21
| 1 PERENCANAAN NORMALISASI ARUS SUNGAI CIJERE DI DS. PASIRMUKTI KEC. CITEUREUP KAB. BOGOR Disusun oleh: Fadhila Muhammad LT Abstraksi: Sungai Cijere Ds. Pasir Mukti Kec. Citeureup hanya memiliki lebar eksisting 7,50 meter dan kedalaman 1,30 meter, dan tidak dapat menampung debit banjir saat hujan turun. Permasalahan ini dapat diatasi dengan cara melakukan normalisasi di ruas sungai tersebut. Makalah ini mengemukakan perhitungan debit banjir dengan periode ulang 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun untuk mendapatkan dimensi saluran yang paling tepat untuk mengalirkan debit banjir pada periode ulang rencana. Saluran direncanakan berbentuk segi empat dengan lebar dasar 12 meter, tinggi 3,80 meter dan diperkuat dengan sheet pile pada kedua sisi saluran. Saluran ini mampu mengalirkan air dengan debit banjir 59,30 m3/detik pada banjir dengan periode ulang 10 tahunan. Sheet pile dipancang pada kedalaman 7,00 meter dari puncak saluran. Kata Kunci: Normalisasi arus sungai, perhitungan debit banjir, periode ulang 10 tahunan, perkuatan tebing saluran, sheet pile. 1. Pendahuluan Sungai Cijere yang melalui Ds. Pasir Mukti Kec. Citeureup mengalami beberapa permasalahan yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait dengan banjir yang selalu terjadi setiap hujan turun di daerah hulu sungai. Banjir ini disebabkan oleh pendangkalan yang terjadi di aliran sungai Cijere, akibat masuknya material endapan dari penambangan pasir di hulu sungai. Selain itu, terjadi pula penyempitan badan sungai akibat aktifitas warga dan industri di sekitar aliran sungai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis menyarankan untuk melakukan normalisasi arus sungai Cijere di kawasan yang bermasalah tersebut. Rencana tersebut meliputi pendimensian ulang sungai berdasar debit banjir rencana dengan periode ulang 10 tahun, baik pada arus utama maupun pada arus cabang, serta perkuatan dinding sungai dengan mempergunakan turap (sheet pile) beton pra-cetak. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai adalah daerah di permukaan bumi dimana seluruh air permukaan mengalir masuk ke dalam aliran sungai yang dimaksudkan, dan biasanya dibatasi oleh suatu batas tofografi. Sebuah DAS dapat merupakan badian dari DAS lain, dan dapat pula dibagi menjadi sub-DAS dengan memperhatikan titik-titik kontrol pengukuran debit dan curah hujan di wilayah DAS tersebut. Debit air yang melalui suatu DAS dipengaruhi oleh luas daerah tangkapan (catchment area), topografi lahan, pemanfaatan dan tata guna lahan di sekitar DAS dan juga curah hujan. [1] 2.2 Analisa Hidrologi dan Debit Banjir Perhitungan besaran debit aliran sungai dapat dilakukan melalui pengukuran di lapangan, pendekatan empiris dan berdasarkan besaran curah hujan yang jatuh di daerah tangkapan sungai (Daerah Aliran Sungai). Perhitungan debit sungai berdasar curah hujan dapat diperlihatkan dalam rumus: =.. .. (2.1) dimana: Q = debit (m 3 /detik) α = koefisien pengaliran (run-off coefficient)

makalah seminar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mekanika tanah, hidrologi, teknik sipil

Citation preview

Page 1: makalah seminar

|||| 1

PERENCANAAN NORMALISASI ARUS SUNGAI CIJERE

DI DS. PASIRMUKTI KEC. CITEUREUP KAB. BOGOR

Disusun oleh: Fadhila Muhammad LT

Abstraksi: Sungai Cijere Ds. Pasir Mukti Kec. Citeureup hanya memiliki lebar eksisting 7,50 meter dan kedalaman

1,30 meter, dan tidak dapat menampung debit banjir saat hujan turun. Permasalahan ini dapat diatasi dengan

cara melakukan normalisasi di ruas sungai tersebut. Makalah ini mengemukakan perhitungan debit banjir

dengan periode ulang 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun untuk mendapatkan dimensi saluran yang paling tepat

untuk mengalirkan debit banjir pada periode ulang rencana. Saluran direncanakan berbentuk segi empat

dengan lebar dasar 12 meter, tinggi 3,80 meter dan diperkuat dengan sheet pile pada kedua sisi saluran.

Saluran ini mampu mengalirkan air dengan debit banjir 59,30 m3/detik pada banjir dengan periode ulang 10

tahunan. Sheet pile dipancang pada kedalaman 7,00 meter dari puncak saluran.

Kata Kunci: Normalisasi arus sungai, perhitungan debit banjir, periode ulang 10 tahunan, perkuatan tebing saluran,

sheet pile.

1. Pendahuluan

Sungai Cijere yang melalui Ds. Pasir Mukti Kec. Citeureup mengalami beberapa permasalahan

yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait dengan banjir yang selalu

terjadi setiap hujan turun di daerah hulu sungai. Banjir ini disebabkan oleh pendangkalan yang

terjadi di aliran sungai Cijere, akibat masuknya material endapan dari penambangan pasir di

hulu sungai. Selain itu, terjadi pula penyempitan badan sungai akibat aktifitas warga dan

industri di sekitar aliran sungai.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis menyarankan untuk melakukan normalisasi

arus sungai Cijere di kawasan yang bermasalah tersebut. Rencana tersebut meliputi

pendimensian ulang sungai berdasar debit banjir rencana dengan periode ulang 10 tahun, baik

pada arus utama maupun pada arus cabang, serta perkuatan dinding sungai dengan

mempergunakan turap (sheet pile) beton pra-cetak.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai adalah daerah di permukaan bumi dimana seluruh air permukaan

mengalir masuk ke dalam aliran sungai yang dimaksudkan, dan biasanya dibatasi oleh suatu

batas tofografi. Sebuah DAS dapat merupakan badian dari DAS lain, dan dapat pula dibagi

menjadi sub-DAS dengan memperhatikan titik-titik kontrol pengukuran debit dan curah

hujan di wilayah DAS tersebut. Debit air yang melalui suatu DAS dipengaruhi oleh luas

daerah tangkapan (catchment area), topografi lahan, pemanfaatan dan tata guna lahan di

sekitar DAS dan juga curah hujan. [1]

2.2 Analisa Hidrologi dan Debit Banjir

Perhitungan besaran debit aliran sungai dapat dilakukan melalui pengukuran di lapangan,

pendekatan empiris dan berdasarkan besaran curah hujan yang jatuh di daerah tangkapan

sungai (Daerah Aliran Sungai).

Perhitungan debit sungai berdasar curah hujan dapat diperlihatkan dalam rumus:

� = �. �. ��� . . (2.1)

dimana:

Q = debit (m3/detik)

α = koefisien pengaliran (run-off coefficient)

Page 2: makalah seminar

β = koefisien reduksi

ϑt = intensitas relatif hujan untuk jangka waktu t

t = jangka waktu t

A = Luas daerah

Apabila R dambil maksimum, maka rumus 2.1 dapat diubah menjadi

� = �. �. ��.

dimana:

Q = debit (m3

α = koefisien pengaliran (

β = koefisien reduksi

qn = Luasan curah hujan dengan periode ulang n t

A = Luas daerah aliran sampai dengan 100 km

Koefisien Pengaliran (α)

Besarnya koefisien pengalira

a. Bentuk dan luas daerah pematusan

b. Miring daerah pematusan dan miring palung sungai

c. Keadaan daerah pematusan

menghisap/menyerap air

d. Keadaan flora daerah pematusan

e. Daya tampung penampang sungai

f. Tinggi suhu, besarnya angin disertai tingkat penguapannya

g. Jatuhnya hujan yang mendahului hujan maksimum dalam persoalan

Menurut Weduwen, nilai koefisen pengaliran

� � 1 � �,��

�.������

Sedangkan menurut Dr. Mononobe, besaran Koefisien Pengaliran dapat dilihat pada tabel

2.1.

Tabel 2.1 Koef. Pengaliran

Keadaan daerah pematusan

Bergunung dan curam

Pegunungan

Tanah datar yang ditanami

Sungai dengan tanah dan hutan di bagian atas dan bawahnya

Sawah waktu diairi

Sungai bergunung

Sungai dataran

Koefisien Reduksi (β)

Menurut Weduwen, besar Koefisien Reduksi (

� � ����

�����

�����.

����

= koefisien reduksi

= intensitas relatif hujan untuk jangka waktu t

= jangka waktu t

= Luas daerah aliran sampai dengan 100 km2

Apabila R dambil maksimum, maka rumus 2.1 dapat diubah menjadi

(2.2)

3/detik)

= koefisien pengaliran (run-off coefficient)

= koefisien reduksi

n curah hujan dengan periode ulang n tahun

= Luas daerah aliran sampai dengan 100 km

2

)

Besarnya koefisien pengaliran dipengaruhi antara lain oleh :

Bentuk dan luas daerah pematusan

Miring daerah pematusan dan miring palung sungai

pematusan yang terpenting ialah besarnya kemampuan

menghisap/menyerap air

Keadaan flora daerah pematusan

Daya tampung penampang sungai

Tinggi suhu, besarnya angin disertai tingkat penguapannya

Jatuhnya hujan yang mendahului hujan maksimum dalam persoalan

nilai koefisen pengaliran (α) adalah:

(2.3)

Sedangkan menurut Dr. Mononobe, besaran Koefisien Pengaliran dapat dilihat pada tabel

Tabel 2.1 Koef. Pengaliran (α) Menurut Dr. Mononobe

Keadaan daerah pematusan

Tanah datar yang ditanami

Sungai dengan tanah dan hutan di bagian atas dan bawahnya

0,75

0,70

0,45

0,50

0,70

0,75

0,45

eduwen, besar Koefisien Reduksi (β) dapat ditunjukkan dengan rumus:

|||| 2

Apabila R dambil maksimum, maka rumus 2.1 dapat diubah menjadi

(2.2)

h besarnya kemampuan

Jatuhnya hujan yang mendahului hujan maksimum dalam persoalan

(2.3)

Sedangkan menurut Dr. Mononobe, besaran Koefisien Pengaliran dapat dilihat pada tabel

Menurut Dr. Mononobe [5]

α

0,75 – 0,90

0,70 – 0,80

0,45 – 0,65

0,50 – 0,75

0,70 – 0,85

0,75 – 0,85

0,45 – 0,75

) dapat ditunjukkan dengan rumus:

(2.4)

Page 3: makalah seminar

|||| 3

Dimana:

t = lamanya hujan (jam)

! � 0,125 . ��%�,��&. '%�,�& (2.5)

A = Luas daerah tangkapan sungai (km2)

I = Kemiringan medan sungai

2.3 Perhitungan Analisa Frekuensi Curah Hujan

Curah Hujan Rencana di suatu Derah Aliran Sungai (DAS) dapat dihitung dengan metode

rata-rata, analisa poligon Thiessen atau dengan metode Isohyet. Sedang frekuensi curah

hujan dapat dianalisa dengan menggunakan metode Gumbel, Log Normal, atau dengan

analisis sebaran Log-Pearson.

Untuk menghitung frekuensi curah hujan dengan Metode Gumbel, digunakan persamaan

distribusi empiris sebagai berikut:

� = () + +,+� . �-. − -�� (2.6)

Dengan nilai Standar Deviasi Sd:

/0 = 1�23%24��5�%� (2.7)

Dimana :

Rt = Nilai hujan rencana dengan data ukur t tahun (mm)

Rrt = Nilai Rata-rata hujan (mm)

Yn = Nilai rata-rata dari reduksi variasi (reduced mean) ditampilkan pada

tabel 2.2

Sn = Deviasi standar dari reduksi variasi, ditampilkan pada tabel 2.3

YT = Nilai reduksi variasi (reducted variation), ditampilkan pada tabel 2.4

Tabel 2.2 Nilai Rerata dari Reduksi Variasi (Reduced Mean) (Yn) [4]

Page 4: makalah seminar

|||| 4

Tabel 2.3 Nilai Reduksi Simpangan Baku (Sn) [4]

Tabel 2.4 Nilai Reduksi Variasi (YT) [4]

2.4 Turap (Sheet Piles)

Sheet pile yang saling terhubung sering digunakan dalam konstruksi penahan tanah yang

berhadapan dengan air, seperti pada pembangunan dinding saluran hingga konstruksi

dermaga. Keuntungan penggunaan sheet pile apabila dibandingkan dengan sistem penahan

tanah lainnya adalah tidak memerlukan pengeluaran air (dewatering).

Material yang digunakan sebagai turap antara lain kayu, baja dan beton bertulang pracetak,

dan dapat diaplikasikan dalam metode turap kantrilever konvensional maupun dengan

jangkar.

Page 5: makalah seminar

|||| 5

Dinding turap cantilever biasanya direkomendasikan untuk dinding dengan ketinggian

sedang, berkisar 6 m atau kurang di atas garis galian. Pada dinding ini, turap berprilaku

seperti sebuah balok lebar cantilever di atas garis galian. Prinsip dasar untuk menghitung

distribusi tekanan tanah lateral tiang turap cantilever dapat dijelaskan dengan bantuan

Gambar 2.1, yang menunjukkan prilaku leleh dinding cantilever yang tertanam pada lapisan

pasir di bawah garis galian.

Dinding berputar pada titik O. Oleh karena adanya tekanan hidrostatik pada masing-masing

sisi dinding, maka tekanan ini akan saling menghilangkan, dengan demikian yang

diperhitungkan hanya tekanan tanah lateral efektif saja. Pada Zona A, tekanan lateral

hanyalah tekanan tanah aktif saja yang berasal dari tanah sebelah di atas garis galian.

Sementara pada Zona B, oleh karena pelenturan dinding di daerah ini, maka bekerja

tekanan tanah lateral aktif dari bagian tanah sebelah atas garis galian dan tekanan tanah

pasif di bawah garis galian di sebelah air. Kondisi pada Zona B ini akan berkebalikan

dengan Zona C, yaitu di bawah titik rotasi O. Distribusi tekanan tanah bersih ditunjukkan

pada Gambar 2.1(b), namun untuk penyederhanaan biasanya Gambar 2.1(c) akan

digunakan dalam perencanaan.

Gambar 2.1 Tiang Turap yang Tertanam pada Lapisan Pasir

[1]

Untuk mengembangkan hubungan untuk kedalaman penanaman tiang turap yang dibutuhkan

di dalam tanah granular perhatikanlah Gambar 2.2(a). Tanah yang akan ditahan oleh dinding

turap, berada di atas garis galian, adalah juga tanah granular. Permukaan air tanah berada

pada kedalaman L1 dari puncak tiang. Ambillah sudut gesek pasir sebagai φ. Intensitas

tekanan aktif pada kedalaman z=L1 dapat dinyatakan sebagai,

dimana,

Page 6: makalah seminar

|||| 6

Gambar 2.2 Tiang turap cantilever tertanam pada pasir: (a) variasi diagram tekanan

bersih (b) variasi momen [1]

Dengan cara yang sama, tekanan aktif pada kedalaman z = L1+L2 (yaitu pada kedalaman

muka galian) adalah sama dengan:

Perlu dicatat bahwa pada kedalaman garis galian, tekanan hidrostatik dari kedua arah

dinding adalah sama dan oleh karena itu akan saling menghilangkan.

Untuk menentukan tekanan tanah bersih di bawah garis galian hingga pada titik rotasi O,

seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1(a) sebelumnya, haruslah dipertimbangkan bahwa

tekanan pasif bekerja dari sebelah kiri (sebelah air) ke arah sebelah kanan (sebelah tanah)

dan juga tekanan aktif bekerja dari sebelah kanan ke sebelah kiri dinding. Untuk kasus-kasus

ini, pengabaian tekanan hidrostatik untuk kedua sisi dinding, tekanan aktif pada kedalaman z

dapat diberikan sebagai,

Juga, tekanan pasif pada kedalaman z adalah sama dengan

dimana, Kp= koefisien tekanan passif Rankine = tan2(45+φ/2)

Maka dengan mengombinasikan Pers. (3) dan (4), tekanan lateral bersih dapat ditentukan

sebagai:

dimana L=L1+L2.

Page 7: makalah seminar

|||| 7

Tekanan bersih p menjadi sama dengan nol pada kedalaman L3 di bawah garis galian; atau

Atau:

Dari persamaan sebelumnya, kelihatan bahwa kemiringan (slope) garis distribusi tekanan

bersih DEF adalah 1 vertikal dengan (Kp-Ka) horizontal. Sehingga di dalam diagram

Pada dasar tiang turap, tekanan pasif (Pp) bekerja dari kanan ke kiri, dan tekanan aktif

bekerja dari kiri ke kanan, sehingga pada z = L+D

Pada kedalaman yang sama

Maka, tekanan lateral bersih pada dasar turap adalah sama dengan

Untuk kestabilan turap, prinsip statika sekarang dapat digunakan,

6 Gaya horizontal persatuan panjang dinding = 0

Dan 6 Momen persatuan panjang dinding = 0

Jumlah dari seluruh gaya-gaya horizontal adalah,

Luas ACDE pada diagram tekanan - luas EFHB + luas FHBG = 0

atau

dimana P = luas ACDE pada diagram tekanan.

Penjumlahan momen ke titik B dari seluruh gaya-gaya menjadi,

Page 8: makalah seminar

|||| 8

Dengan mengombinasikan Pers. (6), (10), (14), dan (15) dan kemudian menyederhanakan

mereka secara bersama-sama, maka akan diperoleh sebuah persamaan berderajat-4 dalam

L4.

dimana,

Sekali titik dimana gaya geser sama dengan nol dapat ditentukan F’’ pada Gambar 2.2(a),

maka besarnya momen maksimum dapat diperoleh sebagai,

Ukuran profil tiang turap yang dibutuhkan kemudian dapat dibuat dengan mengacu kepada

tegangan lentur izin bahan yang digunakan, atau

S = modulus penampang (section modulus) tiang turap yang dibutuhkan per satuan

panjang struktur

σall = tegangan lentur ijin tiang turap.

Page 9: makalah seminar

|||| 9

3. Metodologi Penelitian

Penelitian Normalisasi Sungai Cijere meliputi penyelidikan lapangan berupa pengukuran

dimensi sungai, penyelidikan tanah dasar dan pengujian sampel tanah di laboratorium Teknik

Sipil Universitas Ibn Khaldun Bogor. Sedang data curah hujan diambil dari stasiun pengukur

curah hujan Cibongas.

Analisa hidrologi yang dilakukan meliputi analisa frekuensi curah hujan menurut Gumbel, dan

perhitungan debit banjir rencana menurut Weduwen.

4. Analisis Data

4.1 Kondisi Eksisting Sungai Cijere

Sungai Cijere yang melalui Desa Pasir Mukti Kec. Citeureup Kab. Bogor memiliki luas

Daaerah Aliran Sungai (DAS) sebesar 14,75 km2, meliputi Desa Hambalang, Desa Tajur

dan Desa Pasir Mukti. Panjang aliran sungai Cijere yang melewati daerah tersebut adalah

sepanjang 13,55 km.

Gambar 4.1 Daerah Aliran sungai Cijere – Pasir Mukti

Page 10: makalah seminar

|||| 10

Gambar 4.2 Detail Lokasi Normalisasi Sungai Cijere

4.2 Perhitungan Curah Hujan dan Debit Banjir Rencana

Dengan mengacu pada metode perhitungan frekuensi curah hujan menurut Gumbel, maka

berdasar data curah hujan dari stasiun Cibongas, curah hujan rencana dapat diperlihatkan

pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Metode Gumbel

Page 11: makalah seminar

|||| 11

Curah hujan rencana pada periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun dapat dilihat

pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Curah Hujan pada Periode Ulang Rencana

Dengan memperhatikan hasil perhitungan curah hujan pada setiap periode ulang rencana,

maka debit banjir pada setiap periode ulang dapat dihitung dengan menggunakan formula

Weduwen.

Untuk periode ulang 2 tahun:

Luas Daerah Aliran sungai Cijere – Pasir Mukti = 9,59 km2

Panjang pengaliran (L) = 7,08 km

Gradien sungai (I) = 0,0053

Curah hujan rencana (Rn) = 110,30 mm

Andaikan tc = 6 jam

Maka:

Koef. Reduksi:

� = ���� ����������.

����

� = ���� �7����7���.8,&8

����8,&8 � = 0,96 �� Luasan curah hujan dengan periode ulang n tahun

Page 12: makalah seminar

|||| 12

�� = 2����

;�,;&;��,�&

�� = ���,<���� . ;�,;&

;��,�&

�� = 4,17

Koefisien Pengaliran:

� = 1 − �,���.������

� = 1 − �,���,8;.��,�����

� = 0,63

Debit banjir:

� = �. �. ��.

� = 0.63.0,96.4,17.9,59

� = 24,12 @3/B!

Durasi hujan

! = 0,125 . ��%�,��&. '%�,�&

! = 0,125 9,59. 4,17%�,��&. 0,0053%�,�&

! = 4,41 CD@

Untuk langkah selanjutnya t = 4,41 jam

Langkah berikutnya ditampilkan dalam tabel 4.3:

Tabel 4.3 Perhitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang Dua Tahunan

Page 13: makalah seminar

|||| 13

Tabel 4.4 Perhitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang Lima Tahunan

Tabel 4.5 Perhitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang Sepuluh Tahunan

Tabel 4.6 Perhitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang Dua Puluh Tahunan

Page 14: makalah seminar

|||| 14

Tabel 4.7 Perhitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang Dua Puluh Lima Tahunan

Tabel 4.8 Perhitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang Lima Puluh Tahunan

Tabel 4.9 Perhitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang Seratus Tahunan

Page 15: makalah seminar

Tabel 4.

4.3 Perencanaan Ulang Dimensi Sungai Cijere Ps. Mukti

Berdasar hasil pengukuran lapangan,

7,80 – 13,40 meter dan kedalaman rerata 1,30 meter. Sehingga debit sungai berkisar antara

27,53 – 46,97 m3/dtk. Sedangkan lebar alur cabang sungai Cijere 3,37

kedalaman rerata 1,30 meter, sehingga debit sungai berkisar antara 14,37

Seluruh data dimensi sungai Cijere ditampilkan dalam tabel 4.11

Tabel 4.

Tabel 4.

Tabel 4.10 Rekapitulasi Perhitungan Debit Banjir Rencana

Perencanaan Ulang Dimensi Sungai Cijere Ps. Mukti

dasar hasil pengukuran lapangan, Sungai Cijere memiliki lebar eksisting berkisar antara

13,40 meter dan kedalaman rerata 1,30 meter. Sehingga debit sungai berkisar antara

46,97 m3/dtk. Sedangkan lebar alur cabang sungai Cijere 3,37

kedalaman rerata 1,30 meter, sehingga debit sungai berkisar antara 14,37

Seluruh data dimensi sungai Cijere ditampilkan dalam tabel 4.11 dan 4.12.

Tabel 4.11 Dimensi Eksisting Sungai Cijere (Alur Utama)

Tabel 4.12 Dimensi Eksisting Sungai Cijere (Alur Cabang)

|||| 15

Perhitungan Debit Banjir Rencana

lebar eksisting berkisar antara

13,40 meter dan kedalaman rerata 1,30 meter. Sehingga debit sungai berkisar antara

46,97 m3/dtk. Sedangkan lebar alur cabang sungai Cijere 3,37 – 10,01 meter, dan

kedalaman rerata 1,30 meter, sehingga debit sungai berkisar antara 14,37 – 40,97 m3/detik.

dan 4.12.

Dimensi Eksisting Sungai Cijere (Alur Utama)

Eksisting Sungai Cijere (Alur Cabang)

Page 16: makalah seminar

|||| 16

Dari tabel 4.11 dan 4.12, dapat dilihat bahwa sungai Cijere tidak dapat menampung debit

banjir periode ulang dua tahunan (Q2) sebesar 33,31 m3/detik. Sehingga perlu dilakukan

normalisasi arus sungai.

Dengan menggunakan debit banjir rencana sepuluh tahunan (Q10) sebesar 59,27 m3/detik,

maka direncanakan dimensi saluran adalah lebar 12,0 meter dan kedalaman 3,50 meter.

Dengan mengasumsikan bahwa hanya 30% dari debit banjir rencana sepuluh tahunan (Q10)

sebesar 59,27 m3/detik, yakni sebesar 20,15 m3/detik yang akan melalui alur cabang, maka

direncanakan dimensi saluran adalah lebar 6,0 meter dan kedalaman 3,00 meter.

Page 17: makalah seminar

|||| 17

4.4 Perencanaan Perkuatan Tebing Sungai dengan Sheet Pile

Dari hasil survey dan pengujian laboratorium yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa

tanah asli merupakan jenis pasir berlempung (Sandy Clay) dengan nilai D50 = 0,024 mm,

dan massa jenis (ρ) = 1,74 ton/m3. Dengan mempergunakan formula Mavis, maka

kecepatan alir maksimum:

EF = �� G� 8H 1IJ

I − 1

EF = �� 0,0024� 8H 1�,K

� − 1

EF = 0,08 ! BM!NO⁄

EF = 0,02 @ BM!NO⁄

Dikarenakan kecepatan alir rencana adalah 1,48 m/detik, maka diperlukan perlindungan

dinding saluran terhadap gerusan. Perlindungan yang akan digunakan adalah turap (sheet

pile) beton, dengan pertimbangan bahwa sheet pile dapat dipancang hampir vertikal,

sehingga tidak mengubah bentuk saluran.

Dari hasil pengujian laboratorium Mekanika Tanah, diketahui parameter tanah sebagi

berikut:

Page 18: makalah seminar

|||| 18

Sudut geser dalam (φ) : 43

o

Berat isi tanah (γ) : 17,3 kN/m3

Berat isi jenuh (γsat) : 19,8 kN/m3

Berat isi efektif (γ’) : 10 kN/m3

L1 : 0,80 meter

L2 : 3,00 meter

Page 19: makalah seminar

|||| 19

Maka dapat dipergunakan turap beton dengan modulus penampang (S) = 2,93 kN/m’

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Ditinjau dari hasil perencanaan normalisasi dan pelindung saluran Sungai Cijere, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dimensi saluran berbentuk persegi dengan lebar 12,0 meter, tinggi 3,5 meter dan tinggi

jagaan 0,3 meter dapat mengalirkan debit banjir rencana sepuluh tahunan (Q10) sebesar

59,27 m3/detik.

2. Turap (sheet pile) yang berfungsi sebagai pelindung dinding saluran, direncanakan

memiliki panjang 6,20 meter.

Page 20: makalah seminar

|||| 20

5.2 Saran

1. Mengingat kondisi aktual di lokasi penelitian di Desa Pasir Mukti Kec. Citeureup, maka

normalisasi sungai tersebut dapat segera dilaksanakan.

Ucapan Terima Kasih

Melalui makalah ini, kami mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam penelitian dan

penyuntingan naskah ini:

1. Bpk. Tatan dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor.

2. Ibu Ir. Feril Hariati, S.T. M.Eng

3. Suhendar, S.T.

Daftar Referensi

1. Das, Braja. M. 1999. Principles of Foundation Engineering 4th edition, PWS Publishing,

Boston.

2. Junaedi, M. Nirmala Hidayati. 2011, Perencanaan Retarding Pond Kota Purwodadi, Skripsi

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Diponogoro, Semarang.

3. Rahmawati, Imap. 2008, DAS Sengkarang, Skripsi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Diponogoro, Semarang.

4. Simatupang, Pintor. 2008. Jenis Turap dan Turap Kantrilever. Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Universitas Mercu Buana, Jakarta.

5. Soemarto. 1999. Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta.

6. Susilo, Hadi. 2010, Rekayasa Hidrologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas

Mercu Buana, Jakarta

RIWAYAT PENULIS

Fadhila Muhammad LT, ST. Lahir di Tasikmalaya, 25 November 1985. Menyelesaikan

program S-1 Teknik Sipil di Universitas Ibn Khaldun, Bogor pada tahun 2008. Menjabat sebagai

Assistant Site Manager Infrastruktur PT. Eka Buana dan berperan pada proyek pengembangan PT.

Darya Varia Laboratoria, Plant Gunung Putri. Selain aktif mengajar di Teknik Sipil dengan

konsentrasi Geoteknik, juga menjabat sebagai Assistant Laboratorium Mekanika Tanah Teknik

Sipil Universitas Ibn Khaldun Bogor. Terdaftar sebagai anggota Hmpunan Pengembang Jalan

Indonesia (HPJI) Jawa Barat.

Page 21: makalah seminar

|||| 21

LAMPIRAN 1

Gambar 1. Perencanaan Sheet Pile Sungai Cijere – Pasir Mukti

Gambar 2. Contoh Pemasangan Sheet Pile pada Dinding Sungai (sumber gambar @nicopradhika)