25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesiamerdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama. Kesenian sebagai karya atau hasil simbolisasi manusia merupakan sesuatu yang misterius. Namun demikian, secara universal, jika berbicara masalah kesenian, orang akan langsung terimaginasi dengan istilah indah . Jaran kepang sebagai hasil karya seni merupakan sistem komunikasi dari bentuk dan isi . Bentuk yang berupa realitas gerak, musik, busana, property, dan peralatan (ubarampen) secara visual tampak oleh mata. Namun, isi

Makalah Kuda Lumping

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Kuda Lumping

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun

kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesiamerdeka pada tahun 1945.

Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari

kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan,

sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara

kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan

oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa

mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah

kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan

kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika

ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.

Kesenian sebagai karya atau hasil simbolisasi manusia merupakan sesuatu yang misterius.

Namun demikian, secara universal, jika berbicara masalah kesenian, orang akan langsung

terimaginasi dengan istilah indah . Jaran kepang sebagai hasil karya seni merupakan sistem

komunikasi dari bentuk dan isi . Bentuk yang berupa realitas gerak, musik, busana, property, dan

peralatan (ubarampen) secara visual tampak oleh mata. Namun, isi yang berupa tujuan, harapan,

dan cita-cita adalah komunikasi maya yang hanya dapat dipahami oleh masyarakat landasan

konseptual yang bersumber pada kompleksitas sistem simbol.Tradisi dan budaya merupakan

sumber dari akhlak dan budi pekerti. Tradisis merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia

yang telah berproses dalam waktu lama dan telah dilakukan secara turun temurun dimulai dari

nenek moyang. Secara formal, budaya didefinisakan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

kepercayaan, nilai sikap, haerarki pemahaman, nilai agama, waktu, pernanan, hubungan ruang,

konsep alam semesta, obyek-obyek pemilik yang dimiliki oleh sekelompok besar orang dari

sekelompok-sekelompok atau individu yang didapat melalui usaha.

Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam tradisi dan budaya. Suku dan ras yang berbeda

juga dapat memiliki tradisi dan budaya yang berbeda-beda. Misalnya suku minangkau memiliki

Page 2: Makalah Kuda Lumping

tradisi budaya yang berbeda dengan suku Jawa. Salah satu budaya yang berasal dari suku Jawa

adalah tradisi “Ebeg” atau “kuda lumping”. Tradisi ini berasal dari daerah Jawa Tengah tepatnya

di daerah sekitar Banyumas, Cilacap, dan Kebumen. Kini, kesenian kuda lumping masih menjadi

sebuah pertunjukan yang cukup membuat hati para penontonnya terpikat. Walaupun peninggalan

budaya ini keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian asing ke

tanah air, tarian tersebut masih memperlihatkan daya tarik yang tinggi. Salah satu paguyuban

kesenian tradisi “Ebeg” atau kuda lumping yang masih aktif menyelenggarakan pertunjukan

kuda lumping ini adalah paguyuban “Gadamas Turanggajaya” yang berada di desa Klapagada,

Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap.paguyuban ini masih terus melakukan pertunjukannya

diberbagai acara walupun sekarang ini sudah banyak sekali pertunjukan yang lebih mdern.

Tetapi paguyuban kuda lumping ini masih tetap eksis dan mempertahankan keberadaannya

sampai saat ini.

Dari latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas tentang bagaimana sejarah dari

pertunjukan kuda lumping di Paguyuban “Gadamas Turanggajaya” dan bagaimana cara

mempertahankannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Kesenian Tradisi “Kuda Lumping” ?

2. Bagaimana sejarah berdirinya paguyuban Kuda Lumping “Gadamas Turanggajaya” ?

3. Bagaimana prosesi dalam pertunjukan Kuda Lumping ?

4. Apa sajakah nilai luhur yang terkandung didalam Kesenian Tradisi Kuda lumping

tersebut?

5. Apa sajakah upaya yang dilakukan untuk mempertahankan Kesenian Tradisi Kuda

Lumping tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kesenian Tradisi “Kuda Lumping”.

2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya paguyuban Kuda Lumping “Gadamas

TuranggaJaya”

3. Untuk mengetahui prosesi dalam pertunjukan Kuda Lumping.

Page 3: Makalah Kuda Lumping

4. Untuk mengetahui nilai luhur yang terkandung di dalam Kesenian Tradisi Kuda

Lumping.

5. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk mempertahankan Kesenian

Tradisi “Kuda Lumping”

Page 4: Makalah Kuda Lumping

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesenian Tradisi “Kuda Lumping”

Kuda Lumping/Jaranan adalah seni tari yang dimainkan dengan menaiki kuda tiruan yang

terbuat dari anyaman bambu (kepang). Dalam memainkan seni ini biasanya juga diiringi dengan

musik khusus yang sederhana yaitu dengan gong, kenong, kendang dan slompret (alat musik

tradisional). Kuda Lumping atau kerap dikenal sebagai “Ebeg” merupakan salah satu kesenian

yang berkembang di daerah Jawa Tengah khususnya daerah sebelah selatan-barat. Di daerah

tersebut diantaranya Banyumas, Purbalingga, Cilacap, dan Kebumen. Kuda Lumping atau

“Ebeg” merupakan sejenis tari-tarian yang menceritakan latihan perang pada waktu itu. Biasanya

pemain “Ebeg” ada 5 – 8 orang yang diiringi dengan gamelan dan seperangkatnya. Menurut

beberapa sumber, tarian “Ebeg” ini sudah mulai berkembang sejak zaman Pangeran Diponegoro.

Tarian ini berupa dukungan rakyat jelata terhadap Pangeran Diponegoro dalam melawan

penjajah Belanda. Tarian ini biasanya terdiri dari empat fragmen, yaitu

a. dua kali tarian

b. buto lawas,

c. tarian senterewe, dan

d. tarian begon putri.

Tarian ini tidak memerlukan koreografi khusus, tetapi penarinya harus bergerak kompak.

Sang penari dapat bergerak bebas mengikuti alunan musik gamelan.Walaupun seringkali

dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat magis dan ekstrem, namun pada intinya tarian ini

memberi pesan yang sangat baik yaitu biasanya berisikan imbauan kepada manusia agar

senantiasa melakukan kebaikan dan ingat dengan Sang Pencipta.

Sebagai tontonan dengan mengusung nilai-nilai perlawanan, sebenarnya kuda lumping juga

dimaksudkan untuk menyajikan tontonan yang murah untuk rakyat. Disebut sebagai tontonan

yang murah meriah karena untuk memainkannya tidak perlu menghadirkan peralatan musik yang

banyak sebagaimana karawitan. Dipilih kuda, karena kuda adalah simbol kekuatan dan

kekuasaan para elit bangsawan dan prajurit kerajaan ketika itu yang tidak dimiliki oleh rakyat

Page 5: Makalah Kuda Lumping

jelata. Permainan Kuda Lumping dimainkan dengan tanpa mengikuti pakem seni tari yang sudah

ada dan berkembang dilingkungan ningrat dan kerajaan. Dari gerakan tarian pemainnya tanpa

menggunakan pakem yang sudah mapan sebelumnya menunjukkan bahwa seni ini hadir untuk

memberikan perlawanan terhadap kemapanan kerajaan.

Selain sebagai media perlawanan, seni Kuda Lumping juga dipakai oleh para ulama sebagai

media dakwah, karena kesenian Kuda Lumping merupakan suatu kesenian yang murah dan

cukup digemari oleh semua kalangan masyarakat, seperti halnya Sunan Kalijogo yang

menyebarkan Islam atau dakwahnya lewat kesenian Wayang Kulit dan Dandang Gulo, beliau

dan para ulama jawa juga menyebarkan dakwahnya melalui kesenian-kesenian lain yang salah

satunya adalah seni kuda lumping. Bukti bahwa kesenian ini adalah kesenian yang mempunyai

sifat dakwah adalah dapat dilihat dari isi cerita yang ditunjukan oleh karakter para tokoh yang

ada dalam tarian Kuda Lumping, tokoh-tokoh itu antara lain para prajurit berkuda, Barongan dan

Celengan.

B. Sejarah Berdirinya Paguyuban Kuda Lumping “Gadamas TuranggaJaya”

Peneliti melakukan observasi pada hari jum”at 18 April 2014 disebuah Paguyuban.

Paguyuban Kuda Lumping “Gadamas TuranggaJaya” adalah salah satu paguyuban Kuda

Lumping yang berada di desa Klapagada Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. Paguyuban ini

memang belum lama terbentuk di desa Kalapagada, meskipun sebenarnya dari jaman nenek

moyang masyarakat sudah mengenal tentang kesenian Kuda Lumping. Tetapi baru terbentuk

paguyubannya tersebut sekitar tahun 2010 tepatnya pada tanggal 7 Februari 2010. Menurut salah

seorang penimbun (juru kunci) mengatakan bahwa, paguyuban ini terdiri dari para muda-mudi

lelaki di desa Klapagada. Mereka bersatu membentuk sebuah kelompok yang bersatu dalam

paguyuban ini. Sebagian besar dari mereka dulunya adalah penabuh gamelan di salah satu

kelompok karawitan didesa terserbut.

Salah seorang penimbun (juru kunci) dari paguyuban ini mengaku, beliau menjalani

profesi ini tidak ada unsur kesengajaan tapi memang sudah menjadi panggilan dari leluhur.

Beliau bercerita memang sebenarnya beliau adalah seorang penabuh gamelan. Suatu hari dia

bepergian kesuatu tempat yang jauh, kemudian salah seorang dari tetuah dari desa tersebut

menelpon dan menunjuk beliau untuk pulang jadi penimbun. Sebenarnya terdapat dua calon

Page 6: Makalah Kuda Lumping

penuimbun, tetapi yang dirasa cocok hanya satu saja. Kemudian beliau juga mengungkapkan

bahwa menjadi penimbun (juru kunci) itu tidak mudah. Salah satunya dia harus suci, puasa mutih

(tidak makan garam) pada hari-hari tertentu, tepatnya setiap rabu pon, kamis wage dan jum”at

kliwon. Dengan alasan untuk membersihkan diri dan supaya agar pada waktu pementasan para

pemain yang kerasukan para leluhur dapat menerima arwah dan juga dapat mengembalikan

arwah tersebut ke asalnya kembali, Kemudian melakukan suatu ritual permintaan izin kepada

leluhur dimalam jum”at kliwon disebuah tempat yang disebut panembahan yang ada di desa

Klapagada. Di Panembahan tersebut beliau meminta izin kepada leluhur setempat. Beliau

mengaku tidak menggunakan tenaga dalam pada waktu pertunjukan. Penimbun atau juru kunci

juga memiliki pembantu. Dia tidak hanya bekerja sendiri.

Kendala yang dihadapi dari sejak berdirinya paguyuban ini misalnya pada musim hujan

jarang ada yang tawaran untuk pentas dikarenakan tempat yang becek karena memang

kebanyakan yang menawar untuk pentas ditempatkan diluar (outdoor) sehingga cuaca juga

sangat menentukan. Perkembangan dari paguyuban ini sejak berdirinya sudah 75% meningkat

dan berkembang dikarenakan antusias masyarakat juga banyak. Pada saat pementasan kuda

lumping selesai biasanya ditampilkan juga atraksi bamboo untuk menambah kemeriahan. Dalam

satu bulan bisa mendapat tawaran pentas kira-kira 3x. sebenarnya paguyuban ini dibentuk untuk

memeberitahukan kepada masyarakat luas bahwa didesa Klapagada ada paguyuban untuk

mempersatukan para pemuda-pemudi guna melestrarikan kesenian kuda lumping ini. Para

perangkat desa setempat juga mendukung adanya pauyuban kuda lumping ini. Kemudian tariff

untuk pementasan berbeda-beda menurut tempat. Misalnya untuk daerah sekitar dikenakan biaya

1.800.000 per pementasan. Kemudian untuk tarif diluar desa atau masuk dikategori jauh

jaraknya dikenakan tariff 2.500.000 per sekali pentas.

Berikut susunan keanggotaan Puguyuban “Gajahmas Turanggajaya” didesa Klapagada

Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap :

1. Ketua              : Pak Jadi (sekaligus penimbun)

2. Wakil Ketua    : Pak Agus (assisten penimbun )

3. Saron              : Tyan dan Wahyu

4. Lompret          : Tyan dan Wahyu

5. Campur           : Sakimin, Sudi, dan Sumadi

Page 7: Makalah Kuda Lumping

6. Penari :

a. Neko

b. Eko

c. Ade

d. Parmin

e. Sarudin

f. Kasidin

g. Sakam

h. Rukyat

i. Mahmudin

C. Prosesi Dalam Pertunjukan Kuda Lumping

Perlengkapan sesajen yang digunakan pada prosesi pertunjukan kuda lumping antara lain :

1) pisang ambon,

2) menyan,

3) padi,

4) janur kuning,

5) gula kelapa,

6) Budin atau tela,

7) daun tawa,

8) dedek,

9) daun papaya,

10) kopi gula,

11) pupus pisang ambon,

12) gula batu (ampo), dan degan kelapa ijo,

13) lumbu ireng,

14) bedak, cermin, minyak wangi duyung, dan

15) alang-alang (atep).

Page 8: Makalah Kuda Lumping

Aksesoris yang digunakan oleh para pemain kuda lumping atau ebeg antara lain :

a) slendang,

b) benting,

c) jarit,

d) celana pendek, kaos,

e) jangkang, sumping, sabuk, dan

f) kacamata hitam.

Dalam kegiatan kuda lumping atau ebeg ini memerlukan banyak persiapan dalam hal

perlengkapan maupun kesiapan fisik dan mental para pemain. Acara biasanya di mulai setelah

waktu sholat duhur atau sekitar jam 1 siang sampai jam 5 sore. Peralatan yang perlu dipersiapkan

seperti

(1) Gendhing pengiring yang dipergunakan antara lain

(2) kendang,

(3) saron,

(4) kenong,

(5) gong, dan

(6) terompet.

Selain gendhing dan tari, ada juga ubarampe yang harus disediakan seperti

(a) bunga-bungaan,

(b) pisang raja dan pisang mas,

(c) kelapa muda (degan),

(d) jajanan pasar, dll.

Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu irama Banyumasan seperti

a. ricik-ricik,

b. gudril,

c. blendrong,

d. lung gadung,

Page 9: Makalah Kuda Lumping

e. cebonan, dll.

Jumlah penari biasanya 8 orang dua diantaranya penthul-tembem, satu orang sebagai

pemimpin atau dalang dan 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan. Dan dalam satu group

paguyuban biasanya terdiri dari 15 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg

atau kuda lumping dan si penthul-tembem memakai topeng. Tarian ini termasuk tarian missal,

jadi biasanya tarian ebeg atau kuda lumping dilakukan di tempat luas seperti lapangan ataupun

pelataran rumah yang cukup luas.

Ketika para penari mulai kesurupan atau yang dikenal dengan istilah “mendhem” ,

biasanya para pemain memakan pecahan kaca atau barang tajam lainnya, mengupas kelapa

dengan gigi, makan padi dari tangkainya, dedhek (kathul), bara api, dll. Sehingga menunjukan

kekuatannya Satria, demikian pula pemain yang menaiki kuda kepang menggambarkan

kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan kuda lumping

atau ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul dan cepet. Tidak jarang penonton ikut

terbawa dengan atraksi tersebut. Secara tidak sadar, beberapa penonton akan mengikuti gerakan 

dari si penari kuda lumping, ikut menari bersama penari kuda lumping lainnya. Hal tersebut

karena mereka dari penonton telah terkena roh penari kuda lumping. Setelah sekian lama para

penari kesurupan, sekarang bagian Penimbun atau orang yang menyembuhkan sekaligus

membuang roh ghaib dari tubuh para penari. Biasanya penimbun dibantu asistennya jika yang

kemasukan roh lebih dari tiga.

D. Nilai Luhur Yang Terkandung Dalam Kesenian Tradisi Kuda Lumping

1. Nilai Religius

Nilai religius (ketuhanan) merupakan nilai mutlak yang bersumber pada keyakinan

manusia. Dalam kesenian kuda lumping, nilai religius tercermin dari adanya doa-doa

yang dilakukan diawal dan akhir dalam pertunjukan kesenian kuda lumping. Doa yang

dilakukan merupakan doa meminta keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pertunjukan kesenian kuda lumping bermula dari pertunjukan yang mengandung makna

religi, dipercaya dengan mengadakan pertunjukan kuda lumping dapat terhindari dari

gangguan makhluk-makhluk halus..Kepercayaan terhadap makhluk halus atau roh nenek

moyang merupakan bentuk kepercayaan masyarakat jawa pada zaman sebelum masuknya

Page 10: Makalah Kuda Lumping

agama di pulau jawa. Adanya berbagai kegiatan yang berhubungan dengan makhluk gaib,

roh-roh atau dewa-dewa merupakan suatu bentuk kepercayaan terhadap suatu keyakinan

mereka.

2. Nilai Hiburan

Nilai hiburan merupakan nilai permainan dan waktu senggang yang dapat

menyeimbangkan pada pengayaan kehidupan. Kesenian kuda lumping saat sekarang ini

mulai disukai karena dapat memberikan suatu hiburan baru yang dapat dinikmati oleh

segala kalangan.

3. Nilai Sosial

Nilai sosial berasal mula dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan. Nilai

sosial dapat dilihat dari makna yang terkandung dalam kesenian kuda lumping, dimana

manusia tersebut terlahir tidak lepas dengan lingkungan alam dan membutuhkan

kehidupan yang lebih baik, manusia juga sangat berkecimpung dan bersosialisasi dengan

yang lain dan berbagai ragam. Kehidupan manusia harus menjaga dan melestarikan alam

dan tidak boleh merusak alamnya karena akan mempengaruhi kehidupannya. Dalam

warna yang terdapat pada kesenian kuda lumping juga mengajarkan manusia untuk

berani bertanggung jawab atas halnya perbuatan yang telah dilakukan didalam

kehidupanya, tidaklah saling serakah dan tidak boleh merugikan orang lain, harus

menjaga kesabaran ketika mendapatkan cobaan dan tantangannya, serta menjagaga

keharmonisan manusia sebagai makhluk sosial.

4. Nilai Estetika

Nilai estetika adalah nilai yang berhubungan dengan keindahan. Keindahan-keindahan

dalam kesenian kuda lumping terdapat pada gerakan, tata rias, tata busana, property, dan

iringan musik. Keindahan gerak meliputi keseimbangan dan simetris gerak dalam tari

kuda lumping. Keindahan tata rias terdapat dalam kemeriahan, ketebalan dan warna yang

mencolok dalam pemakaian riasan sehingga memunculkan karakter penari kuda lumping.

Keindahan tata busana terdapat kemeriahan warna busana yang dipakai. Keindahan

properti yang digunakan untuk mendukung tarian kuda lumping. Serta keindahan yang

tercipta dari iringan musik yang menampilkan kesesuaian gerak dengan iringan gong,

gendang, kenong dan saron sebagai alat musik khas kuda lumping.

5. Nilai Historis

Page 11: Makalah Kuda Lumping

Nilai historis merupakan nilai sejarah dari suatu objek tertentu. Nilai sejarah dari

kesenian kuda lumping menceritakan tentang kisah perjuangan Raden Patah, yang

dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa,

tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan

Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Pada intinya

kesenian kuda lumping merupakan kesenian yang menceritakan tentang peperangan

dalam mempertahankan kemerdekaan di tanah jawa.

E. Upaya yang Dilakukan Untuk Mempertahankan Kesenian Tradisi Kuda Lumping

Secara garis besar, begitu banyak kesenian serta kebudayaan yang ada di Indonesia

diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang bangsa Indonesia hingga ke generasi

saat ini. Sekarang, kita sebagai penerus bangsa merupakan pewaris dari seni budaya

tradisional yang sudah semestinya menjaga dan memeliharanya dengan baik. Tugas kita

adalah mempertahankan dan mengembangkannya, agar dari hari ke hari tidak pupus dan

hilang dari khasanah berkesenian masyarakat kita. Salah satu cara untuk mempertahakan

kesenian tradisi Kuda Lumping adalah kita sebagai generasi muda harus turut akif dalam

mengembangkan kesenian ini agar para generasi berikutnya dapat menikmati kesenian tradisi

Kuda Lumping ini. Selain itu kita harus berbenah apa kekurangan dari kesenian ini supaya

tetap bisa berkembang dan bertahan mengikuti kemajuan teknologi. Kemudian peran dari

para pengurus desa dan paguyuban sendiri harus aktif agar paguyubannya dapat dikenal oleh

masyarakat luas, bukan hanya didesa sekitar tapi juga dimasyarakat diluar desa tersebut.

Page 12: Makalah Kuda Lumping

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kuda Lumping/Jaranan adalah seni tari yang dimainkan dengan menaiki kuda tiruan yang

terbuat dari anyaman bambu (kepang). Dalam memainkan seni ini biasanya juga diiringi dengan

musik khusus yang sederhana yaitu dengan gong, kenong, kendang dan slompret (alat musik

tradisional). Kuda Lumping atau kerap dikenal sebagai “Ebeg” merupakan salah satu kesenian

yang berkembang di daerah Jawa Tengah khususnya daerah sebelah selatan-barat. Di daerah

tersebut diantaranya Banyumas, Purbalingga, Cilacap, dan Kebumen. Kuda Lumping atau

“Ebeg” merupakan sejenis tari-tarian yang menceritakan latihan perang pada waktu itu. Biasanya

pemain “Ebeg” ada 5 – 8 orang yang diiringi dengan gamelan dan seperangkatnya. Salah satu

Paguyuban Kuda Lumping adalah “Gadamas TuranggaJaya” adalah salah satu paguyuban Kuda

Lumping yang berada di desa Klapagada Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. Paguyuban ini

memang belum lama terbentuk di desa Kalapagada, meskipun sebenarnya dari jaman nenek

moyang masyarakat sudah mengenal tentang kesenian Kuda Lumping. Tetapi baru terbentuk

paguyubannya tersebut sekitar tahun 2010 tepatnya pada tanggal 7 Februari 2010.

Dalam kegiatan kuda lumping atau ebeg ini memerlukan banyak persiapan dalam hal

perlengkapan maupun kesiapan fisik dan mental para pemain. Acara biasanya di mulai setelah

waktu sholat duhur atau sekitar jam 1 siang sampai jam 5 sore. Peralatan yang perlu dipersiapkan

seperti Gendhing pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong, dan

terompet. Selain gendhing dan tari, ada juga ubarampe yang harus disediakan seperti bunga-

bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda (degan), jajanan pasar, dll. Jumlah penari

biasanya 8 orang dua diantaranya penthul-tembem, satu orang sebagai pemimpin atau dalang dan

7 orang lagi sebagai penabuh gamelan. Dan dalam satu group paguyuban biasanya terdiri dari 15

orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg atau kuda lumping dan si penthul-

tembem memakai topeng. Tarian ini termasuk tarian missal, jadi biasanya tarian ebeg atau kuda

lumping dilakukan di tempat luas seperti lapangan ataupun pelataran rumah yang cukup luas.

Page 13: Makalah Kuda Lumping

Nilai yang terkandung dalam kesenian tradisi kuda lumping adalah nilai estetis, nilai

social, nilai religious, nilai historis dan nilai hiburan. Salah satu cara untuk mempertahakan

kesenian tradisi Kuda Lumping adalah kita sebagai generasi muda harus turut akif dalam

mengembangkan kesenian ini agar para generasi berikutnya dapat menikmati kesenian tradisi

Kuda Lumping ini.

Saran

1. Kesenian kuda lumping sebaiknya terus dikembangkan dan ditampilkan secara lebih

menarik dan penuh makna agar kesenian kuda lumping tidak hanya menjadi hiburan

semata melainkan juga dapat menjadi media untuk meningkatkan rasa cinta tanah air

Indonesia yang kaya akan budaya.

2. Kesenian kuda lumping sebaiknya juga dituliskan dalam sebuah buku agar memudahkan

para pembaca untuk memahami makna-makna yang terdapat pada kesenian kuda

lumping.

3. Dukungan dan kerjasama dengan pihak pemerintah hendaknya harus terus ditingkatkan

untuk memajukan seni budaya kuda lumping agar tidak direbut oleh Negara lain.

Page 14: Makalah Kuda Lumping

Daftar Pustaka

Satelit post (santun aktual tegas komplit ) edisi 22 maret 2014

http://www.miftakh.com / diakses pada tanggal 18 April 2014 pada pukul 19.00 WIB

www.facebook.com/gadamasturanggajaya.html / diakses pada tanggal 20 April 2014 pukul 09.00 WIB

http://www.explore-indo.com / diakses pada tanggal 17 April pada pukul 09.00 WIB

http://lanangudik.blogspot.com/2009/kesenian-jaranan.html / diakses pada tanggal 18 April 2014 pukul

20.00 WIB

Page 15: Makalah Kuda Lumping

Lampiran

Page 16: Makalah Kuda Lumping
Page 17: Makalah Kuda Lumping

KESENIAN TRADISI KUDA LUMPING ATAU EBEG DI PAGUYUBAN

“GADAMAS TURANGGAJAYA CILACAP”

Disusun oleh:

Putri Kurnia (K4211042)

Tugas Terstruktur Ini Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Perkuliahan dan

Kelulusan Mata Kuliah Penelitian Sastra

yang Diampu oleh

Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014