Upload
zanie-yanie
View
21
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah spi
Citation preview
KONDISI SOSIOKULTURAL MASYARAKAT MAKKAH SEBELUM KEDATANGANS
ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Mat Solikhin, Drs, H, M. Ag
Disusun Oleh :
M. Risya Islami : (08411039)
Istianah: (093111055)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2013
0
KONDISI SOSIOKULTURAL MASYARAKAT MAKKAH SEBELUM KEDATANGAN
ISLAM
I. PENDAHULUAN
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir (570 M), Makah adalah sebuah kota yang
sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di Negeri Arab, baik karena tradisinya
maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai,
menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan adanya Ka’bah di
tengah kota, Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Makkah kelihatan makmur dan
kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan
masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Bila dilihat dari asal usul keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi
menjadi dua golongan besar yaitu : Qahthaniyun (keturunan Qahthan) dan Adnaniyun
(keturunan Ismail Ibn Ibrahim). Pada mulanya wilayah utara diduduki golongan
Adnaniyun, dan wilayah selatan didiami golongan Qahthaniyun. Akan tetapi lama
kelamaan kedua golongan itu membaur karena perpindahan dari utara ke selatan atau
sebaliknya.1
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimanakah Keadaan Sosial Makkah Sebelum Islam?
B. Bagaimana Kondisi Agama Kota Makkah Sebelum Islam?
III. PEMBAHASAN
A. Keadaan Sosial Makkah Sebelum Islam
Kota Mekah merupakan tempat yang dipandang suci oleh seluruh bangsa
Arab. Kota Mekah sejak awal didirikan telah mengenal sistem pemerintahan.
Beberapa suku pernah memegang kekuasaan atas kota Mekah, yaitu suku
Amaliqah (sebelum Nabi Ismail dilahirkan), suku Jurhum, dan suku Khuza’ah
(440 M). Suku Khuza’ah yang mengambil kekuasaan Mekah dari suku Jurhum
1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993), hlm 9.
1
mendirikan Darun Nadwah, yaitu tempat untuk bermusyawarah bagi penduduk
Mekah di bawah pengawasan
1) Jahiliyah
Konteks sosial masyarakat Makkah Pra Islam yaitu Jahiliyah. Bagi
sebagian kalangan jahiliyah di artikan sebagai komunitas orang yang bodoh.
Namun Muhammad al Jabiry membantah pandangan tersebut, karena masyarakat
pra Islam sudah mempunyai kebudayaan sendiri.
Masyarakat jahiliyah hidup sebagaimana layaknya masyarakat yang lain.
hanya saja sistem hidupnya ditentukan sejauhmana otoritas kesukuan dan
kekuasaan ekonomi mempengaruhi sebuah tatanan sosial. Tidak adanya norma
hukum dan Nabi di tengah-tengah kalangan Quraysh telah menyebabkab
munculnya konflik diantara mereka. Maka pada saat itu dikenal dengan istilah
Ayyam al-‘Arab (Hari-hari orang Arab). Menurut Hitti, tradisi ini mengisahkan
tentang permusuhan antar suku yang disebabkan oleh persengketaan dalam soal
hewan ternak, padang rumput dan mata air.
Ada 3 kelompok masyarakat jahiliyah yaitu : Pertama, masyarakat pagan
yang nomaden. Mereka adalah kelompok yang kaya dan mempunyai tradisi
keberagaman yang amat beragam. Tradisi mereka yang nomaden masih
memberikan ruang untuk mencari Agama yang memberikan mereka solusi
terhadap kebutuhan pokok sehari-hari.
Kedua, masyarakat pagan yang menetap, jika dibandingkan dengan masyarakat
pagan yang nomaden, mereka yang menetap ini lebih religius. Dari segi
keyakinan mereka dikenal sebagai penyembah berhala. Kelompok ketiga yaitu
mereka yang meyakini adanya tuhan tetapi mereka tidak menafikan keberadaan
kelompok lain.2
Masyarakat baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya
kesukuan Badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam
suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk
Kabilah. Beberapa kelompok Kabilah membentuk Suku dan dipimpin oleh
2 Zuhairi Misrawi, Mekkah : Kota Suci,Kekuasaan dan Teladan Ibrahim, (Jakarta : Kompas, 2009), hlm 103
2
seorang Syaikh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga
kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah
atau suku. Mereka suka berperang oleh karena itu peperngan antar suku sering
sekali terjadi. Sikap ini tampaknya sudah menjadi tabiat yang mendarah daging
dalam diri masyarakat Arab. Karena itu perang antar suku sering terjadi. Dalam
masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah.
Dunia Arab ketika itu merupakan kancah peperangan yang terus menerus.3
2) Pusat perdagangan
Sumber ekonomi utama yang menjadi penghasilan orang Arab adalah
perdagangan dan bisnis. Orang-orang Arab di masa jahiliyah sangat dikenal
dengan bisnis dan perdagangannya. Perdagangan menjadi darah daging orang-
orang Arab.4
Ada Tiga alasan yang menyebabkan Makkah menjadi salah pusat
perdagangan : Pertama, Ka’bah sebagai tempat suci yang membuat setiap orang
terkesan untuk mengunjunginya. Kedua, air Zamzam, kita tahu Timur tengah
adalah tempat yang tandus, yang tidak mudah untuk mendapatkan air. Maka,
keberadaaan sumber air Zamzam dengan nilai kesejarahannya yang sangat luar
biasa menjadi pemikat banyak orang untuk mendatanginya. Ketiga,Makkah
adalah tempat yang menjamin keamanan dan kenyamanan. Mereka yang datang
ke Makkah dilarang untuk menumpahkan darah. Untuk memuliakan dan
menghormati Ka’bah.5
3) Pusat peradaban
Kultur yang berkembang pada masyaakat Arab pada umumnya adalah
kultur klenik. Dan dikenal dengan ilmu pengetahuan dan filsafatnya. Bahasa
merupakan yang penting dalam pembentukan kebudayaan orang-orang Makkah
Pra-Islam. Karena dengan bahasa mereka mampu menjalin kerjasama dengan
3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm 114 Ahmad Al-Usairy, Sejarah Isalam sejak Zaman Nabi Adam hingga Abad XX, (Jakarta : Akbar Media, 2003),
hlm 725 Zuhairi Misrawi, ,Mekkah : Kota Suci,Kekuasaan dan Teladan Ibrahim, hlm 113-114
3
masyarakat Arab lainnya diluar Makkah. Disamping itu Syair merupakan salah
satu kekuatan tersendiri, karena hal tersebut sebagai cara untuk mengekspresikan
perasaan orang Arab. Para penyair di anggap sebagai salah satu kelompok yang
menyuarakan perasaan mereka. Karya sastra Pra-Islam yang sangat populer antara
lain al-Muallaqaat, karya Abu Tamam, al-Aghani, Mukhtaridat karya Ibnu al-
Syajari dan karya lain-lainnya.6
B. Kondisi Agama Kota Makkah Sebelum Islam
Sebelum datangnya Agama islam, mereka telah mempunyai berbagai
macam Agama, adat istiadat, akhlaq, dan peraturan hidup.
Kondisi Agama telah lemah daripada dari segi etika, dan budaya yaitu hukum-
hukum mereka yang jauh dari kenabian, kebodohan merajalela dan berhalaisme
menyebar kemana-mana, yang mereka tiru dari bangsa-bangsa tetanga. Dan
mereka telah melampui batas dalam hal ini. Mereka tenggelam dalam
penyembahan berhala dan sangat mencintainya. Sehingga di dalam dan di
halaman Ka’bah ada 360 patung besar terpanjang.
Berhala yang palimg besar menurut mereka adalah Hubal. Nama berhala
inilah yang diteriakan oleh Abu shofyan setelah peristiwa perang Uhud.
Patung-patung banyak dijual di Makkah orang-orang banyak yang membeli dan
membawanya pulang ke rumah mereka, lalu mereka sembah setelah berada di
dalam rumah. 7
Selain menyembah berhala, agama dan keprcayaan lain juga dipegang
oleh bangsa Arab. Ada beberapa kablah yang menganut Agama Yahudi dan
Masehi. Penduduk Yaman, Najran dan Syam memeluk Agama Masehi. Agama
Nasrani melalui Bezantium dipeluk penduduk Hirah dan Ghasan. Di Najran,
agama Nasrani masuk lewat Habsyi. Sedangakan agama Yahudi dipeluk oleh
penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Yatsrib yang besar jumlahmya.
Banyak penganut Agama Yahudi yang mendirikan koloni disekitar Jazirah
Arab. Walaupun Agama Yahudi dan Nasrani sudah masuk, tetapi bangsa Arab
6 Fatah syukur, Sejarah Peraban Islam, (Semarang: PT. Puataka Rizki Putra, 2009), hlm 187 A. Syalabi, sejarah dan kebudayaan I,(Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1993), hlm 57-59
4
kebanyakan masih menganut Agama asli mereka yaitu percaya kepada Dewa
yang diwujudkan dalam bentuk berhala. Setap kabilah mempunyaiberhala sendiri-
sendiri.
Orang-orang Arab juga mengundi nasib dengan menggunakan al-Azlam
atau anak panah yang tidak ada bulunya. Hal ini berkaitan dengan kehendak
merka dalam mengambil keputusan seperti menikah, berpergian, dan lain
sebagainya. Tidak jauh berbeda dengan hal ini mereka juga melakukan perjudian
dan undian. Mereka juga percaya kepada perkataan peranormal ( orang yang bisa
menggambarkan sesuatau yang akan datang), orang pinter dan ahli Nujum. Semua
gambaran tersebut adalah syirik dan keyakinan terhadap tahayul. 8
IV. KESIMPULAN
Kota Mekah merupakan tempat yang dipandang suci oleh seluruh bangsa Arab.
Kota Mekah sejak awal didirikan telah mengenal sistem pemerintahan.Beberapa suku
pernah memegang kekuasaan atas kota Mekah, yaitu suku Amaliqah (sebelum Nabi
Ismail dilahirkan), suku Jurhum, dan suku Khuza’ah (440 M). Suku Khuza’ah yang
mengambil kekuasaan Mekah dari suku Jurhum mendirikan Darun Nadwah, yaitu
tempat untuk bermusyawarah bagi penduduk Mekah di bawah pengawasan.
1) Jahiliyah
2) Pusat perdagangan
3) Pusat peradaban
Sebelum datangnya Agama Islam, mereka telah mempunyai berbagai
macam Agama, adat istiadat, akhlaq, dan peraturan hidup. Mereka tenggelam dalam
penyembahan berhala dan sangat mencintainya. Sehingga di dalam dan di halaman
Ka’bah ada 360 patung besar terpanjang.
Berhala yang palimg besar menurut mereka adalah Hubal. Nama berhala inilah yang
diteriakan oleh Abu Shofyan setelah peristiwa perang Uhud.
Patung-patung banyak dijual di Makkah orang-orang banyak yang membeli dan
membawanya pulang ke rumah mereka, lalu mereka sembah setelah berada di dalam
rumah.
8 Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam, ( Yogyakarta: Teras, 2012), hlm15-16
5
V. PENUTUP
Demekianlah makalah yang kami sampaikan. Semoga bermanfaat khususunya
bagi kami, dan para pembaca umumnya. Kepada para pembaca yang budiman, kritik
dan saran kami perlukan untuk memperbaiki makalah kami yang sangat jauh dari
kesempurnaan ini. Termakasih.
6
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993)
AL-Usairy, Ahmad , Sejarah Isalam sejak Zaman Nabi Adam hingga Abad XX,
(Jakarta : Akbar Media, 2003)
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam, ( Yogyakarta: Teras, 2012),
Misrawi, Zuhairi , Mekkah : Kota Suci,Kekuasaan dan Teladan Ibrahim, (Jakarta :
Kompas, 2009)
Syalabi ,A, sejarah dan kebudayaan I,(Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1993)
Syukur, Fatah , Sejarah Peraban Islam, (Semarang: PT. Puataka Rizki Putra, 2009)
7