Upload
scribdscribd
View
44
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Lapsus
Citation preview
Laporan Kasus
Hipoglikemia
Oleh:
Cynthia Pratiwi
I4A011045
Pembimbing:
dr. Enita Rakhmawati, M.Sc, Sp. PD
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
April, 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus
Hipoglikemia
Oleh
Cynthia Pratiwi
Pembimbing
dr. Enita Rakhmawati, M.Sc Sp. PD
Banjarmasin, April 2015
Telah setuju diajukan
.……………………….dr. Enita Rakhmawati, M.Sc Sp. PD
Telah selesai dipresentasikan
.………………………dr. Enita Rakhmawati, M.Sc Sp. PD
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI ...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
BAB II LAPORAN KASUS....................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................12
BAB IV PENUTUP...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hematokezia diartikan sebagai darah segar yang keluar melalui anus dan
merupakan manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah.
Hematokezia lazimnya menunjukan perdarahan kolon, meskipun perdarahan yang
berasal dari usus halus atau saluran cerna bagian atas (bagian proksimal dari
ligamentum treitz) melalui transit yang cepat dan banyak juga dapat menimbulkan
hematokezia atau feses warna marun (1,3).
Hematokezia yang merupakan manifestasi perdarahan saluran cerna
bagian bawah menyumbang sekitar 15% dari episode perdarahan gastrointestinal
diseluruh dunia dan 20-33% dari episode perdarahan saluran cerna dengan 20-27
kasus per 100.000 populasi di negara-negara barat setiap tahunnya. 95-97% kasus
teridentifikasi sumber perdarahannya berasal dari kolon dan 3-5% sisanya berasal
dari usus halus. Secara statistik frekuensi kematian akibat perdarahan saluran
cerna bagian bawah lebih jarang dari perdarahan saluran cerna bagian atas
(mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian atas adalah 3,5-7% sementara
akibat perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah 3,6%) (1,2).
Perdarahan saluran cerna bagian bawah mencakup gejala yang luas, mulai
dari hematokezia ringan (80% kasus dalam keadaan akut dan berhenti dengan
sendirinya tanpa mempengaruhi kestabilan tanda vital) sampai masif yang disertai
syok (Hanya terjadi pada 15% pasien dan berdampak pada tanda vital, kestabilan
4
hemodinamik dan anemia asimptomatis) (4,5). Insidensi lebih tinggi pada pria
dibanding wanita. Insidensinya juga meningkat pada pasien lanjut usia (>60
tahun) yang memiliki hubungan dengan tingginya angka penderita diverticulosis
dan penyakit pembuluh darah pada kelompok ini (2).
Hematokezia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan diantaranya
diverticulosis (paling sering dengan menyumbang 30-50% kasus), anorectal
disease, hemoroid (penyebab paling sering pada pasien dengan usia <50 tahun),
karsinoma, inflammatory bowel disease (IBD), dan angiodisplasia. Hematokezia
dapat dikategorikan menjadi massive bleeding, moderate bleeding dan occult
bleeding dimana terdapat perbedaan pada faktor predisposisi usia pasien,
manifestasi klinis dan penyebab terjadinya perdarahan (2,4,5).
Berikut ini akan dilaporkan kasus seorang laki-laki berusia 63 tahun yang
didiagnosis hematokezia. Pasien dirawat sejak tanggal 13 maret 2015 sebagai
pasien rawat di bangsal Tulip (Penyakit Dalam Pria) RSUD Ulin Banjarmasin.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien
Nama : Tn. Suriadi
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Meranti no. 78 Palangkaraya, Kalimantan Tengah
MRS : 13 maret 2015
RMK : 1-14-35-07
2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 15 Maret 2015
3.2.I KELUHAN UTAMA
Berak darah.
3.2.II RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Bhayangkara Palangka Raya.
Pasien mengeluhkan berak bercampur darah sejak kurang lebih 1 bulan
yang lalu. Keluhan sempat menghilang dan muncul lagi 1 minggu sebelum
MRS. Keluhan muncul mendadak dan berlangsung secara terus-menerus.
6
Darah yang keluar sedikit, kadang berwarna merah segar dan terkadang
warna hitam. 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien berak darah lagi
dengan kotoran berwarna hitam, konsistensi cair dan berlendir. Pasien
kemudian dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin. Saat MRS, pasien juga
mengeluhkan nyeri perut dibagian kiri bawah dan dibawah pusar. Perut
terasa ditusuk-tusuk dan kepala terasa pusing. Pasien juga mengeluhkan
warna air kencingnya menjadi kecoklatan seperti teh sejak 1 hari yang lalu.
Pasien merasa tubuhnya lemas dan nafsu makannya menurun.
3.2.III RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat penyakit serupa (-), DM (-), Hipertensi (-)
3.2.IV RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit serupa (-), DM (-), Hipertensi (-)
3. Pemeriksaan fisik
KU : Tampak sakit ringan
Kesan gizi : Kesan gizi baik
Berat badan : 52 kg
Kesadaran : Compos mentis GCS : 4-5-6
Tekanan darah : 130/70 mmHg pada lengan kanan dengan
tensimeter pegas
Laju nadi : 62 kali/menit, kuat angkat, teratur
Laju nafas : 19 kali/menit
Suhu tubuh (aksiler) : 36,0 oC
Kepala dan leher
7
Kulit : Normal
Kepala : normosefali
Leher : pembesaran KGB (-/-), nyeri tekan (-/-),
JVP normal
Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : nyeri tekan (-/-) serumen minimal (-/-)
Hidung : sekret (-/-)
Mulut : mukosa lembap, ulkus (-)
Toraks
Paru Ins : dada datar, tarikan nafas simetris
Pal : Fremitus vokal simetris
Per : Suara perkusi sonor (+/+)
Aus : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung Ins : Ictus cordis tidak terlihat
Pal : Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula
sinistra, getaran/ thrill (-)
Per : Suara perkusi pekak, batas kanan ICS IV linea
parasternalis dextra, batas kiri ICS V linea
midclavicula sinistra
Aus : S1 dan S2 tunggal, reguler, dan tidak terdengar
suara bising
Abdomen
Inspeksi : normal
8
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Shifting dullness (-) undulasi (-)
Palpasi : Turgor cepat kembali, nyeri tekan
- - -- + -- + +
Eksremitas
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), parese (-/-)
Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), parese (-/-)
4. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Tinja tanggal 10 Maret 2015 di RS Bhayangkara Palangka Raya
Parameter Pemeriksaan
Hasil Nilai Normal
MakroskopisKonsistensi Padat
Warna Kecoklatan KuningBau Khas Khas
Darah Negatif NegatifParasit Negatif Negatif
Lain-lainMikroskopis
Serat Makanan PositifLemak Positif
Leukosit 0-2 NegatifEritrosit 1-2 Negatif
Telur Cacing Negatif NegatifAmuba Negatif NegatifBakteri Negatif NegatifJamur Negatif Negatif
9
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 13 Maret 2015 di RSUD Ulin Banjarmasin
Pemeriksaan Hasil Referensi Satuan
HematologiHemoglobin 11,3 14,00-18,00 g/dlLekosit 5,7 4,0 -10,5 ribu/ulEritrosit 3,83 4,50 - 6,00 juta/ulHematokrit 32 42,00 - 52,00 vol%Trombosit 259 150 - 450 ribu/ulRDW-CV 13,6 11,5 – 14,7 %
MCV, MCH, MCHCMCV 83,8 80,0-97,0 flMCH 29,5 27,0-32,0 pgMCHC 35,3 32,0-38,0 %
KIMIAGula Darah
GDS 91 <200 mg/dlHati
SGOT 28 0 – 46 U/ISGPT 13 0 – 45 U/I
GinjalUreum 12 10-50 mg/dlKreatinin 1,1 0,7-1,4 mg/dl
Imuno-serologiHBs-Ag (Cobas) Negatif COI: < 0,90
5. Daftar masalah
Berdasarkan data-data di atas didapatkan beberapa daftar masalah:
- Berak darah
- Nyeri perut
- Pusing
- Lemas
- Kencing kecoklatan seperti teh
10
6. Rencana awal
1. Berak darah.
a. Assessment : Hematokezia e.c divertikulosis dd. Angiodisplasia
kolon dd colitis ulseratif
b. Planning : 1. Diagnostik : Laboratorium: Darah rutin/lengkap,
elektrolit, PTT/APTT, colok dubur,
EKG, Colon in loop dengan
pertimbangan pemeriksaan lanjutan
kolonoskopi, USG abdomen.
2. Terapi : Bed rest
Diet tinggi serat
IVFD RL 20 tpm
Inj. Omeprazole 2x1
Inj. Buskopan 1 amp
Inj. Asam traneksamat 3x1
3. Monitoring : KU, tingkat kesadaran, tanda vital
dan tanda-tanda perdarahan.
4. Edukasi : Tirah baring, pola makan teratur,
diet tinggi serat.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan berak darah sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya pasien mengalami keluhan yang sama
sejak sebulan sebelum masuk rumah sakit, kemudian sempat menghilang dan
muncul kembali beserta nyeri perut kiri bawah, pusing, nafsu makan menurun,
dan lemas. Keluhan-keluhan pasien tersebut bersifat tidak khas dan pendekatan
diagnostik sementara berpusat pada perdarahan.
Berak darah atau hematokezia umumnya merupakan penanda perdarahan
pada saluran cerna bagian bawah (terutama kolon). Manifestasinya bervariasi
mulai dengan perdarahan samar yang tidak dirasakan hingga perdarahan masif
yang mengancam jiwa (1,3).
Beragam penyakit menjadi penyebab dari perdarahan saluran cerna bagian
bawah. Divertikulosis, angiodisplasia, dan kolitis (ulseratif, iskemik, radiasi)
merupakan penyebab tersering dari jenis perdarahan ini. Perdarahan yang bersifat
kronik dan berulang biasanya berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon (1,2).
Kebanyakan perdarahan saluran cerna bagian bawah tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit. Vernava dan kolega menemukan bahwa hanya 0,7%
dari pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang memerlukan perawatan
di rumah sakit dengan rata-rata usia pasien adalah 64 tahun (4).
12
Angiodisplasia adalah suatu keadaan atau kondisi yang terjadi dimana
terdapat abnormalitas mikrovaskular pada lapisan mukosa dan submukosa dinding
usus yang tidak diketahui penyebabnya serta merupakan penyebab 10-40%
perdarahan saluran cerna bagian bawah. Angiodisplasia kolon biasanya multiple,
ukuran kurang dari 5 mm dan kebanyakan lesi ditemukan pada bagian caecum dan
kolon kanan (asendens). Ukurannya yang kecil membuatnya susah untuk
didiagnosis menggunakan pemeriksaan barium enema dan mata telanjang pada
laparotomi dan biasanya terdiagnosis dengan angiografi visceral selektif dan/atau
kolonoskopi. Lesi di kolon ini mempunyai hubungan dengan usia lanjut,
insufiensi renal, dan riwayat radiasi (1,10).
Kolitis ulseratif adalah suatu penyakit kronik dengan karakteristik berupa
inflamasi terbatas pada mukosa dinding kolon. Penyakit ini 95% terjadi dibagian
rektum dan mampu meluas hingga ke seluruh bagian usus. Simptom utama adalah
diare berdarah yang sering diiringi kelainan rektal urgensi dan tenesmus. Pada
hingga 50% pasien dengan kolitis ulseratif, perdarahan yang terjadi bersifat ringan
sedang dan hanya 4% saja yang menjadi perdarahan masif. Diagnosis ditegakkan
dengan manifestasi klinis dan didukung dengan hasil kolonoskopi, biopsi, serta
hasil negatif pada pemeriksaan feses untuk mencari kausa infeksi (11).
Divertikulosis merupakan suatu kelainan penyebab hematokezia tersering
dan merupakan diagnosis dari rata-rata 23% pasien dengan gejala hematokezia
akut (6). Divertikulum (divertikula=jamak) yang muncul pada kolon merupakan
suatu penonjolan pada titik-titik lemah usus (biasanya pada titik dimana pembuluh
darah masuk ke dalam lapisan otot usus besar) dan membentuk seperti kantong
13
dengan ukuran 0,25-2,5 cm. Terkadang muncul divertikula raksasa dengan ukuran
2,5-15 cm meskipun sangat jarang ditemukan (1).
Penyebab dari divertikulosis belum diketahui dengan pasti. Namun,
berdasarkan studi epidemiologi Painter dan Burkitt, terdapat hubungan yang
bermakna antara divertikulosis dengan kurangnya konsumsi makanan berserat.
Kurangnya konsumsi serat akan menyebabkan penurunan massa feses menjadi
kecil dan keras, sehingga waktu transit kolon melambat dan mendorong absorbsi
air lebih banyak. Hal ini akan meningkatkan tekanan intraluminal secara
berlebihan sehingga terjadi herniasi mukosa/submukosa dinding kolon
membentuk divertikel (1,7,8).
Pada pasien ini, dicurigai penyakit divertikular menjadi penyebab
perdarahan. Hal ini karena terdapat beberapa manifestasi dan data yang
bersesuaian dengan karakteristik dan manifestasi klinis penyakit divertikular atau
divertikulosis, antara lain: (1)
1. Buang air besar berupa darah merah segar sampai merah tua.
2. Pria (Laki-laki : perempuan = 5 : 3) usia tua (>60 tahun).
3. Nyeri perut kiri bawah pada palpasi abdomen.
4. Lemas, pusing dan pucat.
Penyakit divertikular dengan “divertikulitis” (perforasi divertikulum yang
diikuti infeksi dan inflamasi menyebar ke dinding kolon), 60-70% diagnosisnya
dibuat berdasarkan gejala khas berupa nyeri perut kuadran kiri bawah disertai
demam dan leukositosis yang tidak spesifik (9).
14
Pendekatan klinis dan pemeriksaan fisik biasanya belum mampu untuk
menegakkan diagnosis divertikulosis, terutama pada pasien-pasien dengan
divertikulosis asimptomatik. Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti X-
Ray abdomen, CT scan, USG, colon in loop, dan juga kolonoskopi yang
merupakan cara diagnostik paling penting terutama untuk membedakan sumber
perdarahan seperti kanker kolorektal dan kelainan lainnya (1).
Pasien diterapi dengan cara resusitasi cairan berupa pemberian infus ringer
laktat dan diberikan diet tinggi serat. Pasien juga diberikan obat-obatan injeksi
seperti omeprazol, buskopan, dan asam traneksamat untuk mengurangi nyeri dan
perdarahan. Kondisi pasien mulai membaik pada tanggal 16 maret 2015 dimana
rasa nyeri perut, pusing dan lemas sudah menghilang. Namun pasien masih
mengeluhkan berak berdarah dengan volume yang sedikit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan gizi baik, tanda vital masih
dalam batas normal dan keadaan umum yang baik. Pada pemeriksaan colok dubur
tidak ditemukan massa tetapi didapat bercak darah merah tua pada jari pemeriksa.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan colon in loop pada tanggal 14
maret 2015 dan didapatkan gambaran yang normal. Kemudian pasien dijadwalkan
pemeriksaan kolonoskopi untuk mencari sumber perdarahan pada kolon. EKG
dalam batas normal. Pasien masih dalam perawatan di rumah sakit hingga kini
tanggal 19 Februari 2015.
15
BAB IV
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus seorang laki-laki berusia 63 tahun dengan
diagnosis hematokezia e.c divertikulosis dd angiodisplasia kolon dd colitis
ulseratif. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pasien telah ditatalaksana dengan terapi suportif dan
simptomatik. Pasien dirawat sejak tanggal 13 maret 2015 hingga kini.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing, 2006.
2. Michael JZ. Stanley WA. Crohn’s Disease. Maingot’s Abdominal Sugery 11th
Edition. New York; McGraw –Hill, 2011.
3. Soegondo, et al. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Interna Publishing, 2009.
4. Chico FG. Lower Gastrointestinal Bleeding. Emedicine. 2009. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/188478 Accessed in: March 15th, 2015.
5. Bounds BC, Friedman LS. Lower Gastrointestinal Bleeding. Gastroenterol Clinic North America. 2003 December;32(4): 1107-25.
6. Jacobs DO. Diverticulitis. N England J Med. 2007;357:2057-66.
7. Burkitt DP, Walker ARP, Painter NS. Dietary Fiber and Disease. JAMA 1974;229:1068-74.
8. Floch MH, White JA. Management of Diverticular Disease is Changing. World J Gastroenterol 2006;12:3225-8.
9. Murphy T, Hunt RH, Fried M, et al. Diverticular disease. OMGE Practice Guideline. World Gastroenterology News. 2003;8:S1-S8.
10. Hemingway AP. Angiodysplasia: Current Concepts. Postgraduate Medical Journal 1988: 64,259-263.
11. Kornbluth A, Sachar DB. Ulcerative Colitis Practice Guidelines in Adults: American College of Gastroenterology, Practice Parameters Committee. Am J Gastroenterol 2010;105:501-523
17