Upload
jayadi
View
234
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas mata kuliah pengetahuan
Citation preview
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, kata yang pantas terhaturkan kehadirat Allah SWT.
Karena berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nyalah sehingga Kami dapat
merampungkan makalah ini dengan sehat walafiat.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengetahuan
Lingkungan. Makalah ini menjelaskan secara umum mengenai kerusakan hutan,
masalah, dampak, dan permasalahannya dengan bahasa yang lebih mudah untuk
dicerna dan dipahami.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa dengan selesainya makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan di dalamnya. Olehnya itu, kami harap saran dan kritikan
kepada segenap pihak untuk lebih sempurnanya makalah ini.
30 November 2015
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I (PENDAHULUAN)................................................................................3
1. Latar Belakang.......................................................................................3
2. Rumusan Masalah..................................................................................4
3. Tujuan.....................................................................................................4
BAB II (PEMBAHASAN).................................................................................5
1. Hakikat Hutan.........................................................................................5
2. Peran Hutan terhadap Lingkungan.........................................................6
3. Penyebab Kerusakan Hutan....................................................................11
4. Akibat Kerusakan Hutan........................................................................13
5. Penanggulangan Kerusakan Hutan secara Umum..................................16
BAB III (PENUTUP).........................................................................................18
1. Kesimpulan.............................................................................................18
2. Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Hutan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada
Bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara yang
memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, cenderung kondisinya
semakin menurun. Hutan juga merupakan salah satu sumber daya alam yang
berperan dalam menjaga, mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dan
kesuburan tanah. Ketersediaan air dan kesuburan tanah merupakan urat nadi
kehidupan manusia.
Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keaneka-
ragaman hayati yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia setelah
Brazillia. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Planologi Kehutanan
RI tahun 2000 bahwa luas hutan Indonesia adalah 120,3 juta hektar atau 3,1% dari
luas hutan dunia (Suhendang, 2002). Seiring dengan berjalannya waktu dan
tingkat kebutuhan akan kayu semakin meningkat, mendorong masyarakat baik
secara individu maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak
memperhatikan kelestariannya. Eksploitasi hasil hutan tersebut biasanya
dilakukan secara ilegal seperti melakukan pembalakan liar, perambahan,
pencurian yang mengakibatkan kerusakan hutan di Indonesia tidak terkendali (laju
kerusakan hutan Indonesia 2,8 juta hektar per tahun). Akibatnya, kerusakan hutan
atau lingkungan tak terkendali tersebut mengakibatkan luas hutan semakin
menurun, lahan kritis semakin bertambah, dan sering terjadi bencana alam seperti
banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.
Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi pada hutan alam tetapi
juga telah terjadi pada hutan lindung. Padahal, hutan lindung memiliki fungsi
yang spesifik terutama berkaitan dengan ketersediaan air. Air merupakan sumber
kehidupan yang sangat penting terhadap keberlanjutan kehidupan bagi semua
mahluk hidup. Hal ini seperti telah tertuang dalam Undang-undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan yang menjelaskan bahwa hutan
3
lindung merupakan kawasan hutan karena keadaan sifat alamnya diperuntukkan
guna pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan
kesuburan tanah. Oleh karena itu, hutan lindung perlu perhatian yang serius dari
semua pihak agar kelestariannya tetap terjamin.
Kerusakan hutan yang terus terjadi telah mengakibatkan malapetaka dan
bencana yang menelan korban harta dan jiwa yang tidak sedikit, seperti musibah
kebakaran dan kekeringan pada musim kemarau, banjir dan tanah longsor pada
musim hujan dan lain sebagainya. Hal ini tertentu merupakan tantangan bagi
semua pihak untuk mencari akar permasalahan dan solusi pemecahannya.[1]
Tulisan ini merupakan sintesa dari berbagai pengetahuan tentang hutan,
kerusakan hutan secara umum, dan penanggulangannya yang dikumpulkan dari
berbagai sumber dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
para peneliti, pengambil kebijakan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi
para pencinta lingkungan dan kehutanan.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran hutan terhadap lingkungan kita?
2. Apa saja penyebab kerusakan hutan?
3. Bagaimana cara penanggulangan kerusakan hutan?
I.3. Tujuan
1. Mengetahui peranan hutan terhadap lingkungan.
2. Mengetahui penyebab-penyebab yang menyebabkan terjadinya kerusakan
hutan.
3. Mengetahui cara penanggulangan untuk mengatasi kerusakan hutan.
4
[1] Mohammad Ilmi Akbar. 2011. Kerusakan Hutan Mempengaruhi Lingkungan. Diakses dari http://komunitasarekips.blogspot.com/2011/11/makalah-kerusakan-hutan-mempengaruhi.html pada tanggal 29 November 2015, pukul 12:15 wita.
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Hakikat Hutan
Pada eksistensinya hutan merupakan subekosistem global yang menenpati
posisi penting sebagai paru-paru dunia (Zain, 1996). Senada dengan itu, Radon
(2009) menjelaskan hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat
oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat
di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida, habitat hewan, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek
biosfera Bumi yang paling penting.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa hutan merupakan bentuk kehidupan
yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis
maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di
pulau kecil maupun di benua besar. Orang awam mungkin memandang hutan
sebagai sekumpulan pohon kehijauan dengan beraneka jenis satwa dan tumbuhan
liar yang terkesan gelap, tak beraturan, dan jauh dari pusat peradaban dan bahkan
menganggapnya sebagai sesuatu yang menakutkan.
Namun, jika kita mengikuti pengertian hutan secara konsepsional yuridis
dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan. Menurut Undang-undang tersebut, hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Selain itu, jika dikaji dari sisi ilmu
kehutanan, hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan
atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon
sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi,
tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja.
Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak
berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Suatu
5
kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi
lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya.[2]
II.2. Peran Hutan terhadap Lingkungan
Hutan bukanlah warisan nenek moyang, tetapi pinjaman anak cucu kita
yang harus dilestarikan. Jika terjadi bencana, maka dipastikan biaya ‘recovery’
jauh lebih besar ketimbang melakukan pencegahan secara dini. Begitu pentingnya
fungsi hutan sehingga pada 21 Januari 2004 Presiden Megawati merasa perlu
mencanangkan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) yaitu
gerakan moral yang melibatkan semua komponen masyarakat bangsa untuk
memperbaiki kondisi hutan dan lahan kritis. Dengan harapan, agar lahan kritis itu
dapat berfungsi optimal, yang juga pada gilirannya bermanfaat bagi masyarakat
sendiri. Tujuan melibatkan komponen masyarakat, tentu saja, agar mereka
menyadari bahwa hutan dan lingkungan itu sangat penting dijaga kelestariannya.
Hutan memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan manusia diantaranya
sebagai berikut :
1. Pelestarian Plasma Nutfah
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan
di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan
industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi
Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus
dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan
keanekaragaman hayati. [3]
2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan
oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan, partikel
padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh
tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Partikel yang melayang-
6
[2][3] Mohammad Ilmi Akbar. 2011. Kerusakan Hutan Mempengaruhi Lingkungan. Diakses dari http://komunitasarekips.blogspot.com/2011/11/makalah-kerusakan-hutan-mempengaruhi.html pada tanggal 29 November 2015, pukul 12:15 wita.
layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap pada permukaan daun,
khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar
dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga
partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Dengan
demikian hutan menyaring udara menjadi lebih bersih dan sehat. [4]
3. Penyerap Partikel Timbal dan Debu Semen
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari
udara di daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70 % dari partikel timbal
di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor. Hutan dengan
kanekaragaman tumbuhan yang terkandung di dalamnya mempunyai
kemampuan menurunkan kandungan timbal dari udara.
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan,
karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen
yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. [5]
4. Peredam Kebisingan
Pohon dapat meredam suara dan menyerap kebisingan sampai 95%
dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting.
Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang
mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang. Berbagai jenis
tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat
mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal
dari bawah. [6]
5. Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam
melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi
akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan
organik seperti glumatin dan gula. Bahan an-organik yang diturunkan ke lantai
hutan dari tajuk melalui proses through fall dengan urutan K>Ca> Mg>Na
baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum.
7[4][5][6] Mohammad Ilmi Akbar. 2011. Kerusakan Hutan Mempengaruhi Lingkungan. Diakses dari http://komunitasarekips.blogspot.com/2011/11/makalah-kerusakan-hutan-mempengaruhi.html pada tanggal 29 November 2015, pukul 12:15 wita.
Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan
daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka
asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun
membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian adanya
proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu
dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya lagi
bagi lingkungan. pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi,
jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon. [7]
6. Penyerap Karbon-monoksida
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang
baik dalam menyerap gas. Tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap
gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104
ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja. [8]
7. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen
Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari
fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Cahaya matahari akan
dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik di hutan kota, hutan alami, tanaman
pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk
mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan
demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap
gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan
hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini
menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. [9]
8. Penahan Angin
Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang
berupa hutan kota. [10]
9. Penyerap dan Penapis Bau
8
[7][8][9][10] Mohammad Ilmi Akbar. 2011. Kerusakan Hutan Mempengaruhi Lingkungan. Diakses dari http://komunitasarekips.blogspot.com/2011/11/makalah-kerusakan-hutan-mempengaruhi.html pada tanggal 29 November 2015, pukul 12:15 wita.
Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau
permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat menyerap bau
secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak
dari sumber bau. [11]
10. Mengatasi Penggenangan
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis
tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis
tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah
daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata yang banyak pula. [12]
11. Mengatasi Intrusi Air Laut dan Abrasi
Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa
tahun terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalam
pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut
harus betul-betul diperhatikan. Upaya untuk mengatasi masalah ini yakni
membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman yang
mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.
Hutan berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran
ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan
demikian hutan selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat
berperan dalam proses pembentukan daratan. [13]
12. Produksi Terbatas
Hutan memiliki fungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon
mahoni di hutan kota Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan
harga Rp. 74 juta. Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau
buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga
masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi dan penghasilan masyarakat. [14]
13. Ameliorasi Iklim
9
[11][12][13][14] Mohammad Ilmi Akbar. 2011. Kerusakan Hutan Mempengaruhi Lingkungan. Diakses dari http://komunitasarekips.blogspot.com/2011/11/makalah-kerusakan-hutan-mempengaruhi.html pada tanggal 29 November 2015, pukul 12:15 wita.
Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan
adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu
udara di perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan
perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat
banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame,
menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam
hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik
(reradiasi) dari bumi. [15]
14. Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis
dengan kemampuan menyerap air yang besar maka kadar air tanah hutan akan
meningkat.
Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke
lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah dan hanya
sedikit yang menjadi air limpasan. Dengan demikian pelestarian hutan pada
daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat membantu
mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik. [16]
15. Penapis Cahaya Silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan
cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang
halus dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat
menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara.
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut
bergantung pada ukuran dan kerapatannya. [17]
16. Mengurangi Stress, Meningkatkan Pariwisata, dan Pencinta Alam
Kehidupan masyarakat di lingkungan hidup kota mempunyai
kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan
bermotor maupun industri. Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta
10
[15][16][17] Mohammad Ilmi Akbar. 2011. Kerusakan Hutan Mempengaruhi Lingkungan. Diakses dari http://komunitasarekips.blogspot.com/2011/11/makalah-kerusakan-hutan-mempengaruhi.html pada tanggal 29 November 2015, pukul 12:15 wita.
pengemudi dan pemakai jalan lainnya sering mempunyai temperamen yang
tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal dan karbon-monoksida. Oleh sebab itu
gejala stress (tekanan psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah
ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau
mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di kota. Hutan
kota juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas. [18]
II.3. Penyebab Kerusakan Hutan
1. Kebakaran Hutan
Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik
perdebatan, apakah karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun
berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama
kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau
permasalahan sebagai berikut:
Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-
pindah.
Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
ntuk insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan
pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar
hukum adat dan hukum positif negara.
Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan
hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran
karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan untuk perladangan
tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah mengikuti
aturan turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar mungkin terjadi karena
kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari penebang liar yang
memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk
pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal
11
[18] Mohammad Ilmi Akbar. 2011. Kerusakan Hutan Mempengaruhi Lingkungan. Diakses dari http://komunitasarekips.blogspot.com/2011/11/makalah-kerusakan-hutan-mempengaruhi.html pada tanggal 29 November 2015, pukul 12:15 wita.
yang cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan
pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah,
mudah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat kebakaran tidak hanya
terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan tanaman industri atau
perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi dan lahan lainnya.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik
antara para pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan
penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan,
hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan melalui
hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan
melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan yang telah mereka miliki
secara turun temurun. Disini kemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu
kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau berpartisipasi untuk
memadamkannya. [19]
2. Penebangan hutan secara sembarangan
Menebang hutan sembarangan akan menyebabkan hutan menjadi gundul.
Ditambah lagi akhir-akhir ini penebangan hutan liar semakin marak terjadi. [20]
3. Penegakan Hukum yang Lemah
Mantan Menteri Kehutanan Republik Indonesia M.S.Kaban SE.MSi
menyebutkan bahwa lemahnya penegakan hukum di Indonesia telah turut
memperparah kerusakan hutan Indonesia. Menurut Kaban penegakan hukum
barulah menjangkau para pelaku di lapangan saja. Biasanya mereka hanya
orang-orang upahan yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka
sehari-harinya. Mereka hanyalah suruhan dan bukan orang yang paling
bertanggungjawab. Orang yang menyuruh mereka dan paling
bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya
mempunyai modal yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa.
Kejahatan seperti ini sering juga melibatkan aparat pemerintahan yang
berwenang dan seharusnya menjadi benteng pertahanan untuk menjaga
kelestarian hutan seperti polisi kehutanan dan dinas kehutanan.
12
[19][20] Ade Irawan. 2011. Penyebaba, akibat, dan cara Penanggulangan Kerusakan Hutan. Diakses dari http://sangsurya-wahana.blogspot.com/2011/07/penyebab-akibat-dan-cara-penangulangan.html pada tanggal 29 november 2015, pukul 12:18 wita.
Keadaan ini sering menimbulkan tidak adanya koordinasi yang maksimal
baik diantara kepolisian, kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus
yang tidak dapat diungkap dan penegakan hukum menjadi sangat lemah. [21]
4. Mentalitas Manusia.
Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak yang memiliki
otonomi untuk menyusun blue print dalam perencanaan dan pengelolaan
hutan, baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun untuk anak cucunya.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena manusia sering menganggap dirinya
sebagai ciptaan yang lebih sempurna dari yang lainnya. Pemikiran
antrhroposentris seperti ini menjadikan manusia sebagai pusat. Bahkan posisi
seperti ini sering ditafsirkan memberi lisensi kepada manusia untuk
“menguasai” hutan. Karena manusia memposisikan dirinya sebagai pihak
yang dominan, maka keputusan dan tindakan yang dilaksanakanpun sering
lebih banyak di dominasi untuk kepentingan manusia dan sering hanya
memikirkan kepentingan sekarang daripada masa yang akan datang. Akhirnya
hutanpun dianggap hanya sebagai sumber penghasilan yang dapat
dimanfaatkan dengan sesuka hati. Masyarakat biasa melakukan pembukaan
hutan dengan berpindah-pindah dengan alasan akan dijadikan sebagai lahan
pertanian. Kalangan pengusaha menjadikan hutan sebagai lahan perkebunan
atau penambangan dengan alasan untuk pembangunan serta menampung
tenaga kerja yang akan mengurangi jumlah pengangguran. Tetapi semua itu
dilaksanakan dengan cara pengelolaan yang exploitative yang akhirnya
menimbulkan kerusakan hutan. Dalam struktur birokrasi pemerintahan
mentalitas demikian juga seakan-akan telah membuat aparat tidak serius untuk
menegakkan hukum dalam mengatasi kerusakan hutan bahkan terlibat di
dalamnya. [22]
II.4. Akibat Kerusakan Hutan
Kerusakan hutan akan menimbulkan beberapa dampak negatif yang besar
di bumi:
13
[21][22] Ade Irawan. 2011. Penyebaba, akibat, dan cara Penanggulangan Kerusakan Hutan. Diakses dari http://sangsurya-wahana.blogspot.com/2011/07/penyebab-akibat-dan-cara-penangulangan.html pada tanggal 29 november 2015, pukul 12:18 wita.
1. Efek Rumah Kaca (Green house effect).
Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorsi
gas Co2. Berkurangnya hutan dan meningkatnya pemakaian energi fosil
(minyak, batubara dll) akan menyebabkan kenaikan gas Co2 di atmosfer yang
menyelebungi bumi. Gas ini makin lama akan semakin banyak, yang akhirnya
membentuk satu lapisan yang mempunyai sifat seperti kaca yang mampu
meneruskan pancaran sinar matahari yang berupa energi cahaya ke permukaan
bumi, tetapi tidak dapat dilewati oleh pancaran energi panas dari permukaan
bumi. Akibatnya energi panas akan dipantulkan kembali kepermukaan bumi
oleh lapisan Co2 tersebut, sehingga terjadi pemanasan di permukaan bumi.
Inilah yang disebut efek rumah kaca. Keadaan ini menimbulkan kenaikan suhu
atau perubahan iklim bumi pada umumnya. Kalau ini berlangsung terus maka
suhu bumi akan semakin meningkat, sehingga gumpalan es di kutub utara dan
selatan akan mencair. Hal ini akhirnya akan berakibat naiknya permukaan air
laut, sehingga beberapa kota dan wilayah di pinggir pantai akan terbenam air,
sementara daerah yang kering karena kenaikan suhu akan menjadi semakin
kering. [23]
2. Kerusakan Lapisan Ozon
Lapisan Ozon (O3) yang menyelimuti bumi berfungsi menahan radiasi
sinar ultraviolet yang berbahaya bagi kehidupan di bumi. Di tengah-tengah
kerusakan hutan, meningkatnya zat-zat kimia di bumi akan dapat
menimbulkan rusaknya lapisan ozon. Kerusakan itu akan menimbulkan
lubang-lubang pada lapisan ozon yang makin lama dapat semakin bertambah
besar. Melalui lubang-lubang itu sinar ultraviolet akan menembus sampai ke
bumi, sehingga dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada tanaman-
tanaman di bumi. [24]
3. Kepunahan Species
Hutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di dalamnya.
Dengan rusaknya hutan sudah pasti keanekaragaman ini tidak lagi dapat
dipertahankan bahkan akan mengalami kepunahan. Dalam peringatan Hari
14
[23][24] Ade Irawan. 2011. Penyebaba, akibat, dan cara Penanggulangan Kerusakan Hutan. Diakses dari http://sangsurya-wahana.blogspot.com/2011/07/penyebab-akibat-dan-cara-penangulangan.html pada tanggal 29 november 2015, pukul 12:18 wita.
Keragaman Hayati Sedunia dua tahun yang lalu Departemen Kehutanan
mengumumkan bahwa setiap harinya Indonesia kehilangan satu species
(punah) dan kehilangan hampir 70% habitat alami pada sepuluh tahun terakhir
ini. [25]
4. Merugikan Keuangan Negara.
Sebenarnya bila pemerintah mau mengelola hutan dengan lebih baik, jujur
dan adil, pendapatan dari sektor kehutanan sangat besar. Tetapi yang terjadi
adalah sebaliknya. Misalnya tahun 2003 jumlah produksi kayu bulat yang
legal (ada ijinnya) adalah sebesar 12 juta m3/tahun. Padahal kebutuhan
konsumsi kayu keseluruhan sebanyak 98 juta m3/tahun. Data ini menunjukkan
terdapat kesenjangan antara pasokan dan permintaan kayu bulat sebesar 86
juta m3. Kesenjangan teramat besar ini dipenuhi dari pencurian kayu (illegal
loging). Dari praktek tersebut diperkirakan kerugian yang dialami Indonesia
mencapai Rp.30 trilyun/tahun. Hal inilah yang menyebabkan pendapatan
sektor kehutanan dianggap masih kecil yang akhirnya mempengaruhi
pengembangan program pemerintah untuk masyarakat Indonesia. [26]
5. Banjir.
Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini,
disebutkan bahwa salah satu akar penyebabnya adalah karena rusaknya hutan
yang berfungsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air (catchment area).
Hutan yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di waktu musim hujan dan
menjamin ketersediaan air di waktu musim kemarau, akibat kerusakan hutan
makin hari makin berkurang luasnya. Tempat-tempat untuk meresapnya air
hujan (infiltrasi) sangat berkurang, sehingga air hujan yang mengalir di
permukaan tanah jumlahnya semakin besar dan mengerosi daerah yang
dilaluinya. Limpahannya akan menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga
menyebabkan banjir.
Bencana banjir dapat akan semakin bertambah dan akan berulang apabila
hutan semakin mengalami kerusakan yang parah. Tidak hanya akan
15
[25][26] Ade Irawan. 2011. Penyebaba, akibat, dan cara Penanggulangan Kerusakan Hutan. Diakses dari http://sangsurya-wahana.blogspot.com/2011/07/penyebab-akibat-dan-cara-penangulangan.html pada tanggal 29 november 2015, pukul 12:18 wita.
menimbulkan kerugian materi, tetapi nyawa manusia akan menjadi
taruhannya. Banjir di Jawatimur dan Jawa tengah adalah contoh nyata. [27]
II.5. Penanggulangan Kerusakan Hutan secara Umum
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah sebagai penentu
kebijakan harus segera melakukan pemulihan terhadap kerusakan hutan harus
untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah. Untuk melaksanakan
pemulihan terhadap kerusakan hutan yang telah terjadi, pemerintah dengan
mengajak seluruh lapisan masyarakat, dari kalangan individu, kelompok maupun
organisasi perlu secara serentak mengadakan reboisasi hutan dalam rangka
penghijauan hutan kembali sehingga pada 10 - 15 tahun ke depan kondisi hutan
Indonesia dapat kembali seperti sedia kala. Pelaksanaan penghijauan tersebut
harus lebih mengaktifkan masyarakat lokal (masyarakat yang berada di sekitar
hutan) untuk secara sadar dan spontan turut menjaga kelestarian hutan tersebut.
Langkah kedua, pemerintah harus menerapkan cara-cara baru dalam
penanganan kerusakan hutan. Pemerintah mengikutsertakan peran serta
masyarakat terutama peningkatan pelestarian dan pemanfaatan hutan alam berupa
upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan latihan
serta rekayasa kehutanan.
Langkah ketiga adalah pencegahan dan peringanan. Pencegahan di sini
dimaksud kegiatan penyuluhan / penerangan kepada masyarakat lokal akan
penting menjaga fungsi dan manfaat hutan agar dapat membantu dalam menjaga
kelestarian hutan dan penegakan hukum yang tegas oleh aparat penegak hukum,
POLRI yang dibantu oleh POL HUT dalam melaksanakan penyelidikan terhadap
para oknum pemerintahan daerah atau desa yang menyalahgunakan wewenang
untuk memperdagangkan kayu pada hutan lindung serta menangkap dan
melakukan penyidikan secara tuntas terhadap para cukong - cukong kayu yang
merugikan negara trilyunan rupiah setiap tahunnya. Peringanan yang dimaksud di
sini adalah pemerintah harus melaksanakan analisa terhadap pelaksanaan
peraturan tersebut di dalam masyarakat. Bila ditemukan hal - hal yang tidak cocok
16
[27] Ade Irawan. 2011. Penyebaba, akibat, dan cara Penanggulangan Kerusakan Hutan. Diakses dari http://sangsurya-wahana.blogspot.com/2011/07/penyebab-akibat-dan-cara-penangulangan.html pada tanggal 29 november 2015, pukul 12:18 wita.
bagi masyarakat sebaiknya pemerintah mengadakan revisi terhadap undang -
undang tersebut sepanjang tujuan awal pembuatan undang - undang itu tidak
dilanggar.
Langkah terkahir adalah adanya kesiapsiagaan yang berlangsung selama
24 jam terhadap penjagaan terhadap kelestarian hutan ini. Pemerintah harus
melaksanakan pengawasan dan pengendalian secara rutin dan situasional terhadap
segala hal yang berkaitan adanya informasi kerusakan hutan yang didapatkan
melalui media massa cetak maupun elektronik ataupun informasi yang berasal
dari masyarakat sendiri. Pemerintah harus melakukannya secara kontinyu dan
terus - menerus sehingga kalaupun ada kerusakan hutan yang dilakukan oleh
oknum tertentu dapat segera diambil langkah yang tepat serta dapat mengurangi
akibat bencana/ disaster yang akan ditimbulkan kemudian. [28]
17
[28] Michael Norman. 2012. Penanggulangan Masalah Kerusakan Hutan di Indonesia. Diakses dari http://michaelnorman.blogspot.com/2012/04/penanggulangan-masalah-kerusakan-hutan.html pada tanggal 29 november 2015, pukul 12:20 wita.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
1. Peranan hutan terhadap lingkungan yaitu Pelestarian Plasma Nutfah, Penahan
dan Penyaring Partikel Padat dari Udara, Penyerap Partikel Timbal dan Debu
Semen, Peredam Kebisingan, Mengurangi Bahaya Hujan Asam, Penyerap
Karbon-monoksida, Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen,
Penahan Angin, Penyerap dan Penapis Bau, Mengatasi Penggenangan,
Mengatasi Intrusi Air Laut dan Abrasi, Produksi Terbatas, Ameliorasi Iklim,
Pelestarian Air Tanah, Penapis Cahaya Silau, Mengurangi Stress,
Meningkatkan Pariwisata, dan Pencinta Alam
2. Penyebab-penyebab yang menyebabkan terjadinya kerusakan hutan yaitu
Kebakaran Hutan, Penebangan hutan secara sembarangan, Penegakan Hukum
yang Lemah, Mentalitas Manusia.
3. Langkah-langkah penanggulangan untuk mengatasi kerusakan hutan secara
umum yaitu:
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah sebagai penentu
kebijakan harus segera melakukan pemulihan terhadap kerusakan hutan
harus untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah.
Langkah kedua, pemerintah harus menerapkan cara-cara baru dalam
penanganan kerusakan hutan.
Langkah ketiga adalah pencegahan dan peringanan.
Langkah terkahir adalah adanya kesiapsiagaan yang berlangsung selama
24 jam terhadap penjagaan terhadap kelestarian hutan ini.
III.2. Saran
1. Peranan pemerintah untuk menjaga keletarian dan pemanfaatan hutan dengan
baik sangat penting. Pemerintah harus memiliki:
18
Keahlian, kemampuan dan keterampilan teknis kerja yang bagus untuk
bisa mengelola hutan Indonesia secara tepat dan benar
Mempunyai sikap mental yang positif terhadap kelestarian hutan, bukan
untuk kepentingan pribadi atau golongan
Berdisiplin yang tinggi dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap tugas
yang dibebankan kepadanya
2. Selain pemerintah masyarakat juga harus ikut berpartisipasi menjaga
keletarian dan pemanfaatan hutan dengan cara mendukung dan melaksanakan
berbagai kebijakan pemerintah untuk kelestarian hutan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Ilmi Akbar. 2011. Kerusakan Hutan Mempengaruhi Lingkungan.
Diakses dari http://komunitasarekips.blogspot.com/2011/11/makalah-
kerusakan-hutan-mempengaruhi.html pada tanggal 29 November 2015,
pukul 12:15 wita.
Ade Irawan. 2011. Penyebab, akibat, dan cara Penanggulangan Kerusakan
Hutan. Diakses dari
http://sangsurya-wahana.blogspot.com/2011/07/penyebab-akibat-dan-cara-
penangulangan.html pada tanggal 29 november 2015, pukul 12:18 wita.
Michael Norman. 2012. Penanggulangan Masalah Kerusakan Hutan di
Indonesia. Diakses dari
http://michaelnorman.blogspot.com/2012/04/penanggulangan-masalah-
kerusakan-hutan.html pada tanggal 29 november 2015, pukul 12:20 wita.
20