28
Otitis Media Akut Stadium Supuratif pada Telinga Kanan Anak 2 Tahun Pendahuluan Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. 1 Otitis media akut adalah infeksi atau peradangan akut pada sebagian atau seluruh rongga telinga tengah, sering diderita oleh bayi dan anak-anak, penyebabnya infeksi virus atau bakteri. Pada penyakit bawaan seperti down syndrome dan anak dengan alergi sering terjadi. Terapi antibiotika dan kunjungan ke dokter THT dalam proses perbaikan sangat disarankan. Otitis media supuratif akut (OMA) adalah otitis media yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik. Anatomi Telinga Tengah Bagian-bagian dari telinga tengah terdiri dari : Cavitas tympatica Membrana tympatica 1

Makalah PBL Blok 23

Embed Size (px)

DESCRIPTION

otitis media stadium supuratif

Citation preview

Page 1: Makalah PBL Blok 23

Otitis Media Akut Stadium Supuratif pada

Telinga Kanan Anak 2 Tahun

Pendahuluan

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan

faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke

dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.1

Otitis media akut adalah infeksi atau peradangan akut pada sebagian atau

seluruh rongga telinga tengah, sering diderita oleh bayi dan anak-anak, penyebabnya

infeksi virus atau bakteri. Pada penyakit bawaan seperti down syndrome dan anak

dengan alergi sering terjadi. Terapi antibiotika dan kunjungan ke dokter THT dalam

proses perbaikan sangat disarankan. Otitis media supuratif akut (OMA) adalah otitis

media yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri

piogenik.

Anatomi Telinga Tengah

Bagian-bagian dari telinga tengah terdiri dari :

Cavitas tympatica

Membrana tympatica

Ossicula auditoria tulang telinga

Maleus: terdapat tuba auditorius.

Incus: berhubungan dengan tuba Eustachius.

Stapes: Dengan nasopharinx dan membuka pada saat menelan.

Tuba Auditoria/Tuba Auditorius/Tuba Eustachius.

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah

lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua

Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas

lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu

mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan

rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke

1

Page 2: Makalah PBL Blok 23

nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang

temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus

stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang

membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial

telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran

kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat

memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,

dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.

anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,

menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun

dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau

menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan

menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.1

Anamnesis

Anamnesis terhadap kasus OMA dapat dilakukan autoanamnesis apabila keadaan

memungkinkan, apabila keadaan tidak memungkinkan untuk bertanya langsung pada

pasien, dapat dilakukan alloanamnesis terhadap keluarga (orang tua, pengasuh bayi)

yang merawat pasien.  Anamnesis yang perlu dilakukan meliputi :

1. Identitas Pasien.

Menanyakan kepada pasien :

Nama lengkap pasien, umur,tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,

pendidikan,agama, pekerjaan,suku bangsa.

2. Keluhan Utama

Keluhan Utama : Ibunya mengatakan : anaknya demam sejak 3 hari yang lalu

Keluhan Tambahan : anaknya tidak mau makan, hidung mengeluarkan ingus

encer dan tadi malam anaknya tiba-tiba menangis dan memegang kuping

kanannya.

2

Page 3: Makalah PBL Blok 23

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Anamnesis dimulai dengan mengajukan pertanyaan tentang sifat dan beratnya

keluhan yang disampaikan pasien kepada dokter.2

- Menanyakan sejak kapan penyakit dimulai (akut,subakut, atau kronisdan

bagaimana mulanya, bagaimana perjalanannya (bertambah, berkurang,

tetap, terjadi sebentar-bentar, naik turun), dan bagaimana frekuensinya.

- Menanyakan sejak kapan demamnya pasien, bagaimana suhu tubuh pasien,

menanyakan bagaimana perjalanan demamnya, terus-menerus atau naik

turun.

- Menanyakan onset dan durasi terjadinya nyeri telinga, biasanya pada OMA

nyeri akan dikeluhkan pada malam hari.

- Menanyakan apakah telinga terasa penuh, seperti kemasukan air

- Menanyakan apakah pendengaran pasien terganggu.

- Menanyakan usia pasien ketika menderita penyakit ini

- Menanyakan status gizi pasien, yaitu berat badan dan tinggi badan pasien,

apakah menurun atau tidak, bagaimana nafsu makan pasien

- Menanyakan riwayat ISPA (infeksi saluran napas yang dialami pasien),

sejak kapan, bagaiman sekret yang dikeluarkan

- Menanyakan Gejala lain termasuk diare, muntah, kehilangan pendengaran

mendadak, hidung tersumbat, pilek, dan bersin. Tanyakan apakah anak

telah menunjukkan kelesuan, pusing, tinnitus, dan jalan yang tidak mantap.

- Setelah itu, diajukan beberapa pertanyaan tentang keadaan telinga, hidung,

tenggorok lain.

Keluhan utama telinga dapat berupa:1,3

- Gangguan pendengaran/pekak (tuli): perlu ditanyakan apakah keluhan

tersebut pada satu atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat

secara bertahap dan sudah berapa lama diderita. Adakah riwayat trauma

3

Page 4: Makalah PBL Blok 23

kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising, pemakaian obat

ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit infeksi virus seperti

perotitis, influenza berat dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran

ini lebih terasa ditempat yang bising atau ditempat yang lebih tenang.

- Telinga berdenging: dapat berupa suara berdengung atau berdenging, yang

dirasakan dikepala, atau ditelinga, pada satu sisi atau kedua telinga.

Apakah tinnitus ini disertai gangguan pendengaran dengan keluhan pusing

berputar.

- Rasa pusing berputar (vertigo): gangguan keseimbangan dan rasa ingin

jatuh yang disertai mual, muntah, rasa penuh dalam telinga, telinga

berdenging yang mungkin kelainannya terdapat dalam labirin.

Kecenderungan untuk jatuh dan arahnya, rasa putar atau terangkat, saat

timbulnya tergantung posisi tubuh atau kepala, bertambah atau tidak dalam

gelap, akibat menutup mata.

- Nyeri di dalam telinga (otalgia): perlu ditanyakan apakah pada telinga kiri

atau kanan dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga (referred pain)

dapat berasal dari rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut,

tonsil atau tulang servikal karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris

yang berasal dari organ-organ tersebut.

- Sekret yang keluar dari liang telinga (otore): apakah keluar dari satu atau

kedua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret

yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang

banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila

berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah

harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang

keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan likuor serebrospinal.

4. Riwayat penyakit keluarga.

- Menanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama

dengan yang dialami oleh pasien?

5. Riwayat penyakit dahulu.

4

Page 5: Makalah PBL Blok 23

- Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama

sebelumnya? Cari tahu riwayat penyakit dahulu dari kondisi medis apapun

yang signifikant.

- Menanyakan apakah pasien pernah mengalami trauma pada telinga,

apakah pernah kemasukan benda asing, apakah pasien pernah berenang.

6. Riwayat Psikososial.

- Menanyakan kepada pasien apakah penyakitnya menganggu/sangat

menggangu/ tidak menggangu aktivitas sehari-hari pasien.

- Menanyakan apakah pasien masih suka minum susu dari botol atau sambil

tiduran.

- Menanyakan kondisi ekonomi pasien dan keluarga. Karena biasanya

OMA lebih sering terjadi pada keluarga yang miskin

- Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang satu rumah dengan pasien

yang menghisap rokok.

7. Riwayat pengobatan/obat.

- Apakah pasien pernah melakukan pengobatan terhadap penyakit yang

dideritanya?

Pemeriksaan

a. Fisik

Kanalis Auditorius dan Membran Timpani

Untuk melihat kanalis audiotirus dan membran timpani digunakan otoskop.

Atur posisi kepala pasien agar dapat melihat dengan nyaman melalui otoskop. Untuk

meluruskan kanalis auditorius, pegang daun telinga pasien dengan kuat tetapi hati-

hati, dan tarik daun telinga ke arah atas belakang serta agak menjauhi kepala.4,5

Pegang tangkai otoskop di antara ibu jari dan jari-jari tangan, tumpangkan

tangan pada wajah pasien agar otoskop tersebut tidak goyang. Dengan demikian

tangan dan alat yang digunakan akan mengikuti gerakan pasien yang tidak terduga.4,5

5

Page 6: Makalah PBL Blok 23

Pemeriksaan Otoskop pada Liang Telinga 1

Inspeksi kanalis auditorius dengan memperhatikan setiap sekret yang ada,

benda asing, kemerahan pada kulit, atau pembengkakan. Serumen yang warna dan

konsistensinya bervariasi dari kuning serta menyerupai serpihan hingga cokelat dan

lengket atau bahkan hitam dan keras dapat menghalangi sebagian atau seluruh

pandangan.Inspeksi membran timpani, perhatikan warna dan konturnya. Pantulan

cahaya berbentuk kerucut pada membran timpani ketika membran tersebut disinari

biasanya mudah dilihat dan akan membantu untuk mengenali arah. 4,5

Membran Timpani dan Refleks Cahaya (Cone of Light) 6

Ketajaman Pendengaran (Akuitas Auditorius)

Untuk memperkirakan kemampuan pendengaran, lakukan pengujian pada

setiap telinga satu per satu. Minta pasien untuk menutup salah satu lubang telinganya

dengan jari telunjuknya sendiri. Jika terdapat perbedaan ketajaman pendengaran pada

kedua sisi, gerakkan jari tangan dengan cepat, tetapi hati-hati dalam saluran telinga

yang tersumbat. Bunyi yang ditimbulkan akan membantu mencegah agar telinga yang

tersumbat tidak melakukan pekerjaan dari telinga yang hendak diperiksa.4,5

Kemudian berdiri 0,3-0,6 meter dari pasien, hembuskan udara napas

seluruhnya (untuk mengurangi intensitas suara) dan berbisik dengan perlahan ke arah

telinga yang tidak tersumbat. Pilih bilangan atau kata-kata dengan dua suku kata yang

6

Page 7: Makalah PBL Blok 23

beraksen sama seperti “dua tiga” atau “sepak bola”. Untuk memastikan pasien tidak

membaca gerak bibir, tutupi mulut atau halangi penglihatan pasien.4,5

Hantaran Udara dan Tulang

Jika pendengaran berkurang, perlu dibedakan antara gangguan pendengaran

konduktif dan sensorineural. Diperlukan kamar periksa yang sunyi dan sebuah garpu

tala, sebaiknya 512 Hz atau 1024 Hz. Frekuensi suara ini terdapat dalam kisaran suara

percakapan manusia (300-3000 Hz) yang secara fungsional merupakan kisaran bunyi

yang paling penting. Getarkan garpu tala untuk menghasilkan vibrasi ringan dengan

mengetukkannya secara cepat antara ibu jari dan jari telunjuk, atau dengan

mengetukkannya pada buku-buku jari tangan.4,5

o Tes untuk lateralisasi (tes Weber)

Letakkan dengan kuat ujung tangkai garpu tala yang bergetar ringan

pada puncak kepala pasien atau bagian tengah dahinya. Tanyakan kepada

pasien di mana bunyinya terdengar, apakah pada satu sisi atau kedua sisi.

Normalnya bunyi akan terdengar pada garis tengah atau sama kerasnya pada

kedua telinga. Jika tidak terdengar bunyi apa pun, coba sekali lagi dengan

menekankan garpu tala tersebut secara lebih kuat pada kepala pasien.4,5

o Membandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang (tes Rinne)

Letakkan dengan kuat ujung tangkai garpu tala yang bergetar

ringan pada tulang mastoideus yaitu di belakang telinga dan sejajar dengan

saluran telinga. Ketika pasien sudah tidak lagi mendengar bunyinya, cepat-

cepat tempatkan garpu tala tersebut di dekat saluran telinga dan pastikan

apakah bunyinya dapat didengar kembali. Bagian “U” dari garpu tala harus

menghadap ke depan dan dengan demikian membuat bunyinya terdengar

maksimal oleh pasien. Normalnya bunyi akan terdengar lebih lama lewat

hantaran udara dibandingkan lewat hantaran tulang.4,5

b. Penunjang

• Timpanosintesis

7

Page 8: Makalah PBL Blok 23

Adalah pungsi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna

pemeriksaan mikrobiologik untuk menentukan organisme penyebab (dengan semprit

dan jarum khusus) dan juga adalah cara yang pasti membuktikan keberadaan dan tipe

efusi telinga tengah. Dilakukan dengan menyelipkan, melalui bagian inferior

membrana timpani, jarum spinal ukuran 18 yang dilekatkan pada semprit atau

perangkap pengumpulan. Indikasi timpanosintesis yang mungkin adalah OMA yang

tidak berespon terhadap terapi konvensional, OMA pada neonatus atau pasien yang

respon imunnya lemah.1,7

Timpanosentesis harus juga dipertimbangkan pada keadaan seperti berikut:

untuk anak yang sakit berat atau mereka yang tampak toksik; untuk anak yang

berespons secara tidak memuaskan pada terapi antibiotik; pada mulainya otitis media

pada penderita yang mendapat agen antibiotik; pada penderita yang mengalami

komplikasi infratemporal atau intrakranial supuratif; dan untuk otitis pada bayi baru

lahir, bayi yang amat muda. atau penderita yang de-fisien secara imunologis, yang

pada masing-masing dari mereka organisme yang tidak biasa dapat menyebabkan in-

feksi.3

• Pemeriksaan Laboratorium

o Jumlah leukosit

- Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi

- Adanya pergeseran ke kiri.2,6

o Laju endap darah

- Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/

jam

- Laju endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis

klinik dari otitis eksternal akut atau keganasan pada telinga yang

tidak menyebabkan peningkatan tes ini.2,6

o Kimia darah

8

Page 9: Makalah PBL Blok 23

- Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia

darah untuk menentukan intoleransi glukosa basal.

- Pasien tanpa riwayat diabetes perlu diperiksa toleransi

glukosanya2,6

o Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga

- Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian an-

tibiotic

- Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P.

Aeruginosa (95 %). Organisme ini anaerobik, gram negatif. Spesies

pseudomonas mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis. Ekso-

toksin ( yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase) dapat menye-

babkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neuro-

toksin yang menyebabkan neuropati kranial.2,6

Working Diagnosis

Otitis media akut (OMA) biasanya terjadi karena factor pertahanan tubuh ini

terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan factor penyebab utama dari otitis

media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga

tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi

peradangan.

Selain itu, pencetus lain adalah infeksi saluran napas atas. Pada anak, makin

sering anak terkena infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA.

Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar

dan letaknya agak horizontal, dan juga adenoid pada anak relatif lebih besar

dibanding orang dewasa. 

Diagnosis Banding

Otitis media supuratif kronik.1

Bila perforasi menetap dan sekret keluar terus-menerus atau hilang timbul,

sekret mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah lebih dari dua bulan, maka

keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK). Beberapa faktor yang

9

Page 10: Makalah PBL Blok 23

menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman

tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk. OMSK

terbagi menjadi 2 yaitu tipr maligna dan benigna

Otitis media serosa akut.

Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah

secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba, kedaan ini dapat

disebabkan antara lain oleh :

Sumbatan tuba, pada keadaan tersebut terbentuk cairan di telinga tengah

disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba yang disebabkan oleh

gangguan fungsi tuba seperti pada barotrauma,

Virus, terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi

virus pada jalan napas atas

Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan alergi

pada jalan napas atas

idiopatik

Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran

berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau

suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit (diplacusis

binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga

pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada

saat awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbulnya tekanan negatif pada telinga

tengah (misalnya pada barotrauma). Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila

penyebab timbulnya sekret adalah virus atau alergi. Tinitus, vertigo atau pusing

kadang-kadang ada dalam bentuk ringan. Pada otoskopi terlihat membran timpani

rertraksi. Kadang-kadang tempak gelembung udara atau permukaan cairan dalam

kavum timpani. Tuli konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.

Etiologi

Bakteri piogenik sebagai penyebab tersering yaitu Streptokokus hemolitikus,

Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu

10

Page 11: Makalah PBL Blok 23

Hemofilus influenza, Escheria coli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris,

Pseudomonas aeruginosa. Haemophilus influenza merupakan bakteri yang paling

sering kita temukan pada pasien anak berumur 5 tahun.1

Patofisiologi

Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga

kesterilan telinga tengah. Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa tuba

Eustachius, enzim, dan antibodi. Faktor ini akan mencegah masuknya mikroba ke

dalam telinga tengah. Penyebab utamanya adalah tersumbatnya tuba Eustachius

sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Faktor pencetus terjadinya otitis media

supuratif akut (OMA), yaitu : infeksi saluran nafas atas (common cold) yang terjadi

terutama pada pasien anak-anak Bayi lebih mudah menderita otitis media supuratif

akut (OMA) karena letak tuba Eustachius yang lebih pendek, lebih lebar dan lebih

horisontal.2

Epidemiologi

Hampir 85% anak mempunyai paling sedikit satu episode otitis media akut pada

umur 3 tahun, dan 50% anak akan mempunyai dua episode atau lebih. Bayi dan anak

kecil berisiko paling tinggi untuk otitis media, frekuensi insi-den adalah 15-20%

dengan puncak terjadi dari umur 6-36 bulan dan 4-6 tahun. Anak yang menderita

otitis media pada umur tahun pertama mempunyai kenaikan risiko penyakit akut

kumat atau kronis. Sesudah episode pertama, sekitar 40% anak menderita efusi

telinga-tengah yang menetap selama 4 minggu dan 10% menderita efusi yang masih

ada pada 3 bulan. Insiden penyakit ccnderung menurun sebagai fungsi dari umur

sesudah umur 6 tahun. Insiden tinggi pada laki-laki, kelompok sosio-ekonomi yang

lebih rendah, suku asli Alaska, suku asli Amerika, dan lebih tinggi pada orang kulit

pulih daripada orang kulit hitam. Insiden juga bertambah pada musim dingin (winter)

dan awal musim semi.

Gejala Klinis

Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.Stadium

OMA berdasarkan perubahan mukosa telinga sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas

5 stadium:2

11

Page 12: Makalah PBL Blok 23

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran

timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat

absorpsi udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat terdeteksi. 1,2

2. Stadium Hiperemis (Pre-Supurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau

seluruh membran timpani tampak hiperemis dan edem. Sekret yang telah

terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar

terlihat.1,2

3. Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel

epitel superfisial serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,

menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga

luar.1,2 Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,

serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Bila tidak dilakukan insisi

membran timpani maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan

nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan miringotomi, luka insisi akan

menutup kembali, sedangkan bila terjadi ruptur, tidak mudah menutup

kembali. 1,2

4. Stadium Perforasi

Keterlambatan pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi,

maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari

telinga luar. 1,2

5. Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani

perlahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka sekret akan

berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik maka resolusi

dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Perforasi menetap diserta dengan

12

Page 13: Makalah PBL Blok 23

sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul menyebabkan otitis media

akut berubah menjadi otitis media supuratif kronik. 1,2

Jadi secara umum pada OMA terdapat beberapa gejala seperti berikut :

Otalgia, demam, otorrhea, anoreksia, irritabel, muntah, diare, kejang.

Gejala –gejala ini disertai dengan temuan otoscopic abnormal dari membran

timpani: terlihat gelap, bulging/membenjol, hiperemis, efusi telinga tengah,

penurunan mobility dengan pneumatik otoscopi.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada kasus OMA adalah sebagai berikut:1

a. Pada proses penyembuhan perforasi, epitel squamosa, dapat tumbuh

kedalam telinga tengah, membentuk struktur sperti kantong yang

mengumpulkan debris epitel yang lepas. Kista ini disebut “ Kolesteatoma”

b. Perforasi membran timpani yang menetap dan nekrosis osikula ,

keduanya menyebabkan kehilangan pendengaran konduktif yang

memerlukan koreksi bedah dengan timpanoplasti.

c. Paralisis nervus fasialis dapat terjadi pada otitis media supuratif akut.

Sekitar sepertiga penderita mempunyai tulang yang tidak sempurna yang

menutupi nervus fasialis dalam telingah tengah, sehingga nervus fasialis

juga mengalami peradangan. Paralisis dapat parsial atau total.

d. Selama otitis media akut, respon radang yang disebut labirintis serosa

dapat terjadi, yaitu infeksi pada kanalis semisirkularis. Biasanya ada

vertigo ringan tetapi bukan kehilangan pendengaran. Namun jika bakteri

menginvasi labirin melalui fenestra ovalis atau rotundum, terjadi labirintis

supuratif akut yang menyebabkan vertigo berat, nistagmus, dan

kehilangan pendengaran sensorineural berat

e. Keterlibatan mastoid dengan radang akut dan eksudat purulen selalu ada

selama otitis media akut, seperti ditunjukan oleh keopakan sistem sel

udara (mastoiditis) pada rontgenografi. Istilah mastoiditis supuratif akut

menggambarkan osteomielitis mastoid koalesen akut, sekat-sekat sel

13

Page 14: Makalah PBL Blok 23

udara mastoid mengalami nekrosis dan sistem sel udara menjadi konfluen.

Hal ini disertai dengan nyeri berat di belakang telinga dan radang pada

mastoid. Kadang-kadang ujung mastoid pecah karena infeksi dan nanah

disebelah anterior m. strenocleidomastoideus (abses Bezold)

f. Infeksi ini dapat mencapai sel udara bagian medial os temporale melalui

sel perilabirintin, menyebabkan osteomielitis apeks petrosa. Bila ini

terjadi, dapat mengakibatkan paralisis n. kranialis VI, nyeri otot

retroorbital dalam akibat terlibatnya n. trigeminus.

g. Komplikasi intrakranium OMA yang paling lazim adalah meningitis.

Organisme yang paling lazim menyebabkan meningitis yang

menyebabkan ketulian adalah H. influenzae. Sekitar 7% penderita dengan

meningitis ini mengalami tuli sensorial.

h. Abses Otak terjadi karena adanya penyebaran bakteri karena adanya

infeksi ditempat lain. Penyebarannya ini dapat melalui darah, trauma

tembus kepala, adanya meningitis piogenik, ataupun berasal dari infeksi

pada katup jantung. Untuk itu perlu juga diketahui apakah pasien

sebelumnya pernah mengalami sinusitis, otitis media ataupun riwayat

infeksi lainnya. Insiden paling banyak adanya penyebaran melalui

hematogen atau aliran darah yang mengenai substantia alba dan grisea

atau perkontinuatum yakni dari daerah yang dekat dengan otak. Sifat dari

abses serebri terbagi dua, ada yang soliter, ada pula yang multiple.

Penatalaksanaan

Medika Mentosa

Penatalaksanaan tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium

Supurasi, yang harus di lakukan adalah terapi antibiotika disertai dengan miringotomi

bila membran timpani masih utuh. Miringotomi membantu menghilangkan gejala

klinis lebih cepat dan menghindarkan terjadinya ruptur. 1,2

Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala

tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar

dari tejadinyakomplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang muncul adalah risikoterbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik

14

Page 15: Makalah PBL Blok 23

meningkat.Perawatan untuk otitis media akut bervariasi tergantung pada umur dan gejala-gejala dari anak. The American Academy of Pediatrics

(AAP) dan the American Academy of Family Physicians (AAFP) merekomendasikan berikut.1

Usia Diagnosa Pasti Diagnosa Yang Tidak Pasti

< 6 bulan Antibiotik Antibiotik

6 bulan-2

tahun

Antibitik Antibiotik-antibiotik jika

penyakit parah; *Observasi

tanpa pilihan antibiotik jika

penyakit tidak parah

> 2 tahun Antibiotik-antibiotik

jika penyakit parah;

*Pilihan observasi

jika penyakit tidak

parah

*Pilihan observasi tanpa

antibiotik-antibiotik

Tabel 2. Kriteria Antibiotik dan Observasi pada Anak dengan OMA.2

*Observasi adalah pilihan yang tepat hanya ketika follow-up dapat

dipastikan dan agen-agen antibakteri dapat dimulai jika gejala-gejala

berlangsung lama atau memburuk. Penyakit yang tidak parah diwakili oleh

nyeri telinga dan demam yang ringan <39°C (102.2°F) dalam 24 jam yang

lalu. Penyakit yang parah adalah otalgia (nyeri telinga) yang sedang sampai

parah atau demam 39°C. 2

Jika antibiotik-antibiotik dimulai, Amoxicillin (Biomox, Amoxil, Trimox)

biasanya direkomendasikan sebagai perawatan garis pertama. Ini biasanya diresepkan

untuk 10 hari. Kira-kira 10% dari anak-anak tidak merespon dalam 48-72 jam

pertama perawatan, dan terapi antibiotik mungkin harus dirubah. Bahkan setelah

perawatan antibiotik, 40% dari anak-anak ditinggalkan dengan beberapa cairan dalam

telinga tengah yang dapat menyebabkan kehilangan pendengaran sementara yang

berlangsung 3 sampai 6 minggu. Pada kebanyakan anak-anak, cairan ini akhirnya

hilang secara spontan dengan sendirinya.2

FDA telah menyetujui lebih dari selusin antibiotik untuk mengobati otitis

media (OM). Beberapa dokter menganjurkan pemberian kortikosteroid dalam

15

Page 16: Makalah PBL Blok 23

kombinasi dengan antibiotik beta-laktam-stabil. Studi terapi tambahan lainnya untuk

OM akut (AOM) dan Ome telah menunjukkan bahwa NSAID, dekongestan,

antihistamin dan tidak memberikan manfaat yang jelas.1

Non Medika Mentosa.

Edukasi

Edukasi kepada pasien dan orang tuannya (jika anak masih kecil): misalnya

seperti jika minum atau makan dalam posisi duduk, hindari paparan asap rokok secara

langsung, makan makanan yang bergizi dan minum vitamin, Jangan mengorek-ngorek

telinga, jangan kemasukan air sewaktu mandi, tidak boleh berenang, segera berobat

bila ada ISPA.

Miringiotomi

Tindakan insisi pada pars tensa membran timpani dengan atau tanpa

pemasangan pipa ventilasi , agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang

telinga luar. Lokasi miringiotomi ialah kuadran posterior-inferior. Untuk tindakan ini

harus memakai lampu kepala yang mempunyai sinar yang cukup terang, memakai

corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga dan pisau khusus yang

digunakan berukuran kecil dan steril, tindakan harus dilakukan secara a-vuea (dilihat

langsung). Miringotomi dengan pipa ventilasi terbukti dapat menurunkan angka

kematian dan rekurensi OMA dibandingkan miringotomi saja

Timpanosyntesis

selain untuk pemeriksaan diagnotik untuk kultur, tujuan dilakukannya

timpanosintesis bertujuan untuk mengeluarkan sekret purluent pada telinga tengah.

Dilakukan dengan menyelipkan, melalui bagian inferior membrana timpani, jarum

spinal ukuran 18 yang dilekatkan pada semprit atau perangkap pengumpulan.

Rujuk

Anak-anak yang mempunyai kekambuhan penyakit-penyakit otitis media

mungkin dirujuk pada otolaryngologist (doker THT). Beberapa dari anak-anak ini

mungkin mendapat manfaat dari mendapatkan tabung telinga yang ditempatkan

(tympanostomy tube) untuk mengizinkan cairan mengalir dari telinga tengah..2

16

Page 17: Makalah PBL Blok 23

Preventif

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah:3

Imunisasi dengan vaksin pneumococcus polivalen dapat efektif pada anak

yang lebihdari 2 tahun.

Antibiotik profilaksis (dosis harian amoksilin, 20 mg/kg/ 24 jam, sulfonamid

50 mg/kg/24 jam) dapat efektif pada beberapa anak bila diberikan selama

masa beberapa bulan, biasanya selama musim dingin.

Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak

Menghilangkan beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan insiden

OMAberulang pada anak, dengan memperhatikan dan mengubah cara

asuhan pada anak, yaitu : membiarkan anak untuk hidup di ruang yang bebas

dari tembakau/rokok dan menghentikan penggunaan botol pada anak yang

berumur lebih dari 1 tahun dan usahakan untuk memberikan makan atau

meminum susu dalam posisi duduk.

Pencegahan yang paling potensial adalah mengganti gula alami dengan

xylitol. Penelitian menunjukkan permen karet, tablet dan sirup yang

mengandung xylitol dapat mengurangi terjadinya OMA sampai 25%.

Prognosis

Angka kematian dari OMA jarang di era kedokteran modern. Dengan terapi

antibiotik yang efektif, tanda-tanda sistemik demam dan kelemahan seharusnya mulai

menghilang, bersama dengan rasa sakit lokal, dalam 48 jam. Anak-anak dengan

kurang dari 3 episode dan kurang dari 3 kali serangan lebih mungkin untuk ditolong

dengan antibiotik.3

Biasanya, pasien akhirnya dapat memulihkan gangguan pendengaran konduktif

yang terkait dengan OMA.3,7

Efusi telinga tengah dan gangguan pendengaran konduktif dapat tetap ada selama

terapi, 70% anak-anak masih memiliki efusi telinga tengah setelah 14 hari, 50%

setelah 1bulan, 20% setelah 2 bulan, dan 10 % setelah 3 bulan, terlepas dari terapi.3,7

17

Page 18: Makalah PBL Blok 23

Kesimpulan

Otitis media supuratif akut (OMA) adalah otitis media yang berlangsung selama

3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik. Masalah telinga, hidung dan

tenggorokan (THT) merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak. Saluran

napas atas merupakan tempak infeksi tersering pada anak kecil dan penilaian penyakit

akut pada anak tidak lengkap tenpa pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokan.

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya

otitis media akut. Pada bayi dan anak, otitis media akut dipermudah karena tuba

eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.

Jadi hipotesis diterima, anak tersebut menderita otitis media akut stadium

supurasi.

Daftar Pustaka

1. Sopardi AE, dkk. Buku Ajar ilmu kesehatan: telinga, hidung, tenggorok,

kepala, dan leher.Edisi 6. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2007. Hal 1-6, 16-7,

29, 33-8, 64-72.

2. P. van den Broek, L. Feenstra; Buku saku ilmu kesehatan, hidung, dan telinga.

Edisi 12. Jakarta: EGC, 2009. Hal 1-2.

3. Richard E, Behrman, Robert M; editor. Ilmu kesehatan anak nelson. Volume

3. Jakarta ; EGC. 2006. Hal 2196-2212.

4. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit

Erlangga; 2005.h.46.

5. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-

8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.159-62.

6. George L. Boeis: buku ajar penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 1997.h.78-115.

7. Rudolph MA, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku ajar pediatri rudolph. Edisi 20

volume 2. Jakarta: EGC; 2006. Hal 1051-2.

18

Page 19: Makalah PBL Blok 23

19