Makalah Hipoglikemia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Pembahasan Kasus Hipoglikemia

Citation preview

  • SEORANG SEORANG LAKI LAKI YANG TIBA-TIBA KESADARANNYA

    MENURUN

    KELOMPOK 8

    Pangeran Putra Nurizal (03010219)

    Pratiwi (03010221)

    Prita Rosdiana (03010222)

    Putri Ayu Kusuma (03010223)

    Putri Maulia Sari (03010224)

    Putri Sarah (03010225)

    R. Ifan Arief Fahrurozi (03010226)

    Rachel Silency Aritonang (03010227)

    Rachma Tia Wasril (03010228)

    Radian Savani (03010229)

    Ramayani Batjun (03010231)

    Ratu Suci Angraini (03010232)

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    Jakarta, 27 Maret 2013

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl. Dalam

    keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Hal ini sangat

    membahayakan bagi tubuh, terutama otak dan sistem syaraf, yang membutuhkan glukosa dalam darah

    yang berasal dari makanan berkarbohidrat dalam kadar yang cukup. Kadar gula darah normal adalah 80-

    120 mg/dl pada kondisi puasa, atau 100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan ,dikatakankoma

    hipoglikemia jika kadar glukosa darah < 30 mg/dl disertai penurunan kesadaran .

    Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan

    fungsi. Otak sebagai organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah, akan memberikan

    respon melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin).

    Epinefrin akan merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang

    menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar

    dan kadang rasa lapar).

    Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing,

    bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan

    penglihatan, kejang dan koma .Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak

    yang permanen.

    Secara umum, hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan obat dan

    yang tidak berhubungan dengan obat.Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes

    dan berhubungan dengan obat. Hipoglikemia paling sering terjadi disebabkan oleh insulin atau obat lain

    (sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika

    dosis obat ini lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa bereaksi menurunkan kadar gula

    darah terlalu banyak. Kelebihan pemakaian dosis obat, ketidakteraturan penderita dalam hal

    mengkonsumsi makanan sehabis memakai obat, faktor usia lanjut dan adanya penyakit gagal ginjal kronik

    bisa merupakan faktor risiko terjadinya hipoglikemia .

  • BAB II

    LAPORAN KASUS

    Kasus sesi 1

    Tn. Halim, 55 tahun diantar keluarganya ke IGD RS tempat saudara bekerja sebagai dokter

    Instalasi Gawat Darurat karena tadi pagi ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri ditempat tidurnya.

    Tn. Halim tidak menikah dan tinggal serumah dengan ibunya. Ayahnya meninggal dunia 3 tahun yang

    lalu karena stroke. Menurut keterangan ibunya, Tn. Halim selama ini jarang berobat ke dokter. Walaupun

    akhir-akhir ini sering terdengan batuk-batuk.Tetapi sejak 2-3 minggu terakhir Tn. Halim mengeluh

    tangannya gatal hingga sering digaruk.Akibatnya tangannya menjadi lecet. Dua hari sebelum ditemuka

    tidak sadarkan diri, Tn. Halim pergi ke sebuah klinik 24 jam dan diberi obat glibenklamid, amoxicyclin,

    amlodipine dan salep kulit. tn. Halim menceritakan kepada ibunya bahwa dokter di klinik itu mengatakan

    bahwa ia menderita tekanan darah tinggi dan kencing manis.

    Ia dianjurkan jangan banyak makan, terutama gula, garam dan nasi. Ia pun diberi surat pengantar untuk

    melakuakan beberapa pemeriksaan laboraturium tetapi hingga hari ini belum dilakukannya.

    Pada pemerikasaan awal didapatkan :

    Tn. Halim dalam keadaan spoor koma (GCS 7), kulitnya lembab dan dingin.

    Suhu : 36,3 derajat celcius

    P : 18x/m. reguler

    N : 100x/m

    TD : 150/80mmHg

    TB : 168 cm

    BB : 74 kg

  • Kasus sesi 2

    Dari anamnesis lanjutan diketahui bahwa Tn.Halim sebeumnya menelan glibenklamid 4 tablet,

    amoxycilin 4 tablet, amlodipine 2 tablet. Saat ditemukan, Tn.Halim dalam keadaan mengorok dan tidak

    dapat dibangunkan.

    Pemeriksaan fisik didapatkan :

    Kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening tidak membesar

    Kaku kuduk (-)

    Jantung : tidak ada kelainan

    Paru : terdengan ronkhi basah halus di paru kanan atas

    Abdomen : hepar dan lien tak teraba

    Pemeriksaan lab didapatakan :

    Hb : 16 g% Ureum : 40 mg/dl

    HbA1c : 8,5 % Kreatinin : 1,2 mg/dl

    Leuksit : 9.300/mmHg GDS : 29 mg/dl

    Trombosit : 212.000 mm3 Na : 128 meg/l

    SGOT : 42 u/L K : 3,1 meg/l

    SGPT : 65 u/L LED : 80 mm/jam

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    Identitas pasien

    Nama : Tn. Halim

    Umur : 55 tahun

    Jenis Kelamin : laki laki

    Status : tidak menikah

    Alamat : -

    Pekerjaan : -

    Masalah dan Hipotesis

    Masalah Dasar masalah Hipotesis

    Penurunan kesadaran (soporo

    koma)

    GCS : 7

    Menggorok dan tidak dapat

    dibangunkan

    Hipoglikemi

    Trauma

    Hipoksia

    Koma diabetikum

    Stroke

    Gangguan elektrolit

    Batuk-batuk, penggunaan

    amocycilin

    Akibat DM yang mempunyai

    efek imunosupresan sehingga

    pasien mudah terkena infeksi

    ISPA

    Pneumoni

    TB

    Tangan gatal-gatal, digaruk

    akibatnya lecet

    Dimungkinkan akibat salah

    satu gejala dari DM

    DM

    GDS : 29 Penggunaan Glibenklamid

    yang mempunyai efek

    Hipoglikemi

    DM

    Hipoglikemi

    Penggunaan amlodipin yang

    mempunyai efek samping lemas

    hingga pingsan

    Ditandai dengan TD :

    150/80mmHg

    Hipertensi grade I

    Suspek Tekanan darah tinggi dan

    kencing manis oleh dokter di klinik

    Berdasarkan hasil TD dan

    HbA1c

    Hipertensi

    DM

    BMI : 26,2 (TB : 168 cm BB : 74 kg ) Pola hidup yang kurang baik Obesitas 1

  • Faktor Resiko

    Dasar Masalah Pada Pasien Faktor Resiko Penyakit

    Riwayat Keluarga yang menderita stroke Stroke

    Usia (55 tahun) Penyakit Jantung koroner

    Diabetes Melitus

    Stroke

    Hipertensi

    Laki-laki Penyakit Jantung koroner

    Stroke

    Diabetes Melitus

    Obesitas

    Diabetes Melitus tipe II

    Hipertensi

    Atherosklerosis

    Stroke

    Fatty liver

    Diet ketat Hipoglikemi

  • Anamnesis lanjutan (alloanamnesis)

    Patofisiologi masalah

    Riwayat perjalanan penyakit sekarang

    Penumpukan LDL

    di endotel

    pembuluh darah

    SGOT & SGPT

    meningkat

    Hipertensi

    Imun

    Kelainan pada

    endotel

    pembuluh darah

    Infeksi pada paru

    Obesitas

    Genetik dan adanya

    factor risiko yang

    memperberat ( usia,

    obesitas)

    Diabetes Melitus

    Lipolisis

    Glukonegenesis

    Aterosklerosis Makroangiopati Iskemik otak

    Garuk dan luka

    Dua hari sebelum pingsan Iskemik otak

  • Penyebab penurunan kesadaran :

    Penurunan kesadaran mengindikasikandifisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun

    ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia), kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan

    syok), penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma diabetikum), pada keadaan hipo atau

    hipernatremia, dehidrasi, asidosi, alkalosis, pengaruh obaobatan, peningkatan tekanan intracranial (karena

    perdarahan, stroke, tumor otak).

    Interprestasi hasil pemeriksaan fisik

    Nilai normal Keterangan

    Suhu : 36,3 36,5-37,2 Menurun ,akibat hipoglikemi

    TD : 150/80 120/80 HT derajat I

    Nadi : 100x/m 60-100 Normal

    Pernafasan : 18x/m 16-20 Normal

    Ke dokter dan diberi glibenklamid, amoxcycilin, Amlodipin

    KIE : kurangkan

    garam gula dan

    nasi

    Konsumsi glibenklamid

    dan membatasi makanan

    System saraf pusat

    :Penurunan kesadaran

    Hipoglikemi

    Aktivasi saraf simpatis

    : berkeringat, tremor,

    takikardi

  • Pemeriksaan Antropometri

    TB : 168 cm

    BB : 74 kg

    BMI : 26,2 ( obesitas grade 1)

    Interprestasi hasil pemeriksaan laboratorium

    Nilai normal keterangan

    Hb = 16 g% 12-16 g % normal

    HbA1C = 8.5% 4-6,7% Meningkat ,kontrol diabetes

    buruk

    L=9.300/mmHg 5000-10000/mmHg Normal

    Tombosit:212.000/mm3 150000-450000/mm3 normal

    SGOT : 42u/L 5-40 u/L Meningkat ,akibat efek samping

    metabolism obat ,obesitas ,DM

    SGPT : 65u/L 5-41 u/L Meningkat ,akibat efek samping

    metabolism obat ,obesitas ,DM

    Ureum : 40 mg/dl 20-40 mg/dl normal

    Kreatinin : 1.2 mg/dl 0.6-1.2 mg/dl normal

    Na : 128 meg/l 135-145 meg/l Menurun ,gangguan elektrolit

    ,kurangnya asupan garam

    K : 3.1 meg/l 3.5-5.2 meg/l Menurun,gangguan elektrolit

    kurangnya asupan garam

    LED : 80 m/jam 0-10 m/jam Meningkat,menunjukkan

    perjalanan penyakit kronis

  • Diagnosis :

    - Koma hipoglikemi

    Karena ditemukan gejala seperti penurunan kesadaran (GCS=7) , kemudian kulit yang

    lembab dan dingin, serta hasil gula darah sewaktu yang sangat rendah (GD sewaktu: 29 mg/dl).

    Kemudian gangguan penurunan kesadaran ini tidak disebabkan oleh infeksi cerebral atau pada

    meningeal, karena tidak ditemukannya kaku kuduk pada pasien ini.

    - Hipertensi Grade I

    Karena ditemukan tekanan darah pasien sebesar ...... menurut klasifikasi JNC 7 digolongkan

    kedalam hipertensi grade I

    - Obesitas grade I

    Karena pada pemeriksaan fisik ditemukan bahwa Tuan ini memiliki TB 168 cm dan BB 74

    kg dimana dengan perhitungan Body Max Index didapatkan hasil 26,2 yang menandakan

    pasien mengalami obesitas grade I.

    - Infeksi Saluran Pernapasan

    Karena pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami batuk-batuk, mengorok saat

    tidur dan pada pemeriksaan fisik auskultasi ditemukan ronkhi basah halus di paru kanan

    atas.Akan tetapi, diperlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk memastikan diagnosis

    pada pasien ini.

    - Diabetes Melitus Tipe II

    Mengacu pada pemeriksaan dokter yang sebelumnya yang mendiagnosis DM tipe II karena

    ditemukan pada pasien yang obesitas, dan ditemukan HbA1C yang sangat tinggi (HbA1C =

    8,5%) .

    Anjuran Pemeriksaan Penunjang Tambahan

    - Foto thorax

    - Tes BTA

  • - Tes Tuberlulin

    Ketiga tes di atas digunakan untuk menunjang hipotesis TB Paru. Pemeriksaan dilakukan setelah pasien

    melewati masa kritis.

    Prognosis :

    Ad Vitam : Dubia ad Bonam

    Ad Functionam : Dubia ad Malam

    Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

    Komplikasi :

    Akut :

    Kejang

    Koma

    Kematian

    Kronis :

    - Makroangiopati

    Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit jantung koroner dan

    serangan jantung mendadak

    Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan menyebabkan luka iskemik

    pada kaki

    Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke

    - Mikroangiopati

    Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai pembuluh darah retina dan

    dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal

    yang akan menyebabkan nefropati diabetikum.

    - Neuropati

    - Kerentanan terhadap infeksi

    - Kaki diabetic

  • BAB IV

    TINJAUAN PUSTAKA

    HIPOGLIKEMIA

    Definisi

    Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dL ,atau kadar glukosa darah ,

  • 2.Kadar glukosa plasma rendah

    3.Gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat.

    Pemeriksaan Penunjang

    Kadar glukosa darah (GD) ,tes fungsi hati ,C- peptide

    Pemeriksaan Glassgow Coma Scale (GCS)

    GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,

    (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang

    diberikan.

    Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik.

    Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 6 tergantung responnya.

    Eye (respon membuka mata) :

    (4) : spontan

    (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

    (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)

    (1) : tidak ada respon

    Verbal (respon verbal) :

    (5) : orientasi baik

    (4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.

    (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat.

    Misalnya aduh, bapak)

    (2) : suara tanpa arti (mengerang)

  • (1) : tidak ada respon

    Motor (respon motorik) :

    (6) : mengikuti perintah

    (5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)

    (4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang

    nyeri)

    (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi

    rangsang nyeri).

    (2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki

    extensi saat diberi rangsang nyeri).

    (1) : tidak ada respon

    Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam 14ymbol EVM

    Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan.Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6dan terendah adalah

    3 yaitu E1V1M1.

    Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :

    GCS : 14 15 = CKR (cidera kepala ringan)

    GCS : 9 13 = CKS (cidera kepala sedang)

    GCS : 3 8 = CKB (cidera kepala berat)

  • BAB V

    KESIMPULAN

    Dengan gejala pasien yang menunjukkan penurunan kesadaran, kulit yang lembab dan dingin,

    riwayat pemakaian obat antidiabeticum, antihipertensi dan antibiotik yang berlebihan tidak sesuai dosis,

    ditambah dari hasil pemeriksaan penunjang GDS maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami

    Hipoglikemia. Pasien dirawat inap. Tatalaksana yang harus segera diberikan yaitu suntik 50cc bolus Dx

    40% bolus dan infus Dx 10% 6jam/kolf kemudian dimonitor GD setiap setengah jam. Selain itu nilai dari

    Hba1c nya yang sudah melebihi normal menyatakan bahwa pasien sudah mengidap DM, dan hasil dari

    anamnesis dimana pasien dikatakan mengeluh batuk ditambah hasil dari pemeriksaan fisik ronkhi basah

    halus di paru kanan atas kami mempunyai hipotesis TB paru dan menganjurkan untuk dilakukan

    pemeriksaan penunjang seperti Foto thorax, tes BTA, dan tes Tuberkulin.

  • BAB VI

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:

    ECG; 2000

    2. Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagostik Edisi 6. Jakarta:

    EGC.

    3. Price S, Wilson L. Gagal Ginjal Kronik. In: hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani D,

    Editors. Patofisiologi. 6th ed. Jakarta: EGC; 2006. p. 933-5.

    4. Adam J. Dislipidemia. In: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editors.

    Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 1985-91.

    5. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem: Organ endokrin perifer. Jakarta:

    EGC. p667-675.

    6. Panggabean MM. Penyakit Jantung Hipertensi. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

    Simadibrata M, Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3rd

    ed. Jakarta: Internal

    Publising Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2006. p. 1777.

    7. A. Price, Sylvia. Ptofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta:

    ECG; 2005