah dengan cara memenuhi kebutuhan
bahan–bahan industri melalui pendirian pabrik–pabrik industri kimia. Jumlah dan
macam bahan industri yang belum dapat dipenuhi sendiri cukup banyak dan
biasanya diperoleh dengan cara impor dari negara–negara produsen.
Industri yang perkembangannya pesat saat ini salah satunya adalah industri
tekstil karena kebutuhan sandang merupakan kebutuhan primer yang hahrus
dipenuhi. Ada beberapa bahan baku yang digunakan dalam industri tekstil,
misalnya cooton, nilon, rayon, silk, wool dan asetat. Yang perlu menjadi perhatian
kita adalah perkembangan industri tekstil dari bahan baku asetat atau yang lebih
dikenal dengan selulosa asetat. Produksi tekstil dari selulosa asetat meningkat tiap
tahunnya. Namun sangat disayangkan Indonesia yang merupakan negara
penghasil bahan baku selulosa asetat (pulp) masih mengimpor selulosa asetat
tersebut.
1
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses pengolahan air industri pada industri
pembuatan selulosa asetat.
2. Untuk mengetahui syarat –syarat air industri yang diajurkan untuk
keperluan industri selulosa asetat.
3. Mengenal dan mempelajari alat-alat apa saja yang digunakan dalam
proses pengolahan air industri tersebut.
4. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Utilitas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SELULOSA ASETAT
Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang
telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar
dari semua turunan selulosa. Selulosa asetat pertama kali dikenalkan oleh
Schutzanberger pada 1865. Pada 1879, Franchimont melaporkan
penggunaan asam sulfat sebagai katalis untuk asetilasi, dimana katalis ini
masih sangat biasa digunakan untuk produksi selulosa asetat secara
komersial. Proses pembuatan selulosa asetat selanjutnya disempurnakan
oleh Miles (1903) dan Von Bayer (1906). Selanjutnya dibawah
pengawasan Camille dan Henri Dreyfus untuk pertama kalinya
direalisasikan proses produksi selulosa asetat dengan skala besar di Inggris
(Mc Ketta,1997).
Selulosa asetat banyak digunakan untuk berbagai macam hal, yaitu
sebagai bahan untuk pembutaan benang tenunan dalam industri tekstil,
sebagai filter pada rokok, bahan untuk lembaran-lembaran plastik, film,
dan juga cat. Oleh karena itu, selulosa asetat merupakan bahan industri
yang cukup penting peranannya. (Kirk & Othmer, 1977). Saat ini untuk
memenuhi kebutuhan selulosa asetat, Indonesia masih mengandalkan
impor dari luar negeri, yaitu dari Jepang, Singapura, Amerika, dan
beberapa negara Eropa. Ketergantungan akan impor ini tidaklah
menguntungkan bagi Indonesia karena Indonesia merupakan salah satu
penghasil tekstil dan rokok terbesar di dunia. Akan lebih baik bila
Indonesia mampu untuk memproduksi selulosa asetat di dalam negeri
sehingga biaya produksi akan lebih murah dan tidak terpengaruh
perubahan harga di negara lain. Selain itu, dengan didirikannya industri
selulosa asetat maka dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan
meningkatkan perekonomian warga Indonesia.
3
Jumlah impor selulosa asetat di Indonesia terus meningkat, pada
tahun 2007 adalah sebesar 55,161 ton dan meningkat menjadi 247,017 ton
pada tahun 2010. Diperkirakana pada tahun 2017 (tahun pabrik didirikan),
jumlah impor selulosa asetat meningkat menjadi 567,657 ton.
Namun, menurut Mc. Ketta (1997), kapasitas minimum untuk
pabrik selulosa asetat yang pernah didirikan adalah 6.000 – 70.000
ton/tahun, sehingga pabrik yang akan didirikan mengikuti kapasitas
minimum pabrik yang sudah ada yaitu 6.000 ton/tahun. Menurut Faith
(1961), untuk menghasilkan 1 ton selulosa asetat dibutuhkan 1400 lb
selulosa, sehingga dengan kapasitas 6000 ton/tahun, selulosa yang
dibutuhkan adalah 3810,1762 ton/tahun. Karena kapas mengandung 99%
selulosa, maka jumlah kapas yang dibutuhkan sebesar 3848,66 ton/tahun.
Jumlah produksi kapas di Indonesia juga terus meningkat, produksi
tahun 2008 adalah 3858 ton dan meningkat menjadi 4373 ton pada tahun
2011. Didukung dengan program pemerintah untuk meningkatkan
produksi kapas local, maka diperkirakan pada tahun 2017 produksi kapas
di Indonesia menjadi 5423 ton. Produksi kapas lokal ini sudah mencukupi
untuk kebutuhan bahan baku utama pabrik selulosa asetat yang akan
didirikan.
B. PENGERTIAN AIR
Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa
air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat
pencemaran. Berbagai jenis pencemar air berasal dari :
a. Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan,
dan sebagainya.
b. Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan,
perikanan, serta sumber-sumber lainnya.
4
Semua bahan pencemar diatas secara langsung ataupun tidak
langsung akan mempengaruhi kualitas air. Berbagai usaha telah banyak
dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari atau
setidaknya diminimalkan.
Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No
416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan pengertian air
minum menurut Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik)
dan dapat langsung diminum. Air baku adalah air yang digunakan sebagai
sumber/bahan baku dalam penyediaan air bersih. Sumber air baku yang
dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air hujan, air
permukaan (air sungai, air tanah dalam, mata air) (Hartomo, 1994; JICA,
1974; Linsley, 1989; Martin D, 2001; Sutrisno, 2002). Standar kualitas air
bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan Permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air
minum menggunakan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian air minum, yakni
air yang memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat langsung
diminum. Pada umumnya masyarakat mendapatkan air minum dengan cara
memasak air bersih. Pengolahan air untuk diminum dapat dikerjakan
dengan 2 cara, berikut:
a. Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kuman¬kuman
mati. Cara ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat
dilakukan secara besar-besaran.
5
b. Dengan menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit, dan
lain-lain. Cara ini dapat dilakukan secara besar-besaran, cepat dan
murah.
C. AIR DALAM INDUSTRI
Air proses atau biasa kita kenal sebagai process water memiliki fungsi
yang berbeda satu sama lainnya, oleh karena itu karakter serta spesifikasi air
yang diperlukan juga berbeda satu dengan yang lain, Ada beberapa peralatan
proses yang membutuhkan air secara terus-menerus dan dengan sifat tertentu,
seperti:
1. Air proses (Process Water)
Untuk hydrolysis, boiler dan destilasi. Kebutuhan process water
untuk boiler, hydrolisis serta produksi H2, dimana diperlukan air yang
terlebih dahulu di oleh melalui ion exchange untuk meminimalisir
timbulnya karat serta sumbatan pada pipa api dan jalur distribusi uap dan
kondensatnya. Produk air yang dihasilkan melalui ion exchange kemudian
disebut sebagai soft water bahkan untuk produksi hydrogen diperlukan
demineralized water (demin water) agar H2 yang diproduksi betul-betul
99,9 % murni.
2. Air untuk pendingin (Cooling Water)
Pada cooling tower, mesin, heat exchanger, condenser dll.
Kebutuhan akan air pendingin (cooling water) bisa di kategorikan
kebutuhan umum dalam setiap mesin penggerak, pengolahan air pendingin
biasanya kurang diperhatikan oleh operator pabrik karena persepsi yang
salah dimana setiap air bersuhu rendah bisa digunakan. Tetapi mereka lupa
bahwa air pendingin disalurkan melalui pipa-pipa yang diameternya
terkadang cukup kecil, panjang dan melingkar-lingkar sehingga rawan
terhadap karat dan sumbatan tentunya.
6
3. Air untuk kebutuhan domestik dan umum.
Air yang akan digunakan sebagai air untuk keperluan domestik
seperti memasak, toilet dan cuci-cuci lain biasanya digunakan air dari
sumber terdekat seperti Perusahaan air Minum (PAM) lokal maupun dari
sumber sumur dalam. Pengolahan biasanya dilakukan secara terbatas
seperti penjernihan dan aerasi terutama untuk mengurangi kadar besi yang
biasanya berasosiasi dengan air dari sumber sumur dalam (deep well).
D. SUMBER AIR
Dalam memenuhi kebutuhan air, suatu industri pada umumnya
menggunakan air sumur, air sungai, air danau maupun air laut sebagai
sumber untuk mendapatkan air. Pabrik selulose asetat ini, sumber air yang
digunakan berasal dari sumur dalam (artesis) dimana sebagai cadangan
diunakan pasokan air dari penyedia jasa pengolahan air di Cilegon (PT.
Krakatau Tirta Industri).
Raw water yang di suplai dari PT Krakatau Tirta Industri adalah air
yang telah diproses (treated water). Air bersih ini ditampung dalam bak,
kemudian dialirkan ke penyaring pasir (sand filter) untuk menyaring
kotoran-kotoran halus yang masih ada dalam air. Air dari sand filter
dialirkan kedalam dua bak penampung Filtered Water Storage Tank dan
Portable Water Storage Tank. Dengan menggunakan pompa raw water
intake dialirkan ke tempat penampungan (cooling water storage tank).
Gambar 2.1 Diagram alir pengolahan air
7
Air dari
PT.krakatau Tirta
Industi
PT. Krakatau
Bak
Pengendapan
Sand Filter
Sumur Artesis
Portable Water
Storege Tank
Filtered Water
Storage Tank
Air yang diperlukan di lingkungan pabrik digunakan untuk :
a. Air Proses
Air Proses digunakan pada neutralizer dan pencuci dan air pendingin pada
reactor :
Tabel 2.1 Syarat- syarat air pendingin dan air proses
No Parameter Satuan Persyaratan Maximum
Once through
System
Closed
System
1 Suhu oC - -
2 Ph Unit 5,0 – 8,2 8,5 – 9,75
3 Daya Hantar Listrik - - -
4 Total Kesadahan oD 15 15
5 Kesadahan Ca ppm, CaCO3 200 200
6 Kesadahan Mg ppm,CaCO3 200 200
7 P alkalinity ppm,CaCO3 - -
8 Total alkalinity ppm,CaCO3 500 20
No Parameter Satuan Persyaratan Maximum
9 Kadar Sulfat ppm,SO4 680 200
10 Silikat ppm,SiO2 50 50
11 Kadar Besi ppm,Fe - 0,5
8
12 Kadar aluminium ppm,Al - 0,1
13 Kadar manganese ppm,Mn - 0,5
14 Padatan tersuspensi Ppm 5000 100
15 Padatan terlarut Ppm 1000 500
16 Total padatan Ppm 6000 600
17 Kadar bicarbonal ppm,HCO3 600 24
18 COD Ppm 75 75
19 Oksigen terlarut ppm,O2 - 0
20 Kadar CO2 ppm,CO2 - 0
21 Stability index - 6,5 – 7,0 6,0 – 7,0
(Ir,Sukartinah MS, 1992)
b. Air Umpan Boiler
Tabel 2.2 Syarat-syarat air umpan boiler
No Parameter Satuan Persyaratan Maximum
0-150 150-700 700-1500
1 Suhu oC - - -
2 Ph Unit 8-10 8,2-10 8,2-9
3 Daya Hantar - - - -
9
Listrik
4 Kesadahan oD 1,12 0 0
5 Kadar bicarbonate ppm,CaCO3 50 5 0
6 Total alkalinity ppm,CaCO3 140 70 40
7 Kesadahan Ca/Mg ppm,CaCO3 0 0 0
8 Kadar Chlorida ppm,CaCO3 0 0 0
9 Kadar Sulfat ppm,SO4 0 0 0
10 Kadar silikat ppm,SiO2 30 10 0,7
11 Kadar karbonat ppm,d 200 40 20
12 Kadar Hidroksida ppm,OH 50 30 15
13 Kadar Amonium ppm,NH4 0,1 0,1 0,1
14 Kadar H2S ppm,H2S 5 0 0
15 Kadar besi ppm,Fe 1 0,2 0,05
16 Kadar aluminium ppm,Al 5 0,1 0,01
17 Kadar Mangan ppm,Mn 0,3 0,1 0,01
18 Padatan tersuspensi Ppm 20 5 0
19 Padatan terlarut Ppm 700 150 50
20 Total padatan Ppm 720 155 50
10
21 Oksigen terlarut ppm, O2 1,4 0 0
22 Stability index - 6-7 6-7 6-7
23 Kadar tembaga ppm,Cu 0,5 0,05 0,05
(Sukartinah,1992)
c. Air Sanitasi
Air sanitasi digunakan untuk kebutuhan air minum, laboratorium, kantor dan
perumahan.
Tabel 2.3 Syarat-syarat air minum
Parameter Satuan Syarat Keterangan
FisikaMax yang
Dianjurkan
Max yang
diijinkan
Temperatur oC Temp air alam Temp air alam
Bau Tdk berbau Tdk berbau
Rasa Tidak berasa Tidak berasa
Kekeruhan Mg SiO2/l 5 25
Residu terlarut Mg/l 500 1500
Daya hantar listrik Micromholan 400 1250 Ref 2
11
Kimia
Ph 6,5-8,5 6,5-8,5 Nilai
antara(range)
Kalsium (Ca) mg/lt 75 200
Magnesium mg/lt 30 150
Kesadahan mg/lt 350 - Min 10, ref 2
Barium (Ba) mg/lt Nihil 0,05
Parameter Satuan Persyaratan Maximum
Besi (Fe) mg/lt 0,1 1
Mangan (Mn) mg/lt 0,05 0,5
Tembaga (Cu) mg/lt Nihil 1
Seng (Zn) mg/lt 1 15
Krom heksavalen mg/lt Nihil 0,05
Kadmium (Cd) mg/lt Nihil 0,01
Raksa total (Hg) mg/lt 0,0005 0,001
Timbal (Pb) mg/lt 0,1
Arsen (As) mg/lt Nihil 0,05
Selenium (Se) mg/lt Nihil 0,01
12
Sianida (CN) mg/lt 0,05
Sulfida (S) mg/lt Nihil Nihil
Fluorida (F) mg/lt 1,5 Minimum 0,5
Klorida (Cl) mg/lt 200 600
Sulfat (SO4) mg/lt 200 400
Fosfor (P) mg/lt 0,3 2 Ref 2
Amoniak, NH3-N mg/lt Nihil Nihil
Nitrit(NO2-N) mg/lt Nihil Nihil
Nilai permanganat mg/lt Nihil 10
Senyawa aktif mg/lt
Biru metilen mg/lt Nihil 0,5
Fenol mg/lt 0,001 0,002
Minyak&lemak mg/lt Nihil Nihil
Karbon kloroform
ekstrak
mg/lt 0,04 0,5
PCB mg/lt Nihil Nihil
Bakteriologi
Coliform total MPN/100 ml Nihil Nihil
13
Coliform total MPN/100 ml 5 Nihil Ref 2
Parameter Satuan persyaratan maximum
Coli total MPN/100 ml Nihil Nihil Ref 2
Kuman-kuman
Patogenik/parasitik Nihil Nihil
Radioaktifitas
Aktifitas beta total pCi/l - 100
Strontium pCi/l - 2
Radium 226 pCi/l - 1
Pestisida mg/l Nihil Nihil
(Sumber: Metode penelitian air, Alaert Sumestri)
E. UNIT PENGOLAHAN AIR
Kebutuhan air suatu pabrik dapat diperoleh dari sumber air yang ada
disekitar pabrik dengan mengolah terlebih dahulu agar memenuhi syarat untuk
digunakan. Pengolahan tersebut dapat meliputi pengolahan secara fisik dan kimia,
dengan menambahkan desinfektan maupun dengan penggunaan ion exchanger.
Mula-mula raw water diumpankan kedalam tangki kemudian diaduk dengan
putaran tinggi sambil diinjeksikan bahan-bahan kimia :
Alum yang berfungsi sebagai flokulan
Koagulan acid, berfungsi untuk mengatur pH agar kira-kira 6,4 – 6,7
Kalsium hipoklorit atau Cl2 cair yang berfungsi sebagai desinfektan.
14
Keluar dari tangki, air dimasukkan kedalam clarifier dimana floc-floc yang
terbentuk diendapkan secara gravitasi sambil diaduk dengan putaran rendah.
Lumpur yang diendapkan secara gravitasi sambil dengan putaran rendah. Lumpur
yang diendapkan di-blow down sedangkan air yang keluar dari bagian atas
dialirkan kedalam bak penampungan sementara.
Selanjutnya air diumpankan ke sand filter. Di sand filter ini, air dari tempat
penampungan yang kemungkinan masih mengandung partikel-partikel kotoran
yang halus disaring, kemudian ditampung dalam dua buah tangki, yaitu :
Filtered Water Storage Tank, berfungsi untuk menampung air yang
digunakan untuk keperluan make up air pendingin, air hidran dan umpan unit
demineralisasi air.
Portable Water Storage Tank, berfungsi menampung air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari
Alum Cl2 Koagulant acid
Gambar 2.2. Blok diagram pengolahan air
1. Unit Demineralisasi Air
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan mineral-mineral yang
terkandung didalam air, seperti Ca2+, Mg2+, Na2+, HCO3-,Cl- dan lain-lain dengan
menggunakan resin. Air yang diperoleh adalah air bebas mineral akan diproses
15
Bak Penampungan Sand Filter
Filtered water
storage Tank
Portable water
storage Tank
lebih lanjut menjadi air umpan ketel (Boiler Feed Water). Demineralisasi air
diperlukan karena BFW harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Tidak menimbulkan kerak pada kondisi steam yang dikehendaki maupun
pada tube heat exchanger, jika steam digunakan pada pemanas. Hal ini
akan mengakibatkan turunnya efisiensi operasi, bahkan bisa
mengakibatkan tidak beroperasi sama sekali.
2. Bebas dari gas-gas yang dapat menimbulkan korosi terutama gas O2 dan
CO2. Air dari filtered water storage tank diumpankan ke carbon filter
yang berfungsi untuk menghilangkan gas khlorin, warna, bau dan zat-zat
organik lainnya. Air yang keluar dari carbon filter diharapkan mempunyai
pH sekitar 7,0 – 7,5. Selanjutnya air tersebut diumpankan kedalam ion
exchanger.
a. Cation Exchanger
Cation Exchenger merupakan suatu silinder baja tegak yang berisi resin R-H
yaitu suatu polimer dengan rantai karbon R yang mengikat ion H+. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Mn+ + nRH RnM + nH+
(logam) (resin)
Ion logam Mn+ digantikan oleh ion H+ dari resin sehingga air yang
dihasilkan akan bersifat asam dengan pH 3,2-3,3. Apabila pH air yang
keluar melebihi batas yang diperbolehkan, berarti resin yang ada telah
jenuh dan perlu diregenerasi. Regenerasi dilakukan dengan mengalirkan
larutan asam sulfat dan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu back wash,
regenerasi dengan menggunakan bahan kimia asam sulfat dan pembilasan
dengan air demin.Air kemudian diumpankan ke Anion Exchanger.
b. Anion Exchanger
16
Dalam anion exchanger ini anion-anion yang ada dalam air akan ditukar
dengan gugus hidroksi. Air yang keluar dari cation exchanger kemudian
diumpankan ke anion exchanger dengan menggunakan resin anion
exchanger, untuk menghilangkan anion-anion mineralnya. Kemungkinan
jenis anion yang ditemukan adalah HCO3-, CO32-, Cl-, NO- dan SiO3
2-. Air
yang keluar dari unit ini diharapkan mempunyai pH sekitar 8,6-8,9 dan
selanjutnya dikirim ke unit demineralized water storage sebagai tempat
penyimpanan sementara sebelum diproses lebih lanjut sebagai BFW.
Reaksi yang terjadi adalah :
Xn- + n R-OH RnX + n OH-
Reaksi ion exchanger ini berlangsung selama ion hydrogen dan ion
hidroksil menggantikan ion-ion dalam air (kation atau anion). Tetapi
proses ini ada batasnya, sehingga apabila resin material ini telah jenuh
maka perlu diregenerasi, sebagai regenerant digunakan larutan NaOH 4%
dengan reaksi sebagai berikut :
RnX + n NaOH n R-OH + n NaX
Untuk menyempurnakan kerja kedua unit penukar ion di atas, maka air
dari Anion Exchanger selanjutnya dialirkan ke unit Mixed Bed Exchenger
untuk mencegah kemungkinan sisa-sisa kation dan anion yang masih lolos.
Unit berupa vessel dengan isi resin penukar ion negatif dan positif yang
telah dicampur. Air yang keluar dari sini mempunyai pH 6,1 – 6,2. Air ini
ditampung dalam demineralized water storage tank sebelum diproses lebih
lanjut.
17
Anion
Exchanger
Filtered water
storage tank
Mixed bed
Exchanger
Demineralized
Storage tank
Boiler Feed Water
Cation
Exchenger
Gambar 2.3 Blok diagram demineralized
Gambar 2.1 Unit Demineralisasi Air
2. Unit Air Umpan Ketel
Air yang sudah mengalami demineralisasi masih mengandung gas-gas terlarut
terutama oksigen dan karbon dioksida. Gas-gas tersebut dihilangkan dari air
karena dapat menimbulkan korosi. Gas-gas tersebut dihilangkan dalam suatu
deaerator.
Pada deaerator diinjeksikan bahan-bahan berikut :
Hidrazin yang berfungsi mengikat oksigen berdasarkan reaksi berikut :
2N2H2 + O2 2N2 + 2H2O
Nitrogen sebagai hasil reaksi bersama-sama dengan gas lain dihilangkan
melalui stripping uap bertekanan rendah.
Larutan ammonia yang berfungsi mengontrol pH.
18
Air yang keluar dari deaerator pH-nya sekitar 8,5 – 9,5.
Keluar dari deaerator, kedalam air umpan ketel kemudian diinjeksikan larutan
posfat (NaH2PO4.H2O) untuk mencegah terbentuknya kerak silika dan kalsium
pada steam drum dan boiler tube. Sebelum diumpankan ke boiler, air terlebih
dahulu diberi dispersan.
Lar.NH3 Hidrazin NaH2PO4.H2O dispersan
Gambar 2.4 Blok Diagram pengolahan air umpan ketel
Gambar 2.2 Deaerator
3. Unit Air Pendingin
Air pendingin mempunyai sifat-sifat yang tidak korosif, tidak menimbulkan
kerak dan tidak mengandung mikroorganisme yang dapat menimbulkan lumut.
19
Dearator Penampunga
n
Boiler
Demineralizer
water storage
Untuk mengatasi hal diatas, maka kedalam air diinjeksikan bahan-bahan kimia
sebagai berikut:
a. Fospat berguna untuk mencegah timbulnya kerak
b. Orto fosfat untuk mencegah korosi
Fosfat
Gambar 2.5. Blok Diagram Pengolahan air pendingin
BAB III
20
Filtered water
storage tankTangki air pendingin Jaket pendingin Reaktor
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penggunaan terbesar selulosa di dalam industri adalah berupa serat kayu
dalam industri kertas dan produk kertas dan karton. Pengunaan lainnya
adalah sebagai serat tekstil yang bersaing dengan serat sintetis.
2. Air yang sudah mengalami demineralisasi masih mengandung gas-gas
terlarut terutama oksigen dan karbon dioksida. Gas-gas tersebut
dihilangkan dari air karena dapat menimbulkan korosi.
3. Air pendingin mempunyai sifat-sifat yang tidak korosif, tidak
menimbulkan kerak dan tidak mengandung mikroorganisme yang dapat
menimbulkan lumut.
B. Daftar Pustaka
1. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air
2. Sosrodarsono,T. Dan K. Takeda. 2006. Hidrologi untuk Perairan. Jakarta:
PT Pradnya Paramita
3. nsofah.blogspot.com/2013/04/molekul-selulosa.html
21