114
KATA PENGANTAR Puji dan syukur, kami pan kehadiratkanat Tuhan YME, Karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusunana makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Tn.D” (Usia 30 th) dengan gangguan Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktek profesi NERS mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Pada kempatan ini, tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada : 1. Direktur RSUD UKI yang telah menerima dan memeberikan kesempatan kepada kami untk melaksanakan praktek di RSUD UKI Jakarta Timur. 2. Ibu Tri Muskowati, SKp. Sebagai koordinator mata kuliah Medikal Bedah. 3. Ibu Erika Lubis. Skp, MN sebagai Dosen pembimbing mata kuliah medikal Bedah beserta Dosen pembimbing lainnya yang telah memberikan bimbingan lainnya yang telah memberikan bimbingan kepada kami selama praktek di . ruang Bougenvile RSUD. UKI Jakarta Timur. 4. Ibu Rosdiana, sebagai kepala ruangan BougenvileLantai 1 RSUD. UKI Jakarta Timur. 5. Ibu Susi, AMK seagai pembimbing ruangan Bougenvile Lantai 1 RSUD. UKI, Jakarta timur. 1

Makalah Seminar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gdfgf

Citation preview

Page 1: Makalah Seminar

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, kami pan kehadiratkanat Tuhan YME, Karena atas berkat dan

rahmat-Nya penyusunana makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Tn.D” (Usia

30 th) dengan gangguan

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktek profesi NERS mata

kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Pada kempatan ini, tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Direktur RSUD UKI yang telah menerima dan memeberikan kesempatan

kepada kami untk melaksanakan praktek di RSUD UKI Jakarta Timur.

2. Ibu Tri Muskowati, SKp. Sebagai koordinator mata kuliah Medikal Bedah.

3. Ibu Erika Lubis. Skp, MN sebagai Dosen pembimbing mata kuliah medikal

Bedah beserta Dosen pembimbing lainnya yang telah memberikan bimbingan

lainnya yang telah memberikan bimbingan kepada kami selama praktek di .

ruang Bougenvile RSUD. UKI Jakarta Timur.

4. Ibu Rosdiana, sebagai kepala ruangan BougenvileLantai 1 RSUD. UKI Jakarta

Timur.

5. Ibu Susi, AMK seagai pembimbing ruangan Bougenvile Lantai 1 RSUD. UKI,

Jakarta timur.

6. Dokter dan Perawat Ruangan Bedah Bougenvile Lantai 1 RSUD. UKI Jakarta

timur yang telah membimbing dan membantu kami selama praktek di ruangan.

7. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan baik moral dan material

kepada kami.

8. Rekan-rekan Mahasiswa/i STIKes Binawan dari program profesi keperawatan

angkatan 2013/2014 khususnya dri Kelompok yang telah membantu serta

memberikan saran dan kritik dalam penyusunan makalah ini.

1

Page 2: Makalah Seminar

9. Kami menyadari dalam penysusunan makalah ini mungkin masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun untuk kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini dan

kami dapat memperbaiki kekurangannya di masa yang akan datang.

Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

mahasiswa khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, Maret 2014

Penyusun

2

Page 3: Makalah Seminar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditanda dengan

peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)dan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein karena berkurangnya sekresi atau aktivitas insulin.

Diabetes Melitus tidak merupakan salah satu penyakit menular dan

prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia prevalensi

penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sehingga Indonesia merupakan negara

yang menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia

setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena sekitar 8,4%

penduduk di Indonesia menderita DM pada tahun 2000 dan diperkirakan terus

meningkat yaitu sebanyak 21, 3 juta orang penderita diabetes melitus di Indonesia

pada tahun 2030.

Diabetes Melitus juga diketahui merupakan penyebab kematian tertinggi di

bagian instalasi rawat inap di rumah sakit pada tahun 2005 di Indonesia yaitu

sebanyak 3.316 kematian dengan case fertility rate(CFR) 7,9%. Penderita diabetes

melitus mempunyai daya pertahanan tubuh yang rendah sehingga mudah terkena

infeksi.

Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius karena dapat menimbulkan

komplikasi seperti : penyakit jantung, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf.

Beberapa jenis DM terjadi karena interaksi yang kompleks dari lingkungan, genetik,

dan pola hidup sehari-hari.

DM dibagikan kepada beberapa kelas, yaitu : DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe

lain, dan DM kehamilan (ADA, 2005). Menurut Estimasi International Diabetes

Federation (IDF), terdapat 177 juta penduduk dunia yang menderita Diabetes Melitus

pada tahun 2002. Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO),

memprediksi data Diabetes Melitus tersebut akan meningkat 300 juta dalam 25 tahun

mendatang (Suyono, 2006). Data Organisasi Kesehatan Dunia World Health

3

Page 4: Makalah Seminar

Organization (WHO) juga mencatat bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 dengan

jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat.

WHO memastikan peningkatan pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 paling

banyak dialami negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka

tertinggi untuk penderita Diabetes Melitus terutama tipe 2.

Di samping itu, masalah yang selalu timbul pada penderita DM adalah cara

mempertahankan kadar glukosa darah penderita supaya tetap dalam keadaan

terkontrol, yaitu dengan menjalani pilar-pilar pengelolaan Diabetes Melitus. Pilar

pengelolaan DM terdiri dari 4 pilar, yaitu penyuluhan, edukasi perencanaan makan,

aktivitas fisik, dan intervensi farmakologis (Yunir,2006). Di antara 4 pilar

pengelolaan tersebut, aktivitas fisik merupakan hal yang paling sering diabaikan oleh

penderita DM.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2007),

bahwa dari kasus yang terdeteksi cukup tinggi, ternyata hanya 1/3 penderita DM yang

melakukan aktivitas fisik secara teratur. Ini bisa disebabkan karena banyak penderita

Diabetes Melitus yang tidak mengetahui pentingnya aktivitas fisik sehingga tidak

melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari atau kurangnya kepatuhan dalam

menjalankan aktivitas fisik tersebut. Padahal aktivitas fisik merupakan hal pokok

yang harus dilakukan penderita DM.

Kebiasaan melakukan aktivitas fisik sangat penting dalam menjaga kesehatan

tubuh penderita DM karena dapat meningkatkan kesehatan psikologis dan mencegah

kematian prematur (Powers, 2005).

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan menerapkan Konsep keperawatan pada pasien dengan

Diabetes Melius

4

Page 5: Makalah Seminar

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui Anatomis Fisiologi dan Konsep Dasar Penyakit Diabetes

melitus.

2. Melakukan pengkajian komprensif pada pasien Diabetes Melitus pada

Ny. Mindri

3. Melakukan analisa Data dan Merumuskan Diagnosa keperawatan pada

Pasien Diabetes melitus Ny. Mindri.

4. Menyusun ‘ NCP ‘ pada pasien Diabetes Melitus Ny. Mindrim.

5. Melakukan Implementasi pada pasien Diabetes Melitus Ny. Mindri

6. Melakukan Evaluasi pada pasien Diabetes Melits Ny. Mindri.

7. Membahas seluruh proses keperawatan.

5

Page 6: Makalah Seminar

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip

dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Pankreas terletak

melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang retroperitoneal.

Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio – dorsal dan bagian

atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas

yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena

mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini

disebut processus unsinatis pankreas.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

1. Asinus, yang mengekskresikan enzim pencernaan ke dalam duodenum.

2. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan

getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung

kedalam darah.

Pulau Langerhans tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun

sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah. Pankreas

manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya

berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler. Pulau

langerhans mengandung empat jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta, delta dan mega.

Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah

setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin

dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain.

Dalam sel B, molekul insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan

seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam

ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum

endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam

granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses

yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis.

Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan

dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah (Ganong, 1995). Sel alfa

6

Page 7: Makalah Seminar

yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta

yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000).

Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :

1. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang

membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis

enzim dari pancreas adalah :

a. Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa

dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida

kemudian dijadikan monosakarida.

b. Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian

menjadi asam amino.

c. Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam

lemak dan gliserol gliserin.

2. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon

dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang

tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai

saluran.

Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung

diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon

tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan

glucagon.

1. Insulin

Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk

manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain

dihubungkan oleh ikatan disulfide. Hubungan yang erat antara berbagai jenis

sel dipulau langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung

sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contohnya insulin menghambat

sekresi glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.

Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau

langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah

peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan

normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan

reseptor insulin dan setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua

untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat

7

Page 8: Makalah Seminar

segera digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati

(Guyton & Hall, 1999).

Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :

a. Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan

konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat

sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian

disimpan dalam hati dengan bentuk glikogen.

b. Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah

normal.

c. Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap

hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang

disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan

glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi

terhadap hypoglikemia berat.

Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :

a. Menambah kecepatan metabolisme glukosa

b. Mengurangi konsentrasi gula darah

Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2. Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa

pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan

insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa

dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul

3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.

Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :

a. Pemecahan glikogen (glikogenolisis)

b. Peningkatan glukosa (glukogenesis)

Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah

mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan

pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan

sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas

mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat

memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi

terhadap hypoglikemia. Selama “puasa” (antara jam-jam makan dan pada

8

Page 9: Makalah Seminar

saat tidur malam). Pancreas akan melepaskan secara terus menerus sejumlah

insulin bersama dengan hormon pancreas lain yang disebut glucagon.

Glucagon dan insulin secara bersama-sama mempertahankan kadar gula yang

konstan dalam darah dengan menstimulus pelepasan glukosa dari hati. Pada

mulanya hati menghasilkan glukosa melalui pemecahan glikogen

(glukoneogenesis).

B. Pengertian

Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan

herediter, dengan tanda- tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau

tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya

insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme

karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

( Askandar, 2000 ).

Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan

klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat

(Sylvia A Price and Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes

Melitus (DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis

termasuk heterogen akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari

insulin yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik baik pada mata, ginjal,

neurologis dan pembuluh darah.

C. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya diabetes mellitus dibagi menjadi dua

jenis yaitu modificable dan unmodificable :

1. Modificable

Modificable adalah penyebab diabetes mellitus yang bisa dimodifikasi,

terdiri dari:

a. Gaya hidup

1) Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)

2) Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi

(>150mg/dl) atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl

9

Page 10: Makalah Seminar

3) Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah

Puasa Terganggu (GDPT)

4) Makanan tinggi lemak, tinggi kalori

5) Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat

badan ideal)

b. Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai

contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu

dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β

pancreas.

2. Unmodificable

Faktor unmodificable adalah faktor penyebab diabetes mellitus yang tidak dapat

diubah, terdiri dari:

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi

suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes

tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki

tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan

kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses

imun lainnya. Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua

atau kakak atau adik)

b. Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini

merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal

tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya

seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Usia

Risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun.

10

Page 11: Makalah Seminar

D. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO dibagi beberapa type yaitu :

1. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)

yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita

tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan

mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat

disebabkan karena keturunan.

2. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM),

yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua

yaitu :

a. Non obesitas

b. Obesitas

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi

biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.

Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan

obesitas.

3. Diabetes Mellitus type lain

a. Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal,

diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan

lain-lain.

b. Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain : Furasemid,

thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik

4. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,

tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat

sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS).

Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

E. Patofisiologi

1. Diabetes tipe 1

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel beta

dihancurkan proses autoimun. Sehingga hiperglikemi. Puasa terjadi akibat

produksi glukosa tidak terukur oleh hati. Selain itu glukosa tidak dapat disimpan

hati meskipun ada dalam darah (hiperglikemi postprandial).

11

Page 12: Makalah Seminar

Jika glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyaring kembali

semua glukosayang tersaring keluar, akibatnya glukosa ada di urine (glukosuria).

Ekskresi glukosa dalam urine disertai pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan

disebut diuresis osmotik. Akibat pengeluaran cairan berlebihan klien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang

menyebabkan penukaran berat badan. Pasien akan mengalami peningkatan selera

makan ( polifagia) akibat menurunnya penyimpanan kalori.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis ( pemecahan

glukosayang disimpan) dan glukoneagenesis ( pembentukan glukosa baru dari

asam-asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin,

proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut menimbulkan

hiperglikemia. Disamping itu terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan

peningkatan produksi badan keton yang merupakan asam yang mengganggu

ketidakseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahna berlebihan. Ketoasidosis

diabetik menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,

hiperventilasi, nafas berbau, aseton, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan

koma bahkan kematian

2. Diabetes tipe II

Pada diabestes tipe II terdapat duamasalah utama yang berhubungan dengan

insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin

akan terikat dengan reseptor khusus pada pada permukaan gel. Sebagai akibat

terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe II disertai

dengan reaksi penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi

tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada

penderita yang toleransi glukosanya terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat

normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadi DM tipe II.

12

Page 13: Makalah Seminar

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, namun insulin mampu

mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Sehingga ketoasidosis

diabetik tidak terjadi. Namun akan ada sindrome hiperglikemi hiperosmoler

nonketotic ( HHNK).

DM tipe II sering terjadi pada penderita yang berusia > 30tahun dan

obesitas akbat toleransi glukosa yang berjalan lambat dan progresif, maka tanda

dan gejala umum tidak terdeteksi. Jika gejala dialami, maka gejalanya bersifat

ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, polipagia, luka

enggak sukar sembuh, infeksi vagina, dan pandangan kabur.

Sebagian besar pasien ( kurang lebih 75 %) penyakit DM tipe II ditemukan

secara tidak sengaja. Penanganannya adalah dengan menurunkan berat badan.

13

Page 14: Makalah Seminar

14

Page 15: Makalah Seminar

15

Page 16: Makalah Seminar

16

Penuaan, keturunan, gaya hidup

Kerusakan reseptor insulin

Resistensi insulin

Glukagon meningkat

Hiperglikemia

Glukosuria

Osmotik diuresis

Poliuria

Dehidrasi

Kekurangan volume cairan

Page 17: Makalah Seminar

F. Tanda dan gejala

1. Diabetes Tipe I

a. hiperglikemia berpuasa

b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia

c. keletihan dan kelemahan

d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran,

koma, kematian)

2. Diabetes Tipe II

a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,

poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur

17

Page 18: Makalah Seminar

b. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

c. Dari sudut pasien DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian didiagnosa

sebagai DM ialah keluhan:

1) Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul

2) Kelainan ginekologis : keputihan

3) Kesemutan, rasa baal

4) Kelemahan tubuh

5) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

6) Infeksi saluran kemih

d. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital atau pun daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di

bawah payudara, biasanya timbul akibat jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama tidak

sembuh. Pada wanita, keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ke dokter ahli

kebidanan. Jamur terutama candida merupakan penyebab tersering dari keluhan pasien.

e. Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, juga merupakan keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan

mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki mungkin keluhan impotensi yang menyebabkan pasien datang ke dokter.

Keluhan lain yaitu mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa

oleh hiperglikemia. Mungkin pula keluhan tersebut disebabkan kelainan pada corpus vitreum. Diplopia binokular akibat

kelumpuhan sementara otot bola mata dapat pula merupakan salah satu sebab pasien berobat ke dokter mata.

G. Komplikasi

18

Page 19: Makalah Seminar

Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun. Komplikasi Akut, ada 3

komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek,

ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)

1) Diabetik Ketoasedosis (DKA)

Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus.

Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata ( Smeltzer, 2002 :

1258 ). Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis,

peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam

plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan

diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya

klien dapat koma dan meninggal

2) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)

Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan

disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan

asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)

3) Hypoglikemia

Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50

hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi

makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256) Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah,

lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan

epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang

tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.

19

Page 20: Makalah Seminar

Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati

Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu (Long 1996) :

1. Mikrovaskuler

a. Penyakit Ginjal

Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila

kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein

darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)

b. Penyakit Mata (Katarak)

Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalui

disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang

menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : !6)

c. Neuropati

Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom, Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi

sorbital dan perubahan–perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat

menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)

2. Makrovaskuler

a. Penyakit Jantung Koroner

Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan

darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah

menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.

20

Page 21: Makalah Seminar

b. Pembuluh darah kaki

Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak

terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah–celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel–

sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah–daerah yang

tekena trauma (Long, 1996 : 17)

c. Pembuluh darah otak

Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah ke otak menurun (Long, 1996 : 17).

H. Test Diagnostik

Kriteria diagnostik menurut WHO(1985) untuk diabetes melitus pada orang dewasa tidak hamil, pada sedikitnya dua kali

pemeriksaan:

1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).

2. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L).

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkomsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp)

>200 mg/dl (11,1 mmol/L).

I. Pemeriksaan penunjang

1. Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang, > 200 mg/dL. Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar

glukosa darah meningkat di bawah kondisi stress

2. Gula darah puasa (FBS) ; >140 mg/dl

3. Kadar glukosa sewaktu (GDS) ; >200 mg/dl

21

Page 22: Makalah Seminar

4. Urinolisa positif terhadap glukosa dan keton. Pada respon terhadap defisiensi intraseluler, protein dan lemak diubah menjadi

glukosa (glukoneogenesis) untuk energi. Selama perubahan ini asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton oleh hepar.

Ketosis terjadi ditujukkan oleh ketonuria.glukosuria menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsorbsi glukosa tercapai.

5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan

propensitas pada terjadinya ateroskerosis.

6. Essei hemoglobin glikosilat di atas rentang normal.

Tes ini mengukur presentase glukosa yang melekat pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin selama hidup sel darah

merah. Rentang normal adalah 5-6%.

1. Aseton plasma (keton): positif secara mencolok

2. Asam lemak bebaas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

3. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 mOsm/L

4. Elektorlit : natrium, kalium, fosfor : kemungkinan menurun/meningkat

5. Hemoglobin glikosilat: meningkat 2-4 kali lipat

6. Das darah arteri : menunjukan PH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis

respiratorik

7. Trombosit darah, hematokrit dan leukosit meningkat

8. Ureum/kreatinin : mungkin meningkat ( dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)

9. Amilase darah : mungkin meningkat mengindikasikan adanya pankreatitis akut

10. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah

11. Urine : aseton dan gula positif : berat jenis dan osmolalita mungkin meningkat

12. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

22

Page 23: Makalah Seminar

J. Penatalaksaan

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi

terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal

(euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.

Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:

1. Diet

a. Syarat diet DM hendaknya dapat:

b. Memperbaiki kesehatan umum penderita

c. Mengarahkan pada berat badan normal

d. Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda

e. Mempertahankan kadar KGD normal

f. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

g. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.

h. Menarik dan mudah diberikan

2. Prinsip diet DM, adalah:

a. Jumlah sesuai kebutuhan

b. Jadwal diet ketat

c. Jenis: boleh dimakan/tidak

3. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.

a. Diit DM I : 1100 kalori

b. Diit DM II : 1300 kalori

c. Diit DM III : 1500 kalori

23

Page 24: Makalah Seminar

d. Diit DM IV : 1700 kalori

e. Diit DM V : 1900 kalori

f. Diit DM VI : 2100 kalori

g. Diit DM VII : 2300 kalori

h. Diit DM VIII : 2500 kalori

1) Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

2) Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal

3) Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:

a. J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah

b. J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya

c. J III : jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan

dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:

BBR = (TB dalam cm – 100) – 10% kg

a. Kurus (underweight)

1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %

b. Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %

c. Gemuk (overweight) : BBR > 110 %

d. Obesitas, apabila : BBR > 120 %

24

Page 25: Makalah Seminar

1) Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %

2) Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %

3) Obesitas berat : BBR 140 – 200 %

e. Morbid : BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah:

1) Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari

2) Normal : BB X 30 kalori sehari

3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari

4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

4. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:

a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula

mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan

meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.

b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore

c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen

d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein

e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru

f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

5. Penyuluhan

25

Page 26: Makalah Seminar

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada

penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan

sebagainya.

6. Obat

Tablet OAD (Oral Antidiabetes)

a. Mekanisme kerja sulfanilurea :

1) Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas.

2) Kerja OAD tingkat reseptor.

b. Mekanisme kerja Biguanida :

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin,

yaitu:

1) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik :

a) Menghambat absorpsi karbohidrat

b) Menghambat glukoneogenesis di hati.

c) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.

c. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin.

d. Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler

7. Insulin

a. Indikasi penggunaan insulin :

1) DM tipe I

2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD

3) DM kehamilan

26

Page 27: Makalah Seminar

4) DM dan gangguan faal hati yang berat

5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)

6) DM dan TBC paru akut

7) DM dan koma lain pada DM

8) DM operasi

9) DM patah tulang

10) DM dan underweight

11) DM dan penyakit Graves

b. Beberapa cara pemberian insulin

1) Suntikan insulin subkutan

Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di

tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:

2) Lokasi suntikan

Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan

(lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi

perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.

3) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin

Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena

itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.

27

Page 28: Makalah Seminar

4) Pemijatan (Masage)

Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.

a) Suhu

Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.

b) Konsentrasi insulin

Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila

terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.

c) Suntikan intramuskular dan intravena

Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi

tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma

diabetik.

5) Cangkok pancreas

Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik

(Tjokroprawiro, 1992).

K. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi

: biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

28

Page 29: Makalah Seminar

Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan

dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut (Rumahorbo, 1999).

1 Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan

anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat

(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).

2 Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan,

gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi

aterosklerosis.

3 Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

a. Aktivitas dan istirahat :

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan

aktivitas dan koma.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit

kering, merah, dan bola mata cekung.

c. Eliminasi

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

d. Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

e. Neurosensori

Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.

29

Page 30: Makalah Seminar

f. Nyeri

Pembengkakan perut, meringis.

g. Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h. Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.

L. Diagnosa keperawatan

1 Kekurangan volume cairan dan elektorlit b/d diuresis osmotic, kehilangan gastrik berlebihan.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria hasil:

a. Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba,

b. turgor kulit dan pengisian kapiler baik,

c. haluaran urin tepat secara individu dan

d. kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi Rasional

a. Pantau tanda-tanda vital, catat

adanya perubahan TD

a. Hipovelemia dapat di manifestasikan oleh

hipotensi dan takikardia.

b. Memberikan hasil pengkajian yang terbaik di

30

Page 31: Makalah Seminar

orotstatik.

b. Ukur berat badan setiap hari.

c. Kaji nadi perifer, pengisian

kapiler, turgor kulit dan

membran mukosa

Kolaborasi

d. Pantau pemeriksaan lab

seperti : Hematoksit (Ht), BUN

(kreatinin) dan Osmulalitas

darah, Natrium, kalium

status cairan yang sedang berlangsung dan

selanjutnya dalam memberikan cairan.

c. Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi

atau volume sirkulasi yang adekuat

d. Ht: Mengkaji tingkat hidrasi dan sering kali

meningkat akibat homokonsentrasi yang terjadi

setelah dieresis osmotic

e. BUN:Peningkatan nilai dapat mencerminkan

kerusakan sel karena dehidrasi atau tanda

awitan kegagalan ginjal.

f. Osmolalitas darah: Meningkat sehubungan

dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi

g. Natrium: Mungkin menurun yang dapat

mencerminkan perpindahan cairan dari intra

sel (dieresis osmotik)

h. Kalium: Awalnya akan terjadi hiperkalemia

dalam breepons pada asodisis

31

Page 32: Makalah Seminar

2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakcukupan insulin, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, status

hipermetabolisme, pelepasan hormone stress.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria hasil :

a. Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

b. Menunjukkan tingkat energi biasanya

c. Berat badan stabil atau bertambah.

Intervensi Rasional

a. Tentukan program diet dan pola

makan pasien dan bandingkan

dengan makanan yang dapat

dihabiskan oleh pasien.

b. Timbang berat badan setiap hari

atau sesuai indikasi.

c. Identifikasi makanan yang

disukai/dikehendaki termasuk

kebutuhan etnik/kultural.

d. Libatkan keluarga pasien pada

perencanaan makan sesuai

indikasi.

a. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan

dari kebutuhan terapeutik.

b. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

(termasuk absorbsi dan utilisasinya).

c. Jika makanan yang disukai pasien dapat

dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama

ini dapat diupayakan setelah pulang.

d. Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan

informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi

pasien.

32

Page 33: Makalah Seminar

Kolaborasi

e. Berikan pengobatan insulin

secara teratur sesuai indikasi

f. Pantau pemeriksaan laboratoriu

mseperti glukosa darah, aseton,

pH, dan HCO3

e. Insulin reguler memiliki awitan cepat dan

karenanya dengan cepat pula dapat membantu

memindahkan glukosa ke dalam sel.

f. Gula darah akan menurun perlahan dengan

penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol.

3 Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi, penurunanan aktivitas.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan integritas kulit dapat membaik.

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan integritas kulit

b. Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit.

Intervensi Rasional

a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna ,

turgor, vaskular.

b. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu /

pigmentasi atau kegemukan / kurus

c. Jaga kulit tetap bersih

a. menandakan area sirkulasi buruk yang

dapat menimbulkan dekubitus infeksi.

b. Kulit beresiko karena gangguan

sirkulasinya perifer, imobilitas fisik

dan gangguan status nutrisi.

c. kulit kotor dan basah merupakan

media yang baik untuk timbulnya

33

Page 34: Makalah Seminar

d. Dapatkan kultur dari drainase luka saat

masuk.

e. Rendam kaki dalam air steril pada suhu

kamar dengan larutan betadine tiga kali

sehari selama 15 menit

f. Balut luka dengan kasa kering steril.

Gunakan plester kertas

Kolaborasi

g. Berikan dikloksasi 500 mg per oral

setiap 6 jam, mulai jam 10 malam

amati tanda-tanda hipersensitivitas,

seperti : pruritus, urtikaria, ruam

mikroorganisme.

d. Mengidentifikasi pathogen dan terapi

pilihan

e. Germisidal lokal efektif untuk luka

permukaan

f. Menjaga kebersihan luka /

meminimalkan kontaminasi silang.

Plester adesif dapat membuat abrasi

terhadap jaringan mudah rusak.

g. Pengobatan infeksi / pencegahan

komplikasi

4 Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam tidak terjadi infeksi.

Kriteria hasil:

a. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

b. Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

34

Page 35: Makalah Seminar

Intervensi Rasional

a. Observasi tanda-tanda infeksi dan

peradangan.

b. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan

melakukan cuci tangan yang baik pada

semua orang yang berhubungan dengan

pasien termasuk pasiennya sendiri.

c. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur

invasif.

d. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan

sungguh-sungguh.

a. Pasien mungkin masuk dengan

infeksi yang biasanya telah

mencetuskan keadaan ketoasidosis

atau dapat mengalami infeksi

nosokomial

b. Mencegah timbulnya infeksi silang.

c. Kadar glukosa yang tinggi dalam

darah akan menjadi media terbaik

bagi pertumbuhan kuman.

d. Sirkulasi perifer bisa terganggu

yang menempatkan pasien pada

peningkatan resiko terjadinya

kerusakan pada kulit/iritasi kulit

dan infeksi.

5 Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

Tujuan :

35

Page 36: Makalah Seminar

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan keadaan fisik tetap stabil

Kriteria hasil :

a. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

b. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Intervensi Rasional

a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan

aktivitas.

b. Berikan aktivitas alternatif dengan periode

istirahat yang cukup.

c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan

tekanan darah sebelum/sesudah melakukan

aktivitas.

d. Tingkatkan partisipasi pasien dalam

melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

toleransi.

a. Pendidikan dapat memberikan

motivasi untuk meningkatkan

tingkat aktivitas meskipun pasien

mungkin sangat lemah.

b. Mencegah kelelahan yang

berlebihan.

c. Mengindikasikan tingkat aktivitas

yang dapat ditoleransi secara

fisiologis.

d. Meningkatkan kepercayaan

diri/harga diri yang positif sesuai

tingkat aktivitas yang dapat

ditoleransi.

6 Intoleransi aktivitas b.d penurunan simpanan energy

Tujuan:

36

Page 37: Makalah Seminar

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan tidak terjadi intoleransi aktivitas

Kriteria hasil :

a. Mengungkapkan peningkatan tingkat energy

b. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan

Intervensi Rasional

a. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan

aktivitas. Membuat jadwal perencanaan

dengan pasien dan identifikasi aktivitas

yang menimbulkan kelelahan.

b. Beri aktivitas alternatif dengan periode

istirahat yang cukup / tanpa diganggu.

c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan TD

sebelum / sesudah melakukan aktivitas.

d. Mendiskusikan cara menghemat kalori

selama mandi, berpindah tempat.

e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam

melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

dengan yang dapat ditoleransi.

a. Pendidikan dapat memberikan

motivasi untuk meningkatkan

tingkat aktivitas meskipun pasien

mungkin sangat lemah.

b. Mencegah kelelahan yang

berlebihan

c. Mengidentifikasi tingkat aktivitas

yang dapat ditoleransi secara

fisiologi.

d. Pasien akan dapat melakukan lebih

banyak kegiatan dengan penurunan

kegiatan akan pada energi pada

setiap kegiatan.

e. Meningkatkan kepercayan diri /

harga diri positif sesuai tingkat

aktivitas yang dapat ditoleransi

37

Page 38: Makalah Seminar

pasien.

38

Page 39: Makalah Seminar

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 13 januari 2014

Tanggal masuk : 11 januarai 2014

Ruang/kelas : bougenvile /III

No.RM : 65. 19. 05 00

Diagnosa medis : foot diabeticum

IDENTITAS PASIEN

Nama klien : Ny. M

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 43 tahun

Status perkawinan : janda

Agama : islam

Suku bangsa : jawa

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

39

Page 40: Makalah Seminar

Alamat : Jl. Cipinang Galur Kulor Rt/Rw 14/02

Sumber informasi : Pasien

RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Riwayat kesehatan sekarang

a. Keluhan utama : Nyeri di telapak kaki kanan.

b. Kronologis keluhan :

- Faktor pencetus : adanya luka yang tiba tiba muncul di kaki karna klien

mempunyai riwayat DM, lukanya bertambah parah

- Timbulnya keluhan : Bertahap

- Lamanya keluhan : 1 minggu SMRS

- Upaya mengatasi : Berobat ke rumah sakit.

2. Riwayat Kesehatan masa lalu

a. Riwayat kesehatan masa lalu

- Riwayat alergi : Tidak ada alergi

- Riwayat kecelakaan : Tidak pernah mengalami kecelakaan

- Riwayat di rawat di rs : pernah 3 tahun yang lalu, di RS pekalongan 2 hari

3. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan keterangan)

40

Page 41: Makalah Seminar

Ket :

: laki-laki meninggal : laki-laki

: perempuan meninggal : klien

: perempuan

Keterangan :

Klien merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Orang tua klien masih hidup sedangkan kakek, nenek klien sudah meninggal. Dalam

keluarga klien tidak ada riwayat DM. Tetapi menurut klien orang tuanya memiliki riwayat hipertensi.

4. Riwayat psikososial dan spiriutal

1) Adakah orang yang terdekat dengan klien : anak -anak klien

2) Interaksi dalam keluarga :

a) Pola komunikasi : terbuka

b) Pembuat keputusan : klien

c) Kegiatan kemasyarakatan : tidak ada

3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga : sekolah anak terganggu, rumah kurang terurus, dan masalh ekonomi bertambah.

4) Masalah yang mempengaruhi klien : klien memikirkan anaknya yang masih sekolah, karena jika klien sakit maka tidak ada yang

mengurus.

41

vv v v

Page 42: Makalah Seminar

5) Mekanisme koping terhadap stress : tidur dan bercerita dan menonoton tv

6) Persepsi klien terhadap penyakitnya :

a) Hal yang sangat dipikirkan saat ini : Penyakitnya.

b) Harapan setelah menjalani perawatan : sembuh dan kembali ke rumah

c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : kebersihan kurang terurus dan penuruna BB .

7) Sistem nilai kepercayaan :

a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada.

b) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : Shalat 5 waktu dan mengaji.

8) Kondisi lingkungan rumah ( lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini) :Lingkungan rumah dan sekitarnya bersih.

9) pola kebiasaan

Sebelum sakit Saat dirawat

1. Pola nutrisi

a. Frekuensi makan

b. Nafsu makan

c. Makanan yang tidak

disukai

d. Makanan yang

membuat alergi

e. Makanan patangan

f. Makanan diet

g. Kebiasaan sebelum

3 X sehari

baik

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Berdoa

3 X sehari

Tidak nafsu makan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Lunak rendah garam

berdoa

42

Page 43: Makalah Seminar

makan

h. Berat badan 48 kg

i. Tinggi badan 154cm

2. Pola eliminasi

a. B.A.K

1. Frekuensi

2. Warna

3. Keluhan

b. B.A.B

1. Frekuensi

2. Waktu

3. Warna

4. Bau

5. Konsistensi

6. Keluhan

7. Penggunaan laxative

8. Bising usus

10 – 12 kali/hari

Kuning jernih

Tidak ada

Sering BAK dimalam

hari

1 kali/hari

Tidak tentu

Kuning kecoklatan

Khas

Lunak

Tidak ada

Tidak ada

5 kali/hari

Kuning jernih

Tidak ada

BAK sedikit dan jarang

Belum BAB ± 3 hari

----

-----

-----

----

Tidak ada

Tidak ada

± 5 x/menit

3. Pola Personal Hygiene

a. Mandi

43

Page 44: Makalah Seminar

1. Frekuensi

2. Penggunaan sabun

b. Oral hygiene

1. Frekuesi

2. Waktu

c. Cuci rambut

d. Penggunaan shampo

2 kali/hari

Dengan sabun

2 kali/hari

Pagi dan sore

3 kali/minggu

Dengan shampoo

Hanya di lap

Tanpa sabun

2 kali/hari

Pagi dan sore

Belum pernah

-

4. Pola istirahat dan tidur

a. Lama tidur siang

b. Lama tidur malam

2 jam

6 -7 jam

1-2 jam

3-4 jam

5. Pola aktivitas dan latihan

a. Waktu bekerja

b. Olah raga

c. Jenis olah raga

d. Frekuensi

e. Keluhan dalam aktivitas

Tidak menentu

Tidak

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Lemas pada kaki kanan

6. Kebiasaan yang

mempengaruhi kesehatan -

44

Page 45: Makalah Seminar

a. Merokok :

1) Frekuensi

2) Jumlah

3) Lama pemakaian

b. NABZA :

1) Frekuensi

2) Jumlah

Lama pemakaian

Tidak pernah

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak pernah

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

.

-

-

-

-

-

-

-

4. Pengkajian fisik

a. Pemeriksaan fisik umum

1. Berat badan : 48 kg

2. Tinggi badan : 154cm

3. Keadaan umum : klien sakit sedang

4. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

b. Sistem pengelihatan

1. Posisi mata : simetris

2. Kelopak mata : tertutup rapat pada saat menutup mata

3. Pergerakan bola mata : searah

4. Konjungtiva : tidak anemis

45

Page 46: Makalah Seminar

5. Kornea : hitam bening

6. Sclera : tidak ikterik

7. Pupil : isokor 3mm

8. Otot-otot mata : tidak ada kelainan

9. Fungsi pengelihatan : dapat membaca dengan jarak 60cm

10. Tanda-tada radang : tidak ada

11. Pemakaian kacamata : tidak

12. Reaksi terhadap cahaya : +/+

c. Sistem pendengaran

1. Daun telinga : utuh

2. Karakteristik serumen : tidak ada

3. Kondisi telinga tengah : baik

4. Cairan pada telinga : tidak ada

5. Perasaan penuh ditelinga : tidak ada

6. Fungsi pendengaran : dapat mendengar detak jam, jarak 3cm

7. Gangguan keseimbangan : tidak ada

8. Pemakaian alat bantu : tidak ada

d. Sistem wicara : tidak gangguan bicara

e. Sistem pernapasan

1. Jalan napas : Bersih

2. Pernapasan : baik

3. Penggunaan otot bantu : tidak

46

Page 47: Makalah Seminar

4. Frekuensi : 20 x/menit

5. Irama : teratur

6. Kedalaman : dalam

7. Batuk : tidak ada

8. Sputum : tidak

9. Konsistensi : tidak

10. Terdapat darah : tidak

11. Suara napas : vesikuler

f. Sistem kardiovaskular

1. Sistem perifer

a. Nadi : 86 x/menit

b. Irama : teratur

c. Denyut : kuat

d. Tekanan darah : 130/80 mmHg

e. Distensi vena jugularis : tidak ada

f. Temperatur kulit : hangat

g. Warna kulit : normal

h. Pengisian kapiler : 2-3 detik

i. Edema : tidak ada

2. Sirkulasi jantung

a. Kecapatan denyut apical : 80 x/menit

b. Irama : teratur

47

Page 48: Makalah Seminar

c. Kelainan bunyi jantung : tidak ada

d. Sakit dada : tidak

g. Sistem hematologi

1. Hb : 12, 2 gr/dl

2. Ht : 34 %

3. Leu : 30.8 ribu/uL (meningkat)

h. Sistem syaraf pusat

1. Tingkat kesadaran : Composmetis

2. GCS : E : 4, M :6 , V:5

3. Tanda-tanda TIK : tidak ada

i. Sistem pencernaan

1. Gigi : 28

2. Penggunaan gigi palsu : tidak ada

3. Stomatitis : tidak ada

4. Lidah kotor : tidak

5. Salifa : normal

6. Muntah : tidak ada

7. Mual : tidak ada

8. Nyeri daerah perut : tidak ada

9. Napsu makan : kurang

10. Bising usus : 5x/menit

48

Page 49: Makalah Seminar

11. Hepar : tidak teraba

j. Sistem endokrin

1. Gula Darah : 366 gr/dl

2. Nafas bau keton : tidak ada

3. Poliuria : tidak ada

4. Polifagia : tidak ada

5. Polidipsi : tidak ada

6. Data lain yang menunjang : tidak ada

k. Sistem muskuloskeletal

Kesulitan dalam pergerakan : iya

Nyeri pada tulang, sendi, kulit : nyeri pada pedis dextra, skala 5

Fraktur : tidak ada

Kelaian bentuk tulang sendi : tidak ada

Kelaian bentuk tulang belakang : tidak ada

Keadaan tonus otot : normal

Kekuatan otot : 5555 5555

5555 5555

l. Sistem urogenital

Perubahan pola eliminasi : iya

Pola rutin BAK : 5 x/hari

Jumlah urine : 2000/ 24 jam

49

Page 50: Makalah Seminar

Keluhan sakit pinggang : tidak ada

Distensi kandung kemih : tidak ada

m. Sistem integrumen

Turgor kulit : baik elastis

Temperatur kulit : hangat

Warna kulit : kemerahan

Keadaan kulit : terdapat ulkus dan luka insisi

Keadaan rambut : tekstur baik, kurang bersih

n. Nyeri

Lokasi : pedis dextra

Skala : 5

Karakteristik : berdenyut

o. Sistem Kekebalan Tubuh

Suhu : 38,3 0C

BB sebelum sakit : 48 Kg

BB sesedah sakit : 46 Kg

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

I. Data Penunjang

Pemeriksaan darah Hasil Satuan Nilai rujukan

Hemoglobin 12.2 g/dl 14-16

50

Page 51: Makalah Seminar

Hematrokit 34.0 % 40-48

Leukosit 30.8 ribu/ui 5-10

Trombosit 532 ribu/ui 150-400

Kimia klinik : GDS 401 mg/dl < 200

AGD dan Elektrolit

Elektrolit

Natrium 127 mmol/L 136-145

Kalium 43 mmol/L 35-51

Clorida 99 mmol/L 99-111

Hemostatis

Masa perdarahan 1,30 menit 1-3

Masa pembekuan 13 menit 10-16

Masa protrombin

Kontrol(Masa protrombin) 12 detik 10-16

Pasien(Masa protrombin) 14 detik 10-16

51

Page 52: Makalah Seminar

Kimia Klinik

SGOT/ AST 12 u/L 10-34

SGPT/AT 19 u/L 9-36

GDS 533 mg/dl <200

Ureum, Kreatinin

Ureum darah 47 mg/dl 15-43

Kreatinin darah 1,15 mg/dl 0,60-0,90

II. Terapi Medikasi

Nama Obat Dosis Indikasi Kontra indikasi Efek samping

Ceftriaxone 1000

mg

2x2

Infeksi yang

disebabkan oleh

pathogen yang

Hipersensitif

terhadap

cephalosporin

reaksi

hipersensitif

Curticaria,

52

Page 53: Makalah Seminar

sensitive seperti:

infeksi saluran

nafas, infeksi

THT, ISK,

sepsis,

meningitis,

infeksi tulang,

sendi dan

jaringan lunak,

infeksi intra

abdominal,

genetal,

proflaksis

penoperatif, dll.

dan penincilin pruritus,ruam,dl

l) Efek GI:

diare/radang

usus besar.

Dosis tinggi

efek CNS

(encephalopatis

, convulsion)

Perpanjangan

protrombine

time, dan

hypoprothrombi

nemial

Metronidazole 500

mg

3x1

Untuk

pengobatan:

Trikomoniasis

sepertio

vaginitis dan

urethritis.

Amebicesis

Hipersensitivit

a

metrodinazole

atau dervat

nitrodinazole

lain.

Mual,sakit kepala

andieksia, diare,

nyeri epigastrium

dan konstisipasi

53

Page 54: Makalah Seminar

seperti

amebiasis

internal dan

hepatik,

disebabkan oleh

ehistoligca obat

pilihan untuk

giardiansis

Acran 2x1

ampl

Tukak

lambung

dan usus 12

jam

Hipersekres

i pardiogik

sehubungan

dengan

sindrom

zoiilnger –

Ellison

Penderita

gangguan

fungsi ginjal

Wanita hamil

dan menyusui

Diare, nyeri otot dan

timbul ruam kulit,

malaise nauseu

Onstpusi

Penurunan sel

darah putih

dan platelet

Penurunan

platenet

Bronchospasm

e, hipertensi,

demam,anhati

54

Page 55: Makalah Seminar

k, dll

Nouorapid 16

unit

3x1

Pengobatan

diabetes mellitus

Hipoglikemia Hipoglikemia

Keterolac 3 x 24

jam

Untuk nyeri

akut sampai

berat

Hipersensitivit

as terhadap

ketorolac

Pasien dengan

alergi serius

Pasien

menderita

ulkus

peptikum akut

Diabetes

hemoragik/

gangguan

koagulasi

Sakit kepala,

pusing,

mengantuk,

berkeringat

Diare,

dyspepsia,nyer

i

gastrointestinal

, nausea

RL 500

mg

Mengembalikan

keseimbangan

elektrolit pada

dehidrasi

Hypernatremia

Kelainan

ginjal

Kerusakan sel

hati

Reaksi yang terjadi

karena larutannya

atau cara

pemberian

termasuk tubuh :

55

Page 56: Makalah Seminar

Asidosis laktat panas, phlebitis,

thrombosis vena

atau flebitis

NS 500

mg

Untuk

mengembalikan

keseimbangan

elektrolit pada

dehidrasi

Hipernatremia,

Asidosis,

Hipokalemia.

Reaksi-reaksi yang

mungkin terjadi

karena larutannya

atau cara

pemberiannya,

termasuk

timbulnya panas,

infeksi pada

tempat

penyuntikan,

thrombosis vena

atau flebitis yang

meluas dari tempat

penyuntikan,

ekstravasasi.

Bila terjadi reaksi

efek samping,

pemakaian harus

dihentikan dan

56

Page 57: Makalah Seminar

lakukan evaluasi

terhadap penderita.

III. Resume

Klien datang ke UGD RS UKI pada tanggal , sabtu 11 januari 2014. Klien datang dengan keluhan nyeri pada telapak kaki kanan dan sulit

untuk berjalan. Nyeri dirasakan sejak ± 10 hari SMRS, nyeri dirasakan terus menerus, kemudian keluar darah dari daerah nyeri. Pasien

sudah berobat ke Puskesmas, sejak 3 tahun yang lalu jari ke 3 kaki kiri sudah diamputasi. TTV klien : TD: 130/80,mmHg, N: 83 x/mnt,

RR: 20 x/mnt, SB: 37,8°C. BU (+) 5 x/mnt. Bunyi jantung regular, bunyi nafas veskuler, anggota gerak: pedis dextra: Merah (+), PUS

(+), darah (+), nyeri (+), panas pada daerah luka (+).

Masalah keperawatan yang dilakukan : ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, kolaborasi dengan dokter untuk melakukan debridement.

Masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan di ruang bougenville.

57

Page 58: Makalah Seminar

DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

Klien mengatakan kaki

kanannya terasa sakit

Klien mengatakan nyeri

seperti ditekan-tekan

Skala nyeri 6

Lokasi pedis dextra

Klien tampak meringis

58

Page 59: Makalah Seminar

Klien mengatakan rasa nyeri

membuat susah tidur

Klien mengatakan luka dikaki

sangat mengganggu

Klien mengatakan sebelum

masuk rumah sakit tiba-tiba

kakinya berdarah dan luka

Klien mengatakan sering

demam

Klien mengatakan demam,

karna luka dikaki

Klien mengatakan malas

makan

Klien mengatakan mulutnya

terasa pahit

Klien mengatakan mual dan

muntah

kesakitan

Karakteristik sepeti ditekan-

tekan dan terasa panas

Terdapat luka atau ulkus dari

pedis dextra

Ulkus lebar kurang lebih 8 cm

Masih ada pus

Kaki bengkak dan merah

GDS : 366

TTV : TD : 160/90

S : 390 C RR : 20 x/mnt

N : 110 x /mnt

Badan panas

Klien tampak menggigil

Kaki kemerahan dan bengkak

Nasi habis ½ porsi

Klien muntah setelah makan

Perut kembung

Bu ± 4 x/mnt

GDS : 366 mg/dl

59

Page 60: Makalah Seminar

ANALISA DATA

Hari / tanggal Data Masalah Etiologi

Senin,

13-01-2014

Ds :

Klien mengtakan kaki

kanannya terasa sakit

Klien mengatakan nyeri

seperti ditekan-tekan

Klien mengatakan nyeri

membuat susah tidur

Do :

Skala nyeri 6

Lokasi pedis dextra

Klien tampak meringis

kesakitan

Karakteristik seperti

ditekan-tekan dan terasa

panas

Nyeri Agen injury:

fisik

Senin

13-01-2014

Ds :

Klien mengatakan

sebelum masuk Rs tiba-

tiba kakinya bengkak

Kerusakan

integritas

kulit

Faktor

mekanik

perubahan

sensasi

60

Page 61: Makalah Seminar

dan berdarah

Klien mengatakan luka

sangat mengganggu

Do:

Terdapat luka/ulkus

dipedis dextra

Ulkus ± 8 cm

Masih ada pus

Kaki bengkak dan

merah

GDS : 366 mg / dl

sensori

gangguan

sirkulasi

Senin

13-01-2014

Ds :

Klien mengatakn sering

demam

Klien mengatakan

demam karena luka

dikaki

Do :

TTV : TD : 160/90

mmhg

S : 39 º C

Resiko

infeksi

Agen injury

dan

hiperglikemia

61

Page 62: Makalah Seminar

RR: 20 x/mnt

N : 110 x /mnt

Badan panas

Klien tampak menggigil

Kaki bengkak dan

kemerahan

GDS : 366 mg /dl

62

Page 63: Makalah Seminar

63

Page 64: Makalah Seminar

RENCANA KEPERAWATAN

64

No

Dx

Hari /tgl Diagnosa Tujuan dan

kriteria hasil

intervensi Rasional

1 Senin

13-01-

2014

Nyeri b.d

agen

injury fisik

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan rasa

nyeri dapat diatasi

Kriteria hasil :

Skala

nyeri 0

Klien

nyaman

dan

mampu

beraktivita

s

TTV

dalam

batas

normal

Mampu

menunjuk

kan

kemampu

an dalam

mengatasi

nyeri

a. Kaji skala

nyeri,

karakteristik,

durasi,

frekuensi dan

lokasi

b. ukur TTV

tiap 8 jam.

c. pertahankan

posisi

nyaman

pasien.

d. ajarkan

teknik

relaksasi

nafas dalam.

e. kolaborasi

pemberian

obat

analgetik.

untuk

mempermudah

dalam

menentukan

intervensi

selanjutnya

nyeri dapat

mempengaruhi

perubahan

tekanan darah.

memberikan rasa

nyaman.

membantu

membantu

mengurangi

persepsi klien

terhadap nyeri

yang dirasakn

klien.

mengurangi

menghilangkan

nyeri.

Page 65: Makalah Seminar

A. Catatan Keperawatan

Hari/tanggal, Jam No.Dx Tindakan keperawatan dan Hasil

Senin,

13 januari 2014.

09.00 wib

1. 1. Mengkaji skala nyeri, karakteristik, durasi,

frekuensi dan lokasi

Hasil: skala nyeri 6, seperti di tekan tekan, durasi

dan frekuensi tidak tentu, lokasi di pedis dextra.

2. Mengukur TTV tiap 8jam

Hasil : TD: 160/90mmHg S: 39,10 C

HR: 110X/menit RR : 20X/ menit

3. Mempertahankan posisi nyaman

Hasil : klien tidur dengan semi fowler

4. Mengajarkan tehnik relaksasi /distraksi

Hasil : klien menarik napas panjang, ditahan 3

detik lalu di buang perlahan

5. kolaborasi

memberikan obat analgetik

Senin,

13 Januari 2014

2. 1. mengkaji luka, adanya pus, perubahan warna,

edema,

65

Page 66: Makalah Seminar

10.00 H: luka dengan panjang 8 cm, adanya pus/ nanah,

bengkak dan kemerahan.

2. Mempertahankan linen kering.

H: linen sering kering

3. Kolaborasi

Melakukan perawatan luka

H:klien sudah diganti verban.

Memberikan insulin

Hasil : insulin masuk 16 unit sesudah makan.

Senin, 13

Januari 2014

13.00

3 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan

peradangan

Hasil : terdapat pus, kulit sekitar luka tampak

kemerahan, panas di area kaki dan tampak

edema.

2. Mempertahankan tehknik aseptik

Hasil : ganti verban dilakukan dengan prinsip

steril

3. Kolaborasi

66

Page 67: Makalah Seminar

Memberikan obat antibiotik

Hasil : obat ceftriaxone 100ml 2x2

Obat metrodinazole 3x 500mg

Selasa, 14

Januari 2014

14.00

1 1. Mengkaji skala nyeri, karakteristik,

Hasil : skala nyeri 5

2. Mengukur TTV

Hasil : TD : 160/90mm Hg S :390C

RR : 24x/mnt N : 92x/mnt

3. Mempertahankan posisi nyaman

Hasil : klien tidur dengan posisi semi fowler

4. Mengajarkan teknik relaksasi

Hasil : klien menarik nafas panjang, ditahan 3

detik lalu dibuang perlahan.

5. Kolaborasi

Memberikan obat analgesik

Hasil : I RL + 3 amp Ketorolac/ 24 jam

Selasa, 14

Januari 2014

15.00

2 1. Mengkaji luka, adanya pus

Hasil : luka insisi bersih tapi basah tampak pus

2. Mempertahankan linen kering

Hasil : linen tampak kering

67

Page 68: Makalah Seminar

3. Kolaborasi

Dilakukan ganti balutan.

Hasil : luka sudah di ganti balutan

4. Memberi insulin

Hasil : Insulin masuk 16 unit

Selasa 14

Januari 2014

16.00

3 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi

Hasil : terdapat pus, kemerahan di area luka,

edema dan panas.

2. Mempertahankan teknik aseptik

Hasil : ganti verban dengan teknik steril.

3. Menjaga luka tetap bersih

Hasil : sudah dilakukan ganti verban

4. Kolaborasi

Memberikan obat antibiotik

Hasil : obat ceftriaxone 100ml 2x2

Obat metrodinazole 3x500ml

Rabu 15

Januari 2014

09.00

1 1. Mengkaji skala nyeri dan frekuensi

Hasil : skala nyeri 3, frekuensi 3 jam

2. Mengukur TTV

Hasil : TD : 120/70mmhg N : 82x/mnt

S : 36,30 C RR : 24x/mnt

68

Page 69: Makalah Seminar

3. Mempertahankan posisi nyaman.

Hasil : klien tidur dengan posisi semi fowler

4. Mengajarkan teknik relaksasi

Hasil : klien mampu melakukan teknik relaksasi

5. Kolaborasi

Memberi obat analgetik

Hasil : I RL + 3 amp Ketorolac /24 jam

Rabu 15

Januari 2014

09.00

2 1. Mengkaji keadaan luka, adanya pus

Hasil : luka basah, area luka tampak kemerahan,

edema.

2. Mempertahankan linen kering

Hasil : linen kering

3. Kolaborasi

Ganti balutan baru dan bersih

Hasil :balutan baru dan bersih

4. Kolaborasi : memberi insulin

hasil : memberi insulin 16 unit

Rabu 15

Januari 2014

09.00

3 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi

Hasil : area luka kemerahan dan edema

2. Mempertahankan teknik aseptik

Hasil : ganti balutan dengan prinsip steril

69

Page 70: Makalah Seminar

3. Menjaga luka tetap bersih

Hasil : luka bersih

4. Kolaborasi

Memberi obat antibiotik

Hasil : IV ceftriaxone 100ml 2x2

IV metronidazole 3x 500mg

B. Catatan Perkembangan

No.

Dx

Hari/tanggal

Jam

SOAP

1. Senin,

13-01-2014

14.00

S:

Klien mengatakan kakinya masih nyeri,

Klien mengatakan rasa nyeri membuat klien

tidak nyaman

O:

Skala nyeri 6. Seperti di tekan tekan. Durasi

dan frekuensinya tidak menentu tidak tentu,

Lokasi di pedis dextra

TD: 160/90, N: 110x/menit, Rr: 20x/menit,

S:39,10C

70

Page 71: Makalah Seminar

Klien tidur dalam posisi semifowler

Klien mampu melakukan tehnik relaksasi

Obat analgetik belim masuk

A: masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

Kaji skala, durasi dan frekuensi

Ukur TTV tiap 8 jam

Pertahankan posisi nyaman

Ajarkan tehnik relaksasi dan distrasi

kolaborasi

Beri obat analgetik

2. Senin,

13 -01- 2014

11.00

S:

Klien mengatakan lukanya sangat nyeri

O:

Insulin masuk 16 unit.

Luka dengan panjang ± 8cm, tamapk pus,

bengkak dan kemerahan

Linen tampak kering

Luka sudah di ganti verban

A: masalah belum teratasi sebagian

71

Page 72: Makalah Seminar

P: Intervensi dilanjutkan

Kaji luka adanya pus

Pertahankan linen kering

kolaborasi

lakukan perawatan luka

beri insulin

3 Senin 13 -01-2014 S: klien mengatakan masih demam

O:

Ekspresi wajah rileks, tenang.

Suhu : 39,10 C

Terdapat pus

Luka tampak kemerahan

Panas area kaki dan tampak edema

Ganti verban dengan prinsip steril

Obat masuk: ceftriaxon 100ml 2X2

Metronidazol 3x 500mg

A : Masalah belum teratasi teratasi

P : Intervensi di Lanjutkan

Observasi tanda- tanda infeksi

Pertghankan tehnik aseptik

72

Page 73: Makalah Seminar

Jaga luka tetap besih

Kolaborasi

Beri obat antibiotik.

1 Selasa 14-01-2014

16.30

S : Klien mengatakasn kakinya msih nyeri.

O :

Wajah tampak meringis

Skala nyeri 5

Posisi tidur semi fowler

Klien mampu melakukan tehnik relaksasi

napas dalam

Analgetik yang di berikan 1 RL + 3ampul

ketorolak/24jam

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan.

Kaji skala nyeri dan frekuensinya

Ukur TTV

Pertahankan posisi nyaman

Ajarkan tehnik relaksasi

Kolaborasi

Beri obat analgetik

2 selasa 14-01-2014 S :

73

Page 74: Makalah Seminar

klien mengatakan lebih nyaman karna luka

sudah di bersihkan.

O :

luka/ ulkus 8cm

luka tampak bersih tapi basah

linen tampak kering

sudah di lakukan ganti balutan

A : masalah belum teratasi

P :intervensi di lanjutkan

kaji luka adanya pus, keadaan luka

pertahankan linen kering

kolaborasi dengan dokter untuk ganti balutan

rencana debridement nekrotom

3 Selasa 14- 01-2014

16.30

S :

klien mengatakan masih sering demam

O :

suhu tubuh 39,10C

terdapat pus, area sekitar kulit kemrahan,

edema dan bersa panas.

Ganti verban di lakukan dengan prinsip steril

74

Page 75: Makalah Seminar

Verban bersih

Obat masuk

Ceftriaxon 100ml 2X2

Metronidazol 3x500mg

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

Observasi tanda-tanda infeksi

Pertahankan tehnik aseptik

Jaga luka tetap bersih

Kolaborasi

Beri obat antibiotik

1. Rabu 15-01-2014 S :klien mengatakan nyeri di kaki sudah berkurang

O :

Ekpresi wajah tenang dan rileks

Skala nyeri 3

Frekuensi ± 3 jam

TD: 120/70mmHg N:82X/mnt S: 36,30 C RR:

24X/mnt

Posisi tidur semi fowler

Mampu melakukan tehnik relaksasi

IVFD : 1 RL + ampul keterolak/24 jam

75

Page 76: Makalah Seminar

A : masalah belum teratasi

P : Intervensi diteruskan.

Kaji nyeri dan frekuensi

Ukur TTV

Pertahankan posisi nyaman

Ajarkan tehnik relaksasi

Kolaborasi

Beri obat analgetik

2. Rabu 15-01-2014

10.00

S : klien mengatakan nyeri kaki sudah berkurang

O :

Luka ±8 cm, kemerahan, edema, masih ada

pus

Linen kering

Balutan sudah di ganti

Insulin masuk 16 unit

Rencana debridement dan nekrotomi di tunda

A : masalah belum teratasi.

P : intervensi diteruskan.

Kaji keadaan luka

Perthankan linen kering

Kolaborasi

76

Page 77: Makalah Seminar

Ganti balutan

Beri insulin

3 Rabu 15-01-2014

09.00

S:

Klien mengatak demam kalau malam

O:

Suhu: 36,30C

Area luka kemerahan dan tampak edema

Ganti balutan dengn prinsip steril

Obat masuk IV Ceftriaxon & metronidazol

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Observasi tanda tanda infeksi

Pertahankan tehnik aseptik

Jaga luka tetap bersih

Kolaborasi

Beri obat antibiotik

77

Page 78: Makalah Seminar

78

Page 79: Makalah Seminar

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Diabetes Melitus tidak merupakan salah satu penyakit menular dan prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di

Indonesia prevalensi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sehingga Indonesia merupakan negara yang menempati urutan

keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.

Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius

karena dapat menimbulkan komplikasi seperti : penyakit jantung, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf. Beberapa jenis DM

terjadi karena interaksi yang kompleks dari lingkungan, genetik, dan pola hidup sehari-hari.

Kebiasaan melakukan aktivitas fisik sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh penderita DM karena dapat meningkatkan

kesehatan psikologis dan mencegah kematian prematur (Powers, 2005).

Pada kasus yang kami dapat di ruang bougenvile pada Ny. M yaitu Diabetse melitus Tipe II, dengan Diagnosa yang

ditimbulkan dari kasus pada penyakit Diabetes Melitus :

1. Nyeri behubungan dengan agen injuri fisik.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik ; perubahan sensasi sensori dan gangguan sirkulasi.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan agen injuri dan hiperglikemia.

79

Page 80: Makalah Seminar

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong, W.T, 1995. Fisiologi Kedokteran : EGC

2. Doenges, M, 2004. Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC

3. Smeltzer suzzane C, Brenda G.B, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.

4. Brunner & Suddarth Buku Ajar Keoerwatan Medikal Bedah. Edisi 10 Volume 2. Jakarta : EGC

5. Arjatmo Tjokreonegoro, 2006. Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

6. Http:// Teguhsubianto blog:spot.com /2009/ 06/ Asuhan Keperawatan. Diabetes Melitus. Html diunggah 2 february 2014

7. Long C, Barbara. 1962. Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan

Keperawatan Pajajaran.

80

Page 81: Makalah Seminar

81