Upload
rezky-amelia-sy
View
41
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah tentang ilmu sosial budaya dasar
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling
sempurna diantara makhluk ciptaan-Nya yang lain. Manusia dianugerahi akal,
perasaan dan pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Segala
kelebihan yang telah diberikan itu membuat manusia dapat memenuhi segala
kebutuhan dan kewajibannya di muka bumi ini.
Manusia memiliki banyak peran, baik sebagai individu yang berusaha
memenuhi segala kebutuhan dan kewajibannya secara pribadi maupun sebagai
makhluk sosial yang memiliki kebutuhan berinteraksi dengan sesamanya dan
memenuhi kewajibannya sebagai anggota masyarakat.
Namun adakalanya kedua hal itu saling berbenturan sehingga
menyebabkan konflik peran. Tentunya konflik semacam ini tidak diinginkan
karena akan menimbulkan kekacauan dan bahkan akan berujung pada chaos.
Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman bagi setiap orang mengenai
bagaimana perbedaan antara kedua peran tersebut, tentang bagaimana harus
berlaku sebagai individu yang berusaha memenuhi kebutuhannya tetapi tetap tidak
mengorbankan kepentingan masyarakat.
1.2. Tujuan dan Maksud Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk memberikan pengertian tentang hakikat dan peran manusia sebagai
individu dan makhluk sosial
b. Untuk menambah wawasan mengenai macam macam interaksi sosial.
2
c. Untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana mengatasi dilema
antara kepentingan individu dan masyarakat.
1.3. Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode komparatif yang
membandingkan antara satu sumber data dengan yang lainnya serta metode
deksriptif yang menganalisa sumber data dan memaparkannya.
Sumber data yang digunakan berasal dari buku pengantar ilmu sosial dasar
dan juga ilmu lain yang masih berkaitan dengan ilmu sosial. Hal ini dilakukan
agar dapat menambah referensi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Hakikat Manusia Sebagai Individu dan Makhluk Sosial
1.1.1. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Kata Individu berasal dari bahasa Latin dan bahasa Inggris, tepatnya dari
kata individuum, sementara dalam bahasa Inggris Individu berasal dari kata in
dan divided. Artinya adalah tidak terbagi. Jadi jelaslah bahwa pengertian individu
adalah tidak terbagi atau satu kesatuan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa1. Bila hanya salah satu saja dari unsur
tersebut yang tertinggal dari seseorang maka orang itu tidak bisa disebut lagi
sebagai individu. Jadi sebutan manusia sebagai individu hanya tepat digunakan
apabila semua unsur tersebut ada dalam diri seorang manusia.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri sehingga tidak
ada manusia yang sama di dunia ini sekalipun mereka adalah kembar identik.
Perbedaan ini meliputi bagian fisik dan psikis manusia. Perbedaan antar manusia
sebagai individu ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.
Salah satu faktor internal yang membedakan manusia antara satu dan
lainnya terutama secara fisik adalah gen. Tiap manusia pastinya memiliki gen
yang berbeda. Tidak ada orang yang memiliki gen yang sama persis meskipun
fenotipe yang dihasilkannya sama karena genotipenya sudah pasti berbeda.
Selain faktor internal juga ada faktor lain yang mempengaruhi fisik
seseorang yaitu faktor eksternal berupa lingkungan. Hal ini merujuk dari kondisi
lingkungan dan alam sekitarnya. Ada lingkungan yang panas dan ada yang dingin
dan sejuk. Misalnya orang yang tinggal di gunung memiliki jumlah hemoglobin
1 Elli M.Setiadi, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. h. 63.
4
lebih banyak dalam darahnya sehingga oksigen yang diikat dalam darahnya lebih
banyak. Faktor eksternal juga mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang
baik dengan kondisi alam maupun lingkungan sosial. Contohnya orang yang
tinggal di area pesisir bicaranya lebih keras.
1.1.2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Setiap manusia tidak dapat lepas dari pengaruh orang lain baik di rumah,
sekolah, dan di lingkungan masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu, manusia
disebut juga zoon politicon. Perilaku manusia dipengaruhi orang lain, ia
melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada
aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respons positif
dari orang lain(pujian). Selain itu, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga
dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain serta disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk hidup di
tengah-tengah manusia. Tiap manusia saling membutuhkan pertolongan bahkan
sejak lahir.
Manusia berbeda dengan hewan yang mempertahankan hidupnya dengan
insting atau naluri. Insting yang dimiliki manusia sangat terbatas, ketika bayi lahir
misalnya, ia hanya memiliki insting menangis. Selain itu, saat baru dilahirkan
manusia juga tidak bisa langsung berjalan, berbeda dengan hewan yang sudah bisa
berjalan mengikuti induknya ketika baru lahir. Manusia dianugerahi akal dan
dalam perkembangannya manusia harus belajar dari manusia lainnya.
Cooley memberi nama looking-glass self untuk melihat bahwa seseorang
dipengaruhi oleh orang lain2 Cooley berpendapat bahwa looking-glass self
terbentuk melalui tiga tahap. Pada tahap pertama seseorang mempunyai persepsi
mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang
mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. Pada
tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya
sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.2 Elli M.Setiadi, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. h. 68
5
Interaksi satu sama lain sangat dibutuhkan oleh tiap manusia. Apabila
manusia tidak hidup dengan orang lain maka ia tidak dapat berinteraksi dengan
orang lain. Dalam berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak yang ditemukan
terlantar (feral children) beberapa diantaranya seperti kasus seorang anak laki-laki
berusia sekitar 11-12 tahun yang pada tahun 1900 ditemukan di desa Saint-Serin,
Perancis, dan kasus gadis berusia tiga belas tahun yang disekap ayahnya dalam
gudang gelap sejak berumur satu setengah tahun; selain itu juga ada kasus Anna
yang semenjak bayi dikurung di dalam gudang oleh ibunya selama lima tahun.
Dari kasus-kasus diatas terungkap bahwa mereka tidak dapat hidup
sebagai manusia. Meski setelah itu mereka berkomunikasi dengan masyarakat
daan dapat mempelajari kemampuan yang dimiliki sebaya mereka, mereka tidak
pernah tersosialisasi secara wajar dan akhirnya mereka cenderung meninggal pada
usia muda.
Menurut teori yang diuraikan George Herbert Mead dalam bukunya yang
berjudul Mind, Self, and Society(1972), diuraikan tahap-tahap perkembangan diri
malnusia secara bertahap melalui interaksi dengan masyarakat lain, yaitu play
stage dimana setiap manusia mulai belajar dengan mengambil peranan orang-
orang yang berada di sekitarnya dengan cara menirukan orang lain. Lalu tahap
selanjutnya adalah game stage dimana manusia tidak hanya mengetahu peranan
yang harus dijalankannya, tetapi telah mengetahui perannya terhadap orang yang
berbeda. Akhirnya pada tahap terakhir, generalized others, orang tersebut
dianggap telah mampu mengambil peranan-peranan yang dijalankan orang lain
dalam masyarakat. Dari pandangan-pandangan ini jelaslah pendiriannya bahwa
diri seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.
Namun interaksi itu tidak selamanya berjalan dengan baik, terkadang
menimbulkan hal lain yang negatif, misalnya prejudice atau juga prasangka.
Prasangka yang dimaksudkan disini mengacu pada sifat khas yang ada pada tiap
suku misalnya atau kelompok tertentu. Pada dasarnya dugaan yang muncul
6
dikarenakan sikap ini tidak memiliki bukti-bukti yang cukup memadai. Contohnya
Orang Sunda beranggapan bahwa Orang Batak kasar dan agresif(Bruner,1974).
1.1. Fungsi dan Peran Manusia
1.1.1. Manusia Sebagai Makhluk yang Berhubungan dengan Lingkungan
Hidup
Berkenaan hubungan antara manusia dengan alam, paling tidak ada tiga
paham yaitu paham determinisme, paham posibilisme, dan paham optimisme
teknologi.
Determinisme alam menempatkan manusia sebagai makhluk yang tunduk
pada alam, alam sebagai faktor menentukan3. Charles Darwin mamandang dalam
teori-teorinya memaparkan bahwa makhluk hidup mengalami perkembangan
secara berkesinambungan dari waktu ke waktu. Sementara Ratzel melihat bahwa
populasi manusia dengan perkembangan kebudayaannya ditentukan oleh kondisi
alam. Lain halnya dengan dengan Huntington yang berpandangan bahwa iklim
sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia.
Namun, di zaman modern seperti ini alam tidak lagi dipandang sebagai
satu-satunya faktor yang menentukan. Dengan memanfaatkan IPTEK manusia
kini bisa memanfaatkan alam lingkungan secara maksimal. Suasana yang
demikian itu memunculkan paham posibilisme optimis teknologi.
Di sisi lain paham ini memberikan efek negatif, manusia jadi mendewakan
teknologi, menghasilkan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan Yang Maha
Kuasa. Padahal teknologi hanyalah produk budaya yang bertuan kepada manusia
bukan kebalikannya, technology is the application of knowledge by man in order
to perform some task he wants done(Brown & Brown: 1975:2). Oleh sebab itu,
sudah seharusnya manusia sebagai makhuk beriman meyakini bahwa bumi adalah
hanyalah sebagian dari alam raya belum kita ketahui seberapa pasti ukuran dan
batasnya.
3 Elli M.Setiadi, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. h. 74.
7
Dalam hal inilah keluarga sebagai salah satu lembaga sosial berperan demi
pembinaan individu agar bisa menjadi makhluk sosial agar setiap individu terbina
secara jasmani maupun rohaninya yang paling utama.
1.1.2. Manusia Sebagai Anggota Masyarakat
Setiap orang pasti pernah mendengar kata masyarakat, tapi apakah
sebenarnya masyarakat itu? Dari berbagai definisi yang ada dapat dikemukakan
bahwa masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang
melakukan antarhubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian
dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan
dalam waktu yang relatif lama. Didalamnya terdapat interaksi sosial dan
kebudayaan yang dihasilkannya.
Masyarakat memiliki cakupan yang sangat luas, dalam cakupan lebih
sempit kelompok masyarakat ini disebut sebagai komunitas atau masyarakat
setempat. Komunitas memiliki unsur-unsur seperti adanya wilayah dan perasaan
saling ketergantungan dan membutuhkan. Wilayah dalam arti disini memiliki
batas-batas tertentu dimana interaksi menjadi faktor utamanya.Interaksi diantara
anggota di wilayahnya lebih besar dari penduduk yang berada diluar wilayahnya.
Sementara sikap saling membutuhkan dan sepenanggungan ini muncul karena
setiap dari anggota tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa pertolongan
dari komunitas dan adanya kesadaran akan peran mereka masing-masing. Itulah
sebabnya hubungan anggota komunitas lebih erat dari masyarakat.
Masyarakat di wilayah kota dan desa memiliki perbedaan secara fisik dan
sosial. Hubungan masyarakat didalam desa misalnya lebih erat dan mendalam
antar sesama warganya berbeda dengan di kota dimana hubungan antar
masyarakatnya kurang erat meski masih ada ketergantungan terutama yang
berkaitan dengan pekerjaan.
8
1.2. Dinamika Interaksi Sosial
1.2.1. Definisi Interaksi Sosial
a) H. Booner dalam bukunya, Social Psychology, memberikan
rumusan interaksi sosial, bahwa: “interaksi sosial adalah hubungan antara
individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya.”
b) Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang
secara individual, antarkelompok orang, dan orang perorangan dengan
kelompok( Gillin dan Gillin :1954)
c) Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu
dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, antara individu
dengan kelompok4.
1.2.2. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan
Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial(yang dapat juga
dinamakan proses sosial) oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok
manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak
menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Adapun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial
yaitu:
a) Faktor Imitasi
Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi
sosial. Salah satu sisi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang
untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Faktor ini telah diuraikan oleh
4 Elli M.Setiadi, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.h. 91.
9
Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya
berdasarkan pada faktor imitasi saja.
b) Faktor Sugesti
Yang dimaksud sugesti disini ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari
diri sendiri maupun dari orang lain,yang pada umumnya diterima tanpa ada daya
kritik. Sugesti terbagi dua yaitu autosugesti yang berarti bahwa sugest itu berasal
dari dirinya sendiri yang kedua adalah heterosugesti yang berarti sugesti yang
datang dari orang lain.
c) Faktor Identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik(sama)
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
d) Faktor Simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap yang lain.
Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian
perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
1.2.3. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Untuk terjadinya suatu interaksi sosial diperlukan adanya syarat-syarat
yang harus ada,yaitu:
a) Adanya Kontak Sosial(Social Contact)
Kontak sosial ada yang negative ada yang positif. Kontak sosial yang
bersifat positif biasanya berbentuk kerja sama, sedangkan yang negative biasanya
berbentuk pertentangan yang bahkan menyebabkan tidak terjadinya interaksi
sosial. Kontak social dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu antar orang perorangan,
antara orang perorangan dengan suatu kelompok atau sebaliknya dan antara
kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
10
b) Adanya Komunikasi
Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak
lain sehingga terjadi kesepahaman bersama. Dalam komunikasi terdapat dua pihak
yang terlibat, pihak yang menyampaikan disebut komunikator dan pihak penerima
pesan disebut komunikasi.
1.2.4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Interaksi social memiliki dua bentuk dasar berdasarkan jenis proses social
yang terjadi, yaitu:
a) Bentuk Interaksi Asosiatif
i. Kerja Sama(Cooperation)
Kerja sama timbul karena adanya orientasi orang perorangan
terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan
pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama yaitu:
Bargaining, pelaksanaan perjanjian perjanjian mengenai
pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai
salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas
organisasi yang bersangkutan.
Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan yang sama.
ii. Akomodasi (Accomodation)
Istilah akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk
pada suatu keadaan, berarti suatu kenyataan adanya suatu keseimbangan
dalam interaksi antara orang perorangan dan kelompok manusia.
11
Sehubungan dengan norma-norma dan nilai-nilai social yang berlaku
dalam masyarakat.
Adapun bentuk-bentuk dari akomodasi, diantaranya:
Coercion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan karena adanya paksaan.
Compromise, suatu bentuk akomodasi, dimana pihak yang terlibat
masing-masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian
terhadap perselisihan yang ada.
Arbitration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak
yang berhadapan, tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.
Mediation, hampir menyerupai arbitration diundang pihak ketiga
yang netral dalam soal perselisihan yang ada.
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak
yang berselisih, bagi tercapainya suatu persetujuan bersama.
Tolerantion, bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formil
bentuknya.
Stelemate, merupakan suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang
berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu
dalam melakukan pertentangannya.
Adjudication, yaitu perselisihan perkara atau sengketa di
pengadilan.
b) Bentuk Interaksi Disosiatif
i. Persaingan (Competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu
atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi
12
dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang
telah ada tanpa menggunakan kekerasan.
ii. Kontravensi (Contravention)
Kontravensi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan
pertentangan. Kontravensi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap
diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian
terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai
menjadi pertentangan atau pertikaian.
iii. Pertentangan (Conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi individu atau kelompok
social yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang
pihak lain disertai ancaman atau kekerasan.
Pertentangan memiliki bentuk-bentuk yang khusus, antara lain:
Pertentangan pribadi, pertentangan antar-individu.
Pertentangan rasional, pertentangan yang timbul karena
perbedaan ras.
Pertentangan kelas sosial, pertentangan yang disebabkan
oleh perbedaan kepentingan antara kelas sosial.
Pertentangan politik, biasanya terjadi diantara partai-partai
politik untuk memperoleh kekuasaan negara5.
1.3. Dilema Antara Kepentingan Individu dan Sosial
Seperti yang sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, manusia dapat
dikatakan memiliki dua hakikat, yaitu sebagai individu dan makhluk sosial.
Didalam perkembangannya manusia memiliki kecenderungan yang berbeda-beda
5 Elli M.Setiadi, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. h. 99.
13
tergantung dengan kepentingan-kepentingan yang bersumber dari sifat dua
hakikat itu. Kedua sifat itu adalah sifat individual dan sosial.
Pada sifat individual, manusia cenderung ingin mengutamakan
kepentingan individunya. Apabila sifat ini berkembang secara ekstrim pada diri
manusia dapat menjadi suatu sifat individualistis sehingga merampas kepentingan
orang lain. Tentu saja hal ini mengakibatkan hal negatif bagi manusia di
sekitarnya.
Sementara sifat sosial yang merupakan sifat yang tertuju pada pribadi
manusia manusia lain, dapat melahirkan dua jenis keluhuran pada manusia, yaitu:
Kesediaan untuk selalu ingin mengadakan kontak dengan sesamanya.
Kesediaan untuk memperhatikan kepentingan orang lain, yang dapat
meningkat menjadi kesediaan berkorban untuk orang lain.
Sifat inilah yang menyebabkan manusia selalu ingin bersama dengan
sesamanya. Suatu sifat yang dapat melahirkan sifat yang dapat menciptakan
kenyataan sosial yang diidamkan seperti:persatuan,kerjasama,pengorbanan sosial
dsb. Karenanya kalau sifat ini dapat didominankan dalam diri manusia dan dapat
mengendapkan sifat individual, maka sungguh dapat meningkatkan mutu
kemanusiaan manusia.
14
BAB III
PENUTUP
1.4. Kesimpulan
Manusia dikatakan sebagai makhluk individu karena memiliki unsur-unsur
yang ada pada makhluk individu seperti wujud fisik dan psikis, dsb.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena kebutuhannya untuk
berinteraksi dengan manusia lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan dalam
perkembangannya selalu membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, manusia
memiliki fungsi dan peran sendiri baik di lingkungan hidup dan masyarakat.
Interaksi sosial sangat dibutuhkan manusia. Interaksi sosial ini memiliki
bentuk tergantung baik berupa kerja sama, persaingan dan pertentangan.
Dibutuhkan faktor-faktor yang mendasarinya dan syarat yang mendukung
agar suatu interaksi sosial itu dapat terjadi .
Kepentingan individu dan sosial bersumber dari sifat-sifat hakikatnya itu.
Di antara keduanya masing-masing saling bertentangan.
1.5. Saran
Dengan memahami hal-hal diatas sudah seharusnya setiap manusia lebih
mengutamakan kepentingan sosial tanpa mengorbankan kepentingan individu. Hal
ini dilakukan agar tercipta keharmonisan diantara hidup manusia dalam
berinteraksi dengan sesamanya dan ketenangan manusia dalam menjalani
kehidupannya.
15
GLOSSARIUM
Chaos = Suatu keadaan dimana masyarakat seolah tidak memiliki
aturan yang jelas.
Determinisme =Paham yang mengajarkan bahwa suatu keadaan atau
kondisi telah ditentukan secara pasti, misalnya alam.
Fenotipe = Sifat yang tampak akibat interaksi antar genotipe.
Genotipe = Faktor pembawa sifat keturunan pada makhluk hidup.
Individualisme =Suatu paham dimana manusia lebih mementingkan
kepentingan individu tanpa menghiraukan kepentingan individu yang lain.
Looking-Glass Self =Suatu pendapat bahwa dalam perkembangannya manusia
mendapat pengaruh orang lain dimana bentuk pengaruh itu diibaratkan seperti
sebuah cermin.
Prejudice =Sikap permusuhan yang ditunjukkan terhadap suatu
kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri-
ciri yang tidak menyenangkan.
Zoon Politicon =Mahluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia
akan merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi
kebutuhannya.
Persepsi = Tanggapan (penerimaan) langsung dr sesuatu.
Posibilisme = Paham yang mengajarkan bahwa segala sesuatu mungkin
terjadi
Populasi = Seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah.
Kolektivitas =Perihal (keadaan) kolektif.
16
Aktivitas =Keaktifan atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
Stabilitas =Keseimbangan, kemantapan, kestabilan dari suatu kondisi.
Dilema =Situasi sulit yg mengharuskan orang menentukan pilihan
antara dua kemungkinan yg sama-sama tidak menyenangkan atau tidak
menguntungkan
Interaksi Asosiatif =Bentuk interaksi sosial yang menguatkan ikatan sosial,
jadi bersifat mendekatkan atau positif.
Interaksi Disosiatif =Bentuk interaksi yang merusak ikatan sosial, bersifat
menjauhkan atau negatif.
17
DAFTAR PUSTAKA
Wuryo, Kasmiran. 1983. Pengantar Ilmu Jiwa Sosial.Jakarta:Erlangga
M.Setiadi, Elli, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
2009. Ringkasan Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar. Universitas Terbuka.
Dendy Sugono dkk.2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Gramedia.