19
Hepatitis Akut tipe Kolestasis Michael Sukmapradipta 102012253 (A8) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebun Jeruk, Jakarta Barat [email protected] Abstrak Banyak orang awam yang masih selalu beranggapan bahwa hepatitis adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C dan sebagainya. Padahal hepatitis merupakan nama penyakit untuk semua penyakit hati yang membuat hati meradang. Pengertian hepatitis sendiri adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Selanjutnya, pengertian kolestasis adalah berkurang atau terhentinya aliran cairan empedu yang masuk ke dalam usus halus dalam jumlah normal. Sedangkan hepatitis kolestasis berarti hepatitis yang menyebabkan kolestasis intrahepatik yang ditandai dengan penghambatan luas duktus biliaris sehingga ekskresi cairan empedu gagal. Hepatitis kolestasis sering disebabkan oleh virus hepatitis, obat-obatan, penyakit hati alkohol dan penyakit hepatitis autoimun. Hepatitis akut dapat menimbulkan manifestasi klinik yang bervariasi dari tanpa gejala sama gejala yang paling berat, bahkan kematian. Kata kunci : hepatitis, kolestasis, virus, intrahepatik, hati Abstract 1

Makalah pbl blok 17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hepatitis akut tipe kolestasis

Citation preview

Page 1: Makalah pbl blok 17

Hepatitis Akut tipe Kolestasis

Michael Sukmapradipta

102012253 (A8)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebun Jeruk, Jakarta Barat

[email protected]

Abstrak

Banyak orang awam yang masih selalu beranggapan bahwa hepatitis adalah penyakit hati

yang disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C dan sebagainya. Padahal hepatitis merupakan nama

penyakit untuk semua penyakit hati yang membuat hati meradang. Pengertian hepatitis sendiri

adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi.

Selanjutnya, pengertian kolestasis adalah berkurang atau terhentinya aliran cairan empedu yang

masuk ke dalam usus halus dalam jumlah normal. Sedangkan hepatitis kolestasis berarti hepatitis

yang menyebabkan kolestasis intrahepatik yang ditandai dengan penghambatan luas duktus biliaris

sehingga ekskresi cairan empedu gagal. Hepatitis kolestasis sering disebabkan oleh virus hepatitis,

obat-obatan, penyakit hati alkohol dan penyakit hepatitis autoimun. Hepatitis akut dapat

menimbulkan manifestasi klinik yang bervariasi dari tanpa gejala sama gejala yang paling berat,

bahkan kematian.

Kata kunci : hepatitis, kolestasis, virus, intrahepatik, hati

Abstract

Many people these days still think that hepatitis is always a disease that caused by viral

hepatitis like HAV, HBV, HCV and so on. Whereas hepatitis is name disease for all inflamed liver

diseases. Hepatitis itself is a condition of inflammation of the liver tissue, which can be caused by

infection or non infection. Furthermore cholestasis is a diminished or stoppage of the flow where

bile cannot flow to the duodenum in normal amounts. Hepatitis cholestasis is a hepatitis that cause

intrahepatic cholestasis characterized by inhibition of biliaris duct area so that the excretion of bile

fluid fails. Cholestasis hepatitis is often caused by viral hepatitis, drug induced, alcoholic liver

disease and autoimmune liver disease. Acute hepatitis can lead to clinical manifestations vary from

no symptoms to the most severe symptoms and even death. To find out more clearly we have to do

three enzyme markers of cholestasis examinations, Ultrasonography, CT scan and MRI

examinations are also required to distinguish the type.

1

Page 2: Makalah pbl blok 17

Key words : hepatitis, cholestasis, virus, intrahepatic, liver

Pendahuluan

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses

penting seperti proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan

metabolisme kolesterol, dan penetralan racun atau obat yang masuk dalan tubuh. Berdasarkan

fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Namun selain manfaatnya yang luar biasa hati

juga bisa terserang berbagai penyakit, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal

sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.

Kerusakan pada hati dapat menyebabkan gangguan metabolisme sehingga bisa menimbulkan

komplikasi bahkan kematian.

Beberapa penyakit hati antara lain penyakit hati karena infeksi, penyakit hati karena racun,

genetik atau keturunan, gangguan imun, dan kanker. Penyakit hati yang paling sering dijumpai

adalah adanya peradangan pada organ hati yang disebut hepatitis. Mengingat fungsinya yang sangat

banyak maka oleh karena itu perlu perhatian pada hati untuk menghindari hal-hal yang dapat

menimbulkan penyakit hati tersebut, dan bila telah terjadi penyakit hati tersebut, harus dapat

dideteksi dengan segera.

Skenario

Laki-laki 23 tahun, 40 kg, mual sejak 3 hari smrs. Satu minggu smrs OS demam ringan

selama 3 hari. Dua hari smrs kulit mulai gatal-gatal. Satu hari smrs BAK seperti teh pekat. Tiga

minggu smrs OS makan di tempat yang kurang bersih.

2

Page 3: Makalah pbl blok 17

Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta bantuan dan

pemberi bantuan. Tujuan anamnesa pertama-tama mengumpulkan keterangan yang berkaitan

dengan penyakitnya dan yang dapat menjadi dasar penentuan diagnosis.

Mencatat atau merekam riwayat penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian

perkembangan gejala serta keluhan, sangatlah penting. Perjalanan penyakit hampir selalu khas

untuk penyakit bersangkutan.1 Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah

mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding.

Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas (mencakup nama, alamat, pekerjaan,

keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan), keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, kondisi lingkungan tempat

tinggalnya, dan keterangan lain yang diperlukan yang memungkinkan dokter untuk mengetahui

lebih lanjut tentang penyakit tersebut. Keterangan dari anamnesis memungkinkan dokter untuk

mengetahui apakah penyakit tersebut akut atau kronis, sebab penyakit tersebut, dan hal-hal yang

perlu dipertimbangkan dalam terapi. Penyebab penyakit bisa diketahui hingga mencapai 80% hanya

melalui anamnesis.

Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:

1. Anamnesa Umum

- Nama, umur, alamat, pekerjaan.

2. Keluhan Utama

- Mual sejak tiga hari smrs.

- Pelengkap: satu minggu smrs demam ringan selama tiga hari, dua hari smrs kulit mulai gatal,

satu hari smrs BAK seperti teh pekat.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

- Apakah sedang mengalami suatu penyakit tertentu atau tidak

4. Riwayat Penyakit Dahulu

- Sebaiknya, ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama seperti sekarang.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

- Apakah di keluarganya pernah ada yang mengalami hal yang sama.

6. Riwayat Pengobatan

- Sudah mengkonsumsi obat apa saja, atau sudah mendapat pengobatan apa dan apakah keadaan

membaik atau tidak.

3

Page 4: Makalah pbl blok 17

Anamnesis tambahan yang bisa di tanyakan pada OS:

- Apa warna kulit kuning? (ikterus/jaundice)

- Apakah pasien merasa fatique, myalgia, malaise, sakit kepala, anoreksia dan nausea?

- Apakah pasien mengalami hematemesis-melena?

- Adakah sakit perut di kuadran kanan atas?

- Adakah bengkak-edema di kaki, asites, berat badan turun, gatal-gatal?

- Apakah warna tinja apakah seperti dempul/putih?

Pemeriksaan

Diagnosis suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemukan pada

pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik. Pemeriksaan

yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak memiliki gejala

klinik khas, untuk menegakkan diagnosisnya kadang-kadang diperlukan pemeriksaan laboratorium

(diagnosis laboratorium).

1. Pemeriksaan Fisik

Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan-keterangan yang menuju ke

arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan berbagai cara di

antaranya adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-tanda

vital (TTV), dan pada kasus sesuai skenario di atas dilakukan pemeriksaan abdomen.

Tanda-tanda vital

Hasil yang di dapat dari pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu:

- Suhu tubuh (37,8°)

- Tekanan darah - normal

- Frekuensi denyut nadi - normal

- Frekuensi pernapasan - normal

Dari hasil pemeriksaaan fisik didapati bahwa pemeriksaaan tanda tanda vital pasien dalam batas

normal.

Inspeksi

- Apakah orientasi pasien baik? Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat?

4

Page 5: Makalah pbl blok 17

- Apakah pasien mengalami ikterus, lihat sklera/konjungtivanya, dan dapat dilihat pada kulit

pasien – sklera ikterik

- Adakah tanda ekskoriasi yang adanya menunjukkan pruritus - pada pasien ditemukan keluhan

dua hari smrs kulit mulai gatal-gatal

Palpasi

Dilakukan dengan palpasi dari kuadran kanan bawah menuju ke kuadran kanan atas. Tujuannya

untuk mengetahui adanya perbesaran organ hati dan juga rasa nyeri. Hasil palpasi didapatkan:

- Nyeri tekan + kanan atas

- Perbesaran hati 1 jari di bawah kosta, 2 jari di bawah proc. Xyphoideus

- Hati: tepi rata, permukaan datar, konsistensi lunak

- Murphy sign –

- Shifting dullness –

Perkusi

Dilakukan perkusi dengan tujuan memeriksa apakah ada perbesaran hati dilihat dari batas paru hati

dan adanya suara pekak pada abdomen yang dapat merujuk pada ascites.

2. Pemeriksaan Penunjang

Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis suatu penyakit.

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk kasus ini adalah:

a. Tes fungsi hati :

- AST / SGOT

AST ditemukan dalam sel-sel hati, jantung dan otot-otot lainnya. Jika AST tersebut

ditemukan dengan kadar yang tinggi di dalam darah, hal ini mengindikasikan adanya kerusakan

atau penyakit hati. (Nilai rujukan: 8-48 U/L)

→ Pada pasien, ditemukan AST 496 U/L

- ALT / SGPT

Enzim yang ditemukan di dalam sel hati. Dalam kondisi normal, kadar ALT di dalam darah

adalah rendah. Kadar ALT yang tinggi mengindikasikan adanya kerusakan hati. (Nilai rujukan: 7-

55 U/L)

→ Pada pasien, ditemukan ALT 1200 U/L

5

Page 6: Makalah pbl blok 17

- ALP

Enzim ALP ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di hati dan saluran empedu. Jika kadar

ALP meningkat, mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati, terutama bila terjadi

sumbatan di saluran empedu. (nilai rujukan: 45-115 U/L)

→ Pada pasien, ditemukan ALP 192 U/L

- Bilirubin

Bilirubin dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin dalam hati. Bilirubin dikeluarkan melalui

empedu dan dibuang melalui feses. Peningkatan kadar bilirubin menunjukan adanya penyakit hati

atau saluran empedu.

→ Pada pasien, ditemukan bilirubin direk : 16,25 g/dL; bilirubin indirek : 4,3 mg/dL

b. Tes Kolestasis

- GGT

Jika enzim GGT dalam darah meningkat mengindikasikan adanya kerusakan hati atau

saluran empedu. (Nilai rujukan: 0-30 U/L)

→ Pada pasien, ditemukan GGT : 154 U/L

- 5-NT

Enzim 5-NT merupakan enzim kolestatik yang terdapat dalam sel hati. Enzim 5-NT dapat

dipakai untuk pengukuran karena tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan pertumbuhan tulang, tidak

seperti enzim alkali fosfatase. 5-NT meningkat pada penyakit hepatobilier seperti ikterus obstruktif,

hepatitis, sirosis hati dan Ca hati sekunder. (Nilai rujukan: 0-11 U/L)

→ Pada pasien, pemeriksaan 5-NT tidak diketahui hasilnya.

c. Tes Serologi Hepatitis Virus2

- HAV IgM adalah pemeriksaan diagnostik untuk hepatitis A akut

- HbsAg dan deteksi DNA Hepatitis B untuk diagnostik Hepatitis B akut

d. USG Hepar3

- Dapat membantu menegakkan diagnosis klinis, karena bisa menunjukkan abnormalitas hati

fokal seperti metastasis, abses hati, atau kelainan vaskular.

6

Page 7: Makalah pbl blok 17

- Dapat ditemukan tanda-tanda obstruksi bilier (dilatasi duktus biliaris) dan penyebab ikterus

(batu empedu, kanker pankreas)

- Bisa juga tidak menunjukkan adanya kelainan

Selanjutnya, diperlukan pemeriksaan USG, CT scan dan MRI untuk membedakan jenis kolestasis,

yaitu intra atau ektrahepatik. Hepatitis kolestasis merupakan salah satu penyebab kolestasis

intrahepatik.

Pada keadaan hepatitis kolestasis terjadi peningkatan 3 enzim pertanda kolestasis yaitu alkaline

phosphatase (ALP), 5'-nucleotidase (5NT), dan -glutamyl transpeptidase (GGT). ALP dan 5'-NT𝛾

terletak di kanalikuli biliaris hepatosit, sedangkan GGT terdapat di reticulum endoplasma dan sel

epitel duktus biliaris (merata). Bilirubin yang tinggi, enzim transaminase meninggi sedang (jarang

>500 U/L), dan peningkatan enzim pertanda menunjukkan adanya kolestasis.3

Diagnosis

Proses diagnosis medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menangani suatu

penyakit. Proses diagnosa adalah proses yang dilakukan seorang ahli kesehatan untuk menentukan

jenis penyakit yang diderita oleh pasien, kemudian menentukan diagnosis penyakit pasien tersebut

sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat dengan jenis penyakit (etiologik) maupun gejalanya

(simptomatik).4

Diagnosis dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan

memperhatikan ciri gejala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut. Keadaan

penyakit yang diderita dapat juga di ukur dengan memperhatikan gejala klinis.

Semua gejala yang teramati kemudian dibandingkan dengan pengetahuan menenai penyakit

dan ciri-cirinya yang dimiliki ahli tersebut, bila terdapat kecocokan maka ahli tersebut dapat

menentukan jenis penyakitnya.4

1. Differential Diagnosis

Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang dilakukan

dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda klinis penyakit lain.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien bisa dicurigai menderita

beberapa penyakit seperti :

a. Hepatitis Akut Kolestasis Ekstrahepatik

7

Page 8: Makalah pbl blok 17

Penyebab paling sering pada kolestasis ekstrahepatik adalah batu duktus koledokus dan

kanker pankreas. Kolestasis mencerminkan kegagalan sekresi empedu. Mekanismenya sangat

kompleks, bahkan juga pada obstruksi mekanis empedu. Efek patofisiologi mencerminkan efek

backup konstituen empedu (yang terpenting bilirubin, garam empedu, dan lipid) ke dalam sirkulasi

sistemik dan kegagalannya untuk masuk usus halus untuk ekskresi. Retensi bilirubin menghasilkan

campuran hiperbilirubiemia dengan kelebihan bilirubin konjugasi masuk ke urin.5

Hepatitis akut akibat kolestasis ini merupakan salah satu penyakit gangguan metabolisme

bilirubin. Gangguan metabolisme bilirubin pada hepatitis berupa hiperbilirubinemia atau produksi

bilirubin yang berlebihan sehingga kadar bilirubin dalam darah meningkat. Hiperbilirubinemia ada

dua tipe, terkonjugasi dan tidak terkonjugasi dan hepatitis akut tipe kolestasis atau kolestasis

intrahepatik dan ekstrahepatik sama-sama masuk ke dalam kategori hiperbilirubinemia konjugasi

sehingga dapat dimasukkan ke differential diagnosis. Beda intrahepatik dan ekstrahepatik dapat

dilihat dari penyebab kolestasis tersebut. Penyebab kolestasis ekstrahepatik biasanya adalah batu

pada duktus koledokus (di luar organ hepar) dan kanker pankreas sedangkan penyebab kolestasis

intrahepatik adalah biasanya karena memang ada gangguan pada organ hepar atau di dalam hepar

tersebut.

b. Hepatitis imbas obat

Hepatitis imbas obat atau drug induced hepatitis merupakan hepatitis yang disebabkan

pemakaian obat-obat hepatotoksik dalam jangka waktu lama dan dosis besar.3

Beberapa obat yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah :3

- Obat Anti Tuberkulosis: rifampisin, isoniazid & pirazinamid

- Obat Anti Inflamasi Non Steroid: asetaminofen, ibuprofen, indometasin

- Anti Hipertensi Metildopa

- Fenitoin : kerusakan hati yang disebabkan mirip hepatitis dan bisa terjadi kerusakan duktus

empedu dan kolestasis intrahepatik

- Kontrasepsi oral: kombinasi kontrasepsi oral estrogenik dan progesteronik steroid

menyebabkan kolestasis intrahepatik dengan gejala pruritus dan ikterus setelah beberapa

minggu hingga bulan.

Gejala klinis pada diagnosis adalah berupa: mual, muntah, nyeri abdomen dan juga ditemukan

ikterus dan rash pada pemeriksaan fisik.

2. Working Diagnosis

8

Page 9: Makalah pbl blok 17

Working Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa hipotesis

tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dan

hasil dari pemeriksaan fisik serta penunjang, dapat ditarik kesimpulan kalau pasien tersebut

menderita hepatitis akut kolestasis et causa HAV.

Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat, atau

alkohol. Hepatitis akibat virus bersifat akut dan dapat menular. Virus penyebab meliputi hepatitis

virus A (HVA), virus hepatitis B (HVB), virus hepatitis non-A non-B (NANB), virus hepatitis C

(HVC), dan virus hepatitis D (delta). Komplikasi potensial dari hepatitis adalah degenerasi progresif

hati. Pantau adanya tanda degenerasi hati yang meliputi gejala hepatitis tidak menghilang (mis.,

ikterus, nyeri epigastrik, feses warna nanah) dan kadar enzim hati dan tes koagulasi tidak mau

kembali ke normal. Periode kembali normal adalah 2-12 minggu. Kondisi ini dapat berakhir sebagai

gagal hati dan kematian.6

Kolestasis adalah kondisi dimana terjadi penghambatan aliran empedu secara akut atau

kronis. Hepatitis kolestasis adalah hepatitis yang menyebabkan kolestasis intrahepatik yang ditandai

dengan penghambatan luas duktus biliaris sehingga ekskresi cairan empedu gagal. Selain itu

ditandai oleh adanya ikterus, pruritus, anoreksia, diare persisten, urin berwarna gelap dan tinja pucat

seperti dempul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ikterus, ekskoriasi yang menunjukkan kolestasis

lama atau obstruksi bilier yang lama, pada kasus yang kronik dapat terjadi asites dan splenomegali.3

Etiologi

Hepatitis Virus A (HAV) adalah single stranded RNA, non-enveloped virus yang tergolong

dalam picornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus. Terdiri dari satu serotype, tiga atau lebih

genotype, bereplikasi di sitoplasma hepatosit yang terinfeksi. Hepatitis A menginfeksi menusia

melalui fecal-oral dimana sangat berhubungan dengan kebersihan lingkungan dan kepadatan

penduduk.3

Epidemologi

HAV berdistribusi di seluruh dunia dan endemisitas tinggi di Negara yang berkembang.

Infeksi tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Kematian disebabkan hepatitis fulminan

meningkat seiring peningkatan usia tetapi prevalensi infeksi menurun sesuai peningkatan usia.3

Patofisiologi

Kolestasis disebabkan oleh obstruksi di dalam hati (intrahepatik). Virus hepatitis akan

menyebabkan penyumbatan yang meluas pada duktuli kandung empedu dan terjadilah kolestasis.

9

Page 10: Makalah pbl blok 17

Obstruksi tersebut menyebabkan cairan empedu yang mengandung bilirubin tidak dapat mengalir

keluar dan menyebabkan bilirubin terakumulasi di dalam darah dan tidak tereksresi secara normal.

Manifestasi Klinis

Kolestasis ditandai oleh adanya ikterus, pruritus, anoreksia, diare persisten, urin berwarna

gelap dan tinja pucat seperti dempul.3

Perjalanan penyakit :

1. Fase inkubasi : masuknya virus sampai timbulnya gejala

2. Fase prodromal : fase antara timbulnya keluhan pertama (demam ringan, malaise, myalgia,

anoreksia, mual) hingga timbulnya ikterus

3. Fase ikterus : timbul 5-10 hari setelah gejala prodromal, disertai membaiknya gejala

prodromal

4. Fase konvalesen : mula-mula keluhan hilang. Perbaikan hepatomegali dan gangguan fungsi

hati menyusul dalam 9 minggu (HAV) sampai 16 minggu (HBV)

Pada infeksi yang sembuh spontan ditemukan :5

1. Spektrum penyakit mulai dari asimptomatik, infeksi yang tidak nyata sampai kondisi yang

fatal sehingga terjadi gagal hati akut

2. Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala prodromal yang non

spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti:

a) Malaise, anoreksia, mual, dan muntah

b) Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotofobia, sakit kepala, dan mialgia

3. Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV

4. Demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV

5. Immune complex mediated, serum sickness like syndrome dapat ditemukan pada kurang

dari 10% pasien dengan infeksi HBV, jarang pada infeksi virus lain

6. Gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anoreksia, malaise, dan

kelemahan dapat menetap

7. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap, pruritus (biasanya ringan dan

sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat

8. Pemeriksaan fisik menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati

9. Splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15%-20% pasien

Komplikasi

10

Page 11: Makalah pbl blok 17

1. Hepatitis kronik

Dikatakan hepatitis kronik bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis atau

laboratorium atau pada gambaran patalogi anatomi, selama 6 bulan. Ada dua bentuk hepatitis

kronik, yaitu hepatitis kronik persisten dan hepatitis kronik aktif. Sangat penting untuk

membedakan 2 bentuk tersebut sebab yang disebut pertama mempunyai prognosis yang baik dan

akan sembuh sempurna. Diagnosis hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan biopsi dan

gambaran PA. Hepatitis kronik aktif umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis

2. Sirosis Hepatis

Sirosis adalah suatu kondisi di mana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan ikat

(fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini memengaruhi struktur normal

dan regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak dan mati sehingga hati secara bertahap

kehilangan fungsinya.

Penatalaksaan

Pengobatan dibagi atas atas medikamentosa (menggunakan obat–obat yang di minum) dan

juga non-medikamentosa (tidak mengonsumsi obat).

a. Medica mentosa

Tujuan utama terapi adalah menghilangkan keluhan. Untuk itu dapat diberikan :3

- Prednisolone 30 mg/hari tapping off diberikan dalam jangka waktu pendek untuk mengatasi

pruritus.

- Kolestiramin 12-16 g sehari dibagi dalam 2-4 bagian

- Asam ursodioksikolat dosis tinggi 20mg/kgBB

Sebagian ahli tidak lagi menggunakan steroid dan menggantikannya dengan rifampisin.

Suplemen kalsium dan vitamin D dapat membantu mencegah kehilangan massa tulang pada pasien

kolestasis kronis.

b. Non-medikamentosa

- Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan menyebabkan dehidrasi

- Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat; tidak ada rekomendasi diet khusus,

makan dengan porsi kecil tapi sering, dan menghindari konsumsi alkohol selama fase akut

- Aktivitas fisis yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari

- Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise

11

Page 12: Makalah pbl blok 17

- Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A,E,D. Pemberian interferon alfa pada hepatitis

C akut dapat menurunkan resiko kejadian infeksi kronik. Peran lamivudin atau adefovir pada

hepatitis B akut masih belum jelas.

- Obat-obat yang tidak perlu harus dihindarkan.

Infeksi virus hepatitis A akan mengalami penyembuhan sendiri apabila tubuh cukup kuat,

sehingga pengobatan hanya untuk mengurangi keluhan yang ada, disertai pemberian vitamin dan

istirahat yang cukup.5

Upaya pencegahan dan pengobatan untuk hepatitis A dapat dilakukan dengan pemberian

vaksinasi atau imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dengan bentuk sendiri/havrix atau bentuk

kombinasi dengan vaksin hepatitis B (twinrix). Imunisasi juga diberikan kepada balita dan anak-

anak mulai dari usia 2-18 tahun sebanyak satu kali. Sedangkan pada orang dewasa dapat dilakukan

dengan imunisasi ulang (booster) setelah 6-12 bulan imunisasi pertama. Pemberian imunisasi ini

dapat bertahan 15-20 tahun.

Higiene personal mengingat bahwa hepatitis A menular terutama melalui makanan dan

minuman, maka setiap orang sebaiknya selalu menjaga kebersihan dirinya. Cucilah tangan dengan

air mengalir serta gunakan sabun stiap kali selesai buang air besar dan kecil. Demikian juga

sebelum makan dan saat mengolah maupun menyiapkan makanan.

Prognosis

Keluhan akan berkurang seiring dengan perbaikan penyakit dasar.5

Kesimpulan

Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut, pasien diduga menderita hepatitis akut kolestasis e.c HAV.

Daftar Pustaka

1. Jong WD. Kanker, apakah itu? Jakarta: Arcan; 2005.h.104.

2. Halim SL, Iskandar I, Edward H, Kosasih R, Sudiono H. Patologi klinik: kimia klinik. Jakarta:

Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2013.h.125-7.

12

Page 13: Makalah pbl blok 17

3. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UKRIDA;

2013.h.129-140.

4. Juanda HA. Solusi tepat bagi penderita TORCH. Solo: PT Wangsa Jatra Lesatari; 2007.h.19.

5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta:

Interna Publishing; 2009.h.639-652.

6. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.h.146.

13