33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah perkembangan pendidikan Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke Indonesia, yaitu kira-kira pada abad kedua belas Maseh. Salah satu stetemen yang sulit di sangkal, bahwa Islam sangat besar pengaruhnya bagi pembentukan budaya dan tradisi mansyarakat Indonesia sampai hari ini. Eksistensi Islam di Indonesia sangat mempengaruhi kultur budaya masyarakat yang mayoritas beragama Islam, dan terbesar di dunia merupakan bukti bahwa Islam sangat berpengaruh terlebih dalam pembinaan masyarakat melalui pendidikan yang sudah ada di pesisir terutama di Aceh dan Selat Malaka. Sejak mulai masuk Islam ke tanah Aceh ( 1290 M ) pendidikan dan pengajaran mulai lahir dan tumbuh dengan amat suburnya. Terutama setelah berdiri kerajaan Islam

Makalah Kuu spi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fyfhgtfghkjh

Citation preview

Page 1: Makalah Kuu spi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan pendidikan Islam dimulai sejak agama Islam masuk

ke Indonesia, yaitu kira-kira pada abad kedua belas Maseh. Salah satu stetemen

yang sulit di sangkal, bahwa Islam sangat besar pengaruhnya bagi pembentukan

budaya dan tradisi mansyarakat Indonesia sampai hari ini. Eksistensi Islam di

Indonesia sangat mempengaruhi kultur budaya masyarakat yang mayoritas

beragama Islam, dan terbesar di dunia merupakan bukti bahwa Islam sangat

berpengaruh terlebih dalam pembinaan masyarakat melalui pendidikan yang sudah

ada di pesisir terutama di Aceh dan Selat Malaka.

Sejak mulai masuk Islam ke tanah Aceh ( 1290 M ) pendidikan dan

pengajaran mulai lahir dan tumbuh dengan amat suburnya. Terutama setelah

berdiri kerajaan Islam di Pasai dan banyak Ulama Islam yang mendirikan

pesentren seperti Tengku di Geuredong, Tengku Cut Maplam.

Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia pada awal permulan masih

dilaksanakan secara tradisional belum tersusun kurikulum seperti saat ini. Baik itu

pendidikan di surau maupun pesantren. Mondernisasi pendidikan Islam di

Indonesia sangat di perlukan. Modernisasi pendidikan Islam diakui tidaklah

bersumber dari kalangan Muslim sendiri, melainkan diperkenalkan oleh

pemerintahan kolonial belanda pada awal abad 19.

Page 2: Makalah Kuu spi

Program modernisasi pendidikan Islam mempunyai akar-akarnya tetang

“Modernisasi” pemikiran dan instituisi Islam secara keseluruhan. Dengan kata lain

modernisasi pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dengan gagasan dan program

modernisasi Islam. Kerangka dasar yang berada dibalik modernisasi Islam secara

keseluruhan adalah modernisasi pemikiran dan kelembagaan Islam merupakan

persyarat bagi kebangkitan kaum muslim di masa modern.

Pendidikan Islam baik itu kelembagaan dan pemikiran haruslah

dimodernisasi, mempertahankan kelembagaan Islam tradisional hanya akan

memperpanjang nestapa ketidakberdayaan kaum muslimin dalam berhadapan

dengan kemajuan dunia modern.

Menurut Ibn Taimiyah secara umum pembaharuan dalam Islam timbul

karena :

1) membudayanya khurafat di kalangan kaum Muslimin,

2) kejumudan atau ditutupnya pintu ijtihad dianggap telah membodohkan umat

Islam,

3) terpecahnya persatuan umat Islam sehingga sulit membangun dan maju,

4) kontak antara barat dengan Islam telah menyadarkan kaum Muslimin akan

kemunduran.

Page 3: Makalah Kuu spi

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian organisasi pembaharuan pendidikan islam

2. Organisasi pendidikan islam di Indonesia

3. Tokoh tokoh pembaharuan pendidikan islam

4. Pola pola pembaharuan pendidikan islam

Page 4: Makalah Kuu spi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian organisasi pembaharuan pendidikan islam

Kata yang lebih di kenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata

modernisasi lahir dari dunia barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama.

Dalam masyarakat barat kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran,

aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-

institusi lama dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-

pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi modern.

Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan

Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan

dan terknologi modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti

mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan

hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan perkembangannya

zaman, hal ini dilakukan karena betapapun hebatnya paham-paham yang

dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada kekurangannya

dan selalu dipengaruhi oleh kecenderungan, pengetahuan, situasional, dan

sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih

Page 5: Makalah Kuu spi

banyak yang relevan dan masih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak

yang tidak sesuai lagi. 

Kata tajdid sendiri secara bahasa berarti “mengembalikan sesuatu kepada

kondisinya yang seharusnya”. Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan “jadid”

(baru), jika bagian-bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Maka upaya

tajdid seharusnya adalah upaya untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian

Islam kembali. Atau dengan ungkapan yang lebih jelas, Thahir ibn ‘Asyur

mengatakan, Pembaharuan agama itu mulai direalisasikan dengan mereformasi

kehidupan manusia di dunia. Baik dari sisi pemikiran agamisnya dengan upaya

mengembalikan pemahaman yang benar terhadap agama sebagaimana mestinya,

dari sisi pengamalan agamisnya dengan mereformasi amalan-amalannya, dan juga

dari sisi upaya menguatkan kekuasaan agama.

Pengertian Pembaharuan menurut Istilah: Harun Nasution cenderung

menganalogikan istilah “pembaharuan” dengan “modernisme”, karena istilah

terakhir ini dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan

usaha mengubah paham-paham, adat-istiadat, institusi lama, dan sebagainya unutk

disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi modern. [1][1]

[1][1] Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Malang : UIN Malang Press, 2008), 246-247.

Page 6: Makalah Kuu spi

B. Organisasi Pendidikan Islam Di Indonesia

Organisasi islam di Indonesia lahir disebabkan karena tumbuhnya sikap

patriotisme dan rasa nasionalisme serta sebagai respon terhadap eksploitasi politik

pemerintah kolonial belanda yang mengakibatkan kemunduran total dikalangan

masyarakat Indonesia.

Tokoh-tokoh islam menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan rasa

nasionalisme dikalangan rakyat dengan melalui pendidikan. Dengan sendirinya

kesadaran berorganisasi yang dijiwai dengan perasaan nasionalisme yang tinggi

menimbulkan perkembangan dan era baru dikalangan Indonesia, kemudian

penyelenggaraan pendidikan yang bersifat nasional itu dimasukkan pada agenda

perjuangan. Dengan ini maka lahirlah sekolah-sekolah swasta atas usaha para

perintis kemerdekaan.[2]

Ada beberapa organisasi-organisasi sosial keagamaan yang banyak

melakukan aktifitas kependidikan, diantaranya :

1. Al-Jami’at Al-Khoiriyyah

Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 juli 1905. Perhatian

organisasi ini ditujukan pada pendirian dan pembinaan sekolah tingkat dasar

dan pengiriman anak-anak ke turki untuk melanjutkan studinya. Organisasi ini

merupakan organisasi modern petama dikalangan masyarakat islam, yang

memiliki AD/AR, Daftar anggota yang tercatat rapat-rapat secara berskala dan

yang mendirikan suatu lembaga pendidikan yang boleh dikatakan cukup

Page 7: Makalah Kuu spi

[2][2]modern (kurikulum, kelas-kelas, pemakaian bangku-bangku, papan tulis

dan buku)

Dengan demikian organisasi ini bisa dikatakan sebagai pelopr pendidikan

islam modern di Indonesia. [3]

2. Al Ishlah Wal Al Irsyad

Al Ishlah wal Al Irsyad adalah pecahan dari organisasi Jami’at

Khoiriyyah, didirikan pada tahun 1913 dan mendapat pengesahan dari belanda

pada tanggal 11 Agustus 1915. menurut Steenbrink, organisasi ini lahir karena

adanya perpecahan dikalangan Jami’at Khoir mengenai hak istimewa golongan

Sayyid, mereka yang tidak setuju dengan kehormatan berlebihan dengan

sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis, kemudian mendirikan organisasi

Jam’iyyah Al Ishlah Wal Irsyad Al ‘Arabiyyah. Tujuan organisasi ini yaitu:

a. Merubah tradisi dan kebiasaan orang arab tentang kitab suci, bahasa arab,

bahasa belanda dan bahasa-bahasa lainya.

b. Membangun dan memelihara gedung-gedung pertemuan, sekolah dan unit

percetakan.

Salah satu perubahan yang di lakukan Al Irsyad adalah pembaharuan

dibidang pendidikan. Pada tahun 1913 didirikan disebuah perguruan modern di

Jakarta, dengn sistem kelas. Materi pelajaran yang diberikan adalah pelajaran

umum dan agama. Sekolah-sekolah Irsyad berkembang dan meluas sampai ke

[2][2] Zuhairini, 2008, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara. H. 157.[3] Fenti Hikmawati, 2008, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung; PT. Pustaka Setia. H. 80

Page 8: Makalah Kuu spi

kota-kota dimana Al Irsyad mempunyai cabang dan cara umum, semuanya

berada ditingkat rendah.  

Di Jakarta dan Surabaya didirikan sekolah guru  untuk melatih dan

mendidik calon-calon guru bagi kebutuhan sekolah Al Irsyad selain itu juga

dibuka kursus dimana siswi-siswi bisa memilih spesialisasi dari mata pelajaran

agama, pendidikan atau bahasa.[4]

3. Perserikatan Ulama’

Organisasi ini berdiri atas inisiatif KH. Abdul Halim pada tahun 1911

sebagai perwujudan dari lahirnya gerakn-gerakan pembaharuan islam di

Indonesia. Beliau termotifasi untuk melaksanakan kegiatan, terutama dalam

bidang pendidikan, diantaranya karena pengalaman selama di makkah yang

membuatnya terkesan dengan penyelenggaraan  lembaga pedidikan  bab As

Salam, yang sudah menerapkan sistem pendidikan yang cukup maju dengan

meninggalkan sistem pendidikan lama yang memakai halaqoh.

Dalam perbaikan mutu lembaga pendidikanya, Abdul Halim berhubungan

dengan Jami’at Khoir dan Al Irsyad di Jakarta. Ia juga mewajibkan pada

murid-muridnya pada tingkat yang tinggi untuk memahami bahasa arab.

Pada tahun 1932. Abdul  Halim mendirikan “santri asrama” sebuah

sekolah berasrama yang dibagi menjadi tiga tingkatan: tingkat permulaan,

dasar, dan lanjutan. Kurikulum yang diberikan di sekolah tersebut tidak hanya

berupa pengetahuan agama dan umum, tetapi juga keterampilan  yang bernilai

Page 9: Makalah Kuu spi

ekonomis, pelajar-pelajar santri asrama dilatih dalam pertanian, pekerjaan

[4][4]tangan (besi dan kayu) menenun dan mengolah berbagai bahan seperti

membuat sabun. Mereka harus tinggal di asrama di siplin yang ketat, terutama

dalam pembagian waktu dan dalam sikap pergaulan hidup mereka. 

4. Muhammadiyah

Organisasi ini didirikan di jogjakarta pada tanggal 18 Nopember1912

bertepatan pada tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H oleh KH. Ahmad Dahlan atas

saran yang diajukan murid-muridnya.

Organiasi ini mempunyai maksud menyebarkan pengajaran kanjeng nabi

Muhammad SAW kepada penduduk bumi putra dan memajukan agama islam

pada anggota-anggotanya.

Tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk membebaskan umat islam

dari kebekuan dalam segala bidang kehidupanya, dan praktek-praktek agama

yang menyimpang dari kemurnian ajaran islam. Saat itu, umat islam telah

dipengarui sikap fatalisme, bid’ah, khurofat, dan konservatisme yang

berpengaruh kuat pada kehidupan keagamaan dan sosial ekonomi masyarakat

muslim Indonesia. Kolonialisme dan misi Kristen telah memburuk keadaan

umat islam yang semakin terbelakang dan ketinggalan zaman disegala bidang.

Sebagai organisasi dakwah dan pendidikan muhammadiyyah mendirikan

lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pada tahun

1915 H KH. Ahmad Dahlan mulai mendirikan sekolah dasarnya yang pertama.

[4][4] Hanun Asrohah, 1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; PT. Logos Wacana Ilmu. H. 161.

Page 10: Makalah Kuu spi

Pada sekolah ini diberikan pengetahuan umum, disamping pengetahuan agama.

Kemudian diikuti dengan berdirinya sekolah-sekolah Muhammadiyah di

pelosok Indonesia.

5. Nahdlatul Ulama

Organisasi ini didirikan di Surabaya pada tanggal 33 januari 1926 M

bertepatan pada tanggal 16 Rajab 1344 H oleh kalangan madzhab yang sering

menyebut dirinya sebagai golongan Ahlussunah Waljama’ah yang dipelopori

oleh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Chasbullah dari jombang. Dan alim

ulama’ tiap-tiap daerah diantaranya adalah:

1.      KH. Bisri Jombang

2.      KH. Ridean Semarang

3.      KH. Nawawi pasuruan

4.      KH. Asnwi Kudus

5.      KH. Hambali Kudus

6.      K. Nahrawi Malang

7.      KH. Doromuntaha Bangkalan

8.      KH. M. Alwi Abdul Aziz

Gerakan NU berusaha mempertahankan salah satu dari empat madzhab

dalam masalah yang berhubungan dengan fiqh madzhab Hanafi, madzhab

Maliki, madzhab Syafi’I dan madzhab Hambali. Dalam hal I’tiqod, NU

berpegang pada Ahlussunah Waljama’ah. Dalam konteks ini, NU memahami

Page 11: Makalah Kuu spi

hakikat Ahlussunah Waljama’ah sebagai ajaran islam yang murni

[5][5]sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW bersama para

sahabatnya.

Motifasi utama berdirinya NU adalah mengorganisasikan potensi dan

peranan ulama’ pesantren yang sudah ada, untuk ditingkatkan dan

dikembangkan secara luas untuk diguakan sebagai wadah untuk

mempersatukan dan menyatukan langkah para ulama’ pesantren dalam tugas

pengabdian yang tidak terbatas pada masalah kepesantrenan dan kegiatan

ritual Islam saja, tetapi lebih ditingkatkan lagi agar para ulama’ lebih peka

terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi dan masalah kemasyarakatan pada

umumnya.    

6. Persatuan islam

Persis didirikan di Bandung pada tanggal 17 september 1923 oleh KH.

Zamzam. Pendirian organisasi ini bermula dari pertemuan yang bersifat

kenduri kemudian diteruskan dengan bincang-bincang tentang persoalan-

persoalan agama dan gerakan-gerakan keagamaan baik di Indonesia maupun di

Negara lain. Kegiatan persis diantaranyamengadakan pertemuan-pertemuan

umum, tabligh, khitobah, menerbirkan majalah, pamphlet, serta kitab. [3]

7. Al Washliyah

Al Washliyah didirikan di Medan pada tanggal 30 Nopember 1930 oleh

pelajar dan para guru Maktab Islamiyah Tapanuli. Organisasi ini bergerak

[5][3] F enti Himawati, Op.Cit., H. 94

Page 12: Makalah Kuu spi

dibidang pendidikan,  sosial dan keagamaan. Adapun usaha-usaha yang

dilakukannya antara lain: mengusahakan berlakunya hukum-hukum islam,

membangun perguruan dan mengatur kesempurnaan pelajaran, dan

pendidikan, mendirikan dan memelihara tempat ibadah, dan menyantuni fakir

miskin dan mendidik anak yatim. [5]

C. Tokoh Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam

1. KH. Ahmad Dahlan (1869-1923)

Sekilas riwayat atau biografi singkat KH. Ahmad Dahlan, ia dilahirkan di

Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis,

putra dari KH. Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, Khatib di masjid besar Jami’

kesultanan Yogyakarta. Ibunya ialah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu.

Ia adalah seorang ilmuan yang alim dan selalu haus ilmu dan

pengalamannya dimana pun dan kapanpun setiap ada kesempatan. Seperti ilmu

Hisab yang pernah jadi objek observasinya dan beliau menguasai dan ahli

dalam bidang tersebut.

KH. Ahmad Dahlan juga merupakan pendiri daripada organisasi

Muhammadiyah. Cita-citanya sebagai seorang ulama ialah tegas, ia hendak

memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam.

Usaha-usahanya ditujukan pada hidup beragama. Keyakinannya ialah bahwa

untuk membangun masyarakat bangsa haruslah terlebih dahulu membangun

Page 13: Makalah Kuu spi

semangat bangsa. Kalau serikat Islam usaha-usahanya lebih menekankan pada

sisi politik yang berlandaskan cita-cita agama.[6][6]

Muhammadiyah lebih menekankan usahanya pada perbaikan hidup

beragama dengan amal-amal pendidikan dan sosial.

2. KH. Hasyim Asy’ari (1871-1947)

KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 februari tahun 1981 M di

Jombang Jawa Timur. Beliau ialah pendiri Jami’iyah Nahdatul Ulama yang

merupakan organisasi masa Islam terbesar Indonesia, bahkan ia sebagai

Syeikhul Akbar dalam perkumpulan ulama yang terbesar di Indonesia, dan

sekaligus pendiri pondok pesantren Tebuireng di Jombang Jawa Timur,

tepatnya pada tanggal 26 Rabi’ul Awal tahun 1899 M. Pembaharuan

Tebuireng yang pertama ialah dengan mendirikan Madrasah Salafiyah (1919)

sebagai tangga untuk memasuki tingkat menengah pesantren Tebuireng.

3. KH. Abdul Halim

KH. Abdul Halim merupakan pelopor gerakan pembaharuan di daerah

Majalengka, Jawa Barat, yang kemudian berkembang menjadi persyerikatan

Ulama pada tahun 1911, yang kemudian berubah menjadi Persatuan Umat

Islam (PUI), pada tanggal 5 April 1952 M / 9 Rajab 1371. Beliau lahir di

Ciberelang, Majalengka pada tahun 1887 M.

Beliau juga yang mempelopori dan mengubah system pendidikan

tradisional di daerah asalnya, Majalengka yakni dengan menghapuskan system

[6][5] Ibid., H. 97

Page 14: Makalah Kuu spi

halaqah dan digantikan dengan mengorganisir kelas-kelas dengan kelengkapan

meja dan kursi serta menyusun kurikulum melalui lembaga pendidikan yang

terdapat di Bab al Salam (dekat Makkah) dan di Jedah.

Sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang ekonomi dan pendidikan

berhasil didirikan KH. Abdul Halim pada tahun 1911 M yang diberi nama

Hayatul Qulub yang kemudian dialihkan nama menjadi Persyarikatan Ulama.

4. Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan Gusdur merupakan salah

satu tokoh pendidikan. Beliau lahir di Denanyar Jombang Jawa Timur pada

tanggal 4 agustus 1940. Menurut sekilas riwayat hidupnya, Gusdur berasal dari

keturunan darah biru. Ia putra dari KH. Wahid Hasyim (putranya KH. Hasyim

Asy’ari) pendiri dan pelopor jami’iyah Nahdatul Ulama dan pesantren

Tebuireng. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah putrid dari KH. Bisri Samsuri seorang

pendiri pesantren Denanyar Jombang. Kakek dari pihak ibunya juga

merupakan tokoh NU, yang jadi rais ‘aam PBNU setelah KH. Wahid

Hasbullah. Dengan demikian, Gusdur merupakan cucu dari tokoh NU

sekaligus dua tokoh bangsa Indonesia tahun 1949.

   Di antara konsep pembaharuan yang dilakukan oleh Abdurrahman

Wahid ialah konsep pesantren, kebebasan berpikir, multicultural pendidikan

dan pemikiran liberal terhadap budaya atau konsep barat tanpe filter.

Page 15: Makalah Kuu spi

D. Pola Pola Pembaharuan Pendidikan Islam

Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran

umat islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya dan dengan

memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang di alami oleh bangsa-

bangsa Eropa maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan

pendidikan islam. Di antaranya :

1. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada pola pendidikan

modern.

Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat, pada

dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan

hidup yang di alami oleh Barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi modern yang mereka capai. Mereka juga

berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh bangsa-bangsa Barat sekarang tidak

lain adalah merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan

yang pernah berkembang di dunia islam. Atas dasar demikian maka untuk

mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat islam, sumber keekuatan dan

kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.

Dalam hal ini usaha pembaharuan pendidikan islam adalah dengan jalan

mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat, baik sistem maupun isi

pendidikannya. Disamping itu pengiriman pelajar-pelajar ke dunia Barat

terutama ke Perancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi

Page 16: Makalah Kuu spi

modern tersebut banyak dilakukan oleh penguasa-penguasa di berbagai negri

islam.

Pembaharuan pendidikan dengan pola barat ini, mulanya timbul di Turki

Usmani pada akhir abat ke 11 H/17 M setelah mengalami kalah perang dengan

berbagai negara Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan benih bagi

timbulnya usaha sekuralisasi Turki yang berkembang kemudian dan

membentuk Turki modern. Sultan Mahmud II (yang memerintah Turki Usmani

1807-1839 M) adalah pelopor pembaharuan pendidikan di Turki.

Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah tradisional ini tidak

sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad kesembilan belas. Sultan Mahmud II

mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi

masuk madrasah. Selain itu Sultan Mahmud II juga mengirimkan siswa-siswa

ke Eropa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi langsung dari

sumber pengembangan. Setelah mereka pulan ketanah air, mereka banyak

berpengaruh terhadap usaha-usaha pembaharuan pendidikan. Dari mereka ini

pula berkembangnya faham sekularisme di Turki yang kemudian diterapkan

secara mantap sekarang ini.

Pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke Barat ini, juga

nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasya di Mesir, yang berkuasa pad tahu

1805-1848. Muhammad Ali Pasya dalam rangka memperkuat kedudukannya

dan sekaligus melaksanakan pembaharuan pendidikan di Mesir, mengadakan

Page 17: Makalah Kuu spi

[7][7]pembaharuan dengan jalan mendirikan berbagai macam sekolah yang

meniru system pendidikan dan pengajaran Barat.[2]

2. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada sumber islam yang

murni.

Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya islam sendiri merupakan

sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan

modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada hakekatnya

mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta

kekuatan bagi umat manusia. Dalam hal ini islam telah membuktikannya pada

masa-masa kejayaannya.[1]

Menurut analisa mereka diantara sebab-sebab kelemahan umat islam

adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran agama islam secara

semestinya. Ajaran-ajaran islam yang menjadi sumber kemajuan dan kekuatan

ditnggalkan dan menerima ajaran-ajaran islam yang tidak murni lagi. Hal

tersebut terjadi setelah mandeknya perkembangan filsafat islam, di

tinggalkannya pola pemikiran rasional dan kehidupan umat islam telah di

warnai oleh pola kehidupan yang bersifat pasif. Disamping itu, dengan

mandeknya perkembangan fiqih yang di tandai penutupan pintu ijtihad, umat

islam telah kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup yang

menantangnya sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman.

[7][2] Zuhairini Dkk, Sejarah Pensisikan Islam (Jakarta : , 1986) 116-120.[1] Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Malang : UIN Malang Press, 2008), 246-247.

Page 18: Makalah Kuu spi

Pola pembaharuan ini di rintis oleh Mohammad bin Abd Al-Wahab,

kemudian di canangkan kembali oleh Jamaludin al Afghani dan Muhammad

Abduh. Menurut Jamaludin al Afghani, pemurnian ajaran agama islam dengan

kembali ke Al-Qur’an dan Al-Hadist dalam arti yang sebenarnya tidaklah

mungkin. Ia berkeyakinan bahwa islam adalah sesuai dengan semua bangsa,

semua zaman, dan semua keadaan.

Menurut Muhammad Abduh, bahwa pengetahuan modern dan islam

adalah sejalan dan sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan modern adalah

sunatullah sedangkan dasar islam adalah Wahyu Allah swt. Kedua-duanya

berasal dari Allah swt. Oleh karena itu umat islam harus menguasai keduanya.

[6]

3. Usaha pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada nasionalisme.

Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola

kehidupan modern dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami

kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan

politik yang berdiri sendiri. Keadaan tersebut mendorong pada umumnya

bangsa-bangsa Timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan

nasionalisme masimng –masing. Umat islam mendapati kenyataan bahwa

mereka terdiri dari berbagai bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah

perkembangan kebudayaannya. Mereka pun hidup bersama dengan orang-orang

yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah yang juga mendorong

perkembangannya rasa nasionalisme di dunia islam.[9][9]

[9][6] Widda Djuhan, Sejarah Pendidikan Islam Klasik ( Ponorogo : LPPI STAIN, 2010), 69-70[2] Zuhairini Dkk, Sejarah Pensisikan Islam (Jakarta : , 1986), 122-123.

Page 19: Makalah Kuu spi

Disamping itu,adanya keyakinan dikalangan pemikir-pemikir

pembaharuan di kalangan umat islam, bahwa pada hakekatnya ajaran islam bisa

diterapkan dan sesuai dengan segala zaman dan tempat. Oleh karena itu, ide

pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme inipun bersesuaian dengan

ajaran islam.

Ide kebangsaan atau nasionalisme inilah yang pada tahap perkembangan

berikutnya mendorong timbulna usaha-usaha merebut kemerdekaan dan

mendirikan pemerintahan sendiri di kalangan bangsa-bangsa pemeluk islam.

Dalam bidang pendidikan umat islam yang telah membentuk pemerintahan

nasional tersebut mengembangkan sistem dan pola pendidikan nasionalnya

sendiri-sendiri.[2]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 20: Makalah Kuu spi

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa organisasi islam di

Indonesia lahir dari sikap nasionalisme masyarakat yang tinggi, menimbulkan

perkembangan dilapangan pendidikan dan pengajaran kemudian melahirkan

lembaga-lembaga formal yang dipelopori oleh tokoh-tokoh pendidikan islam

dilengkapi dengan system dan isinya.

perkembangan Islam di Indonesia sangat pesat yang seperti berbeda

pendapat tentang permulaan Islam di Indonesia antara lain: Bahwa kedatangan

Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan Isalam

pertama di Indonesia mengingat bahwa pembawa Islam ke Indonesia adalah para

pedagang, bukan missi tentara dan bukan pelarian politik. Mereka tidak ambisi

langsung mendirikan kerajaan Islam.

B. Saran

Demikian makalah yang bisa saya tuliskan, makalah ini pasatinya jauh dari

kesempurnaan, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan saya. Dengan

tangan terbuka dan lapang dada saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan

dengan rendah hati saya akan mendengar saran, guna mengevaluasi makalah ini,

semoga makalah ini memberi manfaat bagi kita. Amin

Page 21: Makalah Kuu spi