15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan adalah suatu proses fisiologi umum yang sampai saat ini masih sulit untuk dipahami. Ditandai dengan adanya proses degenerasi sel dan sistem yang dibentuknya secara keseluruhan, perlahan tapi pasti. Proses menua berbeda pada setiap individu. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan, nutrisi, gaya hidup dan faktor lingkungan. Setiap tahun jumlah lansia di seluruh dunia semakin bertambah karena semakin meningkatnya usia harapan hidup. Di negara-negara yang sudah maju, jumlah lansia rerlatif lebih besar dibanding dengan negara - negara berkembang, karena tingkat perekonomian yang lebih baik dan fasilitas pelayanan kesehatan sudah memadai. Hal ini juga akan menimbulkan masalah pelayanan kesehatan terutama pada kaum lansia. Di bidang gastroenterology, pada populasi usia lanjut sebenarnya tidak ada kelainan yang sangat khas. Walaupun terdapat perubahan sel dan structural seperti organ tubuh lainnya, fungsi system gastrointestinal pada umumnya dapat dipertahankan sebagaimana manusia sehat. Gangguan fungsi biasanya terjadi apabila terdapat proses patologis pada organ tertentu, atau bilamana terjadi stress lain yang memperberat organ dari organ

Makalah Sistem Gastrointestinal

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangProses penuaan adalah suatu proses fisiologi umum yang sampai saat ini masih sulit untuk dipahami. Ditandai dengan adanya proses degenerasi sel dan sistem yang dibentuknya secara keseluruhan, perlahan tapi pasti. Proses menua berbeda pada setiap individu. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan, nutrisi, gaya hidup dan faktor lingkungan.Setiap tahun jumlah lansia di seluruh dunia semakin bertambah karena semakin meningkatnya usia harapan hidup. Di negara-negara yang sudah maju, jumlah lansia rerlatif lebih besar dibanding dengan negara - negara berkembang, karena tingkat perekonomian yang lebih baik dan fasilitas pelayanan kesehatan sudah memadai. Hal ini juga akan menimbulkan masalah pelayanan kesehatan terutama pada kaum lansia.Di bidang gastroenterology, pada populasi usia lanjut sebenarnya tidak ada kelainan yang sangat khas. Walaupun terdapat perubahan sel dan structural seperti organ tubuh lainnya, fungsi system gastrointestinal pada umumnya dapat dipertahankan sebagaimana manusia sehat.Gangguan fungsi biasanya terjadi apabila terdapat proses patologis pada organ tertentu, atau bilamana terjadi stress lain yang memperberat organ dari organ yang sudah mulai menurun fungsi dan anatomiknya. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik, antara lain: atrophy pada mukosa, kelenjar dan otot pencernaan sehingga menyebabkan perubahan fungsional ataupun patologik (gangguan mengunyah, gangguan menelan, perubahan nafsu makan dan penyakit yang berhubungan dengan GIT).

B. Rumusan Masalah1. Apakah yang menyebabkan penuaan pada gastrointestinal?2. Bagaimana cara untuk mengetahui gangguan pada sistem gastrointestinal?3. Apa saja perubahan yang terjadi pada gastrointestinal pada lansia?

C. Tujuan1. Mengetahui tentang proses penuaan pada sistem gastrointestinal.2. Mengetahuiganguan-gangguan sistem gastrointestinal pada lansia.3. Mengetahui perubahan yang terjadi pada gastrointestinal pada lansia?

BAB IIPEMBAHASAN

A. Perubahan Proses Penuaan Pada Sistem GastrointestinalBanyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan.Berikut ini merupakanperubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal akibat proses menua:a. MulutBagian rongga mulut yang lazim terpengaruh adalah gigi, gusi, dan lidah. Kehilangan gigi penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indera pengecap menurun disebabkan adanya iritasi kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam, dan pahit (Nugroho, 2008).

b. EsofagusEsophagus mengalami penurunan motilitas, sedikit dilatasi atau pelebaran seiring penuaan. Sfingter esophagus bagian bawah (kardiak) kehilangan tonus. Refleks muntah pada lansia akan melemah, kombinasi dari faktor-faktor ini meningkatkan resiko terjadinya aspirasi pada lansia (Luecknotte, 2000).

c. LambungTerjadi atrofi mukosa. Atrofi dari sel kelenjar, sel parietal dan sel chief akan menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan menjadi berkurang. Proses perubahan protein menjadi peptone terganggu. Karena sekresi asam lambung berkurang rangsang lapar juga berkurang (Darmojo & Martono, 2006). Kesulitan dalam mencerna makanan adalah akibat dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motalitas lambung. Atrofi mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi asam hidrogen-klorik (hipoklorhidria), dengan pengurangan absorpsi zat besi, kalsium, dan vitamin B 12. Motilitas gaster biasanya menurun, dan melambatnya gerakan dari sebagian makanan yang dicerna keluar dari lambung dan terus melalui usus halus dan usus besar (Stanley, 2007).

d. Usus halus

Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang, sehingga jumlah vili berkurang dan sel epithelial berkurang. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu juga menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein, vitamin B12 dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda (Leueckenotte, 2000).

e. Usus besar dan rektumPada lansia terjadi perubahan dalam usus besar termasuk penurunan sekresi mukus, elastisitas dinding rektum, peristaltic kolon yang melemah gagal mengosongkan rektum yang dapat menyebabkan konstipasi (Leueckenotte, 2000).Pada usus besar kelokan-kelokan pembuluh darah meningkat sehingga motilitas kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan absorpsi air dan elektrolik meningkat (pada kolon sudah tidak terjadi absorpsi makanan), feses menjadi lebih keras, sehingga keluhan sulit buang air besar merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia. Proses defekasi yang seharusnya dibantu oleh kontraksi dinding abdomen juga seringkali tidak efektif karena dinding abdomen sudah melemah. (Darmojo & Martono, 2006).

f. PankreasProduksi enzim amilase, tripsin dan lipase akan menurun sehingga kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga akan menurun. Pada lansia sering terjadi pankreatitis yang dihubungkan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula Vateri akan menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh enzim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/ atau asam empedu (Darmojo & Martono, 2006)

g. HatiHati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konjugasi billirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia, secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagiab besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous. Hal ini akan menyebabkan penurunan fungsi hati (Darmojo & Martono, 2006).Proses penuaan telah mengubah proporsi lemak empedu tanpa perubahan metabolisme asam empedu yang signifikan. Faktor ini memengaruhi peningkatan sekresi kolesterol. Banyak perubahan-perubahan terkait usia terjadi dalam sistem empedu yang juga terjadi pada pasien-pasien yang obesitas (Stanley, 2007).

B. Ganguan-Gangguan Sistem Gastrointestinal Pada Lansia

Berbeda dari usia muda, sistem kerja organ tubuh pada lansia mempunyai perbedaan serta penurunan fungsi. Terdapat berbagai jenis gangguan pencernaan pada lansia. Antara lain adalah sebagai berikut :1. Diare.Pada kelompok lansia, sistem pertahanan tubuh mulai mengalami penurunan. Dapat disebabkan karena terjadinya sistem penurunan di berbagai proses metabolisme tubuh termasuk sintesis protein yang bekerja pada sistem imunitas, maupun penurunan efektivitas penyerapan air pada sistem cerna. Jika yang terjadi adalah penurunan kekebalan tubuh, diare yang menyerang lansia sangat dimungkinkan disebabkan oleh adanya infeksi bakteri. Namun jika penyerapan air yang terganggu, maka jenis makanan berperan penting di dalam kasus diare pada lansia ini.

2. Maag.Jenis gangguan pencernaan pada lansia lainnya adalah maag. Penyakit asam lambung ini banyak dialami. Lansia sering mengeluh lambung terasa sakit seperti ditusuk-tusuk., terkadang diiringi dengan mual dan muntah, kembung juga dirasakan oleh sebagian besar penderita maag di usia lanjut.Keadaan dinding lambung pada lansia sudah relatif lebih tipis dibandingkan dengan dinding lambung pada usia yang lebih muda. Oleh karena itu, iritasi oleh akibat asam lambung berlebih lebih cepat menimbulkan terjadinya gastritis pada lansia.

3. Usus melilit.Gejala menyerupai kolik usus sering dirasakan oleh para lansia. Mereka biasa menyebut sebagai usus melilit. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah rasa perih disebabkan oleh terjadinya kontraksi pada intestinum yang tidak teratur.Hal tersebut dapat muncul salah satunya akibat sistem hormonal yang sudah kurang bagus keteraturannya. Terkadang hormone stress seperti kortikosteroid tersekresi secara berlebih dan mengakibatkan adanya kontraksi usus halus yang kurang teratur. Terkadang rasa sakit ini disertai dengan keluhan lain seperti dada terasa sakit, jantung berdebar.

4. Sembelit.Sambelit juga menjadi salah satu jenis gangguan pencernaan pada lansia. Penyebab sembelit salah satunya adalah kurangnya keseimbangan pola konsumsi serat. Lansia sering tidak mudah di dalam mengkonsumsi sayuran dan buah. Mereka memiliki kecenderungan pola makan kembali menyerupai anak-anak, yaitu tidak suka sayuran.Sangat penting untuk mengetahui ke empat jenis gangguan pencernaan pada lansia ini tentu agar dapat mengatasi dan mencegah terjadinya penyakit tersebut dengan baik. Kesehatan itu harta yang paling berharga yang wajib dijaga.

C. Perubahan Yang Terjadi Pada Gastrointestinal Pada Lansia1. kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disesase yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun2. indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi indera pengecap (80%), hilangnya sensitivitas saari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, rasa asin, rasa asam, dan rasa pahit.3. esophagus melbar4. lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun.5. peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi.6. fungsi absorpsi melemah.7. hati/lever. Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan berkurangnya aliran darah.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanFungsi system gastrointestinal pada umumnya dapat dipertahankan sebagaimana manusia sehat. Gangguan fungsi biasanya terjadi apabila terdapat proses patologis pada organ tertentu, atau bilamana terjadi stress lain yang memperberat organ dari organ yang sudah mulai menurun fungsi dan anatomiknya. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik, antara lain: atrophy pada mukosa, kelenjar dan otot pencernaan sehingga menyebabkan perubahan fungsional ataupun patologik (gangguan mengunyah, gangguan menelan, perubahan nafsu makan dan penyakit yang berhubungan dengan GIT).

B. Saran Kami berharap para pembaca dapat memahami pembahasan makalah kami tentang Gangguan Gastrointestinal, saran kami adalah agar setiap calon perawat dapat memaksimalkan pengetahuanya dan tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan bekerja dengan kemampuan yang maksimal dan intergritas kerja yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo R.B, Martono H, (2000),Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI, Jakarta

Price SA, Lorraine M, (1995),Patofisiologi Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit, Buku 1, Edisi IV, EGC, Jakarta

Mansjoer a,dkk,(1999),Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media Euskulapius FKUI, Jakarta

Bruner & Sudart, (2002),Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, JakartaFKUI, (2000),Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta

Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta

Engram B, (2000),Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC, JakartaTuker SM et al, (1992),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, JakartaSuparman dkk, (1990),Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, JakartaBuku ajar geriatri. Jakarta : balai penerbit fkui gallo, joseph.1998.Buku saku gerontologi. Jakarta : egc nugroho, wahjudi.2000.Keperawatan gerontik.jakarta : egc potter & perry.2005.Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4.jakarta :egc a.h. markum, 1991,Buku ajar kesehatan anak, jilid i, penerbit fkui ngastiyah, 997, perawatan anak sakit, egc, jakartaPrice & wilson 1995, patofisologi-konsep klinis proses-proses penyakit, buku 1, ed.4, egc, JakartaSoetjiningsih 1998, tumbuh kembang anak, egc, jakarta soeparman & waspadji, 1990, ilmu penyakit dalam, jilid i, ed. Ke-3, bp fkui, jakarta.

http://keperawatan-gerontik.blogspot.com/2013/10/proses-penuaan-pada-system.html