24
BAB I PENDAHULUAN Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik.. Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon testosteron. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen. Begitu pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada pendapat ahli yang extrim menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia pada hakekatnya dimotifasi dan didorong oleh sex. Maka tidaklah mengherankan bahwa ada pendapat peneliti lain mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan tingkah laku terjadi oleh adanya gangguan pola perkembangan kehidupan psikosexualnya.

makalah sistem reproduksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah sistem reproduksi

BAB I

PENDAHULUAN

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.

Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah.

Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai

kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik.. Pada seorang pria testisnya telah mampu

menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon testosteron. Sedangkan seorang

wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu

estrogen.

Begitu pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada pendapat ahli

yang extrim menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia pada hakekatnya dimotifasi dan

didorong oleh sex. Maka tidaklah mengherankan bahwa ada pendapat peneliti lain

mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan tingkah laku terjadi oleh

adanya gangguan pola perkembangan kehidupan psikosexualnya.

Page 2: makalah sistem reproduksi

BAB II

PEMBAHASAN SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN WANITA

A. SISTEM REPRODUKSI PRIA

a. Genetalia externa

1. Penis

Terdiri dari tiga bagian : akar (menempel pada dinding perut), badan (bagian tengah

penis), glands penis (ujung bentuk seperti kerucut ) . Lubang uretra terdapat diujung

glands penis dasar penis disebut korona .

2. Skrotum

Kantong kulit berbentuk tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Berfungsi

sebagai pengontrol suhu untuk testis agar sperma terbentuk secara normal testis

harus memiliki suhu sedikit lebih rendah dari dari suhu tubuh . Otot kremaster pada

diding skrotum akan mengendur atau mengencang sehingga testis mengantung lebih

jauh dari tubuh

b. Genitalia interna

1. Testis

Berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak didalam skrotum

berfungsi untuk menghasilkan sperma dan membuat testosteron (hormon seks utama).

2. Epididimis

Saluran yang baru keluar dari testis disebut epididimis. Saluran ini berjalan

berkelok-kelok membentuk suatu gumpalan memanjang menempel di belakang

testis. Sel-sel sperma yang telah masak akan ditampung dalam saluran tersebut.

Fungsi epididimis ialah sebagai tempat penyimpanan dan pematangan spermatozoa.

Sewaktu orgasme dan terjadi ejakulasi, otot polos epididimis berkontraksi,

mendorong sperma menuju duktus deferens dan uretra. Umur spermatozoa dalam

epididimis kira-kira 1 bulan.

3. Vas Deferens

Saluran vas deferens keluar dari epididimis berjalan lurus meninggalkan kantung

buah pelir (testis) untuk menuju rongga panggul. Vas deferens tersebut masuk di

daerah lipat paha yang berjalan diantara serabut-serabut otot untuk masuk ke dalam

rongga panggul. Di dalam rongga panggul kedua vas deferens kanan-kiri saling

Page 3: makalah sistem reproduksi

mendekat di belakang kantong kemih kemudian menembus kelenjar prostat

(glandula prostata) untuk bermuara dalam uretra (saluran air kemih). Selanjutnya

sel-sel mani dapat mengalir melalui uretra dalam penis. Jadi, uretra-penis selain

mengalirkan air kemih juga mengalirkan sel-sel mani.

4. Kelenjar Tambahan

Kelenjar tambahan berfungsi untuk mengsekresi cairan yang diperlukan sebagai

media berenangnya sperma, mempertahankan kehidupan sperma, dan menetralisir

asam. Cairan ini akan bergabung dengan sperma di saat ejakulasi, menghasilkan air

mani (semen). Terdapat 3 kelenjar tambahan, yaitu :

a. Vesikula Seminalis

Epitel sekretorik menyekresi bahan mukus yang mengandung fruktosa, asam

sitrat, prostaglandin, dan fibrinogen. Setelah itu vas deferens mengeluarkan

sperma dan menamabah semen yang diejakulasi, fruktosa, dan zat gizi lainnya

yang dibutuhkan oleh sperma untuk membuahi ovum. Prostaglandin

membutuhkan proses pembuahan yang bereaksi dengan mukus serviks dan

membuat lebih reseptif (menerima) terhadap gerakan sperma untuk

menggerakkan sperma sampai mencapai ke ujung atas tuba fallopi dalam waktu

5 menit.

b. Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat menghasilkan cairan encer yang mengandung ion sitrat, ion

phosphat, enzim pembeku, dan profibrinosilin. Selama pengisian kelenjar

prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer

dapat dikeluarkan untuk menambah lebih banyak jumlah semen. Sifat yang

sedikit basa dari cairan prostat memungkinkan untuk keberhasilan fertilisasi

(gumpalan) ovum karena cairan vas deferens sedikit asam. Cairan prostat

menetralisir sifat asam dari cairan lain setelah ejakulasi. Menghasilkan cairan

basa berwarna putih susu. Cairan ini berfungsi untuk menetralkan sifat asam

pada saluran vasa eferentia dan cairan pada vagina sehingga sperma dapat

bergerak dengan aktif.

c. Kelenjar Cowperi (Bulbouretralis)

Ada sepasang, terletak pada diafragma urogenital di bawah kelenjar prostat,

salurannya bermuara di uretra spongiosa, panjangnya 2-5cm, penghasil cairan

pelicin.

Page 4: makalah sistem reproduksi

5. Semen

Cairan semen berasal dari vas deferens dan merupakan cairan yang terakhir

diejakulasi. Semen berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari duktus

ejakulatorius dan uretra. Cairan dari vesikula seminalis membuat semen lebih

kental. Enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dari cairan

vesikula semenalis membentuk kuagulum yang lemah.

Walaupun sperma dapat hidup beberapa minggu dalam duktus genitalia pria

setelah sperma diejakulasi ke dalam semen, akan tetapi jangka hidup sperma

maksimal 24-48 jam. Air mani yang normal memiliki beberapa kriteria, antara lain:

a) Berupa cairan yang sedikit kental, warna putih kadang-kadang kekuningan.

b) Volume 3-5 cc.

c) Lebih dari 60 persen sperma bergerak aktif.

d) Jumlah sperma 50-100 juta per cc, bila dibawah 20 juta per cc menunjukkan

infertilisasi (tak dapat menghasilkan keturunan).

e) Jumlah sperma yang normal harus lebih besar dari 70 persen.

d. Duktus seminalis

Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus

ini berjalan masuk ke dalam rongga perut kemudian ke kandung kemih, di

belakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis

dan selanjutnya membentuk ejakulatorius, dan bermuara di prostat, panjang

duktus deferens 50-60cm berjalan bersama pembuluh darah dan saraf dalam

funikulus spermatikus melalui kanalis inguinalis memanjang pada bagian akhir

berbentuk kumparan disebut ampula duktus deferentis, terletak dalam osteum

fesika seminalis berlanjut sebagai duktus ejakulotorius yang menembus

prostat.

6. Uretra

Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar

tubuh. Berfungsi sebagai saluran pengeluaran air mani. Panjang uretra sekitar 20

cm dan berakhir pada akhir penis. Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian,

dinamakan sesuai dengan letaknya:

1. Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.

2. Pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil, dimana terletak

muara vas deferens.

3. Pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar bulbouretralis.

Page 5: makalah sistem reproduksi

4. Pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum

penis.

c. Spermatogonesis

Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari

spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk

membentuk sperma.Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat

diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran

epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah

secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali

membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid.

Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis

membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder

kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid

merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau

mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan

berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma).

Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika spermatid

dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah

spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari

kepala dan ekor.

Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada

bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang

disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang

berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum. Pada ekor sperma terdapat badan

sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung

mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.

Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang

memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses

spermatogenesis.

Page 6: makalah sistem reproduksi

d. Hormon pada Pria

Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu estoteron, LH

(Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon

pertumbuhan.

a. Testoteron

Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus

seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk

membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk

spermatosit sekunder.

b. LH (Luteinizing Hormone)

LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel

Leydig untuk mensekresi testoteron

c. FSH (Follicle Stimulating Hormone)

FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi

menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid

menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.

d. Estrogen

Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel- sel

sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat

testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus

seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.

e. Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis.

Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada

spermatogenesis.

Page 7: makalah sistem reproduksi

B. SISTEM REPRODUKSI WANITA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN GENITELIA INTERNA WANITA

A. Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii. Dua

ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian mesovarium ligament lebar

uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral setinggi Krista iliaka

anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada

palpasi overium dapat digerakkan.

Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria. Ukuran dan bentuk setiap

ovarium menyerupai sebuah almon berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat

menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki

konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin.

Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang

membuat permukaan nodular menjadi kasar.

Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan mmemproduksi hormone. Saat lahir

ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara

interval selama masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan

mengalami ovulasi.

Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen,

progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,

perkembangan, dan fungsi wanita normal.

B. Tuba Fallopii

Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral,

mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.

Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai

lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di

bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa diantaranya bersilia

Page 8: makalah sistem reproduksi

dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi.

Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.

Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan infundibulum yang

menyerupai jari (fimbria) menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan seperti

gelombang. Ovum didorong disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh

peristaltic lapisan otot. Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltic.

Aktivitas peristaltic tuba fallopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar adalah

pada saat ovulasi. Sel-sek kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama

berada di dalam tuba.

C. Uterus

Uterus merupakan organ brdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir

terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita

yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang

pernah melahirkan, berat uterusnya adalah  75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk

simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari

beberapa factor, diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi

siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.

Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligamen jaringan ikat, yaitu :

1. Ligament rotundum

Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior insersi tuba fallopii.

Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki cincin inguinal pada

dua sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan kuat. Ligamin ini memberikan

stabilitas bagian atas uterus.

2. Ligament cardinal

Ligament ini menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi serviks.

3. Ligament uterosakral

Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi serviks dan

behubungan dengan tulang sacrum. Fungsi dari ligament cardinal dan uterosakral

adalah sebagai penopang yang kuat pada dasar pelvis wanita. Kerusakan-kerusakan

pada ligament ini, termasuk akibat tegangan saat melahirkan, dapat menyebabkan

Page 9: makalah sistem reproduksi

prolaps uterus dan dasar pelvis ke dalam vagina bahkan melewati vagina dan

mencapai vulva.

Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Fundus

Merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii.

2. Korpus

Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.

3. Istmus

Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang

dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.

Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,

kehamilan, dan persalinan.

D. Dinding uterus

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan sebagian

lapisan luar peritoneum parietalis.

Endometrium  yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan

membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan

tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan

endometrium dengan miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan

permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran

menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir siklus endometrium,

sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.

Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang

membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling tebal

di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks.

Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling banyak ditemukan

di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada

lapisan miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang memicu kerja hemostatis.

Sedangkan pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk mencegah regurgitasi darah

Page 10: makalah sistem reproduksi

menstruasi dari tuba fallopii selama menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks

interna membantu mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat

memperlemah ostium interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.

Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium

yang memberi kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi :

a.  Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong janin ke

luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar.

b. Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh darah

ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena kemampuannya

untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut tersebut, maak

serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup.

Peritoneum parietalis, suatu membrane serosa yang melapisi seluruh korpus uteri, kecuali

seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan

serviks.

E. Vagina

Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng kandung

kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara

labia minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri, vagina condong ke arah

belakang dank e atas.

Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang

secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior

vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.

Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah. Cairan sedikit asam.

Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila

pH naik > 5, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina

mempertahnakan kebersihan relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke

vagina dalam lingkaran normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.

Page 11: makalah sistem reproduksi

Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang desenden arteri uterus,

arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina relative tidak sensitive, hal ini

dikarenakan persarafan pada vagina minimal dan tidak ada ujung saraf khusus. Vagina

merupakan sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan

melakukan koitus dan hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua persalinan.

Daerah G (G-spot)adalah daerah di dinding vagina anterior di bawah uretra yang

didefinisikan oleh Graefenberg sebagai bagian analog dengan kelenjar prostat pria.

Selama bangkitan seksual, daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang

disretai ejakulasi cairan yang sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra.

Fungsi dari vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.

2. Hormon pada Wanita

Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan

reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada

wanita dalam proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.

a.Siklus menstruasi

Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai

pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus

menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium

disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan

ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang

mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.

Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah

adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan

siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi

terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi

dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase

ovulasi, fase pasca- ovulasi.

Page 12: makalah sistem reproduksi

1. Fase menstruasi

Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus

luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya

kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus

yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium

sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada

endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya

pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima

hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.

2. Fase pra-ovulasi

Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan

hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan

FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang

mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai

hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan

ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon

estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel

penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen

selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir

yang bersifta basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam

pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.

3. Fase ovulasi

Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan

produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi

menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan

FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis

melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf.

Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari

folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-

14.

4. Fase pasca-ovulasi

Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder

karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum.

Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf

Page 13: makalah sistem reproduksi

memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron

mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau

endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.

Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar

susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut

berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi

pembuahan atau kehamilan.

Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun,

bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah

menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen

dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan

menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan

selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase

menstruasi berikutnya.

b. Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum

dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder

memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder,

pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di

sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus

menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida

merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang

membungkus oosit sekunder.

Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder

saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas

yang saling mendukung.

Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:

1. Hialuronidase

Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.

2. Akrosin

Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.

Page 14: makalah sistem reproduksi

3. Antifertilizin

Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit

sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin

yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :

a. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.

b. Menarik sperma secara kemotaksis positif.

c. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian

korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona

pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga

merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari

seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan

polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.Segera setelah sperma

memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar.

Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang

mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23

kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang

kromosom (2n) atau 46 kromosom.

Page 15: makalah sistem reproduksi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki penis

dan kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma di tandai dengan

mimpi basah pada usia pubertas Pada system reproduksi wanita memiliki vagina dan ovarium

untuk menghasilkan ovum. Kematangan sel telur atu ovum ditandai menarche pada usia

antara 13-16 tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum akan terjadi

kehamilan yang akan berkembang menjadi janin.

Page 16: makalah sistem reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakarta

Saktiyono. 2004. 86-93, 96, 98.Sains : Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Tim IPA SMP/MTs. 2007.14. Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa

Mega, Jakarta.

Tim Biologi SMU.1997. 320,339-344, 348,349, 354-359. Biologi 2. Galaxy

Puspa Mega. Jakarta.