39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian kinerja selalu menjadi kebutuhan penting bagi setiap perusahaan di dalam usaha memperbaiki pelayanan kepada masyarakat, sehingga perlu diupayakan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Untuk menentukan hal ini perlu dicari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut. Kinerja tidaklah mungkin mencapai hasil yang maksimal apabila tidak ada motivasi, karena motivasi merupakan suatu kebutuhan di dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Begitu juga berbagai ragam kemampuan pegawai akan sangat berpengaruh terhadap kinerja mengingat pegawai merupakan titik sentral dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Pengertian tersebut tentunya berdasarkan teks hukum Islam, diantaranya hadis rasulullah SAW dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi SAW bersabda, berikanlah upah pekerja sebelum kering keringat-keringatnya. (HR. Ibn Majah, Abu Hurairah, dan Thabrani). Pendapat atau kaidah hukum yang menyatakan : “Besar gaji disesuaikan dengan hasil kerja.” Pendapat atau kaidah tersebut menuntun kita dalam mengupah orang lain 1

makalah manajemen sumber daya manusia

  • Upload
    ririn

  • View
    74

  • Download
    26

Embed Size (px)

DESCRIPTION

motivasi dan penilaian kinerja menurut perspektif Islam

Citation preview

Page 1: makalah manajemen sumber daya manusia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penilaian kinerja selalu menjadi kebutuhan penting bagi setiap perusahaan di

dalam usaha memperbaiki pelayanan kepada masyarakat, sehingga perlu diupayakan

secara terus menerus dan berkesinambungan dalam menghadapi tuntutan masyarakat.

Untuk menentukan hal ini perlu dicari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

tersebut.

Kinerja tidaklah mungkin mencapai hasil yang maksimal apabila tidak ada

motivasi, karena motivasi merupakan suatu kebutuhan di dalam usaha untuk

mencapai tujuan organisasi. Begitu juga berbagai ragam kemampuan pegawai akan

sangat berpengaruh terhadap kinerja mengingat pegawai merupakan titik sentral

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Pengertian tersebut tentunya berdasarkan teks hukum Islam, diantaranya hadis

rasulullah SAW dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi SAW bersabda, berikanlah

upah pekerja sebelum kering keringat-keringatnya. (HR. Ibn Majah, Abu Hurairah,

dan Thabrani).

Pendapat atau kaidah hukum yang menyatakan : “Besar gaji disesuaikan

dengan hasil kerja.” Pendapat atau kaidah tersebut menuntun kita dalam mengupah

orang lain disesuaikan dengan porsi kerja yang dilakukan seseorang, sehingga dapat

memuaskan kedua belah pihak. Di samping kewajiban bekerja akan mendapatkan

pahala, juga Allah Swt menjanjikan akan mengampuni dosa-dosanya kaum muslimin.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana definisi motivasi secara umum?

1.2.2 Bagaimana definisi motivasi menurut perspektif islam?

1.2.3 Apa saja macam-macam motivasi dalam perspektif islam?

1.2.4 Bagaimana definisi penilaian kinerja secara umum?

1.2.5 Bagaimana definisi penilaian kinerja menurut perspektif islam?

1

Page 2: makalah manajemen sumber daya manusia

1.3 Tujuan makalah

1.3.1 Untuk mengetahui definisi motivasi secara umum.

1.3.2 Untuk mengetahui definisi motivasi menurut perspektif islam.

1.3.3 Untuk mengetahui macam-macam motivasi menurut perspektif islam.

1.3.4 Untuk mengetahui definisi penilaian kinerja secara umum.

1.3.5 Untuk mengeetahui definisi penilaian kinerja menurut perspektif

islam.

2

Page 3: makalah manajemen sumber daya manusia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Motivasi

2.1.1 Pengertian Motivasi secara umum

Kata motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang

artinya dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan

demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab

seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara

sadar. Dari pengertian tersebut berarti pula semua teori motivasi bertolak dari

prinsip utama bahwa: “ manusia (seseorang) hanya melakukan suatu kegiatan,

yang menyenangkannya untuk di lakukan”. Dalam kenyataannya kegiatan

yang di dorong oleh sesuatu yang tidak di sukai berupa kegiatan yang terpaksa

di lakukan, cenderung berlangsung tidak efektif dan efisien.

Berdasarkan prinsip utama tersebut telah di kembangkan enam teori

motivasi dari sudut psikologi, yang dapat di implementasikan dalam

manajemen SDM di lingkungan suatu organisasi/perusahaan. Keenam teori

itu adalah:

1. Teori kebutuhan (need) dari Abraham maslow.

2. Teori dua factor dari Frederick Herzberg.

3. Teori prestasi (Achievement) dari David McClelland.

4. Teori penguatan.

5. Teori harapan.

6. Teori tujuan sebagai motivasi.

Tiga teori yang disebut terdahulu terfokus pada “apa” yang

mendorong manusia melakukan suatu kegiatan. Teori-teori itu membahas

tentang sesuatu yang mendorong manusia melakukan suatu kegiatan,

termasuk juga yang disebut bekerja di suatu perusahaan atau organisasi.

Tiga teori berikutnya adalah teori-teori yang motivasi yang berfokus

pada “bagaimana” mendorong manusia agar berbuat sesuatu, termasuk juga

dalam bekerja di sebuah organisasi atau perusahaan. Dengan demikian berarti

3

Page 4: makalah manajemen sumber daya manusia

teori-teori motivasi tersebut membahas cara-cara dan langkah-langkah dalam

memberikan dorongan, sehingga di kategorikan sebagai “teori proses“.

Kedua fokus tersebut sama pentingnya bagi setiap manajer dalam

memberikan motivasi kerja bagi para pekerja di lingkungan perusahaannya.

Dari satu sisi para manajer perlu mengetahui dan mampu mendayagunakan

“apa” yang dapat memotivasi para pekerja agar melaksanakan tugas-tugas dan

tanggung jawabnya. Sedang dari sisi lain para manajer perlu pula mengetahui

dan mampu mempergunakan “cara-cara dan langkah-langkah” yang akurat

dalam memotivasi para pekerja, agar bekerja secara efektif dan efisien.

2.1.1 Motivasi menurut perspektif Islam

2.1.1.1 motivasi spiritual

Karya pakar neurosains dan antropolog Terence Deacon

memperlihatkan bahwa pencarian makna yang membuat manusia butuh

bahasa dan evolusi bahasa pada gilirannya memberikan penjelasan bagi

pertumbuhan pesat otak besar manusia.Selain itu, karya Viktor Frank telah

menunjukkan nilai penting psikologis dari makna, menjelang akhir tahun

1900 diumumkan bahwa pakar neurosains telah menemukan adanya Titik

Tuhan ( God Spot ) di dalam otak God Spot adalah sekumpuklan jaringan

saraf yang terletak di daerah lobus temporal otak, bagian yang terdapat di

balik pelipis. Jaringan saraf ini berfungsi untuk membuat kita mengajukan

pertanyaan-pertanyaan fundamental seputar makna eksistensi dan membuat

kita mencari jawaban-jawaban fundamental. Titik tuhan ini menyebabkan kita

bersikap idealistis dan mencari solusi-solusi ideal. Sebelum wafat, Abraham

Maslow menunjukkan penyesalannya. Teori motivasi yang digagasnya itu

seharusnya perlu direvisi. Menurut yang ditulis Danah Zohar dan Ian

Marshall, hierarki Kebutuhan yang digagasnya mestinya perlu dibalik.

Maslow menyesal karena teori yang sebenarnya dimaksud untuk

memaparkan problema masyarakat saat itu, mengilhami orang-orang tertentu

untuk menjadi tamak dan terus-terusan memikirkan kebutuhan fisiknya,

4

Page 5: makalah manajemen sumber daya manusia

kebutuhan ragawinya. kebutuhan aktualisasi yang paling tinggi bukan lagi

aktualisasi diri tapi masih ada kebutuhan yang lebih tinggi lagi yaitu Self

Transdence atau kebutuhan spiritual.

Motivasi spiritual dalam islam. Motif dalam bahasa Arab disebut داع

رسم صورة داع sedangkan سبب motivasi داع مسبب ايجاب , تعليل

Sedangakan niat dalam bahasa Arab adalah دفع يرجوا رجا نية ينوي . نوي

Miftah Faridl berpendapat bahwa niat bisa diartikan dengan motif , karena

pengertian niat ada dua pengertian yaitu getaran batin untuk menentukan jenis

perbuatan ibadah seperti sholat subuh , tahiyatul masjid dan lain-lain. Niat

yang kedua dalam arti tujuan adalah maksud dari sesuatu perbuatan (motif).

Niat dalam pengertian motif mempunyai dua fungsi:

1. Menentukan nilai hokum ( wajib, sunat, makruh dan haram), yaitu untuk

sesuatu amal yang tidak di tentukan secara tegas hukumnya dalam Al-

Quran dan as-Sunah.\

2. Menentukan kualitas pahala dari sesuatu perbuatan-perbuatan yang

tertinggi ikhlas dan perbuatan terendah riya.

Ketika motivasi dikaitkan dengan niat dan niat dikaitkan dengan

keikhlasan maka hal ini sangat sulit diukur, namun yang perlu digaris bawahi

terlepas dari keikhlasan dan riya ketika motivasi itu dibahas dan dibicarakan

maka ada persamaannya yaitu sama –sama sulit diklaim secara mutlak namun

hanya bisa diprediksi kemungkinannya.

Menurut Asep Ridrid Karana kata niat jika disejajarkan lebih tinggi

daripada motivasi karena motivasi seorang muslim harus timbul karena niat

pada Allah. Pada prakteknya kata motivasi dan niat hampir sama–sama

dipakai dengan arti yang sama, yaitu bisa kebutuhan (need), desakan (urge),

keinginan (wish), dorongan (drive) atau kekuatan. Walaupun dalam bahasa

inggris intention diartikan niat dan motivation dengan motivasi namun dalam

berbagi penelitian pun kata motivasi yang digunakan. Manusia di ciptakan

tidak lain hanyalah untuk beribada pada alloh semua aspek kehidupan bias di

bernilai ibadah ketika di niatkan karena Allah. Hal ini di kuatkan dengan

5

Page 6: makalah manajemen sumber daya manusia

sebuah hadist dari umar radhiyallahu anha, memurnikan niat Alloh semata

merupakan landasan amal yang ikhlas. Maksud niat disini adalah pendorong

kehendak manusia untuk mewujudkan suatu tujuan yang di tuntutnya. Maksud

pendorong adalah penggerak kehendak manusia yang mengarah pada amal.

Sedangkan tujuan pendorongnya banyak sekali dan sangat beragam.

Abdul Hamid Mursi menerangkan motivasi dalam perspektif Islam sebagai

berikut :

A. Motivasi fisiologis

Alloh SWT telah memberikan cirri-ciri khusus pada setiap makhluk sesuai

dengan fungsi-fungsinya. Diantara cirri-ciri khusus terpenting dalam tabiat

penciptaan hewan dan manusia adalah motivasi fisiologis. Studi-studi

fisiologis menjelaskan adanya kecenderungan alami dalam tubuh manusia

untuk menjaga keseimbangan secara permanen. Bila keseimbangan itu

lenyap maka timbul motivasi untuk melakukan aktivitas yang bertujuan

untuk mengembalikan keseimbangan tubuh seperti semula.

Adapun dua jenis motivasi fisiologis diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Motivasi menjaga diri.

Allah SWT menyebutkan pada sebagian ayat al-quran tentang

motivasi-motivasi fisiologis terpenting yang berfungsi menjaga

individu dan kelangsungan hidupnya. Misalnya lapar, dahaga,

bernapas dan rasa sakit. Secara tersirat dalam surat Thaha ayat 117-

121 tiga motivasi terpenting untuk menjaga diri dari lapar, haus, terik

matahari, cinta kelangsungan hidup, ingin berkuasa. Sebagia ayat al-

Quran menunjukkan pentingnya motivasi memenuhi kebutuhan perut

dan perasaan takut dalam kehidupan

b. Motivasi menjaga kelangsungan jenis.

Alloh menciptakan motivasi-motivasi dasar yang merangsang

manusia untk menjaga diri yang mendorongnya menjalankan dua hal

terpenting yakni motivasi seksual dan rasa keibuan. Motivasi seksual

merupakan dasar pembentukan keluarga dan dalam penciptaan kaum

6

Page 7: makalah manajemen sumber daya manusia

wanita Allah menganugerahi motivasi dasar untuk melakukan misi

penting yaitu melahirkan anak-anak. Al-Quran menggambarkan

betapa beratnya seorang ibu mengandung dan merawat anaknya.

B. Motivasi psikologis atau social.

a. Motivasi kepemilikan.

Motivasi memiliki merupakan motivasi psikologis yang dipelajari

manusia di tengah pertumbuhan sosialnya, didalam fase pertumbuhan,

berkembang kecenderungan individu untuk memiliki, berusaha

mengakumulasi harta yang dapat memenuhi kebutuhan dan jaminan

keamanan hingga masa yang akan datang.

Harta mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan manusia.

Urutan pemuasan kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kebutuhan pangan dan papan

2) Kebutuhan kesehatan dan pendidikan.

3) Kebutuhan bagi kelengkapan hidup.

4) Kebutuhan posisi status dan pengaruh social.

Mengenai motivasi kekuasaan al-quran menengarai yang

artinya: ”dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada

apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang

banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak

dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi

Allahlah tempat kembali yang baik (syurga).

b. Motivasi berkompetensi.

Berkompetensi (berlomba-lomba) merupakan dorongan psikologis

yang diperoleh dengan mempelajari lingkungan dan kultur yang

tumbuh di dalamnya. Manusia biasa berkompetensi dalam ekonomi,

keilmuan, kebudayaan, social, dsb. Al-Quran menganjurkan manusia

agar berkompetensi dalam ketakwaan, amal shaleh, berpegang pada

prinsip-prinsip kemanusiaan, dan mengikuti manhaj ilahi dalam

7

Page 8: makalah manajemen sumber daya manusia

hubungan dengan sang pencipta dan sesame manusia sehingga

memperoleh ampunan dan keridhan Allah SWT.

c. Motivasi kerja.

Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada sebagian orang

yang lebih giat bekerja daripada yang lain. Kebanyakan orang mau

bekerja lebih keras jika tidak memnuhi hambatan merealisasikan apa

yang di harapkan. Selama dorongan kerja itu kuat, semakin besar

peluang individu untuk lebih konsisten pada tujuan kerja. Ada juga

yang menyukai dorongan kerja tanpa mengharapkan imbalan, sebeb ia

menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam perolehan kondisi

yang dihadap dan dalam mengatasi situasi yang sulit.

C. Bekerja dan berproduksi

Atas dasar tawakal dan meniadakan fatalism ada tiga unsure yang

menjadikan hidup manusia positif dan berguna. Pertama,

mengimplementasikan potensi kerja yang di anugerahkan Alloh, kedua

bertawakal kepada allah dan mencari pertolongannya ketika

melaksanakan pekerjaan, ketiga iman kepada Allah untuk menolak

bahaya, dan kesombongan atas prestasi yang di capai.

Konsep islam tentang dunia sebagai lading akhirat memposisikan

kepentingan materi bukan sebagai tujuan, namun sebagai saran

merealisasikan kesejahteraan manusia seperti yang tertuang dalam

surat Al-Qashas ayat tujuh. Karenanya syariat islam mempunyai visi

politik tersendiri yang tidak berlandaskan pada individu seperti

kapitalisme atau pada seluruh masyarakat seperti sosialisme. Dasar

politik islam adalah keseimbangan antara kepentingan individu dan

masyarakat. Prinsip ini telah dinyatakan Al-Quran “tidak berbuat

lazim dan tidak dilazimi”. Islam menetapkan prinsip petengahan yang

memungkinkan kehidupan berjalan secara serasi dan damai,

mengintegrasikan pemikiran dan keyakinan, sikap dan tindakan, tidak

memisahkan antara moral individu dan hubungan social, menolak

8

Page 9: makalah manajemen sumber daya manusia

kerancuan atau kontradiksi kepribadian serta menolak sikap boros dan

kikir.

Konsep motivasi spiritual menurut Umar Chapra sejiwa

dengan apa yang dikemukakan Weber bahwa dunia Barat berkembang

tidak didorong oleh nilai konsumtif melainkan oleh motivasi dari nilai

kreatif yang disebut etos karya. Karena Max Weber seorang protestan,

maka etos karya itu disebut etos Protestan, itulah etos agama. Al-

Quran sendiri menegaskan adanya pengamalan hidup manusia dan

kemuliaan bekerja. Masih banyak ayat Quran yang memotivasi

manusia untuk menekuni pekerjaan sehingga hidupnya menjadi tenang

dan aman, maka dari itu pula manusia mampu bersikap positif, serius,

tekun dalam bekerja serta merasa yakin terhadap janji sang pemberi

Rezeki. Menyandarkan rejeki kepada Allah SWT bukanlah ajakan

untuk bersikap fatalis dan berpangku tangan, melainkan merupakan

ajakan untuk bekerja. Berpangku tangan bertentangan dengan hukum

dan peraturan hidup manusia, serta bertentangan dengan misi yang

diemban manusia. Islam mengajak individu untuk mendayagunakan

potensi yang dianugerahkan Allh SWT kepadanya untuk bekerja

dalam batas-batas kemampuan, tanpa menunggu pemerintah mengurus

seluruh keperluannya.

Iqbal dalam Asy’arie membagi kehidupan religius menjadi tiga

fase, yaitu fase keyakinan, pemikiran dan penemuan. Fase pertama

ditandai dengan disiplin ilmu yang kuat yang harus diterima oleh

seseorang maupun kelompok sebagai perintah Pada fase ini kehidupan

agama mencari landasan pada semacam metafisika suatu pandangan

yang logis mengenai dunia dengan Tuhan menjadi pandangan dari

pandangan tersebut. Fase ketiga metafisika bergeser oleh psikologi

dan selanjutnya kehidupan religuius mengembangkan hasrat

mengadakan hubungan langsung dengan realitas akhir. Pada tahap ini

agama menjadi persenyawaan antar kehidupan dan kekuasaan,

9

Page 10: makalah manajemen sumber daya manusia

sehingga individu mencapai kepribadian merdeka, namun tidak

melepaskan diri dari ikatan hukum dalam kesadaran sendirinya.tanpa

syarat dan tanpa pengetian rasional tanpa makna dan tujuan dari

perintah tersebut. Fase kedua munculnya pengertian rasional terhadap

disiplin ilmu tersebut dan sumber azasinya kekuasaannya. Konsep

kehidupan religius didasarkan pada ketiga motif spiritual dalam Islam

yaitu berdasarkan motivasi aqidah, ibadah dan motivasi muamalat.

a. Motivasi aqidah.

Motivasi spiritual dalam Islam adalah berdasarkan motivasi

aqidah, ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi akidah adalah

keyakinan hidup, fondasi dan dasar dari kehidupan, yang

dimaksuddengan akidah Islam adalah rukum iman. Iman menurut

hadist merupakan pengikraran yang bertolak dari hati,

pengucaopan dengan lisan dan aplikasi dengan perbuatan. Jadi

motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai dorongan dari dalam

yang muncul akibat kekuatan tersebut. Sistematika akidah agama

Islam terdiri dari rukun Iman diantaranya,namun dalam motivasi

akidah ini yang dilibatkan hanya unsur iman kepada Allah, iman

kepada kitab Allah dan iman kepada Rasulullah. Ketiga unsur ini

dilibatkan karena pada waktu bekerja terlibat secara nya sehari-

hari .Unsur yang lain tidak dilibatkan dalam aktifitas bekerja

karena belum menjadi pemahaman iman yang bisa dilibatkan

dalam proses produksi maupun meningkatkan kinerja.

b. Motivasi ibadah

Kaidah ibadah dalam arti khas (qoidah “ubudiyah) yaitu tata

aturan ilahi yang mengatur hubungan ritual langsung antara hamba

dengan Tuhannya yang tata caranya telah ditentukan secara rinci

dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Ibadah adalah suatu

perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh orang yang tidak

beragama, seperti doa, shalat dan puasa itu hanya dilakukan oleh

10

Page 11: makalah manajemen sumber daya manusia

orang-orang yang beragama. Ibadah bertitik tolak dari aqidah, jika

ibadah diibaratkan akar maka ibadah adalah pohonnya. Jika ibdah

masih dalam taraf proses produksi, sedangkan output dari ibadah

adalah mu’amalah. Ibadah dalam ajaran Islam dapat dicontohkan

sebagai berikut: doa, shalat, puasa, bersuci, haji dan zakat. Tetapi

unsur motivasi ibadah ini hanya diambil doa, shalat, dan puasa,

karena ketiga unsur ini dilakukan karyawan sehari-hari dalam

proses produksi sehingga patut diduga mempunyai pengaruh

dalam meningkatkan kinerja karyawan. Jika diperhatikan beberapa

ajaran Islam melalui Al-Qur’an mengenai ibadah yang selalu

terkait dengan produksi seperti: zakat, amar ma’ruf nahi munkar,

maka tidak dapat diragukan bahwa umat yang ibadahnya kaffah

akan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja.

c. Motivasi muamalah

Kaidah muamalah dalam arti luas adalah tata aturan ilahi yang

mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia

dengan benda atau materi alam. Muamalah diantaranya mengatur

kebutuhan primer, dan sekunder dengan syarat untuk

meningkatkan kinerja. Kebutuhan tersier dilarang dalam Islam

karena dipandang tidak untuk meningkatkan kinerja tetapi

dipandang sebagai pemborosan dan pemusnahan sumber daya.

Bekerja dan berproduksi adalah bagian dari muamalah yang dapat

dikategorikan sebagai prestasi kinerja seorang muslim menuju

tercapainya rahmatan lil’alamin. Motivasi muamalah adalah

dorongan kekuatan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan

manusia yang dilandasi oleh kekuatan moral spiritual, sehingga

dapat menghasilkan kinerja yang religius, karena diilhami oleh al-

Qur’an dan as-Sunnah. Kebutuhan dan urutan prioritas biasanya

dalam tiga tingkatan: keperluan, kesenangan, dan kemewahan.

11

Page 12: makalah manajemen sumber daya manusia

1. Keperluan biasanya meliputi semua hal yang diperlukan untuk

memenuhi segala kebutuhan yang harus dipenuhi.

2. Kesenangan boleh didefinisikan sebagai komoditi yang

penggunaaanya menambah efisiensi karyawan, akan tetapi

tidak seimbang degan biaya komoditi semacam itu.

3. Kemewahan menunjuk kepada komoditi serta jasa yang

penggunaanya tidak menambah efisiensi seseorang bahkan

mungkin menguranginya.

Al-Qur’an Surat al-Jumuah ayat 10, al-Qashas ayat 77, al-Isra, ayat 29

dan al-Furqan ayat 67 , ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang manusia

sebagai makhluk yang direncanakan Allah SWT untuk bekerja dan

berproduksi. Dalam beberapa ayat Al-Quran tersebut dapat disimpulkan

tentang potensi manusia untuk bekerja dan berproduksi secara religious.

1. Bekerja adalah kegiatan alami dalam kehidupan manusia. Bagi islam

bekerja mengelola kekayaan alam yang diberikan Allah SWT untuk

kebaikan manusia.

2. Manusia adalah makhluk yang berakal yang mampu menerapkan

control diri dalam aktivitas kesehariannya. Apapun kondisinya, Islam

menganggap pentingnya setiap individu muslim menyiapkan diri

dalam rangka misi hidupnya. Seorang muslim meraih control diri yang

bersumber dar dalam, hal ini akan menolong untuk berbuat sesuai

dengan perintah agama Islam dan menjalankan aktivitas teknologi.

3. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab, yang secara

potensial mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya

dan manusia juga bisa gagal. Manusia dalam Al-Qur’an menerima

mandat dari Allah SWT dan mempunyai tanggung jawab penuh atas

setiap tindakannya. Meskipun Islam berarti ketundukan total terhadap

Allah SWT, manusia merdeka dan bebas mengarahkan tindakannya

dan apabila manusia tidak dipengaruhi oleh siapapun, kualitas

12

Page 13: makalah manajemen sumber daya manusia

kemampuan mengarahkan diri ini akan muncul. Dalam beberapa

situasi manusia membutuhkan pengarahan dan motivasi dalam rangka

pelaksanaan tanggung jawab. Fakta bahwa Islam menekankan disiplin

diri dan keberadaan Allah SWT bersamanya kapan dan dimana saja,

tidak berarti bahwa orang-orang yang diberi jabatan dibiarkan

bertindak sepenuhnya tanpa pengawasan orang lain. Sesuai dengan

konsep Islam tentang manusia, maka pengawasan diperlukan untuk

selalu meminimumkan pengaruh jahat dalam diri manusia dan

merangsang motivasi baik semaksimal mungkin.

4. Manusia adalah makhluk yang berakal yang dapat menggunakan bakat

dan kecerdasan untuk mengembangkan kehidupan di bumi dan

membuatnya semakin sejahtera. Islam mendorong setiap orang baik

dalam skala pribadi, kelompok, maupun masyarakat untuk

menggunakan potensi yang dimiliki demi kemashlahatan hidupnya.

Satu-satunya pembatasan yang dikenakan ialah bahwa kemampuan

inovatif tersebut beroperasi dalam ruang lingkup yang telah digariskan

oleh Islam.

5. Potensi manusia yang besar dapat dibangkitkan dengan motivasinya.

Perbedaan metode motivasi antar barat dengan Islam, bahwa Islam di

samping memberikan insentif material dan keuangan juga

menggunakan insentif spiritual. Efektivitas insentif spiritual terbukti

lebih kuat daripada yang material. Islam selalu menyentuh hati

manusia dan mendorongnya untuk menjaga kesadaran islamnya. Para

ulama islam dan orang-orang yang belajar psikologi percaya bahwa

motivasi spiritual lebih efektif di bandingkan dengan yang lain. Hal ini

tidak berarti menghilangkan sama sekali motivasi material dan

keuangan dalam diri manusia.

13

Page 14: makalah manajemen sumber daya manusia

2.2 Penilaian kinerja

2.2.1 Penilaian Kinerja Secara Umum

Penilaian kinerja sebagai kegiatan manajemen SDM adalah proses

pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh seorang

pekerja. Dari hasil pengamatan itu dilakukan pengukuran yang dinyatakan

dalam bentuk penetapan keputusan mengenai keberhasilan atau

kegagalannya dalam bekerja. Mondy & Noe (1990: 382) mendefinisikan

penilaian prestasi kerja sebagai: “Suatu sistem yang bersifat formal yang

dilakukan secara periodik untuk mereview dan mengevaluasi kinerja pegawai”.

Penilaian tersebut dilakukan sebagai proses mengungkapkan kegiatan

manusia dalam bekerja, yang sifat dan bobotnya ditekankan pada prilaku

manusia sebagai perwujudan dimensi kemanusiaan maka pengukuran

yang dilakukan bukan secara sistematis yang bersifat pasti, pengukuran

sistematis tidak mungkin dilakukan dalam penilaian kinerja karena

obyeknya adalah perilaku manusia yang rumit dan kompleks. Ada

beberapa definisi dari penilaian kinerja itu sendiri diantaranya adalah:

Penilaian kinerja adalah kegiatan mengidentifikasi pelaksanaan

pekerjaan dengan menilai aspek-aspeknya, yang di fokuskan pada

pekerjaan yang berpengaruh pada kesuksesan

organisasi/perusahaan.

Penilaian kinerja adalah kegiatan pengukuran sebagai usaha

menetapkan keputusan tentang suskes atau gagal dalam

melaksanakan pekerjaan oleh seorang pekerja. Untuk itu

diperlukan perumusan standar pekerjaan sebagai pembanding

(tolok ukur)..

14

Page 15: makalah manajemen sumber daya manusia

2.2.2 Penilaian Kinerja Menurut Prespektif Islam

Menurut pandangan islam, kerja merupakan sesuatu yang digariskan bagi

manusia. Dengan bekerja manusia mampu memperoleh kebahagiaan di dunia dan

akhiratnya. Agama juga menjadikan kerja sebagai sarana pendekatan diri kepada

Allah. Amat jelas bahwa kerja mempunyai makna eksistensial dalam menunjukkan

kehidupan orang islam. Karena berhasil/gagalnya dan tinggi/rendahnya kualitas hidup

seseorang ditentukan oleh amal dan kerjanya.

            “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan

baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik

perbuatannya.” (QS. Al-Kahfi/18:7). Dengan demikian, lulus/tidaknya manusia

dalam menghadapi ujian hidup di dunia ini dapat dilihat dari amal atau kerja yang

telah dilakukan. Apalagi manusia diberikan tugas sebagai khalifah yang bertugas

sebagai pemakmur bumi. Hal tersebut merupakan tugas besar yang jika tidak

dikerjakan dengan sungguh-sungguh, mustahil rasanya bila amanah tersebut dapat

dilaksanakan.

            Manusia yang eksis muncul karena kerja dan kerja itulah yang membentuk

eksistensi kemanusiaan. Pandangan ini sejalan dengan salah satu inti sari dari QS.

An-Najm/53:39 yang menjelaskan bahwa manusia tidak akan memperoleh suatu

apapun tanpa usaha yang ia lakukan sendiri. Dengan bekerja, manusia memperoleh

sebuah peran dalam mempertahankan penghidupannya. Bekerja yang baik adalah

bekerja sesuai kemampuan yang dimiliki masing-masing individu.

Perlu diperhatikan bahwa Allah bila menyebut perkataan, أمنوا dalam  الذين

ayat-ayat al-Qur’an selalu menyambungnya dengan الصالحات Hal  . وعملوا

tersebut mengisyaratkan bahwa iman harus disertai amal saleh atau pekerjaan baik.

Amal saleh adalah penjelmaan dari iman. Iman yang tidak melahirkan amal saleh

dapat disebut iman yang mandul. Maka, islam menghubungkan aqidah dengan

perilaku yang dituntutnya secara mutlak. Sehingga iman atau aqidah memancar,

mengarahkan dan berpengaruh amat positif tehadap perilaku pemiliknya.

            Menurut Isa ‘Abduh dan Ahmad Isma’il Yahya, ada tiga cara untuk

mewujudkan kinerja yang baik, yaitu:

15

Page 16: makalah manajemen sumber daya manusia

1.      Kerja yang dilandasi taqwa.

2.      Iklim dan suasana kerja yang tenang dan kondusif.

3.      Didukung oleh ilmu pengetahuan terkait dengan bidang pekerjaan, dan bersangkutan

selalu berusaha menambah ilmunya.

Jadi, kerja atau amal didukung oleh kesehatan dan ilmu pengetahuan, yang

secara dinamis merupakan bagian urgen dan sistematis dari iman sampai ke amal

saleh. Ketiganya (iman, amal dan ilmu) secara organis berhubungan amat erat.

Sehubungan dengan kerja dan tanggung jawab, rasulullah saw. pernah menegaskan ,

“masing-masing kamu adalah pengembala, dan setiap pengembala bertanggung

jawab atas gembalaannya....”. dalam hadits tersebut dapat dipahami bahwa Allah

memberikan tanggung jawab kepada manusia sebagai khalifah di bumi. Bekerja demi

terselenggaranya “ma’isyah” atau penghidupan yang baik merupakan kewajiban.

Keharusan kerja bagi manusia mencapai tingkat “tugas istimewa” hingga keengganan

mereka untuk bekerja bukan sekedar maksiat yang merugikan orang yang

bersangkutan saja. Kerja disukai oleh Allah dan Rasul-Nya bila kerja itu dilaksanakan

sungguh-sungguh dilandasi niat mencari ridho-Nya.

Terdapat sejumlah firman Allah yang berkaitan dengan perintah bekerja

kepada orang-orang yang beriman, antara lain, “Dia yang menjadikan bumi mudah

bagimu, maka berjalanlah ke berbagai penjuru bumi dan makanlah sebagian dari rizki

Allah...” (QS. Al-Mulk/67:15). Ayat ini mengandung perintah langsung agar manusia

giat bekerja dan menghindari bermalas-malasan. Bekerja untuk memperoleh rizki

guna menunaikan nafkah keluarga adalah sebuah amanah yang harus

ditunaikan.Berdasarkan kaidah syar’iyyah, “sesuatu amal wajib yang tidak

tertunaikan, tidak sah tanpa dilakukannya sesuatu itu, konsekuensi logisnya sesuatu

itu ikut menjadi wajib hukumnya”. Dengan demikian, bekerja guna memenuhi

kebutuhan anak dan keluarga sebagaimana tersebut di atas hukumnya pun menjadi

wajib, kalau tanpa kerja, amanah berupa anak dalam keluarga akan terlantar, amanah

itu lalu tidak dapat dipenuhi sebagimana mestinya.Islam menempatkan posisi kerja

pada posisi sentral yang berhubungan erat bahkan tidak terpisahkan dari keimanan.

16

Page 17: makalah manajemen sumber daya manusia

Dengan demikian, hukum bekerja dalam islam adalah setara dengan wajib, manakala

sesuatu yang mensyaratkan merupakan sesuatu yang hukumnya wajib.

Sebagai homosapiens, Allah sudah memberi kita sebuah alat yang disebut

akal-otak. Akal inilah yang harus difungsikan seoptimal mungkin untuk berpikir dan

mencari solusi yang tepat. Jika kita berada di dalam sebuah organisasi, dan

menghadapi pekerjaan yang sulit dan rumit, sementara penyelesaiannya dituntut

segera, kita tidak bisa mengandalkan orang yang biasa-biasa saja. Kita membutukan

pribadi-pribadi yang tergolong memiliki high-performer, performa atau kinerja yang

tinggi. Orang dengan kinerja tinggi itu adalah orang yang mampu menghadapi situasi

jalan yang tidak saja mulus dan lurus, tetapi turunan dan tanjakan, yang berkelok

tajam sekalipun.

Allah berfirman dalam QS 9: 105: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya,

serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan

dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” Sebagai agama

universal, yang konten ajaran tidak pernah lekang oleh waktu, atau lapuk oleh zaman,

dengan basisnya Al Quran, Islam sudah mengajarkan kepada umatnya bahwa kinerja

harus dinilai. Ayat yang harus menjadi rujukan penilaian kinerja itu adalah surat at-

Taubah ayat 105.

Dan, katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka, Allah dan Rasul-Nya, serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah

Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu

apa yang telah kamu kerjakan”. Kata “i’malû” berarti beramallah. Kata ini juga bisa

berarti “bekerjalah”.

Pada hakikatnya penilaian kinerja islami merupakan pancaran nilai yang ikut

membentuk corak khusus karakteristik nilai kerja islami. Dalam memilih seseorang

ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan selektif. Diantaranya

dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya. Beliau

17

Page 18: makalah manajemen sumber daya manusia

senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja. Dalam al-Qur’an dikenal kata

itqon yang berarti proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat dan sempurna.

(An-Naml : 88). Sedangkan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya

Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang melakukan pekerjaan dengan itqon

(tekun, rapi dan teliti).” (HR. al-Baihaki).Sebagaimana dalam awal tulisan ini

dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur’an menyatakan kata-kata iman yang diikuti oleh

amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan ketaqwaan. Hai orang-orang yang

beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-

nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan

hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,

kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah).

mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak

memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (Al-Baqoroh: 264).

Keterkaitan ayat-ayat di atas memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan

dasar utama kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan

petunjuknya. Memisahkan antara taqwa dengan iman berarti mengucilkan Islam dan

aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya

sendiri. Bukan kaitannya dalam pembangunan individu, kepatuhan kepada Allah

SWT serta pengembangan umat manusia.

Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai penilaian yang harus

selalu diikut sertakan didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya

iman dan barometer bagi pahala dan siksa. Hendaknya setiap pekerjaan disamping

mempunyai tujuan akhir berupa upah atau imbalan, namun harus mempunyai tujuan

utama, yaitu memperoleh keridhaan Allah SWT. Prinsip inilah yang harus dipegang

teguh oleh umat Islam sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental

sepanjang zaman.

Jika bekerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah

serta tidak diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-

mena, pekerjaan harus mempunyai komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi

18

Page 19: makalah manajemen sumber daya manusia

untuk menjalankan seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu

memperbaiki muamalahnya. Disamping itu mereka harus mengembangkan etika yang

berhubungan dengan masalah kerja menjadi suatu tradisi kerja didasarkan pada

prinsip-prinsip Islam.

Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-

dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja

tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan

Muslim, Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung

pada apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi

rendahnya niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk

mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu. Nilai suatu pekerjaan tergantung

kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar kita tidak

membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga

mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya. Rasulullah Saw. sudah

mengingatkan akan pentingnya melihat hasil kerja atau amal seseorang. Hal ini

dibuktikan oleh sebuah hadis dari Imam Ahmad, dari Anas ibn Malik ra., Rasulullah

Saw bersabda: “Lâ ‘alaykum an ta’jabû bi ahadin hattâ tanzhurû bi mâ yakhtimu

lahû, kalian tidak perlu merasa takjub (bangga) atas seseorang hingga kamu melihat

sesuatu yang dihasilkannya”. Jelas sekali bahwa ungkapan “hattâ tanzhurû bi mâ

yakhtimu lahû” merujuk pada kinerja, hasil kerja seseorang.

Hadis lain yang berasal dari Abu Sa’îd ra., Sa’îd ibn Sa’âd ibn Malik al-Khudri ra.,

menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Innallâha mustakhlifukum fî hâ fa

yanzhura kayfa ta’amalûn” (HR Muslim). Ungkapan “kayfa ta’amalûn” menjadi

bukti bahwa Allah pun akan menilai cara kerja kita, termasuk dalam bekerja sebagai

wujud dari “hablun minan nâs”. Setelah bekerja dan beramal, seluruh penilaian itu

akan dikembalikan kepada Allah untuk mendapatkan hasil; baik atau buruk.

Ungkapan “saturaddûna” yang bermakna “kelak kalian akan dikembalikan” adalah

buktinya. Ungkapan ini menunjuk pada kepastian adanya “hari kebangkitan”.

Maknanya, dalam Islam, amalan (ritual atau sosial, muamalah), termasuk bekerja

19

Page 20: makalah manajemen sumber daya manusia

sebagai karyawan atau pebisnis selalu bernuansa akhirat karena

pertanggungjawabannya tidak saja dalam konteks dunia, tetapi juga sampai akhirat.

Lalu, setelah sampai di akhirat, Allah melakukan “yunabbi-ukum” , yaitu

memberitakan atau mengabarkan kepada setiap manusia. Artinya, hasil dari penilaian

itu akan disampaikan kepada semua orang sebagai pelaksana, untuk kemudian

mendapatkan kompensasi atau balasan (ujrah). Reward and punishment pasti

diberlakukan. Dalam bisnis modern pun, pemberian kabar ini biasanya melalui press

release yang disebarkan ke semua bagian. Paling tidak, melalui cara ini, semua

karyawan mengetahui siapa saja yang telah melakukan perbaikan diri sehingga

mendapatkan kinerja yang baik, dan siapa yang saja yang masih memiliki mind-set

lama. Kita sangat tahu bahwa di dalam organisasi bisnis yang sudah besar,

manajemen kinerja merupakan sebuah kewajiban yang mutlak. Karena itu, seluruh

kru manajemen merasa berkewajiban untuk menyusun dan mengembangkannya

dengan mantap dan komitmen tinggi. Masalahnya, adakah ukuran sukses tentang

pelaksanaan kinerja seseorang?

Kerapkali, ukuran kesuksesan kinerja seseorang yang akan berpengaruh kepada

kinerja perusahaan selalu dihubungkan dengan pencapaian KPI (key performance

indicator). Orang yang sukses mengembangkan konsep key performance indicator

adalah Robert S. Kaplan dan David P. Norton dalam bukunya The Balanced

Scorecard: Translating Strategy into Action, 1996). Dalam hal ini, ada empat

indikator utama baik dan tidaknya kinerja seseorang, yaitu finansial, fokus pelanggan,

proses bisnis internal, dan grow and learn.

Kita semua tahu bahwa memastikan pencapaian KPI, baik oleh individu maupun

perusahaan, merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Bahkan, pencapaian itu

sebagai sesuatu yang positif yang harus dihargai oleh perusahaan. Tetapi, kita juga

harus sadar bahwa perusahaan akan berada di ambang masalah besar, yang kelak

akan berpengaruh pertumbuhannya, bila banyak karyawan merasa berpuas diri

dengan pencapaian itu.

Harus disadari bahwa ungkapan “Pokoknya, KPI kami sudah tercapai” bisa saja

menjadi boomerang bagi seluruh tim. Dalam kondisi demikian, harus ada pihak-pihak

20

Page 21: makalah manajemen sumber daya manusia

yang selalu menjadi “nâshihun amîn”, penasihat yang terpercaya agar seluruh

karyawan tidak terlena oleh pencapaian itu. Sikap mental yang harus dibangun oleh

“nâshihun amîn” adalah kokohnya kesadaran bahwa ada hal yang lebih penting yang

harus dikembangkan, yaitu komitmen dan disiplin kepada mekanisme yang fleksibel,

kemampuan untuk menyusun prioritas, konsistensi untuk mendahulukan kepentingan

pelanggan atau fokus pada pelanggan, ketajaman untuk mengendus perubahan pasar

yang terjadi, dan mengetatkan atau merapatkan barisan karena serangan kompetitor

tidak bisa dijamin oleh pengukuran-pengukuran tersebut.

“Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam

barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun

kokoh” (QS ash-Shaf, 4).

Ayat ini harus menjadi pengingat tentang pentingnya “mengetatkan atau merapatkan

barisan karena serangan kompetitor” yang semakin hebat. Namun, agar energi tidak

terkuras habis secara sia-sia, kita harus fokus pada kemampuan diri, bukan pada

kekuatan kompetitor. Salah satu cara penguatan diri itu adalah perlu adanya program

pengembangan mentalitas entrepreneur. Program ini sejatinya adalah kepedulian

perusahaan untuk mengajak setiap individu agar mampu melihat dirinya sebagai

profesional yang sukses dan berintegritas kuat. Perlu juga diingatkan bahwa sebuah

kesuksesan yang telah diraih akan sambung menyambung dan terus hidup untuk

menyambut tantangan baru dan meraih kesuksesan yang baru.

Menurut Glazer, Kanniainnen, dan Poztuara dalam “Initial Luck, Status Seeking, and

Snowball Lead for Succes”, kisah sukses (succes story), sekecil apa pun, mirip bola

salju untuk dapat melahirkan kesuksesan berikutnya. Salah satu faktor penentunya

adalah self-identity (identitas diri). Identitas diri berkembang di dalam struktur dan

budaya karena dua faktor, yaitu 1) status, rasa bangga karena menjadi bagian

organsiasi; 2) budaya, yaitu kokohnya setiap pribadi terhadap semangat “achievement

orientation”.

21

Page 22: makalah manajemen sumber daya manusia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang

melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar. Dari

pengertian tersebut berarti pula semua teori motivasi bertolak dari prinsip utama

bahwa: “ manusia (seseorang) hanya melakukan suatu kegiatan, yang

menyenangkannya untuk di lakukan”.

Motivasi spiritual dalam islam. Motif dalam bahasa Arab disebut سبب داع

رسم صورة sedangkan motivasi داع داع مسبب ايجاب Sedangakan niat , تعليل

dalam bahasa Arab adalah دفع يرجوا رجا نية ينوي . نوي Miftah Faridl

berpendapat bahwa niat bisa diartikan dengan motif , karena pengertian niat ada

dua pengertian yaitu getaran batin untuk menentukan jenis perbuatan ibadah

seperti sholat subuh , tahiyatul masjid dan lain-lain.

Penilaian kinerja sebagai kegiatan manajemen SDM adalah proses

pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh seorang pekerja.

Dari hasil pengamatan itu dilakukan pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk

penetapan keputusan mengenai keberhasilan atau kegagalannya dalam bekerja.

Menurut pandangan islam, kerja merupakan sesuatu yang digariskan bagi

manusia. Dengan bekerja manusia mampu memperoleh kebahagiaan di dunia dan

akhiratnya. Agama juga menjadikan kerja sebagai sarana pendekatan diri kepada

Allah. Amat jelas bahwa kerja mempunyai makna eksistensial dalam

menunjukkan kehidupan orang islam.

22

Page 23: makalah manajemen sumber daya manusia

DAFTAR PUSTAKA

Mathis, L. Robert dan John H. Jackson. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Salemba Empat.

Mangkuprawira, sjafri. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Bogor:

Penerbit Ghalia Indonesia.

Nawawi, hadari. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gadjah

Mada University press.

Mangkuprawira, Sjafri., 2009. Horison Bisnis, Manajemen dan Sumber Daya

Manusia. Jakarta: PT Gramedia.

Sulistiyani, Ambar Teguh dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ilfi, Nur Diana. 2008. Hadis-hadis Ekonomi. Malang: Uin-Malng Press (Anggota

IKAPI).

http://Al Quran dan Penilaian Kinerja/ 26/03/2012 .html

http://

PENGENDALIANDALAMPERSPEKTIFISLAMMuhammadFathurrohman.html

http://MotivasiMenejemenPendidikanIslam.html

23