53
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanaan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingggalkan seoptimal mungkin. Ciri - ciri mutu keperawatan yang baik antara lain : 1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan 2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisiensi dan efektif 3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan 4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta 5. Aspek sosial,ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati Disamping itu pesyaratan untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan antara lain : 1. Pimpinan yang peduli dan mendukung 2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan ( standar mutu ) KDK II _ SAK 1

makalah standar asuhan keperawatan.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah standar asuhan keperawatan.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan bagian

integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara

keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu

baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanaan

keperawatan perlu dipertahankan dan ditingggalkan seoptimal mungkin.

Ciri - ciri mutu keperawatan yang baik antara lain :

1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan

2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara

wajar, efisiensi dan efektif

3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan

4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta

5. Aspek sosial,ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat

diperhatikan dan dihormati

Disamping itu pesyaratan untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan antara lain :

1. Pimpinan yang peduli dan mendukung

2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan ( standar mutu )

3. Tenaga keperewatan disiapkan melalui upaya peningkatkan pengetahuan,

dan ketrampilan dengan cara diadakan program diklat

4. Sarana, dan pelaksanaan dan lingkungan yang mendukung serta

5. Tersedia dan diterapkannya standar asuhan keperawatan

Berdasrkan kerangka berfikir seperti tersebut diatas, Direktorat jendral pelayanan

medik, Depkes RI bersama dengan organisai profesi keperawatan,telah menyusun

standar asuhan keperawatan dan telah resmi standar asuhan keperawatan diberlakukan

untuk diterapkan di seluruh rumah sakit, melalui “SK Direktur Jendral Pelayanan

Medik, NO. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang berlakunya standarasuhan

KDK II _ SAK 1

Page 2: makalah standar asuhan keperawatan.docx

keperawatan dirumah sakit“ . Ini berati bahwa seluruh tenaga keperawatan dirumah

sakit dalam memberikan asuhan keperawatan harus berpedoman kepada asuhan

keperawatan yang dimaksud.

UU RI No.23 1992 tentang kesehatan dalam penjelasan tentang Pasal 53 ayat 2

mendefinisikan standar profesi sebagai “ pedoman yang harus dipergunakan sebagai

petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik “. Atau secara singkat dapat

dikatakan setandar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang anda ketahui tentang standar asuhan keperawatan ?

2. Apakah tujuan dari standar asuhan keperawatan?

3. Bagaimanakah proses terwujutnya standar asuhan keperawatan ?

4. Bagaimanakah pelaksanaan standar asuhan keperawatan ?

5. Bagaimanakah langkah – langkah standar asuhan keperawatan di rumah sakit ?

6. Apasajakah cangkupan standar asuhan keperawatan ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran tentangstandar asuhan

keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengertian standar asuhan keperawatan.

b. Untuk mengetahui tujuan standar asuhan keperawatan.

c. Untuk mengetahui proses terwujutnya standar asuhan keperawatan.

d. Untuk mengetahui pelaksanaan standar asuhan keperawatan.

e. Untuk mengetahui langkah – langkah standar asuhan keperawatan di

rumah sakit ?

f. Untuk mengetahui cangkupan standar asuhan keperawatan ?

KDK II _ SAK 2

Page 3: makalah standar asuhan keperawatan.docx

1.4 Manfaat Penulis

1. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca dan menjadi salah

satu referensi bagi penulisan makalah selanjutnya tentang standar asuhan

keperawatan.

2. Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah pengetahuan penulis

tentang standar asuhan keperawatan.

KDK II _ SAK 3

Page 4: makalah standar asuhan keperawatan.docx

BAB II

PEMBAHASAN

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengertian Standar Asuhan Keperawatan

Standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan penampilan

kerja yang dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil (Gillies,

1989,h.121). Standar merupakan pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan

asuhan yang mengarah kepada praktek keperawatan profesional (ANA,1992,h.1)

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, berbentuk

pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif , ditujukan kepada individu,

keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup kehidupan

manusia (lokakarya Nasional 1983)

Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu

kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan untuk klien

( Gillies, 1989h. 121). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien.

Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan

dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek dapat

diketahui apakah intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai

dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Tipe standar praktek keperawatan

Beberapa tipe standar telah digunakan untuk mengarahakan dan mengontrol

praktek keperawatan. Standar dapat berbentuk ‘normatif’ yaitu menguraikan praktek

keperawatan yang ideal yang menggambarkan penampilan perawat yang bermutu

tinggi, standar juga berbentuk ‘empiris’ yaitu menggambarkan praktek keperawatan

berdasarkan hasil observasi pada sebagaian besar sarana pelayanan keperawatan

(Gillies 1989,h.125).

KDK II _ SAK 4

Page 5: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang

diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan

keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan dapat dinilai pemberian

asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar

menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi

sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk (Wilkinson, 2006).

2.2 Tujuan Standar Asuhan Keperawatan

1. Memberi bantuan yang efektif kepada semua orang yang memerlukan

pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional

2. Menjamin bahwa bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan

mengurangi/menghilangkan kesenjangan

3. Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada

4. Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk

mengembangkan tingkat kemampuan profesional

5. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua kalangan kesehatan

6. Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan

Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan penting lainnya mencakup

pada dasarnya mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen

organisasi. Dalam pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka

kerja yang lazim sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab

mengembangkan standar bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan

berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja perawat

professional untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus

dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi

pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2000).

Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti

merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar

pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi perawat

professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam tatanan

pelayanan keperawatan professional (Suparti, 2005)

KDK II _ SAK 5

Page 6: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Terjadi kesepakatan antara praktisi terhadap tingkat kinerja dan menawarkan

ukuran penilaian agar praktek keperawatan terbaru dapat dibandingkan. Penilaian

essensial asuhan keperawatan melalui penataan standar sebagai dasar kesepakatan

untuk mencapai asuhan keperawatan optimal. Standar keperawatan dalam prakteknya

harus dapat diterima. Setiap klien berhak mendapatkan asuhan berkualitas, tanpa

membedakan usia dan diagnosa. Dengan demikian standar dapat diharapkan

memberikan fondasi dasar dalam mengukur kualitas asuhan keperawatan (Kawonal,

2000).

Standar Asuhan Keperawatan yang kami buat, bukan mengacu pada 10 atau

20 besar penyakit, tapi pada 30 Diagnosa Keperawatan terbanyak. 30 Diagnosa

Keperawatan terbanyak ini didapatkan dari informasi yang dianalisa oleh Sistem

Informasi Keperawatan berbasis IT selama kurun waktu 2 tahun.

Walaupun SAK ini tidak sesuai dengan acuan Assesent Akreditasi Rumah

Sakit yang dikeluarkan oleh KARS, tapi SAK ini yang kami yakini lebih ideal. Dan

dalam diskusi degan surveyor Akreditasi di akhir 2009 saat kami akreditasi RS 16

Pokja yang ketiga, surveyor akreditasi bisa menerima argumen kami bahkan

mendukung SAK kami.

Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan

asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses

pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan.

Penyusunan standar praktek keperawatan berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi,

klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.

1. Perawat

Standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk

membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan yang akan

dilakukan teradap kien dan perlindungan dari kelalaian dalam melakukan

tindakan keperawatan dengan membimbing perawat dalam melakukan

tindakan keperawatan yang tepat dan benar.

KDK II _ SAK 6

Page 7: makalah standar asuhan keperawatan.docx

2. Rumah sakit

Dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat menurun

dengan singkat waktu perwatan di rumah sakit.

3. Klien

Dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang ditanggung klien

dan keluarga menjadi ringan.

4. Profesi

Sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai ukuran

untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar sebagai alat pengontrolnya.

5. Tenaga kesehatan lain

Untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga

dapat saling menghormati dan bekerja sama secara baik.

2.3 Proses Terwujutnya Standar Asuhan Keperawatan

1. Pemimpin yang peduli dan mendukung

2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan (Standar mutu )

3. Tenaga keperawatan disiapakn melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap,

ketrampilan dengan cara diadakan program diklat dan seminar

2.4 Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan

Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya dengan

tersedianya Standar Asuhan Keperawatan tetapi perlu didukung sistem pemantauan

dan penilaian penerapan standar tersebut, yang dilaksanakan secara sistematis,

objektif dan berkelanjutan.

KDK II _ SAK 7

Page 8: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Standar I: PengkajianKeperawatan

Perawat mengumpulkan data tentangstatus kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkatdanberkesinambungan.

Kriteria Proses:

1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang ( pengumpulan

data diperoleh dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

lab, dan mempelajari catatan klien lainnya ).

2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis

dan catatan lain.

3. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :

a) Status kesehatan klien saat ini

b) Status kesehatan klien masa lalu

c) Status fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual

d) Respon terhadap alergi

e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

f) Resiko – resiko tinggi masalah

StandarII: Diagnosis Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan

Kriteria Proses:

1. Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien dan

perumusan diagnosis keperawatan.

2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), Penyebab (E), dan tanda

atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

3. Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain

untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.

4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan

data terbaru.

KDK II _ SAK 8

Page 9: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Standar III: Perencanaan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah dan meningkatkan kesehatan klien.

KriteriaProses :

1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana

tindakan keperawatan.

2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan.

3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan

klien.

4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

Standar IV: Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah di identifikasi dalam

rencana asuhan keperawatan.

KriteriaProses :

1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status

kesehatan klien

3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan

klien.

4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah

tanggung jawabnya.

5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien

untuk mencapai tujuan kesehatan.

6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-

fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

KDK II _ SAK 9

Page 10: makalah standar asuhan keperawatan.docx

7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,

ketrampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi

lingkungan yang digunakannya.

8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

berdasarkan respon klien.

Standar V: Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan

dan merevisi data dasar serta perencanaan.

Kriteria Proses:

1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara

kompeherensif, tepat waktu dan terus menerus.

2. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat

waktu dan terus menerus.

3. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur

perkembangan kearah pencapaian tujuan.

4. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.

5. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana

asuhan keperawatan.

6. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

2.5 Langkah – langkah Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit

Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu diperlukan beberapa

komponen yang harus dilaksanakan oleh tim keperwatan yaitu (1) terlihat sikap caring

ketika harus memberikan asuhan keperawatan kepada klien, (2) adanya hubungan

perawat - klien yang terapeutik, (3) kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, dan

(4) kemampun dalam memenuhi kebutuhan klien, serta (5) kegiatan jaminan mutu

(quality assurance). Dengan demikian, upaya pimpinan rumah sakit dan manajerial

keperawatan seyogyanya difokuskan pada kelima komponen kegiatan tersebut yang

akan diuraikan berikut ini.

KDK II _ SAK 10

Page 11: makalah standar asuhan keperawatan.docx

a. Sikap “caring” perawat

Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai

apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada klien. Dalam

memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah

lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan

bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet,

Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta untuk

merawat, namun meraka tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan

dengan menggunakan spirit “caring”.

Spirit “caring” seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan

berasal dari hati perawat yang terdalam. Spritit “caring” bukan hanya

memperlihatkan apa yang dikerjakan perawata yang bersifat tindakan fisik,

tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat

memperlihatkan cara yang berada ketika memberikan asuhan kepada klien.

“Caring” merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik

keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. “Caring” bukan semata-mata

perilaku. “Caring” adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan

(Marriner-Tomey, 1994). “Caring”juga didefinisikan sebagai tindakan yang

bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatikan emosi sambil

meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

Sikap ini diberikan memalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik.

Prilaku “caring” menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek

fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini, bersikap “caring” untuk klien

dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi

keperawatan.

Watson menekankan dalam sikap”caring” ini harus tercermin sepuluh faktor

kuratif yaitu:

Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat

menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada

klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemapuan diri dengan

memberikan pendidikan kesehatan pada klien.

KDK II _ SAK 11

Page 12: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Memberikan kepercayaan - harapan dengan cara memfasilitasi dan

meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu,

perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari pertolngan

kesehatan.

Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar

menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri

dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.

Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan

informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut

merasakan apa yang dialami klien.

Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien.

Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan

dan perasaan klien.

Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan

keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai

pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.

Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan

asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan

kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.

Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang

mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan internal dan

eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit klien.

Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi. Perawat

perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien. Pemenuhan

kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat

selanjutnya.

Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar

pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-

kadang seseorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran

yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan

pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.

KDK II _ SAK 12

Page 13: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar

semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan

profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan

faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri

sebelum mamahami orang lain.

Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan

signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adlah

hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada

bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan

dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk

bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.

b. Hubungan perawat-klien

Hubungan perawat dan klien adalah suatu bentuk hubungan

terapeutik/profesional dan timbal balik yang bertujuan untuk meningkatkan

efektifitas hasil intervensi keperawatan melalui suatu proses pembinaan

pemahaman tentang dua pihak yang sedang berhubungan. Hubungan

profesional ini diprakasai oleh perawat melaui sikap empati dan keinginan

berrespon (“sense of responsiveness”) serta keinginan menolong klien (“sense

of caring”).

Menurut Peplau, dalam membina hubungan profesional ini, kedua

pihak seyogyanya harus melewati beberapa tahapan (Marriner-Tomey, 1994)

yaitu :

1. tahap orientasi

2. tahap identifikasi

3. tahap eksploitasi

4. tahap resolusi.

Pada tahap orientasi, setelah saling memperkenalkan diri, perawat

berupaya menolong klien mengidentifikasi maslah yang sedang dihadapi

klien. Penjelasan, penekanan perlu dikemukakan oleh perawat agar klien

menyakini masalah atau beberapa masalah yang perlu diatasi. Tahap

identifikasi terjadi ketika klien mampu mampu mengidentifikasi sesorang atau

beberapa orang yang dapat menolongnya. Pada tahap ini perawat memberi

KDK II _ SAK 13

Page 14: makalah standar asuhan keperawatan.docx

kesempatan klien untuk mengkaji lebih jauh perasaan tentang diri, penyakit,

dan kemampuan yang dimilikinya.

Tujuannnya adalah agara perawat dapat membimbing klien periode

penyakitnya sebagai pengalaman yang memungkinkan klien mengenali

kembali perasaan dan kekuatan internal yang pernah dimiliki sehingga dapat

memberikan kepuasan yang diperlukan klien.

Tahap eksploitasi terjadi ketika klien mampu menguraikan nilai dan

penghargaan yang dia peroleh dari hubungan profesional dari hubungan

profesional antara perawat dan dirinya. Beberapa tujuan baru yang perlu

dicapai melalui upaya diri klien dapat dikemukakan oleh perawat, dan

kekuatan akan dialihkan oleh perawata kepada klien apabila klien mengalami

hambatan akibat ia tidak mampu mencapai tujuan baru tersebut.

Tahap akhir dari hubungan profesional perawat - klien adalah tahap

resolusi ditandai dengan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dan tidak

lagi menjadi prioritas kegiatan klien. Pada tahap ini klien membebaskan diri

dari keterkaitannya dengan perawat dan menunjukkan kemampuannya untuk

bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya. Keempat tahapan dalam

hubungaan profesional ini dapat terjadi tumpang tindih antara satu tahapan

dengan tahapan berikutnya.

Dalam membina hubungan profesional, asuhan keperawatan juga

merupakan media edukatif dimana suatu kekuatan internal yang kokoh dari

seseorang perawat dapat mempengaruhi klein untuk meningkatkan perilaku

dan kepribadian klein selama sakit ke arah kehidupan yang kreatif, konstruktif,

dan produktif. Bberapa peran perlu diemban opelh perawat ketika

menjalankan dan membina hubungan profesional yaitu :

1. peran sebagai orang asing (“starnger”),

2. narasumber (“resource person”),

3. pendidik (‘teacingrole”),

4. pemimpin (“leadersip role”),

5. peran pengganti (“surrogate role”)

(Marriner-Tomey, 1994).

Keberhasilahn hubungan profesional/terapeutik anatara perawat dan

klien sangat menentukan keberhasilan hasil tindakan yang diharapkan.

Disamping itu, hubungan profesional yang baik anatara perawat-klien dapat

KDK II _ SAK 14

Page 15: makalah standar asuhan keperawatan.docx

menghindari, memprediksi, dan mengantisipasi berbagai penyulit yang

mungkin terjadi. Oleh karena itu, berbagai peran diatas seyogyanya menjadi

fokus perhatian perawat ketika menolong klien melewati tahapan dlam

hubungan profesionalnya dengan perawat (Nurachah, 2000).

c. Kemampuan perawat dalam memenuhi kebutuhan klien

Asuhan keperawatan bermutu marupakan rangkaian kegiatan

keperawatan yang diorientasi pada klein. Asuhan keperawatan bermutu yang

diberikan kepada klien dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam berrespon

terhadap keluhan dan masalah klien serta upaya memenuhi kebuutuhan klien.

Hendreson menetapkan 14 kebutuhan klien yang seyogyanya dapat dipenihi

oleh perawat (Marriner-Tomey, 1994). Namun, karena masalah klien sangat

unik dan kebutuhannya sangat individual maka perawat senatiasa harus

meningkatkan diri agar selalu memiliki kemapuan dan pengetahuan yang

diperlukan dalam membantu klien menyelesaikan masalahnya.

Kemampuan perawat memenuhi kebutuhan klien dapat dipengaruhi

beberapa oleh faktor antara lain: tingkat ketergantungan klien, sistem

penugasan, kelengkapan fasilitas, kewenangan dan kompetensi yang

dimiliki oleh tanaga keperawatan sebagai pelaksana dan kemampuan

manajer keperawatan adalam mengorganisasikan pekerjaan kepada

bawahan.

Seorang perawat profesional yang telah dibekali dengan pengetahuan

mengelola pelayanan keperawatan dan keterampilan klinis yang mamadai

akan mampu mengorganisir dan menyesuaikan antara pekerjaan yang akan

dilaksanakan, sarana yang tersedia, dan kemampuan tenaga perawatnya.

Selain itu dalam mengelola ruangan khususnya tenaga keperawatan, maka

perawat manajer juga harus mampu menjamin bahwa para perawat pelaksana

memiliki kemampuan untuk meberikan asuhan keperawatan bermutu. Untuk

itu ia harus merancang program peningkatan kemapuan perawata baik melalui

jalur pendidikan formal maupun informal.

Peningkatan kemampuan perawat melalui jalur formal dapat ditempuh

melalui berbagai tingkatan yaitu pendidikan ners generalis, ners spesialis,

mapun ners konsultan. Selain itu, dapat ditempuh melalui jalur informal yaitu

program pendidikan perawat berlanjut (“continuing nurse education”).

KDK II _ SAK 15

Page 16: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Program ini dapat diselenggarakan oleh rumah sakit bekerja sama dengan

institusi pendidikan tinggi keperawatan dan dengan organisasi profesi. Kedua

program peningkatan kemampuan perawat ini memerlukan suatu rancangan

ketenagaan yang matang dan sesuai dengan visi dan misi serta tujuan rumah

sakit.

Disamping kedua jalur pendidikan tersebut di atas, kemapuan dan

pengetahuan perawat dapat juga dicapai melalui kegiatan komunitas profesi di

rumah sakit. Komunitas profesi ini memfasilitasi dan menyelenggaarakan

berbagai kegiatan ilmiah antara lain diskusi kasus, pembahasan jurnal

keperawatan, artikel/riset keperawatan, dan melakukan riset keperawatan

klinik bersama atau individual. Selain itu, sistem menorship atau perceptorship

akan dapat membantu mewujudkan situasi kerja yang kondusif untuk belajar

bagi semua pearawat.

d. Kolaborasi/kemitraan

Kaloborasi merupakan salah satu model interaksi yang terjadi diantara

dan antar praktisi klinik selama pemberian pelayanan kesehatan/keperawatan.

Kolaborasi meliputi kegiatan berkomunikasi parallel, berfungsi parallel,

bertukar informasi, berkoordinasi, berkonsultasi, mengelola kasus bersama

(ko-manajemen), serta merujuk.

Kolaborasi merupakan suatu pengakuan keahlian seseorang oleh orang

lain di dalam maupun di luar profesi orang tersebut (ANA, 1995, 12).

Kaloborasi ini juga merupakan proses interpersonal dimana dua orang atau

lebih membuat suatu komitmen untuk berinteraksi secara kontruktif untuk

menyelesaikan masalah klien dan mencapai tujuan, target atau hasil yang

ditetapkan.

Para individu ini mengenali dan mengartikulasikan nilai-nilai yang

membuat komitmen ini menjadi terwujud. Kemampuan mewujudkan

komitmen untuk berinteraksi secara kontruktif tergantung dari persamaan

persepsi, tentang tujuan bersama, kompetensi klinik, dan kemapuan

interpersonal, humor, keprcayaan, menghargai dan menghormati pengetahuan

dan praktik keilmuan yang berbeda (Hanson & Spross, 1996).

KDK II _ SAK 16

Page 17: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kreiteria yaitu

1. adanya rasa saling percaya dan menghormati,

2. saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing,

3. memiliki citra diri positif,

4. memiliki kematangan profesional yang setara (yang timbul dari

pendidikan dan pengalaman),

5. mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, dan

6. keinginan untuk bernegosiasi (Hanson & Spross, 1996).

Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling

tergantung (interdependensi) untuk kerja sama dan bekerja sama. Bekerja

bersama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik.

Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan auat target

yang telah ditentukan dapat dicapai. Selain itu, menggunakan catatan klien

terintegrasi dapat merupakan suatu alat untuk berkomunikasi anatar profesi

secara formal tentang asuhan klien.

e. Kegiatan menjamin mutu

Asuhan keperawatan bermutu hanya dapat dicapai dan dipertahankan

apabila disertai dengan kegiatan dan rencana untuk mempertahankan mutu

asuhan tersebut. Kegiatan jaminan mutu (“quality assurance”) adalah

membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan tingkat

pencapaian hasil.

Kegiatan jaminan kualitas pelayanan/asuhan keperawatan merupakan

kegiatan menilai, memantau, atau mengatur pelayanan yang berorientasi pada

konsumen (klien). Dalam keperawatan, tujuan asuhan bermutu adalah untuk

menjamin mutu sambil pada saat yang sama mencapai tujuan institusi yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan menjamin mutu dipengaruhi oleh

beberapa faktor anatara lain dukungan dari manager puncak (pimpinan rumah

sakit), terutama terkait dengan dukungan biaya dan sumebr daya manusia.

Selain itu, pencapaian kriteria keberhasilan perlu disepakati. Seandainya

instuisi menginginkan pelayanan keperawatan adalah pelayanan terbaik di

KDK II _ SAK 17

Page 18: makalah standar asuhan keperawatan.docx

suatu wilayah, maka standar dan kriteria keberhasilannya perlu ditetapkan

optimal dan bukan minimal.

Kegiatan jaminan mutu dapat meliputi aspek struktur, proses, dan

outcome. Kegiatan penilaian dan pemantauan dalam pelayanan keperawatan

juga selayaknya diarahkan pada ketiga aspek tersebut. Oleh karena itu, standar

pelayanan, kriteria keberhasilan, alat pengukur perlu dikembangkan, dan

tahapan dlam pelaksanaan kegiatan menjamin mutu perlu ditetapkan.

Strategi untuk kegiatan jaminan mutu antara lain dengan benchmarking

dan manajemen kualitas total (total quality management) (Marquis & Huston,

1998). Benchmarking atau meneliti praktik terbaik (“best practice research”)

adalah kegaiatan mengkaji kelemahan tertentu instiusi dan kemudian

mengidentifikasi instuisi lain yang memiliki keunggulan dalam aspek yang

sama. Kegaiatan dilanjutkan dengan berkomunikasi, menetapkan kesepakatan

kerjasama untuk mendukung dan meningkatkan kelemahan tersebut (Marquis

& Huston, 1998).

Manajer pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat pula bekerjasama

dengan rumah sakit lain yang tidak saling berkompetensi untuk meningkatkan

satu atau beberapa aspek yang dianggap lemah. Kerjasama ini bersifat

konfidensial dan hanya meningkatkan aspek yang dianggap masih lemah.

Manajemen kualitas total dilakukan berdasarkan harapan bahwa

individu merupakan fokus produksi dan pelayanan. Penakanan manajeman

kualitas total adalah mengidentifikasi dan melakukan kegiatan dengan benar,

cara yang benar, waktu yang sesuai dan mencegah masalah. Strategi menjamin

kualitas ini sangat menyerap biaya karena proses ini terus menerus, dan setiap

subyek maupun kegiatan diarahkan pada peningkatan secara

berkesinambungan.

Strategi lain dari kegiatan jaminan mutu ynag bersifat kontemporer

adalah penggunaan “critical patways”. Critical pathways adalah menetapkan

kemajuanj yang harus dicapai klien sejak saat klien diterima di rumah sakit.

Keuntungan cara ini adalah standar pencapaian yang ditetapkan untuk seorang

klien dapat diterapkan untuk klien lain yang berdiagnosis sama. Namun,

kelemahannya adalah tidak dapat mengakomodasi keunikan individual klien.

Selain itu, pendokumentasian critical pathways memerlukan banyak catatan

dan pengkajian ulang (Marquis & Huston).

KDK II _ SAK 18

Page 19: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Pelaksanaan kegiatan jaminan mutu pelayanan keperawatan di rumah

sakit dapat pula dilakukan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu (“quality

control”). Kegaiatannya dapat dilaksanakan dalam dua tingkat yaitu tingkat

rumah sakit dan tingkat ruang rawat. Tingkat rumah sakit dapat dilaksanakan

dengan cara mengembangkan tim gugus kendali mutu yang memiliki program

baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Kegiatan menilai mutu pada tingkat rumah sakit, akan diawali dengan

penetapan kriteria pengendalian, mengidentifikasi informasi yang relevan

dengan kriteria, menetapkan cara mengumpulakan informasi/data,

mengumpulkan dan menganailisis informasi/data, membandingkan informasi

dengan kriteria yang telah ditetapkan, menetapkan keputusan tentang kualitas,

memperbaiki situasi sesuai hasil yang diperoleh, dan menetapkan kembali cara

mengumpulkan informasi (Marquis & Huston, 2000).

Ada 10 indikator kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu :

1. angka infeksi nosokomial,

2. kejadian klien jatuh/kecelakaan,

3. tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan,

4. tingkat kepusan klien terhadap pengelolaan nyeri dan kenyamanan,

5. tingkat kepuasan klien terhadap informasi/pendidikan kesehatan, (6)

tingkat kepuasan klien terhadap asuhan keprawtan,

6. upaya mempertahankan integritas kulit,

7. tingkat kepasan perawat,

8. kombinasi kerja anatara perawat profesional dan non profesional, (10

9. total jam asuhan keperawatan per klien per hari (Marquis & Huston,

1998).

Pada tingkat ruangan, selain ada individu ruangan yang duduk sebagai

wakil pada tim gugus kendali mutu rumah sakit, maka seyogyanya dibentuk

pula tim ruangan yang disebut tim sirkulasi kualitas. Tim sirkulus kualitas

yang terdiri dari tiga sampai empat orang perawat ruangan ini berfungsi untuk

mengidentifikasi masalah-masalah pelayanan keperawatan tingkat ruangan,

membahas masalah di dalam tim, menyusun beberapa alternatif solusi, dan

menyampaikan kepada kepala ruangan untuk ditetapkan solusi yang akan

diambil dan dilaksanakan oleh ruangan. Sementara itu, tim ini akan

KDK II _ SAK 19

Page 20: makalah standar asuhan keperawatan.docx

bekerjasama kembali mengidentifikasikan masalah-masalah lain yang terjadi.

Siklus kegiatan akan berjalan seperti sebelumnya.

Faktor yang perlu dipertimbangkan

Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh para manajer

keperawatan di rumah sakit dalam meningkatkan dan mempertahankan asuhan

keperawatan yang bermutu yaitu persepsi dari klien, profesi keperawatan, dan

dari pimpinan rumah sakit. Berbagai persepsi ini perlu untuk dijadikan asupan

dan dikaji lebih lanjut untuk menetapkan kegiatan peningkatan kualitas asuhan

keperawatan. Berikut ini dijelaskan tentang persepsi dari ketiga pihak tersebut.

Persepsi klien tentang asuhan keperawatan bermutu dan tingkat kepuasan

Asuhan keperawatan bermutu dipersepsikan klien dan keluarga sebagai

pelayanan yang dapat memenuhi harapan klien. Klien mengharapkan

penghargaan atas uang yang telah mereka berikan dan mengharapkan kualitas

pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan. Pada saat ini makin banyak klien yang

menuntut untuk diberikan informasi tentang kondisi kesehatannya dan keputusan

yang terkait dengan tindakan medik/keperawatan yang akan diterimanya.

Perhatian mereka diarahkan seluruhnya pada spektrum pelayanan kesehatan yang

merka terima selama berada di rumah sakit (Wesley, 1992).

Klein menghargai perawat sebagai seseorang yang memiliki kualitas diri,

sikap, cara dan kepribadian yang spesifik, serta selalu berada dengan klien dan

bersedia setiap saat menolong klien (Kitson, 1998). Perawat diharapkan perannya

untuk selalu berada di saping tempat tidur klien, siap setiap saat ketika

diperlukan, cepat tanggap terhadap berbagai keluhan, dan turut melaksanakan apa

yang klien sedang alami.

Klien menginginkan perawat yang melayaninya memiliki sikap baik,

murah senyum, sabar, mampu berbahasa yang mudah difahami, serta

berkeinginan menolong yang tulus dan mampu menghargai klien dan

pendapatnya. Mereka mengharapkan perawat memiliki pengetahuan yang

memadai tantang kondisi penyakitnya sehingga perawat mampu mengatasi setiap

keluhan yang dialami oleh individual klien (Meyers & Gray, 2001).

Selama perawatan di rumah sakit, klein yang sedang mengalami kondisi

kritis kadang-kadang menganggap dirinya berada di luar tubunh dan

KDK II _ SAK 20

Page 21: makalah standar asuhan keperawatan.docx

lingkungannya. Kesatua erat antara diri dan tubuhnya menjadi terganggu. Ia

mengganggap tubuhnya merupakan benda asing yang sering tidak bisa

bekerjasama lagi selama sakitnya (Morse, Bottorff, & Hutchinson, 1995). Hal ini

menyebabkan ia merasa sangat tergantung pada perawat. Bagi klien dalam

kondisi seperti apapun perawat tidak memiliki hak untuk menolak keinginan dan

harapan klien (Kitson,1998).

Kepuasan klien merupakan suatu situasi dimana klien dan keluarga

mengganggap bahwa biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kualitas pelayanan

yang diterima dan tingkat kemajuan kondisi kesehatan yang dialaminya. Mereka

merasa pelayanan yang diberikan merupakan penghargaan terhadap diri dan

kehormatan yang dimilikinya. Selain itu mereka merasakan manfaat lain setelah

dirawat yaitu pengetahuan tentang penyakit dan dirinya menjadi bertambah.

Namun sebaliknya, klien jarang untuk mencoba mempertimbangkan apakah

pelayanan keperawatan yang diberikan itu merupakan upaya yang efektif dan

efisien dilihat dari segi waktu, tenaga, dan sumber daya yang digunakan

(Wensley, 1992).

Persepsi profesi keperawatan tentang asuhan keperawatan bermutu

Asuhan keperawatan bermutu menurut persepsi para pelaksanan keperawatan

akan dapat dipenuhi tergantung dari beberapa faktor yaitu :

1. apabila perawat diberikan kewenangan utuh untuk mendesain, mengatur,

melaksanakan, dan mengevaluasikan pelayanan keperawatan yang

diberikan ;

2. pelayanan keperawatan diberikan dalam lingkungan kerja praktik

keperawatan profesional ;

3. kualifikasi dan jumlah tenaga keperawatan memadai ;

4. tersedianya sarana dan prasarana yang dapat memperlancar kegiatan

keperawatan seperti peralatan medik (obat-obatan, set infus, katater, dll),

peralatan keperawatan (alat tenun cukup, materi pencegahan infeksi,

nosokomial, dll), peralatan pendukung keperawatan (formulir rencana

keperawatan, dll);

5. diberlakukannya sistem penghargaan (promosi dan kompensasi) memadai

yang memungkinkan perawat tidak harus berpikir tentang kepentingan

diri, pendidikan, dan masa depan karirinya.

KDK II _ SAK 21

Page 22: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Asuhan keperawatan yang bermutu dapat dicapai apabila perawat yang

memberikan asuhan tersebut memiliki kompetensi dan kewenangan melalui

pendidikan keperawtan yang sesuai. Menurut Lydia Hall, yang mengembangkan

teori care, core dan cure serta Henderson yang mengembangkan model

pemenuhan 14 kebutuhan klien bahwa hanya perawat yang memiliki latar

belakang pendidikan tinggi keperawatan yang mampu memberikan asuhan

keperawatan profesional, karena mereka telah dibekali dengan pengetahuan dan

kemampuan menyelesaikan masalah klien secara memadai (Marriner-

Tomey,1994).

Persepsi manajer RS terhadap asuhan keperawatan bermutu

Palayanan kesehatan yang bermutu termasuk pelayanan keperawatan adlah

pelayanan yang diberikan oleh tim kesehatan dimana pelayanan tersebut

diberikan secara efektif dan efisien. Bagi manajer rumah sakit, kualitas dinilai

dari besaran biaya yang terkendali. Selain itu, menurut manajer rumah sakit,

asuhan keperawatan bermutu dapat dicapai apabila perawat memperlihatkan

kinerjanya dengan baik, patuh pada pimpinan, melaksanakan keinginan klien, dan

ramah terhadap klien serta keluarganya. Disamping itu, perawat juga ditekankan

untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien.

Asuhan keperawatan yang bermutu sering dipersepsikan memiliki indikator

tunggal yaitu tingkat kemampuan tenaga keperawatan dalam memberikan

pelayanan kepada klien. Asuhan keperawawatan yang tidak sesuai dengan

harapan klien. Keperawatan menjadi kambing hitam yang tidak berdaya. Hal ini

karena tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan yang berada paling lama

bersama klien.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa asuhan keperawatan tidak dapat

dilaksanakan dengan baik apabila situasi dan proses kegiatan pelaksanaan

pekerjaan tidak memadai. Oleh karena itu, sudah selayaknya pimpinan rumah

sakit memberikan cukup perhatian pada kondisi kerja yang dapat memprihatinkan

KDK II _ SAK 22

Page 23: makalah standar asuhan keperawatan.docx

yang berpotensi menimbulkan ketidak-puasan kerja sehingga dapat menurunkan

kualitas pelayanan (Reuters Health, 2001).

Kendala dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu

Asuhan kesehatan bermutu dapat diwujudkan apabila terdapat di rumah sakit

khususnya keperawatan. Upaya untuk mewujudkan asuhan keperawatan bermutu

tidak selalu dapat berjalan lancar. Ada beberapa kendala yang perlu diperhatikan

oleh setiap pimpinan rumah sakit dan para manajer keperawatan di rumah sakit,

yaitu;

a) Perubahan status rumah sakit menjadi perusahaan jawatan swadana.

Perubahan ini menjadi rumah sakit memiliki nilai sosial yang minimal dan

mulai berorientasi pada profit. Pada situasi seperti ini rumah sakit akan

menakankan efisiensi dan efektifitas. Kualitas pelayanan yang sifatnya

kompetitif harus dapat dicapai dalam rentang biaya yang terkendali (“cost

containtment”).

b) Kemampuan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan khususnya keperawatan. Dengan adanya anggaran biaya yang

terkendali pimpinan rumah sakit akan lebih berfokus pada penyediaan

pelayanan dan peralatan yang bernilai jual tinggi.

c) Pemahaman pimpinan rumah sakit tentang pelayanan keperawatan

profesional dimana bentuk praktik keperawatan profesional. Banyak

pimpinan rumah sakit yang tidak memahami praktik keperawtan

profesional dimana bentuk praktik ini memungkinkan perawat memiliki

otonomi penuh terhadap pelayanan yang diberikan.

d) Pemahaman para perawat pelaksana tentang visi, misi, dan tujuan rumah

sakit. Kurangnya sosialisasi tentang visi, misi, dan tujuan rumah sakit

menyebabkan perawat pelaksana tidak memahami arah dan tujuan yang

akan dicapai.

e) Ketersediaan tenaga perawat profesional yang mampu melaksanakan

asuhan keperawtan profesional. Banyak rumah sakit yang lebih tenaga

keperawatan profesional dibandingkan dengan profesional. Perawat non

profesional dibandingkan yang dapat dipertanggung jawabkan dan hanya

menjalankan instruksi tim medik sehingga asuhan keparawatan menjadi

terfragmentasi dan tidak manusiawi.

KDK II _ SAK 23

Page 24: makalah standar asuhan keperawatan.docx

f) Kewenangan yang dimiliki oleh bidang keperawatan dalam mendesain,

mengatur, melaksanakan, dan menilai sistem pelayanan keperawatan di

rumah sakit. Bidang keperawatan tidak memiliki kewenangan penuh

terhadap bidang tanggung jawabnya menyebabkan pengambilan

keputusan menjadi terhambat dan pelaksanaan tindakan menjadi tidak

lancar.

g) Pemahaman manajer keperawatan tentang peran yang diemban. Masih

banyak kepala bidang keperawatan yang tidak menyadari perannya

sebagai pemantau kualitas kinerja dan pelayanan keperawatan , sebagai

supervisor ruangan yang aktif, fasilitator pendidikan keperawatan

berlanjut, koordinator pelaksana berbagai kebijakan rumah sakit, inisiator

perubahan, negosietor, fasilitator dan motivasor kinerja serta iklim kerja

yang kondusif, collective bargainer dan problem solver.

h) Sistem penghargaan bagi tenaga keperawatan. Banyak rumah sakit yang

belum membakukan sistem penghargaan yang dapat memotivasi kinerja

keperawatan.

i) Pengakuan keprofesian keperawatan. Keperawatan masih belum diakui

secara penuh sebagai profesi kesehtan sehingga menimbulkan keragu-

raguan dikalangan keprawatan untuk dapat berkontribusi seperti anggota

profesi kesehatan lain.

j) Penghargaan masyarakat. Perawat dihargai secara tinggi karena perawatan

dan dukungan psikososial yang telah diterima masyarakat. Namun

masyarakat masih belum menghargai perawat seperti mereka menghargai

dokter.

k) Metoda kombinasi tenaga profesional dan non profesional keperawatan.

Banyak rumah sakit yang mengkombinasikan tenaga keperawatan

profesional dan non profesional dalam proporsi yang memprihatinkan

sehingga menyulitkan terwujudnya asuhan keperawatan bermutu.

l) Semua kendala di atas memerlukan pemikiran dan tindak lanjut yang

tegas dan jelas agar tujuan rumah sakit untuk mewujudkan pelayanan

keperawatan yang bermutu dapat dicapai. Untuk itu, diperlukan terobosan

dan partisipasi aktif dari seluruh komponen rumah sakit. Selain itu,

komitmen dan keterbukaan diantara pimpinan rumah sakit dan bidang

KDK II _ SAK 24

Page 25: makalah standar asuhan keperawatan.docx

keperawatan perlu ditingkatkan untuk mempermudaah upaya pencapaian

tujuan.

2.6 Cangkupan Standar Asuhan Keperawatan

Sepuluh Standar Asuhan keperawatan ( ANA, 1973 )

Perawat mempunyai tanggung jawab untuk :

a. Memberikan pelayanan dengan menghargai klien sebagai makluhk hidup.

b. Melindungi hak ( privasi ) klien.

c. Mempertahankan kopetensi dalam Asuhan Keperawatan dan mengenal klien

serta menerima tanggung jawab pribadi terhadap intervensinya.

d. Melindungi klien jika intervensi dan keselamatannya terancam yang

diakibatkan oleh orang lain yang tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

e. Menggunakan kemamopuan individu sebagai kriteria untuk menerima

tanggung jawab.

f. Partisipasi dalam kegiatan riset jika hak responden dilindungi.

g. Partisipasi dalam kegiatan profesi keperawatan untuk meningkatkan standar

peratik atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.

h. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas keperawatan ( tenaga perawat )

dengan partisipasi dalam kegiatan profesi.

i. Mempromosikan kesehatan melalui kerja sama dengan masyarakat dan profesi

kesehatan lainnya.

j. Menolak memberikan persetujuan untuk promosi menjual produk komersial,

pelayanan atau hiburan lainnya.

2.7 ASKEP Hukum Standar Peratik Keperawatan

Dengan diberlakukannya standar praktek keperawatan, maka institusi

memberikan kesempatan pada klien untuk mengontrol asuhan keperawatan yang

KDK II _ SAK 25

Page 26: makalah standar asuhan keperawatan.docx

diberikan perawat pada klien. Apabila klien tidak mendapat pelayanan yang

memuaskan atau klien dirugikan karena kelalaian perawat maka klien dan keluarga

mempunyai hak untuk bertanya dan menuntut.

Dinegara maju dimana standar ini telah diberlakukan maka kekuatatan

hukumnya sangat kuat. Apabila perawat melakukan kelalaian karena tindakan yang

menyimpang dari standar maka perawat dianggap melanggar hukum dan harus

dituntut pertanggung jawabannya. Oleh karena itu setiap perawat harus betul-betul

memahami standar praktek keperawatan agar dapat memberikan pelayanan yang

bermutu pada klien.

Sebagai contoh, Jensen dan Bobak mengemukakan hukum of Torts yang

memuat tentang kegiatan yang dikehendaki dari perawat : mencegah penyakit mata

pada bayi baru lahir, mendokumentasikan penyakit akibat hubungan seksual.

Pada pasal 53 ayat 2 dan 4 Undang-undang kesehatan Nomer 23 tahun 1992,

dinyatakan bahwa “tenaga kesehatan termasuk perawat dalam melakukan tugasnya

berkewajiban mematuhi standar profesi dan menghormati hak klien”. Dari uraian

tersebut jelaslah bahwa standar profesi keperawatan mempunyai dasar hukum dan

barang siapa yang melanggar akan menerima sangsi atau hukuman.

Dimensi praktek profesional adalah adanya sistem etik. Etik adalah standar

untuk menentukan benar atau salah dan untuk pengambilan keputusan tentang apa

yang seharusnya dilakukan oleh dan terhadap manusia. (Wijayarini M.A,1996,h.13) .

2.8 Langkah – langkah penyusun standar peratik keperawatan

Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu lama karena

ada beberapa langkah yang harus ditempuh diantaranya menentukan komite (tim

penyusun), menentukan filosofi dan tujuan keperawatan, menghubungkan standar

dengan teori keperawatan, menentukan topik dan format standar (Irawaty,1996,h.9)

Ada pendapat lain bahwa penyusunan standar secara otomatis dilakukan oleh

tim maka langkah-langkah dalam penyusunan standar sebagai berikut : merumuskan

filosofi dan tujuan, menghubungkan standar dan teori yang relevan, menetapkan topik

dan format standar (Sahar,J, 1996)

Adapun langkah-langkah penyusunan standar menurut Dewi Irawaty,1996

adalah:

KDK II _ SAK 26

Page 27: makalah standar asuhan keperawatan.docx

1) Menetukan komite (tim khusus)

Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu dan

tenaga yang banyak, untuk itu perlu dibentuk tim penyusun. Tim penyusun

terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan

pengetahuan yang luas tentang pelayanan keperawatan.

2) Menentukan filosofi dan tujuan keperawatan.

Filosofi merupakan keyakinan dan nilai dasar yang dianut yang

memberikan arti bagi seseorang dan berasal dari proses belajar sepanjang

hidup melalui hubungan interpersonal, agama, pendidikan dan lingkungan.

Didalam pembuatan standar, serangkaian tujuan keperawatan perlu ditetapkan

berdasarkan filosofi yang diyakini oleh profesi.

3) Menghubungkan standar dan teori keperawatan.

Teori yang dipilih amat bermanfaat dalam merencanakan standar,

mengarahkan dan menilai praktek keperawatan. Konsep-konsep keperawatan

dapat digunakan untuk menilai kembali tentang teori keperawatan yang telah

dipilih sebelumnya. Ada beberapa teori yang dapat dipilih dan disepakati oleh

kelompok pembuat standar keperawatan misalnya; teori Orem. Inti dari teori

Orem adalah adanya kepercayaan bahwa manusia mempunyai kemampuan

untuk merawat diri sendiri (Self Care).

Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien untuk

dapat melakukan perawatan mandiri, dengan melihat kemampuan yang

dimiliki klien. Berdasarkan teori tersebut maka dapat digunakan sebagai

landasan dalam mengembangkan standar praktek keperawatan.

4) Menentukan topik dan format standar

Topik-topik yang telah ditentukan disesuaikan pada aspek-aspek

penyusunan standar misalnya ; aspek asuhan keperawatan, pendidikan dan

kelompok klien atau yang bersifat umum yaitu menggunakan pendekatan

meliputi standar struktur, standar proses dan standar hasil.

Format standar tergantung dari cara pendekatan yang dipilih

sebelumnya dan topik standar yang telah ditentukan. Apabila standar praktek

keperawatan yang digunakan adalah pendekatan standar proses maka format

KDK II _ SAK 27

Page 28: makalah standar asuhan keperawatan.docx

standar yang dipakai adalah format standar ANA 1991 terdiri dari enam tahap

yang meliputi ; pengkajian , diagnosa, identifikasi hasil, perencanan,

implementasi dan evaluasi.

Karena standar merupakan pendekatan sistematis yang terencana

dalam praktek keperawatan maka diharapkan bahwa pelayanan keperawatan

yang diberikan pada klien juga termasuk pendekatan diri klien dan

keluarganya.

2.9 Penerapan Standar Peratik Keperawatan

Dalam penerapan standar praktek keperawatan dapat digunakan pendekatan

secara umum dan khusus. Pendekatan secara umum menurut Jernigan and

Young,1983 h.10 adalah sebagai berikut :

Standar struktur : berorientasi pada hubungan organisasi keperawatan ( semua

level keperawatan ) dengan sarana/institusi rumah sakit. Standar ini terdiri dari

: filosofi, tujuan, tata kerja organisasi, fasilitas dan kualifikasi perawat.

Standar proses : berorientasi pada perawat, khususnya ; metode, prinsip dan

strategi yang digunakan perawat dalam asuhan keperawatan. Standar proses

berhubungan dengan semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Standar hasil : berorientasi pada perubahan status kesehatan klien, berupa

uraian kondisi klien yang dinginkan dan dapat dicapai sebagai hasil tindakan

keperawatan.

Pendekatan lain (khusus) dalam menyusun standar praktek keperawatan sesuai

dengan aspek yang diinginkan antara lain :

1. Aspek Asuhan keperawatan, dapat dipilih topik atau masalah keperawatan

klien yang sering ditemukan, misalnya standar asuhan keperawatan klien

anteatal, intranatal dan postnatal.

2. Aspek pendidikan dapat dipilih paket penyuluhan/pendidikan kesehatan yang

paling dibutuhkan, misalnya penyuluhan tentang perawatan payudara.

3. Aspek kelompok klien, topik dapat dipilih berdasarkan kategori umur,

masalah kesehatan tertentu misalnya; kelompok menopouse.

Dalam penerapan standar prktek keperawatan dapt dimodifikasi keduanya dalam

pelayanan asuhan keperawatan. Contoh : pelaksanaan standar asuhan keperawatan

KDK II _ SAK 28

Page 29: makalah standar asuhan keperawatan.docx

pada klien postnatal, perawat dapat mengunakan standar proses (metode, prinsip dan

strategi dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

2.10 Standar Tanggung Jawab Profesi Keperawatan

Penentuan suatu standar dan petunjuk pelaksanaan dari standar dokumentasi

keperawatan merupakan fungsi utama suatu organisasi keperawatan. Suatu profesi

yang telah menentukan suatu standar menandakan adanya suatu komitment terhadap

penerapan tindakan yang konsisten dalam pendekatan problem – solving.

Perawat merupakan suatu keahlian tertentu untuk mengidentifikasi,

mengartikan, memberikan, dan memvalidasi suatu standar yang bermanfaat. Hal ini

sesuai dengan profesi keperawatan yang melakukan kolaborasi dengan profesi

kesehatan lainnya dan mempunyai peran yang penting dalam menentukan suatu

standar keperawatan.

Tanggung jawab profesi keperawatan dalam pendokomentasian keperawatan

meliputi :

1. Menggunakan standar untuk pendokomentasian dan penyimpanan

2. Memberi masukan sebagai suatu “ code “

3. Menggunakan kebijakan tenaga keperawatan untuk pendokomentasian

4. Melaksanakan kegiantan yang berhubungan dengan peratik keperawatan dan

multidisiplin profesi keperawatan

5. Memprioritaskan masalah dan kebutuhan klien

4. Memenuhi permintaan kelompok, tim akreditasi, dan pemakai atau

masyarakat.

BAB III

PEMBAHASAN JURNAL

STANDARD OF NURSING CARE TO THE PERFORMANCE

NURSE-PATIENT ROOM IN THE SRAGEN DISTRICT HOSPITALS

3.1 Standar Asuhan Keperawatan

KDK II _ SAK 29

Page 30: makalah standar asuhan keperawatan.docx

Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai di dalam pemberian pelayanan

kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan

lingkungannya untuk mencapai suatu keseimbangan yang dinamis mempunyai fungsi

utama melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta sebagai

tempat penelitian berdasarkan surat keputusan.

Fungsi rumah sakit secara khusus adalah menyediakan dan menyelenggarakan

pelayanan medik, pelayanan perawat, pelayanan pencegahan dan peningkatan

kesehatan. Setiap hari perawat bekerja sesuai standar-standar yang ada seperti

merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar

pemerataan dan di distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi

perawat profesional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktik dalam tatanan

pelayanan keperawatan profesional. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan

berbagai macam faktor yang mempengaruhi antara lain yaitu tingkat pendidikan,

pengetahuan, sikap dan masa kerja.

Metode Penelitian

Jenis penelitian jurnal ini adalah diskriptip analitik dengan tujuan untuk

menggambarkan kenyataan yang ada tentang suatu keadaan secara objektif

(Arikunto,2006).

Populasi dan Sample

Dalam jurnal ini populasi penelitian mengambil 204perawat yang ada di ruang

rawat inap Rumah Sakit Umum daerah kabupaten Sragen. Pengambilan sample

dalam penelitian jurnal ini dengan mengggunakan tehnik proporsional random

sampling dengan dasar pertimbangan bahwa populasi yang relatif homogen.

Hasil Penelitian

Adanya kecenderungan pengetahuan perawat di RSUD Sragen yang

tinggi di pengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu faktor pendidikan dan pengalaman

kerja. Di lihat dari faktor pendidikan terlihat bahwa 80,70% perawat pendidikan

D3 Keperawatan dan 19,30% pendidikan S1 Keperawatan. Menurut PPNI

(2000) cit Hendrarni (2008) yang di maksud perawat profesional adalah perawat

yang mempunyai tingkat pendidikan minimal dan lain-lain. Sedangkan di lihat

KDK II _ SAK 30

Page 31: makalah standar asuhan keperawatan.docx

dari pengalaman bekerja bahwa 50,88% perawat mempunyai masa kerja 11-19

tahun, 33,33% perawat mempunyai masa kerja 29-30 tahun dan 3,51%

mempunyai masa kerja 20-28 tahun.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

pelaksanaan motif. Seperti halnya pengetahuan, sikap baik di pengaruhi karena

banyaknya informasi yang tersedia dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi

sehingga akan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melaksanakan

standar Asuhan Keperawatan. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang

sangat penting untuk tindakan seseorang di mana pengetahuan tersebut

mengandung 6 tingkatan domain kognitif yang mendominasi pengetahuan,

pemahaman, penerapan. Aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi

(Notoatmodjo,2005) di dalam praktik pelayanan asuhan keperawatan di

perlukan pengetahuan sebagai petunjuk dan dasar dalam memberikan intervensi

keperawatan tetapi hal tersebut terkadang tidak di sadari oleh perawat.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam tatanan praktek yang

nyata yaitu pemberian asuhan secara langsung kepada pasien, keluarga,kelompok

ataupun komonitas. Untuk menjamin mutu asuhan yang di berikan diperlukan suatu

KDK II _ SAK 31

Page 32: makalah standar asuhan keperawatan.docx

ukuran untuk mengevaluasikannya. Uraian ini adalah suatu standar. Standar

keperawatan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu standar asuhan dan standar praktek.

Profesi keperawatan harus mulai menata diri dengan membuat standar untuk berbagai

keperluan seperti pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Pelayanan keperawatan akan

diterima dan dipercaya oleh komsumen bila mutu pelayananya terjamin melalui

standar yang baku dan selalu ditinggkatkan dari waktu-ke waktu.

4.2 Saran

1. Bagi Perawat. Bagi seorang perawat standar praktek keperawatan ini akan

digunakan sebagai pedoman dalam hal membimbing perawat dalam penentuan

tindakan keperawatan yang akan dilakukan teradap pasien dan juga

perlindungan dari kelalaian dalam melakukan tindakan keperawatan dengan

membimbing perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan

juga benar.

2. Bagi Rumah Sakit. Dengan penggunaan standar praktek keperawatan ini

tentunya akan meningkatkan efisiensi serta juga efektifitas pelayanan

keperawatan dan ini akan berefek kepada penurunan lama rawat pasien di

rumah sakit.

3. Bagi Pasien. Dengan perawatan yang tidak memakan waktu yang lama maka

biaya perawatan serta pengobatan yang ditanggung pasien dan keluarganya akan

menjadi semakin ringan.

4. Bagi Profesi. Standar ini digunakan sebagai alat perencanaan untuk mencapai

target dan sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar

ini digunakan sebagai alat pengontrolnya.

5. Bagi Tenaga Kesehatan Lainnya. dapat digunakan untuk mengetahui batas

kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan bekerja

sama secara baik dalam menjalankan pekerjaan sesuai profesinya dan

meningkatkan pelayanan tentunya

KDK II _ SAK 32

Page 33: makalah standar asuhan keperawatan.docx

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Latihan.

EGC:Jakarta.

American Nursing Association. 1980. Nursing a Social Policy Statement.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. PERMENKES Nomor. 47. Registrasi dan

Peratik Keperawatan. Jakarta.

KDK II _ SAK 33

Page 34: makalah standar asuhan keperawatan.docx

___. 1992. Undang – udang Kesehatan Nomor. 23 tentang Kesehatan. Jakarta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2000. Rancangan Standar Keperawatan. Jakarta.

http://www.scribd.com/doc/89804551/7/standar-I-Pengkajian-keperawatan

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2010/08/standar-asuhan keperawatan.html

http://ichal-apriantoblogspot.blogspot.com/2011/05/standar-asuhan-keperawatan.html

http://bidaninfo.wordpress.com/tag/hukum-kesehatan/

http://www.scribd.com/doc/78390643/Buku-Standar-Asuhan-Keperawatan

KDK II _ SAK 34