32
FOOD-DRUG INTERACTION CASE STUDY “Diabetes Mellitus Hipertensi_Gard” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Food-Drug Interaction T.A 2013 Dosen Pembimbing : Fajar Ari Nugroho, S.Gz Oleh: Kelompok 9/ A 2 Yunita Arin S. 115070307111007 Rina Dwi A. 115070307111008 Rifki Afif Tamimi 115070307111009 Yani Rahmawati 115070313111001 Safira Ainun U. 115070313111002 Santi Ratnawati 115070313111003 PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN

Makalah Iom Fix

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Iom Fix

FOOD-DRUG INTERACTION CASE STUDY

“Diabetes Mellitus Hipertensi_Gard”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Food-Drug Interaction T.A 2013

Dosen Pembimbing : Fajar Ari Nugroho, S.Gz

Oleh:

Kelompok 9/ A2

Yunita Arin S. 115070307111007

Rina Dwi A. 115070307111008

Rifki Afif Tamimi 115070307111009

Yani Rahmawati 115070313111001

Safira Ainun U. 115070313111002

Santi Ratnawati 115070313111003

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: Makalah Iom Fix

BAB I

IDENTIFIKASI SIGN DAN SYMPTOM PASIEN

Tn. Jupri (65 tahun) masuk rumah sakit dengan diagnosa awal Diabetes Mellitus dan

Hipertensi. Berdasarkan hasil anamnesa dan data status pasien diketahui bahwa pasien

mempunyai riwayat penyakit Diabetes Mellitus sejak 1 bulan yang lalu dan Hipertensi

sudah sejak dahulu.

Pasien mengeluh nafsu makan berkurang, mual, dan muntah. Hasil pemeriksaan fisik

klinis pasien pada saat MRS tanggal 3 April 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Data Fisik Klinis Pasien saat MRS

Pemeriksaan Hasil

Keadaan

Umum

lemah

Tensi

(mmHg)

150/90 mmHg

Suhu 37,4 oC

Nadi

(x/menit)

80 x/menit

Hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terhadap pasien pada saat MRS tanggal 3

April 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2 Data Laboratorium Pasien saat MRS

No Pemeriksaan Hasil Keterangan

1 Hb 13,4 g/dl Normal

2 Leukosit 7800 /cmm Normal

3 Trombosit 280.000 Normal

4 PCV 37,3 % Rendah

5 GDA 235 gr/dl Tinggi

Pemeriksaan Penunjang

Hasil foto thorax tanggal 21-4-2006 : Hypertensive heart failure

Page 3: Makalah Iom Fix

Hasil USG tanggal 10-9-2007 : Multiple Gall Stones

Hasil CT scan kepala tanggal 12-9-2007 : Kesan infark serebri di capsula interna

sinistra dengan gambaran Senile Brain Atrophy

BAB II

IDENTIFIKASI JENIS OBAT

1. Ceftriaxone

a. Fungsi

Ceftriaxone merupakan golongan obat sefalosporin generasi III. Sefalosporin mirip

dengan penisilin, namun lebih stabil terhadap beta laktamase bakteri dan karena itu

memiliki aktifitas terhadap spektrum bakteri yang lebih luas, namun dapat dihidrolasi

oleh strain penghasil extended spectrum betalaktamase, seperti jenis-jenis tertentu dari

E coli dan Klebsiela. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, golongan generasi

III lebih banyak membunuh bakteri gram negatif, dan beberapa diantaranya dapat

melewati sawar darah-otak. Obat generasi III efektif terhadap Citrobacter, S.

marcescens dan providencia (walau resistensi dapat muncul di tengah pengobatan

infeksi spesies ini karena sejumlah mutasi gen yang terus menerus memproduksi

sefalosporinase). Obat-obat ini efektif pula terhadap strain haemophilus dan neisseria

penghasil beta laktamase. Namun demikian, seftriakson tidak efektif terhadap P

aeruginosa. Seperti halnya obat generasi II, dapat dihidrolase oleh AmpC beta-

laktamase , sehingga tidak aktif terhadap spesies enterobacter. 1

Ceftriakson dan sefalosporin generasi III lainnya digunakan untuk menangani

berbagai infeksi serius yang disebabkan oleh organisme yang resisten terhadap

kebanyakan obat lainnya. Namun demikian, tidak cocok untuk strain penghasil

spektrum lanjut (extended spectrum) beta laktamase. Seftriakson, bersama sefotaksim,

telah disepakati untuk pengobatan meningitis, termasuk meningitis yang disebabkan

oleh pneumokokus, meningokokus, H influenzae, dan batang gram negatif usus,

kecuali L monocytogenes. Seftriakson merupakan sefalosporin paling aktif terhadap

strain pneumokokus resisten penisilin dan direkomendasikan untuk terapi empiris

infeksi serius yang disebabkan oleh strain ini. Meningitis yang disebabkan oleh strain

pneumokokus yang sangat resisten penisilin (misal yang hanya suseptibel terhadap

MICS penisilin > 1 mcg/mL) dapat tidak berespon, dan disarankan penambahan

vankomisin. Indikasi lainnya adalah untuk terapi empiris sepsis yang tidak diketahui

Page 4: Makalah Iom Fix

sebabnya baik pada pasien imunokompeten maupun imunokompromais, dan

pengibatan infeksi.

b. Sediaan Obat

Pada Ceftriaxone ini sediaan obatnya yaitu serbuk injeksi.

2. Ranitidin

a. Fungsi Obat

Ranitidin diunakan secara oral dalam terapi ulkus duodenum dan ulkus lambung yang

aktif, gasthroesophageal reflux desease (GERD), esofagitis erosif dengan endoskopi,

dan sebagai terapi pemeliharaan pada ulkus duodenum dan ulkus lambung.Ranitidin

oral juga digunakan dalam manajemen kondisi hipersekresi gastrointestinal (GI)

patologis dan sebagai terapi pemeliharaan untuk mencegah kambuhnya esofagitis

erosif.Ranitidin juga dapat digunakan secara parenteral pada pasien rawat inap dengan

kondisi hipersekresi patologis pada saluran GI, atau sebagai terapi jangka pendek jika

terapi oral belum memberikan respon yang optimum.

Ulkus Duodenum

- Terapi Ulkus Duodenum Akut

Ranitidin oral digunakan dalam terapi jangka pendek pada ulkus duodenum

aktif yang dikonfirmasi dengan endoskopi atau radiografi. Ranitidin parenteral

digunakan pada pasien  dewasa dengan diagnosa ulkus duodenum parah yang

sedang menjalani perawatan di rumah sakit atau pada terapi jangka pendek jika

terapi oral tidak memadai. Ranitidin intravena juga digunakan pada pasien anak-

anak (lebih dari bulan) dengan diagnosa ulkus duodenum.Antasida dapat

digunakan bersamaan dengan terapi ini untuk menghilangkan rasa nyeri ulkus

duodenum.Kombinasi antasida dan ranitidin ini terbukti mampu mengurangi

kesakitan pada pasien.

Khasiat dan keamanan ranitidin untuk terapi jangka panjang ulkus duodenum

belum diketahui.Keamanan dan khasiat ranitidin ini baru diketahui untuk

penggunaan selama 8 minggu.Dan pengobatan jangka pendek ulkus duodenum

aktif (hingga 8 minggu) ini tidak mencegah kekambuhannya.

- Terapi Pemeliharaan Ulkus Duodenum

Ranitidin digunakan dalam dosis rendah untuk terapi pemeliharaan setelah

proses penyembuhan ulkus duodenum untuk mencegah kekambuhan. Dalam studi

terkontrol angka kekambuhan ulkus duodenum setelah 4, 8 dan 12 bulan masing-

Page 5: Makalah Iom Fix

masing adalah 21-24, 28-35, dan 59-68% untuk kelompok plasebo, dan angka

kekambuhan pada kelompok yang diterapi dengan ranitidin 1 kali sehari 150 mg

sebelum tidur masing-masing adalah 12-20, 21-24 dan 28-35%. Dalam studi

tersebut juga diketahui bahwa efektivitas ranitidin dalam mencegah kekambuhan

ulkus duodenum menurun pada kelompok pasien dengan kebiasaan merokok.

Kondisi Hipersekresi GI Patologis

Ranitidin oral maupun intravena juga digunakan pada kondisi hipersekresi GI

patologis (misal pada pasien Zolinger Ellison Syndrome (ZES), mastositosis sistemik,

hipersekresi pasca reseksi usus.Ranitidin mengurangi sekresi asam lambung yang

berkaitan dengan gejala diare, anoreksia dan nyeri dan mempercepat penyembuhan

ulkus.Infus intravena ranitidin kontinue hingga 15 hari pada pasien ZES menghasilkan

efek pengendalian asam lambung hingga 10 mEq/jam atau lebih rendah.Antasida

dapat digunakan bersama untuk mengatassi rasa nyeri.

Antimuskarinik seperti propanthelin bromida dan iodida isopropamide juga dapat

digunakan bersama guna memperpanjang masa kerja ranitidin.

Pada pasien hipersekresi GI patologis, ranitidin terbukti mampu menyembuhkan

ulkus pada 42% pasien yang tidak merespon terapi simetidin.Pasien dengan ZES yang

gagal dengan terapi simetidin berhasil diobati dengan ranitidin 600-900 mg perhari

selama 1-12 bulan.

Ranitidin Intravena (IV) juga berhasil mengobati hipersekresi pasca operasi pada

pasien yang tampaknya resisten terhadap simetidin.

Ulkus Lambung

- Terapi Ulkus Lambung Akut

Ranitidin oral digunakan dalam terapi ulkus lambung jinak.Antasida dapat

digunakan bersama untuk menghilangkan nyeri. Efektivitas ranitidin dalam hal ini

hampir sama dengan simetidin. Ranitidin menyembuhkan ulkus lambung pada 60-

70% pasien setelah terapi selama 4 minggu, 70-80% setelah 6 minggu terapi.

Kini epidemiologi dan bukti klinis mendukung bahwa infeksi lambung oleh

bakteri Helicobacter pylori (HP) berhubungan dengan patogenesis ulkus

lambung.Sehingga dalam kondisi ini direkomendasikan penggunaan antibakteri

untuk eradikasi bakterinya.

- Terapi Pemeliharaan

Page 6: Makalah Iom Fix

Ranitidin dosis rendah digunakan dalam terapi pemeliharaan dan mencegah

kekambuhan ulkus lambung.Terapi pemeliharaan ranitidin 150 mg sebelum tidur

terbukti efektif mencegah kekambuhan ulkus lambung.

Gastroeshophageal Reflux Desease (GERD)

Dalam terapi GERD dosis yang umum pada dewasa adalah 2x150 mg

perhari.Sedangkan dosis terapi GERD pada anak-anak (1 bulan sampai 16 tahun)

adalah 5-10 mg/Kg BB perhari dalam dosis terbagi 2. Gejala GERD sering muncul

dalam waktu 24 jam setelah dumulainya terapi dengan ranitidin ini. Durasi optimum

pengobatan GERD dengan ranitidin belum diketahui.

Esofagitis Erosif

Dosis lazim untuk terapi esofagitis erosif yang terdiagnosa dengan endoskopi

pada pasien dewasa adalah 4x150 mg perhari.Sedangkan pada pasien anak 1 bulan

sampai 16 tahun dosis yang direkomendasikan adalah 5-10 mg/Kg BB perhari dalam

dosis terbagi 2.Sedangkan dalam fase pemeliharaan dosis ranitidin adalah 2x150 mg

perhari.

Swamedikasi

Dalam swamedikasi ranitidin digunakan untuk mengatasi atau mencegah gejala

mulas, perih akibat gangguan keseimbangan asam lambung pada orang dewasa atau

anak diatas 12 tahun, dosis yang dianjurkan adalah 75-150 mg 1-2 kali sehari. Untuk

keperluan swamedikasi, ranitidin sebaiknya digunakan tidak lebih dari 2 dosis perhari

dan tidak lebih dari 2 minggu.Penggunaan ranitidin harus segera dihentikan jika

gejala tidak membaik atau bahkan semakin parah.

b. Sediaan Obat

- Tablet 75 mg, 150 mg

- Kaplet 300 mg

- Sirup 75 mg/5ml (60 ml, 100 ml, 150 ml)

- Ampul 25 mg/ml (2 ml)

c. Indikasi

- Terapi jangka pendek dan pemeliharaan untuk tukak lambung, tukak duodenum,

tukak ringan aktif

- Terapi jangka pendek dan pemeliharaan untuk refluks gastroesofagus dan

esofagitis erosif.

- Terapi jangka pendek dan pemeliharaan kondisi hipersekresi patologis.

Page 7: Makalah Iom Fix

- Sebagai bagian regimen multiterapi eradikasi H. pylori untuk mengurangi risiko

kekambuhan tukak.

- Meringankan heartburn, acid indigestion, dan lambung asam.

d. Kontra Indikasi

Hipersensitivitas terhadap ranitidin.

e. Dosis, cara, dan lama pemberian

- Anak 1 bulan-16 tahun:

Pemberian secara oral:5-10 mg/kg/hari dibagi menjadi 2 kali sehari

Dosis maksimum untuk refluks gastroesofagus yaitu 300 mg/hari sedangkan

untuk esofagitis erosif adalah 600 mg/hari.

Pemberian melalui intravena:2-4 mg/kg/hari dibagi tiap 6-8 jam. Dosis

maksimum yaitu 150 mg/hari atau bila diberikan melalui infus kontinu, dosis

awal yaitu 1 mg/kg/dosis untuk satu dosis diikuti oleh infus 0,08-0,17 mg/kg /jam

atau 2-4 mg/kg/hari.

- Dewasa

Pemberian secara oral:150 mg 2 kali sehari, dosis atau frekuensi disesuaikan

dengan petunjuk dokter; dapat digunakan dosis sampai dengan 6g/hari.

Untuk esofagitis erosif melalui pemberian oral sebanyak 150 mg 4 kali/hari

sedangkan dosis pemeliharaan 150 mg 2 kali sehari.

- Eradikasi Helicobacter pillory diberikan sebanyak 150 mg 2 kali sehari serta

membutuhkan terapi kombinasi.

- Untuk mencegah heartburn, obat ini diberikan pada anak dengan usia ≥ 12 tahun

sedangkan untuk dewasa diberikan sebanyak 75 mg, 30-60 menit sebelum

mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat memicu heartburn. Dosis

maksimum yaitu 150 mg/24 jam serta dalam jangka waktu tidak lebih dari 14

hari.

- Untuk pasien yang tidak dapat menggunakan obat secara oral, diberikan secara

intramuscular sebanyak 50 mg tiap 6-8 jam. Selain itu bisa juga diberikan secara

intravena melalui intermittent bolus atau infus sebanyak 50 mg tiap 6-8 jam atau

lewat infus intravena kontinu sebanyak 6,25 mg/jam.

- Injeksi ranitidin dapat diberikan intramuscular (IM) atau intravena (IV). Injeksi

intramuscular diberikan tanpa pengenceran, sedangkan injeksi intravena harus

diencerkan, dapat diberikan melalui IVP (intravenous pyelogram) atau IVPB

(intravenous piggy back) atau infus IV kontinu. Untuk IVP ranitidine (biasanya

Page 8: Makalah Iom Fix

50 mg)harus diencerkan sampai total 20 ml dengan normal saline atau larutan

dekstrosa 5% dalam air dan diberikan selama minimal 5 menit. Sedangkan untuk

IVPB diberikan selama 15-20 menit. Dan infus IV kontinudiberikan dengan

kecepatan 6,25 mg/jam dan titrasi dosis berdasarkan pH lambung selama 24 jam.

- Pada pasien dengan klirens kreatinin kurang dari 50 mL/menit maka dosis

ranitidin yang direkomendasikan adalah 150 mg setiap 24 jam peroral, 50 mg

setiap 18-24 jam untuk pemberian parenteral.

f. Efek Samping

- Terbatas dan tidak berbahaya: aritmia, vaskulitis, pusing, halusinasi, sakit kepala,

confusion, mengantuk,

- Penggunaan dosis lebih pada ranitidine dapat meningkatkan efek samping dan

menimbulkan efek toksik yaitu neurotoksisitas dan nefrotoksisitas.

- Overdosis ranitidin dapat terjadi pada konsumsi ranitidin hingga 18 gram peroral

yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan cara jalan dan hipotensi.

Pengobatan overdosis ranitidin dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan

ranitidin tak terserap dalam saluran cerna, pemantauan klinis, dan terapi suportif.

Hemodialisis dapat dilakukan bila perlu.

g. Peringatan dan Perhatian

- Terhadap Kehamilan

Ranitidin menembus plasenta, efek teratogenik pada fetus belum dilaporkan.

- Terhadap Ibu Menyusui

Ranitidin terdistribusi ke dalam ASI

3. Neurobion

a. Fungsi Obat

Neurobion merupakan vitamin neurotropik. Vitamin neurotropik terdiri dari vitamin

B1, B6 dan B12. Vitamin neurotropik ini sangat penting bagi tubuh kita karena karena

vitamin neurotropik berperan besar dalam menjaga fungsi syaraf, terutama syaraf tepi.

Gangguan pada syaraf tepi ditandai dengan pegal, kram dan kesemutan.

Selain itu, aktifitas yang meningkat, stress, program diet yang salah, pola makan yang

tidak seimbang, dan proses metabolisme yang tidak sempurna seperti pada pasien

diabetes mellitus akan membuat tubuh rentan kekurangan asupan nutrisi yang

dibutuhkan. Ini terutama vitamin B yang tidak diproduksi sendiri oleh tubuh. Karena

Page 9: Makalah Iom Fix

itulah, tubuh membutuhkan tambahan asupan dari suplemen untuk memastikan tubuh

mendapatkan asupan nutrisi yang dibutuhkan.

b. Sediaan Obat

- Dalam bentuk ampul 3 mL

- Dalam bentuk Tablet salut gula 25 x 10

c. Indikasi

Untuk pencegahan dan pengobatan penyakit karena kekurangan vitamin B1, B6,dan

B12 seperti beri-beri, neuritis perifer, neuralgia.

d. Kontra Indikasi

N/A

e. Dosis

1 ampul/hari melalui injeksi

f. Efek Samping

N/A

g. Peringatan dan Perhatian

Efek obat mengalami penurunan jika diberikan bersama levodopa (Obat untuk

pengobatan penyakit Parkinson)

4. Captopril

a. Fungsi Obat

Captopril adalah obat antihipertensi golongan Angiotensin converting enzyme

inhibitor (ACEi). Obat ini berfungsi untuk menghambat secara kompetitif

pembentukan angiotensin II dari precursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat

pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angitensin II

merupakan vasokonstriktor kuat yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas

simpatis sentral dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini akan

menurunkan tekanan darah. Jika sistem angiotensin-renin-aldosteron teraktivasi

(misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik) efek

antihipertensi ACEi akan lebih besar.

ACE juga bertanggungjawab terhadap degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang

mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan degradasi ini akan menghasilkan efek

antihipertensi yang lebih kuat. Captopril cepat diabsorpsi tetapi mempunyai durasi

kerja yang pendek, sehingga bermanfaat untuk menentukan apakah seorang pasien

Page 10: Makalah Iom Fix

akan berespon baik pada pemberian ACEi. Dosis pertama ACEi harus diberikan pada

malam hari karena penurunan tekanan darah mendadak mungkin terjadi; efek ini akan

meningkat jika pasien mempunyai kadar sodium rendah.

b. Sediaan Obat

Captopril memiliki beberapa bentuk sediaan yaitu Tablet, Tablet salut selaput, Kaplet,

Kaplet salut selaput.

Nama Generik : Captopril

Nama Dagang : Acepress : Tab 12,5mg, 25mg

Capoten : Tab 12,5mg, 25mg

Captensin : Tab 12,5mg, 25mg

Captopril Hexpharm : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

Casipril : Tab 12,5mg, 25mg

Dexacap : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

Farmoten : Tab 12,5mg, 25mg

Forten : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

Locap : Tab 25mg

Lotensin : Kapl 12,5mg, 25mg

Metopril : Tab salut 12,5mg, 25mg; Kapl salut selaput 50mg

Otoryl : Tab 25mg

Praten : Kapl 12,5mg

Scantensin : Tab 12,5mg, 25mg

Tenofax : Tab 12,5mg, 25mg

Tensicap : Tab 12,5mg, 25mg

Tensobon : Tab 25mg

c. Indikasi

Captopril digunakan untuk hipertensi berat hingga sedang, bila dikombinasi dengan

tiazida memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan

efek yang kurang aditif.

d. Kontra Indikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap captopril atau penghambat ACE lainnya

(misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat

ACE lainnya).

e. Dosis

Page 11: Makalah Iom Fix

Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari

kebutuhan penderita (individual).

Dewasa:

Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.

Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka

dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi,

tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan

tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap hari. Maksimum dosis captopril untuk

hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg.

f. Efek Samping

- Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan

pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta

membran glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya

terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan, maka penderita sebaiknya melakukan

pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama

pengobatan.

- Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping ini

terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini

muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentkan sebelum

penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus

dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan

pertama pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-

tanda infeksi akut (demam, faringitis) pemberian captopril harus segera

dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.

- Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis

berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa

pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat

pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare, dehidrasi maka

hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan captopril perlu

dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung

yang umumnya mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat

diatasi dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis captopril atau

diuretiknya.

Page 12: Makalah Iom Fix

- Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia.

Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis

diturunkan.

- Teriadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3 bulan

pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan.

- Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal,

sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan

pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.

g. Peringatan dan Perhatian

- Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan

gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan

kematian fetus atau neonatus. Pada kehamilan trimester II dan III dapat

menimbulkan gangguan antara lain: hipotensi, hipoplasiatengkorak neonatus,

anuria, gagal ginjal reversible atau irreversible dan kematian. Juga dapat terjadi

oligohidramnios, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran

prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus. Bayi

dengan riwayat di mana selama di dalam kandungan ibunya mendapat

pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan

terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.

- Harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui, pemberian ASI perlu

dihentikan karena ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi daripada kadar dalam

darah ibu.

- Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga obat

ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.

- Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek

hipotensif.

- Hati-hati pemberian pada penderita penyakit ginjal.

- Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angiodema seperti bengkak

mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.

- Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium

sparing diuretic dan garam-garam polassium.

5. Clobasam

Page 13: Makalah Iom Fix

a. Fungsi Obat

Clobazam adalah 7-kloro-1 ,5-dihidro-1-metil-5-fenil-1 ,5 benzodiazepine-2, 4 (3H)-

dione. Ini adalah bubuk kristal putih, sangat sedikit larut dalam air dan bebas larut

dalam alkohol. Clobazam termasuk golongan benzodiazepin yang bekerja berdasarkan

potensiasi inhibisi neuron dengan asam gama-aminobutirat (GABA) sebagai mediator.

Clobazam memiliki efek antikonvulsi, ansiolitik, sedatif, relaksasi otot, dan amnestik.

Clobazam diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek (kurang dari 4 minggu) dari

kegelisahan dan sebagai tambahan dalam pengobatan jenis tertentu epilepsy.

Farmako Kinetik : Setelah oral penyerapan yang cepat dan bioavailabilitas setidaknya

90%. Administrasi seiring alkohol  bioavailabilitas meningkat hingga 50%. Ada

interindividual ditandai variabilitas di puncak konsentrasi  plasma, yang dapat terjadi

waktu 0,25 hingga 4 jam. Setengah penghapusan hidup adalah sekitar 20 jam,  sekali

lagi, dengan ditandai variasi. Clobazam terutama dimetabolisme oleh hati. Ini

memiliki 2 metabolit  utama, N-desmethyl-clobazam dan 4'-hydroxyclobazam,

mantan yang aktif. N-desmethyl-clobazam mencapai  konsentrasi plasma maksimal

setelah 24 sampai 72 jam. Itu paruh eliminasi sekitar 50 jam. Clobazam adalah  sangat

terikat protein (90%).  Pada pasien dengan gangguan hepatik setengah-hidup

berkepanjangan. Pada pasien dengan gagal ginjal tingkat  plasma Clobazam

berkurang, mungkin karena gangguan penyerapan.  Dalam sebuah studi

carcinogenecity peningkatan yang signifikan pada sel folikel adenoma ditemukan

pada tikus  dengan dosis 100mg/kg. Clobazam juga menyebabkan aktivasi tiroid pada

tikus (walaupun hal ini tidak terdokumentasi pada spesies lain).

b. Sediaan Obat

Tablet 10 mg

c. Indikasi

Clobazam diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek (kurang dari 4 minggu) dari

kegelisahan dan sebagai  tambahan dalam pengobatan jenis tertentu epilepsy

d. Kontra Indikasi

Page 14: Makalah Iom Fix

Hal ini kontraindikasi pada orang-orang yang sangat peka terhadap Clobazam, pada

mereka dengan history dari ketergantungan obat atau alkohol, di myasthenia gravis,

kegagalan pernafasan yang parah dan tidur obstruktif apnoea. Hal ini juga

kontraindikasi pada kegagalan hepatik berat (risiko menimbulkan ensefalopati) dan

dalam  kehamilan dan menyusui.

e. Dosis

1. Dosis didasarkan pada kondisi medis dan respon terhadap pengobatan. Pada bayi,

dosis juga dapat didasarkan pada berat badan. Obat ini dapat menyebabkan reaksi

penarikan, terutama jika sudah digunakan secara teratur untuk waktu yang lama

atau dalam dosis tinggi.

2. Dewasa: 20 mg sehari dalam dosis terbagi. Jika perlu dapat dinaikkan sampai 30

mg/hari. Untuk kasus berat dosis dapat diberikan samapai 6 tablet sehari.

Orang lanjut usia: 10 - 15 mg sehari dalam dosis terbagi.

f. Efek Samping

- Mulut dan tenggorokan kering, disuria, retensi urin, disartria, ataksia, vertigo,

pusing, depresi mental, gangguan saluran cerna, takikardia, palpitasi.

- Kegagalan pernapasan dan hipotensi tidak/jarang terjadi pada dosis terapi, tetapi

dapat terjadi pada dosis tinggi.

- Pemberian overdosis dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat dan koma.

- Gangguan pernapasan, keletihan, konstipasi, hilang nafsu makan, mual,

mengantuk, bingung.

- Reaksi kulit seperti erupsi, urtikaria.

- Penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi dapat menyebabkan abnormalitas

yang reversibel seperti gangguan bicara, gangguan fungsi motorik, gangguan

penglihatan (penglihatan ganda, nistagmus), peningkatan berat badan.

- Berkurangnya libido

g. Peringatan dan Perhatian

- Hati-hati pemberian obat ini pada orang lanjut usia atau pasien yang lemah, gagal

fungsi ginjal, hati, dan pasien yang sedang menjalani terapi dengan obat sistem

depresan.

- Selama minum obat ini dilarang menjalankan mesin atau kendaraan.

- Hindari pemakaian dosis tinggi dan jangka lama, karena dapat menyebabkan

toleransi dan ketergantungan fisik.

Page 15: Makalah Iom Fix

- Kelemahan otot (myasthenia gravis), spinal atau serebral ataksia dan pada kasus

keracunan akut alkohol, zat-zat hipnotik, analgesik, neuroleptik, antidepressan,

lithium, pasien dengan kerusakan hati serius (misalcholestatic jaundice) dan

pasien dengan sleep apnoea syndrome.

- Clobazm diekskresi melalui air susu ibu. Hentikan pemberian ASI selama

pengobatan dengan clobazam.

6. OAD : Duetac 2 x 1

Nama generik: glimepiride / pioglitazone

DUETACT berisi 2 obat resep diabetes yaitu pioglitazone hydrochloride (Actos) dan

glimepiride.

a. Fungsi Obat

Duetact digunakan dalam pengobatan diabetes, tipe 2 dengan menggunakan 2

kombinasi obat diabetes. Obat ini digunakan bagi mereka yang tidak patuh pada diet

efek sampingnya dapat membuat hipoglikemi. Mengontrol gula darah tinggi

membantu mencegah kerusakan ginjal, kebutaan, masalah saraf, kehilangan anggota

tubuh, dan masalah fungsi seksual. Kontrol yang tepat diabetes juga dapat mengurangi

risiko serangan jantung atau stroke. Pioglitazone merupaka golongan

thiazolidinediones atau "glitazones." Ia bekerja dengan membantu untuk

mengembalikan respon yang tepat untuk tubuh Anda insulin, sehingga menurunkan

gula darah. Sedangkan Glimepirid merupakan golongan kelas obat sulfonilurea. Ia

bekerja dengan menyebabkan pelepasan insulin alami tubuh.

b. Sediaan Obat

Sediaan Obat: obat oral tablet

Kekuatan: 4 mg / 30 mg dan 2 mg/ 30 mg

Warna: Putih

Bentuk: bundar

Kelas Obat: kombinasi antidiabetes

Page 16: Makalah Iom Fix

Gambar deutac 2 mg/30 mg Gambar deutac 4 mg/ 30 mg

Page 17: Makalah Iom Fix

BAB III

IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN DAN SIGN

SYMPTOM

1. Ceftriaxone

Interaksi dilaporkan terjadi dengan warfarin, probenecid, kalsium dan produk yang

mengandung kalsium. Penggunaan bersama probenesid mengurangi bersihan ginjal dari

sefalosidin dan sefalotin, menyebabkan kenaikan tingkat plasma dari antibiotik tersebut

yang menandakan adanya hematologi seperti perdarahan,trombositopenia, dan anemi

hemolitik. Sedangkan pada penggunaan bersama warfarin yaitu obat yang memiliki efek

antikoagulan/pengencer darah sehingga menghambat penggumpalan darah yang

menandakan adanya serangan jantung dan stroke. Sehingga warfarin harus diwaspadai

karena dapat mengakibatkan perdarahan. Karena itu, dalam keadaan dimana kedua obat

tersebut terpaksa digunakan bersama-sama, kadar INR dan protrombin harus terus

dimonitor. Sedang kalsium dapat terikat dengan seftriakson sehingga dapat menjadi

deposit yang berbahaya di jantung dan paru.

2. Ranitidin

Konsumsi bersama makanan yang dapat mengakibatkan mulas atau konsumsi obat

antasida dengan ranitidin dapat menyebabkan penurunan absorpsi ranitidin hingga 33%

dan konsentrasi puncak dalam serum menurun hingga 613-432 ng/mL.

Golongan antagonis reseptor histamin H2 terdiri atas ranitidine, simetidin, famotidin,

nisatidin. Mekanisme kerja antagonis reseptor histamin H2 adalah menghambat sekresi

asam lambung dengan melakukan inhibisi kompetitif terhadap reseptor histamin H2 yang

terdapat pada sel parietal dan menghambat sekresi asam lambung yang distimulasi oleh

makanan, ketazol, pentagrastin, kafein, insulin, dan refleks fisiologi vagal. Struktur kimia

dari ranitidine yaitu mengandung cincin furan.Mekanisme interaksi obat antara antasida

dengan beberapa obat seperti dengan lansoprasol, ranitidin dan allopurinol adalah adanya

penurunan absorbsi obat-obat tersebut karena terjadinya perubahan pH lambung oleh

antasida.

Page 18: Makalah Iom Fix

3. Neurobion

Komposisi neurobion adalah Vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin berinteraksi dengan

zat dalam teh, yaitu tanin. Tanin dapat mengikat vitamin dan mineral yang masuk dalam

tubuh.

4. Captopril

Captopril dapat berinteraksi dengan kalium yaitu dengan meningkatkan kadarnya

dalam tubuh sebesar diatas 5.5 mmol/L, khususnya pada orang yang menderita diabetes

atau gangguan fungsi ginjal. Adanya interaksi yang menyebabkan peningkatan kalium di

dalam tubuh ini dapat menyebabkan gangguan jantung yaitu kecepatan denyut jantung

menjadi tidak teratur. Mekanisme interaksi adalah captopril akan menurunan sekresi

aldosteron sehingga terjadi retensi kalium yang menimbulkan hiperkalemia.

Hiperkalemia ini menyebabkan bradikardi, lemah otot, aritmia, mati rasa atau lumpuh.

Selain berinteraksi dengan kalium, captopril juga berinteraksi dengan makanan.

Adanya makanan dapat mengganggu atau menurunkan absorbsi dari obat sebesar 40%.

5. Clobasam

- Dengan obat lain

Simetidin dapat mengurangi klirens plasma clobazm, meningkatkan waktu paruh dan

konsentrasi clobazm.

- Dengan makanan

Jika clobazam dikombinasi dengan depresan sistem saraf pusat (termasuk

antikonvulsan dan alkohol) akan menambah terjadinya depresi sistem saraf pusat.

6. OAD : Duetac 2 x 1

Glimepirid: Dapat menyebabkan reaksi disulfiram-seperti dan hipoglikemia bila

digunakan dengan etanol atau alkohol. Risiko hipoglikemia semakin meningkat

bilandigunakan dengan kromium, bawang putih, Gymnem. Pioglitazone tidak inetraksi

dengan makanan namun makanan dapat menunda penyerapan obat namun tingkat

penyerapan tidak terpengaruh.

Page 19: Makalah Iom Fix

BAB IV

UPAYA PENANGGULANGAN INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

1. Ceftriaxone

Ceftriaxone tidak dianjurkan untuk digunakan secara bersamaan dengan obat lain atau

produk yang mengandung calcium, meskipun dengan rute pemberian yang berbeda.

Produk atau obat yang mengandung calcium tidak boleh diberikan dalam jangka waktu

48 jam setelah pemberian terakhir ceftriaxone.Karena kalsium dapat terikat dengan

seftriakson sehingga dapat menjadi deposit yang berbahaya di jantung dan paru.

2. Ranitidin

Interaksi ini bisa diatasi dengan memberikan obat-obat tersebut pada waktu yang berbeda

atau menyarankan untuk meminum obat lain minimal 2 jam sebelum atau setelah

meminum antasida, sehingga efek terapetik yang diinginkan bisa tercapai. Selain itu

untuk pencegahan mulas akibat konsumsi makanan yang dapat menyebabkan mulas

maka ranitidin sebaiknya diminum 30-60 menit sebelum mengkonsumsi makanan atau

minuman yang dapat menyebabkan mulas.

3. Neurobion

Karena vitamin B kompleks berinteraksi dengan zat tanin dalam teh, maka hindari

konsumsi teh bersamaan dengan suplemen. Beri jarak atau rentang waktu pemberian

suplemen sebelum konsumsi teh sekitar 2-3 jam

4. Captopril

Untuk mengatasi adanya gangguan absorbsi oleh makanan, obat captopril dapat diminum

pada saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dan untuk mengatasi

adanya interaksi dengan kalium diusahakan untuk menghindari makanan yang

mengandung tinggi Kalium, seperti : Pisang, Jeruk, dan sayuran hijau.

5. OAD : Duetac 2 x 1

Batasi alkohol asupan, alkohol harus dihindari sepenuhnya jika reaksi flushing, sakit

kepala, mual, atau muntah terjadi. deutac harus diminum 30 menit sebelum makan untuk

hasil terbaik. glimepiride biasanya dikonsumsi di pagi hari sebelum sarapan pagi. deutac

diminum 30 menit sebelum makan untuk hasil terbaik

Page 20: Makalah Iom Fix

DAFTAR PUSTAKA

American diabetes.2011 Deutac. Usa : american diabetes advocates. (online) an

http://www.americandiabetesadvocates.org/LearningCenter/DiabetesDrugs/

DUETAC.pdf. diakses 28 mei 2013 pukul 20.00 WIB

Christiane L. Brownell, Nancy Priff . 2008. Nursing Student Drug Handbook. Lippincott

Williams & Wilkins.

Dexa Medica. 2009.

http://www.dexa-medica.com/ourproducts/prescriptionproducts/detail.php?

id=39&idc=8 Diakses tanggal 29 Mei 2013 pukul 14.49 WIB

Dinkes Tasikmalaya. 2010. Informasi Obat: Ranitidin.

dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/354-ranitidin.pdf

Djamil Padang. http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/artikel-tesis-

fenny1.pdf.

FDA .2011 Deutac. Usa :food drug administration. (online )

http://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2011/021925s010s011lbl.pdf

diakses 28 mei 2013 pukul 20.15 WIB

Hasanah, Nur Aliyah. 2007. Evaluasi Penggunaan Obat Antipeptik Ulser Pada Penderita

Rawat Tinggal Di Rumah Sakit Advent Bandung.http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2009/01/evaluasi_penggunaan_obat_antiseptik_ulser.pdf.

Katzung, Bertram G et al. Basic and Clinical Pharmacology. 10 th edition. McGraw Hill. San

Fransisco, 2006.

Lyrawati, Diana. 2008. Farmakologi Hipertensi.

http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/11/hypertensionhosppharm.pdf

Monson, Kristi. Ceftriaxone side effects. 2009. Diunduh dari http://bacteria.emedtv.com

/ceftriaxone/ceftriaxone-side-effects.html

Nanang Munif Yasin., dkk. 2008. Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung

Kongestif Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2005. Jurnal Farmasi Indonesia

Vol. 4 No. 1 Januari 2008: 15 - 22

Sandjaja, Eunike. 2007. Penggunaan Captopril Pada Pasien Hipertensi Dengan

Gagal Jantung. http://yosefw.wordpress.com/2007/12/29/penggunaan-captopril-pada-

pasien-hipertensi-dengan-gagal-jantung/

Teratai,Purwa. 2012. Ranitidin.

http://ruangdiskusiapoteker.blogspot.com/2012/07/ranitidin.html

Page 21: Makalah Iom Fix

The Chemistry Encyclopedia. 2008. Diunduh dari www.chemistrydaily. com/chemistry/

Azithromycin.

U.S. Department of Health and Human Services.1993.Avoid drug interaction. USA: national

consumers league and US food and drug administration. (Online)

http://www.fda.gov/downloads/Drugs/ResourcesForYou/Consumers/BuyingUsingMed

icineSafely/EnsuringSafeUseofMedicine/GeneralUseofMedicine/UCM229033.pdf.

diakses 29 mei 2013 pukul 21.00 WIB

Virginia Poole Arcangelo dan Andrew M. Peterson. 2006. Pharmacotherapeutics for

Advanced Practice. Lippincott Williams & Wilkins.

Wasau hospital .2000. Drug interaction. (online) Food

http://www.aspiruslibrary.org/patient_ed/pdf/pharm/pe-pharm-007.pdf . diakses 29

mei 2013 pukul 21.20 WIB

Wulandari, Fenny dkk.. 2011. Analisa Drug Related Problems pada Pasien Dispepsia di

Bangsal Rawat Inap dan Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUP DR. M.

http://www.apotikantar.com/neurobion_5000_tablet Diakses tanggal 28 Mei 2013 pukul

118.30 WIB

http://www.bebaspegal.com/detail/4 Diakses tanggal 28 Mei 2013 pukul 18.25 WIB

http://www.apotikantar.com/neurobion_5000_amp_3_ml Diakses tanggal 28 Mei 2013 pukul

18.49 WIB