utilitas 2

Embed Size (px)

Citation preview

TugasKasus Utilitas Pada BangunanUntuk Memenuhi tugas Matakuliah Utilitas Bangunan 2 Yang dibimbing Oleh Bpk. Dian Ariestadi

Oleh :

Khoirul Arif Rosyadi 109521414442 S1 PTB / Off B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN JANUARI 2011

0

Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

1. Kasus Penghawaan udara a. Interior Design Tips: Sirkulasi Udara (Penghawaan) yang Baik untuk Rumah Tinggal Interior Design menyangkut juga pada sistem sirkulasi udara pada bangunan rumah tinggal biasanya didapatkan melalui ventilasi atau lubang angin. Untuk ruangan di wilayah terluar bangunan menggunakan ventilasi untuk mengalirkan udara, sementara untuk ruangan yang posisinya di tengah bangunan bisa menggunakan channel penangkap angin, atau biasa disebut saluran penangkap angin atau menara penangkap angin. Untuk membuat udara bisa mengalir alami biasanya lubang ventilasi dibuat pada dua buah bidang dinding. Perbedaan tekanan didalam dan diluar bangunan akan membantu udara mengalir dari ventilasi pada bidang dinding yang satu menuju vetilasi pada bidang dinding yang lain. Jumlah ventilasi udara pada bangunan (rumah) harus cukup untuk mendukung proses sirkulasi udara , mengalirkan udara segar dari luar kedalam ruangan. Inilah salah satu prinsip Interior Design untuk rumah tinggal yang bisa diaplikasikan Bentuk ventilasi udara yang biasa digunakan adalah jendela konvensional dengan daun jendela dari kaca atau panel kayu yang bisa dibuka lebar pada siang hari. Kemudian ada pula jendela bouvenlicht, yaitu jendela dengan 2 bilah kaca yang memiliki celah diantara keduanya yang memungkinkan terjadinya pertukaran udara. Bouvenlicht biasanya dipasang pada kamar mandi atau toilet. Ada pula jenis jendela kaca nako dengan bilah-bilah kaca yang bisa dibuka tutup. Selain itu, juga bisa dibuat ventilasi udara berbentuk lubang kisi-kisi angin dengan susunan horizontal pada dinding bangunan. Metode untuk membuat lubang ventilasi juga bervariasi mulai dengan membuat lubang dinding, kusen kayu dengan kisi-kisi arah horizontal , ataupun menggunakan rooster dari bahan beton, metal, aluminium atau kayu. Sistem yang paling baik digunakan untuk merancang sistem sirkulasi udara (penghawaan) yang alami adalah dengan sistem ventilasi silang (cross ventilation), pada sistem ventilasi silang sirkulasi udara diatur sedemikian rupa agar bisa mengalir dari satu titik ventilasi udara menuju titik ventilasi udara lain, dan begitu sebaliknya. Dengan adanya perbedaan tekanan didalam dan diluar bangunan, maka aliran udara tidak akan terjebak di dalam rumah, yang menyebabkan rumah terasa pengap dan panas. Cara yang lain juga bisa dilakukan dengan membuat taman yang disertai void di dalam rumah, taman dan void didalam rumah akan membantu proses sirkulasi udara ditengah-tengah ruangan didalam rumah yang berjarak lumayan jauh dari bidang dinding. Jika penggunaan ventilasi udara dirasakan masih kurang, maka dapat dilakukan cara-cara alternatif yaitu metode ventilasi aktif dengan menambahkan exhauster (exhaust fan dibagian dinding atau blower dibagian atap) yang secara aktif dengan bantuan energi listrik akan menyedot dan mengalirkan udara keluar dari dalam ruangan, untuk dipaksa bertukar dengan udara yang lebih segar dari luar melalui lubang ventilasi. Bila rumah anda berada didaerah perkotaan dan kondisi di rumah anda memang benar-benar tidak memungkinkan untuk menggunakan penghawaan alami (faktur polusi, kepadatan atau tingkat kerapatan bangunan yang tinggi), anda dapat menggunakan sistem penghawaan buatan seperti Air Conditioner (AC). 1 Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

ANALISIS Sistem Penghawaan pada bangunan ada 2 ,Sistem Penghawaan alami dan buatan Sistem yang paling baik digunakan untuk merancang sistem sirkulasi udara (penghawaan) yang alami adalah dengan sistem ventilasi silang (cross ventilation), jika dirasa masih kurang dapat menggunakan ventilasi aktif dengan menambahkan exhauster (exhaust fan dibagian dinding atau blower dibagian atap)

b. PENGHAWAAN PADA INTERIOR RUMAH SAKIT penghawaan pada interior rumah sakit, dengan kasus yang terjadi pada interior ruang rawat inap kelas utama Gedung Lukas, Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta: A. Kondisi Penghawaan pada Ruang-Ruang di Gedung Lukas Ruang-ruang yang ada di Gedung Lukas meliputi ruang pasien, teras ruang pasien, toilet pasien, ruang perawat, toilet perawat, koridor, ruang konsultasi dokter, ruang kepala ruang, dapur, ruang obat, ruang linan, dan ruang cuci. Kondisi penghawaan dari semua ruang tersebut didata dengan hasil sebagai berikut: 1. Sumber penghawaan ruang pasien berasal dari jendela dan ventilasi untuk penghawaan alami, serta AC untuk penghawaan buatan, sehingga suhu ruang dapat dikontrol, denganrata-rata suhu sekitar 27C. Apabila AC dimatikan maka rata-rata suhu sekitar 29-31C untuk siang hari, dan 27-29C untuk malam hari, tergantung pada cuaca ling-kungan. 2. Sumber penghawaan teras ruang pasien berasal dari udara terbuka yang suhunya berkisar antara 29-31C untuk siang hari, dan 27-29C untuk malam hari. 3. Penghawaan alami digunakan pada toilet pasien, menggunakan ventilasi udara di dinding yang bersebelahan dengan ruang terbuka di samping teras. Ukuran ventilasi 50 cm x 80 cm. Sementara untuk toilet yang dindingnya tidak bersebelahan dengan ruang terbuka maka pada plafon dipasang alat penghisap udara (exhaust fan). Karena sumber udara berasal dari ruang pasien maka suhu di dalam toilet ini hampir sama dengan suhu di ruang pasien yaitu sekitar 27-28C. 4. Sumber penghawaan alami digunakan pada ruang perawat, yaitu dengan menggunakan ventilasi dan jendela nako yang berada di samping kanan dan belakang ruang. Suhu berkisar antara 29-31C pada siang hari, dan 27-29C pada malam hari. 5. Penghawaan alami digunakan pada toilet perawat. Namun karena dindingnya tidak bersebelahan dengan ruang terbuka maka tidak terdapat ventilasi pada dinding, melain-kan dipasang alat pengisap udara (exhaust fan) pada plafon. Karena sumber udara berasal dari koridor yang tidak mengguna-kan AC maka suhu di dalam toilet ini sama dengan suhu di luar yaitu 29-31C untuk siang hari dan 27-29C untuk malam hari. 6. Penghawaan alami digunakan baik pada koridor dalam maupun koridor luar. Suhu rata-rata 29-31C pada siang hari, dan 27-29C pada malam hari. 7. Sumber penghawaan alami digunakan pada ruang konsultasi dokter, yaitu dengan menggunakan ventilasi dan jendela nako yang berada di samping dan depan ruang. Suhu pada siang hari berkisar antara 29-31C dan pada malam hari 2729C. 2 Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

8. Sumber penghawaan alami digunakan pada ruang kepala ruang, yaitu dengan menggunakan ventilasi dan jendela yang berada di samping dan depan ruang. Suhu pada siang hari berkisar antara 29-31C dan pada malam hari 27-29C. 9. Sumber penghawaan alami digunakan pada dapur, yaitu dengan menggunakan ventilasi yang berada di depan dan belakang ruang. Suhu pada siang hari berkisar antara 29-31C dan pada malam hari 27-29C. 10. Sumber penghawaan alami digunakan pada ruang obat dengan menggunakan ventilasi yang berada di belakang ruang. Suhu pada siang hari berkisar antara 2931C dan pada malam hari 27-29C. 11. Sumber penghawaan alami digunakan pada ruang linan dengan menggunakan ventilasi yang berada di belakang ruang. Suhu pada siang hari berkisar antara 2931C dan pada malam hari 27-29C. 12. Sumber penghawaan alami digunakan pada ruang cuci dengan menggunakan ventilasi yang berada di belakang ruang. Suhu pada siang hari berkisar antara 2931C dan pada malam hari 27-29C. B. Karakteristik Pengguna Ruang Pengguna ruang yang dikaji dalam tulisan ini adalah pasien dan perawat, keduanya sebagai pengguna ruang yang sama secara konstan dalam jangka waktu tertentu. Keberadaan mere-ka di dalam ruang yang sama dalam jangka waktu tertentu ini yang diharapkan mampu memberikan tanggapan yang obyektif tentang kondisi penghawaan ruang yang mereka rasa-kan. Perawat yang menempati Gedung Lukas pada umumnya berjenis kelamin perempuan, dengan usia antara 22 tahun sampai dengan 45 tahun. Mereka menjalankan tugasnya dengan memakai pakaian seragam yang terbuat dari bahan katun. Bahan ini dikenal memiliki sifat yang mampu menyerap keringat sehingga sir-kulasi udara pada permukaan kulit dapat ber-langsung dengan baik. Selain menjalankan tugas administrasi di ruang perawat, mereka juga memantau dan merawat pasien secara rutin, dengan demikian tubuh mereka banyak bergerak aktif di dalam ruang. Disamping terkait dengan proses pemanasan tubuh, keaktifan gerak tubuh mereka terkait juga dengan adaptasi suhu tubuh terhadap perbedaan suhu ruang, dimana ketika mereka berada di ruang perawat suhu ruang lebih tinggi dibanding dengan ketika mereka berada di dalam ruang pasien yang mengguna-kan AC. Pasien yang menempati Gedung Lukas adalah pasien umum dengan berbagai jenis penyakit. Ruang rawat inap ini juga dapat digu-nakan untuk anak-anak, dewasa, dan orang tua. Beragamnya jenis penyakit maupun usia pasien yang dapat ditampung di tempat ini, maka standar penghawaan juga perlu dipertimbangkan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan penghawaan dalam keberagaman kondisi tubuh dan usia pasien. ANALISIS PENGHAWAAN PADA RUANG-RUANG DI GEDUNG LUKAS Sistem penghawaan yang digunakan pada Gedung Lukas adalah sistem penghawaan buatan dan alami. Sistem penghawaan buatan diciptakan dengan penggunaan split air con-ditioning yang dipasang pada tiap-tiap ruang pasien, sementara sistem penghawaan alami diciptakan dengan penggunaan jendela dan ven-tilasi yang dipasang pada semua ruang. Jadi pada ruang pasien dapat digunakan sistem peng-hawaan buatan maupun alami, sementara pada ruang-ruang lainnya dapat digunakan sistem penghawaan alami. Penggunaan dua sistem penghawaan ini akan berdampak pada kondisi suhu ruangruang di dalamnya. Pada ruang pasien ketika AC dihidupkan dan pintu, jendela, serta ventilasi ditutup maka suhu ruang akan dapat dengan mudah dikendalikan. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa suhu rata-rata ruang pasien dalam 3 Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

keadaan seperti di atas dikondisikan berkisar sekitar 27C (standar yang ditetapkan pihak rumah sakit) dan suhu ini relatif konstan baik pada siang maupun malam hari. Kisaran suhu ini masuk dalam kategori zona nyaman (comfort zone). 1. Kasus Kebakaran Pada Gedung KEBAKARAN hebat melanda diskotek KTV M-City di Jl Gatot Subroto, Simpang Majestik Medan. Sedikitnya 20 korban tewas dari dalam bangunan dan belasan lainnya luka-luka. Korban umumnya terperangkap di dalam gedung karena tidak mengetahui ada kebakaran (SM, 5 Desember 2009). Ternyata bangunan tersebut tidak dilengkapi dengan fasilitas standar keamanan terhadap bahaya kebakaran. Hal ini diketahui ketika pengunjung panik, mereka berebut keluar dari satu-satunya pintu akses keluar di lantai 3. Sebagian besar korban yang tewas disebabkan terinjak-injak pengunjung lain yang panik dan karena kehabisan oksigen. Peristiwa ini selayaknya menjadi pelajaran berharga bagi pengelola bangunan bertingkat untuk lebih memperhatikan standar keamanan bangunan. Yang memrihatinkan, tidak semua bangunan di kota kota besar seperti Semarang yang sudah dilengkapi sistem detektor kebakaran, termasuk untuk fasilitas umum, perkantoran, pasar, dan sebagainya. Sebagian besar bangunan belum siap menghadapi bencana kebakaran. Tujuan penerapan peraturan keamanan bangunan terhadap bahaya kebakaran adalah untuk menjamin keselamatan jiwa penghuninya dan mencegah kerusakan bangunan. Untuk mencapai tujuan itu, bangunan dituntut memiliki sistem keamanan kebakaran yang memenuhi persyaratan, yaitu mampu mencegah timbulnya api, mencegah penjalaran api dan asap, memadamkan api dan menyediakan sarana evakuasi yang aman bagi penghuni bangunan. Sebenarnya bencana, seperti kebakaran, dapat dicegah agar jangan sampai pada situasi terburuk, yakni melalui manajemen yang benar dan sesuai prosedur. karena itu, perlu ada pelatihan atau simulasi penanggulangan bencana kebakaran yang rutin diselenggarakan. Berdasarkan ketentuan Fire Suppression Rating Schedule (FSRS) untuk keselamatan publik terdiri atas tiga unsur penentu yaitu, pertama, pasokan air (40%), kedua, institusi kebakaran kota (50%) dengan komponennya yaitu mobil kebakaran, mobil tangga, distribusi mobil, petugas pemadam, dan pelatihan rutin. Ketiga, alarm kebakaran (10%) dengan komponennya yaitu waktu penerimaan oleh operator alarm, alarm keberangkatan dan fasilitas sirkuit. Indonesia memiliki peraturan perihal keamanan bangunan terhadap bahaya kebakaran, yang mengacu pada peraturan internasional yaitu Kepmen PU No. 10/Kpts/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Ada dua sistem proteksi kebakaran bangunan yaitu, pertama, sistem proteksi pasif, merupakan sistem yang melekat pada bangunan dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran yang terdiri dari bahan bangunan, kondisi lingkungan, dan proteksi kebakaran struktural bangunan. Kedua, sistem proteksi aktif, merupakan sistem yang dengan sengaja ditempatkan untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran kota dengan urutan sesuai fire scenario. Sistem proteksi pasif ini harus mampu mendukung bekerjanya sistem proteksi aktif, penyelamatan, dan evakuasi manusia dan barang secara aman, pembatasan penyebaran dan besarnya api, perlindungan terhadap bangunan di sekitarnya dan keselamatan pada saat dilakukan pemadaman kebakaran. 4 Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

Pemasangan detektor dan peralatan pemadaman kebakaran merupakan salah satu upaya aktif agar bangunan tersebut mampu melakukan proteksi. Alarm tanda terjadinya kebakaran, yang biasanya berupa detektor asap, akan segera berbunyi jika terjadi kebakaran, sehingga upaya lokalisasi dan pemadaman juga dapat segera dilakukan sebelum api telanjur besar atau menjalar ke ruangan lain. Pembuatan tangga darurat dan balkon pada bangunan bertingkat juga akan memudahkan proses evakuasi pada saat terjadinya kebakaran. Tangga-tangga tersebut sebaiknya dibuat di sisi luar bangunan sehingga kemungkinan terhambat asap dapat dihindari, karena penyebaran asap umumnya vertikal. Data statistik di Amerika Serikat menyebutkan bahwa 74% dari korban meninggal pada kebakaran bangunan diakibatkan terhirupnya asap yang berlebihan. Pemilihan sistem keamanan bangunan dalam hubungannya dengan pencegahan kebakaran didasarkan oleh keseimbangan antara besarnya biaya yang harus disediakan untuk pemasangan sistem pengaman dan jumlah kerugian apabila bangunan terbakar. Keselamatan jiwa penghuni pada saat terjadi kebakaran tergantung dari kemampuan para penghuni itu sendiri. Keamanan tersebut meliputi kecepatan berjalan, pengetahuan akan bentuk denah/lay out bangunan dan peralatan pemadam serta ketepatan dan kecepatan informasi kebakaran. Kecepatan berjalan akan tergantung dari jumlah penghuni dan luas sirkulasi emergency yang ada, disamping juga faktor ketidakmampuan dari penghuni, misalnya: pengguna kursi roda. (10) Sumber : Sukawi, dosen arsitektur Undip, pengampu mata kuliah utilitas bangunan Wacana Suara Merdeka 5 Januari 2009 http://artikel-media.blogspot.com/2010/01/pelajaran-dari-kebakaran-bangunan.html

ANALISISKebakaran Pada bangunan tersebut terjadi dan menewaskan 20 orang semata mata bukan karena kebakaran itu sendiri tetapi dikarenakan kesalahan konstruksi, instalasi dan pengamanan terhadap bencana, Data statistik di Amerika Serikat menyebutkan bahwa 74% dari korban meninggal pada kebakaran bangunan diakibatkan terhirupnya asap yang berlebihan. Pemasangan detektor dan peralatan pemadaman kebakaran Alarm tanda terjadinya kebakaran, yang biasanya berupa detektor asap, akan segera berbunyi jika terjadi kebakaran, sehingga upaya lokalisasi dan pemadaman juga dapat segera dilakukan sebelum api telanjur besar atau menjalar ke ruangan lain Tidak disiapkan alat-alat pemadam didalam gedung,system keluar juga masih morat marit, yang mengakibatkan korban kebingungan keluar akhirnya terinjak injak oleh orang lain. Pembuatan tangga darurat dan balkon pada bangunan bertingkat juga akan memudahkan proses evakuasi pada saat terjadinya kebakaran. Tangga-tangga tersebut sebaiknya dibuat di sisi luar bangunan sehingga kemungkinan terhambat asap dapat dihindari, karena penyebaran asap umumnya vertikal

5

Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

2. MODEL INSTALASI LISTRIK. 3.1 Mendeteksi adanya api listrik. Adanya percikan api listrik dapat dideteksi dengan beberapa cara antara lain: a. Ultrasonik detektor. b. Rangkaian elektronik (photo detektor). c. Mendeteksi arus bocor dari percikan api listrik. Titik rawan terjadinya percikan api listrik umumnya pada sambungan sambungan kabel atau pada terminal. Mengingat jumlah titik sambung yang cukup banyak maka cara (a) dan (b) tentu akan sangat mahal biayanya. Alternatif yang cukup murah adalah memanfaatkan kotak sambung yang ada, dengan cara (c), yaitu dengan memanfaatkan box metal, dilengkapi dengan saluran pentanahan dan dikoordinasikan dengan ELCB (Earth Leak Circuit Breaker). Peletakan sambungan didalam box metal hendaknya diatur sedemikian rupa supaya jika ada percikan api (arus bocor) akan mengenai box metal sehingga arus bocornya mengalir ke pentanahan. Apabila percikan api ini cukup besar tentunya arus bocor yang mengalir cukup besar (>30mA) sehingga ELBC akan memutuskan suplai tegangan ke rangkaian tersebut dan percikan api terhenti. Model rangkaiannya seperti ditunjukkan pada Gambar-2 berikut [9]:

Pemasangan ELCB harus diatur sedemikian rupa supaya pada saat ada gangguan tidak terjadi pemutusan total. Dengan dipasangnya ELCB yang peka, ini merupakan jaminan terhadap mutu instalasi dan keselamatan dari bahaya listrik, khususnya bahaya tegangan sentuh 3.2 Pemilihan Jenis Kabel untuk menghambat penyebaran api. Api dapat tersebar dengan cepat melalui sejumlah kabel yang terletak pada riser shaft atau cable tray karena 50% dari kabel adalah berupa isolasi dan setiap jenis isolasi kabel mempunyai kandungan fuel element yang berbeda Oleh sebab itu, dalam pemilihan jenis kabel harus diperhatikan beberapa hal antara lain: Fuel element, Heat release dan Toxicity karena hal ini sangat menentukan kondisi yang akan terjadi pada saat terjadi kebakaran. Demikian pula sarana khusus seperti instalasi fire alarm, emergency lighting dan lift harus mendapat perhatian khusus. 6 Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

3.3 Model Instalasi Karena dalam kasus kebakaran yang disebabkan listrik lebih banyak didominasi masalah Human Error, maka langkah antisipasi yang paling cocok adalah dengan memaksa pengguna listrik untuk tidak menyalah gunakan instalasi listrik yang telah terpasang. Langkah yang ditempuh adalah dengan merubah sistem instalasi listrik yang digunakan selama ini, karena sistem yang digunakan saat ini hanya dapat mengantisipasi dan melindungi instalasi terhadap kejadian kejadian hubung singkat langsung (2.2.1) sedangkan arus bocor ( 2.2.4) membutuhkan tambahan pengaman ELCB yang harganya relative mahal untuk konsumen rumah tangga sederhana dan ELCB ini kurang efektif jika gangguannya tidak melibatkan arus bocor ke tanah. Perubahan mendasar pada sistem instalasi listrik adalah sebagai berikut:

7

Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

Pada Gambar-4 terdapat 2 kelompok system pengaman, milik PLN dan milik Pelanggan. Pada pengaman milik PLN, besarnya pengaman (MCB) fungsi utamanya adalah membatasi beban sesuai dengan kontrak daya terpasang, bukan sebagai pengaman sistem instalasi. Pada pengaman milik pelanggan biasanya kapasitas yang terpasang melebihi pengaman PLN sehingga jika terjadi pembebanan lebih atau hubung singkat dan pengaman di aset PLN tidak bekerja dengan baik bisa menyebabkan pemanasan berlebihan pada kabel instalasi sehingga dapat menimbulkan bahaya api sebagai pemicu kebakaran awal.mJika spark atau flash terjadi pada box sambungan maka hal ini tidak akan dapat terdeteksi sehingga membahayakan. Pada sistem yang diusulkan, sepert Gambar-5, pengaman dibuat terpadu. Pelanggan tidak diperbolehkan merubah sistem pengaman karena pengaman dan alat ukur sudah menjadi satu kesatuan terpadu merupakan aset PLN. Pengaman berupa komponen elektronik (solidstate device) yang dapat bekerja cepat jika ada gangguan listrik, sehingga timbulnya panas yang berlebihan dapat dihindari. Pada sistem ini jika terjadi kebocoran arus listrik dan masalah pada kotak sambung dapat terdeteksi dengan baik, sehingga kejadian yang tidak diharapkan (kebakaran karena listrik) dapat dihindarkan. ANALISIS Model instalasi listrik diatas diharapkan bisa mengurangi / mencegah penyebab kebakaran yang dikarenakan oleh instalasi listrik yang kurang benar. Dengan cara Mendeteksi adanya api listrik, Pemilihan Jenis Kabel untuk menghambat penyebaran api, dan merubah Model Instalasi

8

Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

3. Sistem Transportasi Pada Bangunan A. Eskalator dan Travelator URAIAN SYSTEM Escalator dan Travelator adalah sistem transportasi vertikal didalam bangunan gedung untuk memindahkan orang / barang dari satu lantai ke satu lantai yang berikutnya. Escalator diprioritaskan untuk transportasi orang dengan barang bawaan yang dijinjing sedangkan Travelator untuk transportasi orang dengan barang yang didalam trolley. Pemilihan Escalator dan Travelator ditentukan oleh besarnya kapasitas yang diinginkan karena kecepatannya sudah tertentu, sedangkan faktor lainnya yang juga harus dipertimbangkan adalah hal sebgai berikut : - Sudut kemiringan, lebih didasarkan pada keterbatasan perencanaan dan kenyamanan. - Tinggi antar lantai, lebih didasarkan pada keputusan perencanaan. - Sistem operasi, memungkinkan elevator bisa digerakan dengan arah keatas atau kebawah. PERALATAN UTAMA & FUNGSI 1. Rangka Konstruksi - Terbentuk dari batang-batang baja yang dicat tahan karat 2. Exterior Panel - Bagian bawah dan samping rangka tersebut ditutup dengan lembaran metal atau non metal mengikuti design interior 3. Mesin Penggerak - Diletakkan di bagian atas berupa motor listrik 3, transmission reducer dan rantai penggerak yang memutar tangga. 4. Anak tangga - Terbuat dari die cast aluminium alloy yang dibentuk dengan alur-alur khusus. 5. Moving Handrails - Terbuat dari campuran karet khusus 6. Balustrade - Terbuat dari transparant tempered glass 7. Pengaman / Safety - Current overload, hand rail & Step chain safety Switch - Emergency stop botton - Over / under speed control switch Pengaman terhadap perbedaan kecepatan antara step & handrail yang melebihi 10% dari kecepatan nominal. Pengaman-pengaman lain sesuai standard pabrik

9

Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

DIAGRAM SISTEM

http://masisnanto.blogdetik.com/2009/01/02/travelator/#more-78

10

Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

B. Hyper Building

Tujuan dasar proyek riset bangunan hiper di Jepang dibagi menjadi tiga. Pertama, ultra high-rise, yaitu menciptakan kota tiga dimensi dengan ketinggian super sehingga mampu menampung densitas penduduk yang tinggi pula. Kedua,ultra long life, yang berarti menciptakan sebuah stock-type city yang mampu memilihara kelangsungan hidup penduduk di dalamnya, menumbuhkan sumber-sumber kehidupan atau ruang baru, sehingga memungkinkan pembangunan kotanya terus-menerus, meskipun secara vertikal. Ketiga, ultra structure, yaitu dengan menciptakan sebuah bentuk super struktur bagi sebuah kota, yang mampu dikembangkan ke dalam struktur-struktur pengisi dan bersifat beda sama sekali dari arsitektur konvensional dewasa ini. Tampaknya tujuan kedua dan ketiga ini sangat mirip dengan konsep gerakan metabolism itu sendiri. Dalam pencapaiannya, beberapa masalah krusial seperti sistem transportasi dalam bangunan telah teridentifikasikan. Sistem angkutan untuk manusia dan barang dengan menggunakan high speed transit system yang memanfaatkan spiral transport system, wall-surface transit system untuk bidang dalam satucore (Gambar 3), passenger transport gondola, dan rope grabbing transport system. Infrastruktur, utilitas, dan semua sistem bangunan ini direncanakan berjalan secara otomatis. Perkiraan sampah dan kotoran yang mencapai 250 ton sehari diolah dengan menggunakan sistem total recycling. Sedangkan utilitas dan distribusi energi juga telah mendapatkan gambaran sirkulasi maupun sistem penanganannya.

Gambar 3. Gambaran konsep kerja wall surface transit system (kiri) dan perujudan tri-matranya (kanan) (Sumber: Hyper Building Research Committee, 2005)11 Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

Masa Depan Bangunan Hiper Di dalam laporan Komite Riset Bangunan Hiper (HBRC) ini juga menggarisbawahi kajiannya bahwa banyak manfaat yang akan diperoleh bila proyek ini terlaksana. Dari hasil analisis mereka, dengan penduduk yang sama, lahan kota hanya akan digunakan sekitar sepuluh persen saja. Untuk jangka panjang, hal ini akan mampu mengembalikan kembali keseimbangan alam kota. Banyaknya bahan bangunan yang dipakai bisa dihemat setengahnya, sedangkan gas CO2 (karbondioksida) yang dibuang dari kehidupan bangunan hiper ini adalah sepertiga dari yang ada saat ini. Secara transparan, komite ini juga mengemukan bahwa biaya pembangunan akan menjadi berlipat, meskipun setelah 120 tahun kemudian akan terasa lebih hemat dibanding membangun kota secara horisontal atau konvensional. Namun begitu, banyak masalah yang masih belum terpecahkan dan dalam waktu yang singkat akan sulit sekali untuk dikerjakan oleh komite. Karena, hampir semua bidang kehidupan manusia di kota dalam beberapa aspek harus terintegrasi dan terselesaikan secara baik. Manfaat lebih luas pada saat riset saat ini maupun pembangunannya pada masa yang akan datang terletak pada gagasan internasionalisasi. Kita dapat melihat kecenderungan bangunan tinggi saat ini pun sudah tidak konvensional lagi. Dengan bangunan yang menjulang ke atas, tetapi lebih komplek dengan kreatifitas tampilan beberapa gubahan massa (Gambar 4).

Gambar 4. Disain-disain gedung vertikal saat ini, yang tidak hanya lurus menjulang, tetapi lebih fleksibel dalam bentuk, memanfaatkan pergerakan12 Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang

horizontal dan diagonal di atas permukaan tanah. Kedua gambar di atas adalah disain terbaru dari Rem Koolhaas dan Office for Metropolitan Architecture (OMA), kiri adalah CCTV di Beijing, Cina yang akan selesai 2008 nanti dan kanan adalah Museum Plaza sebagai simbol baru masa depan di Lousville, Amerika Serikat (Sumber: OMA, 2006) Rem Koolhaas, seorang arsitek kelahiran Belanda adalah salah satu arsitek yang diundang untuk mempresentasikan karya Hyper Building-nya pada tahun 1996 di Jepang (dengan tema Hyper Building at Bangkok City). Presentasi beliau tampaknya sedikit banyak telah mampu memasukkan ide revolusi menuju bangunan hiper ini. Meskipun telah disebutkan sebelumnya, saat ini masih terasa sebagai proyek hyper-production oleh banyak kritikus, karena memang biaya yang menjulang pada pembangunannya dan masih belum bisa menyajikan jalan keluar memecahkan permasalahan kompleksitas sebuah fungsi seperti kota. Minimal dari segi teknologi, kehadiran bangunan-bangunan ini bisa menjadi sarana awal bagi inovasi-inovasi baru, misalnya untuk mensiasati sistem transportasi, sistem keamanan struktur, sistem utilitas, dan sistem energi di dalam bangunan yang lebih komplek. Manfaat lainnnya diantaranya adalah sosialisasi wacana peradaban vertikal (vertical civilization), tumbuhnya industri baru (new industrialization) untuk menopang gagasan ini. Selain itu, tentunya juga mampu sebagai revolutionary alternative pada pemecahan masalah kota dan lingkungan yang memang semakin rumit dan komplek. Kita cermati saja. (Selesai). http://www.kamusilmiah.com/arsitek/mengenal-apa-itu-hyper-building-2/

ANALISIS Hyper Building Bangunan Hyper ini adalah bangunan semacam kota kota tiga dimensi dengan ketinggian super sehingga mampu menampung densitas penduduk yang tinggi pula yang dibangun secara vertical keatas secara terus menerus, Bangunan ini didukung oleh Sistem Trasnportasi yang canggih pula seperti sistem transportasi angkutan untuk manusia dan barang dengan menggunakan high speed transit system yang memanfaatkan spiral transport system, wall-surface transit system untuk bidang dalam satucore ), passenger transport gondola, dan rope grabbing transport system. Infrastruktur, utilitas, dan semua sistem bangunan ini direncanakan berjalan secara otomatis. Perkiraan sampah dan kotoran yang mencapai 250 ton sehari diolah dengan menggunakan sistem total recycling. Sedangkan utilitas dan distribusi energi juga telah mendapatkan gambaran sirkulasi maupun sistem penanganannya.13 Khoirul Arif Rosyadi | Civil Engineering State University of Malang