13
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016 Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 47 Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen Oleh: Niken Budi Lestari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan (1) Prosesi pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (2) Eksistensi kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan metode etnografi. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Desember 2015. Subjek penelitian ini adalah warga desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama, instrumen lainnya ada alat rekam, kamera, dan alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting. Hasil dari penelitian (1) Prosesi pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (a) Pra Pertunjukan, meliputi: a) Membuat perencanaan acara, b) Membersihkan arena pertunjukan kuda lumping, c) Mempersiapkan berbagai sesaji, d) Persiapan penari, e) Obong Menyan (membakar Kemenyan), (b) Bentuk pertunjukan kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga, meliputi gerakan membuat lingkaran besar untuk berdoa, gerakan lenggutan kepala, gerakan congklak, gerakan thakuran, gerakan unton-unton, gerakan kentrungan, gerakan nyirig, gerakan gebesan, gerakan sendi kaki, gerakan sendi sampur,gerakan pancakgulu, gerakan teposan, dan (c) Pasca pertunjukan ditutup dengan penari kesurupan atau ndadi. (2) Eksistensi kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, antara lain (a) Sejarah berdirinya kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (b) Penghayatan Masyarakat Tentang Kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa Ambalkumo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (c) Upaya Menjaga Kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen Agar Tetap Eksis, meliputi: a) latihan dengan rutin, b) membentuk grup, c) membentuk organisasi, d) pementasan, pementasan dibagi menjadi dua yaitu 1) pementasan latihan, dan 2) pementasan undangan/ ditanggap, dan e) peremajaan grup. Kata kunci: Eksistensi, kesenian kuda lumping Pendahuluan Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak kebudayaan, salah satunya adalah dilihat dari banyaknya kesenian yang lahir dan berkembang di Indonesia. Kesenian tersebut diantaranya adalah seperti seni tari, seni musik, seni ukir dan sebagainya. Kebudayaan merupakan salah satu unsur kekayaan yang dapat menjadi kebanggaan tersendiri dan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Seperti yang

Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 47

Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni Budaya

Binaraga di Desa Ambalkumolo Kecamatan Buluspesantren

Kabupaten Kebumen

Oleh: Niken Budi Lestari

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan (1) Prosesi pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (2) Eksistensi kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan metode etnografi. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Desember 2015. Subjek penelitian ini adalah warga desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama, instrumen lainnya ada alat rekam, kamera, dan alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting. Hasil dari penelitian (1) Prosesi pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (a) Pra Pertunjukan, meliputi: a) Membuat perencanaan acara, b) Membersihkan arena pertunjukan kuda lumping, c) Mempersiapkan berbagai sesaji, d) Persiapan penari, e) Obong Menyan (membakar Kemenyan), (b) Bentuk pertunjukan kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga, meliputi gerakan membuat lingkaran besar untuk berdoa, gerakan lenggutan kepala, gerakan congklak, gerakan thakuran, gerakan unton-unton, gerakan kentrungan, gerakan nyirig, gerakan gebesan, gerakan sendi kaki, gerakan sendi sampur,gerakan pancakgulu, gerakan teposan, dan (c) Pasca pertunjukan ditutup dengan penari kesurupan atau ndadi. (2) Eksistensi kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, antara lain (a) Sejarah berdirinya kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (b) Penghayatan Masyarakat Tentang Kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa Ambalkumo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (c) Upaya Menjaga Kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen Agar Tetap Eksis, meliputi: a) latihan dengan rutin, b) membentuk grup, c) membentuk organisasi, d) pementasan, pementasan dibagi menjadi dua yaitu 1) pementasan latihan, dan 2) pementasan undangan/ ditanggap, dan e) peremajaan grup.

Kata kunci: Eksistensi, kesenian kuda lumping

Pendahuluan

Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak kebudayaan, salah satunya

adalah dilihat dari banyaknya kesenian yang lahir dan berkembang di Indonesia.

Kesenian tersebut diantaranya adalah seperti seni tari, seni musik, seni ukir dan

sebagainya. Kebudayaan merupakan salah satu unsur kekayaan yang dapat menjadi

kebanggaan tersendiri dan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Seperti yang

Page 2: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 48

diungkapkan Taylor dalam Ratna (2010: 153) “kebudayaan adalah semua hasil dari

aktivitas manusia, baik yang konkret maupun yang abstrak, baik dengan tujuan positif

maupun tujuan negatif”. Kebudayaan terbentuk dari banyak unsur, salah satunya yaitu

unsur kesenian.

Kesenian dicurahkan oleh manusia dengan cara mengasah kemampuannya

untuk memenuhi apa yang dianggap pantas dan indah. Yulianti dalam Rusliana (1990:

46) mengemukakan bahwa “tari adalah gerak-gerak ritmis sebagian atau seluruhnya

dari tubuh yang terdiri dari pola individual atau berkelompok yang disertai ekspresi

atau ide tertentu”. Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan menaiki kuda

tiruan dari anyaman bambu dengan diiiringi alat musik gamelan.

Desa Ambalkumolo merupakan desa yang terletak di Kecamatan

Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Desa Ambalkumolo merupakan Desa yang

terdapat kelompok kesenian kuda lumping yang sampai sekarang masih ada. Bentuk

pertunjukan lebih menarik karena ada perubahan penampilan dengan tambahan

adanya tambahan sinden, tambahan irama musik gamelan sejak tahun 2010. Menurut

Mbah Darsan saat wawancara pada 4 Juli 2015 mengatakan “kesenian kuda lumping di

desa Ambalkumolo ada sejak tahun 1971”. Setelah terbentuknya kesenian kuda

lumping di desa Ambalkumolo, maka kesenian tersebut dinamakan dengan nama Seni

Budaya Binaraga Ambalkumolo.

Eksistensi pertunjukan kuda lumping di Desa Ambalkumolo, Kecamatan

Buluspesantren, Kabupaten Kebumen sejak tahun 1976. Eksistensi pertunjukan kuda

lumping jaman dahulu dipertunjukan untuk memperingati memetri bumi, tasyakuran.

Pertunjukan kuda lumping pada jaman sekarang banyak digunakan karena banyak

peminatnya, seperti halnya dalam acara memperingati memetri bumi, hari

Kemerdekaan RI, tasyakuran dan hajatan.

Penulis menganggap ada hal yang menarik pada kesenian kuda lumping Seni

Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten

Kebumen ini, yaitu pada musik gamelan, tambahan sinden, dan banyaknya jenis

gerakan yang ada pada pementasan kuda lumping. Penulis membandingkan kesenian

kuda lumping Desa Ambalkumolo dan Desa Rantaireja. Jika dilihat dari penampilannya

Page 3: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 49

kesenian kuda lumping Ambalkumolo lebih menarik karena banyaknya gerakan-

gerakan yang ditarikan oleh pemain, iringan musik gamelan yang tidak hanya notasi

kuda lumping, tetapi ada iringan musik ricik-ricik banyumasan, adanya seorang sinden.

Kuda lumping Rantaireja gerakannya hanya sedikit, iringan musik hanya notasi kuda

lumping saja tidak ada tambahan ricik-ricik banyumasan, tidak ada sinden.

Persamaannya adalah sama-sama ada kesurupan atau ndadi.

Alasan yang melatarbelakangi penulis mengambil judul ini adalah ‘proses

pertunjukan dan eksistensi’ dalam pertunjukan kesenian Seni Budaya Binaraga di Desa

Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Grup kuda lumping

ini mempunyai keunikan. Keunikan tersebut yaitu (a) gerakan tarian yang banyak dan

bervariasi, (b) adanya seorang sinden , (c) iringan musik gamelan yang tidak monoton,

(d) sesaji yang digunakan masih menggunakan sesaji sederhana sehingga pertunjukan

masih dapat dinikmati oleh segala umur, (e) adanya keterbukaan dari pihak paguyuban

kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga sehingga dalam memperoleh informasi

atau data yang berkaitan dengan penelitian.

Metode penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Moleong (2014: 6) menyatakan

bahwa, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan cara analisis yang

tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi yang lainnya.

Penelitian ini menggunakan metode etnografi. Metode ini dilakukan dengan

mendeskripsikan berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat Desa Ambalkumolo. Hal

ini bertujuan agar peneliti dapat memahami informasi tentang kesenian kuda lumping

di Desa Ambalkumolo. Sesuai yang dinyatakan oleh Endraswara (2006: 50) model

etnografi yaitu penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaiamana adanya.

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2010: 172).

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan, antara lain

ketua grup, sesepuh, pawang, pemain kesenian kuda lumping Desa Ambalkumolo,

sumber data primer yaitu sumber yang langsung diperoleh dari sumber data pertama

di lokasi penelitian (Bungin, 2011: 132). Data dalam penelitian ini adalah rekaman

Page 4: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 50

wawancara secara face to face (tatap muka) serta hasil rekaman video pertunjukan

kuda lumping.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada beberapa cara, agar data

yang diperoleh merupakan data yang sahih atau valid. Teknik pengumpulan data yang

digunakan peneliti meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Menurut Arikunto (2010: 203), mendefinisikan bahwa instrumen penelitian

adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen utama dalam penelitian ini

adalah peneliti sendiri. Peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul

data, dan pelapor hasil analisis data. Instrumen bantu yang digunakan peneliti berupa

alat perekam.

Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2014: 248) berpendapat bahwa analisis

data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Sehubungan dengan hal itu, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data kualitatif.

Denzim dalam Kutha Ratna (2010: 242) menyebutkan tiga jenis triangulasi,

yaitu: a) Triangulasi data adalah penggunaan beragam sumber data dalam suatu

kegiatan, sebagai contoh mewawancarai orang pada suatu posisi status yang berbeda

atau dengan titik pandang yang berbeda; b) triangulasi peneliti adalah penggunaan

beberapa peneliti atau ilmuwan sosial yang berbeda; dan c) triangulasi teori adalah

penggunaan sudut pandang ganda dalam menafsirkan seperangkat tunggal data.

Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi data. Dalam

triangulasi data misalnya, data pertama tidak harus dianggap sebagai sudah bersifat

valid, tetapi justru harus diragukan kebenarannya, sehingga perlu diuji melalui data

lain dengan sumber yang berbeda, demikian seterusnya, sehingga data yang diperoleh

benar-benar dapat dianggap objektif.

Page 5: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 51

Hasil Penelitian

1. Proses Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga Desa

Ambalkumolo

a. Struktur Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga

Struktur pertunjukan kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga

yaitu sebelum acara pementasan dimulai dengan acara pembukaan oleh

salah satu anggota kesenian kuda lumping atau ketua pasukan yang

dinamakan Wirayuda. Wirayuda menari di arena pertunjukan (lapangan)

dengan tujuan memberi contoh kepada Wirapati dan Wiratamtama.

Pertunjukan kesenian tari kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga terdapat

tiga pokok gerakan yang terdiri dari tiga pokok gerakan yaitu gerakan

pembuka, gerakan inti dan gerakan penutup. Gerakan pembuka yang meliputi

tarian oleh wirayuda, baris dan mebuat lingkaran. Gerakan inti yang meliputi

gerakan lenggutan kepala, congklak, nyirig, thakuran, unton-unton, membuat

lingkaran kecil, kentrungan, sendi kaki, sendi sampur, teposan, pancakgulu,

dan gedrug. Gerakan penutup yang meliputi gerakan berbaring di atas

kepang, gerakan tarian wirayuda, dan ndadi.

b. Proses Pelaksanaan Kesenian Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga

Rangkaian acara pertunjukan kuda lumping Seni Budaya Binaraga di

Desa Ambalkumolo merupakan rangkaian acara yang ditanggung oleh grup

kesenian dan warga pendukung kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga

yang pada dasarnya merupakan suatu rangkaian yang berurutan. Rangkaian

pertunjukan kuda lumping Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo

secara berurutan terdiri dari tiga proses pelaksanaan, yaitu pra pertunjukan,

pertunjukan, dan pasca pertunjukan.

1) Pra Pertunjukan yang meliputi :

a) Membuat perencanaan acara

Sebelum pertunjukan kuda lumping ini dilaksanakan, ada

yang harus dipersiapkan. Pertama adalah persiapan benda-

Page 6: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 52

benda dan perlengkapan yang diperlukan untuk melaksanakan

pertunjukan kuda lumping. Kedua persiapan mental anggota

grup kesenian kuda lumping, karena selain melakukan

pertunjukan di Desa Ambalkumolo, grup ini juga sering diundang

warga sekitar desa untuk menghibur dalam acara hajatan

maupun tasyakuran masyarakat sekitar Desa Ambalkumolo.

b) Membersihkan arena pertunjukan kuda lumping

Persiapan yang dilakukan pada prosesi pertunjukan kuda

lumping biasanya adalah membersihkan arena pertunjukan,

menyiapkan tempat untuk menata gamelan, bila pertunjukan

kuda lumping diadakan di Desa Ambalkumolo biasanya yang

membersihkan adalah kelompok grup kesenian Kuda Lumping

Seni Budaya Binarga dibantu masyarakat sekitar arena

pertunjukan. Bila diundang pada acara hajatan biasanya ada

salah satu orang dari grup kesenian kuda lumping yang sudah

mempersiapkan arena pertunjukan dibantu orang yang

mengundang.

c) Mempersiapkan berbagai sesaji

Sesaji yang digunakan saat pertunjukan kuda lumping

adalah sesaji untuk diberikan kepada penari yang kesurupan

atau ndadi. Sesaji tersebut diantaranya ada panggang ayam,

telur ayam kampung, bunga (mawar, kantil, kenanga), wedang

(kopi manis, kopi pahit, teh manis, teh pahit), air jembawukan

(kopi dicampur santan), pisang (raja, ambon), menyan, rokok,

jajan pasar (es dawet, brondong, pilus, gethuk, kupat, lepet, dll),

gula batu, dengan ijo, daun tawa, jenang merah putih. Sesuai

dengan pernyataan mbah Darsan saat wawancara pada 04 Juli

2015, menyatakan sebagai berikut:

Kutipan:

Page 7: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 53

“Ubarampe ingkang dibutuhake menika kathah,

onten panggang ayam, telur ayam kampung,

kembang (kanthil, mawar lan kenanga), wedhang

(kopi pahit, kopi manis, teh manis, teh pahit),

jembawukan (kopi dicampur santan), jajan pasar (es

dawet, gethuk, pecel, kupat, lepet, pilus, brondong,

gula batu), pisang (raja, ambon), degan ijo, godong

tawa, jenang abang putih.”

Terjemahan:

“Sesaji yang dibutuhkan banyak. Ada panggang ayam,

telur ayam kampung, bunga (kanthil, mawar dan

kenanga), minum (kopi manis,kopi pahit, teh manis, teh

pahit), jembawukan (kopi dicampur santan), jajan

pasar (es dawet, gethuk, pecel, kupat, lepet, pilus,

brondong, gula batu), pisang (raja, ambon), kelapa

muda, daun tawa, jenang merah putih.”

d) Persiapan penari

Setelah sampai di tempat acara, para penari berganti

busana atau seragam. Para penari memakai kaos lengan pajang,

celana pendek, rompi, iket kepala, stagen, sampur.

e) Obong Menyan (membakar Kemenyan)

Obong menyan merupakan sebuah ritual yang dianggap

sakral oleh masyarakat pendukung tradisi, terutama yang masih

kental dengan nuansa kejawen. Pada intinya proses obong

menyan ini dilakukan untuk meminta kepada leluhur dan roh-

roh (danyang) yang berdiam di dalam peralatan kuda lumping

karena akan diselenggarakannya tarian kuda lumping. Tujuan

lain dari proses obong menyan ini adalah untuk mengundang

roh-roh (danyang) agar hadir dalam tradisi ini, selain itu untuk

Page 8: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 54

melindungi dan menghindarkan dari roh-roh yang sifatnya

negatif.

2) Pertunjukan kuda lumping grup seni budaya binaraga

Pertunjukan kuda lumping Seni Budaya Binaraga dimulai

dengan bacaan doa, yang dipimpin oleh ketua anggota. Kemudian

setelah selesai berdoa ada sambutan-sambutan, sambutan dari tuan

rumah dan sambutan dari salah satu anggota grup kesenian. Setelah

selesai sambutan kemudian para wiyaga (penabuh gamelan)

memainkan gamelan, untuk pertanda pertunjukan kuda lumping akan

segera dimulai. Hal tersebut dijelaskan saat wawancara dengan Bapak

Turija pada 20 Juli 2015 sebagai berikut.

Kutipan:

“Wonten pelaksaan menika inggih dibuka kaliyan doa, ingkang

dipimpin ketua anggota. Lajeng onten sambutan-sambutan,

sambutan saking tuan rumah kaliyan sambutan saking salah

setunggal anggota grup kesenian. Yen sampun sambutan-

sambutan lajeng gendingan dipun mulai, kangge pertanda

pementasan kuda lumping badhe mulai”.

Terjemahan:

“Dalam pelaksanaan yaitu dibuka dengan doa, yang dipimpin

oleh ketua anggota. Kemudian ada sambutan-sambutan,

sambutan dari tuan rumah dan sambutan dari salah satu

anggota grup kesenian. Jika sudah sambutan-sambutan

kemudian iringan musik dimulai untuk menandakan pementasan

kuda lumping akan mulai”.

Setelah iringan musik dimulai oleh para wiyaga (penabuh

gamelan), kemudian sebagai gerakan pembuka yaitu wirayuda keluar

menari-nari di arena pertunjukan. Wirayuda kemudian membunyikan

pecut tiga kali, pertanda pasukan penari akan keluar untuk menari.

Page 9: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 55

Setelah pasukan penari keluar, kemudian semua penari menari-nari

mengikuti iringan musik gamelan.

Pada gerakan inti, penari menarikan berbagai macam gerakan

seperti ada gerakan lenggutan kepala, gerakan congklak, gerakan

kentrungan, gerakan nyirig, gerakan thakuran, gerakan unton-unton,

gerakan sendi kaki, gerakan sendi sampur, gerakan teposan, gerakan

pancak gulu, dan gerakan gedrug.

Pada gerakan penutup penari berbaring di atas kepang masing-

masing, kemudian wirayuda menari-nari memutari penari yang sedang

berbaring, kemudian wirayuda membunyikan pecut pertanda

membangunkan penari yang berbaring. Jika ada penari yang tidak

bangun, maka penari tersebut mengalami kesurupan atau ndadi.

b) Pasca pertunjukan kesenian kuda lumping grup seni budaya binaraga

Pasca acara pertunjukan tari kuda lumping Seni Budaya Binaraga

yaitu diakhiri dengan penari yang ndadi. Penari yang ndadi disembuhkan

oleh pawang. Apabila pemain yang ndadi sudah sembuh, maka

pertunjukan sudah selesai. Semua penari dan anggota lainnya istirahat,

setelah semua sudah selesai istirahat secukupnya kemudian semuanya

berdoa dengan doa penutup yang dipimpin ketua anggota. Hal ini

dijelaskan oleh Bapak Sujayus saat wawancara pada 20 Juli 2015.

Kutipan:

“Pasca pertunjuka menika inggih penari ndadi, lajeng yen sampun rampung ndadi lajeng istirahat secukupe. Yen sampun rampung sedoyo anggota berdoa kaliyan doa penutup, ingkang dipimpin ketua anggota”.

Terjemahan :

“Pasca pertunjukan yaitu penari ndadi, kemudian kalau sudah selesai ndadi kemudian istirahan secukupnya. Jika sudah selesai semua anggota berdoa dengan doa penutup, yang dipimpin ketua anggota”.

Page 10: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 56

c. Pendukung Kesenian Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga

Dalam kesenian kuda lumping pasti ada pendukung kesenian,

pendukung tersebut meliputi penari, tempat dan waktu, alat musik, tata rias,

tata busana, dan tema pertunjukan. Penari meliputi wirayuda, wirapati,

wiratamtama, cepetan, barongan, penimbul/ pawang. Tempat dan waktu

meliputi lapangan atau tempat terbuka, waktunya pagi, siang, sore dan

malam. Alat musik meliputi kendhang, demung, gong, saron, kethuk kenong,

bonang. Tata rias meliputi bedak, lipstik, sisir, dan kaca. Tata busana

meliputi celana pendek, kaos lengan panjang, rompi, sampur, stagen, ikat

kepala. Tema pertunjukannya adalah gerakan seekor kuda.

d. Perlengkapan Pementasan Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga

Perlengkapan yang dibutuhkan dalam pementasan kuda lumping

grup Seni Budaya Binaraga adalah perlengkapan pementasan seperti

panggung, penari dan sesaji. Panggung meliputi sound, tarub, dan papan.

Penari meliputi seragam, kuda kepang dan pecut. Sesaji meliputi panggang

ayam, telur ayam kampung, kelapa muda, bunga, minuman, jajan pasar,

rokok, dan kemenyan.

2. Eksistensi Kesenian Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga di Desa

Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen

a. Sejarah Berdirinya kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga

Grup kesenian kuda lumping Ambalkumolo ada sejak tahun 1971, dilatih

oleh Pak Sunarko. Pak Sunarko adalah seorang guru Sekolah Dasar yang

menguasai seni tari kuda lumping dengan gaya temanggungan, beliau berasal

dari Desa Kedungsari, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen. Beliau

menawarkan jasa kepada masyarakat Desa Ambalkumolo untuk melatih

kesenian kuda lumping.

Masyarakat mengadakan musyawarah untuk membahas tentang

tawaran diadakannya kesenian kuda lumping. Musyawarah tersebut

menghasilkan kesepakatan menerima tawaran dari Pak Sunarko. Masyarakat

Page 11: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 57

sepakat untuk mendirikan grup kesenian kuda lumping dengan gaya tarian

tumenggungan. Grup kesenian tersebut dinamakan dengan Seni Budaya

Binaraga. Saat wawancara dengan Mbah Darsan pada 04 Juli 2015, sebagai

berikut.

Kutipan: “Wiwit mulai awal belajar taun 1971, wonten setunggaling guru,

inggih punika maninipun pak Ngademi anggadahi kenalan guru ingkang saged mblajari utawi nyinauni seni kuda lumping model Temanggungan, lajeng dipun praktekaken wonten Desa Ambalkumolo, inggih menika ingkang dipun sesepuhi pak Ngademo almarhum”.

Terjemahan:

“Mulai belajar dari awal tahun 1971, ada salah satu guru, yaitu Bapak

Ngademo yang mempunyai kenalan seorang guru yang bisa

mengajari seni kuda lumping dengan model atau gaya

Temanggungan, lalu dipraktekan di Desa Ambalkumolo, yang diketuai

oleh Bapak Ngademo almarhum”.

b. Penghayatan Masyarakat Terhadap Kesenian Kuda Lumping Grup Seni

Budaya Binaraga

Masyarakat Desa Ambalkumolo antusias dengan kesenian kuda

lumping, apalagi kesenian kuda lumping milik sendiri. Desa Ambalkumolo

memiliki kuda lumping dengan nama grup Seni Budaya Binaraga. Semua

masyarakat menanggapi kesenian kuda lumping dengan baik dan mendukung

dengan adanya kesenian kuda lumping. Kesenian kuda lumping begitu dicintai

oleh mayarakat, buktinya sering digilir atau disuruh pentas dengan undangan

perorangan maupun dari undangan kelompok. Penghayatan dari Bapak Aan

seorang pegawai Sekolah saat wawancara pada 3 November 2015, sebagai

berikut.

Kutipan: “Kula inggih remen marang kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga, kula inggih sering nonton yen onten pertunjukan lan yen kula nganggur,mboten teng sekolahan. Kula ndukung sanget kaliyan kesenian kuda lumping wonten Ambalkumolo,amargi kula remen. Kula inggih nate nggilir nanggap kanggo acara khitanan anak kula”.

Page 12: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 58

Terjemahan :

“Saya ya suka dengan kesenian kuda lumping Seni Budaya

Binaraga,saya juga sering nonton kalau ada pertunjukan dan saya

tidak bekerja, tidak di sekolahan. Saya mendukung sekali dengan

kesenian kuda lumping di Ambalkumolo”.

c. Upaya Menjaga Kesenian Kuda Lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa

Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen Agar Tetap

Eksis

Cara menjaga kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga agar tetap

eksis yaitu dengan cara : (1) latihan dengan rutin, (2) membentuk grup, (3)

membentuk organisasi, (4) pementasan, pementasan dibagi menjadi dua yaitu

(a) pementasan latihan, dan (b) pementasan undangan/ ditanggap, dan (5)

peremajaan grup. Saat wawancara dengan Bapak Turija pada 20 Juli 2015,

sebagai berikut.

Kutipan: “Upayanipun inggih sering latian, lajeng ndamel grup,ndamel organisasi, pagelaran, pagelaran menika wonten kalih, yaiku pagelaran undangan lan pagelaran latian, lan wonten peremajaan grup utawi nganyari anggota”.

Terjemahan: “Upayanya yaitu sering latihan, kemudian membuat grup, membentuk

organisasi, pertunjukan, pertunjukan tersebut ada dua, yaitu pertunjukan undangan atau diundang dan pertunjukan latihan, dan ada peremajaan grup atau memperbaharui anggota”.

Simpulan

Hasil penelitian sebagai berikut; (1)Proses pertunjukan kesenian tradisional kuda

lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren,

Kabupaten Kebumen, 1) Pra Pertunjukan yang meliputi: (a) Membuat perencanaan

acara, (b) Membersihkan arena pertunjukan kuda lumping, (c) Mempersiapkan

berbagai sesaji, (d) Persiapan penari, (e) Obong Menyan (membakar Kemenyan), 2)

bentuk pertunjukan kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga, meliputi gerakan

membuat lingkaran besar untuk berdoa, gerakan lenggutan kepala, gerakan congklak,

gerakan nyirig membentuk lingkaran besar, gerakan thakuran, gerakan unton-unton,

Page 13: Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni

Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 59

gerakan kentrungan, gerakan nyirig, gerakan gebesan, gerakan sendi kaki, gerakan

sendi sampur, gerakan pancakgulu, gerakan teposan, dan 3) Pasca pertunjukan

ditutup dengan penyembuhan penari yang kesurupan atau ndadi. (2) Eksistensi

kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo meliputi: (a)

Sejarah berdirinya kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa

Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Kesenian kuda

lumping mulai terbentuk dari tahun 1971. Dipimpin oleh bapak Ngademo sebagai

ketua pertama, dari kepemimpinan bapak Ngademo organisasi kesenian kuda lumping

berjalan dengan baik. (b) Penghayatan Masyarakat Tentang Kesenian Kuda Lumping

grup Seni Budaya Binaraga Desa Ambalkumo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten

Kebumen. Penghayatan masyarakat tentang adanya kesenian kuda lumping di

Ambalkumolo sangat senang dan mendukung. Alasannya karena kesenian kuda

lumping dapat sebagai aset kebudayaan milik daerah sendiri. (c) Upaya Menjaga

Kesenian Kuda Lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa Ambalkumolo, Kecamatan

Buluspesantren, Kabupaten Kebumen Agar Tetap Eksis, meliputi: a) latihan dengan

rutin, b) membentuk grup, c) membentuk organisasi, d) pementasan, ada dua yaitu (1)

pementasan latihan,dan (2) pementasan undangan, dan e) peremajaan grup.

Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT

Rineka Cipta. Burhan, Bungin. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press. Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan Humaniora

Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusliana, Iyus. 1990. Pendidikan Seni Tari. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.