32
UNIVERSITAS INDONESIA MAKALAH PENGGANTI UJIAN TENGAH SEMESTER KAPITA SELEKTA HUKUM ACARA PERDATA ANALISIS KASUS GUDANG GARAM V. GUDANG BARU PUTUSAN NOMOR 04/HAKI - MEREK/PN.NIAGA.SBY DAN PERBANDINGANNYA DENGAN KASUS ADIDAS SG V. & ANOTHER V PEPKOR RETAIL LIMITED (187/12) [2013] ZASCA 3 Disusun oleh: Indah Retnowati 1206255141

Makalah Kapsel Haper

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah yang disusun untuk memnuhi tugas pengganti ujian tengah semester Kapita Selekta Hukum Acara Perdata dengan topik Hak atas Kekayaan Intelektual. Kasus yang diangkat adalah mengenai sengketa hak merek antara PT Gudang Garam Tbk dengan PT Gudang Baru.

Citation preview

Page 1: Makalah Kapsel Haper

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH PENGGANTI UJIAN TENGAH SEMESTERKAPITA SELEKTA HUKUM ACARA PERDATA

ANALISIS KASUS GUDANG GARAM V. GUDANG BARUPUTUSAN NOMOR 04/HAKI - MEREK/PN.NIAGA.SBY

DAN PERBANDINGANNYA DENGAN KASUS ADIDAS SG V. & ANOTHER V PEPKOR RETAIL LIMITED (187/12) [2013] ZASCA 3

Disusun oleh:Indah Retnowati 1206255141

UNIVERSITAS INDONESIADEPOK

2014

Page 2: Makalah Kapsel Haper

DAFTAR ISI

Daftar Isi.......................................................................................................................2Pendahuluan.................................................................................................................3Pokok Permasalahan...................................................................................................5Kasus Posisi..................................................................................................................6Analisis Putusan...........................................................................................................8Penutup.......................................................................................................................18Daftar Pustaka...........................................................................................................22

Page 3: Makalah Kapsel Haper

A. Pendahuluan

Negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum

(Rechtstaat) dalam arti negara pengurus (Verzorgingsstaat) sebagaimana

tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.1

Dengan adanya fungsi negara sebagai pengurus tersebut, campur

tangan negara dalam mengurusi kesejahteraan rakyat dalam bidang hukum,

sosial, politik, ekonomi, budaya, lingkungan hidup, serta pertahanan dan

keamanan tak dapat dihindarkan.2

Negara selayaknya juga turut campur dalam berbagai bidang

kehidupan masyarakatnya demi mewujudkan kesejahteraan rakyatnya,

termasuk dalam bidang hukum perdata. Meskipun bidang hukum perdata

adalah bidang hukum antarpribadi hukum satu dan lainnya, akan tetapi

campur tangan negara tetap diperlukan.

Salah satunya adalah terkait hukum tentang hak kekayaan intelektual

(HaKI). Perjanjian internasional tentang Aspek-Aspek Perdagangan dari

HaKI (the TRIP’s Agreement), tidak memberikan definisi mengenai HaKI,

tetapi pasal 1.2 menyatakan bahwa HaKI terdiri dari:

1. hak cipta dan hak terkait;

2. merek dagang;

3. indikasi geografis;

4. desain industri;

5. paten;

6. tata letak (topografi) sirkuit terpadu;

7. perlindungan informasi rahasia;

8. kontrol terhadap praktek persaingan usaha tidak sehat dalam

perjanjian lisensi.3

1 Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-Undangan, cet. 5, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm. 12 Ibid3 Tim Lindsey, Et al., Ed. , Hak Kekayaan Intelektual, cet. 7, (Bandung: Alumni, 2013), hlm. 3

Page 4: Makalah Kapsel Haper

Dari jenis-jenis HaKI sebagaimana disebutkan di atas, dapat

disimpulkan bahwa HaKI pada umumnya berhubungan dengan perlindungan

penerapan ide dan informasi yang memiliki nilai komersial. Bahkan HaKI

sebagai kekayaan pribadi dapat dimiliki dan diperlakukan sama dengan

bentuk kekayaan lainnya.4

Kekayaan intelektual ini juga perlu dilindungi oleh negara sebagai

bentuk implementasi dari fungsi negara selaku penyelenggara pemerintahan

dan pengurus kebutuhan rakyatnya demi mewujudkan kesejahteraan umum.

Perlindungan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap HaKI

terwujud dalam berbagai peraturan perundangan-undangan. Adapun hal-hal

yang diakui sebagai HaKI adalah sebagai berikut:

1. hak cipta;

2. paten;

3. desain industri;

4. merek;

5. rahasia dagang;

6. desain tata letak sirkuit terpadu dan varietas tanaman;

7. rekayasa genetika;

8. internet dan domain names.5

Justifikasi perlindungan terhadap HaKI ini adalah bahwa seseorang

yang telah mengeluarkan usaha ke dalam penciptaan memiliki sebuah hak

alami untuk memiliki dan mengontrol apa yang telah mereka ciptakan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Deklarasi Hak Asasi Manusia se-

Dunia, setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan (untuk

kepentingan moral dan materi) yang diperoleh dari ciptaan ilmiah,

kesusasteraan, atau artistik dalam hal dia sebagai pencipta.6

Di sisi lain, kritik terhadap HaKI pun bermunculan dengan berbagai

argumentasinya, antara lain terkait dampaknya terhadap harga apabila hak

cipta diterapkan secara efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi akses

4 Ibid5 Ibid, hlm. 6-126 Ibid, hlm. 13

Page 5: Makalah Kapsel Haper

terhadap informasi. Masalah harga juga dikhawatirkan akan membahayakan

kepentingan warga negara Indonesia yang tingkat daya belinya umumnya

masih rendah. Juga berkembang argumentasi bahwa HaKI adalah hak

monopoli karena adanya pemberian kepada produser kontrol yang tidak

terbatas atas ide dan invensi.7

Kedua ide yang saling bertentangan tersebut harus diseimbangkan

karena jika perlindungan terlalu sedikit, investasi terhadap ciptaan dan

invensi tidak akan berlangsung. Sementara di sisi lain, terlalu banyak

perlindungan dapat mengakibatkan materi yang bermnfaat itu disimpan

sedemikian rapat dan jadi sumber keuntungan yang monopolistik. Hal ini

akan mengakibatkan penyebaran ide, informasi, dan teknologi mungkin tidak

akan berlangsung.8

Pemerintah sebagai pihak yang berwenang dalam hal ini berhak turut

campur dalam permasalahan ini, walaupun perkara HaKI sesungguhnya

termasuk ke dalam bidang hukum perdata.

Hal ini dikarenakan dalam kehidupan bermasyarakat, tiap individu

memiliki kepentingan yang berbeda dan adakalanya saling bertentangan.

Demi menjaga ketertiban itulah, diciptakan kaidah-kaidah hukum untuk

melindungi hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata (hukum perdata

materiil) serta cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban perdata tersebut (hukum perdata formil). Yang terakhir ini disebut

juga hukum acara perdata dan merupakan hal yang akan dibahas dalam

makalah ini.

B. Pokok Permasalahan

1. Bagaimanakah proses tuntutan dalam perkara HaKI secara umum?

2. Bagaimanakah proses gugatan pembatalan/penghapusan dan gugatan

ganti rugi dalam perkara terkait hak merek?

7 Ibid, hlm. 168 Ibid, hlm. 18-19

Page 6: Makalah Kapsel Haper

3. Bagaimanakah kesesuaian proses beracara dalam putusan nomor

04/HAKI–Merk/2013/PN.Niaga.SBY dengan kaidah hukum acara

perdata?

4. Bagaimanakah proses beracara dalam perkara sejenis (kasus Adidas AG &

another v Pepkor Retail Limited (187/12) [2013] ZASCA 3 (28 February

2013) di Afrika Selatan?

C. Kasus Posisi

Penggugat dalam perkara ini adalah P.T. GUDANG GARAM, TBK,

berkedudukan di Jalan Semampir II/I, Kediri – Jawa Timur. Terguggat dalam

perkara ini adalah H. ALI KHOSIN, SE., selaku PR. JAYA MAKMUR,

beralamat di Jalan Probolinggo Nomor 162 Kelurahan Panarukan, Kepanjen,

Malang, Jawa Timur. Turut Tergugat dalam perkara ini adalah

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA CQ. KEMENTERIAN

HUKUM DAN HAM CQ. DIREKTORAT JENDERAL HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL CQ. DIREKTORAT MEREK.

Penggugat adalah pemilik dan pemegang hak atas logo Merek Gudang

Garam dan variannya yang telah terdaftar di Indonesia Indonesia sebanyak

sedikitnya 79 nomor pendaftaran di beberapa kelas barang dan jasa terutama

kelas 34 untuk melindungi jenis-jenis barang: sigaret kretek. Merek-merek

Gudang Garam dan variannya milik klien kami tersebut telah terdaftar di

Indonesia sejak tahun:

1. 1979 sebagaimana logo dan merek Tjap Gudang Garam (14

sigaret kretek) yang diperpanjang dengan nomor pendaftaran

IDM000344489, tanggal 6 Januari 2012.

2. 1979, sebagaimana logo dan merek Tjap Gudang Garam (10

sigaret kretek) yang diperpanjang dengan nomor pendaftaran

IDM000384516.

3. 1979, sebagaimana logo dan merek Tjap Gudang Garam (20

sigaret kretek) yang diperpanjang dengan nomor pendaftaran

IDM000344493, tanggal 6 Januari 2012.

Page 7: Makalah Kapsel Haper

4. Tahun 1994, sebagaimana logo dan merek Gudang Garam King

Size, yang diperbaharui dalam daftar umum dengan nomor

IDM000014007, tanggal 09 Agustus 2004.

Bahwa selain terdaftar di Indonesia, merek penggugat juga terdaftar di

berbagai negara lainnya. Merek Gudang Garam selain sebagai Merek Dagang

juga merupakan nama badan hukum penggugat. Merek Gudang Garam telah

menjadi merek terkenal dan populer baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Kemudian diketahui oleh Penggugat, dalam Daftar Umum Merek Direktorat

Jenderal HKI telah terdaftar Merek Gudang Baru + Lukisan atas nama

Tergugat dengan Nomor Registrasi IDM000032226 tanggal pendaftaran 21

Maret 2005 dan Nomor Registrasi IDM000042757 tanggal pendaftaran 14

Juli 2005 untuk jenis barang di kelas 34 yaitu: sigaret kretek. Penggugat

keberatan karena merek Gudang Baru sebagaimana disebutkan di atas

memiliki persamaan pada pokoknya (terlihat dari bentuk dan komposisi

huruf, gaya penulisan, ejaan, bunyi ucapan, komposisi warna dan cara

peletakan gambar/lukisan) juga sama/sejenis dengan jenis barang yang

dimiliki oleh Merek Gudang Garam sehingga Merek Gudang Baru + Lukisan

tersebut tentunya akan memperdaya konsumen dan memberi kesan yang

sama dengan merek Gudang Garam milik Penggugat yang telah terdaftar

dalam Daftar Umum Merek Ditjen HKI Nomor Registrasi IDM000384516,

IDM00034489, IDM000344493, dan IDM000014007.

Pendaftaran Merek Gudang Baru + Lukisan tersebut jelas telah

diajukan oleh Tergugat dengan itikad tidak baik bermaksud untuk

membonceng keterkenalan Merek Gudang Garam milik Penggugat yang telah

dibangun dengan susah payah. Gugatan Penggugat didasarkan pada ketentuan

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang dengan

tegas menyebutkan, “Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang

diajukan Pemohon yang beritikad tidak baik,” dan berdasarkan Pasal 68

Undang Undang Nomor 15 Tahun 2001, merek Gudang Baru + Lukisan atas

nama Tergugat harus dibatalkan. Berdasarkan Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (1)

butir a dan b, Gugatan Penggugat juga didasarkan pada ketentuan dalam

Page 8: Makalah Kapsel Haper

Pasal 6 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 pemohonan

Merek Tergugat harus ditolak oleh Direktorat Jenderal. Turut Tergugat

diikutsertakan agar dapat segera melaksanakan putusan Majelis Hakim.

D. Analisis Putusan

1. Proses Tuntutan dalam Perkara Haki Secara Umum

Proses tuntutan dalam perkara HaKI secara umum adalah sebagai

berikut:

a. Tuntutan dapat dilakukan secara perdata dengan mengajukan

gugatan atau secara pidana dengan mengadukan pada polisi di

mana pidana itu dilakukan.

b. Secara jalur perdata, pemilik atau pemegang HaKI dapat

mengajukan gugatan perdata pada Pengadilan Niaga pada

Pengadilan Negeri kemudian apabila permohonan ditolak,

dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.

c. Secara jalur pidana, pemilik atau pemegang HaKI dapat

mengadukan tindak pidana bersangkutan kepada polisi atau

penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) yang akan melakukan

proses penyidikan terlebih dahulu kemudian perkara

dilimpahkan ke penuntut umum yang akan menuntut tersangka

pelaku tindak pidana ke Pengadilan Negeri kemudian apabila

ditolak mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi, kemudian

mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung sebagaimana

prosedur beracara pidana yang berlaku.

d. Dalam perkara HaKI dikenal adanya penetapan sementara

pengadilan. Ini merupakan suatu hal yang baru dalam Undang-

Undang tentang Desain Industri, Paten, Merek, dan Hak Cipta.

Seseorang yang merasa bahwa haknya dilanggar, dapat

meminta Pengadilan untuk memberikan penetapan yang

melarang produk yang memakai Desain Industri tersebut

memasuki jalur pemasaran. Penetapan tersebut dikeluarkan

oleh Pengadilan sebelum masuknya perkara ke Pengadilan,

Page 9: Makalah Kapsel Haper

dan berlaku selamat 30 (tiga puluh) hari, dan apabila tidak

terbukti terjadi pelanggaran HaKI, yang merasa dirugikan

dapat menuntut ganti rugi.

2. Proses Gugatan Pembatalan/Penghapusan dan Gugatan Ganti Rugi dalam

Perkara Terkait Hak Merek

Prosedur beracara terkait perkara hak merek diatur dalam Bab XI

Penyelesaian Sengketa pasal 76 sampai 84 Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek. Bab ini terdiri dari empat bagian, yakni

Gugatan atas Pelanggaran Merek, Tata Cara Gugatan pada Pengadilan

Niaga, Kasasi, dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Ketentuan lain terkait prosedur beracara perkara hak merek juga

terdapat dalam Bab XII tentang Penetapan Sementara Pengadilan dan Bab

XIII tentang Penyidikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek. Berlaku pula ketentuan beracara pada umumnya yakni pada

KUHAP untuk gugatan pidana dan RIB/HIR untuk gugatan perdata.

Menurut Bagian Pertama Gugatan atas Pelanggaran Merek Bab XI

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, prosedur

mengajukan gugatan atas pelanggaran merek adalah sebagai berikut:

Pasal 76

(1) Pemilik Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap

pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang

mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk

barang atau jasa yang sejenis berupa:

a. gugatan ganti rugi, dan/atau

b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan

penggunaan Merek tersebut

(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada

Pengadilan Niaga.

Pasal 77

Page 10: Makalah Kapsel Haper

Gugatan atas pelanggaran Merek sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 76 dapat diajukan oleh penerima Lisensi Merek terdaftar

baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan pemilik Merek

yang bersangkutan.

Pasal 78

(1) Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah kerugian

yang lebih besar, atas permohonan pemilik Merek atau penerima

Lisensi selaku penggugat, hakim dapat memerintahkan tergugat

untuk menghentikan produksi, peredaran dan/atau perdagangan

barang atau jasa yang menggunakan Merek tersebut secara tanpa

baik.

(2) Dalam hal tergugat dituntut juga menyerahkan barang yang

menggunakan Merek secara tanpa hak, hakim dapat

memerintahkan bahwa penyerahan barang atau nilai barang

tersebut dilaksanakan setelah putusan pengadilan mempunyai

kekuatan hukum tetap.

Pasal 79

Terhadap putusan Pengadilan Niaga hanya dapat diajukan

kasasi.9

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gugatan atas

pelanggaran hak merek diajukan oleh pihak yang memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. pemilik merek terdaftar,

b. penerima Lisensi Merek terdaftar secara sendiri,

c. penerima Lisensi Merek terdaftar bersama-sama dengan

pemilik Merek yang bersangkutan,

9 Indonesia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, LN Tahun 2001 Nomor 110, TLN 4131, ps. 76-80

Page 11: Makalah Kapsel Haper

kepada Pengadilan Niaga apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

a. terdapat pihak lain,

b. secara tanpa hak,

c. menggunakan Merek,

d. mempunyai persamaan pada pokoknya, atau

e. mempunyai persamaan keseluruhannya.

Adapun gugatan tersebut dapat berupa:

a. gugatan ganti rugi, dan/atau

b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan

penggunaan Merek tersebut.

Dalam proses pemeriksaan, atas permohonan penggugat, hakim

dapat memerintahkan tergugat untuk menghentikan produksi, peredaran

dan/atau perdagangan barang atau jasa yang menggunakan Merek

tersebut secara tanpa baik untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

Mekanisme ini disebut sebagai Penetapan Sementara Pengadilan yang

diatur dalam Bab XII Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek.

Kemudian apabila tergugat juga dituntut untuk menyerahkan

barang yang menggunakan Merek secara tanpa hak, hakim dapat

memerintahkan bahwa penyerahan barang atau nilai barang tersebut

dilaksanakan setelah putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum

tetap. Keputusan Pengadilan Niaga ini hanya dapat diajukan kasasi, tanpa

melalui tahap banding.

c. Kesesuaian Proses Beracara dalam Putusan Nomor

04/HAKI–Merk/2013/PN.Niaga.SBY dengan Kaidah Hukum Acara

Perdata

Dalam perkara dengan nomor putusan

04/HAKI–Merk/2013/PN.Niaga.SBY, prosedur beracara yang dilakukan

Page 12: Makalah Kapsel Haper

dalam beberapa hal sudah Kaidah Hukum Acara Perdata dan dalam

beberapa hal lainnya tidak sesuai.

Hal ini dapat ditelaah satu persatu, dimulai dari berwenang

tidaknya penggugat untuk mengajukan gugatan ini. Adapun, agar dapat

menjadi penggugat yang mengajukan gugatan atas pelanggaran hak

merek, pihak yang bersangkutan haruslah memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. pemilik merek terdaftar,

b. penerima Lisensi Merek terdaftar secara sendiri,

c. penerima Lisensi Merek terdaftar bersama-sama dengan

pemilik Merek yang bersangkutan,

Pada kasus, penggugat adalah P.T. GUDANG GARAM, TBK,

berkedudukan di Jalan Semampir II/I, Kediri – Jawa Timur yang mana

merupakan badan hukum yang memiliki merek terdaftar Gudang Garam

yang telah terdaftar dalam Daftar Umum Merek Ditjen HKI Nomor

Registrasi IDM000384516, IDM00034489, IDM000344493, dan

IDM000014007.

Kemudian prosedur berikutnya adalah bahwa gugatan diajukan

pada Pengadilan Niaga sebagaimana dinyatakan pula padda putusan

nomor 04/HAKI-Merk/PN.Niaga.SBY.

Gugatan ini juga telah diajukan sesuai dengan persyaratan sebagai

berikut:

a. terdapat pihak lain,

b. secara tanpa hak,

c. menggunakan Merek,

d. mempunyai persamaan pada pokoknya, atau

e. mempunyai persamaan keseluruhannya.

Pada kasus, adanya pihak lain ini terlihat pada PR Jaya Makmur

yang dalam kasus ini diwakili oleh direktur utamanya, H. Ali Khosin,

S.E. Pihak lain ini telah secara tanpa hak, yang dibuktikan dengan

ketiadaan legitimasi hak yang dimiliki oleh pihak yang bersangkutan

Page 13: Makalah Kapsel Haper

untuk menggunakan merek, yang dalam hal ini adalah merek Gudang

Baru, yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya,

yakni terlihat dari bentuk dan komposisi huruf, gaya penulisan, ejaan,

bunyi ucapan, komposisi warna dan cara peletakan gambar/lukisan,

dengan Merek Gudang Garam yang telah terdaftar dalam Daftar Umum

Merek Ditjen HKI Nomor Registrasi IDM000384516, IDM00034489,

IDM000344493, dan IDM000014007.

Persamaan pada pokok atau keseluruhannya ini salah satu

contohnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Perbandingan Merek Gudang Baru dan Gudang Garam

Adapun menurut pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek, gugatan tersebut dapat berupa:

a. gugatan ganti rugi, dan/atau

b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan

penggunaan Merek tersebut

Namun pada kasus, gugatan yang diajukan oleh PT. Gudang

Garam, Tbk. bukanlah terkait ganti rugi maupun penghentian semua

perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut melainkan

sebagai berikut:

Page 14: Makalah Kapsel Haper

a. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

b. Menyatakan bahwa Merek Gudang Garam milik Penggugat

adalah Merek Terkenal;

c. Menyatakan merek Gudang Baru + Lukisan atas nama

Tergugat yang terdaftar dalam Nomor Registrasi

IDM000032226 tanggal pendaftaran 21 Maret 2005 dan

Nomor IDM000042757 tanggal 14 Juli 2005 untuk jenis

barang di kelas 34 mempunyai persamaan pada pokoknya

dengan merek Gudang Garam milik Penggugat;

d. Menyatakan Tergugat terbukti telah mendaftarkan merek

Gudang Baru + Lukisan dengan itikad tidak baik karena ingin

membonceng ketenaran Merek Gudang Garam milik

Penggugat yang sudah terkenal;

e. Membatalkan pendaftaran merek Gudang Baru milik Tergugat

Nomor Registrasi IDM000032226 tanggal pendaftaran 21

Maret 2005 dan Nomor IDM000042757 tanggal 14 Juli 2005

untuk jenis barang di kelas 34 dari Daftar Umum Merek

Direktorat Jenderal HaKI dengan segala akibat hukumnya;

f. Memerintahkan Turut Tergugat untuk segera mencoret

pendaftaran Merek Gudang Baru + Lukisan atas nama

Tergugat yang terdaftar dengan Nomor Registrasi

IDM000032226 tanggal pendaftaran 21 Maret 2005 dan

Nomor IDM000042757 tanggal pendaftaran 14 Juli 2005

untuk jenis barang di kelas 34 dari dalam Daftar Umum Merek

Direktorat Jenderal HaKI;

Dari gugatan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan penggugat

dalam perkara ini bukanlah untuk memperoleh ganti rugi, melainkan

untuk memperoleh pengakuan bahwa pihak penggugatlah yang benar dan

bahwa pihak tergugatlah yang salah. Hal ini ditunjukkan dari gugatan

untuk menyatakan bahwa merek Gudang Garam adalah merek terkenal

dan bahwa merek Gudang Baru memiliki persamaan pada pokoknya atau

Page 15: Makalah Kapsel Haper

keseluruhannya dengan merek Gudang Garam sehingga ternyata bahwa

merek Gudang Baru tersebut didaftarkan dengan itikad tidak baik dan

pendaftaran merek Gudang Baru + Lukisan atas nama Tergugat yang

terdaftar dengan Nomor Registrasi IDM000032226 tanggal pendaftaran

21 Maret 2005 dan Nomor IDM000042757 tanggal pendaftaran 14 Juli

2005 untuk jenis barang di kelas 34 seharusnya dicoret dari dalam Daftar

Umum Merek Direktorat Jenderal HaKI.

Apabila tujuannya adalah pada pencoretan merek Gudang Baru

dari Daftar Umum Merek Direktorat Jenderal HaKI, maka gugatan ini

terlepas dari perihal HaKI, seharusnya lebih tepat jika diajukan pada

Pengadilan Tata Usaha Negara dengan objek gugatan Surat Keputusan

yang dikeluarkan oleh Ditjen HaKI dan tunduk pada hukum acara

peradilan tata usaha negara bukannya diajukan ke Pengadilan Niaga

dengan tergugat direktur utama PR. Jaya Makmur sebagaimana terjadi

dalam kasus.

Dengan demikian, menurut saya gugatan ini sebenarnya kurang

tepat untuk diajukan pada Pengadilan Niaga, mengingat tidak sesuainya

substansi gugatan penggugat dengan substansi gugatan yang telah

ditentukan dalam pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya.

d. Proses Beracara dalam Perkara Sejenis (Kasus Adidas AG & another v

Pepkor Retail Limited (187/12) [2013] ZASCA 3 (28 February 2013) Di

Afrika Selatan

Sebagai perbandingan, akan ditelaah pula proses beracara dalam

perkara terkait hak merek di Afrika Selatan pada kasus Adidas AF &

another v Pepkor Retail Limited dengan nomor putusan (187/12) [2013]

ZASCA 3 tertanggal 28 Februari 2013.

Dalam kasus ini, Penggugat I adalah Adidas SG, Penggugat II

adalah Adidas International Marketing BV, dan Tergugat adalah Pepkor

Retail Limited. Adapun gugatannya adalah sebagai berikut:

Page 16: Makalah Kapsel Haper

a. The respondent is interdicted and restrained from infringing

the first applicant’s rights acquired by the registration of

trademarks numbers 1957/01959, 1995/12283, 1980/6446 and

2000/18582 (the registered trademarks) by using in the course

of trade in relation to goods for which the registered

trademarks are registered, a mark consisting of four parallel

stripes of a colour or material different from the colour or

material of the footwear, and on the outside of the uppers of

the footwear, to which they are applied, as represented in

annexures TB8 and TB9 to the founding affidavit of Timothy

George James Behean (the infringing marks) or any other

mark so nearly resembling the registered trademarks as to be

likely to deceive or cause confusion as contemplated in s 34(1)

(a) of the Trade Marks Act 194 of 1993 (the Act);

b. The respondent is directed to remove the infringing marks

from its footwear and, where the infringing marks are

inseparable or incapable of being removed from the

respondent’s footwear, it is ordered that all such footwear be

delivered to the first applicant as provided for in s 34(3)(b) of

the Act;

c. An enquiry is directed to be held for the purposes of

determining the amount of any damages (as contemplated in s

34(3)(c) of the Act) or reasonable royalty (as contemplated in

s 34(3)(d) of the Act) to be awarded to the first applicant as a

result of the infringement of the first applicant’s rights

acquired by the registration of the registered trademarks, in

accordance with such procedures as this Court may deem fit

(as contemplated in s 34 (4) of the Act), and that the

respondent pay the amount found to be due to the first

applicant;

Page 17: Makalah Kapsel Haper

d. The respondent is interdicted and restrained from passing off

its footwear as being that of the applicants or as being

connected in the course of trade with the applicants by using

in relation thereto a get-up as depicted in annexures TB9,

TB10 and TB11 to the founding affidavit of Timothy George

James Behean (including such trademarks as are depicted in

those annexures) or any other get-up (including any

trademarks) so closely resembling the get-ups (including any

trademarks) of the applicants’ footwear as depicted in

paragraph 24 of the founding affidavit of Timothy George

James Behean as to be likely to deceive or cause confusion;

e. An enquiry is directed to be held for the purposes of

determining the amount of any damages to be awarded to the

applicants as a result of the respondent’s passing off as

aforesaid and that the respondent pay the amount found to be

due to the applicants and it is directed that, in the event of the

parties being unable to reach agreement as to the further

pleadings to be filed, discovery, inspection, or other matters of

procedure relating to the enquiry, either party may make

application to the court for directions in regard thereto;

f. The respondent is ordered to pay the costs of the application,

including the costs of two counsel.

Dari gugatan di atas, dapat disimpulkan bahwa gugatan para

penggugat pada pokoknya adalah terkait pelarangan tergugat untuk

menggunakan hak merek penggugat I yang mana telah terdaftar dengan

nomor pendaftaran 1957/01959, 1995/12283, 1980/6446, dan

2000/18582 sebagaimana terlihat dalam alas kaki yang diproduksi oleh

tergugat yang menyerupai merek-merek terdaftar sebagaimana telah

disebutkan sebelumnya karena telah melanggar pasal 34(1)(a) of the

Trade Marks Act 194 of 1993 yang akan menimbulkan penyesatan dan

kebingungan bagi masyarakat. Merek yang dilanggar itu harus

Page 18: Makalah Kapsel Haper

dikeluarkan dari alas kaki yang bersangkutan. Para penggugat juga tidak

diperbolehkan tergugat menggunakan produk yang berkaitan dengan

produk di atas agar tidak menimbulkan penyesatan dan kebingungan

masyarakat. Para penggugat juga menuntut ganti rugi yang harus

dibayarkan oleh tergugat pada penggugat dan membayar biaya perkara

ini.

Dari pemaparan di atas, tampak bahwa pada pokoknya, proses

beracara perkara mengenai hak merek di Indonesia sama dengan proses

beracara di Afrika Selatan, yakni terkait hal yang sama sebagaimana

dilihat pada perbandingan syarat mengajukan gugatan di atas dan lembaga

kepada siapa diajukan perkara ini adalah pada The Supreme Court of

Appeal South Africa.

E. Penutup

1. Simpulan

Proses beracara terkait perkara HaKI secara umum adalah melalui

prosedur pidana maupun perdata, sebagai berikut:

o Secara jalur perdata, pemilik atau pemegang HaKI dapat

mengajukan gugatan perdata pada Pengadilan Niaga pada

Pengadilan Negeri kemudian apabila permohonan ditolak,

dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.

o Secara jalur pidana, pemilik atau pemegang HaKI dapat

mengadukan tindak pidana bersangkutan kepada polisi atau

penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) yang akan melakukan

proses penyidikan terlebih dahulu kemudian perkara

dilimpahkan ke penuntut umum yang akan menuntut tersangka

pelaku tindak pidana ke Pengadilan Negeri kemudian apabila

ditolak mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi, kemudian

mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung sebagaimana

prosedur beracara pidana yang berlaku.

Proses beracara perkara HaKI adalah sebagai berikut:

Page 19: Makalah Kapsel Haper

o Gugatan atas pelanggaran hak merek diajukan oleh pihak

yang memenuhi syarat sebagai berikut: pemilik merek

terdaftar, penerima Lisensi Merek terdaftar secara sendiri,

penerima Lisensi Merek terdaftar bersama-sama dengan

pemilik Merek yang bersangkutan, kepada Pengadilan

Niaga

o Perihal syarat-syarat mengajukan gugatan adalah sebagai

berikut: terdapat pihak lain, secara tanpa hak,

menggunakan Merek, mempunyai persamaan pada

pokoknya, atau mempunyai persamaan keseluruhannya.

o Adapun gugatan tersebut dapat berupa: gugatan ganti rugi,

dan/atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan

dengan penggunaan Merek tersebut.

o Dalam proses pemeriksaan, atas permohonan penggugat,

hakim dapat memerintahkan tergugat untuk menghentikan

produksi, peredaran dan/atau perdagangan barang atau jasa

yang menggunakan Merek tersebut secara tanpa baik untuk

menghindari kerugian yang lebih besar. Mekanisme ini

disebut sebagai Penetapan Sementara Pengadilan yang

diatur dalam Bab XII Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek.

o Kemudian apabila tergugat juga dituntut untuk

menyerahkan barang yang menggunakan Merek secara

tanpa hak, hakim dapat memerintahkan bahwa penyerahan

barang atau nilai barang tersebut dilaksanakan setelah

putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Keputusan Pengadilan Niaga ini hanya dapat diajukan

kasasi, tanpa melalui tahap banding.

Proses beracara pada putusan nomor

04/HAKI-Merek/PN.Niaga.SBY kurang tepat dikarenakan hal-hal

sebagai berikut:

Page 20: Makalah Kapsel Haper

o Tujuan penggugat dalam perkara ini bukanlah untuk

memperoleh ganti rugi, melainkan untuk memperoleh

pengakuan bahwa pihak penggugatlah yang benar dan

bahwa pihak tergugatlah yang salah. Hal ini ditunjukkan

dari gugatan untuk menyatakan bahwa merek Gudang

Garam adalah merek terkenal dan bahwa merek Gudang

Baru memiliki persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan merek Gudang Garam sehingga

ternyata bahwa merek Gudang Baru tersebut didaftarkan

dengan itikad tidak baik dan pendaftaran merek Gudang

Baru + Lukisan atas nama Tergugat yang terdaftar dengan

Nomor Registrasi IDM000032226 tanggal pendaftaran 21

Maret 2005 dan Nomor IDM000042757 tanggal

pendaftaran 14 Juli 2005 untuk jenis barang di kelas 34

seharusnya dicoret dari dalam Daftar Umum Merek

Direktorat Jenderal HaKI.

o Apabila tujuannya adalah pada pencoretan merek Gudang

Baru dari Daftar Umum Merek Direktorat Jenderal HaKI,

maka gugatan ini terlepas dari perihal HaKI, seharusnya

lebih tepat jika diajukan pada Pengadilan Tata Usaha

Negara dengan objek gugatan Surat Keputusan yang

dikeluarkan oleh Ditjen HaKI dan tunduk pada hukum

acara peradilan tata usaha negara bukannya diajukan ke

Pengadilan Niaga dengan tergugat direktur utama PR. Jaya

Makmur sebagaimana terjadi dalam kasus.

o Dengan demikian, menurut saya gugatan ini sebenarnya

kurang tepat untuk diajukan pada Pengadilan Niaga,

mengingat tidak sesuainya substansi gugatan penggugat

dengan substansi gugatan yang telah ditentukan dalam

pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya.

Page 21: Makalah Kapsel Haper

Proses beracara pada Kasus Adidas AG & another v Pepkor Retail

Limited (187/12) [2013] ZASCA 3 (28 February 2013) Di Afrika

Selatan pada pokoknya sama dengan proses beracara di Indonesia,

yakni terkait hal yang sama sebagaimana dilihat pada

perbandingan syarat mengajukan gugatan di atas dan lembaga

kepada siapa diajukan perkara ini adalah pada The Supreme Court

of Appeal South Africa.

2. Saran

Proses beracara terkait hak merek sudah cukup bagus dan

komprehensif, namun dalam pelaksanaannya, perlu dilakukan

pemantauan peradilan secara serius untuk mencegah adanya praktik

mafia peradilan.

Dalam kasus Gudang Garam v. Gudang Baru di atas, seharusnya

Pengadilan Niaga menolak gugatan ini karena tidak sesuai dengan

prosedur yang seharusnya dilakukan sebagaimana tercantum dalam

pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek.

Kasus Gudang Garam v. Gudang Baru seharusnya diajukan ke

Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menggugat dikeluarkannya surat

keputusan Ditjen HaKI terkait pendaftaran merek Gudang Baru.

Page 22: Makalah Kapsel Haper

DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesia. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. LN Tahun

2001 Nomor 110, TLN 4131.

2. Lindsey, Tim. Et al. Ed. Hak Kekayaan Intelektual. cet. 7. Bandung: Alumni,

2013.

3. Soeprapto, Maria Farida Indrati. Ilmu Perundang-Undangan. cet. 5.

Yogyakarta: Kanisius, 2011.