Upload
cristofher-sitanggang
View
48
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
blok 10 aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Citation preview
Tinjauan Pustaka
Pengaturan Keseimbangan Cairan dalam Tubuh
oleh Sistem Ginjal
Pendahuluan
Salah satu fungsi ginjal yang paling utama adalah mempertahankan keseimbangan cairan
tubuh.1 Ginjal melakukan fungsinya dengan cara menyaring sebagian besar plasma menjadi
filtrat, mengambil kembali zat-zat yang masih diperlukan tubuh melalui proses reabsorpsi,
dan membuang bagian yang tidak dikehendaki ke dalam urin.2 Melalui pengaturan ini,
keseimbangan cairan dalam tubuh dapat dipertahankan sesuai dengan proporsi yang
diperlukan oleh tubuh. Namun, jika fungsi ginjal ini terganggu, maka tubuh akan kehilangan
banyak cairan dan dapat berpengaruh terhadap terganggunya sistem lain dalam tubuh.
Seperti contoh kasus dalam skenario yang menggambarkan keadaan ini, di mana diare yang
dialami berpengaruh terhadap tekanan darah dan turgor kulit pasien. Oleh karena itu, makalah
ini akan membahas mengenai keseimbangan cairan tubuh yang meliputi organ yang terkait
(ginjal) dengan keseimbangan tersebut dan mekanisme pengaturan keseimbangan asam basa
di dalam tubuh.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh
tentang struktur dan fungsi ginjal sebagai organ pengatur keseimbangan cairan tubuh yang
mempunyai peranan penting demi kelangsungan hidup manusia dan agar mahasiswa mampu
memahami mekanisme pengaturan keseimbangan asam basa tubuh serta faktor-faktor yang
berkaitan seperti hormon-hormon yang ikut terlibat dalam mekanisme pengaturan
keseimbangan tersebut.
Skenario B
Seorang anak perempuan 14 tahun dibawa ibunya ke klinik karena diare. Pada pemeriksaan
fisik didapat tekanan darah 95/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 37 ͦ C. Pada pemeriksaan
fisik didapat turgor kulit yang menurun. Dokter meminta perawat untuk memberikan infus.
1
Tinjauan Pustaka
Istilah yang Tidak Diketahui
Turgor kulit menggambarkan cairan interstitial dan elastisitas kulit. Penurunan turgor
terkait dengan elastisitas kulit. Normalnya, juka dicubit, kulit akan segera kembali ke
posisi normal setelah dilepaskan. Namun jika, terjadi defisit volume cairan, kulit akan
kembali datar dalam jangka waktu yang lebih lama (hingga beberapa detik).3
Infus adalah tindakan memasukan cairan steril ke dalam sirkulasi darah. Untuk jangka
pendek, akses ke sirkulasi biasanya melalui vena di punggung telapak tangan,
pergelangan tangan, atau di lengan bawah.4 Sediaan steril ini berupa larutan atau
emulsi, bebas pirogen, sedapat mungkin dibuat isotonis dengan darah, disuntik
langsung ke dalam vena dengan volume yang relatif banyak.3
Anatomi Makroskopik dan Mikroskopik Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5
cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal memiliki berat
antara lain 125 g sampai 175 g pada laki-laki dan 115 g sampai 155 g pada perempuan. Ginjal
terletak pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir.1
Organ ini merupakan organ retroperitoneal, antara peritoneum parietale dan fascia transversa
abdominis, pada sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Ren sinistra terletak setinggi
costa XI atau vertebra lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau
lumbal 3-4. Jarak antara ekstremitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7 cm, sedangkan
jarak antara ekstremitas inferior rend extra dan sinistra adalah 11 cm. sedangkan jarak dari
ekstremitas inferior ke crista iliaca adalah 3-5 cm.5 Ginjal kanan terletak agak di bawah
dibandingkan ginjal kiri karena terdapat organ hati pada sisi kanan.1
Gambar 1. Penampang Ginjal6
2
Tinjauan Pustaka
Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat. Fasia renal adalah pembungkus terluar.
Pembungkus ini melabuhkan ginjl pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi
organ. Lemak perineal adalah jaringan adiposa yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini
membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya. Kapsula fibrosa adalah
membrane halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah
dilepas.
Gambar 2. Pembungkus Ginjal6
Ren memiliki ekstremitas superior dan ekstermitas inferior. Kedua ekstremitas dipisahkan
dari ren oleh lemak perirenalis. Ren memiliki dua margo, yaitu margo medialis yang
berbentuk konkaf dan margo lateralkis yang berbentuk konveks. Selain itu, ren memiliki dua
facies, yaitu facies anterior yang berbentuk cembung dan facies posterior yang agak datar.
Terdapat kelenjar endokrin yang terletak superomedial terhadap ginjal. Kelenjar endokrin
tersebut dinamakan glandula suprarenalis. Glandula suprarenalis dextra berbentuk piramid
dan terletak antara diaphragma dan lobus dexter hepatis. Glandula suprarenalis sisistra lebih
pipih dan berbentuk bulan sabit (semilunair). Glandula suprarenalis kiri terletak di tepi medial
ginjal, di atas a.v. renalis, dengan kutup superior bersentuhan dengan lien. Glandula
suprarenalis dibungkus fascia renalis, tetapi tidak mengikuti gerakan ginjal pada waktu
respirasi.5
Struktur Internal Ginjal
Hilus, untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena, dan arteri renalis, saraf, dan limfatik.1
Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua
sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urin
pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa kaliks minor.1
3
Tinjauan Pustaka
Parenkim ginjal adalah jaringan yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini
terbagi menjadi medulla dalam korteks luar.
a. Medula, terdiri dari massa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang
sempit dari setiap piramida, papilla, masuk dalam kaliks minor dan ditembusi mulut
duktus pengumpul urin.
b. Korteks, tersusun dari tubulus dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang
merupakan unit struktural dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara
piramida-piramida medulla yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal
yang terdiri dari tubulus-tibulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus
pengumpul.1
Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal,
kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.1
Suplai darah pada ginjal berasal dari Arteri renalis yang dipercabangkan dari aorta
abdominalis setinggi vertebra lumbal 1-2. Artero renalis kanan lebih panjang dari kiri karena
harus menyilang vena cava inferior di belakangnya. Arteri renalis masuk ke dalam ginjal
melalui hilus renalis dan mempercabangkan dua cabang besar. Cabang yang pertama berjalan
ke depan ginjal dan mendarahi ginjal bagian depan. Sedangkan cabang yang kedua berjalan
ke belakang ginjal mendarahi ginjal bagian belakang. Cabang yang menuju ginjal depan lebih
panjang daripada cabang yang menuju ke bagian belakang ginjal. Kedua cabang arteri renalis
bagian depan dan bagian belakang akan bertemu di lateral, pada garis tengah ginjal atau
disebut dengan garis broedel. Arteri renalis berjalan di antara lobus ginjal dan bercabang lagi
menjadi arteri interlobaris. Vena pada ginjal biasanya mengikuti arterinya.5
Gambar 3. Pendarahan pada Ginjal6
4
Tinjauan Pustaka
Struktur Nefron
Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urin. Setiap
nefron memiliki satu komponen vaskular (kalpiler) dan satu komponen tubular.1 Pada ujung
proksimal setiap nefron terdapat pelebaran berdinding tipis yang melekuk ke dalam
membentuk struktur berongga berbentuk mangkok yang disebut kapsula Bowman. Bagian
ujung buntu nefron ini diisi oleh berkas-berkas globular kapiler yang sangat berkelok disebut
glomerulus. Massa kapiller serta kapsula epithelial berbentuk piala yang mengelilinginya
bersama-sama membentuk kopuskel renal. Padanya terdapat kutub vaskular, tempat pembuluh
aferen dan eferen masuk dan keluar glomerulus, dan kutub urinaria, tempat rongga mirip
celah di antara lapis simpai Bowman (yaitu ruang urinaria atau ruang Bowman) menyatu
dengan lumen tubulus proksimal.7 Di sini terdapat sel-sel mesangial yang melekat pada
kapiler untuk fungsi makrofag. Pada kapsula glomerulus terdapat dua lapis epitel membran.
Lapis pertama, lapisan parietal yang melapisi dinding glomerulus. Lapis kedua, lapis viseral
terdiri dari pedikel padosit (struktur tambahan pada ginjal) yang kaki-kainya meluas
membentuk celah filtrasi.8
Pada tubulus proksimal dapat dibedakan dua segmen: tubulus kontortus proksimal pada
korteks dan tubulus rekta proksimal yang meluas dari korteks ke dalam pita luar medula.7
Tubulus ini dilapisi epitel selapis kubus. Ciri khas pada tubulus ini adalah warna intinya yang
merah (asidofil), bulat, batas lumen yang tidak jelas (karena memiliki brush border), dan jarak
antara init sel yang berdekatan berjauhan.8 Tubulus ini diikuti oleh tubulus intermediate yang
membentuk lengkung panjang yang dibagi lagi dalam lengan tipis desendens (serupa dengan
tubulus kontortus proksimal8) yang menerobos pita dalam dari medula luar dan meluas jauh
ke dalam medula dalam, dan bagian rekurens, lengan tipis asendens. Pada batas medula dalam
dan luar, lengan tipis asendens (serupa dengan tubulus kontortus distal8) berhubungan dengan
tubulus rekta distal yang menembus medulla luar dan berlanjut ke dalam korteks, menjadi
tubulus kontortus distal.7
Di korteks, tubulus kontortus distal dihubungkan oleh tubulus koligen, pada duktus koligen,
yang berjalan ke bawah melalui korteks dan medulla ke area kribosa dari papilla renis, dan
bermuara ke dalam kaliks minor.7 Ciri mikroskopik tubulus kontortus distal berlawanan
dengan ciri pada tubulus kontortus proksimal di mana pada tubulus distal epitel selapis
kuboidnya bersifat basofil, inti sel dengan jarak yang berdekatan, lumen jelas (karena tidak
terdapat brush border, dan punya lumen yang lebih jelas dan lebar daripada tubulus kontortus
5
Tinjauan Pustaka
proksimal. Untuk mikroskopik duktus koligens juga tidak jauh berbeda dengan bagian nefron
lainnya, namun di sini epitel yang melapisinya adalah epitel selapis torak dan warna
sitoplasmanya adalah pucat.8
Gambar 4. Struktur Nefron6
Mekanisme Pengaturan Keseimbangan Cairan Tubuh
Filtrasi
Secara sederhana proses ini dikatakan sebagai proses penyaringan awal, dimana darah yang
melewati glomerulus akan disaring (difiltrasi) menuju ke kapsula bowman.4 Cairan yang
difiltrasikan melalui glomerulus ke dalam kapsul Bowman disebut filtrat glomerulus, dan
membran kapiler glomerulus disebut membran glomerulus yang memiliki permeabilitas 100
sampai 1000 kali permebialitas kapiler biasa. Filtrat glomerulus mempunyai komposisi yang
hamper tepat sama dengan komposisi cairan yang merembes dari ujung arteri kapiler ke
dalam cairan interstisial. Di sini tidak ditemukannya eritrosit dan hanya mengandung sekitar
0,03 % protein, atau kurang dari 1/200 protein dalam plasma.2
Gambar 5. Proses Filtrasi6
6
Tinjauan Pustaka
Elektrolit dan komposisi solute lain dari filtrat glomerulus juga serupa dengan yang
ditemukan di dalam cairan interstitial. Karena filtrat tersebut kekurangan ion protein
bermuatan negatif, maka terjadi suatu efek Donnan yang menyebabkan konsentrasi ion-ion
negatif lain, termasuk ion klorida dan bikarbonat, di dalam cairan interstitial dan filtrat
glomerulus kira-kira 5% lebih tinggi daripada di dalam plasma, dan konsentrasi ion-ion positif
kira-kira 5% lebih rendah. Juga, zat-zat yang tak terionisasi seperti urem, kreatinin, dan
glukosa meningkat sekitar 4% karena hampir tidak ada protein sama sekali tersebut. Filtrasi
glomerulus terjadi dengan cara yang hampir tepat sama seperti merembesnya cairan dari
setiap kapiler bertekanan tinggi di dalam tubuh. Yaitu tekanan dalam kapiler glomerulus
menyebabkan filtrasi cairan melalui membran kapiler ke dalam kapsul Bowman. Sebaliknya
tekanan osmotik koloid di dalam darah dan tekanan di dalam kapsul Bowman menentang
filtrasi tersebut.2
Proses filtrasi bergatung sepenuhnya pada tekanan yang dihasilkan dalam glomerulus.4
Tekanan kapiler glomerulus (TKG). Merupakan tekanan cairan yang disebabkan oleh
darah di dalam glomerulus. Tekanan ini bergantung pada kontraksi jantung dan tahanan
dari aliran darah dari arteriol dan afferent dan efferen. Diperkirakan sebesar 55 mmHg.
Tekanan yang besar ini akan mendukung filtrasi.
Tekanan osmotik koloid-plasma (TOKP). Disebabkan oleh distribusi protein plasma yang
tidak merata. Karena protein plasma tidak bisa difiltrasi, mereka berada pada kapiler
glomerulus (bukan dalam kapsula Bowman). Konsentrasi H2O pada Kapsula Bowman
yang lebih tinggi daripada glomerulus menyebabkan H2O untuk cenderung bergerak
secara osmosis sehingga melawan filtrasi. TOKP kurang lebih 30 mmHg.
Tekanan hidrostatik Kapsula Bowman (THKB) merupakan tekanan yang dihasilkan oleh
cairan dari bagian awal tubulus. Kurang lebih 15 mmHg dan melawan filtrasi.
Karena ketiga tekanan ini, terbentuklah yang namanya Net Filtration Pressure (NFP), dengan
jumlahnya NFP = TKG – TOKP – THKB = 55 – 30 – 15 = 10 mmHg.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Filtrasi Glomerulus
Efek Aliran Darah. Laju filtrasi glomerulus sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah
melalui nefron-nefron. Semakin besar koefisien filtrasi glmerulus, semakin besar efek
aliran darah pada laju filtrasi glomerulus. Sebaliknya, makin kecil koefisien filtrasi, makin
besar efek tekanan glomerulus pada laju filtrasi.
7
Tinjauan Pustaka
Efek Konstriksi Arteriol Aferen. Konstriksi arteriol aferen menurunkan kecepatan aliran
darah ke dalam glomerulus dan juga menurunkan tekanan glomerulus, kedua efek ini
menurunkan laju filtrasi tersebut. Sebaliknya dilatasi arteriol aferen meningkatkan tekanan
glomerulus, dengan disertai kenaikan laju filtrasi glomerulus.
Efek Perangsangan Simpatis. Selama perangsangan simpatis yang ringan sampai moderat
ke ginjal, dengan demikian menurunkan laju filtrasi glomerulus (kecuali bila tekanan arteri
meningkat pada saat yang sama, seperti biasa terjadi selama perangsangan simpatis).
Dengan perangsangan simpatis yang kuat, aliran darah glomerulus dan tekanan glomerulus
berkurang sedemikian besar sehingga laju filtrasi glomerulus turun hampir menjadi nol.
Efek Tekanan Arteri. Bila tekanan arteri meningkat, arteriol aferen berkontriksi secara
otomatis, ini menghalangi peningkatan besar dalam tekanan glomerulus meskipun terjadi
peningkatan tekanan arteri.2
Autoregulasi Ginjal
Ginjal sendiri bekerja menjaga aliran darah ginjal tetap konstan serta GFR normal, meski
terdapat perubahan tiap harinya pada tekanan darah. Mekanisme pertama, mekanisme
myogenik, terjadi ketika peregangan memicu kontraksi otot polos pada arteriol afferent.
Seiring meningkatnya tekanan darah, GFR juga meningkat. Dengan adanya peningkatan
tekanan darah, otot polos akan terpicu dan berkontraksi sehingga lumen arteriol menyempit
sehingga GFR akan berkurang, dan sebaliknya. Mekanisme kedua adalah umpan balik
tubuloglomeular, dinamakan demikian karena macula densa—bagian dari ginjal—
menyediakan umpan balik ke glomerulus. Ketika GFR di atas normal, macula densa akan
mendeteksi adanya peningkatan Na+, Cl- serta air dan akan menghambat pelepasan NO (agen
penyebab vasodilatasi). Jika GFR meningkat karena elevasi dari tekanan arterial, lebih banyak
cairan dari normal terfiltrasi dan mengalir menuju tubulus distal. Sebagai respon, macula
densa akan melepaskan adenosine, yang bekerja sebagai parakrin terhadap arteriol afferent
terdekat, membuatnya konstriksi dan menurunkan aliran darah sehingga GFR kembali
normal. Dua mekanisme di atas dapat bekerja selama tekanan darah berjarak antara 80 sampai
180 mmHg.4
Gambar 6. Autoregulasi: Miogenik6
8
Tinjauan Pustaka
Gambar 7. Autoregulasi: Umpan Balik Tubuloglomerular6
Reabsorpsi dan Sekresi
Filtrat glomerulus yang memasuki tubulus nefron mengalir melalui tubulus proksimal,
kemudian melalui ansa Henle, melalui tubulus distal, dan melalui tubulus koligens ke dalam
pelvis ginjal. Sepanjang perjalanan ini, zat-zat direabsorpsi atau disekresi secara selektif oleh
epitel tubulus, dan cairan yang dihasilkannya memasuki pelvis ginjal sebagai urin. Reabsorpsi
memegang peranan yang lebih penting daripada sekresi dalam pembentukan urin ini, tetapi
sekresi sangat penting dalam menentukan jumlah ion kalium, hidrogen, dan beberapa zat lain
di dalam urin. Reabsorpsi dan sekresi pada beberapa tempat di nefron berbeda-beda. Sel
tubulus proksimal memiliki sejumlah besar mitokondria untuk menyokong proses transport
aktif yang sangat cepat. Ditemukan kurang lebih 65% dari semua proses reabsorpsi dan
sekresi yang berlangsung dalam sistem tubulus terjadi di dalam tubulus proksimal. Jadi,
biasanya 35% filtrate glomerulus masih mengalir pada akhir tubulus proksimal, 65% sisanya
direabsorpsi sebelum mencapai ansa Henle.2
Segmen tipis ansa Henle memiliki pori-pori yang memiliki permebialiatas besar. Sel-sel ini
tidak mempunyai brush border dan jumlah mitokondrianya sangat sedikit, sehingga
menunjukkan bahwa sel tersebut mempunyai tingkat metabolk minimal. Sel segmen tebal
ansa Henle yang serupa dengan sel di dalam tubulus proksimal, kecuali selnya mempunyai
brush border yang tidak sempurna dan mempunyai zona okludens yang lebih erat pada
perlekatan antara sel-sel tersebut. Sel-sel itu khusus disesuaikan untuk transport aktif natrium
melawan perbedaan konsentrasi dan gradient listrik yang tinggi. Juga epitel tersebut kurang
permeable terhadap air dan hampir sama sekali impermeable terhadap ureum. Untuk
memberikan enersi bagi pompa natrium melawan gradient elektrokmia yang tinggi tersebut,
sejumlah besar miokondria terdapat di dekat membran basalis sel epitel.2
9
Tinjauan Pustaka
Di dalam tubulus koligens urin menjadi sangat pekat atau sangat encer, sangat asam atau
sangat basa. Epitel tubulus koligens rupanya dirancang khusus untuk enahan sifat-sifat
ekstrim cairan tubulus. Bagian korteks tubulus koligens hampir sama sekali impermiabel
terhadap ureum. Sebaliknya bagian medula cukuk permeabel terhadapa ureum sehingga
sejumlah besar ureum biasanya direabsorpsi dari tubulus koligen medula ke dalam
interstisium medula, suatu efek yang sangat penting untuk memekatkan urin tersebut.
Permebialitas epitel terhadap air di dalam kedua bagian tubulus koligens tersebut terutama
ditentukan oleh konsentrasi hormone antidiuretik di dalam darah. Bila ada sejumlah besar
hormone antidiuretik, tubulus koligens menjadi sangat permeabel terhadap air, dan
kebanyakan air tersebut akan direabsorpsi dari tubulus dan dikembalikan ke darah. Bila tidak
ada hormon antidiuretik, sedikit sekali air direabsopsi, kebanyakan justru keluar sebagai urin.2
Gambar 8. Proses Sekresi dan Reabsorpsi6
Air. Transport air terjadi sepenuhnya dengan difusi osmotik. Yaitu bilamana suatu
solute di dalam fitrat glomerulus diabsorpsi baik dengan absorpsi aktif maupun dengan
difusi yang disebabka oleh gradient elektrokimia, penurunana konsentrasi solute di
dalam cairan tubulus dan peningkatan konsentrasi di dalam cairan peritubulus yang
diakibatkannya menyebabkan osmosis air keluar dari tubulus tersebut.2
Glukosa dan Asam Amino. Biasanya zat-zat ini direabsorpsi sama sekali atau hampir
sama sekali oleh proses aktif di dalam tubulus ginjal. Oleh karena itu, dalam cairan
yang memasuki ansa Henle tidak ada zat-zat tersebut.2
Ureum, Kreatinin, dan Lain-Lain. Jumlah ureum yang direabsorpsi adalah kira-kira
50% dari jumlah total yang direabsorpsi selama seluruh perjalanan melalui sistem
tubulus tersebut. Kreatinin sama sekali tidak direabsorpsi di dalam tubulus, sejumlah
kecil kreatinin benar-benar disekresikan ke dalam tubulus oleh tubulus proksimal
sehingga jumlah total kreatinin meningkat kira-kira 20%. Ion urat diabsorpsi jauh
10
Tinjauan Pustaka
lebih banyak kira-kira 86% direabsorpsi. Tetapi meskipun demikian, sejumlah besar
urat tetap berada di dalam cairan yang akhirnya dikeluarkan ke dalam urin. Beberapa
produk akhir lain seperti sulfat, fosfat, dan nitrat, diangkut dengan cara yang banyak
persamaannya dengan pengangkutan ion urat. Semua zat ini biasanya direabsorpsi
dalam jumlah yang lebih sedikit daripada air sehingga konsentrasinya menjadi sangat
meningkat ketika mereka mengalir sepanjang tubulus tersebut. Namun dalam tingkat
tertentu masing-masing zat tersebut direabsorpsi secara aktif, sehingga
mempertahankan konsentrasi mereka di dalam cairan ekstrasel agar tidak turun terlalu
rendah.2
Natrium, Klorida, Bikarbonat, dan Kalium. Semua ion ini sangat berkurang karena
reabsorpsi ketika cairan tubulus diolah dari filtrate glomerulus menjadi urin. Ion
positif umumnya ditranspor melalui epitel tubulus dengan proses transport aktif,
sedangkan ion negatif ditranspor secara pasif sebagai akibat perbaedaan listrik yang
timbul pada membrane tersebut ketika ion positif ditranspor. Misalnya ketika ion
Natrium ditranspor keluar dari cairan tubulus, keadaan elektronegatif yang timbul di
dalam cairan tubulus menyebabkan ion klorida mengikuti di belakang ion natrium
tersebut.2 Ion kalium direabsorpsi pada tubulus proksimal dan disekresikan di dalam
tubulus distal dan kolligens. Sekresi ini bersamaan dengan reabsorpsi Natrium dengan
pompa Na+-K+. Karena K+ masuk ke dalam sel, kosentrasi intraseluler dari kalium
menyebabkan perpindahan K+ menuju lumen. Kesimpulannya, reabsorpsi Na+ pada
akhirnya mempengaruhi sekresi K+. Dengan demikian, aldosteron mempengaruhi
sekresi K+ (karena mempengaruhi reabsorpsi Na+). Nah, pada keadaan tubuh terlalu
asam, sebagai ganti K+, justru akan disekresikan H+.4
Ion Kalium dan Hidrogen. Aliran ion kalium biasanya meningkat ketika cairan
melalui tubulus distal dan tubulus koligens, sebagai akibat sekresi kalium. Ion
hidrogen disekresi secara aktif di dalam tubulus proksimal, tubulus distal, tubulus
koligens. Sekresi ini diatur oleh konsentrasi ion hidrogen cairan ekstrasel.2 Sekresi H+
bertujuan untuk mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Ketika cairan tubuh
terlalu asam, sekresi H+ akan menigkat. Sebaliknya, sekresi H+ akan berkurang ketika
konsentrasi H+ pada tubuh rendah.4
Ion Bikarbonat. Ion bikarbonat terutama direabsorpsi dalam bentuk karbon dioksida,
bukan dalam bentuk ion bikarbonat itu sendiri. Pertama-tama ion bikarbonat
bergabung dengan ion hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan tubulus oleh sel
11
Tinjauan Pustaka
epitel. Reaksi tersebut membentuk asam karbonat yang keudian berdisosiasi menjadi
air dan karbondioksida. Karbon dioksida tersebut, karena sangat larut dalam lemak,
berdifusi dengan cepat melalui membran tubulus ke dalam darah kapiler kapiler
peritubulus. Bila ada lebih banyak ion bikarbonat dari pada ion hidrogen yang
tersedia, hampir semua ion bikarbonat berlebihan mengalir ke dalam urin karena
tubulus tersebut hanya sediki permeabel terhadap ion bikarbonat.2
Gambar 9. Reabsorpsi Ion Hidrogen di Tubulus Proksimal6
Counter Current dalam Medula
Seketika setelah filtrate terbentuk, reabsorpsi dari air berlangsung pada tubulus proksimal,
bersamaan dengan reabsorpsi Na+ aktif. Sebagai hasilnya, pada akhir tubulus proksimal
sekitar 65 persen filtrate telah direabsorpsi, namun 35% yang tetap tinggal dalam lumen
tubular tetap memiliki osmolaritas yang sama dengan cairan tubuh. Karenanya, cairan yang
masuk ke Lengkung Henle isotonic. Kemudian, 15% dari H2O akan direabsorpsi di sini
dalam menjaga gradient osmotik. Properti berikut ini di antara pars desendens Lengkung
Henle dan Pars asendens krusial untuk menjaga gradient osmotik dari cairan interstisial
medula.4
Gambar 10. Counter Current6
Hormon dan Vitamin yang Berperan dalam Pengaturan Keseimbangan Cairan Tubuh
12
Tinjauan Pustaka
Hormon antidiuretik (ADH) adalah hormone yang dihasilkan oleh hipotalamaus, disimpan
dan dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis sebagai respons terhadap perubahan dalam
osmolalitas plasma. Osmolalitas adalah konsentrasi ion dalam suatu larutan. Dalam hal ini,
larutannya adalah darah. Apabila asupan air menjadi kurang atau banyak air yang hilang,
ADH akan dikeluarkan sehingga membuat ginjal menahan air. ADH memengaruhi nefron
bagian distal untuk memperlancar permebilitas air sehingga lebih banyak air yang
direabsorpsi dan dikembalikan ke dalam sirkulasi darah.9
Gambar 11. Peran Berbagai Hormon dalam Ginjal6
Eritropoietin. Ginjal mempunyai peranan yang sangat penting dalam produksi eritrosit.
Ginjal memproduksi enzim yang disebut faktor eritropoietin yang mengaktifkan
eritropoietin, hormone yang dihasilkan hepar. Fungsi eritropoietin adalah menstimulasi
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah, terutama sel darah merah. Tanpa
eritropoietin, sumsum tulang pasien penyakit hepar atau ginjal tidak dapat memproduksi
sel darah merah.
1,25-dihidrovitamin D3. Salah satu fungsi penting ginjal adalah mengatur kalsium dan
fosfor. Kalsium sangat penting untuk pembentukan tulang, pertumbuhan sel, pembekuan
darah, respons hormone, dan aktivitas listrik selular. Ginjal adalah pengatur utama
keseimbangan kalsium-fosfor. Ginjal melakukan hal ini dengan mengubah vitamin D
dalam usus (dari makanan) ke bentuk yang lebih aktif, yaitu 1,25-dihidrovitamin D3.
Ginjal meningkatkan kecepatan konversi vitamin D jika kadar kalsium atau fosforus serum
menurun. Vitamin D molekul yang aktif (1,25-dihidrovitamin D3), bersama hormone
paratiroid dapat meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor oleh usus.9
Aldosteron. Ginjal mempunyai peranan aktif dalam pengaturan tekanan darah, terutama
dengan mengatur volume plasma dan tonus vaskular. Volume plasma dipertahankan
melalui reabsorpsi air dan pengendalian komposisi cairan ekstraseluler (misalnya terjadi
13
Tinjauan Pustaka
dehidrasi). Korteks adrenal mengeluarkan aldosteron. Aldosteron membuat ginjal menahan
natrium yang dapat mengakibatkan reabsorpsi air.
Renin. Modifikasi tonus vaskular oleh ginjal dapat juga mengatur tekanan darah. Hal ini
terutama dilakukan oleh sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah hormon yang
dikeluarkan oleh juksta glomeruli dari nefron sebagairespons terhadap berkurangnya
natrium waktu tekanan darah menurun. Renin menstimulasi konversi angiotensinogen (zat
yang dikeluarkan hepar) ke angiotensin I. Konversi angiotensin I ke angiotensin II oleh
enzim pengubah angiotensin dari paru-paru (Angiotensin Converting Enzyme),
menghasilkan vasokontriksi yang kuat. Mekanisme ini dapat membuat tekanan darah
meningkat.9
Gambar 12. Aktivasi Renin6
Prostaglandin dan Bradikinin. Kedua hormon ini merupakan hormon yang dihasilkan
ginjal, juga membantu meningkatkan tekanan darah. Kedua hormone ini dikeluarkan
sebagai respons terhadap iskemia ginjal, adanya ADH dan angiotensin II, serta stimulasi
simpatis.9
Hubungan Masalah Skenario dengan Pembahasan
Pembahasan di atas telah mengemukakan tentang peran-peran ginjal dan bagian-bagiannya
dalam mempertahankan keseimbangan cairan tubuh melalui berbagai mekanisme serta kerja
hormon-hormonnya. Namun jika fungsi ginjal terganggu, dapat juga mempengaruhi berbagai
sistem, salah satunya adalah sistem tekanan darah yang rendah. Diare yang menjadi salah satu
masalah di sini merupakan penyebab tidak seimbangnya cairan dalam tubuh, semakin banyak
cairan yang dikeluarkan lewat diare, semakin berkurang pula kandungan cairan yang
dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu, tekanan darah dan turgor kulit ikut berkurang.
Kesimpulan
14
Tinjauan Pustaka
Gangguan keseimbangan cairan tubuh akibat diare dapat menyebabkan tekanan darah dan
turgor kulit menurun.
Daftar Pustaka
1. Sumber: Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. h.318-21.
2. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed.9. Jakarta: EGC; 1997.h.397-502.
3. Tamsuri A. Klien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Jakarta: EGC;2008.h.33-4.
4. Marks DB, Marks AD. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2000. h.696-710.
5. Kasim YI. Buku ajar traktus urogenitalis. Edisi 2. Jakarta: Bagian anatomi FK Ukrida;
2012. h.20-6.
6. Kumpulan gambar-gambar anatomi tubuh. Diunduh dari:
http://www.walgreens.com/marketing/library/graphics/images, 23 September 2012.
7. Fawcett, DW. Buku ajar histologi. Ed.12. Jakarta: EGC; 2002. h.651-65.
8. Penuntun praktikum histologi. Jakarta: Bagian Histologi FK Ukrida. h.91-7.
9. Tamsuri A. Klien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Jakarta:EGC; 2008.h.33-4.
15