31
A. Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan. B. Teori Dinamika Keluarga 1. Teori Peran Keluarga adalah suatu unit yang berfungsi sesuai atau tidak sesuai menurut tingkat persepsi peran dan interaksi di antara kinerja peran dari setiap anggotanya. Empat ko nsep yang merupakan dasar untuk mengerti kesehatan mental dan keluarga : a. Komplementaritas b. Pertukaran Peran c. Konflik Peran d. Kebalikan Peran. 2. Teori Perkembangan Keluarga yang berhasil, berfungsi dengan baik, bahagia, dan kuat tidak hanya seimbang, tetapi perhatian terhadap anggota keluarga yang lain, menggunakan waktu bersama-sama, memiliki 1

makalah PERAN KELUARGA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stase jiwa

Citation preview

Page 1: makalah PERAN KELUARGA

A. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam

suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya

masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan.

B. Teori Dinamika Keluarga

1. Teori Peran

Keluarga adalah suatu unit yang berfungsi sesuai atau tidak sesuai

menurut tingkat persepsi peran dan interaksi di antara kinerja peran dari

setiap anggotanya.

Empat ko nsep yang merupakan dasar untuk mengerti kesehatan

mental dan keluarga :

a. Komplementaritas

b. Pertukaran Peran

c. Konflik Peran

d. Kebalikan Peran.

2. Teori Perkembangan

Keluarga yang berhasil, berfungsi dengan baik, bahagia, dan kuat

tidak hanya seimbang, tetapi perhatian terhadap anggota keluarga yang

lain, menggunakan waktu bersama-sama, memiliki pola komunikasi yang

baik, memiliki tingkat orientasi yang tinggi terhadap agama, dan dapat

menghadapi krisis dengan pola yang positif.

Krisis dalam keluarga dapat lebih dimengerti, apabila tiap tahap

perkembangan keluarga diteliti, karena setiap tahap mempunyai

permintaan peran, tanggung jawab, problem dan tantangan-tantangan

sendiri-sendiri.

Tahapan perkembangan keluarga :

a. Keluarga baru

b. Keluarga dengan anak

1

Page 2: makalah PERAN KELUARGA

c. Keluarga dengan balita

d. Keluarga dengan anak sekolah

e. Keluarga dengan anak remaja

f. Keluarga sebagai pusat peluncuran

g. Keluarga tahun-tahun tengah

h. Pensiun

3. Teori Sistem

Beberapa asumsi mengenai keluarga :

a. Perubahan dan stress anggota keluarga berpengaruh terhadap seluruh

keluarga

b. Keluarga memiliki pola interaksi

c. Simptom fisik dan psikososial berkaitan dengan pola interaksi keluarga

d. Ciri keluarga sehat adalah kemampuan menyesuaikan diri terhadap

perubahan

e. Berbagi tanggung jawab bersama

f. Perilaku bermasalah harus dipecahkan, sebelum menganggu

keharmonisan keluarga.

Sistem keluarga yang disfungsional memiliki 2 dimensi, yang

masing-masing memiliki 4 tingkatan, yaitu :

a. Family Cohesion (keterikatan emosional), terdiri dari rigid (kaku),

structured (terstruktur), flexible (fleksibel), dan disorganized (kacau).

b. Family Adaptability (kemampuan penyesuaian terhadap perubahan),

yang terdiri dari disengaged (lepas), separated (terpisah), connected

(berhubungan), dan enmeshed (terlibat).

Bentuk sistem keluarga tersusun dalam model Circumplex, dimana

masing-masing bentuk merupakan hasil interaksi dari masing-masing

tingkatan di antara kedua dimensi tersebut. Bentuk-bentuk sistem keluarga

tersebut akan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu :

a. seimbang

b. campuran

2

Page 3: makalah PERAN KELUARGA

c. tidak seimbang

C. Pengaruh Stabilitas Keluarga Terhadap Perkembangan Psikologis Anak

Orang tua dan anak yang tinggal di bawah atap yang sama di dalam

interaksi yang harmonis adalah suatu kerangka yang diharapkan di dalamnya

perkembangan anak akan berjalan dengan sangat baik. Penyimpangan dari

kerangka tersebut akan disertai dengan berbagai masalah pada anak yaitu

sebagai berikut :

1. Kepercayaan diri yang rendah

2. Peningkatan resiko penyiksaan terhadap anak (child abuse)

3. Peningkatan insidensi perceraian bila pada suatu saat mereka menikah

4. peningkatan insidensi gangguan mental (khususnya gangguan depresi

dan gangguan kepribadian anti-sosial saat menjadi dewasa)

D. Pengaruh Orang Tua dalam Perkembangan Psikologis Anak

1. Pola Pengasuhan Orang Tua (Parenting Style)

Rutter menggambarkan empat jenis pola pengasuhan orang tua,

yaitu :

a. Otoriter (Authoritarian)

Ditandai dengan aturan yang kaku dan ketat, yang dapat

menyebabkan depresi pada anak.

b. Serba membolehkan (Permissive)

Ditandai dengan kesabaran dan tidak ada penentuan batas-batas,

yang dapat menyebabkan kontrol impuls yang buruk.

c. Acuh tak acuh (Indifferent)

Ditandai dengan penelantaran dan tidak adanya keterlibatan yang

menyebabkan perilaku agresif.

d. Timbal balik (Reciprocal)

Ditandai dengan pengambilan keputusan secara bersama-sama

dengan perilaku yang diarahkan dengan cara yang rasional, yang

menyebabkan rasa percaya diri.

3

Page 4: makalah PERAN KELUARGA

2. Pola Keluarga yang Patogenik

Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranan penting

dalam pembentukan kepribadian. Hubungan orang tua-anak yang salah

atau interaksi yang patogenik dalam keluarga sering merupakan sumber

gangguan penyesuaian diri.

Terkadang orang tua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak

memberi kesempatan anak itu berkembang sendiri. Adakalanya orang tua

berbuat terlalu sedikit dan tidak merangsang anak atau tidak memberikan

bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka

bahkan mengajarkan anak itu pola-pola yang tidak baik.

Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada keadaan

sosial secara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan anak-anak juga

bereaksi secara berlainan terhadap cara yang sama serta tidak semua akibat

adalah tetap; kerusakan dni sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman di

kemudian hari. Akan tetapi beberapa jenis hubungan orang tua–anak

sering terdapat dalam latar belakang anak-anak yang terganggu, misalnya

penolakan, perlindungan yang berlebihan, manja berlebihan, tuntutan

perfeksionistik, standar moral yang kaku dan tidak realistik, disiplin yang

salah, ketidak-sesuaian dalam perkawinan, rumah tangga yang berantakan,

serta tuntutan yang bertentangan

Hubungan orang tua-anak selalu merupakan suatu interaksi (saling

memengaruhi), bukan hanya pengaruh satu arah dari orang tua ke anak.

Sehingga dalam menilai hasil suatu keadaan kita tidak boleh menganggap

bahwa perilaku orang tua itu selalu yang menentukan dan perilaku serta

perkembangan anak itu selalu tergantung pada perilaku orang tua.

Pada umumnya trauma (frustasi) dini mempunyai akibat yang lebih

jauh, karena mawas diri, penilaian yang baik dan pembelaan diri

psikologis sebagian besar belum terbentuk seperti pada orang dewasa.

Dalam masa anak dan remaja, kematian orang tua berhubungan

dengan efek yang merugikan, seperti peningkatan masalah emosional di

masa datang, khususnya kerentanan terhadap depresi dan perceraian.

4

Page 5: makalah PERAN KELUARGA

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang ditempatkan

dalam penitipan anak di siang hari (day-care center) sebelum usia lima

tahun menyebabkan anak menjadi kurang tegas dan kurang mendapatkan

toilet training yang efektif dibandingkan anak yang dirawat di rumah.

Tabel 1.1. Beberapa sikap orang tua yang kurang bijaksana dan

pengaruhnya terhadap anak.

No. Sikap Orang Tua Pengaruh Terhadap Perkembangan

Kepribadian anak dan Sifat atau Sikap yang

Mungkin Timbul

1.

2.

3.

Melindungi anak

secara berlebihan

karena

memanjakannya.

Melindungi anak

secara berlebihan

karena sikap

”berkuasa” dan

”harus tunduk” saja.

Penolakan (anak

tidak disukai)

Hanya memikirkan dirinya sendiri, hanya

tahu menuntut saja lekas berkecil hati, tidak

tahan kekecewaan. Ingin menarik perhatian

kepada dirinya sendiri. Kurang rasa

bertanggung jawab. Cenderung menolak

peraturan dan minta dikecualikan.

Kurang berani dalam pekerjaan, cenderung

lekas menyerah. Bersikap pasif dan

bergantung kepada orang lain. Ingin

menjadi “anak emas” dan menerima saja

segala perintah.

Merasa gelisah dan diasingkan. Bersikap

melawan orang tua dan mencari bantuan

kepada orang lain. Tidak mampu memberi

dan menerima kasih sayang.

5

Page 6: makalah PERAN KELUARGA

4.

5.

6.

7.

8.

Menentukan norma-

norma etika dan

moral yang terlalu

tinggi.

Disiplin yang terlalu

keras

Disiplin yang tidak

teratur atau yang

bertentangan.

Perselisihan antara

ayah-ibu (pernikahan

yang cedera, “broken

home”).

Perceraian.

Menilai dirinya dan hal lain juga dengan

norma yang terlalu keras dan tinggi. Sering

kaku dan keras dalam pergaulan.

Cenderung menjadi sempurna

(“perfectionism”) dengan cara yang

berlebihan. Lekas merasa bersalah, berdosa

dan tidak berarti.

Menilai dan menuntut dari dirinya juga

terlalu keras. Agar dapat meneruskan dan

menyelesaikan suatu usaha dengan baik,

diperlukan persetujuan, pujian dan

penghargaan yang tinggi dari luar.

Sikap anak terhadap nilai dan norma tidak

teratur dan kurang tetap dalam menghadapi

berbagai persoalan; didorong kesana

kemari antara berbagai nilai yang

bertentangan.

Tidak tenteram; gelisah terus menerus.

Berkurangnya perasaan terjamin dan

disayangi. Cenderung menafsirkan orang

lain sebagai bahaya sehingga bersikap

bermusuhan dan agresif.

Timbul perasaan dirinya terasing, gelisah

dan cemas. Rasa setianya berlawanan,

berpindah-pindah dari ibu ke ayah dan

sebaliknya.

6

Page 7: makalah PERAN KELUARGA

9.

10.

11.

12.

Persaingan yang

kurang sehat antara

para saudaranya

Nilai-nilai yang

buruk (yang tidak

bermoral).

Perfeksionisme dan

ambisi (cita-cita yang

terlalu tinggi bagi si

anak).

Ayah dan atau ibu

yang neurotik

(menderita gangguan

jiwa).

Timbul sifat bermusuhan, merasa kurang

aman serta terancam terus-menerus.

Kurang percaya pada dirinya sendiri.

Tingkah lakunya menyerupai anak dibawah

umur.

Anak mengambil cara dan nilai yang buruk

itu. Timbul berbagai persoalan dan

kesukaran, sehingga sangat mungkin terjadi

pelanggaran hukum.

Anak mengambil oper perfeksionisme,

sehingga sangat mungkin anak akan gagal

dalam mengejar cita-cita yang sudah

melampaui batas kemampuannya.

Kemudian anak menjadi kecewa yang

berlebihan, merasa dirinya bersalah,

berdosa dan tidak berarti apa-apa lagi.

Mudah timbul depresi (rasa sedih yang

terlalu keras dan terlalu lama).

Anak cenderung mewarisi gejala gangguan

jiwa tersebut tersebut yang dapat berupa

kecemasan, keyakinan yang tidak

berdasarkan kenyataan atau prasangka.

Semua ini akan menghambat

perkembangan kepribadian anak.

3. Pengaruh Perceraian Orang Tua

Usia anak saat orang tuanya bercerai mempengaruhi reaksi anak

terhadap perceraian. Segera setelah perceraian, ditemukan suatu

7

Page 8: makalah PERAN KELUARGA

peningkatan gangguan perilaku dan emosional yang tampak pada semua

kelompok usia. Anak usia tiga hingga enam tahun tidak mengerti

mengenai apa yang terjadi, dan anak yang mengerti sering kali

menganggap bahwa merekalah yang bertanggung jawab untuk perceraian

tersebut. Pada anak usia tujuh hingga dua belas tahun, prestasi sekolah

biasanya menurun. Pada anak yang lebih tua, terutama remaja, mengerti

situasi dan yakin bahwa mereka harus mencegah perceraian dengan

melakukan suatu tindakan; tetapi mereka masih terluka, marah dan genting

terhadap perilaku orang tuanya.

Beberapa anak menyembunyikan fantasi bahwa orang tuanya akan

bersatu kembali di kemudian hari. Anak tersebut menunjukkan dendam

terhadap teman baru orang tuannya karena mereka dipaksa untuk

mengakui bahwa kerukunan kembali tidak akan terjadi. Pemulihan dari

adaptasi terhadap efek perceraian biasanya memerlukan waktu tiga hingga

lima tahun, tetapi kira-kira sepertiga dari semua anak dari keluarga yang

bercerai memiliki trauma psikologis yang berlangsung lama.

Diantara anak laki-laki, agresi fisik adalah tanda yang umum dari

ketegangan. Remaja cenderung menggunakan lebih banyak waktunya di

luar rumah setelah perceraian terjadi. Usaha bunuh diri dapat terjadi

sebagai akibat langsung dari perceraian. Anak yang dapat beradaptasi baik

terhadap perceraian juga menunjukkan hal tersebut jika masing-masing

orang tua melakukan usaha untuk terus berhubungan dengan anak

walaupun anak sedang marah.

Untuk mempermudah pemulihan, pasangan yang bercerai harus

menghindari perdebatan dan harus menunjukkan perilaku yang konsisten

di hadapan anak-anaknya.

4. Pengaruh Orang Tua Tiri

Jika terjadi pernikahan kembali, anak harus belajar untuk

beradaptasi dengan orang tua tiri dan keluarga barunya. Adaptasi biasanya

8

Page 9: makalah PERAN KELUARGA

sulit, terutama jika orang tua tiri tidak membantu atau benci terhadap anak

tirinya atau lebih menyayangi anak kandungnya sendiri.

E. Pengaruh Adopsi dalam Keluarga

Adopsi merupakan suatu proses dimana seorang anak diambil kedalam

suatu keluarga oleh satu atau lebih orang dewasa yang bukan merupakan

orang tua biologis tetapi diakui oleh hukum sebagai orang tua anak.

Orang tua adoptif paling sering menceritakan status mereka kepada

anak antara usia dua hingga empat tahun untuk mengurangi kemungkinan

bahwa anaknya mengetahui tentang adopsi dari sumber di luar keluarga, yang

dapat menyebabkan mereka merasa dikhianati oleh orang tua angkatnya dan

diabaikan oleh orang tua biologisnya.

Gangguan emosional dan perilaku telah dilaporkan lebih tinggi pada

anak yang diadopsi dibanding anak yang tidak diadopsi. Perilaku agresif,

mencuri dan gangguan belajar adalah lebih tinggi diantara anak yang diadopsi

dibandingkan anak yang tidak diadopsi. Semakin tua usia adopsi, semakin

tinggi insidensi dan lebih berat derajat masalah perilaku.

Pada keseluruhan masa anak dan remaja, anak mungkin dipenuhi

dengan fantasi mengenai dua pasang orang tua. Anak yang diadopsi mungkin

memisahkan dua pasang orang tuanya menjadi orang tua yang baik dan orang

tua yang jahat. Anak yang diadopsi biasanya memiliki keinginan yang kuat

untuk mengetahui orang tua biologisnya, dan beberapa anak mencontoh

fantasinya mengenai orang tua biologisnya yang tidak ada, yang menciptakan

suatu konflik dengan orang tua angkat. Dalam sebagian kasus dimana anak

angkat telah mencari dan menemukan orang tua biologisnya (dan sebaliknya),

pengalaman biasanya adalah positif, terutama bila anak dalam masa remaja

akhir atau dewasa awal.

F. Pengaruh Saudara dalam Perkembangan Psikologis Anak

Penelitian terhadap anak dari keluarga besar (empat atau lima anak)

menunjukkan bahwa terdapat peluang yang lebih besar untuk memiliki

9

Page 10: makalah PERAN KELUARGA

gangguan konduksi dan memiliki intelegensi verbal yang sedikit lebih rendah

dibandingkan anak dari keluarga kecil.

Urutan kelahiran anak juga dianggap berpengaruh terhadap kondisi

psikologis anak. Anak yang lahir pertama kali dinilai lebih tinggi (lebih

mendapat perhatian) ketimbang anak selanjutnya, khususnya jika anak

pertama tersebut adalah laki-laki. Anak pertama dinilai memiliki nilai

intelegensi (intelligence quotient; IQ) yang lebih tinggi dibandingkan dengan

saudara kandungnya yang lebih muda, yang mungkin mencerminkan bahwa

anak orang tua lebih memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan anak

yang lahir pertama kali. Anak pertama tampak lebih berorientasi pada prestasi

(achievement-oriented) dibandingkan anak selanjutnya.

Saat lebih banyak anak lahir didalam keluarga, waktu untuk masing-

masing anak berkurang. Anak kedua dan ketiga memiliki keuntungan dari

pengalaman orang tua sebelumnya. Tetapi jika anak memiliki jarak yang

terlalu dekat, mungkin tidak terdapat bagian waktu yang cukup untuk masing-

masing anak. Kelahiran anak yang baru dalam keluarga dapat mempengaruhi

anak-anak lainnya. Anak pertama mungkin marah terhadap kelahiran saudara

kandungnya yang baru, yang mengancam peranan tunggalnya dalam perhatian

orang tua. Dalam beberaoa kasus, perilaku regresif tertentu seperti enuresis

(mengompol) atau menyedot ibu jari dapat terjadi.

Pada umumnya, anak yang tertua merupakan yang paling berkuasa.

Anak tengah biasanya mendapatkan perhatian yang paling kecil di dalam

keluarga dan dapat mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang

kuat sebagai kompensasi. Anak yang paling kecil mungkin mendapat

perhatian yang terlalu banyak dan dimanja.

G. Peran Keluarga dalam Wawancara Psikiatrik

Wawancara dengan anggota keluarga pasien dapat bermanfaat dan

mungkin penuh dengan kesulitan. Sebagai contoh, pasangan hidup mungkin

sangat teridentifikasi dengan pasien sehingga kecemasan melanda kemampuan

pasangan untuk memberikan informasi yang berhubungan. Anggota keluarga

10

Page 11: makalah PERAN KELUARGA

mungkin tidak menyadari bahwa jenis informasi tertentu paling baik diberikan

oleh seseorang pengawas dan jenis informasi lainnya mungkin didapatkan

hanya dari pasien; sebagai contoh, anggota keluarga mungkin mampu untuk

menggambarkan aktivitas sosial pasien, tetapi hanya pasien yang dapat

menggambarkan apa yang ia pikir dan rasakan. Dokter psikiatrik harus sangat

peka dalam berdiskusi dengan keluarga pasien; jika diskusi tersebut tidak

ditangani dengan tepat oleh dokter psikiatrik, hubungan antara pasien dan

dokter dapat rusak.

Wawancara dengan anggota keluarga dapat dipandang dari berbagai

sudut pandangan. Jika tujuan dokter adalah untuk mendiagnosis suatu

gangguanm semakin banyak fakta yang diberikan pada dokter, semakin

mudah untuk menyusun diagnosis, prognosis, dan pengobatan. Tetapi, dari

pandangan dinamika dan analitis, jika dokter melihat masalah pasien sangat

dipengaruhi oleh interaksi dengan tokoh penting di dalam kehidupannya,

kenyataan eksternal adalah kurang penting daripada persepsi pasien sendiri.

Pada umumnya, semakin serius keadaan pasien saat datang (sebagai contoh,

gangguan depresi berat, ide bunuh diri, atau psikosis), semakin mungkin dan

kemungkinan lebih tepat bagi dokter psikiatrik berhadapan dengan anggota

keluarga.

Satu aspek paling penting yang berhubungan dengan berbicara dengan

anggota keluarga harus dilakukan secara rahasia. Akhirnya, dokter harus

belajar untuk mendapatkan informasi dan menawarkan harapan kepada

anggota keluarga tanpa mengungkapkan informasi tentang pasien yang mana

pasien tidak ingin untuk diungkapkan. Mengkhianati suatu kepercayaan dapat

membuat pengobatan pasien menjadi tidak mungkin. Tetapi, jika masalahnya

adalah tentang ide bunuh diri atau membunuh, pasien harus mengerti bahwa

informasi tersebut tidak dapat seluruhnya dirahasiakan, untuk perlindungan

pasien dan orang lain.

11

Page 12: makalah PERAN KELUARGA

H. Keluarga yang Berpotensi Menimbulkan Gangguan Jiwa

Keluarga-keluarga dengan kondisi tertentu berpotensi untuk memilki

anggota gangguan jiwa. Sehingga dalam berkeluarga perlu mencari ilmu untuk

menentukan strategi yang diterapkan dalam mencapai visi atau tujuan

keluarga. Potensi-potensi tersebut adalah :

1. Tidak ada nilai agama di rumah tangga

2. Orang tua pengangguran atau tidak ada penaggung jawab ekonomi

3. Kemiskinan

4. Ada anggota yang melakukan Kriminalitas

5. Kekerasan di rumah tangga

6. Lingkungan yang buruk

7. Sering ada pertengkaran

8. Tidak ada komunikasi

9. salah satu anggota

I. Peran Keluarga pada Pasien Gangguan Jiwa

Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan

merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan

cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah.

Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat

dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat dimana

individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga

merupakan “institusi” pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan

mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku.

Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan

balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku tertentu.

Semua ini merupakan persiapan individu untuk berperan di masyarakat. Jika

keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan yang terjadi pada

salah satu anggota merupakan dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya

disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan pada anggota.

12

Page 13: makalah PERAN KELUARGA

Bila ayah sakit maka akan mempengaruhi perilaku anak, dan istrinya,

termasuk keluarga lainnya.

Beberapa hal yang harus dipahami keluarga dalam menghadapi 

anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan jiwa adalah gangguan

jiwa yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan

dampak pada :

1. Aktivitas hidup sehari-hari (ADL).

Penderita dengan gangguan jiwa kronis tidak mampu melakukan fungsi

dasar secara mandiri, misalnya pada aktivitas kebersihan diri, penampilan

dan sosialisasi. Penderita seperti ini banyak yang ditolak oleh keluarga dan

masyarakat. Oleh karena itu penderita perlu diingatkan dan/atau dibantu

dalam perawatan diri untuk mempelajari dan mengembangkan ketrampilan

hidup sehari-hari.

2. Sumber koping.

Pengucilan penderita dari lingkungan, kurangnya dukungan keluarga, dan

gangguan fungsi dari penderita dapat menyebabkan kurangnya kesempatan

menyelesaikan masalah dengan tepat dalam menghadapi stres dalam

kehidupannya. Hal ini dapat menyebabkan penderita mudah kambuh dan

masuk ke rumah sakit lagi.

3. Kebutuhan pengobatan yang lama.

Sebagian penderita gangguan jiwa tidak lepas dari obat untuk membantu

menjaga keseimbangan dalam tubuhnya. Banyak di antara mereka yang

bosan sehingga putus obat yang akhirnya menurun kondisinya setelah ada

di rumah. Keluarga perlu memberi dukungan dan perhatian dalam

keteraturan kontrol penderita ke rumah sakit, serta memastikan obat rutin

diminum sesuai anjuran dokter.

4. Harga diri rendah.

Penderita gangguan jiwa mempunyai harga diri rendah, khususnya dalam

hal identitas dan perilaku. Penderita menganggap dirinya tidak mampu

untuk mengatasi kekurangannya, tidak ingin melakukan sesuatu untuk

menghindari kegagalan (takut gagal), dan tidak berani mencapai sukses.

13

Page 14: makalah PERAN KELUARGA

Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk penderita gangguan jiwa saat

di rumah, sehingga penderita merasa dirinya sebagai bagian dari keluarga

yang tidak dapat dipisahkan.

5. Motivasi.

Penderita gangguan jiwa mempunyai pengalaman gagal yang berulang.

Dia tidak dapat memenuhi harapannya sendiri maupun harapan teman,

keluarga, ataupun masyarakat. Dia menganggap suatu pengalaman baru

sebagai sumber kegagalan, bukan kesempatan untuk sukses. Keadaan ini

tidak memotivasi penderita untuk mencoba pengalaman baru dan membuat

kondisi penderita semakin menurun. Situasi ini akan bertambah berat jika

lingkungan mengucilkan penderita, misalnya dengan mengatakan: “Dia

pasti tidak bisa melakukannya.”.

6. Kekuatan.

Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan, atau kesenangan yang dimiliki

dan pernah digunakan penderita pada waktu yang lalu. Kekuatan yang

pernah dimiliki perlu distimulasi kembali untuk meningkatkan fungsi

optimal penderita.

7. Hubungan interpersonal/komunikasi.

Penderita yang lama dirawat di rumah sakit jiwa digambarkan sebagai

individu yang apatis, menarik diri, terisolasi dari teman-teman dan

keluarga, serta memiliki kemampuan komunikasi yang minimal.

Komunikasi keluarga yang tidak tepat dapat memunculkan stres penderita

gangguan jiwa yang akhirnya menurunkan kondisi  dan dapat kambuh

lagi. Keluarga perlu mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan dalam

berinteraksi dengan penderita, sehingga penderita dapat meningkat

kondisinya dan merasa dirinya berharga, dan meningkatkan kepercayaan

dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan komunikasi terapeutik.

14

Page 15: makalah PERAN KELUARGA

J. Family Conseling/Therapy

Family Conseling/Therapy merupakan suatu proses interaktif yang

berupaya membantu keluarga memperoleh keseimbangan homeostasis,

sehingga setiap anggota keluarga dapat merasa nyaman.

Masalah keluarga merupakan gejala interpersonal. Kondisi emosi salah

satu anggota keluarga berpengaruh pada setiap anggota yang lain. Bila satu

anggota keluarga merasa tidak nyaman, maka hal ini akan mempengaruhi

anggota lainnya. Kondisi keluarga dapat dianalogikan dengan kondisi individu

dalam keadaan homeostasis. Jadi dalam konseling/terapi, keadaan homeostasis

struktur keluarga ini, anak-anak merupakan emotional product dari orang tua.

Weakland membuat hipotesa bahwa seseorang yang mengalami

gangguan perilaku berat merupakan korban dari pesan-pesan ketidakrukunan

satu pihak dengan pihak lain dalam keluarga.

Minuchin menjelaskan tentang “Triad yang kaku”, yaitu meliputi :

1. “detouring”, dimana orang-orang yang lebih dewasa menyerang atau

overproteksi terhadap anak

2. “koalisi orang tua –anak”, dimana salah satu orang tua dan anak bersekutu

untuk melawan orang tua yang lain

3. “triangulasi”, dimana anggota (biasanya anak) berada dalam koalisi yang

tertutup dengan dua anggota lain yang sedang mengalami konflik.

Imbercoopersmith menyatakan bahwa Family Conselor/Therapist

harus memliki kemampuan menganalisa bagaimana pola triad di dalam

keluarga, melakukan intervensi yang efektif bagi pola triad dengan

memberikan tugas-tugas, dan menghindari hubungan yang kurang baik antara

hubungan triad para anggota keluarga dengan professional.

Keluarga dipandang sebagai satu unit fungsi, sehingga diperlukan pula

sebagai satu kesatuan. Bila ada salah satu anggota keluarga yang menunjukkan

masalah yang amat menonjol, maka ini dianggap sebagai gejala dari sakitnya

kelurga. Jadi, yang terutama diperhatikan adalah “hubungan” di antara

anggota keluarga. Apa yang diinterpretasi adalah suasana yang diciptakan oleh

relasi keluarga itu dan bukannya gejala-gejala yang muncul.

15

Page 16: makalah PERAN KELUARGA

Meskipun masalah klien bukan karena disfungsi dalam keluarga,

keluarga dapat menjadi sumber yang penting dalam proses konseling/terapi.

Jadi, konselor/terapist berusaha memberi gambaran mengenai dukungan dan

dorongan anggota keluarga jika individu berusaha untuk keluar dari

permasalahan melalui proses konseling/terapi ini. Hal ini dapat dilakukan

dengan bantuan seluruh anggota keluarga.

Jika konselor/terapist melakukan intervensi terhadap keluarga atau

pasangan, seluruh anggota keluarga hendaknya terlibat bersama. Hal ini

disebu Conjoint Conseling/Therapy, karena seluruh keluarga dilihat sebagai

kelompok tunggal. Jadi, permasalahan tidak hanya didiskusikan dengan satu

atau dua anggota keluarga saja.

Konseling/terapi ini memliki keuntungan membawa seluruh anggota

keluarga secara langsung dalam proses terapi. Hal ini memungkinkan adanya

kesepakatan untuk bekerjasama untuk perubahan dan memperkecil

kemungkinan anggota keluarga yang lain memberikan bimbingan yang

berbeda.

Family Conseling/Therapy merupakan satu bentuk intervensi yang

ditujukan bagi penyelesaian masalah keluarga. Yang diobservasi adalah

bagaimana para anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu,

terdapat beberapa hal yang menjadi fokus dari Famili Conseling/Therapy,

yaitu :

1. Mengubah sekuen perilaku diantara anggota keluarga

2. Memberanikan anggota keluarga untuk berpendapat beda dari yang lain

3. Mengusulkan beberapa alliance (persekutuan atau perserikatan) dan

melemahkan beberapa yang lain.

Jadi, fokus dari Family Conseling/Therapy lebih pada outcome dan

perubahan, bukan pada metodenya itu sendiri. Ukuran dari keberhasilan

konseling/terapi adalah bila ada perubahan dalam konstruksi keluarga.

16

Page 17: makalah PERAN KELUARGA

K. Peran Keluarga pada Pencegahan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa

Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah

sakit :

1. Klien : Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat

secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah

sakit tidak memakan obat secara teratur.

2. Dokter (pemberi resep) : Makan obat yang teratur dapat mengurangi

kambuh, namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan

efek samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial

seperti gerakan yang tidak terkontrol.

3. Penanggung jawab klien: Setelah klien pulang ke rumah maka perawat

puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah.

4. Keluarga : Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika keluarga dengan

ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak

menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga

dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga

dengan ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien juga mudah

dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan (naik pangkat, menikah)

maupun yang menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga

klien dan keluarga dapat mengatasi dan mengurangi stress.Cara terpai

bisanya : Mengumpulkan semua anggota keluarga dan memberi kesempatan

menyampaikan perasaan-perasaannya. Memberi kesempatan untuk

menambah ilmu dan wawasan baru kepda klien ganguan jiwa, memfasilitasi

untuk hijrah menemukan situasi dan pengalaman baru.

Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan

keluarganya yaitu :

1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (Nervous)

2. Tidak nafsu makan

3. Sukar konsentrasi

4. Sulit tidur

17

Page 18: makalah PERAN KELUARGA

5. Depresi

6. Tidak ada minat

7. Menarik diri

Upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk mencegah

kekambuhan pada pasien gangguan jiwa adalah sebagai berikut :

1. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan sosial

kepada pasien.

2. Mengawasi kepatuhan pasien dalam minum obat. Alasan penderita

gangguan jiwa harus minum obat secara teratur:

a. Untuk memacu atau mengahambat fungsi mental yang terganggu

b. Memperbaiki kondisi pasien.

3. Kiat pada pasien yang menolak minum obat:

a. Buat kesepakatan dengan penderita (membuat jadwal minum obat)

b. Menjelaskan manfaat pengobatan bagi pasien, serta akibat jika lupa atau

menolak minum obat

c. Modifikasi pemberian obat, bersama sama saat makan buah atau

dicampur dengan makanan.

d. Berikan pujian langsung pada pasien saat mempunyai keinginan sendiri

untuk minum obat

4. Bantu pasien untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan

5. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu pasien dirumah.

6. Jangan biarkan pasien menyendiri, libatkan dalam kegiatan sehari-hari.

7. Memberikan pujian jika pasien melakukan hal yang positif.

8. Jangan mengkritik pasien jika pasien melakukan kesalahan.

9. Menjauhkan pasien dari pengalaman atau keadaan yang menyebabkan

penderita merasa tidak berdaya dan tidak berarti

10. Membawa pasien untuk kontrol rutin kepelayanan kesehatan

18

Page 19: makalah PERAN KELUARGA

DAFTAR PUSTAKA

Juliansyah. 2010. Peran Keluarga Menangani Gangguan Jiwa.

Dalam Pontianak Post. 23 Februari 2010.

Kaplan, Harold I dan Benjamin J. Sadock, M.D. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 1.

Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Maramis, Willy F dan Albert A.M. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.

Surabaya: Airlangga University Press.

Hasnida. 2002. Family Counseling. (9 Februari 2011). Diunduh dari :http://med.

unhas.ac.id/meu/index2.php?

option=com_docman&task=doc_view&gid=129&Itemid=26m.

Yosep, Iyus. 2007. Mencegah Gangguan Jiwa Mulai dari Keluarga Kita. Makalah disampaikan pada : Seminar Sehari Tentang Kesehatan Jiwa Masyarakat Di Balai Desa Kadakajaya Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. 10 Januari 2007.

19