21
Proyeksi Peta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta merupakan gambaran bumi yang di skalakan menjadi lebih kecil dari aslinya ke suatu bidang datar. Dalam peta harus dipenuhi syarat-syarat untuk membuat peta tersebut ideal,yaitu mulai dari kesamaan bentuk, kesamaan jarak, kesamaan sudut, hingga kesamaan luas. Dalam realitanya banyak cara dan metode yang digunakan untuk proyeksi peta. Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang cara dan metode apa saja yang digunakan dalam proyeksi peta, hal-hal apa saja yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan cara atau metode proyeksi peta yang digunakan, serta metode proyeksi peta yang umumnya digunakan di Indonesia. 1.2 ` Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan peta ? 2. Apa yang dimaksud proyeksi peta ? 3. Metode dan klasifikasi apa saja yang yang digunakan untuk proyeksi peta? 4. Metode proyeksi peta apa yang sering digunakan di Indonesia ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan peta 2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan proyeksi peta 3. Mengetahui dan memahami metode dan klasifikasi dalam pemilihan proyeksi peta 4. Mengetahui metode-metode proyeksi peta yang sering digunakan di Indonesia Zakka fariskhalish rasyad(1200711) Page 1

Makalah Proyeksi Peta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teknik sipil

Citation preview

Proyeksi Peta

Proyeksi Peta

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peta merupakan gambaran bumi yang di skalakan menjadi lebih kecil dari aslinya ke suatu bidang datar. Dalam peta harus dipenuhi syarat-syarat untuk membuat peta tersebut ideal,yaitu mulai dari kesamaan bentuk, kesamaan jarak, kesamaan sudut, hingga kesamaan luas. Dalam realitanya banyak cara dan metode yang digunakan untuk proyeksi peta. Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang cara dan metode apa saja yang digunakan dalam proyeksi peta, hal-hal apa saja yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan cara atau metode proyeksi peta yang digunakan, serta metode proyeksi peta yang umumnya digunakan di Indonesia.

1.2 ` Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan peta ?2. Apa yang dimaksud proyeksi peta ?3. Metode dan klasifikasi apa saja yang yang digunakan untuk proyeksi peta?4. Metode proyeksi peta apa yang sering digunakan di Indonesia ?

1.3 Tujuan1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan peta2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan proyeksi peta3. Mengetahui dan memahami metode dan klasifikasi dalam pemilihan proyeksi peta4. Mengetahui metode-metode proyeksi peta yang sering digunakan di Indonesia

BAB IILANDASAN TEORI

PROYEKSI PETA Petamerupakan gambaran permukaan bumi dalam skala yang lebih kecil pada bidang datar. Suatu peta idealnya harus dapat memenuhi ketentuan geometrik sebagai berikut : Jarak antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta) Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta) Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta) Pada daerah yang relatif kecil (30 km x 30 km) permukaan bumi diasumsikan sebagai bidang datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap memenuhi semua persyaratan geometrik. Namun karena permukaan bumi secara keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang datar tidak dapat dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi) dari bentuk yang sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan geometrik peta yang ideal dapat dipenuhi.

2.1 Pengertian Proyeksi Peta Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi fisis tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran tertentu. Maka secara matematis proyeksi peta dilakukan dari permukaan ellipsoid putaran ke permukaan bidang datar.

Gambar 1 Proyeksi peta dari permukaan bumi ke bidang datar

Gambar 2 Koordinat Geografis dan Koordinat Proyeksi

Proyeksi peta diperlukan dalam pemetaan permukaan bumi yang mencakup daerah yang cukup luas (lebih besar dari 30 km x 30 km) dimana permukaan bumi tidak dapat diasumsikan sebagai bidang datar. Dengan sistem proyeksi peta, distorsi yang terjadi pada pemetaan dapat direduksi sehingga peta yang dihasilkan dapat memenuhi minimal satu syarat geometrik peta ideal. 2.1.1 Proyeksi PolyenderProyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi titik nol (0, 0) bagian derajat tersebut. Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis paralel standar (0) sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukan garis meridian standarnya (0). Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah : Paralel standar : dimulai dari I (0=650 LU) sampai LI (0=1050 LU) Meridian standar : dimulai dari 1 (0=1150 BT) sampai 96 (0=1950 BT) Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta (jakarta=10648 27,79 BT)20

Paralel standar

Meridian standar Standar Gambar 5 Bagian derajat Proyeksi Polyeder

2.1.2 Proyeksi Tranverse Mercator Proyeksi Tranverse Mercator adalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder, tranversal, conform dan menyinggung. Pada proyeksi ini secara geografis silindernya menyinggung bumi pada sebuah meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian sentral, faktor skala (k) adalah 1 (tidak terjadi distorsi). Perbesaran sepanjang meridian akan semakin meningkat pada meridian yang semakin jauh dari meridian sentral kearah timur maupun kearah barat. Perbesaran sepanjang paralel semakin akan meningkat pada lingkaran paralel yang semakin mendekati equator. Dengan adanya distorsi yang semakin membesar, maka perlu diusahakan untuk memperkecil distorsi dengan membagi daerah dalam zone-zone yang sempit (daerah pada muka bumi yang dibatasi oleh dua meridian). Lebar zone proyeksi TM biasanya sebesar 3. Setiap zone mempunyai meridian sentral sendiri. Jadi seluruh permukaan bumi tidak dipetakan dalam satu silinder.

Gambar 6 Proyeksi Mercator

2.1.3 Proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM)

Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus. Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi UTM adalah : Proyeksi : Transvere Mercator dengan lebar zone 6. Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator

Satuan : Meter Absis Semu (T) : 500.000 meter pada Meridian sentral Ordinat Semu (U) : 0 meter di Ekuator untuk belahan bumi bagian Utara dan 10.000.000 meter di Ekuator untuk belahan bumi bagian Selatan Faktor skala : 0,9996 (pada Meridian sentral) Penomoran zone : Dimulai dengan zone 1 dari 180 BB s/d 174 BB,Tzone 2 dari 174 BB s/d 168 BB, dan seterusnya sampai zone 60 yaitu dari 174 B s/d 180 BT. Batas Lintang : 84 LU dan 80 LS dengan lebar lintang untuk masing-masing zone adalah 8, kecuali untuk bagian lintang X yaitu 12. Penomoran bagian derajat lintang: Dimulai dari notasi C , D, E, F sampai X (notasi huruf I dan O tidak digunakan).

Gambar 7 : Pembagian Proyeksi UTMWilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, dimulai dari meridian 90 BT sampai meridian 144 BT dengan batas lintang 11 LS sampai 6 LU. Dengan demikian, wilayah Indonesia terdapat pada zone 46 sampai dengan zone 54.2.1.4 Proyeksi Transverse Mercator 3 (TM-3)Proyeksi TM-3 adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi TM-3 adalah : Proyeksi : Transverse Mercator dengan lebar zone 3 Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator Satuan : Meter Absis Semu (T) : 200.000 meter + X Ordinat Semu (U) : 1.500.000 meter + Y Faktor skala : 0,9999 (pada Meridian sentral) Penomoran zone : Dimulai dengan zone 46.2 dari 93 BT s/d 96 BT, zone 47.1 dari 96 BT s/d 99 BT, zone 47.2 dari 99 BT s/d 102 BT, zone 48.1 dari 102 BT s/d 105 BT dan seterusnya sampai zone 54.1 dari 138 BT s/d 141 BT Batas Lintang : 6 LU dan 11 LS

Proyeksi TM-3 digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Proyeksi ini beracuan pada Ellipsoid World Geodetic System 1984 ( WGS 84) yang kemudia disebut sebagai Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95)

Tabel 2 Daftar Zone Proyeksi UTM dan TM-3 untuk Wilayah Indonesia

2.2 Tujuan UTM, Polyeder dan TM Proyeksi peta dapat diklasifikan menurut bidang proyeksi yang digunakan, posisi sumbu simetri bidang proyeksi, kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan geometrik yang dipenuhi.2.2.1 Menurut bidang proyeksi yang digunakan Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan gambaran permukaan bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang dapat didatarkan. Menurut bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah:

Proyeksi Azimuthal Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah garis yang melalui pusat bumi dan tegak lurus terhadap bidang proyeksi. Proyeksi Kerucut (Conic) Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari kerucut yang melalui pusat bumi. Proyeksi Silinder (Cylindrical) Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari silinder yang melalui pusat bumi.

Gambar 3 Jenis bidang proyeksi peta

2.2.2 Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah: Proyeksi Normal (Polar) Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi Proyeksi Miring (Oblique) Sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi Proyeksi Transversal (Equatorial) Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus terhadap sumbu bumi

Tabel 1 Jenis proyeksi peta menurut bidang proyeksi dan posisi sumbu simetrinya

2.2.3 Menurut kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi Ditinjau dari kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, proyeksi peta dibedakan menjadi : Proyeksi Tangent (Menyinggung) Apabila bidang proyeksi bersinggungan dengan permukaan bumi Proyeksi Secant (Memotong) Apabila bidang proyeksi berpotongan dengan permukaan bumi

Gambar 4 Kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi

2.2.4 Menurut ketentuan geometrik yang dipenuhi : Menurut ketentuan geometrik yang dipenuhi, proyeksi peta dibedakan menjadi : Proyeksi Ekuidistan Jarak antara titik yang terletak di atas peta sama dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta) Proyeksi Konform Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta sama dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi, sehingga dengan memperhatikan faktor skala peta bentuk yang digambarkan di atas peta akan sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi. Proyeksi Ekuivalen Luas permukaan yang digambarkan di atas peta sama dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta) 2.3 MAANFAAT PROYEKSI PETA Dalam pemilihan proyeksi peta yang akan digunakan, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu : Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan Lokasi geografis dan luas wilayah yang akan dipetakan Ciri-ciri asli yang ingin dipertahankan atau syarat geometrik yang akan dipenuhi Dalam melakukan pemilihan proyeksi peta sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini: Pemetaan topografi suatu wilayah memanjang dengan arah barat-timur, umumnya menggunakan proyeksi kerucut, normal, konform, dan menyinggung di titik tengah wilayah yang dipetakan. Proyeksi seperti ini dikenal sebagai proyeksi LAMBERT. Pemetaan dengan wilayah yang wilayah memanjang dengan arah utara-selatan, umumnya menggunakan proyeksi silinder, transversal, konform, dan menyinggung meridian yang berada tepat di tengah wilayah pemetaan tersebut. Proyeksi ini dikenal dengan proyeksi Tranverse Mercator (TM) atau Universal Tranverse Mercator (UTM). Pemetaan wilayah di sekitar kutub, umumnya menggunakan proyeksi azimuthal, normal, konform. Proyeksi ini dikenal sebagai proyeksi stereografis.2.4 SISTEM KOORDINATJika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat. Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni :1.Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat

2.Sistem Koordinat 2 Dimensi.

3. Sistem Koordinat 3 Dimensi.

Kalau kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis membujur (menurun) dan melintang (mendatar) yang akan membantu kita untuk menentukan posisi suatu tempat di muka bumi.Garis-garis koordinat tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk angka) yang dibuat berdasarkan kesepakatan. Perpotongan antara garis bujur dan garis lintang yang disebut dengan koordinat peta.Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tatacara menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah.Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu system koordinat BUJUR- LINTANG dan sistem koordinat UTM (Universal TransverseMercator).Tidak semua sistem koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang berdekatan dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek. Tetapi, kedua sistem koordinat tersebut cocok digunakan di Indonesia.Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang menentukan, yaitu :1. Garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan bumi, disebut juga garis lintang (Latitude).2. Garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis bujur (Longitude).Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan UTM, memang tidak terlalu dikenal di Indonesia karena lebih sering menggunakan koordinat bujur-lintang.

Pembagian Zona Dalam Koordinat UTMSeluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667 kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M, Kabupaten Jember terletak di zona 49M.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat UTMBerikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM : Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6 . Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia. Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan 70 cm/ 1000m. Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84 LU memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).

BAB IIIPEMBAHASAN

Peta bandung adalah gambar bumi pada permukaan yang datar dengan ukuran tertentu melalui sistem proyeksi. Peta bandung dapat disajikan dalam berbagai bentuk, mulai dari peta kertas tradisional untuk peta digital yang ditampilkan di layar komputer. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti peta kain atau taplak meja. Secara umum, selembar kertas atau sebagian dari bumi pada permukaan yang datar dapat dibatasi oleh skalatertentu.

Sebuah peta dua dimensi adalah representasi dari ruang tiga dimensi. Studi tentang peta disebut kartografi. Banyak Peta bandung memiliki skala yang menentukan ukuran objek peta dalam situasi nyata. Sebuah koleksi beberapa peta disebut atlas.

Bandung dari waktu ke waktu telah mengalami perubahan, dari struktur bangunan, hignga struktur ruang terbuka bandung yang telah berubah. Karena laju pertumbuhan penduduk yang tinggi bandung menjadi salah satu kota dengan penduduk terbesar di indonesia. Ini juga mempengaruhi bentuk peta bandung yang terbaru.

Kota Bandung dipetakan pertama kali pada tahun 1825 dalam Rencana Tata Kota yang disebut Plan der Nagorij Bandong. Dalam peta itu tercantum delapan bangunan yang telah berdinding batu alias permanen alias tembok kayak rumah-rumah sekarang.

Tidak ada yang tahu persis berapa banyak waktu yang mereka membangun kota Bandung. Namun, kota ini dibangun atas prakarsa Daendels, tapi atas inisiatif Bupati Bandung, pembangunan kota ini juga langsung dari penguasa. Dengan kata lain, Bupati RA Wiranatakusumah II adalah pendiri (founder), Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dalam sebuah surat dengan keputusan 25 September 1810

BAB IVPENUTUP

Kesimpulan dari makalah ini adalah penggunaan proyeksi peta adalah penggambaran permukaan bumi di suatu media bidang datar dengan berbagai metode proyeksi dan syarat-syarat pendukung lainnya.

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dalam penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mutiara, I. 2004. Diklat Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan-ITS, Surabaya Bakosurtanal. 1979. Transformasi Koordinat Geografi ke Koordinat UTM-Grid Spheroid Nasional Indonesia. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional Prihandito, A. 1988. Proyeksi Peta. Penerbit Kanisius Yogyakarta Purwohardjo, U. 1986. Hitung dan Proyeksi Geodesi II. Jurusan Teknik Geodesi FTSP-ITB, Bandung Robinson, H.Arthur, Morrison, Joell, Muehrcke, C.Phillip, et.al.1995. Elements of Cartography. John Wiley & Sons, Inc. New York

10

10Zakka fariskhalish rasyad(1200711)Page 5