Upload
muhammad-muzaqi
View
341
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Islam merupakan satu-satunya agama yang diridhai di sisi Allah SWT.
Agama Islam juga mengatur berbagai dimensi hubungan manusia dalam
menjalani asspek kehidupan. Ia mengajarkan bagaimana melakukan hubungan
baik antara manusia dengan sang Khaliq, sesama manusia, dan manusia dengan
makhluk lainnya. Kebenaran diridhainya agama Islam ini, sebagaimana firman
Allah SWT:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitabkecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya.”
Di kalangan masyarakat barat, Islam diidentikkan dengan istilah
Muhammadanism dan Muhammedan. Istilah ini dinisbahkan pada agama diluar
Islam yang namanya disandarkan pada nama pendiri atau yang mengembangkan
agama tersebut. Penyebutan istilah itu (menurut Nasrudin Razaq) bukan saja tidak
tepat, tetapi secara prinsipil salah. Istilah itu bisa mengandung arti bahwa Islam
adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad, sebagaimana
Budha yang mengandung arti agama, yang diambil dari nama pendirinya yaitu
Sidharta Gautama Budha. Analogi nama pendiri dengan agama-agama lainnya
sangat tidak sesuai bagi islam.
1
Atas dasar itulah, kami menyusun makalah ini untuk kembali meluruskan
dan melihat kembali agama Islam secara hakiki supaya tidak terjadi lagi salah
persepsi tentang Islam. Selain itu juga, kami menyusun makalah ini sebagai salah
satu tugas kelompok mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Studi Islam 3.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam dan Muslim
1. Pengertian Islam dan Muslim
Agama islam mempunyai pengertian yang lebih luas dari pengertian agama
pada umumnya. Kata Islam berasal dari bahasa Arab yang mempunyai berbagai
macam arti, di antaranya ialah:
Salam yang berarti selamat, aman sentosa, sejahtera, yaitu aturan hidup yang
dapat menyelamatkan manusi di dunia dan di akhirat. Kata Salam terdapat
dalam Al Quran Surat Al An’am ayat 54, Surah Al A’raf ayat 46, dan Surah
An Nahl ayat 32.
Aslama, yang artinya menyerah, tunduk atau masuk Islam, yaitu agama yang
mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk, dan taat kepada hukum-
hukum Allah tanpa tawar-menawar. Kata Aslama terdapat dalam Al Quran
Surah Al Baqoroh ayat 112, Surah Ali ‘Imrân ayat 20 dan 83, Surah An Nisâ’
ayat 125, dan Surah Al An’am ayat 14.
Silmun, yang artinya keselamatan atau perdamaian, yakni agama yang
mengajarkan hidup yang damai dan selamat. Kata Silmun terdapat dalam Surah
Al Baqarah ayat 128 dan Surah Muhammad ayat 35.
Sulamun yang artinya tangga, kendaraan, yakni peraturan yang dapat
mengangkat derajat kemanusiaan yang dapat mengantarkan orang kepada
kehidupan yang bahagia.
Sedangkan secara epistimologi, Islam adalah agama Allah yang
diturunkan/diwahyukan kepada manusia melalui utusannya, nabi Muhammad
SAW sebagaimana telah dijabarkan dalam Al Quran dan dijabarkan dalam
haditsnya. Namun secara luasnya, Islam adalah agama yang diturunkan kepada
manusia dari waktu ke waktu melalui utusannya (yang terakhir melalui Nabi
Muhammad SAW), untuk kebaikan dan kebahagiaan manusia baik di dunia,
3
amupun di akhirat, yang terdiri dari akidah, syari’ah (ibadah dan muamalah), dan
akhlak.
Dengan demikian, orang yang baru saja masuk islam dapat disebut sebagai
muslim, yaitu sama seperti halnya orang berserah diri sepenuhnya kepada Allah
dan melaksanakan segala perintah-Nya dengan menaklukan hawa nafsunya
kepada kehendak Allah SWT.
2. Karakteristik Ajaran Islam
Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari
agama yang lainnya. Karakteristik yang dimiliki Islam meliputi karakteristik ilmu
dan kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, dan
disiplin ilmu. Karakteristik ini terdapat dalam Al Quran dan Hadits.
3. Pokok-Pokok Ajaran Islam
Pokok-pokok ajaran Islam, yaitu iman, islam, dan ihsan, seperti yang
diucapkan oleh Nabi Muhammad dalam suatu haditsnya, yaitu:
: الله صلى الله رسول عند جلوس نحن بينما عنه الله رضى عمر عن
. . سواد شديد الثياب بياد شديد رجل علينا طلع اذ يوم ذات وسلم عليه
. . النبي. الى جلس حتى احد منا يعرفه وال السفر اثار عليه يرى ال الشعر
. . فخذيه على كفيه ووضع ربتيه الى ركبتيه فاسند وسلم عليه الله صلى
. : عليه الله صلى الله رسول فقال اإلسالم عن اخبرني محمد يا وقال
وتقيم : الله، رسول محمدا وان الله إال إله ال ان تشهد ان اإلسالم وسلم
إليه استطعت إن البيت وتحج رمضان، وتصوم وتئتيالزكاة، الصالة،
. . . اإليمان . : عن اخبرني قال ويصدقه يساله له فعجبنا صدقت قال سبيال
و : بالقدر وتؤمن االخر واليوم ورسله وكتبه ومالئكته بالله، تؤمن ان قال
: . . كانك. : الله تعبد ان قال اإلحسان عن اخبرني قال صدقت قال شره
( مسلم . ( رواه يراك فانه تراه تكن لم فان تراه
Artinya: “Dari Umar ra berkata: Pada satu hari ketika kami sedang duduk-duduk
dengan Rasulullah SAW, tiba-tiba dating seorang laki-laki yang berpakaian
sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak diketahui bekas perjalanannya dan
tak seorang pun mengetahuinya. Kemudian dia duduk dekat Nabi SAW dan
4
disandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di
atas paha Nabi, lalu ia berkata: Hai Muhammad, ceritakanlah kepadaku apa
yang dimaksud dengan Islam? Rasulullah SAW menjawab: islam yaitu
mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan sholat, mengeluarkan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke baitullah jika mampu.
Kemudian orang itu berkata: Kamu benar. Maka kami terkejut memperhatikan
orang itu, dia bertanya sekaligus membenarkan. Lalu orang itu bertanya lagi:
Ceritakan kepadaku, apa yang dimaksud dengan iman? Rasulullah menjawab:
Iman yaitu, percaya kepada Allah SWT, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir baik dan buruk-Nya. Orang itu berkata.:
kamu benar. Kwmudian orang itu bertanya lagi: Ceritakanlah kepadaku apa yang
dimaksud dengan Ihsan? Rasulullah menjawab: Ihsan yaitu beribadah kepada
Allah SWT, seakan engkau melihat-Nya, dan jika tidak melihatnya, maka
sesungguhnya Ia (Allah) selalu melihatmu”. (HR Muslim)
B. Iman, Islam, dan Ihsan
1. Definisi Iman, islam, dan Ihsan
a. Definisi Iman (Ketauhidan)
Menurut bahasa, iman adalah percaya atau mempercayai sesuatu, sedangkan
menurut istilah, iman adalah menyakini dengan sepenuh hati, mengucapkan
dengan lisan, dan mengamalkan dengan dalam tindakan sehari-hari.
Iman merupakan awal dan akhir dari semua unsure ajaran islam. Suatu
kepercayaan yang menegaskan bahwa hanya Tuhanlah yang menciptakan,
memberi hukum-hukum, mengatur dan mendidik alam semesta (tauhid
rububiyah).oleh karena itu, Tuhanlah satu-satunya yang wajib disembah, dimohon
petunjuk dan pertolongan-Nya, serta harus ditaati (tauhid uluhiyah).
Dengan tauhid (iman), manusia akan terbebas dari segala macam kejahatan
duniawi. Tauhid akan membebaskan manusia dari penjajahan, perbudakan, dan
perhambaan, baik oleh sesama manusia, maupun oleh hawa nafsu dan harta
bendanya. Dengan jiwa tauhid yang tinggi dan kokoh, seseorang akan terbebas
5
dari belenggu ketakutan dan duka cita dalam kemiskinan harta benda. Karena ia
yakin bahwa setiap makhluk yang ada di dunia ini, termasuk manusia, akan
mendapat rezeki dar Tuhan.
b. Definisi Islam (Ibadah)
Setelah dapat uraian di atas, kita mengetahui bahwa iman berarti keyakinan
hati dan islam mempunyai makna tunduk atau pasrah. Islam sangat erat kaitannya
dengan perbuatan, yaitu perbuatan yang baik semata-mata karena Allah SWT
(ibadah). Jadi, Islam dalam prakteknya sama dengan ibadah. Hal ini, dapat kita
lihat dan perhatikan dalam uraian rukun Islam yang lima, setiap rukun dari rukun
Islam itu merupakan perbuatan nyata (amaliah), jika dilaksanakan secara baik dan
sempurna berarti telah melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Sebagaimana
firman Allah SWT:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan
aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah
Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
c. Definisi Ihsan
Kata ‘Ihsan’ biasa diartikan berbakti kepada Allah SWT, seolah-olah kita
melihat Allah dengan mata kepala kita sendiri. Orang yang demikian ini, niscaya
akan merasa malu berpaling dari Allah, dan dalam hatinya tidak ada keraguan
sedikit pun. Dengan kata lain, ihsan adalah menggambarkan suatu sikap batin
yang dipenuhi oleh rasa ketuhanan yang sangat mendalam, sehingga di mana pun
dan kapan berada orang itu selalu merasa diperhatikan oleh Allah SWT, dan hal
seperti itulah yang mendorong dia untuk menjauhi perbuatan yang bertentangan
dengan kehendak-Nya.
6
2. Integrasi dan Keterkaitan antara Iman, Islam, dan Ihsan
Hadits di atas memberikan ide kepada umat islam sunni tentang rukun iman
yang enam, rukun islam yang lima, dan penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha
Hadir dalam hidup. Ketiga hal tersebut dapat dibedakan akan tetapi tidak dapat
dipisahkan, karena adanya keterkaitan satu sama lainnya.
Setiap pemeluk agama islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak
abash tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah
mustahil tanpa iman, dan iman mustahil tanpa islam. NurCholis madjid (1994:
463) melihat iman, islam, dan ihsan sebagai trilogy ajaran Ilahi.
Ibnu taimiah menjelaskan bahwa agama itu terdiri dari tiga unsure, yaitu
islam, iman, dan ihsan. Dalam tiga unsure itu tersirat makna kejenjangan
(tingkatan), yaitu orang memulainya dengan islam, kemudian berkembang ke arah
iman, dan puncaknya adalah ihsan. Hal tersebut berdasarkan surat al Fathir [35]
ayat 32:
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih
di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri
mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka
ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian
itu adalah karunia yang Amat besar.”
Menurut Ibnu Taimiah, ayat di atas berisi penjelasan tentang: pertama,
orang-orang yang menerima warisan kitab suci dengan mempercayai dan
berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, anamun masih melakukan perbuatan-
perbuatan zalim, adalah orang baru masuk islam, suatu tingkat permulaan dalam
kebenaran. Kedua, orang yang menerima kitab suci itu dapat berkembang menjadi
seorang mukminm, tingkat menengah, yaitu orang telah terbebas dari perbuatan
zalim, namun perbuatan kebajikannya masih kurang. Ketiga, perjalanan mukmin
itu (yang terbebas dari perbuatan zalim) berkembang perbuatan kebajikannya
7
sehingga ia menjadi pelomba (sabiq) perbuatan kebajikan, maka ia mencapai
derajat ihsan. “Orang yang telah mencapai tingkatan ihsan”, kata Ibnu Taimiah,
“akan masuk surge tanpa mengalami azab.” (NurCholis Madjid dalam Budhy
Munawar Rachman (ed.), 1994: 465).
Imam al-Shahrastani dalam kitabnya, al-Milal wa an Nihal, menjelaskan
bahwa Islam adalah menyerahkan diri secara lahir. Oleh karena itu, baik mukmin
maupun munafik adalah muslim. Sedangkan iman adalah pembenaran terhadap
Allah SWT, para utusan-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan menerima qadha
dan qadar. Integrasi Islam dan iman adalah keseempurnaan (al-Kamal). Atas dasar
itulah, beliau menggolongkan bahwa Islam adalah mabda’ (pemula), iman adalah
wasath (menengah), dan ihsan adalah al-kamal (kesempurnaan).
BAB III PENUTUP
8
1. Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia dari waktu ke waktu
melalui utusannya (yang terakhir melalui Nabi Muhammad SAW), untuk
kebaikan dan kebahagiaan manusia baik di dunia, amupun di akhirat, yang
terdiri dari akidah, syari’ah (ibadah dan muamalah), dan akhlak. Sedangkan
muslim adalah orang yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
melaksanakan segala perintah-Nya dengan menaklukan hawa nafsunya kepada
kehendak Allah SWT.
2. Karakteristik ajaran Islam meliputi karakteristik ilmu dan kebudayaan,
pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, dan disiplin ilmu.
Karakteristik ini terdapat dalam Al Quran dan Hadits.
3. Pokok-pokok ajaran Islam, yaitu iman, islam, dan ihsan.
4. Setiap pemeluk agama islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak abash
tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah
mustahil tanpa iman, dan iman mustahil tanpa islam. NurCholis madjid (1994:
463) melihat iman, islam, dan ihsan sebagai trilogy ajaran Ilahi.
DAFTAR PUSTAKA
9
Abdullah, M. Y. (2006). Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Penerbit Amzah.
'Ali, M. M. (1977). Islamologi (Dinu' Islam). Jakarta: PT. Ichtiar baro - Van Hoeve.
Hakim, Atang Abd.; Mubarok, Jaih;. (2000). Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
M. Ali Hasan. (1994). Materi Pokok Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
10